-
P W K F T S P I T S S u r a b a y a
2014
Pengertian Dasar Mengenai
Kota
1. Parasina Dewandari (3612100001)
2. Rachman Adhi Nugroho (3612100014)
3. Satrio Dwi Atmojo (3612100021)
4. Rasy Febrian Gustin (3612100042)
5. Theresia D. Tambunan (3612100050)
6. Farida Kusuma Wardhani (3612100061)
7. M. Iqbal Dhanarto (3612100065)
Perencanaan Wilayah dan Kota II
-
Page | 1
Dalam makalah ini akan dibahas pengertian dasar mengenai kota
yang meliputi
pengertian kota, fungsi dan peran kota, faktor penentu
pertumbuhan kota, sejarah
perkembangan kota dan tahapan perkembangan kota.
1. Pengertian Kota
Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut
pandang keilmuannya
masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai
berikut.
a. Bintarto
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen serta
coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk
asli daerah tersebut dan
pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang
heterogen, baik dalam hal
mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan.
b. Max Weber
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi
sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya
pasar sebagai benteng serta
mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
c. Louis Wirth
Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen,
dihuni oleh orang-
orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
d. Arnold Toynbee
Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu
kekompleksan yang
khusus dan tiap kota menunjukkan pribadinya masing-masing.
e. Grunfeld
Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang
lebih tinggi
daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian
nonagraris, dan sistem
penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta ditutupi oleh
gedung-gedung tinggi yang
lokasinya berdekatan.
-
Page | 2
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, Pasal
1
Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk
yang mempunyai
batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta
permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
Sedangkan pengertian kota menurut Amos Rapoport dibagi menjadi 2
periode yaitu kota
klasik dan kota modern.
Kota Klasik
Sebuah Kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat
dan permanen, terdiri
dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi
sosial.
Kota Modern
Sebuah permukiman dapat dirumuskan sebagai sebuah kota bukan
dari segi ciri-ciri
morfologis tertentu, atau bahkan kumpulan ciri-cirinya,
melainkan dari segi suatu fungsi
khusus, yaitu menyusun sebuah wilayah dan menciptakan
ruang-ruang efektif melalui
pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar
berdasarkan hirarki-hirarki
tertentu.
Pengertian kota bisa jadi bermacam-macam dan tidak ada definisi
pasti untuk kota.
Karena kota selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman,
sehingga definisi dari
tokoh-tokoh pun bisa berbeda.
2. Fungsi dan Peran Kota
Menurut Noel P. Gist dalam Urban Society (hasil kuliah Drs.M
Thalla, 1972) sebagai
berikut:
Production center, yakni kota sebagai pusat produksi, baik
barang setengah jadi
maupun barang jadi.
Center of trade and commerce, yakni kota sebagai pusat
perdagangan dan niaga, yang
melayani daerah sekitarnya. Kota seperti ini sangat banyak,
seperti Rotterdam,
Singapura, Hamburg.
Political capital, yakni kota sebagai pusat pemerintahan atau
sebagai ibukota negara,
misalnya kota london dan Brazil.
-
Page | 3
Cultural center, kota sebagai pusat kebudayaan, contohnya : kota
Vatikan, Makkah,
Yerusalem.
Health and recreation, yakni kota sebagai pusat pengobatan dan
rekreasi wisata,
misalnya: Monaco, Palm Beach, Florida, Puncak Bogor,
Kaliurung.
Divercified cities, Yakni kota-kota yang berfungsi ganda atau
beraneka. Kota-kota
pada masa kini (setelah perang dunia ke II) banyak yang termasuk
kategori ini.
Sebagai contoh: Jakarta, Tokyo, Surabaya yang mencanangkan diri
sebagai kota
indarmardi (kota industri, perdagangan, maritim, dan
pendidikan),disamping sebagai
pusat pemerintahan.
3. Faktor Penentu Pertumbuhan Kota
Ada berbagai sudut pandang mengenai faktor penentu pertumbuhan
kota. Dalam makalah
ini akan dibahas sudut pandang para tokoh, yaitu Sujarto,
Charles C., Cheema dan Catanese.
A. Sujarto (1989)
Faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan yang bekerja pada
suatu kota dapat
mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu. Ada
tiga faktor utama
yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan
kota:
a) Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan
penduduk kota baik karena
kelahiran maupun karena migrasi ke kota. Segi-segi perkembangan
tenaga kerja,
perkembangan status sosial dan perkembangan kemampuan
pengetahuan dan teknologi.
b) Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan
kerja, kegiatan fungsional,
kegiatan perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang
lebih luas.
c) Faktor pola pergerakan, yaitu sebagai akibat dari
perkembangan yang disebabkan oleh
kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai dengan
perkembangan fungsi
kegiatannya akan menuntut pola perhubungan antara pusat-pusat
kegiatan tersebut.
B. Charles C. Olby
Secara teoritik Charles C. Olby (dalam Daldjoeni, 1992)
menjelaskan adanya dua daya
yang menyebabkan kota berekspansi atau memusat, yaitu daya
sentripetal dan daya
sentrifugal. Daya sentripetal adalah daya yang mendorong gerak
ke dalam dari penduduk dan
berbagai kegiatan usahanya, sedangkan daya sentrifugal adalah
daya yang mendorong gerak
-
Page | 4
keluar dari penduduk dan berbagai usahanya dan menciptakan
disperse kegiatan manusia dan
relokasi sektor-sektor dan zona-zona kota.
Terdapat faktor-faktor yang mendorong gerak sentripetal
adalah:
(1) adanya berbagai pusat pelayanan, seperti pendidikan, pusat
perbelanjaan, pusat hiburan
dan sebagainya.
(2) mudahnya akses layanan transportasi seperti pelabuhan,
stasiun kereta, terminal bus, serta
jaringan jalan yang bagus.
(3) tersedianya beragam lapangan pekerjaan dengan tingkat upah
yang lebih tinggi.
Sedangkan faktor-faktor yang mendorong gerak sentrifugal
adalah:
(1) adanya gangguan yang berulang seperti macetnya lalulintas,
polusi, dan gangguan bunyi-
bunyian yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
(2) harga tanah, pajak maupun sewa di luar pusat kota yang lebih
murah jika dibandingkan
dengan pusat kota.
(3) keinginan untuk bertempat tinggal di luar pusat kota yang
terasa lebih alami.
C. Cheema
Cheema (1993) menyebutkan adanya beberapa faktor penyebab
cepatnya pertumbuhan
kota, yaitu bahwa kota lebih memberikan peluang terhadap
kesempatan kerja, pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya. Selanjutnya
dikatakan bahwa faktor
kemudahan transportasi dan komunikasi juga berperan dalam memacu
pertumbuhan kota
karena lebih menjanjikan peningkatan kesejahteraan dan
peningkatan perekonomian bagi
keluarga.
D. Catanese
Menurut Catanese (1989) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kota ini
dapat berupa faktor fisik dan non fisik. Faktor-faktor fisik
akan mempengaruhi
perkembangan suatu kota diantaranya:
-
Page | 5
1. Faktor Lokasi
Faktor di mana kota itu berada akan sangat mempengaruhi
perkembangan kota
tersebut, hal ini berkaitan dengan kemampuan kota tersebut untuk
melakukan aktifitas dan
interaksi yang dilakukan penduduknya. Kota yang berlokasi di
jalur jalan utama atau
persimpangan jalan utama akan mampu menyebarkan pergerakan dari
dan semua penjuru dan
menjadi titik pertemuan antara pergerakan dari berbagai
arah.
2. Faktor Geografis
Kondisi geografis suatu kota akan mempengaruhi perkembangan
kota. Kota yang
mempunyai kondisi geografis relatif datar akan sangat cepat
untuk berkembang dibandingkan
dengan kota di daerah yang bergunung-gunung yang akan
menyulitkan dalam melakukan
pergerakan baik itu orang maupun barang. Selain itu kota di
daerah yang bergununggunung
akan sulit merencana dan mendesainnya dibandingkan dengan daerah
dengan daerah datar.
Sebagai gambaran kota yang berada di dataran rendah (rata) lebih
cepat berkembang
dibandingkan dengan Kota yang berada di daerah yang
bergunung-gunung.
Sedang faktor-faktor non fisik yang berpengaruh terhadap
perkembangan suatu kota
dapat berupa:
1. Faktor Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk data disebabkan oleh dua hal , yaitu
secara alami (internal)
dan migrasi (eksternal), perkembangan secara alami adalah yang
berkaitan dengan kelahiran
dan kematian yang terjadi di kota tersebut, sedangkan migrasi
berhubungan dengan
pergerakan penduduk dari luar kota masuk kedalam kota. Menurut
Daljoeni (1987)
pembahasan tentang laju perkembangan penduduk meliputi jumlah,
pertambahan, kepadatan
dan penyebaran. Penyebaran kepadatan penduduk dipengaruhi oleh
empat unsur geografis
yaitu lokasi, iklim, tanah dan air.
2. Faktor Aktivitas Kota
Kegiatan yang ada didalam kota tersebut, terutama kegiatan
perekonomian.
Perkembangan perekonomian ditentukan oleh faktor faktor yang
berasal dari dalam kota itu
sendiri (faktor internal) yang meliputi faktor-faktor produksi
seperti lahan, tenaga kerja,
modal serta faktor-faktor yang berasal dari luar daerah (faktor
eksternal) yaitu tingkat
permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang
dihasilkan oleh daerah yang
-
Page | 6
bersangkutan. Faktor-faktor tersebut pada gilirannya akan
membentuk suatu aglomerasi
kegiatan perekonomian yang makin lama akan semakin besar dan
menyebabkan kota
tersebut.
4. Sejarah Perkembangan Kota
Berikut adalah diagram sejarah perkembangan kota.
1. Pra Sejarah
Kehidupan
Sebelum mengenal peradaban, kehidupan manusia (homo sapiens)
dilakukan dengan
cara mengeksplorasi alam. Untuk mencari makanan mereka langsung
mencari dari alam
dengan cara memetik buah-buahan di hutan, berburu binatang untuk
mendapatkan daging,
mencari ikan di sungai atau danau, menggali tanah untuk mencari
umbi-umbian.
Wilayah
Sebelum mengenal peradaban, wilayah ditandai dengan batas-batas
alam seperti
sungai, hutan, lembah, gunung; yang menandai batas mereka
mencari penghidupan.
Dalam budaya megalitik, wilayah kekuasan ditandai dengan menhir
yang
diinterpretasikan sebagai perkawinan langit dan bumi yang
memungkinkan tempat tinggal
manusia bisa dibangun. Keberadaan menhir memberi petunjuk kepada
orang asing bahwa
wilayah sekitarnya telah menjadi wilayah bertuan (Wiryomartono;
1995).
Bentuk tempat tinggal
Tempat tinggal dibuat dengan memanfaatkan alam; yaitu tinggal di
gua; di atas
pohon; atau membuat tenda dari kulit binatang (cara hidup
nomaden).
Pra Sejarah Mengenal Peradaban
Periode Klasik
Abad Pertengahan
Kota Industri Kota Modern Kota Utopian
-
Page | 7
Gambar manusia pra sejarah yang hidup di gua.
2. Mengenal Peradaban
Kehidupan
Setelah mengenal alat (batu, besi, roda) manusia mampu
membudidayakan makanan
dengan cara bercocok tanam, beternak, memelihara ikan. Surplus
makanan menyebabkan
terjadinya segregasi masyarakat; muncul kelompok petani,
pedagang, prajurit dan
pemimpin (awal kehidupan kota yang dipimpin penguasa).
Wilayah
Wilayah kekuasaan di luar tempat tinggalnya ditandai dengan
menhir yang
ditempatkan pada batas-batas wilayah.
Bentuk tempat tinggal
Habitat (tempat tinggal) dicerminkan oleh kebiasaan dalam
menjalankan
kehidupannya.
Masyarakat petani; pola tempat tinggalnya mengikuti bentuk
pematang sawah yang
berpola rectalinier.
Masyarakat peternak; polanya sirkular mengikuti pergerakan
ternak. Contoh: Ba Ila
di Rhodesia Utara.
Surplus makanan
Setelah berhasil membudidayakan makanan, manusia mengalami
surplus makanan.
Kelompok masyarakat pembudidaya makanan yang kemudian disebut
petani atau
-
Page | 8
peternak, mampu memberi makan seluruh anggota masyarakat yang
lain. Muncul
diversifikasi dan stratifikasi kelompok masyarakat : petani,
pedagang, penguasa,
prajurit, pengrajin.
Perebutan hegemoni
Kelompok mapan melihat
kelompok lain lebih makmur dari pada
kelompoknya sendiri muncul nafsu
ingin menguasai dilanjutkan dengan
penyerbuan ke kelompok-kelompok lain.
Hasilnya ada kelompok yang kalah dan
menang. Kelompok terkuat yang menang
menjadi penguasa atas kelompok lainnya.
Muncul pola: penguasa jajahan.
Kelompok penguasa menjadi
embrio pemusatan kekuasaan pada
periode klasik yang memngawali
munculnya budaya kota.
3. Periode Klasik
Periode ini diawali dengan penguasaan kelompok satu terhadap
kelompok lain yang
melahirkan hegemoni kekuasaan oleh raja dan bangsawan, militer,
kelompok agama,
rakyat. Masing-masing membangun kota sesuai dengan
kepentingannya.
- Hegemoni raja: pendopo istana Raja Xerxes di Persepolis; taman
bergantung
Baylonia.
- Kelompok militer: kota kolonial Romawi di Timgad Afrika Utara;
Miletus di
Yunani; yang dirancang untuk memudahkan pergerakan kavaleri.
- Kelompok agama: kuil Parthenon di bukit Acropolis; zygurat di
Ur Turki.
-
Page | 9
- Rakyat atau kelompok masya-
rakat: forum dan stoa pada masa
kejayaan Romawi.
Kota-kota yang dirancang dan
dibangun berdasarkan hegemoni
penguasa berlangsung selama ribuan
tahun, sejak dibangunnya kota-kota
tertua di dunia (7 000 SM) sampai kota-
kota sebelum abad pertengahan. Muncul
kota-kota tertua sejak 7000 SM (Jericho
dekat S. Jordan); 6500 SM (Catal Huyuk
Turki); 6000 SM (Euphrat dan Tigris);
3100 SM (Ur di Sumeria; Memphis
Mesir); sekitar 2400 SM (Mohenjo Daro
dan Harapa); 1650 SM (Cheng-chou
Cina).
4. Abad Pertengahan
Kota-kota abad pertengahan mulai dibangun pada abad ke-11 sampai
abad ke-13 yang
ditujukan untuk kepentingan kegiatan perdagangan, pemasaran dan
pertanahan. Kota
abad pertengahan yang tumbuh menjadi besar, antara lain adalah
:
- Florence yang merupakan tempat kedudukan dari kekuatan
politik;
- Venesia yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia;
- Siena yang terbagi menjadi beberapa kelompok politik yang
menguasai topografi
tertentu yang disatukan oleh sebuah piazza berbentuk kerang
bernama Piazza del
Campo;
- Paris yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia.
Penemuan mesiu pada abad ke-15 telah merubah struktur kota abad
pertengahan. Di
luar kota benteng dibangun tembok-tembok baru agak jauh dari
kota untuk membentuk
-
Page | 10
suatu kawasan penyangga yang disebut daerah tak bertuan yang
difungsikan untuk
menampung jatuhnya peluru meriam musuh agar tidak mencapai
tembok kota. Pasca abad
pertengahan muncul aliran renaissance dan pemikiran yang
mengombinasikan ilmu
pengetahuan (berpegang pada rasio) dan kekuatan modal. Pada masa
ini terdapat
keindahan pada detail-detail kotanya. Detail bagian-bagian kota
yang dirancang indah
sudah dimulai pada abad pertengahan, antara lain:
- Piazza del Campo: dikenal sebagai plaza paling indah yang
berfungsi sebagai
ruang tamu Kota Seina. Plaza berbentuk kerang ini digunakan
untuk berbagai
kegiatan, antara lain: pasar, arena balap kuda, tempat berkumpul
masyarkat.
- Versaille: dikenal sebagai kompleks istana terindah di dunia.
Persimpangan
jalan diselesaikan denganpola pattedei atau kaki bebek.
- Piazza del Papolo; sebuah plaza dengan pertemuan berpola kaki
bebek.
Sebelum revolusi industri ada satu periode dimana kemampuan
berpikir manusia
mendapat penghargaan tinggi. Masyarakat menjunjung tinggi rasio
sehingga kota-kota
juga dirancang berdasarkan pemikiran rasional. Muncul kota-kota
berpola geometrik
yang dipandangsebagai bentuk rasional, yaitu kota segi empat
oleh Maggi, kota
lingkaran Frater Gioconda, kota bintang Filarette dan kota
heksagonal Vasari.
Gambar kota abad pertengahan di Toledo, Spanyol.
-
Page | 11
5. Kota Industi
Periode ini diawali oleh penemuan mesin uap pada tahun 1712 oleh
Thomas New
Conen kemudian disempurnakan dan dipatenkan oleh James Watt pada
tahun 1796;
menandai dimulainya revolusi industri di Inggris, yang berarti
tenaga manusia dapat
dibantu atau digantikan oleh mesin-mesin. Kolaborasi antara
penemuan baru para
ilmuwan dan kekuatan modal para pemilik modal menghasilkan
industri-industri yang
memenuhi Kota London yang kemudian diikuti oleh kota-kota lain
di Eropa.
Kondisi tersebut mendorong munculnya pemikiran untuk membangun
perumahan
pekerja dalam skala besar. Beberapa tokoh yang membangun kota
buruh adalah :
- Robert Owen yang membuat rencana awal di New Larnak Inggris
(785-
1799).
- Sir Titus Salt, yang membangun kota buruh Saltaire; untuk
menampung
3.000 buruh pabrik tekstilnya.
- Keluarga Krupp membangun beberapa kota kecil dekat Essen
Jerman untuk
buruh pabrik senjata dan mesiu.
Selain itu, sebuah konsep kota baru untuk menjawab permasalah
yang ditimbulkan
revolusi industri diusulkan oleh Ebenezer Howard. Ia ingin
mengatasi kepadatan kota-
kota industri dengan membangun garden city di luar wilayah
terbangun agar penduduk
dapat hidup kembali ke alam.
6. Kota Modern
Referensi perkembangan kota modern adalah kota-kota di Amerika
Serikat. Walaupun
awalnya berasal dari kota kecil yang lebih besar dari benteng
pertahanan untuk
mempertahankan diri dari serangan orang Indian, namun lambat
laun mengalami
perkembangan yang mengesankan, dengan membangun perumahan baru,
jaringan jalan
berpola grid, pusat-pusat bisnis dan pusat pemerintahan.
Salah satu kota modern di Amerika Serikat adalah New York yang
awalnya adalah
permukiman orang Belanda yang dinamakan New Amsterdam. Kota
semakin
berkembang setelah dibangunnya kanal-kanal baru, jaringan tram,
industri, pusat bisnis
-
Page | 12
Manhattan yang kelak menjadi pusat perdagangan dunia. Ciri New
York sebagai kota
modern terlihat pada penggunaan teknologi modern seperti
listrik, elevator, AC;
munculnya bangunan pencakar langit; berkembang pesatnya kegiatan
bisnis (bank,
asuransi, pasar modal), industri di dalam kota, dan penggunaan
peraturan zoning.
7. Kota Utopian
Pada awal abad ke-20 muncul pemikiran para visioner untuk
mengatasi masalah-
masalah perkotaan yang semakin kompleks.
- Edgar Chambless, seorang Amerika mengusulkan kota dengan
bangunan-bangunan
menerus yang bagian atapnya dapat dilewati kendaraan. Di Inggris
diperkenalkan dengan
nama Motopia.
- Pada tahun 1910, seorang Perancis bernama Eugene Henard
mempublikasikan
The Cities of The Future, yang mengusulkan jaringan jalan,
jaringan jalan bawah tanah,
dan pesawat yang bisa mendarat di atap bangunan.
- Seorang futuris italia bernama Antonio SantElia menggagas
sebuah metropolis
La Citta Nuova, sebuah kota berbasis pergerakan transportasi
vertikal maupun
horisontal.
- Richrad Buckminster Fller dengan teori dymaxion yang
menghasilkan bangunan-
angunan dan kota berbentuk kubah yang bisa dibangun dimana dan
kapan saja.
Tidak hanya itu, Inteligent city juga konsep yang akan dibangun
oleh Mitshubishi di
Jepang, ada pula gagasan pembangunan floating city dan flying
city.
Gambar Inteligent City yang dikonsep oleh Mitsubishi.
-
Page | 13
5. Tahapan Perkembangan Kota
Terdapat tiga (3) tahapan perkembangan kota yang telah
disepakati, antara lain:
1. Teori Kosentris
a. Lingkaran Pusat. Merupakan pusat perdagangan yang terletak di
pusat kota;
merupakan jenis penggunaan yang memenangkan kompetisi
pemanfaatan tanah
disbanding perumahan.
b. Lingkaran Transisi. Tempat tinggal kelompok migrant; berupa
slum, tidak sehat,
banyak kejahatan.
c. Lingkaran Perumahan Kaum Buruh. Merupakan tempat tinggal
kelompok yang
kurang mampu yang kebanyakan pindah dari lingkaran transisi.
d. Lingkaran Perumahan yang Lebih Baik. Merupakan lingkungan
perumahan yang
lebih baik, terdiri dari perumahan golongan menengah seperti
pegawai, pengusaha,
dan kelompok yang tingkat kehidupannya lebih baik.
e. Lingkaran Permukiman Ulang-Alik. Merupakan permukiman mereka
yang
bekerja di pusat kota satelit.
-
Page | 14
2. Teori Sektor
a. Menurut Hyot, struktur kota bukan merupakan lingkaran
konsentris, tetapi sektor-
sektor yang terpisah.
b. Menurut Hyot, faktor penting yang mempengaruhi perkambangan
adalah industri.
Perkembangan perumahan mengikuti pola perkembangan industri.
c. Perkembangan cenderung meluas di sepanjang jalan keluar dari
pusat.
d. Kelompok perumahan terdiri dari perumahan buruh, perumahan
yang lebih baik,
dan perumahan villa. Perumahan buruh menempati lokasi terdekat
dengan
industri; perumahan yang lebih baik dan perumahan villa
lokasinya agak jauh
dengan industri.
3. Teori Pusat Jamak
-
Page | 15
a. Menurut Harris dan Ullman, struktur kota mempunyai banyak
inti atau pusat
karena itu disebut pusat jamak.
b. Kota memiliki banyak pusat yang seringkali berdekatan dengan
pusat-pusat yang
lain. Pusat-pusat ini bisa berupa perdagangan, pertokoan, dan
industry.
c. Perumahan tumbuh di sekitar pusat-pusat yang bersangkutan.
Perumahan buruh
cenderung berada di dekat industry baik industry ringan maupun
industry berat.
Perumahan lebih baik dan perumahan villa cenderung berada di
dekat pertokoan
dan pusat perdagangan.
d. Di bagian luar terdapat area sub-urban berupa industry
sub-urban dan perumahan
sub-urban.
-
Page | 16
Daftar Pustaka
Anonim. (2013, Juni). Tinjauan Teori Perkembangan Kota (Sejarah,
Pengertian, Pola, dan
Faktor Penyebab Perkembangan Kota). Retrieved Februari 23, 2014,
from
Perencanaan Kota Indonesia:
http://perencanaankota.blogspot.com/2013/06/tinjauan-
teori-perkembangan-kota.html
Anonim. (2014, Januari 18). Kota. Retrieved Februari 23, 2014,
from Wikipedia Bahasa
Indonesia - Ensiklopedia Bebas:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota
Branch, M. (1955). Perencanaan Kota Komprehensif, Pengantar dan
Penjelasan
(terjemahan).
Catanese, A. J. (1992). Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.
Chapin, F. S. (1979). Urban and Land Use Planning. Illinois:
University of Illinois Press.
Daldjoni. (1992). Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori
dan Praktek. Bandung:
Alumni.
Daldjoni, N. (1998). Geografi Kota dan Desa. Bandung:
Alumni.
Hagget, P. (1970). Geography. A Modern Synthesis. (Edisi Ketiga
ed.). London: Harper and
Row.
Ilhami. (1990). Strategi Pembangunan Perkotaan di Indonesia.
Surabaya: Usaha Nasional.
Jayadinata, J. T. (1992). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Kota
dan Wilayah. Bandung:
ITB.
Kecil, P. (2012, Oktober 2). Pertumbuhan dan Perkembangan Kota.
Retrieved Februari 23,
2014, from Pemuda Kecil:
http://pemudakecil.blogspot.com/2012/10/pertumbuhan-
dan-perkembangan-kota.html
Sujarto, D. (1989). Faktor Sejarah Perkambangan Kota dalam
Perencanaan Perkembangan
Kota. Bandung: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITB.
Sujarto, D. (1992). Perkembangan Perencanaan Tata Ruang Kota di
Indonesia. Bandung:
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITB.
-
Page | 17
Susanti, F. (2003). Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan
Karakteristik Perkembangan Kota
Air Molek, Pematang Reba dan Rengat.
Yunus, H. S. (1994). Struktur Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yunus, H. S. (1994). Teori dan Model Struktur Keruangan Kota.
Yogyakarta: Fakultas
Geografi, UGM.