UNIVERSITAS INDONESIA PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KALIMANTAN SELATAN TESIS NOOR DIANI NPM 1006833911 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN DEPOK JANUARI 2013 Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
134
Embed
PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
DI KALIMANTAN SELATAN
TESIS
NOOR DIANI NPM 1006833911
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
DEPOK JANUARI 2013
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
DI KALIMANTAN SELATAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan
NOOR DIANI NPM 1006833911
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEPOK
JANUARI 2013
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Noor Diani
NPM : 1006833911
Tanda Tangan :
Tanggal : 11 Januari 2013
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh
Nama : Noor Diani
NPM : 1006833911
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Judul Tesis : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien
Diabetes Melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu
Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Agung Waluyo, SKp., MSc, PhD. ( )
Pembimbing II : Lestari Sukmarini, SKp., MNS. ( )
Penguji I : Riri Maria, SKp., MANP ( )
Penguji II : Ernawati, SKp, M.Kep,Sp.Kep.MB ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 11 Januari 2013
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengetahuan dan
Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan”.
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Agung Waluyo, SKp, MSc, PhD selaku Pembimbing I yang telah memberikan
masukan dan arahan selama penyusunan tesis.
2. Lestari Sukmarini, S.Kp., MNS selaku pembimbing II yang telah memberikan
masukan dan arahan selama penyusunan tesis.
3. Riri Maria, SKp., MANP, selaku penguji I pada sidang ujian proposal dan sidang
ujian hasil yang telah banyak memberikan masukan dan arahan selama
penyusunan tesis.
4. Dewi Irawaty, MA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
5. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
6. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia .
7. Rekan-rekan mahasiswa khususnya Program Magister Keperawatan Medikal
Bedah yang telah saling mendukung dan membantu selama proses pendidikan.
8. Suamiku tercinta H. Muhammad Fakhruddin Noor dan putra-putri ku Muhammad
Haikal Ash-Shiddiqiy, Nabiila Aufaa ‘Aziizah dan Muhammad Hafidz Ghazi Al
Fath tercinta yang senantiasa memberikan semangat, do’a dan kasih sayangnya
kepada peneliti serta kesediaannya mengikuti pendidikan di Universitas
Indonesia.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
9. Ibunda Hj. Gusti Masriyah, atas segala do’a dan motivasinya selama ini, Ayahnda
H. Soehaimi (Alm) yang selalu menginspirasi untuk terus meningkatkan
pendidikan.
10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan tesis ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat
balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Selanjutnya peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi perbaikan
tesis ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan
keperawatan
Depok, Januari 2013
Peneliti
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Noor Diani NPM : 1006833911 Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmia saya yang berjudul : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebgai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 11 Januari 2013
Yang menyatakan
Noor Diani
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Noor Diani Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Judul : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan
Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik bertujuan untuk mencegah luka kaki secara dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitan descriptive correlational dengan desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 106 orang. Hasil analisis Chi Square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 (p=0,040). Faktor pengetahuan memiliki peluang 2,38 kali untuk melakukan praktik perawatan kaki. Direkomendasikan untuk perlunya dikembangkan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki dan pemeriksaan kaki.
Kata Kunci: Pengetahuan perawatan kaki, praktik perawatan kaki, diabetes melitus tipe 2.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name : Noor Diani Study Program : Master of Nursing Title : Knowledge and Practice on Foot Care Client Type 2 Diabetes
Mellitus in South Kalimantan
Primary prevention in management of diabetic foot is to prevent foot injuries. This study aimed to determine the correlation between knowledge and practice of foot care in the type 2 diabetic patients in South Kalimantan. This study was a descriptive correlational research with cross sectional design and recruited 106 samples. Chi Square analysis results showed a significant correlation between knowledge and practice of foot care in the type 2 diabetic patients (p = 0.04). Factor of knowledge had chance 2,38 times on performing practice of foot care. This study recommended the important of development of health education about foot care and foot examination.
Keywords: Knowledge of foot care, foot care practices, diabetes mellitus type 2.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKSI KARYA ILMIAH ............................ ABSTRAK ......................................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR SKEMA ............................................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
i ii iii iv vi vii viii ix xi xii xiv
BAB 1
BAB 2
PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang ……………………………………………...... 1.2 Rumusan Masalah ……….………………………………….... 1.3 Tujuan Penelitian ………..………………………………….... 1.4 Manfaat Penelitian ……….....………………………………...
2.4 Pentingnya Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Pa-sien Diabetes Melitus dalam Konteks Keperawatan………......
2.5 Kerangka Teori ..........................................................................
11910 11
12 12 12 12 13 15 15 20 21 21 22 23 26 26 27
27 30
36 38
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPE-RASIONAL ................................................................................... 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 3.2 Hipotesis ................................................................................... 3.3 Definisi operasional ..................................................................
METODE PENELITIAN ............................................................. 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 4.2 Populasi dan Sampel ................................................................. 4.3 Tempat penelitian ..................................................................... 4.4 Waktu penelitian ....................................................................... 4.5 Etika Penelitian ......................................................................... 4.6 Alat Pengumpul Data ................................................................ 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................... 4.8 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 4.9 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
4.9.1 Pengolahan data .............................................................. 4.9.2 Analisis data ...................................................................
HASIL PENELITIAN .................................................................. 5.1 Hasil Analisis Univariat ............................................................ 5.2 Hasil Analisis Bivariat .............................................................. 5.3 Hasil Analisis Multivariat .........................................................
PEMBAHASAN ............................................................................ 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian .................................. 6.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 6.3 Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ........................
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 7.1 Simpulan ................................................................................... 7.2 Saran .........................................................................................
39 39 40 41
43 43 43 45 46 46 48 49 50 52 52 52
56 56 58 66
70 70 88 89
91 91 92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema
Skema
:
:
2.1
3.1
Kerangka Teori ..................................................................
Kerangka Konsep Penelitian ........ .....................................
38
40
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
2.1
2.2
3.1
4.1
4.2
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
Karakteristik dan Implikasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 1 dan Diabetes Melitus Tipe 2.......................................
Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lama Menderita Diabetes Melitus, Pendidikan, Pekerja-an, Penghasilan, dan Penyuluhan Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Ti-pe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) ..............................................................................
Hubungan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pa-da Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)...............................
Hubungan Usia dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) .........................................
Hubungan Jenis Kelamin dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)..................
Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) ..............................................................................
13
19
41
45
53
57
58
59
60
61
62
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
:
:
:
:
:
:
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
Hubungan Pendidikan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................
Hubungan Pekerjaan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................
Hubungan Penghasilan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) ..............................
Hubungan Penyuluhan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................
Pemilihan Kandidat Variabel Uji Multivariat ...................
Pemodelan Akhir Analisis Multivariat Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Tahun 2012 ...........................................................
63
64
65
66
67
68
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Surat Permohonan Ijin Penelitian
Surat Ijin Pengambilan Data Penelitian
Surat Keterangan Lolos Uji Etik
Penjelasan Penelitian
Surat Pernyataan Bersedia Berpartisipasi sebagai Responden Penelitian
Kuesioner Karakteristik Klien Diabetes Melitus Tipe 2
Kuesioner Pengetahuan Klien tentang Perawatan Kaki
Kuesioner Praktik Perawatan Kaki
Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2012-2013
Daftar Riwayat Hidup
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus adalah penyakit multisistem kronik yang berhubungan dengan
ketidaknormalan produksi insulin, ketidakmampuan penggunaan insulin atau
keduanya (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera, 2011; American
Diabetes Association, 2011). Sedangkan menurut Polikandrioti (2012) diabetes
melitus adalah gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan hiperglikemia
yang sangat terkait dengan komplikasi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang.
Diabetes melitus adalah masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia karena
prevalensi yang meningkat cepat (Lewis et al., 2011). Menurut laporan Center for
Disease Control and Prevention/ CDC (2008) jumlah klien diabetes melitus tipe 1
kurang lebih 5-10% sedangkan diabetes melitus tipe 2 mencapai 90 – 95% dan
banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi
Kurangnya pengetahuan dan praktik pada klien diabetes melitus tentang perawatan
kaki sangat memprihatinkan dan jumlah klien diabetes melitus di Indonesia semakin
meningkat akan berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi akut dan kronis.
Kurangnya pengetahuan dan praktik pada klien diabetes tentang perawatan kaki dan
mengikuti program terapi akan menyebabkan kadar glukosa darah klien diabetes
melitus tidak terkendali, dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Banyaknya
masalah-masalah yang dihadapi klien diabetes melitus khususnya tentang perawatan
kaki dapat dicegah dan diminimalkan jika klien melakukan peningkatan pengetahuan
dan praktik perawatan kaki yang tepat. Klien diabetes melitus harus menyadari
bahwa kegiatan perawatan kaki merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari.
Penelitian mengenai pengetahuan pada klien diabetes telah banyak dilaporkan.
Tetapi masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan pengetahuan dan
praktik tentang perawatan kaki pada klien diabetes melitus. Masih banyaknya klien
diabetes melitus di Kalimantan Selatan yang tidak melakukan olahraga dan
kebiasaan mengkonsumsi tinggi karbohidrat. Berdasarkan wawancara peneliti
dengan tiga orang klien diabetes melitus tentang kebiasaan klien makan yang
banyak, sering makan kue-kue yang manis dan minum air teh yang manis. Perawat
klinik medikal bedah memiliki peran cukup penting dalam penatalaksanaan diabetes
melitus secara umum dan mencegah terjadinya komplikasi akut dan kronik,
diantaranya melalui pendidikan, motivasi dan dukungan untuk meningkatkan
pengetahuan dan praktik tentang perawatan kaki. Sehingga perawat medikal bedah
perlu mengetahui pengetahuan yang berhubungan dengan praktek perawatan kaki
pada klien diabetes melitus. Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti ingin
mengetahui pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe
2 di Kalimantan Selatan.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan praktik
perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk diketahuinya :
a. Karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lama diabetes melitus,
pekerjaan dan penyuluhan perawatan kaki) pada klien diabetes melitus tipe 2 di
Kalimantan Selatan.
b. Gambaran pengetahuan tentang perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2
di Kalimantan Selatan.
c. Gambaran praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di
Kalimantan Selatan.
d. Hubungan usia dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2
di Kalimantan Selatan.
e. Hubungan jenis kelamin dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes
melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
f. Hubungan pendidikan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus
tipe 2 di Kalimantan Selatan.
g. Hubungan penghasilan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus
tipe 2 di Kalimantan Selatan.
h. Hubungan lama diabetes melitus dengan praktik perawatan kaki pada klien
diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
i. Hubungan pekerjaan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus
tipe 2 di Kalimantan Selatan.
j. Hubungan penyuluhan perawatan kaki dengan praktik perawatan kaki pada klien
diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
k. Teridentifikasinya faktor yang dominan dengan praktik perawatan kaki pada klien
diabetes melitus tipe 2 di Kalimhantan Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi pelayanan keperawatan
Sebagai bahan masukan dan data rujukan tentang perawatan kaki mandiri klien
diabetes melitus kepada pihak rumah sakit yang ada diwilayah Kalimantan Selatan.
Selanjutnya akan ada tindak lanjut untuk peningkatan pengetahuan dan praktek
perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan. Upaya ini
bertujuan untuk meningkatkan pencegahan terjadinya komplikasi jangka panjang
penyakit diabetes melitus dengan melakukan perencanaan penyuluhan tentang
perawatan kaki dan membuat program khusus tentang perawatan kaki.
1.4.2 Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Sebagai bahan tambahan keilmuan keperawatan khususnya mengenai pengetahuan
dan praktik tentang perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.
1.4.3 Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi peneliti lainnya mengenai
pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik, progresif dengan karakteristik
ketidakmampuan tubuh dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
yang menyebabkan peningkatan level gula darah (Black & Hawks, 2009). Diabetes
melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah karena kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin menurun atau gangguan sekresi insulin atau keduanya (Smeltzer et
al., 2010). Menurut American Diabetes Association (2010) diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan diabetes melitus
merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
dalam darah karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2.1.2 Klasifikasi
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu diabetes melitus tipe 1,
diabetes melitus tipe 2, diabetes kehamilan dan diabetes tipe lain yang berhubungan
dengan keadaan atau sindrom lainnya (Smeltzer et al., 2010)
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Tabel 2.1. Karakteristik dan Implikasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 1 dan Tipe 2
Karakteristik Klinis dan Implikasi Klinis Tipe 1 • Terjadinya cepat sebab tidak ada insulin yang diproduksi.
• Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (< 30tahun).
• Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis, dengan penurunanyang baru saja terjadi.
• Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi atau lingkungan(misalnya virus).
• Sering memiliki antibodi sel pulau Langerhans.• Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun belum pernah
mendapatkan terapi insulin.• Sedikit atau tidak mempunyai insulin endogen.• Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup.• Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin.• Komplikasi akut hiperglikemia : ketoasidosis diabetik.
Tipe 2 • Terjadinya lambat sebab masih ada insulin yang diproduksi• Awitan terjadi di segala usia, biasanya diatas 30 tahun.• Biasanya gemuk (obese) pada saat didiagnosis.• Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan.• Tidak ada antibodi sel pulau Langerhans.• Penurunan produki Insulin endogen atau peningkatan resistensi
Insulin.• Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa
darahnya melalui penurunan berat badan.• Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila
dimodifikasi diet dan latihan tidak berhasil.• Mungkin memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau
panjang untuk mencegah hiperglikemia.• Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stres atau
biasanya diberikan sesudah makan. Jenis long-acting misalnya ultralente (“UL”),
awitan 6 – 8 jam, puncaknya 12 – 16 jam, durasi 20 – 30 jam, digunakan terutama
untuk mengendalikan kadar glukosa darah puasa (Smeltzer et al., 2010).
Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak
berhasil mengontrolnya. Pada klien diabetes melitus tipe 2 kadang membutuhkan
insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan
atau beberapa kejadian stress lainnya (Smeltzer et al., 2010).
Menurut Shiel Jr. (2012) Tipe insulin terdiri dari Aksi cepat (rapid acting), aksi
pendek (short acting), aksi menengah (intermediate acting), aksi lama (long-acting)
dan campuran (Pre-mixed). Pembagiannya dapat dilihat pada tabel 2.2.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Tabel 2.2. Macam-Macam Insulin dan Cara Kerja dalam Tubuh
Jenis Insulin Waktu Aturan Pengaturan Gula Darah
Rapid-Acting Onset 15-30 menit Digunakan bersamaan makan. Jenis ini
digunakan bersamaan dengan jenis insulin longer- acting.
Peak 30-90 menit Duration 1-5 jam
Short Acting Onset ½-1 jam Digunakan untuk mencukupi insulin setelah
makan 30-60 menit.Peak 2-5 jam Duration 2-8 jam
Intermediate-Acting Onset 1-2 ½ jam Digunakan untuk mencukupi insulin selama
setengah hari atau sepanjang malam. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.
Peak 3-12 jam Duration 18-24 jam
Long-Acting Onset ½-3 jam Digunakan untuk mencukupi insulin seharian.
Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.
Peak 6-20 jam Duration 20-36 jam
Pre-Mixed* Onset 10-30 menit Produk ini biasanya digunakan dua kali sehari
sebelum makan. Premixed insulin adalah kombinasi dengan proporsi yang spesifik insulin intermediate-acting dan insulin short-acting insulin di satu botol atau insulin pen.
Peak ½ -12 jam Duration 14-24 jam
Sumber : dimodifikasi dari Shiel Jr., W.C. (2012).
Obat oral antidiabetik mungkin berkhasiat bagi klien yang tidak dapat diatasi hanya
dengan diet dan latihan, tetapi obat ini tidak dapat digunakan pada kehamilan. Di
Amerika serikat, obat antidiabetik oral mencakup golongan sulfonilurea dan biguanid.
Golongan sulfonilurea (asetoheksamid, chlorpropamid) bekerja terutama dengan
merangsang langsung pankreas untuk mengsekresi insulin, dengan demikian pankreas
yang masih berfungsi merupakan syarat utama agar obat ini bekerja efektif. Golongan
sulfonilurea tidak dapat digunakan pada diabetes tipe 1, obat ini memperbaiki kerja
insulin pada tingkat selular dan dapat langsung menurunkan produksi glukosa oleh
hati. Sedangkan golongan biguanid seperti metformin (glocophage), menimbulkan
efek antidiabetik dengan memfasilitasi kerja insulin pada tempat reseptor perifer, oleh
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
karena itu obat ini hanya digunakan jika masih terdapat insulin (Smeltzer et al.,
2010).
e. Pendidikan
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan
yang khusus seumur hidup. Karena terapi nutrisi, aktifitas fisik, dan stress fisik serta
emosional dapat memperngaruhi pengendalian diabetes, maka klien harus belajar
untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Klien tidak hanya belajar
keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi kadar glukosa
darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya
hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Klien harus mengerti
mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit,
strategi pencegahan, teknik pengontrolan gula darah, dan penyesuaian terhadap terapi
(Smeltzer et al., 2010).
2.1.6 Komplikasi
Hiperglikemia yang terjadi berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi
mikrovaskuler kronis seperti nefropati, retinopati, dan neuropati. Diabetes melitus
juga mengakibatkan peningkatan komplikasi penyakit makrovaskuler seperti infark
miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Smeltzer et al., 2010).
Black dan Hawks (2009), membagi komplikasi diabetes melitus menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu komplikasi akut dan kronis.
a. Komplikasi akut terdiri atas hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, sindrom
hiperglikemik hiperosmolar nonketotik dan hipoglikemik. Hiperglikemia dan
ketoasidosis diabetikum kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya insulin atau insulin
yang tersedia dalam darah tidak cukup untuk metabolisme karbohidrat, keadaan ini
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ada tiga
gejala klinis yang terlihat pada ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik yakni kondisi dimana klien
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
mengalami hiperosmolaritas dan hiperglikemia disertai perubahan tingkat kesadaran.
Yang membedakan sindrom ini dengan ketoasidosis ialah tidak terdapatnya gejala
ketosis dan asidosis. Gambaran klinis kondisi ini biasanya terdiri atas hipotensi,
dehidrasi berat, takikardi dan tanda-tanda defisit neurologis yang bervariasi
(perubahan sensori, kejang dan hemiparesis). Sedangkan hipoglikemik terjadi kalau
kadar glukosa darah kurang dari 50-60 mg/dl, yang dapat diakibatkan oleh pemberian
insulin atau obat diabetes oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktifitas fisik yang berat.
b. Komplikasi kronis terdiri atas komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.
Komplikasi makrovaskular adalah kondisi aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh
darah besar yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti Coronary Artery
Disease, penyakit serebrovaskuler, hipertensi, penyakit vaskuler perifer dan infeksi.
Sedangkan komplikasi mikrovaskular adalah komplikasi unik yang hanya terjadi pada
penderita diabetes melitus. Penyakit mikrovaskuler diabetik terjadi akibat penebalan
membran basalis pembuluh kapiler. Beberapa kondisi akibat dari gangguan pembuluh
darah kapiler antara lain retinopati, nefropati, ulkus kaki, neuropati sensorik dan
neuropati otonom yang akan menimbulkan berbagai perubahan pada kulit dan otot.
Kondisi ini selanjutnya menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki
yang akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabkan luka mudah terinfeksi. Faktor aliran darah yang kurang akan
menambah kesulitan pengelolaan kaki diabetik (Sudoyo, 2006).
2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dengan sendirinya
pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
besar pengetahuan diperoleh dari indra pengihatan/ mata dan indra pendengaran/
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2011).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi 6
tingkatan yaitu: a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang lebih
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Appication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2.3 Faktor-Faktor Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi : a. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang
diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
b. Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional
serta pengalaman belajar selama bekerja, dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.
c. Usia
Undang-Undang Depkes RI No. 4 Tahun 1965 dalam Nugroho (1992) menjelaskan
bahwa “seseorang dikatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 tahun keatas, tidak mampu mencari nafkah sendiri dan memenuhi kebutuhan
hidup sendiri dan juga memberi nafkah”. Kemudian dalam UU RI No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia dijelaskan bahwa “lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas”. Sedangkan WHO memberikan batasan lansia
dalam tiga kategori, yaitu : middle/ young elderly usia antara 45-49 tahun, elderly usia
antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun, dan very old usia diatas 90 tahun.
Bertambahnya usia seseorang maka akan semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Daya
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
pikir seseorang akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.
Faktor eksternal meliputi :
a. Media Massa / Informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti
yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
b. Sosial Budaya dan Ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
c. Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
2.3 Praktik Perawatan Kaki
2.3.1 Pengertian
Praktik atau tindakan adalah wujud dari sikap yang nyata. Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap positif terhadap nilai-nilai
kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata (Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan merupakan komponen penting dari perawatan kaki. Pemeriksaan kaki tiap
hari adalah langkah pertama untuk menemukan masalah cedera awal untuk
mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap hari setelah mandi
atau mandi dan sebelum mengenakan sepatu dan kaos kaki. Gunakan cermin dan
letakkan di lantai untuk melihat kaki. Pemeriksaan kaki harus dilakukan dalam
pencahayaan yang baik. Meskipun sebagian besar orang dengan diabetes tahu bahwa
mereka harus memeriksa kaki mereka setiap hari, akan tetapi banyak yang tidak tahu
bagaimana melakukan ini dengan benar atau apa yang mereka evaluasi (Heitzman,
2010).
Permasalahan kaki merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada
orang dengan diabetes melitus. Masalah kaki juga merupakan masalah yang umum
pada klien dengan diabetes melitus dan hal ini menjadi cukup berat akibat adanya
ulkus serta infeksi, bahkan akhirnya dapat menyebabkan amputasi. Terjadinya ulkus
diantaranya adalah akibat ketidakpatuhan dalam melakukan tindakan pencegahan,
pemeriksaan kaki, serta kebersihan, kurang melaksanakan pengobatan medis,
aktivitas klien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan, penggunaan alas kaki yang
tidak sesuai, kurangnya pendidikan klien, pengontrolan glukosa darah dan perawatan
kaki.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
2.3.2 Tingkatan Praktik atau Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2011), tingkatan praktik atau tindakan terdiri dari
a. Persepsi (Perception)
Praktik tingkat pertama adalah persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek
atau sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon Terpimpin (Guided Response)
Indikator praktik tingkat kedua adalah respon terpimpin yaitu seseorang dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme (Mechanism)
Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu
sudah merupakan kebiasaan.
d. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Tindakan atau keterampilan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perawatan Kaki
a. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan dan praktek yang diperolehnya semakin membaik. Beberapa
penelitian menjelaskan hubungan usia dengan praktek perawatan kaki. Penelitian
Desalu et al. (2011) mengatakan usia diatas 50 tahun pengetahuan dan praktik
perawatan kaki masih kurang meskipun hubungan ini tidak signifikan secara statistik.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain melakukan pekerjaan
sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena
faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali
berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku
atau bertindak atas pertimbangan rasional. Penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) seks
menunjukkan ada hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan dan praktek
tentang perawatan kaki. Perempuan lebih rendah pengetahuan tentang perawatan kaki
dibandingkan laki-laki.
c. Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan
sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah. Seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap dan tindakan seseorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. Penelitian Hasnain dan
Sheikh (2009) peran pendidikan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan
dengan pengetahuan dan praktek tentang perawatan kaki. Menurut Desalu et al.
(2011) klien yang memiliki pendidikan rendah secara signifikan memiliki
pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Pengetahuan tentang perawatan
kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh pendidikan klien sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Bijoy et al. (2012) dalam
penelitiannya juga mengatakan bahwa pendidikan secara statistik menunjukkan
hubungan yang signifikan dengan pengetahuan klien tentang perawatan kaki.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
d. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor penentu penting dari kesehatan. Jenis pekerjaan
seseorang dan kondisi kerja yang dilakukan akan mempengaruhi kesehatan seseorang
(Marmot, 2010). Penelitian Soemardini et al. (2008) tentang penyuluhan perawatan
kaki terhadap tingkat pemahaman penderita diabetes melitus mengatakan bahwa
faktor pekerjaan tidak ada hubungan yang signifikan dengan pemahaman penderita
diabetes melitus. Klien diabetes melitus yang bekerja menggunakan sepatu sangat
beresiko terjadi ulkus kaki apabila tidak memperhatikan bentuk dan jenis sepatu yang
digunakan. Menghindari penggunaan sepatu pada bagian jari kakinya yang sempit,
sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu
harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan yang lembut.
e. Lama Menderita Diabetes Melitus
Klien yang mengalami diabetes melitus lebih lama, memiliki perawatan kesehatan
diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang memiliki lama diabetes melitus
lebih pendek (Bai, Chiou & Chang, 2009). Klien yang mengalami diabetes melitus
yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya
selama menjalani penyakit tersebut sehingga klien dapat memahami tentang hal-hal
terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki dalam kehidupannnya
sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa
tanggung jawab.
f. Penghasilan
Menurut Desalu et al. (2011) status sosial ekonomi rendah secara signifikan memiliki
pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Penelitian Bijoy et al. (2012) peran
penghasilan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan
tentang perawatan kaki.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
g. Penyuluhan Perawatan Kaki
Penyuluhan diperlukan bagi klien diabetes melitus tipe 2 karena penyakit diabetes
melitus tipe 2 berhubungan dengan perilaku seseorang untuk berubah. Penyuluhan
yang diberikan kepada klien adalah program edukasi diabetes melitus tentang
perawatan kaki yang merupakan pendidikan dan pelatihan tentang pengetahuan dan
praktik bagi klien diabetes. Penyuluhan bertujuan untuk menunjang perubahan
perilaku, meningkatkan pemahaman klien akan perawatan kaki yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal dan penyesuaian keadaan psikologis.
Edukasi diabetes yang dilakukan secara adekuat akan meningkatkan kemampuan
klien diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan perawatan kesehatan diri secara
konsisten sehingga akan tercapai pengontrolan kadar glukosa darah secara optimal
dan komplikasi diabetes melitus dapat diminimalkan (Basuki, 2009). Penelitian Ekore
et al. (2010) menunjukkan bahwa kesadaran untuk melakukan perawatan kaki pada
klien diabetes melitus sangat kurang dan kurangnya pendidikan atau penyuluhan dari
penyedia layanan kesehatan.
2.3.4 Penatalaksanaan Perawatan Kaki
Menurut Waspadji (2009) penatalaksanaan perawatan kaki dapat dibagi menjadi tiga
yaitu :
a. Pencegahan Primer (pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus)
Pencegahan primer dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan mengenai
terjadinya kaki diabetik. Penyuluhan harus dilakukan pada setiap kesempatan
pertemuan dengan klien. Penyuluhan dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan
pengelolaan diabetes melitus, meliputi perawat, ahli gizi, ahli perawatan kaki dan
dokter. Periksalah kaki klien selanjutnya berikan penyuluhan bagaimana cara
pencegahan dan perawatan kaki, sepatu atau alas kaki bagi klien diabetes, latihan kaki
untuk memperbaiki vaskularisasi.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
b. Pencegahan Sekunder (pencegahan dan pengelolaan ulkus atau ganggren diabetik
yang sudah terjadi).
Pencegahan sekunder, upaya-upaya yang termasuk dalam pencegahan sekunder yaitu:
Mechanical control (pressure control), wound control, microbiological control
(infection control) vascular control, metabolic control, dan educational control.
Pencegahan ini dilakukan khususnya pada klien diabetes melitus dengan masalah
kaki komplikasi yaitu kombinasi insensitivitas, iskemia dan atau deformitas, serta
riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.
c. Pencegahan Tersier (pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun
sudah terjadi penyulit).
Pencegahan tersier, upaya yang dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya
kecacatan kalau penyulit sudah terjadi seperti amputasi tungkai bawah. Pengelolaan
konservatif dengan medikamentosa, debridemen, mengatasi infeksi.
Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang dikembangkan
oleh National Institutes of Health dan American Diabetes Association untuk
mencegah terjadi cedera (Heitzman, 2010), yaitu :
a. Kaki Bersih, Kering, dan Lembut.
Mencuci kaki dan antara jari-jari kaki dengan air hangat (tidak panas) dan sabun dan
dikeringkan dengan kain lembut. Lotion dapat digunakan pada atas atau bawah kaki
dan bukan antara jari-jari kaki. Bedak antara jari-jari kaki untuk menjaga kulit tetap
kering.
b. Perawatan Kulit.
Klien diabetes melitus harus menggunakan alas kaki, baik di dalam ruangan atau di
luar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim dingin menggunakan kaos
kaki katun untuk melindungi kulit dari cuaca dingin dan basah. Kaos kaki tidak
memiliki lubang atau bersambung, memiliki jahitan tebal, atau memiliki band elastis
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
yang menyebabkan cedera pada kulit. Kaos kaki harus diganti setiap hari untuk
mencegah kelembaban dari keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit.
c. Perawatan Kuku.
Kuku harus dipotong lurus untuk menghindari lesi pada kuku. Klien yang mengalami
kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka, atau memiliki kuku
kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau perawat kesehatan untuk memotong
kuku kaki. Menghilangkan kalus untuk mengurangi tekanan di bawah tulang dan
dapat membantu membebaskan beban tekanan setempat untuk mengurangi
kemungkinan pembentukan ulkus.
d. Sepatu.
Waktu yang tepat klien membeli sepatu yakni sore hari ketika kaki membesar. Kaki
harus diukur setiap membeli sepatu baru karena struktur berubah. Kedua bagian
sepatu kiri dan kanan, harus dicoba sebelum membeli. Hindari penggunaan sepatu
yang pada bagian jari kakinya yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali
antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan
terbuat dari bahan yang lembut dengan tempat tumit kaku, bantalan dan fleksibilitas
pada bola kaki, kotak jari kaki yang mendalam dan luas, dan dukungan lengkungan
yang baik. Sepatu harus diperiksa setiap hari untuk melihat adanya benda asing, dan
daerah kasar. Mengubah sepatu beberapa kali sehari untuk memvariasikan tekanan
pada kaki. Tekanan sepatu yang terlalu ketat atau terlalu longgar dapat menyebabkan
iritasi mekanis. Sepatu harus disimpan pada udara kering pada malam hari untuk
mencegah penumpukan air, yang dapat menyebabkan iritasi kulit lebih lanjut.
Secara umum status kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku, menurut Blum
dalam Notoatmodjo (2010) dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat
menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan mempunyai andil dalam menentukan status
kesehatan setelah faktor lingkungan. Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
mencari dan menggunakan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau pengobatan
(health seeking behavior) dan perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku pemeliharaan
kesehatan merupakan perilaku usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit, diantaranya
adalah perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan, perilaku
peningkatan kesehatan serta perilaku makanan dan minuman (Notoatmodjo, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan/ perilaku manusia merupakan
hasil dari resultansi dari berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Teori
Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan diluar perilaku
(non behavior causes). Faktor perilaku yang mempengaruhi kesehatan yaitu faktor-
faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai; faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas kesehatan atau sarana kesehatan seperti
puskesmas atau rumah sakit, obat-obatan; faktor-faktor pendorong (reinforcing
factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Oleh karena itu
perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi dan lain-lain dari individu atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu,
ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Perspektif perawatan diabetes saat ini menyetujui peran sentral klien dalam merawat
kesehatan dirinya atau mengatur dirinya. Perawatan kesehatan diri menunjukan
bahwa klien secara aktif memonitor dan berespon terhadap perubahan lingkungan dan
kondisi biologis dengan beradaptasi terhadap berbagai aspek perawatan yang
dipesankan untuk memelihara keadekuatan metabolisme dan mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi. Perilaku perawatan kesehatan diri pada klien
diabetes melitus meliputi pemantauan glukosa darah atau urin di rumah, penyesuaian
asupan makanan khususnya karbohidrat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
pemberian terapi (insulin atau obat hipoglikemik oral), keteraturan aktivitas fisik,
perawatan kaki, keteraturan kunjungan berobat, serta perilaku-perilaku lain
tergantung pada jenis diabetes (WHO, 2003).
Adapun menurut Smeltzer et al. (2010), tip atau cara melakukan perawatan kaki
adalah :
a. Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim kesehatan yang
memberikan perawatan diabetes.
b. Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka, lecet,
bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian
dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.
c. Mencuci kaki setiap hari, mencuci kaki dengan air hangat, keringkan dengan
lembut terutama diantara jari kaki, kaki jangan digosok-gosok, dan tidak
memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku.
d. Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab diatas
dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki.
e. Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus)
f. Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan: memotong kuku jari
kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan.
g. Menggunakan sepatu dan kaos kaki setiap waktu, tidak berjalan tanpa alas kaki,
memakai sepatu yang nyaman, cocok serta yang dapat melindungi kaki, selalu
memeriksa bagian dalam sepatu sebelum dipakai pastikan permukaannya lembut
dan tidak terdapat objek atau benda kecil.
h. Lindungi kaki dari panas atau dingin, memakai sepatu pada area yang panas,
memakai kaos kaki pada waktu malam jika kaki dingin.
i. Mempertahankan kelancaran aliran darah kekaki, meninggikan kaki ketika
duduk, gerakan jari dan sendi kaki keatas dan kebawah selama 5 menit, selama 2
atau 3 kali sehari. Jangan menyilangkan kaki dalam jangka waktu lama, dan tidak
merokok.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
g. Memeriksa kaki bersama dengan petugas kesehatan untuk menemukan
kemungkinan adanya masalah yang serius, segera beri tahu pemberi pelayanan
kesehatan jika luka, lecet, atau bengkak tidak mulai sembuh setelah satu hari.
Ikuti saran pemberi pelayanan kesehatan mengenai perawatan kaki, tidak
melakukan pengobatan sendiri untuk mengobati masalah kaki.
Menurut Monalisa & Gultom (2009) pemeriksaan kaki sehari-hari dengan memeriksa
bagian atas kaki atau punggung kaki, telapak kaki, sisi-sisi kaki dan sela-sela jari.
Untuk melihat telapak kaki, tekuk kaki menghadap muka (bila sulit, gunakan cermin
untuk melihat bagian bawah kaki atau minta bantuan orang lain) untuk memeriksa
kaki. Periksa apakah ada kulit retak atau melepuh, periksa apakah ada luka dan tanda-
tanda infeksi (bengkak, kemerahan, hangat, nyeri, darah atau cairan lain yang keluar
dari luka, dan bau).
Perawatan kaki sehari-hari meliputi :
a. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi.
Bila perlu gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung. Keringkan kaki
dengan handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari kaki, terutama
sela jari kaki ketiga-keempat dan keempat-kelima.
b. Berikan pelembab lotion (baby lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit
tidak menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari karena
sela-sela jari akan menjadi lembab dan dapat menimbulkan tubuhnya jamur.
c. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek
atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Bila
penglihatan kurang baik, mintalah pertolongan orang lain untuk memotong kuku
atau mengikir kuku setiap dua hari sekali. Hindarkan terjadinya luka pada
jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras sulit untuk dipotong, rendam kaki dengan
air hangat (37ºC) selama sekitar 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku, sabun dan
air bersih. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan berikan krim
pelembab kuku.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
d. Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka,
juga di dalam rumah. Jangan gunakan sandal jepit karena dapat menyebabkan
lecet disela jari pertama dan kedua.
e. Gunakan sepatu atau sandal yang baik sesuai dengan ukuran dan enak untuk
dipakai, dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah kaos/
stocking yang pas dan bersih terbuat dari bahan yang mengandung katun. Syarat
sepatu yang baik untuk kaki diabetik adalah :
• Ukuran : sepatu lebih dalam.
• Panjang sepatu ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat berdiri
(sesuai cetakan kaki).
• Bentuk : ujung sepatu lebar (sesuai lebar jari-jari kaki).
• Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inchi.
• Bagian dalam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari bahan
busa karet, plastik dengan tebal 10-12 mm.
• Ruang dalam sepatu longgar, lebar sesuai bentuk kaki.
f. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti
jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-
jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu baru.
g. Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu setiap 2 jam kemudian periksa
keadaan kaki.
h. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa apakah
ada tanda-tanda radang.
i. Segera ke dokter bila kaki mengalami luka.
j. Periksakan kaki ke dokter secara rutin.
2.4 Pentingnya Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes
Melitus dalam Konteks Keperawatan
Pentingnya pengetahuan pada klien diabetes melitus dalam melakukan perawatan
kaki adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Peningkatan
pengetahuan klien diabetes melitus mengenai perawatan kaki dapat meningkatkan
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
kualitas hidup klien sehingga dapat menikmati hidup seperti normal pada umumnya
yang tidak menderita diabetes melitus, serta klien tidak perlu mengeluarkan uang
secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Perawatan
kaki merupakan upaya perawatan mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
Perawat berperan dalam memfasilitasi kemandirian pasien sesuai dengan teori Orem
tentang perawatan diri dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk
merawat dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan
dan mencapai kesejahteraan (Tomey, Marriner, Alligoods, & Raile (2006). Klien
dengan diabetes melitus dapat mencapai sejahtera/ kesehatan yang optimal dengan
mengetahui perawatan kaki yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri dan
dapat melaksanakannya. Oleh karena itu, perawat menurut teori tentang perawatan
diri sangat berperan sebagai pendukung/pendidik bagi klien yang menderita diabetes
melitus terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam
mencapai sejahtera.
Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh klien dengan
diabetes melitus menurut Orem disebut dengan kurang perawatan diri. Menurut Orem
peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk
merawat dirinya sendiri dalam hal ini adalah bagaimana klien melakukan perawatan
kaki untuk mencegah timbulnya kaki diabetik. Tindakan yang harus dilakukan dalam
perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini yaitu dengan
memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, menjaga kebersihan kaki
dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan mengatasi sendiri bila ada masalah
pada kaki atau menggunakan alat-alat/ benda. Oleh karena itu klien penting
mengetahui perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga kejadian ulkus ganggren
dan amputasi dapat dihindarkan (Monalisa & Gultom, 2009).
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
2.5. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Lewis et al. (2011), Black & Hawks (2009), Smeltzer et al. (2010), Notoatmodjo (2010), WHO (2003)
Pengetahuan Perawatan
Kaki
Praktik Perawatan Kaki
•Kadarglukosa darahterkontrol
•Komplikasiminimal
Perawatan Kesehatan Diri :
• Pemantauanglukosa darah
• Penyesuaian diet•Keteraturan
latihan•Keteraturan
kunjungan berobat•Perawatan kaki
Diabetes Melitus tipe 2
Faktor Confounding •Usia• Jenis kelamin• Pendidikan•Lama diabetes
melitus• Penghasilan• Pekerjaan• Penyuluhan
perawatan kaki
Perawatan Kaki Baik
Amputasi
Ulkus
Kelainan Mikrovaskular
Penurunan Daya Tahan Tubuh
Neuropati Perifer: Sensorik, Motorik, Autonom.
Perawatan Kaki Kurang
Infeksi
Penyembuhan Luka Kurang
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini akan menjelaskan kerangka konsep penelitian, hipotesis dan definisi
operasional. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Hipotesis
merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Sedangkan definisi
operasional adalah pembatasan ruang lingkup atau pengertian variabel - variabel yang
diteliti dan untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
varibel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan alat ukur (Notoatmodjo,
2002).
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan antar variabel
yang akan diteliti yaitu hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan pasien. Sedangkan
variabel dependen adalah praktik perawatan kaki. Adapun variabel confounding
adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lama menderita diabetes melitus,
pekerjaan dan penyuluhan perawatan kaki. Adapun skema kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.2.1 Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada
responden diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan
3.2.2 Ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lama
menderita diabetes melitus, pekerjaan dan penyuluhan perawatan kaki dengan
praktik perawatan kaki responden diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan
Selatan.
Praktik perawatan kaki
Variabel Confounding Usia Jenis Kelamin Pendidikan Penghasilan Lama diabetes melitus Pekerjaan Penyuluhan perawatan
kaki
Pengetahuan tentang perawatan kaki
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel independen dan variabel dependen serta variabel
confounding dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel Independen:
Pengetahuan perawatan kaki
Semua yang diketahui responden tentang perawatan kaki sehari-hari tentang • Frekuensi pemeriksaan kaki• Apa saja yang diperiksa pada
kaki• Perawatan kuku kaki• Tindakan yang dilakukan jika
kaki terasa sakit• Jenis kaos kaki dan sepatu• Kondisi-kondisi harus
dilakukan konsultasi dengandokter/ahli perawatan kaki.
Kuesioner Dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Pengetahuankurang < mean (skor 41,61) 2. Pengetahuanbaik ≥ mean (skor 41,61)
Ordinal
Variabel Dependen:
Praktik perawatan kaki
Tindakan sehari-hari yang dilakukan responden untuk memelihara kesehatan kaki supaya tidak timbul masalah atau luka pada kaki.Tindakan dalam hal: • Setiap hari minum obat• Setiap hari mencuci kaki• Mengeringkan dengan lembut
setelah kaki dicuci• Memotong kuku kaki dengan
lurus• Memeriksa kaki• Menggunakan alas kaki dan
kaos kaki yang nyaman• Memeriksa dan
membersihkan bagian dalamsepatu sebelum digunakan
Kuesioner Dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Praktik kurang< mean (skor 9,58) 2. Praktik baik ≥mean (skor 9,58)
Ordinal
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel confounding:
1. Usia Usia responden dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir
Kuesioner. 1. < 55 tahun2. ≥ 55 tahun
Ordinal
2. Jeniskelamin
Pensifatan / pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis.
Kuesioner 1. Laki-laki2. Wanita
Nominal
3. Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang ditempuh responden
Kuesioner 1. Rendah (SD,SMP&SMA)
2. Tinggi (PT)
Ordinal
4. Penghasilan Jumlah pendapatan yang dihasilkan responden selama sebulan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Kuesioner 1. Rendah, jikapendapatan responden < Rp 1.225.000,-
2. Tinggi, jikapendapatan responden perbulan ≥ Rp 1.225.000,-
UMR Kal-Sel (Rp 1.225.000,-)
Ordinal
5. Lamamenderita diabetes melitus
Jumlah waktu dalam tahun sejak responden mengetahui menderita diabetes melitus sampai saaat ini.
Kuesioner 1. < 5 tahun2. ≥ 5 tahun
Ordinal
6. Pekerjaan Jenis pekerjaan responden sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup dan perekonomian keluarga.
Kuesioner 1. Tidak bekerja2. Bekerja
Nominal
7. Penyuluhanperawatan kaki
Penjelasan yang pernah didapat responden tentang perawatan kaki oleh pemberi pelayanan kesehatan seperti perawat, dokter dll.
Kuesioner 1. Tidak pernah2. Pernah
Nominal
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah descriptive correlational
bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen
(Lapau, 2012). Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
cross sectional study dengan meneliti pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Cross
sectional study digunakan karena variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus
yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2002).
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
diteliti dan diambil kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh klien diabetes melitus yang ada di tiga rumah sakit yakni Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha
Martapura di Kalimantan Selatan dengan total 168 klien diabetes melitus.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel pada penelitian ini adalah klien diabetes melitus
yang berobat jalan di Rumah Sakit yang ada di Kalimantan Selatan. Menghitung
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya dengan rumus dari Isaac
dan Michael dalam Sugiyono (2012)
Keterangan:
n : besar sampel
Zα : deviat baku alpha
(ditetapkan α= 0,05 atau Zα= 1,96)
P : Proporsi pada penelitian sebelumnya
Q : 1 - P
d : limit dari error atau presisi absolut (d=0,05)
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Jinadasa dan Jeewantha (2011), telah
ditemukan proporsi populasi yang mendapatkan tingkat pengetahuan dan praktik
perawatan kaki dalam kategori baik sebesar 75,5% sehingga peneliti berasumsi
proporsi penelitian adalah 0,755. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas
maka didapat jumlah sampel sebanyak 106 orang.
Adapun kriteria inklusi responden yang dijadikan sampel adalah;
a. Klien diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi ulkus diabetik
b. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent.
c. Mampu membaca dan menulis.
d. Berkomunikasi dengan baik sehingga dapat diberikan penjelasan mengenai
pelaksanaan penelitian.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
Klien yang mengalami penurunan status kesehatan seperti pusing, gemetar.
Zα 2 x P x Q xN n = --------------------------------- d 2 (N-1) + Zα 2 x P x Q
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Adapun jenis teknik ini adalah dengan cluster sampling. Cluster
sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas (Sugiyono, 2012). Berdasarkan jumlah sampel yang
didapatkan sebanyak 106 sampel maka didistribusikan pada tiga rumah sakit yaitu
RSUD Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura.
Ukuran sampel pada setiap rumah sakit dihitung berdasarkan proporsi jumlah klien
diabetes melitus pada tahun 2011 pada rumah sakit tersebut sebagaimana tabel 4.1
Tabel 4.1 Proporsi Sampel Klien Diabetes Melitus di Kalimantan Selatan Tahun 2011
No. Rumah Sakit Jumlah klien DM rata-rata/ bulan Persentasi Sampel
total adalah 15, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu “praktik kurang”
jika skor yang benar kurang dari mean 9,58 dan “praktik baik” jika skor sama dan
lebih besar dari mean 9,58.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen atau alat pengumpul data yang akan digunakan sebelumnya dilakukan
ujicoba dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Pelaksanaan uji validitas dan
reliabilitas dilakukan pada populasi yang tidak menjadi sampel dalam penelitian ini,
akan tetapi memiliki karakteristik yang tidak berbeda dalam penelitian ini.
a. Validitas
Validitas adalah indeks yang menunjukkan nilai ketepatan dari alat ukur sehingga
menggambarkan suatu instrumen telah benar-benar mengukur apa yang diukur
(Notoatmodjo, 2010). Uji validitas instrument dilakukan di RSUD Ulin
Banjarmasin pada 30 responden yang bukan menjadi sampel dalam penelitian ini,
sehingga diperoleh df= 28 (n-2). Pada tingkat kemaknaan 5% didapatkan angka r
tabel = 0,361. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan adalah 5 soal dinyatakan
tidak valid yaitu soal nomor 3, 4, 6, 10 dan 11. Sedangkan untuk kuesioner praktik
adalah 3 soal dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 9, 10 dan 11. Karena
substansi soal tersebut dianggap penting, maka soal-soal tersebut tetap dimasukkan
dengan memperbaiki strukturnya.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi dari alat ukur yang digunakan, apabila digunakan
untuk yang kedua kalinya atau lebih terhadap gejala yang sama maka akan
mendapatkan hasil yang sama (Notoatmodjo, 2010). Hasil uji reliabilitas kuesioner
pengetahuan diperoleh r alpha cronbach’s 0,963 (r alpha>0,361). Sedangkan
kuesioner praktik diperoleh r alpha cronbach’s 0,842 (r alpha>0,361).
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur penelitian terdiri dari persiapan, pelaksanaan penelitian dan penyusunan
laporan. Prosedur penelitian dijabarkan sebagai berikut:
4.7.1 Persiapan penelitian
Persiapan penelitian meliputi penyelesaian administrasi yang terkait dengan
penelitian yaitu:
a. Mengajukan permohonan surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, surat permohonan lolos kaji etik dari Komite Etik
Penelitian Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, surat
permohonan ijin melakukan penelitian ke Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan dan surat permohonan ijin penelitian kepada Direktur RSUD Ulin
Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura melalui
bagian pendidikan latihan, yang dijadikan sampel dalam penelitian.
b. Meminta ijin kepada kepala ruang poliklinik dan mensosialisasikan maksud dan
tujuan penelitian yang akan dilakukan.
c. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian seperti
lembar penjelasan penelitian, lembar persetujuan penelitian, kuesioner, dan
pulpen.
d. Memilih kolektor data untuk membantu peneliti menyebarkan kuesioner serta
mengumpulkan kuesioner. Peneliti menggunakan 4 orang kolektor data dengan
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
latar belakang pendidikan sarjana keperawatan. Sebelum penelitian, peneliti
melakukan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan,
menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner dan pengumpulan kuesioner serta
menjaga kerahasiaan informasi yang didapat dengan cara tidak menyebarluaskan
segala informasi yang telah diperoleh yang berhubungan dengan responden.
4.7.2 Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama dua minggu di tiga tempat yaitu RSUD
Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura. Peneliti
berada di RSUD Ulin Banjarmasin pada hari Selasa dan Kamis karena pada hari
tersebut khusus poliklinik diabetes melitus dengan dibantu 4 kolektor data, RSUD
Banjarbaru pada hari Jum’at dan Sabtu, dan RSUD Ratu Zalecha Martapura pada hari
Senin dan Rabu. Adapun uraian kegiatan sebagai berikut:
a. Peneliti berkoordinasi dengan kepala ruang poliklinik penyakit dalam untuk
melakukan identifikasi pasien diabetes melitus tipe 2 yang memenuhi kriteria
inklusi.
b. Meminta kesediaan responden yang telah menjadi sampel dengan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian terlebih dahulu.
c. Meminta dengan sukarela kepada responden untuk menandatangani surat
pernyataan bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian.
d. Membagi kuesioner kepada responden yang menjadi sampel pada ruang tunggu
untuk pengisian kuesioner dan observasi kepada responden dengan memperhatikan
kondisi kesehatan fisik pasien dan etika penelitian.
e. Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan dianalisa.
4.7.3 Penyusunan laporan
Penyusunan laporan dilakukan setelah pelaksanaan penelitian selesai. Penyusunan
laporan mengikuti pedoman teknis penulisan tugas akhir mahasiswa Universitas
Indonesia.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
4.8.1 Pengolahan data
Setelah data yang diperlukan terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan
dengan memeriksa data (editing) yang sudah dikumpulkan meliputi kelengkapan,
kesesuaian, kejelasan, dan kekonsistenan jawaban. Selanjutnya memberi kode
(coding) pada setiap komponen variabel, dilakukan untuk mempermudah proses
tabulasi dan analisis data. Pemberian kode dilakukan sesudah pengumpulan data.
Kemudian dilakukan pemprosesan data (processing) agar data yang sudah di-entry
dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari
kuesioner ke komputer. Setelah itu pembersihan data (cleaning) dengan memeriksa
kembali data yang sudah di-entry kedalam program komputer apakah ada kesalahan
atau tidak sebelum dilakukan analisis.
4.8.2 Analisis data
a. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
yang diteliti.Variabel dependen, variabel independen dan variabel confounding
(usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan penyuluhan perawatan kaki) pada penelitian ini merupakan data
kategorik sehingga hasil analisis yang disajikan berupa proporsi atau distribusi
frekuensi. Kemudian disajikan dengan menggunakan tabel serta diinterprestasikan
berdasarkan data yang diperoleh.
b. Analisis bivariat
Sebelum dilakukan analisis bivariat terlebih dulu dilakukan uji kenormalan data
baik pada variabel independen, variabel dependen maupun variabel confonding
dengan menggunakan uji Kolmogorv-Smirnov. Hasil yang diperoleh untuk semua
variabel berdistribusi tidak normal dengan nilai p value < 0,05 sehingga analisis
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
bivariat variabel independen dan confonding menggunakan uji statistik
nonparametrik.
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel, selanjutnya dilakukan
analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel independen
dan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen (tingkat
pengetahuan pasien tentang perawatan kaki), dengan variabel dependen (praktik
perawatan kaki) berbentuk kategorik maka uji statistik yang digunakan adalah uji
Chi Square. Tujuan Uji Chi Square adalah untuk menguji perbedaan
proporsi/presentase antara beberapa kelompok data. Uji Chi Square dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel katagorik dengan variabel
katagorik (Hastono, 2007). Analisis bivariat dilakukan dengan bantuan komputer.
Tabel 4.2 Analisis Bivariat
No. Variabel Variabel Dependen Jenis Uji
1. Variabel IndependenTingkat pengetahuan (datakategorik)
Praktik perawatan kaki (data kategorik)
Chi Square
2. Variabel ConfoundingUmur (data kategorik)
Chi Square
3. Variabel ConfoundingJenis kelamin (data kategorik)
Chi Square
4. Variabel ConfoundingLama menderita diabetesmelitus (data kategorik)
Chi Square
5. Variabel ConfoundingPendidikan (data kategorik)
Chi Square
6. Variabel ConfoundingPenghasilan (data kategorik)
Chi Square
7. Variabel ConfoundingPenyuluhan tentang perawatankaki (data kategorik)
Chi Square
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
c. Analisis multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan beberapa variabel bebas
(lebih dari satu) dengan satu atau beberapa variabel dependen (umumnya satu
variabel) (Hastono, 2007). Karena variabel dependen pada penelitian ini berbentuk
kategorik maka analisis multivariat yang digunakan pada penelitian adalah uji
statistik regresi logistik ganda. Dengan analisis ini dapat diketahui faktor yang
paling berhubungan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus
tipe 2 di Kalimantan Selatan. Tahapan dari uji statistik regresi logistik ganda
meliputi:
1. Seleksi kandidat
Variabel independent pengetahuan pasien tentang perawatan kaki pada
penelitian ini yang diprediksi berhubungan dengan variabel dependen yaitu
praktik perawatan kaki. Variabel confounding usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, lama menderita diabetes melitus, dan penyuluhan
perawatan kaki pada penelitian ini yang diprediksi berhubungan dengan praktik
perawatan kaki. Variabel kandidat akan dimasukan ke dalam pemodelan
multivariat jika hasil uji bivariat p value < 0,25, atau secara substansi dianggap
penting.
2. Pemodelan multivariat
Pemodelan multivariat dilakukan dengan analisis regresi logistik dengan cara
memasukan kandidat variabel independen dan variabel confounding yang
memenuhi syarat p value < 0,25 ke dalam model, selanjutnya memilih variabel
yang dianggap penting yang masuk dalam model, dengan cara mempertahankan
subvariabel bebas yang p value-nya < dari 0,05 dan mengeluarkan subvariabel
yang p value-nya > dari 0,05 secara bertahap mulai dari p value terbesar.
Variabel yang dikeluarkan akan dimasukan kembali ke dalam model jika terjadi
adanya perubahan Odd Ratio (OR) satu atau lebih variabel yang melebihi dari
10% sehingga akan didapatkan pemodelan akhir. Langkah selanjutnya
membandingkan nilai OR seluruh variabel bebas, untuk melihat variabel mana
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel bebas, dilihat dari exp(B)
untuk variabel yang signifikan pada model terakhir. Semakin besar nilai exp(B)
berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel terikat (Hastono, 2007).
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengetahuan dan praktik
perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan yang telah
dilaksanakan pada tiga rumah sakit yaitu RSUD Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru
dan RSUD Ratu Zalecha Martapura. Pengambilan data dilaksanakan di poliklinik
Penyakit Dalam. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
5.1 Hasil Analisis Univariat
Pada penelitian ini hasil analisis univariat menggambarkan karakteristik responden
yang terdiri dari usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, dan penyuluhan tentang perawatan kaki; pengetahuan tentang
perawatan kaki dan praktik perawatan kaki. Hasil analisis univariat dijelaskan dalam
tabel sebagai berikut:
5.1.1 Gambaran Karakteristik Responden
Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes
melitus, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan penyuluhan tentang perawatan kaki
dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan usia, Jenis Kelamin, Lama menderita Diabetes Melitus, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, dan Penyuluhan Perawatan
Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)
Variabel Jumlah Persentase (%)
Usia < 55 tahun ≥ 55 tahun
42 64
55,7 44,3
Jenis Kelamin Laki-laki 45 42,5 Perempuan
Lama Menderita DM < 5 tahun ≥5 tahun
61
57 49
57,5
53,8 46,2
Pendidikan Pendidikan Tinggi Pendidikan Rendah
23 83
21,7 78,3
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja
Penghasilan < Rp. 1.225.000,- ≥ Rp. 1.225.000,-
Penyuluhan Pernah Tidak Pernah
63 43
25 81
22 84
59,4 40,6
23,6 76,4
20,8 79,2
Berdasarkan tabel 5.1, lebih banyak responden berusia lebih dari 55 tahun, berjenis
kelamin perempuan, lama menderita diabetes melitus kurang dari 5 tahun,
berpendidikan rendah dan bekerja, berpenghasilan diatas Rp. 1.225.000.- dan tidak
pernah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan kaki.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
5.1.2 Gambaran pengetahuan dan praktik perawatan kaki
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan dan praktik perawatan kaki dapat
dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan
Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)
Variabel Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan Baik Kurang
Praktik Baik Kurang
58 48
59 47
54,7 45,3
55,7 44,3
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik
tentang perawatan kaki berjumlah 58 orang (54,7%) dan melakukan praktik
perawatan kaki baik berjumlah 59 orang (55,7%).
5.2 Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen,
variabel confonding dengan variabel dependen.
5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Perawatan Kaki
Hasil analisis bivariat hubungan antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki
pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.3
berikut :
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Tabel 5.3 Hubungan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)
Pengetahuan Praktik
Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang
N % N % N % Baik 38 65,5 20 34,5 58 100,0 2,44; 0,04*
Kurang 21 43,8 27 56,3 48 100,0 1,11-5,36 Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0
*Bermakna pada α: 0,05
Tabel 5.3 menggambarkan bahwa dari 58 responden yang mempunyai pengetahuan
baik memiliki praktek yang baik sebesar 65,5%. Hasil persentase menunjukkan
bahwa antara responden yang mempunyai pengetahuan baik memiliki praktik
perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan responden yang mempunyai
pengetahuan kurang.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,04, pada alpha 5%, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Analisis kekuatan
hubungan antara dua variabel didapatkan nilai Odd Ratio (OR) = 2,44 (95% CI :
1,11-5,36) artinya klien diabetes melitus tipe 2 yang berpengetahuan baik 2,44 kali
untuk memiliki praktik perawatan kaki baik dibandingkan dengan klien diabetes
melitus tipe 2 yang berpengetahuan kurang.
5.2.2 Hubungan Usia dengan Praktik Perawatan Kaki
Hasil analisis bivariat hubungan usia dengan praktik perawatan kaki pada klien
diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Tabel 5.4 Hubungan Usia dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)
Usia Praktik
Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang
N % N % N % ≥ 55 tahun 42 65,6 22 34,4 64 100,0 0,36; 0,02* < 55 tahun 17 40,5 25 59,5 42 100,0 0,16-0,80
Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0 *Bermakna pada α: 0,05
Tabel 5.4 menggambarkan bahwa dari 64 responden yang berusia lebih atau sama
dengan 55 tahun dan memiliki praktik perawatan kaki yang baik sebesar 65,6%. Hasil
persentase menunjukkan bahwa antara responden berusia lebih atau sama dengan 55
tahun memiliki praktik perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan responden
yang berusia kurang dari 55 tahun.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,02, pada alpha 5%, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan praktik
perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Analisis kekuatan hubungan antara
dua variabel didapatkan nilai OR = 0,36 (95% CI : 0,16-0,80) artinya klien diabetes
melitus tipe 2 yang berusia lebih atau sama dengan 55 tahun berpeluang 0,36 kali
untuk memiliki praktik perawatan kaki baik dibandingkan dengan klien diabetes
melitus tipe 2 yang berusia kurang dari 55 tahun.
5.2.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Praktik Perawatan Kaki
Hasil analisis bivariat hubungan jenis kelamin dengan praktik perawatan kaki pada
klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.5
berikut :
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Tabel 5.5 Hubungan Jenis Kelamin dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)
kaki, edukasi perawatan diabetes melitus, dan penggunaan alas kaki yang
semestinya, serta penanggulangan yang cepat apabila ada masalah pada kaki.
Pencegahan terjadinya komplikasi pada kaki adalah dengan melakukan
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
pengontrolan kadar gula darah secara teratur dan mencegah terjadinya luka
pada kaki karena adanya komplikasi yang disebut neuropati, pasien diabetes
mengalami penurunan sensitivitas dan intoleransi terhadap dingin di kaki
mereka. Neuropati terjadi ketika suplai darah ke ujung saraf kecil di kaki dan
tangan berhenti atau berkurang (Echeverry, 2007).
Praktik yang lebih baik dalam melakukan perawatan kaki akan mengurangi
risiko terkena kaki diabetik. Karena mencegah terjadinya kaki diabetik lebih
baik daripada proses penyembuhannya. Proses penyembuhan kaki diabetik
membutuhkan waktu yang lama. Menurut Saskatchewan Ministry of health
(2008) dalam Sihombing 2012, jika sudah terjadi kaki diabetik maka akan
memerlukan waktu yang lama untuk penyembuhan.
6.2 Keterbatasan Penelitian
a. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner tanpa
melakukan observasi perilaku. Hal ini dapat saja menimbulkan bias karena
responden tidak mengisi sesuai dengan keadaan sebenarnya ataupun
mengalami kesulitan dalam mengisi instrumen. Walaupun peneliti telah
melakukan penjelasan sebelum penelitian (informed consent) akan tetapi hal
tersebut tidak menutup kemungkinan masih saja dapat terjadi. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan kriteria penilaian pengetahuan berdasarkan
nilai rata-rata dari penelitian sehingga cut of point rendah. Oleh karena itu
untuk penelitian selanjutnya digunakan kriteria penilaian pengetahuan
sesuai standar yang ditetapkan berdasarkan teori-teori bukan dari hasil
penelitian.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
b. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tiga point,
berdasarkan variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden,
pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Banyaknya jumlah kuesioner
penelitian ini sehingga pengisian tidak fokus, dan banyak responden yang
meminta peneliti untuk dibacakan. Instrumen pengetahuan merupakan
pengembangan dari instrumen Diabetes Foot Care Knowledge Scale
(DFKS) yang dikembangkan oleh Shiu & Wong (2011), sedangkan untuk
instrumen praktik perawatan kaki dikembangkan dari Questions determining
the knowledge and practices about foot care yang dikembangkan oleh
Hasnain dan Sheikh (2009). Sebelum dilakukan uji validitas dan reliabelitas
instrumen, ditemukan beberapa pertanyaan yang tidak valid, tetapi karena
mengingat substansi tersebut penting untuk diketahui maka pertanyaan
tersebut tetap dimasukkan dengan merubah struktur pertanyaan. Seharusnya
uji instrumen dilakukan lagi tetapi karena keterbatasan waktu maka
pengujian hanya dilakukan sekali.
6.3 Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan
a. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan
Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki peran
dan tanggung jawab dalam membantu pasien diabetes melitus supaya tetap
sehat, dengan memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pasien diabetes melitus yang datang ke
tempat pelayanan kesehatan harus mendapatkan pelayanan yang profesional.
Pasien harus mendapatkan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan serta
mendapatkan informasi yang aktual dan menyeluruh mengenai rencana
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
perawatan selanjutnya, sehingga pasien akan terhindar dari komplikasi akut
maupun kronis.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik, diantaranya
praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan praktik perawatan
kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Klien yang tidak melakukan perawatan
kaki sejak dini akan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan klien yang
sejak awal melakukan perawatan kaki. Oleh karena itu perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus tipe 2 supaya
lebih meningkatkan efektifitas manajemen terapeutik khususnya tentang
praktik perawatan kaki.
Perawat spesialis medikal bedah harus mampu memberikan penyuluhan
kesehatan mengenai praktik perawatan kaki dan menyediakan waktu untuk
memberikan kesempatan kepada klien berkonsultasi mengenai bagaimana
klien diabetes melitus merawat kakinya agar terhindar dari terjadinya ulkus
kaki.
Melakukan upaya pengelolaan kaki diabetik meliputi: pencegahan primer
seperti penyuluhan perawatan kaki, latihan kaki, pemeriksaan kaki dengan
visual inspection dan pemeriksaan lengkap. Melakukan pencegahan sekunder
yang difokuskan pada pasien dengan luka kaki diabetik, seperti perawatan
luka, pencegahan dan penanggulangan infeksi.
b. Implikasi dalam ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu bukti ilmiah bahwa klien diabetes
melitus yang pengetahuan kurang yaitu 45,3 %. Diketahui ada hubungan yang
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
bermakna antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada klien
diabetes melitus. Oleh karena itu hasil penelitian ini menjadi sangat penting
bagi institusi pelayanan kesehatan untuk melaksanakan program pendidikan
kesehatan yang terstruktur dan terintegrasi untuk dapat meningkatkan praktik
perawatan kaki yang optimal yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri
sehingga dapat menurunkan insidensi komplikasi kaki diabetik. Hal ini juga
dapat dijadikan dasar untuk penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap praktik perawatan kaki dan upaya pencegahan
selanjutnya benar-benar didasarkan dari hasil penelitian dan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Pengetahuan tentang perawatan kaki berhubungan secara bermakna dengan
praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Oleh karena itu
dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus, aspek
informasi dan edukasi harus lebih diperhatikan. Perawat juga perlu memahami
mengenai perilaku klien sebagai dasar untuk memotivasi klien diabetes
melitus merubah perilaku kesehatan menjadi yang lebih baik dan mandiri.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian mencakup simpulan
hasil pembahasan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan dan hipotesis
penelitian. Serta beberapa saran peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan.
7.1 Simpulan
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik
perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
b. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran bahwa klien Diabetes
Melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dengan fokus masalah pengetahuan klien
tentang perawatan kaki sebagian besar baik sedangkan pada praktik perawatan
kaki klien sebagian besar juga baik. Klien mayoritas berusia lebih dari 55
tahun berjenis kelamin terbanyak perempuan, lamanya menderita diabetes
melitus yang kurang 5 tahun sebagian besar berpendidikan rendah. Sebagian
besar klien bekerja dengan berpenghasilan lebih dari Rp. 1.225.000,-.
Sedangkan kebanyakan klien tidak pernah mendapatkan penyuluhan.
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan praktik perawatan kaki
pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
d. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan praktik
perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
e. Tidak ada hubungan pendidikan dengan praktik perawatan kaki pada klien
diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
f. Tidak ada hubungan penghasilan dengan praktik perawatan kaki pada klien
Diabetes Melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
g. Tidak ada hubungan lama diabetes melitus dengan praktik perawatan kaki
pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
h. Tidak ada hubungan Pekerjaan dengan praktik perawatan kaki pada klien
diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
i. Tidak ada hubungan penyuluhan perawatan kaki dengan praktik perawatan
kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
j. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik perawatan kaki pada
klien diabetes melitus tipe 2 adalah pengetahuan
7.2 S a r a n
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan perlu ditingkatkan
upaya pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2
yang bersifat preventif, sebagai berikut :
7.2.1 Pelayanan Keperawatan :
a. Dilaksanakan program kegiatan pendidikan kesehatan (Health Education)
yang terencana, terorganisir dan berkesinambungan yang ditujukan kepada
klien diabetes melitus atau keluarganya khususnya mengenai pengetahuan
dan praktik perawatan kaki selain itu juga tentang diet diabetes melitus,
aktivitas atau latihan, obat hipoglikemik oral, pemberian insulin, dan lain
sebagainya.
b. Disediakan tempat dan jadwal khusus untuk memberikan kesempatan
kepada klien diabetes melitus atau keluarga untuk berkonsultasi mengenai
perawatan kaki di semua rumah sakit di Kalimantan Selatan.
c. Dilakukan pemeriksaan kaki melalui visual inspection setiap kali
kunjungan berobat atau pemeriksaan lengkap setiap tahun. untuk
mendeteksi adanya neuropati atau faktor resiko terjadinya ulkus diabetik.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
7.2.2 Klien dan Keluarga
a. Klien supaya selalu mematuhi apa yang disarankan oleh oleh tenaga
kesehatan dalam merawat kesehatan dirinya terutama tentang perawatan
kaki selain memonitor kadar glukosanya secara rutin, penyesuaian diet,
keteraturan aktivitas dan kunjungan berobat.
b. Keluarga supaya selalu memberikan dukungan kepada klien untuk selalu
mematuhi apa yang disarankan oleh tenaga kesehatan agar klien tetap
sehat meskipun mengalami diabetes melitus.
7.2.2 Ilmu Keperawatan
Klien diabetes melitus tipe 2 yang belum mendapatkan penyuluhan masih
cukup besar, oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi
dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap akses mendapatkan informasi pada klien diabetes melitus.
7.2.3 Penelitian Selanjutnya
Pada penelitian ini dapat dijadikan dasar informasi untuk penelitian
selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan prevensi terjadinya komplikasi
kaki diabetik pada responden diabetes melitus dan keluarga penekanan tentang
observasi praktik preventif, tidak sekedar pengisian data kuesioner.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2011). Standards of Medical Care in Diabetes - 2011. Journal Diabetes Care, 34, 511-561.
Arifin, Z. (2011). Analisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Ayele, K., Tesfa, B., Abebe, L., Tilahun, T.,& Girma, E. (2012). Self Care Behavior among Patients with Diabetes in Harari, Eastern Ethiopia: The Health Belief Model Perspective.7(4), Di unduh dari www.plosone.org.
Bai, Y. L., Chiou, C. P, & Chang, Y. Y. (2009). Self-care behaviour and related factors in older people with Type 2 diabetes. Journal Clinical Nursing, 18(23), 3308-3315.
Basuki, E. (2009). Teknik Penyuluhan Diabetes Melitus dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Bijoy C.V., Feba B., Vikas R.C., Dhandapani C., Geetha K., Vijayakumar A. (2012). Knowledge Assessment and Patient Counseling on Diabetic Foot Care. Indian Journal of Pharmacy Practice, 5(2), 11-15.
Cahyono, J.B.S.B. (2007). Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Dexa medica, 20(3), 103-108. Di unduh dari http://www.dexa-medica.com/images/publication.
Dahlan, M.S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based Medicine. Seri 2. Jakarta: Salemba Medika.
Depkes RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Balitbangkes.
Desalu, O.O., Salawu, F.K, Jimoh, A.K., Adekoya, A.O., Busari, A.O.,& Olokaba, A.B. (2011). Diabetic Foot Care : Self Reported Knowledge and Practice among Patients Attending Three Tertiary Hospital in Nigeria. Ghana Medical Journal, 45(2), 60-65.
Dharma, K.K.(2011). Metode Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info Media.
Digiulio, M., Jackson, D. & Keogh, J. (2007) Medical-Surgical Nursing : Demystified. A Self-Teaching Guide. New York : Mc-Graw Hill.
Echeverry, D., Duran, P., Bonds, C., Lee, M., Davidson, M.B.. (2009). Effect of Pharmacological Treatment of Depression on A1C and Quality of Life in Low-Income Hispanics and African Americans With Diabetes. A randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Diabetes Care, 32(12), 2156–2160, Di unduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2782968/
Ekore, R.I., Ajayi, I.O., Arije, A., & Ekore, J.O. (2010). Attitude; Diabetic Foot Care; Knowledge; Type 2 Diabetes Mellitus. African Journal of Primary Health Care & Family Medicine. 2(1), 1-3.
Friedman, M., Bowden, V. R., Jones, E., (2003). Family Health Nursing. Theory and Practice 5th Edition. Pearson Education Inc. USA
Hasnain, S. & Sheikh, H.S. (2009). Knowledge and Practices Regarding Foot Care in Diabetic Patients Visiting Diabetic Clinic in Jinnah Hospital Lahore. Journal Pakistan Medical Association, 59(10), 659-687.
Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan: Basic Data Analysis for Health Research Training. FKM UI. Tidak diterbitkan.
Heitzman, J. (2010). Foot Care for Patients With Diabetes. 26(3), 250–263. Diunduh dari http://www.nursingcenter.com/lnc/journalarticle?Article_ID=1047440.
Hoong Kew Kam. (2011). Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes di Poli-Endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.
Ilyas, E.I. (2009). Olahraga bagi Diabetesi dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Jinadasa, C.V.M. & Jeewantha, M. (2011). A Study to Determine the Knowledge and Practice of Foot Care in Patients with Chronic Diabetic Ulcer. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, 3(1), 115-122.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). World Diabetes Day 14 November 2011. http://www.pppl.depkes.go.id/index.php?c=berita&m=fullview&id=374.
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan : Metode Ilmiah Penulian Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Levine, J.P. (2008). Type 2 Diabetes Among Women: Clinical Considerations for Pharmacological Management to Achieve Glycemic Control and Reduce Cardiovascular Risk. Journal of Women’s Health, 17(2), 249-260.
Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., Bucher, L., &Camera, I.M. (2011). Medical Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problem. 8th ed., St. Louis: Mosby, Inc.
Lipsky, B.A., Berendt, A.R., Deery, H.G., Embil, J.M., Joseph, W.S., & Karchmer, A.W. (2004). Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. Guidelines for Diabetic Foot Infections. CID, 39, 885-888. Infectious Diseases Society of America. Di unduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16799390.
Marmot Sir Michael. 2010. Area aksi IPH dalam ketidaksetaraan kesehatan: pendidikan, ketrampilan hidup dan pekerjaan. Di unduh dari http://www.publichealth.ie/healthinequalities/educationandskills
Monalisa, T. & Gultom, Y. (2009). Perawatan Kaki Diabetes dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni. Edisi Revisi 2011. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho, W., (1992). Perawatan Lanjut Usia, Jakarta, EGC.
PD Persi News. (2011). RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia, Di unduh dari http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=618&catid=23.
Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Edisi Revisi.
Polikandrioti, M. (2009). Exercise and Diabetes Melitus, Di unduh dari http://www.hsj.gr/volume3/ issue3/331.pdf.
Rheeder, P., Venn, M., de Korte, E., & van Zyl, D. (2008). Knowledge of Foot-Care in People with Diabetes in a Tertiary Care Setting, Journal of Endocrinology, Metabolism and Diabetes of South Africa (JEMDSA), 13(3), 105-108.
Rochmah, W. (2006). Diabetes Melitus pada Usia Lanjut dalam Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (4th ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
RSUD Ratu Zalecha Martapura. (2012). Profil RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2011. Martapura (tidak dipublikasikan).
Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (Edisi 4), Jakarta : Sagung Seto.
Shiel Jr., W.C. (2012). Diabetes Treatment, Di unduh dari http://www.medicinenet.com/diabetes_treatment/page7.htm#treatment_of_diabetes_with_insulin
Sihombing, D. (2012). Gambaran Perawatan Kaki Dan Sensasi Sensorik Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik DM RSUD. Universitas Padjadjaran, Bandung
Shiu, A.T-Y., & Wong, R.Y-M. (2011). Diabetes Foot Care Knowledge: a Survey of Registered Nurses. Blackwell Publishing Ltd, Journal of Clinical Nursing, 20, 2367–2370.
Sigurdardottir, A.K. (2005). Self-care in Diabetes: Model of Factors Affecting Self-care, di unduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15707440
Soemardini, Nurudin, M., & Debora, O. (2008). Perbandingan Penyuluhan
Perawatan Kaki dengan dan Tanpa Demonstrasi terhadap Tingkat Pemahaman pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 diPoliklinik Diabetes Mellitus Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
Soegondo, S. (2009). Prinsip Penanganan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik
Oral dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Relationship among self-care agency, self efficacy, self-care and glycemic control. Research and Theory for Nursing Practice : An International Journal, 9(3), 61-67.
Suyono, S. (2009). Kecendrungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes dalam
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta,
Bandung. The University of Melbourne Library (2012). American Psychological Association
(APA) Style 6th, Last modified : 20 December 2012, di unduh dari http://www.lib.unimelb. edu.au/recite/citations/apa6/ref00-indexJournal. html?style=1&type=2.
Tomey, Marriner A., Alligoods,& Raile M. (2006). Nursing Theorists and Their
Work. 6th ed. St.Louis, Missouri.-Mosby Elsevier. Varghese, B.C., Feba B., Vikas R.C., Dhandapani C., Geetha K., & Vijayakumar A.
(2012). Knowledge Assessment and Patient Counseling on Diabetic Foot Care. Indian Journal of Pharmacy Practice.5(2)
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Waspadji, S. (2007). Pertanyaan Pasien dan Jawabannya tentang Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Waspadji, S. (2009). Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Waspadji, S. (2009). Diabetes Melitus, Penyulit Kronik dan Pencegahannya dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Waluyo, N. A. (2011). Hubungan Kepatuhan Pasien Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
World Health Organization. (1999). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications, Report of a WHO Consultation, Part 1: Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Geneva, 59p, WHO/NCD/NCS/99.2. http://whqlibdoc.who.int/hq/1999/WHO_NCD_NC S_99.2.pdf
World Health Organization. (2003). Section III : Disease-Specific Reviews, Adherence to Long-Term Therapies : Evidence for Action. Di unduh dari http://www.who. int/chp/knowledge/publicantions/adherence_section3.pdf.
Judul Penelitian : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan
Peneliti : Noor Diani NPM : 1006833911
Saya Noor Diani adalah mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, bermaksud melaksanakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah pengisian kuesioner mengenai biodata, pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner kurang lebih 30 - 60 menit.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan resiko apapun yang sifatnya merugikan, tetapi jika Bapak/ Ibu/ Saudara (i) ketika mengisi kuesioner ini merasa kelelahan, maka Bapak/ Ibu/ Saudara (i) berhak meminta untuk dihentikan dan akan dilanjutkan kembali sesuai dengan keinginan Bapak/ Ibu/ Saudara (i). Jika Bapak/ Ibu/ Saudara (i) tidak bersedia melanjutkan penelitian ini, maka saya akan menghargai keinginan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) dan tidak akan memaksakan.
Informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara (i) berikan selama prosedur penelitian akan peneliti jamin kerahasiaanya. Demikian penjelasan ini peneliti sampaikan dan atas perhatian dan partisipasinya dalam penelitian ini peneliti ucapkan terima kasih.
Banjarmasin, Desember 2012
Peneliti
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Lampiran 5
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertandatangan di bawah ini saya:
Nama :
Umur :
Alamat :
Tlp./HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan bersedia
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan
Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan”.
Adapun bentuk kesediaan saya ini adalah:
1. Bersedia untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang diminta atau
ditanyakan oleh peneliti
Keikutsertaan saya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Banjarmasin, Desember 2012
Mengetahui Peneliti
Noor Diani
Yang membuat pernyataan
_______________________ (Nama & Tanda tangan)
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN PRAKTEK PERAWATAN KAKI
PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
Petunjuk pengisian :Isilah pertanyaan berikut dan berikan tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai
A. Karakteristik responden 1. Inisial : ___________________ 2. Usia : ______tahun 3. Jenis kelamin :L / P 4. Lama menderita Diabetes Mellitus : ___________tahun 5. Pendidikan : Tidak Sekolah SD/MI SMP/MTs
SMA/MA Akademi/PT
6. Pekerjaan : Tidak bekerja Buruh Petani Pedagang
8. Pernah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan kaki Ya, Sebutkan oleh ................... Tidak
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Lampiran 7
B. Kuesioner pengetahuan klien tentang perawatan kaki
Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada kolom Benar atau Salah sesuai dengan pilihan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) ketahui berkaitan dengan perawatan kaki No Pertanyaan Benar Salah 1 Berapa kali Bapak/ Ibu/ Saudara (i) harus memeriksa kaki?
• Setiap hari• Dua kali seminggu• Lebih sering jika ketidaknyamanan atau rasa sakit
dirasakan diseluruh kaki• Setelah memakai sepatu baru• Permintaan dari dokter untuk melakukan hal tersebut
disetiap konsultasi2 Apa yang harus Bapak/ Ibu/ Saudara (i) perhatikan ketika
Bapak/ Ibu/ Saudara (i) memeriksakan kakinya? • Memeriksa area kaki termasuk telapak kaki, sela-sela jari
kaki, bagian depan kaki, dan tumit• Memeriksa setiap retakan kaki, lecet, kutil• Setiap adanya luka• Setiap adanya perubahan warna, misalnya memar,
kebiruan• Setiap adanya bengkak• Setiap adanya perubahan suhu
3 Tentang cara pemotongan kuku kaki • Memotong tiap sudut kuku kaki• Tidak memotong kuku kaki untuk menghindari luka• Memotong kuku kaki dengan lurus• Memotong kuku kaki sependek mungkin
4 Pada bagian mana dari kaki yang tidak tepat atau tidak boleh diberikan pelembab ? • Telapak kaki• Tumit• Sela-sela jari kaki• Permukaan/ Punggung kaki
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
No Pertanyaan Benar Salah 5 Apa yang harus dilakukan jika Bapak/ Ibu/ Saudara (i)
memiliki kutil pada kaki? • Menggunakan plester kutil• Rendam kaki di air dan potong kutil dengan gunting• Pergi ke ahli kecantikan• Menggunakan batu apung• Mengganti sepatu yang lebih baik
6 Apabila terjadi luka ringan pada kaki, apa yang harus Bapak/ Ibu/ Saudara (i) gunakan untuk mengobati luka tersebut? • Menggunakan Merkurokrom/ obat merah• Menggunakan obat ramuan tradisional• Memakai alkohol khusus bedah• Menggunakan cairan antiseptik seperti sabun• Menggunakan cairan NaCl atau cairan Infus
7 Apa yang harus digunakan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) untuk menjaga kaki tetap hangat di musim dingin? • Selimut Listrik• Botol air panas• Baskom berisi air panas• Kaos kaki berbahan katun atau wol
8 Apa yang harus dilakukan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) jika merasa sakit pada kaki? • Menggunakan plester herbal• Menggunakan air panas atau mencuci kaki dengan air jahe• Menggunakan obat tradisional• Berkonsultasi ke ahli perawatan kaki, perawat diabetes
atau dokter9 Jenis kaos kaki seperti apa yang sesuai untuk Bapak/ Ibu/
Saudara (i) ? • Katun• Sintetis• Wol• Nylon
10 Jenis sepatu yang tepat untuk digunakan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) ? • Sepatu yang terbuka bagian atas dan depannya• Sepatu Olahraga• Sepatu dengan tumit tinggi• Sepatu sendal
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
No Pertanyaan Benar Salah 11 Bagaimana Bapak/ Ibu/ Saudara (i) memilih sepatu agar
sesuai dengan kaki? • Membeli sepatu di pagi hari• Meminta teman atau anak untuk membelikan sepatu• Bentuk ujung sepatu yang datar dan sempit• Panjang sepatu setidaknya harus 1,5 cm lebih panjang dari
kaki12 Apa faktor risiko untuk ulkus kaki?
• Kulit yang pecah-pecah• Kapalan/ kallus tebal• Luka bakar• Sepatu yang tidak pas• Teknik pemotong kuku yang salah/ sembarangan• Menggunakan benda tajam untuk memotong kutil• Memakai alkohol bedah diantara jari-jari kaki
13 Pada kondisi seperti apa Bapak/ Ibu/ Saudara (i) harus membuat janji dengan ahli perawatan kaki/ podiatris? • Pada pertumbuhan kuku kaki• Tumbal/ Kalus yang menebal• Masalah dalam memilih sepatu• Masalah dalam perawatan kaki• Adanya luka ulkus pada kaki baru-baru ini, muncul dan
harus disembuh saat ini14 Pada kondisi seperti apa Bapak/ Ibu/ Saudara (i) harus
berkonsultasi dengan dokter atau ahli perawatan kaki/ podiatrist? • Luka yang membengkak atau bernanah• Tidak ada perbaikan setelah merawat sendiri luka selama 3
hari• Perubahan warna kaki, misalnya berubah mnjadi hitam• Setelah membeli sepasang sepatu baru
Sumber: Modifikasi Shiu & Wong (2011)
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Lampiran 8
C. Kuesioner praktik perawatan kaki
Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan pilihan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) lakukan atau tidak lakukan berkaitan dengan praktik perawatan kaki
No Aktivitas Dilakukan Ya Tidak
1 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari minum obat antidiabetik untuk mencegah komplikasi
2 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari mencuci kaki 3 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) menggunakan air hangat untuk
mencuci kaki/ saat mandi 4 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) sebelum menggunakan air
hangat terlebih dahulu mencek suhu air 5 Apakah kaki yang telah dicuci dikeringkan dengan lembut,
khususnya diantara jari kaki 6 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi bedak
agar tetap kering 7 Apakah bagian atas dan bawah kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i)
selalu diberi pelembab 8 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi
pelembab 9 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) jika menggunakan kaos kaki
sering mengganti kaos kaki. 10 Apakah kuku kaki yang panjang dipotong mengikuti bentuk
kuku sampai kesudut kuku (tidak lurus) 11 Apakah setiap hari Bapak/ Ibu/ Saudara (i) melakukan
pemeriksaan pada kaki 12 Apakah alas kaki yang digunakan nyaman dan tidak sempit 13 Apakah sebelum memakai sepatu Bapak/ Ibu/ Saudara (i)
selalu membersihkan bagian dalamnya terhadap benda-benda asing seperti kerikil atau benda-benda kecil lainnya
14 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu menggunakan alas kaki ketika berjalan
15 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) segera berkonsultasi ke dokter/ petugas/ahli yang menangani diabetes jika ada perubahan pada kaki dengan tanda-tanda : kemerahan, nyeri, atau adanya luka baik kecil maupun besar.
Sumber: Modifikasi Hasnain & Sheikh (2009)
Terima kasih atas kesediaannya telah mengisi kuisioner ini.
Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013
Lampiran 9
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN TAHUN 2012-2013
NO KEGIATAN September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Penyelesaian Bab 1 s.d 4
2. Ujian Proposal
3. Pengumpulan data 4. Analisisdanpenafsiran data 5. Ujianhasilpenelitian
Tempat, Tanggal Lahir : Banjarmasin, 17 Maret 1978
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat Rumah : Komplek Gotong Royong Perdana, Blok A, No.5, Rt.6 Rw.6, Jalan Gotong Royong, Kelurahan Mentaos, Kecamatan Banjarbaru Utara, 70711, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, HP. 081349331174.
Alamat Institusi : Jalan Ahmad Yani, Km 36, No.1, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Riwayat Pendidikan : • SD Negeri Surgi Mufti 1 Banjarmasin, lulus tahun 1990 • MTsN Mulawarman Banjarmasin, lulus tahun 1993• SMA Negeri 2 Banjarmasin, lulus tahun 1996• AKPER Depkes Banjarbaru, lulus tahun 1999• Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,lulus tahun 2004
• Magister Ilmu Keperawatan Fakultas IlmuKeperawatan Medikal Bedah, Universitas Indonesia(2011 – Sekarang)
Riwayat Pekerjaan : • Perawat Pelaksana RS Islam Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2000 – 2002)
• Staf Pengajar pada STIKES Cahaya BangsaBanjarmasin, Kalimantan Selatan (2006 – 2007)
• Staf Pengajar pada AKPER Intan Martapura,Kalimantan Selatan (2005 – 2009)
• Staf Pengajar pada Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat , Kalimantan Selatan (2006 – Sekarang)