Page 1
i
PENGEMBANGAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JAWA
MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK
A DI TARBIYATUL ATFAL MUSLIMAT
NU II, DAWUNG, PULISEN, BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
USWATUN QASANAH
NIM 11613007
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
Page 5
v
MOTTO
اكرموا اضوالدضكم وا حسنوا ادبهم
Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan mereka.
(H.R. Ali Bin Abi Thalib. RA)
Sumber : ayahbunda.or.id/ilmu-parenting-ali-bin-abi-thalib
Orang yang bijaksana akan mendidik anak-anaknya dengan baik maka akan
baik pula kehidupan anaknya kelak.
Page 6
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tua (Mujiman dan Bayinah) yang telah mendidik dan memberikan dorongan
baik materiil maupun spiritual.
2. Calon suami tercinta (Muhamad Alfi Utomo) , yang sangat berarti memberikan semangat
dan doa agar skripsi ini berjalan dengan lancar.
3. Semua keluarga besar Tarbiyatul Athfal Musliman NU II yang telah memberikan
motivasi yang besar.
4. Kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat
serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah
menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “PENINGKATAN
PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JAWA MELALUI METODE CERITA
BERGAMBAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TARBIYATUL ATHFAL MUSLIMAT
NU II DAWUNG PULISEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 “.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan
moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga.
4. Ibu Setia Rini, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara
ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya
memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses
penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Page 8
viii
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam
Anak Usia Dini yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
6. Ibu Ning Sriyani selaku Kepala Sekolah beserta seluruh keluarga besar Tarbiyatul
Athfal Muslimat NU II Boyolali yang berkenan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan
balasan yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan
memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia pendidikan.
Salatiga, 26 Maret 2018
Penulis,
Uswatun Qasanah
NIM. 116 13 007
Page 9
ix
ABSTRAK
Qasanah Uswatun, 2017. (Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Jawa melalui Metode
Cerita Bergambar pada Anak Usia 4-5 Tahun di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Dawung,
Pulisen, Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018).
Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Setia Rini, S.pd, M.Pd.
Kata Kunci : Kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, Kreasi Gambar Huruf Abjad, Anak
Usia Dini.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Jawa melalui
metode cerita bergambar pada anak usia 4-5 tahun di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II
Dawung, Pulisen, Boyolali tahun pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini
adalah anak dengan usia 4 - 5 tahun yang tergabung dalam Kelompok A dan berjumlah 20 anak.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi dan tes yang
berupa lembar kerja anak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan kosakata Bahasa Jawa di Tarbiyatul
Athfal Muslimat NU II Boyolali sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas sebesar 28%.
Setelah dilakukan tindakan yang disepakati yaitu melalui metode cerita bergambar diperoleh
hasil Siklus I sebesar 50% dan Siklus II meningkat menjadi 94%. Hasil penelitian ini sudah
memenuhi indikator pencapaian sebesar 75% yang telah ditetapkan sekolah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui metode cerita bergambar pembelajaran kosakata Bahasa Jawa dapat
diserap anak dengan mudah.
Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
melalui metode cerita bergambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Jawa pada
Anak Usia 4-5 Tahun di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Boyolali tahun pelajaran 2017/2018
telah terbukti dan dapat diterima kebenarannya.
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ................................................................. iv
MOTTO …………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN………………………………………… .......................... vi
KATA PENGANTAR………………………………………… ................... vii
ABSTRAK………………………………………… ..................................... ix
DAFTAR ISI………………………………………… .................................. x
DAFTAR TABEL………………………………………… .......................... xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………… ..................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………… .................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 7
E. Indikator Keberhasilan…………………………………………. 8
F. Kegunaan Penelitian ................................................................... 8
Page 11
xi
G. Definisi Operasional ................................................................... 10
H. Metode Penelitian ....................................................................... 12
I. Sistematika Penulisan ................................................................. 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ............................................................................ 25
1. Pengertian Peningkatan…………………………………. ... 25
2. Pengertian Penguasaan…………………………………….. 25
3. Pengertian Kosakata……………………………………….. 27
4. Hakikat Bahasa untuk Anak Usia Dini……………………. 27
5. Tujuan Pembelajaran Bahasa……………………………… 41
6. Metode Cerita Bergambar .................................................... 42
B. Kerangka Berfikir ........................................................................ 43
C. Hipotesis ..................................................................................... 44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian……………. .... 46
1. Profil Sekolah……………………………………………… 46
2. Visi, Misi dan Tujuan……………………………………… 47
3. Keadaan Siswa dan Guru………………………………….. 47
4. Struktur Organisasi………………………………………… 49
5. Kelebihan Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II…………….. 49
6. Tata Tertib dan pembiasaan di Tarbiyatul Athfal
Muslimat NU II……………………………………………. 50
B. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus ............................... 52
C. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus I .................................. 53
1. Perencanaan Tindakan……………………………………… 53
2. Pelaksanaan Tindakan……………………………………… 56
3. Observasi…………………………………………………… 61
4. Analisis dan Refleksi……………………………………….. 62
D. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II…………………… .. 64
1. Perencanaan Tindakan ......................................................... 64
Page 12
xii
2. Pelaksanaan Tindakan .......................................................... 68
3. Observasi.............................................................................. 71
4. Analisis dan Refleksi ........................................................... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus .................................................................... 73
1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data………………… 73
2. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus…………………………. 75
3. Data Hasil Pengamatan Siklus I……………………………. 77
4. Data Hasil Pengamatan Siklus II…………………………… 80
B. Pembahasan ................................................................................. 83
1. Katentuan Indikator Keberhasilan………………………… 83
2. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian Pra Siklus
dengan Indikator Keberhasilan…………………………… 83
3. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian Siklus I
dengan Indikator Keberhasilan…………………………… 85
4. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian Siklus II
dengan Indikator Keberhasilan…………………………… 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 91
B. Saran ........................................................................................... 92
C. Penutup……………………………………………………….. .. 93
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak …..………. 21
Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator
Keberhasilan…………………………………….. 22
Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Lingkup Bahasa………. 40
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok A………………………….. 48
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II..…... 49
Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak…………... 73
Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus………………………… 74
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus………………………………….. 75
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I…………………………………….. 78
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Siklus II……………………………………. 81
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan Indikator
Keberhasilan……………………………………….………. 84
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Pra Siklus……………………………….. 85
Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan Indikator
Keberhasilan………………………………………………... 86
Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Siklus I………………………………….. 87
Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan Indikator
Keberhasilan…………………………………………….….. 88
Tabel 4.11 Rekapitulasi Data Siklus II………………………………….. 89
Page 14
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart.………. 13
Gambar 2.1 Hipotesis Tindakan PTK………….. …………………………… 45
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II………… 51
Gambar 3.2 Materi Siklus I Pertemuan 1 Selasa 1 Agustus 2017……………… 54
Gambar 3.3 Materi Siklus I Pertemuan 2 Rabu 2 Agustus 2017…………… . 55
Gambar 3.4 Materi Siklus II Pertemuan 1 Selasa 8 Agustus 2017…………… 66
Gambar 3.5 Materi Siklus II Pertemuan 2 Rabu 9 Agustus 2017…………… 66
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa
Jawa………………..…………………..……………………….. 89
Page 15
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Indikator Tiap Siklus yang Diamati
Lampiran 6 Lembar Observasi 3 lembar
Lampiran 7 Wawancara
Lampiran 8 Catatan Lapangan
Lampiran 9 RKH
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 11 Contoh Kumpulan Materi Cerita Bergambar
Lampiran 12 Lembar Kerja Anak
Lampiran 13 SKK
Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2003 pengertian pendidikan adalah sebuah
usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara. Pada pendidikan anak usia dini, menurut Permendiknas RI No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:28), menjelaskan secara jelas batasan tentang
pendidikan anak usia dini bahwa, “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun”. Usia dini merupakan awal bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak yang akan membawa dampak sepanjang kehidupan anak
selanjutnya.
Sesuai dengan kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia tumbuh
suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu dengan daya guna yang
tinggi, termasuk di dalamnya penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia
memerlukan sarana dalam mengungkapkan ide, gagasan, maksud, isi, pikiran, perasaan dan
sebagainya. Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam
berinteraksi. Oleh karenanya pembelajaran bahasa pada anak usia dini sangat berperan
penting bagi keberhasilan aspek perkembangan yang lainnya seperti nilai agama moral, fisik
motorik, kognitif, sosial emosional dan seni.
Page 17
2
Pada umumnya di lembaga pendidikan anak usia dini, pada awal permulaan
pembelajaran bahasa, anak didik akan diajarkan pengenalan kosakata tentang nama–nama
benda sesuai dengan tema pembelajaran tiap minggunya, tema tersebut sudah dirancang
dalam silabus lembaga pendidikan masing-masing. Sebagaimana tempat penelitian yang
dipilih oleh penulis yaitu berlokasi di Provinsi Jawa Tengah khususnya Boyolali yangmana
sangat menjunjung tinggi tradisi jawa, termasuk penggunaan Bahasa Jawa sehari-hari dapat
dikatakan lebih utama. Perolehan bahasa jawa anak sehari-hari dipengaruhi oleh perilaku
orang tua dan lingkungannya. Namun dalam praktiknya, mulai ada penurunan tentang
pelestarian budaya jawa khususnya bahasa jawa, dimana kedudukannya semakin tergeser
dengan adanya penggunaan Bahasa Indonesia pada semua aspek perkembangan yang
diajarkan oleh guru di sekolah serta adanya anggapan bahwa menggunakan bahasa
Indonesia dinilai anak lebih pandai. Seiring dengan perkembangan zaman, anak didik usia
dini tidak hanya dituntut mahir dalam berbahasa Indonesia saja, akan tetapi perlu dikenalkan
dengan Bahasa Jawa. Bahasa jawa sangat penting dikenalkan disekolah untuk melestarikan
budaya daerah guna menjunjung tinggi kebudayaan nasional. Perlu kita ingat, bahwa
kebudayaan nasional tidak akan ada tanpa adanya unsure-unsur kebudayaan daerah, karena
kebudayaan daerah adalah warisan leluhur yang harus kita lestarikan jangan sampai hilang.
Bangsa yang maju adalah bangsa yang peduli akan nasib generasi penerusnya, sedangkan
bahasa merupakan kunci utama bagi generasi bangsa untuk membuka jendela dunia. Maka
sebaiknya generasi penerus bangsa kita, perlu dikenalkan dan diajarkan bahasa jawa.
meskipun Bahasa Jawa itu sendiri bukan termasuk komponen yang wajib dalam kurikulum
PAUD/TK/RA. Namun apa salahnya jika semenjak usia dini atau masa emas (golden age)
Page 18
3
dimana usia 0 – 6 tahun adalah masa peka dan pesatnya perkembangan otak anak, maka
sangat tepat jika anak usia dini dikenalkan dengan Bahasa Jawa.
Oleh sebab itu penguasaan kosakata Bahasa Jawa yang merupakan dasar agar kita
dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya dalam kehidupan sehari-hari
khususnya di daerah Jawa Tengah, perlu mendapatkan perhatian dan perlu ditingkatkan pada
anak usia dini. Dengan penguasaan kosakata bahasa dengan baik, anak didik akan
mempunyai bekal ilmu pengetahuan tambahan yang berguna ketika memasukki jenjang
pendidikan dasar yang lebih tinggi yaitu SD dan yang terpenting adalah anak didik dibekali
kemampuan memahami kata sederhana dan melafalkan kosakata Bahasa Jawa dengan benar.
Namun dalam praktiknya di lembaga pendidikan anak usia dini, dalam pembelajaran
bahasa khususnya di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II masih dijumpai berbagai masalah
yaitu keterbatasan kosakata yang diketahui anak, permasalahan lain yaitu terdapat orang tua
atau orang–orang yang ada di sekitar anak yang sengaja berbicara dengan lafal yang dibuat
-buat, serta adanya beberapa anak yang mempunyai gangguan alat artikulasi sehingga anak
tidak dapat mengucapkan bunyi-bunyi vokal tertentu. Dari hasil observasi awal yang telah
dilakukan, diperoleh hasil ketuntasan dalam bidang bahasa mencapai 28% dari 20 anak
Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II kelompok A, yang artinya masih banyak anak yang
kurang tertarik dengan pembelajaran bahasa, guru hanya menyuruh anak untuk menirukan
syair, mengulang kalimat dalam lirik lagu/ tembang jawa, menebalkan huruf dan menyalin
kembali huruf/kata/kalimat, sehingga anak tidak dapat mengekspresikan perasaan, emosi,
dan pengalamannya ke dalam bahasanya secara sederhana, dikarenakan penerimaan bahasa
yang kurang maksimal.
Page 19
4
Mengacu dalam Permendikbud RI No. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional
PAUD dalam Panduan Pendidik Kurikulum 2013 PAUD Anak Usia Dini 5 - 6 (2014:7)
menerangkan bahwa, “Pembelajaran bahasa menurut Kompetensi Dasar pada kurikulum
dua ribu tiga belas mencakup tigal hal yaitu memahami (reseptif) bahasa, keaksaraan dan
mengekspresikan bahasa”.
Hal ini perlu mendapat perhatian yang lebih agar anak didik kita dapat menguasai
seluruh aspek perkembangan bahasa dengan baik . Mengingat permasalahan tersebut dan
agar anak-anak lebih mudah menyerap, memahami, menguasai kosakata bahasa, serta untuk
menumbuhkan daya pikir, daya imajinasi, daya kreatifitas anak didik, maka anak didik
tersebut harus terlibat langsung dalam menemukan pengetahuan sendiri. Oleh karena itu,
peneliti segera menindaklanjuti yaitu di dalam pembelajaran bahasa perlu suatu metode atau
cara unik, inovatif dan kreatif serta menyenangkan, agar anak didik dapat menguasai
kosakata Bahasa Jawa dengan baik, maka terciptalah suatu metode cerita bergambar yang
akan diimplementasikan di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II, yang mana penulis
terinspirasi pada penelitian sebelumnya oleh Daroah tentang “meningkatkan kemampuan
bahasa melalui metode bercerita dengan media audio visual pada kelompok B di RA
Perwanida 2 Slawi” yang telah banyak memberikan manfaat berupa peningkatan Bahasa
Indonedia dengan metode bercerita. Hal inilah yang ingin dikembangkan oleh penulis untuk
melakukan penelitian pada usia dini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu metode yang digunakan penulis adalah metode cerita bergambar dalam meningkatkan
penguasaan kosakata Bahasa Jawa, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan metode
bercerita audio visual. Tujuan pada penelitian sebelumnya lebih menekankan pada aspek
Page 20
5
peningkatan Bahasa Indonesia, sedangkan penelitian yang penulis kembangkan, lebih
menekankan pada penguasaan kosakata Bahasa jawa.
Metode cerita bergambar itu sendiri merupakan suatu metode cerita langsung dengan
menyajikan gambar yang menarik dan dilafalkan dengan Bahasa Jawa dengan tujuan anak
terlibat langsung dan dapat menyerap pengetahuan baru tentang kosakata Bahasa Jawa dan
dengan metode tersebut akan mudah diterima anak didik serta selalu diingat oleh anak
didik. Dengan metode ini, anak akan tertarik sekaligus memahami nama benda (kosakata)
yang dididengarnya. Metode ini sangat bermanfaat bagi guru yang mempunyai kesulitan
dalam memberikan pengetahuan tentang Bahasa Jawa kepada anak, karena metode ini
memberikan solusi dan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan yang berharga untuk proses
belajar mengajar di mana pun dan kapan pun.
Metode cerita bergambar diharapkan dapat meningkatkan kosakata Bahasa Jawa,
yang akan menambah kualitas pengajaran dan pendidikan di Tarbiyatul athfal muslimat NU
II sehingga tujuan daripada menciptakan tunas bangsa yang berintelektual dan religius
dapat tercapai, sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an yang menganjurkan agar umat manusia
mau menuntut ilmu, tertuang dalam Firman Allah SWT :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berlapang-lapanglah
dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang–orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
Page 21
6
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat . Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan “ (Al Mujadalah :11).
Penerapan metode cerita bergambar diharapkan agar anak didik mampu memahami
dan akhirnya mampu menggunakan kosakata Bahasa Jawa dengan tepat, kemudian anak
mampu mengembangkannya ke dalam bentuk kalimat sederhana. Karena berawal dari
penguasaan bahasa, maka anak akan cepat dan mudah dalam menguasai semua aspek
perkembangan.
Dari paparan diatas sehingga dipilihlah judul , “PENINGKATAN PENGUASAAN
KOSAKATA BAHASA JAWA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR PADA
ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TARBIYATUL ATHFAL MUSLIMAT NU II DAWUNG
PULISEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat
dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu:
“Apakah dengan metode cerita bergambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata
Bahasa Jawa pada anak usia 4-5 tahun di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Dawung
Pulisen Boyolali tahun pelajaran 2017/2018”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini, yaitu:
“Untuk mengetahui apakah metode cerita bergambar dapat meningkatkan penguasaan
kosakata Bahasa Jawa pada anak usia 4-5 tahun di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II
Dawung Pulisen Boyolali tahun pelajaran 2017/2018”.
Page 22
7
D. Hipotesis Tindakan
Menurut Bambang Dwiloka (2012:29) menyatakan bahwa hipotesis penelitian
merupakan anggapan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui
penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu:
“Metode cerita bergambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Jawa
pada anak usia 4-5 tahun di Tarbiyatul athfal Muslimat NU II Dawung Pulisen boyolali
tahun pelajaran 2017/2018“.
E. Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh pihak sekolah sebesar 75%
dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal belajar seorang anak didik, dalam penguasaan
kosakata Bahasa Jawa.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan penulis yaitu:
a. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan
inovatif, dan sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional
guru.
b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya
peningkatan penguasaan kosakata Basaha Jawa melalui metode cerita
bergambar pada anak usia dini.
Page 23
8
c. Bagi guru RA, guru dapat menambah wawasan betapa pentingnya memahami
karakteristik anak sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang
tepat yaitu dengan metode cerita bergambar.
d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam
merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk anak didik.
2. Manfaat praktis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:
a. Bagi orang tua
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat
meningkatkan kemampuan membimbing anak dalam penyampaian kosakata
Bahasa Jawa untuk anak usia dini agar dapat dipahami oleh anak didik serta
dapat memotivasi belajar anak didik guna memasuki jenjang sekolah
selanjutnya.
b. Bagi guru
Guru adalah teladan dan orang tua anak di sekolah, hendaknya guru dapat
menyampaikan kosakata Bahasa Jawa dengan baik dan tepat sehingga dapat
digunakan anak dalam kehidupan sehari- hari dengan baik pula.
c. Bagi anak didik
Diharapkan dengan penelitian ini anak didik dapat menerima, memahami
serta dapat menggunakan kosakata Bahasa Jawa dengan baik dan benar,
sehingga anak lebih komunikatif.
d. Bagi sekolah
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan atau
pengetahuan baru tentang peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Jawa
Page 24
9
melalui cerita bergambar, agar dapat diwujudkan dalam suatu lembaga
pendidikan yang berhasil membentuk anak yang aktif berkomunikasi
dengan baik.
G. Definisi Operasional
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa melepaskan diri dari bahasa.
Dengan bahasa manusia dapat bergaul dengan sesama manusia di muka bumi ini. Ungkapan–
ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia.
Pengertian kosakata berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:597) adalah
perbendaharaan kata atau banyaknya kata-kata yang dimiliki suatu bahasa. Pendapat ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soedjito (1992:1) yaitu semua kata-kata
yang terdapat dalam suatu bahasa, kata yang dipakai dalam suatu ilmu, kekayaan kata yang
dimiliki oleh seorang pembicara.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan semua
kata-kata yang dimiliki oleh seseorang yang memuat semua informasi tentang makna dan
pemakaian kata dalam berbahasa.
Dalam penguasaan kosakata bahasa diperlukan suatu media cerita yang mana
merupakan suatu media yang digunakan oleh guru secara langsung dalam pembelajaran.
Menurut Khanifatul (2013:39-40) faktor yang dapat menciptakan suasana pembelajaran
menyenangkan, yaitu dengan menggunakan metode yang bervariasi, inovatif dan kreatif.
Selain itu, seorang guru harus mendorong agar anak didiknya terlibat aktif dalam
pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mencoba bertanya,
menjawab pertanyaan dan mengemukaan ide secara langsung dengan kosakata yang
diketahuinya.
Page 25
10
Metode bercerita menurut Winda Gunarti (2008: 53) bahwa bercerita adalah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan informasi atau sebuah
dongeng belaka, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis”. Menurut Zainal Fanani
(2007:34) adalah “bercerita atau mendongeng adalah metode komunikasi universal yang
sangat berpengaruh kepada jiwa manusia”. Metode bercerita digunakan untuk tujuan- tujuan
pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih cerita atau dongeng yang menarik yang
akan mendukung pada saat pembelajaran. Dengan cara memadukan cerita tersebut dengan
pembelajaran, sebab keefektifan pemakaian metode bercerita harus memerlukan keterpaduan.
. Metode cerita bergambar digunakan untuk memudahkan suatu pembelajaran agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Skripsi yang berjudul Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Jawa melalui
Metode cerita bergambar pada Anak Usia 4-5 tahun yaitu suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak dengan usia 4 sampai 5 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan dengan menggunakan metode cerita bergambar disertai dengan
penamaan benda-benda sesuai dengan tema yang diajarkan di sekolah dalam bentuk Bahasa
Jawa sehingga meningkatkan perbendaharaan kata pada anak usia dini, yang mana dapat
mewujudkan dan membantu perkembangan Bahasa Jawa, serta anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
H. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
Tindakan Kelas menurut Basrowi, Suwandi (2008:25) merupakan salah satu upaya
guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
Page 26
11
dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan
kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Jadi penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan
untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang berprestasi.
Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas adalah karena peneliti ikut
terlibat langsung dalam penelitian. Dalam penelitian ini, kelas yang berisi anak didik
dijadikan objek penelitian, maka siswa yang berada di kelas tersebut adalah sebagai
populasi yang diteliti
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas menurut
Yanto (2013:42) menjabarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart
Page 27
12
Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning), tindakan
(acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di Tarbiyatul Athfal
Muslimat NU II yang berlokasi Dawung, Pulisen, Boyolali tahun pelajaran 2017/2018
yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 11 perempuan. Peneliti
memilih kelompok A, karena usia perkembangan bahasa sangat penting untuk lebih
diprioritaskan semenjak dini, dengan penguasaan kosakata bahasa maka anak
kelompok A akan mudah mempelajari aspek perkembangan lainnya (nilai agama
moral, kognitif, fisik motorik, sosial emosional dan seni), semakin banyak anak didik
kelompok A dalam menguasai kosakata bahasa maka akan semakin cepat
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang baru. Adapun model pembelajaran
yang digunakan di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II masih menggunakan model
klasikal, karena adanya keterbatasan ruang belajar dan tenaga pendidik.
Untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat memecahkan
masalah tersebut dengan metode cerita bergambar sehingga penguasaan kosakata
Bahasa Jawa dapat meningkat.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari
4 tahapan penting, yaitu:
a. Tahap Rencana
1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan metode cerita
bergambar yaitu membuat (RKH) Rencana Kegiatan Harian.
Page 28
13
2) Membuat daftar nama benda beserta kosakata Bahasa Jawa yang akan
diajarkan kepada anak didik.
3) Menyiapkan lembar tes buatan peneliti atau lembar penugasan, yang mana
hasil penugasan dari anak didik tersebut akan diberi nilai dan dijadikan data
untuk dianalisis lebih lanjut.
4) Membuat simulasi perbaikan
b. Tahap Tindakan
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan metode cerita
bergambar sesuai dengan konsep pembelajaran yang tertulis pada (RKH) Rencana
Kegiatan Harian pada tahap perencanaan.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran diamati,
dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Pengamatan
tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan penulis secara
terlampir.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian, tahap refleksi
meliputi:
1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2) Evaluasi hasil observasi.
3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk dilakukan
perbaikan pada siklus II.
4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Page 29
14
Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak
semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu, peneliti harus memilih
strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti antara lain yaitu:
a. Metode Observasi
Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam penelitian di bidang
pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 panca inderanya yaitu
penglihatan dan pendengaran. Menurut Sukardi (2009:78) menyatakan bahwa
observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi
atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja anak didik dalam situasi alami.
Dalam hal ini peneliti mengamati proses belajar, cara melafalkan dan penguasaan
kosakata Bahasa Jawa selama pembelajaran berlangsung. Instrumen penelitian
yang diperlukan berupa lembar observasi.
Lembar Observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik
selama proses pembelajaran berlangsung secara bersamaan, yaitu anak didik tidak
diperintahkan maju satu per satu dalam melaksanakan tugas, melainkan semua
secara bersama-sama mengikuti perintah guru dalam melafalkan kosakata Bahasa
Jawa bersama-sama
b. Metode Dokumentasi
Cara lain memperoleh data dari penelitian adalah menggunakan teknik
dokumentasi. Pada teknik ini, dimungkinkan peneliti memperoleh informasi dari
berbagai macam sumber tertulis, dimana anak didik melakukan kegiatan sehari-
harinya. Strategi ini menurut Sukardi (2009:81) untuk mendapatkan gambaran
umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.
Page 30
15
Instrumen penelitian dalam metode dokumentasi meliputi :
1) Foto kegiatan pembelajaran.
2) RKH.
Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk tiap
putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian
perkembangan, indikator, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar serta
hasil penilaian.
3) Data siswa, guru dan profil sekolah dari hasil wawancara
Wawancara, yang mana ditujukan kepada informan yaitu Kepala Sekolah
dan guru pendamping kelompok A di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II.
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang data atau
profil sekolah dan pendapat guru sebelum dan sesudah menerapkan metode
cerita bergambar.
4) Catatan Lapangan
Catatan Lapangan, yaitu yang diperlukan peneliti disini adalah catatan rinci
tentang keadaan selama proses pembelajaran terjadi pada saat penelitian.
Catatan lapangan diperoleh dari apa yang didengar, dilihat , dialami dan
dipikirkan oleh peneliti.
c. Tes
Menurut Depdiknas tahun 2006 tentang Pedoman Penilaian di Taman Kanak-
Kanak bahwa:
Page 31
16
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas
yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu
nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah
ditetapkan.
Tes Buatan Peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang dikerjakan oleh anak
didik yang berupa menebalkan kosakata, mewarnai gambar, menarik garis sesuai
gambar bendanya, menempel/kolase dan menjawab pertanyaan tentang kosakata
Bahasa Jawa, tes buatan peneliti tersebut digunakan untuk mendapatkan data
kuantitatif berupa nilai yang akan dianalisis dan diolah menjadi data kualitatif
nantinya
Peneliti merancang lembar penugasan untuk anak didik sebagai instrumen yang
dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan
metode cerita bergambar, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.
5. Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang bersifat
diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen
penelitian. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka–angka dan data kualitatif yang
dinyatakan dalam kata-kata dan simbol.
Analisis data menurut Arikunto (2008:128) adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana
Page 32
17
yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain.
Tahap–tahap yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah:
a. Pengumpulan data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan selesai pengumpulan data.
b. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-
hal yang penting. Dicari tema dan polanya. Tahap ini dilakukan untuk
memberikan gambaran yang jelas, mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data dan mencarinya apabila diperlukan.
c. Display data
Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk uraian singkat yang
bersifat naratif dan tabel.
d. Kesimpulan
Kesimpulan dimaksudkan untuk melihat apakah tujuan pembelajaran
yaitu penggunaan metode cerita bergambar dapat meningkatkan
penguasaan kosakata Bahasa Jawa pada anak usia 4-5 tahun di Tarbiyatul
Athfal Muslimat NU II Dawung Pulisen Boyolali tahun pelajaran
2017/2018 .
Apabila penelitian tahap pertama (Siklus I) belum memenuhi tujuan
pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindak lanjut (penelitian ulang
Page 33
18
yaitu tahap Siklus II). Jika sudah dapat memenuhi atau berhasil dalam
tujuan pembelajaran tersebut maka penelitian dihentikan sampai Siklus II.
Selain metode analisis diatas, peneliti juga menggunakan statistik
sederhana untuk membantu mengungkapkan data sebagai upaya
memperoleh data dan informasi secara lengkap.
Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
Simbol
Bintang
Skor/
Nilai
Kategori Kriteria/Ketentuan
1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang
tepat atau anak tidak mau
mencoba.
2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan
bantuan meniru teman
3 Berkembang Sesuai
Harapan (BSH)
Jika anak bisa dengan
bantuan awalan
4 Berkembang Sangat
Baik (BSB)
Jika anak bisa tanpa
bantuan
Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan observasi
kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Analisi
data observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan
untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat
Page 34
19
diambil pada siklus berikutnya. Analisi data terhadap anak dilakukan beberapa
tahap seperti Mulyasa (2009 :101) yaitu:
1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.
2. Menghitung presentase peningkatan kosakata anak. Presentase pencapaian
kemampuan rumusnya, yaitu:
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %
Jumlah skor maksimum
Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
3. Membuat tabulasi skor observasi pengamatan kosakata Bahasa Jawa
melalui metode cerita bergambar, adapun rancangan tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator
Keberhasilan
No Nama
Anak
Persentase
Pencapaian
Persentase
Keberhasilan
Status
Pencapaian
Keterangan :
- Persentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan persentase
peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Jawa pada masing-masing
anak.
Page 35
20
- Persentase keberhasilan: diperoleh dari persentase standar ketuntasan
belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan
hasil belajar tiap anak sebesar 75%.
- Status Pencapaian: diperoleh dari perbandingan antara skor persentase
pencapaian dengan persentase keberhasilan (75%). Jika hasil
persentase pencapaian < (kurang dari) persentase keberhasilan maka
status pencapaian yaitu “Belum Tuntas” artinya belum tercapai. Dan
bila persentase pencapaian ≥ (lebih dari atau sama dengan) persentase
keberhasilan maka status pencapaian yaitu “Tuntas” artinya sudah
tercapai.
4. Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah mencapai
persentase yang telah ditentukan.
I. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti uraian penyajian
data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika skripsi secara garis besar menjadi
beberapa bagian:
Bagian awal yang terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode
Penelitian, Sistematika Penulisan.
Page 36
21
BAB II : Kajian Pustaka, berisi tentang Pengertian Peningkatan, Penguasaan,
Kosakata, Hakikat Bahasa untuk Anak Usia Dini, Ruang Lingkup Kosakata Bahasa Jawa
untuk RA, Hakikat Metode Cerita Bergambar
BAB III : Pelaksanaan Penelitian, berisi Gambaran Umum Lokasi dan Subyek
Penelitian, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan
Siklus I, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Deskripsi Per Siklus dan
Pembahasan.
BAB V : Penutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran
Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran dan Riwayat
Hidup Penulis.
Page 37
22
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Peningkatan
Pengertian peningkatan secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer adalah menaikkan derajat taraf.
Menurut Heidi Saputra (2014:142) dalam kamus bahasanya istilah peningkatan
berasal dari kata dasar tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun dan
peningkatan berarti kemajuan.
2. Pengertian Penguasaan
Menurut Pateda (1994:63) menyatakan bahwa penguasaan bahasa dapat dilakukan
secara aktif dan pasif. Penguasaan bahasa secara aktif adalah kemampuan untuk
mengungkapkan pikiran dan gagasan dengan menggunakan bahasa yang baik melalui
lisan dan tulis. Seseorang berbahasa secara aktif yaitu seseorang mampu
mengungkapkan gagasan dan pikiran kepada orang lain, serta mampu memahami dan
mengerti bahasa orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Tahap penguasaan
bahasa pada anak dipengaruhi oleh perkembangan jiwa dan usia anak. Pada waktu
anak belajar berbahasa ia harus mendengarkan lebih dahulu kata-kata atau kalimat
yang diujarkan orang lain. Kata-kata dan kalimat yang diujarkan orang lain
dihubungkan dengan proses berpikir, kegiatan dan benda yang dilihatnya. Ini berarti
anak menghubung-hubungkan apa yang ia dengar dan ia lihat melalui proses berpikir
yang kemudian diungkapkan dalam bentuk kata atau kalimat yang sederhana. Ada
Page 38
23
beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi penguasaan kosakata bahasa
anak, diiantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kondisi organ pengindraan sebagai saluran yang dilalui indera dalam
perjalanannya ke otak (kesadaran). Misalnya konsep benda yang ditangkap
atau dipersepsikan anak yang buta warna akan berbeda dengan yang punya
penglihatan normal.
b. Intelegensi atau tingkat kecerdasan mempengaruhi kemampuan anak untuk
mengerti atau memahami sesuatu.
c. Kesempatan belajar yang diperoleh anak, pengalaman yang dimiliki anak
terhadap sesuatu hal itu menentukan cara berfikir mereka.
d. Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak
mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain atau informasi
dalam buku, film, dan sebagainya.
e. Jenis kelamin, karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan
sejak kecil telah dilatih dengan cara yang dianggap sesuai dengan jenis
kelaminnya.
f. Kepribadian anak dalam memandang kehidupan dan berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungannya.
3. Pengertian Kosakata
Pengertian kosakata berdasarkan Heidi Saputra (2014:51) adalah perbendaharaan kata
atau banyaknya kata-kata yang dimiliki suatu bahasa. Pendapat ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Soedjito (1992:1) yaitu semua kata-kata yang
Page 39
24
terdapat dalam suatu bahasa, kata yang dipakai dalam suatu ilmu, kekayaan kata yang
dimiliki oleh seorang pembicara, Sejumlah kata dari suatu bahasa yang disusun secara
alfabetis beserta dengan sejumlah penjelasan maknanya, layaknya sebagai sebuah
kamus.
4. Hakikat Bahasa untuk Anak Usia Dini
a. Pengertian Bahasa
Pada manusia bahasa ditandai oleh adanya daya cipta yang tidak pernah habis dan
adanya sebuah aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis ialah suatu kemampuan
individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah
berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang
menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Dengan demikian bahasa
dapat diartikan sebagai suatu simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
orang lain.
Disamping itu bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda baik lisan
maupun tulisan. Bahasa merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa
mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal.
Menurut Suhartono (2005:8) berpendapat bahwa “Bahasa merupakan rangkaian
bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan serta sikap manusia”. Bahasa anak
mempunyai pengertian yaitu bahasa yang dipakai oleh anak untuk menyampaikan
keinginan, pikiran, harapan, permintaan dan lain-lain untuk kepentingan
pribadinya.
Sedangkan menurut pandangan Hurlock (1978:176) bahasa adalah sarana
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan
Page 40
25
makna kepada orang lain. Dengan demikian bahasa dapat diartikan sebagai suatu
sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Syamsu Yusuf (2007:118) mengatakan bahwa bahasa adalah sarana
berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara
untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian.
Berdasarkan pembahasan tentang pengertian bahasa di atas, dapat disimpulkan
bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang khusus dilakukan oleh
manusia dengan mempergunakan sarana berupa alat ucap manusia. Bahasa
berfungsi sebagai sarana berkomunikasi yang digunakan melalui suatu sistem
suara, kata, pola yang digunakan manusia untuk menyampaikan pertukaran
pikiran dan perasaan dalam pergaulan sehari-hari, sarana untuk mengembangkan
bidang ilmu, untuk mempelajari latar belakang sejarah manusia, sejarah
kebudayaan, dan adat istiadat serta untuk mengetahui sejarah perkembangan suatu
bahasa. Bahasa dapat mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan
dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh dan ekspresi
wajah.
b. Pentingnya Bahasa Jawa
Menurut Poedjosoedarmo (1979:8-9) Bahasa Jawa mempunyai ciri khas yang
membedakannya dengan bahasa daerah lainya. Di dalam bahasa Jawa terdapat
Page 41
26
tingkat tutur, yaitu suatu sistem kode penyampaian rasa kesopanan yang di
dalamnya terdapat unsur kosakata tertentu, aturan sintaksis tertentu, aturan
morfologi tertentu, dan aturan fonologi tertentu pula. Dalam bahasa Jawa, tiap
satuan tingkat tutur mencerminkan satu rasa yang terkandung di dalamnya.
Tingkat tutur halus, mempunyai fungsi membawakan rasa kesopanan yang tinggi,
tingkat tutur menengah yang berfungsi sebagai cerminan rasa kesopanan yang
sedang-sedang saja, sedangkan tingkat tutur biasa berfungsi sebagai cerminan rasa
kesopanan yang rendah. Tingkat tutur tersebut dalam bahasa Jawa dikenal sebagai
tingkat tutur karma dan ngoko, Sudaryanto (1993:5) dalam Tata Bahasa Baku
Bahasa Jawa menjelaskan bahwa tingkat tutur bahasa Jawa hanya berjumlah dua
buah, yaitu tingkat tutur bahasa Jawa ngoko dan tingkat tutur bahasa Jawa krama.
Bahasa Jawa adalah suatu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan
nasional Indonesia yang hidup dan tetap dipergunakan dalam masyarakat bahasa
yang bersangkutan. Bahasa Jawa yang terus berkembang maka diperlukan
penyesuaian ejaan huruf Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah
sehingga perlu dilestarikan supaya tidak hilang keberadaannya. Kurikulum Bahasa
Jawa (2004: 1) pelestarian dan pengembangan Bahasa Jawa didasarkan pada
beberapa hal sebagai berikut :
1) Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sebagian besar penduduk Jawa
2) Bahasa Jawa memperkokoh jati diri dan kepribadian orang dewasa
3) Bahasa Jawa, termasuk didalamnya sastra dan budaya Jawa, mendukung
kekayaan khasanah budaya bangsa
4) Bahasa dan budaya Jawa merupakan warisan budaya Adiluhung dan
Page 42
27
5) Bahasa dan budaya Jawa dikembangkan untuk mendukung life skill.
Menyikapi masalah kurang diperhatikannya pembelajaran tentang bahasa Jawa
saat ini, upaya paling tepat dan efektif dalam pelestarian kebudayaan dan bahasa
Jawa adalah melalui jalur pendidikan, yaitu melalui pembelajaran bahasa Jawa
dalam kerangka budaya yang ada di masing-masing daerah.
c. Perkembangan Bahasa
Harus kita sadari bahwa bahasa merupakan landasan seorang anak untuk dapat
mempelajari hal-hal lain, sebelum anak belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia
perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat
mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis,
membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih
tinggi. Sejak bayi, anak sudah memiliki kemampuan berbahasa. Sesederhana
apapun, bayi sudah dapat menangkap bunyi-bunyian atau tanda yang diberikan
oleh orang-orang terdekat di lingkungannya. Seiring dengan bertambahnya usia,
perkembangan bahasa anak akan terus berkembang menjadi semakin kompleks.
Menurut Vygosky, ada 3 (tiga) tahap perkembangan bahasa anak yang
menentukan tingkat perkembangan berfikir, yaitu tahap eksternal, egosentris dan
internal, yaitu sebagai berikut:
1) Pertama tahap eksternal, yaitu tahap berfikir dengan sumber berfikir anak,
berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal terutama berasal dari orang
dewasa yang memberi pengarahan kepada anak dengan cara tertentu.
Misalnya orang dewasa bertanya kepada seorang anak, “Apa yang sedang
Page 43
28
kamu lakukan?”. Kemudian anak tersebut meniru pertanyaan, “Apa?” orang
dewasa memberikan jawabannya, “melompat”.
2) Kedua tahap egosentris, yaitu suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa
tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara khas, anak berbicara seperti
jalan pikirannya, misalnya “saya melompat”, “ini kaki”, “ini tangan”, ini
mata”.
3) Ketiga tahap internal, yaitu suatu tahap ketika anak dapat menghayati proses
berfikir, misalnya, seorang anak sedang menggambar suasana malam. Pada
tahap ini, anak memproses pikirannya dengan pikirannya sendiri. “Apa yang
harus saya gambar ?”. Lalu anak menjawab dalam dirinya, “Saya tahu saya
akan menggambar bintang dan bulan di langit”.
Maka dari itu kemampuan bahasa merupakan hasil kombinasi seluruh sistem
perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif terhadap keterlambatan
atau kerusakan pada sistem yang lain. Kemampuan berbahasa melibatkan
kemampuan motorik, psikologis, emosional dan sosial.
Seperti kemampuan motorik, kemampuan bayi untuk berbahasa terjadi secara
bertahap, sesuai dengan tahapan perkembangan berfikirnya dan juga
perkembangan usianya.
Menurut Syamsu Yusuf (2007:119) perkembangan bahasa berkaitan erat dengan
perkembangan berfikir anak. Perkembangan fikiran dimulai pada usia 1,6 – 2,0
tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau
menguasai tugas pokok perkembangan bahasa. Adapun tugas tersebut adalah :
Page 44
29
1) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain,
2) Pengembangan perbendaharaan kata,
3) Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, dan
4) Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar
melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari
orang lain.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa bahasa anak secara terus-menerus akan
selalu berkembang. Anak banyak belajar dari lingkungannya, dengan demikian
bahasa anak terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan anak mencakup
lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pergaulan teman sebaya.
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat
di mana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian
yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri
khusus dalam perilaku berbahasa.
d. Empat Keterampilan Berbahasa Anak
Menurut Kasihani (2010: 5) perkembangan kemampuan berbahasa anak
merupakan suatu proses yang secara berturut-turut dimulai dari mendengar,
selanjutnya, berbicara, membaca dan menulis. Adapun perkembangan dari setiap
kemampuan pada anak usia dini (4 – 6 tahun) adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan Mendengar
Kemampuan mendengar anak-anak harus dikembangkan karena berkenaan
dengan upaya memahami lingkungan mereka. Agar mereka belajar untuk
mengembangkan kemampuan tersebut, mereka harus menerima masukan
Page 45
30
informasi dan mengolahnya. Menurut Dickinson dan Snow dalam Carol
Seefeldt (2008: 353), mendengarkan dan memahami informasi adalah
langkah inti dalam memperoleh pengetahuan. Anak usia
dini mengembangkan kemampuan mengingat untuk sesuatu yang
didengar. Anak mungkin tidak selalu menjadi pendengar yang baik. Hal itu
bisa terjadi karena sebagian besar waktu yang dimiliki dipergunakan untuk
kegiatan bermain sehingga dirinya tidak sungguh-sungguh dalam mendengar
sesuatu, misalnya apa yang disampaikan oleh orang tuanya. Pada umumnya
anak mendengarkan cerita yang panjang, dengan alur yang menarik dan dalam
cerita tersebut terdapat tokoh dengan bermacam-macam karakter.
Stimulus seperti itu berguna untuk membangkitkan daya imajinasi anak.
2) Perkembangan berbicara
Untuk belajar bahasa, menurut Dickinson dan Snow dalam Carol Seefeldt
(2008:354), anak-anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan
didengarkan. Pengalaman menyaksikan, mendengarkan, dan terlibat
pembicaraan dengan anggota keluarga merupakan pengalaman yang sangat
berharga karena anak dapat belajar bahwa situasi yang mereka hadapi menjadi
faktor yang dipertimbangkan dalam berbicara. Pada usia 4 – 6 tahun anak
sudah mulai mampu berperan serta dalam percakapan yang panjang. Sebagian
dari anak-anak ada yang bisa mendominasi pembicaraan. Pada usia ini anak
belajar menjadi pengguna bahasa yang kreatif. Anak dapat membuat atau
menamakan sesuatu dengan bahasanya sendiri, khususnya untuk hewan atau
mainan kesayangannya.
Page 46
31
3) Perkembangan membaca
Pembelajaran membaca secara formal belum dilaksanakan pada pendidikan di
TK/RA. Apa yang dilakukan di lembaga pendidikan tersebut adalah
pengembangan keterampilan agar anak siap untuk belajar membaca. Gambar-
gambar binatang yang ditempel di dinding kelas yang disertai tulisan yang
menerangkan tentang binatang apa, merupakan stimulus untuk perkembangan
kemampuan membaca. Anak semakin mengenal kata yang sering dia dengar
dan mengenal tulisan untuk kata itu, Setiap saat anak melihat huruf dan
rangkaian huruf yang kemudian menimbulkan rasa ingin tahu tentang
bagaimana mengucapkannya.
4) Perkembangan Menulis
Sama halnya dengan membaca formal, pembelajaran menulis formal tidak
dilaksanakan di TK/RA, yang dilakukan di TK/RA berkenaan dengan
kemampuan menulis adalah pengembangan kemampuan agar anak siap untuk
belajar menulis. Dan untuk itulah maka upaya pengembangan motorik halus
dilakukan secara intensif. Perkembangan anak pada motorik halusnya yang
semakin meningkat membuat anak mampu menggambar garis lurus, garis
tegak, garis lengkung, lingkaran dan sebagainya, yang merupakan dasar untuk
menggembangkan kemampuan menulis.
Direktorat Pembinaan TK/RA dan SD (2007:3–4) memberikan pedoman berkenaan
dengan upaya pengembangan berbahasa pada anak TK/RA berupa penakanan pada
kemampuan mendengar, berbicara, dan awal membaca:
Page 47
32
1) Kemampuan Mendengar dan Berbicara
2) Kemampuan Awal Membaca
Pengembangan kemampuan mendengar dan berbicara dilakukan agar anak dapat:
a) mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan merespon dengan tepat.
b) berbicara penuh percaya diri.
c) menggunakan bahasa untuk mendapatkan informasi dan untuk komunikasi
yang efektif dan interaksi sosial dengan orang lain.
d) menikmati buku, cerita dan irama.
e) mengembangkan kesadaran bunyi.
Sehubungan dengan tujuan tersebut maka perilaku yang dapat dilakukan anak adalah
menurut Direktorat Pembinaan TK/RA dan SD (2007:4) adalah sebagai berikut:
a) Melakukan kontak mata ketika mendengar atau mulai berbicara
b) Memberi perhatian ketika mendengarkan sebuah cerita
c) Merespon sumber bunyi atau suara
d) Menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang lain
e) Menyampaikan pesan sederhana dengan akurat
f) Membuat permintaan sederhana
g) Merespon ketika diajak berbicara atau ditanya
h) Memulai pembicaraan dengan teman sebaya dan orang dewasa
i) Berkomunikasi secara efektif dalam situasi tertentu
j) Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana
k) Berbicara tentang pengalaman pribadi, perasaan, dan ide
l) Berpartisipasi dalam cerita, lagu, dan irama
Page 48
33
m) Menceritakan kembali cerita dan peristiwa tertentu secara sederhana.
e. Proses Pemerolehan Bahasa Anak
Menurut Maksa dalam Suhartono (2005:70) yang dimaksud dengan pemerolehan
bahasa (language acquisition) atau akuisi bahasa adalah suatu proses penguasaan
bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar, implisit dan informal.
Selanjutnya Stork dan Widdowson dalam Suhartono (2005:70) menyatakan
bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses dimana anak-anak mencapai
kelancaran dalam bahasa ibunya. Huda dalam Suhartono (2005:71) berpendapat
bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses alami pada diri seseorang dalam
menguasai bahasa.
Anak usia dini akan memperoleh bahasa pertamanya dari ibunya, setelah anak
memperoleh bahasa pertama, maka akan memperoleh bahasa kedua pada
umumnya yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing. Pemerolehan Bahasa
Indonesia diperoleh anak dari lingkungan kehidupannya dan dari sekolah.
Menurut Suhartono (2005:95) pemerolehan Bahasa Asing pada umumnya
diperoleh dari pendidikan informal ataupun formal.
Seseorang dapat mempunyai kemampuan penguasaan dua bahasa atau lebih
dengan baik semua. Menurut Hangen dalam Suhartono (2005:102) menyatakan
kedwibahasaan adalah orang yang tahu dua bahasa. Pemakaian dua bahasa dapat
sama baiknya atau salah satu saja yang lebih baik.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pemerolehan bahasa
adalah suatu proses secara sadar yang dilakukan oleh anak untuk menguasai
bahasa yang dipelajarinya.
Page 49
34
f. Karakteristik Bahasa Anak Usia Dini
Berdasarkan pada Permendiknas no. 58 tahun 2009 tentang standar tingkat
pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia, yang mana tingkat
pencapaian menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang
diharapkan dicapai pada rentang tertentu, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Lingkup Bahasa
Lingkup Perkembangan Bahasa
Tingkat Pencapaian Perkembangan
a. Menerima bahasa
1. Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)
2. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
3. Memahami cerita yang dibacakan 4. Mengenal perbendaharaan kata
mengenai kata sifat (nakal, pelit,baik hati, berani, jelek, dsb)
5. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan
6. Mengulang kalimat yang lebih kompleks
7. Memahami peraturan dalam suatu permainan
b. Mengungkapkan bahasa
1. Mengulang kalimat sederhana 2. Menjawab pertanyaan sederhana 3. Mengungkapkan perasaan
dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb)
4. Menyebutkan kata-kata yang dikenal
5. Mengutarakan pendapat pada orang lain
6. Menyatakan alasan pada sesuatu yang diinginkan atau ketidak sejutuan
7. Menceritakan kembali cerita atau dongeng yang pernah didengar
Page 50
35
8. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
9. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama
10. Berkomunikasi secara lisan 11. Memiliki perbendaharaan kata
mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis , berhitung
12. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap
13. Memiliki lebih banyak kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain , melanjutkan sebagian cerita yang telah diperdengarkannya.
c. Keaksaraan 1. mengenal simbol-simbol 2. mengenal suara-suara hewan
atau benda yang ada di sekitarnya
3. membuat coretan yang bermakna 4. meniru huruf 5. menyebutkan simbol-simbol
huruf yang dikenal 6. mengenal suara huruf awal dari
nama-nama benda yang ada di sekitarnya
7. menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi huruf awal yang sama
8. memahami hubungan antara bunyi dan bentuk-bentuk
9. membaca nama sendiri, menuliskan nama sendiri
5. Tujuan Pembelajaran Bahasa
Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak
pada masa usia dini, tepatnya pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode
dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan.
Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia, masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period),
di mana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.
Page 51
36
Pengembangan berbahasa anak harus berada dalam lingkungan yang kondusif dan
mengupayakan pengembangan berbahasa anak secara intensif. Pengembangan
kemampuan berbahasa anak menurut Direktorat Pembinaan TK dan SD (2007:3)
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Agar anak dapat mengolah kata secara komprehensif
b. Agar anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat
dipahami oleh orang lain.
c. Agar anak mengerti setiap kata yang didengar dan diucapkan, mengartikan dan
menyampaikan secara utuh kepada orang lain.
d. Agar anak dapat berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang
diucapkannya.
6. Metode Cerita Bergambar
Kemampuan bahasa dapat dikuasai oleh anak apabila anak menguasai empat
keterampilan bahasa seperti mendengarkan, berbicara, membaca serta menulis,
keterampilan tersebut dapat kita kembangkan dengan berbagai metode, namun pada
penelitian ini peneliti menggunakan metode cerita bergambar yaitu menuturkan
sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dengan tujuan
membagikan pengalaman dan pengetahuan pada orang lain disertai dengan gambar
yang menarik.
Sosialisasi kosa kata bahasa Jawa melalui cerita atau dongeng yang disusun
diharapkan semakin memupuk semangat anak didik belajar bahasa Jawa. Harapan ini
cukup beralasan, sebab menurut Sarwono dkk (2005) dongeng atau cerita anak
memiliki ciri-ciri yang relevan pada kehidupan anak, yaitu: (1) bahasanya sederhana,
Page 52
37
(2) menarik, (3) temanya sederhana, (4) berisi hal-hal yang selaras dengan keadaan
anak. Metode cerita bergambar dapat disusun melalui perancangan pembelajaran
yang sistemik, sehingga melalui metode cerita bergambar anak didik akan mudah
menyerap nilai budi pekerti, sekaligus belajar bahasa yang menyenangkan dari
mendengarkan cerita atau dongeng.
Salah satu aspek dalam bercerita adalah bagaimana anak diberikan kesempatan untuk
mengembangkan imajinasinya serta mendorong anak mampu mengungkapkan apa
yang terdapat dalam pikirannya terkait dengan cerita. Kemampuan kosakata anak
akan meningkat apabila anak diberi kesempatan untuk menyimak cerita, lalu
mengungkapkan apa yang ia dapat dari cerita yang melibatkan proses kognitif
(berpikir) sehingga anak dapat mengenal dan memperoleh kosakata. Melalui metode
cerita bergambar anak dapat mengingat kejadian-kejadian dalam cerita dengan cepat,
misalnya kemampuan anak dalam mengingat, kemampuan anak dalam melatih
imajinasi, keaktifan anak menyampaikan perasaan, keaktifan anak dalam mengajukan
pertanyaan, dan keaktifan anak ketika menjawab pertanyaan.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan berbagai pengertian dan teori di atas dapat kita ketahui bahwa kemampuan
bahasa dapat dikuasai oleh anak apabila anak menguasai empat keterampilan bahasa
seperti mendengarkan, berbicara, membaca serta menulis, keterampilan tersebut dapat
kita kembangkan dengan berbagai metode, namun pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode cerita bergambar yaitu menuturkan sesuatu yang mengisahkan
tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan pada orang lain dengan disertai gambar ilustrasinya, agar metode bercerita
Page 53
38
dapat menarik perhatian anak maka di gunakan metode cerita bergambar, yaitu alat yang
menampilkan gambar sehingga dapat di nikmati oleh anak didik, oleh karena itu metode
bercerita dengan menggunakan cerita bergambar dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa pada anak usia 4-5 tahun, di mana pada usia tersebut anak sedang
mengalami perkembangan bahasa yang pesat, anak terampil dalam mendengarkan,
berbicara, membaca serta menulis, di mana lingkungan sosial yang baik serta peran orang
dewasa yang aktif juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak, maka
dari itu guru atau orang dewasa di sekitarnya harus bisa memberikan layanan yang baik
terhadap perkembangan bahasa anak, memberi pengetahuan tentang bahasa sesuai dengan
kebutuhan anak dengan metode yang menyenangkan bagi anak usia dini. Maka dari itu
sebagai upaya meningkatkan bahasa pada anak, kami akan melakukan penelitian yang
mana akan kami laksanakan di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Boyolali, dengan
metode cerita bergambar di atas diharapkan proses pembelajaran akan lebih efektif dan
menyenangkan bagi anak. Sehingga dapat meningkatkan perkembangan Bahasa Jawa
anak dengan baik.
C. Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka berfikir di atas maka dapat diduga bahwa metode bercerita
dengan mengunakan cerita bergambar mampu menambah perbendaharaan kata anak
dalam Bahasa Jawa serta dapat mempersiapkan apresiasi sastra yang tentunya tidak lepas
dari keterampilan berbahasa seperti mendengarkan, berbicara, serta menulis, agar anak
mampu berkomunikasi dengan orang lain serta mampu mengungkapkan ide-idenya.
Page 54
39
Gambar 2.1 Hipotesis Tindakan PTK
Page 55
40
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Profil Sekolah
Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut:
1) Nama Sekolah : Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II
2) Nama Yayasan : YPMNU Bina Bhakti Wanita
3) Dasar Pendidikan : Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI
No: 421/2377/2001
Tanggal 28 Desember 2001
4) NSS : 002030905011
5) Alamat : Dawung, Pulisen, Boyolali
6) Provinsi : Jawa Tengah
7) Kelurahan : Pulisen
8) Kecamatan : Boyolali
9) Kabupaten/Kota : Boyolali
10) Luas Tanah : 172 m2
11) Tahun Berdiri : 1966
12) Status : Swasta
13) Kode Pos : 357316
14) Nama Kepala Sekolah : Ning Sriyani
15) Alamat Kepala Sekolah : Jl. Widuri II/1, RT:04/RW:06
Page 56
41
Pulisen Boyolali
2. Visi , Misi dan Tujuan
a. Visi
Adapun visi Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II yaitu :
“ Membentuk manusia beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, rajin, terampil,
mandiri, kreatif, tanggung jawab“.
b. Misi
Membantu pemerintah dalam pendidikan, mendidik anak ilmu agama dan ilmu
umum.
c. Tujuan
Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, social emosional, bahasa, fisik motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
3. Keadaan Siswa dan Guru
a. Daftar Nama Siswa
Adapun nama-nama siswa kelompok A di Tarbiyatul Muslimat NU II yang akan
diamati terlihat pada tabel dibawah ini:
Page 57
42
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelompok A
NO NAMA JK TTL
1 Adib Affan Azaki Laki-laki 01-05-2013
2 Anindita Srirahayu
Ningsih
Perempuan 17-09-2012
3 Ardila Perempuan 04-03-2012
4 Callista Raisa Lavigne Perempuan 25-12-2012
5 Daniar Ayu Andita Sari Perempuan 07-03-2012
6 Fatansyah Ahmad Arijal Laki-laki 21-04-2012
7 Hafiz Wahyu Ihsandy Laki-laki 02-03-2012
8 Haikal Pradita Pradana Laki-laki 19-05-2013
9 Hana Tazkiyatunnisa Perempuan 08-11-2012
10 Hanifah Aulia Azzahra Perempuan 09-04-2013
11 Kireyna Avry Chilla Perempuan 10-03-2012
12 Musaiyar Ahsan Ardistian Laki-laki 10-06-2013
13 Musaiyar Ihsan Ardistian Laki-laki 10-06-2013
14 Nava Nabihan Adirajas Laki-laki 28-04-2012
15 Nuris Dwi Septiana Perempuan 15-09-2012
16 Raynar Galih Setiawan Laki-laki 10-04-2013
17 Talitha Lutfi Nuri Alifah Perempuan 06-03-2012
18 Wahyu Khinanthi Perempuan 19-01-2012
19 Yovan Viantama Widjana Laki-laki 19-08-2012
20 Zahra Putri Anjani Perempuan 12-05-2012
Page 58
43
b. Daftar Nama Guru
Adapun nama-nama guru di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II terlihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II
NO NAMA Tempat
Tanggal Lahir
TMT
1 Ning Sriyani Boyolali,
5 Mei 1967
01-09-1993
2 Latifatur. R, S.Pd Boyolali,
14 Januari 1985
30-09-2005
3 Uswatun Chasanah Boyolali,
30 Oktober 1994
17-06-2013
4. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II terlihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II
5. Kelebihan Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II
Peneliti sengaja memilih Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II sebagai tempat penelitian,
karena siswa dan guru yang ada di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II sudah banyak
Page 59
44
meraih prestasi dan merupakan sekolah unggulan dengan keterbatasan sarana
prasarana yang dimilikinya, sehingga dengan keterbatasan yang ada, terciptalah guru
yang kreatif di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II, sehingga peneliti merasa perlu
melakukan penelitian disana agar terpenuhinya rasa ingin tahu terhadap fenomena
yang ada disana serta agar peneliti dapat mengembangkan diri dan kemampuannya
untuk menerapkan metode cerita bergambar di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II.
6. Tata Tertib dan Pembiasaan di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II
a. Berangkat sekolah harus datang lebih awal (tidak boleh terlambat).
b. Bel masuk sekolah jam 07.00 tepat.
c. Anak berbaris yang rapi di halaman berdasarkan kelompoknya.
d. Guru mendampingi anak dalam barisan.
e. Masuk ke kelas dengan rapi satu per satu mengikuti guru.
f. Duduk di kelas yang rapi.
g. Memberi salam.
h. Berdoa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
i. Bernyanyi bergembira, bercerita lucu, bertepuk berirama sebelum memulai
pembelajaran.
j. Masuk ke inti pembelajaran, yang mana sebelumnya guru telah menyiapkan
materi untuk diberikan kepada anak-anak.
k. Guru membimbing, melatih, mengarahkan dan mendampingi anak didik dengan
baik.
l. Harus tercipta suasana yang akrab antara guru dan anak, lingkungan kelas harus
nampak nyaman sehingga anak-anak senang belajar bersama-sama.
Page 60
45
m. Ketika hendak istirahat, anak-anak cuci tangan.
n. Membaca doa mau makan.
o. Anak-anak membawa bekal dari rumah berupa makanan sehat dan bergizi (tidak
diperkenankan membawa uang, uang boleh dibawa ketika hari Jumat untuk
mengisi kotak amal).
p. Selesai makan anak berdoa dan boleh cuci tangan kembali.
q. Anak dipersilahkan bermain bersama teman sebaya.
r. Anak harus memakai sandal ketika bermain dihalaman supaya kaki anak terasa
aman dan bersih, ketika masuk kelas kaki anak tidak mengotori lantai.
s. Anak harus tertib merapikan dan mengembalikan mainan setelah selesai
digunakan.
t. Guru harus membersihkan kelas setelah selesai makan, agar kelas bersih kembali.
u. Setelah jam istirahat selesai, anak masuk kembali dengan tertib, sandal yang
dipakai harus dikembalikan ke dalam rak sandal dengan rapi.
v. Anak dan guru memulai pelajaran kembali yang mana pelajaran harus bersifat
ringan, hanya sekedar mengevaluasi pelajaran inti saja dan menyampaikan pesan
serta nasihat kepada anak yang bersifat penanaman akhlak atau moral anak.
w. Selesai pelajaran anak berdoa pulang dan mengucapkan salam.
x. Harus dengan rapi memakai tas, memasukkan tempat makanan dan minuman ke
dalam tas kembali dan memakai sepatu sendiri.
y. Anak dengan rapi memberi salam dan berjabat tangan kepada guru.
Page 61
46
B. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus
Pencarian fakta dan data dilakukan melalui diskusi dan wawancara dengan kepala
sekolah dan anak kelompok A di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Boyolali.
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara, peneliti dan teman sejawat perlu
mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas penguasaan kosakata Bahasa Jawa.
Peneliti dan teman sejawat sepakat untuk melaksanakan tindakan Siklus I pertemuan 1
Selasa, 1 Agustus 2017 dan Pertemuan 2 Rabu, 2 Agustus 2017.
Tindakan yang akan dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran kosakata
Bahasa Jawa melalui metode cerita bergambar. Selama ini pembelajaran dilakukan
dengan metode ceramah dan tanya jawab serta menirukan ucapan guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa
sebagian besar anak kurang tertarik belajar Bahasa Jawa karena masih banyak yang
mengalami kesulitan dalam kosentrasi belajar dan beberapa anak kesulitan
pengucapannya.
Hasil pembelajaran Pra Siklus yang dilakukan di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU
II Boyolali khususnya kelompok A pada hari Senin, 24 Juli 2017 diperoleh daya tangkap
anak atau penguasaan tehadap kosakata Bahasa jwa mencapai 28%. Indikator
keberhasilan (kriteria ketuntasan) yang ditetapkan dalam pembelajaran ini adalah 75%.
Jika hasil penguasaan kosakata Bahasa Jawa belum mencapai angka yang telah
ditetapkan. Maka pembelajaran Pra Siklus belum berhasil.
Page 62
47
C. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1 Agustus 2017 di
Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II khususnya kelompok A. Pada kesempatan
tersebut peneliti berdiskusi dengan teman sejawat terutama kegiatan yang akan
dilakukan pada Siklus I. Hal–hal yang didiskusikan antara lain:
a. Peneliti menyamakan presepsi dengan teman sejawat mengenai penelitian
yang akan dilakukan.
b. Peneliti mengusulkan pembelajaran Bahasa Jawa dengan metode cerita
bergambar.
c. Peneliti mengusulkan perencanaan pembelajaran berupa indikator yang akan
diamati dan jumlah perbendaharaan kosakata yang akan diajarkan sesuai
dengan tema “Diriku” dengan teman sejawat dan teman sejawat
menyetujuinya.
d. Peneliti mengusulkan observasi sebagai instrumen penelitian peningkatan
penguasaan kosakata Bahasa Jawa
e. Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Pada waktu diskusi disepakati
bahwa peneliti sebagai pelaksana tindakan dan teman sejawat sebagai
observer. Alokasi waktu di setiap pertemuan selama 30 menit. Adapun
tindakan pada Siklus I akan dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan pada
tanggal 1 - 2 Agustus 2017.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan pada Siklus I yaitu:
Page 63
48
a. Peneliti mempersiapkan dulu sumber belajar dan alat atau perlengkapan yang
akan digunakan untuk pembelajaran Bahasa Jawa yaitu cerita bergambar ,
lembar kerja anak didik dan alat tulis. Adapun tema yang digunakan yaitu
“Diriku” dan sub tema yaitu “Anggota Tubuh”. Adapun gambaran tentang
materi pada Siklus I yaitu terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.2 Materi Siklus I Pertemuan 1 Selasa 1 Agustus 2017
Gambar 3.3 Materi Siklus I Pertemuan 2 Rabu 2 Agustus 2017
b. Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, doa, mengucapkan dua
kalimat syahadat dan dengan menyanyikan lagu “padhang bulan”
Page 64
49
c. Peneliti mengkomunikasikan aturan atau kesepakatan dengan anak didik
ketika peneliti menceritakan tentang anggota tubuh dengan metode cerita
bergambar, kemudian anak akan menjawab pertanyaan dari peneliti dan
mengerjakan tugas pada lembar kerja anak.
d. Peneliti memberikan ide atau gagasan tentang macam–macam anggota tubuh
yang ada pada badan anak ataupun teman sekelas.
e. Peneliti mengajarkan dan mengucapkan kosakata Bahasa Jawa tentang
anggota tubuh yang mana langsung ditirukan oleh anak didik.
f. Anak didik yang berhasil mengucapkan kosakata diserta cara
pelafalan/pengucapannya dengan benar, akan diberi pujian oleh guru.
g. Kegiatan penutup berupa review atau mengulang lagi kosakata yang telah
dipelajari dalam Bahasa Jawa
h. Peneliti menutup pembelajaran dengan bernyanyi “suwe ora jamu”,
dilanjutkan berdoa setelah melakukan kegiatan, dan diakhiri dengan
mengucapkan salam.
Secara umum proses pembelajaran Siklus I seperti yang tersebut diatas, akan
tetapi pada setiap pertemuan peneliti mengganti kosakata yang lain agar jumlah
kosakata Bahasa Jawa anak bertambah. Adapun variasi pada setiap pertemuan
adalah sebagai berikut:
1) Pada pertemuan pertama Siklus I yaitu Selasa, 1 Agustus 2017, peneliti
memperkenalkan 5 kosakata tentang anggota tubuh.
2) Pada pertemuan kedua Siklus I yaitu Rabu, 2 Agustus 2017, peneliti
memberikan variasi lain dengan kosakata bahasa Jawa yang berbeda pula.
Page 65
50
2. Pelaksanaan Tindakan
Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan pada siklus pertama
dimulai pada Selasa , 8 Agustus 2017 dan Rabu 9 Agustus 2017, pembelajaran ini
berlangsung selama 30 menit dari pukul 08.00 – 08.30 WIB.
Pada penelitian pertama peneliti masuk ruang kelompok A tempat anak-anak
belajar. Peneliti memberikan penjelasan kepada anak, tentang kegiatan yang akan
dilakukan. Peneliti mengkomunikasikan tentang peraturan belajar kosakata
Bahasa Jawa dengan metode cerita bergambar.
Peneliti : Sugeng enjang anak-anak, Assalamualaikum wr.wb.
Anak – anak : Waalaikumsalam wr.wb.
Peneliti : anak-anak dinten niki, bu guru arep menehi pembelajaran tentang
anggotane awak nganggo bahasa jawa, sak derange anak-anak kudu
mirengake cerito sing ono gambare iki gih ? sinten sing ajeng
mirengke ceritone bu guru?
Anak-anak : Aku…aku purun bu guru….asyik.
Peneliti : Alhamdullillah, pancen hebat-hebat kabeh anakku iki. Nanging
ono syarate, syarate anak-anak mboten pareng gojek, terus yen
ceritone wes rampung, anak-anak diwenehi pitakon saking bu guru,
yen gojekan mengko mundak ora bisa njawab pertanyaane bu guru,
pareng nopo mboten…anak-anak gojekan?
Anak-anak : mboten pareng bu.
Peneliti : pinter, yen ngono sak niki bu guru maosake ceritone, anak-anak
mirengake, setuju? wes do siap kabeh to?
Page 66
51
Anak-anak : siap bu.
Setelah memberikan penjelasan, peneliti mengkondisikan anak agar siap untuk
belajar dan merasa nyaman dalam pembelajaran mengenal kosakata Bahasa Jawa
dengan metode cerita bergambar.
Kegiatan awal dibuka dengan salam dan dilanjutkan membaca doa sebelum
belajar, kemudian anak diajak menyanyikan lagu “padhang bulan”.
Peneliti menjelaskan bahwa kegiatan akan dibahas adalah tentang anggota tubuh
yang ada pada diri kita dengan memperhatikan cerita bergambar yang dibacakan,
guru akan mengenalkan nama dari benda yang ada pada gambar tersebut dalam
kosakata Bahasa Jawa, anak akan senang dengan pembelajaran tersebut. Setelah
anak-anak mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan, peneliti tidak lupa
membagikan lembar kerja anak dan pensil.
Peneliti : anak-anak sawise awak dewe mirengake cerito sing diwaosake bu
guru, bu guru arep tekon, sinten sing biso nyritakne meneh opo
sing wes dimirengke mau?
Anak-anak(Hana) : kulo bu…kulo bu…
Peneliti dan anak-anak yang lain mendengarkan cerita kembali berdasarkan apa
yang diingat oleh Hana dan ibu guru (peneliti) memberikan pujian untuk Hana.
Peneliti : nah…sak wise Hana nyritakake opo sing dimirengake banjur
anak-anak diwenehi tugas karo bu guru, tugase gampang, yoiku ngelir gambar
sing koyo gambar ning buku ceritone mau. Sak durunge ngelir, anak-anak kudu
donga disik, ayo bareng-bareng ngucapake basmalah, “Bismillahirahmannirrahim
“.
Page 67
52
Anak-anak : Bismillahirahmannirahim.
Anak-anak : Sampun bu.
Peneliti : Nah pinter, sinten malih sing biso ngrampungake ngelir gambar ?
ojo lali kanthi ngucap hamdalah gih?
Anak-anak : Alhamdulillah, kulo…kulo bu.
Peneliti : gambare biso dikumpulke ning bu guru, anak-anak banjur mbasuh
tangan diteruske ngaso.
Pembelajaran dengan metode cerita bergambar pada penelitian pertama dilakukan
dengan judul cerita ”rambut keriting” yaitu ada beberapa gambar benda sekaligus
kosakata Bahasa Jawa. Anak-anak senang dan menstimulus rasa ingin tahu
mereka untuk menciptakan warna pada gambar yang baru diberikan ibu guru
sekaligus ingin tahu nama benda yang sedang diwarnai gambarnya.
Dalam proses pembelajaran tersebut, teman sejawat melakukan observasi tentang
anak-anak yang mampu menguasai Bahasa Jawa dengan benar dalam
pengucapannya, kemudian dicatat dalam lembar observasi.
Paparan tersebut, merupakan proses pembelajaran pada Siklus I pertemuan
pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis besar proses
pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas. Pada setiap pertemuan,
peneliti dan teman sejawat sepakat untuk memberikan variasi agar anak-anak
tidak merasa bosan dan agar suasana kelas lebih menyenangkan.
Pada Siklus I pertemuan ke dua , hari Rabu 2 Agustus 2017, peneliti mencoba
membuat variasi dengan cerita bergambar yang berbeda yaitu mengandung 5
kosakata baru dalam bahasa Jawa, supaya anak mempunyai tambahan kosakata
Page 68
53
yang akan dikenal dan diketahuinya. Sehingga kosakata yang sudah
diperkenalkan (Siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2) ada 10 kata dalam Bahasa
Jawa, Peneliti tidak lupa pada setiap akhir pembelajaran, melakukan review yaitu
dengan metode tanya jawab kepada anak satu per satu, untuk mengetahui
kemampuan penguasaan kosakata bahasa yang diharapkan oleh guru.
Untuk menambah motivasi anak dalam belajar, guru juga memberikan stempel
bintang di tangan anak, sebagai wujud penghargaan atau reward.
3. Observasi
Observasi dilakukan pada saat pembelajaran. Observasi digunakan untuk
mengetahui penguasaan Bahasa Jawa, semangat, keaktifan, minat dan motivasi
anak didik dalam mengikuti pembelajaran penguasaan kosakata Bahasa Jawa
melalui metode cerita bergambar.
Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu teman sejawat sebagai kolaborator di
tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Boyolali. Observasi ini berpedoman pada empat
indikator yang terdapat dalam lembar observasi yang dibuat peneliti, yaitu ;
kemampuan melakukan dua perintah secara sederhana, menirukan yang berkaitan
dengan kata benda, menirukan kata yang disampaikan secara tepat, mengulang
kembali kata yang baru didengarnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan teman sejawat memperoleh
data sebagai berikut:
a. Sebagian besar anak tertarik dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran
kosakata Bahasa Jawa dengan metode cerita bergambar.
Page 69
54
b. Ada beberapa anak yang mengikuti pembelajaran, namun terlebih dahulu
harus dimotivasi oleh guru karena anak ingin diperhatikan.
c. Waktu pertemuan pertama dan kedua, terasa kurang. Ternyata anak belum
semua mendapat kesempatan untuk menceritakan kembali cerita bahasa Jawa
yang didengarnya. Anak belum puas dan ingin mengetahui kosakata Bahasa
Jawa yang didengarnya. Mungkin, dikarena bagi anak, bahwa kosakata
Bahasa jawa ada yang kedengaran lucu, sehingga saat guru mengucapkan
suatu kata Bahasa Jawa yang dikira aneh dan lucu bagi anak-anak, banyak
yang tertawa geli.
d. Hasil observasi penguasaan kosakata Bahasa Jawa anak telah menunjukkan
peningkatan yaitu dari tahap Pra Siklus sebesar 28% dan pada Siklus I sebesar
50% rata-rata pencapaian dalam satu kelas.
e. Dari hasil Siklus I menunjukkan ada 3 anak yang mendapatkan nilai tertinggi
dan 4 anak yang mendapatkan nilai rendah.
4. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan teman sejawat melakukan
analisis terhadap proses pembelajaran dan penguasaan kosakata Bahasa Jawa.
Analisis ini dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat dengan cara berdiskusi dan
mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Serta melihat kekurangan-
kekurangan yang ada. Selain itu peneliti dan teman sejawat juga berpedoman pada
indikator lembar observasi penguasaan kosakata Jawa yang diamati.
Page 70
55
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa:
a. Sebagian besar anak tertarik, antusias, semangat dengan metode yang telah
dilaksanakan oleh peneliti.
b. Guru kurang dapat membagi perhatiannya kepada semua anak, karena
terdapat anak yang terus meminta perhatian.
c. Terbatasnya waktu pada saat anak diminta satu per satu mengulang kata
Bahasa Jawa yang telah dicontohkan pelafalannya oleh guru.
d. Sudah ada peningkatan penguasaan kosakata Bahasa jawa pada anak, jika
dibandingkan dengan penguasaan kosakata sebelum menggunakan metode
cerita bergambar, akan tetapi hasil tersebut belum maksimal, ini berarti bahwa
peneliti perlu memperbaiki proses pembelajaran.
e. Peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Jawa satu kelas kurang merata,
dikarenakan ada anak yang mempunyai kemampuan lebih dan ada anak yang
mempunyai kemampuan rendah. Ada pula anak pindahan yang berasal dari
luar kota (luar Jawa Tengah) sehingga sulit dan masih kaku dalam
mengucapkan kosakata Bahasa jawa
f. Ada kosakata yang mudah diingat anak, ada juga yang sulit dan yang masih
asing bagi mereka serta ada yang sulit pengucapannya karena kurang terbiasa.
Dari hasil analisis tersebut, peneliti dan teman sejawat merasa bahwa hasil
penelitian tersebut belum maksimal. Oleh sebab itu peneliti dan teman sejawat
membuat perencanaan untuk tindakan pada Siklus berikutnya.
Page 71
56
D. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Proses pembelajaran kosakata Bahasa Jawa pada Siklus I pada umumnya sudah
cukup baik. Namun belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75%, masih
ada anak yang kurang memuaskan dalam penguasaan kosakata Bahasa Jawa.
Untuk mengatasi kekurangan pada Siklus I, maka pada hari Selasa, 8 Agustus
2017 peneliti dan teman sejawat merencanakan tindakan pada Siklus II. Siklus II
ini direncanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, hari Selasa, 8 Agustus
2017 dan pertemuan kedua hari Rabu, 9 Agustus 2017.
Peneliti dan teman sejawat setelah melakukan diskusi, bersepakat melakukan
beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran. Hal–hal tersebut
antara lain yaitu:
a. Peneliti memaksimalkan tindakan yang lebih intensif dan interaktif dengan
anak didik, peneliti memberi motivasi, balikan dan penguatan.
b. Agar anak tidak bosan, tema dikembangkan lagi menjadi sub tema, tema yang
digunakan adalah “Diriku” dan sub tema yang digunakan adalah “Panca
Indera”.
c. Adanya anak yang kurang memperhatikan pelajaran dan adanya anak yang
meminta tugas, maka peneliti mencoba memberikan tugas dengan menebalkan
kata yang masih bergaris putus-putus (menebalkan tulisan).
d. Peneliti juga memberikan reward kepada anak sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya dengan jumlah porsi yang berbeda.
Page 72
57
e. Ada kosakata yang mudah diingat anak dan ada kosakata yang sulit diingat
anak, untuk mengatasi kosakata yang sulit diingat anak, kosakata tersebut
diucapkan dan diulang beberapa kali baik pada saat pembelajaran dan pada
saat review.
Urutan tindakan yang telah direncanakan dan akan digunakan pada Siklus II
adalah sebagai berikut:
1) Peneliti mempersiapkan sumber belajar dan alat pembelajaran.
Adapun materi yang digunakan dalam Siklus II dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 3.4 Materi Siklus II Pertemuan 1 Selasa 8 Agustus 2017
Page 73
58
Gambar 3.5 Materi Siklus II Pertemuan 2 Rabu 9 Agustus 2017
2) Peneliti mengkondisikan anak agar siap untuk belajar.
3) Peneliti membuka pelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.
4) Tanya jawab tentang kosakata yang sudah diajarakan pada pertemuan yang
lalu.
5) Peneliti memberikan apresepsi.
6) Peneliti menunjukkan gambar tentang macam-macam benda yang akan kita
pelajari, yaitu tentang panca indera, kemudian mengucapkannya ke dalam
Bahasa jawa dengan tepat.
7) Peneliti mengajak anak untuk memperhatikan dan mendengarkan cerita
bergambar.
8) Penugasan anak dikerjakan dalam lembar kerja yang telah disiapkan peneliti
sebelumnya, dengan cara mengerjakan bersama-sama sesuai dengan perintah
peneliti.
Page 74
59
9) Peneliti mengucapkan kosakata Bahasa Jawa, lalu anak menirukan bersama–
sama.
10) Peneliti lalu memanggil nama anak satu per satu dan diminta mengucapkan
kosakata yang telah diajarkan.
11) Peneliti memberi reward kepada anak, berupa tanda bintang di tangan.
12) Peneliti mengulang lagi mengucapkan kosakata Bahasa Jawa yang telah
diajarkan pada pertemuan lalu dan pertemuan hari ini.
13) Peneliti menutup pembelajaran dengan meyanyikan lagu “gundul-gundul
pacul”.
Secara umum pembelajaran pada Siklus II, seperti diatas. Sama proses
pembelajaran pada Siklus I, setiap pertemuan pada Siklus kedua ini, juga sedikit
diberi variasi agar anak tidak bosan dan suasana lebih menyenangkan. Adapun
variasi setiap pertemuan adalah menambah jumlah kosakata dengan gambar yang
menarik dan kegiatan yang bervariasi. Lembar kerja yang digunakan pada setiap
pertemuan, juga disajikan dengan tulisan kosakata yang berbeda pula.
Pada Siklus I anak diajak mewarnai gambar dan menyanyi serta menirukan
kosakata dari guru, sedangkan pada Siklus II anak diajak mengamati gambar,
menebalkan tulisan , menirukan kosakata yang berbeda dari guru serta diakhiri
dengan menyanyi bersama dan kegiatan tanya jawab, anak yang mampu
mengucapkan dengan benar akan diberikan reward berupa bintang.
2. Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka peneliti dan teman sejawat
melaksanakan tindakan pada Siklus II. Pelaksanaan tindakan pada Siklus II yaitu
Page 75
60
pada pertemuan pertama dimulai pada hari Selasa, 8 Agustus 2017 selama 30
menit, dimulai dari jam 08.00 – 08.30 WIB.
Peneliti pada awalnya mengkondisikan anak agar siap untuk belajar. Peneliti
mengatur tempat duduk anak agar semua anak dapat melihat cerita bergambar
dengan jelas dan kemampuan anak dapat merata. Peneliti memulai pembelajaran
kosakata Bahasa Jawa dengan salam, berdoa dan bernyanyi. Sebelum
menyampaikan materi, peneliti mengulang kembali kosakata yang telah diajarkan
pada pertemuan lalu. Peneliti memberi apresepsi tentang macam anggota tubuh
dan panca indera yang kita miliki.
Adapun gambaran dialog antara peneliti dengan anak-anak adalah sebagai berikut
:
Peneliti : Assalamualaikum
Anak- anak : Waalaikumsalam
Peneliti : kepanggih malih kaliyan bu guru, pripun kabare anak-anak?
Sehat? Tasih semangat?
Anak- anak : Alhamdulillah sehat, Allahu Akbar.
Peneliti : Tasih kemutan mboten, ceritone minggu winggi ?
Anak – anak : Tasih bu.
Peneliti : Wah hebat tenan, dinten niki anak-anak diajak bu guru mirengake
cerito bergambar malih yoiku bab panca, yen dinten selasa minggu
kapunggkur bu guru cerito bab anggota, ananging dinten niki
benten, anak-anak diajak sinau bab panca indera sing kito duweni,
Page 76
61
opo wae kuwi panca indera? Kaping pisang….mripat, terus nopo
malih sing nemplek ning raine dewe-dewe?
Anak-anak : Irung, kuping, tutuk…. bu guru
Peneliti : Gih leres, hebat, tepuk tangan anak-anak. Lajeng bu guru maringi
cerito tentang panca indera, anak –anak tugase mirengake disik
gih?
Anak-anak ; Gih bu.
Dari uraian diatas, peneliti segera meminta anak-anak mengulang kembali cerita
yang sudah disampaikan dengan metode cerita bergambar, kemudian ibu guru
memberikan lembar kerja berupa menebalkan tulisan, lalu anak diminta
menirukan kosakata Bahasa Jawa dari gambar benda yang telah disediakan, satu
kosakata minimal diulang sebanyak tiga kali dan anak-anak menirukannya.
Setelah anak-anak selesai, anak–anak diajak bernyanyi “gundul-gundul pacul” .
Pada akhir pembelajaran peneliti melakukan review, mengajukan pertanyaan
untuk nama benda dalam kosakata Bahasa Jawa, sedangkan anak menjawabnya
dengan kosakata Bahasa Jawa harus benar pengucapannya. Guru akan
memberikan reward berupa bintang di tangan anak, bila anak mampu
mengucapkan dengan benar. Peneliti mencatat hasil observasi yang telah dibuat
untuk diamati.
Paparan tersebut, merupakan proses pembelajaran pada Siklus II pertemuan
pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis besar proses
pembelajaran seperti yang telah disebutkan diatas. Namun demikian pada
pertemuan kedua dilakukan variasi yakni kosakata yang diajarkan akan berbeda
Page 77
62
dan variasi juga akan dilakukan dengan menambah gambar serta lagu-lagu untuk
anak.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat pembelajaran. Observasi digunakan untuk
mengetahui penguasaan kosakata Bahasa Jawa, semangat, keaktifan, minat dan
motivasi anak didik dalam mengikuti pembelajaran penguasaan kosakata Bahasa
Jawa melalui metode cerita bergambar.
Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu teman sejawat sebagai kolaborator di
Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II. Observasi ini berpedoman pada empat
indikator yang tertuang dalam lembar observasi yang dibuat peneliti, yaitu:
kemampuan melakukan 2-3 perintah secara bersama, memusatkan perhatian
dalam jangka waktu tertentu, menjawab pertanyaan tentang informasi, mengulang
kembali kata yang baru didengarnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti bersama teman sejawat
diperoleh data sebagai berikut:
1) Sebagian besar anak tertarik dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran
kosakata Bahasa Jawa melalui metode cerita bergambar.
2) Ada beberapa anak yang mengikuti pembelajaran namun harus dimotivasi
guru terlebih dahulu karena anak ingin diperhatikan.
3) Pada pertemuan pertama, pelaksanaan masih kurang karena anak lupa akan
kosakata setelah diselingi dengan lagu, sehingga harus diulang kembali untuk
mengingatkan kosakata yang telah diajarkan.
Page 78
63
4) Hasil penguasaan kosakata Bahasa Jawa anak sudah menunjukkan
peningkatan yang sangat baik yaitu dari Siklus I sebesar 50% dan pada Siklus
II mencapai 94%. Hasil observasi penguasaan kosakata Bahasa Jawa pada
anak juga menunjukkan bahwa ada 11 anak yang mendapat nilai tertinggi.
4. Analisis dan Refleksi
Proses tindakan pada Siklus II berjalan dengan baik. Kelemahan yang ada pada
Siklus I dapat teratasi. Hal ini membuat kualitas pembelajaran kosakata Bahasa
Jawa meningkat. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat terlihat dari
tercapainya indikator yang ditetapkan, yaitu tampak peningkatan penguasaan
kosakata Bahasa Jawa dari Siklus I dan Siklus II.
Page 79
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus
1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data
Adapun penilaian yang diberikan pada lembar kerja anak didik, berupa simbol
gambar bintang, yang mana simbol tersebut akan diubah ke data yang bersifat angka
atau kuantitatif untuk sementara, kemudian akan diolah ke dalam bahasa kualitatif,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
Simbol
Bintang
Skor/
Nilai
Kategori Kriteria/Ketentuan
1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang
tepat atau anak tidak mau
mencoba.
2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan
bantuan meniru teman
3 Berkembang Sesuai
Harapan (BSH)
Jika anak bisa dengan
bantuan awalan
4 Berkembang Sangat
Baik (BSB)
Jika anak bisa tanpa
bantuan
Adapun indikator yang digunakan tiap Siklus adalah ada yang berbeda dan ada yang
sama (indikator utama), dan kosakata serta cerita bergambar yang digunakan pada
setiap pertemuan juga bervariasi. Seperti terlihat pada tabel indikator yang akan
diamati tiap Siklus dibawah ini:
Page 80
65
Tabel 4. 2 Indikator yang diamati Tiap Siklus
No Tingkat Pencapaian
Perkembangan Indikator (Butir Amatan)
Yang Diamati
Pra
Siklus
Siklus
I
Siklus
II
1 Mengerti dua perintah
yang diberikan
bersamaan
1. Melakukan dua perintah
secara sederhana
V V
2. Melakukan 2 – 3
perintah secara bersama
V
2 Menyimak perkataan
orang lain
3. Mendengarkan orang
tua/ guru berbicara
V
4. Memusatkan perhatian
dalam jangka waktu
tertentu
V
5. Menirukan kembali 3 –
4 urutan kata
V
3 Menjawab pertanyaan
sederhana
6. Menjawab pertanyaan
tentang informasi
V
7. Dapat menjawab
pertanyaan apa
V
4 Mengenal
perbendaharaan kata
8. Menunjukkan gambar
yang berkaitan dengan
kosakata yang diajarkan
V
5 Mengulang kalimat
sederhana
9. Menirukan kata yang
disampaikan secara tepat
V
10. Mengulang kembali kata
yang baru didengarnya
V V
Peneliti berdiskusi bersama teman sejawat dan kepala sekolah, bahwa penentuan
indikator keberhasilan dalam penguasaan kosakata Bahasa Jawa juga penting dibuat,
berdasarkan kesepakatan bersama pihak sekolah, maka diputuskan indikator
keberhasilan dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 75%. Bila anak mampu
mencapai nilai/hasil pencapaian lebih dari 75% pada Siklus II, anak dapat dikatakan
sudah menguasai kosakata Bahasa Jawa dengan baik, dan sebaliknya jika hasil
pencapaian kurang dari 75% pada Siklus II, maka anak dikatakan belum mampu
menguasai kosakata Bahasa Jawa dengan baik.
2. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus
Page 81
66
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada Pra
Siklus, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus
No Nama
Anak
Nilai pada Indikator Pra Siklus
Persentase
Pencapaian
Melakukan
Dua
Perintah
Secara
Sederhana
Mendengarkan
Orang Tua/
Guru Berbicara
Menirukan
Kembali 3–
4 Urutan
Kata
Dapat
Mejawab
Pertanyaan
“ Apa”
1 Sw1 2 1 1 1 31
2 Sw2 1 1 1 1 25
3 Sw3 2 1 1 1 31
4 Sw4 2 1 2 1 31
5 Sw5 2 1 2 1 31
6 Sw6 1 1 1 1 25
7 Sw7 1 1 1 1 25
8 Sw8 1 1 1 2 31
9 Sw9 1 1 1 1 25
10 Sw10 2 1 1 1 31
11 Sw11 2 1 1 1 31
12 Sw12 1 1 1 1 25
13 Sw13 1 1 1 2 31
14 Sw14 1 1 1 2 31
15 Sw15 1 1 1 1 25
16 Sw16 1 1 1 1 25
17 Sw17 1 1 1 2 31
18 Sw18 1 1 1 2 31
19 Sw19 1 1 1 1 25
20 Sw20 1 1 1 1 25
Total persentase pencapaian kelas 569
Page 82
67
Keterangan :
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan
= 4 x 4 = 16
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %
Jumlah skor maksimum
Contoh :
Nama Anak Sw1 = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
= 5 x 100% = 31%
16
Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
= 569 x 100%
20
= 28%
Dari tabel diatas, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak, karena nilainya
dibawah indikator keberhasilan yaitu 75%, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar
anak belum maksimal, dan masih memerlukan perbaikan. Sedang rata–rata
persentase pencapaian kelas pada saat Pra Siklus Senin 4 Januari 2017 yaitu sebesar
28%.
Temuan ketika peneliti mengamati kegiatan pra siklus (yaitu sebelum penggunaan
metode cerita bergambar) bahwa anak didik merasa bosan dengan metode ceramah
guru, bercerita tanpa gambar, dan banyak anak didik yang berbicara sendiri sehingga
ketika diberikan pertanyaan oleh guru, banyak yang belum bisa menjawab. Dari hasil
penelitian pra siklus masih jauh dari indicator keberhasilan, sehingga diperlukan
upaya dan tindakan perbaikan yaitu dengan dilaksanakan metode cerita bergambar
pada Siklus 1 hari Selasa tanggal 1 Agustus 2017 dan Rabu tanggal 2 Agustus 2017.
Page 83
68
3. Data Hasil Pengamatan Siklus I
Pada Siklus 1, peneliti menggunakan cerita bergambar yang berjudul “rambut
kriting” di hari Selasa 1 Agustus 2017 dan “mripat lara” di hari Rabu 2 Agustus
2017. Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada
Siklus I, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I
No Nama
Anak
Nilai pada Indikator Siklus I
Persentase
Pencapaian
Melakukan
Dua
Perintah
secara
Sederhana
Menunjukkan
gambar yang
berkaitan
dengan
kosakata
yang
diajarkan
Menirukan
Kata yang
Disampaikan
Secara Tepat
Mengulang
Kembali
Kata yang
Baru
Diingatnya
1 Sw1 2 1 1 2 38
2 Sw2 3 3 3 3 75
3 Sw3 2 2 2 2 50
4 Sw4 2 2 2 2 50
5 Sw5 2 2 3 2 56
6 Sw6 3 3 3 3 75
7 Sw7 2 2 2 2 50
8 Sw8 2 2 3 2 56
9 Sw9 2 2 2 2 50
10 Sw10 2 2 3 2 56
11 Sw11 3 3 3 3 75
12 Sw12 2 2 2 2 50
13 Sw13 2 2 2 2 50
14 Sw14 2 2 2 2 50
15 Sw15 2 1 1 2 38
Page 84
69
16 Sw16 2 1 1 2 38
17 Sw17 2 2 3 2 56
18 Sw18 2 2 2 2 50
19 Sw19 2 2 3 2 56
20 Sw20 2 1 1 2 38
Total persentase pencapaian kelas 1000
Keterangan :
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan
= 4 x 4 = 16
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
Contoh :
Nama Anak Sw1 = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
= 6 x 100% = 38%
16
Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
= 1000 x 100%
20
= 50%
Dari tabel diatas, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak, ada 3 anak yang
nilai pencapaiannya sama dengan indikator keberhasilan yaitu 75%, akan tetapi 17
anak lainnya masih dibawah indikator keberhasilan, sehingga dapat dikatakan bahwa
hasil belajar anak belum maksimal, dan masih memerlukan perbaikan. Peningkatan
dari rata–rata persentase pencapaian kelas pada saat Pra Siklus sebesar 28% dan pada
Siklus I Selasa-Rabu, 1-2 Agustus 2017 yaitu sebesar 50%.
Page 85
70
Pelaksanaan Siklus 1 masih menemukan beberapa kendala, yaitu dalam pelaksanaan
ada anak yang menangis karena diganggu oleh temannya, sehingga peneliti terpaksa
berhenti sejenak ketika membacakan cerita bergambar dan menasihati anak yang
mengganggu temannya, kendala lain yaitu ada pengucapan huruf “r” yang mana ada
beberapa anak yang alat ucapnya belum sempurna dalam melafalkan huruf “r”
sehingga anak tersebut perlu pengulangan dalam pengucapan kosakata yang
mengandung huruf “r”. Beberapa kendala tersebut yang menyebabkan hasil
penelitian pada Siklus 1 belum maksimal, sehingga peneliti menginginkan untuk
mengadakan perbaikan pada Siklus 2 hari Selasa tanggal 8 Agustus 2017 dan Rabu
tanggal 8 Agustus 2017.
4. Data Hasil Pengamatan Siklus II
Pada Siklus 2, peneliti menggunakan cerita bergambar yang berjudul “irung mimisen”
di hari Selasa 8 Agustus 2017 dan “lara untu” di hari Rabu 9 Agustus 2017.
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada Siklus
II, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Page 86
71
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Siklus II
No Nama
Anak
Nilai Pada Indikator Siklus II
Persentase
Pencapaian
Melakukan 2-
3 Perintah
secara
Bersamaan
Memusatkan
Perhatian
dalam Jangka
Waktu
Tertentu
Menjawab
Pertanyaan
Tentang
Informasi
Mengulang
Kembali
Kata yang
Baru
Diingatnya
1 Sw1 4 3 4 4 94
2 Sw2 4 4 4 4 100
3 Sw3 4 4 4 4 100
4 Sw4 3 3 3 3 75
5 Sw5 4 4 4 4 100
6 Sw6 4 3 4 4 94
7 Sw7 4 4 4 4 100
8 Sw8 4 4 4 4 100
9 Sw9 4 4 4 4 100
10 Sw10 4 4 4 4 100
11 Sw11 4 4 4 4 100
12 Sw12 4 4 4 4 100
13 Sw13 4 4 4 4 100
14 Sw14 4 3 4 4 94
15 Sw15 4 3 4 3 88
16 Sw16 4 4 3 3 88
17 Sw17 4 4 4 4 100
18 Sw18 3 2 3 3 69
19 Sw19 4 3 4 4 94
20 Sw20 4 3 4 4 94
Total persentase pencapaian kelas 1888
Page 87
72
Keterangan :
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan
= 4 x 4 = 16
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
Contoh :
Nama Anak Sw1 = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
= 16 x 100% = 100%
16
Persentase Keberhasilan Kelas = Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
= 1888 x 100%
20
= 94%
Dari tabel tersebut, maka diketahui persentase pencapaian tiap anak, ada 19 anak
yang nilai pencapaiannya sama atau lebih besar dengan indikator keberhasilan yaitu
75%, akan tetapi ada 1 anak yang masih dibawah indikator keberhasilan, sehingga
dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak dalam kelas sudah maksimal, dan tidak
memerlukan perbaikan. Peningkatan dari rata–rata persentase pencapaian kelas pada
saat Pra Siklus Senin 24 Juli 2017 sebesar 28% , pada Siklus I selasa-Rabu 1-2
Agustus 2017 sebesar 50% dan pada Siklus II Selasa-Rabu 8-9 Agustus 2017 sebesar
94% . Artinya bahwa ada peningkatan yang baik dari tiap Siklus. Hal ini
dikarenakan, tidak ada kendala yang cukup berarti selama proses pembelajaran dan
anak sangat tertarik dengan metode yang digunakan serta anak sudah mampu
berkosentrasi dan berlatih pengucapan dengan baik.
Page 88
73
B. Pembahasan
1. Ketentuan Indikator Keberhasilan
Apabila persentase pencapaian anak lebih kecil dari persentase keberhasilan
(indikator keberhasilan yaitu 75%) maka anak tersebut dikatakan belum menguasai
kosakata Bahasa Jawa yang diajarkan, maka akan diberi keterangan “Belum Tuntas”
Apabila persentase pencapaian anak sama atau lebih besar dari porsentase
keberhasilan (indikator keberhasilan yaitu 75%) maka anak tersebut dikatakan sudah
menguasai kosakata Bahasa Jawa yang diajarkan, maka akan diberi keterangan
“Tuntas”.
2. Perbandingan Hasil Persentase Pencapaian Pra Siklus dengan Indikator
Keberhasilan
Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Pra Siklus yang dilaksanakan 24 Juli
2017 didapatkan hasil persentase pencapaian penguasaan kosakata Bahasa Jawa
sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan Indikator Keberhasilan
No Nama
Anak
Persentase
Pencapaian
Persentase
Keberhasilan
Status Pencapaian
1 Sw1 31 75 Belum Tuntas
2 Sw2 25 75 Belum Tuntas
3 Sw3 31 75 Belum Tuntas
4 Sw4 31 75 Belum Tuntas
5 Sw5 31 75 Belum Tuntas
6 Sw6 25 75 Belum Tuntas
7 Sw7 25 75 Belum Tuntas
8 Sw8 31 75 Belum Tuntas
Page 89
74
9 Sw9 25 75 Belum Tuntas
10 Sw10 31 75 Belum Tuntas
11 Sw11 31 75 Belum Tuntas
12 Sw12 25 75 Belum Tuntas
13 Sw13 31 75 Belum Tuntas
14 Sw14 31 75 Belum Tuntas
15 Sw15 25 75 Belum Tuntas
16 Sw16 25 75 Belum Tuntas
17 Sw17 31 75 Belum Tuntas
18 Sw18 31 75 Belum Tuntas
19 Sw19 25 75 Belum Tuntas
20 Sw20 25 75 Belum Tuntas
Rata-rata
pencapaian kelas 28
Adapun rekapitulasi data pada Pra Siklus seperti terlihat di atas, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Pra Siklus
No Uraian Hasil Pra Siklus
1 Nilai rata-rata kelas 28 %
2 Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar 0
3 Indikator keberhasilan kelas 75%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pencapaian kosakata bahasa Jawa
dalam satu kelas yaitu 28%, masih jauh dari indikator keberhasilan yang disepakati
peneliti dengan pihak sekolah yaitu 75%. Sehingga perlu diadakan tindakan
perbaikan yaitu perlu adanya Siklus I.
Page 90
75
3. Hasil Pencapaian Siklus I dengan Indikator Keberhasilan
Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus I yang dilaksanakan Selasa-
Rabu 1-2 Agustus 2017 didapatkan hasil pencapaian penguasaan kosakata Bahasa
Jawa sebagai berikut:
Tabel 4. 8 Hasil Pencapaian Siklus I dengan Indikator Keberhasilan
No Nama
Anak
Persentase
Pencapaian
Persentase
Keberhasilan
Status Pencapaian
1 Sw1 38 75 Belum Tuntas
2 Sw2 75 75 Tuntas
3 Sw3 50 75 Belum Tuntas
4 Sw4 50 75 Belum Tuntas
5 Sw5 56 75 Belum Tuntas
6 Sw6 75 75 Tuntas
7 Sw7 50 75 Belum Tuntas
8 Sw8 56 75 Belum Tuntas
9 Sw9 50 75 Belum Tuntas
10 Sw10 56 75 Belum Tuntas
11 Sw11 75 75 Tuntas
12 Sw12 50 75 Belum Tuntas
13 Sw13 50 75 Belum Tuntas
14 Sw14 50 75 Belum Tuntas
15 Sw15 38 75 Belum Tuntas
16 Sw16 38 75 Belum Tuntas
17 Sw17 56 75 Belum Tuntas
18 Sw18 50 75 Belum Tuntas
19 Sw19 56 75 Belum Tuntas
20 Sw20 38 75 Belum Tuntas
Rata-rata
pencapaian kelas 50
Page 91
76
Adapun rekapitulasi data pada Siklus I seperti terlihat di atas, dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Siklus I
No Uraian Hasil Pra Siklus
1 Nilai rata-rata kelas 50 %
2 Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar 3
3 Indikator keberhasilan kelas 75%
Dari tabel diatas bahwa rata-rata penguasaan kosakata Bahasa Jawa dalam satu kelas
yaitu 50%, masih jauh dari indikator keberhasilan yang disepakati peneliti dengan
pihak sekolah yaitu 75%. Sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan yaitu perlu
adanya Siklus II.
4. Hasil Pencapaian Siklus II dengan Indikator Keberhasilan
Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus II yang dilaksanakan Selasa-
Rabu 8-9 Agustus 2017 didapatkan hasil pencapaian penguasaan kosakata Bahasa
Jawa sebagai berikut:
Page 92
77
Tabel 4. 10 Hasil Pencapaian Siklus II dengan Indikator Keberhasilan
No Nama Anak Persentase
Pencapaian
Persentase
Keberhasilan
Status Pencapaian
1 Sw1 94 75 Tuntas
2 Sw2 100 75 Tuntas
3 Sw3 100 75 Tuntas
4 Sw4 75 75 Tuntas
5 Sw5 100 75 Tuntas
6 Sw6 94 75 Tuntas
7 Sw7 100 75 Tuntas
8 Sw8 100 75 Tuntas
9 Sw9 100 75 Tuntas
10 Sw10 100 75 Tuntas
11 Sw11 100 75 Tuntas
12 Sw12 100 75 Tuntas
13 Sw13 100 75 Tuntas
14 Sw14 94 75 Tuntas
15 Sw15 88 75 Tuntas
16 Sw16 88 75 Tuntas
17 Sw17 100 75 Tuntas
18 Sw18 69 75 Belum Tuntas
19 Sw19 94 75 Tuntas
20 Sw20 94 75 Tuntas
Rata-rata
pencapaian kelas 94
Adapun rekapitulasi data pada Siklus II seperti terlihat di atas, dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Page 93
78
Tabel 4.11 Rekapitulasi Data Siklus II
No Uraian Hasil Pra Siklus
1 Nilai rata-rata kelas 94 %
2 Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar 19
3 Indikator keberhasilan kelas 75%
Dari tabel diatas bahwa rata-rata penguasaan kosakata Bahasa Jawa dalam satu kelas
yaitu 94%, diatas indikator keberhasilan yang disepakati peneliti dengan pihak
sekolah yaitu 75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kosakata
Bahasa Jawa dengan sangat baik. Dari data diatas dapat disimpulkan ada 19 anak
yang mempunyai kategori “Tuntas” yaitu sudah memenuhi indikator keberhasilan,
dan ada 1 anak yang mempunyai kategori “Belum Tuntas” artinya yaitu ada 1 anak
yang belum memenuhi indikator keberhasilan. Adapun data peningkatan dari Pra
Siklus sampai Siklus II, dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar. 4.1 Diagram Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Jawa
Dapat disimpulkan dari data yang telah disajikan, bahwa metode cerita bergambar
dapat meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Jawa. Hal ini dibuktikan dengan
0
2
4
6
8
10
Pencapaian
Diagram Peningkatan Penguasaan KosakataBahasa Jawa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Page 94
79
adanya peningkatan dari Pra Siklus yang rata-rata pencapaian kelas bernilai 28%
meningkat pada Siklus I yang rata–rata pencapaian kelas bernilai 50%, ditambah lagi
adanya peningkatan pada Siklus II dimana rata-rata pencapaian kelas bernilai 94%.
Jadi metode cerita bergambar terbukti dapat meningkatkan penguasaan kosakata
Bahasa Jawa pada anak usia dini di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Boyolali tahun
pelajaran 2017/2018 dengan sangat baik.
Page 95
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus I dan Siklus II
dalam peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Jawa melalui metode cerita bergambar
pada anak usia dini di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Boyolali tahun pelajaran
2017/2018 bahwa dengan metode cerita bergambar yang digunakan dalam pembelajaran
telah memberikan hasil sesuai harapan. Pembelajaran melalui metode cerita bergambar
yang disampaikan dengan sistematis dan menarik sesuai dengan materi, sehingga dapat
meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Jawa pada anak usia dini khususnya
kelompok A di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II Boyolali berdasarkan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, dimana peneliti menggunakan skripsi berupa penelitian
tindakan kelas dengan analisis deskriptif kualitatif. Hal ini telah dapat dibuktikan dari
data hasil observasi pembelajaran pada tiap Siklusnya yaitu sebelum tindakan
kemampuan penguasaan kosakata Bahasa Jawa anak didik sebesar 28% meningkat pada
Siklus 1 sebesar 50% dan ketika dilanjutkan pada Siklus II meningkat menjadi sebesar
94% . Total peningkatan yang terjadi dari sebelum tindakan (Pra Siklus) sampai Siklus II
sebesar 66%, yaitu dari 28% menjadi 94%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan tindakan dan analisis peneliti terkait
dengan peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Jawa perlu adanya perbaikan dan saran
yang membangun.
Page 96
81
Adapun saran-saran tersebut antara lain:
1. Kepada Siswa
Siswa hendaknya berperan secara aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
melalui metode cerita bergambar, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai
secara maksimal.
Agar anak didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran, perlu diberikan
motivasi baik berupa nasihat, keteladanan maupun penyediaan sumber belajar
yang dapat membangkitkan minat dan semangat belajar. Karena melalui sumber
belajar yang menarik akan memudahkan bagi anak didik untuk memahami materi
yang akan disampaikan.
2. Kepada Guru
Guru hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan menerapkan metode yang bervariasi dan disertai dengan
sumber belajar yang sesuai dengan materi. Dengan mempertimbangkan
penggunaan metode cerita bergambar dalam peningkatan kosakata Bahasa Jawa
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik.
Dan menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan memudahkan mengungkapkan
kata-kata bagi anak didik serta hasil belajar ini akan sangat berguna di kemudian
hari.
3. Kepala Sekolah
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya penguasaan kosakata
Bahasa Jawa , maka kompetensi guru perlu ditingkatkan. Kompetensi tersebut
berpengaruh pada kinerja guru dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu
Page 97
82
Kepala Sekolah disarankan untuk memotivasi guru, guna untuk meningkatkan
kompetensinya, misal dengan melakukan Penelitian Tindakan kelas dan
mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah seperti seminar pendidikan,
diklat dan lain sebagainya. Selain itu, Kepala Sekolah perlu memotivasi guru
agar lebih memperluas wawasan mengenai cerita bergambar dalam Bahasa Jawa.
C. Penutup
Alhamdullilahirobbil „alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tanpa banyak hambatan yang berarti. Seluruh waktu, pikiran
dan tenaga telah penulis curahkan demi terselesainya skripsi ini. Namun penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya semoga skripsi yang telah disusun ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya calon peneliti selanjutnya, guru dan calon guru. Semoga karya ini dapat
memberikan peningkatan kualitas dan pengembangan mutu pendidikan pada anak usia
dini. Amin.
Page 98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Daroah. 2013. Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bercerita dengan
Media Audio Visual di Kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi. Semarang :
UNNES
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Depdiknas. 2006. Pedoman Penilaian di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan SD
Dwiloka, Bambang. 2012. Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta
Fanani, Zainal. 2007. Berbicara sebagai Suatu Keterampialan Berbahasa. Bandung :
Angkasa
Gunarti, Winda, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarata : Universitas Terbuka
Khanifatul, 2013. Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Pateda, Mansuer. 1994. Linguistik Sebagai Pengantar. Bandung: Angkasa
Permendikbud RI No. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD
Permendiknas 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Menteri Pendidikan
Nasional
Permendiknas 58. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Menteri
Pendidikan Nasional
Poedjosoedarmo, Soepomo, 1979. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta : Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dep Dik Bud.
Saputra, Heidi. 2014. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Karisma
Sarwono. 2005. Lagu Dolanan Anak. Surakarta : Cendrawasih.
Seefeldt, Carol & Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks
Soedjito. 1992 . Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia
Page 99
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta
Wacana University Press
Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas
Suyatno K.E, Kasihani. 2010. English for Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara
Tim Depag RI, 1971. Al Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah dan Penafsir Al Qur,an
Tim Pengembang Kurikulum IGRA, 2013. Panduan Pendidik Kurikulum PAUD Anak
Usia 5 -6 Tahun. Salatiga: IGRA
Yusuf. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya
Page 109
WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Nara Sumber
Nama : Ning Sriyani
Status : Kepala Sekolah
Waktu : Senin, 31 Juli 2017
Hasil Wawancara
Peneliti : Assalamualaikum wr. wb.
Kepala Sekolah : Waalaikumsalam wr. wb.
Peneliti : Apakah di Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II, juga dikenalkan Bahasa
Jawa?
Kepala Sekolah : Iya benar, akan tetapi bukan menjadi kurikulum wajib, hanya bersifat
menambah pengetahuan sesuai dengan tingkat perkembangan anak, karena
tingkat kemampuan masing-masing anak berbeda.
Peneliti : Kapan kosakata Bahasa Jawa mulai dikenalkan kepada anak, dan
bagaimana metode penyampaiannya?
Kepala Sekolah : Kosaka Bahasa Jawa hanya terbatas yang kami ajarkan karena sifatnya
hanya mengulang kata yang mungkin sudah familiar dalam kehidupan
sehari-hari anak didik, yaitu dari tembang dolanan anak yang dinyanyikan
di sela pembelajan, dari majalah bulanan anak terdapat satu halaman
khusus yang mengajarkan kosakata Bahasa Jawa, jadi metodenya yaitu
anak diajak menirukan ucapan guru dan bersama-sama melihat gambar di
majalah tersebut.
Peneliti : Apa kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran Bahasa Jawa?
Kepala sekolah : Tentu saja cara melafalkannya, mengenalkan tingkatan bahasa Jawa
ngoko, ngoko alus, karma. Dan kesulitan metode atau cara mengajar yang
digunakan hanya itu – itu saja, anak jadi bosan, bahkan ada yang tidak
mendengarkan guru, anak asyik mengobrol dengan teman yang lain atau
asyik bermain sendiri.
Page 110
Peneliti : Media selain majalah, ada media apa lagi yang bisa digunakan?
Kepala Sekolah : Ada gambar pajangan di dinding berupa gambar buah-buahan, sayuran,
binatang yang ada kosakata Bahasa Jawanya, karena termakan oleh
lamanya umur gambar pajangan di dinding tersebut, ada beberapa yang
sudah tidak layak, dikarenakan melekat pada tembok yang lembab
sehingga mudah timbul jamur pada gambar tersebut.
Page 111
WAWANCARA ANAK
Nara Sumber
Nama : Ardila
Status : Anak Kelompok A
Waktu : Senin, 31 Juli 2017
Hasil Wawancara
Peneliti : Ardila …suka belajar Bahasa Jawa?
ardila : Suka bu…
Peneliti : Ardila bisa Bahasa Jawa diajari siapa?
Ardila : Pertama dari orang tua, guru di kelas.
Peneliti : Kalau di rumah, belajar bahasa Jawa caranya bagaimana?
Ardila : Saya dibelikan CD tembang dolanan bahasa Jawa oleh ayah, lalu saya
menirukan.
Peneliti : Kalau ibu guru mau mengajarkan cerita dengan gambar benda, misalnya
bagian wajah lalu ardila menyebutkan nama yang ditunjuk bu guru dengan
bahasa jawa mau apa tidak?
Ardila : Mau…mau bu…ya saya mau.
Page 112
CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Jam : 10.00 – 12.00 WIB
Lokasi : Ruang kelas
Sumber Data : Ibu Latifatur. R, S.Pd
Diskripsi Data:
Informan adalah guru Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II, Dawung, Pulisen, Boyolali.
Pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai bagaimana kondisi siswa pada saat pembelajaran
penguasaan kosakata Bahasa Jawa sebelum menggunakan metode cerita bergambar di kelompok
A, Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II. Dan selama ini metode apa yang digunakan ketika
pembelajaran penguasaan kosakata bahasa jawa berlangsung?
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada saat
pembelajaran siswa kurang fokus pada materi dan cenderung mencari kegiatan lain ketika guru
menerangkan, meskipun guru sudah beberapa kali menegur dan menasihati. Dengan keadaan
demikian materi pembelajaran pun kurang dapat dikuasai oleh anak didik dengan baik, karena
pembelajaran masih berpusat pada guru. Selama ini metode yang digunakan yaitu tanya jawab
tentang kosakata yang ada disekitar anak, dan metode ceramah yaitu guru memberikan
penjelasan terlebih dahulu dan anak harus mau memperhatikan dan memahami apa yang
disampaikan guru. Namun metode tersebut dirasakan kurang memperoleh hasil belajar yang
maksimal tentang penguasaan kosakata bahasa, anak nampak bosan.
Interpretasi:
Pembelajaran Penguasaan kosakata Bahasa jawa melalui metode cerita bergambar akan
berjalan dengan baik apabila metode yang digunakan menarik dan menyenangkan. Sehingga
perhatian anak didik akan fokus kepada materi serta dapat meningkatkan minat mengikuti
pembelajaran. Bila tidak, anak didik akan menjadi pasif dan mencari kesibukan lain dengan
bergurau atau bermain dengan teman.
Page 113
CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data: Observasi Kelas Pra Siklus
Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2017
Jam : 08.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ruang kelas
Sumber Data : Latifatur. R, S.Pd dan siswa kelas A
Diskripsi Data:
Observasi ini adalah observasi yang pertama kali dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui efektifitas metode yang digunakan serta kondisi kelas pada saat pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan
guru adalah metode ceramah interaktif. Dimana guru menjelaskan materi berulang–ulang sambil
memperlihatkan gambar poster yang ditunjuk satu per satu ke suatu gambar benda yang
dikehendakinya dan siswa disuruh mengikuti kosakata yang diucapkannya. Saat siswa ditunjuk
satu per satu untuk menirukan kosakata Bahasa Jawa, anak didik tampak kurang bersemangat,
sedangkan siswa yang tidak ditunjuk akan asyik berbincang dengan temannya yang lain, suasana
kelas agak ramai dengan suara-suara siswa yang sulit dikondisikan.
Interpretasi:
Pengunaan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat, karena siswa kurang
berminat terhadap materi pembelajaran, sehingga anak didik tidak aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar, serta kurang semangat mendengarkan intruksi guru.
Page 114
CATATAN LAPANGAN 3
Metode Pengumpulan Data : Observasi Kelas Siklus I
Hari/Tanggal : Selasa, 1 Agustus 2017
Jam : 08.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ruang kelas
Sumber Data : Latifatur. R, S.Pd dan siswa kelas A
Diskripsi Data:
Observasi ini merupakan observasi kedua yang dilakukan. Observasi bertujuan untuk
melihat keterlaksanaan dari siklus I, dari proses awal hingga akhir kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa siklus I sudah ada peningkatan
baik proses maupun hasil, namun belum maksimal. Ada beberapa hal yang belum tercapai, yaitu
belum semua siswa mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan kosakata Bahasa Jawa karena
waktu sudah habis. Ini dikarenakan guru banyak menyisipkan beberapa tembang dolanan sebagai
selingan.
Interpretasi:
Siklus 1 belum terlaksana dengan baik dari segi proses maupun hasil belajar. Jadi perlu
beberapa perbaikan–perbaikan untuk Siklus II dalam hal pengaturan waktu dan bentuk lembar
penugasan yang akan dikerjakan anak didik harus sederhana, kreatif dan menarik sehingga tidak
memakan waktu yang lama.
Page 115
CATATAN LAPANGAN 4
Metode Pengumpulan Data: Observasi Kelas Siklus II
Hari/Tanggal : Selasa, 8 Agustus 2017
Jam : 08.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ruang kelas
Sumber Data : Latifatur. R, S.Pd dan siswa kelas A
Diskripsi Data:
Observasi Siklus II bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan observasi Siklus II dan
untuk mengetahui seberapa banyak peningkatan penguasaan kosakata Bahasa Jawa dibanding
siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Siklus II
berjalan dengan baik. Suasana kelas sangat kondusif. Anak didik sangat antusias dan aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran, karena didorong rasa ingin tahu akan bentuk cerita bergambar
yang dapat mereka dengarkan sekaligus anak didik dapat mengingat nama tokoh/ benda dalam
Bahasa Jawa dan anak didik dengan penuh rasa tidak sabar selalu menantikan cerita bergambar
yang baru dan berbeda materinya. Hasil belajar juga meningkat.
Interpretasi:
Situasi pembelajaran kosakata Bahasa Jawa melalui metode cerita bergambar pada
Siklus II lebih kondusif dibandingkan pada Siklus I. Sehingga penguasaan kosakata Bahasa Jawa
mengalami peningkatan yang optimal sesuai harapan.
Page 120
FOTO PENELITIAN SIKLUS 1 (SELASA, 1 AGUSTUS 2017)
CERITA RAMBUT KRITING
Page 121
LEMBAR PENUGASAN - MEWARNAI RAMBUT
FOTO PENELITIAN SIKLUS 1 (RABU, 2 AGUSTUS 2017)
CERITA LARA MRIPAT
Page 122
LEMBAR PENUGASAN- MENEBALKAN HURUF
FOTO PENELITIAN SIKLUS 2 (SELASA, 8 AGUSTUS 2017)
CERITA IRUNG MIMISEN
Page 123
LEMBAR PENUGASAN – KOLASE DG SOBEKAN KORAN
FOTO PENELITIAN SIKLUS 2 (RABU, 9 AGUSTUS 2017)
Page 124
CERITA LARA UNTU
Page 140
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
A. Identitas Diri
1. Nama : Uswatun Qasanah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 31 Oktober 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : randusari RT:3/5 Karanggeneng Boyolali
5. Tempat Penelitian : Tarbiyatul Athfal Muslimat NU II, Dawung,
Pulisen, Boyolali
B. Pendidikan
1. TKN Pembina Boyolali lulus tahun 2001.
2. SDN Karanggeneg 2lulus tahun 2007.
3. MTSN 1 Boyolali lulus tahun 2010.
4. SMAN 1 Sambi lulus tahun 2013.
5. Institus Agama Islam Negeri Salatiga, dari tahun 2013 lulus pada tahun 2018