Page 1
Pengenalan Produk Tradisional : Lulur Rempah Green Tea
sebagai Produk Kecantikan Lokal
Riski Fidiana
Pendidikan Bahasa Jawa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected]
Abstrak
Kecantikan dan perawatan tubuh sudah menjadi perhatian oleh manusia sejak
lama. Nenek moyang kita sudah sejak lama pula mengetahui cara untuk menjaga
kesehatan dan keindahan kulit. Salah satunya dengan lulur tradisional yang
menggunakan bahan-bahan alami. Seiring dengan perkembangan jaman,
penggunaan lulur tradisional semakin ditinggalkan dikarenakan kemajuan
teknologi telah mampu menyediakan produk perawatan modern berupa skin care.
Lulur yang umum diproduksi oleh UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro)
dalam skala kecil semakin ditinggalkan dan dilupakan keberadaannya, sehingga
pengusaha lulur tradisional mengalami defisit dan menyebabkan produksi lulur
tradisonal menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan kembali dan
meningkatkan minat masyarakat terhadap lulur tradisional, maka perlu dilakukan
langkah-langkah yang tepat. Metode penelitian yang dilakukan sebagai
pengenalan lulur tradisional kepada masyarakat adalah mempelajari dan
melakukan wawancara terhadap narasumber (produsen lulur tradisional),
melakukan eksperimen pembuatan lulur tradisional secara langsung serta
mengajukan angket dan melakukan uji produk kepada responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, produk lulur tradisional tidak banyak diketahui dan diminati
oleh masyarakat umum. Namun setelah dilakukan uji produk terhadap responden,
maka mayoritas responden menunjukkan ketertarikan pada produk lulur
tradisional. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat berminat untuk menggunakan
produk lulur tradisional, namun karena adanya ketidaktahuan mengenai produk
tersebut, lulur tradisional seolah tidak laku.
Kata kunci : kecantikan, lulur, tradisional.
Page 2
Introduction of Traditional Products: Green Tea Spices Scrub as Local
Beauty Products
Abstract
Body beauty and care have been a concern for humans for a long time. Our
ancestors have long known how to maintain the health and beauty of the skin. One
of them is traditional scrubs that use natural ingredients. Along with the times, the
use of traditional scrubs is increasingly being abandoned due to technological
advances that have been able to provide modern care products in the form of skin
care. The common scrubs produced by Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) on a small scale are increasingly being abandoned and forgotten, so
traditional scrub entrepreneurs experience deficits and cause traditional lulur
production to decline. This study aims to reintroduce and increase public interest
in traditional scrubs, so the right steps need to be taken. The research method
carried out as an introduction to traditional scrubs to the community is to study
and interview resource persons (traditional scrub producers), conduct experiments
on making traditional scrubs directly and submit questionnaires and test products
to respondents. The results showed that traditional scrub products were not widely
known and sought after by the general public. However, after testing the product
with respondents, the majority of respondents showed interest in traditional
scrubs. It can be concluded that the public is interested in using traditional scrub
products, but due to ignorance about the product, traditional scrubs do not sell
well.
Keyword : Beauty, naturale, scrub
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia kecantikan sejak dahulu kala memang selalu menjadi pusat
perhatian, baik oleh kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Banyak cara yang
dilakukan untuk mencapai tingkat kecantikan, baik menggunakan bahan alami
maupun kimiawi. Bahan alami yang digunakan untuk kecantikan misalnya
kunyit, bengkoang, teh hijau, beras, dan sebagainya. Dengan cara sederhana
hingga dibuat sebuah racikan hanya untuk memanjakan kulit , agar terlihat sehat
dan cantik.
Page 3
Salah satu produk kecantikan tradisional yang telah dikenal sejak zaman
nenek moyang adalah lulur. Lulur adalah jenis kosmetik tradisional yang dibuat
dari bahan-bahan buah-buahan dan rempah-rempah yang bermanfaat untuk
menjaga kecantikan dan kehalusan kulit. Menurut Surtiningsih (2005) luluran
merupakan sebuah metode kecantikan tradisional yang terbukti untuk merawat
tubuh, baik untuk menjadikan kulit awet muda maupun menghilangkan bau
badan.
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan lulur adalah tanaman teh hijau.
Teh hijau banyak digunakan untuk produk kecantikan, misalnya sebagai
campuran pada lotion, masker dan bahkan lulur. Produk teh hijau banyak
digemari oleh banyak orang, baik kaum laki – laki maupun perempuan. Selain
bermanfaat banyak untuk kulit, teh hijau juga memiliki bau yang harum dan segar,
sehingga bisa membuat kita yang menggunakan sebuah produk campuran teh
hijau menjadi rileks.
Pada saat ini, masyarakat pada umumnya menggunakan kosmetik buatan
pabrik dengan campuran bahan kimia. Pemakaian kosmetik pabrik yang modern
berdampak pada kosmetik tradisional seperti lulur tradisional yang kian hari kian
ditinggalkan. Di wilayah Solo raya sendiri, pembuat lulur tradisional pun berusaha
untuk selalu memperbaiki kualitas produk yang dibuatnya, namun tetap saja
inovasi yang dilakukan oleh produsen kosmetik pabrikan dirasa lebih baik, dan
masyarakat lebih tertarik pada produk pabrik tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya kondisi seperti saat ini, dimana masyarakat lebih memilih
untuk menggunakan kosmetik pabrikan yang telah teruji ataupun yang sedang
terkenal, maka permasalahan utama yang ingin dibahas adalah bagaimana cara
mudah agar masyarakat kembali mengenal produk kecantikan tradisional dan
menggunakannya.
Page 4
C. Tujuan
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan untuk mengenalkan kembali produk
kecantikan tradisional demi meningkatkan taraf perekonomian produsen
tradisional, karena dengan meningkatnya kebutuhan akan produk kecantikan ini
maka produsenpun akan bersaing untuk meningkatkan kualitas produknya.
Selanjutnya, dengan meningkatnya kualitas produk maka bukan suatu hal yang
mustahil jika produsen produk kecantikan tradisional dapat memperluas
jangkauan penjualan dan melakukan ekspor produk sehingga meningkatkan taraf
perekonomian negara.
TINJAUAN TEORITIS
A. Teh Hijau (Camellia sinensis)
Teh hijau merupakan tanaman yang berasal dari kawasan India bagian
utara dan Cina bagian selatan. Teh hijau mulai di kenal di Indonesia pada tahun
1686 oleh Dr. Andreas Cleyer yaitu seseorang yang bekebangsaan Belanda. Syah
(2006) mengemukakan bahwa ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu
varietas assamica yang berasal dari India dan varietas sinensis yang berasal dari
Cina. Secara taksonomi, teh hijau (Camellia sinensis) di klasifikasikan sebagai
berikut (Tuminah, 2004) :
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Sub Kelas Dialypetalae
Ordo Guttiferales (Clusiales)
Family Camelliaceae (Theaceae) 7
Genus Camellia
Spesies Camellia sinensis
Page 5
Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi
akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih
lama dibandingkan teh putih. Semua jenis teh mengandung katekin, akan tetapi
saat ini teh hijau lebih populer karena kandungan katekinya lebih tinggi
dibandingkan dengan teh hitam. Sehingga teh hijau lebih dikenal sebagai jenis teh
yang dapat mencegah pertumbuhan penyakit kanker. Manfaat lain dari teh hijau
adalah untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar
kolesterol jahat (LDL), resiko terkena stroke dan menghaluskan kulit. Teh hijau
alias green tea adalah salah satu jenis teh yang cukup populer dikonsumsi,
terutama di negara-negara Asia seperti Jepang dan Indonesia sendiri. Di Jepang,
teh hijau (ryokucha) adalah teh yang sangat sering dikonsumsi sehingga bila
disebut teh (ocha) kemungkinan besar yang dimaksud adalah teh hijau. Berasal
dari bahan yang sama dengan black tea (daun Camelia sinensis) teh hijau tidak
mengalami fermentasi seperti teh hitam. Proses pembuatannya secara garis besar
terdiri dari 5 tahap, yaitu:
1. Proses Pelayuan: Daun teh segar hasil pemetikan dari kebun ditebar dan diaduk
untuk mengurangi kandungan air yang ada. Kemudian, daun dilayukan dengan
uap panas tekanan tinggi. Proses ini akan mematikan aktivitas enzim yang bisa
menghambat proses fermentasi. Langkah ini pula bisa menurunkan air hingga 60
sampai 70%.
2. Proses Pendinginan: disebut pula proses penggulungan daun, proses ini bertujuan
untuk memecah sel dan sehingga menghasilkan rasa sepet. Langkah ini mirip
dengan proses pembuatan teh hitam, namun daun tidak sampai hancur seperti
halnya pada black tea.
3. Proses Pengeringan: Proses ini dilakukan dalam 2 tahap. Yang pertama pada suhu
110 – 135 derajat celcius selama 30 menit dan yang kedua pada suhu 70 – 90
derajat celcius selama 60 – 90 menit
4. Proses Sortasi: Pada tahap ini, teh hijau terbagi dalam beberapa kualitas mutu,
seperti pekko (daun pucuk), jikeng (daun bawah / tua), bubuk / kempring
(remukan daun), dan tulang.
Teh hijau memiliki kandungan kimia berupa polifenol (katekin), tannis,
flavonoid, dan metilxantin (kafein, theofilin, dan theobromin. Dalimartha (1999)
Page 6
berpendapat bahwa dari setiap 100 gr daun teh mengandung kalori 17 kJ, 75 – 80
% air, polifenol 25%, protein 20%, karbohidrat 4%, kafein 2,5 – 4,5%, serat 27%,
dan pectin 6%. Bahan-bahan kimia dalam teh dapat dikelompokkan menjadi
empat kelompok besar, yaitu :
1. Substansi fenol : katekin/tannin, flavanol
2. Substansi bukan fenol : karbohidrat, pectin, alkaloid, klorofil dan zat warna lain,
protein dan asam-asam amino, asam organik, resin, vitamin, serta substansi
mineral.
3. Substansi penyebab aroma : fraksi karboksilat, fenolat, karbonil, dan fraksi netral
bebas karbonil.
4. Enzim : invertase, amylase, b-glukosidase, oximetilase, protease dan peroksidase
(Syah, 2006).
B. Pandan Wangi
Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan golongan tumbuhan
monokotil dari genus Pandanus. Jenis dari pandan wangi tersebar di Afrika
Timur, Asia Tenggara, Australia, hingga kepulauan Pasifik. Pandan wangi banyak
tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman atau di kebun. Pandan
wangi kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang
agak lembab, dan dapat tumbuh subur sampai daerah dengan ketinggian 500
meter diatas permukaan laut. Dalam tata nama atau klasifikasi pandan wangi
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi Magnoliophyta
Subdivisi -
Kelas Liliopsida
Sub Kelas -
Ordo Pandanales
Family Pandanaceae
Genus Pandanus
Spesies Pandanus amaryllifalius
Page 7
Daun pandan wangi memiliki bau harum (aromatik) dan bersifat tonikum.
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam daun pandan wangi adalah alakoid,
saponin, tannin, polifenol, zat warna juga vitamin C dan E.
C.Beras Ketan
Beras Ketan merupakan bahan makanan yang berasal dari tanaman suku
rumput-rumputan (poaceae). Cara memperoleh beras ketan sama seperti kita
memperoleh beras biasa, dimana setelah di panen beras dijemur kemudian
dilepaskan kulitnya. Dari proses tersebut didapat butir-butir ketan. Beras ketan
berdasarkan warnanya terbagi menjadi dua jenis, yaitu beras ketan putih dan beras
ketan hitam. Beras ketan putih lebih banyak digunakan oleh masyarakat
dibandingkan dengan beras ketan hitam. Beras ketan (Oryza sativa glutinous)
mengandung karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu sekitar 80%. Selain
karbohidrat, kandungan beras ketan adalah lemak sekitar 4%, protein 6%, dan air
10%. Kandungan gizi beras ketan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3
Kandungan gizi beras ketan per 100 g
No Jenis Satuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Karbohidrat
Energi
Serat pangan
Lemak
Protein
Air
Ampas
Vit B1
Vit B2
Vit B3
Asam Pantotenat
Vit B6
Asam folat
Gram
Kkal
Gram
Gram
Gram
Gram
Mg
Mg
Mg
Mg
Mg
Mg
µg
81.68
370
2.8
0.55
6.81
10.46
0.49 8
0.18
0.055 9
2.145
0.824
0.107
7
Page 8
14
15
16
17
18
19
Besi
Fosfor
Kalium
Kalsium
Magnesium
Seng
Mg
Mg
Mg
Mg
Mg
Mg
1.6
71
77
11
23
1.2
(sumber: http://www.asiamaya.com/nutrients/berasketan.htm)
D. Melati
Melati (Jasminum sambac Ait.) diduga berasal dari India, melati putih
pertama kali dibudidayakan di Inggris pada tahun 1665. Terdapat 200 jenis melati
yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani dan baru sekitar 9 jenis melati yang
umum dibudidayakan yaitu melati hutan (J. multiflorum), melati raja (J. rex),
melati cablanca (J. officinale), J. revotulum, J. mensy, J. parkery, melati australia
(J. simplicifolium), melati hibrida dan melati (J. sambac) (Rukmana, 1997).
Melati dikenal dengan beberapa nama di berbagai daerah antara lain yaitu
Jasminum sambac Ait. sebagai nama ilmiah, malati (Sunda); melati, menur
(Jawa); malur, merul (Batak); puti, bunga manor (Ambon); maluru (Makasar) dan
nama asing yaitu jasmine (Inggris); mo li hua (Cina) (Hieronymus, 2013).
Melati adalah tanaman perdu dengan tinggi tanaman sekitar 0,3-3 m.
Tanaman melati termasuk family Oleaceae, tumbuh lebih dari setahun (perennial)
dan bersifat merambat. Bunga melati berbentuk terompet dengan warna bervariasi
terantung pada jenis dan spesiesnya. Umumnya bunga melati tumbuh di ujung
tanaman. Susunan mahkota bunga tunggal atau ganda (bertumpuk), beraroma
harum tetapi ada beberapa jenis melati tidak memiliki aroma (Hieronymus, 2013).
Daun melati bertangkai pendek dengan helaian berbentuk bulat telur. Panjang
daun 2,5-10 cm dan lebarnya 1,5-6 cm. Ujung daun runcing, pangkal membulat,
tepi daun rata, tulang daun menyirip, menonjol pada permukaan bawah dan
permukaan daun hijau mengkilap. Letak duduk daun berhadap-hadapan pada
setiap buku. Batangnya berwarna coklat, berkayu berbentuk bulat sampai segi
empat, berbuku-buku dan bercabang banyak seolah-olah merumpun ( Eren, 2013).
Sistem perakaran tanaman melati adalah akar tunggang dan bercabang yang
Page 9
menyebar ke semua arah dengan kedalaman 40-80 cm dari akar yang terletak
dekat permukaan tanah. Akar melati dapat menumbuhkan tunas atau cikal bakal
tanaman baru (Hieronymus, 2013).
Klasifikasi tanaman melati (J.sambac Ait) menurut Tjitrosoepomo (2005)
adalah :
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dycotyledonae
Ordo Oleales
Famili Oleaceae
Genus Jasminum
Spesies Jasminum sambac (L) W. Ait
Melati dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah maupun
dataran tinggi hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan
tanaman melati dapat dilakukan dengan stek batang atau cangkok. Budidaya
melati menghendaki media tanam yang mengandung bahan organik tinggi.
Tanaman melati tidak memerlukan perlakuan khusus pada proses
pembungaannya. Melati banyak dimanfaatkan sebagai komponen taman,
rangkaian bunga untuk pengantin, ritual adat, bunga tabur, campuran teh atau
diambil minyak atsirinya sebagai bahan baku parfum. Selain itu, tanaman ini juga
dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena pengaruh dari senyawa kimia dan
efek farmakologi yang dihasilkan (Endah, 2002).
METODE PENELITIAN
A. Bahan yang diteliti
Bahan yang diteliti dalam karya ilmiah ini merupakan bahan dari lulur teh
hijau tradisional, yaitu teh hijau, beras ketan putih, pandan wangi, dan bunga
melati. Selain itu, peneliti juga melakukan survei terhadap beberapa mahasiswa
Page 10
dan wawancara terhadap narasumber yang memproduksi lulur tradisional di
daerah Solo.
B. Metode penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan suatu metode yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode survei. Menurut
Sugiyono (2013: 11) pengertian metode survei adalah penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian yang dilakukan dalam
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel
yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Tujuan
penelitian survei adalah untuk memberikan gambaran seacara mendetail tentang
latar belakang, sifat – sifat serta karakter yang khas dari kasus atau kejadian suatu
hal yang bersifat umum.
Metode kedua yaitu metode eksperimen, metode penelitian ini
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan. Metode ini digunakan dalam rangka pembuatan
produk kosmetik tradisional seperti yang berkembang di pasaran.
C. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara peneliti dengan narasumber.
b. Angket atau quisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden atau subjek penelitian untuk dijawab.
Page 11
D. Teknik pengolahan data
a. Penyuntingan (editing) kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa seluruh daftar
pernyataan yang dikembalikan responden. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan,
kemudian memeriksa kelengkapan pengisian daftar pertanyaan dan yang terakhir
memeriksa konsistensi jawaban responden. Untuk hasil wawancara di tahap ini
hanya memeriksa kesesuaian jawaban narasumber dengan pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti.
b. Pengkodean (coding) dilakukan dengan memberikan tanda simbol berupa angka
pada jawaban responden yang diterima. Tujuan pengkodean adalah untuk
penyederhanaan jawaban responden.
c. Tabulasi (tabulating)
Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan menghitung data
hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan dalam bentuk table.
d. Eksperimen
Kegiatan ini berupa pembuatan produk sesuai dengan hasil wawancara peneliti
dengan narasumber. Tujuan dilakukannya eksperimen adalah untuk bahan angket.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Tri Handayani selaku
pengusaha/produsen jamu dan lulur rempah, dapat ditarik hasil bahwa minat
masyarakat terutama anak-anak muda terhadap produk tradisional itu rendah,
terutama produk jamu dan lulur. Kebanyakan mereka lebih gemar dengan produk-
produk yang diproduksi oleh pabrik. Hal tersebut juga dikuatkan dengan hasil
angket yang disebar kepada beberapa responden di sekitar daerah Universitas
Sebelas Maret. Kebanyakan mereka tidak mengenal produk-produk tradisional,
seperti jamu dan lulur kecantikan. Berikut daftar pertanyaan yang kami ajukan
kepada narasumber:
Page 12
Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Kesulitan yang dialami saat
produksi lulur?
Tidak ada kendala, namun kadang kala
untuk menemukan bahan baku yang
tidak ada atau bahan yang bukan asli
dari Indonesia saya mengalami
kesulitan seperti lavender ataupun
matcha (teh hijau jepang) saya harus
pergi ke negara asal bahan tersebut
tersedia.
2. Jenis lulur yang dijual? Jenis lulur yang dijual ada bermacam –
macam , diantaranya lulur rempah,
lulur coklat, lulur lavender, lulur
greentea, lulur lemon, lulur melati,
lulur matcha, lulur bengkoang, dan
lulur kopi.
3. Barang yang paling laku dan
kurang laku?
Barang yang paling laku biasanya jenis
jamu – jamuan dari rempah – rempah
racik, seperti wedang uwuh, teh sereh,
beras kencur. Untuk produk lulur
sendiri, kurang peminat. Produk lulur
yang sering dibeli biasanya lulur
kunyit sebagai boreh (baluran untuk
ibu hamil). Jadi pembeli lebih memilih
produk sejenis lulur dari pabrikan
daripada lulur tradisional.
4. Bagaimana cara pemasaran
produk yang dibuat?
Biasanya produk tersebut langsung
dijual di pasar yang berbeda-beda, jadi
saya punya semacam mitra penjual
diberbagai pasar, dan saya sebagai
pemasoknya
5. Kesulitan yang dialami saat
pemasaran?
Kesulitan yang dialami saat
memasarkan lulur tersebut adalah cara
Page 13
menarik minat pelanggan.
Setelah melakukan wawancara tersebut, peneliti melakukan eksperimen
dengan membuat produk lulur tradisional, untuk hasil produk dan pemakaian dari
responden bisa dilihat pada lampiran. Berikutnya peneliti mengajukan angket
kepada responden dan inilah hasil dari pertanyaan dalam angket yang diajukan
kepada responden :
No. Soal Pilihan jawaban Jumlah data resp
Kuisioner 1 Ya Persentase Tidak Persentase Jumlah data Persentase
1 23 77% 7 23% 30 100%
2 18 60% 12 40% 30 100%
3 20 67% 10 33% 30 100%
4 21 70% 9 30% 30 100%
5 17 57% 13 43% 30 100%
6 8 27% 22 73% 30 100%
7 5 17% 25 83% 30 100%
8 27 90% 3 10% 30 100%
9 28 93% 2 7% 30 100%
10 29 97% 1 3% 30 100%
Kuisioner 2 Ya Persentase Tidak Persentase Jumlah data Persentase
1 27 90% 3 10% 30 100%
2 25 83% 5 17% 30 100%
3 13 43% 17 57% 30 100%
4 25 83% 5 17% 30 100%
5 24 80% 6 20% 30 100%
6 25 83% 5 17% 30 100%
Page 14
Dari pembagian angket dan wawancara yang telah dilakukan, didapatkan data –
data yang berguna dalam proses identifikasi masalah dan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Banyak responden yang peduli dengan kecantikan kulitnya.
2. Banyak responden yang menggunakan produk kecantikan
3. Banyak responden yang menggunakan produk kecantikan dari pabrik.
4. Banyak responden mengetahui produk kecantikan dari bahan alami.
5. Banyak responden yang pernah memakai produk kecantikan dari bahan
alami yang berbentuk lulur.
6. Banyak responden yang tidak tahu produk lulur dengan merk Sekar Ayu.
7. Banyak responden yang tidak tahu varian apa saja yang ada pada
produklulur Sekar Ayu.
8. Banyak responden yang tertarik untuk mencoba produk lulur Sekar Ayu.
9. Banyak responden yang tertarik dengan produk lulur Sekar Ayu dengan
harga terjangkau.
10. Banyak responden yang tertarik untuk mencoba produk lulur Sekar Ayu.
Setelah melakukan uji coba produk lulur Sekar Ayu kepada responden didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Banyak responden yang kulitnya menjadi halus setelah dibubuhkan produk
lulur Sekar Ayu.
2. Banyak responden megatakan bahwa produk lulur Sekar Ayu berbau
wangi akan tetapi tidak menyengat.
3. Banyak responden yang kulitnya cocok dengan produk lulur Sekar Ayu.
4. Banyak responden yang tertarik untuk melanjutkan pemakaian dan tertarik
untuk membeli produk lulur Sekar Ayu.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Tri Handayani yang merupakan
pengusaha / produsen jamu dan lulur rempah, didapatkan beberapa informasi
mengenai pembuatan jamu dan lulur. Produsen memiliki dua jenis produk yaitu
Page 15
jamu dan lulur. Dalam memproduksi lulur, produsen mengalami kendala yaitu
kesulitan dalam mendapatkan bahan baku karena beberapa bahan-bahan yang
dibutuhkan bukan merupakan tumbuhan asli dari Indonesia. Beberapa bahan yang
sulit didapatkan tersebut adalah lavender dan matcha (teh hijau jepang). Untuk
mendapatkan bahan-bahan tersebut produsen harus mengimpor dari negara asal
bahan tersebut tersedia. Produsen dapat membuat berbagai macam jenis lulur.
Beberapa jenis lulur yang dapat dibuat antara lain lulur rempah, lulur coklat, lulur
lavender, lulur greentea, lulur lemon, lulur melati, lulur matcha, lulur bengkoang,
dan lulur kopi.
Produk yang dibuat produsen selain lulur adalah jamu. Barang yang paling
laku biasanya jenis jamu – jamuan dari rempah – rempah racik, seperti wedang
uwuh, teh serai, dan beras kencur. Produk lulur yang sering dibeli biasanya lulur
kunyit sebagai boreh (baluran untuk ibu hamil). Berbagai macam produk yang
telah dibuat dipasarkan di berbagai tempat yang berbeda-beda. Produsen sebagai
pemasok memiliki mitra penjual di berbagai tempat dan pasar. Kesulitan dalam
pemasaran produk yang dialami oleh produsen tersebut adalah cara menarik minat
pelanggan.
Salah satu produk lulur yang dibuat adalah lulur green tea. Untuk bahan
baku green tea didapatkan dari area Solo Raya, tepatnya di daerah Tawangmangu,
Kabupaten Karanganyar. Sedangkan bahan baku seperti beras ketan, pandan
wangi, dan melati, didapatkan langsung dari petani di daerah Solo Raya ataupun
dari penjual di pasar. Cara memproduksi lulur green tea tersebut secara singkat
sebagai berikut. Pertama, merendam beras ketan selama 24 jam. Setelah direndam
selama 24 jam kemudian ditiriskan dan dihaluskan menjadi tepung beras ketan.
Sementara itu, bahan-bahan lain seperti green tea, pandan wangi dan melati
disiapkan dengan menjemurnya terlebih dahulu sampai kering kemudian
dihaluskan. Keempat bahan tersebut dicampur hingga rata kemudian disangrai
hingga memadat dan didiamkan hingga dingin. Setelah dingin, bahan tersebut
dicampur dengan minyak zaitun lalu dikemas dengan plastik.
Setelah melakukan wawancara tersebut, peneliti melakukan eksperimen
dengan membuat produk lulur tradisional berbahan. Untuk hasil produk dan
pemakaian dari responden bisa dilihat pada lampiran. Berikutnya peneliti
Page 16
mengajukan angket kepada responden sebanyak tiga puluh orang yang dipilih
secara acak dari berbagai usia dan jenis pekerjaan. Untuk pertanyaan yang
diajukan mengenai pengetahuan responden tentang produk lulur tradisional dan
penggunaanya dalam keseharian responden. Selanjutnya peneliti melakukan uji
produk yang dihasilkan dari eksperimen yang telah dilakukan, hal tersebut
bertujuan untuk mengetahui reaksi dari responden terhadap lulur tradisional yang
berbahan dasar teh hijau, beras ketan, pandan, dan bunga melati.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lulur rempah
tradisional memiliki kandungan yang tidak kalah dengan lulur hasil produksi
pabrik. Meskipun demikian, lulur tradisional kurang dikenal oleh masyarakat luas
sehingga jumlah peminatnya juga kurang. Oleh karena itu perlu diadakannya
penelitian mengenai produk-produk tradisional tersebut kemudian
mengenalkannya kepada masyarakat luas, teruama kaum muda yang kebanyakan
tidak mengenal produk-produk tradisional.
SARAN
Harapan penulis ke depannya adalah semoga lebih banyak pihak-pihak yang
memperhatikan mengenai produk-produk tradisional, khususnya dalam bidang
jamu dan lulur kecantikan yang sudah menjadi peninggalan nenek moyang kita.
Perhatian tersebut dapat berupa penelitian-penilitian serupa atau kampanye untuk
memperkenalkan produk jamu dan lulur kecantikan dari rempah-rempah alami.
Selain itu penulis juga berharap agar pemerintah memberi dukungan penuh
sehingga usaha-usaha yang menggeluti bidang jamu dan lulur kecantikan dapat
berkembang, tidak tergusur oleh produk-produk buatan pabrik atau pabrik impor.
Page 17
Daftar Pustaka
Faramayuda,Fahrauk Dkk. 2010. Losion Antioksidn Ekstrak Air Daun The Hijau
(Camellia Sinensis L). Majalah Obat Tradisional. 15(3). 105-111.
Kartana,Syarif Nizar. 2017. Studi Jenis Padi Pulut (Oryzaglutinosa.L) Lokal
Lahan Kering di Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Sintang. Piper.
25(13). 164-173.
Jamil,Chyndi. 2017. Pemanfaatan Peeling Beras Ketan Hitam Sebagai
Pencerahan Kulit Wajah.Padang.Universitas Negeri Padang.
Sutarna,Titta H,Ahmad Ngadeni Dan Resi Anggiani. 2013. Formulasi Sediaan
Masker Geol Dari Ekstraketanol Daun The Hijau (Camellia Sinensis L.)
Dan Madu Hitam (Apisdorsata) Sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal
Ilmiah Farmasi. 1(1).17-23.
Virgita,Vita Maulia Dan Maria Krisnawati. 2014. Pemanfaatan Ketan Hitam
Sebagai Masker Wajah. Journal Of Beauty And Beauty Health
Education. 3(1).1-7.
Gulo,Adesukma Wardani. 2018. Formulasi Sediaan Lotion Dari Sari Daun
PandanWangi(Pandanus Amaryllifolius). Medan. Institut Kesehatan
Helvetia.
Azhari,Syifa. 2018. Formulasi Lulur Krim Yang Mengandung Kombinasi Ekstrak
Dan Hijau (Camellia Sinensi L.) Dan Beras Merah (Oryza Nivara).
Universitas Al-Ghifari. Bandung.