Top Banner
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kajian Tentang Tindak Tutur 2.1.1 Pengertian tindak tutur. Suparno (1998 : 14-17) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan verba yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh penutur ketika berbahasa dalam peristiwa berbahasa tertentu. Sementara Hymes (dalam Ibrahim, 1994: 268). Menyatakan bahwa tindak tutur merupakan level yang paling sederhana namun paling menyulitkan. Dikatakan paling sederhana karena tindak tutur merupakan perangkat yang paling kecil yakni berada dalam peristiwa tutur, sedangkan dikatakan menyulitkan karena tindak tutur mempunyai perbedaan makna yang sangat tipis dengan makna istilah. Lebih lanjut,
58

Pengertiantindaktutur

Aug 12, 2015

Download

Documents

Mofa Erlambang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengertiantindaktutur

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kajian Tentang Tindak Tutur

2.1.1 Pengertian tindak tutur.

Suparno (1998 : 14-17) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan verba

yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh penutur ketika berbahasa

dalam peristiwa berbahasa tertentu. Sementara Hymes (dalam Ibrahim, 1994:

268).

Menyatakan bahwa tindak tutur merupakan level yang paling sederhana

namun paling menyulitkan. Dikatakan paling sederhana karena tindak tutur

merupakan perangkat yang paling kecil yakni berada dalam peristiwa tutur,

sedangkan dikatakan menyulitkan karena tindak tutur mempunyai perbedaan

makna yang sangat tipis dengan makna istilah. Lebih lanjut, Hymes

menegaskan bahwa tindak tutur harus dibebankan dengan kalimat dlam level

gramatika.

Tindak tutur memiliki bentuk yang bervariasi untuk menyatakan suatu tujuan.

Misalnya menurut ketentuan hukum yang berlaku di negara ini, "Saya

memerintahkan anda untuk meninggalkan gedung ini segera". Tuturan

tersebut juga dapat dinyatakan dengan tuturan "Mohon anda meninggalkan

tempat ini sekarang juga" atau cukup dengan tuturan "Keluar". Ketiga contoh

tuturan di atas dapat ditafsirkan sebagai perintah apabila konteksnya sesuai.

Page 2: Pengertiantindaktutur

Sehubungan dengan itu. Menurut Hymes, tindak tutur mendapatkan statusnya

dari konteks situasi, bentuk gramatikal, dan intonasinya. Dalam kaitannya

dengan uraian di atas, Hymes menyatakan bahwa lelucon, sapaan, dan salam

yang melibatkan pasangan partisipan dapat digunakan sebagai tindak tutur.

Dalam salam, misalnya jika seseorang memberi salam kepada orang lain,

maka orang tersebut dapat berharap adanya balasan dari salam yang

disampaikan.

Senada dengan pendapat Suparno, Taringan (1986) menyatakan bahwa tindak

tutur merupakan kalimat-kalimat. Dalam hal ini, ujaran yang diungkapkan

oleh penutur merupakan bagian integral dari keseluruhan kepribadian yang

mencerminkan pembicara dan konteks sosialnya, seperti lingkungan dan

pendidikannya. Lebih lanjut Leech (1983) dan Wijanal (1996:17) menyatakan

bahwa dalam tindak tutur itu sebenarnya terdapat tiga tindakan; yaitu tindak

lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur

untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur itu masih ada pada tataran linguistik.

Tindak ilokusi yaitu tindak tutur untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur

ilokusi ini sudah berada pada maksud/tujuan penutur. Aapun tindak tutur

perlokusi adalah yaitu tindak tutur untuk mempengaruhi lawan tutur. Oleh

karena itu, makna tindak tutur perlokusi ini berada pada mitra tutur.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

merupakan suatu verba yang menunjukkan aktivitas yang sedang dilakukan

oleh penutur ketika dia bertutur dalam peristiwa tuur. Dengan demikian,

tindak tutur selalu berada dalam peristiwa tutur. Dalam kaitannya dengan

Page 3: Pengertiantindaktutur

penelitian ini, tindak tutur merupakan jargon yang digunakan oleh peserta

lomba kerapan kambing di Kabupaten Pamekasan salah satu pakar filsafat dan

linguistik dari Inggris, J.L. Austin (dalam Ibrahim, 2002:323) menyatakan

pembedaan antara daya ilokusion dan daya erlokusion yang ada pada tindak

tutur, disamping daya lokasi menurut Austin mengucapkan sesuatu adalah

melakukan sesuatu, dan bahasa atau tutur dapat dipakai untuk membuat

kejadian karena kebanyakan ujaran, yang merupakan tindak tutur, mempunyai

daya-daya. Daya lokasi suatu ajaran adalah makna dasar dan referensi (makna

yang diakui oleh ujaran itu; daya ilokusi adalah daya yang ditimbulkan oleh

penggunanya sebagai perintah, ejekan, keluhan, janji, pujian, dan sebagainya.

Jadi, dalam hal tertentu, daya ilokusi itu merupakan fungsi tindakan tutur yang

padu (inheren) salam tutur.

Daya perlokusi adalah hasil atau efek ujaran terhadap pendengarnya, baik

yang nyata maupun yang diharapkan. Murmo Soemarmo (1998) memberikan

contoh dan ilustrasi, berikut. Seseorag datang kerumah temannya. Dan disana

dia berujar, "Rumahmu bersih sekali". Lokusi kalimat itu menggambarkan

keadaan rumah yang dimiliki pendengarnya, yaitu keadaan yang bersih sekali.

Dari sudut ilokusi, ucapan itu merupakan pujian, kalau keadaan rumah itu

dipercaya benar-benar bersih, jika keadaannya justru kotor, ucapan itu

menjadi "ejekan".

Hal tersebut menunjukkan adanya kesejajaran antara kategori fungsi tutur

dengan kategori perilaku sosial, sebagaimana ditunjukkan oleh kata antara

Page 4: Pengertiantindaktutur

daya ilokusi dengan perlokusinya, dan kesejajaran ini merupakan konsep

budaya yang berbeda dari satu masyarakat kemasyarakat lainnya.

Aslinda (2007:34) menjelaskan apabila seseorag ingin mengemukakan sesuatu

kepada orang lain, maka apa yang dikemukakannya itu adalah makna atau

maksud kalimat, namun, untuk menyampaikan makna atau maksudnya itu,

orang tersebut harus menuangkannya dalam wujud tindak tutur tindak tutur

mana yang akan dipilihnya sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1. Dengan bahasa apa ia harus bertutur.

2. Kepada siapa ia harus menyampaikan tuturannya.

3. Dalam situasi bagaimana tuturan itu disampaikan, dan

4. Kemungkinan-kemungkinan struktur manakah yang ada dalam bahasa

yang digunakannya.

Dengan demikian satu maksud tuturan perlu dipertimbangkan berbagai

kemungkinan tindak tutur sesuai dengan posisi penutur, situasi tutur, dan

kemungkinan struktur yang dalam bahasa itu.

2.1.2 Jenis-jenis tindak tutur.

Wijana (1990:30) membagi tindak tutur menjadi dua macam; yaitu tindak

tutur langsung dan tindak tutur tindak langsung. Dikatakan sebagai tindak

tutur langsung karena informasinya dinyatakan secara langsung, berupa

perintah, permohonan, ajakan dan larangan. Misalnya "Nyalakan lampu",

"Jangan dimakan kue itu sudah tidak layak!", "Mari ikut saya", dan

sebagainya.

Page 5: Pengertiantindaktutur

Tindak tutur tidak langsung dapat berupa kalimat berita atau kalimat tanya

yang mengandung makna perintah. Misalnya tuturan "Radionya kurang jelas".

Tuturan pada contoh di atas, mengandung arti yang sebenarnya, yakni penutur

memang tidak dapat mendengar radio yang dibunyikan dengan volume yang

sangat kecil. Oleh karena itu, tuturan tersebut dapat ditafsirkan sebagai

permintaan agar mitra tutur membesarkan volume agar suaranya dapat

didengar dengan jelas. Akan tetapi apabila disampaikan oleh seseorang yang

merasa terganggu konsentrasi belajarnya agar lawan bicara mematikan radio

yang terlalu keras di dengarnya, maka tuturan ini memiliki makna yang lain

sama sekali ditafsirkan sebagai perintah untuk mematikan/ mengecilkan

volume radio agar suara radio tidak mengganggu konsentrasi belajarnya.

Tuturan "Dimana sapunya" dalam bentuk kalimat tanya jawab di atas, apabila

disampaikan oleh orang tua kepada anaknya, sebenarnya memiliki maksud

dan tujuan untuk memerintah. Dengan demikian, pertanyaan tersebut tidak

semata-mata menanyakan informasi melainkan perintah yang dinyatakan

secara tidak langsung.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung

merupakan ungkapan verbal yang berisi ajakan, perintah, permintaan,

permohonan dan larangan yang dinyatakan secara langsung, sedangkan tindak

tutur tidak dinyatakan secara langsung, sedangkan tindak tutur tidak langsung

merupakan ungkapan verbal yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan dan

pertanyaan yang sebenarnya di dalamnya memiliki maksud untuk

memerintah, mengajak, meminta, memohon, ataupun melarang.

Page 6: Pengertiantindaktutur

Sementara itu, Levinson (1983) dalam Suparno (1998:13) membagi tindak

tutur dalam lima macam yaitu; (1) tindak tutur representatif, (2) tindak tutur

komisif, (3) tindak tutur direktif, (4) tindak tutur ekspresif, dan (5) tindak

tutur deklratif.

Tindak tutur repersentatif merupakan tindakan berbahasa yang

memungkinkan penutur dapat mempresentasikan (menghadirkan sesuatu

dengan bahasa). Misalnya :

(1) Tadi di Lawangan ada gerbong kereta yang anjlok.

(2) Monumen nasional itu dirancang oleh Sukarno.

Tindak tutur komisif merupakan tindak berbahasa yang memungkinkan

penutur melakukan suatu tindakan. Sumpah dan janji termasuk tindak

berbahasa komisif, seperti yang tampak pada contoh berikut:

(1) Demi Allah, saya tidak mengetahui persoalan itu.

(2) Jangan khawatir, saya akan selalu berada di sampingmu dalam keadaan

apapun.

Tindak tutur direktif merupakan tindak berbahasa yang memungkinkan lawan

tutur melakukan sesuatu tindakan menyuruh, memohon, mengusulkan,

memerintah dan sebagainya.,

Merupakan tindak tutur direktif seperti yang tampak pada contoh-contoh

berikut ini:

(1) Kembalikan uang itu secepatnya, saya membutuhkan dalam waktu dekat.

(2) Jika Bapak tidak keberatan, kehadiran Bapak sangat kami tunggu pada

acara akad nikah anak kami.

Page 7: Pengertiantindaktutur

(3) Segenap perwira kami perintahkan untuk memobilisasi barisan. Kerjakan !

Tindak tutur ekspresif merupakan tindak berbahasa yang mendorong penutur

menyatakan isi perasaan, pikiran, dan sikapnya. Tindak berbahasa ini dapat

berupa permintaan maaf, penyampaian ucapan terima kasih, penyampaikan

rasa gembira, penyampaian rasa penyesalan, dan lain-lain. Contoh :

(1) Maaf pak, saya datang terlambt, saya merasa senang kalau diperbolehkan

masuk.

(2) Pada kesempatan kali ini saya menyampaikan terima kasih kepada Bapak

yang telah mengijinkan kami mengambil data di perusahaan ini.

Tindak tutur deklaratif merupakan tindak berbahasa yang memungkinkan

penutur mendukung tindak berbahasa orang lain. Dukungan itu dapat berupa

pemantapan, atau pembenaran, seperti tampak pada contoh berikut ini:

(1) Anda benar, rumah ini kurang cocok untuk keluarga besar.

2.2 Hakikat Bahasa

2.2.1 Pengertian Bahasa

Kalau melihat dan membaca buku Linguistik dari berbagai pakar akan kita

jumpai berbagai rumusan mengenai hakikat bahasa. Rumusan-rumusan itu

kalau kita lihat akan menghasilkan sebuah ciri yang merupakan hakikat

bahasa. Ciri-ciri yang merupakan hakikat bahasa itu antara lain, adalah bahwa

bahasa itu sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif,

dinamis, beragam, dan manusiawi.

Berikut ini ciri-ciri secara singkat (Chaer, 2003: 7-14)

Page 8: Pengertiantindaktutur

a. Bahasa adalah sebuah sistem artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

komponen yang berpola secara tetap dan dapat di kaidahkan.

b. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau

konsep.

c. Lambang bunyi itu bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang

dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah, dan tidak

dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.

Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi

konvensional, artinya setiap penutur bahasa akan mematuhi antara

lambang dengan yang dilambangkan.

d. Bahasa itu bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas,

namun dapat dibuat satuan-satuan yang hampir tidak terbatas.

e. Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya bahasa itu tidak terlepas dari

berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Perubahan itu dapat terjadi pada tataran Fonologi, Morfologi, Sintaksis,

Semantik, dan Leksikal.

f. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai sebuah

kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan

oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan

kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam

tataran Fonologi, Morfologi, Sintaksis, maupun tataran Leksikal.

g. Bahasa itu bersifat manusiawi, artinya bahasa sebagai alat komunikasi

verbal hanya dimiliki manusia.

Page 9: Pengertiantindaktutur

Ciri-ciri bahasa seperti yang dibicarakan di atas, yang menjadi indikator akan

hakikat bahasa adalah pandangan Linguistik Umum (General linguistics),

yang melihat bahasa sebagai bahasa. Menurut pandangan sosiolinguistik

bahasa itu juga mempunyai ciri sebagai alat interaksi sosial dan sebagai alat

mengidentifikasikan diri.

2.2.2 Pengertian Bahasa.

Bahasa adalah alat komunikasi sehari-hari dalam masyarakat, yang berupa

lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap (Chaer, 2003:10).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian bahasa adalah sistem

lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat

sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai oleh alat komunikasi untuk

melahirkan perasaan dan pikiran (Moeliono, dkk, 1994-203).

Bahasa dalam pengertian sehari-hari adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa

tulis merupakan pencerminan kembali dari bahasa lisan itu ke dalam bentuk

simbol-simbol tertulis. Pada percakapan lisan jelas terdengar bahwa kata-kata

telah dirangkai satu sama lain, serta disana sini terdengar perhentian sebentar

atau agak lama dengan suara menaik atau menurun. Disamping itu masih

terdengar ekspresi air muka seperti menggerak alis, mengangguk kepala,

mengangkat bahu, mengacungkan tangan, dll. Semua itu beigut biasa dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga tidak timbul persoalan bagi pendengar. Setiap

orang yang diajak bicara langsung memahami fungsi dari suara naik turun,

apa makna dari tuturan yang disampaikan dalam tempo yang singkat atau

dalam tempo yang relatif lama.

Page 10: Pengertiantindaktutur

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,

melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptkan kerja sama

dengan sesama warga. Dalam pengalaman sehari-hari atau katakanlah sejak

kecil hingga seseorang meningkat dewasa, bahasa perseorangan mengalami

perkembangan sejalan dengan bertambahnya usia dan pengalaman seseorang.

Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia, dan makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal

dengan barang atau hal yang diwakilkannya itu. Bunyi itu merupakan getaran

yang merangsang alat pendengaran kita, sedangkan arti adalah isi yang

terkandung di dalm arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari

orang lain.

Dari uraian diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa bahasa merupakan satu-

satunya alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, beradaptasi,

berinteraksi antar kelompok sosial.

2.2.3 Fungsi-Fungsi Bahasa.

Secara tradisional kalau ditanyakan apakah bahasa itu akan dijawab bahwa

bahasa adalah alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi, dalam arti alat untuk

menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Oleh karena itu

fungsi bahasa itu antara lain dapat dilihat dari sudut pandang penutur,

pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan (Chaer, 2003:17).

Dari fungsi bahasa di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dilihat dari Penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi,

maksudnya si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya.

Page 11: Pengertiantindaktutur

Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa tetapi

memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturan. Dalam hal ini

pihak si Pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah,

atau gembira.

b. Dilihat dari segi Pendengar, maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu

mengatur tingkah laku pendengar. Di sini juga bahasa itu tidak hanya

membaut si pendengar yang sesuai dengan yang dimaui si Pembicara.

2.3 Variasi Bahasa atau Ragam Bahasa

Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi

Sosiolinguistik, sehingga Kridalaksana (Dalam Ibrahim, 1995:65)

mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai cabang Linguistik yang berusaha

menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi

bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.

Ciri-ciri variasi bahasa atau ragam bahasa menurut Chaer (dalam Ibrahim,

1995:66) sebagai berikut:

a. Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi

bahasa yang disebut idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau

idiolek masing-masing. Variasi berkenaan "warna" suara, pilihan kata, gaya

bahasa, susunan kalimat dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah

"warna" suara itu, sehingga jika cukup akrab dengan seseorang, hanya

dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya kita dapat

mengenalinya.

Page 12: Pengertiantindaktutur

b. Variasi bahasa kedua berdasarkan Penuturnya adalah yang disebut dialek,

yakni variasi bahasa dari sekelompok Penutur dari jumlahnya yang relatif,

yang berbeda pada suara tempat, wilayah atau area tertentu. Karena dialek ini

berdasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini

lazim disebut dialek areal, dialek regional, atau dialek geografi. Pada peutur

dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing

memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada dalam satu

dialek, yang berbeda dengan kelompok Penutur yang lain, yang berada dalam

dialeknya sendiri dengan yang menandai dialeknya juga.

c. Variasi ketiga berdasarkan Penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek

temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada

masa tertentu.

d. Variasi bahasa yang keempat berdasarkan Penuturnya adalah apa yang

disebut sosiolek, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status,

golongan, dan klas sosial para penuturnya.

Kreativitas penciptaan jargon tidak dapat dipisahkan dari sifat kedinamisan yang

dimiliki bahasa. Kedinamisan bahasa menuntut adanya perkembangan dalam

bahasa, yang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Ini semua

bergantung pada kebutuhan dan kehendak masyarakat pemakainya. Struktur yang

dimiliki setiap bahasa, menurut Soeseno Kartomihardjo (1988:8) memang

memiliki mekanisme yang melayani perkembangan bahasa. Oleh karena itu,

setiap penutur bahasa berkesempatan untuk (1) menciptakan kata-kata baru, (2)

menggunakan kata-kata lama dengan maksud baru, (3) membuat kalimat-kalimat

Page 13: Pengertiantindaktutur

termasuk yang baru, menjadi suatu wacana yang sama sekali baru sekali baru

kata benci akronim dari "benar-benar cinta", merupakan contoh dari kata-kata

baru yang diciptakan pemakai bahasa. Contoh dari pernyataan lain dapat digali

sebanyak-banyaknya dalam Bahasa Indonesia, yang secara otomatis keempat

konsep diatas dapat dijadikan ciri jargon, ditinjau dari proses penciptaan jargon

(Ibrahim, 1993 : 131) mengemukakan ciri jargon dari sisi yang lain. Menurutnya,

argot para penyamun, slank dari kelompok-kelompok pemuda, slank dari

kelompok pelancong dari kelompok-kelompok jabatan yang lain memperoleh

hasil yang sama dengan memberikan makna khusus pada nomina, verbal dan

adjektif umum. Dari analisis ini sepertinya sorotan utama bertumpu pada

pemberian makna tersendiri terhadap beberapa jenis kata. Dalam hal ini kata

benda, kata kerja, dan kata sifat. Tidak mustahil pada jenis kata lain juga

mengalami peristiwa bahasa yang sama.

2.4 Kajian Tentang Jargon.

2.4.1 Pengertian Jargon.

Jargon merupakan variasi dialek sosial yang digunakan secara terbatas oleh

kelompok profesi tertentu dan lingkungan tertentu pula. Orang yang bulan

kelompoknya tidak mengerti dan memahami terhadap ungkapan-ungkapan

yang digunakan dalam interaksi over anggota dalam kelompok tersebut

meskipun ungkapan ungkapan tersebut bukan rahasia (Ibrahim, 2001:33).

Pengertian jargon dalam "Thesaurus : Oxford Thesaurus of English" oleh

Maurice Waite (2004) dinyatakan bahwa jargon adalah bahasa khas, teknis,

idiom tertentu, selanga dan lain sebagainya. Yaitu "specialized language,

Page 14: Pengertiantindaktutur

technical language, slang, cnt, idiom, argot, patter, patois, vernacular,

computerese, legalese, bureaucratese, journalese, psychobable, unintelligible

language, obscure language, gobbledegook, gibberish, double Dutch".

Menurut "The Oxford Companion to the English Language" oleh Tom Mc.

Arthur (1996) istilah jargon ini muncul pada abad ke-14 yang merupakan

istilah Bahasa Inggris Abad Pertengahan (Midle English) yaitu "iaro(u)n",

"gargoun", "girgoun" yang berarti kicauan, nyanyian burung-burung,

pembicaraan yang tidak bermakna, merepet/ membual atau mericau.

Jargon ini juga terdapat dalam istilah Bahasa Perancis yaitu "jargoun",

"gargon" dan "gergon". Kemungkinan makna asalnya yaitu bunyi "echo" dan

merupakan istilah umum yang sering kali mengacu kepada bahasa asing

pedalaman yang bermacam-macam. Hal itu dapat ditemukan dalam ucapan

yang dirasakan sebagai merepet atau ucapan-ucapan kosong (mumbo jumbo),

slang, bahasa pidgin atau bahasa khas dalam perdagangan, profesi atau

kelompok lainnya (Internet dengan situs :

http://baikoeni.multiply.com/journal/item/136).

Meskipun jargon memainkan peranan legitimasi, namun dalam prakteknya

isitlah jargon tersebut sering pula mengalami penyalahgunaan oleh kalangn

tertentu yang menggunakan jargon untuk tujuan menyesatkan orang lain.

Menurut Ibrahim (2001:33) Jargon merupakan variasi dialek sosial yang

digunakan secara terbatas oleh kelompok profesi tertentu dan lingkungan

tertentu pula. Orang yang bukan kelompoknya tidak mengerti dan memahami

Page 15: Pengertiantindaktutur

terhadap ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam interaksi antar anggota

dalam kelompok tersebut. Sedangkan AS Hornby (dalam Chaer, 1974:545)

mengatakan, "Language full of technical or spesial words". Artinya jargon

adalah bahasa yang penuh dengan kata-kata teknis atau spesial. Istilah teknis

atau spesial tersebut menggambarkan adanya kekhususan ini menjadi identitas

suatu kelompok sosial dan cenderung tidak dipahami oleh kelompok sosial

lainnya. Istilah-istilah khusus dalam jargon hampir dipastikan terdapat dalam

semua bidang kehidupan. Setiap bidang keahlian, jabatan, lingkungan

pekerjaan, masing-masing mempunyai bahasa khusus yang sering tidak

dimengerti oleh kelompok lain.

Pemakaian jargon terbatas pada suatu kelompok sosial tertentu, maka jargon

dipakai dalam situasi tidak resmi. Gorys Keraf (1988:107) mengartikan jargon

sebagai kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang tertentu.

Pernyataan seperti ini, maka pemaknaan jargon harus disikapi sebagai bahasa

yang sangat khusus. Oleh karena itu, jargon hanya dapat dipakai dalam situasi

tidak resmi. Sedangkan dalam situasi resmi, pemakai jargon akan

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh

masyarakat umum secara luas. Ini berarti, dalam situasi lain yang menuntut

keresmian suasana, bahasa resmi atau baku yang mereka gunakan.

Menurut Pateda (1990:70) jargon adalah pemakaian bahasa dalam setiap

bidang kehidupan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap bidang keahlian,

jabatan, lingkungan pekerjaan, masing-masing mempunyai bahasa khusus

Page 16: Pengertiantindaktutur

yang sering tidak dimengerti oleh kelompok lain. Jargon merupakan wujud

dari variasi bahasa yang disebabkan oleh faktor sosial.

2.4.2 Bentuk-Bentuk Jargon.

2.4.2.1 Jargon Bentuk Kata.

Jargon yang berbentuk kata artinya jargon yang digunakan oleh suatu

kelompok sosial, bentuk kebahasaannya berupa kata. Jargon yang berbentuk

kata ini selanjutnya dapat diperinci menjadi beberapa jenis kata, yaitu kata

benda, kata kerja dan kata sifat. Kata benda adalah (nomina) atau yang

mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Kata

kerja adalah (verba) adalah kata yang menyatakan makna, perbuatan,

pekerjaan, tindakan atau keadaan. Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang

dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, binatang, atau benda.

(Maryani, 2004:344).

2.4.2.2 Jargon Bentuk Singkatan dan Akronim

Yang dimaksud jargon yang berbentuk singkatan adalah jargon yang dibentuk

dengan cara memendekkan suatu kata dengan cara menanggalkan beberapa

bagian yang terdapat dalam kata tersebut. Bagian yang dihilangkan biasanya

bentuk-bentuk vokal, dan yang dipertahankan adalah konsonan awal pada

masing-masing suku kata.

Sedangkan jargon yang berbentuk akronim adalah jargon singkatan yang

dibentuk dengan cara menggabungkan huruf dengan suku kata, sehingga

dapat dilafalkan secara wajar.

2.4.2.3 Jargon Bentuk Walikan.

Page 17: Pengertiantindaktutur

Jargon yang berbentuk walikan artinya jargon itu diungkapkan dalam bentuk

verbal dengan cara membalik kata-kata atau ungkapan yang sudah ada.

Biasanya maknanya sama dengan kata yang dibalik tiu. Jargon berbentuk

walikan dalam pembentukan kata-katanya sangat bervariasi. Variasi-variasi

tersebut antara lain, (1) pembalikan sederhana, (2) pembalikan dengan

perubahan fonem, (3) pembalikan dengan pengurangan fonem, dan lain-lain

(Ibrahim, 1995:78).

Bagi orang atau kelompok yang memahaminya, jargon merupakan bahasa

untuk mempermudah penuturnya mengungkapkan keterangan yang panjang

dan berbelit-belit. Ketika digunakan oleh anggota kelompok tertentu, dalam

berbagai penelitian mengenai jargon ditemukan bahwa bahasa ini digunakan

selama operasi sebagai alat komunikasi dan informasi yang faktual, ringkas

dan jelas.

Kemampuan untuk memahami dan menggunakan jargon dalam sebuah

kelompok tertentu merupakan label identifikasi. Kemampuan sesorang

menggunakan jargon akan berpengaruh terhadap kredibilitasnya dalam

kelompok tersebut. Kemampuan menggunakan jargon menunjukkan bahwa

Penutur tersebut layak berada dalam kelompok tersebut sehingga dapat

diterima karena kemampuan memahami ide dasarnya. Disamping itu

penggunaan jargon dapat meningkatkan imej, citra dan prestise

penggunaannya apalagi jargon itu dikaitkan dengan profesi tertentu yang

dinikmati oleh kelas sosial yang tinggi.

2.4.3 Ciri-Ciri Jargon.

Page 18: Pengertiantindaktutur

Teori Austin yang paling berpengaruh adalah tentang ujaran performatif, yaitu

ujaran yang mengandung tindakan bebas dari urusan benar-salah. Teori ini

kemudian dilepas-kembangkan menjadi teori tindak tutur. Terdapat tiga tindak

dalam melakukan ujaran menurut Austin, yaitu tinadk lokusi (tindak

melakukan ujaran), ilokusi (tindak membentuk ketika berujar), dan tindak

perlokusi (tindak untuk mencapai efek tertentu terhadap pendengar). Jargon

itu adalah bentuk ujaran performatif karena suadh memenuhi empat ciri-ciri

ujaran performatif menurut Austin, yaitu 1. Diucapkan oleh orang pertama

(persona pertama), 2. Orang yang mengucapkannya hadir dalam situasi

tertentu, 3. Bersifat Indikatif (mengandung pernyataan tertentu, bukan makna

asli dari suatu kata, rahasia dan bahasanya mudah), 4. Orang yang

mengucapkannya terlibat secara aktif dengan isi pernyataan tersebut karena

merupakan suatu kelompok (Internet dengan situs:

http://theworldisword.blogspot.com/2008/07/kuasa-bahasa-blog.html).

2.4.4 Fungsi Jargon

Jargon ini antara lain berfungsi sebagai "Bahasa yang Mudah" dan

"Merupakan Identifikasi Kelompok Tertentu" yang dapat diterangkan sebagai

berikut:

a. Sebagai Bahasa yang Mudah

Bagi orang atau kelompok yang memahaminya, jargon merupakan bahasa

untuk mempermudah penuturnya mengungkapkan keterangan yang

panjang dan berbelit-belit. Ketika digunakan oleh anggota kelompok

tertentu, jargon menjadi bahasa yang efisien dan efektif. Bagi kelompok

Page 19: Pengertiantindaktutur

paramedis, istilah pemindahan organ tubuh seperti kandung kemih,

empedu (saluran kencing) melalui operasi disebut dengan".

"Cholecystectomy dalam berbagai penelitian mengenai jargon ditemukan

bahwa bahasa ini digunakan selama operasi sebagai alat komunikasi and

informasi yang faktual, ringkas dan jelas. Dalam bidang biologi, para

pakar bidang ini menggunakan istilah-istilah tertentu yang merujuk

kepada tumbuhan ataupun tanaman tertentu seperti padi dengan

menggunakan istilah "Orriza Sativa" atau menyatakan tumbuhan yang

dikenal masyarakat umum sebagai pakis sarang burung dengan

menggunakan istilah "Asplenium Nidus" dan lain sebagainya. Dalma

profesi hukum dan perundang-undangan pula, istilah hukum tertentu

dihasilkan melalui proses yang panjang sehingga sampai kepada defenisi

yang pas sehingga dikenal sebagai jargon. Contohnya adalah istilah

"involuntary conversion" yang artinya sama dengan kehilangan atau

kerusakan barang karena pencurian ataupun kecelakaan.

b. Sebagai Identifikasi Kelompok Tertentu.

Kemampuan untuk memahami dan menggunakan jargon dalam sebuah

kelompok tertentu merupakan label identifikasi. Kemampuan seseorang

menggunakan jargon akan berpengaruh terhadap kredibilitasnya dalam

kelompok tersebut. Kemampuan menggunakan jargon menunjukkan

bahwa penutur tersebut layak berada dalam kelompok tersebut sehingga

dapat diterima karena kemampuan memahami idea dasarnya. Disamping

itu penggunaan jargon dapat meningkatkan imej, citra dan prestige

Page 20: Pengertiantindaktutur

penggunaanya apalagi jargon itu dikaitkan dengan profesi tertentu yang

dinikmati oleh kelas sosial yang tinggi. Meskipun jargon memainkan

peranan legitimsi, namun dalam prakteknya istilah jargon tersebut sering

pula mengalami penyalahgunaan oleh kalangan tertentu yang

menggunakan jargon untuk tujuan menyesatkan orang lain. Bagi

kelompok yang tidak professional maupun tidak berprofesi, penggunaan

bahasanya dinilai penuh dengan istilah maupun kalimat yang tidak seperti

bahasa umumnya sehingga sulit dipahami oleh orang kebanyakan. Namun

bagi anggota kelompok professional tersebut, penggunaan istilah itu

sangat akrab dan mencapai matlamat yang sesungguhnya. Karena faktor

kemudahan dan keakrabannya inilah, jargon dapat mengungkapkan teknis

dan gaya yang menjadi ciri khas dalam kelompok tersebut (Internet

dengan situs:

http://baikoeni.multiply.com/journal/item/136).

2.5 Tinjauan Jargon Sebagai Bentuk Variasi Bahasa dalam Tindak Tutur.

Jargon sebagai bentuk variasi bahasa dalam tindak tutur sebagai bahasa lainnya

memiliki fungsi bahasa bervariasi. Fungsi jargon sebagai tinadk tutur dapat

dilihat dari pesan komunikasinya. Pesan komunikasi tersebut diungkapkan

dengan menggunakan bahasa rahasia. Kerahasiaan jargon digunakan dalam

komunikasi semua anggota kelompoknya, dan bahkan digunakan pula dalam

berkomunikasi dengan masyarakat di luar kelompoknya. Penggunaan jargon

terhadap masyarakat di luar kelompoknya biasanya kurang efektif karena pada

umumnya mereka tidak memahami maknanya, sehingga fungsi jargon dalam hal

Page 21: Pengertiantindaktutur

ini kurang komunikatif. Fungsi jargon sangat efektif apabila pemakai sesama

anggota kelompok masyarakat yang memiliki pemahaman yang sama terhadap

makna jargon tersebut misalnya sesama penjudi togel.

Sehubungan dengan fungsi ini Searle dalam Pateda (1990:5-7) mengelompokkan

tindak tutur khususnya ilokusi berdasarkan tindakan yang dilakukan dalam suatu

pertuturan adalah (1) tindak tutur representatif, (2) tindak tutur direktif, (3) tindak

tutur komisif, (4) tindak tutur ekspresif, (5) tindak tutur deklaratif. Dengan

demikian, jargon sebagai tindak tutur penjudi togel di Kabupaten Pamekasan

dalam interaksi sosialnya memiliki fungsi representatif, direktif, komisif,

ekpresif, dan deklaratif. Untuk memperjelas fungsi bahasa di atas selanjutnya

dideskripsikan uraiannya sebagai berikut:

Pertama, fungsi representatif. Fungsi representatif adalah fungsi bahasa yang

berorientasi pada cara penyampaian suatu hal atau masalah oleh seseorang

penutur dengan menggunakan propinsi tertentu, sehingga memakili ekspresi

kebenaran dari sesuatu yang disampaikannya. Abdul Wahab (2001:23 dalam

Magister) fungsi ini disebut fungsi "informasional".

Kedua, fungsi direktif. Fungsi direktif adalah fungsi suatu tuturan yang

bermuatan dorongan bagi penutur (lawan bicara) untuk melakukan sesuatu,

misalnya memohon, memerintah, mendesak, menentang, meminta. Karakteristik

dari fungsi ini adalah (1) timbulnya suatu tindakan (baik dalam melakukan

maupun berhenti melakukan sesuatu) sebagai respon dari isi tuturan, (2) masing-

masing dengan norma sosial, dan (3) jika suatu tuturan dalam bentuk direktif

Page 22: Pengertiantindaktutur

tidak direspon sedemikian rupa maka dapat diduga terjadi ketidak pahaman

dalam proses komunikasi.

Ketiga, fungsi komisif. Fungsi bahasa ini adalah menuntut tanggung jawab

penuturan untuk melakukan sesuatu, misalnya berjanji, mengancam, bersumpah,

menawarkan, meminjam, dan sejenisnya.

Keempat, fungsi ekspresif. Rungsi ini adalah mengekspresikan sikap psikologis

penutur terhadap sesuatu, misalnya permintaan maaf, ucapan terima kasih,

memuji, mengkritik atau menyindir, memaki, pengungkapan rasa kecewa/

gembira, suka/ tidak suka. Pernyataan ekspresif dapat diterima sebagai suatu

yang wajar dalam bahasa tertentu, tetapi tidak wajar dalam bahasa lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penutur dalam

berkomunikasi antar anggota kelompok sering menggunakan bentuk argon

adalah sebagai bentuk solidaritas antaaar anggota kelompok sosialnya, sehingga

mereka berusaha secara kreatif menciptakan jargon dengan berbagai bentuknya

yang digunakan secara terbatas oleh kelompoknya. Orang yang bukan anggota

kelompoknya mengalami kesulitan untuk memahami terhadap ungkapan-

ungkapan yang digunakan dalam melakukan interaksi antar anggota kelompok

tersebut, meskipun ungkapan-ungkapan tersebut bukan rahasia, karena sebaguan

jargon dicitakan merupakan dari kat yng aseacaar umum digunakan oleh

masyarakat secara luas.

2.6 Peserta Lomba Kerapan Kambing.

Kerapan kambing adalah salah satu budaya "baru" di Madura berawal dari

sekedar kesenangan untuk mengisi waktu luang. Kini kerapan kambing berubah

Page 23: Pengertiantindaktutur

menjadi demam yang merebak di pulau Madura. Walaupun belum sepopuler

kerapan sapi yang lebih dulu dikenal, kerapan kambing mulai banyak digemari.

Peserta lomba kerapan kambing berasal dari golongan masyarakat menengah

kebawah, karena harga kambing kerapan lebih terjangkau dibandingkan sapi

kerapan. Dalam kerapan kambing, kambing-kambing yang dilombakan tidak

dibedakan ukurannya baik besar atau kecil. Kambing yang dilombakan adalah

kambing betina dengan usia kambing antara 3-4 bulan.

Perbedaan kambing kerapan dengan kambing peliharaan lain terletak

perawatannya. Kambing kerapan harus mendapat pelayanan ekstra dari si

pemilik. Makanan yang diberikan tidak asal-asalan. Setiap hari diberikan ramuan

jamu yang harus diminum, juga terapi pijat yang juga harus rutin diberikan.

Tak salah memang bila kambing-kambing kerapan ini akan mendapat sesuatu

yang lebih. Bila ia bisa sukses diarena kerapan, bukan saja akan memberikan

kesenangan, tapi juga kebanggaan, konon setiap kemenangan yang diraih juga

mampu mengangkat nama pemiliknya. Setidaknya menjadi terkenal di kalangan

tersebut.

Page 24: Pengertiantindaktutur

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan

data yang diambil adalah sumber lisan dengan menggunakan alat perekam dan

disusun makna kata dari tuturan tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif

yaitu prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2003: 4)]

Data dalam penelitian ini bersifat deskriptif maksudnya data yang dikumpulkan

berbentuk tuturan yang bersifat makna kata sehingga laporan hasil penelitian

berisi makna kata dalam tuturan dari data sebagai ilustrasi dan untuk memberi

dukungan atas apa yang disajikan.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (dalam Moleong, 2005: 4).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melukiskan, memaparkan,

menuliskan dan melaporkan suatu keadaan, suatu penyingkapan fakta (Dhohiri

dkk, 2000: 95). Menurut Surakhmad penelitian dengan rancangan deskriptif

mempunyai beberapa karakteristik (1) Pemusutan pada gejala aktual, (2) Tidak

diarahkan untuk menguji hipotesis, (3) melukiskan Variabel atau kondisi secara

apa adanya, (4) Data dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis, (5)

setiap langkah penyelidikan dijelaskan secara teliti dan terinci, baik mengenai

Page 25: Pengertiantindaktutur

dasar-dasar metodologi maupun mengenai teknik secara khusus (Dhohiri dkk,

2000 : 95-96).

Denzin dan Lincoln (1995) menulis bahwa penelitian kaulitatif adalah

pengumpulan data pada suatu latar iliah, dengan menggunakan metode alamiah

dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah, dan

dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Jelas definisi ini

memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, dan

dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.

3.2 Sumber Data.

Berkaitan dengan penelitian, yang dijadikan sumber data penelitian adalah

peserta lomba kerapan kambing di Pamekasan sebagai sumber data utama.

Masyarakat di luar komunitas peserta kerapan kambing. Menurut Lofland dan

Lofland (dalam Moleong, 2005:17), sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah manusia, benda, kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

3.3 Data Penelitian

Data merupakan fakta-fakta atau keterangan yang digunakan sebagai sumber

yang telah diseleksi untuk dijadikan sebuah bukti. Data dalam penelitian ini

adalah tindak tutur lisan peserta lomba kerapan Kambing sehingga dalam

penelitian kualitatif ini meghasilkan jargon dalam tindak tutur lisan peserta

lomba kerapan kambing di kabupaten Pamekasan. Data tersebut ditranskripsikan

dari hasil rekaman melalui alat perakam. Transkip tulisan yang diambil dari data

rekaman yang lengkap dengan konteks yang melingkupi tuturan tersebut

Page 26: Pengertiantindaktutur

merupakan data asli digunakan sebagai lampiran (diletakkan sebagai lampiran).

Wujud data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah tindak tutur lisan berupa

jargon (penggunaan bahasa komunitas peserta lomba kerapan kambing). Tuturan

itu direkam melalui audio kemudian distranskripsikan kedalam bentuk tulisan

ortografis. Tulisan yang telah ditranskripkan lalu dipilah mana yang termasuk

jargon (menurut Peneliti berdasarkan perimbangan ilmu pengetahuan tentang

jargon serta keasingan kata yang dijumpai). Wacana hasil akhir transkripsi

tersebut selanjutnya dianalisis dengan masalah penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian dapat melalui, 1) Studi kepustakaan,

2) Analisis isi media massa, 3) Observasi atau pengamatan langsung di lapangan,

4) Wawancara, 5) Kuesioner, 6) Tes (kombinasi dari yang ada) (Dhohiri,

2000:118). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

observasi langsung sebagai metode utama. Sebagai metode pendamping

menggunakan wawancara (tanya jawab secara bebas dengan mengikuti konteks

pada saat observasi ke lapangan)

Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data utama melalui merekam secara

langsung tindak tutur lisan peserta lomba kerapan Kambing dengan alat perekam

lalu mentransipkan ke dalam tulisan ortografis. Dapat dikatakan observasi dan

catatan lapangan digunakan sebagai alat pengumpul data yang utama. Metode

pendamping menggunakan wawancara dan angket.

Page 27: Pengertiantindaktutur

a. Observasi yaitu untuk mengamati secara langsung tuturan pada subjek.

Dalam kegiatan observasi ini peneliti erbaur secara langsung pada saat lomba

kerapan kambing peneliti berkomunikasi dengan para peserta.

b. Rekaman yaitu merekam tindak lisan peserta lomba kerapan Kambing di

pamekasan. Hasil rekaman itu ditranskripsikan ke dalam bahasa tulis dan

digunakan sebagai bahan untuk dianalisis. Data tertulis tersebut terbagi dalam

beberapa percakapan atau beberapa tuturan. Hasil transkrip atau yang berupa

tuturan itu dipilih kata-kata mana yang termasuk jargon. Dari hasil tersebut,

kemudian dipisah berdasarkan termasuk jenis jargon yang dimaksud serta

ditentukan maknanya. Secara garis besar tuturan tadi ditulis ke dalam tulisan

ortografis yang terbagi dalam beberapa percakapan kemudian diidentifikasi

mana yang termasuk jargon. Hasil yang diperoleh, diverifikasi dengan

menguraikan makna. Hasil akhirnya data diklasifikasi menurut wujud jargon

disertai dengan makna dan fungsi serta interpretasi sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

3.5 Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh Peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

(Arikunto, 1998:151).

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan peran serta,

namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya (Moleong,

2005:163).

Page 28: Pengertiantindaktutur

Berdasarkan peneliti tersebut, instrumen penelitian ini adalah menggunakan alat

perekam dan daftar pertanyaan sebagai penentu akhir kevalitan data berupa

jargon.

3.6 Teknik Analisis Data.

Analisis data adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang bertujuan untuk

mengolah data-data yang diperoleh, agar bisa dibaca dan mudah dipahami

(Dhohiri dkk, 2000:129). Analisis data merupakan bagian yang sangat penting

dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data dapat diberi arti, makna yang

berguna dalam memecahkan masalah penelitian itu sendiri. Analisis data menurut

Patton adalah proses mengatur data, mengorganisasikan ke adlam suatu pola

kategori dan satuan uraian dasar (dalam Moleong, 2005:130).

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik nonstatistik.

Teknik nonstatistik ini digunakan untuk memperoleh hasil analisis secara

kualitatif yang berupa tindak tutur lisan peserta lomba kerapan Kambing kab.

Pamekasan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metod

analisis kualitatif, seperti yang dikembangkan oleh Miller dan Huberman (1992)

yakni menggunakan analisis model interaktif dengan tiga prosedur yaitu induksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi (dalam Moleong,

2005:249). Maka peneliti menyajikan analisis data dalam format:

1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari amatan-amatan tertulis dan tak tertulis dari lapangan. Reduksi data

merupakan betuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

Page 29: Pengertiantindaktutur

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan kata

dengan sedemikian rupa. Melalui alat perekam dan wawancara data

diperoleh secara kasar karena belum diolah dan masih diujikan lagi melalui

angket.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan

memberikan kemungkinan untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data, maka peneliti dapat

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukann. Hasil

obesvasi serta wawancara dalam interaksi tuturan (rekaman data) kemudian

ditranskripkan ke dalam tulian ortografi. Kemudian data akhir tadi dianalisis

dan akhirnya dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Dalam tahap ini akan

didapatkan hasil dari penelitian tersebut. Hasil observasi serta wawancara

dalam interaksi tuturan (rekaman data) kemudian ditranskripkan ke dalam

tulisan ortografi, diidentifikasi, diverifikasi, diklasifikasi serta diinterpretasi

ke dalam golongannya.

3. Dari hasil yang telah diperoleh, kemudian disimpulkan dari apa yang telah

dilakukan berdasarkan urutan tindakan yang dilakukan.

Untuk mempermudah analisis data, maka penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Mentranskripsikan tuturan ke dalam transkripsi otografis.

Page 30: Pengertiantindaktutur

Tabel 1.

Transkrip tuturan

No WaktuInisial

Nama/ penuturData temuan

(Tuturan)MaknaTemuan

2. Pengujian data (jargon) berdasarkan hasil daftar pertanyaan.

Tabel 2.

Hasil pengujian data dari daftar pertanyaan.

No JargonDiketahui di luar Komunitas

KetYa Tidak

Page 31: Pengertiantindaktutur

3. Indikator penentuan jargon lomba kerapan Kambing berserta

verifikasinya.

Tabel 3

Verifikasi data

No Jargon Verifikasi jargon Keterangan

4. Memasukkan data yang berupa jargon lomba kerapan Kambing kedalam

tabel.

No Inisial Nama Wujud Jargon

5. Memasukkan jargon Narapidana Narkoba ke dalam tabel identifikasi

data.

Tabel 5

Wujud Jargon Bentuk Penciptaan Kata Baru

No Data temuan Wujud Jargon Bentuk kata baru

Makna sebenarnya

Fungsi

Page 32: Pengertiantindaktutur

Tabel 6

No Data temuan Wujud Jargon Bentuk kata baru

Makna sebenarnya

Fungsi

Tabel 7

Wujud Jargon Bentuk Akronim

No Data temuan Wujud Jargon Bentuk kata baru

Makna sebenarnya

Fungsi

6. Interpretasi Data

Interpretasi data berupa wujud jargon bentuk penciptaan kata baru,

wujud jargon bentuk singkatan, dan wujud jargon bentuk akronim

Page 33: Pengertiantindaktutur

6.1 Jargon bentuk penciptaan kata baru.

-

-

-

6.2 Jargon bentuk singkatan.

-

-

-

6.3 Jargon bentuk Akronim

-

-

-

3.7 Tahap-Tahap Penelitian.

Keseluruhan proses ini terbagi dalam tiga tahap. Setiap tahap berisi sejumlah

kegiatan yang berbeda. Adapun tahap tersebut terdiri dari 1) Tahap persiapan, 2)

Tahap pelaksanaan, 3) Tahap penyelesaian.

3.7.1 Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi pemilihan judul dan

pengaujuan judul, studi pustaka, pembuatan rencana penelitian. Pemilihan

(pengajuan) judul didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan penguasaan

materi, tersedianya literatur, dan dilakukan penelitian. Studi pustaka,

pengumpulan data, dan analisis data. Selanjutnya dibuat sebuah rancangn

penelitian yang akan dijadikan dasar dalam melakukan penelitian.

Page 34: Pengertiantindaktutur

3.7.2 Tahap Pelaksanaan.

Tahap pelaksanaan dimulai setelah tahap perencanaan dilakukan. Pada tahap

ini dilakukan kegiatan sebagai berikut: (a) penyusunan landasan teori, (b)

pengumpulan data, (c) pengolahan data, dan (d) menyusun kesimpulan.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, penelitian ini dikonsultasikan

dengan Dosen pembimbing yang telah ditentukan.

3.7.3 Tahap Penyelesaian.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (a) penyusunan hasil

penelitian, (b) pemantapan revisi laporan, (c) penggandaan laporan hasil

penelitian, dan (d) penyerahan laporan hasil penelitian.