-
PENGEMBANGAN PROTOTIPE CERGAM PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN KENONG UNTUK SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Dhenis Deagam Poerba
NIM: 141134091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
PENGEMBANGAN PROTOTIPE CERGAM PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN KENONG UNTUK SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Dhenis Deagam Poerba
NIM: 141134091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan peneliti kepada:
1. Tuhan Allah Semesta Alam, sumber segala hal yang senantiasa
memberikan
berkat kehidupan.
2. Kedua orang tua, yaitu Bapak Supriyanto dan Ibu Seseilia
Sunarti yang
senantiasa memberikan doa, kasih sayang dan dukungan kepada
peneliti.
3. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu,
terimakasih atas
dukungan dan keceriaan yang senantiasa penulis dapatkan di
setiap
perjumpaannya.
4. Teman-teman PGSD angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.
5. Diri saya sendiri yang telah mampu jatuh bangun melewati
banyak cobaan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTTO
“Belajarlah dari kekeliruanmu di masa lalu, mencoba bersama cara
yang beda, dan
senantiasa berharap untuk sebuah kesuksesan di masa depan”
Anonim
“Not of all of us can do great things. But we can do small
things with great love.”
Mother Teresa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE CERGAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN KENONG UNTUK SD
Dhenis Deagam Poerba
Universitas Sanata Dharma
2020
Dari hasil angket yang dibagikan pada 20 siswa kelas VI SD yang
mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler gamelan, peneliti mendapatkan data
bahwa mereka
belum pernah membaca cergam tentang gamelan yang memiliki
nilai-nilai budi
pekerti. Fokus penelitian ini membahas nilai-nilai budi pekerti
dalam
memainkan salah satu instrumen gamelan, yaitu kenong. Memainkan
instrumen
kenong melatih penabuhnya menjadi sabar. Penelitian ini
mencoba
mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan “Prototipe
Cergam
Pendidikan Budi Pekerti Dalam Memainkan Instrumen kenong untuk
SD” dan
memaparkan kualitas prototipe tersebut.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan
(R&D).
Peneliti menggunakan 6 langkah penelitian dan pengembangan dari
Sugiyono,
yaitu 1) Gamelan merupakan salah satu alat musik tradisional di
Indonesia yang
mengajarkan nilai-nilai budi pekerti. 2) Dari hasil wawancara
dua praktisi
gamelan dan pembagian angket pada 20 siswa kelas VI, peneliti
mendapatkan
data bahwa mereka memerlukan cergam untuk mendapatkan informasi
tentang
gamelan khususnya instrumen kenong. 3) Menyusun cergam
berdasarkan kisi-
kisi yang telah disusun. 4) Cergam divalidasi oleh dua praktisi
yaitu ahli gamelan
dan ahli bahasa, mendapatkan skor 3,8 (rentang 1-4) “sangat
baik”. 5) Merevisi
desain dari saran dua validator, dan 6) Melakukan ujicoba kepada
10 siswa kelas
IV dari SD N 1 Pedes.
Uji coba produk dilakukan di kelas IV SD N 1 Pedes yang diikuti
oleh 10
siswa. Dan dari hasil refleksi siswa, peneliti mendapatkan skor
3,7 tentang
pemahaman siswa bahwa instrumen kenong dapat melatih penabuhnya
memiliki
sikap sabar.
Kata Kunci: prototipe cerita bergambar, gamelan, budi pekerti,
instrumen
kenong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF MORAL VALUED STORYBOARD BOOK
PROTOTYPE BY UTILIZING KENONG AS THE INSTRUMENT FOR
ELEMENTARY SCHOOL
Dhenis Deagam Poerba
Sanata Dharma University
2020
Based on the questionnaire that given to 20 students in
elementary school
grade sixth who involved in gamelan extracurricular, the
researcher concludes
that those students never read a storyboard book about gamelan
which has
moral values. This research focuses is on morality values in
playing kenong, one
of the instruments of gamelan. Playing kenong makes someone who
play it
become a patience person. This research tries to describe some
steps to develop
“Moral Valued Storyboard Book by Utilizing Kenong Instrument for
Elementary
School” and explain the prototype quality.
The type of this research is R&D (Research and Development).
The
researcher uses six steps of research and development by
Sugiyono, which are
1) Gamelan is one of traditional music instrument from Indonesia
that taught
about moral values. 2) Based on the interview with two gamelan
players and the
questionnaire that given to 20 students from grade sixth, the
data show that they
need a storyboard book to get information about gamelan
especially kenong
instrument. 3) Arrange the storyboard book based on the grating
that has been
arranged before. 4) The storyboard book has been validated by
two experts
which are gamelan expert and linguist expert, they scored the
book 3,8 in the
scale of 1-4 which is “very good”. 5) Revised the design based
on suggestion
from those two experts, and 6) Doing a trial to 10 students
grade fourth from SD
N 1 Pedes.
The trial of the product held at SD N 1 Pedes grade fourth
followed by 10
students. Based on the reflection of the students about
understanding kenong
instrument that train someone who play it become patiently
scored 3,7.
Keywords: storyboard book prototype, gamelan, moral value,
kenong
instrument.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih
dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata
Dharma.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini peneliti
mendapat
banyak bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan
ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah
membantu, diantaranya:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program
Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program
Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti
dengan
penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini.
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen
Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
peneliti
dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini.
6. Segenap dosen dan karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma
yang telah
membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar
di
Universitas Sanata Dharma.
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa-siswi SDN 1 Pedes yang telah
memberikan
ijin dan membantu peneliti untuk melakukan penelitian di
sekolah
8. Bapak Supriyanto dan Ibu Sesilia Sunarti, yang senantiasa
memberikan doa,
dukungan, dan cinta kepada peneliti.
9. Teman-teman, sahabat, keluarga: Agnes Rahayu Epifani, Atas
Bening,
Fransisca Trigiasmi, Safira Esta dan Lusiana Maya, terimakasih
atas setiap
keceriaan dan dukungan yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL
......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN
........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO
....................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………...……………… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………….... vii
ABSTRAK
......................................................................................................
viii
ABSTRACT
....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR
....................................................................................
x
DAFTAR ISI
...................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL
..........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR
......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................
1
A. Latar Belakang
......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian
..................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian
................................................................................
6
E. Definisi
Operasional..............................................................................
6
F. Spesifikasi Produk
.................................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
.........................................................................
8
A. Kajian Teori
..........................................................................................
8
1. Budi Pekerti
..........................................................................................
8
a. Pengertian Budi Pekerti
.....................................................................
8
b. Pendidikan Budi Pekerti
....................................................................
10
2. Gamelan
................................................................................................
12
a. Pengertian Gamelan
..........................................................................
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
b. Instrumen Gamelan
...........................................................................
14
c. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan
.......................... 16
3. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan
.......................... 22
4. Instrumen Gamelan: Kenong
................................................................
25
5. Cerita Bergambar
..................................................................................
27
6. Gerakan Literasi Sekolah
......................................................................
28
B. Penelitian yang Relevan
........................................................................
29
C. Kerangka
Berfikir..................................................................................
31
1. Pertanyaan Penelitian
............................................................................
32
BAB III METODE PENELITIAN
...............................................................
33
A. Jenis Penelitian
......................................................................................
33
B. Setting Penelitian
...................................................................................
33
1. Tempat penelitian
.................................................................................
33
2. Subjek Penelitian
..................................................................................
33
3. Objek Penelitian
....................................................................................
34
4. Waktu Penelitian
...................................................................................
34
C. Prosedur Pengembangan
.......................................................................
34
1. Potensi dan Masalah
...........................................................................
37
2. Pengumpulan Data
..............................................................................
37
3. Desain Produk
.....................................................................................
37
4. Validasi Desain
...................................................................................
38
5. Revisi Desain
......................................................................................
38
6. Uji Coba Produk
.................................................................................
38
D. Uji Coba Produk
....................................................................................
39
E. Instrumen
Penelitian..............................................................................
39
1. Pedoman
Wawancara.........................................................................
39
2.
Angket.................................................................................................
40
3. Kisi-Kisi Desain Produk
.....................................................................
42
4. Validator Angket Pra Penelitian
......................................................... 45
5. Angket Siswa Pra Penelitian
...............................................................
48
F. Teknik Pengumpulan Data
....................................................................
49
1. Wawancara
.........................................................................................
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
2.
Angket.................................................................................................
49
G. Teknik Analisis Data
.............................................................................
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
.............................. 52
A. Hasil Penelitian
...............................................................................................
52
1. Prosedur Pengembangan
.............................................................................
52
a. Potensi dan Masalah
.................................................................................
52
b. Pengumpulan
Data....................................................................................
53
c. Desain Produk
..........................................................................................
55
d. Validasi Desain
.........................................................................................
59
e. Revisi Produk
...........................................................................................
61
f. Uji Coba Produk
.......................................................................................
64
2. Kualitas Produk
...........................................................................................
66
B. Pembahasan
.....................................................................................................
67
C. Kelebihan dan Kekurangan Prototipe
.............................................................
69
1. Kelebihan Prototipe
....................................................................................
69
2. Kelemahan Prototipe
...................................................................................
70
BAB V PENUTUP
..........................................................................................
71
A. Kesimpulan
.....................................................................................................
71
B. Keterbatasan Penelitian
...................................................................................
71
C. Saran
...............................................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
......................................................................
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan
......................... 29
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar
............................................................................
29
Tabel 3.1 Kisi-kisi PedomanWawancara
......................................................... 40
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Pra Penelitian untuk Siswa
.................................. 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi Desain Produk
....................................................................
42
Tabel 3.4 Tabel Angket Pra Penelitian oleh Ahli
.............................................. 46
Tabel 3.5 Angket Siswa Pra Penelitian
.............................................................
48
Tabel 3.6 Hasil Interval Skala 1-4
....................................................................
51
Tabel 4.1 Rekap Angket dari Siswa SD Kanisius Klepu
.................................. 54
Tabel 4.2 Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku
........................................... 58
Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas
.................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
.................................................... 31
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian
.......................................................... 36
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan yang Digunakan oleh
Peneliti 36
Gambar 4.1 Sketsa Awal
...................................................................................
57
Gambar 4.2 Desain Setelah Diperbaiki Ilustator
............................................... 58
Gambar 4.3 Revisi Isi Gambar Cergam
............................................................ 62
Gambar 4.4 Peneliti memulai Menjelaskan Kegiatan
..................................... 65
Gambar 4.5 Peneliti Membagikan Prototipe
.................................................... 65
Gambar 4.6 Siswa Membaca Buku
..................................................................
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
..................................................................
75
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari
SD ..... 76
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Produk
........ 77
Lampiran 4a Pedoman Wawancara
................................................................
78
Lampiran 4b Hasil Wawancara
......................................................................
79
Lampiran 5 Kisi-Kisi Pedoman Angket
........................................................ 80
Lampiran 6a Lembar Penelitian Angket untuk Validator
.............................. 82
Lampiran 6b Hasil Validasi Angket Siswa
................................................... 84
Lampiran 6c Rekap Hasil Validasi Angket
................................................... 88
Lampiran 7a Angket Analisis Kebutuhan
..................................................... 90
Lampiran 7b Hasil Angket Analisis Kebutuhan
............................................ 91
Lampiran 7c Hasil Rekap Analisis Kebutuhan Siswa
................................... 96
Lampiran 8 Kisi-kisi Pembuatan Cergam
................................................... 97
Lampiran 9a Instrumen Validasi Produk
...................................................... 101
Lampiran 9b Validasi Uji Coba Produk
........................................................ 104
Lampiran 9c Rekap Validasi Uji Coba Produk
............................................. 108
Lampiran 10a Lembar Refleksi Uji Coba Produk
.......................................... 110
Lampiran 10b Hasil Uji Coba Produk
............................................................
111
Lampiran 10c Pedoman Penilaian Refleksi
................................................... 116
Lampiran 10d Rekap Jawaban Refleksi
......................................................... 117
Lampiran 11 Dokumentasi Uji Coba Produk
................................................ 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab I, peneliti akan menjelaskan mengenai latar belakang
masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional,
dan spesifikasi produk.
A. Latar Belakang
Gamelan merupakan salah satu budaya Indonesia di bidang
kesenian. Istilah
gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada
beberapa kakawin
Jawa Kuno. Gamelan yang lengkap mempunyai 75 instrumen, namun
biasanya
yang dimainkan hanya 12 instrumen saja. Kata gamelan terjadi
mungkin juga
dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel
adalah alat untuk
memukul. Cara membunyikan instrumen gamelan adalah dengan
dipukul-
pukul. Alat yang sering digunakan untuk memukul namanya pukulan,
alat yang
sering digunakan untuk mengetok namanya ketokan atau kentongan,
alat yang
sering digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser
atau
berkembang menjadi gamelan. Gamelan berasal dari kata “gamel”
dengan alat
musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (Zoetmulder dalam
Ferdiansyah,
2010: 26). Semua instrumen gamelan dibunyikan secara
bersama-sama atau
sebagian saja dengan cara yang sesuai, sehingga merupakan
konsert atau
kumpulan suara yang teratur menurut tempo dan irama tertentu.
Dengan kata
lain masing-masing alat mempunyai nama dan fungsinya
sendiri-sendiri (secara
teratur) disebut gendhing (Yudhoyono, 1984: 15).
Instrumen gamelan yang dimainkan secara bersama-sama disebut
dengan
karawitan. Endraswara (2008: 23-24) mengatakan bahwa karawitan
berasal dari
kata rawit, yang mendapat awalan ka- dan akhiran -an. Rawit
berarti halus,
lembut, lungit. Kata rawit merupakan kata sifat yang mempunyai
arti bagian
kecil, potongan kecil, renik, rinci, halus atau indah. Instrumen
pokok terdiri dari
saron barung, saron demung, saron slenthem, dan bonang
penembung.
Instrumen penghias terdiri dari saron penerus atau peking
penerus, bonang
penerus, gambang, dan siter atau celempung. Terakhir adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
alat-alat sebagi penghias irama yaitu kendang besar, ketipung,
ceng-ceng, dan
rebab. Dalam instrumen gamelan juga terdiri nilai-nilai budi
pekerti yang
terkandung di dalamnya. Saat ini karawitan menjadi salah satu
kegiatan
ekstrakurikuler di beberapa SD di Yogyakarta, karena dalam
kesenian gamelan/
karawitan banyak mengandung nilai-nilai budi pekerti yang baik
untuk
dikembangkan kepada siswa.
Budi pekerti sering diartikan sebagai moralitas yang
mengandung
pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan
perilaku. Sebagai
perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh
perilaku itu.
Nilai budi pekerti yang terkandung di dalam gamelan, contohnya:
kedisiplinan,
sikap tanggung jawab, dan kesopanan (Sedyawati, dkk, 1999: 5).
Kedisiplinan
dalam memainkan gamelan yaitu bermain secara serius dan
mengikuti irama
yang telah ditentukan. Sikap tanggung jawab yang dimaksud yaitu
saat selesai
memainkan alat musik gamelan penabuh harus mengembalikan alat
pemukul
ke tempat semula dan kesopanan kepada alat musik gamelan yaitu
menghormati
gamelan dengan tidak membunyikan alat musik gamelan secara asal
dan tidak
melangkahi gamelan. Pembuatan instrumen gamelan membutuhkan
waktu yang
lama terutama untuk ninting (mengukur tinggi rendahnya nada) dan
harus
melalui upacara keagamaan/ religi (Yudhoyono, 1984: 34) agar
pembuat
intrumen gamelan bisa membuat dengan kualitas yang baik. Oleh
karena itu,
penabuh harus mengembangkan nilai budi pekerti yaitu kesopanan
dalam
menabuh dan tidak melangkahi gamelan sebagai bentuk penghormatan
dan
menghargai pembuatan instrumen gamelan. Nilai-nilai budi pekerti
tersebut
bertujuan supaya para penabuh gamelan memiliki kebiasaan untuk
berperilaku
santun, berkonsentrasi, mau mendengarkan dan saling
menghargai
(Endraswara, 2008: 20).
Pada setiap instrumen gamelan juga memiliki nilai budi pekerti
yang harus
dikembangkan oleh penabuhnya. Contohnya dalam instrumen kenong,
penabuh
harus mengembangkan sikap kesabaran karena kenong dipukul pada
akhir
sebuah bait gendhing. Instrumen rebab melatih penabuhnya
untuk
mengembangkan sikap menyembah kepada Tuhan (berdoa),
instrumen
kendang, penabuh harus mengembangkan sikap kepemimpinan karena
kendang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
sebagai pemimpin cepat dan lambat tempo sebuah gendhing. Selain
itu, peneliti
juga melakukan wawancara terhadap 2 praktisi gamelan dan
mendapatkan
banyak informasi mengenai gamelan.
Untuk mendapatkan data bahwa menabuh gamelan membantu siswa
memiliki budi pekerti, maka pada tanggal 15 Juni 2017 peneliti
membagikan
angket kepada 20 siswa kelas IV di SD Kanisius Klepu karena SD
tersebut
sudah sering mengikuti Parade Gamelan Anak yang diselenggarakan
oleh
Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan hasil angket yang
dibagikan kepada
siswa, peneliti mendapatkan informasi dari jawaban siswa bahwa
memainkan
gamelan membantu mereka: memiliki kebiasaan berdoa sebelum dan
sesudah
memainkan gamelan (40%), fokus/berkonsentrasi (80%), rapi
(50%),
berperasaan senang (60%), serta 60% siswa pernah membaca buku
Pepak
Bahasa Jawa namun buku tersebut bukan buku yang berisi mengenai
nilai-nilai
budi pekerti yang terkandung pada gamelan. Oleh karena itu
peneliti terdorong
untuk mengembangkan “Prototipe Nilai-nilai Budi Pekerti dalam
Memainkan
Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”. Peneliti memilih cergam
sebagai
produk penelitian karena diharapkan siswa dapat lebih tertarik
pada buku cerita
bergambar untuk mengetahui macam-macam nilai budi pekerti dalam
gamelan.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada praktisi gamelan yaitu
Bapak
Sancoko untuk mendapatkan informasi bahwa gamelan mencerminkan
sikap
kekompakan dan kegotong-royongan. Gamelan terbuat dari berbagai
macam
bahan, yaitu ada yang terbuat dari perunggu, bambu, kayu,
kuningan, besi
logam, kulit, dan lain-lain. Dari berbagai macam bahan untuk
membuat
gamelan tersebut beliau mengumpamakan seperti Indonesia yang
bermacam-
macam tetapi menjadi satu yaitu NKRI. Dengan memainkan gamelan
juga
melatih penabuhnya untuk bersikap sopan dengan cara duduk sesuai
posisi yang
sudah dianjurkan yaitu untuk laki-laki duduk bersila dan untuk
perempuan
duduk timpuh. Memainkan gamelan juga melatih untuk mempunyai
sikap sabar
sehingga penabuh tidak bermain dengan asal dan bersedia
menghargai pemain
lain. Dari memainkan gamelan itu beliau bisa menyatukan beberapa
anak, maka
beliau sangat senang karena bisa mengajarkan kesenian tersebut
kepada anak-
anak dengan menjadi pelatih ekstrakurikuler karawitan di
beberapa SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Dari hasil angket dan wawancara tersebut peneliti terdorong
untuk
mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan
gamelan kenong (untuk SD). Penelitian ini berfokus pada
instrumen kenong
karena instrumen tersebut menjadi tanda akhirnya dari sebuah
bait gendhing
dan dapat menanamkan sikap kesabaran bagi penabuhnya.
Peneliti mendapatkan inspirasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Jarot
Sugiarto (2012) dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Gamelan
Terhadap
Kemampuan Musikalitas Siswa SD Kanisius Sengkan Kentungan Sleman
Yogyakarta”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas
pembelajaran
gamelan terhadap kemampuan musikalitas siswa SD Kanisius
Sengkan
Kentungan Yogyakarta. Penelitian tersebut mendorong peneliti
untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan gamelan. Dengan
adanya gamelan
siswa dapat mengetahui nilai-nilai budi pekerti yang terkandung
di dalamnya
dengan sebuah buku cerita bergambar.
Berdasarkan data di atas peneliti terdorong untuk menyusun
sebuah
prototipe buku cerita bergambar tentang nilai-nilai budi pekerti
dalam
memainkan gamelan. Cergam adalah buku cerita anak yang terdapat
gambar
dengan cerita sederhana di dalamnya. Jenis penelitian ini
merupakan Research
and Development (R&D) dengan judul: “Nilai-nilai Budi
Pekerti dalam
Memainkan Instrumen Gamelan Kenong untuk SD”. Prototipe buku
tersebut
terdiri dari dua bagian, bagian pertama memuat artikel yang
berjudul “Nilai-nilai
Budi Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Kenong”. Isi dari
bagian
pertama yaitu tentang pengertian gamelan, karakteristik beberapa
instrumen
gamelan, nilai-nilai dalam beberapa instrumen gamelan, dan
nilai-nilai budi
pekerti dalam memainkan gamelan. Bagian kedua memuat cerita
bergambar
dengan judul “Instrumen Kenong, Melatih Kesabaran”. Isi dari
cerita bergambar
tersebut tentang seorang siswi yang bernama Winda yang menyukai
musik
gamelan karena Kakeknya, sehingga ia mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler
karawitan di sekolahnya dan ia bertugas untuk memainkan
instrumen Kenong
sehingga ia bisa belajar tentang sikap kesabaran. Selain itu
pembuatan prototipe
cergam ini juga untuk membantu sarana kegiatan literasi untuk
siswa SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Dalam meningkatkan minat baca pada anak, pemerintah melakukan
upaya
untuk melakukan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kegiatan
tersebut dilakukan
15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Gerakan literasi sekolah
ini bertujuan
untuk menumbuhkan rasa cinta anak untuk membaca dan memiliki
pengalaman
belajar yang menyenangkan yang dapat merangsang imajinasi.
Selain
melakukan upaya gerakan literasi sekolah, adanya buku bacaan
menarik
diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa. Selain
meningkatkan minat
baca, buku bacaan yang menarik diharapkan untuk lebih dapat
membantu siswa
dalam memahami isi dari bacaan tersebut.
Buku bacaan yang menarik untuk anak ada bermacam bentuknya,
salah
satunya adalah buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar
merupakan salah
satu jenis dari buku cerita yang sering dibaca oleh anak. Buku
cerita bergambar
menurut Nurgiyantoro (2005:152) adalah buku bacaan cerita anak
yang di
dalamnya terdapat gambar-gambar. Gambar-gambar dalam buku
cerita
bergambar tersebut berfungsi untuk merangsang imajinasi anak.
Sesuai dengan
tahap perkembangan dari Piaget, anak dengan usia 7-12 tahun
sedang memasuki
tahap opersional konkret. Pada tahap tersebut anak mulai dapat
memahami
logika secara stabil (Nurgiyantoro, 2005: 52).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merancang sebuah penelitian
dalam
rangka memberi solusi permasalahan nilai budi pekerti yang
terkandung dalam
perangkat gamelan dengan menggunakan penelitian Research and
Development
maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian yang berjudul
“PROTOTIPE
CERGAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN
GAMELAN KENONG (UNTUK SD)”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus
terhadap
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita
anak
tentang “Prototipe Cergam Pendidikan Budi Pekerti dalam
Memainkan
Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
2. Bagaimana kualitas “Prototipe Cergam Pendidikan Budi Pekerti
dalam
Memainkan Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mendeskripsikan pengembangan “Prototipe Cergam Pendidikan
Budi
Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Kenong (untuk
SD)”.
2. Mendeskripsikan kualitas “Prototipe Cergam Pendidikan Budi
Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi anak
Anak dapat memahami makna budi pekerti dalam memainkan
gamelan.
2. Bagi Guru
Guru dapat membangun karakter siswa dan mengajarkan nilai budi
pekerti
yang terkandung dalam alat musik gamelan melalui prototipe
cergam budi
pekerti dalam memainkan gamelan.
3. Bagi peneliti
Membantu pemahaman peneliti untuk melakukan penelitian
pengembangan dan membuat produk dalam upaya menanamkan nilai
budi
pekerti sejak usia dini.
E. Definisi Operasional
Beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
1. Prototipe adalah produk sederhana berupa cergam yang belum
dicetak
dan dipublikasikan secara luas atau belum resmi memiliki hak
cipta atas
produk tersebut.
2. Cergam adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual
kedalam
bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
3. Gamelan adalah seperangkat alat musik yang berasal dari Jawa
yang
cara memainkannya dengan cara dipukul, ditabuh, dipetik, dan
digesek
yang akan menghasilkan lagu yang selaras jika dimainkan
bersama-
sama.
4. Kenong adalah alat gamelan Jawa yang terbuat dari
perunggu,
dimainkan dengan cara ditabuh dengan 2 alat penabuh, dan
bentuk
maupun cara meletakkan serta membunyikannya sama dengan
ketuk.
5. Pendidikan Budi Pekerti merupakan moralitas yang
mengandung
pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan
perilaku.
F. Spesifikasi Produk
1. Prototipe terdiri dari dua bagian: Bagian I memuat artikel
berjudul
“Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”, bagian
II
memuat cergam berjudul “Memainkan Instrumen Kenong, Melatih
Kesabaran”. Selain itu terdapat juga Kata Pengantar, Daftar
Isi,
Refleksi, Daftar Pustaka, dan Biografi Penulis.
2. Prototipe cergam memuat 8 gambar: gambar 1 (cover); gambar
2
(Winda bermain gamelan dengan teman-temannya); gambar 3
(Instrumen Kenong); gambar 4 (Winda berjalan jongkok); gambar
5
(Winda pentas karawitan bersama teman-temannya); gambar 6
(Winda
mulai memainkan instrumen Kenong); gambar 7 (Winda
bersyukur);
gambar 8 (Winda membungkukkan badan sebagai wujud hormat
kepada para tamu undangan dan penonton).
3. Refleksi di akhir cerita bergambar bertujuan untuk mengetahui
dan
membantu siswa untuk menuliskan apa saja yang sudah dipahami
tentang memainkan gamelan.
4. Cergam dibuat dengan kertas Buffalo (kertas tebal sebagai
cover) dan
paperbook (kertas halus sebagai isi buku).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini peneliti akan membahas mengenai kajian
pustaka,
penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Hal tersebut
akan diuraikan
sebagai berikut.
A. Kajian Teori
Landasan teori yang digunakan peneliti meliputi Gamelan, dan
budi
pekerti.
Kebudayaan Jawa telah tua umurnya, sepanjang orang Jawa ada.
Sejak itu pula
orang Jawa dengan gigih mengekspresikan karyanya lewat budaya.
Budaya Jawa
adalah pancaran atau pengejawentahan budi manusia Jawa yang
mencakup
kemauan, cita-cita, ide keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir
batin
(Endraswara. 2005:1). Kebudayaan juga erat kaitannya dengan
pendidikan.
Pendidikan dan pengajaran yang kulturil (kultural), wajiblah
kita tidak
melupakan, bahwa kultur atau budaya itu berarti buah budinya
manusia. Jadi
maksud yang pertama dari pendidikan kulturil (kultural) yaitu
mengusahakan
bertumbuhnya budi yang sebaik-baiknya. Pikiran, perasaan dan
kemauan,
haruslah ketiga-tiganya dicerdaskan (Hadjar. 319:2013).
1. Budi Pekerti
a. Pengertian Budi Pekerti
Pendidikan adalah kumpulan teori, yang karenanya ia dekat dengan
ilmu.
Akan tetapi teori ilmiah hanya mempunyai satu tujuan, yakni
pengungkapan
realitas; sedangkan teori pendidikan mempunyai tujuan yang jelas
yakni,
menuntun perilaku (Durkheim, 1990:2). Untuk menuntun perilaku
seseorang,
maka diperlukan pendidikan budi pekerti yang harus dipahami oleh
mereka.
Istilah Budi Pekerti yang pada dasarnya tidak berbeda dengan
akhlak adalah kata
yang berasal dari bahasa Sansekerta memiliki kedekatan dengan
istilah “Tata
Krama”. Inti ajaran tata krama ini sama dengan inti ajaran budi
pekerti. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, budi pekerti adalah tingkah laku,
perangai,
akhlak, ataupun watak. Sikap dan tingkah laku sesorang tercermin
dalam
kegiatan hidup kesehariannya seperti tampak dalam hubungan
dengan Tuhan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan keluarga, hubungan
dengan
masyarakat dan hubungan dengan alam sekitar. Pendapat yang
dikemukakan
oleh Sjarkawi (2006: 34) bahwa pendidikan budi pekerti adalah
proses
pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan
perilaku
yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur, sehingga
pendidikan
budi pekerti sangatlah penting dalam proses tumbuh kembang anak
agar menjadi
pribadi yang baik.
Budi pekerti merupakan nilai-nilai hidup manusia yang
sungguh-sungguh
dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasarkan
pemahaman
dan kesadaran diri untuk menjadi lebih baik (Zuriah, 2011: 38).
Pendidikan budi
pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan
mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati
nilai-nilai dan
keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya
melalui
kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama yang
menekankan ranah
afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif
(berpikir
rasional) dan ranah skill psikomotorik. Pendapat lain dikemukan
oleh (Zubaedi,
2005: 4) bahwa pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan
nilai-nilai luhur
yang berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya bangsa
Indonesia dalam
rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi
manusia
yang baik. Secara umum, ruang lingkup pendidikan budi pekerti
adalah
penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku peserta
didik sesuai
nilai-nilai budi pekerti luhur.
Selain itu, pengertian lain tentang budi pekerti yaitu watak
atau tabiat
khusus seseorang untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain
yang tercermin
dalam perilaku dan kehidupannya. Sementara watak merupakan
keseluruhan
dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral seseorang
yang baik
(Kurniawan, 2016: 31) Budi pekerti juga mengandung watak moral
yang baku
dan melibatkan keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup. Watak
seseorang dapat
dilihat pada perilakunya yang diatur oleh usaha dan kehendak
berdasarkan hati
nurani sebagai pengendali bagi penyesuaian diri dalam hidup
bermasyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budi
pekerti
merupakan nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh
dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasarkan pemahaman dan
kesadaran
diri untuk menjadi lebih baik. Sedangkan pendidikan budi pekerti
adalah
pendidikan nilai-nilai luhur yang ditujukan untuk menanamkan
dan
mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku peserta didik yang
memancarkan
akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai budi pekerti
tersebut juga
terdapat pada prototipe buku yang akan peneliti kembangkan.
b. Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah
yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara
menghayati
nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya
melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama
yang menekankan
ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah
kognitif (berpikir
rasional) dan ranah skill/ psikomotorik yaitu keterampilan,
terampil mengolah
data, mengemukakan pendapat, dan kerjasama (Zuriah, 2007:20).
Budi pekerti
berisi suatu pandangan dari dalam diri manusia, sedangkan
sebagai perilaku,
budi pekerti harus berwujud tindakan yang mencerminkan sikap
dasar orang itu.
dengan demikian maka ada dua unsur, yaitu pemahaman atau
pengertian dan
tindakan atau perbuatan. Sikap menjadi dasar bertindak, dan
tindakan menjadi
ungkapan sikap itu, misalnya sikap hormat kepada orang lain.
Secara pengertian
kita tahu mengapa kita sebagai manusia harus hormat kepada orang
lain. Oleh
karena setiap orang adalah pribadi yang bernilai dalam dirinya,
kita harus
menghormati setiap orang. Namun sikap itu harus diwujudkan dalam
tindakan
nyata bagaimana kita sungguh menghormati pribadi lain.
Samami (2011: 49) mengatakan bahwa pendidikan karakter terdiri
atas
tiga nilai operatif, yang terdiri atas pengetahuan tentang moral
(moral knowing,
aspek kognitif), perasaan berlandaskan moral (moral feeling,
aspek afektif), dan
perilaku berdasarkan moral (moral behavior, aspek psikomotor).
Pendapat lain
dikemukakan oleh Lickona (dalam Kesuma, 2011: 71) bahwa
pengetahuan
moral terbentuk dari enam kualitas pikiran, yaitu 1) kesadaran
moral, merupakan
kemampuan menangkap isu moral yang sering implisit dari suatu
objek atau
peristiwa, 2) pengetahuan terhadap nilai-nilai moral (literasi
etis) adalah
kemampuan menerjemahkan nilai-nilai abstrak menjadi perilaku
konkret, 3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
pengambilan prespektif adalah kemampuan menerima sudut pandang
lain,
memahami situasi sebagaimana orang lain memahaminya,
mengimajinasikan
pemikiran orang lain, mereaksi, dan berperasaan, 4) penalaran
moral adalah
memahami makna sebagai orang yang bermoral, 5) pembuatan
keputusan adalah
proses seseorang menjadi memiliki keputusan, 6) memahami diri
sendiri
merupakan kemampuan melihat kembali perilaku sendiri dan
mengevaluasinya.
Lickona (dalam Kesuma, 2011:78), tindakan moral merupakan
produk
pikiran dan perasaan moral. Tindakan moral terdiri dari tiga
aspek, yaitu: 1)
kompetensi adalah kemampuan mengubah putusan dan perasaan moral
menjadi
tindakan moral yang efektif, 2) keinginan moral merupakan inti
dari keberanian
moral; menjadi baik seiring mempersyaratkan sebuah tindakan
nyata dari
kemauan, 3) kebiasaan adalah melakukan hal baik oleh kekuatan
kebiasaan. Dari
aspek tersebut dibedakan menjadi tiga nilai budi pekerti dan
nilai karakter yaitu
sikap (afektif), pikiran (kognitif), dan perilaku (psikomotor).
Pendapat
dikemukakan oleh (Zuriah, 2007: 67) bahwa pendidikan karakter
atau
pendidikan budi pekerti memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1)
siswa memahami
nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga, lokal,
nasional, dan internasional
melalui adat istiadat, hukum, undang-undang, dan tatanan antar
bangsa. 2) siswa
mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisten
dalam
mengambil keputusan budi pekerti di tengah-tengah rumitnya
kehidupan
bermasyarakat. 3) siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam
masyarakat
secara rasional bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah
melakukan
pertimbangan sesuai dengan norma budi pekerti. 4) siswa mampu
menggunakan
pengalaman budi pekerti yang baik bagi pembentukan kesadaran dan
pola
perilaku yang berguna dan bertanggung jawab atas
tindakannya.
Mengingat budi pekerti merupakan etika praktis atau terapan
yang
bersumber kepada masyarakat (kesusilaan atau moralitas, agama,
hukum, dan
adat istiadat setempat), maka Zuriah (2011:68) mengemukakan
nilai-nilai budi
pekerti di bawah ini merupakan uraian berbagai perilaku dasar
dan sikap yang
diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan
pribadinya.
1. Menaati ajaran agama (religius)
2. Memiliki dan mengembangkan sikap toleransi (toleransi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
3. Tumbuhnya disiplin diri (disiplin)
4. Memiliki rasa tanggung jawab (tanggung jawab)
5. Memiliki kesabaran (kesabaran)
6. Memiliki tata krama dan sopan santun (kesopanan)
Pendidikan budi pekerti atau karakter ini dapat bersumber dari
sastra, seni,
dan budaya (Ratna, 2014: 195). Seseorang dapat dikatakan
berkarakter atau
berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki
masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral di dalamnya
(Zuriah, 2007:
19). Pendapat lain dikemukakan oleh Lickona (2014:72) bahwa
karakter
terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan, yaitu
pengetahuan
moral (kogitif), perasaan moral (afektif), dan perilaku moral
(psikomotor).
Pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti baik itu
kekuatan batin
dan karakter agar anak didik dapat menemukan kesempurnaan hidup.
Ki Hajar
Dewantara memandang pentingnya pendidikan karakter sebagai bekal
untuk
meraih cita-cita, karena karakter manusia menjadi modal utama
dalam menjalani
kehidupan (Dewantara, 1967:15). Pendidikan karakter merupakan
kulminasi
dari kebiasaan yang dihasilkan dari pihak etik, perilaku, dan
sikap yang dimiliki
individu yang merupakan moral yang prima walaupun ketika tidak
seorang pun
yang melihatnya.
Berdasarkan gagasan di atas, maka peneliti terdorong untuk
menelaah nilai-
nilai budi pekerti yang terdapat dalam gamelan. Di bawah ini
akan dijelaskan
lebih detail bahwa gamelan memiliki nilai-nilai budi
pekerti.
2. Gamelan
a. Pengertian Gamelan
Gamelan adalah sebuah pernyataan musikal berupa kumpulan
alat-alat
musik (bunyi-bunyian) tradisional dalam jumlah besar yang
terdapat (terutama)
di Pulau Jawa. Semua alat dibunyikan secara bersama-sama atau
sebagian saja
dengan cara yang sesuai, sehingga merupakan konsert atau
kumpulan suara yang
teratur menurut tempo dan irama tertentu. Dengan kata lain
masing-masing alat
mempunyai nama dan fungsinya sendiri-sendiri (secara teratur)
disebut
gendhing (Yudhoyono, 1984:15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Gamelan Jawa menurut Farabi Ferdiansyah (2010: 23) berasal dari
kata
nggamel (dalam bahasa jawa) nggamel yang berarti memukul atau
menabuh,
diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda.
Sedangkan istilah
gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang
dimainkan
bersama. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya atau alatnya,
yang mana
merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan
bersama. Cara
memainkannya pun ada bermacam-macam, namun kebanyakan di
antaranya
dipukul atau ditabuh. Perangkat dari gamelan Jawa antara lain
gong, kempul,
kenong, kethuk-kempyang, celempung, suling, kemanak, kendhang,
rebab,
saron, dan slenthem.
Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut
pada
beberapa kakawin Jawa Kuno. Mungkin juga kata gamelan terjadi
dari
pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah
alat untuk
memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan
dipukul-pukul.
Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering
diketok
namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembal
namanya
gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi
gamelan.
Gamelan berasal dari kata “gamel” dengan alat musik perkusi
yakni alat musik
yang dipukul (Zoetmulder dalam Ferdiansyah, 2010:26) . Terdapat
pendapat lain
mengenai kata gamelan yaitu gangsa. Kata gangsa konon berasal
dari rumus
kimia ini yaitu dari suku kata terakhir ‘tiga’ dan ‘sedasa’
(sepuluh) ialah ga-sa
yang akhirnya menjadi gangsa. Namun mungkin juga dari bahan
pokok untuk
membuat perunggu yaitu tembaga dan rejasa (timah). Diambil
suku-kata
terakhirnya pula memberikan kata ga-sa atau gangsa. Selain itu,
gangsa yang
merupakan kata lain dari gamelan juga mampunyai arti tersendiri
yang
menunjukkan latar belakang filsafat diciptakannya alat tetabuhan
ini. Bahwa
menurut masyarakat Jawa, gangsa mengandung arti: gang=
gegandulaning urip
(pegangan hidup) dan sa= rasa. Jadi gangsa ialah pegangan utama
hidup yaitu
rasa (Yudhoyono, 1984: 31).
Seni karawitan gamelan dapat memfasilitasi peserta didik
mengasah
kepekaan pendengarannya untuk menghasilkan suara gending. Suara
gending
ada dua macam, yang dapat diwujudkan dengan suara manusia yang
disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
dengan sekar (tembang, lagu), dapat juga disuarakan dengan alat
yang
dinamakan gangsa (gamelan) yang biasanya dinamakan gending.
Keduanya
tetap dinamakan lagu. Kepekaan pendengaran mengarahkan mereka
memiliki
kehalusan rasa dan budi (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,
2013: 303).
Menurut Ki Hajar Dewantara (Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa,
2013: 173). Pengajaran gamelan yang menghasilkan suara gending
dapat
membantu peserta didik memperoleh pengetahuan tentang gending
sekaligus
menumbuhkan rasa kebatinan. Maksudnya, menuntun peserta didik ke
arah rasa
kewiramaan (perasaan, ritmis), menghidupkan rasa keindahan
(perasaan estetis),
serta memurnikan rasa kesusilaan (perasaan etis).
b. Instrumen Gamelan
Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 75 alat dan dapat
dimainkan
oleh 30 niyaga (penabuh) dengan disertai 10 sampai 15 pesinden
dan atau
gerong. Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau
tetabuhan yang
terbuat dari logam. Sedangkan bentuknya berupa bilah-bilah
ataupun canang-
canang dalam berbagai ukuran dengan atau tanpa dilengkapi sebuah
wadah
gema. Alat-alat lainnya terdapat kendang, sebuah alat gesek yang
disebut rebab,
kemudian gambang yaitu sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya
dari kayu, dan
alat berdawai kawat yang dipetik bersama siter atau celempung.
Semua alat
tersebut dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja
dengan cara yang
sesuai, sehingga merupakan konser atau kumpulan suara yang
teratur menurut
tempo dan irama tertentu. Dengan kata lain masing-masing alat
mempunyai
nama dan fungsinya sendiri-sendiri dan dibunyikan menurut
kebutuhannya.
Hasil pembunyian tersebut (secara teratur) disebut gending
(Yudhoyono,
1984:15).
Alat-alat musik Jawa yang disebut gamelan, pada dasarnya
dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian menurut bahan pembuatannya.
Yaitu
kelompok alat-alat yang terbuat dari logam, dan kelompok
alat-alat yang terbuat
bukan dari logam. Yang termasuk dalam kelompok pertama terdiri
atas alat-alat
seperti gong, bonang, saron, slentem, ketuk, kenong, kempyang
serta gender.
Sedangkan kelompok kedua antara lain terdiri atas alat-alat yang
terbuat dari
kayu dan kulit serta bahan lain di luar logam. Di dalamnya yaitu
kendang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
seruling, rebab, gambang, siter, serta ketipung. Semua yang
termasuk dalam
kelompok kedua ini dibunyikan untuk tetabuhan yang halus(
Yudhoyono,
1984:18).
Menurut Endraswara (2008: 44), gamelan dapat digunakan untuk
mendidik
rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam
dunia
karawitan, rasa kesetiakawanan akan tumbuh, tegur sapa halus,
dan bertingkah
laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus
gending-gending.
Meskipun gendhing berlagu keras, nada cepat, kehalusan rasa
tetap ada. Belajar
karawitan berarti belajar hidup bersama, belajar menjadi manusia
utuh.
Gendhing yang paling sederhana pun tetap memuat daya estetika
tinggi. Seni
memainkan instrumen gamelan biasanya juga disebut dengan
karawitan.
Karawitan berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan
akhir an. Rawit
berarti halus, lembut, lungit. Secara etimologis, istilah
“karawitan” juga ada
yang berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan,
ka dan akhir
an. Rawita adalah sesuatu yang mengandung rawit berarti halus,
remit. Kata
rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil,
potongan kecil,
renik, rinci, halus, atau indah. Jadi dapat disimpulkan
karawitan merupakan seni
musik dari perpaduan seperangkat instrumen gamelan yang rumit
tetapi indah
untuk didengarkan (Endraswara, 2008: 23). Jadi karawitan akan
memperhalus
estetika dan sekaligus etika. Aspek-aspek kemanusiaan akan
muncul dalam
karawitan. Satu penabuh dengan yang lain, tidak mungkin berdiri
sendiri,
melainkan secara ritmis saling mewujudkan kepaduan yang mapan
(Endraswara,
2008:6).
Pembuatan gamelan Jawa tidak hanya tergantung pada kualitas
bahan yang
digunakan, melainkan juga pada kemampuan teknis yang
mengerjakannya.
Empu-empu kita yang mampu menciptakan gamelan (pusaka) yang
baik,
mendapat warisan kepandaian turun-temurun dan memerlukan
pengalaman
bertahun-tahun juga. Pembuatan gamelan memakan waktu
bertahun-tahun
bahkan bisa jadi puluhan tahun lamanya. Waktu yang lama terutama
digunakan
untuk ninting (mengukur tinggi rendahnya nada). Kehebatan
kualitas suatu
gamelan di samping ditentukan oleh perbandingan ukuran dari
bahan
pembuatannya, juga lebih banyak ditentukan dari hasil berdoa
empu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
membuatnya, sehingga pantas gamelan jika disebut pusaka
kerajaan
(Yudhoyono, 1984: 31-32).
Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang
berkaitan
dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual. Kita harus
bangga memiliki alat
kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada.
Duniapun
mengakui bahwa gamelan adalah musik tradisional timur yang
dapat
mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam
suasana
bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat.
Gamelan
dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang
yang biasa
berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh,
tegur sapa
halus dan tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang
menjadi sehalus
gending-gending(Endraswara, 2008:44).
Dari semua data tersebut peneliti mengetahui bahwa setiap
instrumen
gamelan memiliki karakteristik dan nilai-nilai budi pekerti.
Nilai-nilai budi
pekerti tersebut baik jika diketahui dan dikembangkan oleh siswa
usia SD. Pada
penelitian ini peneliti akan menuliskan nilai-nilai budi pekerti
dalam instrumen
gamelan untuk siswa SD.
c. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan
Gamelan memiliki karakteristik dan nilai nilai budi pekerti di
dalamnya. Hal
ini harus diketahui dan dikembangkan oleh setiap penabuhnya.
Gamelan terdiri
dari 75 instrumen dan dimainkan oleh 30 penabuh. Akan tetapi,
yang biasanya
dimainkan kurang lebih hanya 12 instrumen. Cara memainkan
instrumen tidak
bisa sendiri, karena harus menjadi satu kesatuan sehingga
nantinya akan
membentuk suatu irama atau lagu yang khas (Yudhoyono, 1984: 15).
Di bawah
ini akan dijelaskan 7 contoh instumen gamelan beserta
karateristiknya menurut
Yudhoyono(1984), antara lain:
1. Rebab
Rebab merupakan sebuah kata yang terdiri atas dua suku kata dari
bahasa
Jawa. Yaitu Re (jw) dan bab (jw). Re artinya
kembali/mengulang/pergantian.
Sedangkan bab artinya masalah/problema/ bagian ataupun keadaan.
Jadi rebab
diartikan sebagai pergantian masalah, pergantian bagian, atau
pergantian
keadaan. Rebab adalah suatu alat musik gamelan yang berdawai
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
membunyikannya dengan cara digesek seperti biola. Rebab
dibunyikan saat
pergantian gending atau irama juga pengulangan yang biasanya
ditandai dengan
berhentinya alat-alat lain dalam waktu sesaat saja. Alat ini
dalam gamelan Jawa
termasuk dalam tetabuhan halus dan khusus baik nada maupun
penggunaannya.
Para ahli pada zaman Majapahit menyatakan bahwa rebab merupakan
bentuk
baru biola yang asalnya dari barat. Bentuk dari alat musik
tersebut
dikembangkan seperti tubuh manusia yang sedang duduk bersila
menurut
konsepsi orang Jawa. Sesuai dengan konsep tersebut, maka cara
membunyikan
rebab harus dengan posisi duduk bersila.
Cara membunyikan rebab selain dengan duduk bersila yaitu
dipegang
dengan posisi tegak, dan penggeseknya digerakkan ke arah kiri
dan kanan secara
horizontal. Ini mempunyai arti harus adanya keseimbangan antara
hubungan
vertikal dan horizontal pada setiap diri manusia. Ujung rebab
bagian atas (tegak)
menunjuk ke arah manusia menembah pada Tuhannya. Sedangkan
cara
menggeseknya menunjuk arah bagaimana seseorang itu bersikap dan
bertindak
atas sesamanya dalam kehidupan sehari-hari
(Yudoyono,1984:87-90). Dari
karakterisitik instrumen rebab, maka nilai yang terkandung saat
memainkan
instrumen rebab yaitu selalu menyembah kepada Tuhan, sehingga
ketika
memainkan instrumen rebab penabuh mengembangkan nilai
religiusitas yang
berarti berdoa kepada Tuhan.
2. Kenong
Kenong merupakan alat gamelan Jawa yang terbuat dari
perunggu,
pemukulnya dari kayu yang diberi lapisan karet tebal. Bentuk
instrumen kenong
mirip dengan ketuk, hanya ukuran dan jumlah pencunya yang
berbeda. Kenong
dan ketuk adalah pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Cara
memainkan
instumen kenong adalah menggunakan 2 alat penabuh dan
pembunyiannya
hanya di akhir bait. Masing-masing logam pencu dapat
menghasilkan suara yang
berbeda. Setiap penabuh supaya dapat memainkan kenong perlu
memiliki
kesabaran. Kesabaran yang dapat terlihat ketika penabuh mampu
menunggu dan
bersabar untuk mendapatkan kesempatan membunyikan kenong di
akhir suatu
bait lagu.
3. Siter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
Siter atau yang sering disebut ’celempung’ merupakan
satu-satunya alat
musik petik dalam komposisi gamelan Jawa. Mempunyai bentuk empat
persegi
panjang (tepatnya trapesium) dengan bentangan-bentangan kawat
(dawai) atau
bulu ekor kuda diatas kotak kayu dengan diberi lubang suara.
Kaitan antara
bentuk beserta kelengkapan siter dengan struktur manusia menurut
konsepsi
orang Jawa adalah sebagai berikut.
a. Dawai dengan tinggi rendahnya nada menggambarkan suara hati
nurani
manusia.
b. Paku penyetel dawai menggambarkan alat pengukur atau kontrol
yang
dimiliki oleh setiap manusia, yang mengendalikan sikap dan
tingkah
lakunya.
c. Bantalan/ganjal menggambarkan katalisator.
d. Wadah gema serta lubang suara menggambarkan tubuh manusia
lengkap
dengan indera yang dimilikinya. Seperti mulut, telinga, mata,
dan
sebagainya.
e. Kaki siter atau penyangga menggambarkan permasalahan yang
selalu
mengiringi kehidupan manusia. Sedangkan duduk bersila
menggambarkan
sopan santun agar bunyi yang dihasilkan enak walau betapa
berat
permasalahannya.
Siter bagi masyarakat Jawa lebih populer dengan
nama’celempung’.
Artinya cepet+lempeng+rampung. Atau cepat+lurus dan
jujur+selesai. Bahwa
apabila suatu usaha itu dilaksanakan dengan cepat, lurus dan
jujur, maka akan
cepat selesai. Maksudnya tercapai tujuannya. Cepat dalam
langkah, lurus dan
jujur dalam artian juga tidak memanipulir suara hati nurani
rakyat, dan selesai
berarti dapat dipertanggungjawabkan keseluruhannya
(Yudoyono,1984:115-
119). Dari karakterisitik instrumen siter, maka nilai yang
terkandung saat
memainkan instrumen siter yaitu nilai konsentrasi dalam bermain
siter dan nilai
kesopanan saat duduk.
4. Saron
Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk
tetabuhan
keras berupa wilahan-wilahan dari perunggu yang disusun berderet
diatas kotak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
kayu sebagai wadah gema. Bentuk wilahannya seperti wilahan
gender, hanya
saja ukuran tebal serta beratnya yang berbeda. Juga bentuknya
kadangkala
berbeda. Jika wilahan gender agak cekung, sedangkan wilahan
saron agak
cembung. Besar masing-masing wilahan pada saron tidak sama,
melainkan
berurutan dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Semakin kecil
wilahannya, semakin tinggi suaranya. Juga semakin besar
wilahannya, semakin
rendah juga suaranya. Jumlah saron untuk seperangkat gamelan ada
8 buah,
terdiri dari saron demung dan saron barung. Cara
membunyikannya
menggunakan sebuah alat pemukul yang terbuat dari kayu atau
tanduk
kerbau.Sementara tangan kanan memainkan alat pemukulnya, tangan
kiri metet
(menghentikan gema) wilahan yang baru saja ditabuhnya. Hal ini
dapatlah
dimengerti, betapa keras suara yang ditimbulkan oleh beradunya
dua benda
keras. Oleh karenanya agar gemanya tidak mengganggu bunyi
gendhing secara
keseluruhan, maka perlu dipetet. Sehingga yang ada hanyalah
bunyi nyaring dan
utuh dari wilahan-wilahan saron sesuai dengan notasi
gendhing.
Saron berasal dari kata ‘seron’ yang berarti sero atau keras.
Hal ini
sekaligus menunjukkan cara memukulnya serta suara yang
dihasilkan. Sebagai
alat yang mempunyai fungsi pembawa lagu pokok, saron harus
ditabuh atau
dipukul kuat-kuat untuk menghasilkan bunyi yang keras agar tidak
tenggelam
oleh bunyi alat-alat lainnya. Walaupun demikian, tidak setiap
gendhing harus
diiringi dengan bunyi saron yang keras. Adakalanya alat ini
dibunyikan pelan,
atau bahkan tidak dibunyikan sama sekali
(Yudoyono,1984:111-115). Dari
karakterisitik instrumen saron, maka nilai yang terkandung saat
memainkan
instrumen saron yaitu fokus dalam memukul irama keras atau
lembut dan
kerjasama dengan instrumen lainnya.
5. Gong
Yang dinamakan’Gong’ ialah alat musik pukul pada gamelan Jawa
yang
terbuat dari perunggu dan mempunyai ukuran terbesar di antara
alat-alat lainnya.
Dalam komposisi gamelan sebenarnya terdapat beberapa buah dengan
ukuran
serta nada yang berbeda. Ukuran yang terbesar sekitar satu meter
atau lebih garis
tengahnya. Berbeda dengan alat-alat musik gamelan lainnya, gong
diletakkan
menggantung pada sebuah gawangan dari kayu berukir indah.
Posisinya miring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
dengan seutas tali besar sebagai penggantungnya. Dengan demikian
memukul
atau membunyikannya tidak dengan ayunan tangan ke arah bawah,
melainkan
ke samping. Alat pemukulnya bertangkai kayu dan dibagian
ujungnya yang
dipukulkan berbentuk bulat seperti bola berisi sabut kelapa atau
lilitan tali tebal
berlapiskan lembaran kain sehingga menjadi empuk. Tidak jarang
pula bulatan
tersebut setelah dilapisi kain kemudian masih dianyam dengan
beberapa tali
kecil agar lebih kuat dan tidak mudah lepas.
Fungsi utama gong dalam komposisi gamelan Jawa termasuk
dalam
kelompok pertama, yaitu sebagai pemain irama. Maksudnya ialah
sebagai
penentu batas-batas antara guru lagu yang satu dengan yang
lainnya di dalam
suatu gendhing atau lagu (Yudoyono,1984:107-108). Dari
karakterisitik
instrumen gong, maka nilai yang terkandung saat memainkan
instrumen gong
yaitu fokus dan sabar karena gong tidak dimainkan setiap
saat.
6. Gambang
Kata gambang berasal dari dua suku kata yaitu gam + bang =
gambling +
timbang = jelas + seimbang dan dipertimbangkan. Arti seluruhnya
adalah
dengan dipertimbangkan masak-masak sehingga menjadi imbang.
Bahwa apa
yang ada di hadapan penabuh sebenarnya sudah jelas atau
gamblang. Tetapi
kalau hal itu dibiarkan maka hasilnya tentu akan jauh dari yang
dikehendaki.
Gambang ialah salah satu alat pukul pada gamelan Jawa dengan
wilahan-
wilahan dari kayu atau bambu yang disusun berderet di atas
sebuah bak kayu
sebagai wadah gemanya. Cara memainkannya dilakukan dengan dua
alat
pemukul yang ujungnya bundar dan pipih sebesar tutup gelas,
secara amat cepat
berturut-turut dalam jarak satu oktaf. Sisi luar dari kedua alat
pemukul yang
berbentuk bundar dan pipih itu dilapis dengan karet atau kain
yang agak tebal,
sehingga menimbulkan bunyi yang empuk dan halus. Bentuk
wilahan-wilahan
pada gambang adalah sama, tapi tebal maupun panjangnya yang
berbeda. Hal
ini dimaksudkan agar suara yang dihasilkan tidak sama dan sesuai
dengan urutan
tinggi rendahnya nada. Urutan besarnya wilahan ialah dari yang
paling kecil
berada di ujung sebelah kanan sampai yang paling besar di ujung
sebelah kiri.
Makin kecil wilahan makin tinggi nada yang dihasilkan. Dan makin
besar
wilahan, makin rendah nadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Fungsi utama dari gambang dalam komposisi gamelan Jawa
adalah
sebagai penghias lagu pokok dalam berbagai variasi. Tapi alat
ini juga dapat
berdiri sendiri untuk melagukan sebuah gendhing. Juga berfungsi
pula
mengiringi adegan dengan suluk dalang apabila digunakan untuk
mengiringi
pagelaran wayang kulit semalam suntuk (Yudoyono.1984:100-103).
Dari
karakterisitik instrumen gambang, maka nilai yang terkandung
saat memainkan
instrumen gambang yaitu konsentrasi karena insturmen gambang
harus bisa
mengikuti irama instrumen lainnya.
7. Kendang
Istilah kendang bermula dari dua suku kata yaitu ‘ken’ dan
‘dang. Ken
merupakan kependekan dari kata kendali, dan dang kependekan dari
kata padang
(jw)= terang. Maksudnya adalah dikendalikan dengan pikiran dan
hati yang
jernih. Sesuai dengan arti katanya, fungsi utama dari kendang
adalah sebagai
pengendali. Yaitu pengendali setiap permainan gamelan dalam
berbagai
gendhing. Kendanglah yang seringkali membuka gendhing. Dalam
kedudukan
seperti ini cepat lambatnya hentakan tangan pengendang sangat
dipengaruhi pula
irama gendhing-gendhingnya. Salah membuka, bisa jadi salah pula
gendhingnya
(Yudoyono.1984:94-98). Satu stel kendang pada komposisi Gamelan
Jawa
terdiri atas beberapa buah. Paling tidak ada tiga jumlahnya.
Yaitu dari yang
paling kecil (kendang ketipung), sedang (batangan), sampai yang
paling besar.
Jumlah pemainnya hanya seorang. Membunyikannya tanpa alat
pemukul,
melainkan dengan jari dan telapak tangan baik kanan maupun kiri.
Sesuai
dengan artinya, fungsi utama dari kendang adalah sebagai
pengendali setiap
permainan gamelan dalam berbagai gending. Cepat lambatnya
hentakan tangan
pengendang sangat dipengaruhi pula irama gending-gendingnya.
Dari
karakterisitik instrumen kendang, maka nilai yang terkandung
saat memainkan
instrumen kendang yaitu kepemimpinan dan rendah hati, karena
kendang
sebagai pemimpin tempo sebuah lagu namun penabuh harus tetap
mempunyai
sikap rendah hati dengan instrumen atau penabuh lainnya.
Dari 7 instrumen gamelan di atas sudah disebutkan bahwa
setiap
instrumen memiliki karakteristik dan nilai-nilai budi pekerti
yang terkandung di
dalamnya. Semua instrumen tersebut harus dimainkan secara
bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Supaya bisa menghasilkan alunan musik yang indah maka diperlukan
kerjasama
antara penabuh satu dengan yang lainnya. Selain kerjasama,
sebagai penabuh
kita harus mempunyai sikap sopan santun, disiplin, rendah hati,
konsentrasi,
religiusitas (doa), dan kesabaran. Semua sikap tersebut akan
dijelaskan di bagian
berikut.
Tabel 2.1 nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan
Instrumen Nilai-nilai budi pekerti
Rebab Menyembah kepada Tuhan (berdoa/religiusitas)
Kenong Kesabaran
Siter Konsentrasi
Saron Kerjasama
Gong Sabar
Gambang Konsentrasi
Kendang Rendah hati
Dari tabel di atas peneliti melihat bahwa setiap instrumen
gamelan
mengandung nilai-nilai budi pekerti. Setiap instrumen gamelan,
memiliki nilai-
nilai yang berbeda menurut cara memainkannya sehingga semua
instrumen
harus dimainkan secara bersama-sama agar menghasilkan gendhing
yang indah.
Untuk menghasilkan suatu iringan yang indah para penabuh
harus
mengembangkan nilai atau sikap antara lain kerja sama, disiplin,
konsentrasi,
kesabaran, tekun, dan rendah hati sehingga semua menjadi satu
kesatuan dan
memperoleh hasil yang baik. Sikap-sikap tersebut dijelaskan pada
prototipe
buku dan peneliti bahas pada bagian berikut ini.
3. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan
Menurut hasil wawancara dari Bapak Sancoko (praktisi
gamelan),
instrumen gamelan memiliki banyak nilai-nilai budi pekerti
karena gamelan
merupakan budaya Jawa yang adhiluhung. Nilai-nilai budi pekerti
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
terdapat saat sebelum penabuh memainkan gamelan, saat memaikan
gamelan,
dan sesudah memainkan gamelan.
Sebelum memainkan gamelan, penabuh dilatih untuk
mengembangkan
sikap sopan dalam memasuki tempat gamelan dengan berjalan
jongkok sehingga
tidak melangkahi instrumen gamelan. Hal itu menunjukkan sikap
kesopanan
kepada gamelan sebagai salah satu budaya peninggalan dari nenek
moyang.
Selain itu, sebelum memainkan gamelan penabuh harus berdoa
dahulu sebagai
wujud penghormatan kepada gamelan dan sebagai permohonan supaya
lancar
dalam memainkan gamelan sehingga tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
Saat memainkan gamelan, penabuh dilatih untuk konsentrasi,
disiplin,
serta rendah hati. Saat memainkan instrumen gamelan, para
penabuh harus
berkonsentrasi dengan instrumen yang dimainkan agar tidak
terjadi kesalahan
saat memainkannya. Para penabuh juga harus disiplin dalam
memainkan
instrumen gamelan, jika lagu yang dimainkan bertempo lembut maka
penabuh
juga harus menabuh dengan lembut, juga jika lagu yang dimainkan
bertempo
cepat dan keras, maka penabuh harus memainkannya dengan cepat
dan keras.
Hal tersebut termasuk disiplin saat memainkan instrumen gamelan.
Selain itu
saat menabuh instrumen, para penabuh tidak boleh seenaknya
sendiri, harus
mempunyai sikap rendah hati sehingga semuanya bekerja sama
dalam
memainkan instrumen.
Setelah memainkan gamelan, para penabuh harus berdoa kepada
Tuhan
sebagai wujud ucapan terimakasih. Juga penabuh diminta untuk
disiplin
mengembalikan alat pemukul seperti semula. Saat keluar dari
tempat gamelan,
para penabuh harus berjalan jongkok seperti saat memasuki tempat
gamelan. Hal
itu ditujukan agar menghormati gamelan sebagai peninggalan
budaya dari nenek
moyang.
Nilai-nilai budi pekerti tadi harus dikembangkan oleh setiap
penabuh.
Berikut penjabaran nilai-nilai budi pekerti saat memainkan
gamelan.
1 Religius
Religius adalah sikap atau perilaku patuh terhadap agama
atau
kepercayaannya (T. Ramli. 2003). Sebagai penabuh instrumen
gamelan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
harus mengembangkan sikap religius. Contohnya yaitu berdoa
sebelum dan
sesudah memainkan insrumen gamelan agar diberi kelancaran.
2 Sabar
Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta
bertahan
dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan
kemampuan
mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang
mempunyai
nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang
memilikinya.
Saat memainkan instrumen gamelan, penabuh harus memiliki
kesabaran
dalam memainkan instrumen tersebut, agar permainan gamelan
dapat
bersatu padu menjadi sebuah gending yang indah.
3 Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran kepada
sesuatu.
Konsentrasi dibutuhkan para penabuh saat memainkan instrumen
gamelan.
Sehingga para penabuh bisa memainkan instrumen dengan keras
atau
lembut menurut tempo dari lagu yang dimainkan.
4 Kerjasama
Kerjasama adalah sikap dan perilaku individu untuk saling
membantu antar
individu satu dan individu lainnya (Mangunhardjana, 2016: 93).
Gamelan
adalah instrumen yang menjadi satu kesatuan. Semua instrumen
tersebut
dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara
yang
sesuai, sehingga merupakan konser atau kumpulan suara yang
teratur
menurut tempo dan irama tertentu (Yudhoyono, 1984: 15). Sehingga
nilai
kerjasama dapat dikembangkan para penabuh saat memainkan
instrumen
gamelan.
5 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mengajak orang
lain
agar dapat mencapai tujuan tertentu (Hendyat, 1984). Kepemimpian
dalam
memainkan instrumen gamelan contohnya ditunjukkan oleh
intrumen
kendang. Tabuhan instrumen kendang harus bisa mengajak
instrumen
lainnya untuk memainkan lagu dengan tempo cepat dan tempo
lambat.
6 Disiplin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Disiplin merupakan sikap menghormati, menghargai, dan taat
pada
peraturan yang berlaku (Hasibuan, 2002). Sikap disiplin yang
dikembangkan oleh para penabuh gamelan yaitu disiplin dalam
menabuh
sesuai yang diajarkan oleh pelatih seperti yang dikatakan oleh
Schafer
(1986: 9) disiplin berarti menguasai tingkah laku diri sendiri
dengan
berpedoman norma-norma yang jelas, dan aturan-aturan.
7 Rendah Hati
Rendah hati adalah suatu sikap di mana seseorang memiliki
kelebihan bakat
atau kemampuannya namun tidak menonjolkannya di hadapan orang
lain.
Dalam memainkan instrumen gamelan pasti ada yang menjadi
pemimpin
mulainya sebuah gending contohnya kendang. Sebagai pemimpin,
penabuh
kendang harus bersikap rendah hati dalam menabuh, agar bisa
mendengarkan instrumen lainnya yang berbunyi.
Dari nilai-nilai budi pekerti yang sudah dibahas, peneliti
mengambil satu
nilai budi pekerti yang akan peneliti kembangkan dari instrumen
Kenong yaitu
kepemimpinan. Selain memiliki nilai budi pekerti, Kenong juga
menjadi daya
tarik orang yang ingin melihat pagelaran musik gamelan atau
wayang.
4. Instrumen Gamelan: Kenong
Menurut Yudoyono (1984: 122-123) kenong merupakan alat gamelan
Jawa
yang bentuk maupun cara meletakkan serta membunyikannya sama
dengan
ketuk. Ukuran besarnya kenong lebih tinggi dan lebih besar
daripada ketuk.
Sedangkan jumlahnya mengikuti jumlah nada yang ada dalam laras
gamelan.
Seluruhnya ada 12 buah pencu, yang terdiri atas 5 buah untuk
laras slendro dan
7 buah untuk pelog. Dalam komposisi gamelan, ketuk dan kenong
merupakan
pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Tata letaknya menjadi satu
dengan ketuk
dan ditabuh oleh satu orang. Tangan kiri penabuh memegang alat
pemukul
ketuk, dan tangan tangan kanan memegang alat pemukul kenong.
Menabuhnya
secara urut bergantian menurut ketentuan yang ada. Sebagai
contoh misalnya
saja pada gending jenis ladrang, patokan untuk setiap bait atau
baris lagu adalah
2 T I K, maksudnya adalah dua pukulan ketuk dan satu pukulan
kenong. Kenong
berfungsi memainkan irama dasar dengan bunyi yang sangat jarang,
lebih jarang
daripada ketuk tetapi lebih sering daripada gong. Menabuhnya
hanya di setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
akhir suatu bait, kecuali pada jenis-jenis gengding Gangsaran,
Sampak,
Srepegan, Ayak-ayak. Kata kenong merupakan singkatan dari
‘Kepareng Hyang
Winong’ = diijinkan/diridoi oleh Yang Maha Kuasa. Oleh
karenanya
membunyikannya selalu terakhir setelah alat-alat lainnya
berbunyi. Jika semua
alat memukul/menabuhnya dengan benar, barulah kenong memberi
tambahan
dengan bunyi bening dan nyaring yang sangat menyenangkan. Bahwa
Yang
Maha Kuasa senantiasa akan selalu meridoi setiap usaha manusia
sepanjang
berpijak pada jalan yang benar. Dan senantiasa pula memberikan
petunjuk-
petunjuk untuk langkah-langkah usaha selanjutnya.
Peneliti mengaitkan nilai-nilai budi pekerti dengan nilai-nilai
saat
memainkan instrumen kenong yaitu kesabaran dan rendah hati.
Sehingga sebagai
penabuh instrumen kenong, sikap yang harus dikembangkan yang
pertama
adalah kesabaran. Hal ini dikarenakan semua instrumen mempunyai
kedudukan
yang sama.
Setiap lagu yang dimainkan pasti mempunyai tempo yang
berbeda-beda,
misalnya lagu Suwe Ora Jamu dan Lir-ilir. Suwe Ora Jamu memiliki
tempo yang
cepat sehingga penabuh kenong harus bisa memimpin instrumen
lainnya dengan
tempo yang cepat. Sedangkan lagu Lir-ilir mempunyai tempo
lambat,
bagaimanapun juga penabuh kenong harus bisa memimpin instrumen
lainnya
untuk bermain lambat. Karena kenong sebagai pengakhir bait
gendhing
mengikuti cepat lambat tempo dari instrumen gamelan, maka
penabuh harus
tetap memiliki sikap kesabaran antara seperangkat instrumen
gamelan. Semua
instrumen mempunyai kedudukan sama. Nilai-nilai budi pekerti
yang
terkandung saat memainkan instrumen kenong sangatlah baik
untuk
dikembangkan kepada anak sejak dini. Namun, masih belum banyak
yang
mengetahui hal tersebut. Maka dari itu peneliti terdorong untuk
mengembangkan
prototipe cergam pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
(kenong)
untuk SD. Peneliti memilih media sumber bacaan cerita bergambar
(cergam)
karena siswa usia SD lebih menyukai cerita dengan dukungan
gambar sehingga
membuat mereka tertarik untuk membaca. Nilai-nilai budi pekerti
yang
terkandung saat memainkan instrumen kenong sangatlah baik
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
dikembangkan kepada anak sejak dini. Namun, masih belum banyak
yang
mengetahui hal tersebut.
Oleh karena itu peneliti terdorong untuk mengembangkan
cergam
berjudul “Instrumen Kenong, Melatih Kesabaran”. Cergam tersebut
peneliti
cantumkan dalam bagian kedua prototipe cergam.
5. Cerita Bergambar
Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke
dalam
bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar
dapat
dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses
pendidikan
sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar.
Tarigan
(1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat,
menarik
dan dapat merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang
menarik, akan
menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon
awal
terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan
dalam
pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya
yang konkrit
dan tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi
komunikasi
universal yang dikenal secara luas.
Cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan
gambar-
gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa untuk
memperjelas sebuah
teks cerita. Biasanya cergam dicetak diatas kertas dan teks
adalah bagian utama
di dalamnya. Cergam merupakan media yang unik, menggabungkan
teks dan
gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik
perhatian
semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu
mudah dipahami
(Putra, 2008:10). Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang
tidak asing
dalam kehidupan anak-anak. Di samping itu, buku adalah sebuah
media yang
baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar
merupakan
kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi
sebagai penghias
dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman
terhadap isi
buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca
dapat
dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang
hendak
disampaikan serta dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik
halus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
pada anak. Kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan seorang
anak
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak dan
kemampuan
memusatkan perhatian. Kegiatan motorik halus merupakan komponen
yang
mendukung pengembangan kognitif, sosial, dan emosi anak. Hal ini
bertujuan
agar siswa dapat mewarnai gambar tersebut sendiri sehingga
menstimulasi
imajinasi serta dapat melatih kreatifitas anak dalam berkarya.
Prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan juga dapat
menjadi bacaan
siswa usia SD di sekolah dalam kegiatan GLS yang dilakukan
selama 15 menit
sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
6. Gerakan Literasi Sekolah
Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemeterian
Pendidikan dan Kebudayaan (2016: 2), literasi tidak terpisahkan
dari dunia
pendidikan dan menjadi sarana peserta didik dalam mengenal,
memahami, dan
menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Gerakan
Literasi
Sekolah (GLS) merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas,
antara lain:
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara
(Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Kemeterian Pendidikan dan
Kebudayaan,
2016: 2). Istilah literasi (literacy) menurut Barton (dalam
Nurgiyantoro, 2005:
120) merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis. Pegenalan
literasi
terhadap anak dapat dikatakan sebagai mengenalkan anak pada
huruf-huruf
tulisan dengan tujuan akhir agar anak menjadi melek huruf, dapat
membaca
tulisan, dan menulis (Nurgiyantoro, 2005: 120)
Stewig (dalam Nurgiyantoro, 2005:120) membedakan literasi dalam
dua
kategori, yaitu literasi visual yang berwujud gambar-gambar dan
literasi verbal
yang berwujud huruf-huruf tulisan. Kemampuan literasi tidak akan
dicapai tanpa
adanya usaha sadar dan terencana (Nurgiyantoro, 2005: 120).
Pemerintah
melakukan Gerakan Literasi sekolah untuk membiasakan anak agar
mau
membaca. Gerakan Lietrasi Sekolah (GLS) merupakan suatu usaha
atau kegiatan
yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah,
akademisi, penerbit,
media massa, masyarakat, dan pemangku kepentingan di bawah
koordinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan
Kebudayaan (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016: 7).
Gerakan literasi sekolah merupakan upaya yang dilakukan
pemerintah dan
sekolah untuk menanamkan kebiasaan mebaca sebagai kegiatan
yang
menyenangkan dan ramah pada anak. Gerakan Literasi sekolah ini
dilakukan
dengan selama kurang lebih 15 menit sebelum pembelajaran dimulai
dan
sesudah pembelajaran selesai.
Cergam yang hendak peneliti bahas juga dapat dijadikan sarana
literasi bagi
siswa SD kelas 4 khususnya dalam pembelajaran, karena dalam Tema
1, subtema
3, pembelajaran ke 3 dan 4 mencakup Kompetensi Dasar yang
mendukung
prototipe cergam pendidikan budi pekerti dalam memainkan
instrumen
gamelan. Berikut adalah tabel kompetensi dasar kelas 4, Tema 1,
Subtema 3,
Pembelajaran 3 dan 4:
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia IPA PJOK
3.2 Mencermati
keterhubungan
antargagasan yang
didapat dari teks
lisan, tulis, atau
visual.
3.6 Menerapkan sifat-
sifat bunyi dan
keterkaitannya
dengan indera
pendengaran.
3.1 Memahami variasi gerak dasar
lokomotor, nonl