PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk- bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGERTIAN GLOBALISASIGlobalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu,
antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehinggakedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakanGlobalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalismedalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama
kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang denganglobalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakintersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budayadari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelimaini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
1. DAMPAK GLOBALISASI
Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahuluapabila kita akan menonton siaran sepak bola kita harus ke negarayang mengadakan pertandingan. Tapi sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup melihat di televisi. Ketika akan menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan adanya pesawat telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon saja. Adanya globalisasi membawa manfaat bagi umat manusia tetapi ada juga dampak buruknya.
1. Dampak Globalisasi di Bidang Sosial dan Budaya
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD. Dampak positif globalisasi di bidang sosial adalah para generasi muda mampu mendapatkan sarana-sarana yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dan berhubungan dengan lebih efisien dengan jangkauan yang lebih luas. Adapun dampak negatifnya adalah bahwa generasi muda yang tidak siap akan adanya informasi dengan sumber daya yang rendah hanya akan meniru hal-hal yang tidak baik seperti adanya bentuk-bentuk kekerasan, tawuran, melukis di tembok-tembok, dan lain-lain. Dengan adanya fasilitas yang canggih membuat seseorang enggan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga rasa kebersamaan banyak berkurang. Manfaat globalisasi di antaranya adalah informasi yang dapat diperoleh secara mudah, cepat, dan lengkap dari seluruh dunia sehingga pengetahuan dan wawasan manusia menjadi lebih luas. Akan tetapi dengan adanya arus globalisasi kadang-kadang tidak disertai penyaringan. Semua informasi diterima apa adanya. Hal itu berakibat pada perubahan pola hidup, pola pikir, dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan bangsa Indonesia. Segi budaya merupakan segi yang paling rentan terkena dampak negatifnya. Bentuk informasi dan sarana yang dapat diterima dengan bebas mampu memengaruhi pola bertindak dan berpikir generasi muda. Sebagai contoh, menurunnya budaya membaca di kalangan pelajar, mereka lebih suka melihat televisi yang memperlihatkan tontonan yang mengandung unsur kekerasan yang kemudian mereka tiru.
1. Dampak Globalisasi di Bidang Ekonomi
Dampak positif globalisasi di bidang ekonomi adalah mampu memacu produktivitas dan inovasi para pelaku ekonomi agar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk-produk yang lain. Pada era globalisasi ini menuntut manusia yang kreatif dan produktif. Sedangkan dampak negatifnya adalah mampu menimbulkan sifat konsumerisme di kalangan generasi muda. Sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan zaman karena sudah terbiasa menerima teknologi dan hanya mampu membeli tanpa membuatnya. Globalisasi dan liberalisme pasar telah menawarkan alternatif bagi pencapaian
standar hidup yang lebih tinggi. Semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya dengan negara-negara miskin. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan danmonopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO
1. Dampak Globalisasi di Bidang Budaya dan Politik
Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan. Para pengambil kebijakan publik di negara sedang berkembang mengambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Timbulnya gelombang demokratisasi ( dambaan akan kebebasan ).
v Dampak positif Globalisasi :
1. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan2. Mudah melakukan komunikasi3. Cepat dalam bepergian ( mobili-tas tinggi )4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri6. Mudah memenuhi kebutuhan7. peranan pelaburan asing (FDI) dalam mewujudkan pekerjaan dan
mengurangkan kemiskinan di sebilangan negara.8. peningkatan mobiliti sosial pengukuhan kelas menengah.9. Komunikasi yang jauh lebih mudah dan juga murah.10. peluang yang lebih luas untuk menzahirkan simpati dan
rasa keperimanusiaan mereka terhadap mangsa-mangsa berbagai jenis bencana alam dan tragedi buatan manusia di seluruh dunia.
11. penonjolan idea-idea dan amalan pemerintahan yang baik seperti pertanggungjawaban awam peraturan undang-undang dan hak-hak asasi manusia.
12. peluang yang lebih luas untuk mendapatkan maklumat dan menyebarkan ilmu pengetahuan melalui teknologi baru komunikasi dan maklumat
13. penonjolan hak-hak asasi wanita.
14. peluang yang lebih luas untuk manusia dari berbegai-bagai kumpulan etnik, budaya agama berinteraksi.
v Dampak negatif Globalisasi:
1. Informasi yang tidak tersaring2. Perilaku konsumtif3. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit4. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk5. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat6. kualitas alam sekitar yang semakin merosot sebagai
akibat terlalu mementingkan faktor keuntungan.7. Pembangunan yang tidak seimbang dan jurang perbezaan
ekonomi yang semakin melebar antara kawasan-kawasan di sesebuah negara dan antara sektor-sektor ekonomi.
8. Pengabaian keperluan asas hidup di kalangan rakyat termiskin di banyak negara terutamanya negara-negara Selatan.
9. Modal jangka pendek yang keluar masuk pasaran seperti kilat sebagai akibat amalan baru yang menjadikan wang sendiri sebagai komoditi keuntungan.
10.Pengangguran yang semakin memburuk dan jurang perbezaanpendapatan yang semakin melebar di negara-negara Utara sendiri.
11.Kecenderungan ke arah pembentukan suatu budaya global yang homogen menerusi peranan yang dimainkan oleh perbadanan transnasional dan media komunikasi global.
12.Penyebaran budaya pop Amerika yang ‘menyegarkan pancaindera dan mematikan roh’.
13.Kecenderungan pusat-pusat pengajian tinggi untuk memberi keutamaan kepada kursus-kursus ilmu pengurusan dan teknik dengan mengabaikan kursus-kursus ilmu kemanusiaan dan kemasyarakatan.
14.Pembanjiran maklumat yang tidak berguna.15.Pengantarabangsaan jenayah yang menyukarkan jenayah
dibendung.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI NASIONALISME DI KALANGAN GENERASI MUDA
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagaibangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagibagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduliterhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi
muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
v Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukumdalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa
1. CIRI GLOBALISASI
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
ü Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia
ü Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
ü Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
ü Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
ü Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman barubahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan darikita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Sub-kebudayaan Punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global.Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiranorang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem darikebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalananpara penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
sedemikian rupa sehinggakejadian lokal dibentuk oleh
peristiwa yang terjadi bermil-mil jauhnya
dansebaliknya'.Peter Drucker. menyebutkan
globalisasi sebagai zaman transformasi
sosial.Wikipedia Ensiklopedia. Globalisasi atau
penyejagatan adalah sebuah istilah yangmemiliki
hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di
seluruh dunia melalui perdagangan,
investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-
bentuk interaksiyang lain sehingga batas-batas
suatunegaramenjadi semakin sempit.Princenton
N.Lyman.Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat
cepat atassaling ketergantungan dan hubungan antara
Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan
keuangan.A.G. McGrew. Globalisasi adalah proses
dimana berbagai peristiwa, keputusan,dan kegiatan di
belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi
penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.Albrow.Globalisasi mengacu
pada semua proses dimana masyarakat duniadimasukkan
ke dalam sebuah masyarakat tunggal dunia, masyarakat
global.Wartawan Thomas L. Friedman mempopulerkan
"dunia datar" istilah, dengan alasan bahwa
perdagangan global, outsourcing, pasokan-chaining,
dan kekuatan politik secara permanen mengubah dunia,
untuk lebih baik dan lebih buruk. Ia menegaskan bahwa
laju globalisasi yang mempercepat dan dampaknya
terhadap organisasi bisnis dan praktek akan terus
tumbuh.Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak
sempit, dahulu apabila kita akan menonton siaran
sepak bola kita harus ke negara yang mengadakan
pertandingan. Tapi sekarang kita tidak perlu kemana-
mana, kita cukup melihat di televisi. Ketika akan
menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang
tersebut, tetapi sekarang dengan adanya pesawat
telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup
berbicara melalui telepon saja. Adanya globalisasi
membawa manfaat bagi umat manusia tetapi ada juga
dampak buruknya.
2.2 Sejarah GlobalisasiBanyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai
fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonalddi seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinyaglobalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara
lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-peloporeksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di duniayang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggrisadalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakanmemberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.
2.3 Proses Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya.Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handpho ne) dengan segala fasilitasnya.Bagi Indonesia,proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya.
2.4 ciri ciri globalisasi:Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia
· Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu.
Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam,
televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa
komunikasi global terjadi demikian cepatnya,
sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya
yang berbeda.
· Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara
yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat
dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan
dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).
· Peningkatan interaksi kultural melalui
perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-
hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya
dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
· Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada
bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,
inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi
ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah
kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar
bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam
sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang
ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal
sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan
yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter
Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman
transformasi sosial.
Globalisasi budaya antara nya sub-kebudayaan Punk,
adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang
secara global.Globalisasi mempengaruhi hampir semua
aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai
nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat
ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal.
Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini
menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa
yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.
Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem
dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya
nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture)
telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari
persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai
tempat di dunia ini (Lucian W. Pye, 1966).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara
intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya
teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan
komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini
menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi
kebudayaan.
2.5 Faktor-faktor Terjadinya GlobalisasiBerkembang pesatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bagi terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan, dapat disebarluaskan dengan mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hinggabudaya suatu bangsa.selain hal tersebut globalisasi dapat terjadi karena hal lain seperti:Globa l i sas i t er jad i karena faktor - faktor n i la i budaya luar , seper t i :a. selalu meningkatkan pengetahuan b.etos kerja;c. patuh hukum; d. kemampuan memprediksi;e. kemandirian; f. efisiensi dan produktivitas;g. keterbukaan; h. keberanian bersaing; dani. rasionalisasi; j. manajemen resiko.Globa l i sas i t er jad i me la lu i berbagai sa luran , d i antaranya :a. lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan;b. lembaga keagamaan;c. indutri internasional dan lembaga perdagangan;d. wisata mancanegara;e. saluran komunikasi dan telekomunikasi
internasional;f. lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dang. lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dankonsuler.
2.6 Pengaruh Positif dan Negatif GlobalisasiSeperti yang kita tahu bahwa globalisasi adalah
proses komplek yang digerakan oleh berbagai pengaruh
sehingga mengubah kehidupan sehari-hari terutama
dinegara berkembang, dan pada saat yang sama ia
menciptakan system-system dan kekuatan trans nasional
baru. Globalisasi juga menimbulkan berbagai dampak
yang merupakan permasalahan global. Dampak dari
globalisasi tersebut itu adalah:
1. Dampak jangka pendek, yaitu;
-Dampak negatif globalisasi yang terlihat/ terdetek;
yaitu dampak buruk yang dapat dihindari sebelum itu
terjadi.
-Dampak positif globalisasi yang terlihat/ terdetek;
yaitu dampak positif/baik yang dapat diperkirakan
sebelum itu terjadi.
2. Dampak jangka panjang, yaitu;
-Dampak negatif globalisasi yang tidak terlihat/
tidak terdetek; dampak buruk yang tidak diperkirakan
dan tidak dapat dihindari sebelumnya. Dampak tersebut
baru disadari setelah efek buruknya terjadi.
-Dampak positif globalisasi yang tidak terlihat/
tidak terdetek; dampak positif/baik yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Dampak tersebut baru
disadari setelah menguntungkan peradaban.
Oleh sebab itu sudah sepatutnya penjelasan mengenai
masalah globalisasi harus ditekankan, karena
perbedaan pendapat mengenai dampak globalisasi sudah
sering terjadi di masyarakat kita dewasa ini.
Dampak positif globalisasi1. Produksi global dapat ditingkatkan2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi6.Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone.7. Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Dan lain-lain.8. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui internet. Internet inilah yang palingberpengaruh dalam kemajuan Globalisasi.9. Kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti
etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari
bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan
kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa
dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap
bangsa.
10. peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan
kemudahan yang memberikan efisiensi dalam berbagai
bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan
biaya. Sebagai contoh manifestasi Teknologi Informasi
yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman
surat hanya memerlukan waktu singkat, karena
kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil
perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya
komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah
besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan
basis data (database), dalam kegiatan ekonomi sudah
dilakukannnya E-banking, E-comerce,E-shopping dan
masih banyak lagi.
11. Teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki kinerja dalam hal sarana pembelajaran. Karena sepertiyang kita ketahui bahwa teknologi informasi dan komunikasi kini telah merasuk ke dalam kurikulum dunia pendidikan. Suatu hal yang tentunya menjadi gebrakan di dunia pendidikan dalam ajang peningkatan potensi pelajar. Selain itu gelombang kemajuan dan perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan telah membawa perubahan pada kehidupan dan gaya hidup pelajar yang lebih dinamis. Dengan adanya hal tersebut, maka pelajar senantiasa menghidupkan dan menyalurkan semangat untuk mengeksplorasi ilmu yang belum diketahui.12. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas danmendorong untuk berpikir lebih maju13. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha
mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidupmasyarakat.Dampak negat i f g lobal i sas i d i b idang ekonomi1. Menghambat pertumbuhan sektor industri2. Memperburuk neraca pembayaran3. Sektor keuangan semakin tidak stabil4. memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang Pengaruh baik globalisasi ekonomi1. Produksi global dapat ditingkatkan2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomiKeburukan globalisasi ekonomi1. Menghambat pertumbuhan sektor industri2. Memperburuk neraca pembayaran3. Sektor keuangan semakin tidak stabil4. memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Dampak Global i sasi Dalam Bidang Sosia l Budaya
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada
di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (va lues)
yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang
dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini
menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa
yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.
Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem
dari kebudayaan. Globalisasi sebagai sebuah gejala
tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh
dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau wor ld cu l ture)
telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari
persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai
tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).Namun,
perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif
terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya
teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut
menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah
dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya
perkembangan globalisasi kebudayaan.Semakin bertambah
globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam
masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di
negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film
8.Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui
perkembangan media massa.
* Dampak G loba l i sas i Da lam B idang Po l i t i kNegara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan. Para pengambil kebijakan publik di negara sedang berkembang mengambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Timbulnya gelombang demokratisasi ( dambaan akan kebebasan ).* Dampak G loba l i sas i Da lam B idang Pendid ika nkalau kita perhatikan di era globalisasi yang dibutuhkan adalah bagaimana diri kita dapat diterima keberadaannya di belahan dunia manapun, dengan bekal sertifikat Nasional apakah cukup tentunya untuk menghadapi era globalisasi kita membutuhkan sertifikasi internasional sebagai pengakuan atas eksistensi kita di level internasional, sehingga kitadapat berselancar ke negara manapun dengan sertifikatinternasional yang kita miliki.mungkin ke depan, peserta didik lebih memilih Ujian Internasional yang Ijazahnya dapat dibanggakan dan dapat digunakan untuk melanjutkan studi ke luar
negerti dan mendapat pengakuan secara internasional.masalahnya adalah,Apakah sekolah siap menyelenggarakan pendidikan bertaraf Internasional untuk mendapat Ijazah Internasional? ,Apakah Guru sudah kompeten dalam menyelenggarakan pendidikan?Jadiwalaupun ada dampak positif globalisasi seperti telahdi sebutkan diatas dan yang lainnya seperti hadirnya jaringan komunikasi dan informasi yang mempermudah kehidupan umat manusia, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat miskin, globalisasi lebih banyak dampak negatifnya. Kita melihat aspek negatif itu dalam ketidak-adilan perdagangan antar-bangsa, akumulasi kekayaan dan kekuasaan di tangan para kapitalis negara-negara maju yang mengakibatkan kemelaratan yang tak terbayangkan di negara-negara miskin, termasuk di Indonesia. Menurut Kucinich, Negara-negara miskin telah diperas lewat pembayaran beban utang ke lembaga global . Dicontohkan, setiap tahun 2,5 miliar dolar AS dana mengalir dari sub-Sahara Afrika ke kreditor internasional, sementara 40juta warga mereka kurang gizi Pengaruh Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa danBernegaraBangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa di dunia. Sebagai bangsa, kita tidak hidup sendiri melainkan hidup dalam satu kesatuan masyarakat dunia (wor ld soc ie ty). Kita semua merupakan makhluk yang ada di bumi. Karena itu, manusia secara alam, sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan budaya tidak dapat saling terpisah melainkan saling ketergantungan dan mempengaruhi.Era globalisasi yang merupakan era tatanan kehidupan manusia secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi itu memasuki tiga arena pentingdi dalam kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi, arena politik, dan arena budaya.Jika masyarakat atau bangsa tersebut tidak siap menghadapi tantangan-tantangan global yang bersifat multidimensi dan tidak
dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi korban yang tenggelam di tengah-tengah arus globalisasi.Darisisi politik, gelombang globalisasi yang sangat kuat yakni gelombang demokratisasi. Sesudah perang dingin dan rontoknya komunisme, umat manusia menyadari bahwahanya prinsip-prinsip demokrasi yang dapat membawa manusia kepada taraf kehidupan yang lebih baik. Angindemokratisasi telah merasuk ke dalam hati rakyat di setiap negara. Mereka melakukan gerakan sosial denganmenggugat dan melawan sistem pemerintahan diktator atau pemerintahan apapun yang tidak memihak rakyat.Kasus serupa juga terjadi di Indonesia, yaitu dengan runtuhnya rezim pemerintahan Orde Lama dan runtuhnya rezim pemerintahan Orde Baru. Di Indonesia sejak bergulirnya reformasi, gelombang demokratisasi semakin marak dan tuntutan akan keterbukaan politik semakin terlihat.Dari sisi budaya, era globalisasi ini membawa beraneka ragam budaya yang sangat dimungkinkan mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan sistem nilai masyarakat suatu negara. Oleh karenaitu, kita seharusnya waspada dan pandai menyiasati pengaruh budaya silang sehingga bangsa kita dapat mengambil nilai budaya yang positif yaitu mengambil nilai budaya yang bermanfaat bagi kehidupan dan pembangunan bangsa serta tidak terjebak pada pengaruh-pengaruh budaya yang negatif. Kita juga harus belajar melihat dunia dari perspektif yang berbeda sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing tanpa melunturkan nilai identitas budaya bangsa kita. Dengan memahami perbedaan dan persamaan kebudayaan tadi akan menumbuhkan saling pengertian dan saling menghargai antar kebudayaan yang ada.Pengaruh Global i sas i Terhadap Kebudayaan Indones ia
Globalisasi adalah suatu proses tatanan
masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu
proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang
akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama
dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di
sebagian keluarga sebagai unit terkecil kehilangan
fungsinya sebagai tempat pembinaan, ikatan moral
semangkin lemah dan keluarga hanya dianggap sebagai
tempat singgah. Oleh karena itu kita supaya
memperdalam kajian ilmu pengetahuan, tingkatkan
pembinaan keluarga, kewaspadaan gerakan yang
mengancam Ideologi Pancasila, gerakan yang
membahayakan aqidah islamiyah dan akhlakul karimah,
maka kita semua sebagai warga Indonesia wajib
membanggakan apa saja yang sudah menjadi budaya kita
sendiri”, jangan sampai melupakan budaya lama dengan
sudah menemukan budaya baru.Masuknya budaya asing ke
suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar,
asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa namun kita harus tetap menjaga agar budaya
kita tidak luntur. Langkah-langkah untuk
mengantisipasinya adalah antara lain dengan cara,
Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai produk dalam negeri, Menanamkan
dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik-
baiknya, Melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik-
baiknya dan Selektif terhadap pengaruh globalisasi di
bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus
terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar
tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing
masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena
suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara
lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di
negaranya.Kemudian tingkatkan kurikulum pendidikan
berwawasan, serta jabarkan nilai-nilai Al Quran dan
hadis bagi yang beragama islam di dalam kehidupan
bermasyarakat dan berorganisasi.
Pancasila Dalam Menghadapi Globalisasi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang
sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini
haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara,berbagai tantangan
dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu
untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia,pancasila terus dipertahankan oleh
segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,itu
membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang
sejati untuk bangsa Indonesia.
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang
bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa,dan kini
mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di
pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti
kehilangan jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah
pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas
kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan
kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat
rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri.
Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah
jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada
lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa
Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka
diri. Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka menerima
masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya
kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.
Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat
tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut
diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah
kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk
fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan
politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik,
tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh
pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan
pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa
yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa
dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis
seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—
tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka,
kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa
dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk
meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa
Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal,
teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi
juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang
berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting
adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu
menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik
dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang
terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak
sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional
mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari
persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan
bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur
bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang
tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma,
persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka
seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia
tengah berada pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan
tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau
nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak
sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang
dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-
nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama
dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja
sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah
Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal,
negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung
Karno di depan Sidang Umum PBB—menganut faham
demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong,
kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.
Sistem politik yang berkembang saat ini sangat
gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh
dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang
seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa
Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan
sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia
(HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh
berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau
mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar,
khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut
pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia.
Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal
memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam
ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini,
konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para
elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan
dirinya dan kelompoknya semata.
Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara
memegang peranan penting. Pancasila akan menilai
nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk
disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri.
Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang
nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa
Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat
memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh
dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang
hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa
mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan
yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan
tersebut .
Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai
dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa.
Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan
suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-
citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-
nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini
kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang
bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam
pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau
meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa
menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan
bangsa Indonesia sendiri.
2.8 Peran Pemerintah Dalam Globalisasi
PENTINGNYA peran negara dan pemerintah dalam
pembangunan ekonomi ditegaskan kembali dalam
konferensi gabungan pebisnis dan pejabat pemerintah
Asia di Boao, China, awal pekan ini. Namun, bukankah
peran swasta lebih diandalkan dalam era globalisasi
sekarang ini?
Penegasan tentang peran pemerintah yang disampaikan
di forum pertemuan tahunan di Boao dianggap penting
lebih-lebih di tengah munculnya asumsi, peran negara
dan pemerintah cenderung melemah oleh tuntutan
globalisasi yang lebih mengandalkan swasta dan
masyarakat.Pertemuan tahunan Boao Forum for Asia
Annual Conference 2004 merupakan forum bersama bagi
pejabat pemerintah dan pelaku bisnis dari 42 negara,
terutama dari kawasan Asia. Meski tidak
mempertentangkan peran pemerintah dan masyarakat,
forum pertemuan tahunan ketiga itu menekankan
pentingnya peran pemerintahan yang kuat.Forum
pertemuan pejabat pemerintah dengan pebisnis itu
termasuk penting, antara lain terlihat dari kehadiran
Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden
China Hu Jintao, Presiden Ceko Vaclav Klaus, dan
masih banyak lagi. PENEKANAN tentang pentingnya
pemerintahan kuat terdengar paradoks dengan tuntutan
globalisasi yang menekankan fungsi masyarakat dan
dunia swasta. Selama ini berkembang wacana, peran
pemerintah akan surut di tengah meningkatnya peran
masyarakat dalam bidang ekonomi dan berbagai bidang
lainnya.Apalagi peran pebisnis dan perusahaan besar
sangat penting dan menentukan dalam kegiatan
perekonomian berskala global. Namun, di tengah hiruk-
pikuk aktivitas perdagangan dan perekonomian global,
peran pemerintah sebagai regulator justru semakin
penting dan menentukan. Bayangkan, kekacauan akan
mudah terjadi jika tidak ada regulasi yang
jelas.Fungsi regulasi pemerintah justru dibutuhkan
untuk menjamin kompetisi yang lebih sehat di kalangan
swasta yang bertarung keras dalam kegiatan ekonomi.
Pebisnis perlu rambu jelas dalam kegiatannya sehingga
tidak kehilangan arah dalam arus perubahan global
yang berlangsung cepat.
PEMERINTAH yang kuat maupun pebisnis yang tangguh
sama-sama dibutuhkan dan menjadi tuntutan
globalisasi. Pebisnis dituntut melakukan kegiatan
ekonomi berskala global, melewati batas wilayah dan
kawasan. Ruang dan kecepatan bergerak para pebisnis
bertambah cepat, yang dimungkinkan oleh kemajuan
teknologi telekomunikasi dan transportasi. Proses
globalisasi pun berjalan secara cepat dan serempak.
Hambatan ruang dan waktu menjadi nisbi. Proses
globalisasi mempercepat pula langkah privatisasi
dalam bidang ekonomi banyak negara. Kegiatan ekonomi
di mana-mana semakin berada dalam kendali dan
kepemilikan swasta. Badan-badan usaha yang dulu
berada di bawah kendali dan kepemilikan negara
umumnya mengalami proses privatisasi.Proses
privatisasi tidak hanya menjadi fenomena di negara-
negara kapitalis-liberal, tetapi sudah menjadi
kecenderungan global, termasuk di China yang secara
politik masih menganut komunisme. Proses privatisasi
di China sudah berkembang pesat.TUNTUTAN percepatan
privatisasi di banyak negara tidak hanya karena
dampak langsung proses liberalisasi dan globalisasi
ekonomi, tetapi juga karena badan usaha yang berada
dalam pengelolaan negara cenderung kurang efisien dan
efektif. Hambatan birokratis membuat biaya tinggi dan
mendatangkan kerugian.Pemerintah yang sudah memegang
kendali kekuasaan mudah pula tergoda
menyalahgunakannya dengan melakukan kolusi dan
korupsi. Maka privatisasi diyakini sebagai bentuk
jalan keluar. Meski pelaku ekonomi mengalami
pergeseran besar dari negara ke masyarakat, peran
negara dan pemerintah tetap strategis dan penting.
Apalagi pergaulan antarbangsa dan negara masih
berdasarkan kerangka negara dan pemerintahan. Kerja
sama internasional pada berbagai bidang masih terikat
pada negara dan pemerintah. Eksistensi negara sama
sekali tidak pudar dan surut di tengah meningkatnya
peran masyarakat dalam hubungan dan kerja sama
ekonomi global. TENTU saja, posisi dan peran
pemerintah dalam era globalisasi sudah banyak
berubah. Pemerintah dilepaskan dari berbagai tanggung
jawab mengelola langsung perusahaan atau badan usaha,
tetapi posisi dan perannya sebagai regulator justru
meningkat tajam.Hanya saja, standardisasi dan
kualifikasi tentang peran dan fungsi pemerintah di
tengah era globalisasi semakin tinggi. Sudah menjadi
tuntutan umum tentang pentingnya pemerintahan baik
dan bersih, good and clean governance.Pencitraan
tentang pemerintahan kuat dan efektif tidak lagi
diukur pada kemampuan melakukan intimidasi, tetapi
lebih pada kredibilitas dan kewibawaan menegakkan
keadilan, memberantas korupsi, menjamin supremasi
hukum, perlindungan hak asasi, dan proses
demokratisasi.Tidak kalah pentingnya, bagaimana
pemerintah mendorong terciptanya lingkungan kondusif
yang memungkinkan proses kreativitas masyarakat dapat
berkembang baik. Tanpa terciptanya situasi kondusif,
investor asing pun enggan datang menanamkan modalnya.
2.9 Masyarakat Dalam Menghadapi GlobalisasiMasyarakat Indonesia adalah masyarakat sangat ramah ,menghargai perbedaan, menghormati antar sesamadan berakhlak baik. Dalam menyelesaikan masalahpun masyarakat Indonesia selalu dengan musyawarah ,sehingga mencapai persetujuan yang sama .tetapi sekarang masyarakat indonesia sangat berbeda dengan apa yang saya sebutkan tadi. Saat ini masyarakat Indonesia mengalami krisis moral sehingga mereka berpikir pendek, tidak menghargai perbedaan,
sangat labil emosinya dan malas. Mengapa hal ini terjadi ? hal ini terjadi dikarenakan masyarakat sulit menyaring informasi dari media seperti TV, Internet dan lain lain. Informasi yang baik dan burukmereka terima begitu saja dan di aplikasikan di kehidupan mereka . faktor lainnya , dikarenakan pembangunan ekonomi yang tidak merata, hidup tidak sejahtera dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Akibat adanya globalisasi pada teknologi terdapat dampak buruk dan baik sehingga kita perlu berhati hati .Kita perlu waspada terhadap informasi yang kita terima. Tidak semua informasi harus kita terima begitu saja dan dilakukan di kehidupan . banyak budaya luar yang seharunya kita tidak dapatkan, misalkan gaya hidup yang kurang baik , etika berbicara yang kasar, mengikuti mode pakaian yang terlalu terbuka dan lain lain yang menyebabkan hilangnya budaya pancasila dan aturan agama yang diabakan, hal ini sudah di rasakan dengan fakta faktayang terjadi dilingkungan kita misalnya dimanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana untuk melakukan penipuan , melakukan penghinaan terhadap agama/SARA ,pornographi dan mempelajari hal yang tidak baik. Hal itu disebabkan kemajuan teknologi pada system jaringan yang tidak di saring informasi buruknya. dampak baik adanya globalisasi, komunikasi dapat dilakukan dengan cepat. Teknologi selalu berkembang dengan pesat, komputer dan handphone sebagai sarana nomor satu dalam mencari informasi , pemahaman masyarakat terhadap internet semakin tinggi dalam jaringan serta pemanfaat komputer dan sistemnya, semakin kreatifnya anak bangsa dalam melakukan prosespembelajaran, mempermudah pekerjaan misalnya internetbanking, membeli barang, bersosialisasi, mencari pekerjaan dan info lainnya. Manusia yang baik adalah manusia yang memahami apa yang baik dan buruk bagi orang lain sehingga menghindari yang buruk dan mencari hal yang
baik demi mendapatkan lingkungan yang sejahtera bagi orang lain dan dirinya . Namun dengan berkembangnya teknologi misalnya system komputer , teknologi informasi dan globalisasi yang sudah ada sejak dahulu. Banyak dimanfaatkan masyarakat untuk hal yangkurang bermanfaat dan tidak baik. Dalam menghadapi informasi yang kita dapatkan, kita harus mencerna danmembiasakan diri mencari informasi seakan akan untuk mencari pengetahuan dan ilmu Untuk mewujudkan hal tersebut maka kita harus mengetahui dampak yang akan terjadi jika melakukan hal yang negatif akbiat dari informasi yang tidak baik. Selain itu peran orang tuajuga sangat penting oleh sebab itu sebaiknya orang tua lebih memahami teknologi komputer dan internet dari pada anaknya , agama serta pendidikan juga sangat penting. Dengan mempelajari agama dan memperbanyak waktu untuk belajar maka seseorang akanlebih focus kepada kegiatannya . dengan kegiatan tersebut saya yakin masyarakat indonesia akan menjadikan masyarakat yang cerdas bukan hanya kecerdasan IQ nya saja ,namun kecerdasan ESQ pun akantinggi, sehingga akan dapat menyaring informasi yang buruk dan mengambil informasi yang baik saja . Jadi dengan fenomena Globalisasi interaksi antara manusia , manusia dengan informasi ,yang menyebabkan manusia terpengaruh oleh informasi tersebut akan berkurang bahkan tidak ada jika kita menerapkan kegiatan agama, pembelajaran dan bimbinganorang tua . dalam hal kemajuan teknologi juga kita harus mendidik anak bangsa agar memanfaatkannya dengan baik , alangkah baiknya jika sekolah sekolah memberi edukasi menghadapi dunia era Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang selama ini tidak pernah dan jarang dilakukan oleh lembaga pendidikan Dengan demikian dalam menghadapi Globalisasi demi menjaga budaya , perilaku dan jiwa kita harus menjadi orang yang cerdas dalam mendapatkan informasi agar tidak terpengaruh budaya kurang baik . oleh sebab itu dibutuhkan usaha dari
pemerintah, masyarakat dan dari diri kita sendiri . agar dapat memanfaatkan teknologi yang sangat modern dan canggih dengan sebaik baiknya
2.10 Pengertian MoralMoralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.Moral secara etimologi diartikan: a) Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, b)Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam etika. Dalam bahasa Yunani disebut “etos” menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan baik dan buruk dalamhubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri, unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia. kemudian “etika” yang berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan yang buruk. Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami sebagaisuatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan danlarangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat.Secara terminologi moralitas diartikan oleh berbagai tokoh dan aliran-aliran yang memiliki sudut pandang yang berbeda: Franz Magnis Suseno menguraikan moralitas adalah keseluruhan norma-norma,nilai-nilai dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari
hati), moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik karena Ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan. Moralitas sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih.W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia.Immanuel Kant, mengatakan bahwa moralitas itu menyangkut hal baik dan buruk, yang dalam bahasa Kant, apa yang baik pada diri sendiri, yang baik padatiap pembatasan sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi, tanpa pembatasan, jadi yang baik bukan hanya dari beberapa segi, melainkan baik begitu saja atau baik secara mutlak. Emile Durkheim mengatakan, moralitas adalah suatu sistem kaidah atau norma mengenai kaidah yang menentukan tingka laku kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bagaimana kita harus bertindak pada situasi tertentu. Dan bertindak secara tepat tidak lain adalah taat secara tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan.Moral, saat ini jelas sekali masyarakat sedang mengalami degradasi moral, yang diakibatkan oleh situasi pelik politik Indonesia sehingga kita sebagai masyarakat mendapatkan imbasnya/dampaknya. Seperti halnya negara mengalami krisis ekonomi, maka masyarakat akan mengalami dampaknya. Begitu juga dengan krisis moral yang disadari maupun tidak masyarakat akan mengalami efeknya.Kita prihatin dengan kondisi tatanegara, lalukita lampiaskan dengan sumpah serapah juga cacimakian, atau bahkan yang lebih jauh menghina bangsa sendiri. Maka bisa disebutkan kitapun mengalami penurunan moral. Namun saat bicara tentang moral.Moralitas (dari "cara, karakter, perilaku yang tepat" Latin moralitas) adalah diferensiasi niat, keputusan, dan tindakan antara mereka yang baik (atau
kanan) dan yang buruk (atau salah). Sebuah kode moraladalah sistem moralitas (menurut filsafat tertentu, agama, budaya, dll) dan moral adalah salah satu atau praktik mengajar dalam kode moral. Moralitas juga mungkin spesifik identik dengan "kebaikan" atau "kebenaran." Amoralitas adalah perlawanan aktif terhadap moralitas (oposisi yaitu untuk apa yang baikatau kanan), sedangkan asusila adalah berbagai didefinisikan sebagai ketidaksadaran, ketidakpedulianterhadap, atau tidak percaya dalam setiap set standarmoral atau prinsip [1] [2]. [3] [4] contoh kode moraladalah Golden Rule yang menyatakan bahwa, "orang harus memperlakukan orang lain sebagai salah satu ingin orang lain untuk mengobati diri sendiri.Namun secara mendalam lagi, definisi moral begitu beragam.Sebagai cintoh missalnya : masyarakat yang membe la ke lompoknya yang d ih ina o leh ke lompok la in yang berbedaagama atau buday a , maka secara hat i nurani akan k i ta be la sampai mat i ke lompok k i ta yang d ih ina , secara nurani ada lah perbuatan yang seharusnya .Namun saat kita membicarakan tentang revolusi, maka yang kita bicarakan adalah paradigma baru, misalnya : Korups i buka nlah ha l yang harus d iberantas , korups i ada lah s ikap yang sudah t idak layak k i ta lakukan, karena me lawan pr ins ip masyarakat yang memi l i k i harkat dan mar tabat . Maka masyarakat yang bermar tabat sudah t idak layak me lakukan korups i . Inilah paradigma baru atau bagian dari revolusisikap.Moral haruslah terdefinisi agar masing-masing dari masyrakat tidak liar dalam mengartikan moral. Namun moral juga tidak boleh distandarisasi oleh sebuah lembaga sehingga menjadi dotrin. Moral tidak boleh terjebak dengan standarisasi versi sebuah lembaga atau versi oleh satu individu, moral adalah sikap abstrak yang keluar dari penjabaran manusia, pengembaraan spiritual, sesuai pengalaman masing-masing individu.Maka bisa dikatakan , moral tidak bisa didefinisikan namun tidak liar. Moral tidak bisadistadarisasikan namun tetap kita harus selalu mencari tau pencarian kita akan pengertian ” apaka h saya sudah bermora l ? “Tidak bisa dipungkiri, moral
adalah hal yang abstrak, namun keberadaannya jelas, esensinya diperlukan untuk menstabilkan jiwa kita. Tanpa moral maka segala keahlian atau kemampuan kita akan selalu tidak terkendali. Dipenuhi pembenaran kata hati untuk membenarkan perbuatan kita yang tampak baik, padahal sebenarnya hanya melakukan pembenaran, membohongi hati kita sendiri. jadi peran pendidikan moral sangat penting di era globalisasi ini.ada beberapa cara agar dampak negative globalisasi tersebut agar bisa dihentikan salah satunya adalah lewat pendidikan nilai nilai moral itutadi karena pendidikan nilai moral tersebut dapat membantu seseorang untuk berkembang menjadi seseorangyang lebih manusiawi yang dapat menjadi manusia yang beguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bersifatproduktif kooperatif serta menjadi sorang yang bertanggung jawab.2.11 Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
IndonesiaPendidikan nilai moral di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif. Menurut Sudarminta praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era Orde Baru terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan agama_dua jenis mata pelajaran tata nilai yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanism ke dalam pusat kesadaran siswa. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003),
menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.
IndiaPendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagaiusaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kePendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.Bagi sekolah swasta, baik dalam komunitas Kristen maupun Islam,nilai agama menjadi prioritas pengembangan nilai. Berbeda halnya sekolah negeri,agama ditempatkan pada area nilainilai yang mengandung kebenaran untuk semua pihak. Ruang lingkuppendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkanpada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instrukturpelatihan guru.
MalaysiaPendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsungdikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya,seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. Silabus pendidikan nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan badan danpikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang, hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan.Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika,estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya,(a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurangmemberikan kebebasan kepada peserta didik untukmemilih dan menentukannilai, (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkandengan jelas,(c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilaimasih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan(d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi.
Cina Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan eratdengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada
beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai. Di beberapa sekolah dijumpai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar-benar terjadi dalam proses pendidikan.Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut.Pertama, pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu. Kedua, sejumlah peraturan telah disusun dandisebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah. Ketiga, untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar. Keempat, dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya. Kelima, guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari. Tampaknya, pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara tersebut (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masingmasing negaramemiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan
tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diridan tata hidup berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut,pendidikan nilai moral di empat Negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Akan tetapi, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren dalam setiap mata pelajaran. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih diarahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
2.12 Dimensi Pendidikan Nilai Moral Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral .
A. Teori Perkembangan MoralDewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangandan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal(kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Definisi itu mencerminkan pandangan bahwa nilai moral bersifat relatif. Para ahli lain memandang bahwa perkembangan moral dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya sebagai keseluruhan proses, di mana seorang pribadi lahir dengan banyak kemungkinan tingkah laku aktual yang dibatasi pada bidang yang jauh lebih spirital, yaitu suatu bidang yang lazim diterima sesuai dengan ukurankelompoknya.Dengan demikian, perkembangan moral dipahami sebagai suatu Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global internalisasi
langsung norma-norma budaya eksternal. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang dapat dilatih untuk berperilaku dengan cara sedemikian rupa sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan berbagai aturan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Aturan dan nilai-nilai di masyarakat tentunya nilai-nilai universal dan nilai-nilai lokal yang baik, yakni nilai lokal yang tidak bertentangan dengannilai-nilai universal, sedangkan nilai nilai negatif misalnya radikalisme harus dilakukan tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi di lingkungan masyarakat,karena nilai radikalisme itu bertentangandengan nilai universal dan nilai lokal.Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar merupakan pertimbangan moral.Banyak di antara tindakan yang justru merupakan penilaian terhadap kebaikan atau kebenaran, estetis, teknologis atau bijak. Berbeda dengan penilaian terhadap kebijakan atau estetika, penilaian moral cenderung bersifat universal, inklusif,konsisten, dandidasarkan pada alasan-alasan yang objektif, impersonal, atau ideal. Struktur pertimbangan moral ditetapkan berdasarkan pada apa yang didapatkan seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu-isu moral dan bagaimana ia mampu memilih dan menetapkan nilai-nilai dengan disertai alasan mengapaseseorang memilih dan menetapkan bahwa sesuatu itu berharga. Hal ini merupakan penentu struktur tingkat pertimbangan moral seseorang, yang sekaligus menentukan keputusan moral atau perilaku moral.Kohlberg, melalui penelitian Longitudinal and Crosscultural, telah berupayauntuk menyempurnakan teori Piaget dengan menetapkan enam tingkat pertimbangan moral yang relatif tidak bergantung pada umur.Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang memiliki beberapa ciri pokok berikut.
(1) Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya system berpikirnya terorganisasi. (2) Tahap pertimbangan moral berurutan secara invarian dan tidak pernah terbalik dalamsemua kondisi (kecuali mereka yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi. (3) Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moralyang tinggi telah tercakup dan menguasai tahap-tahap dan pola piker yang berada di bawahnya. (4) Struktur tingkat pertimbangan moral berfungsi melahirkan kecenderungan ke arah tahapan-tahapan yanglebih tinggi. (5)Struktur pertimbangan moral harus dibedakan denganisi pertimbangan moral. Sebagai contoh, suatu pilihanyang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga)dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapansuatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui Muhamimin, 2001: 216). Selanjutnya, Kohlberg mengidentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu(i) orientasi hukuman atau kepatuhan, (ii) orientasi instrumental-relatif, (iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik,(iv)orientasi hukum dan ketertiban, (v) orientasi kontrak social legalitas, dan (vi) orientasi prinsip kewajiban. Hasil kajian Kohlberg mengenaitahap-tahap perkembangan moral memiliki kelemahan di mana tahap ke-5 kurang memiliki bukti empiris dan tahap ke-6 tidak memiliki bukti empiris.Hasil ini dikritik oleh Gilligan (1982) karena semua responden
penelitian berjenis laki-laki, padahal menurut Gilligan wanita memiliki perbedaan dengan laki dalam membuat keputusan moral (Zuchdi, 2008: 19). Secara singkat dikatakan laki-laki dalam membuat keputusan moral mengutamakan “hak”, sedangkan wanita mengutamakan “tanggung jawab”. Perbedaan Kohlberg danGilligan tersebut ditanggapi oleh Reimer, Paolitto, dan Hersh (1983:108), bahwa kematangan moral harus dilihat dari dua sisi. Laki-laki dalam penalaran moral tentang keadilan mendasarkan pada prinsip, perlu belajar menjadi orang yang memiliki kasih sayang di samping bertindak adil. Sebaliknya, wanita yang memiliki sifat kasih saying perlu belajar mengintegrasikan moralitas personal dan institusionaldalam prinsip-prinsip moral yang konsisten Dengan demikian teori perkembangan moral tawaran Kohlberg tersebut dari perspektif gender tampak bias gender karena objek kajian penelitian pada jenis laki-laki saja, sedangkan wanita tidak dijadikan objek penelitian, padahal dari sisi psikologi laki-laki danwanita terdapat perbedaan. Di antara perbedaan kedua jenis laki-laki dan wanita antara lain telah disebutkan di atas. Meskipun demikian tawaran pemikiran moral Kohlberg tetap memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam kajian moral.Jika dianalisis lebih lanjut sumbangan pemikiran moral Kohlberg lebih menekankan pada pemikiran moral belum menjangka pada penghayatan, dan ranah spiritual. Sementara tesis Capra yang dituangkan dalam paradigm “Visi Realitas Baru” yang antara lain berintikan pandangan hidup system dan keutuhan. Ia mengamati perubahan yang berlangsung terus menerus yang merupakan sebuah “titik balik” dalam peradaban manusia yang mewakili tumbuhnya kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai Tesis Capra lebih menekankan bahwa setiap peradaban manusia akan melahirkan kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai. Oleh karena itu, ada dua hal esensial
menghadapi peradaban manusia, yaitu (1) lahirnya kesadaran baru, dan (2) kehidupan sarat nilai.
2.13 Pendidikan Nilai MoralPendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik.Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan danperkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangantersebut. Oleh karenanya, ia berani menanggung resikodan menghadapi konflik, selagi ia tahu bahwa tanpa resiko itu perkembangannya tertahan. Dengan kata lain,ia memiliki kesadaran terhadap perubahan perkembangan yang mesti dialami.Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal dan menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya. Walaupun ia memiliki kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain, jati diri atau identitas yang telah ia kembangkan adalah miliknya dan tidak disandarkan pada harapan orang lain atas dirinya. Jati diri yang ia miliki terbentukdari proses kesadaran memilih dan keteguhan hatinya. Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Dia tidak memutuskan diri dari orang-orang dan dia dapat mengkomunikasikan rasa empatinya secara jelas terhadap orang lain. Dia secara efektif dapat berfungsi dalam suatu situasi kelompok. Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran. Dia merasakan suatu keseimbangan
antara hati dan pikirannya. Ia mengalami rasa keutuhan pribadinya.Dia dapat menggunakan daya kemampuan intuisi, imajinasi, dan penalarannya. Pendidikan nilai moral tawaran John P. Miller tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan tawaran Kohlberg. Artinya, John P. Miller pun beranggapan bahwa pendidikan nilai moral itu berfokus pada pembentukan pribadi secara integratif. Oleh karena itu, pendidikan nilai moral bersifat individualistis.Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satubagian dari aspek afeksi. Selengkapnya, aspek afektifmeliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan.Ada beberapa model pendidikan afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Sekurang-kurangnya, ada tujuh belas model. Setiap model mem-punyai tujuan yang berbeda. Berdasarkan arah atau orientasinya, sejumlah model dapat digolongkan dalam satu rumpun.Tujuh belas model pembelajaran afektif yang ada dapatdikelompokkan ke dalam empat buah rumpun dengan sifatpenggolongan yang tidak ketat. Empat buah rumpun model pendidilan afektif itu adalah (i) model-model perkembangan (developmental models), (ii) model-modelpengenalan diri (selfconceps models), (iii) model-model kepekaan dan kecenderungan-kelompok (sensitivity and group-orientation models), dan (iv) model-model perluasan kesadaran (consciousness-expansion models. Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial. Setiap model pembelajaran itu harus memenuhi kerangka kerja yang meliputi arah teori, penerapan kelas, peranan guru, kelayakan model, dan lingkungan belajar. Dengan demikian, tugas guru adalah memilih model yang palingefektif untuk suatu lingkungan tertentu. Pada waktu memilih model, guru harus memperhatikan dua hal.
Pertama, model itu harus memenuhi tujuan dan kepentingan guru, misalnya apabila kepentingan untuk memudahkan terbentuknya jati diri yang positif, yang dipilih ialah salah satu di antara model-model yang tergolong dalam rumpun pengenalan diri (self-concept). Kedua, model itu harus disesuaikaN dengan keadaan struktur yang dapat dihadapi oleh murid. Beberapa murid memerlukan lingkungan dengan struktur yang ketat dan dapat mengarahkan mereka, sedangkan beberapa murid yang lain lebih cocok dengan situasi yang lebih longgar.
2.14 Pendekatan Pendidikan Nilai MoralPendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkannilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating,yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif. Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilaidan banyak pula faktor lain yang membatasinya. Di sisi lain, keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai suatu sumber penting pendidikan nilai. Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak dapat terlepas dari pengaruh apa yang dilakukan para guru mereka yang berkenaan dengan pendidikan nilai di sekolah, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Nilai-nilai itu dapat diterima peserta didik melalui kedua metode tersebut, baik yang sudah dirancang dalam kurikulum maupun nilai yang terkandung di dalam kurikulum sebagai hiddent curriculum.Yang ditekankan
dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasiyang dialami. Oleh karena itu, pendidikan nilai tidakdapat disajikan hanya oleh seorang guru atau hanya dalam satu pelajaran, tetapi diperlukan format yang beragam dari berbagai pelajaran yang mengintegrasikansecara sendiri sendiri atau dengan kombinasi.
2.15 Metode dan Teknik Pendidikan Nilai MoralUntuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilaibaik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya.Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilakuyang baik. Dengan penerapan metode langsung dimungkinkan nilai-nilai yang diindoktrinasi dapat diserap peserta didik, bahkan dihafal di luar kepala,tetapi tidak terinternalisasikan, apalagi teramalkan.Kemungkinan kedua, nilai nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan, tetapi berkat pengawasan pihak penguasa bukan atas kesadaran diri peserta didik. Dalam hal ini, nilai moral yang pelaksananya seharusnya bersifat suka rela (voluntary action) berubah Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global menjadi nilai hukum yang dalam segala aspeknya memerlukan pranata hukum.Di samping itu, pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode
reflektif (Muhadjir,1988:161). Masing-masing metode itu dapat dijelaskan secara singkat sebagaiberikut.a. Metode dogmatik adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.b. Metode deduktif adalah cara menyajikan nilai-nilaikebenaran (keutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak darikebenaran sebagai teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai baik, selanjutnya ditarik beberapa contohkasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, atau ditarik ke dalam nilai-nilai lain yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya.c. Metode induktif adalah sebagai kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.d. Metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antaramemberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasuskasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretiknya secara umum. Berbagai metode tersebut selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajaran. Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam, di antaranya ialah(i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi (Muhadjir, 1988:199).Berikut ini sekedar contoh implementasi pendidikan nilai. Contoh
(i) berkenaan dengan keteladanan. Pengimplementasian pendidikan nilai kepada peserta didik memerlukan adanya kesadaran para pendidik agar senantiasa menjadi contoh bagi peserta didik agar tidak bersikapmendua. Misalnya,jika peserta didik dituntut berperilaku jujur, berucap dengan upacan yang baik, konsekuensinya para pendidik dituntut berperilaku jujur, tidak mengajarkan kebohongan, dan bertutur kata yang baik. Contoh (ii) berkenaan dengan pernyataan bahwa jika si pendidik menginginkan peserta didik menghormati hukum, si pendidik harus selalu mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku. Perlu disadari bahwa setiap ucapan dan perilaku pendidik (orang tua dan guru) sangat mempengaruhi karakter peserta didik. Sebagai konsekuensinya, para pendidik (orang tua, guru, dan para pembimbing) haruskonsisten dalam berperilaku moral karena peserta didik tumbuh dan berkembang mengikuti model perilaku para pendidik. Mereka akan melakukan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh si pendidik. Para pendidik hendaknya selalu memeli hara nilai diajarkandan konsisten dalam berperilaku.