A. Pengertian Limbah CairLimbah cair atau air limbah adalah air
yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai
kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan
meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah
air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair
dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika jumlah air
limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Industri
primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang
limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan
limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak
demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami
dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.Teknologi pengolahan
air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus
sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Dan
beberarapa contoh masalah akibat limbah air terjadi dari :Rumah
tangga
Air minum yang umum berada di negara-negara majuDiperkirakan 15%
penggunaan air di seluruh dunia adalah di rumah tangga. Hal ini
meliputi air minum, mandi, memasak, sanitasi, dan berkebun.
Kebutuhan minimum air yang dibutuhkan dalam rumah tangga menurut
Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per individu per hari, belum
termasuk kebutuhan berkebun. Air minum haruslah air yang
berkualitas tinggi sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa risiko
bahaya. Di sebagian besar negara-negara berkembang, air yang
disuplai untuk rumah tangga dan industri adalah air minum standar
meski dalam proporsi yang sangat kecil digunakan untuk dikonsumsi
langsung atau pengolahan makanan.RekreasiPenggunaan air untuk
rekreasi biasanya sangatlah kecil, namun terus berkembang. Air yang
digunakan untuk rekreasi biasanya berupa air yang ditampung dalam
bentuk reservoir, dan jika air yang ditampung melebihi jumlah yang
biasa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya
dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasional. Pelepasan
sejumlah air dari reservoir untuk kebutuhan arung jeram atau
kegiatan sejenis juga disebut sebagai kebutuhan rekreasional. Hal
lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir buatan
(misalnya kolam renang).Penggunaan rekreasional umumnya
non-konsumtif, karena air yang dilepaskan dapat digunakan kembali.
Pengecualian terdapat pada penggunaan air di lapangan golf, yang
umumnya sering menggunakan air dalam jumlah berlebihan terutama di
daerah kering. Namun masih belum jelas apakah penggunaan ini
dikategorikan sebagai penggunaan rekreasional atau irigasi, namun
tetap memberikan efek yang cukup besar bagi sumber daya air
setempat.Sebagai tambahan, penggunaan rekreasional mungkin akan
mengurangi ketersediaan air bagi kebutuhan lainnya di suatu tempat
pada suatu waktu tertentu.Lingkungan dan ekologiPenggunaan bagi
lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat kecil namun
terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan dan ekologi
meliputi lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk
habitat alam liar, konservasi satwa ikan, dan pelepasan air dari
reservoir untuk membantu ikan bertelur.Seperti penggunaan untuk
rekreasi, penggunaan untuk lingkungan dan ekologi juga termasuk
penggunaan non konsumtif, namun juga mengurangi ketersediaan air
untuk kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu
tertentu.
Stres airKonsep stres air dan krisis air sesungguhnya sangatlah
sederhana. Menurut World Business Council for Sustainable
Development, hal ini adalah situasi di mana tidak cukup air untuk
semua kebutuhan, baik itu untuk pertanian, industri, atau yang
lainnya. Mendefinisikan masalah ini dalam bentuk per kapita lebih
rumit, namun mendatangkan asumsi yang lebih baik untuk penggunaan
air dan penghematannya. Namun telah diperkirakan bahwa ketika
ketersediaan air yang dapat diperbarui di bawah 1.700 meter kubik
per kapita per tahun, maka negara tersebut akan mengalami stres air
secara periodik, di bawah 1.000 maka kelangkaan air akan terjadi
dan merintangi pertumbuhan ekonomi dan kesehatan
manusia.Peningkatan populasiDi tahun 2000, dunia berpopulasi 6,2
miliar. PBB memperkirakan bahwa di tahun 2050, dunia akan
mendapatkan tambahan penduduk sekitar 3,5 miliar dengan pertumbuhan
terbesar ada di negara-negara berkembang yang telah mengalami stres
air. Hal itu akan menyebabkan peningkatan permintaan air kecuali
negara melakukan konservasi air dan mendaur ulang sumber daya yang
vital ini.Peningkatan kesejahteraanTingkat kesejahteraan terus
meningkat terutama di negara dengan dua populasi terbanyak di
dunia, yaitu Cina dan India. Namun, peningkatan kesejahteraan ini
berarti juga peningkatan penggunaan air: air bersih untuk kebutuhan
dasar dan sanitasi, berkebun dan membersihkan kendaraan, kolam
renang pribadi, dan sebagainya.Ekspansi bisnisAktivitas bisnis
berkisar dari industri hingga jasa seperti pariwisata dan hiburan
terus berkembang dengan cepat. Ekspansi ini membutuhkan peningkatan
pelayanan terhadap kebutuhan air seperti suplai dan sanitasi, yang
memicu tekanan terhadap sumber daya air dan ekosistem
alam.UrbanisasiPerubahan iklimPerubahan iklim dapat memberikan efek
yang signifikan terhadap sumber daya air di seluruh dunia karena
hubungan yang erat antara iklim dan daur hidrologi. Peningkatan
temperatur akan meningkatkan penguapan dan memicu peningkatan
presipitasi. Secara keseluruhan akan terjadi peningkatan suplai air
tawar dunia. Banjir dan kekeringan akan terjadi lebih sering di
beberapa wilayah dalam waktu yang berbeda-beda, akan terjadi
perubahan yang drastis pada hujan salju dan proses pelelehan salju
di pegunungan akan meningkat. Temperatur yang meningkat juga akan
mempengaruhi kualitas air, namun belum dipahami dengan baik. Dampak
yang paling mungkin adalah eutrofikasi, yaitu peningkatan populasi
tumbuhan air (alga, eceng gondok, dll) secara cepat. Perubahan
iklim juga akan meningkatkan permintaan suplai air untuk irigasi,
dan mungkin air untuk kolam renang.Hilangnya aquiferAkibat dari
meningkatnya populasi manusia, kompetisi untuk mendapatkan air
meningkat sehingga banyak aquifer di seluruh dunia menjadi habis.
Hal ini terjadi akibat konsumsi langsung manusia seperti irigasi
pertanian menggunakan air tanah. Jutaan pompa di seluruh dunia
dalam berbagai ukuran saat ini sedang mengambil air tanah. Irigasi
di wilayah kering seperti di utara Cina dan India disuplai oleh air
tanah, dan diambil dalam jumlah yang tidak semestinya. Kota-kota
besar juga telah mengalami kehilangan lapisan aquifer dan
mengakibatkan lapisan tanahnya turun antara 10 hingga 50 meter
seperti yang terjadi di Mexico City, Bangkok, Manila, Beijing,
Madras, Jakarta dan Shanghai.Polusi dan proteksi airPolusi air
adalah satu dari sekian kekhawatiran utama dunia saat ini.
Pemerintahan di berbagai negara telah berusaha mencari solusi untuk
mengurangi masalah ini. Banyak polutan mengancam suplai air, dan di
banyak tempat terutama di negara yang belum berkembang, hal ini
disebabkan pembuangan limbah secara langsung ke perairan alam.
Metode ini umum terjadi di negara yang belum berkembang, namun juga
banyak terjadi di negara yang sedang berkembang seperti Cina,
India, dan Iran.Sampah, limbah, dan bahkan polutan beracun dibuang
ke perairan. Meski limbah tersebut diolah terlebih dahulu, masalah
tetap ada. Sisa olahan limbah berbentuk lumpur mungkin akan
ditempatkan di lahan pembuangan sampah, dibakar di insinerator,
atau dibuang ke laut. Sumber polutan lainnya seperti air sisa
irigasi yang mengandung berbagai macam pupuk kimia dan bahan
organik tanaman pertanian juga mengancam ekosistem perairan,
bersama dengan aliran air hujan di perkotaan dan limbah kimia yang
dibuang oleh industri.Konflik perebutan airSatu-satunya konflik
yang tercatat terjadi akibat perebutan air terjadi di tahun 2500 SM
antara wilayah Lagash dan Umma di Sumeria. Ketika kelangkaan air
menyebabkan ketegangan politik, hal ini dapat dikatakan sebagai
stres air. Stres air telah memicu konflik lokal dan regional.Stres
air juga dapat menyebabkan konflik dan ketegangan politik meski
penyebabnya bukan secara langsung disebabkan oleh air. Reduksi
secara bertahap terhadap kualitas dan kuantitas air tawar dapat
menambah ketidakstabilan suatu wilayah dengan berkurangnya
kesehatan suatu populasi, menghalangi pertumbuhan ekonomi, dan
dapat menyebabkan konfik yang lebih besar.Konflik dan ketegangan
terhadap air seringkali terjadi di perbatasan antar negara. Di
beberapa area seperti wilayah dataran rendah Sungai Kuning di Cina
atau Sungai Chao Phraya di Thailand telah mengalami stres air dalam
beberapa tahun. Dan di beberapa wilayah arid yang bergantung
sepenuhnya pada air untuk irigasi seperti Cina bagian barat, India,
Iran, dan Pakistan, memiliki resiko konflik akibat air. Ketegangan
politik, protes warga sipil, dan kekerasan juga akan terjadi
terhadap reaksi privatisasi air. Perang Air Bolivia tahun 2000
adalah salah satu contohnya.Suplai dan distribusi air duniaPangan
dan air adalah dua kebutuhan dasar manusia. Namun kondisi global
pada tahun 2002 mengindikasikan bahwa dari sepuluh orang, lima
diantaranya memiliki akses ke suplai air berpipa di rumah, tiga
orang memiliki tipe suplai air lainnya seperti mata air terlindung
atau pipa air publik, dua orang tidak sama sekali. Dan sebagai
tambahan, empat dari sepuluh orang tersebut hidup tanpa sanitasi
yang berarti.Dalam Earth Summit 2002, para pemerintahan dari
berbagai negara menyetujui Plan of Action untuk: Mengurangi hingga
setengah dari jumlah rakyat yang tidak mampu mendapatkan air minum
yang aman di tahun 2015. Global Water Supply and Sanitation
Assessment 2000 Report (GWSSAR) mendefinisikan bahwa setiap orang
harus mendapatkan akses sebesar 20 liter per harinya dari sumber
sejauh maksimal satu kilometer dari tempat tinggalnya. Mengurangi
hingga setengahnya jumlah rakyat yang tidak memiliki akses ke
sanitasi dasar. GWSSAR mendefinisikan sanitasi dasar sebagai sistem
pembuangan pribadi atau berbagi namun bukan milik umum yang
memisahkan limbah dari kontak dengan manusia.Di tahun 2025,
kelangkaan air akan lebih terlihat di negara miskin di mana sumber
daya terbatas dan perkembangan populasi meningkat, seperti di
Afrika, Timur Tengah, dan beberapa bagian di Asia. Di tahun 2025,
area urbanisasi yang besar akan membutuhkan banyak infrastruktur
baru untuk menyediakan air yang aman dan sanitasi yang pantas. Hal
ini diperkirakan akan menimbulkan konflik dengan pengguna air di
pertanian, yang saat ini menggunakan sebagian besar air yang
digunakan oleh seluruh manusia.1,6 miliar orang telah mendapatkan
akses sumber air yang aman sejak tahun 1990. Proporsi masyarakat di
negara-negara berkembang dengan akses air yang aman dikalkulasikan
meningkat dari 30 persen hingga 71 persen di tahun 1990, 79 persen
di tahun 2000, dan 84 persen di tahun 2004. Kecenderungan ini
diperkirakan akan berlanjutDi malang sendiri masalah yang di alami
adalah dari limbah-limbah dari pabrik dan dari B. Teknik Pengolahan
Limbah CairBerbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan
bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan
tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:1.
pengolahan secara fisika2. pengolahan secara kimia3. pengolahan
secara biologiUntuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode
pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau
secara kombinasi.Pengolahan Limbah Secara FisikaPada umumnya,
sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih
dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk
proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan
waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap2. Pengolahan Limbah
Secara KimiaPengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan
untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik
beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung
sebagai hasil reaksi oksidasi. 3. Pengolahan Limbah Secara
BiologiSemua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara
biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara nbiologi
dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam
beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan
biologi dengan segala modifikasinya.Pada dasarnya, reaktor
pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:1.
Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);2.
Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).Di dalam
reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang
banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur
aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain:
oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses
lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi
mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total
lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula
menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki
kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan
pengolahan pendahuluan.Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang
diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor
pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia,
waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukupCara Penanggulangan
Limbah Air.Penanggulangan limbah oleh industri besar tidak menjadi
masalah, berbeda halnya dengan industri menengah dan kecil,
mengingat sarana dan biaya pengoperasiannya yang tinggi. Penelitian
ini bertujuan mencari cara atau metode alternatif penanganan limbah
cair dengan memodifikasi teknik kolam ganggang sehingga teknologi
dan biaya pengadaan serta pengoperasiannya terjangkau oleh industri
menengah ke bawah.
Teknik kolam ganggang atau lagoon merupakan cara pengolahan
limbah cair dengan menafaatkan pertumbuhan ganggan fotosintesis
dengan proses fakultatif anaerob serta merupakan cara yang paling
sederhana dibandingkan cara-cara lainnya. Cara ini sangat cocok
untuk negara berkembang. Kebutuhan oksigen hayati (BOD) dan
kebutuhan oksigen kimia (KOK) dapat dikurangi sampai 60-80%. Pada
dasarnya teknik kolam ganggang terdiri atas banyak kolam yang
terbuat dari semen atau logam dengan kapasitas yang besar dan
dilengkapi dengan berbagai peralatan pengendali, pengatur kondisi
untuk menumbuhkan ganggang, penyaring, sedimentasi, denitrifikasi,
dan klorinasi. Teknik ini dapat dimodifikasi sehingga menjadi
peralatan yang sederhana dengan biaya relatif murah bagi industri
menengah ke bawah. Modifikasi tersebut pernah dikerjakan di India
pada tahun 1970-an dengan menggunakan dua kolam pengolah untuk
mengolah limbah cair di pedesaan. Kolam pertama untuk menumbuhkan
ganggang dan yang kedua untuk penjernihan. Meskipun demikian masih
diperlukan beberapa alat seperti pompa dan bak penyaring. Bahaya
Limbah Cair PertambanganBatubaraDampak negative dari aktifitas
pertambangan batu bara bukan hanya menyebabkan terjadi kerusakan
lingkungan. Melainkan, ada bahaya lain yang saat ini diduga sering
disembunyikan parapengeoloa pertambangan batu bara di Indonesia.
Kerusakan permanent akibat terbukanya lahan, kehilangan beragama
jenis tanaman, dan sejumlah kerusakan lingkungan lain ternyata
hanya bagian dari dampak negative yang terlihat mata.PERTAMBANGAN
batubara ternyata menyimpan bahaya lingkungan yang berbahaya bagi
manusia. Bahaya lain dari pertambangan batu bara adlaah air buangan
tambang berupa luput dan tanah hasil pencucian yang diakibatkan
dari proses pencucian batubara yang lebih popular disebut
SludgeSaat ini banyak analis pertambangn yang tidak mamu
mengekspose secara detail tentang bahaya air cucuian batubara.
Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung sangat
berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih
berbahaya disbanding proses pemurnian pertambangan emas yang
mengunakan sianida (CN).Proses pencucian dilakukan untuk menjadi
batubara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual
tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan eksploitasi
biasanya batubara bercampur tanah dan batuan.Agar lbih mudah dan
muerah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam penampung
itu berisi air cucian yang bercampur lupur. LSM lingkungan JATAM
menyebutnya dana beracun yang berisi miliaran gallon limbah cair
batubaraSluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan
dalam pemrosessan batubara yang logam berat berancun yang
terkandung di batubara seperti arsenic, merkuri, kromium, boron,
selenium dan nikel.Dibandingkan tailing dari limbah luput
pertambangan emas, unsure berancun dari logam berat yang ada limbah
pertambangan batubara jauh lebih berbahaya. Sayangnya sampai
sekarang tidak ada publikasi atau informasi dari perusahan
pertambangan terhadap bahaya sluge kepada masyarakat di sekitar
pertambangan.Unsure beranu menyebabkan penyakit kulit, gangguan
pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat
buangan limbah digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala
penyakit itu biasa akan tampka setelah bahan beracun terakumulasi
dalam tubuh manusia.Beberapa perusahaan tambang di Kalimantan Timur
ditengarai tridak melakukan pengelolaan water treatmen terhadap
limbah buangan tambang dan juga tanpa penggunaan bahan penjernih
Aluminum Clorida, Tawar dan kapur. Akibatnya limbang buann tambang
menyebabkan sungai sarana pembuagan limbah cair berwarna
keruh.Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batubara tetap
memperhatikankualitas limbah tambangnyha dengan membuat water
treatment dan pengunaan bahan penjernih air hingga limbah buangan
aman bagi masyarakat dan lingkungan.SUMBER LIMBAH CAIRLimbah cair
industri pelapisan bermacam-macam, bersifat asam atau basa yang
mengandung sianida beracun dan logam. Sumber limbah berupa larutan
di dalam bejana itu sendiri atau air bilasan. Sumber utama air
limbah adalah larutan pembilas yang agak encer, dan sering
mengandung 5 mg/l - 50 mg/l ion logam beracun.Larutan dalam bejana
yang berkonsentrasi tinggi jarang dibuang, akan tetapi jika
dibuang, dampak racunnya terhadap air penampung limbah mungkin
besar.Pembuangan lemak dengan pelarut membuat pelarut itu sendiri
menjadi limbah dan limbah di air bilasan. Kebanyakan pelarut itu
berbahaya terhadap lingkungan karena mengandung: silene,
tetrakloro-etilena, metilen klorida, aseton, keton, dan lain-lain.
Larutan alkali pembersih mengandung padatan tersuspensi, lemak,
sabun, dan tingkat pH-nya tinggi.Pengasaman menghasilkan pembuangan
larutan asam secara berkala, dan air bilasan dengan pH
rendah.Pelapisan, perendaman, dan pencelupan dalam sianida
menghasilkan larutan yang mengandung sianida dan logam yang
dilapisi.Air cucian lantai sering tercemar oleh percikan, tetesan
dan tumpahan larutan pembersih, larutan pengupas, dan larutan
pelapis.PENGOLAHAN LIMBAHA. Pengolahan Limbah CairPengolahan limbah
dalam industri pelapisan diutamakan pada penghilangan logam, asam,
alkali, sianida dan kadang-kadang pelarut yang membahayakan
lingkungan. Karenanya diperlukan langkan terpisah untuk
menghilangkan masing-masing komponen, maka aliran limbah harus
dipisahkan sebelum diolah. Untuk operasi kecil, pengolahan secara
batch sering berhasil baik. Pengolahan secara batch memerlukan daya
tampung untuk penyamaaan dan penetralan, baik sebelum dan sesudah
pengolahan.Biasanya pabrik pelapisan memisahkan aliran limbahnya
menjadi limbah yang mengandung sianida, limbah yang mengandung
krom, dan limbah-limbah lainnya (logam, asam dan alkali).Sianida
dihancurkan dengan oksidasi. Klorinasi basa dengan menggunakan
kostik dan kemudian klor (gas atau hipoklorit) adalah cara efektif,
tetapi harus diikuti penambahan tiosulfat untuk menghilangkan klor.
Ozonisasi, hydrogen peroksida dan oksidasi secara elektrolisis juga
dipakai secara terbatas. Penghancuran "alami" dengan menggunakan
oksidasi dari udara di dalam kolam-kolam besar dapat digunakan jika
tempat tersedia. Pengendapan sianida dengan ferisulfat tidak boleh
digunakan , karena efektivitasnya rendah dan menghasilkan gas
sianida dan sianida bebas setelah mengalami pemecahan rumit selama
beberapa waktu.Krom dapat diendapkan sesudah direduksi menjadi
bentuk bermartabat tiga, yang kurang beracun. Pada ph rendah
belerang dioksida, natrium bisulfit, ferosulfat atau metabisulfit
dapat digunakan untuk mereduksi krom bermartabat enam. Larutan krom
tereduksi yang dihasilkan biasanya dicampur dengan larutan sianida
yang telah diolah dan limbah pelapisan lainnya untuk diolah lebih
lanjut.Cara lain pengolahan krom adalah oksidasi langsung dan
pengendapan dengan natrium hidrosulfat atau hidrazin, reduksi
elektrokimia, penguapan atau penukaran ion. Logam diendapkan pada
pH tinggi dengan penambahan kapur dan/atau kostik. Logam yang
berbeda mengendap pada tingkat pH yang berbeda antara 8 sampai 11,
sehingga agar pengolahan berlangsung efektif, perlu dilakukan dalam
beberapa tahap, masing-masing logam dalam satu tahap. Zat Bantu
penggumpal seperti feriklorida, tawas dan polielektrolit sering
digunakan untuk membantu pemisahan zat padat-cair.Penjernihan perlu
dirancang dengan benar agar lumpur hidroksida logam dapat
dipisahkan dengan tuntas. Untuk mengurangi volume Lumpur digunakan
operasi pengurangan air (meningkatkan kadar padatan dari 2% menjadi
50%). Sistem pengolahan lain yang telah diterapkan pada industri
elektroplating adalah1. Elektrodialisis untuk memperoleh kembali
ion logam dalam larutan pelapisan 2. Osmosis balik digunakan untuk
memperoleh kembali garam pelapisan dan larutan3. Penukaran ion
adalah proses lain untuk memperoleh kembali logam yang digunakan di
banyak pabrik pelapisan4. Penguapan memerlukan modal dan biaya
energi yang tinggi, tetapi telah dipakai di beberapa tempat untuk
menghemat biaya logam dan biaya bahan kimia5. Saringan pasir
bekerja baik pada tahap penghalusan akhir sesudah pengendapan.
MINIMISASI LIMBAH
A. MENGURANGI LIMBAH Pengurangan/pencegahan limbah pada
pelapisan dapat mengurangi banyak volume dan kadar limbah, karena
itu dapat mengurangi biaya untuk pengolahan dan biaya bahan kimia
yang mahal. Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk
mengurangi limbah:1. Pembilasan dengan aliran berlawanan atau
penyemprotan 2. Penggunaan katup kendali aliran pada saluran
penyediaan air 3. Penundaan operasi di atas penangas atau tangki
pembilas supaya penirisan tuntas 4. Penggunaan tangki peniris dan
atau tangki penarik, dan alat pengocok untuk memperbaiki penirisan
5. Penggunaan dinding penahan percikan, bibir penahan, dan tangki
penampung untuk menampung percikan, tumpahan dan bocoran 6. Daur
ulang larutan penangas yang masih pekat 7. Pemisahan limbah yang
mengandung asam, alkali, sianida dan krom 8. Pemisahan pelarut dan
minyak untuk digunakan lagi (distilasi atau penggunaan di luar
pabrik), atau penggunaan alkali menggantikan pelarut untuk
pembersihan 9. Penggunaankrom bermartabat tiga menggantikan yang
bermartabat enam, dengan kemungkinan penurunan mutu hasil 10.
Penggunaan tembaga sulfat atau tembaga pirofosfat untuk
menggantikan tembaga sianida, jika mungkin dan 11. Penggunaan
penangas pelapis seng, yang bersifat asam dan alkali untuk
menggantikan seng sianida yang lebih membahayakan lingkungan. B.
PEMANFAATAN LIMBAH1. Pemanfaatan/Penggunaan KembaliAir pembilas dan
larutan elektrolit dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai contoh air
keluaran dari tangki pembilas dari proses pembersihan asam dapat
dipergunakan sebagai air masukan untuk tangki pembilas proses
pembersihan lemak. Larutan bekas pembersihan asam dapat dipakai
untuk pengaturan pH dalam proses pengolahan reduksi krom.
2. Pengambilan Bahan Yang BergunaPengambilan bahan yang berguna
dapat dilakukan jika secara ekonomis dianggap layak. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelayakan ekonomi adalah volume limbah yang
mengandung logam-logam, konsentrasi logam di dalam limbah, dan
kemampuan disirkulasi beberapa logam. Beberapa teknologi yang
digunakan untuk mengambilkembali logam dan garam logam meliputi:a.
penguapanb. osmose balikc. penukar iond. elektrolitik recoverye.
elektrodialisa
1. Penerapan Cleaner ProductionProduksi bersih adalah strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang
perlu dilaksanakan secara terus menerus pada proses produksi
sehingga mengurangi resiko negative terhadap manusia dan
lingkunganProduksi bersih pada proses produksi berarti meningkatkan
efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan baku, energi, dan sumber
daya lainnya, serta mengganti atau mengurangi jumlah dan toksisitas
seluruh emisi dan limbah sebelum keluar dari proses.Pencegahan,
pengurangan, dan penghilangan limbah atau bahan pencemaran pada
sumbernya merupakan elemen utama dari produksi bersih. Kegiatan
yang merupakan penerapan produksi bersih adalah:Penghematan
pemakaian air pencucian/pembilasan Penghematan pemakaian zat kimia,
misalkan penyamakan menggunakan garam krom dengan kadar larutan
cukup dengan 8% tidak perlu dipakai 12% Modifikasi proses, seperti
pada proses pengapuran menggunakan drum dengan jumlah bahan-bahan
yang dipakai dapat dikurangi (air, kapur, sulfida) atau dengan
pemisahan cairan pada proses buang bulu dan pengapuran. Pemakaian
teknologi dan peralatan yang tepat. 2. Pemisahan KromKrom dapat
dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan mengendapkan kembali
sebagai Krom Hidroksida dengan jalan penyaringan yang kemudian di
daur ulang dengan cara sbb: Air buangan dari penyamakan kromdan air
pencucian (sebanyak 2 x 100% air) yang sudah bebas dari padatan
diberi larutan magnesium hidroksida, dan diendapkan kira-kira 10
jam, yang kemudian cairan dipindahkan ke bak lain (dengan pipa
penyedot, tetapi jangan sampai endapannya ikut tesedot). Cairan
tersebut bila benar-benar bebas dari endapan akan mengandung Krom
kurang dari 2 ppm sehingga bias langsung dibuang atau dipakai untuk
daur ulang.Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulphat yang
sesuai, endapan tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit
dan akan memberikan suatu larutan Krom sebesar 50 gram krom
oksida/liter. Pada daur ulang proses selanjutnya masih membutuhkan
penambahan Krom kira-kira sejumlah 30%.
Pemanfaatan LimbahLimbah padat dapat digunakan untuk : pakan
ternak pupuk lem kayu asbes, hardboard bahan pembuat karpet