Top Banner
14

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

Oct 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS
Page 2: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS
Page 3: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

1

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

PATIENT’S UNDERSTANDING ABOUT FACTORS CAUSING GASTRITIS

Fisca Rujiantie, Selvia David Richard, Tri Sulistyarini

STIKES RS.Baptis Kediri

Jl. Mayjend. Panjaitan no. 3B Kediri

Telp. (0354) 683470. Email [email protected]

ABSTRAK

Kekambuhan gastritis sering kali di karenakan oleh kurangnya pengetahuan dan

cara penanganan yang tidak tepat merupakan salah satu penyebabnya. Tujuan penelitian

adalah menggambarkan pengetahuan pasien tentang faktor penyebab gastritis di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Desain penelitian adalah deskriptif. Populasi

penelitian ini adalah seluruh pasien gastritis yang mengalami kekambuhan dengan tehnik

sampling Accidental sampling sejumlah 32 responden. Variabel penelitian adalah

pengetahuan pasien tentang faktor penyebab gastritis. Pengumpulan data menggunakan

kuesioner. Analisis penelitian menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian

didapatkan pengetahuan pasien pada indikator pola makan didapatkan 50% kategori baik

(50,0%), lebih dari 50% indikator tentang frekuensi makan didapatkan kategori cukup

(62,5%). Lebih dari 50% indikator tentang porsi makan didapatakan kategori baik (75%),

lebih dari 50% indikator tentang jenis makanan didapatkan kategori kurang (53,1%), pada

indikator tentang rokok didapatkan kategori kurang (37,5%), lebih dari 50% indikator

tentang alkohol didapatkan kategori baik (78,1%), mayoritas indikator tentang stress

didapatatkan kategori kurang (100%). Disimpulkan pasien gastritis telah memiliki

pengetahuan yang baik tentang faktor penyebab gastritis.

Kata Kunci: Pengetahuan, Faktor Penyebab, Gastritis

ABSTRACT

Recurrent gastritis is often caused by deficit knowledge and improper handling

of one cause. The research objective is to find out gastritis disease in Outpatient

Installation, Kediri Baptist Hospital. The research design was descriptive. The population

was all patients who were recurrent gastritis. The subjects were 32 respondents with

accidental sampling technique. The research variable was patient’s understanding about

the factors causing gastritis. Data were collected using questionnaires and then analyzed

frequency distribution. The results obtained 50% patient’s understanding the indicators of

eating pattern was good category (50.0%), more than 50% indicators about the frequency

of eating was enough category (62.5%). More than 50% indicators of the food portion

was good category (75%), more than 50% indicators about type of food was less category

(53.1%), on indicator about cigarettes was less category (37.5%), more than 50%

indicators about alcohol obtained good category (78.1%), majority of indicator about

stress was less category (100% ). In conclusion, the patients with gastritis had good

understanding about factors causing gastritis.

Keywords: Understanding, Causing factors, Gastritis

Page 4: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

2

Pendahuluan

Bersamaan dengan perkembangan

zaman yang membawa perubahan pola

hidup, termasuk pola makan manusia,

penyakit-penyakit yang berkaitan dengan

sistem pencernaan pun semakin

kompleks. Adapun beberapa penyakit

umum yang sering di anggap sepele oleh

masyarakat seperti gastritis atau maag.

Gastritis merupakan penyakit yang sering

kita jumpai dalam masyarakat khususnya

penyakit dalam. Kekambuhan gastritis

sering kali di karenakan oleh kurangnya

pengetahuan dan cara penanganan yang

tidak tepat merupakan salah satu

penyebabnya. Gastritis adalah proses

inflamasi pada lapisan mukosa dan sub

mukosa pada lambung. Ada beberapa

faktor yang menyebabkan terjadinya

kekambuhan gastritis di antaranya pola

makan, frekuensi makan, porsi makan,

jenis makanan : kopi, teh, rokok, alkohol ,

dan stress (Priyoto, 2015). Terjadinya

kekambuhan pasien gastritis dipengaruhi

juga karena adanya faktor pengetahuan

pasien tentang penatalaksanaan gastritis.

mengatakan pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, merupakan domain yang

penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behaviour). Proses

kognitif meliputi ingatan, pikiran,

persepsi, simbol-simbol penalaran dan

pemecahan persoalan menurut Soekanto

(2002) dalam Lestari (2015). Hasil pada

wawancara saat pra penelitian yang

dilakukan oleh peneliti di Instalasi Rawat

Jalan RS.Baptis Kediri didapatkan hasil

masih banyak pasien gastritis yang

mengalami kekambuhan.

Badan penelitian kesehatan dunia

WHO mengadakan tinjauan terhadap

beberapa negara dunia dan mendapatkan

hasil presentase dari angka kejadian

gastritis di dunia, diantaranya Inggris

22%, China 31%, Jepang 14,5%,

Shanghai 17,2%, Kanada 35%, dan

Perancis 29,5%. Insiden gastritis di

Indonesia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah

penduduk setiap tahun (Kemenkes, 2010)

dalam suryono (2016). Berdasarkan data

Dinas Kesehatan Kota Kediri, pada tahun

2013 penyakit gastritis menduduki

peringkat ke lima dari sepuluh penyakit

terbanyak, kasus gastritis sebesar 20.032

kasus (Dinas Kesehatan Kota Kediri,

2013) dalam suryono (2016). Hasil

penelitian Suryono (2016) di Puskesmas

Bendo menunjukan bahwa sebagian besar

pasien memiliki pengetahuan yang kurang

tentang pencegahan kekambuhan gastritis.

Dari hasil pra penelitian yang dilakukan

tanggal 15 Desember 2017 di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri

didapatkan hasil pra penelitian dari 8

pasien. Pasien yang mengalami

kekambuhan ada 7 pasien (87,5%) dan

baru mengalami gastritis 1 pasien

(12,5%). Dari hasil wawancara

kekambuhan pasien gastritis yang

disebabkan oleh makanan pedas dialami

oleh 3 pasien (37,5%), telat makan pada 2

pasien (25%), dan makan asam pada 2

pasien (25%), dan stress pada 1 pasien

(12,5%).

Secara patofisiologi, mukosa barier

lambung umumnya melindungi lambung

dari pencernaan terhadap lambung itu

sendiri, yang disebut proses auto digesti

acid, prostaglandin yang memberikan

perlindungan ini. ketika mukosa barier ini

rusak maka timbul gastritis. Setelah barier

ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan

diperburuk oleh histamin dan stimulasi

saraf colinergic. Kemudian HCL dapat

berdifusi balik kedalam mukus dan

menyebabkan luka pada pembuluh yang

kecil, yang mengakibatkan terjadinya

bengkak, perdarahan, dan erosi pada

lambung. Alkohol aspirin dan refluk isi

duodenal diketahui sebagai penghambat

difusi barier. Perubahan-perubahan

patologi yang terjadi pada gastritis

termasuk kongesti vaskular, edema,

peradangan sel supervisial. Manifestasi

patologi awal dari gastritis adalah

penebalan, kemerahan pada membran

mukosa dengan adanya tonjolan/terlipat.

Sejalan dengan perkembangan penyakit

dinding dan saluran lambung menipis dan

mengecil, atropi gastrik progresif karena

perlukaan mukosa kronik menyebabkan

fungsi sel utama dan parietal memburuk

(Dermawan dan Rahayuningsih, 2010).

Faktor penyebab gastritis, yaitu pola

makan yang tidak teratur, frekuensi

Page 5: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

3

makan yang telat, porsi makan dalam

jumlah yang banyak, jenis makanan (kopi,

teh), rokok, AINS, stress (stress psisik,

stress fisik), dan alkohol (Priyoto, 2015).

Komplikasi yang timbul apabila penyakit

gastritis mengalami kekambuhan adalah

ulkus peptikum, perdarahan saluran cerna

bagian atas (Dermawan & Rahayuningsih,

2010).

Pencegahan dilakukan dengan

memperhatikan pola makan dan zat-zat

makanan yang dikonsumsi. Gastritis ini

merupakan penyakit pencernaan sehingga

pengaturan terhadap makanan yang masuk

merupakan faktor utama untuk

menghindari gastritis, seperti tidak

menggunakan obat-obat yang mengiritasi

lambung, makan teratur atau tidak terlalu

cepat, mengurangi makan makanan yang

terlalu pedas dan berminyak, hindari

merokok dan banyak minum kopi/alkohol,

kurangi stress. Stress merupakan salah

satu pemicu munculnya penyakit ini. oleh

karena itu, penting istirahat yang cukup

dan relaksasi pikiran untuk memulihkan

keadaan yang stress fisik maupun stress

mental. Mengurangi makan makanan

yang merangsang pengeluaran asam

lambung, seperti makanan berbumbu

pedas, cuka, dan lada yang berlebihan.

Beberapa jenis makanan yang telah

diketahui memberikan rangsangan yang

kurang enak terhadap perut, juga harus

dihindari. Namun, yang patut diketahui,

keadaan ini sangat berbeda pada setiap

orang. Setiap orang harus mengetahui

makanan apa yang dapat menimbulkan

rasa tidak enak ini (Widjadja, Rafelina,

2009). Tujuan penelitian ini adalah

menggambarkan pengetahuan pasien

tentang faktor-faktor penyebab gastritis di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis

Kediri”

Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan

adalah penelitian deskriptif. Populasi

penelitian adalah seluruh pasien gastritis

yang mengalami kekambuhan atau

berulang di Instalasi Rawat Jalan Rumah

Sakit Baptis Kediri. Subjek pada

penelitian ini adalah pasien gastritis yang

mengalami kekambuhan di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri

yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak

32 responden. Teknik sampling yang

digunakan adalah Accidental sampling.

Variabel independen dalam penelitian ini

meliputi pengetahuan pasien tentang

faktor penyebab gastritis. Pengumpulan

data menggunakan kuesioner. Analisis

data dengan distribusi frekuensi.

.

Hasil Penelitian

Tabel 1

Pengetahuan Pasien Tentang Faktor-faktor Penyebab Gastritis Di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri Pada Tanggal 17 April

2018 – 11 Mei 2018(n=32)

Kriteria pengetahuan pasien

gastritis

Jumlah Persentase (%)

Baik 14 43,8

Cukup

Kurang

10

8

31,2

25,0

Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil

bahwa pengetahuan pasien gastritis dari

32 responden paling banyak memiliki

pengetahuan tentang faktor-faktor

penyebab gastritis dengan kategori baik

yaitu 14 responden (43,8%).

Page 6: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

4

Tabel 2

No

Indikator

penyebab:

Kategori

Total

Baik Cukup Kurang %

F % F % F %

1 Pola makan 16 50,0% 6 18,8% 10 31,2% 32 100%

2 Frekuensi makan 3 9,4% 20 62,5% 9 28,1% 32 100%

3 Porsi makan 24 75,0% 0 0% 8 25,0% 32 100%

4 Jenis makanan 9 28,1% 6 18,8% 17 53,1% 32 100%

5 Rokok 11 34,4% 9 28,1% 12 37,5% 32 100%

6 Alkohol 25 78,1% 0 0% 7 21,9% 32 100%

7 Stress 0 0% 0 0% 32 100% 32 100%

Berdasarkan tabel 2 didapatkan

gambaran pengetahuan pasien tentang

faktor-faktor penyebab gastritis di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis

Kediri berdasarkan indikator pola makan

didapatkan kategori baik dengan 16

responden (50,0%), pada indikator

frekuensi makan didapatkan kategori

cukup dengan 20 responden (62,5%).

pada indikator porsi makan didapatakan

kategori baik dengan 24 responden (75%),

pada indikator jenis makanan didapatkan

kategori kurang dengan 17 responden

(53,1%), pada indikator rokok didapatkan

kategori kurang dengan 12 responden

(37,5%), pada indikator alkohol

didapatkan kategori baik dengan 25

responden (78,1%), pada indikator stress

didapatatkan kategori kurang dengan 32

responden (100%).

Pembahasan

Gambaran Pengetahuan Pasien

Tentang Faktor-Faktor Penyebab

Gastritis di Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Baptis Kediri.

Hasil penelitian gambaran

pengetahuan pasien tentang faktor

penyebab gastritis di Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Baptis Kediri, didapatkan

sebagian besar baik yaitu 14 responden

(43,8%).

Gastritis adalah suatu peradangan

mukosa lambung yang dapat bersifat akut,

kronik, diffus atau lokal. Sebagian besar

gastritis disebabkan oleh infeksi bakterial

mukosa lambung yang kronis (Wijaya dan

Putri, 2013). Menurut Notoatmodjo,

(2003) dalam Lestari (2015) mengatakan

pengetahuan merupakan hasil tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap obyek tertentu.

Pengindraan panca indra manusia yaitu

indra pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan

manusia sebagian besar diperoleh melalui

mata dan telinga, yaitu proses melihat dan

mendengar, selain itu proses pengalaman

dan proses belajar dalam pendidikan

formal maupun informal. Pengetahuan

pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta

dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. Pengetahuan tersebut

diperoleh baik dari pengalaman langsung

maupun melalui pengalaman orang lain

(Notoadmodjo, 2012). Pengetahuan itu

sendiri dipengaruhi oleh faktor

pendidikan formal. Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan,

dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu

ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak

berpengetahuan rendah pula (Wawan dan

Dewi, 2011). Menurut teori WHO yang

dikutip oleh Notoadmodjo (2007) dalam

Wawan dan Dewi (2011), salah satu

bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan

Indikator Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Faktor-faktor Penyebab

Gastritis Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri Pada Tanggal 17

April 2018 – 11 Mei 2018(n=32)

Page 7: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

5

oleh pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman sendiri.

Faktor yang melatar belakangi pasien

gastritis seperti usia 31-54 tahun sebanyak

8 responden (57,1%), dengan jenis

kelamin perempuan sebanyak 9 responden

(64,3%), berpendidikan SMP sebanyak 8

responden (57,1%), dengan pekerjaan

pegawai swasta sebanyak 7 responden

(50,0%), yang tidak mendapatkan

informasi tentang gastritis sebanyak 11

responden (78,6%), dengan riwayat

pernah menderita gastritis. Hal ini perlu

ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal,

selain faktor pendidikan diatas ada faktor

informasi dan pengalaman diri sendiri.

Pendidikan dapat mempengaruhi cara

pandang seseorang terhadap informasi b

aru yang diterimanya, dan dengan

sebagian berpendidikan rendah akan

mempengaruhi kemampuan dalam

menerima informasi. Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup

terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan pada

umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima

informasi.

Indikator pertama yaitu

pengetahuan tentang faktor penyebab

gastritis adalah pola makan didapatkan

kategori baik (50,0%), kategori cukup

(18,8%), kategori kurang (31,2%). Hal itu

dibuktikan dengan jawaban pasien

gastritis pada pertanyaan”saya makan

teratur tiga kali dalam satu hari”

menunjukan jawaban dari 32 pasien 4

pasien (12,5%) yang menjawab salah ,

pada pertanyaan “saya tidak

memperhatikan jam makan saya setiap

hari” menunjukan jawaban dari 32 pasien

18 pasien (56,2%) yang menjawab salah,

dan pada pertanyaan “jam makan saya

teratur setiap hari supaya tidak merasa

perih di lambung” menunjukan jawaban

dari 32 pasien 11 pasien (34,3%) yang

menjawab salah.

Terjadinya gastritis dapat

disebabkan oleh pola makan yang tidak

baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi

makan, jenis, dan jumlah makanan,

sehingga lambung menjadi sensitif bila

asam lambung meningkat (Yayuk

Baliwati, 2004 dalam Priyoto, 2015),

adapun teori dari Baughman dan Hackley

(2000) dalam Luluk (2016) mengatakan

bahwa gastritis paling sering terjadi

karena diet yang sembarangan seperti

makan yang terlalu banyak, terlalu cepat,

makan makanan yang terlalu berbumbu,

dan makanan yang mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit.

Sehingga pola makan yang sehat dengan

cara mematuhi jadwal makan, tidak

makan pada kondisi lapar. Manifestasi

klinis pada pasien dengan gastritis antara

lain: perasaan penuh pada abdomen,

anorexia, nausea, distres, epigastrik yang

tidak nyata, nyeri ulu hati, nyeri ulkus

peptik, keluhan-keluhan anemia (Wijaya

dan Putri, 2013).

Makanan sangat penting bagi tubuh

kita. Tubuh kita membutuhkan asupan

nutrisi berupa karbohidrat, lemak, protein

dan senyawa-senyawa gizi penting

lainnya. Asupan makanan ini harus

didukung dengan pengaturan pola makan

yang sesuai. Pola makan yang teratur

sangat penting bagi kesehatan tubuh kita,

sedangkan pola makan yang tidak teratur

dapat menyebabkan gangguan di sistem

pencernaan. Permasalahan dalam sistem

pencernaan tidak boleh dibiarkan. Ada

berbagai gangguan sistem pencernaan

atau penyakit yang mungkin terjadi dan

sering dibiarkan oleh banyak orang, salah

satunya adalah penyakit gastritis atau

biasa kita sebut penyakit maag. Penyakit

gastritis ini jika dibiarkan akan semakin

parah, terlebih jika tidak ada pengaturan

pola makan yang baik dan benar, maka

akan menimbulkan kekambuhan yang

akan mengganggu aktifitas.

Hasil dari penelitian didapatkan

pengetahuan tentang faktor penyebab

gastritis adalah jenis makanan diperoleh

hasil 17 pasien (53,1%) dalam kategori

kurang. Hal itu dibuktikan dengan

jawaban pasien pada pertanyaan “saya

minum kopi setiap hari sehingga nyeri ulu

Page 8: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

6

hati” menunjukan jawaban dari 32 pasien

24 pasien (75%) yang menjawab salah

dan pertanyaan “setiap hari saya minum

teh lebih dari 2 gelas sehingga mengalami

gastritis atau nyeri pada ulu hati saya”

menunjukan jawaban dari 32 pasien 25

pasien (78,1%) yang menjawab salah.

Jenis makanan adalah variasi bahan

makanan yang kalau dimakan, dicerna,

dan diserap akan menghasilkan paling

sedikit susunan menu sehat dan seimbang.

Menyediakan variasi makanan bergantung

pada orangnya, makanan tertentu dapat

menyebabkan gangguan pencernaan,

sepertinya makanan pedas.

Mengkonsumsi makanan pedas secara

berlebihan akan merangsang sistem

pencernaan, terutama lambung dan usus

untuk berkontraksi. Hal ini akan

mengakibatkan rasa rasa panas dan nyeri

ulu hati yang di sertai dengan mual

muntah, dan kebiasaan mengkonsumsi

makanan pedas lebih dari satu kali dalam

seminggu selama minimal 6 bulan

dibiarkan terus-menerus dapat

menyebabkan iritasi pada lambung yang

disebut denga gastritis. Menurut Warianto

(2011) dalam Priyoto (2015), kopi adalah

minuman yang terdiri dari berbagai jenis

bahan dan senyawa kimia termasuk

lemak, karbohidrat, asam amino, asam

nabati yang disebut dengan fenol, vitamin

dan mineral. Kopi diketahui merangsang

lambung untuk memproduksi asam

lambung sehingga menciptakan

lingkungan yang asam dan dapat

mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang

bisa mempengaruhi kesehatan perut dan

lapisan lambung, yaitu kafein dan asam

chlorogenic, jadi gangguan pencernaan

yang rentan dimiliki oleh orang yang

sering minum kopi adalah gastritis

(peradangan pada lapisan lambung).

Beberapa orang yang memiliki gangguan

pencernaan dan ketidaknyamanan di perut

atau lambung biasanya disarankan untuk

menghindari atau membatasiminum kopi

agar kondisinya tidak bertambah parah.

Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD.,

dalam buku “The Miracle Of Enzyme”

menemukan bahwa orang-orang jepang

yang meminum teh kaya akan antioksidan

lebih dari dua gelas secara teratur sering

menderita penyakit yang disebut gastritis.

Kejadian gastritis yang terjadi di

kalangan usia muda maupun tua, dan

masyarakat luas, masih banyak yang tidak

terlalu memperhatikan kesehatan dan

menjaga gaya hidup terutama dari apa

yang dikonsumsi, serta pola makan dan

minum yang kurang baik. Misalnya

seperti minum kopi dan teh. Kebiasan

minum kopi dan teh di kalangan usia

muda sudah menjadi rutinitas. jika

kebiasaan ini tidak dihentikan maka

kemungkinan besar akan menderita

gastritis, dengan didukung oleh teori

Priyoto (2015), bahwa kopi diketahui

merangsang lambung untuk memproduksi

asam lambung sehingga menciptakan

lingkungan yang asam dan dapat

mengiritasi lambung, dan dalam buku

“The Miracle Of Enzyme” menemukan

bahwa orang-orang Jepang yang

meminum teh kaya akan antioksidan lebih

dari dua gelas secara teratur sering

menderita penyakit yang disebut gastritis.

Hal ini sesuai dengan pendapat Duwi

Wahyu, dkk (2015) dalam luluk (2016)

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21-

22 Januari 2013 di Puskesmas Ardimulyo

dengan wawancara, didapatkan 10 pasien

gastritis yang berobat ke Puskesmas

Ardimulyo, 6 pasien mengatakan terkena

gastritis karena suka makan makanan

yang pedas, kecut dan sering

mengkonsumsi kopi, sedangkan sebanyak

4 pasien mengatakan terkena gastritis

karena makannya tidak teratur.

Hasil dari penelitian didapatkan

pengetahuan tentang faktor penyebab

gastritis pola makan, frekuensi makan,

jenis makanan, porsi makan, stress dan

rokok. Dari ketujuh faktor penyebab,

pasien yang menjawab salah adalah faktor

rokok dan stress. Pengetahuan pasien

tentang faktor penyebab gastritis adalah

rokok diperoleh hasil 12 pasien (37,5%)

dalam kategori kurang, hal itu dibuktikan

bahwa dari 32 pasien yaitu 19 pasien

(59,3%) yang menjawab salah pada

pertanyaan “saya merokok setiap hari”,

dari 32 pasien yaitu 22 pasien (68,7%)

yang menjawab salah pada pertanyaan

Page 9: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

7

“saat saya tidak merokok saya merasakan

perih di lambung”, dari 32 pasienn yaitu

20 pasien (86,9%) yang menjawab salah

pada pertanyaan “saya memiliki kebiasaan

merokok yang dapat menyebabkan tukak

(luka) pada lambung saya”.

Faktor penyebab gastritis terdiri dari

10 faktor penyebab, yaitu: pola makan,

frekuensi makan, porsi makan jenis

makanan, rokok, AINS (Anti Inflamasi

Non Steroid), stress, alkohol, helicobacter

pylori, dan usia, tetapi faktor penyebab

yang paling banyak terjadi adalah faktor

rokok, rokok adalah silinder kertas yang

berisi daun tembakau cacah. Sebatang

rokok, terkandung berbagai zat kimia

berbahaya yang berperan seperti racun.

asam rokok yang disulut, terdapat

kandungan zat-zat kimia berbahaya

seperti gas karbon monoksida, nitrogen

oksida, amoniak, benzene, methanol,

perelene, hidrogen sianida, akrolein,

asetilen, bensaldehid, tar, dan lain-lain,

selain nikotin, peningkatan paparan

hidrokarbon, oksigen radikal, dan

substansi racun lainnya turut bertanggung

jawab pada berbagai dampak rokok

terhadap kesehatan, dan Asam nikotinat

pada rokok dapat meningkat adhesi

thrombus yang berkontribusi pada

penyempitan pembuluh darah sehingga

suplai darah ke lambung mengalami

penurunan. Penurunan ini dapat

berdampak pada penurunan produksi

mukus yang salah satu fungsinya untuk

melindungi lambung dari iritasi. Selain itu

CO yang dihasilkan oleh rokok lebih

mudah diikat Hb daripada oksigen

sehingga memungkinkan penurunan

perfusi jaringan lambung. Kejadian

gastritis pada perokok juga dapat dipicu

oleh pengaruh asam nikotinat yang

menurunkan rangsangan pada pusat

makan, perokok menjadi tahan lapar

sehingga asam lambung dapat langsung

mencerna mukosa lambung bukan

makanan karena tidak ada makanan yang

masuk. Kebiasaan merokok menambah

sekresi asam lambung, yang

mengakibatkan bagi perokok menderita

lambung (gastritis) sampai tukak

lambung. Penyembuhan berbagai

penyakit di saluran cerna juga sulit selama

orang tersebut tidak berhenti merokok

(Priyoto, 2015).

Kejadian gastritis di masyarakat luas

masih banyak yang tidak terlalu

memperhatikan kesehatan dan menjaga

gaya hidup terutama masih banyak yang

merokok karena pengaruh lingkungan dan

ada juga karena sudah menjadi kebiasaan

individu itu sendiri. jika kebiasaan ini

tidak dihentikan maka kemungkinan besar

akan menderita gastritis, dengan didukung

oleh teori Wijaya dan Putri,(2013),

menyatakan bahwa salah satu etologi dari

penyakit gastritis adalah merokok.

Mengingat besarnya dampak buruk dari

merokok, maka perlu upaya untuk

meminimalkan bahaya tersebut dapat

dilakukan melalui peningkatan kesadaran

masyarakat tentang hal-hal yang dapat

menyebabkan penyakit pencernaan atau

gastritis, misalnya makan makanan pedas

dan asam, stres, mengkonsumsi alkohol

dan kopi berlebihan, merokok,

mengkonsumsi obat penghilang nyeri

dalam jangka panjang. Meskipun

kekambuhan dapat dicegah dengan obat

namun dengan mengurangi faktor

penyebabnya dapat memperkecil

kemungkinan terjadinya kekambuhan.

Mengkonsumsi makanan yang kaya serat

seperti sayuran dan buah buahan

membantu melancarkan kerja pencernaan.

Makan dalam jumlah kecil tetapi sering,

dan minum air putih untuk membantu

menetralkan asam lambung.

Hasil dari penelitian didapatkan

pengetahuan tentang faktor penyebab

gastritis adalah stress diperoleh hasil 32

pasien (100%) dalam kategori kurang, hal

itu dibuktikan bahwa dari 32 pasien yaitu

16 pasien (50%) yang menjawab salah

pada pertanyaan “bila stress saya

menghadapi masalah nyeri pada ulu hati”,

dari 32 pasien yaitu 16 pasien (50%) yang

menjawab salah pada pertanyaan “saya

merasakan nyeri pada ulu hati pada saat

beban kerja saya berat”.

Stres psikologi akan meningkatkan

aktivitas saraf simpatik yang dapat

merangsang peningkatan produksi asam

lambung. Peningkatan HCL dapat

dirangsang oleh mediator kimia yang

dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti

Page 10: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

8

epiefrin. Stress merupakan reaksi fisik,

mental, dan kimia dari tubuh terhadap

situasi yang menakutkan, mengejutkan,

membingungkan, membahayakan dan

merisaukan seseorang. Definisi lain

menyebutkan bahwa stress merupakan

ketidakmampuan mengatasi ancaman

yang dihadapi mental, fisik, emosional

dan spiritual manusia yang pada suatu

saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik

manusia tersebut. Stress psikis adalah

produksi asam lambung akan meningkat

pada keadaan stress, misalnya pada beban

kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar

asam lambung yang meningkat dapat

mengiritasi mukosa lambung dan jika hal

ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat

menyebabkan terjadinya gastritis. Stress

fisik adalah stress fisik akibat

pembedahan besar, luka trauma, luka

bakar, rebuks empedu atau infeksi berat

dapat menyebabkan gastritis dan juga

ulkus serta pendarahan pada lambung.

stres fisik akan menyebabkan perfusi

mukosa lambung terganggu sehingga

timbul daerah-daerah infark kecil, selain

itu sekresi asam lambung juga terpacu

(Priyoto, 2015). Muscosa barrier pada

pasien stres fisik biasanya tidak

terganggu. Hal tersebut yang

membedakan dengan gastritis erosif

karena bahan kimia atau obat. Pada

gastritis refluks, gastritis karena bahan

kimia dan obat menyebabkan muscosa

barrier rusak sehingga difusi balik ion H+

meninggi. Suasana asam yang terdapat

pada lumen lambung akan mempercepat

kerusakan muscosa barrier oleh cairan

usus (lewis, 2002 dalam Muttaqin dan

Sari, 2011).

Hasil dari penelitian didapatkan

bahwa mayoritas mengalami kekambuhan

pada saat stress, karena kesibukan dan

beban kerja didapatkan hasil penelitian 32

pasien (100%), karena pasien

mengesampingkan kebutuhan biologis

yaitu asupan makanan. Dibuktikan dengan

hasil penelitian dari Luluk (2016) bahwa

stres di tempat kerja, kebiasaan merokok,

dan pola hidup tidak sehat lainnya akibat

berbagai aktivitas dan kesibukan ditempat

kerja. Sehingga responden mengalami

nyeri pada lambung atau ulu hati dan jika

tidak ditangani maka akan berdampak

pada komplikasi misalnya tukak lambung,

ulkus, dan pendarahan saluran cerna.

Berdasarkan penelitian Luluk tahun

(2016), menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan tentang gastritis mempunyai

tingkat pengetahuan tinggi.

Pasien yang mempunyai tingkat

pengetahuan baik umumnya dimiliki oleh

responden yang mempunyai pendidikan

menengah dan tinggi dan bagi responden

yang mempunyai tingkat pengetahuan

tentang gastritis rendah dimiliki oleh

responden yang berpendidikan rendah.

Menurut Nursalam (2005) dalam Luluk

(2016) bahwa pendidikan merupakan

proses dimana seseorang mengem-

bangkan kemampuan, sikap dan bentuk

perilaku positif yang mengandung nilai

positif dalam masyarakat tempat hidup.

Makin tinggi tingkat pendidikan

pasien semakin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan pasien

terhadap nilai-nilai baru yang dikenalkan.

Selain itu faktor lain yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan tentang gastritis

adalah sumber informasi. Informasi

adalah keseluruhan makna dapat diartikan

sebagai pemberitahuan pasien, adanya

informasi baru bagi terbentuknya sikap.

Pengetahuan diperoleh melalui informasi

yaitu kenyataan melihat dan mendengar

sendiri serta melalui komunikasi seperti,

mendengarkan penyuluhan atau radio,

membaca surat kabar/majalah, melihat

televisi, pasien memperoleh berbagai ilmu

dari beberapa sumber informasi seperti

halnya yang disebutkan di atas maka

pengetahuannya akan bertambah

dibandingkan dengan pasien yang tidak

pernah menerima ilmu dari beberapa

sumber informasi/media.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Zakaria

(2013) dalam Luluk (2016) yang

menghasilkan kesimpulan bahwa

pengetahuan penderita yang dikatakan

baik adalah 52,5%, dan buruk hanya

47,5%.

Page 11: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

9

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dikemukakan di atas dan

konsistenan dari hasil penelitian saat ini

dengan penelitian terdahulu, maka dapat

diasumsikan bahwa pasien yang

mempunyai pendidikan lebih tinggi

umumnya akan mempunyai tingkat

pengetahuan yang lebih tinggi pula,

demikian juga banyaknya informasi yang

dimiliki pasien maka semakin baik pula

tingkat pengetahuan tentang penyakit

gastritis, sehingga dengan dimilikinya

pengetahuan yang tinggi tersebut dapat

mengetahui pula pengertian dari gastritis

itu sendiri, mereka juga akan mengetahui

tentang penyebab, tanda dan gejala,

penanganan, perawatan dan pengobatan

gastritis.

Berdasarkan penelitian Luluk (2016),

pencegahan gastritis kurang dari 50% baik

dengan upaya yang dilakukan pola makan

dalam jumlah kecil tapi sering.

Upaya pencegahan kekambuhan

gastritis menurut Notoatmodjo (2010)

dalam Luluk (2016), upaya pencegahan

(upaya preventif) adalah sebuah usaha

yang dilakukan individu dalam mencegah

terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan,

dalam pengertian yang sangat luas

pencegahan (preventif) diartikan sebagai

upaya secara sengaja dilakukan untuk

mencegah terjadinya gangguan, kerusakan

atau kerugian bagi pasien atau

masyarakat.

Mengurangi makanan yang dapat

mengiritasi lambung, misalnya makanan

yang pedas, asam, dan berlemak,

pencegahan kekambuhan pada gastritis

dapat dicegah agar penyakit tidak terjadi

dan berulang dengan dilakukan beberapa

tindakan walaupun pasien tidak dapat

selalu menghilangkan faktor penyebab

gastritis, dan salah satunya adalah dengan

menjaga pola makan yang baik dan

teratur, disisi lain masih ditemukan upaya

pencegahan kekambuhan gastritis

tergolong kurang baik seperti pola hidup

yang tidak sehat yang meliputi kebiasaan

makan, merokok, stres, dan lain-lain, usia

muda dan dewasa termasuk dalam

kategori usia produktif.

Simpulan

Gambaran pengetahuan pasien

tentang faktor penyebab gastritis di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis

Kediri didapatkan kategori baik pada

indikator pola makan, porsi makan,

alkohol, kategori cukup pada indikator

frekuensi makan, dan kategori kurang

pada indikator jenis makanan, rokok dan

stress.

Saran

Pasien gastritis perlu meningkatkan

pengetahuan dalam pencegahan

kekambuhan gastritis dengan

meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam faktor jenis makanan,

rokok dan stress, peningkatan

pengetahuan ini hendaknya dapat

diberikan pada saat pasien berada di

pelayanan kesehatan. Upaya yang

dianjurkan dan upayakan melalui promosi

kesehatan dengan leaflet, booklet, poster,

lembar balik, plipchart, dan pamflet, dan

pasien diharapkan untuk tetap menjaga

kesehatan dengan menjaga pola makan

yang teratur ditengah kesibukan yang

padat dan menghindari makanan yang

menjadi faktor-faktor penyebab gastritis

seperti makanan asam, pedas, dan dapat

mengatur pola makan dengan baik.

Daftar Pustaka

Dermawan, Deden & Rahayuningsih,

Tutik (2010). Keperawatan

Medikal Bedah. Yogyakarta:

Gosyen Publising.

Khusna, Luluk Ulyatul. (2016). Hubungan

Tingkat Pengetahuan dengan

Upaya Pencegahan Kekambuhan

Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Gatak Sukoharjo.

http://eprints.ums.ac.id/41718/1/1

_NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.

Diakses tanggal 24 November

2017, 13.25 WIB

Lestari, Titik. (2015). Kumpulan Teori

Untuk Kajian Pustaka Penelitian

Page 12: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

10

Kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Mutaqqin , Arif & Sari, Kumala. (2011).

Gangguan Gastrointestinal

Asuhan Keperawatan Medika

Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo. (2010). Metode Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).

Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Priyoto. (2015). Perubahan dalam

Perilaku Kesehatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Suryono & Meilani, Ratna Dwi. (2016).

Pengetahuan Pasien dengan

Gastritis Tentang Pencegahan

Kekambuhan Gastritis.

http://ejournal.akperpamenang.ac.id

/index.php/akp/article/view/141/12

3. Diakses tanggal 24 November

2017, 14.15 WIB.

Wawan, A & Dewi, M. (2011). Teori &

Pengukuran Pengetahuan, Sikap

Dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta: Nuha Medika

Widjadja, Rafelina. (2009). Penyakit

Kronis. Jakarta: Bee Media

Indonesia.

Wijaya A.S & Putri Y.M. (2013).

Keperawatan Medikal Bedah

(Keperawatan Dewasa).

Yogyakarta: Nuha Medika

Page 13: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

11

Page 14: PENGETAHUAN PASIEN TENTANG FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

12