BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah pelaku utama dalam dunia pendidikan. Semua unsur-unsur pendidikan, manusialah yang menjalannya. Akan tetapi, tiada manusia di dunia ini yang sempurna. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya, tentu saja haruslah ada pihak yang mengawasi pelaksanaan pendidikan tersebut. Jika pendidikan tersebut tidak diawasi, banyak personal-personal yang menyalah gunakan wewenang dan kewajibannya. Karena tidak bisa diungkiri pada dasarnya manusia memiliki rasa kurang cukup atas apa yang telah didapatkannya. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih baik lagi dari pada apa yang ia dapatkan. Apabila keinginan ini tidak terkontrol maka timbullah tindakan-tindakan yang tercela, seperti korupsi baik waktu maupun material. Selain unsur manusia yang serba kekurangan, pendidikan juga harus mengikuti perkembangan zaman. Dimana perkembangan zaman sekarangan ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Semua hal yang tadinya mustahil kini tidak mustahil lagi. Dalam hal ini, 1
36
Embed
Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Fungsi Dan Jenis Supervisi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah pelaku utama dalam dunia pendidikan. Semua unsur-unsur
pendidikan, manusialah yang menjalannya. Akan tetapi, tiada manusia di dunia
ini yang sempurna. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
sebenarnya, tentu saja haruslah ada pihak yang mengawasi pelaksanaan
pendidikan tersebut. Jika pendidikan tersebut tidak diawasi, banyak personal-
personal yang menyalah gunakan wewenang dan kewajibannya. Karena tidak bisa
diungkiri pada dasarnya manusia memiliki rasa kurang cukup atas apa yang telah
didapatkannya. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih baik lagi dari pada apa
yang ia dapatkan. Apabila keinginan ini tidak terkontrol maka timbullah tindakan-
tindakan yang tercela, seperti korupsi baik waktu maupun material.
Selain unsur manusia yang serba kekurangan, pendidikan juga harus
mengikuti perkembangan zaman. Dimana perkembangan zaman sekarangan ini
mengalami perkembangan yang sangat cepat. Semua hal yang tadinya mustahil
kini tidak mustahil lagi. Dalam hal ini, pendidikan juga harus mengikuti
perkembangan zaman. Baik materi yang disampaikan maupun strategi-strategi
bahkan metode-metode yang digunakan oleh para pendidik harus sesuai dengan
perkembangan zaman sekarang ini.
Agar para guru dapat memberikan materi dan metode yang sesuai dengan
perkembangan zaman, maka ia harus sering diberikan arahan-arahan yang baik
dan latihan-latihan.
Dari masalah-masalah diatas, timbullah pertanyaan dalam pemikiran
penulis diantaranya: Lantas siapakah yang berhak memberikan pengawasan
pendidikan tersebut? Siapakah yang diberi kewajiban dan wewenang untuk
memberikan bimbingan dan pelatihan kepada guru-guru sehingga guru dapat
1
memberikan pengajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman? Penulis akan
membahas masalah ini pada bab berikutnya
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menarik rumusan masalah yang akan
dibahas menjadi pembahsan makalah ini yaitu mengenai Konsep Dasar Supervisi
Pendidikan yang mencakup :
1. Apa pengertian Supervisi Pendidikan?
2. Apa tujuan dan ruang lingkup Suervisi Pendidikan?
3. Apa Fungsi dan Jenis Supervisi Pendidikan?
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum :
Tujuan pembuatan makalah ini pada umumnya adalah agar : Menambah
khazanah pengetahuan mengenai Supervisi
2. Tujuan Khusus
Makalah ini juga bertujuan secara khusus yaitu untuk memenuhi mata kuliah
ADM dan Supervisi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Dari segi etimologi, supervisi diambil dari kata super artinya mempunyai
kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan kualitas,
sedangkan visi artinya melihat atau mengawasi.
Sedangkan dalam arti terminologi, ada beberapa definisi yang akhirnya dari
beberapa definisi itu dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaannya secara aktif.
Supervisi pendidikan ditujukan kepada usaha memperbaiki situasi belajar
mengajar. Yang dimaksud dengan situasi belajar mengajar adalah situasi di mana
terjadi proses interaksi antara guru dan murid dalam usaha mencapai tujuan
belajar yang telah ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar
menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar adalah
seni. mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga
kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan
dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang
pembelajaran yang baik
Sebetulnya apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi yang sesuai
dengan sasarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: supervisi akademik,
supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu
yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru unuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar mengajar. Dan
yang kedua adalah supervisi administrasi, yang lebih menitikberatkan pengamatan
pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran. Di samping dua macam supervisi yang disebut dengan objeknya
atau sasarannya, ada lagi supervisi yang lebih luas yaitu supervisi lembaga dan
3
akreditasi. Yang membedakan antara kedua hal tersebut adalah pelaku dan waktu
dilaksanakannya. Supervisi lembaga dilakukan oleh orang yang ada di dalam
lembaga yaitu kepala sekolah dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara terus
menerus, sedangkan supervisi akreditasi dilakukan oleh tim dari luar hanya dalam
waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga baik
parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain yang menjadi sasaran atau objek
supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan supervisi
akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga, tetapi lingkup dan
harapan tentang kualitasnya berbeda.
B. Tujuan Supervisi Pendidikan
1. Tujuan
a. Tujuan umum supervisi pendidikan di sekolah
Tujuan umum supervisi pendidikan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari tujuan umum pendidikan, yaitu kedewasaan (Poerwanto,
1981: 25). Suatu proses supervisi diharuskan membantu guru agar
dapat membantu anak mencapai kedewasaan, yaitu membuat anak didik
sanggup mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab sendiri
(Ametembun, 1981: 25). Seorang guru harus dibantu untuk dapat
menciptakan situasi dan kondisi kelas yang baik bagi murid, sehingga
murid dapat berbuat sendiri dan berani bertanggung jawab atas
perbuatannya. Kepala sekolah harus berusaha membuat guru dapat
menciptakan situasi dan kondisi itu, yaitu dengan supervisi. Tujuan
supervisi pendidikan, harus tidak terlepas dari arah tujuan pendidikan
nasional. Seorang supervisor harus dapat membantu guru agar dapat
menciptakan situasi belajar mengajar yang mengarah kepada tercapainya
tujuan nasional, yaitu:
Pendidikan nasional menurut UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, berfungsi mengembangkan kemampuan
4
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan dan
dituangkan pada bagian “penjelasan” atas UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Visi dan misi pendidikan nasional ini adalah
merupakan bagian dari strategi pembaruan sistem pendidikan, yaitu
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi
sebagai berikut :
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar;
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan
global;
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks negara
Kesatuan RI.
5
Berdasarkan uraian di atas berarti tujuan supervisi sejalan dengan tujuan
pendidikan, baik tujuan umum maupun tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian, seorang supervisor memang harus seorang yang
banyak pengetahuan dan pengalamannya dari orang yang disupervisinya,
karena tujuan pendidikan di sekolah juga menyangkut tujuan
pendidikan secara umum.
Seorang supervisor tidak bekerja dalam kekosongan, ia harus selalu jeli
melihat jauh ke depan terhadap apa saja yang dilakukannya. Guru adalah
ujung tombak sekolah dalam melaksanakan misinya dimana bila
tombaknya bengkok tentu tujuan pendidikan akan meleset dari yang
telah ditetapkan.
b. Tujuan khusus supervisi pendidikan di sekolah
Tujuan khusus (operasional) supervisi pendidikan yang ingin
dicapai melalui kegiatan nyata supervisi, adalah
1) Membantu guru agar lebih mengerti/menyadari tujuan –tujuan
pendidikan di sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan itu.
Kenyataan di lapangan, adalah masih banyaknya guru yang
terpaku pada tugas rutin, yaitu mengajar dari jam ke jam dan dari kelas
ke kelas lain, tanpa sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah bagian
dari tujuan yang besar, di mana mata pelajaran hanya sebagai
alat. Banyak guru yang hanya mengutamakan menyelesaikan tugas
dengan tujuan-tujuan jangka pendek, padahal jauh di depannya ada
tujuan yang lebih utama, yaitu pencapaian tujuan pendidikan.
Misalnya, apakah guru tahu apa tujuan pengajaran tata bahasa bagi
hidup anak?
2) Membantu guru agar mereka lebih menyadari dan mengerti
kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi siswanya.
Sistem klasikal memang mempunyai kelemahan, namun itu
bukanlah hambatan atau alasan guru tidak bisa berbuat banyak bagi
siswanya. Misalnya, menyamaratakan kemampuan siswa di satu
6
kelas, mengabaikan hambatan-hambatan yang bersifat pribadi. Anak
pada usia sekolah, terutama di Indonesia banyak menghadapi masalah,
baik yang bersumber dari dirinya maupun dari keluarga dan
lingkungannya, karena itu mereka perlu diperhatikan secara
khusus, sebab kalau tidak demikian guru bias menganggap siswa
bodoh, padahal bukan itu masalahnya
3) Membantu guru mengadakan diagnosa secara kritis, dan kesulitan-
kesulitan mengajar dan belajar murid serta menolong mereka
merencanakan perbaikan
Tujuan ini akan terwujud terutama apabila poin (b) di atas
tercapai dengan baik. Artinya apabila guru telah menemukan
pokok persoalan, apakah itu datang dari dirinya sendiri atau dari
murid, dan kalau guru sudah menemukan pokok persoalannya ia
harus dapat secara tepat merencanakan perbaikan pengajaran
(remedial teaching).
4) Memperbesar kasadaran guru terhadap tata kerja yang demokratis
dan kooperatif serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong
Di sekolah masih banyak guru yang merasa bahwa tugasnya
di muka kelas adalah miliknya sendiri, yang tidak boleh diganggu
gugat oleh orang lain dan tugas itulah yang harus dikerjakannya
selagi ia masih menjadi guru. Padahal tidaklah demikian, karena
sekolah adalah milik bersama yang harus dicapai dengan cara
bersama. hal ini muncul karena masih banyak guru yang tidak
mengerti tentang tata kerja sekolah, karena itu perlu diciptakan
situasi dam kondisi yang menciptakan sikap terbuka, demokratif dan
kooperatif, sehingga muncul kebersamaan dalam kepemimpinan
sekolah.
7
5) Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya di muka
kelas
Penampilan mengajar memang tidak semata ditentukan oleh
penguasaan bahan, tapi apabila guru sudah menguasai bahan adalah
modal, namun tak sedikit guru yang mempunyai modal tapi tak
dapat mengembangkannya, karena ia tidak tahu bagaimana cara
membelanjakannya, apalagi ada guru yang kesaratan muatan (bahan),
ia justru tenggelam dalam materi. Guru yang begini sering tampak
kacau di muka kelas, karena ia asyik dengan dirinya sendiri,
sedangkan murid tak tahu apa yang harus diperhatikan dan dipelajari.
6) Membantu guru untuk lebih memanfaatkan pengalaman-
pengalamannya sendiri
Pengalaman adalah guru yang paling berharga, dan akan menjadi
suatu hal yang amat berharga apabila guru disadarkan dengan
pengalamannya sendiri memberikan petunjuk yang amat bijaksana
dalam memecahkan persoalan pengajaran di kelas, apalagi guru yang
telah lama mengajar, pasti mempunyai segudang pengalaman yang
dapat dipilihnya untuk menghadapi persoalan yang baru. Misalnya,
guru yang berpengalaman menghadapi siswa yang nakal, akan lunak
bagi menghadapi siswa yang nakal berikutnya, karena ia sudah tahu
salahnya.
7) Memperkenalkan guru atau karyawan baru kepada situasi dan
kondisi sekolah dan profesinya
Guru adalah suatu profesi dan punya kode etik. Jauh sebelum ia
tampil, sebaiknya ia telah tahu semua itu. Tanpa ada kesadaran yang
demikian guru bisa tidak berbeda dengan aktor/aktris film, yang dapat
bermain sandiwara, sedangkan murid harus memandang guru dari satu
watak yang mantap yang konsisten setiap waktu dan tempat. Guru
yang tidak mengetahui kedudukannya sebagai guru mengakibatkan
sekolah akan kehilangan wibawa. Sekolah bukanlah tempat orang-
8
orang yang bermuka dua, dan orang-orang yang terpaksa. Guru
harus paham benar dengan ungkapan masuk kandang kambing ia
harus mengembek dan masuk kandang kerbau menguak. Misalnya,
apabila seseorang telah memilih menjadi guru ia harus merelakan
dirinya lebur dalam suasana etika sebagai guru, dan harus menjadi
sekolah sebagai tempat pengabdian yang utama, dan segala
perbuatannya demi sekolah.
8) Menghindarkan guru dari segala tuntutan yang di luar batas
kemampuan dan kewenangannya, baik tuntutan dari dalam maupun
dari luar sekolah
Dalam situasi dan kondisi sekarang guru sangat menjadi harapan,
namun demikian apabila berlebihan justu kekecewaan, karena guru
punya batas kemampuan sebagai manusia, lagi pula kewenangannya
amat terbatas guru sebagai manusia bisa tidak boleh di peras tenaga
dan waktunya hanya untuk sekolah, dan masuyarakat harus ingat
bahwa tak mungkin pada saat ini guru memperluas wewenangnya
sampai ke jalan-jalan. Misalnnya, bila terjadi kenakalan remaja,
seperti perkelahian pelajar di beberapa kota besar, itu sebenarnya
tidak ada kaitannya dengan guru, karena terjadi di luar sekolah,
kalau katanya guru juga harus mengetahui keadaan siswanya di
luar sekolah itu sebenarnya sering tidak disukai orang tua murid,
karena dianggap mencampuri urusan pribadi, kalau sudah terjadi
seperti perkelahian baru orang tua menyalahkan guru, dan ini
sebenarnya yang harus dinetralisir oleh seorang supervisor akan guru
tidak berasa bersalah uterlalu besar, karena itu memang bvukan
wewenangnya. Sebaiknnya sekolah, terutama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan jangan terlalu banyak membebani guru
dengan tugas tanpa memperhatikan batas kemampuan maksimal
guru sebagai manusia, apalagi wanita yang telah bersuami dan
9
mempunyai anak. Kalau kegiatan sudah melawati batas
kemampuan guru justru yang terladi sebaliknya.
9) Membantu guru dalam menggunakan alat-alat pelajaran modern.
Perkembangan teknologi pengajaran dewasa ini sudah hampir
sampai puncak, karena sudah memanfaatkan semaksimal mungkin
produk teknologi canggih, terutama teknologi komunikasi, baik
perangkat lunaknya (programnya) maupun perangkat kerasnya.
Seperti OHP (Over Head Projector), slide, proyektor, vidio kaset, dan
lain-lain. Coba dibayangkan kalau guru belum dipersiapkan
mengenal tentu akan menciptakan kelucuan di muka kelas, karena
biasanya ada yang tahu dahulu justru memberi petunjuk kepada
gurunya, jadi terbalik.
10) Membantu guru dalam menilai kemajuan secara tepat
Artinya guru harus dapat melakukan pengukuran yang tepat, sehingga
ia dapat memilih mana kemajuan murid yang diusa-hakannya dan
mana oleh murid sendiri. Karena dengan mengetahui hal itu guru
dapat menilai dirinya sendiri, dan akan dapat memberikan nilai
plus kepada murid yang melebihi batas usaha guru, dengan demikian
kemajuan murid lebih bersih dan tepat. Sebab masih ada guru yang
menilai kurang objektif, misalnya ada guru yang memberi nilai yang
tidak boleh melewati batas nilai yang diperolehnya dulu dari
gurunya (dosennya).
11) Membantu guru memanfaatkan sumber-sumber belajar dan
pengalaman belajar murid
Masih banyak guru yang tidak menyadari bahwa apa yang ada
disekelilingnya dapat dimanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar.
Dia hanya selalu terpaku kepada cara dan contoh yang ada di dalam
buku pokok, padahal caranya bisa diubah dengan contoh yang ada
disekeliling anak, misalnya kalau guru berada di lingkungan anak
petani karet, maka kalau menjelaskan masalah fotosintesis dalam
10
pelajaran biologi, gunakan pohon karet, jangan pohon pisang yang
tidak tumbuh dilingkungan anak, kalau perlu sampel pohon karet
dibawa ke kelas.
Hal yang perlu diketahui juga oleh guru adalah pengalaman
belajar pada anak tidak bisa dipatahkan dengan teori belajar, tapi
yang harus dilakukan guru adalah membimbing pengalaman belajar
yang sudah ada. Misalnya, kalau teori mengajarkan belajar yang baik itu
subuh sedangkan anak yang tidak punya waktu karena membantu orang
tua memotong karet, dan ia hanya punya waktu pada menjelang
magrib, karena kalau sudah malam lampu tidak ada, maka cara itu
yang dikembangkan. Kalau misalnya anak bisa belajar sambil bekerja
(mencangkul) di sawah, situasi itulah yang perlu dimanfaatkan, bukan
mematahkannya.
2. Ruang Lingkup
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa materi supervisi pendidikan
telah mulai diperkenalkan mata kuliah Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan,
yang menunjukkan bahwa materi supervisi tidak terlepas dari Administrasi
Pendidikan pada umumnya. Rifai (1982: 124) mengatakan, bahwa di mana
ada administrasi harus ada supervisi, dan jika ada supervisi tentu ada suatu
yang dilaksanakan, ada administrasi sesuatu.
Dengan demikian, kedudukan supervisi pendidikan sama pentingnya
dengan administrasi pendidikan, namun secara hirarkis supervisi merupakan
salah satu fase atau tahap dari administrasi. Thomas H Briggs dalam Rifai
(1982: 225) menegaskan, bahwa supervisi merupakan bagian atau aspek dari
administrasi. Khususnya yang mengenai usaha peningkatan guru sampai
kepada taraf penampilan tertentu. Sarwoto (1985: 104) menjelaskan bahwa
secara teoritis yang menjadi objek supervisi ada dua aspek, yaitu:
a. Aspek manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral
kerja, kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi, kerajinan,
kecakapan kerja, kemampuan dalam bekerja sama, watak;
11
b. Aspek kegiatannya, seperti cara bekerja kerja (cara mengajar), metoda
pendekatan terhadap siswa, efisiensi kerja, dan hasil kerja.
Pendapat Sarwoto ini secara jelas membedakan apa yang menjadi objek
pengawasan (controlling) dan supervisi (supervision).
C. Fungsi Dan Jenis Supervisi Pendidikan
1. Fungsi
Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini
berbagai pendapat tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:
a. Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program
pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
b. Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan
terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga
kualitas kehidupan akan diperbaiki.
c. W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari
supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi hal belajar.
d. Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki
situasi belajar anak-anak.
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinyu sesuai dengan
perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan. Perubahan
masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan
pengajaran. Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi
dan persepektif baru dalam bidang ilmu pengetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa
kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan
supervisi yang diberikan kepada guru-guru, menurut T.H. Briggs juga
merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru.
12
Fungsi supervisi pendidikan dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yakni :
a. Fungsi utama, yang membantu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan,
khususnya perkembangan individu para siswa.
b. Fungsi tambahan, yang membantu sekolah membina guru-guru agar dapat
bekerja dengan baik dan berkontak dengan masyarakat dalam rangka
penyesuaian diri dan penggalakan kemajuna masyarakat.
Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh Swearingen,
terdapat 8 fungsi supervisi, yakni:
a. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.
Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk
mengikuti perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-
usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya:
- Usaha tiap guru.
- Usaha-usaha sekolah.
- Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.
b. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah.
Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki
ketrampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas Pengalaman.
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota
staff sekolah, sehingga selalu anggota staff makin hari makin bertambah
pengalaman dalam hal mengajarnya.
d. Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif.
Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-
anak, orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
e. Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu.
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki
bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara
mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan
kontinyu.
13
f. Menganalisa Situasi Belajar
Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi
kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid
untuk mencapai tujuan pendidikan.
g. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf.
Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka
memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.
h. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan.
Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun
kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan
penyadaran akan kemampuan diri sendiri.
Menurut Ametembun ada 4 (empat) fungsi supervisi pendidikan :
a. Penelitian
b. Penilaian
c. Perbaikan
d. Pembinaan
Fungís supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting,
sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang
menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenang
penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan,
penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan.
Untuk kepentingan pembahasan lebih lanjut, fungsi yang bergayut dengan
supervisi klinis yaitu meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Segi-segi
proses intruksional yang perlu mendapat perhatian supervisor, yaitu (Pidarta,
1986:24)
2. Jenis Supervisi Pendidikan
a. Supervisi Klinis (Clinical Supervision)
Kata “klinis” diadopsi dari cara pelayanan seorang dokter kepada
seorang pasien yang memeriksakan sakitnya. Istilah “klinis” dalam
14
supervisi ini sebagaimana telah disinggung di muka, memberikan unsur-
unsur khusus sebagai berikut :
1) Hubungan tatap muka antara supervisor dengan calon guru dalam
proses supervisi terjalin dengan baik
2) Hubungannya terpusat pada keinginan/kerisauan (concern) calon guru
yang berpusat pada tingkah laku aktual di kelas.
3) Observasi dilakukan secara langsung dan cermat.
4) Data observasi dideskripsi secara mendetail.
5) Analisis dan interpretasi observasi dilakukan secara bersama antara
supervisor dan calon guru.
6) Pemberian bimbigan oleh supervisor lebih bersifat pembinaan.
7) Berlangsung dalam suasana akrab (intim) dengan sikap saling terbuka
dari supervisor dan calon guru, tanpa kecurigaan dan tekanan.
Supervisi klinis merupakan pembinaan professional yang dilakukan secara
sistematik kepada calon guru sesuai dengan kebutuhan calon guru yang
bersangkutan dengan tujuan untuk membina ketrampilan mengajarnya.
Pembinaan itu diberikan dengan cara memungkinkan calon guru
menentukan sendiri cara-cara untuk memperbaiki kekurangannya sendiri.
Supervisi klinis lebih banyak dilakukan dalam latihan mengajar calon
guru, khususnya dalam pengajaran mikro (micro/peer teaching). Praktik
supervisi klinis merupakan perbaikan dari praktik kepembimbingan
mengajar yang lama, yang dilakukan setelah calon guru melaksanakan
latihan mengajar. Supervisi klinis tidak hanya dipakai dalam pendidikan
prajabatan atau pemberian pembinaan dalam jabatan, tetapi juga dapat
digunakan dalam memberikan vonis terhadap mahasiswa dalam ujian
skripsi ataupun tesis, agar tidak mendebarkan hati mahasiswa yang sedang
diuji.
Berikut adalah pendapat dari para ahli :
1) R. Weller mengutarakan bahwa “Supervisi Klinis” adalah bentuk
supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui
15
suatu siklus yang sistematik dalam perencanaa, pengamatan serta
analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang
nyata serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional.
2) K.A. Achenson & M.D. Gall (1980 : 25) mengemukakan bahwa
“Supervisi Klinis” adalah suatu model supervisi yang mengandung 3
(tiga) fase, yakni pertemuan perencanaan, observasi kelas dan
pertemaun balikan.
Dengan demikian, supervisi klinis adalah suatu proses kepemimpinan
dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional
calon guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi
dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk
perubahan tingkah laku mengajar tertentu.
b. Validasi Teman Sebaya (Peer Validation)
Validasi adalah suatu istilah yang hampir sama dengan penilaian atau
evaluasi. Apabila penilaian merupakan suatu pengukuran, maka validasi
adalah suatu kegiatan penilaian secara terus menerus yang mengarah pada
pencapaian suatu standar. Istilah validasi digunakan dalam hubungannya
dengan penilaian yang dilakukan terhadap lembaga pendidikan, bukan
terhadap peserta didik.
Agar tujuan peningkatan lembaga dapat tercapai, maka VTS diharapkan
dapat memenuhinya, karena :
1) Setiap personel lembaga terlibat dalam kegiatan evaluasi terhadap
dirinya sendiri (internal evaluation)
2) Setiap personel lembaga akan sadar untuk menjaga serta
meningkatkan mutu lembaganya sendiri.
3) Dalam VTS dihasilkan avaluasi data yang sebenarnya dan lengkap.
4) Validator (pengamat dan penilai) yang dating dari lembaga lain
sebagai teman sejawat dari personel lembaga yang dinilai (akan)
16
memperoleh pengalaman dan pandangan tentang isi lembaga lain (2X
change ideas)
Komponen dalam VTS terdiri dari 2 (dua) komponen utama, yaitu
komponen pelaksana dan komponen instrumen.
1. Komponen Pelaksana (terdiri dari tiga tim)
a) Fasilitator, terdiri atas Pembina dan Pelaksana
Fasilitator adalah panitia penyelenggara demi terjadinya VTS
b) Penulis Profil Lembaga, terdiri dari sejumlah staf pengajar/karyawan
lembaga yang divalidasi (banyaknya tergantung kebutuhan/tugas)
c) Validator, terdiri atas beberapa orang yang pemilihannya antara lain :
Jumlah anggota tim ditentukan berdasarkan beban tugas
Anggota tim memiliki keahlian sesuai bidang yang akan divalidasi
Memiliki kemampuan untuk melakukan VTS
Anggota tim berasal dari berbagai kalangan teman sejawat
2. Komponen Instrumen (ada tiga buah instrument penting)
a.Profil Lembaga, meliputi 6 (enam) komponen antara lain :
Pengelolaan
Kurikulum
Guru
Peserta didik
Sarana dan Prasarana
Evaluasi
b. Standar Lembaga
Kondisi yang ideal, antara lain :
Keadaan atau kondisinya baik (sarana dan prasarana)
Berdaya guna dan berhasil guna yang tinggi dalam Proses
Pendidikan dan Pengajaran
Menghasilkan lulusan (output) tenaga-tenaga professional yang
bermutu.
17
c.Pedoman Penggunaan Standar Lembaga
Salah satu langkah dalam kegitan VTS yang penting dijalankan oleh
Tim Validator adalah mencari dan mengumpulkan informasi/data
tentang komponen-komponen lembaga, selanjutnya dibandingkan
dengan isi standar . untuk membantu memudahkan validator diberi
petunjuk tentang : indikator, sumber-sumber informasi, teknik, tolak
ukur penilaian.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini ketiga komponen Pelaksanaan VTS
melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Penulisan Profil Lembaga
b. Penujukkan Tim Validator
c. Pertemaun Tim Validator
2. Tahap Pelaksanaan
a. Rapat Pendahuluan
b. Mengumpulakn Informasi/Data
c. Menelaah Informasi/Data
d. Penyusunan Laporan
e. Penyampaian Rekomendasi
3. Penyerahan Laporan
Bila tim validator telah menyampaikan rekomendasinya kepada
lembaga yang divalidasi, maka selesailah seluruh kegitan VTS.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikianlah uraian mengenai supervisi akademik, antara konsep teoritik dan
kenyataannya. Pelaksanaan supervisi pengajaran di lapangan, kenyataannya masih
jauh dari konsep teoritik yang dikembangkan di jurusan/program manajemen
pendidikan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan sosialisasi dan
“tekanan” dari pihak-pihak yang komit terhadap kualitas pendidikan kepada para
pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan. Hal ini secara bersama-sama harus
dilakukan dengan pengembangan budaya mutu dalam pendidikan, yang intinya
terletak pada kualitas proses pembelajaran di dalam kelas.
B. Saran-saran
Berangkat dari kenyataan dan kendala pelaksanaan supervisi di Indonesia,
maka untuk menuju pada supervisi yang ideal diperlukan langkah-langkah antara
lain:
1. Menegaskan, dan apabila diperlukan memisahkan jabatan supervisor dengan
jabatan pengawas dalam struktur birokrasi pendidikan di Indonesia. Dalam hal
ini, terdapat dua pilihan, yaitu mengarahkan jabatan pengawas agar
terartikulasi pada peran dan tugas sebagai supervisor, atau mengangkat
supervisor secara khusus dan tetap membiarkan jabatan pengawas
melaksanakan fungsi pengawasan.
2. Memperbaiki pola pendidikan prajabatan maupun inservice rekrutmen,
seleksi, penugasan, serta penilaian dan promosi jabatan supervisor/pengawas.
3. Dalam konteks otonomi daerah, jabatan supervisor dapat diangkat sesuai
dengan kebutuhan masing-masing daerah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal & Elham Rohmanto. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Bandung: CV. Yrama Widya.
Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep,
Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Rosindo. Edisi
Revisi.
Burhanuddin, H. dkk (ed.). 2003. Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan
Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Malang: UM Press.
Dharma, Surya. Peran dan Fungsi Pengawas Sekolah/ Madrasah. Dalam Jurnal
Tenaga Kependidikan Volume 3, No. 1, April 2008.
Ekosusilo, Madyo. 1998. Supervisi Pengajaran dalam Latar Budaya Jawa.
Sukoharjo: Univet Bantara Press.
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep Dasar Supervisi
Pendidikan” tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu, Maret 2012
Penyusun
21
i
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN
“ Konsep Dasar Supervisi Pendidikan ”
Oleh :
Arke Perwinti
Herta Apriliyah
Dosen Pembimbing :
Masrifa Hidayani, S.Ag.,M.Pd
JURUSAN TARBIYAHPENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH