Page 1
PENGETAHUAN GURU IPA TENTANG SISWA
DAN PENGARUHNYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS: DUA GURU IPA DI SMP NEGERI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Ignatia Debby Cynthia Krisbawati
131424009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
i
PENGETAHUAN GURU IPA TENTANG SISWA
DAN PENGARUHNYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS: DUA GURU IPA DI SMP NEGERI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Ignatia Debby Cynthia Krisbawati
131424009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
ii
Yogyakarta, 10 November 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat
kepada yang tiada berdaya” (Yesaya 40:29)
Nothing worth having was ever achieved without effort
Theodore Roosevelt
Karya kecil ini saya persembahan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Kedua orang tua tercinta, Bapak Bagya, S.Pd dan Ibu Leonarda, S.Pd
Fransisca Angela Christy dan Albertus Christian Milano
Vincentius Marcellino Giofany (Alm.)
Keluarga besar Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
vii
ABSTRAK
Pengetahuan Guru IPA Tentang Siswa
Dan Pengaruhnya Dalam Proses Pembelajaran
(Studi Kasus: Dua Guru IPA Di SMP Negeri Yogyakarta)
Ignatia Debby Cynthia Krisbawati
Universitas Sanata Dharma
2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan guru IPA
tentang siswa terkait motivasi siswa, kesulitan belajar siswa serta miskonsepsi
siswa dan pengaruhnya dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan di satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di
Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan April 2017 hingga Juni 2017. Subyek
dalam penelitian ini adalah dua orang guru IPA di sekolah tersebut dan objek
penelitian ini adalah pengetahuan guru mengenai siswa yang diajarnya. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen pengumpulan data
berupa rekaman video pembelajaran, fieldnotes dan wawancara guru.
Video hasil rekaman proses pembelajaran diputar kembali, diamati dan
dicermati secara berulang-ulang kemudian ditranskrip dan dicari hal-hal yang
menunjukan pengetahuan guru tentang siswa. Data yang memiliki makna yang
sama dikelompokkan dalam satu topik data. Dari setiap tindakan yang menunjukan
pengetahuan guru tentang siswa tersebut dibahas dan dicocokkan berdasarkan
pengetahuan guru dari hasil wawancara. Penelitian ini dianalisis dengan mencari
tahu pengetahuan guru tentang siswa dan bagaimana proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tersebut.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Pengetahuan Guru X dan Guru
Y tentang motivasi siswanya dalam penelitian ini terungkap. Pengetahuan yang
dimiliki guru X tentang motivasi yang dimiliki siswanya berpengaruh dalam proses
pembelajaran dan pengetahuan yang dimiliki guru Y tentang motivasi siswa yang
diajarnya pada dua kelas yang berbeda tidak berpengaruh dalam proses
pembelajaran, (2) Pengetahuan Guru X dan Guru Y tentang kesulitan belajar siswa
dalam penelitian ini terungkap. Pegetahuan yang dimiliki Guru X dan Guru Y
tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran, terlihat bahwa pengetahuan
tersebut mendasari tindakan guru dalam membantu kesulitan siswa, (3) Guru X
mengetahui terdapat siswanya yang memiliki miskonsepsi dan pengetahuan
tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran. Pengetahuan Guru Y tentang
miskonsepsi siswa tidak terungkap.
Kata kunci: Pengetahuan tentang siswa, Proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
viii
ABSTRACT
Science Teachers’ Knowledge About Students
And Its Influence On The Learning Process
(Case Study: Two Science Teachers of State Junior High School in Yogyakarta)
Ignatia Debby Cynthia Krisbawati
Universitas Sanata Dharma
2017
The purpose of this research was to understand science teachers’
knowledge about students related to their motivation, students’ learning difficulties,
students’ misconception, and its influence on the learning process.
This research was conducted in one of the State Junior High School in
Yogyakarta . It was started from April until June 2017. The subjects in this research
are two science teachers in that school and the objects of this research are the
teachers’ knowledge on the students whom she taught. This research was a
qualitative descriptive research with data collection instrument in the form of
learning video recording, fieldnotes, and teacher interview.
The recording video of the learning process was played back, observed and
scrutinized repeatedly then transcribed and searched for things that show the
teachers’ knowledge on the students. The data having the same meaning are
grouped into a single data topic. From each action the teacher's knowledge about
students was discussed and matched based on the teacher's knowledge of the
interview result. This research was analyzed by finding out the teachers’ knowledge
about students and how the learning process conducted by the teachers.
The results show that: (1) The knowledge of teacher X and Y about students’
motivation in this research was revealed. Knowledge of teacher X about students’
motivation has an effect on the learning process and the knowledge of teacher Y on
the motivation of the students that he taught in two different classes. It has no
influence in the learning process, (2) Teachers’ Knowledge X and Y on student
learning difficulties in this study was revealed. Knowledge of teacher X and Y
influence the learning process. it was seen that the knowledge underlie the teachers’
actions in helping students' difficulties, (3) Teacher X knows that there was student
who has misconceptions and their knowledge influence the learning process.
Teacher Y's knowledge about student misconceptions was not revealed.
Keyword: Knowledge about students, Learning process
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa di Surga atas kasih karunia-
Nya dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengetahuan Guru IPA
Tentang Siswa Dan Pengaruhnya Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus: Dua
Guru IPA Di SMP Negeri Yogyakarta)”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari ada banyak pihak yang
telah memberi bantuan berupa bimbingan, saran, dan dukungan kepada penulis
dengan segenap pikiran, waktu, dan tenaga, sehingga dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan
waktu serta kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, kritik
dan saran selama pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M. S., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika dan segenap dosen Universias Sanata Dharma,
khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan
pengalaman, pengetahuan dan bimbingan selama penulis belajar di
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku ketua laboratorium
microteaching Pendidikan Fisika dan seganap staff laboratorium
microteaching Pendidikan Fisika yang telah membantu sarana berupa
handycam selama proses pengambilan data.
4. Segenap staff sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala urusan
administrasi selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ..........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 7
A. Pengetahuan Guru Tentang Siswa .......................................................... 7
1. Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa ..................................... 7
2. Pengetahuan Guru Tentang Kesulitan Belajar Siswa........................ 9
3. Pengetahuan Guru Tentang Miskonsepsi Siswa ............................... 12
B. Pedagogical Content Knowledge (PCK) ............................................... 14
C. Komponen-komponen PCK .................................................................... 16
D. Pembelajaran IPA.................................................................................... 17
E. Penelitian Yang Relevan ......................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 20
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xii
B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian .................................................. 20
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 21
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 21
E. Metode Analisis Data dan Pembahasan .................................................. 24
F. Pedoman Analisis Data ........................................................................... 25
BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ............................ 27
A. Data ......................................................................................................... 27
1. Deskripsi Penelitian .......................................................................... 27
2. Hasil Penelitian ................................................................................ 30
B. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................... 32
1. Pengetahuan Guru X Tentang Siswanya .......................................... 33
a. Motivasi Siswa ........................................................................... 34
1) Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa ........................ 34
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran ........................ 35
b. Kesulitan Belajar Siswa ............................................................. 44
1) Pengetahuan Guru Tentang Kesulitan Belajar Siswa ........... 44
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran ........................ 46
c. Miskonsepsi Siswa ..................................................................... 54
1) Pengetahuan Guru Tentang Miskonsepsi Siswa .................. 54
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran ........................ 56
2. Pengetahuan Guru Y Tentang Siswanya .......................................... 64
a. Motivasi Siswa ........................................................................... 64
1) Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa ........................ 64
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran ........................ 66
b. Kesulitan Belajar Siswa ............................................................. 73
1) Pengetahuan Guru Tentang Kesulitan Belajar Siswa ........... 73
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran ........................ 74
c. Miskonsepsi Siswa ..................................................................... 82
1) Pengetahuan Guru Tentang Miskonsepsi Siswa .................. 82
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran ........................ 83
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiii
A. Kesimpulan ............................................................................................. 86
1. Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa .................................... 86
2. Pengetahuan Guru Tentang Kesulitan Belajar ................................. 86
3. Pengetahuan Guru Tentang Miskonsepsi Siswa .............................. 87
B. Saran ........................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Metode pengumpulan data ................................................................. 21
Tabel 3.2. Pedoman analisis data ........................................................................ 25
Tabel 4.1. Daftar tanggal pelaksanaan observasi, pengambilan data, dan
wawancara .......................................................................................... 29
Tabel 4.2. Pengetahuan guru X tentang siswanya .............................................. 34
Tabel 4.3. Analisis Pengetahuan Guru X Tentang Siswa .................................. 62
Tabel 4.4. Pengetahuan guru Y tentang siswanya .............................................. 64
Tabel 4.5. Analisis Pengetahuan Guru Y Tentang Siswa ................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Pengetahuan Guru Fisika yang diadaptasi dari Etikna
(2010) ............................................................................................. 15
Gambar 4.1. Guru memotivasi dengan mendekati dan menasihati siswa ........... 36
Gambar 4.2. Guru memotivasi dengan memeriksa catatan dan menasehati
Siswa .............................................................................................. 37
Gambar 4.3. Guru memotivasi dengan memberi pujian kepada siswa ............... 40
Gambar 4.4. Guru memotivasi dengan memberi dukungan ............................... 41
Gambar 4.5. Guru membimbing siswa dengan memberikan contoh soal .......... 46
Gambar 4.6. Guru memberi penekanan mengenai fokus pada lensa cekung...... 47
Gambar 4.7. Guru memberi penekanan dengan menggambar jalannya sinar
pada cermin .................................................................................... 49
Gambar 4.8. Guru menunjukan perpotongan sinar pantul .................................. 49
Gambar 4.9. Guru mendemonstrasikan yang dimaksud dengan bayangan
tegak ............................................................................................... 50
Gambar 4.10. Guru mendemonstrasikan yang dimaksud dengan bayangan
terbalik ......................................................................................... 51
Gambar 4.11. Guru menuntun siswa dalam mengerjakan soal ........................... 53
Gambar 4.12. Guru memberi penekanan mengenai tanda negatif pada jarak
bayangan ...................................................................................... 57
Gambar 4.13. Guru meluruskan pemahaman siswa dengan mengulang
penjesalan .................................................................................... 59
Gambar 4.14. Guru memotivasi siswa dengan melakukan demonstrasi ............. 67
Gambar 4.15. Guru menunjukan perbedaan cahaya yang melalui gelas
dengan yang tanpa melalui gelas ................................................. 68
Gambar 4.16. Guru menunjukan gambar panah untuk menunmbuhkan rasa
ingin tahu siswa ........................................................................... 68
Gambar 4.17. Guru menunjukan gambar arah anak panah dengan
menggunakan gelas kaca yang berisi air ..................................... 68
Gambar 4.18. Guru memotivasi dengan mendekati dan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
xvi
dorongan kepada siswa ................................................................ 71
Gambar 4.19. Guru mengamati siswa yang masih menggambar dan
memberi pengarahan ................................................................... 71
Gambar 4.20. Guru menuntun siswa dalam menggambar dengan
memberikan dorongan ................................................................. 72
Gambar 4.21. Guru menunjukan bayangan yang terbentuk pada layar
di papan optik .............................................................................. 75
Gambar 4.22. Guru menunjukan bentuk bayangan terbalik pada layar
di papan optik .............................................................................. 75
Gambar 4.23. Guru memberi penekanan dengan mengulang menggambar
jalannya sinar pada lensa cekung ................................................ 77
Gambar 4.24. Guru memberi penekanan dengan mengambarkan letak
bayangan ...................................................................................... 77
Gambar 4.25. Guru mengecek pekerjaan siswa dan meneumukan adanya
kesalahan ..................................................................................... 79
Gambar 4.26. Guru mengetahui kesalahan siswa dalam menghitung
perbesaran bayangan ................................................................... 80
Gambar 4.27. Guru memberi penekanan mengenai arti dari tanda mutlak ........ 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar adalah proses yang kompleks, tidak hanya menyampaikan
informasi dari guru ke peserta didik tetapi harus disertai banyak kegiatan atau
tindakan yang dilakukan oleh guru. Mengajar perlu disesuaikan dengan tujuan
pendidikan dan kondisi setiap peserta didik, peserta didik mempunyai potensi
yang dapat diarahkan dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi mereka.
Untuk itu seorang guru perlu memahami peserta didiknya dengan baik,
membimbing, mengarahkan, mempersiapkan, mengontrol peserta didik dalam
kegiatan belajar, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar
sehingga peserta didik dapat mencapai hasil belajar dengan optimal (Siti
Aisyah, 2015: 51).
Seringkali ada kesan bahwa guru-guru IPA itu serius, menakutkan, dan
jauh dari siswa. Akibatnya, banyak siswa menjadi kurang tertarik mendalami
IPA (Suparno, 2007: 96). Hal tersebut juga peneliti jumpai ketika mengikuti
kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL), beberapa siswa
mengungkapkan kurang menyukai dan kurang mengerti fisika dikerenakan
guru mengajar kurang menarik, membosankan, dan terkesan cuek. Tidak
sedikit juga siswa yang mengatakan bahwa mereka merasa takut untuk
bertanya kepada guru, terkadang siswa sudah bertanya namun guru tidak
merespon, akibatnya siswa semakin tidak mengerti fisika dan menganggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
2
bahwa fisika itu sulit untuk dipelajari. Selain itu, metode yang digunakan guru
dalam mengajar kurang bervariasi sehingga banyak siswa menjadi bosan dan
akhirnya tidak senang dengan mata pelajaran tertentu, khususnya IPA
(Suparno, 2007: 1).
Guru yang kurang mampu dalam memahami peserta didik seperti
kurangnya pemahaman guru akan kesulitan belajar peserta didik, motivasi
belajar peserta didik serta guru yang kurang mampu menjalin kedekatan
dengan peserta didik, menyebabkan peserta didik tidak dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada didalam diri mereka karena peserta didik kurang
mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Peserta didik sering kali
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru,
dan tak jarang pula peserta didik yang mengalami miskonsepsi terhadap konsep
yang mereka terima (Suparno, 2007).
Guru perlu mengerti bagaimana siswa menanggapi pembelajarannya,
apakah mereka bosan, senang, atau malas. Dengan mengerti keadaan siswa,
guru akan dapat membantu siswa belajar sesuai dengan situasi mereka. Selain
itu, guru juga perlu melatih diri berkomunikasi akrab dengan siswa. Hubungan
yang akrab dengan siswa perlu dibangun, kemampuan memotivasi,
memberikan semangat, menegur, menggerakkan siswa perlu dilatih.
Ketrampilan mendekati siswa, membantu siswa belajar, dan juga kemampuan
mendengarkan apa yang dirasakan dan diinginkan siswa perlu dikembangkan
serta kemampuan mengerti kesulitan siswa dalam belajar perlu ditumbuhkan
(Suparno, 2007: 1-4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
3
Pengetahuan guru tentang peserta didik tersebut adalah salah satu
bagian dari PCK (Pedagogical Content Knowledge). PCK diidentifikasi
sebagai perpaduan pengetahuan konten yang akan diajarkan dan pengetahuan
pedagogi yang menghasilkan pemahaman guru tentang bagaimana isi
pengajaran dapat terorganisir dengan baik, disesuaikan, dan disajikan kepada
siswa yang memiliki kemampuan dan minat (Shulman: 1987 dalam Sarkim:
2006). Menurut Shulman (1986) PCK dikelompokkan dalam tiga kategori: 1)
Pengetahuan tentang kurikulum, 2) Pengetahuan tentang strategi pembelajaran,
3) Pengetahuan tentang para siswa. PCK khususnya pengetahuan guru tentang
siswa akan sangat membantu guru dalam memutuskan tindakan-tindakan yang
akan diterapkan selama proses pembelajaran di kelas. Dalam menentukan
tindakan-tindakan yang tepat dalam proses pembelajaran tersebut, seperti
pemilihan strategi belajar maupun model-model pembelajaran yang akan
diterapkan, guru harus mampu mengenal dan mengetahui siswanya terlebih
dahulu. Oleh karena itu PCK sendiri seharusnya dimiliki oleh seorang guru
tidak hanya terpaku pada materi dibidangnya saja, namun juga guru harus
memahami kemampuan peserta didik dalam memahami konsep yang dipelajari
mereka.
Berdasarkan pada uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan
sebuah penelitian studi kasus. Studi kasus (Case Studies) merupakan jenis
penelitian kualitatif yang mendalam tentang individu, kelompok, institusi, dan
sebagainya yang dipandang mengalami kasus tertentu dalam kurun waktu
tertentu (Eko Sugiarto, 2015: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
4
Permasalahan yang diteliti yaitu menyelidiki pengetahuan guru IPA
tentang siswa dan pengaruhnya dalam proses pembelajaran. Namun peneliti
membatasi masalah yang akan diteliti terkait pengetahuan guru tentang siswa
meliputi masalah-masalah yang sering dihadapi oleh siswa dalam proses
pembelajaran yaitu motivasi siswa, kesulitan belajar siswa, dan miskonsepsi
siswa yang sangat mempengaruhi dalam hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian
untuk mengidentifikasi pengetahuan guru tentang siswanya, yang dapat
diketahui melalui hasil wawancara dengan guru serta tindakan-tindakan guru
selama proses pembelajaran di kelas, yang dianalisa melalui perekaman proses
pembelajaran di kelas melalui video mengunakan handycam dan diperkuat
dengan wawancara secara mendalam untuk mengungkapkan pengetahuan guru
mengenai siswanya dan pengaruhnya dalam proses pembelajaran di kelas.
Maka peneliti memilih judul “Pengetahuan Guru IPA Tentang Siswa Dan
Pengaruhnya Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus: Dua Guru IPA
Di SMP Negeri Yogyakarta)” sebagai judul tugas akhir.
B. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah maka penulis
membatasi masalah dalam mengidentifikasi pengetahuan guru tentang siswa
dan pengaruhnya dalam proses pembelajaran di kelas. Pengetahuan guru
tentang siswa meliputi:
1) Pengetahuan guru tentang motivasi siswa
2) Pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
5
3) Pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana pengetahuan guru IPA tentang siswa terkait
motivasi siswa, kesulitan belajar serta miskonsepsi siswa dan pengaruhnya
dalam proses pembelajaran?
D. Tujuan Penelitian
Berdasakan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengetahuan guru IPA tentang siswa terkait motivasi siswa,
kesulitan belajar siswa serta miskonsepsi siswa dan pengaruhnya dalam proses
pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan membawa manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain:
1. Bagi peneliti
a. Peneliti mendapat pengalaman langasung untuk mengetahui bentuk-
bentuk pengetahuan guru tentang siswa melalui wawancara dan
observasi.
b. Penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi peneliti dikemudian hari
ketika peneliti menjadi guru untuk dapat menentukan tindakan-
tindakan yang tepat dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru
setelah mengetahui dan mengenal para siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
6
2. Bagi guru
a. Penelitian ini dapat menjadi suatu informasi bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih baik
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk
menjadi guru yang professional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Guru Tentang Siswa
Pengetahuan guru tentang siswa adalah pengetahuan akan suatu fakta
atau kondisi dengan baik yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan yang
dapat terlihat dari interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran. Pengetahuan
guru tentang para siswa membantu dalam memutuskan tindakan-tindakan yang
sesuai untuk diterapkan di dalam kelas (Sarkim, 2005, dalam Suwido, 2010).
Grossman menyatakan bahwa pengetahuan mengenai para siswa tidak
hanya terdiri dari pengetahuan tentang pemahaman siswa terdahulu tetapi juga
pengetahuan tentang siswa secara umum, termasuk latar belakang siswa,
konsepsi, dan miskonsepsi (Sarkim, 2005, dalam Suwido, 2010). Pengetahuan
guru mengenai siswa juga mencakup pengetahuan guru dalam mendeteksi
kesulitan belajar siswa termasuk miskonsepsi siswa dalam mempelajari materi.
Pengetahuan guru tentang siswa dapat dilihat dari berbagai hal, namun peneliti
membatasi pengamatan dan pemahaman pada masalah-masalah yang sering
dialami oleh siswa meliputi motivasi siswa, kesulitan belajar siswa, dan
miskonsepsi siswa.
1. Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa
Menurut Sardiman (2007: 74), motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
8
yang memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai.
Menurut Irham (2013: 61), motivasi yang dimiliki siswa
memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran yang diikuti dan
dilakukan oleh siswa. Motivasi yang dimiliki siswa tersebut, memberikan
energi dan semangat bagi siswa untuk mempelajari sesuatu. Atas dasar
itulah, guru diharapkan memahami dan mengerti motivasi siswanya dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Siswa yang memiliki motivasi rendah akan terlihat tidak semangat
dan tidak antusias dalam belajar maupun dalam mengikuti proses
pembelajaran. Dengan begitu, guru diharapkan mampu memberikan
motivasi dan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar selama proses
pembelajaran berlangsung sehingga proses pembelajaran akan berhasil
dan terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh
sebab itu, sangat penting bagi guru dalam memperhatikan kondisi siswa
terutama motivasi yang dimiliki siswa (Irham, 2013: 57). Jadi tugas lain
seorang guru yaitu bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya
tumbuh motivasi, sehingga hasil belajar siswa juga akan optimal kalau ada
motivasi yang tepat (Sardiman, 2007: 75-76).
Dalam kaitan itu perlu diketahaui bahwa cara dan jenis
menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Menurut Eric Jensen,
2008 (dalam Irham, 2013: 62), guru dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar dengan melakukan beberapa cara antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
9
a. Menanamkan keyakinan positif kepada siswa tentang kemampuan
yang dimilikinya sehingga siswa lebih semangat dalam belajar
b. Guru perlu memelihara lingkungan pembelajaran yang aman secara
fisik dan emosional, dalam hal ini guru dapat mengkondisikan siswa
agar dapat mengikuti pembelajaran dengan sebaik mungkin sehingga
siswa lebih fokus dan berkonsentrasi dalam belajar.
c. Menandai kesuksesan dan pencapaian prestasi siswa dengan
kegembiraan atau perayaan bahkan penghargaan atau pujian serta
hadiah sehingga siswa termotivasi untuk mempertahankan dan
mengembangkannya
d. Memberikan siswa harapan untuk sukses dalam belajar sehingga
terdorong untuk mengkuti proses pembelajaran dengan sungguh-
sungguh
e. Memberikan siswa pengalaman dan cerita-cerita tentang kesuksesan
dalam belajar, baik yang menggambarkan kerja jeras, kedisiplinan,
dan usaha untuk sukses dalam belajar dan berkarier
f. Memperlihatkan segenap potensi dan intelegensi yang siswa miliki
dalam belajar. Artinya, proses pembelajaran memadukan seluruh
potensi siswa sehingga berbagai aspek potensi dapat tereksplorasi
2. Pengetahuan Guru Tentang Kesulitan Belajar Siswa
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat
berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak,
kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
10
kadang terasa amat sangat sulit. Setiap individu memang tidak ada yang
sama, perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Dalam keadaan dimana siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan
kesulitan belajar (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2013: 77). Oleh
sebab itu, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi saat siswa mengalami
hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan
tidak dapat mencapai hasil belajar secara optimal (Rumini dkk., 2006
dalam Irham, 2013: 254).
Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan
yang menyebabkan seorang siswa tidak dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang
disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak
dapat mencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Terdapat gejala-gejala yang menunjukan adanya siswa yang
sedang mengalami kesulitan belajar, menurut Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono (2013: 94), siswa yang mengalami kesulitan belajar akan
menunjukan gejala-gejala sebagai berikut:
a) Menunjukan prestasi belajar yang rendah atau berada dibawah rata-
rata yang dicapai oleh siswa lain dalam satu kelasnya
b) Hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh tidak seimbang
dengan usaha yang dilakukan, artinya meskipun usahanya sudah
keras, namun nilainya selalu rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
11
c) Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, artinya ia selalu
tertinggal dalam mengerjakan soal-soal, dalam mengerjakan tugas-
tugas, dan sebagainya
d) Siswa menunjukan sikap yang tidak atau kurang wajar selama proses
pembelajaran, misalnya membolos, sering tidak masuk pada mata
pelajaran tertentu
e) Siswa menunjukan perilaku menyimpang, misalnya sering tidak
memperhatikan penejelasan guru tidak mengerjakan tugas-tugas,
tidak mau bekerja sama dengan temannya, terisolasi, dan sebagainya.
f) Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung,
rendah diri, dan sebaginya.
Gejala-gejala siswa yang cenderung kurang baik dan kurang
mendukung proses belajar dan pembelajaran perlu mendapatkan perhatian
khusus dari guru. Guru perlu melakakuan tindakan yang tepat dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa (Irham, 2013: 261). Lebih lagi
Djamarah (2011: 247), menambahkan bahwa dari semua gejala yang
tampak itu, guru bisa memprediksi bahwa siswa kemungkinan mengalami
kesulitan belajar. Disamping itu, guru juga bertanggung jawab membantu
siswa agar dapat belajar dengan baik dan memperoleh prestasi belajar yang
baik. Oleh sebab itu, siswa yang mengalami permasalah-permasalah dalam
belajar menjadi tugas tersendiri bagi guru untuk menyelesaikannya. Hal
ini disebabkan bagaimanapun juga guru bertugas membantu siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
12
menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan lebih baik dan tuntas, artinya
tujuan-tujuan proses pembelajaran benar-benar tercapai.
3. Pengetahuan Guru Tentang Miskonsepsi Siswa
Suparno (2005: 4), menjelaskan bahwa miskonsepsi menujuk pada
suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian
yang diterima pakar dan bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa
konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep,
gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Flower, 1987 (dalam Suparno,
2005: 5), menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi, ia memandang
miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep,
penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-
konsep yang tidak benar.
Beberapa faktor yang menyebabkan miskonsepsi antara lain adalah
siswa itu sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara
mengajar guru, dan buku teks (Suparno, 2005: 54). Penyebab yang berasal
dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi siswa
sebelum memulai pelajaran, kemampuan, tahap perkembangan, minat,
cara berpikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa
ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang
tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik.
Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan
uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti budaya, agama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
13
dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan
metode mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering
memunculkan salah pengertian pada siswa. Seringkali penyebab-
penyebab itu berdiri sendiri, akan tetapi terkadang saling terkait satu sama
lain, sehingga salah pengertiannya menjadi semakin kompleks (Suparno,
2005: 29).
Oleh sebab itu, untuk membantu siswa yang mengalami
miskonsepsi adalah dengan mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa
itu, mencari sebab-sebabnya, dan dengan pengertian itu menentukan cara
yang sesuai. Untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi, pertama-
tama guru perlu mengerti kerangka berfikir siswa. Dengan mengetahui
cara berfikir, cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, guru dapat
mengetahui dengan tepat dimana letak miskonsepsi siswa sehingga guru
dapat membantunya. Untuk dapat memahami gagasan siswa, Suparno
(2005: 56-57), memaparkan beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu :
Siswa dibebaskan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya
mengenai bahan yang sedang dibicarakan (Mestre, 1989; Brouwer,
1984)
Guru memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang
biasanya membuat siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara
jujur. Dari jawaban yang jujur itu dapat dilihat apakah gagasan siswa
benar atau tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
14
Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang
biasanya mengandung miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa
berdiskusi dengan bebas.
Sangat penting dalam pembelajaran, apabila guru selalu mempertanyakan
kepada siswa gagasan dan konsep yang mereka ketahui. Guru dalam
mengajar entah dengan metode apapun, guru perlu memberikan peluang
kepada setiap siswa untuk mengungkapkan gagasan dan idenya tentang
konsep fisika yang dipelajari. Dari ungkapan itulah guru akan mengerti
miskonsepsi yang dibawa atau yang dipunyai siswa (Suparno, 2005: 83).
B. Pedagogical Content Knowledge (PCK)
Pedagogical Content Kowledge (PCK) pertama kali dikemukakan oleh
Shulman (1987, dalam Sarkim, 2006). Pedagogical Content Kowledge (PCK)
merupakan perpaduan antara pengetahuan mengenai isi materi atau konten
(content knowledge) yang akan diajarkan dengan pengetahuan mengenai
pedagogi (pedagogy knowledge) sehingga menghasilkan pemahaman guru
tentang bagaimana isi pengajaran tersebut dapat terorganisir dengan baik,
disesuaikan, dan disajikan kepada siswa yang memiliki kemampuan dan minat
yang beragam. Sehingga ada suatu struktur pengetahuan yang khas atau unik
di dalam bidang pembelajaran ilmu tertentu (Sarkim, 2015).
Secara senderhana, Etkina (2010) menggambarkan tiga pilar
pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Pengetahuan dasar
itu adalah Content Knowledge (CK), Pedagogical Knowledge (PK), dan
Pedagogical Content Knowledge (PCK).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
15
Gambar 2.1. Struktur Pengetahuan Guru Fisika yang
diadaptasi dari Etkina (2010)
Content Knowledge (CK) membahas mengenai kemampuan dasar yang
dimiliki guru dalam menguasai materi pembelajaran, sedangkan Pedagogical
Knowledge (PK) adalah pengetahuan umum mengenai bagaimana seorang
siswa belajar, pengetahuan tentang perkembangan daya pikir siswa,
pengetahuan tentang peraturan sekolah, termasuk pengetahuan ilmu kognitif,
pengetahuan tentang pembelajaran kolaborasi dan lain-lain.
Pedagogical Content Knowledge dapat diartikan sebagai gambaran
tentang bagaimana seorang guru mengajarkan suatu subjek dengan mengakses
apa yang diketahui tentang subjek tersebut, apa yang diketahui tentang siswa
yang diajarnya (dengan berbagai umur dan latarbelakang) yang mempunyai
konsepsi dan miskonsepsi agar mereka belajar, tentang kurikulum terkait
dengan subjek tersebut dan apa yang diyakini sebagai cara mengajar yang baik
pada konteks tersebut (Rollnick, 2008, dalam Rahmadhani dkk., 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
16
Bagi guru yang ingin mengajar sains secara efektif, tidak cukup hanya
memiliki pengetahuan yang cukup tentang isi materi pembelajaran dan
menguasai pedagogi. Masih diperlukan keterampilan yang berhubungan erat
dengan bagaimana cara mengejarkan isi materi (content) tertentu tersebut agar
mudah diajarkan guru untuk mengubah isi materi ke dalam bentuk yang secara
pedagogik dapat dimengerti, dapat dicerna, dan dapat diadaptasi oleh siswa
dengan berbagai kemampuan dan latar belakang siswa. Pengetahuan guru
tentang peserta didik tersebut adalah salah satu bagian dari PCK (Pedagogical
Content Knowledge).
C. Komponen-komponen PCK
PCK memiliki beberapa komponen atau unsur yang berbeda menurut
para ahli. Di bawah ini adalah gagasan komponen-kompenen PCK menurut
beberapa ahli yaitu :
Shulman telah mengidentifikasikan PCK dalam beberapa unsur
(Sarkim, 2015), yaitu :
1. Topik-topik yang paling sering diajarkan
2. Cara-cara merepresentasikan pengetahuan yang paling tepat
3. Analogi-analogi yang paling kuat, ilustrasi-ilustrasi, contoh-contoh,
penjelasan-penjelasan, dan demonstrasi-demonstrasi (Shulman, 1987,
dalam Suwido, 2010)
4. Contoh penjelasan
5. Cara-cara yang dapat membuat pembelajaran menjadi mudah
6. Pra konsepsi dan miskonsepsi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
17
Sementara Grossman dalam Agustina (2015) mengemukakan bahwa
PCK terdiri dari 4 komponen yaitu:
1) Pengetahuan tentang tujuan mengajar
2) Pengetahuan tentang siswa
3) Pengetahuan tentang kurikulum
4) Pengetahuan tentang strategi pembelajaran
Dari unsur-unsur PCK yang dicetuskan oleh Shulman dan Grossman,
Magnuson, et al. (dalam Purwaningsih, 2015), juga telah mengindentifikasikan
PCK menjadi beberapa komponen. Komponen-komponen ini meliputi:
a. Orientasi pada pengajaran sains (keyakinan guru tentang tujuan
mengajarkan konsep kepada siswa)
b. Pengetahuan dan keyakinan kurikulum sains (pengetahuan guru tentang
kurikulum yang digunakan)
c. Pengetahuan dan keyakinanan siswa terhadap sains (pengetahuan guru
tentang kondisi siswa: kesulitan belajar, gaya belajar)
d. Pengetahuan dan keyakinan strategi pembelajaran
e. Pengetahuan tentang penilaian pembelajaran
D. Pembelajaran IPA
Menurut Asih Widi dan Eka (2014), IPA merupakan rumpun ilmu yang
memliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual
(factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan
sebab-akibatnya. Pada hakikatnya IPA tidak terpisahkan dari dua hal yaitu IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
18
sebagai produk (pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif)
dan IPA sebagai proses (kerja ilmiah).
Asih Widi dan Eka (2014), juga menjelasakan bahwa materi-materi
dalam IPA lebih mempelajari tentang fenomena-fenomena alam dan
memerlukan penalaran lebih oleh siswa. Karakteristik materi IPA yang
cenderung abstrak, menuntut seorang guru IPA untuk berinovasi dalam
merumuskan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikannya kepada
siswa. Sehingga seorang guru IPA dikatakan berhasil dalam proses
pembelajaran yang semula sulit menjadi mudah, yang semula tidak menarik
menjadi menarik, yang semula tidak bermakna menjadi bermakna sehingga
siswa menjadikan belajar IPA adalah kebutuhan bukan karena keterpaksaan.
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengenai pengetahuan guru tentang siswa yang berjudul
“Pengetahuan Guru IPA Tentang Siswa Dan Pengaruhnya Dalam Proses
Pembelajaran (Studi Kasus: Dua Guru IPA Di SMP Negeri Yogyakarta)”.
Terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu skripsi yang
ditulis oleh Albertus Wahyu Suwido (2010) dalam skripsinya yang berjudul
“Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika Tentang Siswanya Pada 2 SMA Di
Yogyakarta Sebagaimana Terungkap Melalui Aktivitas Guru Dalam
Pembelajaran”. Terdapat kemiripan penelitian ini dengan penelitian Albertus
Wahyu Suwido (2010), yaitu objek yang diteliti adalah pengetahuan guru
tentang siswa yang juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika
Dhiny Murwati (2012), dengan judul “Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
19
Mengenai Siswanya Yang Diduga Mendasari Tindakannya Dalam
Pembelajaran (Studi Kasus 2 Guru Fisika Di 2 Sekolah Yang Berbeda)”.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data terdiri dari perekaman proses pembelajaran, fieldnotes, dan
wawancara guru, sedangkan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan
melihat video rekaman proses pembelajaran secara berulang-ulang yang
kemudian ditranskrip serta dicari hal-hal yang menunjukan pengetahuan guru
tentang siswa yang kemudian dikelompokan dalam satu topik atau kode untuk
dibahas dan diperkuat oleh hasil wawancara, yang juga relavan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Albertus Wahyu Suwido (2010) dan Kartika
Dhiny Murwati (2012).
Tedapat perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Albertus Wahyu Suwido (2010) dan Kartika Dhiny Murwati
(2012), yaitu penelitian ini hanya dilakukan disatu lokasi yaitu Sekolah
Menengah Pertama Negeri Yogyakarta dan subjek dalam penelitian ini adalah
dua orang guru SMP yang mengajar mata pelajaran IPA disekolah tersebut,
sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Albertus Wahyu Suwido
(2010) dan Kartika Dhiny Murwati (2012) dilakukan dilokasi yang berbeda
yaitu di dua Sekolah Menengah Atas Yogyakarta, sementara subjeknya adalah
dua orang guru fisika yang berasal dari dua Sekolah Menengah Atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Menurut Nana, 2010 (dalam Hamdi, 2014: 9), penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Bentuk penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Studi
kasus (Case Studies) merupakan jenis penelitian kualitatif yang mendalam
tentang individu, kelompok, institusi, dan sebagainya yang dipandang
mengalami kasus tertentu dalam kurun waktu tertentu. Mendalam artinya,
mengungkapkan semua variabel yang dapat menyebabkan terjadinya kasus
tersebut dari berbagai aspek. Tujuan studi kasus adalah berusaha menemukan
makna, menyelidiki proses, serta memperoleh pengertian dan pemahaman
yang mendalam serta utuh dari individu, kelompok, atau situasi tertentu (Eko
Sugiarto, 2015: 12).
B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah dua orang guru IPA dari suatu SMP Negeri
yang ada di Yogyakarta. Peneliti memilih kedua guru yang menjadi subjek
dalam penelitian ini karena sebelumnya peneliti melaksanakan kegiatan PPL
di sekolah tersebut, sehingga peneliti telah mengetahui bagaimana model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
21
pembelajaran kedua guru tersebut dalam mengajarkan fisika kepada siswa,
selain itu guru IPA dengan latar belakang pendidikan fisika hanyalah kedua
guru tersebut. Sedangkan objek penelitian adalah pengetahuan guru mengenai
siswa yang diajaranya.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan
April s/d Juni 2017
D. Metode Pengumpulan Data
Data dapat berupa: semua record, transkrip wawancara, fieldnotes
(catatan lapangan), buku harian, foto, dokumen resmi dan pribadi, artikel yang
berkaitan dengan penelitian, dll. Data itu sekaligus merupakan bukti dan kunci
penelitian kualitatif (Suparno 2014: 101).
Berdasarkan uraian tersebut, data dalam penelitian ini diperoleh dari
hasil catatan lapangan (fieldnotes), video rekaman proses pembelajaran dengan
handy-cam dari hasil observasi dan rekaman hasil wawancara dengan guru
menggunakan alat perekam.
Tabel 3.1. Metode pengumpulan data
Jenis Pengumpulan Data Keterangan
Observasi/Pengamatan
(tanpa handycam)
Sebelum penelitian berlangsung, peneliti
melakukan observasi proses pembelajaran
tanpa menggunakan handycam. Observasi
ini dilakukan bertujuan untuk melihat
kondisi kelas, siswa dan guru serta
membiasakan siswa dengan adanya
keberadaan peneliti.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data mengenai proses pembelajaran
yang berlangsung di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
22
Observasi/Pengamatan
(menggunakan handycam)
Selanjutnya, pengamatan dilakukan dengan
mengunakan handycam setalah dirasa siswa
tidak terganggu dengan adanya keberadaan
peneliti. Observasi/pengamatan
menggunakan handycam ini bertujuan untuk
merekam seluruh proses pembelajaran yang
dilakukan guru saat mengajar di kelas.
Fieldnotes Fieldnotes adalah semua catatan tertulis
tentang segala sesuatu yang didengar,
dilihat, diamati, dialami, dipikirkan, dan
direfleksikan oleh peneliti (Suparno, 2014 :
102). Peneliti mengamati secara mendalam
terkait dengan hal-hal yang dianggap
sebagai pengetahuan guru tentang siswa
kemudian peneliti mencatatnya. Catatan
observasi (fieldnotes) bertujuan untuk
menangkap gambaran yang nyata dari hal
yang diteliti, dapat berupa catatan deskriptif
yang menunjukan pengetahuan guru tentang
siswanya.
Wawancara Wawancara bertujuan untuk mengetahui
informasi lebih lanjut mengenai tindakan
guru yang termasuk dalam pengetahuan
guru tentang siswa. Wawancara yang
digunakan adalah wawancara bebas
terpimpin yaitu peneliti membuat beberapa
daftar pertanyaan, kemudian peneliti bebas
menanyakan apa saja yang diperlukan
terkait dengan objek penelitian yang
menunjukan pengetahuan guru tentang
siswa (Suparno, 2014: 59-62). Saat peneliti
melakukan wawancara dengan guru yang
menjadi responden, dilakukan perekaman
menggunakan voice recorder hal tersebut
bertujuan agar semua hasil wawancara dapat
terekam.
Adapun pedoman wawancara dengan guru adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan guru tentang motivasi siswa
Mengetahui motivasi siswa yang diajarnya
Mengetahui cara-cara dalam mendeteksi motivasi yang dimiliki siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
23
Mengetahui cara-cara untuk membangkitkan memotivasi siswa
Mengetahui alasan guru dalam menentukan setiap tindakannya dalam
memotivasi siswa
b. Pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa
Mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa
Mengetahui cara-cara dalam mendeteksi kesulitan belajar yang
dialami siswa
Mengetahui cara-cara untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami
siswa
Mengetahui alasan guru dalam menentukan setiap tindakannya dalam
uapaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa
c. Pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa
Mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa
Mengetahui cara-cara dalam mendeteksi adanya miskonsepsi yang
dialami siswa
Mengetahui cara-cara untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami
siswa
Mengetahui alasan guru dalam menentukan setiap tindakannya dalam
uapaya mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa
Pedoman wawancara di atas adalah sebagai patokan dalam alur wawancara
dengan guru, kemudian peneliti mengembangkan pedoman wawancara
tersebut yang selanjutnya digunakan dalam wawancara untuk menggali
pengetahuan guru tentang siswa yang diajarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
24
E. Metode Analisis Data dan Pembahasan
Data hasil penelitian dianalisis melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Transkripsi Data
Membuat trankripsi data dengan mengubah data berupa video dan
rekaman wawancara menjadi bentuk tulisan. Video hasil rekaman proses
pembelajaran diputar kembali, diamati dan dicermati secara berulang-
ulang. Pembuatan transkripsi dilakukan dengan mengamati video
perekaman pembelajaran yang dilakukan guru. Pengamatan difokuskan
pada hal-hal yang dilakukan guru, yang menunjukan pengetahuan guru
mengenai siswanya. Video hasil perekaman dideskripsikan secara singkat
dan dilakukan pengkodingan pada tiap-tiap data.
2. Penentuan Topik
Dari transkripsi data kemudian dibuat topik data yaitu deskripsi
ringkas mengenai bagian data yang menunjukan bentuk-bentuk
pengetahuan guru tentang siswa. Tiap topik data diberi kode (coding) yang
berupa suatu kata yang menunjukan isi dari topik tertentu.
3. Kategorisasi Coding
Data yang memiliki makna atau kode yang sama dikelompokkan
dalam satu topik data pada tabel kemudian dianalisis, terdapat judul
pengelompokkan dari transkip kejadian yang dianggap sebagai data yang
menunjukkan pengetahuan guru tentang siswa sekaligus waktu kejadian
dan gambar yang mendukung (jika ada). Pemilihan kode diambil dari teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
25
yang mendasarinya dan disesuaikan pula dengan data yang diperoleh dari
hasil perekaman. Dalam pembahasan ditunjukkan pula dukungan teori dan
transkip wawancara dari guru yang mendukung.
F. Pedoman Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan indikator topik untuk
memudahkan peneliti dalam menganalisis data. Indikator tersebut mewakili
setiap topik yang menunjukan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswa.
Indikator-indikator tersebut peneliti gunakan sebagai pedoman dalam analisis
data. Adapun pedomanan analisis data yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2. Pedoman analisis data
No Topik Indikator Topik
1. Pengetahuan guru terkait
motivasi siswa Guru memberikan pujian
untuk meningkatkan gairah
belajar siswa
Guru memotivasi dengan
mendekati dan menasihati
siswa
Guru memotivasi dengan
memberi dukungan berupa
kata-kata penyemangat
untuk menumbuhkan rasa
percaya diri dalam diri
siswa
2. Pengetahuan guru terkait
kesulitan belajar siswa Guru melakukan
penenekanan akan suatu
konsep untuk membantu
pemahaman siswa
(mengulang, mengingatkan,
menunjukan, demonstrasi)
Guru
membimbing/mengarahkan
siswa dalam mengerjakan
soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
26
Guru memberikan trik-trik
dalam pengerjaan soal agar
siswa tidak kesulitan
Guru melihat pemahaman
siswa dengan memberi
pertanyaan untuk melihat
ada tidaknya kesulitan yang
dialami siswa
3. Pengetahuan guru terkait
miskonsepsi siswa Guru menemukan adanya
kekeliruan atau kesalahan
yang dialami siswa dalam
pemahaman suatu konsep
Guru meluruskan
pemahaman siswa dengan
mengulang penjelasan
Guru mengetahui
(menduga) letak
kemungkinan terjadinya
miskonsepsi yang dialami
siswa akan suatu konsep
Guru melakukan penekanan
akan suatu konsep agar
tidak terjadi miskonsepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
27
BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Data
1. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap pengetahuan guru
mengenai siswa yang diajarnya pada waktu diadakannya penelitian.
Pengetahuan guru tentang siswa merupakan salah satu komponen dalam
PCK. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Juni 2017 disalah satu
SMP Negeri di Yogyakarta, sebut saja SMP Negeri Z Yogyakarta. Peneliti
memilih sekolah tersebut karena sebelumnya peneliti pernah melaksanakan
kegiatan PPL di SMP Negeri Z Yogyakarta, sehingga peneliti telah
mengenal guru-guru di sekolah tersebut terutama guru yang akan menjadi
subjek yang akan diteliti.
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang guru IPA yang
mengajar di sekolah tersebut, terdapat tiga orang guru yang mengampu mata
pelajaran IPA namun peneliti memilih kedua guru tersebut sebagai subjek
penelitian karena guru IPA dengan latar belakang pendidikan fisika
hanyalah kedua guru tersebut, sebut saja Guru X dan Guru Y. Objek
penelitian ini adalah pengetahuan guru mengenai siswa yang diajarnya dan
alasan guru yang diduga mendasarinya. Walaupun penelitian dilakukan
kepada dua orang guru yang mengajar di sekolah yang sama, peneliti tidak
bermaksud untuk membandingkan keduanya, melainkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
28
memperbanyak pengetahuan peneliti tentang bentuk-bentuk pengetahuan
guru tentang siswa.
Guru yang pertama adalah guru X, yaitu seorang guru laki-laki yang
mengajar IPA di kelas VIII dan kelas IX. Guru tersebut mengajar di kelas
yang heterogen, terdiri dari siswa dan siswi. Beliau sudah mengajar selama
21 tahun sejak tahun 1996. Selama itu guru X berpindah-pindah dalam
mengajar, namun beliau paling lama mengajar yaitu di SMP Negeri Z
Yogyakarta. Beliau sudah hampir 15 tahun mengajar di sekolah tersebut dan
mengampu mata pelajaran IPA.
Guru yang kedua adalah guru Y, yaitu seorang guru laki-laki yang
mengajar IPA di kelas VIII dan kelas IX. Beliau telah mengajar selama 36
tahun sejak tahun 1981. Awalnya beliau mengajar di salah satu SMP Negeri
Gunung Kidul, namun karena pada saat itu sekolah tersebut hanya memiliki
sedikit siswa dan tidak jarang pula siswa yang mengundurkan diri dari
sekolah tersebut, hingga akhirnya beliau pindah ke SMP Negeri Z
Yogyakarta pada tahun 1988 hingga sekarang. Namun karena adanya
tuntutan sertifikasi dimana guru harus mengajar 24 jam, sehingga guru Y
mencari jam tambahan mengajar di SMP Negeri lain untuk memenuhi syarat
24 jam tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan ketika guru yang menjadi responden
mengajar mata pelajaran IPA pada materi fisika di kelas VIII. Pertimbangan
peneliti memilih kelas VIII karena pada bulan April kelas IX akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
29
menghadapi UN dan pembelajaran di kelas IX sudah tidak efektif lagi, oleh
sebab itu peneliti memilih melakukan penelitian ketika guru mengajar fisika
di kelas VIII. Guru X mengajar di kelas VIII G dan Guru Y mengajar di
kelas VIII A dan VIII B. Kedua guru mengajar di kelas VIII dengan materi
ajar cahaya.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi awal
tanpa menggunakan handycam pada Guru X dan Guru Y. Hal tersebut
bertujuan untuk melihat situasi kelas dan proses pembelajaran yang
berlangsung serta untuk membiasakan siswa dengan keberadaan peneliti.
Selama melakukan observasi awal, peneliti mencatat hal-hal yang dianggap
diperlukan.
Setalah itu, peneliti melakukan pengamatan proses pembelajaran
yang berlangsung saat guru mengajar di kelas VIII. Pengamatan tersebut
dilakukan dengan merekam seluruh aktivitas pembelajaran yang
berlangsung di kelas dengan menggunakan handycam. Kegiatan observasi
yang telah dilakukan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar tanggal pelaksanaan observasi,
pengambilan data, dan wawancara
Keterangan Guru X Guru Y
Observasi Awal 5 April 2017 6 April 2017
Observasi dengan handycam
26 April 2017
17 Mei 2017
7 Juni 2017
27 April 2017
15 Mei 2017
18 Mei 2017
Wawancara
17 Mei 2017
10 Juni 2017
15 Mei 2017
18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
30
Setelah pengambilan data selesai, peneliti kemudian memutar
kembali video rekaman secara berulang-ulang untuk menemukan bentuk-
bentuk pengetahuan guru tentang siswa serta mentranskrip video tersebut.
Hal-hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang
siswa diidentifikasi melalui tindakan guru selama proses pembelajaran
dengan mencatat hal-hal penting yang menunjukan pengetahuan guru
tentang siswa berdasarkan pedoman wawancara yang selanjutnya akan
peneliti kembangkan dalam membuat pertanyaan pada saat wawancara.
Wawancara peneliti lakukan setelah guru selesai mengajar, dan
pertanyaan yang peneliti ajukan adalah pertanyaan yang telah peneliti buat
ketika mengamati proses pembelajaran saat guru mengajar. Wawancara
tersebut dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 17 Mei 2017 dan
10 Juni 2017 pada guru X dan 15 Mei 2017 dan 18 Mei 2017 pada guru Y.
Bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya dan hal-hal yang
menunjukan pengetahuan guru tentang siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung, kemudian digali dengan melakukan wawancara.
2. Hasil Penelitian
a. Data Penelitian
Data penelitian berupa catatan lapangan (fieldnotes), transkrip
rekaman video proses pembelajaran dan transkrip wawancara guru yang
menjadi responden. Pengambilan data dilakukan dengan observasi
(peneliti mengamati proses pembelajaran secara langsung) serta
perekaman proses pembelajaran menggunakan handycam. Data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
31
diperoleh dari catatan lapangan (fieldnotes) bertujuan untuk
mendokumentasikan data-data yang diperoleh di lapangan.
Dari rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru X diperoleh tiga kali pertemuan, pertemuan I dan II terdiri dari 2 JP,
sementara pertemuan III terdiri 1 JP. Pertemuan tersebut yaitu:
1. Pertemuan I (26 April 2017), membahasa tentang pemantulan
2. Pertemuan II (17 Mei 2017), membahas tentang pembiasan
3. Pertemuan III (7 Juni 2017), membahas tentang alat optik
Sedangkan data rekaman video proses pembelajaran yang
dilakukan oleh Guru Y diperoleh tiga kali pertemuan. Pertemuan I, II dan
III terdiri dari 2 JP. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Y
dilaksanakan di laboratorium, karena memudahkan guru Y menjelasakan
menggunakan demonstrasi dengan alat praga. Pertemuan yang dilakukan
oleh guru Y yaitu:
1) Pertemuan I (27 April 2017), membahas tentang pembiasan pada
lensa cembung
2) Pertemuan II (15 Mei 2017), membahas tentang pembiasaan pada
lensa cekung
3) Pertemuan III (18 Juni 2017), membahas latihan soal tentang lensa
kemudian melanjutkan materi tentang alat optik
b. Transkripsi
Transkipsi merupakan salinan rekaman video proses
pembelajaran yang dilakukan oleh kedua guru serta rekaman wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
32
yang telah dilakukan peneliti dengan Guru X dan Guru Y. Peneliti
menulis transkripsi berdasarkan apa yang peneliti dapatkan dari
mendengar berulang-ulang rekaman video proses pembelajaran dan
rekaman wawancara. Transkripsi data video proses pembelajaran Guru
X dapat dilihat pada lampiran 7, dan transkripsi data video proses
pembelajaran Guru Y dapat dilihat pada lampiran 8, sementara
trasnkripsi wawancara Guru X dapat dilihat pada lampiran 9 dan
transkripsi data wawancara Guru Y dapat dilihat pada lampiran 10.
B. Analisis Data dan Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pengetahuan guru mengenai
siswanya yang dimiliki oleh guru X dan guru Y terungkap. Pengetahuan guru
tentang siswa tersebut terungkap dari hasil wawancara dengan kedua guru. Dari
hasil wawancara tersebut diketahui pula bahwa guru X dan guru Y memiliki
pengetahuan yang berbeda-beda mengenai siswanya. Sedangkan bentuk-
bentuk pengetahuan guru tentang siswa yang teramati dalam proses
pembelajaran juga menunjukkan adanya perbedaan, hal tersebut disebabkan
karena setiap guru memiliki pengetahuan tersendiri yang mendasari
tindakannya dalam proses pembelajaran.
Pengetahuan guru tentang siswa serta alasan guru yang mendasari
tindakannya selama proses pembelajaran tersebut, ditelusuri melalui
wawancara dengan masing-masing guru yang menjadi responden. Dalam
memberikan pertanyaan saat wawancara, peneliti berusaha untuk menggali
informasi mengenai pengetahuan guru tentang siswa serta alasan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
33
mendasari tindakannya selama proses pembelajaran. Namun karena
keterbatasan peneliti dalam melakukan wawancara (peneliti kurang bisa
mengembangkan pertanyaan dan kurang bisa menggali jawaban dari guru),
sehingga pengetahuan guru tentang siswanya tidak begitu terungkap secara
mendalam dan tidak semua tindakan yang guru lakukan berhasil dicari tahu
alsannya. Bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswa dapat dilihat dalam
tabel analisis yang dapat dilihat dalam lampiran 11 dan lampiran 12.
Pengetahuan guru mengenai siswanya tersebut, seharusnya
berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang guru lakukan dalam
mengajarkan IPA kepada siswanya. Materi-materi dalam IPA lebih
mempelajari tentang fenomena-fenomena alam sehingga memerlukan
penalaran lebih oleh siswa, maka sudah seharusnya pengetahuan guru tentang
siswa tersebut mendasari setiap tindakannya selama proses pembelajaran
dalam memotivasi siswa, mengetahui kesulitan belajar siswa termasuk
miskonsepsi siswa serta mengetahui cara-cara dalam mengatasi masalah-
masalah tersebut, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami IPA yang
cenderung abstrak. Oleh karena itu pada pembahasan ini juga akan dijabarkan
mengenai hubungan pengetahuan guru tentang siswa dengan proses
pembelajaran yang guru lakukan ketika mengajarkan IPA kepada siswa.
1. Pengetahuan Guru X Tentang Siswanya
Pengetahuan guru tentang para siswa membantu guru dalam
memutuskan tindakan-tindakan yang sesuai untuk diterapkan di dalam kelas
sesuai dengan kebutuhan individu dan kelompok siswa. Dari hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
34
pengetahuan guru X tentang siswanya yang meliputi pengetahuan tentang
motivasi siswa, kesulitan belajar siswa dan miskonsepsi siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Pengetahuan guru X tentang siswanya
Pengetahuan Guru
Tentang Siswa
Guru X
Motivasi siswa Terungkap dalam wawancara
Kesulitan Siswa Terungkap dalam wawancara
Miskonsepsi Siswa Terungkap dalam wawancara
a. Motivasi Siswa
1) Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa
Dari hasil penelitian terungkap bahwa guru X memiliki
pengetahuan tentang motivasi siswanya. Pengetahuan tersebut ialah
guru mengetahui bahwa beberapa siswanya memiliki motivasi yang
rendah, hal tersebut terungkap dalam hasil wawancara yang
diutarakan guru seperti pada kutipan berikut ini:
“seperti mereka yang ribut tadi atau ketika siswa tidak
memperhatikan itu kan menunjukan kalau motivasi yang
dimiliki siswa itu rendah maka harus dibangkitkan seperti
tadi.”
Guru meyakini siswa yang tidak memperhatikan atau asik mengobrol
pada saat proses pembelajaran, menandakan bahwa motivasi yang
dimiliki siswa tersebut rendah sehingga guru perlu membangkitkan
motivasi siswa agar dapat mengikuti pelajaran dangan baik dan hasil
belajar siswa juga akan optimal. Pengetahuan guru ini sejalan dengan
pandangan Irham (2013: 57), bahwa siswa yang memiliki motivasi
rendah akan terlihat tidak semangat dan tidak antusias dalam belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
35
saat mengikuti proses pembelajaran, sehingga guru perlu memberikan
motivasi dan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
Dalam wawancara tersebut peneliti kurang dapat menggali
pengetahuan guru secara mendalam tentang motivasi yang dimiliki
siswanya, sehingga tidak terungkap berapa banyak siswa yang
memiliki motivasi rendah, namun peneliti mengamati tindakan guru
dalam rekaman video proses pembelajaran 26 April 2017 menit 46:03
dan 17 Mei 2017 menit 07:43, menunjukan bahwa guru hanya
mendekati dan menegur dua orang siswanya, tidak hanya menegur
guru juga terlihat memeriksa catatan siswa karena guru mengetahui
kedua siswa tersebut sering mengobrol dan tidak mencatat. Tindakan-
tindakan guru yang menunjukan pengetahuan guru tentang motivasi
siswanya akan dijabarkan pada poin selanjutnya.
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Pengetahuan guru tentang motivasi yang dimiliki siswanya
menunjukan bahwa beberapa siswanya memiliki motivasi yang
rendah, terlihat saat guru menjelaskan kedua siswa tersebut tidak
memperhatikan dan mengobrol.
Dalam proses pembelajaran terungkap pengetahuan guru
tersebut mendasari tindakannya dalam proses pembelajaran untuk
menumbuhkan motivasi siswanya. Selama proses pembelajaran,
peneliti melihat guru melakukan tindakan-tindakan untuk memotivasi
siswa agar siswanya semangat dalam mengikuti pelajaran. Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
36
tersebut yaitu: terlihat beberapa kali guru mendekati dan memberi
nasihat kepada siswa yang tidak memperhatikan, tidak hanya memberi
nasihat agar siswa belajar guru juga memotivasi siswa tersebut dengan
memberi pujian karena menjawab pertanyaan dengan benar, serta
guru juga memberikan dorongan atau harapan untuk memotivasi para
siswanya.
Tindakan guru dalam memotivasi yaitu dengan mendekati dan
menasihati siswa, terlihat dalam rekaman video proses pembelajaran
26 April 2017 menit 46:03 guru memotivasi siswa dengan mendekati
siswa, memeriksa catatan dan juga memberi nasihat agar siswa
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga siswa tidak
malas saat mengikuti pelajaran. Hal tersebut terlihat dalam transkrip
di bawah ini:
Guru : berapa jari-jari kelengkungannya? Ayo dicari
dihitung semua.
Guru : piro? (guru mendekati kemudian bertanya kepada
siswa yang duduk dibelakang karena siswa tersebut
terlihat mengobrol dengan teman disebelahnya)
SDB1 : lagi ngitung pak
Guru : wah lagi ngitung.. (guru memeriksa pekerjaan siswa)
Gambar 4.1. Guru memotivasi dengan
mendekati dan menasihati siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
37
Guru : lha iki kok malah di oret-oret? Endi seng mbok
kerjake?(guru memeriksa buku siswa ternyata siswa
belum mengerjakan)
SDB1 : ini pak, lagi mau dihitung heheee..
Guru : yowes cepet dihitung.. ojo dolanan terus.. (guru
menasihati untuk memotivasi siswa agar siswa
tersebut mau mengerjakan soal)
SDB 1 : iya pak
Selain menegur, guru juga mendakati siswa yang sama untuk
memeriksa catatan siswa serta menasihati siswa agar siswa
mengerjakan soal dan memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
guru sihingga siswa tidak tertinggal dan dapat memahami pelajaran
dengan baik. Hal tersebut juga terlihat dari trankrip video proses
pembelajaran 17 Mei 2017 menit 07:43 sebagai berikut:
Guru : koe ora tau nulis.. lha ra tau nulis..
SDB1 : nulis pak..
Guru : wes pinter banget kok.. (guru menegur siswa agar
siswa sadar betapa pentingnya pelajaran)
SDB1 : enggak pak hehehe...
Gambar 4.2. Guru memotivasi dengan
memeriksa catatan dan menasehati siswa
Guru : wes ngobrol ra tau nyatet! Mengko ngerti-ngerti
bingung kue... (guru menasihati siswa agar serius
mengikuti pelajaran)
SDB1 : hehee (siswa nampak kebingungan)
Guru : endi toh tulisanmu?
Guru : endi tulisanmu?
SDB2 : lho.. niki pak.. nyatet toh pak yang kemarin hehee..
(siswa terlihat bingung karena ditegur oleh guru
karena ia tidak mencatat)
Guru : iki seng mau.. endi catetanmu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
38
SDB2 : heheee...
Guru : bukumu endi toh? Kue sekolah ora? Bukumu endi?
(guru menegur karena SDB2 karena tidak membawa
buku namun sibuk mengobrol dan tidak
memperhatikan)
SDB2 : hilang pak buku paketku pak..
Guru : buku tulis kok bukan buku paket
SDB2 : ini pak.. (siswa baru mengeluarkan buku tulis dari
dalam tas)
Guru : yowes nggo nulis...
SDB2 : nggih...
Guru menyadari bahwa terdapat beberapa siswanya yang memiliki
motivasi rendah yang terlihat ketika proses pembelajaran siswa
tersebut tampak asik mengobrol dengan teman sebangkunya
sehingga mereka tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan
oleh guru.
Alasan guru melakukan teguran-teguran tersebut kepada
siswa terungkap dalam hasil wawancara. Guru mengungkapkan
bahwa memberi teguran adalah salah satu cara dalam memotivasi
siswa, terutama siswa yang memiliki motivasi rendah.
Guru : Kalau tidak saya datangi dan saya tegur, kan
mereka berarti tidak merespon saya, dengan saya
tegur itu supaya mereka merespon saya, merespon
pelajaran yang saya berikan, yaa dengan mencatat
itu supaya mereka juga bisa mengikuti pelajaran, dan
bisa belajar kan gitu. Kalau siswa gak mau mencatat,
gak mau memperhatikan ya mereka nanti yang rugi,
kalau saat diberi tugas atau saat UH kan itu mereka
yang rugi karena gak mencatat tadi. Ujung-ujungkan
mereka gak bisa mengerjakan kan mereka rugi, jadi
untuk mengantisipasi hal itu ya anak harus
dipusatkan perhatiannya agar bisa mengikuti
pelajaran dengan baik, harus diberi tuguran atau
dinasihati jika ada yang ribut seperti tadi ya itu
hanya agar anak sendiri bisa belajar dan tidak rugi,
agar termotivasi belajarnya supaya anak itu sadar
kalau belajar itu kan untuk mereka sendiri, untung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
39
dan ruginya ya mereka sendiri yang akan merasakan,
bukan gurunya. Dengan menegur seperti itu anak
menjadi sadar bahwa belajar itu memang penting
jadi dia datang ke sekolah itu tidak sia-sia, ya itu
seperti memotivasi siswa agar termotivasi belajarnya
kan gitu toh, jadi teguran-teguran itu memang perlu
Peneliti : berarti menegur siswa itu juga untuk memotivasi
siswa ya pak?
Guru : iya memotivasi, agar siswa itu mau belajar.
Menegur itu kan sama saja saya itu mengingatkan
siswa, ya sama sajalah dengan guru membantu
siswa yang mempunyai kebutuhan tertentu tadi.
Siswa itu kan perlu diingatkan, dinasihati dengan
teguran tadi supaya yang tidak memperhatikan jadi
memperhatikan, agar pembelajaran bisa
berlangsung, isitilahnya dapat dikatakan berjalan
dengan baik. Ya agar tujuan pembelajaran juga
dapat tercapai kan gitu.
Dari kutipan tersebut, terungkap bahwa guru menyadari bila siswa
tidak dinasihati ketika mereka tidak memperhatikan, maka siswa akan
mengalami kesulitan seperti tidak dapat memahami pelajaran dengan
baik sehingga ketika menghadapi ulangan siswa tidak dapat
mengerjakan soal ulangan karena tidak memperhatikan dalam proses
pembelajaran. Guru mengetahui hal tersebut dapat menghambat
proses belajar siswa, sehingga guru memberi teguran untuk
memotivasi siswa agar siswa mau belajar sehingga dapat mengikuti
pelajaran dengan baik. Guru juga mengungkapkan tujuan dari
menegur siswa yang tidak memperhatikan adalah untuk membuat
siswa sadar bahwa belajar adalah hal yang penting bagi masa depan
mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
40
Tindakan guru yang menunjukan pengetahuan guru dalam
memotivasi siswanya saat proses pembelajaran tidak hanya dengan
memberi teguran saja, guru juga memotivasi dengan memberikan
pujian atas keberhasilan yang dicapai siswa. Tindakan yang dilakukan
guru saat memberi pujian kepada siswa terlihat dalam kalimat-kalimat
yang dikatakan guru yaitu:
“oo pinter..” (26 April 2017 menit 01:23, video ke 2)
“Yaa betul..” (17 Mei 2017 menit 22:42)
Peneliti menduga, kalimat-kalimat pujian yang guru berikan terhadap
hasil yang dicapai siswa tersebut, untuk membuat siswa menjadi
percaya diri, merasa dihargai dan akhirnya meningkatkan gairah
belajar serta menimbulkan semangat belajar yang tinggi pada diri
siswa karena siswa merasa senang atas pujian yang guru berikan.
Berikut adalah transkrip video 26 April 2017 menit 01:23 (video ke 2)
saat guru memberikan pujian kepada siswa:
Guru : kalau jari-jari dengan fokus berapanya?
Siswa : ½
Guru : ½ itu fokus. Berarti kalau jari-jarinya? Fokus itu
kan ½ jari-jari
SDB1 : berarti kali 2 pak..
Gambar 4.3. Guru memotivasi dengan
memberi pujian kepada siswa
Guru : oo pinter.. berapa? (guru memotivasi siswa dengan
memberi pujian)
SDB2 : focus kali 2..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
41
Guru : berapa?
SDS : 120
BS : huuuu....
SDS : piro piro?
Gambar 4.4. Guru memotivasi dengan
memberi dukungan
Guru : wes ra popo.. koe ngitung meneh.. didelok meneh
perhitunganmu (guru memotivasi siswa dengan
berkata “wes ra popo” agar siswa tidak putus asa
dan mau berusaha lagi, guru meminta siswa tersebut
untuk menghitung kembali)
SDS : iya pak
Guru : berapa? berapa ketemunya? (guru menghampiri
kedua siswa yang duduk dibelakang)
SDB 12 : 48
Guru : ketemunya berapa?
SDB 12 : 48
Guru : 48…
SDB2 : wooo bisa toh pak... pinter e pak hehee... (siswa
merasa senang karena jawabannya benar)
Guru : ketemunya... 48 yaa..
Dari transkrip tersebut telihat guru memberi pujian kepada siswa atas
pencapaiannya dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Guru juga terlihat memotivasi siswa yang masih belum tepat dalam
menjawab pertanyaan, guru tampak memberi dukungan dengan
berkata berkata “wes ra popo.. koe ngitung meneh..”, hal tersebut
dilakukan guru agar siswa tersebut tidak berputus asa melainkan mau
berusaha kembali untuk memperbaiki jawabannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
42
Guru juga memotivasi siswanya dengan memberi dorongan
berupa kata-kata penyemangat untuk menumbuhkan rasa percaya diri
dalam diri siswa. Tindakan guru dalam upayanya memberi semangat
atau dorongan kepada siswa terlihat pada kalimat yang dikatakan guru
seperti:
“gampang…” (17 Mei 2017, menit 19:28)
“gak perlu diapalin yaa”, “fisika itu gampang”, “gak perlu
khawatir” (17 Mei 2017, menit 21:35)
“itu gak masalah”, “gampang ya?” (17 Mei 2017, menit 32:53)
Kutipan-kutipan kalimat diatas menunjukan bahwa guru mengetahui
tindakan yang tepat untuk memberi semangat kepada siswa ketika
menghadapi kesulitan dalam mempelajari indeks bias yaitu dengan
memberi dorongan berupa kata-kata penyemangat. Berikut ini adalah
salah satu tindakan guru dalam memberi dorongan kepada siswa
terlihat dalam transkrip video pembelajaran 17 Mei 2017, menit 21:35
seperti dibawah ini:
Guru : medium itu sebenarnya gak perlu diapalin yaa.. nanti
biasanya diketahui.. fisika itu gampang..
SDB2 : gampaaang.. gampang banget pak..
BS : gampang..
Guru : Ya memang gampang.. tidak harus dihapalkan seperti
musik, kalau notnya seperti ini berarti bunyinya seperti
ini.. kalau fisika itu.. kalau ada soal seperti apapun
pasti ada yang diketahui kalau itu menyangkut
ketetapan.. contohnya kalau itu kecepatan.. kecepatan
gravitasi bumi.. disoal diketahui g = 10.. kemudian
massa jenis air.. massa jenis minyak.. nanti diketahui
semua disoal.. itu namanya ketetapamn semua..
ketetapan di fisika itu kalau disoal gak mungkin gk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
43
diketahui terus kamu hapalkan ini berapa yo indeks
biasnya kaca? Mesti ditulis dibawahnya.. disoal itu
mesti diketahui semua.. ooh kalor jenis air, kalor jenis
es, kalor lebur es.. itu semua pasti diketahui.. ya?
Kamu kan tahu wujud zat itu ada kalor jenis air, kalor
jenis es, kalor lebur es, itu kamu kalau dijelaskan
sudah gak hapal.. berapa nilainya.. tapi gak perlu
khawatir nanti di dalam soal mesti diketahui.. oowh
Cair sekian... ooowh Cminyak sekian.. itu nanti sudah
ada sioal.. gravitasi bumi ya 10 m/s2 atau 9,8 ms2 ..
(guru menginformasikan kepada siswa kalau disoal-
soal ualangan nanti, nilai ketetapan sudah diketahui
didalam soal agar siswa tidak merasa pesimis saat
mengerjakan soal)
Dari kutiapan diatas, peneliti menduga bahwa guru mengetahui
adanya kekhawatiran dalam diri siswa ketika mempelajari indeks bias,
guru mengetahui siswa merasa tidak yakin dapat menyelesaikan
persoalan tentang indeks bias karena harus menghafalkan prinsip-
prinsip indeks bias sehingga guru memberi pengertian jika di dalam
soal pasti sudah diketahui ketetapan-ketetapan fisika, sehingga siswa
tidak perlu menghafalkannya. Guru mengatakan bahwa fisika itu
gampang serta guru juga berkata“gak perlu khawatir”, kalimat
tersebut diucapkan guru untuk memberi semangat kepada siswa agar
siswa tidak mudah berputus asa dan menyerah ketika menghadapi
soal-soal yang sulit.
Tindakan yang guru X lakukan dalam menumbuhkan motivasi
siswa tersebut didasarkan pada pengetahuannya tentang motivasi
siswanya dan sudah seharusnya dilakukan oleh seorang guru agar
setiap siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa juga dapat
mencapai hasil yang baik pula. Hal tersebut sesuai dengan pandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
44
Irham (2013), yang menjelaskan penting bagi seorang guru untuk
memahami dan mengerti motivasi siswanya dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga guru dapat menentukan tindakan yang tapat
sesuai kebutuhan siswa dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk
belajar (Irham, 2013).
b. Kesulitan Belajar Siswa
1) Pengetahuan Guru Tentang Kesulitan Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil wawancara,
pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa dalam penelitian ini
terungkap yaitu guru mengetahui siswa mengalami kesulitan seperti
yang diungkapkan guru dalam kutipan dibawah ini:
“pada materi cahaya ini ya, khususnya pada cermin dan
lensa, itu pemahaman siswa masih banyak yang kebalik-
kebalik memahami prinsip lensa dengan cermin. Cermin
dengan lensa itu kan sebenarnya berkebalikan, kalau cermin
cembung itu kan cermin negatif sedangkan lensa cembung kan
lensa positif berkebalikan toh? tapi siswa masih ada yang
memahami kalau cermin dan lensa itu sama, karena
menganggap cermin cembung tadi adalah cermin negatif
sehingga siswa juga mengganggap kalau lensa cembung juga
adalah lensa negatif, itu kan jelas salah, kalau sudah seperti
itu wah susah nanti. Jadi kalau ketemu soal jelas salah
menghitungnya, karena menganggap lensa dan cermin itu
sama.”
Dari ungkapan guru diatas, terungkap bahwa guru mengetahui siswa
masih banyak yang kesulitan dalam memahami prinsip lensa dengan
cermin, guru mengungkapkan bahwa siswa sering kebalik dalam
memahami lensa dengan cermin sehingga ketika siswa mengerjakan
soal, siswa cenderung salah dalam menghitung karena menganggap
lensa dan cermin adalah sama. Namun dalam proses pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
45
peneliti tidak menemukan situasi yang menunjukan kekeliruan
pemahaman siswa tentang cermin dan lensa, peneliti hanya
menemukan upaya guru dalam membantu kesulitan belajar siswa
yang terlihat dari tindakan guru saat proses pembelajaran.
Guru meyakini sebagian besar siswanya masih kesulitan
dalam memahami prinsip lensa dengan cermin maupun dalam
membedakan sifat-sifat bayangan, hal ini terungkap dalam hasil
wawancara berikut:
“wah kalau yang mengalami kesulitan itu banyak ya, hampir
sebagian besar itu ya mengalami kesulitan dalam memahami
prinsip lensa dengan cermin tadi, la kalau latihan soal aja
masih banyak yang kebalik-balik kok, penggunaan tanda
mines itu, untuk lensa maupun cermin itu kan berarti siswa
masih kesulitan dalam memahami konsepnya sehingga dalam
perhitungan anak juga masih kesulitan.”
Guru meyakini siswa yang mengalami kesulitan dalam pemahaman
konsep juga akan kesulitan ketika mengerjakan soal. Untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan tersebut, guru mengungkapkan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan dalam mengatasi kesulitan
yang dialami siswa, seperti yang diungkapkan guru berikut ini:
“kalau ada siswa yang kesulitan ya harus dibimbing, guru itu
kan tugasnya tidak hanya mengajar saja, guru itu juga
berperan dalam perkembangan setiap peserta didiknya toh?
jadi kalau ada siswa yang mengalami kesulitan pada saat
pelajaran ya harus diberi bimbingan, diberi arahan, diberi
pengertian tentang kesulitan yang sedang dia alami.
Dibimbing supaya siswa itu tidak kesulitan lagi kan gitu
mbak”
Guru menyadari tugas seorang guru tidak hanya mengajarkan materi
saja melainkan berperan dalam perkembangan siswanya, dapat
dikatakan bahwa guru mengetahui siswa yang mengalami kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
46
perlu dibantu dengan memberi bimbingan dan arahan dari guru.
Pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa serta kesadaran guru
dalam upaya mengatasi kesulitan yang dialami siswa, sudah
seharusnya dilakukan dalam proses pembelajaran.
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang teramati melalui hasil
rekaman video, peneliti melihat tindakan-tindakan guru yang
menunjukan pengetahuannya tentang kesulitan belajar siswa.
Tindakan-tindakan tersebut yaitu guru melakukan penekanan dengan
beberbagai cara seperti membimbing, menunjukan maupun
mengulang penjelasan.
Dalam rekaman video proses pembelajaran 7 Juni 2017 menit
04:10 terlihat guru membimbing siswa dengan memberikan contoh
soal untuk membantu siswa agar tidak terkecoh saat mengerjakan soal
mengenai lensa cekung. Guru juga mengingatkan siswa bila lensa
cekung fokusnya selalu bernilai negatif, meskipun dalam soal tidak
diketahui, fokus pada lensa cekung tetap harus ditulis negatif.
Tindakan tersebut terlihat dalam trankrip dibawah ini:
Guru : Cuma kalau lensa cekung f nya jangan lupa.. jangan
lupa f nya itu ditulis negatif (guru menunjuk tanda
mines untuk mengngatkan siswa bahwa fokus untuk
lensa cekung bernilai negatif)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
47
Gambar 4.5. Guru membimbing siswa dengan
memberikan contoh soal
Guru : walaupun dalam soal itu gak ada.. gak diketahui nilai
f nya itu negatif.. misalkan sebuah benda diletakkan di
depan lensa cekung, jarak fokusnya min.. itu tidak
ada.. biasanya itu langsung.. jarak fokusnya 10 cm..
jarak fokusnya 10 cm.. Berarti kamu yang harus ngasih
nilai negatif sendiri.. kalau tidak kamu kasih maka
nanti hasilnya akan berbeda.. (guru menekankan kalau
didalam soal tidak diketahui bahwa fokusnya negatif,
maka untuk lensa cekung nilai fokus harus diberi tanda
negatif)
Guru : hasilya berbeda itu misalkan kalau disini ini -10
yaaa.. terus So nya 15 maka disini −1
10−
1
15=
1
𝑆𝑖 yaa..
15 ini jarak bendanya.. -10 ini jarak fokusnya.. (guru
melingkari angka 10 dan angka 15)
Gambar 4.6. Guru memberi penekanan
mengenai fokus pada lensa cekung
Guru : kalau fokus ini tidak dikasih min berarti yo hasilnya
nanti.. berarti kan 3 – 2.. nanti akhirnya kalau ini tidak
dikasih min (-) berarti kan ini disamakan penyebutnya 3−2
30 iya kan? Hasilnya berarti
1
30 apa ada itu? Mesti
ada.. jadi alternatif pilihan itu ada yang mengecoh
seperti ini.. jadi hasilnya berapa ini? Kalau kamu lupa
ngasih tanda min berarti ya 1
30=
1
𝑆𝑖 sehingga Si nya 30
cm.. dijawaban itu mesti ada.. namanya itu pengecoh..
(guru memberi trik-trik dalam mengerjakan soal yang
benar sehingga tidak terkecoh oleh jawaban yang
salah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
48
Guru : jadi kamu harus teliti saat mengerjakan soal.. jangan
lupa ngasih tanda min untuk lensa cekung dan cermin
cembung.. fokusnya itu selalu negatif.. negatif.. kalau
kamu ngasih min berarti −3−2
30 jadi ketemunya
−5
30 =
1
𝑆𝑖
berarti Si nya berapa? -6 ketemunya.. min itu berarti
bukan nilai jaraknya min 6.. min itu hanya menunjukan
kalau lensa atau cermin negatif itu selalu maya, tegak,
diperkecil.. (guru melingkari tanda min pada jawaban
untuk mempertegas bahwa nilai min hanya
menunjukan sifat bayangan bukan merupakan nilai
jarak yang bernilai negatif)
Guru : jadi jangan lupa disini kamu beri tanda min.. kalau
kamu lupa memberi tanda min sehingga Si nya ketemu
30 cm.. kalau kamu beri tanda min berarti −3−2
30 jadi
ketemunya −5
30 itu baru
1
𝑆𝑖 kalau Si itu 30 dibagi -5 jadi
-6.. jauh sekali kan bedanya? 30 dm sama 6 cm..
paham ya? Ini yang membedakan.. persamaanya
sama, perbesaran sama.. persamaannya untuk cermin
dan lensa itu sama.. yang saya lingkari itu
persamaannya.. jadi hanya satu persamaan yang
digunakan untuk cermin dan lensa.. paham ya?
BS : paham..
Dari trankrip diatas, terlihat guru berulang kali mengingatkan siswa
agar siswa tidak lupa memberi tanda negatif untuk fokus pada lensa
cekung agar siswa tidak salah dalam menghitung. Guru juga memberi
penegasan dengan berkata “kamu harus teliti saat mengerjakan soal,
jangan lupa ngasih tanda min untuk lensa cekung dan cermin
cembung” ungkapan tersebut menunjukan bahwa guru mengetahui
jika siswanya mengelami kesulitan dalam memahami prinsip cermin
dan lensa seperti yang diungkapkan guru dalam wawancara
sebelumnya.
Selain itu guru juga mengarahkan sekaligus menunjukan
kepada siswa dengan mendemonstrasikan yang dimaksud dengan
bayangan tegak dan bayangan terbalik. Dalam rekaman video proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
49
pembelajaran 26 April 2017, menit ke 14:56 (video 1), terlihat
tindakan guru dalam memberi penekanan, terlihat dalam trankrip
berikut:
Guru : Jadi tidak semua sinar itu dipakai.. tidak boleh juga
dipakai kalau misalkan kalau ini pakai ini oke
cerminya diperpanjang aja… jadi digunakan yang lain
berarti sinar yang melalui titk api diapakan?
dipantulkan sejajar sumbu utama.
Gambar 4.7. Guru memberi penekanan
dengan menggambar jalannya sinar pada
cermin
Kebalikan yang pertama tadi. Jadi perpotongan yang
ini, perpanjangan sinar yang ini kan berpotongan
sinar pantul itu langsung berpotongan. Kalau lansung
berpotongan seperti ini berarti bayangannya nyata.
Defenisi bayangan nyata apa? bayangan yang
terbentuk dari perpotongan langsung dari sinar-sinar
pantul.
Gambar 4.8. Guru menunjukan perpotongan
sinar pantul
Kalau sinar pantulnya ini tidak bisa berpotongan
kemudian diperpanjang sampai kebelakang itu berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
50
bayangan maya... Kalau bayangan nyata mesti
terbalik, mesti terbalik. Kalau dibandingkan dengan
bendanya itu lilinnya jungkir… (guru melakukan
penekanan dengan menggambarkan bayangan lilin
yang terbalik dari bendanya, agar siswa lebih mengerti
dan tidak kesulitan dalam memahami bayangan yang
terbalik)
Guru : Jadinya nyalanya seperti ini geraknya keatas tapi
bayangannya menghadap ke bawah... Itu namanya kan
terbalik. Kalau spidolnya berdiri seperti ini, yang
hitamnya diatas nannti bayangannya menghadap ke
bawah (guru memperjelas dengan mendemonstrasikan
menggunakan spidol untuk menunjukan yang
dimaksud dengan bayangan terbalik)
Guru : tapi kalau bendanya sama-sama dengan bayangannya
seperti ini.. dinamakan tegak..
Gambar 4.9. Guru mendemonstrasikan yang
dimaksud dengan bayangan tegak
Tegak itu berarti dengan bendanya sama posisinya..
Jadi tegak itu sama besar itu bukan… tapi tegak itu
posisi bendanya sama… Jadi kalau spidol ini
menghadap keatas bayangannya menghadap keatas itu
berarti tegak.. (guru memberi penenkan dengan
mendemonstrasikan menggunakan spidol untuk
menunjukan yang dimaksud dengan bayangan tegak,
agar siswa tidak kesulitan dalam memahami yang
dimaksud dengan bayangan tegak)
Guru : Tapi kalau bendanya tegak keatas tapi bayangannya
menghadap kebawah itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
51
Gambar 4.10. Guru mendemonstrasikan
yang dimaksud dengan bayangan terbalik
berarti terbalik... (guru mennjukan yang dimaksud
dengan bayangan terbalik)
Dari transkrip tersebut, tampak guru mengetahui siswa kesulitan
dalam memahami sifat-sifat bayangan seperti yang diungkapkan guru
dalam wawancara. Sehingga guru memberi penekakan dengan
menggambarkan di papan tulis untuk menunjukan kepada siswa
bahwa sinar yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
Guru juga terlihat memberi penekanan tentang pembentukan
bayangan yang dapat diketahui dari perpanjangan sinar pantul.
Selain memberi penekanan dengan menunjukan agar siswa
lebih paham mengenai sifat-sifat bayangan, tindakan lain yang
dilakukakan guru yaitu guru memberi penekanan dengan mengulang
kalimat penjelasan untuk mengingatkan siswa tentang sifat-sifat
bayangan, agar siswa tidak lagi kesulitan dalam membedakan sifat-
sifat bayangan. Tindakan tersebut terlihat dalam transkrip 17 Mei
2017, menit 22:28 (video 2)
Guru : bayangan yang terbentuk oleh cermin cembung
adalah... selalu.. selalu ya.. tidak ada yang lain.. selalu
maya, tegak, diperkecil..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
52
Guru : maya, tegak diperkecil.. jadi kalau cermin cembung
itu selalu.. selalu maya, tegak diperkecil.. apakah
pernah kalau kita melihat spion itu bayangannya
terbalik? Gak pernah.. seberapa pun posisi benda,
bayangan yang dibentuk adalah... selalu maya, tegak,
diperkecil.. sama juga kalau disini.. kalau sekarang
lensa cekung nanti sifatnya sama.. selalu..
Dari transkrip diatas, tampak guru beberapa kali mengulang kalimat
penjelasan “selalu maya, tegak diperkecil”, hal itu dilakukan guru
bukan hanya sekedar pengulangan kalimat saja akan tetapi untuk
mempertegas bayangan yang terbentuk oleh lensa cembung, agar
siswa yang masih kesulitan dalam memahami sifat bayangan tidak
lagi kesulitan. Hal tersebut terungkap dalam wawancara seperti
kutipan berikut ini:
“pengulangan-pengulangan itu sangat penting karena
memang pemahaman anak itu tidak semua sama, ada yang
cepat paham ada juga yang tidak. Harapannya dengan saya
jelasakan ulang itu, siswa yang tadi masih kesulitan untuk
memahami prinsip lensa dengan cermin jadi bisa paham kan
gitu toh. Terutama untuk materi-materi tertentu yang dirasa
sulit atau susah tadi, sehingga yang susah itu ya harus kita
ulang-ulang penjelasannya, harus kita beri penekanan
terhadap materi-materi yang dianggap sulit bagi siswa,
karena tadi itu, siswa itu pemahamannya beda-beda, ada yang
langsung paham ada juga yang tidak.”
Guru menyadari bahwa pemahaman setiap siswa berbeda-beda, ada
yang cepat sekali paham namun ada juga yang tidak langsung paham,
sehingga hal tersebut mendasari tindakan guru dalam upaya
membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswa.
Seperti yang terlihat juga dalam transkrip 26 April 2017, menit 47:36
(video 1) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
53
Guru : Coba berapa ketemunya.. jangan paham-paham
wae.. (guru bertanya pada siswa yang duduk
dibelakang)
Guru : ayo wong loro (ayo orang 2)? Dihitung.. ayo dihitung
1/40 + 1/60, berapa?
SDB2 : iki lo pak.. iki lho pak.. (SDB 2 menunjuk SDB 1 agar
menghitung)
Guru : koe uwong loro (kamu orang 2) ayo.. dihitung.. itu
tinggal dimasukan1/40 + 1/60
Gambar 4.11. Guru menuntun siswa dalam
mengerjakan soal
ayo dihitung.. Ayo piro? (guru bertanya pada siswa
yang duduk dibelakang)
SDB1 : lagi ngitung pak
Guru : ayo piye cah loro? Wong 1/40 + 1/60 kok.. Itu kan
sudah kita masukkan So-nya berapa? So nya kan 40 Si
nya 60, berarti 1/40 + 1/60. Kamu cari f nya dulu.. cari
fokusnya dulu (guru mengetahui siswa kesulitan dalam
menghitung sehingga membantu kedua siswa tersebut
dengan memberi arahan)
SDB2 : 24 pak…
Guru : sudah? Piro?
Siswa : 24
Guru : 24 itu apa?
SDB2 : fokus..
Guru : fokusnya 24
Pada transkrip tersebut terlihat tindakan guru dalam membantu siswa
yang kesulitan saat menghitung nilai fokus pada lensa, guru
membantu dengan mengarahkan serta menuntun siswa dalam
mengerjakan soal dengan memberi pertanyaan kepada siswa agar
siswa menjadi paham dan tidak kesulitan dalam mengerjakan soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
54
c. Miskonsepsi Siswa
1) Pengetahuan Guru Tentang Miskonsepsi Siswa
Pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa
yang diajarnya terungkap. Guru mengetahui bila terdapat siswa yang
mengalami miskonsepsi saat pembelajaran yaitu siswa mengalami
miskonsepsi dalam mengartikan tanda negatif pada jarak bayangan
(Si) pada lensa. Menurut guru banyak siswa menganggap bila jarak
bayangan (Si) bernilai negatif, maka tanda negatif tersebut
menyatakan sebagai jarak bayangan, padahal menurut guru tanda
negatif tersebut untuk menyatakan sifat bayangan yang terbentuk
adalah maya.
Guru meyakini jika siswa salah dalam menganalisis maka
siswa tersebut mengalami miskonsepsi, hal tersebut diungkapkan guru
dalam kutipan wawancara di bawah ini:
Guru : miskonsepsi itu istilahnya kalau kita sudah paham
betul tapi masih salah itu termasuk miskonsepsi, tapi
miskonsepsi dengan tidak tahu itu kan hampir mirip
toh, terkadang anak itu dikatakan miskonsepsi, tapi
padahal anak itu memang belum paham. Miskonsepsi
itu terjadi jika anak itu sudah mengetahui materi
dengan baik tapi menganalisisnya salah, itu dapat
dikatakan anak itu miskonsepsi.
Peneliti : maksudnya menganalisisnya masih salah itu
bagaimana pak?
Guru : yaa yang seperti tadi.. anak yang sudah tau materi,
sudah tau konsepnya seperti apa tapi dia
menganalisisnya salah.. contohnya anak banyak
salah menganalisis itu saat menentukan jarak
bayangan ya.. oh Si nya ketemu -9, anak itu
menganggap -9 sebagai jarak bayangan, kan salah..
padahal mereka sudah tau kalau jarak itu sebanarnya
tidak ada yang negatif, itu kan analisis mereka salah..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
55
negatif itu sebenarnya kan hanya untuk menentukan
sifat bayangan.. oh kalau Si nya negatif berarti
bayangannya maya, kalau Si nya ketemu positif sifat
bayangannya nyata.. jadi anak yang mengalami
miskonsepsi itu yang sudah tau konsepnya tapi
menganalisisnya salah..
Dari transkrip diatas, terlihat keyakinan guru akan miskonsepsi. Guru
meyakini bahwa miskonsepsi termasuk kesalahan dalam menganalisis
konsep, seperti yang dinyatakan guru berikut ini: “miskonsepsi itu
istilahnya kalau kita sudah paham betul tapi masih salah itu termasuk
miskonsepsi”. Keyakikan guru tentang miskonsepsi tersebut sejalan
dengan Flower, 1987 (dalam Suparno, 2005: 5), ia memandang
miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep,
penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis
konsep-konsep yang tidak benar.
Keyakinan guru akan miskonsepsi tersebut, mendasari
tindakan guru mengenai siswa yang mengalami miskonsepsi. Menurut
guru siswa yang salah dalam menganalisis jarak bayangan pada lensa
menunjukan bahwa siswa tersebut mengalami miskonsepsi, karena
siswa telah mengatahui konsep jarak sebelumnya. Peneliti menduga
guru mengetahui siswa tersebut mengalami miskonsepsi dengan
melihat jawaban siswa saat mengerjakan soal, seperti yang dinyatakan
guru dalam transkrip dibawah ini:
Peneliti : apakah dalam pembelajaran terdapat siswa yang
mengalami miskonsepsi pak?
Guru : ya ada.. seperti yang saya katakan tadi.. anak itu
masih sering salah mengartikan jarak bayangan...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
56
setelah dihitung kok Si nya ketemu negatif, lalu anak
menjawab disoal.. soal pilihan ganda ya biasanya..
kan ada itu yang jawabannya negatif, karena tadi dia
menghitung ketemunya negatif lalu dia menjawab
jaraknya negatif, jaraknya -9.. itu kan jelas salah..
seharusnya jawabannya kan jarak bayangannya
adalah 9 cm misalkan.. sifat bayangan yang terbentuk
adalah maya kan gitu.. itu masih sering anak keliru
disitu..
Peneliti : jadi siswa masih keliru dalam memahami jarak
bayangan yang negatif itu juga miskonsepsi ya pak?
Guru : iyaa.. keliru itu kan salah toh.. salah mengartikan
jarak bayangan kok nilainya negatif.. perbesaran
bayangan kok negatif.. apa ada jarak negatif?
Perbesaran bayangan kok negatif, kan gak ada itu..
jadi anak menganalisisnya itu masih salah itu dapat
dikatakan anak itu miskonsepsi..
Dalam transkrip wawancara tersebut, terungkap bahwa guru
mengetahui siswa masih sering salah mengartikan jarak bayangan bila
hasil yang diperoleh adalah negatif, sehingga dalam mengerjakan soal
pilihan ganda siswa juga sering terkecoh dengan opsi jawaban.
Pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa tersebut
sudah seharusnya mendasarinya dalam menentukan tindakan yang
tepat saat proses pembelajaran.
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang dialami siswa
tersebut terungkap dalam proses pembelajaran. Terlihat pengetahuan
guru tersebut kemudian mendasari tindakan-tindakan yang guru
lakukan seperti membimbing dan mengulang penjelasan, peneliti
menduga tindakan tersebut untuk mengatasi siswa yang mengalami
miskonsepsi maupun tindakan untuk mencegah terjadinya
miskonsepsi pada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
57
Pada transkrip video 26 April 2017 menit 22:54, peneliti
menduga guru mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi yang
dialami siswa dalam memahami tanda negatif pada jarak bayangan,
sehingga guru melakukan penekanan untuk memperjelas yang
dimaksud dengan jarak bayangan dan sifat bayangan agar siswa tidak
mengalami miskonsepsi.
Guru : Jadi nanti kalau ketemunya negatif misalkan si nya
ketemu -6, -6 itu bukan berarti jaraknya -6… bukan..
Kalau -6 itu berarti artinya negatif itu artinya maya..
sifat bayangannya maya.. bukan jaraknya negative 6,
bukan… Berarti kalau ketemunya positif berarti itu
nyata.. Kalau negatif berarti maya. Berarti -6 itu maya
jaraknya 6 cm.. (guru mengetahui materi tersebut
dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa sehingga
guru melakukan penekanan dengan memberikan
contoh agar siswa tidak keliru dalam memahami jarak
bayangan bila hasil yang diperoleh adalah negatif)
Guru : Misalkan diketahui si nya ketemu -6 cm, kalau dalam
pilihan ganda jaraknya bukan -6 tetapi negatif itu
menunjukkan sifat bayangannya maya. Kalau positif..
berarti positif itu nyata (guru memberi penekanan
dengan melingkari dan memberi keterangan pada
tanda (-) dan (+) di papan)
Gambar 4.12. Guru memberi penekanan
mengenai tanda negatif pada jarak bayangan
Guru : Biasanya kalau di soal, soal pilihan ganda ya.. itu
ada jawaban pengecoh.. mesti selalu ada itu.. Jadi
kalau dipilihan ganda jarak bayangannya adalah -6
cm... Pilihannya itu ada -6 cm… Tapi bukan itu
makasudnya tapi jaraknya tetap 6 cm. Tapi sifatnya
adalah maya.. (guru memberi penekanan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
58
mengingatkan siswa bila di pilihan ganda biasanya
ada jawaban yang mengecoh, guru juga memberikan
penegasan agar siswa tidak keliru dalam memahami
jarak bayangan bila diperoleh jarak bayangan bernilai
negatif)
Terlihat guru memberi penekanan dengan memberikan contoh
persoalan agar siswa tidak keliru dalam memahami jarak bayangan
dan sifat bayangan bila hasil yang diperoleh adalah positif dan negatif,
guru juga terlihat melingkari tanda positif dan negatif untuk
mempertegas bahwa tanda tersebut hanya untuk menunjukan sifat
bayangan yang terbentuk.
Meskipun guru telah beberapakali memberi pekanan, ternyata
masih terdapat siswa yang keliru dalam memahami sifat bayangan.
Hal ini menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa
dalam mengatasi miskonsepsi mereka (Suparno, 2005: 29). Pada
transkrip video 26 April 2017 menit 31:51, guru menemukan ada
beberapa siswa yang masih keliru dalam mengartikan jarak bayangan
dan sifat bayangan, sehingga guru meluruskan pemahaman siswa
dengan mengulang penjelasan, hal ini terlihat dalam transkrip video
berikut ini:
Guru : Kalau M nya 1 berarti sifatnya apa? Karena ini
ketemunya positif… Si nya positif kalau ditanyakan
sifatnya berarti apa? Si nya positif berarti?
BS : maya
Guru : maya? Nyata yaa.. bukan maya.. keliru toh kamu..
kan tadi sudah saya jelaskan.. saya ulangi ya, kalau Si
nya ketemu positif berarti sifatnya itu nyata.. tapi kalau
Si nya ketemunya negatif, negatif itu artinya sifat
bayangannya itu maya.. kalau Si nya positif berarti
apa? Sifat bayangannya nyata.. paham ya? (guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
59
mengetahui adanya pemahaman siswa yang keliru
dalam memahami sifat-sifat bayangan sehingga guru
mengulang penjelasan untuk meluruskan pemahaman
siswa)
BS : paham..
Guru : jadi sifatnya apa? Nyata.. terbalik.. terus?
Siswa : diperbesar, eh.. sama besar
Guru : sama besar
Dari transkrip diatas terlihat guru meluruskan pemahaman siswa agar
siswa tidak lagi salah dalam memahami sifat bayangan bila Si bernilai
positif ataupun bernilai negatif.
Dalam proses pembelejaran 8 Juni 2017, menit 18:36 juga
terungkap guru mengetahui ada salah satu siswanya yang masih keliru
dalam memahami jarak bayangan, siswa tersebut menganggap bahwa
-6 merupakan jarak bayangan:
Siswi : pak tadi yang -6 itu bukan jarak ya?
Guru : -6? Loh jarak kok -6? (dari pertanyaan siswa
tersebut, guru mengetahui bahwa siswa tersebut
mengalami miskonsepsi)
Guru : Kemarinkan sudah saya jelaskan juga.. kalau
hasilnya min itu bukan hasilnya untuk jarak.. kan yang
ditanyakan berapa jarak bayangannya? berapa jarak
bayangannya? Jarak bayangannya -6.. raono jarak
bayangan itu min...
Gambar 4.13. Guru meluruskan pemahaman
siswa dengan mengulang penjesalan
misalkan jarak SMP ini.. yang bantul positif jaraknya
yang sleman mines jaraknya.. kan gak ada.. diukur dari
sleman, diukur dari bantul dari manapun itu, kalau
jaraknya 2 kg ya 2kg.. gak ada yang mines.. gitu ya?
(guru mempertegas jika hasil perhitungan untuk jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
60
hasilnya negatif, itu bukan menunjukan nilai jaraknya
melainkan menunjukan sifat bayangan, guru juga
memberikan contoh untuk memperjelas pemahaman
siswa)
Siswi : oalah…
SS : yaaaaa...
Guru : yang min itu menunjukan apa?
BS : bayangan..
Guru : nah kalau mengerjakan lensa negatif dan cermin
negatif hasilnya ketemu positif.. itu jelas salah yang
ngitung.. kalau ketemunya positif jelas salah..
harusnya ketemunya apa? (guru mempertegas lalu
memberikan pertanyaan untuk melihat pemahaman
siswa)
SS : negatif...
Guru : negatif.. gitu yaa..
Dari transkrip di atas, terlihat bahwa guru mengetahui siswanya
mengamalami miskonsepsi yang terlihat dari beberapa transkrip video
diatas. Hal tersebut kemudian mendasari guru untuk meluruskan
pemahaman siswa dengan mengulang penjesalan, menegaskan bahwa
jarak bayangan tidak ada yang negatif, tanda negatif atau positif hanya
untuk menunjukan sifat bayangan saja. Dalam memberi penjelasan
tersebut, terlihat guru memberi gambaran mengenai jarak untuk
memperjelas pemahaman siswa, sehingga siswa tidak lagi mengalami
miskonsepsi.
Alasan guru melakukan pengulangan tersebut terungkap
dalam wawancara berikut ini:
“dengan pengulangan-pengulangan tadi, menjelaskan ulang,
menjelaskan secara detail ya supaya anak jadi paham, supaya
gak miskonsepsi kan gitu. Memberi penekanan terhadap
konsep-konsep yang dapat menimbulkan miskonsepsi pada
siswa, pada anak yang tadi mengalami miskonsepsi tadi.”
Menurut guru pengulangan-pengulangan dan menjelaskan secara
detail tersebut ia lakukan supaya siswa lebih paham dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
61
mengalami miskonsepsi. Hal ini menunjukan terungkapnya
pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang dialami siswa serta
tindakan yang harus guru lakukan dalam mengatasi miskonsepsi yang
dialami siswa.
Hasil penelitian menunjukan jika pengetahuan yang dimiliki guru X
tentang motivasi siswa, kesulitan belajar siswa dan miskonsepsi siswa
berpengaruh dalam proses pembelajaran sebagaimana terlihat bahwa
pengetahuan guru tersebut mendasari setiap tindakan guru pada proses
pembelajaran. Peneliti menganggap bahawa guru X tidak hanya sekedar
mengajarkan isi materi saja kepada siswa, tetapi dengan mengakses apa yang
diketahui tentang isi materi dan apa yang diketahui tentang siswa yang
diajarnya yang mempunyai motivasi, kesulitan, dan miskonsepsi agar mereka
belajar, dan apa yang diyakini sebagai cara mengajar yang baik pada konteks
tersebut. Hal ini sejalan dengan pengertian PCK menurut Rollnick, 2008
(dalam Rahmadhani dkk., 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
62
Tabel 4.3. Hasil Wawancara Dan Proses Pembelajaran Terhadap Guru X Mengenai Pengetahuan Guru Tentang Siswa
Pengetahuan Guru Hasil Wawancara Guru Proses Pembelajaran
Pengetahuan tentang
motivasi siswa
Terungkap dalam wawancara
Guru mengetahui dan menyadari beberapa
siswanya memiliki motivasi yang rendah,
karena terdapat beberapa siswa yang tidak
memperhatikan atau asik mengobrol pada
saat proses pembelajaran
Terungkap dalam proses pembelajaran.
Tindakan-tindakan guru yang menunjukan
pengetahuan guru dalam memotivasi
siswanya saat proses pembelajaran yaitu:
Guru hanya memberi teguran atau
nasihat kepada siswa yang tidak
memperhatikan atau ribut saat
pembelajaran
Memberi pujian atas pencapaian siswa
Memberi dukungan kepada siswa yang
masih salah dalam menjawab soal
Memberi dorongan berupa kata-kata
penyemangat
Pengetahuan tentang
kesulitan belajar siswa
Terungkap dalam wawancara.
Guru mengetahui beberapa kesulitan yang dialami
siswanya, guru mengungkapkan:
Sebagian besar siswanya mengalami kesulitan
dalam memahami lensa dan cermin
Siswa kesulitan dalam mebedakan sifat-sifat
bayangan
Terungkap dalam proses pembelajaran.
Pengetahuan guru tentang kesuliatan
belajar siswanya mendasari tindakan-
tindakan yang dilakukan guru selama
proses pembelajaran. Tindakan tersebut
yaitu:
Memberi penekanan mengenai fokus
pada lensa cekung
Mengulang penjelasan tentang sifat-
sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa
dan cermin
Menunjukan yang dimaksud dengan
bayangan tegak dan bayangan terbalik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
63
Membimbing siswa dalam mengerjakan
soal secara bersama-sama, dan
menuntun menggunakan pertanyaan
Pengetahuan tentang
miskonsespsi siswa
Terungkap dalam wawancara
Guru mengetahui adanya miskonsepsi yang
dialami siswanya dalam mengartikan tanda
negatif pada jarak bayangan (Si) pada lensa
Terungkap dalam proses pembelajaran
Pengetahuan guru tentang miskonsepsi,
mendasari tindakan yang dilakukan guru
saat proses pembelajaran, yaitu:
Guru melakukan penekanan mengenai
pengertian jarak banyangan (Si) dan
sifat bayangan pada lensa
Guru membimbing dan meluruskan
pemahaman siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
64
2. Pengetahuan Guru Y Tentang Siswanya
Hasil penelitian menunjukan, bila pengetahuan guru Y tentang
siswanya berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guru X, hal ini
disebabkan karena setiap guru memiliki pengetahuan tersendiri yang
mendasari tindakannya dalam proses pembelajaran. Pengetahuan tentang
siswa yang dimiliki guru Y adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Pengetahuan guru Y tentang siswanya
Pengetahuan Guru
Tentang Siswa
Guru Y
Motivasi siswa Terungkap dalam wawancara
Kesulitan siswa Terungkap dalam wawancara
Miskonsepsi siswa Tidak terungkap dalam wawancara
a. Motivasi Siswa
1) Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa
Dari hasil penelitian terungkap bahwa guru Y memiliki
pengetahuan tentang motivasi siswa di dua kelas yang diajarnya.
Pengetahuan tersebut ialah guru mengetahui bahwa siswa di kelas
VIII A memiliki motivasi yang tinggi, hal tersebut terungkap dalam
hasil wawancara yang diutarakan guru seperti pada kutipan berikut
ini:
“Kalau di kelas ini siswanya banyak yang aktif, bentar-bentar
pak pak pak, niki pripun pak?Haha, ya saya jadi senang
karena banyak yang bertanya, karena mereka memang
memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Saya belum slesai
menjelasakan kadang siswa itu sudah banyak yang bertanya
duluan, mbak. Pak itu maksudnya gimana?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
65
Menurut guru siswanya tersebut memiliki motivasi yang tinggi
terlihat dari keaktifan siswa dikelas, selain itu banyak siswanya yang
sering bertanya ketika guru menjelaskan. Keyakinan guru akan
motivasi siswa yang cukup tinggi tersebut, sesuai dengan Irham
(2013: 61), yang memandang bahwa motivasi yang dimiliki siswa
memberikan energi dan semangat bagi siswa untuk mempelajari
sesuatu sehingga memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran
yang diikuti dan dilakukan oleh siswa.
Guru Y juga mengetahui bagaimana motivasi yang dimiliki
oleh siswanya di kelas VIII B. Menurut guru motivasi siswa di kelas
tersebut sangat kurang, karena masih banyak siswa yang mengobrol
dan tidak memperhatikan, seperti yang dinyatakan guru dalam kutipan
wawancara berikut ini:
“tapi kalau kelas satunya kelas VIII B itu pasif, yang omong
sendiri juga banyak, ketika dijelaskan njok do ngomong dewe-
dewe akhirnya siswa itu jadi ketinggalan. Memang motivasi
siswa dikelas itu kurang sekali dibandingkan kelas VIII A itu
berbeda sekali mbak. Siswa masih omong itu motivasinya
rendah, berarti itu dia belum termotivasi, masih asik dengan
dunianya sendiri yang dia bawa dari luar, maka perlu
disatukan, dipusatkan perhatiannya, ditarik perhatiannya,
dibangkitkan keingintahuannya. Jadi diantaranya dengan
semacam pertanyaan, melakukan demonstrasi, dengan
memberi contoh-contoh, atau mengungkap hal yang kemarin
telah dipelajari, itu termasuk membangkitkan motivasi siswa.
Dengan dibangkitkan seperti itu membuat siswa jadi semangat
belajar, itu seperti trik-trik untuk membangkitkan motivasi
siswa”
Guru mengungkapkan bahwa siswa yang masih mengobrol memiliki
motivasi yang rendah atau siswa tersebut belum memiliki motivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
66
untuk belajar sehingga motivasi siswa perlu dibangkitkan. Guru juga
mengungkapkan, untuk dapat membangkitkan motivasi siswa yaitu
dengan “memberi pertanyaan, melakukan demonstrasi, dengan
memberi contoh-contoh, atau mengungkap hal yang kemarin telah
dipelajari, itu termasuk membangkitkan motivasi siswa”.
Dalam wawancara tersebut peneliti kurang dapat menggali
pengetahuan guru secara mendalam tentang motivasi yang dimiliki
siswanya, sehingga tidak terungkap berapa banyak siswa yang
termasuk memiliki motivasi tinggi di kelas VIII A dan berapa banyak
siswa yang kurang termotivasi di kelas VIII B. Namun dalam rekaman
video proses pembelajaran 29 April 2017 di kelas VIII A, terlihat
bahwa terdapat beberapa siswa yang sering bertanya dan menanggapi
penjelasan guru dan kondisi kelas saat pembelajaran cukup kondusif.
Dalam proses pembelajaran di kelas VIII B, peneliti melihat kondisi
kelas yang cukup ramai karena banyak siswa yang mengobrol dan
sedikit siswa yang terlihat bertanya.
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, tidak terlihat adanya perbedaan
perlakuan guru dalam meotivasi siswa di dua kelas meskipun guru
mengetahui motivasi siswa di dua kelas tersebut berbeda. Tindakan
guru dalam memotivasi siswa saat proses pembelajaran di dua kelas
tersebut yaitu guru melakukan demonstrasi untuk memusatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
67
perhatian siswa, mendekati siswa dan memotivasi siswa dengan
membantu kesulitan siswa serta menasihati siswa.
Tindakan guru saat melakukan demonstrasi untuk
memusatkan perhatian siswa serta meningkatkan motivasi siswa
seperti ysng terlihat dalam transkrip video 27 April 2017 menit 01:53
(video 1) dan transkrip video 15 Mei 2017 menit 00:28 (video 1).
Berikut ini adalah tindakan guru dalam menumbuhkan motivasi siswa
di kelas VIII A dengan melakukan demonstrasi 27 April 2017 menit
01:53 (video 1) sebagai berikut:
Guru : nak kita lihat, disini ada gelas.. isinya apa nak?
SS : air....
Guru : air rupane piye nak?
SS : bening...
Guru : terus nek sekarang saya beri ini nak.. coba lihat..
(guru mengarahkan cahaya lampu senter pada gelas
yang berisikan air)
Gambar 4.14. Guru memotivasi siswa dengan
melakukan demonstrasi
Guru : nah ini nak.. kelihat ora iki?
Guru : keliatan gimana?
SSM : kelihatan ada cahayanya..
Guru : cahayane piye? Cahayane?(guru mengubah arah
cahaya lampu senter yang menuju ke gelas)
BS : nembuuuuusss....
Guru : menembus.. dan yang dikertas nampak seperti apa?
SSM : panjang
Guru : panjang.. podo karo iki ora? (guru mengarahkan
senter langsung ke kertas tanpa mengenai gelas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
68
Gambar 4.15. Guru menunjukan perbedaan
cahaya yang melalui gelas dengan yang
tanpa melalui gelas
BS : bedoooo
Guru : tapi kalau di ginikan.. nah ketok yoo... jelas kan nak?
(guru kembali mengarahkan senter ke gelas)
BS : yaa
Guru : nah itu satu.. sekarang ini yak nak, ada gambar apa?
(guru menunjukan gambar anak panah yang ada di
kertas)
Gambar 4.16. Guru menunjukan gambar anak panah
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
BS : gambar panah
Guru : panahnya kemana?
SS : kekiri
SSM : kesamping
Guru : kekanan yoo... (guru menunjuk arah kanan sesuai
gambar anak panah)
SS : ooo.. kanan... kiri.... (sebagian siswa ada yang
menjawab kanan dan ada yang menjawab kiri)
Guru : wes saiki ora usah eyel-eyelan.. sekarang dilihat
disini nak.. ketok ora?
Gambar 4.17. Guru menunjukan gambar arah anak
panah dengan menggunakan gelas kaca yang berisi air
Siswi : kebalik pak..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
69
SSM : gak ada
BS : pak gak kelihatan..
Guru : yaa gantian lihatnya.. kelihatan yaa? (guru
mendekatkan gambar anah panah ke gelas)
SSM : oiyaa... kebalikannya
BS : kebalikan
Guru : kebalikan yaa?
SS : iyaaa...
SL1 D : pak belum ketok pak.. belum ketok..
Guru : ngene? (guru menggeser kertas agar gambar anak
panah dapat terlihat oleh siswa)
SL1 D : naaahhh
Guru : uwes ketok?
SL2 D : ketok pak..
Guru : kewalik?
SL1 D : iyaaa..
Dalam transkrip video tersebut, terlihat guru memotivasi siswa
dengan melakukan demonstrasi. Peneliti menduga hal tersebut
dilakukan guru untuk memusatkan perhatian siswa pada demonstrasi
yang guru berikan, dengan begitu akan menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar. Pada proses
pembelajaran tersebut, peneliti melihat ketika guru melakukan
demonstrasi, hampir semua siswa terlihat antusias dalam
menanggapai pertanyaan guru, hal itu menunjukan adanya motivasi
yang dimiliki setiap siswa di kelas VIII A sesui dengan pernyataan
guru dalam wawancara, guru menyatakan “mereka memang memiliki
motivasi yang tinggi untuk belajar”.
Selain melakukan demonstrasi untuk membangkitkan
motivasi siswa, guru juga membangun rasa percaya diri pada siswa
agar siswa merasa mampu dan optimis dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Peneliti melihat guru berusaha mendekati setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
70
siswa dengan berkeliling. Guru berkeliling untuk memeriksa
pekerjaan siswa disertai dengan memberikan dorongan agar siswa
termotivasi dalam mengerjakan soal, tindakan guru tersebut terlihat
pada proses pembelajaran 27 April 2017 menit 23:41 (video 2), 15
Mei 2017 menit 42:45 dan 18 Mei 2017 menit 01:58.
Tindakan guru dalam membangun rasa percaya diri siswa
terlihat dalam transkrip video 27 April 2017 menit 23:41 (video 2),
dikelas VIII A sebagai berikut:
Guru : lho? Mau bisa tau tidak? (guru memberikan
dorongan berupa pertanyaan)
SS : maaaauuu.... (semua siswa menjawab serentak)
Guru : mau tau atau tidak?
SS : maaaauuu.... (siswa semakin keras menjawab)
Guru : ya digambar...
SS : iyaa..
Sedangkan tindakan guru pada saat mendekati setiap siswa dengan
berkeliling untuk memeriksa pekerjaan siswa disertai dengan
memberikan dorongan agar siswa termotivasi dalam mengerjakan
soal, terlihat dalam transkrip video pembelajaran di kelas VIII B pada
15 Mei 2017 menit 42:45 dan 18 Mei 2017 menit 01:58. Berikut
adalah salah satu tindakan yang dilakukan guru dalam memberikan
dorongan kepada siswa pada transkrip pembelajaran 18 Mei 2017
menit 01:58.
Guru : ayo mulane saiki di garap.. seng gelem garap sesok
iso.. seng gak gelem garap yo sesok iso nek.. gelem
ngerjakne neg omah mau.. ayoo diteruske.. (guru
memotivasi siswa sambil berkeliling dan mengecek
pekerjaan setiap siswa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
71
Gambar 4.18. Guru memotivasi dengan mendekati
dan memberikan dorongan kepada siswa
Guru : laa ora garap toh? Halah iyo.. ayoo gek endang
digarap.. nek mengko garap dadi iso.. (guru mengecek
pekerjaan siswa yang duduk di bagian belakang dan
menasihati siswa untuk mengerjakan tugasnya)
Dalam transkrip tersebut, terlihat ketika guru berkeliling untuk
mengecek pekerjaan siswa, guru mendapati ada salah seorang
siswanya yang tidak mengerjakan tugas, kemudian guru memotivasi
siswa dengan memberi nasihat agar siswa tersebut mengerjakan tugas
yang telah diberikan oleh guru. Saat berkeliling tersebut, guru juga
memotivasi siswa dengan membantu kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal disertai dengan memberi dorongan. Hal ini terlihat
dalam transkrip video proses pembelajaran 27 April 2017 menit 38:57
(video 2) di kelas A, sebagai berikut:
Guru : ayoo nak.. tekan endi koe? Kudu iso.. ojo gelem
ketinggalan karo kancane nak.. (guru memotivasi
siswa)
Gambar 4.19. Guru mengamati siswa yang
masih menggambar dan memberi pengarahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 89
72
Guru : hee’eh bener.. terus sekarang yang lewat fokus sini
nak.. terus mengko ngantek nyampluk iki.. terus
mengko iki diperpanjang.. (guru mengamati siswa
yang masih menggambar dan memberi pengarahan)
Guru : nah.. tekan kono.. huup! Ngantek nyampluk.. nah..
terus dibelokkan saja.. nah gitu.. iso toh? (guru
menuntun siswa dalam menggambar)
Siswa : iso pak.. (siswa menjadi bisa menggambar setalah
diarahkan oleh guru)
Guru : gampang toh nak?
Gambar 4.20. Guru menuntun siswa dalam
menggambar ddengan memberikan dorongan
Siswa : gampang...
Guru : laah... iki diperpanjang ben berpotongan... dari sini
terus kesana.. terus bayangannya kepalanya disini
letakknya.. nah... jungkir toh.. dong toh?
Siswa : dong.. (siswa menunjukan bahwa ia sudah mengerti)
Guru : gitu yaa..
Siswa : ya pak..
Dalam transkrip tersebut, guru memotivasi siswa dengan membantu
siswa yang kesulitan. Terlihat guru mengarahkan siswa yang kesulitan
dalam menggambar bayangan yang yang dibentuk oleh cermin
cembung, guru memotivasi dengan mengatakan “Kudu iso.. ojo gelem
ketinggalan karo kancane nak”, pernyataan tersebut menunjukan
tindakan guru dalam memberikan dorongan atau semangat kepada
siswa, agar siswa tidak pesimis dan malas dalam mengerjakan soal
tersebut.
Tindakan-tindakan guru dalam memotivasi siswa menunjukan
bahwa pengatahuan guru tentang motivasi siswa tidak mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 90
73
tindakannya dalam memotivasi siswa di dua kelas yang diajarnya.
Guru Y mengetahui motivasi siswa di kelas VIII A lebih tinggi, dari
pada motivasi yang dimiliki siswa di kelas VIII B. Seharusnya guru
lebih memotivasi siswa di kelas VIII B karena guru mengetahui jika
siswa dikelas VIII B tersebut kurang termotivasi dari pada siswa di
kelas VIII A, tetapi dalam interaksi pembelajaran di dua kelas tersebut
tidak ada tanda bahwa guru lebih memotivasi siswa di kelas VIII B
dari pada kelas VIII A.
b. Kesulitan Belajar Siswa
1) Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa
Pengetahuan guru tentang kesulitan siswa terungkap dalam
wawancara. Guru mengungkapkan bahwa siswa masih kesulitan
dalam membedakan bayangan maya dan bayangan nyata, hal ini
terungkap dalam transkrip wawancara berikut ini:
“karena nyatanya, siswa masih kesulitan membedakan juga
memahami bayangan maya dan bayangan nyata. Lha itu
kelihatan kok mbak, bayangan kok nyata pak? kok maya kui
lho? Terus bayangan kok terbalik, itu juga ada. Awalnya
rancu kalau tidak ditunjukan ini lho contohnya, terbalik kan
kelihatan. Diperbesar itu juga kan keliatan. Itu kan sangat
abstrak ya, ketika awal mempelajari itu sangat abstrak maka
perlu dikonkitkan dengan ditunjukkan. Lha saya
menunjukannya hanya dengan demonstrasi. Dengan
begitukan siswa jadi mudah untuk mengerti dan tidak bingung
bagaimana yang dimaksud bayangan terbalik itu”.
Guru mengetahui siswa masih kesulitan dalam memahami sifat-sifat
bayangan, sehingga guru berpendapat hal yang abstrak tersebut perlu
ditunjukan secara langsung kepada siswa melalui demonstrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 91
74
Selain itu guru juga mengetahui jika siswanya mengalami
kesulitan ketika menghitung perbesaran bayangan (M), karena siswa
belum mengerti arti dari tanda mutlak saat menghitung perbesaran
bayangan sehingga banyak siswa yang salah dalam menentukan nilai
perbesaran bayangan. Menurut guru siswa juga masih banyak yang
kesulitan dalam menentukan jarak bayangan (Si) hal ini seperti yang
diungkapkan guru dalam kutipan wawancara dibawah ini:
“ada juga yang kesulitan ketika menghitung M itu, perbesaran
bayangan itu ya. Harga mutlak dari Si/So (│Si/So│) toh? tapi
anak itu belum tau arti dari harga mutlak itu buat apa, arti
garis sejajar itu apa, anak masih belum mengerti. Jadi mereka
ketemu Si-nya mines ya tetap dimasukan mines lha jadinya
nilai M nya mines toh? pak kok bayangannya ketemunya
mines? lha yo mulane, mosok bayangan kok mines? Kepiye
nek bayangan mines jajal? Makanya tadi saya tekankan kalau
M itu harga mutlak, minesnya tidak usah dipakai itu saya
tekankan sungguh mbak, karena banyak anak yang masih
salah disitu dalam menentukan nilai M perbesaran bayangan
juga dalam menentukan Si tadi. Jarak bayangan kok mines ya,
yang mines itu bukan jaraknya tapi mines itu hanya untuk
menunjukan sifat bayangan anak-anak itu masih banyak yang
keliru disitu juga”
Pengetahuan guru tentang kesulitan siswa dalam membedakan sifat-
sifat bayangan, menghitung perbesaran bayangan dan kesulitan siswa
dalam memahami jarak bayangan, sudah seharusnya mendasari guru
dalam menentukan tindakan-tindakan yang tepat saat proses
pembelajaran untuk membantu kesulitan siswa tersebut.
2) Tindakan guru dalam proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, terungkap pengetahuan guru
tentang kesulitan siswa mendasari setiap tindakannya. Berdasarkan
hasil wawancara, guru mengungkapkan jika siswa masih kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 92
75
dalam memahami sifat-sifat bayangan. Dalam proses pembelajaran
terlihat jika pengetahuan guru tersebut mendasari tindakannya dalam
proses pembelajaran. Pada rekamanan proses pembelajaran 29 April
2017 menit 26:27 (video ke 2) terlihat guru melakukan demonstrasi
untuk menunjukan sifat-sifat bayangan:
Guru : bayangan iku terbalik tenan nak.. lha terbalik
kepiye? Yo ngene iki (guru membawa rangkaian
papan optik yang telah di set)
Guru : ketok ora iki? Kamu bisa ngeliat ini ndak nak? (guru
menunjukan bayangan yang terbentuk pada layar di
papan optik)
Gambar 4.21. Guru menunjukan bayangan yang
terbentuk pada layar di papan optik
SS : bisa...
Guru : iki lho nak bayangan e.. ketok toh?(guru menunjuk
bayangan yang ada di layar papan optik)
BS : iyaa.. yaa kebalik..
SL3 D : endi toh pak?(siswa merasa penasaran karena
belum dapat melihat bayangan yang terbentuk di
layar)
Guru : iki lho... (guru menunjukan kepada siswa)
Gambar 4.22. Guru menunjukan bentuk bayangan
terbalik pada layar di papan optik
SL3 D : oiyaa... terbalik pak..
Guru : ketok toh?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 93
76
SL3 D : ketok..
Guru : terbalik opo tegak?
SS : terbalik..
Guru : nyata opo maya?
SS : maya... maya.. nyata.. (siswa ragu-ragu menjawab,
ada yang menjawab maya dan ada yang menjawab
nyata)
Guru : nyata.. nyata ya nak... (guru membenarkan dan
mempertegas jawaban siswa)
Guru : karena harus pakai layar, kalau layar dilepas kan ora
ketok.. endi bayangane? Gitu yaa.. (guru melepas
layar, untuk meyakinkan siswa bahwa bayangan yang
terbentuk ada nyata sehingga diperlukan layar agar
terlihat)
Guru : maya itu dapat terlihat oleh mata langsung, tapi
kalau harus pakai layar seperti ini namanya
bayangannya nyata.. (guru memberi penegasan
tentang bayangan nyata dengan memasang kembali
layar untuk memperlihatkan bayangan yang terbentuk)
Guru : lebih kecil toh nak bayangannya?
BS : iyaa...
Pada transkrip tersebut, terlihat siswa masih kesulitan dalam
membedakan bayangan maya dan bayangan nyata, sehingga guru
yang mengetahui hal tersebut kemudian memberi penegasan kepada
siswa agar siswa tidak kesulitan dalam membedakan sifat-sifat
bayangan. Penegasan tersebut terlihat dari pernyataan guru “nyata..
nyata ya nak”.
Tindakan lain yang menunjukan pengetahuan guru tentang
kesulitan belajar yaitu guru mengetahui jika banyak siswanya yang
belum bisa dalam menggambar, sehingga guru memberikan
penekanan dengan mengulang penjelasan dan menggambarkan di
papan. Hal ini terlihat dalam rekaman proses pembelajaran 15 Mei
2017 menit 27:46, seperti pada transkrip dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 94
77
Guru : sek.. seng ora mudeng okeh.. (guru mengetahui
jika banyak siswa yang belum mengerti)
Guru : ayoo perhatikan.. yook selak ijo.. halo.. yang sudah
gambar maupun belum gambar coba perhatikan sini
nak.. yokk (guru mengulang menggambar di papan
tulis)
Gambar 4.23. Guru memberi penekanan dengan
mengulang menggambar jalannya sinar pada lensa cekung
Guru : yook perhatikan.. sekarang saya gambarnya cepet
saja.. ngene nak.. coba perhatikan yaa.. ini contohnya
gambar seperti ini nak.. terus ini fokusnya podo nak..
fokus.. iki fokus.. karena yang dipakai cuma satu
focus.. oke? (guru bertanya secara klasikal)
Guru : ada benda disini nak.. ejek wae akeh seng ngomong
SS : sssssssuuuuuuttt…..!
Guru : okee? Cahaya itu selalu dari kepalanya… dari sini..
kalau nanti dia sejajar.. maka dia akan dibelokkan
seolah-oalah dari sini toh.. dari titik focus... ngono toh
nak.? (guru mempertegas bahwa cahaya selalu berasal
dari benda)
SS : nggeh… iyaa pak..
Guru : nak.. nyabrang menuju ke fokus yang sini nak..
nyabrang… nyabrang.. menuju fokus sini maka nanti..
akan di belokkan sejajar.. sejajar.. gitu kan nak.. maka
nanti sejajarnya ini nanti dibuat garis pertolongan
kesana.. karena garis pertolongan maka garisnya
putus-putus.. lha disini nak… bayangannya ada disini..
bayangannya… bayanganya selalu sebelah sananya..
lensa.. (guru memberi penekanan dengan menjelaskan
sambil mengulang-ulang beberapa kalimat)
Gambar 4.24. Guru memberi penekanan dengan
mengambarkan letak bayangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 95
78
Guru : baik bendanya disini.. disini.. disini.. (guru
memindah-mindakan posisi sepidol yang berada di
depan lensa)
Guru : bayangannya selalu ada disini nak.. haloo… halloo?
Diruang 1 nak..
Peneliti melihat guru mengetahui bila banyak siswanya yang belum
paham hal ini terlihat dari pernyataan guru “seng urung mudeng
akeh”, sehingga peneliti mencoba menggali alasan guru mengatakan
demikian. Dalam wawancara, terungkap alasan guru mengatakan hal
tersebut:
“dari saya keliling tadi, itukan ada anaknya yang gambar itu,
menggambarnya itu asal mbak. Ini lensa, terus dia
menggambar begini, asal begini. Jadi yang ini sejajar (sinar
bias), jadi kelihatan kalau wah ini gak paham, jadi dari
beberapa temuan itu ada yang tidak mudeng mbak, ini asalnya
dari sini lo, sehingga nanti ini tampak ini megar. Gambarnya
kan mengembang gitu ya, tidak sejajar karena kalau asal
begini akhirnya jadinya sejajar. Ketauankan, ketauan banget
ini kamu (siswa) gak mudeng. Yuk ulangi menggambarnya,
megar toh? apik toh? jadi nanti ini gambarnya sesuai dengan
yang saya tunjukan dengan demo saya itu tadi. Itu yang saya
anggap, dia salah menangkap. Seperti ketika menggambar itu
hanya apa, kadang itu yang digambar sinar biasnya dulu baru
sinar datangnya, kan kebalik kadang-kadang anak-anak keliru
gambarnya atau ada yang gambar ini lensa ini sinar
datangnya. Gambarnya disini, jadi misah tidak nyambung
disini, la itu kan ketauan. Lho ini yang dibelokkan cahayanya
ini bukan ini, ini biasnya dari mana? Lha itu kan ternyata ya
memang anak kalau melihat saja tidak cukup, jadi harus
dikelilingi, ditunjukan, supaya nanti tujuan pembelajarannya
tercapai, saya targetnya anak itu harus bisa semua. kalau saat
mengerjakan soal ya harus dicek satu per satu, dibimbing,
diarahkan karena ya itu tadi, saya ingin agar setiap anak
menguasai apa yang saya sampaikan untuk saat itu”
Dari transkrip wawancara diatas terungkap bahwa ketika guru
berkeliling, guru menemukan siswanya yang mengalami kesulitan
dalam menggambar. Guru mengetahui jika beberapa siswanya ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 96
79
yang asal dalam menggambar, guru mengungkapkan ada siswa pada
menggambar sinar biasnya terlihat sejajar sehingga menunjukan jika
siswa tersebut belum memahami konsepnya dengan baik. Sehingga
untuk membantu siswa yang kesulitan tersebut, guru berkeliling untuk
mengetahui siswa yang kesulitan kemudian guru membimbing dan
mengarahkan siswa dalam menggambar.
Selain itu, tindakan guru yang menunjukan pengetahuannya
tentang kesulitan siswa, yaitu guru memberi penekanan dengan
mengingatkan siswa. Tindakan guru dalam mengingatkan siswa
tersebut terlihat dalam rekaman proses pembelajaran18 Mei 2017
Menit 06:07 (video ke 2), sebagai berikut:
Guru : loh? kalau nanti f negatif berarti jarak bayangan juga
negatif toh? (guru mengecek pekerjaan siswa)
Gambar 4.25. Guru mengecek pekerjaan siswa
dan meneumukan adanya kesalahan
Guru : nak halo.. pengumuman.. yang namanya jarak
bayangan negatif itu artinya bayangannya maya.. jadi
kalau ketemu negatif itu bayangannya maya.. dong
ora? (guru memberi penegsan mengenai jarak
bayangan negatif)
Dalam transkrip tersebut, terlihat guru sedang memberi penekanan
jika fokusnya bernilai negatif maka jarak bayangannya juga negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 97
80
Guru menekanan bila jarak bayangan bernilai negatif, hal itu hanya
untuk menunjukan bahwa sifat bayangan yang terbentuk adalah maya,
agar siswa tidak kesulitan dalam memahami jarak banyangan yang
bernilai negatif.
Berdasarkan hasil wawancara, guru mengungkapkapkan bila
siswa juga kesulitan dalam menghitung perbesaran bayangan karena
siswa belum mengerti arti dari tanda mutlak. Hal tersebut juga peneliti
temukan dalam proses pembelajaran 18 Mei 2017 menit 14:24 berikut
ini:
SI3 : pak ini cara ngitungnya bener gak pak? Ngitung
perbesarannya gini ya pak?
Gambar 4.26. Guru mengetahui kesalahan siswa
dalam menghitung perbesaran bayangan
Guru : loh? Loh? Loh? sek sek.. sekarang ngitung M nya
kan? ini kok ada tanda minesnya? Tanda minesnya
gak usah dipakai.. mulane ada tanda mutlak kui..
namanya tanda mutlak.. (guru mengetahui bahwa
siswa masih belum paham mengenai penggunaan
tanda mutlak sehingga guru memberi penekakn
tentang tanda mutlak pada perbesaran)
SI3 : oalah...
Guru : ngene ki lho nak.. la iki jeneng e tanda mutlak..
(guru memberi penekanan mengenai maksud dan
penggunaan tanda mutlak)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 98
81
Gambar 4.27. Guru memberi penekanan mengenai
arti dari tanda mutlak
Guru : tanda mines itu gak di pakai.. perbesaran kok mines..
Pada transkrip tersebut, terlihat ada seorang siswi yang salah dalam
menghitung perbesaran bayangan, karena dalam perhitungan siswi
tersebut tetap memasukan tanda mines sehingga nilai perbesaran
bayangan yang ia peroleh salah. Kemudian guru memberi penegasan
tentang pengertian dari tanda mutlak pada persamaan perbesaran
bayangan, setelah guru memberi penegasan, siswi tersebut terlihat
lebih paham dari sebelumnya, hal ini terlihat dari pernyataan siswa
yang mengatakan “oalah...”.
Dalam proses pembelarajan, peneliti melihat jika guru sering
berkeliling untuk mengamati siswa dalam mengerjakan soal, tidak
hanya itu saja guru juga terlihat beberapa kali mendatangi siswa yang
sama. Dalam wawancara peneliti mencoba menggali alasan guru yang
mendasarinya untuk mendekati siswa tersebut beberapa kali:
“oh itu karena dia masih kebingungan dengan tanda mines
tadi mbak. Sebetulnya tidak hanya dia saja yang masih
bingung, banyak anak-anak lain yang juga masih bingung jika
bertemu dengan tanda mines. Seperti siswa yang duduk di
tengah tadi itu, lha kan dia itu salah ngitungnya, matematisnya
itu dia belum bisa mbak. Lha kalau positif dipindahkan kekiri
lha yo jadi negatif toh? tapi dia itu ndak jadi tetap pakai
positif. Kalau begitukan sudah beda toh artinya, beda
buanget. Kalau Si nya ketemu positif dengan Si nya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 99
82
ketemu negatif kan artinya sudah sangat berbeda, lha padahal
tanda posif atau negatif itukan mempengaruhi sifat bayangan,
kalau Si nya negatif berarti bayangannya maya toh. lha itu
yang saya temui dari anak yang disitu tadi, yang duduk
ditengah tadi itu. Lha kalau anak-anak yang duduk di
belakang tadi, itu mereka masih kesulitan membedakan sifat
bayangan, tadi mereka terbalik menentukan sifat
bayangannya, la kan Si nya negatif tapi sifat bayangannya itu
nyata, kan salah. Seharusnya kalau Si nya negatif
bayangannya kan maya toh. Jadi makanya saya berkeliling,
dari keliling itu kan saya tau oo… anak ini belum paham. oh
anak ini keliru, oh anak ini sudah paham, ya itu saya
konfirmasi lagi biar anak lebih menguasi konsep lagi.”
Pada kutipan wawancara tersebut, ternyata guru tidak hanya
mengetahui kesulitan yang dialami salah seorang siswanya saja. Dari
ungkapannya tersebut, terlihat bahwa guru mengetahui hampir
sebagian siswanya yang mengalami kesulitan dan kesulitan yang
dialami setiap siswanya tersebut tidaklah sama. Menurut guru, siswa
yang duduk di depan masih bingung dengan tanda mines, sedangkan
siswa yang duduk di tengah masih kesulitan dalam perhitungan
matematis sehingga nilai Si yang ia peroleh adalah positif, kemudian
menurut guru siswi yang duduk dibelakang masih kesulitan dalam
membedakan sifat bayangan. Hal ini menunjukan bila guru
mengetahui kemampuan siswa berbeda-beda, yang juga diungkapkan
guru dalam kutipan wawancara berikut ini:
“jadi memang siswa itu mempunyai kemampuan yang unik,
mempunyai kemampuan masing-masing, ada yang harus di
datangi, dijelaskan satu persatu.. tapi ada yang cuma diberi
contoh siswa itu sudah bisa”
c. Miskonsepsi Siswa
1) Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa
Pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswanya tidak
terungkap dalam wawancara. Guru menyatakan jika siswa yang keliru
itu hanya mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang mereka
terima, bukan termasuk miskonsepsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 100
83
“sebenarnya keliru itu karena siswa belum bisa memahami
dengan baik, bukan miskonsepsi. Artinya mereka itu
mengalami kesulitan dalam pemahamannya sehingga ketika
mengerjakan soal siswa jadi salah mengerjakan karena
pemahamannya tadi masih keliru, seperti menghitung
perbesaran bayangan tadi siswa itu belum tau arti dari harga
mutlak itu buat apa, arti garis sejajar itu apa, anak masih
belum mengerti jadi siswa hanya kesulitan saja sebenarnya”
2) Tindakan Guru Dalam Proses Pembelajaran
Pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang dialami siswa
dalam penelitian ini tidak terungkap, peneliti juga tidak menemukan
adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam proses
pembelajaran karena guru meyakini siswa yang mengalami kekeliruan
tersebut, hanya mengamalami kesulitan saja bukan termasuk dalam
miskonsepsi.
Hasil penelitian menunjukan jika pengetahuan yang dimiliki guru Y
tentang motivasi siswa, tidak berpengaruh dalam pembelajaran. Guru
mengungkapkan bila siswa di kelas VIII B kurang termotivasi untuk belajar,
seharusnya dalam pembelajaran guru lebih memotivasi siswanya di kelas VIII
B. Hal ini menunjukan bila tidak selamanya pengetahuan yang dimiliki guru
mendasari tindakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan pengetahuan guru
Y tentang kesulitan belajar siswa berpengaruh dalam proses pembelajaran
sebagaimana terlihat bahwa pengetahuan guru tersebut mendasari setiap
tindakan guru pada proses pembelajaran, dan tidak terungkapnya pengetahuan
guru Y tentang miskonsepsi siswa dikarenakan keterbatasan peneliti dalam
melakukan wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 101
84
Tabel 4.5. Hasil Wawancara Dan Proses Pembelajaran Terhadap Guru Y Mengenai Pengetahuan Guru Tentang Siswa
Pengetahuan Guru Hasil Wawancara Guru Proses Pembelajaran
Pengetahuan tentang
motivasi siswa
Terungkap dalam wawancara
Guru mengetahui motivasi yang dimiliki siswanya
di dua kelas:
Guru meyakini siswa di kelas VIIIA
memiliki motivasi yang tinggi dan siswa di
kelas VIII B kurang termotivasi untuk
belajar
Terungkap dalam proses pembelajaran.
Tindakan-tindakan guru dalam memotivasi
siswanya di dua kelas tidak menunjukan
adanya perbedaan. Tindakan tersebut
yaitu:
Guru melakukan demonstrasi untuk
memusatkan perhatian siswa
Guru membangkitkan rasa percaya
diri siswa
Guru berkeliling kelas memeriksa
pekerjaan siswa dengan
memberikan dorongan
Guru membimbing siswa yang
kesulitan
Pengetahuan tentang
kesulitan belajar siswa
Terungkap dalam wawancara.
Guru mengetahui beberapa kesulitan yang dialami
siswanya, guru mengungkapkan:
Siswa masih kesulitan dalam membedakan
bayangan maya dan nyata
Siswa kesulitan dalam menghitung nilai
perbesaran bayangan (M)
Siswa masih keliru dalam memahami jarak
bayangan (Si)
Terungkap dalam proses pembelajaran
Pengetahuan guru tentang kesuliatan
belajar siswanya mendasari tindakan-
tindakan yang dilakukan guru selama
proses pembelajaran. Tindakan tersebut
yaitu:
Guru melakukan demonstrasai
untuk menunjukan bayangan maya
dan terbalik
Guru mendekati dan membimbing
siswa yang sama beberapa kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 102
85
Guru memberi penekanan dengan
mengulang penjelasan,
mengingatkan siswa tentang
pengertian tanda negatif pada jarak
bayangan (Si) pada lensa
Guru memberi penegasan
mengenai arti dari tanda mutlak
pada persamaan perbesaran
bayangan
Pengetahuan tentang
miskonsespsi siswa
Tidak terungkap Tidak terungkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 103
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, menunjukan bahwa pengetahuan Guru X dan
tindakananya dalam proses pembelajaran berbeda dengan pengetahuan yang
dimiliki guru Y yang mendasari tindakannya dalam proses pembelajaran.
Pengetahuan tentang siswa yang dimiliki Guru X dan Guru Y serta
pengaruhnya dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan Guru Tentang Motivasi Siswa
Pengetahuan Guru X dan Guru Y tentang motivasi siswanya dalam
penelitian ini terungkap. Pengetahuan yang dimiliki guru X tentang
motivasi yang dimiliki siswanya berpengaruh dalam proses pembelajaran
dan pengetahuan yang dimiliki guru Y tentang motivasi siswa yang
diajarnya pada dua kelas yang berbeda tidak berpengaruh dalam proses
pembelajaran.
2. Pengetahuan Guru Tentang Kesulitan Belajar
Pengetahuan Guru X dan Guru Y tentang kesulitan belajar siswa
dalam penelitian ini terungkap. Pegetahuan yang dimiliki Guru X dan
Guru Y tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran, terlihat bahwa
pengetahuan tersebut mendasari tindakan guru dalam membantu kesulitan
belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 104
87
3. Pengetahuan Guru Tentang Miskonsepsi Siswa
Guru X mengetahui terdapat siswanya yang memiliki miskonsepsi
dan pengetahuan tersebut berpengaruh dalam proses pembelajaran.
Pengetahuan Guru Y tentang miskonsepsi siswa tidak terungkap.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini untuk
peneliti berikutnya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti berikutnya diharapkan untuk membuat pedoman wawancara yang
lebih kompleks berdasarkan hasil observasi dari proses pembelajaran,
sehingga dapat memaksimalkan metode wawancara untuk mengungkap
pengetahuan guru tentang siswa secara kuat.
2. Peneliti berikutnya juga diharapkan dapat mencari hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan guru tentang siswa secara detail melalui hasil
observasi, sehingga dapat terlihat jelas pengaruh pengetahuan guru dalam
proses pembelejaran.
3. Diharapkan bagi peneliti untuk dapat mengungkap pengetahuan guru
tentang kesulitan belajar siswa lebih mendalam lagi, dengan meminta hasil
ulangan siswa agar dapat mengetahui siswa yang mengalami kesulitan
belajar, sehingga menambah informasi untuk menggali pengetahuan guru
tentang kesulitan belajar siswa secara mendalam.
4. Pengambilan data melalui observasi dan wawancara juga diharapkan
dilakukan beberapa kali sehingga dapat memperjelas tindakan serta
pernyataan dari subjek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 105
88
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Putri. 2015. Pengembangan PCK (Pedagogical Content Knowledge)
Mahasiswa Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
Melalui Simulasi Pembelajaran. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, Vol.
2, No. 1, November, Hal. 1-15.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Aisyah, Siti. 2015. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar.
Yogyakarta: Deepublish.
Djamarah, Syaiful Bahri. Drs. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rieneka Cipta.
Etkina, Eugenia. 2010. Pedagogical Content Knowledge and Preparation of High
School Physics Teacher. Physical Review Special Topics-Physics Education
Research. 6. 2. 020110.
Hamdi, Asep Saepul. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Irham, Muhammad dan Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan Teori
Dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Murwati, Kartika Dhiny. 2012. Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika Mengenai
Siswanya Yang Diduga Mendasari Tindakannya Dalam Pembelajaran (Studi
Kasus 2 Guru Fisika Di 2 Sekolah Yang Berbeda). Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Purwaningsih, Endang. 2015. Potret Respresntasi Pedagogical Content Knowledge
(PCK) Guru Dalam Mengajarkan Materi Getaran Dan Gelombang Pada Siswa
SMP. Indonesian Journal of Applied Physics. Vol. 5, No. 1, April, Hal. 9-15.
Rahmadhani, Yeni, dkk. 2016. Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru
Dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Pendidikan Sains, 6;17-24.
Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 106
89
Sarkim, T. 2006. Investigating Pedagogical Content Knowledge of Secondary
School Physics Teacher: A Case Study. Yogyakarta: Widya Dharma Jurnal
Kependidikan (Majalah Ilmiah Kependidikan), Vol.17. No. 1, p.1, Oktober.
Sarkim, Tarsisius. 2015. Pedagogical Content Knowledge: Sebuah Konstruk untuk
Memahami Kinerja Guru di Dalam Pembelajaran. Prosiding Pertemuan Ilmiah
XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta.
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis.
Yogyakarya: Suaka Media.
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: Grasindo.
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik &
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suparno, Paul. 2007. Kajian & Pengantar Kurikulum IPA SMP & MT. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Suwido, Albertus Wahyudi. 2010. Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika Tentang
Siswanya Pada 2 SMA Di Yogyakarta Sebagaimana Terungkap Melalui
Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistiyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran
IPA. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI