JELASKAN KONSEP DAN PERANAN STRATIGRAFI DALAM PENTARIKHAN
ARKEOLOGI? (tugasan assignment untuk sem ini).. canalius n
alexius
PENGETAHUAN DASAR STRATIGRAFIBy GIANDA VERMA 270110090005
Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti
lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan batuan, dan grafi
(graphic) yang berarti pemerian/ gambaran atau urut-urutan lapisan.
komposisi dan umur relatif serta distribusi peralapisan tanan dan
interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi.
Dari hasilperbandingan atau korelasiantarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur
relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). Jadi stratigrafi
adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan batuan pada kulit
bumi. Secara luas stratigrafi merupakan salah satu cabang ilmu
geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian
batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi.
PRINSIP STRATIGRAFI
Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan
mengenai stratigrafi, yaitu:
1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669),
terdiri dari: Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata) Didalam
suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif
lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama
belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan
berurutan. Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity)
Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara
lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa
cekungan itu terbentuk. Prinsip Akumulasi Vertikal (Original
Horizontality) Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam
keadaan mendatar (horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya
terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).2.
Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785)
Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu
uniformitarisme yaitu proses-proses yang terjadi pada masa lampau
mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi
sekarang, atau dengan kata lain masa kini merupakan kunci dari masa
lampau (the present is the key to the past). Maksudnya adalah bahwa
proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan
sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.3. Hukum
Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter
dan H. Robinson. Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda
daripada batuan yang diterobosnya4. Hukum Urutan Fauna (Law of
Fauna Succession) oleh De Soulovie (1777)
Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat
mengandung kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di
atas maupun di bawahnya.5. Prinsip William Smith (1816)
Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan
mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria
litologinya tidak menentu.6. Prinsip Kepunahan Organik oleh George
Cuvier (1769-1832) Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan
yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang
hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya
lebih tua.
Didalam penyelidikan stritigrafi ada dua unsur penting pembentuk
stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:
1. Unsur batuan Suatu hal yang penting didalam unsur batuan
adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa
volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen
95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75%
dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk
stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang
berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada
tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu
pengendapannya maupun umur setiap lapisan.Dengan adanya ciri batuan
yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah
pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu
dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan
stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan
yang lainnya.
2. Unsur perlapisan Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari
batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang
diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa
perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan
pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat
bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses
pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:
Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport,
sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan
selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa
yang diendapkannya. Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya
cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di
bawahnya.
PERKEMBANGAN KLASIFIKASI STRATIGRAFI
International Stratigraphic Guides, 1994 dan International
Subcommission for Stratigraphic Classification.
(R.P.Koesoemadinata)1. Perkembangan klasifikasi stratigrafi dalam
dunia internasional memperlihatkan kecenderungan untuk memisahkan
kategori klasifikasi deskriptif dan interpretatif. Stratigrafi
didasarkan padafakta yang terlihat di lapangan dan tidak secara
interpretatif.2. Penamaan satuan yang bersifat interpretatif
sebaiknya dihindari, satuan tersebut dinyatakan sebagai satuan
tidak resmi (contoh: Seismik Stratigrafi, Sikuen Stratigrafi).3.
Kategori deskriptif dibatasi pada kriteria litologi dan kandungan
fosilnya, sedangkan criteria sifat-sifat fisik, kimia cenderung
hanya dibatasi pada sifat yang dapat menentukan waktu atau umur ,
seperti paleomagnetic polarity. Satuan berdasarkan karakteristik
log, penampang seismik tidak dapat dinyatakan sebagai satuan resmi,
walaupun diakui keberadaannya4. Kategori yang bersifat
interpretatif : penafsirannya dibatasi pada hal-hal yang menyangkut
waktu/ umur. Kategori satuan stratigrafi yang bersifat
interpretative seperti lithogenetic units, satuan lingkungan
pengendapan, cyclothems tidak dapat diterima sebagai satuan
stratigrafi resmi5. Keberadaan satuan tidak resmi dapat diakui
walaupun sangat tidak dianjurkan.
2.4.2. Permasalahan Stratigrafi Nasional Sekarang1. Pada
kebanyakan makalah dalam publikasi IPA, IAGI menggunakan nama tidak
resmi, karena penulis umumnya tidak sanggup mengajukannya secara
resmi, karena peraturannya sangat banyak. Hal tersebut mendorong
semakin banyaknya satuan tidak resmi terutama dalam kalangan
industri.2. Tidak konsisten dalam penamaan formasi. Dalam satu
cekungan dinamai 2 atau 3 nama satuan resmi oleh peneliti yang
berbeda.3. Pada cekungan yang berbeda (yang lain), masih ada pemeta
yang menggunakan nama formasi yang sama dengan cekungan di tempat
lain.4. Penyusunan satuan stratigrafi gunungapi dalam SSI,
didasarkan pada genesa bukan secara diskriptif. Pembagian secara
genesa tersebut mengakibatkan hanya berlaku untuk gunungapi Kuarter
yang masih terlihat bentuk-bentuknya.5. Konsep stratigrafi
tradisional masih lebih banyak digunakan, walaupun secara
eksplisit. Sikuenstratigrafi sudah tercantum dalam SSI 1996.6.
Sandi Stratigrafi Indonesia 1996 mengandung pembagian satuan yang
bersifat diskriptif dangenetik. Hal ini berarti tidak mengidahkan
anjuran dari International Stratigraphic Guides, 1994.
2.4.3. Sandi Stratigrafi Indonesia 1996. (soejono
martodjojo)Pencantuman Satuan Stratigrafi Gunungapi (BAB 111),
merupakan wujud keprihatinan terhadap tidak adanya wadah penamaan
yang dapat dipakai untuk gunungapi di Indonesia. Di negara maju,
sistem penamaan dalam pemetaan gunungapi sudah mampu memberikan
sumbangan terhadap peramalan kegiatan dan bahayanya. Ada keinginan
dibuat unit-unit stratigrafi lainnya dalam SSI-1996, seperti
Tektonostratigrafi, Stratigrafi Kuarter, dan lain-lain sayangnya
draft dari para pengusul atas satuan tersebut tidak terselesaikan
dalam batas waktunya. Mendukung dibuatnya Lexicon Stratigrafi di
Indonesia bagi masing-masing satuan stratigrafi. Dengan catatan
bahwa Lexicon ini lebih bersifat literatur resmi, tetapi masih
terbuka bagi perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
akumulasi data yang ada. Panitia Sandi Stratigrafi Indonesia perlu
dilestarikan dan diluaskan sehingga mencakup organisasi lain yang
bersangkutan dengan stratigrafi di Indonesia. Tujuan penggolongan
Stratigrafi perlu menjadi bahan pertimbangan.
2.4.4. Sandi Stratigrafi Indonesia 1996: Suatu Catatan
Perkembangan Sandi Stratigrafi Indonesia. (Djuhaeni)SSI-1996,
merupakan hasil penambahan tiga satuan stratigrafi baru ke dalam
Sandi Stratigrafi Indonesia 1973. Tiga satuan stratigrafi baru:
Satuan Litodemik, Satuan Stratigrafi Gunungapi, dan
Sikuenstratigrafi, atau perbandingannya :1. SSI 1973 : memuat
Litostratigrafi, Biostratigrafi, Kronostratigrafi2. SSI 1996 :
Litostratigrafi, Biostratigrafi, Kronostratigrafi, Litodemik,
Gunung api, Sikuenstratigrafi. Satuan Litodemik, untuk pembagian
unit batuan beku dan metamorf. Satuan Litodemik dibedakan dengan
Satuan Litostratigrafi karena mempunyai kaidah yang berbeda dengan
Hukum Superposisi, terutama hubungan kontak dan pelamparannya.
Dihimbau bagi pengguna-akademisi-pakar mineral untuk berperan
aktif, mengkaji ulang, mengembangkan dalam memperbaiki satuan
litodemik yang disesuaikan dengan perkembangan, baik secara konsep
maupun aplikasinya di Indonesia. Satuan Stratigrafi Gunungapi,
masih perlu dikembangkan, dan disesuaikan dengan perkembangan
penerapannya di Indonesia.Satuan Sikuenstratigrafi, Satuan
Sikuenstratigrafi perlu disempumakan, misalnya untuk keperluan
korelasi di Ladang Migas; order parasikuen perlu dikembangkan lebih
lanjut., sesuai perkembangan konsep dan penerapannya di Indonesia.
Sosialisasi SSI-1996, Wacana tentang usulan Satuan
Tektonostratigrafi dan Satuan Stratigrafi Kuarter untuk dimasukkan
ke dalam SSI-1996, sampai saat ini belum terwujud. Sosialisasi
SSI-1996 setelah PIT-IAGI 1996 di Bandung kurang mendapat
perhatian.Perkembangan Penelitian Stratigrafi di Indonesia : 3
Era1. Era Pra-SSI.. Satuan stratigrafi lebih didasarkan kepada
kerangka waktu, dan penamaannya diikuti oleh kata series" atau
"beds", sebagai contoh Halang Series, Cidadap Beds.2. Era SSI-1973.
Ada perubahan nama, contoh "Halang Series/Beds" menjadi Formasi
Halang.3. Era SSI-1996. Perkembangan satuan stratigrafi sangat
mencolok, munculnya Satuan Sikuenstratigrafi dan Satuan
Tektonostratigrafi. Adanya kemajuan penelitian geologi dan
perkembangan tatanama satuan stratigrafi menimbulkan dampak
kerancuan penyebutan nama satuan stratigrafi dan pelamparannya :
Formasi Kujung menjadi "Kujung Time" (Kujung 1, Kujung 11, dan
Kujung 111), tetapi tidak jelas pemerian waktunya. Akan
membingungkan lagi apabila yang akan datang, ada penyebutan Sikuen
Kujung. Distribusi/pelamparan Satuan Stratigrafi perlu dijelaskan
lebih lanjut, tidak terbatas "dapat dipetakan dalam skala 1 :
25.000" saja, sehingga timbul problem "terlalu banyak nama-nama
satuan litostratigrafi". Di sisi lain justru menimbulkan
pertanyaan: "sejauh mana validitas pelamparan suatu formasi itu",
sebagai contoh Formasi Talangakar dikenal dari Sumatra Selatan
sampai Jawa Barat bagian Utara (NW Java Basin). Munculnya penamaan
satuan stratigrafi (Unit Allostratigrafi) yang mengacu kepada
"Sandi Stratigrafi Asing" yang pernah muncul dalam Procceding
PIT-IAGI sangat tidak diharapkan untuk dikembangkan. Bila dianggap
perlu, satuan stratigrafi yang tidak mengacu pada SSI agar
diusulkan kepada Komisi SSI-IAGI, untuk dimasukkan menjadi salah
satu ayat dalam SSI (Pasal 12 SSI-1996). Untuk mengatasi kerancuan
dan problematika tatanama dan penamaan satuan stratigrafi, Komisi
SSI-IAGI perlu memperhatikan setiap perkembangan satuan stratigrafi
yang ada di Indonesia, dan mendokumentasikan di dalam bentuk
"Lexicon Stratigrafi Indonesia".Komisi SSI 1996 juga memberi
peluang apabila ada usulan perubahan, penambahan, dan lainnya,
sesuai dengan Pasal 12 SSI-1996, selanjutnya dapat disampaikan
secara tertulis kepada Komisi SSI, IAGI. Pembahasannya dilaksanakan
bersamaan PIT-IAGI. Dengan adanya kepedulian dan peran aktif para
Ahli Geologi di Indonesia, diharapkan SSI selalu dapat mengikuti
perkembangan satuan stratigrafi pada setiap waktu.
Status Penerapan Lithostratigrafi Dalam Rencana penerbitan
Leksikon Stratigrafi Indonesia1. Pada prinsipnya Leksikon yang
dirintis oleh P3G mengacu pada SSI 1996.2. Perkembangan kegiatan
penelitian dan pemetaan geologi hingga kini, menghasilkan nama
satuan stratigrafi baru yang banyak bermunculan baik resmi ataupun
tidak resmi.3. Di antara nama yang diusulkan, terdapat
ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah SSI, seperti perbedaan
pemerian dan usulan nama yang berbeda untuk satuan batuan yang
sama.4. Hasil penelitian dan pemetaan geologi oleh P3G hingga kini
menghasilakan lebih dari 2000 nama satuan batuan di Indonesia.5.
Penyusunan dan penataan kembali tatanama stratigrafi akan dilakukan
oleh Puslitbang Geologi dengan tahapan pertama menerapkan
litostratigrafi ke dalam bentuk leksikon.6. Leksikon Stratigrafi
Indonesia, menguraikan butir-butir nama satuan, umur,
nomenklatur/tatanama, lokasi tipe, pemerian, kandungan fosil,
hubungan stratigrafi, ketebalan, penyebaran, lingkungan
pengendapan, tataan tektonik, aspek ekonomi, catatan dan acuan,
serta dilengkapi dengan peta geografi yang memuat lokasi tipe
masing-masing satuan.7. Diharapkan, di masa mendatang, leksikon ini
dapat diakses melalui suatu sistem informasi geologi.
2.4.5. Kendala Penerapan Satuan Stratigrafi Gunungapi (Sutikno
Bronto)Ada 4 kendala penerapan satuan stratigrafi gunungapi dalam
lingkup ilmu geologi di Indonesia :1. Kendala Lingkup Penerapan
Selama ini Satuan Stratigrafi Gunungapi hanya diterapkan pada
gunungapi Kuarter dan aktif dan penelitian tidak begitu cepat
memberikan nilai ekonomi tinggi, maka sangat sedikit ahli geologi
yang tertarik untuk mempelajari ilmu gunungapi.2. Kendala
Pendidikan Dasar Geologi Pendidikan dasar geologi belum sepenuhnya
mengacu pada kondisi geologi Indonesia yang berhubungan dengan
cekungan sedimentasi busur magma dan gunungapi, menyebabkan
pemahaman ilmu gunungapi sangat minim. Akibatnya Ilmu stratigrafi
gunungapi terasa menjadi semakin sulit untuk dipelajari.3. Kendala
Kesampaian Medan Kesampaian medan gunungapi yang sangat sulit,
terjal menyebabkan keengganan para ahli geologi untuk melakukan
penelitian di daerah gunungapi.4. Kendala Atmosfer Penelitian Belum
terciptanya atmosfer penelitian di Indonesia secara optimal,
apalagi yang menyangkut ilmu dasar dan dalam jangka pendek tidak
langsung berorientasi ke ekonomi.Adanya kendala-kendala tersebut
Para ahli geologi Indonesia semakin tidak memahami kondisi
geologinya sendiri. Di masa mendatang, sangat mungkin ahli geologi
luar negeri akan menjadi lebih tahu geologi gunungapi Indonesia dan
lebih mampu/ cepat memanfaatkan potensi sumber daya geologi
Indonesia daripada tuan rumahnya. Akhirnya kita hanya akan menjadi
penonton/ pelayan di negaranya sendiri. Apakah kita ingin seperti
itu nantinya?
Usaha Penyelesaian1. Mendorong iklim penelitian pemanfaatan
sumber daya gunungapi yang diawali dengan penelitian-penelitian
dasar geologi gunungapi,2. Memperluas lingkup penerapan satuan
stratigrafi gunungapi hingga batuan berumur Tersier atau yang lebih
tua.3. Mengubah secara bertahap bahan pendidikan dan pengajaran
geologi disesuaikan dengan kondisi geologi Indonesia, serta4.
Memperkenalkan dasar-dasar geologi Indonesia kepada guru dan anak
didik sejak pendidikan dasar hingga menengah atas.Posisi
Sikuenstratigrafi Di Dalam SSI 1996. Beberapa Persoalan Yang
Timbul. (Wartono Rahardjo) Konsep Sikuenstratigrafi telah banyak
diterapkan dan terbukti mampu memecahkan sejumlah masalah
eksplorasi / produksi pada industri minyak dan gas bumi.Pendekatan
Analisis stratigrafi dengan pendekatan Litostratigrafi prinsipnya
berdasarkan pemerian lapisan yang diamati. Penafsiran didasarkan
atas kriteria yang teramati, yang sekaligus menjadi pembatas dari
penafsiran tersebut. Kriteria tersebut bisa bersifat litologi
(Litostratigrafi), fosil (Biostratigrafi) atau kombinasi keduanya
sehingga muncul satuan Kronostratigrafi dan Geokronologi. Analisis
Sikuenstratigrafi mulanya juga bersifat deskriptif seperti pada
Litostratigrafi namunkemudian telah berkembang menjadi ilmu yang
sangat deterministik bahkan bersifat prediktif.
Beberapa Perubahan Pada Konsep Dasar Ada beberapa konsep dasar
Litostratigrafi yang tidak sesuai lagi bila diterapkan dalam
pembahasan Sikuenstratigrafi, sehingga perlu pandangan baru dalam
pemahaman konsep-konsep dasar yang ada di dalam
Litostratigrafi.Permasalahan Sikuenstratigrafi dalam SSI 1996
Secara eksplisit sikuenstratigrafi sudah tercantum dalam SSI 1996,
namun dalam praktek belum banyak digunakan, terutama pada
penelitian geologi permukaan. Konsep stratigrafi tradisionil masih
lebih banyak digunakan.
Kesimpulan1. Pendekatan Sikuenstratigrafi yang berakar dari
Seismikstratigrafi secara nyata telah membenarkan hasil yang lebih
baik dalam penafsiran stratigrafi detail daripada pendekatan
stratigrafi konvensional..2. Banyak praktisi geologi non
stratigrafi menjadi ketakutan dan enggan mendalami
Sikuenstratigrafi karena banyaknya istilah baru yang khas
Sikuenstratigrafi.3. Keberadaan ketidakselarasan dalam berbagai
ujudnya sangat penting dalam Sikuenstratigrafi tetapi masih kurang
diperhatikan peranannya pada satuan stratigrafi yang lain, terutama
pada satuan Litostratigrafi.4. Saran yang dapat diajukan sebagai
akibat dari diakuinya Satuan Sikuenstratigrafi adalah perbaikan
dalam pendefinisian dari korelasi (pasal 7 SSI 1996) serta
penambahan pasal tentang ketidakselarasan2.4.6. Litostratigrafi vs
Biostratigrafi Di Cekungan Kutai Hilir: Masukan Bagi Penyempurnaan
SSI96. (Andang Bachtiar) Perlunya tinjauan ulang penggunaan
litostratigrafi untuk menerangkan stratigrafi endapan delta di
semua cekungan di Indonesia, terutama apabila dimensi deltanya
ekivalen dengan Delta Mahakam purba. Hal ini menjadi sangat penting
karena keragaman fasies litologi endapan delta, baik secara
lateral/ vertikal yang diakibatkan oleh proses naik-turunnya muka
air laut relatif dapat sangat ekstrim, yaitu dari dominan batupasir
fluvial sampai ke endapan laut dalam, sehingga satu penamaan
formasi saja tidak cukup untuk memerikan stratigrafinya.2.4.7.
Kontribusi Seismik Stratigrafi pada Pembenahan Satuan Resmi Bawah
Permukaan Sandi Stratigrafi Indonesia 1996. (Awang H. Satyana &
Brahmantyo K. Gunawan)1. SSI 1973 dan 1996, kurang mengakomodasi
masalah stratigrafi bawah permukaan.2. SSI 1996 telah memuat Satuan
Sekuen Stratigrafi, tetapi belum berdasarkan kepada data bawah
permukaan khususnya data seismik.JENIS-JENIS GANGGUAN
STRATIGRAFIPENGENALANPhilip, Fox dan Graffin (1951) telah
menerangkan secara ringkas tentang definisi stratigrafi yang
merujuk kepada perbezaan antara susun lapis dengan stratigrafi.
Susun lapis adalah apa yang awak jumpa manakala stratigrafi adalah
apa yang awak buat dengannya. Malah ia adalah istilah dan
pengkajian yang diambil dari geologi(1). Stratigrafi merupakan satu
pendekatan yang penting dalam arkeologi. Ini kerana stratigrafi
merupakan satu data yang terpenting kerana tafsiran yang tepat
dapat dibuat dengannya. Kerja penggalian juga mesti dilakukan
dengan sistematik dan terancang. Ini kerana setiap tapak mempunyai
sumber yang terhad. Oleh itu, jika tidak digali dengan sistematik
data akan musnah dan tidak dapat diperolehi lagi. Stratigrafi
merupakan data konteks dan ia boleh dibahagi kepada 2 iaitu
stratigrafi mendatar dan stratigrafi menegak. Stratigrafi mendatar
mengkaji apa yang dijumpai dalam lapisan yang sama. Ia memakai
prinsip apa yang dijumpai dalam lapisan yang sama adalah sezaman
dengan syarat tiada gangguan dan bukan barang warisan. Contohnya,
di Sarawak seramik lebih tua usianya daripada usia kubur dan ini
berlaku kerana seramik tersebut adalah barang warisan mereka.
Stratigrafi menegak merujuk kepada turutan lapisan yang membezakan
dalam longgokan (deposit) dari atas ke bawah. Dalam hal ini
terdapat prinsip stratigrafi yang mengatakan lapisan bawah adalah
lebih tua usianya daripada lapisan atas asalkan tiada sebarang
gangguan. Gangguan yang berlaku akan menyebabkan lapisan bawah naik
ke atas dan sebaliknya. Akibatnya barang artifak akan turut
terganggu(2). Dalam membincangkan tentang gangguan stratigrafi ini
tumpuan lebih diberikan kepada stratigrafi menegak. Disamping itu,
perbezaan stratigrafi boleh dilihat berdasarkan perbezaan warna
tanah, tekstur tanah, kandungan tanah dan juga jenis tanah. Selain
itu, di setiap lapisan terdapat 3 jenis tinggalan iaitu tinggalan
indigeneus, infiltrated dan residual. Indigeneus merujuk kepada
tinggalan yang dijumpai ditempat asalnya. Infiltrated pula biasanya
terdapat di tapak pelbagai yang mengandungi lebih dari satu
kebudayaan. Tinggalan ini merujuk kepada tinggalan dari lapisan
atas jatuh ke lapisan bawah. Bagi tinggalan residual, ia juga
biasanya terdapat di tapak pelbagai dan merujuk kepada tinggalan
dari lapisan bawah terangkat naik ke atas(3). Tinggalan infiltrated
dapat dilihat di gua Niah dimana terdapat tengkorak homo
sapiens-sapiens yang telah jatuh ke lapisan lebih bawah. Tinggalan
residual dapat dilihat di Non Nok Tha yang diakibatkan oleh
kegiatan manusia seperti menggali lubang, parit, pengkebumian dan
sebagainya. Ini menyebabkan tinggalan di bawah turut terangkat
bersama-sama tanah yang digali. Dalam stratigrafi menegak ini perlu
dipastikan sama ada longgokan tersebut primer atau sekunder. Bagi
longgokan primer apa yang dijumpai dalam satu lapisan adalah
dikatakan sezaman. Tinggalan ini dihuraikan sebagai satu
assembledge kerana tiada gangguan manakala longgokan sekunder
adalah longgokan dari beberapa zaman dan dihuraikan sebagai
aggregart. Ketika mengkaji di tapak pelbagai, stratigrafi menegak
penting supaya dapat membezakan yang mana dari lapisan yang berusia
muda atau tua dan ini adalah berlandaskan kepada prinsip
stratigrafi. Apabila menggali sesebuah tapak adalah amat penting
untuk meneliti pertukaran warna, jenis, tekstur dan kandungannya
serta melukis section drawing mengikut skala disamping adanya
indeks fossil. Selain itu, adalah penting untuk mengkaji longgokan
sama ada ianya longgokanstratification @ unstratified. Longgokan
stratification adalah lapisan yang berbeza manakala longgokan
unstratified ialah yang tidak boleh menampakkan perbezaan. Walaupun
begitu, ia boleh dikawal dengan mengikut rekod arbitary level. Sir
Mortimer Wheeler dalam bukunyaarchaeology from the earthpernah
menyebut mengenai stratigraphic profile dimana ia merujuk kepada
buka keratan tanah yang digali. biasanya berdasarkan penelitian
rapi direkod penggalian petak atau dinding ini (digelar section
drawing) dikawasan yang terdedah di Asia Tenggara, proses larut
resap berlaku dan ini kadang-kadang boleh disebabkan warna tanah
jadi sama. Ditapak gua pula terlindung dan pakar stratigrafi
menjumpai beberapa Stratigrafi semulajadi iaitu adanya lapisan yang
berbeza. Contohnya dapat dilihat di Lang Rong Rien. Douglas
Enderson telah menemui longgokan stratified dan telah membahagikan
kepada 10 unit Stratigrafi . Di unit 1-4 terdapat beberapa tempat
yeng telah diganggu dengan aktiviti gali liang pengkebumian. Unit
5-6 agak nipis dan terdiri dari alat jenis Hoabinhian. Unit 7 pula
adalah lapisan yang amat tebal dan tidak ada batu. Pada unit 8,
warna tanah gua tidak sama dengan atas dan radiokarbon adalah
bertarikh 27 ribu tahun dahulu. Unit 9 terdapat banyak alat batu
berepeh dan unit 10 paling bawah sekali. Gua Tabon yang digali oleh
Robert Fox pada tahun 1970-an telah dibahagikan kepada5 Flake
assembledge.Flake assembledge Iadalah lapisan permukaan.Flake
assembledge IItanahnya bewarna coklat gelap berpasir dan keras
serta banyak terdapat tulang mamalia, arang batu dan gigi manusia.
Pentingnya lapisan ini ialah terdapatnya satu lapisan yang tebal
dan keras yang memisahkan Flake assembledge II dengan Flake
assembledge III. Flake assembledge III ini dianggarkan kedalamannya
lebih kurang 85cm hingga 115cm. Dalam lapisan ini didapati tanahnya
bewarna merah coklat tua yang secara relatifnya berpasir dan kaya
dengan bahan organik. Lapisan ini juga mengandungi banyak serpihan
arang, tulang burung, kelawar dan juga mamalia kecil dan dijumpai
sedikit sahaja tulang fossil.Flake assembledge IVpula dijumpai
arang dengan kedalamannya dari permukaan adalah 121cm. BagiFlake
assembledge Vkedalamannya 160cm dan merupakan lapisan yang paling
bawah. Dalam Flake Assemledge III, IV dan V, tidak berlaku sebarang
gangguan terutamanya akibat daripada kegiatan binatang.Tanpa
Stratigrafi, tinggalan-tinggalan artifak akan bercampur aduk,
seperti yang diterangkan sebelumnya, stratigrafi dapat memberi
tafsiran yang tepat. Contohnya dapat diambil dari gua Niah di
Sawarak yang digali oleh Tom Harrison. Dikatakan yang tengkorak
Homo sapiens sapiens dikatakan bertarikh 30 ribu tahun dahulu
berdasarkan kepada tarikh radiokarbon yang dijalankan ke atas
sampel arrang yang dikatakan dijumpai bersama-sama dengan tengkorak
tersebut. Tengkorak tersebut tidak diberi tarikh radiokarbon. tapi
hanya arang sahaja. Kemudiannya ia mula dipersoalkan sama ada ia
tinggalanIndigeneusatau telah jatuh dari lapisan atas ke
bawah(infiltrated)oleh Peter Bellwood. Gua Niah adalah tapak
perkuburan pada zaman Neolitik dan gangsa. Lapisan atas dijumpai
banyak tulang manusia. Dari sini dapat disimpulkan akibat daripada
kegiatan gali lubang, tengkorak tersebut telah jatuh dari atas ke
bawah. Terdapat 2 proses yang menyebabkan gangguan ini yang dan
dikenali sebagai'redeposition of material', iaitu proses dimana
bahan-bahan arkeologi beralih tempat selepas ia terpendam dalam
sesebuah longgokan. 2 proses ini ialah pertamanya,'downward
displacement' iaitu bahan artifak masuk ke lapisan lebih bawah
atauinfiltrated. Keduanya adalah'upward migration'dimana bahan
artifak naik ke atas atauresidual.Terdapat faktor yang menyebabkan
proses ini seperti diakibatkan oleh kegiatan binatang,kegiatan
manusia purba,oleh proses semulajadi seperti oleh pokok ,hakisan
tanah di lereng bukit ,hakisan sungai ,prosesleansingdan
prosesleaching.Faktor yang diakibatkan oleh kegiatan binatang
dilakukan oleh binatang yang suka mengorek tanah seperti tikus dan
ini boleh menggangu stratgrafi di sesebuah tapak.Anai-anai yang
membina sarang juga dikatakan boleh mengganggu strata.Contoh jelas
yang dapat dilihat di Asia Tenggara ialah di Gua Tabon dan Pulau
Palawan.Gangguan stratigrafi di gua ini telah dilaporkan oleh
Robert Fox.Hasil daripada penggalian telah memperlihatkan
bahagian-bahagian yang telah terganggu akibat daripada kegiatan
burungMegapod atau 'Tabon bird '(nama ini diberi selepas gua ini
diberi nama gua tabon).Burung ini mencakar tahi kelawar dan pasir
yang lembut dengan dalam untuk dibuat lubang untuk
bertelur.Sesetengah lubang yang digali itu dikatakan mencecah 130cm
dalamnya.Ini telah mendedahkan tinggalan artifak di lapisan
bawah.Selain itu ,gangguan di gua ini juga berpunca daripada
kegiatan biawak besar yang menggali untuk mendapatkan telur.Seekor
biawak yang berukuran satu setengah meter yang mati telah dijumpai
di gua tersebut. Disamping itu aktiviti cacing tanah juga telah
membawa kepada gangguan stratigrafi dan ia adalah lebih cenderung
kepada tapak terdedah.akibat daripada aktiviti cacing ini,tanah
akan menjadi longgar dan seterusnya gangguan akan berlaku .Prof.
R.J.C Atkinson(Atkinson,1957) pernah membincangkan akan peranan
yang dimainkan oleh cacing tanah ini dalam mengubah keadaan tapak
arkeologi.Pergerakan cacing tanah ini adalah dari atas kebawah dan
dari bawah ke atas dalam tanah.aktiviti utamanya adalah di
permukaan tanah yang nipis.tapi pada musim sejuk ia akan bergerak
masuk ke dalam tanah yang lebih dalam untuk mengelakkan dari
kesejukan.Pergerakan cacing ini juga meyebabkan tinggalan artifak
yang kecil seperti duit syiling dan manik akan jatuh ke lapisan
bawah.Malah pergerakannya di permukaan tanah juga menyebabkan
barangan kecil di permukaan tanah akan jatuh sikit demi sedikit ke
bawah hingga sampai ke kawasan keras .Ini secara tidak langsung
menyebabkan objek moden seperti duit syiling ,penutup botol
serpihan tekno victrian akan bercampur dengan deposit yang
lepas.Contoh yang terbaik dapat dilihat di Rom di mana akibat
kesuburan tanah dan aktiviti cacing telah menyebabkan tinggalan
arkeologi yayang kecil jatuh ke bawah atauinfiltrated. Manusia
purba juga menyebabkan gangguan pada stratigrafi .Manusia purba
biasanya menggali lubang ,perigi,parit dan juga lubang untuk
pengkebumian.biasanya gangguan ini akan berlaku di tapak komponen
yang pelbagai @ mengandungi lebih daripada satu
kebudayaan.tTnggalan artifak yang terganggu ini dapat dibahagikan
kepada dua iaitu sama adainfiltrated@ residual. Contohnya di Non
Nok Tha di mana dalam satu lapisannya telah dijumpai tinggalan
zaman Neolitik dan Gangsa .Ini pada mulanya mengejutkan ahli
arkeologi dan tersebar .Pengkajian logam mula diperkenalkan dalam
zaman prasejarah.Di tapak ini manusia pada zaman gangsa telah
menggunakan tempat ini sebagai tapak pengkebumian dan telah banyak
menggali lubang .Akibatnya,gangguan stratigrafi berlaku dan ia
melibatkan 2 proses iaitudownward displacmentdanupward migration
.Kadang-kadang lubang yang digali untuk pengkebumian sampai ke
lapisan Neolitik dan gangguan akan berlaku kerana tinggalan ini
tidak sezaman (zaman Neolitik dan Gangsa).Apabila lubang digali
tanah dari lapisan atas akan kebawah dan membawa bersama objek dari
zaman Neolitik ke zaman Gangsa . Lama kelamaan lubang ini akan
tertimbus semula tapi perbezaan tekstur tanah yang lebih longgar
telah menunjukkan lubang ini telah digali.Untuk mengesan lubang
yang telah digali untuk pengkebumian ialah daripada perbezaan tanah
di sesuatu tempat.Warna, tekstur dan kandungannya yang tidak berapa
padat dan ia adalahinfillingiaitu tanah yang telah tertimbus balik.
Selain itu ,gangguan stratigrafi yang lain digelar
sebagaioccupational disturbances .Ia biasanya berlaku di
tapak-tapak yang didiami oleh masyarakat silam dan gangguannya
adalah akibat daripada aktiviti kediaman di tapak tersebut.
Biasanya ia lebih tertumpu di gua kerana ia tidak mempunyai kewasan
yang luas dan kegiatannya lebih tertumpu di pintu gua. Tapak
komponen pelbagai adalah tapak yang didiami oleh masyarakat dari
beberapa zaman atau dikenali juga sebagaicontinuous
occupation.Akibat daripada kegiatan manusia telah menyebabkan
lapisan atas dari permukaan lantai hinggalah 30cm ke dalamnya
(tebalnya) akan berlaku gangguan stratigrafi. Gangguan yang
diakibatkan oleh proses semulajadi dapat dilihat dari pelbagai
aspek. pertamanya ialah akar-akar pokok yang boleh menolak
tinggalan arkeologi ke lapisan yang lebih dalam. Apabila pokok
tumbang , ia boleh membawa tanah dan bahan ke kawasan permukaan
tanah. Namun bila digali disesebuah tapak ,pokok dan kayu tidak ada
tetapi boleh dilihat perbezaan tanahnya. Keduanya ialah hakisan
tanah di lereng bukit yang biasanya menggangu tapak-tapak di lereng
bukit. Hakisan ini menyebabkan tinggalan akan beralih tempat dan
akan bercampuraduk dengan tinggalan dari zaman yang lain. Ketiganya
ialah hakisan sungai. gangguan stratigrafi juga akan berlaku bila
adanya hakisan sungai.semua laporan barang batu yang dianggap
sebagai Patjitanian di Jawa sebelum 1970 telah dikumpulkan dari
dasar pasir lada atau diambil dari permukaan teres sungai yang
mengalami hakisan.tiada satupun yang dijumpai bersama-sama dengan
fossil manusia di samping kedudukannya yang dijumpai . Malah
Tweedie dan Koenigswald dalam tahun 1938 telah menggabungkan
sejumlah 3000 dari jenis tempatan di sepanjang Sungai Basoka di
Jawa. Akibat daripada hakisan sungai ,tebing akan terhakis dan akan
runtuh. Tinggalan arkeologi akan terbawa ke tempat lain Oleh itu
adalah penting untuk mengkaji kawasan di lembah sungai. Di Jawa ,
banyak fossil hominid dijumpai di beberapa tempat di Pening,
Sangiran, Sambung Macan, Trinil. Pada tahun 1930-an Ralph Von
Koenigswald telah menemui beberapa alat batu zaman Neolitik di
dasar Sungai Basoka dekat Pacitan dan ia digelar sebagai industri
Pacitan. Berdasarkan kepada kajian tipologi (kajian mengenai jenis
bentuk alat batu ), berpendapat ia adalah alat batu Paleolitik.
Alat batu ini dijumpai oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di
Trinil, Jawa (Lembah Solo) . Persoalan mula timbul apabila ditemui
alat batu zaman Paleolitik yang dikaitkan denganJawa Man. Ini
disebabkan di Lembah Basoka tidak ada sisa tulangJawa Mantetapi
hanyalah longgokan yang amat purba . Ini banyak dipertikaikan oleh
Barstra yang berpendapat sebenarnya alat batu zaman Paleolitik di
Lembah Basoka adalah alat batu yang terhakis keluar dari tebing dan
seterusnya telah terbawa di tebing dan tertimbus . Alat batu ini
dikatakan dari zaman Pleistosen akhir manakalaJawa Manadalah dari
zaman Pleistosen awal dan pertengahan dan oleh sebab ini ia tidak
boleh dikatakan sebagai hasil tanganJawa Man. Hakisan sungai telah
menyukarkan pakar untuk memberi kronologi terhadap batu tersebut.
Walau bagaimanapun ,1973 di Sambung Macan, Lembah Solo telah
dijumpai tengkorakHomo Erectusyang bertarikh akhir pertengahan
Pleistosen. Aspek yang keempatnya dalam gangguan yang diakibatkan
oleh proses semulajadi ini ialah proseslensing. Kadang-kadang dalam
satu longgokan terdapat poket-poket tanah yang berbeza dari segi
warna, tekstur dan kandungan kimianya.Lanse(poket) adalah sezaman
dengan tanah-tanih di lapisan itu. Bila penggalian dibuat di tapak
tersebut bahawa terdapatlansedi tapak tersebut dan jangan anggap ia
dari zaman lain. Untuk mengatasi masalah ini, tapak perlu digali
dengan lebih luas dan perlu dilakukan dengan berhati-hati
terutamanya di tapak-tapak yang tidak rata seperti di kawasan
sungai atau lembah. Proses yang terakhir ialah prosesLeaching atau
larut resap. Ia biasanya berlaku di kawasan Tropika yang panas dan
terima hujan yang lebat. Akibat dari proses ini, kandungan tanah
terutamanya yang terdiri daripada garam galian senang larut di
samping bahan organik yang meresap masuk ke lapisan yang lebih
bawah. Kadang-kadang akibat daripada proses penerimaan hujan yang
lebih banyak , garam galian itu akan hilang langsung. Stratigrafi
akan terganggu akibat daripada proses ini kerana longgokan yang
dijumpai tidak ada lapisan tanah yanh berbeza terutamanya dari segi
warna tanah . Masalahleachingbiasanya hanya tanah merah yang dapat
dilihat di tapak . Dalam kes ini penggalian mengikut stratigrafi
semulajadi tidak dapatdijalankan kerana tidak dapat melihat
perbezaan dan biasanya mengikutunit level excavation @ arbitary
level excavation.Umpamanya dengan menggali setip satu lapisan
10cm.KESIMPULANStratigrafi merupakan satu data konteks yang penting
serta merupakan satu pendekatan yang penting dalam pentafsiran yang
tepat dalam arkeologi. Hasil daripada stratigrafi ini, kerja-kerja
penggalian dapat dilakukan dengan prinsip stratigrafi iaitu lapisan
bawah lebih tua usianya dari lapisan atas asalkan tiada sebarang
gangguan dan barang warisan.
STRATIGRAPHY: MAKING SENSE OF CHAOSWhat is
Stratigraphy?Stratigraphy- The branch of geology that seeks to
understand the geometric relationships between different rock
layers (calledstrata), and to interpret the history represented by
these rock layers.
Public Domain Image by the US Dept. of Interior.
Pengertian Stratigrafi-stratigrafi merupakan satu ilmu yang
mempelajari tentang perlapisan batuan, sehingga dapat
menginterprestasikan lingkungan pengendapan, dan umur batuan
tersebut.-stratigrafi juga adalah untuk memperlajari perlapisan
batu-batuan, mengenai penyebaran, komposisi, ketebalan, umur,
keragaman, dan korelasi lapisan batuan serta
pelamparannya.-mengetahui komposisi dan umur relatif serta
perlapisan batuan dan interpertasikan lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi.
Dalam bidang arkeologi, stratigrafi tanah digunakan untuk lebih
memahami proses yang membentuk dan melindungi tapak arkeologi.
Undang-undang tindihan berlaku, dan ini boleh membantu tarikh
penemuan atau ciri-ciri dari setiap konteks kerana mereka boleh
diletakkan di dalam rentetan dan tarikh penentu. Fasa-fasa aktiviti
boleh juga sering dilihat melalui stratigrafi, terutama apabila
parit atau ciri dilihat dalam seksyen (profil). Oleh kerana lubang
dan ciri-ciri lain boleh digali ke dalam peringkat awal, tidak
semua bahan di kedalaman mutlak yang sama semestinya umur yang
sama, tetapi tumpuan perlu dibayar kepada lapisan arkeologi.
Harris-matriks adalah alat untuk menggambarkan hubungan stratigrafi
kompleks apabila mereka berada, sebagai contoh, dalam konteks
arkeologi bandar.
StratigrafiPOSTED BY AZHARY RAHIMON 22:31Stratigrafi berasal
dari kata Strata (stratum): lapisan (tersebar) yang berhubungan
dengan batuan sedimen. Grafi (graphic): pemerian / gambaran /
urut-urutan lapisan.
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan
batuan pada kulit bumi. Secara luas berarti salah satu cabang ilmu
geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian
batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi. Secara
umum stratigrafi diartikan sebagai suatu kesatuan ciri batuan yang
berbeda dengan di atas dan di bawahnya. Stratum dibatasi dari
stratum lainnya oleh bidang perlapisan atau ciri-ciri lain yang
membedakannya dari yang berbatasan. Di permukaan bumi, yang paling
banyak dijumpai adalah batuan endapan. Batuan endapan terbentuk
dari batuan lain yang telah ada, mengalami pelapukan dan
ditransport ketempat lain yangtelah ada, mengalami pelapukan dan
ditrasport ketempat lain yang lebih rendah lalu diendapkan,
lama-kelamaan akan mengeras (proses pemadatan). Sehingga dapat
dikata-kan bahwa batuan endapan yang terletak dibawah mempunyai
umur lebih tua dari pada batuan endapan yang diatasnya (hukum
superposisi). Persoalannya, berapakah umur batuan tersebut, atau
kapan terbentuknya?
Dalam hubungan ini stratigrafi mempunyai beberapa aspek tujuan
yaitu :1. Stratigrafi fisik,yaitu dalam arti sifat-sifat fisiknya.
Bagaimana besaran-besaran dari satuan stratigrafi, bagaimana proses
terjadinya satuan, kemudian analisa serta interpretasinya.2.
Stratigrafi biologis,Membahas aspek biologis dalam aspek kulit bumi
dalam arti bagaimana kandungan fosil perkembangannya,
pengelompokannya dalam satu stratigrafi.
Didalam membahas ilmu stratigrafi kita mempunyai titik tolak
yang berhubungan dengan konsep-konsep dasar dari stratigrafi yaitu
:
Hukum yang dikemukakan oleh STENO 1669, terdiri dari : Prinsip
superposisi (superposition of strata). Dalam keadaan normal (belum
mengalami gangguan), dalam suatu urutan batuan yang diendapkan maka
lapisan yang berada paling bawah umurnya paling tua. Prinsip
kesinambungan lateral (lateral contiunity). Lapisan yang diendapkan
oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji
pada tepian cekungan pengendapan, pada masa cekungan itu terbentuk.
Prinsip akumulasi vertikal (original horizontality),Lapisan sedimen
pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal)
sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal
(principle of vertical accumulation).
Hukum yang dikemukakan oleh JAMES HUTTON (1785)Lebih dikenal
azasnya yaitu uniformitarisme, yaitu proses-proses yang terjadi
masa lampau akan mengikuti hukum yang berlaku pada proses yang
terjadi sekarang atau dengan kata lain masa kini merupakan kunci
masa lampau (the present in the key ot the past). Maksudnya proses
geologi alam yang nampak sekarang ini dipergunakan sebagai dasar
pembahasan proses geologi masa lampau.
Hukum Instrusi / Penerobosan (Cross Cutting Relationship)Suatu
instruksi (batuan yang menerobos) adalah lebih muda umurnya jika
dibandingkan dengan batuan yang diterobos.Kriteria kontak intrusi
:1. Zona pendinginan pada batuan beku2. Zona pembakaran pada batuan
yang diintrusi (backing efect)3. Zona metamorfosa kontak pada
batuan yang diintrusi.Tubuh intrusi dapat berbentuk :1.
Konkordan,Yaitu bentuk tubuh sejajar dengan lapisan batuan yang
diintrusinya contohnya adalah sill, lacolith, lopolith.2.
Diskordan,Yaitu bentuk tubuh intrusi yang memotong perlapisan
batuan yang diintrusinya contohnya adalah dike, stokc.
Hukum dari DE SOULOVIE (1777)Hukum ini lebih dikenal dengan
hukum pergantian / urutan fauna (law of fauna succestion). Dalam
urut-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan diatas ataupun
dibawahnya.
Prinsip WILLIAM SMITH (1816)Urutan lapisan sedimen dapat dilacak
(secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang
didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu (strata
identified by fossils).Ini dapat diartikan bahwa suatu lapisan yang
sama (meski litolognya berbeda) akan dapat dikenali dari kandungan
fosilnya yang sama.
Prinsip GEORGE CUVIER (1769-1832)Prinsip-prinsip kepunahan
organik (principles of organic extinction). Prinsip kepunahan
organik dibuktikan oleh sekumpulan fosil yang berlainan dalam
urutan stratigrafinya, dimana endapan yang lebih muda mengandung
makhluk-makhluk yang sekarang daripada yang dikandung oleh endapan
yang lebih tua.Pengkaitan dari prinsip-prinsip tersebut diatas maka
akan dapat diturunkan prinsip untuk menentukan umur geologi
relatif. Di dalam pembentukan kulit bumi kita melihat beberapa
proses pembentukannya, yaitu :
a. Pembentukan batuan beku karena proses magmatikb. Pembentukan
batuan sedimen, terjadi proses sedimentasi,Proses-proses ini
mempunyai pengaruh di dalam pembentukan kulit bumi.