TUGAS TERSTUKTUR PENGENDALIAN VEKTOR EPIDEMIOLOGI PENGENDALIAN NYAMUK Aedes Kelompok : 2 Disusun oleh: Lidya Natalia S G1B012027 Nurfaizah G1B012035 Rikky Permana SP G1B012063 Aisyah Rachmadini G1B012088 Ilmiaziz Mumfangatin G1B012092 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS TERSTUKTUR PENGENDALIAN VEKTOR EPIDEMIOLOGI
PENGENDALIAN NYAMUK Aedes
Kelompok : 2
Disusun oleh:
Lidya Natalia S G1B012027
Nurfaizah G1B012035
Rikky Permana SP G1B012063
Aisyah Rachmadini G1B012088
Ilmiaziz Mumfangatin G1B012092
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk termasuk dalam subfamili Culicinae, family Culicidae
(Nematocera: Diptera) merupakan vektor atau penular utama dari
penyakit arbovirus atau arthropod-borne viruses. Di seluruh dunia
terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk meskipun sebagian besar dari
spesies - spesies nyamuk ini tidak berasosiasi dengan penyakit virus
(arbovirus) dan penyakit - penyakit lainnya. Jenis - jenis nyamuk yang
menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes sp., Culex sp.,
Anopheles sp., dan Mansonia sp. (Sembel, 2009).
Aedes adalah genus nyamuk awalnya ditemukan di daerah
tropis dan subtropis. Hal ini dianggap sangat invasif di alam dan dapat
membawa berbagai patogen yang dapat ditularkan ke manusia.
Spesies Aedes aegypti L. dan Aedes albopictus (Skuse) adalah vektor
utama yang menjadi perhatian di seluruh dunia. Aedes aegypti
merupakan vektor utama yang mentransmisikan virus yang
menyebabkan demam berdarah. Ia juga dikenal untuk mengirimkan
infeksi filaria Wuchereria bancrofti dan dari Cacing jantung dan parasit
Plasmodium gallinaceum burung (R. C. Russell, 2005). Aedes sp
merupakan vektor pembawa penyakit DBD, chikungunya, demam
kuning, filariasis, radang otak atau encephalitis.
Penyebaran penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia kian mengancam. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukan jumlah korban jiwa
yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti itu terus meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 903 orang dari
99.499 kasus DBD. Ini meningkat dari tahun 2013 yang hanya 871
orang dari 112.511 kasus DBD, dan 2012 hanya 816 orang dari 90.245
kasus (Badan Litbangkes Kemenkes, 2015).
Tiga penyakit menjadi fokus perhatian di Indonesia, yaitu DBD,
malaria, dan filariasis. Berdasarkan data Kemenkes, penderita DBD
(2013) 45,85 orang per 100.000 penduduk dengan tingkat kematian
0,77 persen. Kasus malaria (2013) 1,38 orang per 1.000 penduduk. Dan
ada 302 kabupaten/kota endemis filariasis dari 497 kabupaten/kota.
Awal tahun 2015 yang mengalami KLB DBD adalah jawa timur
sebanyak 1.817 kasus demam berdarah dengue (DBD) telah dilaporkan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur kepada Kementerian
Kesehatan RI. ada peningkatan kasus DBD sebesar 46% bila
dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014, yaitu 980 kasus.
Seluruhnya terdapat 15 Kabupaten/Kota yang menyandang status
kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan jumlah kasus DBD di wilayah
tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan bulan yang
sama di tahun 2014 (Depkes, 2015). Oleh sebab itu makalah ini dibuat
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Aedes sp.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui taksonomi Aedes sp.
2. Untuk mengetahui morfologi Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.
3. Untuk mengetahui siklus hidup Aedes sp.
4. Untuk mengetahui kebiasaan hidup/bionomik nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus.
5. Untuk mengetahui penyebaran nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
6. Untuk mengetahui peranan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sebagai vector.
7. Untuk mengetahui cara pengendalian nyamuk Aedes sp.
BAB II
ISI
A. Taksonomi Aedes sp
Nyamuk Aedes sp tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan
mencapai 950 spesies. Nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan
gigitan yang serius terhadap manusia dan binatang, baik di daerah
tropik dan daerah beriklim lebih dingin.
1. Taksonomi Aedes Aegypti
Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Uniramia
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematosera
Familia : Culicidae
Sub Family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Aedes Aegypti
(Djakaria S, 2004)
2. Taksonomi Aedes albopictus
Aedes albopictus termasuk dalam subgenus yang sama dengan
Aedes aegypti (Stegomya). Klasifikasi Aedes albopictus adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes albopictus
B. Morfologi Aedes aegypti dan Aedes albopictus
1. Telur
Telur Aedes sp. tidak mempunyai pelampung dan diletakkan
satu persatu di atas permukaan air, berwarna gelap, berbentuk oval
biasanya telur diletakkan diatas permukaan air satu- persatu dalam
keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Ukuran
panjangnya 0,7 mm, dibungkus dalam kulit yang berlapis tiga dan
mempunyai saluran berupa corong untuk masuknya spermatozoa
(Sembel, 2009).
Telur Aedes aegypti dalam keadaan kering dapat tahan
bertahun – tahun lamanya. Telur berbentuk elips dan mempunyai
permukaan yang polygonal. Telurnya tidak akan menetas sebelum
tanah digenangi air dan telur akan menetas dalam waktu satu sampai
tiga hari pada suhu 30°C tetapi membutuhkan tujuh hari pada suhu
16°C (Neva FA and Brown HW, 1994).
Telur nyamuk Aedes albopictus berwarna hitam, yang akan
menjadi lebih hitam warnanya ketika menjelang menetas, bentuk
lonjong dengan satu ujungnya lebih tumpul dan ukurannya ± 0,5mm
(Boesri, Hasan. 2011). Telur Aedes albopictus waktu bertelur
sesudah menghisap darah dipengaruhi oleh temperatur. Waktu
terpendek antara menghisap darah dan bertelur untuk pertama kali
ialah 7 hari pada suhu 210 C dan 3 hari pada suhu 280 C. Telur yang
masak (umur4-7 hari) akan menetas segera sesudah kontak dengan
air (Sembel , 2009).
Gambar 1. Telur Aedes sp
2. Larva
Larva Aedes aegypti dapat bertahan hidup dan tumbuh normal
pada air got yang didiamkan dan menjadi jernih, sedangkan pada
air sumur dan PAM ketahanan hidupnya sangat rendah dan tidak
dapat tumbuh normal. Air limbah sabun mandi tidak
memungkinkan untuk hidup larva Ae aegypti (Sayono, 2011).
Gambar 2. Larva Aedes aegypti
Gambar 3. Larva Aedes albopictus
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari. Ada 4
tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut,
yaitu:
a. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
b. Instar II : 2,5-3,8 mm
c. Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
d. Instar IV : berukuran paling besar 5 mm.
Larva instar IV akan berubah menjadi pupa yang
berbentuk bulat gemuk menyerupai koma. Untuk menjadi
nyamuk dewasa diperlukan waktu 2-3 hari. Suhu untuk
perkembangan pupa yang optimal sekitar 270C-300C, tidak
memerlukan makanan tetapi memerlukan udara. Pada stadium
pupa ini akan dibentuk alat-alat tubuh nyamuk seperti sayap,
kaki, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2008).
Ciri-ciri dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong
udara pada segmen terakhir. Pada corong udara tersebut
memiliki gigi pectin serta sepasang rambut dan jumbai. Pada
segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut berbentuk kipas
(palmate hairs). Pada setiap abdomen segmen kedelapan ada
comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3 (Soegijanto, 2006).
Ciri-ciri dari larva Aedes albopictus adalah kepala
berbentuk bulat silindris, antenna pendek dan halus dengan
rambut-rambut berbentuk sikat di bagian depan kepala, pada
ruas abdomen 8 terdapat gigi sisir yang khas dan tanpa duri pada
bagian lateral thorax berukuran ± 5mm (Boesri, Hasan. 2011).
3. Pupa
Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan tetapi tetap
aktif bergerak dalam air terutama bila terganggu. Pupa akan
berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Dalam
waktu dua atau tiga hari perkembangan pupa sudah sempurna,
maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa muda segera keluar
dan terbang ( Sembel, 2009).
Pupa Aedes albopictus bentuk seperti koma dengan
cephalothorax yang tebal, abdomen dapat digerakkan vertikal
setengah lingkaran, warna mulai terbentuk agak pucat berubah
menjadi kecoklatan kemudian menjadi hitam ketika menjelang
menjadi dewasa, dan kepala mempunyai corong untuk bernapas
yang berbentuk seperti terompet panjang dan ramping (Boesri,
2011).
Gambar 4. pupa Aedes
(sumber : Dept. Medical Entomology ICPMR, 2002)
Gambar 5. Nyamuk keluar dari pupa
Sumber : (Mani Saranya, 2013)
4. Nyamuk Dewasa
Aedes aegypti juga disebut sebagai Tiger mosquito atau
Black White Mosquito karena tubuhnya mempunyai ciri khas
berupa adanya garis-garis dan bercak bercak putih keperakan di
atas dasar warna hitam. Dua garis melengkung berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral serta dua buah garis putih sejajar
di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam
sedangkan pada Aedes albopictus hanya membentuk sebuah
garis lurus. Susunan vena sayap sempit dan hampir seluruhnya
hitam, kecuali bagian pangkal sayap. Seluruh segmen abdomen
berwarna belang hitam putih, membentuk pola tertentu, dan pada
betina ujung abdomen membentuk titik (meruncing) (Harwood RF
and James MT, 1979).
Aedes aegypti berbadan sedikit lebih kecil, tubuhnya
sampai ke kaki berwarna hitam dan bergaris-garis putih. Nyamuk
ini tidak menyukai tempat yang kotor, biasa bertelur pada
genangan air yang tenang dan bersih seperti pot bunga,
tempayan, bak mandi dan lain-lain yang kurang diterangi
matahari dan tidak dibersihkan secara teratur. Bagi nyamuk
Aedes aegypti, darah manusia berfungsi untuk mematangkan
telur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan (Rozanah, 2004).
Mulut nyamuk termasuk tipe menusuk dan mengisap
(Rasping-Sucking), mempunyai enam stilet yaitu gabungan
antara mandibula, maxilla yang bergerak naik turun menusuk
jaringan sampai menemukan pembuluh darah kapiler dan
mengeluarkan ludah yang berfungsi sebagai cairan racun dan
antikoagulan (Sembel DT, 2009).
Gambar 6. Aedes aegypti
Gambar 7. Aedes albopictus
Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk betina
dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.
Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang
(Gandahusada, dkk, 2000).
Aedes aegypti secara makroskopis memang terlihat
hampir sama seperti Aedes albopictus, tetapi berbeda pada letak
morfologis pada punggung (mesonotum), mesepimeron dan kaki
anterior (Rahayu, Diah. 2013). Seperti terlihat pada gambar.
Aedes aegypti Aedes albopictus
Gambar 8. Perbedaan Mesonotum Aedes aegypti dan Aedes
albopictus
Aedes aegypti Aedes albopictus
Gambar 9. Perbedaan Mesepimeron Aedes aegypti dan Aedes
albopictus
Aedes aegypti Aedes albopictus
Gambar 10. Perbedaan Kaki Anterior bagian femur Aedes
aegypti dan Aedes albopictus
Aedes aegypti jika dilihat dari gambar mempunyai
perbedaan pada Mesonotum yaitu Aedes aegypti mempunyai
gambaran punggung berbentuk garis seperti lyre dengan dua
garis lengkung dan dua garis lurus putih, sedangkan Aedes
albopictus hanya mempunyai satu strip putih pada Mesonotum.
Anterior kaki Aedes aegypti bagian femur kaki tengah terdapat
strip putih memanjang sedangkan Aedes albopictus tanpa strip
putih memanjang (Rahayu, Diah . 2013)
Tabel 1. Perbedaan Aedes aegypti dan Aedes albopictus
No. Aedes aegypti Aedes albopictus
1. Menyukai tinggal di dalam
rumah (indoor).
Menyukai tinggal di luar rumah
(outdoor).
2. Bersifat antropofilik
(menggigit manusia).
Bersifat antropofilik dan zoofilik
(menggigit manusia dan binatang).
3. Jarak terbang nyamuk
dewasa betina 30-50 meter.
Jarak terbang nyamuk dewasa
betina 400-600 meter.
4. Mempunyai punggung
berbentuk garis seperti lyre
dengan dua garis lengkung
dan dua garis lurus putih.
Hanya mempunyai satu garis lurus
pada punggungnya.
5. Terdapat dua tambahan strip
putih terpisah pada bagian
mesepimeron.
Mesepimeron membentuk
tambalan putih berbentuk V.
6. Anterior pada bagian femur
kaki tengah terdapat strip
putih memanjang.
Tidak terdapat sstrip putih
memanjang pada bagian femur
kaki.
Sumber : Diah Rahayu (2013)
C. Siklus Hidup Aedes sp
Aedes aegypti mengalami metamorfosis lengkap/metamorfosis
sempurna (holometabola) yaitu dengan bentuk siklus hidup berupa
Telur, Larva (beberapa instar), Pupa dan Dewasa (James MT and
Harwood RF, 1969) Nyamuk Aedes aegypti, meletakkan telur pada
permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk Aedes
betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya bebentuk elips
berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas satu
sampai dua hari menjadi larva (Ginanjar, 2008).
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang
disebut instar. Perkembangan dari instar satu ke instar empat
memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar keempat,
larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman.
Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa
keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa
membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, tetapi dapat lebih lama
jika kondisi lingkungan tidak mendukung (Ginanjar, 2008).
Gambar 11. Siklus hidup nyamuk Aedes sp
Sumber : http://www.cdc.gov/Dengue/entomologyEcology/m_lifecycle.html
Telur Aedes aegypti tahan terhadap kondisi kekeringan, bahkan
bisa bertahan hingga satu bulan dalam keadaan kering. Jika terendam
air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat
membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva
saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh populasi larva yang melebihi ketersediaan
makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cendrung lebih
rakus dalam menghisap darah (Ginanjar, 2008) .
D. Kebiasaan Hidup/Bionomik Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes