Page 1
SLO PJBL BLOK FAMILY
1. Pola dan proses komunikasi dalam kelurga
a. Definisi komunikasi
b. Elemen komunikasi keluarga
c. Prinsip-prinsip komunikasi keluarga
d. Saluran komunikasi keluarga
e. Proses komunikasi keluarga yang baik
f. Proses komunikasi keluarga yang tidak baik
g. Pola komunikasi dalam keluarga yang baik
h. Pola komunikasi dalam keluarga yang tidak baik
i. Faktor yang mempengaruhi pola komunkasi dalam keluarga
j. Proses keperawatan (pengkajainintervensi)
2. Kekuatan dan pengambilan keputusan dalam kelurga
a. Konsep kekuatan dalam keluarga
b. Variable yang mempengaruhi kekuatan dalam keluarga
c. Klasifikasi struktur kekuatan keluarga
d. Kekuatan dalam kelurga sehat
e. Kekuatan dalam keluarga tidak sehat
f. Proses keperawatan(pengkajainintervensi)
3. Nilai-nilai dalam keluarga
a. Pengertian nilai
b. Macam-macam sistem nilai
c. Nilai umum keluarga
d. Faktor yang mempengaruhi nilai keluarga
e. Proses keperawatan(pengkajainintervensi)
4. Stres, koping, dan adaptasi keluarga
a. Konsep dasar stres dan koping
b. Tahapan stres dan strategi koping
c. Stresor dalam keluarga
d. Strategi koping keluarga
e. Koping disfungsionaldalam keluarga
f. Faktor yang mempengaruhi koping keluarga
g. Proses keperawatan(pengkajainintervensi)
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 1
Page 2
Pola dan proses komunikasi dalam kelurga
a. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari communication,
berasal dari kata latin communication , dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna antara pemberi pesan
dengan penerima pesan. Jadi, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi,
misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung
selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Beberapa pakar komunikasi memberikan definisi komunikasi diantaranya
dikutip oleh Effendi sebagai berikut, Carl I. Hovland dalam Effendi (1986: 63)
mendefinisikan komunikasi sebagai “Suatu proses dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan perangsang-perangsang, biasanya lambang-lambang dalam bentuk
kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”. Jadi, hakikat
komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia. Yang berhubungan
dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya.
Menurut Lewis Caroll, Komunikasi merupakan suatu proses memindahkan,
mengoperkan atau menyampaikan sesuatu secara teliti dari jiwa yang satu kepada
jiwa yang lain, dan hal itu adalah tepat seperti pekerjaan yang harus kita ulangi dan
ulangi lagi (Praktikto, 1983: 10). Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien
tidak semudah seperti yang dibayangkan orang. Banyak hal-hal yang harus
diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang disampaikan kepada orang lain bisa
dimengerti serta dipahami. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul
saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, si pengirim dan penerima informasi
memahami.
Tirman Sirait mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi
sebagai berikut, “Komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan atau kegiatan
penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau
makna-makna informasi dari seseorang kepada orang lain, atau lebih jelasnya suatu
pemindahan atau pengoperan informasi mengenai pikiran dan perasaan-perasaan”.
(Tirman, 1982: 11)
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi tidak berarti
hanya menyampaikan sesuatu kapada orang lain, akan tetapi bagaimana caranya
penyampaian itu agar penerima mudah mengerti dan memahami dengan perasaan
ikhlas. Keberhasilan suatu komunikasi sangat dibutuhkan oleh faktor manusianya.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 2
Page 3
Karena manusia memiliki akal dan pikiran serta perasaan untuk dapat menentukan
sikap, dan manusia merupakan sarana utama terjadinya suatu komunikasi.
b. Elemen-elemen komunikasi keluarga
Proses Komunikasi Menurut Gates (1995) komunikasi merupakan suatu proses yang
mempunyai komponen dasar sebagai berikut :
Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan
kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami olehorang yang
menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah
informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan.
Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir
secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
Informasi
Ajakan
Rencana kerja
Pertanyaan dan sebagainya
Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau symbol sehingga
pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer
menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata,gerakan anggota badan,
(tangan, kepala, mata dan bagian mukalainnya). Tujuan penyampaian pesan
adalah untuk mengajak,membujuk, mengubah sikap, perilaku atau
menunjukkan arahtertentu.
Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media inidapat dipengaruhi
oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata danseterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikansimbul/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti/dipahaminya.
Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesandari si pengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpamengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 3
Page 4
Balikan ( feedback )
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima
pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang
pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannyaterhadap sipenerima
pesan. Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui
apakah pesan sudah diterimadengan pemahaman yang benar dan tepat.
Balikan dapat disampaikanoleh penerima pesan atau orang lain yang bukan
penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada
umumnyamerupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas
pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu
akandilaksanakan atau tidak Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat
dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan
penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan
sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya.Balikan bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan
membantu untuk menumbuhkankepercayaan serta keterbukaan diantara
komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
c. Prinsip-prinsip komunikasi keluarga
Dalam kominikasi , harus ada kemauan antara komunikator dan komunikan , tidak
setengah-tengah dalam berlangsungnya komunikasi
Komunikasi akan mencapai hasil yang diharapkan apabila komunikator dapat
mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain
Pesan-pesan dalam komunikasi harus dapat dimengerti, difahami dan menjadi jelas
Komunikai yang baik terjadi keselarasan dan kesesesuaian antara pesan dan umpan
balik
Komunikasi yang berhasil yaitu pesan yang diterima komuikan sesuai dengan
maksud pesan yang dikirim komunikator.
Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan
orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi
memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap
segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.
Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang
dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun
tanggapan orang tersebut.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 4
Page 5
Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan
aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari
orang terdekat yaitu, keluarga.
Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang
sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.
Kesamaan (Equality)
Kesamaan adalah sejauh mana antara pembicara sebagai pengirim pesan dengan
pendengar sebagai penerima pesan mencapai kesamaan dalam arti dan pesan
komunikasi. Dengan kata lain kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai
kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.
Percaya (trust)
Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya Percaya disini merupakan
faktor yang paling penting sejauh mana percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh
faktor personal dan situasional. Dengan adanya percaya dapat meningkatkan
komunikasi interpersonal karena membuka hubungan komunikasi, memperjelas
pengiriman dan penerimaan informasi.
Sikap suportif
Sikap suportif adalah adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima, tidak jujur, tidak
empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal.
d. Saluran komunikasi keluarga
Komunikasi dalam interaksi keluarga sering terjadi komunikasi antar pribadi yang
dilakukan dengan spontan antar anggota keluarga, tidak mempunyai tujuan yang
ditetapkan terlebih dahulu.Komunikasi dalam interaksi keluarga dapat terjadi secara
kebetulan di antara anggota keluarga. Selain dari itu komunikasi dalam interaksi
keluarga dapat berlangsung berbalas-balasan.Orang yang terlibat dalam komunikasi
dua sampai empat orang.Apabila perckapan mereka semakin serius, maka dapat
terjadi dialog, di antara mereka. Kondisi demikian siapa yang menjadi komunikator
dan siapa yang menjadi komunikan menjadi tidak jelas.Dalam kehidupan sehari-hari
ada berbagai saluran yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Seseorang
menggunakan saluran tertentu, sebagai saluran sementara atau sewaktu-waktu
dalam interaksi dengan orang lain. Kadang-kadang saluran ini dikembangkan
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 5
Page 6
sebagai hal yang menetap dan berakar bersama perkembangan pribadinya. Saluran
mana yang digunakan , tergantung pada pengalaman belajar sebelumnya dan
tergantung pada intensitas ancaman yang diperoleh dan dirasakannya serta
kecemasan yang menyertai tanggapan akan ancaman itu . Saluran komunikasi
tersebut meliputi :
a) Konsonan : adalah komunikasi dimana perasaan dan perilaku dinyatakan
seiring dan searti dengan pesan yang diberikan . Orang yang menggunakan
saluran ini adalah orang yang merasa aman untuk mengatakan apa saja
yang ada dalam benaknya.
b) Celaan : reaksi yang biasa dilakukan oleh orang yang merasa dirinya selalu
terancam, dalam bentuk menggerutu, kritik yang berlebihan atau bersikap
kasar. Orang pencela ini biasanya menderita harga diri rendah, dan
berusaha meningkatkannya dengan mencela atau mencemoohkan orang
lain.
c) Kepatuhan : Orang yang patuh biasanya cenderung untuk menyalahkan
dirinya sendiri apabila terjadi sesuatu yang menimpa diriya atau keluarganya
.Biasanya anggota keluarga lain mempergunakan saluran komunikasi celaan
terhadap anggota keluarga yang seperti ini.
d) Intelektualisasi : Saluran ini memusatkan memusatkan interaksi pada
kemampuan rasional, kemampuan mental dan kemampuan intelektual.
Dalam perilakunya orang semacam ini menampilkan diri sebagai orang tanpa
perasaan. Orang semacam ini melakukan tindakan tidak sesuai dengan
perasaannya, atau ia dalam konflik antara pikiran dan
perasaannya.Penggunaan saluran ini dalam komunikasi antar keluarga,
terdapat jarak emosional yang menghambat hubungan mereka di antara
anggota tersebut.
e) Acuh tak acuh : Saluran ini merupakan saluran tidak sehat, yang bersumber
pada ketakutan, kemarahandan keinginan untuk memanipulasi orang lain.
Komunikasi ini sering muncul dalam bentuk bungkam, sikap tidak
peduli ,tanpa memperhatikan yang diajak berbicaraPola interaksi dalan
keluarga menurut Don Jackson ada empat kategori , yaitu : Relasi seimbang
dan memuaskan, Tidak seimbang dan memuaskan, Tidak seimbang dan
tidak memuaskan, Seimbang dan tidak memuaskan.
e. Proses Komunikasi
Menurut Effendy (2000: 31) proses komunikasi dapat ditinjau dari dua perspektif.
Proses Komunikasi dalam Perspektif Psiokologi
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 6
Page 7
Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan
komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan pesan
kepada komunikan, maka, dalam dirinya terjadi proses. Proses ini yakni
mengenai isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran,
sedangkan lambang umumnya adalah bahasa.Proses “mengemas” pesan
atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu
dinamakan encoding. Hasil encodeng berupa pesan kemudian ia
transmisikan atau operkan kepada komunikan.Kini giliran komunikan terlibat
dalam proses komunikasi intrapersonal. Proses dalam diri komunikan disebut
decoding. Seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia
terima dari komunikator tadi. Mengerti isi pesan atau pikiran komunikator,
maka komunikasi terjadi.Sebaliknya bilamana tidak mengerti, maka
komunikasi tidak terjadi.
Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis
Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau
“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya
sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan oleh komunikan itu
dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera
lainnya.Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab
bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi itu
berlangsung. Adakalanya komunikan seorang, maka komunikasi dalam
situasi seperti itu dinamakan komuniksi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi, kadang-kadang komunikannya sekelompok orang; komunikasi
dalam situasi seperti itu disebut komunikasi kelompok; adapula
komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga
untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi
dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi massa.Dari kutipan diatas
dapat disimpulan bahwa proses komunikasi terdiri dari proses psikologis dan
mekanistis. Kedua proses tersebut adalah proses penyampaian pesan tetapi
ada perbedaan diantara keduanya, dimana proses komunikasi dalam
perspektif psikologis menitik beratkan pada proses pengemasan pesan baik
itu komunikator maupun komunikan sedangkan proses komunikasi dalam
perspektif mekanistis lebih menekankan proses komuniaksi pada
penggunaan alat indera dan anggota tubuh lainnya dalam berkomunikasi.
f. Pola Komunikasi Keluarga
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 7
Page 8
Banyak teori mengenai komunikasi keluarga yang menyatakan bahwa anggota
keluarga menjalankan pola interaksi yang sama secara terus menerus. Pola ini bisa
negatif ataupun positif, tergantung dari sudut pandang dan akibat yang diterima
anggota keluarga. Keluarga membuat persetujuan mengenai apa yang boleh dan
yang tidak boleh dikomunikasikan dan bagaimana isi dari komunikasi itu di
interpretasikan. Keluarga juga menciptakan peraturan kapan bisa berkomunikasi,
seperti tidak boleh bicara bila orang sedang mencoba tidur, dan sebagainya. Semua
peraturan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikomunikasikan melalui cara
yang sama secara terus menerus sehingga membentuk suatu pola komunikasi
keluarga.
Pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga bisa dinyatakan langsung ataupun
hanya disimpulkan dari tingkah laku dan perlakuan yang terjadi dalam keluarga
tersebut.Keluarga perlu mengembangkan kesadaran dari pola interaksi yang terjadi
dalam keluarganya, apakah pola tersebut benar-benar diinginkan dan dapat diterima
oleh seluruh anggota keluarga, apakah pola itu membantu dalam menjaga
kesehatan dan fungsi dari keluarga itu sendiri, atau malah merusak keutuhan
keluarga. Kesadaran akan pola itu dapat dibedakan antara keluarga yang sehat dan
bahagia dengan keluarga yang dangkal dan bermasalah.Pola-pola komunikasi yang
lebih kompleks berkembang pada waktu si anak mulai tumbuh dan menempatkan diri
ke dalam peranan orang lain. “Menurut Hoselitz, dengan menempatkan pribadi ke
dalam peranan orang lain maka si anak juga belajar menyesuaikan diri (conform)
dengan harapan orang lain”. (Liliweri, 1997 : 45).Berdasarkan pandangan Klinger,
Gillin dan Gillin yang dikutip Soekanto, maka kita dapat mengetahui bahwa setiap
proses komunikasi didorong oleh faktor-faktor tertentu. Misalnya pada waktu bayi
menangis, tangisan itu mempengaruhi ibu sehingga sang ibu segera datang
membawa botol susu. Sang bayi mulai belajar dari pengalamannya bahwa setiap
tangisan merupakan tanda (sign) yang selalu dapat digunakan untuk menyatakan
kebutuhan makan dan minum. (Liliweri, 1997 : 45). Hubungan dengan anggota
keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang, benda, dan kehidupan secara
umum.Mereka juga meletakkan landasan bagi pola penyesuaian dan belajar berpikir
tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarga mereka.Akibatnya
mereka belajar menyesuaikan pada kehidupan atas dasar landasan yang diletakkan
ketika lingkungan untuk sebagian besar terbatas pada rumah.Dengan meluasnya
lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar
rumah, landasan awal ini, yang diletakkan di rumah, mungkin berubah dan
dimodifikasi, namun tidak pernah akan hilang sama sekali. Sebaliknya, landasan ini
mempengaruhi pola sikap dan perilaku di kemudian hari.C. H. Cooley berpendapat
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 8
Page 9
bahwa keluarga sebagai kelompok primer, tiap anggotanya memiliki arti yang khas
yang tak dapat digantikan oleh anggota lain tanpa mengganggu emosi dan relasi di
dalam kelompok”. (Daryanto, 1984 : 64). Anggota-anggota sebuah keluarga, suami
isteri dan anak-anaknya mempunyai status dan peranan masing-masing, sehingga
interaksi dan inter-relasi mereka menunjukkan pola yang jelas dan tetap. Status
anggota-anggota keluarga ini sedemikian pentingnya, sehingga bila salah seorang
anggota keluarga keluar dari ikatan atau hubungan keluarga, maka anggota-anggota
yang lain akan merasakan sesuatu yang kurang menyenangkan dalam hatinya, di
samping itu pola relasi di dalam keluarga itu akan berubah. Tiap anggota keluarga
merupakan kepribadian yang khas dan diperlukan sama oleh anggota-anggota yang
lain. “Keluarga sebagai kelompok primer bersifat fundamental, karena di dalam
keluarga, individu diterima dalam pola-pola tertentu.Kelompok primer merupakan
persemaian di mana manusia memperoleh norma-norma, nilai-nilai, dan
kepercayaan.Kelompok primer adalah badan yang melengkapi manusia untuk
kehidupan sosial”. (Daryanto, 1984 : 64). Selain itu, kelompok primer bersifat
fundamental karena membentuk titik pusat utama untuk memenuhi kepuasan-
kepuasan sosial, seperti mendapat kasih sayang atau afeksi, keamanan dan
kesejahteraan, dan semuanya itu diwujudkan melalui komunikasi yang dilakukan
terus menerus dan membentuk sebuah pola.
Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986)
mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :
1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata
dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama.
Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya, bebas
mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan.Komunikasi yang terjadi berjalan
dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang
terjadi pada hubungan inerpersona lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin
dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan
peran yang sama. Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui
intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta
tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang
jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan,
baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun yang penting
seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak, membeli rumah, dan
sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman.Masalah
diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 9
Page 10
kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide
atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka
panjang. Bila model komunikasi dari pola ini digambarkan, anak panah yang
menandakan pesan individual akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi
berjalan secara timbal balik dan seimbang.
2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap
orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing-masing.Tiap
orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda.Sebagai contoh, dalam
keluarga biasa, suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah untuk keluarga
dan istri mengurus anak dan memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua
anggotanya memiliki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan,
seni, dan satu pihak tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak
dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-
sendiri.Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang menang
atau kalah.Sebagai contoh, bila konflik terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang
menang, dan bila konflik terjadi dalam hal urusan anak, istri lah yang
menang.Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena
masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih
dari setengah wilayah komunikasi timbal balik.Satu orang yang mendominasi ini
sering memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini
lebih cerdas atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain orang itu
secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang
menarik atau berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara
membiarkan pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil
keputusan sendiri. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas,
memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan
bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta
pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri
atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan argumennya. Sebaliknya,
pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang
mendominasi dalam mengambil keputusan.
4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah
daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 10
Page 11
balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia
berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua
sudah mengetahui siapa yang akan menang. Dengan jarang terjadi perdebatan
itulah maka bila ada konflik masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi
bersama secara baikbaik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat
atau mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan
menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan
pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti halnya
hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapat kepuasan
dengan perannya tersebut dengan cara menyuruh, membimbing, dan menjaga
pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan lewat pemenuhan
kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan sendiri sehingga ia tidak
akan menanggung konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.
Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi :
- Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
- Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
- Kurang empati•Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
- Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
- Komunikasi tertutup
- Bersifat negatif
- Mengembangkan gossip
Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi:
- Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
- Komunikasi terbuka dan jujur
- Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
- Konflik keluarga dan penyelesaiannya
g. Faktor yang mempengaruhi pola komunikasi dalam keluarga
Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang
tidak beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan
penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :
Kebisingan
Keadaan psikologis komunikan
Kekurangan komunikator atau komunikan
Kesalahan penilaian oleh komunikator
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 11
Page 12
Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
Bahasa
Isi pesan berlebihan
Bersifat satu arah
Faktor teknis
Kepentingan atau interes
Prasangka
Cara penyajian yang verbalistis
Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara
sebagai berikut :
Mengecek arti dan maksud yang dikatakan
Meminta penjelasan lebih lanjut
Mengecek umpan balik atau hasil
Mengulang pesan yang disampaikan
Memperkuat dengan bahsa isyarat
Mengakrabkan pengirim dan penerima
Membuat pesan selalu singkat
Mengurangi banyaknya mata rantai
Menggunakan orientasi penerima
h. Proses keperawatan ( pengkajian intervensi )
a) Area Pengkajian
Pernyataan berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis pola komunikasi
keluarga :
Dalam mengobservasi keluarga secara utuh atau serangkaian hubungan keluarga,
sejauh mana pola komunikasi fungsional dan disfungsional yang
digunakan?.Diagram pola komunikasi sirkular yang terjadi berulang. Selain membuat
diagram pola komunikasi sirkular, prilaku spesifik berikut ini harus dikaji:
1) Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan perasaan
interaksi?
2) Sejauh mana anggota menggunakan klerifikasi dan kualifikasi dalam
interaksi?
3) Apakah anggoata keluarga mendapatkan dan merespon umpan balik secara
baik, atau mereka secara umumtidak mendorong adanya umpan balik dan
penggalian tentang suatu isu?
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 12
Page 13
4) Seberapa baik anggota keluarga mendengarkan dan memperhatikan ketika
berkomunikasi?
5) Apakah anggota mencari validasi satu sama lain?
6) Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang bersifat
menghakimi dalam interksi
7) Apakah anggota berinterksi dengan sikap menhina terhadap pesan?
8) Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
b) Bagimana pesan emosional disampaikan dalam keluarga dan subsistem keluarga?
1) Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
2) Jenis emosi apa yang dikirimkan ke subsistem keluarga? Apakah emosi
negatif, positif, atau kedua emosi yang dikirimkan?
c) Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi didalam jaringan komunikasi dan
rangkaian hubungan kekeluargaan?
1) Bagaimana cara/sikap anggota kelurga (suami-istri, ayah-anak,anak-anak)
saling berkomunikasi?
2) Bagaimana pola pesan penting yang biasanya? Apakah terdapat perantar?
d) Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota?
Apakah pesan penting keluarga sesuai dengan isi instruksi ?apabila tidak, siapa
yang menunjukkan ketidaksesuaian tersebut?
e) Jenis proses disfungsional apa yang terdapat dalam pola komunikasi keluarga?
f) Apa isu penting dari personal/keluarga yang terbuka dan tertutup untuk dibahas?
g) Bagaimana faktor-faktor berikut mempengaruhi komunikasi keluarga?
1) Konteks/situasi
2) Tahap siklus kehidupan kelurga
3) Latar belakakang etnik kelurga
4) Bagaimana gender dalam keluarga
5) Bentuk keluarga
6) Status sosioekonomi keluarga
7) Minibudaya unik keluarga
Diagnosa Keperawatan Keluarga
Masalah komunikasi keluarga merupakan diagnosis keperawatn keluarga yang
sangat bermakna, Nort American Diagnosis Assosiation (NANDA) belum mengidentifikasi
diagnosis komunikasi yang berorientasi keluarga. NANDA menggunakan perilaku
komunikasi sebagai bagian dari pendefisian karakteristik pada beberapa diagnosis
mereka;seperti proses berduka disfungsional salah satu diagnosis keperawatn yang
terdapat dalam daftar NANDA adalah “hanbatan komunikasi verbal”, yang berfokus pada
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 13
Page 14
klien individu yang tidak mampu untuk berkomunikasi secara verbal. Giger & Davidhizar
(1995) menegaskan bahwa ”hambatan komunikasi verbal” tidak mempertimbangkan
kjebudayaan klien sehingga secara kebuyaan tidak relevan dengan diagnosis keperawatan.
Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatn keluarga dalam keluarga dalam area komunikasi terutama
melibatkan pendidikan kesehatan dan konseling, serta kolaborasi sekunder, membuat
kontrak, dan merujuk ke kelompok swa-bantu, organisasi komunitas, dan klinik atau kantor
terapi keluarga. Model peran juga berperan tipe pemberian pendidikan kesehatan yang
penting.Model peran melalui observasi anggota keluarga mengenai tenaga kesehatan
keluarga dan bagaimana mereka berkomunikasi selam situasi interaksi yang berbeda bahwa
mereka belajar meniru perilaku komunikasi yang sehat.
Konseling dibidang komunikasi keluarga melibatkan dorongan dan dukungan
keluarga dalam upaya mereka untuk meningkatkan komunikasi diantara mereka sendiri.
Perawat keluarga adalah sebagai fasilitator proses kelompok dan sebagi narasumber.
Wright dan Leahey (2000) menklasifikan tentang tiga intervensi keluarga secara lansung
(berfokus pada tingkat kognitif, afektif, dan perilaku dari fungsi) membantu dalam
pengorganisasian srategi komunikasispesifik yang dapat diterapkan, strategi intervensi
dalam masing-masing ketiga domain meliputi pendidikan kesehatan dan konseling.
a. Intervensi keperawatan keluarga dengan focus kognitif memberikan atau ide baru
tentang komunikasi. Informasi adalah opendidikan yang dirancang untuk mendorong
penyelesaian masalah keluarga. Apakah anggota mengubah perilaku komunikasi
mereka pertama sangat bergantung pada bagiamana mereka mempersepsikan
masalah. Wright & Laehey (2000) menegaskan peran penting dari persepsi dan
keyakinan.
b. Intervensi dalam area afektif diarahkan pada perubahan ekspresi emosi anggota
keluarga baik dengan meningkatkan maupun menurunkan tingkat komunikasi
emosional dan modifikasi mutu komunikasi emosional. Tujuan keperawatan spesifik
didalam konteks kebudayaan keluarga, membantu anggota keluarga
mengekspresikan dan membagi perasaan mereka satu sama lain sehingga:
1) Kebutuhan emosi mereka dapat disampaikan dan ditanggapi dengan lebih
baik.
2) Terjadi komunikasi yang lebih selaras dan jelas
3) Upaya penyelesaian masalah keluarga difasilitasi.
c. Intervensi keperawatan keluarga berfokus pada perilaku, perubahan perilaku
menstimulasi perubahan dalam persepsi “realitas” anggota keluarga dan persepsi
menstimulasi perubahan perilaku (proses sirkular, rekursif). Oleh karena itu, ketika
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 14
Page 15
perawat keluarga menolong anggota keluarga belajar cara komunikasi yang lebih
sehat. Ia juga akan membantu anggota keluarga untuk mengubah persepsi mereka
atau membangun realitas tentang suatu situasi. Intervensi pendidikan kesehatan dan
konsling dirancang untuk mengubah komunikasi keluarga meliputi:
Mengidentifikasi keinginan perubahan perilaku spesifik anggota keluarga dan
menyusun rencana kolaboratif untuk suatu perubahan
Mengakui, mendukung, dan membimbing anggota keluarga ketika mereka mulai
mencoba untuk berkomunikasi secar jelas dan selaras.
Memantau perubhan perilaku yang telah menjadi sasran sejak pertemuan
terdahulu. Tanyakan bagimana perilaku komunikassi yang baru, apakah ada
masalah yang terjadi, serta jika mereka mempunyai pertanyaan atau hal penting
tentang perubahan tersebut.
Nilai-nilai dalam keluarga
a. Pengertian nilai
Nilai sama dengan sesuatu yang menyenangkan kita, nilai identik dengan apa yang
diinginkan, nilai merupakan sarana pelatihan kita, nilai pengalaman pribadi semata,
nilai ide platonic esensi.
1. Menurut Driyarkara (1966,38)
Nilai adalah hakekat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh
manusia.
2. Menurut Fraenkel (1977:6)
Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan
seseorang atau dianggap penting oleh sesorang, biasanya mengacu kepada
estetika (keindahan), etika pola prilaku dan logika benar salah atau keadilan
justice. (Value is any idea, a concept , about what some one think is important in
life)
3. Menurut Kuntjaraningrat (1992:26)
Menyebutkan sisten nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepi yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar keluarga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus
mereka anggap bernilai dalam hidup.
4. Menurut John Dewey
Value is any object of social interest
5. Menurut Endang Sumantri
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 15
Page 16
Sesuatu yang berharga, yang penting dan berguna serta menyenangkan dalam
kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap yang ada pada diri
atau hati nuraninya.
6. Menurut Kosasih Jahiri
Tuntunan mengenai apa yang baik, benar dan adil
7. M.I. Soelaeman
Agama diarahkan pada perintah dan larangan, dorongan dan cegahan, pujian
dan kecaman, harapan dan penyesalan, ukuran baik buruk, benar salah, patuh
tidak patuh, adil tidak adil
8. Menurut Darji
Nilai ialah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani
9. Encylopedi Brittanca 963
Nilai kualitas dari sesuatu objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat.
b. Macam-macam system nilai
Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidaklah sama luhur dan sama
tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai
dikelompokkan dalam 4 tingkatan sebagai berikut :
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang
mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang
atau menderita.
2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang lebih penting
bagi kehidupan, misalnya: kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan
umum.
3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang sama sekali
tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungan, seperti misalnya
kehidupan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
4) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari suci dan
tak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi dan nilai
kebutuhan .
c. Nilai umum keluarga
Nilai Keluarga Besar.
- Hubungan Sanak Saudara.
Anak membutuhkan kakak dan adik (sebaliknya anak tunggal dimanjakan dan
kesepian).
- Pilihan jenis kelamin.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 16
Page 17
Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak laki -laki atau
anak perempuan, atau suatu kombinasi tertentu.
- Kelangsungan Hidup Anak.
Orang tua membutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberapa anak akan
hidup terus sampai dewasa dan membantu mereka pada masa tua.
Nilai Keluarga Kecil.
- Kesehatan Ibu.
Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu.
- Beban masyarakat.
Dunia ini menjadi terlalu padat.Terlalu banyak anak merupakan beban masyarakat.
Sementara itu Hoffman dan Hoffman (1973) dalam studinya tentang hal-hal yang
memotivasi seseorang sehingga ingin memiliki anak antara lain:
a. Ingin membuktikan bahwa ia seorang dewasa.
b. Memiliki beberapa perluasan pribadi dan mungkin dari seorang leluhur yang akan
berakhir pada suatu waktu.
c. Memuaskan sejumlah standard yang pasti oleh keluarganya sendiri maupun
religi.
d. Menciptakan suatu kemesraan, afeksi dalam kehidupan kelompok melebihi dari
sekedar keluarganya sendiri.
e. Mengalami petualangan dari kemampuan memiliki anak dan membesarkan anak.
f. Menciptakan manusia baru.
g. Memiliki seseorang untuk bergantung dan merawat.
h. Untuk memmjukkan bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dibanding
orang lain.
i. Memiliki anggota keluarga yang lain untuk berbagai kerja dan untuk menjamin di
hari tua.
Masalah yang timbul dalam mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
sebagaimana diuraikan diatas adalah menekankan dan menggiring jumlah ideal ke arab
caturwarga ataupun keluarga dengan 2 anak. Dua anak dalam keluarga dua laki-laki, dua
perempuan atau satu laki-laki dan satu perempuan sudah cukup.Disini terdapat dua
permasalahan secara garis besar.yaitu:
Masalah memasyarakatkan Norma Keluarga Kecil atan Norma Keluarga dua
anak yang jelas rapat kaitannya dengan nilai-nilai sosial, ekonomi dan
psikologi dari anak, begitu juga dengan tingkat kematian yang relatif masih
tinggi.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 17
Page 18
Bagaimana mencapainya secara teknis sekali norma itu sudah mulai
berkembang. Dari sudut teknologi kontrasepsi yang ada sekarang dan yang
dapat diterima oleh masyarakat, tidaklah begitu mudah untuk membatasinya
pada 2 (dua) anak. Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak
atau tidak terserah pada keputusan pasangan suami istri dan keputusan
tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya. Tetapi yang
jelas, perubahan sosial mutlak diperlukan untuk mendukung NKKBS yang
dikampanyekan dalam program Keluarga Berencana di Indonesia.
(+) Nilai umum keluarga
a. Nilai kasih sayang : Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap
individu, dan sejak masih balita mereka mulai menerima nilai-nilai yang akan
menjadi pegangan sepanjang hidupnya. Dalam keluarga setiap individu
membutuhkan pengayoman, perlindungan dan rasa cinta kasih untuk dapat
mengembangkan dirinya secara optimal (Megawangi, 1996). Agar anak secara
psikososial dapat berkembang spontan dan wajar, anak sangat perlu
mendapatkan perhatian, pengertian, belaian kasih sayang, terutama sekali dari
kedua orang tuanya. Anak yang berkembang tanpa bantuan manusia akan
kehilangan hakekat kemanusiaanya (Gunarsa, 1980).
b. Nilai komunikasi : Keluarga yang mempunyai budaya komunikasi dengan anak
secara baik akan mampu menciptakan prakondisi bagi tumbuhnya kecerdasan
anak (Suyanto, 1998). Peran komunikasi yang penting dalam keluarga adalah
membangun interaksi dalam keluarga meliputi : saling tukar informasi antar
angota, sebagai sarana sosialisasi bagi anak dan melatih tugas-tugas yang ada
didalam rumah tangga keluarga dan sebagai dasar untuk melakukan kerjasama
dalam keluarga.
c. Nilai tanggung jawab : Tugas-tugas keluarga merupakan tanggung jawab
langsung setiap pribadi. Hampir tidak ada peran tanggung jawab keluarga yang
dapat diwakilkan kepada orang lain, sehingga hampir semua orang
menyesuaikan diri atau mengaku menyesuaikan diri kepada tuntutan keluarga.
Menurut Taryati et.al (1994) pelatihan dan pembinaan tanggung jawab diberikan
kepada anak sejak kecil, yaitu pada saat anak telah dapat diajak berkomunikasi,
dapat berpikir, dan dapat melakukan suatu pekerjaan yang paling ringan (usia 5
tahun ke atas).
d. Nilai saling menghormati : Setiap individu dianggap sebagai atasan dari
bawahanya, dan harus menjadi panutan bagi bawahanya dengan memberi
perlindungan kepada bawahanya. Sebaliknya bawahan akan memberi rasa
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 18
Page 19
hormaat kepada atasanya. Sifat yang menjadi panutan ini bersumber dari
keluarga, yang masing-masing individu akan menempatkan dirinya sesuai
dengan posisinya didalam keluarga. Anak yang terpanuhi kebutuhan rasa aman
dan kasih sayangnya akan lebih menurut dan mudah dibentuk. Atas dasar ini
orang tua menanamkan dasar-dasar kepribadian melalui penanaman nilai-nilai
dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai keluarga dan lingkungan sosial
maupun masyarakat yaitu : anak menghormati orangtua, anak yang muda
menghormati yang lebih tua (Megawangi, 1996)
e. Nilai komitmen : Menurut Lukmansyah (1973) anak perlu mendapat latihan
untuk makan, tidur dan bermain menurut waktunya, serta kebiasaan-kebiasaan
lain sesuai dengan usianya sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan yang berlaku didalam lingkungan. Anak yang tidak dipersiapkan
untuk menghadapi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat akan
mengalami kesukaran dalam kehidupan sosialnya.
d. Faktor yang mempengaruhi nilai keluarga
a. Pendidikan orangtua : Keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan atau
tingkat pendidikan yang dicapainya akan mempengaruhi dan membentuk cara,
pola dan kerangka berfikir, presepsi, pemahaman dan kepribadianya yang
kesemuanya itu merupakan bagian integral sebagai bekal dalam berkomunikasi.
Karena itu tingkat pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung akan
menentukan baik buruknya pola komunikasi antar anggota keluarga (Gunarsa,
1991).
b. Pendapatan keluarga atau orangtua : Kondisi ekonomi yang kurang berpengaruh
terhadap kondisi mental dan psikis individu yang hidup dalam keluarga dan
menentukan corak kualitas hubungan antara pribadi dalam keluarga (Gunarsa
1991)
c. Besar keluarga : Kepadatan keluarga berpengaruh besaar kepada hubungan
antar pribadi dalam keluarga. Adanya perbedaan secara baik mengenai umur,
pendidikan, tugas dan kegiatan dan antanggung jawab akan mempersulit proses
penyesuaian. Setiap sistem interaksi memiliki kualitas emosi tertentu yang
mempuynyai pengaruh terhadap kepribadian dan sikap dari seluruh anggota
keluarga.
d. Status kerja ibu : Pada ibu pekerja yang terpenting adalah pembagian waktu
antara pekerjaan dan perhatian anak. Kalau waktu untuk anak-anak digunakan
seoptimal mungkin dengan mengikuti langkah-langkah yang dianjurkan, maka hal
ini akan mengurangi persoalan yang timbul (Sobur,1986).
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 19
Page 20
e. Kepribadian orangtua : Kepribadian orangtua merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi sikap orangtua dalam membina dan memelihara anak-anak yang
mempunyai terhadap kepribadian anak. Orantua yang aktif cenderung aktif
terhadap anak-anaknya, Ini tergantung dari kegiatan dan minat apa yang
dilakukan orangtua (Littauer, 1992).
f. Hubungan suami istri : Dalam membina dan memelihara anak-anak, orangtua
memperlihatkan dan menunjukkan sikap tertentu yang mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian anak. Hubungan suami istri yang mencapai
kepuasan bagi kedua belah pihak, maka sikap orangtua lebih positif daripada bila
tidak ada kepuasaan.
g. Riwayat hidup ibu : Menurut Freud (1986 dalam Hurlock (1993) bahwa apa yang
dilakukan sseseorang saat ini mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa-
peristiwa tertentu di masa lampau yang sangat mengesankan bagi seseorang.
j. Proses keperawatan ( pengkajian intervensi )
a. Pengkajian
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
- Nama kepala keluarga (KK)
- Umur
- Alamat dan telepon
- Pekerjaan kepala keluarga
- Pendidikan kepala keluarga
- Komposisi keluarga dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi):
Nama/inisial, Jenis kelamin, Tanggal lahir/ umur, Hubungan dengan kepala
keluarga, Pendidikan, Pekerjaan.
- Tipe keluarga: Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yangterjadi dengan jenis keluarga tersebut.
- Latar Belakang Keluarga: Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
- Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga :
Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara
etnis besifat homogen).
Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan
Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau madern)
Struktur keluarga tradisional atau madern
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 20
Page 21
Bahasa yang digunakan dirumah
Penggunakan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
(Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktisi-
praktisi pelayanan kesehatan tradisional, atau memilikikepercayaan
tradisional asli dalam bidang kesehatan).
- Identifikasi Religius : Mengkaji agama yamg dianut serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan:
Apakah anggota keluarga berada dalam praktek keyakinan beragamaan
mereka.
Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau
oganisasi keagamaan.
Agama yang dianut oleh keluarga.
Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yamg dianut dalam
kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan.
- Status Ekonomi : Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluargamaupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluargaditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga:
Jumlah pendapatan per bulan
Sumber-sumber pendapatan per bulan
Jumlah peneluaran per bulan
Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya
- Aktivitas Rekreasi atau Waktu LuangAktivitas rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu namun juga penggunaan waktuluang/ senggang keluarga.
Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap
kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti dan mengkajisejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai
tahapan perkembangan. Sedangkan riwayatkeluarga adalah mengkaji riwayat
kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga:
- Tahapan perkembangan keluarga saat ini.
- Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai
dengan tahap perkembangan saat ini.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 21
Page 22
- Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat
perkembangan dankejadian-kejadian dan pengalaman-pangalaman
kesehatan yang unik atau yang berkaitandengan kesehatan (perceraian,
kematian, hilang dll) yang terjadi dalam kehidupankeluarga.
- Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa
kehidupankeluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang
tua dari kedua orang tua.
Struktur Nilai Keluarga
- Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitasyang
lebih luas
- Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga
- Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar
- Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
- Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-
nilaikeluarga
- Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga
Data Lingkungan
Karakteristik Rumah
- Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll).
Apakahkeluarga memiliki rumah ini sendiri atau menyewa?
- Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun ekterior rumah). Interior
rumahmeliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur, dll),
penggunaankamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur.
Bagaimana kondisi dankecukupan perabot. Penerangan, ventilasi, lantai,
tangga, susunan dan kondisi bangunan.
- Dapur: suplai air minum, pengunaan alat-alat masak, pengamanan untuk
kebakaran.
- Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.
- Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah peraturan tersebut
memadai bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka,
hubungan dankebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.
- Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada
serbuanserangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/ atau masalah-
masalah sanitasiyang disebabkan oleh kehaduran binatang piaraan.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 22
Page 23
- Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah
keluargamenganggap rumahnya memadai bagi mereka.
- Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga keluarga merasakan
privasimereka memadai. Evaluasi ada dan tidak bahaya-bahaya terhadap
keamanan rumah/ lingkungan.
- Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
- Kaji perasaan puas/ tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan
dengan pengaturan/ penataan rumah.
Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal
- Tipe keluarga/ komunitas (desa, kota, subkota, kota).
- Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian dan industri kecil,
agraris)di lingkungan.
- Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak
terpelihara,semantara/ diperbaiki).
- Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah,dll).
- Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (kebisingan, masalah-masalah
polusiair dan udara).
- Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?
- Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni.
- Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung belakangan ini
dalamlingkungan/ komunitas.
- Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial apa yang ada
dalamlingkungan dan komunitas?
- Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, took, apotek, pasar).
- Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas
gawatdarurat).
- Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan)
- Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah dilingkungan atau komunitas?
- Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini.
- Tersedianya transportasi umum.
- Bagaimana insiden kejahatan dilingkungan dan komunitas? Apakah
adakeselamatan yang serius?
Mobilitas Geografi Keluarga
- Lama keluarga tinggal didaerah ini.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 23
Page 24
- Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?
Hubungan Keluarga dan Fasilitas-fasilitas Kesehatan Dalam Komunitasa.
- Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
dantempat pelayanan kesehatannya.
- Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan?
Sistem pendukung keluarga
- Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk
pemeliharaan kesehatan.
- Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,
(orang tua,keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga, lembaga:
pemerintah maupunswasta/ LSM).
- Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga.
Struktur Keluarga
Pola-pola komunikasi.
- Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi?
- Apakah anggota kelumengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan
perasaanmeraka dengan jelas?
- Apakah anggota keluarga memberikan dan memperoleh respon dengan baik
terhadap pesan?
- Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan?
- Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga?
- Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung?
- Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga?
(langsung/ terbuka)
- Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?
- Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif
ataukeduanya?
- Bagaimana frekuensi dan kwalitas komunikasi yang berlangsung
dalamkeluarga?
- Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting?
Langsung/ tidak langsung)
- Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola-
polakomunikasi keluarga?
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 24
Page 25
- Adakah hal-hal/ masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan?
Struktur Kekuasaan
- Keputusan dalam kelurga
- Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga?
- Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga?
- Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaanatau
tempattinggal?
- Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak?
- Bagaimana cara dalam mengambil keputusan (otoriter,
musyawarah/kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)?
Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan
tersebut?
- Model kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan?
(kekuasaan tak berdaya, keahlian, penhargaan, paksaan kekuasaan
berdasarkankekuatan/ berpengaruh, kekuasaan aktif).
Struktur Peran
- Struktur peran formal : Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota
keluarga gambaran bagaimanakah setiap anggota keluarga melakukan
peran-peran formalmereka.
Adakah konflik peran dalam keluarga?
- Struktur peran informal
Adakah peran-peran informal dalam keluarga?
Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-
peran tersebut dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut
dilaksanakansecara konsisten?
Tujuan peran-peran yang dilaksanakan oleh keluarga.
Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang
melaksanakan peran-peran ini?
Analisa metode peran
- Siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga?
- Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian
perankeluarga?
- Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian
perankeluarga?
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 25
Page 26
- Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapan
perkembangannya?
- Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-
perankeluarga?
- Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan
dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah dll)?
- Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/
menyesuaikandiri?
- Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran?
- Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit beraksi terhadap
perubahanatau kehilangan peran?
Struktur Nilai Keluarga
- Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas yang
lebih luas Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga
- Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar
- Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
- Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-
nilaikeluarga
- Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.
Fungsi Keluarga
- Fungsi Afektif :
Pola Kebutuhan Keluarga-Respon
Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan indentifikasi.
Keterampilan dan Keterkaitan.
- Fungsi sosialisasi :
Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga?
Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?c
Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak
ataufungsi sosialisasi?
Apakah fungsi ini dipikul bersama?
Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola
membesarkananak?
Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh
anak?
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 26
Page 27
Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain?
(cocok dengan perkembangan anak).
Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia.
- Fungsi perawatan kesehatan
Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga.
Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit.
Pratek diet keluarga.
Kebiasaan tidur dan istirahat.
Latihan dan rekreasi.
Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga.
Peran keluarga dalam perawatan diri.
Praktek lingkungan.
Cara-cara pencegahan penyakit.
Riwayat kesehatan keluarga.
Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan
keluarga.
Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan
kesehatan.
Pelayanan kesehatan darurat.
Sumber pembiayaan.
Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan.
- Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
Jumlah anak yang diinginkan keluarga.
Bagaimanakah keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.
Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlahanggota keluarga.
Stres dan Koping Keluarga
- Stressor jangka pendek (<>)
- Stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga.
- Cara keluarga dalam menghadapi stressor.
b. Diagnosa keperawatan
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 27
Page 28
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat
pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Diagnosa keperawatan mengacu pada PES dimana untuk problem dapat
digunakan rumusan NANDA. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri
dari :
- Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
- Resiko (ancaman kesehatan)
- Keadaan sejahtera (wellness)Contoh duiagnosa keperawatan keluarga ;
Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual
Contoh 1 :
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
Bapak R berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
kekurangan nutrisi.
b. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
Bapak R berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan
/ tindakan untukmengatasi masalah kekurangan nutrisi.
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
Bapak R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga danganmasalah kekurangan nutrisi.
Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga) mengandung 3
unsur, yaitu : ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan
mengambil keputusan dan ketidakmampuan merawat, maka dari 3 diagnosa
tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu) diagnosa yaitu diagnosa yg
ketiga, akan tetapi dalam merumuskan tujuan dan intervensi harus
melibatkan ketiga etiologi tersebut.
Contoh 2 : Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan
ketidakmampuan Keluarga mengenal masalah peran suami.
Contoh 3 : Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak
B berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan
keterbatasan gerak (rematik).
Diagnosa Keperawatan Keluarga Resiko (ancaman)
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 28
Page 29
Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya
lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi
tumbuh kembang yang tidakadekuat, dsb.Contoh :
- Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah komunikasib.
- Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B
berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap
Balita.
Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluargadapat ditingkatkan.Khusus untuk diagnosa keperawatan
potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.Contoh :
- Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bpk.R
- Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bpk.R
- Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah
keluarga bpk.R
c. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenaidiagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dankebutuhan kesehatan dengan cara :
a. Memberikan informasi
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara :
a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengancara :
a. Mendemonstrasikan cara perawatan
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 29
Page 30
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadisehat, dengan cara :
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b. Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara :
a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
d. Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
menilaikeberhasilannya.Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru
yang sesuai.Semuatindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam
satu kali kunjungan ke keluarga.Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensikeperawatan. Misal : Keluarga mengatakan nyerinya
berkurang.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensikeperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan
terkait dengandiagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
Stress, koping dan adaptasi keluarga
a. Konsep Dasar Stres dan Koping
Stres adalah keadaan atau respon ketegangan yang disebabkan oleh stressor atau
oleh tuntutan aktual yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979; Burr,
1973).Sters adalah ketegangan dalam diri seseorang atau system sosial (keluarga) dan
merupakan reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan (Burgess, 1978). Agen
pemerkasa atau presipitasi yang mengaktifkan proses sters disebut stressor (Burr et al,
1993; Chrisman & Fowler, 1980). Agen presipitasi yang mengaktifkan stress dalam keluarga
adalah peristiwa hidup atau kejadian yang cukup kuat untuk menyebabkan perubahan
dalam system keluarga (Hill, 1949). Stressor keluarga dapat berupa peristiwa atau
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 30
Page 31
pengalaman pinterpersonal (didalam atau diluar keluarga), lingkungan, ekonomi atau social
budaya.
Akumulasi dan stressor dalam kehidupan keluarga memberikan perkiraan jumlah
stress yang dialami keluarga (Alson et al, 1983). Konsep akumulasi stressor didefinisikan
sebagai jumlah poeristiwa perkembangan (yang diharapkan) atau situasional (yang tidak
diharapkan) serta ketegangan interkeluarga (tekanan dalam hubungan diantara anggota
keluarga).
Persepsi anggota keluarga adalah interpretasi anggota keluarga secara tunggal atau
secara kolektif atau menyusun pengalaman mereka.Persepsi mewarnai sifat dan signifikasi
stressor keluarga yang mungkin, karena keluarga bereaksi tidak hanya terhadap stressor
aktual, tetapi juga terhadap pereistiwa saat keluarga merasakan atau
menginterpretasikannya.Persepsi keluarga merupakan hal yang terpenting.Peristiwa yang
dipandang secara subjektif atau objektif oleh keluarga yang sehat sebagai tantangan,
dipandang oleh keluarga yang terpajan krisis sebagai ancaman dan membebani. Dalam
kasus ini stress yang besar dialami, yang pada gilirannya membebani kapasitas adaptif
keluraga.
Koping terdiri atas pemecahan upaya pemecahan masalah yang sangat relevan
dengan kesejahteraan, tetapi membebani sumber seseorang.Koping didefinisikan sebagai
respon (kognitifperilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi
untuk mencegah, menghindari, mengandalkan distress emosional.Koping adalah sebuah
istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan
pada sumber yang mungkin mereka gunakan.Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa
kelompok keluarga (atau sebuah tingkat analisis interaksional). Koping keluarga
didefinisikan sebagai proses aktif saat keluarga memamfaatkan sumber yang ada dan
mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan memperkuat unit keluarga dan
mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress (McCubbin,1979). Krisis keluarga adalah
kondisi kekacauan, tidak teratur, atau ketidakmampuan dalam system keluarga yang
berlangsung terus menerus.Krisi terjadi ketika sumber dan strategi adaptif keluarga tidak
efektif dalam mengatasi stressor.
Adaptasi keluarga adalah suatu proses saat keluarga terlibat dalam respon langsung
terhadap tuntutan stressor yang ekstensif, dan menyadari bahwa perubahan sistemik
dibutuhkan dalam unit keluarga, untuk memperbaiki stabilitas fungsional dan memperbaiki
kepuasaan dan kesejahteraan keluarga (McCubbin, 1993). Proses adaptasi dalam sistem
keluarga disebut resilience keluarga. Pendekatan resilience keluarga guna bekerja dengan
keluarga dibentuk atas kompetensi dan kekuatan anggota keluarga yang memungkinkan
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 31
Page 32
penyediaan layanan kesehatan bergeser dari model potogenik ke model berbasis kekuatan
yaitu kita melihat keluarga “ditantang”, bukan “hancur”, karena kemalangan.
b. Tahapan stress dan strategi koping
1. Periode Antrestres
Periode stress sebelim benar-benar melawan stressor, antisipasi kadang mungkin
terjadi, terdapat kesadaran terhadap bahaya yang mengancan atau ancaman situasi
yang dirasakan. Jika keluarga atau orang yang membantu dapat mengidentifikasi
stressor yang akan dating, bimbingan antispasi serta strategi koping pencegahan
dapat dicari atau diberikan untuk memperlemah atau mengurangi dampak stressor.
2. Periode Stres Aktual
Strategi koping selama periode stress biasanya berbeda intensitas dan jenisnya dari
strategi yang digunakan sebelum awitan stressor dan stress. Mungkin terdapat
stratergi defensive dan bertahan yang sangat dasar digunakan selama periode ini
jika stress dalam keluarga sangat berat. Dengan energi yang luar biasa besar yang
dikeluarkan dalam menangani stressor dan stre, banyak fungsi keluarga (beberapa
dapat penting bagi kesehatan keluarga) sering kali diabaikan atau dilakukan secara
tidak adekuat sampai keluarga memiliki sumber untuk mengatasi stressor dan stress.
Respon koping yang paling membantu selama periode stress sering kali
interkeluarga dan mencari sumber dukungan spiritual.
3. Periode Pascastres
Strategi koping yang diterpkan setelah periode stress akut, disebut fase pascatruama
yang terdiri dari satrategi untuk mengembalikan keluarga ke keadaan homeostasis
yang seimbang. Untuk meningkatkan kesejatreaan kel;uarga selam fase ini, keluarga
perlu saling bekerja sama, saling mengungkapkan perasaan dan memecahkan
masalah atau mencari atau memamfaatkan dukungan keluarga untuk memperbaiki
situasi penuh stress. Empat kemungkinan hasil akhir pascatrauma antar lain;
Keluarga berfungsi pad tingkat yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih rendah dari pada sebelumnya
Keluarga berfungsi pada tingkat yang sama dengan prastres
Perpecahan keluarga (seperti: perpisahan, perceraian dan pengabaian).
Ketika keluarga mengakhiri fungsinya pada tingkat kesejahteraan rendah atau dalam
keadaan perpecahan keluarag, anggota keluarga sering kali membutuhkan bantuan
professional untuk membantu keluarga meningkatkan rangkaian strategi koping yang
efektif (Reiss, Streinglass & Howe, 1993).
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 32
Page 33
c. Stressor dalam Keluarga
1. Teori stress keluarga Hill
Teori stress keluarga Hill (1999) klasik merupakan model yang paling singkat
dan fasih dalam menguraikan factor-faktor yang menyebabkan krisis dalam
keluarga. Berdasarkan perpisahan dan penyatuan, ia menyusun teori stress
keluarga yang disebut ABCX yaitu mengidentifikasi kumpulan variabel besar
(factor A, B, C,D dan X) dan hubungan yang menyebabkan krisis/bukan krisi
keluarga. Secara teoritis diuraikan proses penyesuaian “roller coaster” pasca
krisi yang dilewati keluarga. Dua bagian kerangka teoritis masih tetap jelas tidak
berubah selam 50 tahun terakhir. Kerangka ABCX ini memilki dua bagian, antara
lain:
Pernyataan yang berhubunagan dengan penentu krisis keluarga: A (peristiwa
dan kesuliatan yang terkait) yang berinteraksi dengan B ( sumber berhadapan
dengan krisis keluarga) yang berinteraksi dengan C ( definisi yang dibuat
keluarga mengenia peristiwa tersebut) menghasilkan X (krisis) (Hill,1965).
Pernyataan yang lebih berorientasi proses terkait dengan jalannya
penyesuaian secara krisis. Hill (1965) menjelaskan bahwa perjalanan
penyesuaian keluarga setelah sebuah krisis meliputi periode disorganisasi,
sudut pemulihan, reorganisasi dan tingkat baru fungsi keluarga.
2. Model ABCX dari Mc Cubbin dan Patterson (1980)
Merupakan bentuk pengembangan dari teori ABCX-nya Hill meliputi variabel
krisis. Teori Mc Cubbin dan Patterson menjelaskan perbedaan dalam adaptasi
keluarga pasca krisis. Setiap variabel asli (ABCX) diuji kembali dan definisi-
definisinya dimodifikasi.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 33
Page 34
3. Model Relisience Stress, Penyesuaian dan Adaptasi Keluarga
Model relisience stress, penyesuaian dan adap-tasi keluarga adalah kerangka
teoritis yang juga menekan penyesuaian dan adap[tasi keluarga saat keluarga
mengalami situasi hidup penuh stress. Model relisienca disusun berdasarkan
karya awal Hill mengenai model stress ABCX saerta model
selanjutnya.Penekanan utama model ini adalah pada resilience keluarga atau
kemampuan mereka untuk pulih dari peristiwa yang menyedihkan. Model ini
adalah model berbasis kekuatan dan kemampuan yang mempengaruhi proses
resilience.
Model resilience didasarkan empat asumsi yang mendasarkan mengenai
kehidupan keluarga, antara lain:
Keluarga menghadapi kesulitan dan perubahan keluarga sebagai aspek
kehidupan keluarga yang dialami dan dapat diprediksi sepanjang siklus
kehidupan
Keluarga mengembangkan kekuatan yang dirancang untuk meningkatkan
tumbuh kembang anggota dan unit keluarga serts melindungi keluarga dari
gangguan utama dalam mengahadapi transisi dan perubahan keluarga
Keluarga mengembangkan kekuatan dan kemampuan dasar serta unit yang
dirancang untuk melindungi keluarga dari stresorb dan ketegangan yang tidak
diharapkan atau normative dan meningkatkan adaptasi keluarga setelah
suatu krisis keluarga atau transisi dan perubahan besar
Keluarga mendapatkan manfaat dan berperan pada jaringan hubungan dan
sumber dalam komunitas, terutama selama periode stress dan krisis keluarga
(McCubbin,1991).
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 34
Page 35
d. Strategi Koping Keluarga
I. Strategi Koping keluarga internal
Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi hubungan,
kognitif dan komunikasi.
i. Strategi hubungan
1. Mengandalkan kelompok keluarga
Kleuarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi
lebih bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari
proses penting dalam badai kehidupan keluarga. Keluarga berhasil
melalui masalah dengan menciptakan struktur dan organisasi yang lebih
besar dirumah dan keluarga. Ketika keluarga menetapkan struktur yang
lebih besar, hal ini merupakan upaya untuk memiliki pengendalian yang
lebih besar terhadap keluarga mereka. Upaya ini biasanya melibatkan
penjadwalan waktu anggota yang lebih ketat, lebih banyak tugas per
anggota keluarga, organisasi ikatan yang lebih ketat, dan rutinitas ynag
lebih kuku dan terprogram. Bersamaan dengan lebih ketatnya batasan
keluarga, menimbulkan kebutuhan pengaturan dan pengendalian
anggota keluarga yang lebih besar, disertai harapan bahwa anggota lebih
disiplin dan menyesuaikan diri. Jika berhasil, keluarga menerapkan
pengendalian yang lebih besar dan mencapai integrasi dan kohesivitas
yang lebih besar.
2. Kebersamaan yang lebih besar
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 35
Page 36
Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara sreta
mengelola tingkat stress dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah
dengan berbagi perasaan dan pemikiran serta terlibat dalam pengalaman
aktivitas keluarga. Kebersamaan yang lebih besar menghasilkan kohesi
keluarga yang lebih tinggi, atribut keluarga yang mendapatkan perhatian
yang luas sebagai atribut keluarga inti (Olson, 1993). Hubungan yang
paling penting membutuhkan kohesivitas dan saling berbagi dalam
system keluarga.kohesivitas keluarga yang tinggi khususnya membantu
saat keluarga pernah trauma, karena anggota sangat memerlukan
dukungan. Aktivitas anggota keluarga diwaktu luang merupakan sumber
koping yang sangat penting guna memperbaiki kohesi, moral, dan
kepuasaan kelurga.Seperti yang banyak dikatakan orang, peribahas
“sebuah kelurga yang berperan bersama, tetap barsama” mengandung
banyak sekali kebenaran.Strategi koping ini akhirnya bertujuan
membangun integrasi, kohesivitas, dan resilienceyang lebih besar dalam
keluarga.
3. Fleksibitas peran
Perubahan yang cepat dan pervasif dalam masyarakat serta dalam
keluarga, khususny pada pasangan, merupakantipe strategi keluarga
yang sangat kuat. Olson (199) dan Walsh (1998) telah menekankan
bahwa fleksibitas peran adalah satu dari dimensi utama adaptasi
keluarga.Keluarga harus mampu beradaptasi terhadap
perubahanperkembangan dan lingkungan.Ketika keluarga berhasil
mengatasi, keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan dinamik
antara perubahan dan stabilitas.Fleksibitas peran memungkinkan
kesimbangan ini berlanjut.
ii. Strategi kognitif
1. Normalisasi
Strategi koping keluarga fungsional lainnya adalah kecenderunagan bagi
keluarga untuk normalisasi suesuatu sebanyak mungkin saat mereka
mengatasi stressor jangka panjang yang cenderung mengganggu
kehidupan keluarga dan aktivitas rumah tangga. Normalisasi adalah
proses terus menerus yang melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi
menegaskan kehidupan keluarga sebagai kehidupan keluarga yang
normal, menegaskan efek social memiliki anggota yang memiliki atau
menderita penyakit kronik sebagi suatu yang minimal, dan terlibat dalam
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 36
Page 37
perilaku yang menunjukkan kepada orang lain bahwa keluarga tersebut
adalah normal. Keluara menormalkan dengan memenuhi ritual dan
rutinitas. Hal ini membantu keluarga mengatasi stress dan meningkatkan
rasa keutuhan sepanjang waktu, sangat penting guna menormalisasi
situasi keluarga (Fiase, 2000).
2. Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian
pasif
Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung
melihat aspek positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat
peristiwa penuh stress menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai
keluarga. Hal ini ditandai dengan naggota keluarga yang memiliki rasa
percaya dalam mengatasi kekganjilan denga mempertahankan
pandangan optimistic terhadap peritiwa, terus memiliki harapan dan
berfokus pada kekuatan dan potensi.
Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan
sering kali dipengaruhi oleh keyakinan keluarga. Keluarga memiliki
persepsi bersama, dan proses pembingkaian ulang akan dipengaruhi oleh
persepsi ini. Rolland menekankan bahwa keyakinan individu dan
keluarga berfungsi sebagai peta kognitif yang membimbing tindakan dan
keputusan keluarga. Keyakinan dapat sedemikian rupa, selaras dengan
pandangan hidup, paradigm dan nilai keluarga.
Cara kedua keluarga mengendalikan makna stressor adalah
dengan penilaian pasif, kadang disebut sebagai penerimaan pasif. Pada
cara kedua ini, keluarga menggunakan strategi koping kognitif kolektif
dalam memandang stressor atau kebutuhan yang menimbulkan stres
sebagai sesuatu yang akan selesai dengan sendirinya sepanjang waktu
dan tentang hal tersebut tidak ada atau sedikit yang dapat dilakukan.
Seperti yang ditekankan Boss (1988), penilaian pasif dapat menjadi
strategi penurun stress yang efektif dalam jangka waktu pendek,
khususnya dalam kasus saat tidak ada satu pun yang dapat
dilakukan.Akan tetapai jika strategi ini digunakan secara konsisten dan
sepnjang waktu, penggunaannya menghambat pemecahan masalah yang
aktif da perubahan dalam keluarga serta dapat menggangu adaptasi
keluarga.
3. Pemecahan masalah bersama
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 37
Page 38
Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah styrategi
konitif dan komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif melalui
metode penelitian laboratorium oleh kelompok peneliti keluarga (Klien,
1983; Reis, 1981; Strauss, 1968) dan dalam lingkungan alami ( Chesler&
Barbari, 1987). Pemecahan masalah keluarga yang efektif meliputitujuh
langkah spesifik :
Mengidentifikasi masalah
Mengkomunikasikan tentang masalah
Menghasilkan solusi yang mungkin
Memutuskan satu dari solusi
Melakukan tindakan
Memantau atau memastikan bahwa tindakan dilakukan
Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah
Dengan memasukkan strategi pemecahan masalah ini dalam kehidupan
keluarga, keluarga dipercaya dapat berfungsi secar efektif. Reiss
menyebutkan keluarga yang menggunakan proses pemecahan masalah
yang efektif sebagi keluarga yang peka terhadapa lingkungan. Tipe
keluarga ini seperti melihat sifat masalah sebagi sesuatu “dia luar sana”
dan tidak mencoba membuat masalah menjadi internal.
4. Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Keluarga yang berbasis kognitif berespon terhadap stress dengan
mencari pengetahuan informasi berkenaan dengan stressor dan
kemungkinan stressor. Hal ini khususny terbukti dalam kasus masalah
kesehatan berat atau yang mengancaam hidup. Dengan mendapatkan
informasi yang bermamfaat, dapat meningkatkan perasaan memiliki
beberapa pengendalan terhadap situasi dan mengurangi rasa takut
keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan juga mengurangi rasa
takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui serta membantu
keluarega menilai stressor ( maknanya) lebih akurat dan mengambil
tindakan yang diperlukan.
iii. Strategi Komunikasi
1. Terbuka dan jujur
Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan yang
jelas dan perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada masa
ini. Satir mengamati bahwa komunikasi keluarga yang fungsional adalah
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 38
Page 39
langsung, terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah komunikatif dalam
berbagai ide dan perasaan.Pemecahan masalah kolaboratif, yang
dibahas sebagai strategi koping kognitif, juga merupakan strategi koping
kognitif, juga merupakan strategi komunikasi, yang memfasilitasi koping
dan adaptasi keluarga.
2. Menggunakan humor dan tawa
Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga
nilainya dalam mengatasi penderitaan (Walsh, 1998).Humor tidak hnya
dapat menyokong semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun
seseorang dalam mendorong penyembuhan.Demikian juga bagi
keluarga, rasa humor adalah sebuah aspek yang penting.Humor dapat
dapat memperbaiki sikap keluarga terhadap masalah dan perawatan
kesehatan serta mengurangi kecemasan dan ketegangan.Humor dan
tawa dapat dipandang sebagai alat perawatan diri untuk mengatasi stress
karena kemampuan tertawa dapat memberikan seseorang perasaan
memiliki kekuatan terhadap situasi.Humor dan tawa dapat menyokang
sikap positif dan harapan bukan perasaan tidak berdaya atau depresi
dalam situasi penuh stress.
II. Strategi Koping Keluarga Eksternal
a) Strategi komunitas
Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka
panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk
mengurangi stressor khusus siapapun.Pada kasus ini, anggota keluarga ini
adalah peserta aktif (sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam klub,
organisasi dan kelompok komunitas.Hubungan komunitas yang kreatif dapat
dibuat untuk memnuhi kebutuhan anggota keluarga seperti meminta anggota
keluarga lansia yang kurang memiliki kontak keluarga memberiakan bantuan
disentra perawatan anak yang kekurangan staf (Walsh, 1998).
b) Memamfaatkan sistem dukungan social
1) Dukungan social keluarga
Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang dirasakan
oleh anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan social dapat
atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga dapat menerima bahwa
orang pendukung siap memberikan bantuan dan pertolongan jika jika
dibutuhkan). Dukungan sosial keluarga dapat dating dari dalam
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 39
Page 40
dukungan social keluarga seperti dukungan pasangan atau dukungan
subling atau dari luar dukungan social keluarga yaitu dukungan social
berada diluar keluarga nuklir (dalam jaringan social keluarga).
2) Sumber dukungan keluarga
Menurut Caplan (1974) terdapat tiga sumber dukungan social
umum.Sumber ini terdiri atas jaringan informalyang spontan.Dukungan
terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan professional
dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan.Dari semua ini
jaringan informal (diidentifikasi diatas kelompok yang memberikan jumlah
bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan. Caplan (1976)
menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi pendukung meliputi:
dukungan social (keluarga berfungsi sebagi pencari dan penyebar
informasi mengenai dunia)
dukungan penilaian (keluarga bertindaksebagai sistem
pembimbingumpan balik, membimbing dan merantarai pemecahan
masalahdan merupakan sumber sera validator identitas anggota)
Dukungan tambahan (keluarga adalah sunber bantuan praktis dan
konkret)
Dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional)
Meningkatkan moral keluarga
c) Dukungan spiritual
Berbagai studi menunjukkan hubungan yang jelas antara kesejahteraan
spiritual dan peningkatan kemampuan individu atau keluarga untuk mengatasi
stress dan penyakit. Agama adalah dorongan yang kuat dan pervasif dalam
membentuk keluarga (Miller, 2000).Cara koping yang berbasis spiritual
bervariasi secara signifikan lintas budaya.Penelitian mengenai koping
keluarga dan individu serta resilience secara konsisten menunjukkan bahwa
dukungan spiritual adalah penting dalam mendukung kepercayaan keluarga
sehingga mereka dapat mengatasi penderitaan.
e. Koping Disfungsional dalam Keluarga
Keluarga menggunakan berbagai strategi koping disfungsional khusus dalam upaya
untuk mengatasi masalah mereka. Pada sebagian besar kasus, strategi ini dipilih secara
tidak sadar, sering kali sebagai respons yang digunakan keluarga asal mereka dalam upaya
perlu diperhatikan bahwa strategi koping disfungsional keluarga ini digunakan untuk
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 40
Page 41
mengurangi stress dan ketegangan keluarga. Strategi koping disfungsional yang sering
digunakan adalah:
1) Penyangkalan masalah keluarga
Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan yang digunakan oleh anggota
keluarga dan keluarga sebagai satu kesatuan.Pada basis jangka pendek,
penyangkalan keluarga sering kali fungsional, karena ini memungkinkan
keluarga membeli waktu untuk melindungi dirinya sementara secara bertahap
menerima peristiwa yang menimbulkan kepedihan.Tetapi juga berlangsung
lama, penyangkalan bersifat disfungsional bagi keluarga.
2) Pola dominasi atau kepatuhan ekstrim (otoritarinisme)
Otoritariniasme adalah kecenderungan seseorang untuk berhenti mandiri karena
ketidakberdayaan dan ketergantungan, serta keinginana untuk bergabung
dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya agar mendapatkan kekuasaan
atau kekuatan yang dirasakan kurang.Dalam keluarga otoriter, orang
mengundurkan diri dari integritas pribadi mereka dan menjadi bagian dari
simbiosis yang tidak sehat, patuh kepada dominasi.Anggota keluarga yang
patuh sangat bergantung pada individu yang dominan.
3) Perpecahan dan kecanduan dalam keluarga
Untuk mengurangi ketegangan atau stress dalam keluarga, anggota keluarga
boleh jadi secara fisik atau psikososial saling terpisah. Perpisahan ini mencakup
kehilangan anggota keluarga karena pengabaian, perpisahan atau perceraian
dan gangguan psikososial anggota keluarga lewat keterlibatan anggota dalam
kecanduan (misalnya alcohol, obat-obatan dan berjudi). Banyak orang
mengenali bahwa kecanduan alcohol dan obat-obatan adalah penyakit, hanya
sedikit sekali yang mengenali sebagai “penyakit keluarga” (Al-Anon Family
Groups,2000). Saat ini kecanduan anggota keluarga dipahami sebagai masalah
sistem keluarga bukan masalah individu.Alcohol dan obat-obatan telah memiliki
pola intergenerasi. Penyalahgunaan minuman pada dewas muda telah
ditemukan dipengaruhi oleh disfungsi dalam keluarga asal.
4) Kekerasan dalam keluarga
Menggunakan ancaman, mengkambinghitamkan dan otoriterisme ekstrem dapt
menyebabkan kekerasan dalam keluarga. Kekereasan dalam keluarga dapat
dikenali sebagai satu dari empat masalah kesehatan masyarakat utama saat ini
(Galles,2000; Walsh,1996). Terdapat enam tipe kekerasan dalam kelurga,
antara lain:
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 41
Page 42
Penganiayaan pasangan
Penganiayaan dan pengabaian anak
Penganiayaan saudara kandung
Penganiayaan lansia
Penganiayaan orang tua
Penganiayaan homoseksual
f. Faktor yang Mempengaruhi Koping keluarga
1. Perbedaan Gender dalam koping
Pria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita lebih
menganggap lebih bermamfaat berkumpul bersam orang lain, berbagi
kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan kerabat atau teman dekat,
mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka,
dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria
cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan
perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk
kejadiannya dan mengkonsumsi alcohol lebih banyak.
2. Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga
Variasi kelas social dalam koping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag
lebih kaya dan berpendidikan khasnya memilikin kebutuhan yang lebih besar
untuk mengatur dan mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga
menggunakan lebih banyak strategi koping keluarga dalam mendapatkan
informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan kurang
percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan
dalam kasusu ini dapatmenggunakan pengendalian makana denganpenelaian
pasif.
3. Dampak Gangguan Kesehatan
Seperti yang telah disebutkan, tipe koping yang digunakan individu yang
bergantung pada situasi.Denagn lebuh sedikit tuntutanyang diminta oleh
keluarga (misalnya; semua berjalan dengan baik dan anggota keluarga sehat),
tipe pola koping tertentu yang bertahan lama dapat secara khas diterapkan,
seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi dengan semakin
banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe stressor lainnya
seperti ekonomi, lingkungan dll), cara koping yang umum biasanya tidak cukup,
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 42
Page 43
dan semakin luas susunan strategi koping keluarga dihasilkan guna menghadapi
tantangan.
Dari berbagai jenis strategi coping stres yang ada, perlu diingat bahwa tidak
ada satu strategi coping yang terbaik yang diharapkan pada semua situasi stressful.
Situasi yang berbeda biasanya akan menimbulkan stres yang berbeda sehingga
strategi coping yang digunakan akan berbeda pula tergantung beberapa faktor
tertentu. Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan jenis strategi coping,
yaitu :
a. Faktor sosio demografis
Sejumlah studi menunjukkan adanya hubungan antara status sosial ekonomi
dan tingkat pendidikan dengan pemilihan strategi coping tertentu.Individu
dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung menggunakan strategi coping
yang adaptif daripada strategi coping yang sifatnya defensive.Individu dengan
tingkat pendidikan tinggi juga cenderung menggunakan strategi coping yang
berpusat pada masalah. Perbedaan jenis kelamin juga ternyata mempengaruhi
pemilihan strategi coping .wanita lebih cenderung menggunakan strategi coping
terpusat emosi.
b. Faktor kepribadian
Faktor kontekstual meliputi dua hal yaitu tuntutan yang muncul dari situasi
stressful dan sumber daya sosial yang dimiliki individu, termasuk hubungan
interpersonal dengan orang lain.
Faktor yang Mempengaruhi Coping Stress Menurut Mu’tadi (1992), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi coping stress, beberapa diantaranya yaitu ;
a. Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan hal yang paling penting, karena dalam usaha mengatasi
stres, individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup besar.
b. Keyakinan atau Pandangan yang Positif
Keyakinan menjadi sumber psikologi yang sangat penting, seperti keyakinan
akan nasib, yang mengarahkan individu, pada penilaian ketidakberdayaan, yang
dapat menurunkan kemampuan strategi coping.
c. Keterampilan dalam Memecahkan Masalah
Keterampilan ini meliputikemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan, untuk menghasilkan alternatif,
sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan
rencana,dengan melakukan suatu tindakkan yang tepat.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 43
Page 44
d. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku
yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.
e. Dukungan Sosial
Dukungan ini meliputi, dukungan penentuan kebutuhan informasi dan emosional
pada diri individu, yang diberikan oleh orangtua, anggota keluarga, saudara,
teman dan masyarakat sekitar.
f. Materi
Dukungan ini meliputi, sumber daya berupa uang, barang atau layanan yang
biasanya dapat dibeli.
g. Proses keperawatan( pengkajianintervensi )
I. Pengkajian
Terdapat skala koping keluarga yang terstruktur dan teruji, yang digunakan untuk
penelitian dan praktik klinis serta pertanyaan pengkajian yang disertakan, dan
informasi yang dikumpulkan dari anggota keluarga melalui wawancara, serta laporan
atau data dari sumber lain. Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan
saat menilai stressor, kekuatan, persepsi, strategi koping dan adaptas.
1. Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga
a) Stersor (baik jangka panjang maupun poendek) apa yang dialami oleh
keluarga? Lihat family inventory of life scale untuk contoh stressor yang
signifikan. Pertimbangkan stressor lingkungan dan sosioekonomi.
Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini?
b) Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu
mengatasi stress biasa dan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
keluarga? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stressor?
c) Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai
tantangan secara realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu
bertindak bardasarka penilaian realistic dan objektif mengenai situasi
dan peristiwa penuh stress? Apakah stressor utama dilihat sangat
membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu?
2. Strategi Koping Keluarga
a) Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya?
Strategi koping apa yang digunakan? Strategi koping apa yang
diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah apa? Apakah
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 44
Page 45
anggota keluarga berada dalam cara koping mereka saat ini? Jika
demikian, bagaimana keluarga mengatasi perbedaab itu?
b) Sejauh man keluarga menggunakan strategi koping internal:
Mengandalkan kelompok keluarga
Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas
Fleksibilitas peran
Normalisasi
Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan
penilaian pasif
Pemecahan masalah bersama
Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
Menggunakan humor dan tawa
c) Sejauh man keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi
koping eksternal dan sistem dukungan informal berikut:
Memelihara jalinan aktif dengan komunitas
Menggunakan dukungan spiritual
Menggunakan sistem dukungan sosial
Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman,
kerabat, tetangga, kelompok social dan organisasi komunitas yang
memberikan dukungan dan bantuan jika dibutuhkan?
Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan
mereka? Apakah keluarga memiliki sedikit atau tidak memiliki
teman, tetangga, kerabat, kelompok social atau organisasi
komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga
mempunyai ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber
dukungan social yang ada?
Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?
Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini?
d) Strategi koping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau
apa yang sedang digunakan? Apakah ada tanda-tanda
disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat keberadaannya dan
seberapa ekstensif digunakannya?
Mengambinghitamkan
Penggunaan ancaman
Orang ketiga
Psedumutualitas
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 45
Page 46
Otoriterianisme
Perpecahan keluarga
Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan
Kekerasan dalam keluarga
Pengabaian anak
3. Adaptasi
a) Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau
masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak
dari stressor pada fungsi keluarga?
b) Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada
bagian ketidakmampuan kronikmenyelesaikan masalah?
4. Mengidentifikasi Stressor, Koping dan Adaptasi
Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan
sangat bermamfaat untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana
keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping dan adaptasi. Apakah
keluarga mulia pulih, menghasilkan proses koping yang berguna, atau
apakah tetap pada tingkat adptasi yang sama atau menunjukkan tanda-
tanda penurunan daptasi?
II. Diagnosa Keperawatan
Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis
keperawatan yang berhubungan erat dengan masalah stress, koping, dan adaptasi
keluarga antara lain:
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga
2. Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga
3. Gangguan koping keluarga
4. Ketidakmampuan koping keluarga
5. Resiko kekerasan terhadap orang lain
6. Gangguan proses keluarga
7. Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme
8. Berduka disfungsional
9. Gangguan pemeliharaan rumah
10. Distress spiritual
11. Resiko distress spiritual
12. Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 46
Page 47
III. Intervensi
Intervensi keluarga didasarkan pada data pengkajian keluarga yang terkait
dengan stressor keluarga, persepsi stressor, koping, dan adaptasi.Seperti yang
dibahas dalam pengkajian serta diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi.
1. Membantu Keluarga Menurunkan Factor Resiko
Perawat keluarga dapat, dengan menggunakan persfektif pencegahan,
memberikan konsling pada keluarga mengenai perlunya menurunkan pejanan
terhadap atau kelebihan tekanan.Selain itu penting untuk memberikan
penyuluhan antisipasi.Berkenaan dengan ini, perawat keluarga dapat
membantu keluarga dengan menolong mereka mengidentifikasi dan siap
terhadap situasi yang mengancam. Satu cara membantu keluarga
mengantasipasi apa yang mungkin terjadi adalah dengan member ikan
mereka informasi mengenai peristiwa yang mungkin terjadi (Wlsh, 1998)
2. Membantu Keluarga Beresiko Untuk Mengatasi
a. Dorong semua anggota keluarga terlibat
Merupakan cara untuk melibatkan anggota keluarga mencakup:
Mendorong perawatan oleh anggota keluarga selama hospitalisasi
Menyertakan anggota keluarga, bersama dengan pasien terlibat
dalam keputusan perawatan jesehatan
Mendorong anggota keluarga yang lansia memelihara hubungan
keluarga yang dekat
Member penyuluhan kepada pemberi asuhan
Mendorong istirahat untuk pemberi perawatan primer dengan
meminta anggota keluarga lain yang bertugas
Mendorong anggota keluarga saling berbagi cerita kehidupan
mereka
b. Mobilisasi keluarga
Dengan membatu keluarga mengenali, mengidentifikasi, dan
memamfaatkan kekuatan dan sumber keluarga guna secar positif
mempengaruhi kesehatan keluarga yang sakit (Johson, 2001)
c. Beri pujian pada upaya dan pencapaian keluarga
d. Berdasrkan pengakuan dan poenghormatan terhadap nilai, kepentingan,
dan tujuan keluarga serta dukungan keluargaJohson et.al 2001,
mencantukan banyak cara umum yang dapat dilakukan oleh perawat
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 47
Page 48
berorientasi keluarga. Beberapa anjuran mereka yang paling relevan
adalah:
Meningkatkan harapan yang realistic
Mendengarkan anggota keluarga yang berhububngan dengan
persepsi, perasaan, kekhawatiran dan kepentingan mereka
Memfasilitasi komunikasi antara anggota keluarga
Mengorientasi anggota keluarga pada linhkungan dan sistem
perawatan kesehatan
Memberikan informasi yang dibutuhkan
Memberikan advokasi bagi keluarga
Memperkenalkan anggota keluarga ke keluarga lain yang mengalami
masalah yang serupa
Merujuk keluarga ke kelompok perawatan dari pendukung
Berikan keluarga sumber atau referensi literature dan internet
e. Ajarkan keluarga mengenai car, koping yang efektif
Program ini tidak sekedar mengenali kebutuhan keluarga mendapatkan
pengetahuan kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan, tetapi aspek
psikososial perawatan dan kekhawatiran keluarga (Campbell,2000).
f. Dorong keluarga menormalisasi kehidupan keluarga dan distress
keluarga sebanyak mungkin
g. Bantu keluarga membingkai ulang dan member label ulang situasi
masalah
h. Bantu keluarga mendapatkan dukungan spiritual yang mereka butuhkan
i. Rujuk keluarga yang mengalami krisis
j. Bantu keluarga meningkatkan dan memamfaatkan sistem dukungan
social mereka.
3. Pemanfaatan Kelompok Swa-Bantu
Perawat sangatlah menyadari mamfaat kelompok swa-bantu bagi anggota
keluarga yang membutuhkan dukungan guna mengatasi atau mengkoping
pengalaman hidup penuh stress. Intervensi khusus dapat sangat
memfasilitasi keluarga:
Mencari informasi tentang kelompok yang memberikan bantuan bagi
individu dan keluarga
Kolaborasi dengan kelompok tersebut
Memahami bagaimana kelompok ini meningkatkan dan melengkapi
layanan professional
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 48
Page 49
Merujuk anggota keluarga dan keluarga ke kelompok yang tepat
Menciptakan kelompok baru untuk melakukan saat terjadi kekurangan
kelompok swa-bantu
Memberikan konsling anggota keluarga
4. Terapi Keluarga Jaringan Sosial
Terapi jaringan social berlangsung di lingkungan rumah dengan keluarga dan
jaringan social luasnya, yang dipasangkan untuk menciptakan matriks social
yang mengasuh dan sehat.
5. Prinsip-Prinsip Intervensi Krisis Keluarga
Mengidentifikasi peristiwa yang mencetuskan dan peristiwa hidup yang
membahayakan
Mengkaji interpretasi keluarga terhadap peristiwa
Mengkaji sumber keluarga dan metode koping terhadap stressor
Mengkaji status fungsi keluarga
6. Pemberdayaan Keluarga
Figley (1989), menyiratkan bahwa pemberdayaan keluarga adalah sebanyak
sikap filosofis terhadap bekerja dengan keluarga trauma saat keluarga terlibat
dalam aktivitas khusus tertentu. Ketika ia memandang dan menerapi keluarga
yang bermasalah, pendekatannya diperlembut oleh penghormatan tulusnya
terhadap kemampuannya bertindak secara alami dan kekuatan keluarga.
7. Melindungi Anggota Keluarga Yang Berisiko Mengalami Kekerasan
Tujuan ini dapat dicapai dengan:
Mengenali dan melaporkan penganiayaan anak
Mendukung dan merujuk pasangan, lansia, saudara kandung, orang tua,
homoseksual yang dianiaya, pelaku penganiayaan dan unit keluarga
Mengkoordinasi perawatan bagi keluarga dan anggota keluarga, bekerja
secara kolaborasi dengan petugas kesehatan lain dan pekerja
kesejahteraan
8. Merujuk Anggota Keluarga Yang Menunjukkan Masalah Koping Dan
Disfungsi Yang Lebih Kompleks
Ketika stress dan masalah koping keluarga di luar layanan yang dapat
diberikan perawat keluarga, perujukan dan tindak lanjut konsling atau terapi
keluarga yang berkelanjutan sering kali diindikasikan. Perujuk kekonselor
yang menggunakan pendekatan sistem keluarga seringkala sangat
membantu.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 49
Page 50
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M, M. (1998).Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih Bahasa ; Ina Debora
dan Yakim Asy. Jakarta ; EGC.
Carnegi,D. (1979). Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang .Jakarta :Gunung Jati
Cecep
Darmawan. (2007).”Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global ”dalam
Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam kehidupan Keluarga Sekolah dan
Masyarakat. Bandung : Jurusan PKK FPTK UPI
Liliweri, Alo. (1997). Komunikasi Antarpribadi.Bandung : PT.Citra Aditya Bakti
Widjaja.H.A.W (2000).Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta
Atienza, Maria Fe G (1972). Effective Teaching of Home Economic. Garcia Publishing
Company
Lukman Yasni (1999). Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial. Gepartemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Tilman , D dan Diana (2004) Living Value : An Educational Program. Jakarta : Grasindo
Abraham, C., dan Shanley, E. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kozier, B., and Erb., G. (1983). Fundamental of nursing: concept and procedures.
PJBL - Family Health Nursing 2013 Page 50