Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah Buah Naga LAPORAN PRAKTIKUM Oleh : 1. Dwi Andriyani (141510501028) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah
Buah Naga
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
1. Dwi Andriyani (141510501028)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai
keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi dan
karenanya Indonesia disebut sebagai negara
megabiodiversitas. Kekayaan alamnya tersebut memberikan
banyak manfaat baik untuk negara, masyarakat Indonesia
bahkan semua makhluk hidup. Negara dapat
memanfaatkannya sebagai modal dasar pembangunan
nasional terutama dalam sektor pertanian dan untuk
makhluk hidup yang proses utama dalam kehidupannya
adalah bernafas bisa memanfaatkan oksigen yang
dihasilkan oleh hutan-hutan di Indonesia yang merupakan
bagian terbesar dari paru-paru dunia. Selain itu
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki jenis
dataran yang sangat bervariasi dimana didalamnya hidup
dan berkembang beranekaragam flora, fauna dan mikroba
yang membentuk suatu hubungan saling ketergantungan.
Makhluk hidup tidak hanya hidup di suatu tempat
tertentu namun menyebar secara merata ke berbagai tipe
daerah sesuai dengan kemampuan toleransinya terhadap
lingkungan tersebut, seperti keanekaragaman tanaman di
suatu wilayah tidak akan lepas dari kondisi dukungan
dari wilayah tersebut. Ada tanaman yang hanya mampu
tumbuh di lingkungan yang beriklim tropis dengan suhu
yang tinggi dan adapula tanaman yang hanya mampu tumbuh
di daerah dengan suhu sangat rendah.
Persebaran tanaman dipengaruhi oleh kemampunnya
berevolusi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan sekitar untuk melangsungkan
kehidupannya. Faktor lain yang mempengaruhi persebaran
tanaman adalah ketinggian tempat. Perbedaan ketinggian
tempat di tiap wilayah mengakibatkan terjadinya vasiasi
suhu. Variasi suhu ini akan mempengaruhi keanekaragaman
tanaman.
Letak suatu tempat atau dataran yang diukur
berdasarkan ketinggiannya dari atas permukaan laut
terbagi menjadi dua yaitu dataran rendah dan dataran
tinggi. Dataran rendah adalah suatu dataran yang
ketinggianya berkisar antara 0 sampai 300 meter dari
permukaan laut dengan suhu yang tinggi. Di dataran
rendah ini terdapat berbagai tumbuhan penting yang
morfologi dan taksonominya berbeda dari tanaman-tanaman
yang terdapat di dataran tinggi.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-
tanaman penting yang berhabitat di daerah dataran
rendah serta morfologi dan taksonominya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia memiliki posisi sangat penting dan
strategis dari sisi kekayaan dan kenekaragaman jenis
tumbuhan beserta ekosistemnya. Semua makhluk hidup
membutuhkan oksigen dari tumbuhan untuk melangsungkan
proses vital kehidupannya atau yang biasa disebut
bernapas. Kebutuhan makhluk hidup akan oksigen adalah
mutlak, baik masa kini ataupun masa yang akan datang
kebutuhan tersebut akan terus ada dan semakin
meningkat. Selain untuk bernapas tumbuhan memiliki
berbagai manfaat penting lainnya yang senantiasa dapat
dimanfaatkan oleh makhluk hidup (Triyono, 2013).
Tanaman tidak hanya tumbuh di suatu tempat namun
tersebar di berbagai wilayah. Tanaman adalah fitur umum
dari pemandangan alam dan tumbuh di semua lingkungan
kecuali lingkungan yang sangat ekstrim. Penyebaran
tanaman disesuaikan dengan kebutuhan panas dan
toleransi kekeringan tanaman (Archibold, 1995).
Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki
dataran luas yang bervariasi. Mulai dari yang sempit
hingga yang luas, datar hingga berbukit serta bergunung
dimana didalamnya hidup berbagai jenis hewan, tumbuhan
dan mikroorganisme yang sangat beranekaragam. Komponen
biotik tersebut saling berhubungan beserta dengan
lingkungan abiotiknya dan membentuk sebuah ekosistem
(Triyono, 2013).
Faktor-faktor terjadinya penyebaran tanaman adalah
iklim, tanah dan biotik. Salah satu dari faktor-faktor
tersebut bisa saja lebih dominan daripada yang lain
dalam menentukan sifat-sifat suatu komunitas tertentu,
namun ketiganya saling berhubungan dan tak mungkin
bekerja secara sendiri-sendiri (Loveless, 1989).
Unsur iklim merupakan faktor penentu dalam budidaya
tanaman. Iklim yang terlalu ekstrim akan membuat
tanaman mati bahkan tidak tumbuh. Namun iklim yang
sesuai atau optimal untuk suatu jenis tanaman akan
menyebabkan tanaman tersebut tumbuh dengan subur dan
memberikan produk hasil yang tinggi (Subantoro, 2009).
Variasi dataran membuat adanya perbedaan suhu di
tiap tempat. Perbedaan suhu tersebut juga turut serta
dalam persebaran tanaman karena ada tanaman yang hanya
bisa hidup di suhu yang rendah atau yang tinggi saja
sesuai dengan batas toleransi mereka. Berdasarkan
ketinggian dataran ada dua yaitu dataran tinggi dan
dataran rendah. Dataran rendah memiliki ketinggian
antara 0-300 meter diatas permukaan laut dengan suhu
tahunan berkisar antara 23.5º C – 24.75º C (Accad,
2009).
Suhu harian di dataran rendah relatif tinggi. Pada
siang hari suhu udara dapat mencapai 35º C dan pada
malam hari 24º C. Sesuai gerak Brown yang menyatakan
bahwa molekul gas itu bergerak terus sepanjang waktu
dan menghasilkan energi kinetis yang menyebabkan
molekul udara di dataran rendah lebih padat sehingga
menyebabkan peningkatan suhu (Duaja, 2012).
Karena pada dataran rendah suhu udara tinggi maka
tanaman yang cocok ditanam adalah tanaman yang memiliki
toleransi tinggi terhadap kekeringan. Dengan toleransi
yang tinggi, suhu udara yang tinggipun tidak akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
akan membuat produktivitas tinggi (Sumarni, dkk., 2013).
Tanaman yang cocok untuk dataran rendah beraneka
ragam. Dengan berbagai intensitas penggunaan lahan dan
sistem budidaya tanaman dataran rendah contohnya
adalah padi, manga, palem, kakao, jeruk dan beberapa
sayauran yang dapat ditanam di dataran rendah lainnya.
Mentimun, bayam, selada, sawi, labu, kacang panjang dan
terong merupakan contoh sayuran yang dapat
dibudidayakan di dataran rendah (Buri, et al., 2010).
Padi merupakan salah satu tanaman yang cocok di
tanam di dataran rendah karena memiliki toleransi yang
baik terhadap kekeringan terutama padi gogo. Namun
kuantifikasi respon fisiologis dan morfologi padi
terhadap cekaman kekeringan penting untuk memprediksi
dampak dari kondisi tanah dan cuaca terhadap produksi
padi. Untuk mengatasinya padi merespons dengan cara
menurunkan laju transpirasi (Davatgar, et al., 2009).
Dataran rendah merupakan salah satu lingkungan
terbesar dan tepat cocok untuk budidaya padi. Namun,
degradasi lingkungan dan produktivitas tanah menurun
menyebabkan hasil panen yang rendah menjadi
kekhawatiran utama. Beberapa alasan yang menyebabkan
kekhawatiran tersebut dapat ditelusuri kurangnya
manajemen yang tepat dari sumber daya tanah dan
kemungkinan sistem produksi tanaman tidak cocok dan
praktek. Nutrisi yang efektif dan pengelolaan air di
samping opsi penyiapan lahan yang cocok adalah faktor
kunci untuk pemanfaatan yang efektif dan berkelanjutan
dari ekosistem dataran rendah (Buri, et al., 2011).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman Acara Pengenalan
Tanaman Penting Dataran Rendah dilakukan pada hari
Minggu tanggal 2 November 2014, bertempat di UPT
Agroteknopark Universitas Jember pukul 07.00 WIB sampai
selesai.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang diamati
3.2.2 Alat
1. Tabel pengamatan
2. Alat tulis
3. Penggaris
4. Meja dada
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menetapkan objek tanaman yang diamati.
3. Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi
keterangan-keterangan bagian-bagiannya.
4. Mengisi tabel pengamatan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
1. Varietas : Buah naga putih dan buah
naga merah2. Deskripsi Varietas
a. Kingdom : Plantaeb. Divisi : Magnoliophytac. Kelas : Magnoliopsidad. Ordo : Caryophyllalese. Famili : Cactaceaef. Genus : Hylocereusg. Species : Hylocereus undatus dan Hylocereus
polyrhizus
3. Cara
Pembibitan/Persemai
an
: Stek
4. Cara Pengolahan
Tanah
: Minimum tillage.
5. Cara Penanaman : Konvensional6. Sistem Penanaman : Monokultur7. Cara Pemeliharaan
a. Pemupukan : Menggunakan pupuk Urea, SP
36, Kcl, Ponska.b. Pengairan : Air hujan saat musim
penghujan dan menggunakan
air PDAM seminggu sekali
saat musim kemarau.c. Pengendalian
Penyakit
: Menggunkan mulsa organik
(jerami, alang-alang)
disekitar tanaman untuk
mengurangi percikan air dan
juga menggunakan fungisida.d. Pengendalian
hama
: Menggunakan insektisida
kimiawi.e. Pengendalian
Gulma
: Secara mekanik
8. Ciri-ciri Morfologi Ukurana. Akar : 20-30 cm (tanaman muda) dan
50-60 cm menjelang produksi
buah. Akarnya tunggang
bersifat aerial.b. Batang : Batang berwarna hijau
kehitaman.c. Daun : Membetuk duri yang
ukurannya kurang dari 1 cmd. Bunga : Berbentuk seperti corong
dengan ukuran ± 30 cm.e. Buah : Bentuk buah bulat dan
panjang. Kulit buah ± 2 cm.f. Biji : Berwarna hitam pipih dan
sangat kecil dan jumlahnya
lebih dari 1.000 biji dalam
satu buah.9. Pemanenan
a. Ciri-ciri
Panen
: Buah masak fisiologis
b. Umur Panen : Dari bunga muncul sampai
dengan masak 2 bulanc. Cara Panen : Dipotong dengan bentuk
segitiga pada tangkai.d. Penanganan
Pasca Panen Pengeringan : - Pembersihan : - Sortasi/
Grading
: -
Pengemasan : - Pelabelan : - Penyimpanan : - Pengolahan
(menjadi
bentuk lain)
: -
Pengolahan
Limbah
: -
Kehilangan
Panen
: -
10 Pemasaran
a. Domestik/
Ekspor
: Domestik
b. Tataniaga
Pemasaran
: Konsumen langsung datang ke
Agrotechno Park.c. Harga (Rp/kg
atau Rp/ton)
: Musim buah naga : Rp12.000
sampai dengan Rp15.000/kg.
Saat tidak musim buah
naga :Rp30.000 sampai
dengan Rp35.000/kg.
4.2 Pembahasan
Hylocereus undatus atau yang di Indonesia dikenal
dengan nama buah naga merupakan tanaman hortikultura
semusim. Buah naga berasal dari Amerika Tengah dan
Selatan khususnya Meksiko, Guatemala, Costa Rica, El
Savador, Venezuela, Colombia, Ecuador, Curacao,
Nicaragua, Brazil dan Uruguay (Warisno, 2010). Tanaman
ini mulai diintroduksi ke Indonesia pada tahun 2000an.
Menurut Kristanto (2008), perkembangan buah naga
terjadi secara besar-besaran di beberapa negara Asia
yaitu dalam Taiwan, Vietnam, dan Thailand. Permintaan
konsumen yang begitu tinggi membuat usaha budidaya buah
naga sangat menguntungkan. Buah naga bisa dibudidayakan
di dataran tinggi maupun dataran rendah, yang
membedakan keduanya adalah rasa buah yang dihasilkan.
Buah naga yang dibudidayakan didataran tinggi rasanya
cenderung masam dan buah naga yang di tananm di dataran
rendah rasanya manis. Secara umum, varietas buah naga
ada 4, antara lain buah naga merah atau Hylocereus
Polyrhizus, buah naga kuning atau Selenicereus
Megalanthus, buah naga hitam atau Hylocereus
Costaricensis dan Hylocereus Undatus, yakni buah naga
putih. Masih ada 18 varietas lain namun varietas-
varietas tersebut di peroleh dengan metode tertentu
diantaranya Acanthocereus occidentalis, Acanthocereus
pentagonus, Acanthocereus tetragonus, Cereus
peruvianus, Cereus repandus, Cereus thurberi,
Escontria chiotilla, Echinocereus conglomeratus,
Echinocereus stramineus, Hylocereus costaricansis,
Hylocereus guatamalensis, Hylocereus ocamponis,
Myrtillocactus geometrizans, Pereskia grandiflora,
Stenocerus griseus, Stenocerus gummosus, Stenocerus
queretaroensis, Stenocerus stellatus dan Stenocerus
thurberi.
Buah naga merah dan buah naga putih adalah varietas
yang paling sering di budidayakan di Indonesia. Buah
naga termasuk dalam Kingdom Plantae karena memiliki
akar, daun dan batang sejati. Tergolong dalam divisi
Magnoliophyta yaitu tumbuhan angiospermae, kelas
magnoliopsida yang berarti tumbuhan dikotil, ordo
Caryophyllales, familinya adalah Cactaceae atau
termasuk tumbuhan kaktus-kaktusan yang bisa bertahan di
keadaan defisit air. Buah naga termasuk dalam genus
Hylocereus.
Cara persemaiannya dilakukan denagan cara vegetatif
yaitu stek, dengan cara memotong bagian batang dan
menanamnya di tanah, namun sebelum itu harus dibuat
lubang terdahulu dengan ukuran 40 cm x 40n cm x 40 cm
dengan menggunakan skop dan cangkul. Lubang yang telah
dibuat tersebut lalu diberi pupuk, satu minggu
setelahnya baru stek siap ditanam. Sistem penanaman
yang digunakan di Agrotecno Park adalah monokultur, hal
tersebut dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi
kompetisi yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan buah naga.
Jenis pupuk yang di gunakan untuk membudidayakan
buah naga adalah pupuk Urea, SP 36, Kcl dan Ponska.
Saat musim kemarau pemupukan dilakukan dengan
melarutkan pupuk ke dalam air, namun saat musim
penghujan pemupukan dilakukan dengan cara disebar.
Pengairannya dilakukan seminggu sekali hanya pada saat
musim kemarau. Penggunaan mulsa organik (jerami, alang-
alang) disekitar tanaman untuk mengurangi percikan air
dan pengaplikasian fungisida dapat digunakan untuk
pengendalian penyakit busuk batang yaitu penyakit yang
sering menyerang buah naga. Semut hitam adalah hama
yang menjadi masalah utama dalam pembudidayaan buah
naga di Agrotechno Park, untuk pengendalian hama ini
perlakuan yang diterapkan adalah dengan menggunakan
insektisida kimia yang disemprotkan langsung. Agar
kompetisi antar tanaman terhindar maka gulma yang
tumbuh di sekitar buah naga dibersihkan dengan
menggunakan sabit atau dengan cara dicabut.
Ciri morfologi buah naga yang unik membuatnya mudah
dikenali. Ciri-cirinya yaitu memiliki batang yang
berwarna hijau kehitaman, akar sepanjang 50-60 cm pada
tanaman yang hampir siap panen, sama seperti family
Cactaceae lainnya, daun buah naga juga membentuk duri
dengan panjang kurang dari 1 cm, bunganya berbentuk
seperti corong yang berukuran sekitar 30 cm. Morfologi
buahnya berbentuk oval dengan sisik dibagian luarnya,
hal inilah yang membuatanya dinamai buah naga karena
sisiknya yang dianggap mirip sisik naga. Bijinya
berwarna hitam, berbentuk bulat, berukuran kecil dan
tipis tetapi lumayan keras. Biji dapat digunakan untuk
perbanyakan generatif, tetapi cara ini jarang dilakukan
karena memerlukan waktu yang lama untuk berproduksi.
Biasanya pembiakan dengan biji dilakukan oleh para
peneliti untuk memunculkan varietas baru.
Buah naga bisa mulai dipanen setelah 2 bulan
munculnya bunga karena pada saat itu buah sudah masak.
Buah yang dipanen adalah buah yang ukurannya sudah
optimal dan tangkai bunganya sudah gugur semua. Cara
pemanenannya dilakukan dengan cara memotong bagian
batang buah yang akan dipanen dengan bentuk segitiga.
Setelah dipanen biasanya konsumen akan datang secara
langsung ke Agrotechno Park untuk membelinya. Buah ini
dijual perkilo dengan harga 12.500 rupiah hingga 15.000
rupiah bila sedang musimnya namun bila bukan musimnya
harganya akan naik menjadi 30.000-35.000 rupiah.
BAB 5. KESIMPULAN
1. Buah naga berasal dari Amerika tengah dan Selatan.
2. Buah naga bisa dibudidayakan di dataran tinggi
maupun dataran rendah, namun ada perbedaan dalam rasa
buah yang akan di hasilkan yaitu bila di dataran
rendah rasa buahnya manis, sedangakan di dataran
tinggi buahnya cenderung masam.
3. Ciri morfologi buah naga yaitu memiliki batang yang
berwarna hijau kehitaman, akar sepanjang 50-60 cm
pada tanaman yang hampir siap panen, daunnys
membentuk duri dengan panjang kurang dari 1 cm,
bunganya berbentuk seperti corong yang berukuran
sekitar 30 cm dan buahnya berbentuk oval dengan sisik
dibagian luarnya.
4. Buah naga termasuk dalam Kingdom, tergolong dalam
divisi Magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo
Caryophyllales, familinya adalah Cactaceae atau
termasuk tumbuhan kaktus-kaktusan dan termasuk dalam
genus Hylocereus.
DAFTAR PUSTAKA
Accad dan D.T. Neil. 2009. Lowland RainforestStructural Vegetation Communities Of NortheasternAustralia: Spatial Response To Predicted ClimateChange. World Imacs, 3(2): 2028-2034.
Archibold, O.W. 1995. Ecology of World Vegetation. London:Chapman and Hall.
Buri, M.M., R.N. Iassaka, H. Fujii dan T. Wakatsuki.2010. Comparison Of Soil Nutrient Status of SomeRice Growing Environments In The Major Agro-Ecological Zones of Ghana. Food, Agriculture &Environment, 8(1): 384-388.
Buri, M.M., R.N. Issaka, T. Wakatsuki dan N. Kawano.2011. Improving the Productivity of Lowland Soilsfor Rice Cultivation In Ghana: The Role of theSawah System. Soil Science and Environmental Management,2(10): 304-310.
Davatgar, N., M.R. Neishabouri, A.R. Sepaskhah dan A.Soltani. 2009. Physiological And MorphologicalResponses Of Rice (Oryza sativa L.) to Varying WaterStress Management Strategies. Plant Production, 3(4):19-32.
Duaja, M.D. 2012. Analisis Tumbuh Umbi Kentang (Solanum tuberossum L.) di Dataran Rendah. Agroekoteknologi, 1(2): 88-97.
Loveless, A.R. 1983. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Terjemahan oleh Kuswata Kartawinata, PhD., Sarkat Danimiharja, MSc. dan Usep Soestina, PhD. 1989. Jakarta: Gramedia.
Subantoro, R. 2009. Mengenal Karakter Tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.). Mediagro, 5(2): 50-62.
Sumarni, E., G.H. Sumartono dan S.K. Saptomo. 2013. Aplikasi Zone Cooling pada Sistem Aeroponik Kentang Di Dataran Medium Tropika Basah. Keteknikan Tanaman, 27(2): 99-106.
Triyono, K. 2013. Keanekaragaman Hayati Dalam MenunjangKetahanan Pangan. Inovasi Pertanian, 11(1): 12-22.