Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Pestisida ini telah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu di bidang-bidang pertanian, kehutanan, perikanan, perindustrian, rumah tangga, gedung- gedung, transportasi, pariwisata, dokumentasi, kesehatan masyarakat dan lain-lain (Munaf, 1997). Penggunaan pestisida secara berlebihan dan tidak terkendali seringkali memberikan risiko keracunan pestisida bagi penggunanya. Risiko keracunan pestisida ini terjadi karena penggunaan pestisida pada lahan pertanian. Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan . Manusia akan mengalami keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa. Sekitar 80% keracunan dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang (Runia, 2008). Berbagai masalah yang timbul seperti keracunan dan pencemaran yang semkain meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan pestisida. Pemerintah telah berusaha mengantisipasi berbagai kemungkinan yang mungkin timbul, yakni dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida. Terdapat 500 formulasi pestisida yang telah didaftarkan dan mendapat izin dari Menteri Pertanian, 13 diantaranya tergolong dalam pestisida terbatas (relatif sangat berbahaya). Import pestisida mencapai 3.000 ton/tahun, sedangkan kapasitas produksi 16 formulator pestisida yang ada di Indonesia adalah 27.000 ton/tahun. Penggunaan pestisida terbesar adalah di sector pertanian, yakni 55% dari penyedian pestisida (Munaf, 1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Formulasi Pestisida Menurut Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical
32

Pengertian dan Golongan Pestisida

Mar 10, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengertian dan Golongan Pestisida

BAB IPENDAHULUAN

Pestisida ini telah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu di bidang-bidang pertanian, kehutanan, perikanan, perindustrian, rumah tangga, gedung-gedung, transportasi, pariwisata, dokumentasi, kesehatan masyarakat danlain-lain (Munaf, 1997). Penggunaan pestisida secara berlebihan dan tidak terkendali seringkali memberikan risiko keracunan pestisida bagi penggunanya. Risiko keracunan pestisida ini terjadi karena penggunaan pestisida pada lahan pertanian. Penggunaan pestisida dengan dosis besardan dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 1-5juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa. Sekitar 80% keracunan dilaporkanterjadi di negara-negara sedang berkembang (Runia, 2008). Berbagai masalah yang timbul seperti keracunan dan pencemaran yang semkain meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan pestisida. Pemerintah telah berusaha mengantisipasi berbagai kemungkinan yang mungkin timbul,yakni dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida. Terdapat 500 formulasi pestisida yang telah didaftarkan dan mendapat izin dari Menteri Pertanian, 13 diantaranya tergolong dalam pestisida terbatas (relatif sangat berbahaya). Import pestisida mencapai 3.000 ton/tahun, sedangkan kapasitas produksi 16 formulator pestisida yang ada di Indonesia adalah 27.000 ton/tahun. Penggunaan pestisida terbesaradalah di sector pertanian, yakni 55% dari penyedian pestisida (Munaf, 1997).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Formulasi PestisidaMenurut Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical

Page 2: Pengertian dan Golongan Pestisida

grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan,penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisidayang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Menurut Munaf (1997), yang dimaksud dengan formulasi (formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan. Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga da yang berisi campuran dari 2 atau lebihpestisida. Menurut Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atautakaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan,serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif.

Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi,sebagai berikut: 1. Formulasi Padata. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan. Contohnya: Basimen 235.

b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan. Contohnya Dowpon M.

c. Butiran atau Granule (G),

Page 3: Pengertian dan Golongan Pestisida

umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7-1 mm. Pestisida dicampur degan bahan pembawa, seperti tanah liat, pasir, tongkol jagung yang ditumbuk. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur). Contoh: Lannate 2 D.

d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna.

f. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10-30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).

g. Pekatan debu atau Dust concentrate. Kadarnya biasnya antara 25-75%.

h. Umpan atau Bait (B). Bahan aktif pestisida dicampurkan dengan bahan pembawa. Biasa terdapat dalam bentuk bubuk, pasta, dan butiran. Penggunaannya dicampurkan dengan bahan makanan yang disukai hewan sasaran. Contoh: Zink Fosfit (umpan bubuk), Klerat RM. 

i. Tablet, terdapat dalam 2 bentuk:1) Tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi fumigant, yang umumnya digunakan untuk gudang-gundang atau perpustakaan. Contoh: Phostoxin tablet.2) Tablet yang pada pengunaannya memerlukan pemanasan. Uap dari hasil pemanasan dapat membunuh atau mengusir hama (nyamuk). Contoh: Fumakkila.

Page 4: Pengertian dan Golongan Pestisida

j. Padat lingkar. Biasa digunakan dengan membakar. Contoh: obat nyamuk bakar Moon Deer 0,2 MC.

2. Formulasi Caira. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini. Menurut Butarbutar (2009), EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butirkecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75% dari seluruhpemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible Concentrates. Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam. Contoh: grothion 50 EC, Basudin 60 EC

b. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akanmembentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: Azidrin 15 WSC. 

c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalamair. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya yang dimorfulasikan dalam bentuk garam herbisida asam yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk inidigunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: 2-metil-4-klorofenoksiasetat (MCPA) dan 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D).

Page 5: Pengertian dan Golongan Pestisida

d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.

e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.

f. Pekatan dalam minyak (Oil concrentrat) adalah formulais cair yang berisi bahan aktif dalam kosentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti xilin atau nafta. Penggunaannya biasa diencerkan dengan pelarut hidrokarbon yang lebih murah (missal solar), baru disemprotakan atau dikabutkan (fogging). Contoh: Sevin 4 Oil.

g. Formulasi aerosol. Dalam hal ini pestisida dilarutkan dalam elarut organik, dalam kosentrasi rendah dimasukkan dalam kaleng berisi gas yang bertekanan, dikemas dalam bentuk aerosol siap pakai. Contoh: Flygon aerosol.

h. Bentuk cair yang mudah menguap (liquefied gases). Pestisida ini terdapat dalam bentuk gas yang dimanpatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Penggunaannya ialah dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke dalam tanah. Contoh: Methyl bromide. 

3. Kode Formulasi pada Nama DagangBentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pestisida dicantumkan di belakang nama dagangnya. Adapun prinsip pemberian nama dagang sebagai berikut:

a. Jika diformulasi dalam bentuk padat, angka di belakang nama dagang menunjukkan kandungan bahan aktif dalam persen. Sebagai contoh herbisida Karmex 80 WP mengandung 80% bahan aktif. Insektisida Furadan 3 G berarti mengandung bahan aktif 3%.

Page 6: Pengertian dan Golongan Pestisida

b. Jika diformulasi dalam bentuk cair, angka di belakang nama dagang menunjukkan jumlah gram atau mililiter (ml) bahan aktif untuk setiap liter produk. Sebagai contoh, fungisida Score 250 EC mengandung 250 ml bahan aktif dalam setiap liter produk Score 250 EC.

c. Jika produk tersebut mengandung lebih dari satu macam bahan aktif maka kandungan bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua dan dipisahkan dengan garis miring. Sebagai contoh, fungisida Ridomil Gold MZ 4/64 WP mengandung bahan-bahan aktif metalaksil-M 4% dan mankozeb 64% dan diformulasi dalam bentuk WP.

B. Toksisitas Pestisida1. Bahaya PestisidaWalaupun pestisida ini mempunyai manfaat yang cukup besar pada masyarakat, namun dapat pula memberikan dampak negative pada manusia dan lingkungan. Pada manusia pestisida dapat menimbulkan keracunan yangdapat mengancam jiwa manusia atau menimbulkan penyakit atau cacat. Dapat dikatakan bahwa tidak satu pun zat kimia yang tanpa resiko, namundapat digunakan dengan aman dan efektif bila cara memegang, menggunakan, menyimpan, transportasi sesuai dengan petunjuk atau aturanyang tertera pada label dalam wadah atau pembungkus dari pabrik yang memproduksinya. 

Gambar 2.12. Mekanisme Keracunan Pestisida

2. Toksisitas Akut PestisidaBesarnya daya racun suatu pestisida dinilai dari toksiksitasnya. Toksiksitas akut pestisida dapat dinyatakan dengan 2 simbol, yaitu: LD 50 (Lethal Dose 50) atau LC 50 (Lethal Concentration 50) ialah kadar atau kosentrasi pestisida yang diperkirakan dapat membunuh 50 persen binatang percobaan. Satuannya ialah mg bahan aktif suatu pestisida per kg berat badan binatang percobaan (mg/kg). Penentuaan toksiksitas akut pestisida dapat digunakan bintang percobaan: tikus putih, anjing, burung atau ikan. Dikatakan bahwa tikus secara biologis mempunyai sifatsama seperti manusia, sehingga dapat diasumsikan bahwa sensitivitas pada tikus relatif sama dengan manusia.Toksiksitas pestisida sangat tergantung pada cara masuknya pestisida kedalam tubuh. Pada penentuan toksiksitas pestisida per oral, pestisida diberikan melalui makanan dan diperoleh LD 50 oral, dan yang melalui kulit diperoleh LD 50 dermal, dan bila pemaparan melalui air atau udara

Page 7: Pengertian dan Golongan Pestisida

(terhisap) ditentukan LC 50 selama 24 jam, 48 jam, 96 jam, dan seterusnya (lama waktu pemaparan). LC umumnya dinyatakan dalam ppm (part per million) atau ppb (part per bilion).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan toksiksitas suatu pestisida ialah:a. Route pemakaian atau pemaparan per oral, dermal, inhalasi.b. Untuk LC 50 perlu dinyatakan berapa lama waktu pemaparan, biasanya dipakai waktu 24 jam, 48 jam, atau 96 jam.c. Pestisida umunya dinyatakan dalam bentuk bahan aktif tunggal, dan jarang sekali sebagai bahan formula.d. Toksiksitas yang ditetapkan bersifat akut, bukan toksiksitas kronis.e. Semakin kecil angka toksiksitas suatu pestisida semakin toksik (semkain kuat efek toksiknya).f. Nilai LD 50 atau LC 50 akan berubah bila bercampur dengan bahan kimia yang tidak toksik, tetapi bersifat sinergis atau antagonis terhadap bahan aktif.g. Pencampuran dengan bahan sinergis mengakibatkan pestisida tersebut semakin toksik (LD 50 semkin kecil), dan sebaliknya dengan bahan antagonis akan menurunkan toksiksitasnya.

3. Toksikologi Pestisidaa. OrganofosfatContoh produk antara lain: diazinon, fention, dikholorfost, dimetoat, malation, TH. Biasanya digunakan sebagai insektisida untuk pembasmi hama tanaman. OP merupakan antikholinesterase menetap yang bekerja memfosforilasi enzim kolinesterase secara menetap, sehingga enzim ini tidak dapat aktif lagi. Enzim ini berfungsi menghidrolisis neurotrasmiter asetilkolin (ACh) menjadi kolin (tidak aktif) dan asam asetat. Pada keracunan, karena hamper semua enzim tersebut tidak aktif,terjadi penumpukan Ach dalam sinaps koliergik yang menimbulkan gejala perangsangan terus-menerus saraf muskarinik dan nikotinik. Semua jenis OP diabsorbsi dengan baik melalui oral, inhalasi, maupun kulit yang sehat. Gejala keracunan OP muncul dengan cepat (beberapa menit sampai beberapa jam) dan rangkaian gejala sangan progresif. Gejala permulaan berupa enek, muntah, rasa lemah, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Gejala SSP berupa ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, kejang disusul paralisis otot pernapasan sehingga dapat menimbulkan kematian.

Page 8: Pengertian dan Golongan Pestisida

b. KarbamatContoh dari karbamat yaitu: carbaryl, carbofuran, cartab. Karabamat digunakan sebagai insektisida. Seperti halnya dengan OP karbamat juga merupakan antikolinesterase, tetapi inaktivasi enzim kolinesterase olehkarbamat hanya bersifat sementara karena reaksinya reversible. Sebagianinsektisida karbamat diserap dengan baik melalui oral, inhalsi, dan kulit yang sehat. Diantaranya juga banyak yang tidak diserap melaui kulit, tetapi peringatan yang sama tetap berlaku karena ada diantaranyayang toksiknya sama dengan insektisida OP yang paling toksik. Gejala keracunan sama dengan insektisida OP, tetapi gejala ini tidak berlangsung lama. Meskipun gejala keracunannya cepat menghilang, tetapikarena munculnya cepat dan menhebat dengan cepat, kematian tetap dapat terjadi, terutama karena depresi pernapasan yang tidak cepat mendapat pertolongan.

c. OrganoklorinContoh dari organoklorin yaitu aldrin, chlordane, DDT. Semua OC diserapdengan baik melalui oral, inhalasi, dan kulit yang sehat. Pada para pekerja yang terpapar OC, keracunan yang terjadi biasanya akibat absorbs melalui kulit dan terakumulasi dalam tubuh. Gejala keracunan akut muncul 20 menit sampai 12 jam, dengan gejala sentral berupa kejangepileptiform yang kadang didahului malaise, sakit kepala, enek, muntah,termor, fasikulasi otot lengan dan tungkai, serta menurunya kesadaran. Gejala keracunan kronis biasanya terjadi pada para pekerja yang terpapar OC, berupa gejela-gejala aspesifik seperti sakit kepala, pusing, mengantuk, susah tidur, tidak dapat memusatkan pikiran dan kelemahan. 

d. Rodentisida Antikoagulan (AC)Produk komersial yang termasuk rodentisida AC diantaranya brodifakum, kumatetraril, difasinon. Penggunaan rodentisida antikoagulan sebagai rodentisida untuk membasmi tikus. Antikoagulam merupakan penghambat kompetitif vitamin K dalam sintesis faktor-faktor pembekuan darah (faktor II protrombin, faktor VII, XI dan X di dalam hati), sehingga terjadi penururnan kadar faktor-faktor tersebut dalam darah dan terjadigangguan mekanisme koagulasi darah. Setelah beberapa waktu akan terjadipengososngan faktor-faktor tersebut dalam sirkulasi darah yang berakibatterjadinya perdarahan. Dalam toksik AC menimbulkan perdarahan di dalam tubuh, dan inilah yang mendasari kerjanya sebagai rodentisida dan toksisitasnya pada manusia. Kerja ini dapat diantagonisir oleh

Page 9: Pengertian dan Golongan Pestisida

vitamin K1. AC hanya menimbulkan keracunan bila tertelan, karena rodentisida hanya dapat diserap malalui saluran cerna. Gejala keracunanrodentisida segera setelah makan terjadi rasa tidak enak dan muntah, akan tetapi pada beberapa kasus gejala tidak terlihat dalam beberapa hari sebelum gejala keracunan sebenarnya terlihat. Gejala dan tanda yang khas terjadi akibat meningkatnya kecenderungan perdarahan yang dapatberupa perdarahan pada hidung, saluran cerna dan gusi, perdarahan pada air kemih dan tinja.

e. Rodentisida Seng Fosfid (ZP)Penggunaan rodentisida seng fosfid ini adalah untuk racun tikus. ZP tersedia dalam bentuk bubuk berwarna hitam seperti bubuk arang. Efek toksik seng fosfid (ZP) didasarkan atas terbentuknya fosfin (hydrogen fosfid=PH3), suatu gas yang sangat toksik. Gas ini terbentuk bila ZP bereaksi dengan asam kuat, misalnya dengan asam lambung. Oleh karena itu ZP hanya menimbulkan keracunan bila ZP tertelan atau bila terinhalasi gas fosfin yang terbentuk dari ZP yang terkena atau tercampur dengan asam kuat. Bila ZP tertelan maka akan timbul gejala enek, muntah, sesak napas, dan dapat merusak pembuluh darah. Bila gas fofin terinhalasi timbul rasa nyeri di daerah diafragma, sesak napas, rasa lemah, tremor, kejang, dan udema paru yang dapat menyebabkan kematian.

f. Senyawa PiretroidContoh produk komersial piretroid antara lain Cypermethrin, Deltamethrin, dan Fenvalerate. Penggunaan senyawa piretroid adalah untuk insektisida. Tanda dan gejala keracunan akibat senyawa piretroid diantaranya iritasi mukosa saliva, rasa nyeri local pada muka, dan efekini bersifat reversibel dan tidak memerlukan pengobatan khusus. 

g. Senyawa DinitrofenolikContoh produk dari senyawa ini antara lain DNOC (Dinitro-cresol), Binapacryl, dan Dinoseb. Cara kerja dinitrofenol ini akan mengganggu proses fosforilasi oksidatif dan keracunan terjadinya karena kecepatan metabolisme meningkat secara mendadak. Gejala keracunan dapat berupa tremor, pernapasan cepat, berkeringat, insomnia, gelisah, haus, suhu tubuh meningkat, takikardi dan kelemahan. Kulit yang menadi kuning dan adanya warna kuning pada sclera menunjukkan adanya pemaparan dengan dinitrofenol. 

Page 10: Pengertian dan Golongan Pestisida

C. Penanganan PestisidaUsaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan dalam pemakaian pestisida adalah (Wikipedia, 2011):1. Mengetahui dan memahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.2. Mengikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pemakaian dan dosis yangdianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.3. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebihdahulu pada penyuluh.4. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.5. Jangan salah dalam memakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.6. Menggunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.7. Memahami dengan baik cara pemakaian pestisida.

Pengamanan pengelolaan pestisida adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi keracunan dan pencemaran pestisida terhadap manusia dan lingkungannya. Perlengkapan pelindung pestisida terdiri dari (Prijanto, 2009):1. Pelindung kepala (topi)2. Pelindung mata (goggle)3. Pelindung pernapasan (repirator)4. Pelindung badan (baju overall/apron)5. Pelindung tangan (glove)6. Pelindung kaki (boot).

Persyaratan pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida sebagai berikut:1. Sampah pestisida sebelum dibuang harus dirusak/dihancurkan terlebih dahulu sehingga tidak dapat digunakan lagi.2. Pembuangan sampah/limbah pestisida harus ditempat khusus dan bukan di tempat pembuangan sampah umum.3. Lokasi tempat pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida harus terletak pada jarak yang aman dari daerah pemukiman dan badan air.4. Pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida harus dilaksanakan melalui proses degradasi atau dekomposisi biologis termal dan atau

Page 11: Pengertian dan Golongan Pestisida

kimiawi.

Menekan risiko dan menghidari dampak negatif penggunaan pestisida bagi pengguna, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:1. Peraturan Perundangan2. Pendidikan dan Latihan3. Peringatan Bahaya4. Penyimpanan Pestisida5. Tempat Kerja6. Kondisi Kesehatan Pengguna7. Peralatan Pelindungan (Djojosumarto dalam Prijanto, 2009).

Pengertian dan Penggolongan Pestisida

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPestisida (sida, cide = racun) sampai kini masih merupakan salah satu cara utama yang digunakan dalam pengendalian hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkanoleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacingdengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Diana, 2009).Di Indonesia pestisida banyak digunakan baik dalam bidang pertanian maupun kesehatan. Di bidang pertanian pemakaian pestisida dimaksudkan untuk meningkatkan produksi pangan. Banyaknya frekuensi serta intensitas hama dan penyakit mendorong petani semakin tidak bisa menghindari pestisida. Di bidang kesehatan, penggunaan pestisida merupakan salah satu cara dalam pengendalian vektor penyakit. Pengguaan pestisida dalam pengendalian vektor penyakit sangat efektif diterapkan terutama jika populasi vektor penyakit sangat tinggi atau untuk menangani kasus yang sangat menghawatirkan penyebarannya (Munawir, 2005).Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetatpi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).Pernyataan serupa diungkapkan oleh Quijano at all (2001), penggunaan pestisida

Page 12: Pengertian dan Golongan Pestisida

memang memberikan keuntungan secara ekonomis, namun juga memberikan kerugian diantaranya residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tapi juga air, tanah dan udara, Penggunaan terus-menerus akan mengakibatkan efek resistensi berbagai jenis hama. Hal tersebut di atas dapat terjadi terutama jika pestisida digunakan secara tidak tepat baik pada cara, dosis maupun organisme sasarannya. Oleh karena itu diperlukanpengetahuan yang lebih mendalam tentang pestisida.

B. Tujuan1. Mengetahui pengertian pestisida2. Mengetahui jenis-jenis atau penggolongan pestisida______________________________________________________________________________

A. Pengertian PestisidaPestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhanasebagai pembunuh hama..Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu.

Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2. Memberantas rerumputan3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak5. Memberantas atau mencegah hama-hama air6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air. 

Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakanuntuk perlindungan tanaman. Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia

Page 13: Pengertian dan Golongan Pestisida

(2008) mendefinisikan pestisida sebagai berikut :1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewandan manusia.2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.

B. Penggolongan PestisidaPestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda, karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan jasad sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya, asal dan sifat kimia, berdasarkan bentuknya dan pengaruh fisiologisnya.

1. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran

Page 14: Pengertian dan Golongan Pestisida

Menurut Kementrian Pertanian (2011), ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaranpenggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:a. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.

b. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh algae. Contohnya Dimanin.

c. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua.

d. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin,

Page 15: Pengertian dan Golongan Pestisida

Trichlorophenol Streptomycin.

e. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.

f. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P

g. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsiuntuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron

h. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60.

i. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsiuntuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate.

j. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.

k. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

l. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC.

m. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai pembunuh predator.n. Rodentisida,berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh binatangpengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin.

Page 16: Pengertian dan Golongan Pestisida

o. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB.

p. Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon atau pembersih pohon.

q. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide).

2. Pestisida berdasarkan cara kerjanyaDilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagimenjadi tiga golongan, yaitu (Soemirat, 2005):a. Racun perutBerarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut. Contoh: Diazinon 60EC.

b. Racun kontakBerarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida. Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena pestisida. Contoh: Mipcin 50 WP.

c. Racun gasBerarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas. Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan ruangan tertutup.

3. Pestisida Berdasarkan Struktur KimiaMenurut Pohan (2004), jika dilihat dari segi struktur kimianya, pestisida dibagi atas: a. Orgahochlorine Pestisida jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon, Hidrogen, dan Chlorine. Misal : DDT 

b. Orgahoposphate Pestisida yang mengandung unsur : P, C, H misal : tetra ethyl phyro posphate (TEPP ) 

Page 17: Pengertian dan Golongan Pestisida

c. Carbamate Pestisida yang mengandung gugus Carbamate. Misal : Baygon, Sevin dan Isolan. 

d. Lain-Lain Diluar ketiga jenis diatas, pestisida ini mengandung senyawa organik, serychin, senyawa sulphur organik dan dinytrophenol.

Sedangkan menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Diana (2009), berdasarkanstruktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :a. Golongan organochlorin Pestisida organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain. Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

b. Golongan organophosfat Pestisida organophosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor.

c. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain.Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yangkuat untuk tawon.

d. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC.Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP (Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengankebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai denganreaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.

e. PyretroidSalah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yangdisebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.f. FumigantFumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant merupakan

Page 18: Pengertian dan Golongan Pestisida

cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

g. PetroleumMinyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisida.

h. AntibiotikMisalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

Sedangkan menurut Prijanto (2009), berdasarkan jenis bentuk kimianya dapat digolongkan menjadi :a. OrganofosfatPestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos.Organofosfat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Pada awal sintesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadapmamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan komponen yang protein terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap manusia seperti malathion, tetapi masih sangat toksik terhadap insekta.

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila tertelan, meskipun hanya dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kematian pada manusia.Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Page 19: Pengertian dan Golongan Pestisida

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimulasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi saraf pusat maupun perifer. Gejala awal seperti salivasi, lakrimasi,urinasi dan diare (SLUD) terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

b. KarbamatInsektisida karbamat berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya dayatoksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Pestisida golongan karbamat ini menyebabkan karbamilasi dari enzim asetil kholinesterase jaringan dan menimbulkan akumulasi asetil kholin pada sambungan kholinergik neuroefektor dan pada sambungan acetal muscle myoneural dan dalam autonomic ganglion, racun ini juga mengganggu sistem saraf pusat.

Struktur Karbamat dapat dilihat di bawah ini :

Page 20: Pengertian dan Golongan Pestisida

Struktur karbamat seperti physostigmin, ditemukan secara alamiah dalam kacang Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan komponen aktifnya adalah SevineR.Mekanisme toksisitas dari karbamat adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim achE dihambat dan mengalami karbamilasi.

c. OrganoklorinOrganoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun komponen kimia ini sudah disintesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokuspada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg. DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai berikut: Nausea, vomitus, paresthesis pada lidah, bibir dan muka, iritabilitas, tremor, convulsi, koma, kegagalan pernafasan, kematian.

Page 21: Pengertian dan Golongan Pestisida

4. Pestisida berdasarkan asal dan sifat kimianyaPenggolongan pestisida menurut asal dan sifat kimia menurut Butarbutar (2009) adalah:a. Hasil alam: Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll. 

b. Sintetik 1) Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri. 2) Organik: a) Organo khlorin: DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll. b) Heterosiklik: Kepone, mirex dll. c) Organofosfat: malathion, biothion dll. d) Karbamat: Furadan, Sevin dll. e) Dinitrofenol: Dinex dll. f) Thiosianat: lethane dll. g) Sulfonat, sulfida, sulfon. h) Lain-lain: methylbromida dll.Sedangakn menurut Soemirat (2005) Klasifikasi pestisida menurut asal dan struktur atau golongan zat kimianya antara lain:a. Pestisida alamiah:1) Pyrethum: Pyrethrin, Cinerin2) Derris: Rotenon

b. Pestisida sintetik:1) Senyawa halogen organik: DDT, Lindan2) Senyawa fosfatester organik: Dichlorvos, Malathion3) Senyawa karbamat : Prpoxur, Dimetilan4) Derivat kumarin : Cumachlor5) Senyawa Dinitrofenol : Dinobuton

Berdasarkan asal bahan yang digunakan untuk membuat pestisida, maka pestisida dapatdibedakan ke dalam empat golongan yaitu: a. Pestisida Sintetik, yaitu pestisida yang diperoleh dari hasil sintesa kimia, contoh: organoklorin, organofospat, dan karbamat. 

b. Pestisida Nabati, yaitu pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, contoh: neem oil yang berasal dari pohon mimba.

c. Pestisida Biologi, yaitu pestisida yang berasal dari jasad renik atau mikrobia, contoh: jamur, bakteri atau virus.

d. Pestisida Alami, yaitu pestisida yang berasal dari bahan alami, contoh: bubur bordeaux.

Page 22: Pengertian dan Golongan Pestisida

5. Pestisida berdasarkan bentuknyaDengan melihat bentuk fisiknya, pestisida digolongkan kedalam beberapa bentuk : a. Tepung hembus b. Tepung semprot ( Wetable Powder) c. Minyak d. Aerosol e. Rook patroner

Sedangakan menurut Yuantari (2009) berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dapat digolongkan dalam bentuk:a. Butiran (Granule=G)Berbentuk butiran yang cara penggunaanya dapat langsung disebarkan dengan tangan tanpa dilarutkan terlebih dahulu. 

b. Tepung (Dust=D) Merupakan tepung sangat halus dengan kandungan bahan aktif 1-2% yang penggunaanya dengan alat penghembus (duster).

c. Bubuk yang dapat dilarutkan (wettable powder=WP) Berbentuk tepung yang dapat dilarutkan dalam air yang penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot atau untuk merendam benih. Contoh: Mipcin 50 WP.

d. Cairan yang dapat dilarutkanBerbentuk cairan yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Larutannya berwarna putih susu tapi berwarna coklat jernih yang cara penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot.

e. Cairan yang dapat diemulsikan Berbentuk cairan pekat yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Cara penggunaanya disemprotkan dengan alat penyemprot atau di injeksikan pada bagian tanaman atau tanah. Contoh: Sherpa 5 EC.

f. Volume Ultra Rendah Berbentuk cairan pekat yang dapat langsung disemprotkan tanpa dilarutkan lagi. Biasanya disemprotkan dengan pesawat terbang dengan penyemprot khusus yang disebut Micron Ultra Sprayer. Contoh: Diazinon 90 ULV.

g. Aerosol (A)Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak) kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan. Formulasi jenis ini banyak digunakan di rumah tangga, rumah kaca, atau perkarangan.

Page 23: Pengertian dan Golongan Pestisida

h. Umpan beracun (Poisonous Bait = B)Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad pengganggu.

6. Pestisida berdasarkan pengaruh fisiologisnyaMenurut Yusniati (2008) dalam Diana (2009), pestisida juga diklasifikasikan berdasarkan pengaruh fisiologisnya, yang disebut farmakologis atau klinis, sebagai berikut: a. Senyawa Organofospat Racun ini merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada syaraf. Asetyl cholin berakumulasi pada persimpangan-persimpangan syaraf (neural jungstion)yang disebabkan oleh aktivitas cholinesterase dan menghalangi penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot. Golongan ini sangat toksik untuk hewan bertulang belakang.Organofosfat disintesis pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II. 

Bahan tersebut digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal sintesisinya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang tersebut dan ditemukan komponen yangpaten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap manusia (misalnya : malathion).

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnyadan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah. Organofosfat dapat terurai di lingkungan dalam waktu ± 2 minggu.

Pestisida yang termasuk dalam golongan organofosfat antara lain 1) Asefat,

Page 24: Pengertian dan Golongan Pestisida

Diperkenalkan pada tahun 1972. Asefat berspektrum luas untuk mengendalikan hama-hama penusuk-penghisap dan pengunyah seperti aphids, thrips, larva Lepidoptera (termasuk ulat tanah), penggorok daun dan wereng. LD50 (tikus) sekitar 1.030 – 1.147 mg/kg; LD50 dermal (kelinci) > 10.000 mg/kg menyebabkan iritasi ringan pada kulit (kelinci).

2) KadusafosMerupakan insektisida dan nematisida racun kontak dan racun perut. LD50 (tikus) sekitar 37,1 mg/kg; LD50 dermal (kelinci) 24,4 mg/kg tidak menyebabkan iritasi kulit dan tidak menyebabkan iritasi pada mata.

3) KlorfenvinfosDiumumkan pada tahun 1962. Insektisida ini bersifat nonsistemik serta bekerja sebagai racun kontak dan racun perut dengan efek residu yang panjang. LD50 (tikus) sekitar 10 mg/kg; LD50 dermal (tikus) 31 – 108 mg/kg.

4) KlorpirifosMerupakan insektisida non-sistemik, diperkenalkan tahun 1965, serta bekerja sebagairacun kontak, racun lambung, dan inhalasi. LD50 oral (tikus) sebesar 135 – 163 mg/kg; LD50 dermal (tikus) > 2.000 mg/kg berat badan.

5) KumafosDitemukan pada tahun 1952. Insektisida ini bersifat non-sistemik untuk mengendalikan serangga hama dari ordo Diptera. LD50 oral (tikus) 16 – 41 mg/kg; LD50 dermal (tikus) > 860 mg/kg.

6) DiazinonPertama kali diumumkan pada tahun 1953. Diazinon merupakan insektisida dan akarisida non-sistemik yang bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan efek inhalasi. Diazinon juga diaplikasikan sebagai bahan perawatan benih (seed treatment). LD50 oral (tikus) sebesar 1.250 mg/kg.

7) Diklorvos (DDVP)Dipublikasikan pertama kali pada tahun 1955. Insektisida dan akarisida ini bersifatnon-sistemik, bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan racun inhalasi. Diklorvos memiliki efek knockdown yang sangat cepat dan digunakan di bidang-bidang pertanian, kesehatan masyarakat, serta insektisida rumah tangga.LD50 (tikus) sekitar 50 mg/kg; LD50 dermal (tikus) 90 mg/kg.

8) MalationDiperkenalkan pada tahun 1952. Malation merupakan pro-insektisida yang dalam prosesmetabolisme serangga akan diubah menjadi senyawa lain yang beracun bagi serangga. Insektisida dan akarisida non-sistemik ini bertindak sebagai racun kontak dan racunlambung, serta memiliki efek sebagai racun inhalasi. Malation juga digunakan dalam

Page 25: Pengertian dan Golongan Pestisida

bidang kesehatan masyarakat untuk mengendalikan vektor penyakit. LD50 oral (tikus) 1.375 – 2.800 mg/lg; LD50 dermal (kelinci) 4.100 mg/kg.

9) ParationDitemukan pada tahun 1946 dan merupakan insektisida pertama yang digunakan di lapangan pertanian dan disintesis berdasarkan lead-structure yang disarankan oleh G. Schrader. Paration merupakan insektisida dan akarisida, memiliki mode of action sebagai racun saraf yang menghambat kolinesterase, bersifat non-sistemik, serta bekerja sebagai racun kontak, racun lambung, dan racun inhalasi. Paration termasuk insektisida yang sangat beracun, LD50 (tikus) sekitar 2 mg/kg; LD50 dermal (tikus) 71 mg/kg.10) ProfenofosDitemukan pada tahun 1975. Insektisida dan akarisida non-sistemik ini memiliki aktivitas translaminar dan ovisida. Profenofos digunakan untuk mengendalikan berbagai serangga hama (terutama Lepidoptera) dan tungau. LD50 (tikus) sekitar 358 mg/kg; LD50 dermal (kelinci) 472 mg/kg.

11) TriazofosDitemukan pada tahun 1973. Triazofos merupakan insektisida, akarisida, dan nematisida berspektrum luas yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Triazofos bersifat non-sistemik, tetapi bisa menembus jauh ke dalam jaringan tanaman (translaminar) dan digunakan untuk mengendalikan berbagai hama seperti ulatdan tungau. LD50 (tikus) sekitar 57 – 59 mg/kg; LD50 dermal (kelinci) > 2.000 mg/kg.

b. Senyawa Organoklorin Golongan ini paling jelas pengaruh fisiologisnya seperti yang ditunjukkan pada susunan syaraf pusat, senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak. Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitas relatif rendah akan tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Racun ini bersifat mengganggu susunan syaraf dan larut dalamlemak. Contoh insektisida ini pada tahun 1874 ditemukan DDT (Dikloro Difenil Tri Kloroetana) oleh Zeidler seorang sarjana kimia dari Jerman. Pada tahun 1973 diketahui bahwa DDT ini ternyata sangat membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan, karena meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik di air, di tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan.

c. Senyawa Arsenat Pada keadaan keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diare yang menyebabkan kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian. Pada keadaan kronismenyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati. 

d. Senyawa Karbamat Merupakan ester asam N-metilkarbamat atau turunan dari asam karbamik HO-CO-NH2. Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah menghambat aktifitas enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti senyawa

Page 26: Pengertian dan Golongan Pestisida

organofospat, tetapi pengaruhnya jauh lebih reversible dari pada efek senyawa organofosfat.

e. Piretroid Piretroid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog) dari piretrin. Piretrin sendiri merupakan zat kimia yang bersifat insektisida yang terdapat dalam piretrum, kumpulan senyawa yang di ekstrak dari bunga semacam krisanpiretroid (bunga Chrysantheum cinerariaefolium) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisiten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Namun karena sifatnya yang kurang atau tidak selektif, banyak piretroid yang tidak cocok untuk program pengendalian hama terpadu. Insektisida tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan saraf. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka.BAB III

PENUTUP

Pengertian pestisida dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973, PP RI No.6 tahun 1995, The United States Environmental Control Act, USEPA. Secara sederhana pestisida dapat diartikan sebagai pembunuh hama. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan jasad sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya, asal dan sifat kimia, berdasarkan bentuknya dan berdasarkan pengaruh fisiologisnya.1. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasarana. Akarisidab. Algasidac. Alvisidad. Bakterisidae. Fungsidaf. Herbisidag. Insektisidah. Molluskisidai. Nematisidaj. Ovisidak. Pedukulisidal. Piscisidam. Predisidan. Rodentisidao. Termisidap. Silvisidaq. Larvasida2. Pestisida berdasarkan cara kerjanyaa. Racun perutb. Racun kontak

Page 27: Pengertian dan Golongan Pestisida

c. Racun gasd. Pestisida sistemik

3. Pestisida Berdasarkan Struktur KimiaBerdasarkan struktur kimianya, pestisida dibagi atas Orgahochlorine, Orgahoposphate, Carbamat, Pyretroid dan pestisida yang mengandung senyawa organik, serychin, senyawa sulphur organik dan dinytrophenol.

4. Pestisida berdasarkan asal dan sifat kimianyaPenggolongan pestisida menurut asal dan sifat kimia adalah Hasil alam (alamiah) danpestisida sintetik yang terdiri. Berdasarkan asal bahan yang digunakan untuk membuat pestisida, maka pestisida dapat dibedakan ke dalam empat golongan yaitu pestisida sintetik, nabati, biologi, dan pestisida alami.

5. Pestisida berdasarkan bentuknyaBerdasarkan bentuknya pestisida digolongkan dalam bentuk tepung, butiran, bubuk yang dapat dilarutkan, cairan yang dapat dilarutkan, cairan yang dapat diemulsikan,Volume Ultra Rendah, Aerosol, umpan beracun, dll.

6. Pestisida berdasarkan pengaruh fisiologisnyaKlasifikasi pestisida berdasarkan pengaruh fisiologisnya, yang disebut farmakologisatau klinis, sebagai berikut:a. Senyawa OrganofosfatMerupakan penghambat yang dari enzim cholinesterase pada syaraf dan menghalangi penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot. Merupakan insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida Pestisida yang termasuk dalam golongan organofosfat antara lain Asefat, Kadusafos, Klorfenvinfos, Klorpirifos, Kumafos, Diazinon, Diklorvos (DDVP), Malation, Paration, Profenofos, Triazofos

b. Senyawa Organoklorin Pestisida golongan ini bersifat mengganggu susunan syaraf dan larut dalam lemak. Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitas relatif rendah akan tetapi mampubertahan lama dalam lingkungan. Contohnya DDT

c. Senyawa Arsenat Keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diare. Pada keadaan kronis menyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati. 

d. Senyawa Karbamat Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah menghambat aktifitas enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti senyawa organofospat, tetapi pengaruhnya jauh lebih reversible dari pada efek senyawa organofosfat.

e. Piretroid Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada

Page 28: Pengertian dan Golongan Pestisida

orang yang peka. Diekstrak dari bunga semacam krisan piretroid (bunga Chrysantheum cinerariaefolium) dengan keunggulan, diantaranya diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisiten, dan memiliki efekmelumpuhkan yang sangat baik. Insektisida tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan saraf.

Cara HAMA MENJADI KEBAL terhadap insektisida :1. Hama menggunakan sistem enzim di tubuh merekauntuk memecah insektisida

Page 29: Pengertian dan Golongan Pestisida

2. Insektisida yang sudah masuk ke tubuh dapat secaragenetik dimodifikasiuntuk mencegah insektisida lainyang sama cara kerjanya mengikat atau berinteraksi

3. Pada kutikula luar serangga dapat mengembangkanhambatan yang dapat memperlambatpenyerapan bahankimia ke dalam tubuh mereka

JIKA SUDAH KEBAL maka :1. Hama bisa mendetoksifikasi / menghancurkansenyawa insektisida lebih cepat2. Dapat menyerap toksin lebih lambat dari seranggarentan3. Dapat mendeteksi atau mengenali bahaya danmenghindari racun4. Hama mungkin hanya berhenti makan jika merekamenemukan insektisida tertentu, atau meninggalkandaerah di mana penyemprotan terjadi (misalnya,merekadapat pindah ke bagian bawah daun disemprot, bergeraklebih dalam kanopi tanaman atau terbang dari daerahsasaran).

SITUS TARGET PESTISIDA :Grup. 1A.golongan.CarbamatBahan aktif : Aldicarb, Benfuracarb, Carbaryl,Carbofuran,Carbosulfan, Fenobucarb, MethiocarbMethomyl, Oxamyl, Thiodicarb, Triazamate,dll

B.golongan OrganophosphatBahan aktif : Acephate, Chlorpyrifos,Dimethoate,Diazinon, Malathion, Methamidophos,Monocrotophos, Parathion-methyl, Profenofos,Terbufos

golongan OrganochlorinChlordane, Endosulfan

Page 30: Pengertian dan Golongan Pestisida

golongan PhenylpyrazolesEthiprole, Fipronil,

golongan PyrethroidsBifenthrin, Cyfluthrin, Cypermethrin, Deltamethrin,Esfenvalerate, Etofenprox, Lambdacyhalothrin, Pyrethrins

golongan DDTBahan aktif Methoxychlor

golongan NeonicotinoidsAcetamiprid, Dinotefuran, Imidacloprid,Thiacloprid,Thiamethoxam.Bahan aktif : Nicotine

Bahan aktif : Sulfoxaflor

Golongan SpinosynsBahan aktif : Spinetoram, Spinosad

Golongan Avermectins- MilbemektinBahan aktif : Emamectin benzoate,abamektin,Lepimectin, MilbemectinBahan aktif: Fenoxycarb, Pyriproxyfen:Bahan aktif : Methylbromide

Golongan TriazinBahan aktif : Pymetrozine, FlonicamidBahan aktif : Clofentezine, Hexythiazox, EtoxazoleBahan aktif : Bacillusthuringiensis, Bacillussphaericus

Bahan aktif : Diafenthiuron, Propargite, Tetradifon,

Golongan PyrazoleChlorfenapyr

Page 31: Pengertian dan Golongan Pestisida

Golongan NereistoxinBahan aktif : Bensultap, Cartap hydrochloride,Thiocyclam,Thiosultapsodium

Golongan BenzoylureasBahan aktif : Chlorfluazuron, Flufenoxuron,Hexaflumuron,Lufenuron, Novaluron:Bahan aktif : BuprofezinGolonganTriazinBahan aktif : CyromazineBahan aktif : Diacylhydrazines,Methoxyfenozide,Tebufenozide

GolonganAmidinBahan aktif : AmitrazBahan aktif : Hydramethylnon, Acequinocyl,FluacrypyrimBahan aktif : Pyridaben, FenpyroximateBahan aktif : Rotenone

Golongan oksidazinBahan aktif : Indoxacarb, MetaflumizoneBahan aktif : Spiromesifen, Spirotetramat

golongan phospinBahan aktif : Phosphine, Phosphide, CalciumPhosphide,Zinc Phosphide

golongan CyanideBahan aktif : Cyenopyrafen, CyflumetofenBahan aktif : Chlorantraniliprole,Cyantraniliprole,Flubendiamide

golongan yang belum diketahuiBahan aktif : Azadirachtin, Dicofol, Cryolite

Page 32: Pengertian dan Golongan Pestisida