PENGENDALIAN MUTU BAHAN BAKU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, KEBUN KALIGUA PAGUYANGAN BREBES JAWA TENGAH LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Oleh : NATALIA ORYZA PERMATASARI 14.I1.0166 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2017
74
Embed
PENGENDALIAN MUTU BAHAN BAKU TEH HITAM DI PT. …repository.unika.ac.id/14625/1/14.I1.0166 Natalia Oryza Permatasari... · pada pengolahan teh hitam, dari bahan baku sampai produk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGENDALIAN MUTU BAHAN BAKU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX,
KEBUN KALIGUA PAGUYANGAN BREBES JAWA TENGAH
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Oleh :
NATALIA ORYZA PERMATASARI
14.I1.0166
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2017
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya, Penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul “Pengendalian Mutu Bahan
Baku Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua Paguyangan, Brebes
Jawa Tengah dengan lancar dan tepat waktu. Kerja praktek ini dilaksanakan sebagai
bentuk dalam pemenuhan syarat mata kuliah Kerja Praktek pada Program S1 Teknologi
Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Soegijapranta Semarang. Penulis
menyadari bahwa tersusunnya laporan kerja praktek ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. B. Soedarini, MP selaku dosen pembimbing kerja praktek yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam mengarahkan dan memberikan saran serta
dukungan dari persiapan hingga akhir penyusunan laporan kerja praktek ini.
2. Ibu Meiliana S.Gz, MGz selaku koordinator kerja praktek.
3. Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua, Paguyangan, Kabupaten
Brebes yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Kerja
Praktek.
4. Bapak Sigit Sujatmoko, SP selaku Administratur PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Kaligua.
5. Bapak sinder, dari mulai Bapak Agus Suswanto, Bapak Kiswanto, Bapak Yunianto,
dan Bapak Budi Reing Wirawan, ST yang telah membantu memberikan arahan
dalam melaksanakan Kerja Praktek.
6. Bapak Mandor besar, dari mulai Bapak Sakyo, Bapak Castro, Bapak Cahyanto
beserta jajarannya yang telah membantu dalam menyelesaikan Kerja Praktek di PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.
7. Mandor Petik Bapak Gunawan, Bapak Witno yang telah membantu memberikan
pengetahuan petikan selama melaksanakan Kerja Praktek.
iii
8. Seluruh Mandor pabrik beserta jajarannya, diantaranya Bapak Suyono, Ibu
Sutarsih, Bapak Dartum, Bapak Salim, Bapak Solehudin, Bapak Sukeri, yang telah
membantu memberikan informasi dan pengetahuan selama pelaksanaan Kerja
Praktek.
9. Orang tua dan keluarga penulis yang memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
10. Phoa Adelina Cynthia Santoso, Martina Irana sebagai teman seperjuangan yang
telah memberikan dorongan, masukan, dan nasehatnya.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat mendukung, membangun dan bermanfaat guna menyempurnakan laporan kerja
praktek ini. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalam penyusunan
laporan kerja praktek ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
Gambar 1. Peta Kebun Kaligua............................................................................................6
Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Kaligua Sakub...................................................10
Gambar 3. Petikan Daun Teh.............................................................................................21
Gambar 4. Jenis Petikan.....................................................................................................25
Gambar 5. Penyakit Pada Daun Teh..................................................................................29
Gambar 6. Penerimaan Pucuk Daun Teh...........................................................................33
Gambar 7. Pengambilan dan Penimbangan AnalisA Pucuk Daun Teh Secara Acak........35
Gambar 8. Penimbangan Hasil Analisa Pucuk..................................................................35
Gambar 9. Pengelompokan Analisa Daun.........................................................................36
Gambar 10. Hasil Analisa Petik Kebun.............................................................................39
Gambar 11. Bagan Pengendalian Mutu Bahan Baku.........................................................48
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada jaman modern ini banyak sekali membawa perubahan serta perkembangan
yang sangat pesat, terutama dalam bidang pangan. Telah banyak system produksi
makanan dan minuman yang memakai teknologi canggih yang digunakan untuk
memproduksi bahan pangan tersebut. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi
yang ada, maka kebutuhan dari konsumen dapat terpenuhi secara maksimal. Begitu juga
dengan produksi teh yang dibuat menggunakan alat teknologi canggih, sehingga
permintaan konsumen dapat terpenuhi seluruhnya. Dalm olahan teh produk yang
dikembvangkan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan pelaku industry supaya
hasil produk teh dapat dikonsumsi dan dinikmati oleh seluruh masyarakat. Selain teorii
mengenai proses produksi, bahan baku, serta analisanya maka mahasiswa Teknologi
Pangan diharapkan mengenal industri pangan pada suatu perusahaan secara dekat
dengan melaksanakan program Kerja Praktek (KP). Program Kerja Praktek ini
merupakan salah satu mata kuliah wajib oleh Program Studi Teknologi Pangan Unika
Soegijapranata dengan minimal 20 hari kerja. Dengan adanya kerja praktek ini
diharapkan mahasiswa dapat terbekali ilmu serta pengalaman yang didapat. Sehingga
nantinya telah siap memasuki dunia industri, dimana selama jangka waktu tersebut
mahasiswa mampu menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan potensi kerja
secara profesional dalam memenuhi kebutuhan dibidang pangan.
Salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak di bidang industri teh dan
telah menerapkan standar internasional dalam proses produksinya ialah PT Perkebunan
Nusantara IX Kebun Kaligua Paguyangan, Brebes Jawa Tengah. Kerja praktek yang
dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua Paguyangan, Brebes Jawa
Tengah terfokus pada beberapa bidang yaitu proses sebelum tanaman menghasilkan,
proses produksi, analisa produk akhir hingga pengemasan. Hal terpenting yang harus
diterapkan pada suatu indusrti adalah kebersihan dari proses produksi teh yang
dihasilkan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas produk yang
dihasilkan. Jika kebersihan tersebut kurang diperhatikan maka akan menimbulkan
2
bahaya serta pencemaran mikroba pada produk teh. Selain itu, PT Perkebunan
Nusantara IX Kebun Kaligua Paguyangan, Brebes Jawa Tengah telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan ISO 9001:2008 dan Sertifikat SAN & RA. Sehingga hasil
mutu teh akhir yang dihasilkan sangat terjamin kualitasnya.
1.2. PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua
1.2.1. Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek
Tujuan pelaksanaan kegiatan kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Kaligua, Paguyangan, Kabupaten Brebes yaitu:
1. Mempelajari dan mengetahui secara langsung proses pengendalian mutu bahan baku
pada pengolahan teh hitam, dari bahan baku sampai produk jadi yang dilakukan di
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.
2. Mahasiswa dapat secara langsung melakukan berbagai pengujian maupun analisis
yang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang mutu produk teh hitam di PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.
1.2.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 30 januari 2017 sampai dengan 28
Februari 2017 di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua. Hari Kerja Senin
sampai Sabtu dengan jam kerja pukul 07.00-15.00 WIB. Ruang Lingkup pelaksanaan
kerja praktek terdapat pada Kebun Teh, Pabrik Pengolahan Teh.
1.2.3. Metode Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kerja praktek, metode yang digunakan penulis untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini, dengan pengamatan
langsung, analisa langsung dikebun dan pabrik, diskusi menganalisa data dengan
menyalin dokumen atau data pada perusahaan, wawancara dan terjun langsung dalam
kegiatan pemetikan serta produksi teh di kebun dan pabrik, melalui studi literatur
dengan mengumpulkan data mengambil kutipan dari buku perusahaan maupun dari
sumber lain yang berkaitan dengan kerja praktek.
3
1.2.4. Materi Praktek Kerja Lapangan
Materi yang di diketahui selama kerja praktek adalah:
a. Kondisi Umum Perusahaan
- Sejarah dan perkembangan perusahaan
- Visi dan Misi Perusahaan
- Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
- Manajemen Perusahaan
b. Proses Produksi Teh Hitam
- Bahan Baku
- Alat dan mesin produksi teh hitam
- Proses Produksi Teh Hitam
- Analisa
- Pengemasan Teh Hitam
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan:
- Ikut berpartisipasi aktif/praktik langsung di PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua,
Brebes.
- Bertanya langsung kepada petugas, serta mandor yang menangani proses produksi
serta pengendalian mutu di PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua, Brebes.
- Mendengarkan dan mencatat yang disampaikan oleh petugas maupun mandor, serta
melakukan dokumentasi foto langsung saat proses pemetikan maupun produksi,
untuk menambah kesempurnaan data.
4
1.2.5. Sejarah Perusahaan
Perkebunan Teh Kaligua didirikan pada tahun 1879 oleh NV. Cultur
Onderneming di Negara Nederland Belanda, untuk perwakilan di Indonesia ditunjuk
Van Jhon Pletnu dan CO yang bekedudukan di Batavia Jakarta. Setelah berdiri
perkebunan teh, maka pada tahun 1889 Van De Jong berhasil mendirikan pabrik teh
yang terletak di sebelah barat kaki Gunung Slamet tepatnya di Kaligua Desa Pandansari
Kecamatan Paguyangan – Brebes.
Pada tahun 1901 mulai datang mesin – mesin pengolahan yang digunakan untuk
proses pengolahan produksi teh, mesin besar yang pertama kali datang adalah Ketel
Uap. Alat tersebut sampai sekarang masih dimanfaatkan untuk penampungan bahan
bakar pengolahan dengan kapsitas tangki ± 10.000 lt. Saat pertama kali membawa
mesin tersebut ditempuh dengan berjalan kaki dan mesin tersebut digotong
beramai – ramai hingga memakan waktu ± 20 hari dengan jarak tempuh 15 kilometer.
Dalam menggotong ketel uap tersebut diikutsertakan satu grup Ronggeng lengkap
dengan gamelannya untuk menghibur para pekerja yang menggotong ketel uap tersebut
pada saat istirahat dengan tujuan agar rasa lelah dan capai dapat terobati.
Sampai sekarang hiburan ronggeng masih selalu diadakan pada saat hari ulang
tahun berdirinya teh hitam (setiap tanggal 1 juni). Disamping untuk menjaga kelestarian
budaya tradisional, juga untuk bisa mengingatkan kepada generasi sekarang bagaimana
perjuangan para nenek moyang kita dalam upaya membangun sebuah pabrik. Dalam
perjalanannya sesuai dengan kondisi sosial politik dan ekonomi bangsa Indonesia serta
adanya gejolak perang dunia ke dua pada tahun 1942 sampai diakuinya kedaulatan
Republik Indonesia hingga saat ini kebun teh Kaligua mengalami beberapa pergantian
nama dan pengelolanya yaitu sebagai berikut:
5
Tabel 1. Sejarah Perusahaan dari tahun 1942 sampai sekarang
No Periode Keterangan 1 Tahun 1942 -1945 Kebun kaligua diambil alih oleh jepang, banyak
tanaman yang rusak dan diganti dengan aneka tanaman pangan.
2 Tahun 1945- 1951 Dikelola kembali oleh NV. Cultur Onderneming Van Jhon Pletnu & Co Yan
3 Tahun 1951 – 1957 Ditinggalkan pemiliknya karena adanya gangguan berupa pemberontakan DI/TII
4 Tahun 1958 – 1964 Dikelola oleh KODAM VII DIPONEGORO bekerja sama dengan PT. SIDOREJO – Brebes.
5 Tahun 1964 -1968 Dikelola oleh perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Aneka tanaman yang berkantor pusat di Semarang.
6 Tahun 1968 – 1972 Tanggal 16 April 1968 berubah menjadi PPN XVIII 7 Tahun 1972 – 1975 Dengan PP. No 23 Tahun 1972, (LN No : 31 Tahun
1972 berubah nama menjadi PTP XVIII). 8 Tahun 1995 Kebun Kaligua digabung dengan Kebun Semugih
dengan kantor Induk berpusat di Semugih. 9 Tahun 1996 Melalui restrukturisasi perkebunan–perkebunan Negara
tertuang dalam peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1996 tanggal 15 februari 1996, pengelolaan Kebun Kaligua yang semula dibawah naungan PTP XVIII, dirubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX yang berkantor pusat disemarang.
10 Tahun 1999 Kebun Semugih dan Kebun Kaligua dipisahkan kembali sampai sekarang sesuai dengan SK Direksi No : PTPN IX.0/SK/149/1999.SM Tgl.1 Juli 1999.
Sumber : Buku Profil Kebun Kaligua 2015
6
1.3. Keadaan Umum dan Tata Letak
Kebun kaligua terletak diantara 1090 0,6’ 58,5’’ Bujur Timur dan 070
16’ 58,5’’
Lintang Selatan. Tepatnya berada di Dusun Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan
Paguyangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Jarak kebun dengan beberapa
kota dapat dilihat pada peta berikut ini:
Gambar 1. PETA KEBUN KALIGUA
Tabel 2. Jarak dari Kebun Kaligua ke beberapa kota
No Dari Ke Kota Jarak (km) 1 Kebun Paguyangan 18 2 Kebun Bumiayu 20 3 Kebun Brebes 95 4 Kebun Purwokerto 50 5 Kebun Semarang 264
Sumber: PTPN IX (Persero) Kebun Kaligu
Kebun Kaligua mempunyai topografi landai, miring sampai berbukit-bukit dan
berbatuan terjal dengan ketinggian antara 1.500-2.050 M dari permukaan laut. Suhu udara pada
Legenda: = Batas Afdeling/ Sungai = Jalan Produksi = Batas Blok
7
Kebun Kaligua mencapai 20C-31o
Jenis tanah di Kebun Kaligua merupakan jenis tanah andosol yang mudah menyerap air
dengan keasaman tanah (pH) tanah normal yaitu 4,5 sampai 5,5. Areal Perkebunan Teh Kaligua
meliputi wilayah seluas 607,46 hektar, dimana areal tersebut terbagi kedalam tujuh daerah yaitu
Ambar, Suralaya, Kaligua, Sakub, Soka, Sirah dan Waslim. Ketujuh daerah tersebut terbagi
kedalam dua Afdeling, dimana satu sama lain terpisahkan oleh sungai yaitu:
C dengan kelembapan 70-90%, dengan curah hujan yang
cukup tinggi setiap tahunnya.
a. Afdeling Kaligua-Sakub, seluas 310,24 hektar. Meliputi daerah Kaligua, Soka, Sirah,
Waslim dan Sakub.
b. Afdeling Ambar-Suralaya, seluas 297,22 hektar. Meliputi daerah Ambar, dan
Suralaya.
Kebun Kaligua merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara
1500 mdpl sampai dengan puncak perkebunan tertinggi yaitu 2.050 mdpl. Kebun
Kaligua memiliki iklim yang lembab berkisar antara 70 sampai dengan 90%.
1.4. Identitas, Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
1.4.1. Identitas Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua adalah salah satu kebun yang dimiliki
oleh PTPN IX Identitas dari kebun Kaligua adalah:
a. Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara IX
b. Status Perkebunan : BUMN
c. Alamat Perusahaan
1. Pusat : Jln. Mugas Dalam (Atas) Semarang
No. Telp. (024)8414635
No. Fax. (024)8415408
2. Perwakilan/kebun : Kaligua
No. Telp. (08122999669)
No. Fax. (0289)432417
d. Nama Kebun : Kaligua
e. Lokasi Kebun
1. Desa : Pandansari
2. Kecamatan : Paguyangan
3. Kabupaten : Brebes
8
f. Izin Usaha Industri
1. Perkebuanan : 1441/IUI/V/2008
2. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas
Nomor : 112414700187
Berlaku s/d Tanggal : 14 Desember 2016
1.4.2. Visi Perusahaan
Menjadikan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua sebagai perusahaan
Agribisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.
1.4.3. Misi Perusahaan
a. Memproduksi dan memasarkan produk karet, kopi, teh, gula, dan tetes ke pasar
domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba
(profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan.
b. Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir,
wisata agro, dan usaha lainnya untuk mendukung kinerja perusahaan.
c. Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan
usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
1.4.4. Tata Nilai
a. Integritas, keselarasan antara perkataan dan tindakan dalam melaksanakan
tanggungjawab.
b. Antusias, mampu menunjukkan semangat yang tinggi dalam mencapai tujuan
perusahaan.
c. Kerja Tim, kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
perusahaan.
d. Peduli, merasakan dan menunjukkan empati serta sikap ikhlas membantu seluruh
stakeholders.
e. Inovasi, cermat dalam membaca peluang dan mampu mengembangkan
langkah-langkah baru serta menciptakan iklim yang kondusif untuk implementasi
agar menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi.
9
1.4.5. Industri Hilir
Produksi Industri hilir dari Kebun Kaligua diantaranya:
a) Teh Celup Kaligua
b) Teh Serbuk Kaligua
c) Air Mineral Kaligua
d) Teh Hijau Pucuk Merah
e) Teh Putih
1.5. Struktur Organisasi
PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dipimpin oleh seorang Administratur
yang bertangung jawab kepada direksi PT Perkebunan Nusantara IX. Administratur
dalam melaksanakan tugasnya menggunakan sistem organisasi garis. Sistem organisasi
garis membagi kekuasaan dalam setiap tingkat.
Kekuasaan di delegasikan menjadi suatu tanggung jawab bagi pemegangnya
sekaligus memberi wewenang untuk menentukan kebijaksanaan dan tugas yang
dibebankan. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Administratur dibantu oleh
Sinder Kebun (Afdeling), Sinder Teknik atau Teknologi, dan Sinder Kantor.
10
STRUKTUR ORGANISASI AFDELING KALIGUA SAKUB
Keterangan : Garis wewenang/perintah
--------------- Garis Koordinasi
Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Kaligua Sakub
Sinder Kebun
Yunianto
Mandor Besar
Sakyo
Analisa Petik
Mulyo F.
Mandor Petik
Gunawan
Witno
Warmo
Sugeng
Sasman
Darmono
Mandor Pemeliharaan
Didi R.S
Miswan
Darjo
Hastomo Aldri
Puryanto
Carum
Mandor Pembibitan
-
Juru Tulis
Dedi H.
Sagi Iryanto
Pembantu Gudang
Karsum
Mandor Petik Mesin
Andri Sukasman
11
1.5.1. Tanggung Jawab dan Wewenang
Berikut ini merupakan uraian tugas, wewenang serta tanggung jawab dari
Administratur, Sinder Kebun (Afdeling), Sinder Teknik dan Sinder Kantor yaitu sebagai
berikut:
1) Administratur
Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dengan memimpin unit pelaksana
perusahaan kebun budidaya dalam melaksanakan tugas-tugas operasional perusahaan.
Tugas dan kewajiban Administratur adalah sebagai berikut:
a) Mengkoordinir penyusunan rencana kerja dan rencana anggaran perusahaan unit
pelaksana perusahaan untuk satu tahun periode anggaran dalam rangka penyusunan
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Kaligua atas dasar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Direksi.
b) Mengkoordinir segala kegiatan yang ada di kantor, kebun maupun pabrik
c) Mengkoordinir segala sesuatu baik perencanaan, pendayagunaan dan pengembangan
semua sumber daya di kebun.
d) Mengadakan hubungan dan kerjasama yang sebaik-baiknya dengan wakil-wakil
karyawan, masyarakat desa di sekitar kebun, Pemda setempat, Instansi-instansi Sipil
dan ABRI untuk mencapai kelancaran tugas unit, pelaksana perusahaan baik dalam
bidang kultur teknis maupun non kultur teknis.
e) Melakukan verifikasi terhadap semua dokumen bukti-bukti yang dipergunakan oleh
Sinder Kantor, Sinder Kebun dan Sinder Teknik untuk mengajukan permintaan uang
yang akan dibayarkan pada pihak ketiga untuk kepentingan tugasnya.
f) Melakukan verifikasi terhadap semua dokumen atau bukti-bukti yang diperlakukan
untuk mengajukan permintaan barang dan uang ke kantor direksi PT. Perkebunan
Nusantara IX Kebun Kaligua.
2) Sinder Kebun (Afdeling)
Sinder Kebun atau afdeling memiliki fungsi pokok membantu Administratur
dengan memimpin bagian kebun untuk mengelola budidaya guna menghasilkan
produksi sesuai dengan pembakuan kualitas dan kualitas yang telah ditetapkan. Sinder
Kebun mempunyai tugas dan wewenang yaitu sebagai berikut:
12
a) Menyusun rencana kerja dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan bagian kebun
untuk satu tahun periode anggaran dalam rangka penyusunan Rencana Kerja
Anggaran Perusahaan Unit Pelaksana Perusahaan.
b) Berdasarkan petunjuk-petunjuk Administratur, melaksanakan pekerjaan teknik
budidaya di lapangan yang meliputi pengadaan bahan tanaman, persiapan lahan dan
penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen dengan menggunakan tenaga kerja
baik yang berstatus karyawan bulanan, harian maupun lepas atau borong.
c) Melaksanakan sistem jaminan mutu (ISO-9001) bebas kontaminan mulai dari panen
atau bahan baku panen atau bahan baku sampai dengan penyerahan di Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) dalam pola manajemen PNT atau GKM.
d) Menyusun dan menghimpun administrasi tentang kegiatan kerja di dalam bagian
kebun seperti administrasi pengupahan, penggunaan pupuk dan pencatatan kegiatan
kerja lainnya yang diperlukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
e) Menerima dan melaksanakan penugasan Administratur untuk mewakili kebun dalam
berhubungan dengan masyarakat atau kepala desa di sekitar bagian kebun yang
berhubungan dalam rangka kepentingan kebun.
f) Mengkoordinir dan melakukan pengawasan terhadap kegiatan kerja para pembantu
Sinder Kebun, Mandor dan petugas bawahan lainnya agar dapat bekerja secara baik,
efektif, dan efisiensi termasuk cara-cara penggunaan uang, barang-barang inventaris,
alat-alat dan perlengkapan lainnya.
g) Memberi bimbingan dan pengawasan terhadap pembantu Sinder Kebun, Mandor dan
petugas bawahan lainnya agar mereka lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban sesuai dengan jabatan yang dipanggulkan atau dengan tugas yang harus
dilaksanakannya.
1.5.2. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Karyawan
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua memili tenaga kerja sebanyak 975
orang. Tenaga kerja tersebut dibedakan menjadi 5 yaitu HLL (Harian Lain-Lain), HLT
(Harian Lepas Teratur), Tetap, Bulanan dan Karyawan Pimpinan. Tingkat pendidikan
tenaga kerja di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaliua berbeda-beda yaitu mulai
dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA hingga DII maupun S1. Tingkat pendidikan
tenaga kerja di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dapat dilihat pada Tabel 3.
13
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja PT. PN IX Kebun Kaligua Tahun 2016 No Pendidikan Jumlah Orang 1 Sarjana (S1) 3 2 DIII/DII 1 3 SLTA 98 4 SLTP 103 5 SD 496
Total 701 Sumber: Afdeling Kantor, 2016
Dari data tabel tingkat pendidikan tenaga kerja PT. PN IX Kebun Kaligua tahun
2016 di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki lebih
didominasi oleh karyawan yang memiliki pendidikan tingkat SD dengan jumlah 496
orang. Untuk jumlah tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu karyawan yang
memiliki tingkat pendidikan DIII/DII berjumlah 1 orang.
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua memberikan fasilitas dan jaminan
yang diberikan kepada karyawannya una untuk mensejahterakan dan memperlancar
proses bekerja para karyawan. Berikut ini merupakan fasilitas dan jaminan yan
diberikan antara lain:
- Gaji
- Premi
- Bonus (diberikan 2 kali dalam kurung waktu satu tahun yaitu pada bula Maret dan
Juni)
- Masa bebas tugas 6 bulan sebelum bebas
- THR (Tunjangan Hari Raya)
- Pakaian kerja yang diberikan selama satu tahun sekali atau sesuai atau sesuai dengan
keadaan.
- Jaminan kesehatan (BPJS)
- Melaksanakan pelatihan-pelatihan
- Bantuan pendidikan untuk karyawan
- CSR (Corporate Social Responsibility)
- Perumahan Dinas yang diberikan ke pegawai baik yang baru atau sudah lama bekerja
- Sarana ibadah atau masjid
- Koperasi
- Sarana olahraga
14
1.5.3. Pemasaran Produk
Pemasaran dari hasil produksi ditujukan pada dua sasaran yaitu untuk tujuan pasar
lokal dan ekspor. Dalam pemasaran teh hitam dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Lelang yang dikoordinasi oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB)
2) Pasar Lokal ada dua jenis:
a) Pasar Jenis BM dan Kawul, pembeli langsung ke pabrik
b) Produk hilir berupa teh celup merk Kaligua dikirim ke Kantor pusat PT. PN IX
Semarang.
3) Pasar Luar Negeri
Sebagian besar teh hitam yang dihasilkan akan diekspor ke luar negeri. Teh mutu
ekspor dijual ke beberapa negara seperti Inggris, Belanda, Pakistan dan Rusia. Untuk
mengantisipasi persaingan dengan negara pengekspor teh lainnya, maka sebaiknya mutu
teh yang dihasilkan harus dijaga. Hal tersebut bertujuan agar konsumen merasa lebih
puas dan semakin bertambah lebih banyak.
15
BAB 2
PENYEDIAAN BAHAN BAKU
Tanaman teh hitam dapat tumbuh pada daerah pegunungan atau puncak dengan
ketinggian topografi yang sangat bervariasi antara 700-1000 meter diatas permukaan laut.
Teh hitam merupakan salah satu produk unggulan yang di produksi di Indonesia. Teh sendiri
merupakan hasil komoditas perkebunan Indonesia.
Kualitas dari mutu teh dipengaruhi oleh kondisi pucuk teh serta cara pengolahannya.
Pucuk teh yang bermutu tinggi terdiri dari kuncup 2-3 daun mudayang mempunyai tingkat
kerusakan rendah. Agar tingkat kerusakaan pucuk daun teh sampai dipabrik tetap rendah,
maka perlu adanya penanganan pucuk teh sejak dari pemetikan, pengumpulan, pengangkutan
sampai penerimaan pucuk di pabrik harus dilakukan dengan baik.
Hasil survei yang dilakukan oleh BPS (2013) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi teh
rata-rata per kapita pada tahun 2009-2013 mencapai 13% per tahun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kekayaan Indonesia merupakan sumber daya alam yang harus tetus
dijaga kelestariannya.
Minuman teh merupakan produk yang terpopuler serta banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia ataupun masyarakat dunia, karena teh mempunyai cita rasa yang khas.
Indonesia merupakan produsen teh yang menempati pada urutan kelima didunia. Manfaat dari
teh itu sendiri ialah dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler serta
menghambat perkembangan kanker, mempunyai efek untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies
pada gigi (Besral et al, 2007).
Komposisi kimia didalam daun teh segar meliputi (dalam % berat kering) merupakan
serat kasar, selulosa, lignin 22%, protein, asam amino sebanyak 23%, lemak 8%, kafein 4%,
polifenol 30%, serta pektin 4%. Selain itu daun teh mengandung tiga komponen penting yang
dapat mempengaruhi mutu minuman teh yaitu tanin, kafein, dan polifenol
(Sundari et al, 2009).
Pengolahan teh hitam menggunakan dua metode pengolahan diantaranya pengolahan
dengan metode orthodox dan metode pengolahan CTC (Crushing, Tearing, Curling). Kedua
metode tersebut dapat menimbulkan komponen kimia dalam jaringan daun teh yang
mengalami reaksi oksidasi enzimatis. PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua melakukan
pengolahan teh hitam dengan sistem orthodox rotorvane. Penggunaan sistem ini digunakan
16
untuk memperoleh partikel bubuk teh yang berukuran kecil, sesuai dengan perkembangan
pasar saat ini. Pengolahan teh melibatkan proses oksidasi terhadap pucuk daun teh,
pembentukan teh dan pengeringan.
Perkembangan dipasar saat ini cenderung menginginkan teh dengan ukuran partikel
yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick brewing). Sehingga dalam proses
pengolahan teh hitam pada tahap penggilingan yang semula hanya menggunakan sistem
orthodox murni, sekarang berkembang menjadi orthodox rotorvane. Penggunaan alat
rotorvane ini untuk melakukan proses penghancuran yang lebih intensif sehingga teh yang
dihasilkan memiliki ukuran partikel kecil dan lebih banyak.
PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua Brebes telah memproduksi jenis teh yang
bermutu serta banyak diminati masyarakat dan pasar. Proses produksi teh di PT Perkebunan
Nusantara IX Kebun Kaligua Brebes telah melalui proses yang sistematis dan lengkap
sehingga dapat menghasilkan bubuk teh hitam yang telah standar sesuai SNI (Standar
Nasional Indonesia).
2.1. Tanaman Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan berasal dari Cina.
Tanaman teh ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan ketinggian 200-2.300
meter diatas permukaan laut (Noriko, 2013).
Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada temperatur yang
berkisar antara 22o
Teh mengandung kafein dan pada daun yang masih muda kandungan fosfornya sangat
tinggi. Daun teh banyak mengandung mineral Al, Mn, K, Ca, Mg, Fe Zn, dan Cu. Ada 4 jenis
teh yaitu teh putih, teh hijau, teh hitam dan teh olong. Terdapat perbedaan dari keempatnya
yaitu pada pemrosesan daun teh setelah dipetik. Teh dibedakan berdasarkan proses
fermentasinya. Semakin lama proses fermentasi, maka warna daun yang hijau akan berubah
menjadi coklat dan akhirnya kehitaman (Sundari et al, 2009).
C. Tanaman teh memiliki usia ekonomi antara 50-60 tahun. Selain itu
faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan teh ialah curah hujan. Curah hujan yang
optimum untuk pertumbuhan teh berkisar 223-417 mm per bulan (Supriadi, 2014).
Menurut Arifin dalam Arizka (2015), teh hitam berasal dari daun teh unggulan yang
mengandung senyawa bioaktif polyfenol, senyawa flavonoid, tanin, kafein dan asam fenalat.
Selain itu teh hitam mengandung vitamin B1, B2, C, E dan K, serta kaya akan mineral flour,
17
mangan, kalsium, kalium dan potasium. Flavonoid merupakan kelompok antioksidan yang
secara alamiah terdapat pada sayuran, buah-buahan, serta minuman seperti anggur dan teh.
Adapun beberapa manfaat teh antara lain:
- Untuk melancarkan buang air besar maupun buang air kecil.
- Mengurangi gangguan kekejangan pada anak-anak serta epilepsi. Menjaga kesehatan
jantung.
- Mengurangi resiko keracunan serta mampu menekan pertumbuhan sel kanker ataupun
tumor.
Minuman teh memiliki cita rasa yang enak, tetapi juga dapat menyegarkan serta
meningkatkan gairah untuk makan. Teh merupakan salah satu minuman yang umumnya
sering digunakan untuk minuman dalam menjamu tamu.
Daun teh berbau aromatik serta memiliki rasanya agak sepet, berikut ini mengenai uraian
makroskopisnya sebagai berikut:
a. Helai-helai daun teh dapat dikatakan cukup tebal, kaku, berbentuk sudip melebar dan
memanjang, panjangnya tidak lebih tebal dari 5cm, dan bertangkai pendek.
b. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawahnya berambut
sedangkan setelah tua menjadi licin.
c. Tepi daun bergerigi, agak tergulung kebawah.
Hasil dari penggilingan teh dapat menyebabkan daun teh terluka serta mengeluarkan
getah. Ketika getah itu bersentuhan langsung dengan udara maka akan menghasilkan senyawa
teaflavin dan teaburgin. Daun teh tersebut mengalami fermentasi sempurna. Warna hijau
dapat berubah menjadi kecoklatan serta selama pengeringan daun teh berubah menjadi warna
hitam. Teh hitam ini paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi (Angraini dan Nanda, 2016).
Negara Indonesia sendiri memiliki 4 macam teh yang terdiri dari teh hitam, teh hijau, teh
oolong, dan teh putih. Keempat macam teh tersebut dibedakan dari cara pengolahannya.
Dalam proses pengolahan teh oolong dalam pengolahannya mengalami proses semi
fermentasi dan teh putih dibuat tanpa melalui proses oksidasi enzimatis. Dimana pada pucuk
daun putih diletakkan pada wadah yang terbuat dari anyaman bambu, kemudian dilayukan di
tempat yang terdapat sinar mataharinya tidak terlalu panas. Teh hijau diproses tanpa
fermentasi atau oksidasi enzimatis serta teh hitam diproses dengan fermentasi atau oksidasi
enzimatis (Suryaningrum dalam Kusumaningrum, 2013).
Pengendalian mutu bahan baku sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan standar yang diinginkan. Mutu teh merupakan sekumpulan sifat fisik (ukuran dan
bentuk partikel, warna teh dan air seduhan, kontaminan non teh), kimia (rasa, kesegaran,
18
aroma, warna, manfaat), biologis (cemaran mikroba, kemurnian jaringan daun teh), dan
inderawi (kenampakan, cita rasa, warna air seduhan, kenampakan ampas seduhan) yang
dimiliki teh. Teh yang berkualitas tinggi sangat erat hubungannya dengan mutu teh itu
sendiri. Mutu teh tergantung oleh cara pemrosesan daun (fermentasi, dijemur, dicampur)
untuk mendapatkan aneka jenis teh, dengan metode pemetikan baik manual maupun
menggunakan mesin, perawatan yang dilakukan terhadap tanaman teh, serta keadaan tanah,
ketinggian tempat tumbuhnya teh dari permukaan laut. Dalam menjaga mutu teh tersebut,
perlu adanya pengendalian mutu proses produksi bahan baku sampai produk jadi dan siap
dipasarkan.
2.2. Pemetikan dan Pasca Pemetikan Daun Teh
Menurut Fernando dalam Wachjar (1998), pemetikan mempunyai hubungan yang sangat
penting terhadap hasil mutu teh jadi. Pada dasarnya pemetikan adalah pekerjaan pemungutan
dari tunas-tunas teh beserta daun yang masih muda yang kemudian diolah menjadi daun teh
kering. Fungsi dari pemetikan untuk membentuk kondisi tanaman teh supaya dapat
berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan yang benar tidak terlepas dari
pengaturan siklus petik serta pengaturan cara petik yang tepat.
Banyaknya hasil daun teh yang didapat berdasarkan cara pemetikannya sehingga
mempengaruhi mutu yang dihasilkan. Pemetikan daun teh dibedakan menjadi dua yaitu
dengan cara petikan kasar dan cara pemetikan halus. Menurut Nazarudin dan Paimin (1993),
pucuk daun teh harus dipastikan dalam keadaan baik, sebelum proses pengolahan daun teh
dilakukan. Hal tersebut berarti bahwa pucuk daun teh dari pemetikan sampai ke lokasi
pengolahan dijamin bahwa tidak akan terjadi perubahan. Kondisi tersebut sangat penting agar
produksi akhir teh bermutu.
Sistem petikan adalah banyaknya hasil daun teh yang dipetik dibawah kuncup (peko) atau
banyaknya daun teh yang tertinggal dibawah daun kepel pada ranting setelah dilakukan
pemetikan. Pemetikan ranting juga dibagi menjadi ranting peko dan ranting burung. Ranting
peko ialah ranting yang masih memiliki kuncup (peko), dimana daunnya masih tergulung dan
merupakan ranting yang tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung ialah ranting yang tidak
mempunyai kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif (dorman).
Dalam pemetikan dilakukan 3 macam jenis petikan yaitu:
- Petikan halus
19
Petikan halus merupakan petikan pucuk daun teh dimana yang dipetik adalah kuncup yang
masih tergulung (peko) + 1 helai daun muda.
- Petikan sedang
Petikan sedang merupakan petikan pucuk daun teh yang + dengan 2 helai daun teh tua atau 3
helai daun teh muda.
- Petikan kasar
Petikan kasar merupakan petikan pucuk daun teh + 3 helai daun teh tua atau lebih.
Proses pemetikan daun teh sangat penting dilakukan, karena pada tahap tersebut
merupakan dasar dari suatu usaha perkebunan teh. Tanaman teh atau daun teh yang dibiarkan
dan tidak dilakukan pemetikan maka akan tumbuh terlalu tinggi, sehingga akan susah untuk
dilakukan pemanenan lanjutan. Pemetikan daun teh dilakukan setiap pagi pada pukul
07.00–10.30 WIB. Proses selanjutnya adalah pengangkutan daun teh naik kedalam bak truk
yang terbuka menuju ke pabrik. Pada proses pemetikan ddaun teh kedua dilakukan pada
pukul 11.00-13.30 WIB. Proses pengangkutan daun teh diusahakan secepat mungkin dan
penyusunan waring daun teh di dalam bak truk diusahakan sedikit longgar, supaya sirkulasi
udara tetap terjaga dan teh yang diangkut tetap dalam keadaan bagus. Apabila dalam
penyusunan terlalu padat, maka dapat mengakibatkan panas yang membuat pucuk daun teh
rusak serta dapat merusak fisik daun teh itu sendiri. Hal tersebut akan mempengaruhi mutu
daun teh pada saat produksi, sehingga hasil mutu teh akhir akan menurun.
Pucuk daun teh hendaknya sampai dalam keadaan segar menuju ke pabrik agar dapat
dioalah menjadi produk teh yang baik. Selanjutnya hasil pucuk teh tersebut ditimbang untuk
menentukan besarnya upah pekerja dan sebagai data dalam proses pengolahan. Proses
penimbangan dilakukan oleh mandor timbang. Pucuk daun teh harus diperlakukan dengan
benar agar mutu yang dihasilkan pada akhirnya tidak menurun selama dilakukannya proses
pengumpulan dan pengangkutan hingga penerimaan ke pabrik.
Setelah daun teh sampai dipabrik proses selanjutnya adalah hasil petikan pucuk daun
teh kembali ditimbang. Tujuan dilakukannya penimbangan tersebut adalah untuk mengontrol
keakuratan data penimbangan saat dikebun, merencanakan proses pengolahan, menentukan
hasil teh kering yang akan diperoleh, menentukan pucuk daun teh yang jatuh, serta hilang
atau mengalami kerusakan selama pengangkutan. Pucuk yang telah ditimbang selanjutntya
dibongkar dan dihamparkan pada tempat penghamparan. Fungsi dari proses penghamparan
20
ialah sebagai penguapan air yang masih menempel pada daun teh, selain itu juga dapat
berfungsi untuk menghindari agar daun teh tidak berubah warna menjadi merah.
Petikan daun teh harus dilakukan dengan benar karena hal tersebut merupakan kunci
kesuksesan didalam produksi teh secara menyeluruh. Waktu pemetikan dau teh dihitung
mualai hari pertama setelah pemetikan terakhir dialkukan di wilayah tersebut (Palgunadi dan
Pratiwi, 2015).
Kecepatan pertumbuhan pucuk daun teh dipengaruhi oleh musim, kesuburan tanah,
pemupukan serta umur pangkas tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhnya daun
teh barudilhat dari tanah, kelembaban, cahya dan air. Lama rotasi petik yang diterapkan di
kebun Kaligua adalah 20-25 hari untuk pemetikan menggunakan gunting. Rotasi petik ini
diperlukan agar suplai bahan baku (pucuk daun teh) dapat diperoleh pabrik secara kontinyu.
Pemetikan yang dilakukan dengan cara manual seperti pemetikan dengan menggunakan
tangan dan gunting petik. Hasil yang didapatkan relatif banyak namun cenderung kasar.
Dalam pemetikan daun teh juga dilakukan dengan gilir petik. Gilir petik merupakan selang
waktu pemetikan pertama dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama (Palgunadi dan
Pratiwi, 2015).
Hasil produksi yang tinggi dengan waktu yang relatif pendek menggunakan mesin
pemetik teh. Mesin pemetik teh hanya digunakan pada bulan maret, pemetikan menggunakan
mesin petik dilakukan secara serentak agar hasilnya rata satu sama lain. Teknik pemetikan
menggunakan alat gunting, manual dan mesin. Alat gunting merupakan alternatif untuk
mengatasi kelangkaan tenaga petik. Secara teknis mekanisasi pemetikaan dengan mesin
maupun gunting petik merupakan petikan berat yang perlu persyaratan untuk menjaga
pertumbuhan pucuk daun teh. Pada pemetikan manual akan dihasilkan petikan halus namun
para pemetik belum begitu trampil (Herawati dan Nurawan, 2009).
Petikan Menggunakan Gunting Petikan Menggunakan Tangan / Manual
Gambar 3. Petikan Daun Teh
21
Ada tiga cara dalam melakukan pemetikan daun teh yaitu:
a. Pemetikan Jendangan
Pemetikan jedangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah
tanaman dipangkas. Tujuan dari pemetikan ini adalah untuk membentuk bidang petik yang
rata dan lebar sehingga berpotensi untuk mendapat hasil produksi daun tinggi. Hasil petikan
maksimum p+3m dan b+2m. Petikan tersebut sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan.
Apabila terdapat hasil diluar dari syarat petikan p+3m dan b+2m, maka hasilnya kurang baik.
Petikan ini dilakukan 3 s.d 5 kali daur petik dengan ketinggian yang sama.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemetikan jedangan berlangsung yaitu:
1) Proses pemetikan dilakukan secara hati-hati dan teliti serta secara halus dan ringan.
2) Usahakan tunas yang berada di pinggir perdu tidak dipetik agar hasil bidang petikan
menjadi lebar.
3) Petikan dilakukan beberapa kali hingga semua tunas sekunder terpetik
b. Pemetikan Produksi
Petikan produksi merupakan petikan yang dilakukan setelah lepas dari petikan jendangan
sampai dengan menjelang petikan genesan. Pemetikan produksi mengacu pada standar
petikan medium diamana pucuk daun teh yang telah dipetik langsung dimasukkan kedalam
waring (keranjang) khusus.
Standar petikan daun teh yang digunakan dapat berbeda-beda berdasarkan syarat
pengolahan. Standar petik halus yaitu petikan peko dengan satu hingga daun muda dan
burung dengan satu daun muda. Standar petik medium yaitu peko dengan dua daun tua, peko
dengan tiga helai daun muda, serta burung dengan stu hingga tiga daun muda. Sementara
standar petik kasar adalah peko dengan tiga daun tua atau lebih dan burung dengan satu
hingga dua daun tua. Standar petikan medium dapat menghasilkan produktivitas yang cukup
tinggi (Abbas dalam Haq, 2013).
Tahap selanjutnya hasil petikan daun teh disimpan pada tempat yang teduh untuk
menghindari kelayuan dan menyebabkan kerusakan pucuk daun teh. Pemetikan produksi ini
dilakukan secara terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu
padasiklus 8-9 hari. Namun apabila menggunakan gunting, maka daur petik dilakukan dengan
jangka waktu yang lebih lama yaitu sekitar 20-25 hari setelah petikan sebelumnya.
Petikan daun teh harus dilakukan dengan cermat bersih dan merata sesuai dengan bidang
petikan dimana semua daun peko dan burung yang telah masak harus segera dipetik. Namun
pucuk yang berada dibawah bidang petikan tidak boleh dipetik, karena akan mempengaruhi
22
hasil pertumbuhan tunas selanjutnya. Daur petik dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
keadaan iklim, sistem petikan yang diterapkan, serta potensi dari tanaman itu sendiri.
Umumnya, hasil petikan produksi lebih banyak menghasilkan jenis petikan medium.
Sistem petikan terdiri dari petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar.
Menurut Subarna dalam Anjasari (2016), menyatakan bahwa petikan daun teh kasar akan
memberikan produksi lebih tinggi dengan mutu pucuk rendah, sedangkan petikan daun halus
daun teh memberikan produksi lebih rendah dengan mutu pucuk daun teh tinggi. Namun pada
umumnya perkebunan teh lebih banyak menerapkan sistem petikan medium. Oleh karena itu
petikan halus, medium dan kasar memberikan pengaruh terhadap mutu pucuk daun teh
(presentase pucuk muda).
Pucuk yang dipetik adalah p+2t, p+3m, b+2m tanpa meninggalkan satu helai daun (K+1)
diatas bidang petik, namun pucuk p+1, p+2m dan b+1m ditinggalkan untuk cadangan petik
pada daur petik selanjutnya.
Pelaksanaan pemetikan produksi:
1. Standar petikan medium.
2. Menggunakan teknik dengan petikan kedua tangan (manual) atau menggunakan gunting
dilakukan apabila tenaga kerjanya kurang dan kondisi tanaman memungkinkan. Selain itu
juga dapat menggunakan kombinasi antara tangan dengan gunting. Namun karena
pertumbuhan pucuk kurang seragam. Oleh karena itu, perlu dilakukan petik manual untuk
memetik pucuk teh yang sudah masak dan setelah pertumbuhan pucuk teh rata, baru
dilakukan petikan dengan menggunakan gunting.
3. Pucuk teh yang telah dipetik tidak boleh terlalu lama dalam kepalan dan segera
dimasukkan dalam waring atau keranjang petik. Hasil petikan yang dimasukkan kedalam
waring harus berada pada tempat yang teduh. Hal ini bertujuan untuk menjamin agar
pucuk daun teh tetap dalam kondisi segar dan kapasitas isi waring maksimal yaitu 25 kg.
4. Dalam pemetikan harus dilakukan dengan cermat dan bersih. Semua daun peko dan
burung yang telah siap panen harus dipetik jangan sampai tertinggal.
5. Dilarang untuk memetik pucuk yang berada dibawah bidang petikan.
c. Pemetikan Genesan (sebelum pemangkasan)
Pemetikan genesan adalah pemetikan yang dilakukan 1-3 hari menjelang pangkasan.
Pemetikan ini dilakukan pada tanaman teh dalam waktu satu sampai tiga hari menjelang
pangkasan dilakukan dengan cara semua pucuk daun teh siap diolah dipetik terlebih dahulu
tanpa memperhatikan tinggalan petikan. Semua pucuk yang akan diolah dipetik tanpa
23
memperhatikan adanya tinggalan petikan. Terdapat beberapa kriteria bahan baku yang layak
olah pada petikan genesan diantaranya pucuk tidak boleh rusak harus dalam kondisi segar,
serta memenuhi standar petikan medium yaitu 70%, 20% petikan kasar serta10% petikan
halus.
Petikan bertujuan untuk menjaga agar jangan sampai ada pucuk yang masih dapat
diolah namun ikut terbuang saat dipangkas. Pemetikan dilakukan sesuai dengan rumus petik
diantaranya:
- Pola kerja petik
Pola kerja petikan didasarkan cara petikan yang tidak akan merusak pertanaman
perdu-perdu teh dikemudian hari. Umur berapa pucuk tersebut akan dipetik, sehingga petikan
dapat menghasilkan daun pucuk yang dikehendaki.
Pucuk teh muncul dari tunas setelah atau daun kepel terbentuk, baru selanjutnya terus
tumbuh daun-daun lain. Pucuk burung merupakan tumbuhnya mata tunas baru yang
berbentuk pucuk daun teh. Semakin banyak pertumbuhan pucuk maka akan semakin banyak
pula daun-daunnya. Keadaan dimana perdu-perdu teh akan semakin banyak yang berhenti
bertunas dan daun akan menjadi burung maka disebut dengan periode burung.
- Kriteria bahan baku layak olah
Kriteria bahan baku yang layak untuk diolah yaitu:
Dalam keadaan segar
Tidak rusak
Bebas dari bahan lain yang dapat menimbulkan kontaminasi
Dengan pucuk standar petikan medium:
- Petikan halus minimal 10% dilakukan menggunakan rumus (P+1, p+2m). P+1 artinya
petikan memiliki peko dan 1 daun teh, sedangkan p+2m artinya petikan memiliki peko dan 2
daun teh muda.
- Petikan medium minimal 70%. Petikan ini terdiri dari pucuk peko dengan dua daun,
tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (P+2, P+3, B+1M,
B+2M, B+3M). P+2 yang berarti petikan mengandung peko dan 2 daun teh begitu juga rumus
P+3 yang ditambah 3 daun teh, untuk B+1M artinya petikan tanpa kuncup peko tetapi
terdapat kuncup burung ditambah dengan 1 daun teh muda, sedangkan B+2M artinya petikan
tanpa kuncup peko tetapi terdapat kuncup burung ditambah dengan 2 daun teh muda begitu
juga dengan rumus B+3M yang ditambah dengan 3 daun muda. Bubuk teh dihasilkan dari
petikan medium. Petikan medium dilakukan sebagai upaya memenuhi jumlah produksi
supaya sesuai dengan jumlah permintaan pasar serta standar mutu teh kering.
Hasil analisa petik dikebun diperoleh prosentase sebesar 9 % dimana seharusnya syarat
prosentase sebesar >10% dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa petikan tersebut tidak
menggunakan petikan daun petik pucuk namun menggunakan daun petik panjang.
a. Ketrampilan pemetik
Ketrampilan pemetik mempengaruhi hasil banyak dan bagusnya dari pemetikan yang
telah dilakukan. Pemetik trampil apabila prosentase pucuk belum masak kecil (p+1, p+2m)
<3% dan dilapangan bekas bidang petik tidak banyak meninggalkan pucuk masak petik dan
pucuk burung. Pucuk kurang trampil apabila prosentase pucuk belum masak tinggi (p+1,
p+2m) >3% dilapangan bekas bidang petik banyak meninggalkan pucuk masak petik dan
pucuk burung.
41
(P+1= -, P+2M= 18) => 18g
Dari hasil analisa petik tersebut diperoleh prosentase sebesar 9% dengan syarat prosentase
>3% maka pemetik dikatakan kurang trampil.
b. Kondisi tanaman
Tanaman yang kurang sehat ditandai prosentase pucuk burung meningkatkan dan
prosentase pucuk peko menurun. Dengan catatan hasil petikan tersebut dari pemetik kategori
trampil. Apabila petikan masih kurang baik, hal itu disebabkan karena prosentase pucuk
medium belum mencapai 55-60%.
Dengan Ketentuan:
- Pucuk peko > Pucuk burung= kondisi tanaman sehat
- Pucuk peko > Pucuk burung= kondisi tanaman kurang sehat
a. Pucuk Peko hasil diperoleh sebesar 60 g
b. Pucuk Burung hasil diperoleh sebesar 104g
c. Rusak hasil diperoleh sebesar 26g
d. Lembaran hasil diperoleh sebesar 10g
Kesimpulannya adalah hasil analisa pucuk teh pada kebun kaligua tersebut, diperoleh
prosentase tertinggi pada Pucuk Burung yaitu sebesar 52%. Jika dilihat dari kondisi tanaman
teh maka pada kebun kaligua dikatakan sehat, karena meiliki nilai prosentase pucuk burung
lebih banyak dan lebih tinggi dibandingkan pucuk peko yaitu 30%. Jika hasil yang diperoleh
lebih besar dari sebaliknya, maka yang terjadi adalah hasil petikan pada waktu yang akan
datang tidak akan memperoleh hasil yang bagus dan banyak.
42
4.1. Proses Pelayuan
Proses pelayuan berlangsung 10-20 jam.
Dilakukan pembalikan daun teh, jika sudah layu.
Proses pembalikan dilakukan 1-2 kali.
Pembalikan pertama dilakukan 6 jam setelah proses
pembeberan .
Pembalikan kedua dilakukan setelah 6 jam setelah proses pembalikan pertama.
Dilakukan sampai memperoleh standar derajat layu 44-46%, dan standar presentase layu 49-51%.
Pucuk daun teh segar yang baru saja datang dari kebun langsung dilayukan dan dibeberkan.
43
4.2. Penggulungan, Penggilingan, Sortasi Basah
Tahap pertama dilakukan proses penggulungan dengan tujuan untuk menggulung pucuk daun teh layu menjadi bentuk bubuk basah yang seragam dan memperkecil ukuran pucuk daun teh
Dilakukan penggilingan untuk mengecilkan ukuran pucuk daun teh menjadi bubuk sesuai dengan jenis mutu yang
ditentukan.
Pengolahan basah diawali dengan proses penggulungan
menggunakan mesin OTR selama 50 menit.
Kemudian dipindah ke Double Indian Ball Breaker Nasortir untuk pengayakan, dan diperoleh bubuk 1.
Bubuk tidak lolos ayakan dimasukkan ke Press Cup Roller 30 menit untuk memeroleh bubuk II
Bubuk dimasukkan kembali ke Double Indian Ball Breaker Nasortir, kemudian dimasukkan ke dalam Rotor Vane 25
menit.
Diayak kembali menggunakan Rotary Roll Breaker hingga diperoleh bubuk III
Bubuk tidak lolos diayak lagi di RotorVane 25 menit, lalu diayak di Rotary Roll Breaker untuk memperoleh bubuk IV
dan badag.
44
4.3. Fermentasi
4.4. Pengeringan
Suhu fermentasi yang digunakan 20-25oC. Kelembapan udara berkisar 90-98%.
Lakukan sampai bubuk teh berwarna merah tembaga, dan proses fermentasi selesai.
Dilakukan selama 110-180 menit dalam mesin Open Top Roller. Kelembapan udara dan suhu diperhatikan.
Mesin pertama untuk mengeringkan bubuk I dan II, mesin kedua untuk mengeringkan bubuk III dan IV, mesin pengering
ketiga untuk mengeringkan badag.
Mesin pengering dialiri udara panas dihasilkan dari pembakaran kayu bakar.
Pemanasan tungku dilakukan selama ± 1 jam. Hingga tercapai suhu inlet 90-100oC dan suhu outlet ± 50-55 oC.
Bubuk yang kering disimpan di dalam hopper
Menggunakan mesin pengering Endless Chain Pressure dan 3 unit mesin pengering.
45
4.5. Sortasi kering
4.6. Pengemasan
Sortasi kering dipisah menjadi 2 line
Line I untuk bubuk I, II, III, dihasilkan bubuk teh mutu 1 yaitu BP, BOP, BT, PF dan Dust.
Line II untuk bubuk IV, dihasilkan bubuk teh dengan mutu II yaitu PF II, BP II, Fann II, Dust II, Dust IV dan badag.
Hasil bubuk teh yang lolos sortasi disimpan dalam peti miring.
Bubuk teh dikelurkan dari corong peti miring menuju tea bulker. Dan dikemas menggunakan paper sack yang telah
diberi label sesuai jenis bubuk teh yang dihasilkan.
Paper sack berisi bubk teh ditimbang kenudian ditutup memakai lakban pada ujungnya. Paper sack ditidurkan diatas
mesin getar untuk meratakan permukaan.
46
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Pengendalian Mutu Proses Produksi
Didalam proses produksi harus ada bahan baku yang nantinya akan diolah lebih lanjut
dari bentuk mentah menjadi produk jadi. Pengendalian mutu adalah suatu kegiatan terarah
dimulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi teh, barang setengah
jadi, barang jadi hingga standar pengiriman produk akhir ke konsumen, supaya barang (jasa)
yang dihasilkan dapat sesuai dengan spesifikasi mutu yang telah direncanakan.
Pegendalian mutu ini dilakukan dengan tujuan utama ialah untuk mengetahui sejauh mana
proses serta hasil produk (jasa) yang telah dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan sudah
sesuai perusahaan atau belum sesuai. Dalam pelaksanaaan pengawasan mutu dan kegiatan
produksi teh harus terus dialkukan terus menerus suapaya dapat mengetahui jika ada yang
menyimpang dari rencana standar, sehingga dapat cepat untuk diperbaiki. Semua kondisi
barang harus diperiksa dengan standar yang telah ditetapkan, jika terjadi penyimpangan dari
standar yang telah ditentukan maka, akan dicatat dan di analisis. Hasil akhir yang diterima
dapat digunakan untuk perbaikan sistem kerja.
Sifat fisik maupun kimia yang terdapat dalam teh, merupakan sifat yang telah dimiliki
sejak dalam pucuk teh atau diperoleh dari teknik pengolahan serta penanganan daun teh.
Proses pengendalian mutu teh telah dilakukan sejak tanaman teh ditanam, dipetik, diangkut,
selama diolah dan setelah proses pengolahan. Uji inderawi yang dilakukan menempati urutan
teratas karena sangat praktis serta paling sesuai untuk diterapkan pada teh sebagai bahan
minuman yang memberi kepuasan inderawi bagi peminumnya, dibandingkan dengan
pengendalian secara fsik maupun kimia.
Mutu produk serta jasa diartikan sebagai keseluruhan gabungan dari karakteristik produk
dan jasa dari pemasaran. Rekayasa serta pemeliharaan dalam produksi produk dan jasa
digunakan dalam memenuhi tingkat keinginan konsumen. Kualitas teh itu sendiri
merupakan keadaan dinamis yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, tugas dan
proses, serta lingkungan yangtelah melebihi keinginan dari konsumen.
Saat ini penentuan mutu teh atau bahan bahan-bahan penyegar lainnya, dilakukan secara
organoleptik yaitu penentu yang dilakukan oleh pencicip rasa berdasarkan nilai-nilai yang
telah ditientukan. Pada penentuan mutu ini, dilihat dari keseragaman bubuk teh, bahan-bahan
asing didalam bubuk, mutu air seduhan serta warn air seduhan. Selain itu masih ada yang
47
harus dilihat yaitu warna dari ampas teh, aroma dan rasa dari air seduhan tersebut, menurut
tea tester (ahli pencicip). Kesalahan pada saat pengujian akan terasa oleh tea tester setelah
melihat sifat-sifat air seduhannya.
Kegiatan dalam pengendalian mutu teh yang terdapat pada bebrapa kegiatan yang
berhubungan dengan mutu antara lain:
- Dilakukan pengawasan mutu bahan-bahan di gudang yang meliputi penerimaan teh,
penyimpanan teh, serta pengeluaran.
- Dilakukan sistem pengendalian pada kegiatan di berbagai proses sesuai dengan SOP
(Standart Operasional Procedure)
- Selanjutnya dilakukan pengawasan pada proses pengiriman serta pengepakan produk teh.
Proses produksi yang dilaksanakan pada PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua
sesuai persyaratan dari ISO 9001:2008 dan sertifikat SAN & RA (Suistainable Agriculture
Network & Rainforest Alliance). Dalam mempertahankan mutu produk dari teh dengan
proses pengendalian dari bahan baku sampai produk akhir, sangatlah penting untuk
dilakukan.
4.2. Pengendalian Mutu Bahan Baku
Proses dalam pengendalian bahan baku teh hitam sangat penting untuk dilakukan guna
menunjang hasil kualitas teh hitam. Oleh karena itu maka perlu adanya suatu standar dalam
menentukan bahan baku yang akan digunakan. Untuk mendapatkan hasil bubuk teh yang
berkualitas baik maka PTPN IX Kebun Kaligua melakukan cara dengan memperhatikan
tahapan pengendalian mutu bahan baku teh hitam yaitu sebagai berikut:
48
Gambar 11. Bagan Pengendalian Mutu Bahan Baku
Dilihat dari bagan pengendalian mutu bahan baku tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penentuan Gilir Petikan
Pemetikan dilakukan dalam waktu tertentu menggunakan pengaturan jadwal gilir petik.
Gilir petik merupakan sistem jangka waktu satu petikan dengan pemetikan berikutnya yang
dihitung dengan satuan hari. Gilir petik yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Kaligua ini dilakukan antara 8 sampai 9 hari sekali.
Gilir petik dilakukan untuk mendapatkan hasil pucuk daun teh yang tidak terlalu tua atau
terlalu muda. Gilir petik dilakukan oleh mandor petik yang mempuyai beberapa orang
pemetik setiap blok. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa, gilir petik yang dilakukan harus
sesuai blok gilir supaya hasil petikan maksimal dan mutu produksi pucuk teh yang diperoleh
memiliki kualitas yang bagus. Meskipun hasil produksinya tidak terlalu banyak, namun jika
hasil produksi pucuk teh kurang bagus maka dapat menyebabkan menurunnya tingkat
permintaan dan minat dari konsumen yang menyukai produki tersebut.
Gilir petik pendek akan memberikan produksi pucuk yang bermutu baik dengan jumlah
produksi pucuk pergilirannya lebih sedikit jika dibanding dengan gilir petik panjang.
kapasitas rata-rata pemetik, blok tugas/pemetik dan musim. Dalampembagian tugas/
pemetikan harus dilakukan dengan tepat untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan
pemetikan pucuk daun teh. Dalamproses pemetikan daun teh, jumlah pemetik sebanyak 12-15
orang yang bekerja memetik disetiap blok kebun teh. Sistem daur petik sendiri dibagi menjadi
beberapa kemandoran, contohnya mandor A, B dan C. Setiap mandor memiliki tanggung
jawab untuk mengawasi kegiatan pemetikan pada lahan seluas ± 42 hektar. Sistem daur petik
yang dilakukan yaitu ± 42 hektar dibagi dengan siklus daur petik 25 hari yang dilaksanakan
oleh mandor A dengan 4 hari penyelesaian. Setelah itu sistem pemetikan pindah ke mandor
B, dan C. Kegitan tersebut dilakukan dengan siklus daur petik yang sama yaitu menghitung
menggunakan metode rumus lapangan:
Untuk luas areal pemetik, seorang pemetik dirumuskan dengan:
Hasil tersebut dapat dilihat untuk menentukan berapa banyak patok/hari yang dapat
diselesaikan. Disetiap 1 hko minimal mendapat 1 hektar/ tahun. Jadi dalam 1 hari kerja
pemetik dapat menyelesaikan 2-3 patok (800 meter persegi). Semua tergantung dari kondisi
tanaman pucuk daun teh.
55
4.6 Fungsi & Tindak Lanjut dari Hasil Analisa Petik
Analisa petik digunakan untuk menilai kondisi kebun dan ketrampilan bagi para pemetik,
selain itu hasil analisa petik digunakan untuk menentukan harga jual serta menentukan
seberapa banyak olahan daun teh yang akan dihasilkan di PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Kaligua. Hasil yang didapatkan dari analisa petik jika diatas standar 50 maka terdapat
hasil jenis teh mutu BOP 1 (BP, BOP, BT, PF dan Dust), 2 ( PF II, BP II, Fann II, Dust II,
Dust III) & 3 (BM, Kawul), maka hasilnya dikatakan bagus. Namun jika hasil dari analisa
petik dibawah standar 50 maka kriteria petikan masih kurang memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh perusahaan. Hasil yang didapat dibawah standar 50 maka terdapat jenis mutu
teh 3-4 yaitu jenis pucuk daun teh yang kasar. Maka hasil analisa yang diperoleh akan
berpengaruh pada perusahaan dalam mentukan harga jual. Dimana jika terdapat hasil analisa
petik yang bagus yaitu mutu 1, 2 & 3 maka harga jual produk teh akan mahal dan sebaliknya
jika hasil analisa petik yang didapatkan dibawah standar yang ditetapkan maka perusahaan
akan mengalami kerugian.
56
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pengendalian mutu yang dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua
meliputi pengendalian proses, pengendalian bahan baku, pengendalian prduk akhir. Proses
dalam pengendalian mutu bahan baku di PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua
dibagi menjadi beberapa kegiatan seperti penentuan gilir petik daun teh, penanganan bahan
baku daun teh, pengangkutan bahan baku daun teh, penimbangan kembali dipabrik untuk
cross check, analisa petik, analisa pucuk. Pengendalian mutu yang dilakukan pada saat
penerimaan pucuk di pabrik meliputi pengendalian mutu saat pelayuan, penggulungan,
penggilingan, serta sortasi basah, fermentasi, pengeringan bahan, sortasi bahan kering,
penyimpanan sementara dan pengemasan.
Untuk pengendalian mutu produk akhir yaitu dengan cara uji organoleptik. Dari uji
tersebut maka mutu teh hitam yang diproduksi akan terus terjaga kualitasnya. Sehingga PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dalam proses produksinya telah terbukti memenuhi
persyaratan sesuai dengan ISO 9001:2008 dan Sertifikat SAN & RA (Sustainable Agriculture
Network & Rainforest Alliance)
5.2. Saran
Dalam meningkatkan kualitas mutu bahan baku hendaknya dilakukan pembinaan serta
pengawasan secara intensif terhadap para pemetik dan tenaga angkut. Karena penulis melihat
bahwa masih banyak para pemetik yang belum memahami cara pemetikan serta penanganan
pucuk daun teh yang baik, sehingga akan sangat mempengaruhi hasil produksi terutama dari
kualitasnya. Pengendalian mutu baik dari pengendalian mutu bahan baku sampai mutu
produk akhir perlu ditingkatkan, agar sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. Selain itu
untuk meningkatkan mutu produksi pada penanganan sampai pada pengendalian mutu produk
akhir harus lebih ditingkatkan dalam kebersihan serta kesterilan proses produksi di PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua supaya mutu dari hasil produksinya dapat terus
terjaga dengan baik. Kemudian perlu melakukan perubahan bahan pupuk supaya hasil daun
teh yang dipetik semakin banyak dan mutu nya bagus.
57
6. DAFTAR PUSTAKA
Angraini, I.D., dan Nanda, V.S. (2016) Efek Pemberian Ekstrak Teh Putih terhadap Obesitas.
Volume 5 Nomor 3. Tahun 2016.
Anjarsari,I.R.D (2016). Katekin Teh Indonesia: Prospek dan Manfaatnya. Jurnal Kultivasi
Vol. 15 (2) Agustus 2016.
Arizka,A.A dan Daryatmo,J. (2015) Perubahan Kelembapan dan Kadar Air Teh Selama Penyimpanan Pada Suhu dan Kemasan Yang Berbeda. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4(4)2015.
Besral, Meilianingsih L., dan Sahar, J., (2007). Pengaruh Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia Pada Usila Di Kota Bandung. MAKARA, KESEHATAN, VOL 11, NO. 1, Juni 2007: 38-34.
Haq, S. M., dan Karyudi. (2013). Upaya Peningkatan Produksi Teh (CAMELIA SINENSIS (L.) O. KUNTZE) Melalui Penerapan Kultur Teknis. Warta PPTK, 2013, 24(1): 71-84
Herawati, H., dan Nurawan, A., (2009). Pengkajian Penggunaan Gunting Petik Pada Komoditas Teh Di Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung. Agritech, Vol 29, No. 1 Februari 2009.
Khotimah,K. (2014). Karakteristik Kimia Kopi Kawa Dari Berbagai Umur Helai Daun Kopi Yang Diproses Dengan Metode Berbeda. Jurnal Teknologi Pertanian 9 (1):40-48, 3 Maret 2014
Kusumaningrum, R. Supriadi, A dan Siti Hanygita, R.J (2013). Karakteristik dan Mutu Teh Bunga Lotus (Nelumbo Nucifera). Volume II Nomor 01, November 2013.
Maulana, M. (2005). Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Mutu Teh Do Unit Usaha
Perkebunan Malabar PT. Nusantara VII Jawa Barat. Pusat Analisis dan Kebijakan Pertanian Bogor.
Noriko, N., (2013). Potensi Daun Teh (Camellia sinensis) dan Daun Anting-anting Acalypha
indica L. Dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella typhi. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No. 2, September 2013.
Palgunadi, S., dan Pratiwi Nitya. (2015) Prediksi Umur Dan Kandungan Klorofil Daun Teh
Berdasarkan Image Daun Dengan Menggunakan Vektor Ciri Warna Hijau. Prosiding SNTS ke-6 Tahun 2015. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Pedoman Pengolahan Teh Hitam Orthodoks dan CTC. (2007). PTPN IX (Persero) Divisi
Tanaman Tahunan, Semarang. Sardjono, Bambang, (2000). Vademecum Budidaya Teh. PTPN IX (Persero) Divisi Tanaman
Tahunan, Semarang.
58
Sundari, Nuratmi dan Winanro, W. M. (2009). Toksisitas Akut (LD50
) Dan Uji Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (CAMELLIA SINENSIS (LINN.) KUNZE) Pada Mencit. Media Peneliti dan Pengembang. Kasehat. Volume XIX Nomor 4 Tahun 2009.
Supriadi, H. & B. E. Tjahjana. (2014). Teknologi budidaya mengatasi kekeringan pada tanaman teh. Medkom Perkebunan Tanaman Industri dan Penyegar 2(5): 20.
Wachjar, A. Supiyatno dan DamayantY, P.G, (1998). Pengaruh Cara dan Siklus Petik
Terhadap Produksi dan Mutu Pucuk Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze)Produktif Klon Ranca Bolang (RB)3. Bul Agron. 26(3) 1-7 (1998).
59
7. Lampiran
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
60
Lampiran 2. Data Analisa Pucuk PTPN IX Kebun Kaligua 2017
61
Lampiran 3. Sertifikat SAN & RA
62
Lampiran 4. Sertifikat ISO
63
Lampiran 5. Struktur Organisasi Afdeling Kantor Secara Umum
Kepala Sinder
Budi Reing W, ST.
Sinder Kantor
Agus
Sinder Teknik
Kiswanto
Sinder Kebun (Kaligua Sakub)
Yunianto
Sinder Kebun (Ambar Suralaya)
Budi Reing W, ST.
Karyawan
Administratur
Sigit Sujatmoko, SP.
64
Lampiran 6. Struktur Organisasi Afdeling Kantor
STRUKTUR ORGANISASI AFDELING KANTOR
Kepala Sinder
Budi Reing W, ST.
Sinder Kantor
Agus Suswanto
Koordinator Induk
Wahyu Tri Susilo
Verifikasi
Mimin W.
SDM & HUMAS
Puji D. Dianto N.
APK & APG APK APG
Junaedi Heni P.A Teguh S.
Juru Tulis Produksi
Diman A
Keamanan
Suryanto
Juru Tulis ISO & SAN
RA
Imanudin
Tanaman
Sulistiyono
Kasir
Sri H.
Satpam & Linmas 11 orang
Keuangan & Pembukuan, GL (General Lager)
Online
Alius Sugino
65
Lampiran 7. Struktur Organisasi Afdeling Ambar Suralaya
STRUKTUR ORGANISASI AFDELING AMBAR SURALAYA
Keterangan : Garis wewenang/perintah, Garis Koordinasi
Sinder Kebun
Budi Reing W, S.T
Mandor Besar
Castro
Analisa Petik
Firman
Mandor Petik
Kartono
Nana
Nanto
Sukarsono
Mandor Pemeliharaan
Supriyono
Darno
Rusim
Kasno
Bejo
Budi
Toni S.
Kuat Aji
Ahmad
Bogi D
Komari
Mandor Pembibitan
-
Juru Tulis
Pujianto
Amanah Sinta
Pembantu Gudang
Kamto
66
Lampiran 8. Struktur Organisasi Afdeling Teknik
ORGANISASI AFDELING TEKNIK
Keterangan : Garis wewenang/perintah, Garis Koordinasi