PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR INPRES BELAKA KABUPATEN GOWA SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu SyaratGunaMemperoleh GelarSarjanaPendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam UniversitasMuhammadiyah Makassar Oleh MUH IRSAN M 105191100516 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441H/2020 i
107
Embed
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI MELALUI PENDEKATAN …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI MELALUI PENDEKATAN
PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS
SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR INPRES
BELAKA KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu SyaratGunaMemperoleh
GelarSarjanaPendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
UniversitasMuhammadiyah Makassar
Oleh
MUH IRSAN M
105191100516
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441H/2020
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi : Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Melalui Pendekatan Problem Posing Dalam
Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas IV SD
Inpres Belaka Kabupaten Gowa
Nama : Muh Irsan M
Nim : 105191100516
Fakultas/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam
Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diujikan di depan tim penguji
ujian skripsi pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 8 Muharram 1442 H
27 Agustus 2020 M
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si.
NBM : 774 234
Dr. Hj. Sumiati, MA
NIDN : 2112087201
ABSTRAK
MUH IRSAN M. 2020. Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Melalui Pendekatan Problem Posing Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas
IV SD Inpres Belaka Desa Taeng Kab. Gowa. Dibimbing oleh Amirah Mawardi
dan Hj. Sumiati.
Masalah utama dalam peneletian ini yaitu bagaimana Pendekatan Problem
Posing untuk meningkatkan kreativitas siswa pada siswa kelas IV SD Inpres Belaka
Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas Siswa dengan pendekatan Problem Posing pada siswa
kelas IV SD Inpres Belaka Desa Taeng kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action
Reaserch) yang terdiri dari dua siklus dimana dua siklus dilaksanakan sebanyak
dua kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV
SD Inpres Belaka Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa sebanyak
25 siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus pertama yang tuntas
secara individual dari 25 siswa hanya 4 siswa dengan persentase 16% yang
memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) atau berada pada kategori sangat
rendah. Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar
61,96. Sedangkan pada siklus II dimana dari 25 siswa terdapat 23 orang atau 92%
telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 99,28 atau berada dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
melalui pendekatan problem posing dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas IV
SD Inpres Belaka dapat meningkat.
Kata Kunci: Pengembangan pembelajaran PAI, problem posing, Kreativitas Siswa
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah dan karunia kesehatan, sehingga penulis dapat menyusun
karya ilmiah (skripsi) yang memunyai nilai dan arti dalam rangka memenuhi
sebahagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dari perencanaan, pelaksanaan, perumusan, sampai kepada penulisan skripsi
ini, penulis banyak mengalami tantangan dan rintangan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun
material. Teristimewa dan terutama disampaikan ucapan terima kasih yang paling
tulus kepada Ayahanda Makkasau dan Ibunda Kasturi, atas segala pengorbanan,
jerih payah, pengertian, dan terutama doa restunya demi keberhasilan penulis
dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka korbankan selama ini
menjadi mahkota keselamatan di dunia dan akhirat.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas
.Muhammadiyah Makassar, beserta stafnya.
vii
3. Dr. Amirah Mawardi, M.Si, kaprodi dan pembimbing I, serta para dosen
jurusan pendidikan agama islam yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
4. Dr. Hj. Sumiati, MA, pembimbing II yang telah memberikan arahan dan
bimbingan yang baik, sehingga penulis tidak terlalu mengalami kesulitan
selama penulisan skripsi ini.
5. Drs. Abd. Rasyak, kepala SD Inpres Belaka Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian ini.
6. Hasmawati, S.Pd.I. guru mata pelajaran pendidikan agama islam di SD Inpres
Belaka Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, yang telah membantu penulis
selama penelitian.
7. Mursalin, S.Pd. yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, dan
perhatian yang tulus kepada penulis.
Sebagai manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan,
penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini tentunya terdapat kekurangan dan
ketidak sempurnaan baik bentuk asli maupun formula kalimatnya. Untuk itu
segala saran, koreksi, dan kritikan yang bermaksud menyempurnakan tulisan ini,
Tabel 4.7 . Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Siklus II. 64
Tabel 4.8 . Distribusi Frekuensi Aktivitas dan Sikap Siswa Pada Siklus II......... 65
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Pikir Penelitian………...................................................... 38
Bagan 3.1 Gambaran Umum Setiap Siklus......................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama islam adalah salah satu mata pelajaran yang diarahkan
untuk menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum islam yang kemudian menjadi dasar kehidupan manusia
melalui kegiatan, pengajaran, pengamalan dan pembiasaan. seperti ini
digambarkan oleh Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 14.
ا انا معكم ا ا امنا واذا خلوا الى شيطينهم قالو نما واذا لقوا الذين امنوا قالو
نحن مستهزءون
Terjemahnya: Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang
beriman, mereka berkata, “kami telah beriman.” Tetapi apabila
mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka,
mereka berkata, “sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya
berolok-olok.” (Q.S. Al-Baqarah:14)
Salah satu pokok pada mata pelajaran pendidikan agama islam adalah siswa
mampu memahami, mengetahui dan mengamalkan setiap apa yang di sampaikan
oleh guru pendidikan agama islam itu sendiri, dengan begitu guru harus
memberikan metode kepada siswa agar siswa mampu memahami setiap apa yang
di sampaikan, Dengan model pembelajaran problem posing salah satu alternatif
model pembelajaran dengan karakteristik pembelajaran yang menuntut keaktifan
peserta didik melalui kegiatan elaborasi yang melatih peserta didik dalam
mengindentifikasi setiap unsur-unsur yang terkait dengan materi. Dengan
1
pendekatan problem posing peserta didik diminta mengajukan sebuah soal yang
mungkin berbentuk peryataan yang diajukan oleh guru, dengan pendekatan
problem posing siswa dapat berfikir kritis karna siswa mampu mencari masalah
lalu memecahkannya sendiri, dengan problem posing siswa dapat mengajukan
sebuah masalah terhadap pembelajaran pendidikan agama islam itu sendiri.
Pendidikan agam islam di desain dengan sedemikian rupa menjadikan peserta
didik mendapatkan hikmah nilai ajaran agama islam. Pengalaman berharga
membekas sepenuhnya di qalbu peserta didik. Karena moral generasi penerus
menjadi sebuah produk pendidikan agama islam yang paling berharga dan
bernilai.
Hal ini sesuai dengan tiga tujuan pembelajaran yang berlaku untuk semua
bentuk pembelajaran, yaitu :1 1) Tahu, mengetahui disebut sebagai aspek knowing.
Dalam tingkatan ini guru memiliki tugas untuk mengupayakan kepada peserta
didiknya agar mengetahui sesuatu konsep. 2) Terampil melaksanakan atau
mengerjakan yang ia ketahui itu disebut sebagai aspek doing. Dan 3)
Melaksanakan atau mengamalkan yang disebut dengan aspek being.
Tiga tujuan pembelajaran tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling
terkait. Guru seharusnya dapat melaksanakan tiga rumusan tujuan dengan baik.
Tetapi pada kenyataanya banyak guru agama yang belum melaksanakan tiga
tujuan tersebut dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil lulusan yang kurang
bisa mengamalkan kepada masyarakat maupun untuk dirinya sendiri. Dalam hal
ini juga dalam sebuah pembelajaran, kurikulum sangat berperan penting terhadap
1 Ahmad Tafsir, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam (Bandung:
Maestro,2014),34-35.
2
pembelajaran, kurikulum secara umum bisa diartikan dokumen tertulis yang
dipakai oleh sekolah sebagai pedoman untuk menyelanggarakan pembelajaran.
Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan kurikulum sebagai kumpulan
pengalaman belajar yang ditentukan oleh lembaga sekolah, dengan tujuan
mendisiplinkan siswa dan mendidik mereka dalam berpikir dan berperilaku.2
Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya dominasi guru
(teacher oriented), sehingga menyebabkan kecendurungan siswa lebih bersifat
pasif dan juga disebabkan kurangnya perhatian guru terhadap variasi penggunaan
model pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran secara baik. Kondisi
seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas
seperti yang diharapkan.
Pendidikan di masa sekarang tidak lagi sekedar mengisi otak siswa dengan
berbagai teori dan konsep ilmu pengetahuan akan tetapi lebih bersifat mendorong
menggerakkan , dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan
ispirasinya secara aktual. Untuk itu perlu dikembangkan suatu pembelajaran
yang memungkinkan siswa lebih leluasa untuk menyampaikan ide-idenya
tentang pelajaran yang disampaikan, aktivitas-aktivitas yang mendorong siswa
belajar aktif baik secara mental, fisik dan sosial sengga siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran secara aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Salah satu pembelajaran yang dapat mengakomodasikan hal tersebut adalah
dengan problem posing . problem posing adalah suatu pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan atau membuat soal
2 Ni Nyoman Padmadwi,dkk, Pengantar Micro Teaching. PT RajaGrafindo Persada(Jakarta,2017)
3
sendiri berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan, Kemudian
menyelesaikan sendiri . problem posing kegiatan yang mengarah pada sikap kritis
dan kreatif. Sebab dalam pembelajaran ini mengharuskan siswa membuat
pertanyaan dari informasi yang diberikan. Bertanya merupakan pangkal semua
kreasi, Orang yang memiliki kemampuan berkreasi dikatakan memiliki sikap
kreatif. Selain itu dengan pengajuan soal, siswa di berikan kesempatan aktif secara
mental, fisik, dan sosial serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
menyelidiki dan membuat jawaban. Seperti yang diungkapkan oleh Florence
bahwa masalah itu harus diciptakan atau ditemukan oleh pemecah masalah itu
sendiri.3 Dengan model pembelajaran problem posing, kreatifitas siswa dapat
tumbuh.
Kreativitas anak dalam berfikir tercermin dalam berbagai hal diataranya
dalam diri siswa punya hasrat untuk selalu ingin tahu. Siswa selalu mengajukan
berbagai pertanyaan berkaitan dengan materi yang disampaikan, apabila merasa
kurang puas dengan penjelasan guru mereka mencari referensi atau sumber lain
untuk mendapatkan jawaban yang valid atas pertanyaan yang diajukan.4 Hal ini
sangat cocok dengan langkah-langkah pembelajaran problem posing yang
mengharuskan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan solusi
jawabannya.
Silver menjelaskan hubungan berpikir tingkat tinggi dengan problem posing
tidak banyak berada pada perumusan masalah sendiri tetapi lebih kepada saling
3 Florence Mihaela Singer, Nerida F. Ellerton, Jinfa Cai, Mathematical Problem Posing From
Research to Effctive Practive (New York: Springer science+Busines Media,2015),5. 4 Munandar, Kreativitas Dan Keberbakatan (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2014) 12
4
pengaruh antar masalah dan perumusan masalah.5 Pendidikan selama ini
menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar tehadap soal-soal
yang di berikan. Sehingga kurang memberikan kesempatan siswa untuk
memberikan jawaban yang beragam dan orisinal. Hal ini mengakibatkan
rendahnya kreativitas siswa. Seperti yang terjadi di SD INPRES BELAKA DESA
TAENG. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan guru hanya fokus pada satu
jawaban yang benar dan menyalahkan jawaban yang lain. Sehingga kreativitas
siswa tidak dapat berkembang.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
“Pengembangan Pembelajaran Agama Islam Melalui Pendekatan Problem Posing
Dalam Meningkatkan Kreativitas Pada Siswa Kelas 1V SD Inpres Belaka Desa
Taeng”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Bagaimana pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) melalui pendekatan problem posing dalam meningkatkan kreativitas
siswa di SD Inpres Belaka Desa Taeng?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
5 Silver,Model Pembelajaran problem posing & solving Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah. CV Jejak,2018
5
berikut: Untuk mengetahui proses pengembangan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) melalui pendekatan problem posing dalam meningkatkan
krativitas siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna sebagai berikut:
1. Bagi pengembang ilmu, hasil penelitian ini memberikan inovasi yang lebih
praktis dalam pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam
2. Bagi keperluan praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan rujukan
referensi bagi pengembang penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini memberikan pengalaman yang baru yang
berharga dalam meningkatkan profesionalitas peneliti pada bidang
Pendidikan Agama Islam.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pendekatan problem posing
Belajar merupakan suatu proses usaha dalam diri seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Didalam belajar seseorang akan memiliki perubahan-perubahan yang
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Belajar bukan hanya proses menghafal dan mengingat tetapi
belajar adalah sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan akibat
adanya pengalaman. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.6
Model pembelajaran problem posing mulai dikembangkan tahun 1998
oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelejaran
matematika. Selanjutnya dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.
Pembelajaran hendaknya lebih ditekankan pada kegiatan problem posing. Hal
ini untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan dapat dilakukan dengan
cara membiasakan siswa mengajukan soal. Mengajukan soal merupakan
salah satu kegiatan yang dapat menantang siswa untuk lebih berfikir dan
membangun pengetahuan mereka. Pada prinsipnya metode pembelajaran
6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belejar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2014),hlm.22
7
problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan para siswa
untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar berlatih soal secara mandiri.7
Menurut Hobri problem posing mempunyai arti yaitu, (1) Perumusan
soal sederhana atau perumusan kembali soal yang ada dengan beberapa
perubahan agar lebih sederhana dan daapat dikuasai; (2) Perumusan soal yang
berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam
rangka mencari alternative pemecahan; (3) Perumusan soal dari informasi
atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum atau setelah memecahkan
soal. Problem posing merupakan suatu model pembelajaran yang dimana
siswa dalam kegiatan pembelajaran diminta menyusun soal berdasarkan
situasi atau informasi yang diberikan.8
Suyatno menjelaskan bahwa problem posing merupakan istilah
dalam bahasa inggris yang artinya “merumuskan masalah” atau “membuat
masalah”. Problem posing yaitu pemecah masalah dengan melalui elaborasi,
yaitu merumuskan kembali masalah menjadsi bagian-bagian yang lebih
sederhana sehingga mudah dipahami.9 Masalah yang dimaksudkan adalah
soal-soal dalam matematika, sehingga problem posing dapat diartikan sebagai
membuat soal atau membuat masalah.
Upu memberikan tiga pengertian pengajuan masalah (problem posing)
dalam pustaka pendidikan matematika. Pertama , pengajuan masalah
(problem posing) adalah perumusan ulang masalah yang telah diberikan
7 Amin Suyitno, Pembelajaran Inovatif, (Semarang: Jurusan Matematika FPMIPA
Universitas Negeri Semarang,2014),hlm,3. 8 Hobri,Model-Model Pembelajaran Inonatif (jember;CSS,2008), 95-96 9 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (sidoarjo: Masmedia Pustaka, 2014) hal 6
8
dengan beberapa cara dalam rangka menyelesaikan masalah masalah yang
rumit. Kedua, pengajuan masalah (problem posing) adalah perumusan
masalah yang berkaitan syarat-syarat pada masalah yang dipecahkan dalam
rangka mencari alternatif penyelesaian masalah yang relavan. Ketiga,
pengajuan masalah (problem posing) adalah merumuskan atau mengajukan
masalah dari situasi yang diberikan, baik sebelum, pada saat atau setelah
penyelesaian.10
Dari beberapa pengertian diatas penelitin menyimpulkan bahwa
problem posing adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dalam
kegiatan pembelajaran diminta menyusun soal berdasarkan situasi atau
informasi yang telah diberikan oleh guru.
1. Karakteristik Pembelajaran Problem Posing
Dalam mencari pemecahan masalah tidak harus didapatkan satu
solusi. Seorang guru harus melatih siswa untuk mencari kemungkinan
soslusi yang lain untuk mengembangkan konsekuensi yang diterima jika
mereka mengambil salah satu solusi masalah tersebut11. Dalam
pembelajaran problem posing masalah yang diajukan tidak harus baru.
Hal tersebut jika menyangkut pembentukan kembali dari permasalahan
yang telah ada atau pembentuk masalah dari masalah yang telah ada atau
bahkan pembentuk dari masalah yang telah ada atau bahkan membentuk
10 Hamzah Upu, Problem Posing dab Problem Solving dalam pembelajaran
memprakirakan, menguji hasil prakiraan, dan mengkomunikasikan.
6) Kedwibahasaan memungkinkan untuk mengembangkan potensi
kreativitas secara lebih luas kareana akan memberikan pandangan
dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi
masalah dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang
39Ibid, psikologi 74
25
berbeda umumnya orang lain yang dapat muncul dari pengalaman
yang dimilikinya.
7) Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki
lebih kreatif dari pda anak laki-laki yang lahir kemudian).
8) Perhatian orang tua terahadap minat anaknya, stimulasi dari
lingkungan sekolah, dan motivasi diri.
b. Faktor-faktor yang menghambat perkembangan kreativitas:
1) Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidak beranian dalam
menanggung resiko atau upaya mengejar sesuatu yang belum
diketahui.
2) Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan
sosial.
3) Kurang berani dalam melekukan sksplorasi, menggunakan
imajinasi dan penyelidikan.
4) Stereoptik peran sex/jenis kelamin.
5) Diferensiasi anatara bekerja dan bermain.
6) Otoritarisnisme.
7) Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan.
Guru yang waspada pada karakteristik anak didik yang
yang menunjukkan potensi dapat mengakui perbedaan individu
dalam masa kanak-kanak dan pemeliharaan perkembangan dari
kreativitas melalui tingkat dalam semua daerah perkembangan.
Oleh karena itu dukungan guru untuk memahami segala aspek
26
perkembangan anak hendaknya dapat memunculkan atau menggali
potensi anak yang masih tersembunyi, dan mengembangkan yang
sudah muncul dalam bermain sampai anak merasa senang
melakukan semua kegiatan.
5. Ciri-ciri kreativitas
Anak yang kreatif cirinya yaitu punya kemampuan berfikir kritis,
ingin tahu, tertarik pada kegiatan atau tugas yang dirasakan sebagai
tantangan, berani mengambil resiko, tidak mudah putus asa, menghargai
keindahan, mampu berbuat atau berkarya, menghargai diri sendiri dan
orang lain.40 Sementara, Sund yang dikutip oleh Nursisto menyatakan
bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenali secara mudah
melalui pengamatan ciri-ciri yang dimiliki terutama dalam setiap
pertemuan atau diskusi, ciri-ciri tersebut, antara lain:41 a) Mempunyai
hasrat ingin mengetahui b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
c) Panjang akal d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti e)
Cenderung lebih suka melakukan tugas yang lebih berat dan sulit f)
Berfikir fleksibel, bergairah, aktif, dan berdedikasi dalam melakukan
tugas g) Menanggapi pertanyaan dan punya kebiasaan untuk
memberikan jawaban lebih banyak.
Menurut Guilford yang dikutip oleh Munandar membagi ciri anak
yang dapat mendukung kreativitas kedalam dua bagian yaitu:42 ciri bakat
40 Sumanto, Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Tk (Jakarta : Diretur Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan ketenagaan Perguruan Tinggi, 2014),39. 41 Ibid, Kiat Menggali Kreativitas,35. 42 Ibid, Kreativitas Dan Keberbakatan,12.
27
(aptitude trait) dan ciri non bakat (non-aptitude trait). Ciri-ciri yang berupa
bakat/ aptitude sikap kreativitas (sikap kreatif) seperti kelancaran,
kelenturan, keluwesan atau fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berfikir,
ciri-ciri bakat//aptitude sikap kreatif perlu dikembangkan sejak dini
sebagai potensi kreatif yang dimiliki seorang anak yang dapat berkembang
optimal. Selain ciri bakat atau aptitude, sikap kreatif perlu didukung oleh
kematangan pribadi. Beberapa karakteristik pribadi yang sudah teruji
dalam penelitian atau kajian ilmiah, memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kreativitas adalah rasa ciri non aptitude antara lain: percaya diri,
keuletan atau daya juang yang tinggi, apresiasi estetik, serta kemandirian
C. Problem Posing dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa
Hasil penelian Silver dan Chai menunjukkan bahwa kemampuan
pembentukan soal berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan
masalah.43 Dengan demikian kemampuan pembentukan soal sesuai dengan
tujuan pembelajaran di sekolah sebagai usaha meningkatkan hasil
pembelajaran dan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dari sini
diperoleh bahwa pembentukan soal penting dalam pelajaran guna
meningkatkan kreativitas siswa.
Problem posing akan memacu kemampuan siswa dalam membuat
banyak ide (fluency), menyusun ide yang baru dan berbeda (originality),
menciptakan ide yang bervariasi (flexibility) dan dan membuat ide yang
43 Ibid, Thobroni…,282
28
detail dan rinci (elaboration). Melalui pendekatan problem posing siswa
akan mampu membuat banyak pertanyaan yang akan mengembangkan
aspek fluency atau kelancaran dalam menciptakan ide. Dari pertanyaan
siswa yang bersifat divergen (pertanyaan memungkinkan banyak jawaban)
akan memunculkan banyak jawaban yang bervariasi (flexibility). Selain
itu, pertanyaan dan jawaban yang dibuat siswa akan memunculkan ide-ide
baru yang unik dan berbeda (originality). Dan dari proses siswa menjawab
pertanyaan secara terperinciruntut dan jelas (elaboration).44
Kreativitas penting bagi siswa sekolah dasar karna dengan berfikir
kreatif memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis,
menghadapi masalah dengan terorganisasi, merumuskan pertanyaan yang
inovatif, dan merancang solusi orisinal. Dengan demikian siswa memilikki
rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai hal, memunculkan banyak
gagasan baru, orisinal dan unik dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Selain itu siswa juga akan memiliki daya imajinasi yang tinggi dan mampu
mengemukakannya dalam memecahkan masalah.
44 Ibid, Era Budi….,3
29
C. Materi pembelajaran PAI di SD
1. Materi pembelajaran ciri-ciri orang munafik45
عن أبى هريرة عن النبى صلى الله عليه وسلم – قال آية المنافق ثلاث إذا حدث
كذب ، وإذا وعد أخلف ، وإذا اؤتمن خان
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; apabila berkata selalu
berbohong, apabila berjanji selalu mengingkari, dan apabila dipercaya
selalu berkhianat. (H.R Bukhari dan Muslim).
Isi kandungan hadist tentang ciri-ciri orang munafik
1. Secara khusus, kaitannya dengan iman, munafik adalah orang yang
mengatakan beriman dengan mulut, tetapi sebenarnya dalam hatinya
tidak beriman (kafir). Sedangkan kaitannya dengan keyakinan,
munafik berada diatara mukmin dan kafir. Mukmin adalah orang yang
percaya kepada Allah, sedangkan munafik lidahnya berucap percaya
kepada Allah, akan tetapi hatinya tidak.
2. Munafik merupakan penyakit rohani yang sangat dipengaruhi oleh
batin manusia. Oleh karena itu, penyakit ini tidak tampak. Namun yang
dapat diketahui hanyalah penjelmaan dari batin tersebut dari bentuk
sikap dan tingkah laku sehari hari-hari.
3. Adapun sikap dan perilaku orang munafik sebagai berikut:
a. Apabila berkata berdusta. Ciri pertama dari kata munafik adalah
dusta, yaitu menyatakan apa yang tidak sebenarnya. Sikap berdusta
45 Abdul Hamid, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits Kelas V (Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia,2014),87-91
30
ini baik dalam bidang akidah, misalnya lidahnya mengatakan
beriman, namun dihatinya tidak beriman. Sikap munafik itu seperti
ini digambarkan oleh Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 14.
ا انا معكم انما واذا لقوا الذين امنوا قالو ا امنا واذا خلوا الى شيطينهم قالو
نحن مستهزءون
Terjemahnya: Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang
beriman, mereka berkata, “kami telah beriman.” Tetapi apabila
mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka,
mereka berkata, “sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya
berolok-olok.” (Q.S. Al-Baqarah:14)
Dalam bidang muamalah, orang munafik mempunyai kebiasaan
berkata dusta. Dusta mempunyai arti yang sama dengan bohong. Oleh
karena itu perkataan orang munafik tidak bisa dipercaya. Mereka pada
umunya mempunyai sikap lain di mulut lain di hati. Apa yang telah
keluar dari mulutnya tidak sama dengan apa yang ada dalam benak
hatinya.
b. Apabila berjanji mengingkari. Ciri yang kedua dari munafik adalah
apabila berjanji sering menyalahi. Mereka dengan mudah membuat
janji dan mereka juga yang tidak memenuhi janjinya. Tindakan
mengingkari janji ini sudah menjadi sikap dan perilaku dalam
hidup orang munafik.
Pada masa Rasulullah perbuatan semacam ini seringkali dijumpai
oleh beliau dan para sahabatnya. Misalnya, ketika akan terjadi
peperangan. Pertama, mereka berjanji bersama nabi untuk membela
agama Islam. Namun, ketika pasuka islam telah siap maju
31
kemudian perang mereka (orang-orang munafik) sibuk mencari-
cari alasan agar tidak ikut berperang .
c. Apabila diberi amanat berkhianat. Ciri yang ketiga dari munafik
adalah abila menerima amanat dia selalu berkhianat. Sifat ketiga ini
muncul sebagai kelanjutan dari dua sifat diatas yaitu sifat sering
berdusta dan mengingkari janji. Dua ciri tersebut erat kaitannya
dengan ucapan orang munafik.
Orang munafik mempunyai sifat sulit untuk melaksanakan amanat.
Jika menerima amanat, maka ia berkhianat.Sifat munafik
merupakan penyakit rohani yang sangat berbahaya, dan akan
membawa akibat kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Akibat
yang ditimbulkan dari sifat munafik tersebut diantaranya:
1. Bersikap ragu-ragu (bingung) dalam menentukan sikap, karena
sikap mendua.
2. Dijauhi orang, karena sering merugikan orang lain.
3. Sifat munafik akan merusak tatanan persahabatan.
4. Akan memperoleh siksa yang sangat pedih yaitu masuk dalam
nereka yang paling bawah.
2. Materi Pelajaran Puasa Wajib
a. Ketentuan puasa
1. Syarat sah puasa
a. Syarat sah puasa
32
b. Orang diwajibkan puasa: Islam, Baligh, Berakal, Mampu Melaksanakan.
2. Rukun Puasa
a) Niat
b) Menahan diri dari semua yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai
magrib.
3. sunah-sunah puasa
a) Mengakhirkan makan sahur.
b) Menyegerakan berbuka puasa setelah masuk wakru berbuka.
c) Berbuka dengan kurma atau dengan sesuatu yang manis.
d) Berdoa sewaktu berbuka.
e) Mengakhirkan makan sahur.
f) Memperbanyak iktikaf di masjid, terutama pada akhir bulan ramadhan,
yaitu tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29.
g) Memperbanyak ibadah seperti membaca Al-Qur’an.
h) Salat sunnah.
i) Memperbanyak amal kebaikan seperti sedekah, tolong-menolong dalam
kebaikan.
33
4. Yang mebatalkan puasa
a) Makan dan minum dengan sengaja.
b) Keluar mani dengan sengaja.
c) Nifas.
d) Haid.
e) Berubah akal, mabuk, pingsan.
f) Muntah dengan sengaja.
g) Murtad (keluar dari islam).
h) Hubungan suami istri waktu siang hari pada saat berpuasa.
5. Orang Yang Boleh Berbuka Puasa
a) Orang yang sakit parah (harus mengqada, yaitu mengganti sejumlah hari
yang ditinggalkan).
b) Orang yang dalam perjalanan jauh atau musafir (wajib mengqada atau
mengganti).
c) Orang lanjut usia berkewajiban membayar fidiah, yaitu bersedekah tiga
perempat liter beras kepada fakir miskin. Orang yang hamil tua atau
menyusui berkewajiban membayar fidiah.
34
b. Hikmah Puasa
a) sebagai tanda syukur atas nikmat yang diberikan Allah, puasa ramadhan
mendidik manusia untuk senantiasa mensyukuri nikmat pemberian
Allah swt. Dengan berpuasa melatih jiwa kita untuk senantiasa ingat pada
kenikmatan yang telah diberikan kepada kita. Sehingga dapat
menimbulkan
b) Mendidik umat untuka taat pada peraturan (mendidik disiplin). Puasa
mendidik kita untuk bersikap disiplin. Kita tidak akan makan dan minum
sebelum waktu berbuka tiba, meskipun tidak ada orang yang melihatnya.
c) Mendidik untuk berbelas kasihan kepada fakir miskin. Puasa mendidik
kita untuk merasakan orang-orang fakir dan miskin. Bagaimana keadaan
orang yang berpuasa, baik kaya maupun miskin, mereka merasakan lapar
dan dahaga. Hal ini mengingatkan kepada kita tentang bagaimana
rasanya menahan lapar dan dahaga, sehingga kita dapat merasakanya.
d) Mendidik untuk hidup dengan tertib dan teratur. Puasa mendidik kita
untuk selalu hidup teratur, teratur dalama makan, minum, maupun tidur.
Dengan pola hidup yang teratur , maka semua aktivitas kehidupan
terjadwal dengan baik.
e) Menjaga kesehatan. Puasa menjaga kesehatan jasmani maupun
rohanikita, Menurut hasil penelitian telah banyak penyakit yang dapat
35
disembuhkan dengan cara berpuasa. Rasulullah saw bersabda :
“Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat”. 46
D. Kerangka Pikir
Prestasi belajar siswa ditentukan berbagai faktor, satu diantaranya
yang dominan ditentukan oleh pemilihan pendekatan pembelajaran oleh
guru. Pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi
pelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar.
Dalam penelitian ini dengan pendekatan pembelajaran problem posing
yang menekankan siswa untuk aktif dalam mencari, merumuskan hingga
memecahkan masalah secara mandiri. Pembelajaran di kelas IV masih
menekankan pada aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dalam
menguasai materi pelajaran.
Penggunaan pendekatan problem posing diharapkan siswa mampu
berlatih mengerjakan soal-soal yang telah diberikan, dengan cara mencari
pemecahan masalahnya dengan teman satu kelompok. Pendekatan problem
posing ini, diharapkan mampu menjadikan siswa belajar dari pengalaman-
pengalaman yang ada yaitu pengalaman mengerjakan soal-soal, sehingga
pada waktu ujian siswa dapat dengan cepat, karena terbiasa berlatih
sebelumnya.Guru harus melibatkan peran siswa dalam proses pembelajaran
sehingga kegiatan mengajar dapat berlangsung dengan baik, dan dapat
46 Ngatmin Abbas, Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Dasar Kelas V (Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Pembukuan, KEMENTRIAN Pendidikan Nasional,2011),119-123
36
terjalin interaksi antara guru dan siswa. Untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa, guru harus memahami dan menyesuaikan tugas-
tugasnya, memilih pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa dan harus
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa yang menyebabkan
rendahnya kemampuan pemecahan masalaholeh siswa.
Diharapkan setelah penggunaan pendekatan problem posing,
kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat serta dapat
menyelesaikan masalah di kehidupan nyata. Selain itu, hasil belajar siswa
dapat meningkat. Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
37
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Input
1. Guru
menekank
an hafalan
terhadap
siswa
2. Kemampua
n
pemecahan
masalah
siswa
rendah
3. Hasil
belajar
siswa
rendah
Output
Kemampuan
pemecahan
masalah siswa
meningkat Hasil
belajar siswa
meningkat
Proses
1. Pendekatan Problem Posing
2. Pendekatan
Ilmiah
38
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan pada
penelitian ini adalah “Pengembangan pembelajaran agama islam
melalui pendekatan problem posing dalam meningkatkan kreativitas
pada siswa kelas IV SD Inpres Belaka Desa Taeng dapat berkembang
dan meningkat”.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) dengan tahapan pelaksanaan yaitu perencanaan (Planning), tindakan
(Action), observasi (Observation), dan refleksi (Reflection).
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SD Inpres Belaka desa Taeng. Subjek
penelitian adalah siswa pada satu kelas yaitu Kelas IV sebanyak 25 orang siswa,
dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan 10 orang,
dan peneliti berperan sebagai guru pendidikan agama islam pada kelas tersebut.
C. Faktor yang diselidiki
Ada beberapa faktor yang diselidiki sebagai berikut:
1. Faktor input: memperhatikan kemampuan siswa dalam pembelajaran agama
islam.
2. Faktor proses: Dengan mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Aktivitas siswa yang dimaksud adalah :
a. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung
b. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru
c. Siswa yang menjawab pertanyaan / permasalahan yang diajukan guru
d. Siswa yang aktif pada saat pembelajaran berlangsung
e. Siswa yang mempresentasekan soal temuannya di depan kelas
40
f. Siswa yang melakukan kegiatan lain seperti ribut, bermain, dan lain-lain
g. Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah.
3. Faktor hasil: Dengan melihat hasil belajar pendidikan agama islam siswa
setelah diterapkan pendekatan pembelajaran problem posing.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pelaksanaannya selama dua
Siklus. Siklus pertama dan siklus kedua berlangsung dua minggu (4 kali
pertemuan) secara lebih rinci prosedur penelitian dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Gambaran Umum Tiap Siklus
Pelaksanaan
Tindakan
SIKLUS I
Perencanaan
Observasi
Dan
Evaluasi
Refleksi Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan
HASIL
SIKLUS II
Refleksi
Observasi
Dan
Evaluasi
41
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan ini dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Siklus I
Siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan, 3 kali pertemuan digunakan
proses belajar mengajar, 1 kali pertemuan dilaksanakan untuk tes siklus I.
a. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah sebagai
berikut:
a. Menelaah materi yang akan diajarkan.
b. Membuat skenario pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan.
c. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana keaktifan siswa di kelas
ketika metode tersebut diaplikasikan.
d. Membuat angket mengenai respon siswa tentang kegiatan pembelajaran
melalui pendekatan problem posing.
e. Membuat tes akhir Siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahap ini adalah menjelaskan
materi sesuai rencana pelajaran dan mensosialisasikan pembelajaran matematika
dengan pendekatan problem posing. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu pembahasan materi secara klasikal
disertai dengan pemberian contoh-contoh soal.
42
b. Guru memberikan contoh menyusun/membuat soal berdasarkan situasi yang
diberikan atau yang tersedia. Setelah itu, guru memberi penugasan kepada
siswa untuk menyusun soal yang berbeda dari contoh yang ada dalam buku.
Lalu siswa itu sendiri yang menyelesaikan sendiri soal yang dibuatnya. Guru
tetap membimbing dan mengawasi siswa yang belum bisa menyusun soal dan
menyelesaikan soal.
c. Mencatat semua kegiatan yang dianggap penting baik mengenai kegiatan
siswa dalam mengikuti pelajaran, mengerjakan soal maupun tanggapan-
tanggapan yang diberikan siswa.
d. Dengan memberikan motivasi interaksi yang harmonis antara guru dan siswa,
siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah atau soal secara berkelompok
dengan menggunakan pendekatan, metode dan teknik problem posing, dalam
hal ini guru hanya menjadi pengarah dan pembimbing.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta
melaksanakannya evaluasi.
d. Tahap Refleksi
Setelah data terkumpul pada tahap observasi selanjutnya dianalisis untuk
melihat tingkat keberhasilan program pengajaran setelah diberikan tindakan pada
Siklus I. Hasil yang telah diperoleh dapat dijadikan patokan untuk merumuskan
rencana perbaikan pengajaran selanjutnya.
43
2. Siklus II
Dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, 3 kali pertemuan digunakan
untuk proses belajar mengajar, 1 kali pertemuan dilaksanakan untuk tes Siklus II.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dirumuskan persiapan tindakan Siklus II yang sama dengan
Siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap tindakan ini, yang dilakukan relatif sama dengan pelaksanaan
Siklus I yaitu dengan menggunakan pendekatan problem posing dengan sejumlah
perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Hal-hal yang
diobservasi adalah keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran, selain itu
diamati pula perubahan-perubahan sikap yang terjadi pada siswa dalam proses
pembelajaran, serta dalam tahap observasi ini dilaksanakan evaluasi berupa tes
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah berlangsungnya tindakan pada Siklus
II.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir Siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan serta dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan
setelah diterapkannya pendekatan problem posing.
44
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui data tentang kehadiran siswa,
keaktifan siswa, perhatian siswa dan interaksi siswa dan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
2. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan
siswa setelah proses pembelajaran.
3. Angket respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran problem posing
diterapkan.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif.
2. Cara pengambilan data
a. Data mengenai hasil belajar pendidikan agama islam siswa diperoleh
dari tes setiap akhir siklus.
b. Data mengenai keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
diperoleh melalui lembar observasi selama proses pembelajaran.
45
c. Data mengenai sikap siswa terhadap pendekatan problem posing
diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir
Siklus.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data skor yang dicapai
subyek penelitian dalam tes pada akhir siklus I dan siklus II akan diolah secara
kuantitatif. Sedangkan data tanggapan siswa dan hasil observasi kegiatan
pembelajaran akan diolah secara kualitatif.
Untuk analisis kuantitatif berupa analisis deskriptif yaitu skor rata-rata
dan persentase. Selain itu ditentukan pula standar deviasi, tabel frekuensi, nilai
minimum dan maksimum yang siswa peroleh pada setiap siklus.
Data hasil belajar siswa dianalisis dengan tekhnik kategorisasi tingkat
penguasaan hasil belajar menurut Nana Sudjana (WardaTifah, 2008) yaitu:
Tabel 3.1. Kategori Standar Skor Hasil Belajar
Skor hasil belajar Kategori
0 – 54 Sangat rendah
55 – 64 Rendah
65 – 79 Sedang
80 – 89 Tinggi
90 – 100 Sangat tinggi
46
H. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
apabila skor rata-rata hasil belajar atau ketuntasan belajar siswa mengalami
peningkatan, dimana siswa dikatakan tuntas jika memperoleh skor rata-rata
meningkat dari siklus I ke siklus II
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan secara umum lokasi
penelitian dengan tujuan untuk memberikan informasi terkait tempat
penelitian sebagai berikut:
1. Sejarah singkat lokasi penelitian
Sebagai langkah awal dalam pembahasan ini akan dikemukakan
sejarah singkat Sekolah Dasar Inpres Belaka Desa Taeng Kecematan
Pallangga Kabupaten Gowa yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Sekolah Dasar Inpres Belaka Desa Taeng Kecematan Pallangga Kabupaten
Gowa merupakan salasatu pendidikan formal yang terletak di Desa Taeng
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa yang berdiri pada tanggal 31-12-
1981
2. Visi dan Misi SD Inpres Belaka
1. Visi
Terwujudnya Siswa yang unggul dalam prestasi Cerdas, Terampil dan
Berbudi Pekerti disertai Iman Dan Taqwa.
2. Misi
a. Meningkatkan disiplin guru dalam proses belajar mengajar.
b. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik melalui pembelajaran
PAIKEM
c. Menyiapkan generasi yang memiliki potensi dibidang IMTAQ dan
IPTEK melalui kegiatan kerohanian dan pembelajaran yang inovatif.
d. Melaksanakan dan mentaati semua tatatertib yang ada di sekolah
e. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di masyarakat.
f. Meningkatkan kejujuran, kedisiplinan, kepedulian lingkungan bagi
peserta didik melalui pembiasaan.
48
g. Pembinaan profesi guru dalam meningkatkan mutu pelayanan.
h. Membina karakter salimh salaman ketika memasuki halaman sekolah
bagi siswa dan guru melalui pembiasaan.
B. Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil penilaian mengenai
Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pendekatan
Problem Posing Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas IV SD Inpres
Belaka Desa Taeng Kab. Gowa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan
analisis kuantitatif untuk data hasil belajar siswa, dan analisis kualitatif untuk
data hasil observasi.
1. Paparan Data Siklus Pertama
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui pendekatan problem posing pada siklus I disusun sebelum
tindakan dilaksanakan. Peneliti terlebih dahulu menelaah kurikulum serta
mempersiapkan materi pelajaran dalam hal ini materi pelajaran Pendidikan
Agama Islam, setelah itu peneliti membuat lembar observasi dan evaluasi untuk
melihat secara faktual sasaran teliti. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan
untuk melihat semua aktivitas siswa saat melaksanakan pembelajaran sedangkan
evaluasi digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal Pendidikan Agama khususnya pada materi mengetahui ciri-ciri orang
49
munafik. Setelah mempersiapkan lembar observasi dan evaluasi, peneliti
menyusun rencana pembelajaran yang dipersiapkan untuk dilaksanakan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dirancang agar relevan dengan
kondisi siswa. Oleh karena itu, ditentukan upaya tindakan yang memiliki tujuh
unsur pembelajaran yang meliputi; (1) indikator, (2) tujuan pembelajaran, (3)
materi (uraian materi), (4) strategi pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran), (5) langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti, dan akhir),
(6) sumber, alat, dan media pembelajaran, (7) penilaian.
Berdasarkan indikator tersebut, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah (1)
dengan menerapkan pendekatan problem posing siswa dapat meningkatkan
kreativitasnya.
Strategi (pendekatan, metode, dan teknik) pembelajaran yang digunakan
adalah ceramah, pendekatan problem posing, tanya jawab, dan penugasan.
Ceramah digunakan guru pada kegiatan awal untuk membuka pembelajaran,
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, menyampaikan informasi
dan tugas-tugas, mengorganisasikan kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, dan
menutup pembelajaran. Pendekatan problem posing digunakan ketika guru
melakukan pembelajaran pada kegiatan inti.
b. Tahap Pelaksanaans
Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama lima
kali pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran.
Pertemuan I sampai IV diisi dengan kegiatan belajar mengajar dengan Pendekatan
50
problem posing, sedangkan pertemuan V diisi dengan pemberian tes siklus I
dengan pokok bahasan ciri- orang munafik.
Pelaksanaan merupakan langkah kedua setelah perencanaan
pembelajaran. Pada tahap ini, semua komponen yang telah dipersiapkan dan
direncanakan diterapkan sesuai dengan prosedur pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran sangat ditentukan apabila pelaksanaannya disesuaikan dengan
prosedur yang telah dipersiapkan. Rencana pembelajaran merupakan pedoman
guru dalam mengajar di kelas. Jadi, sasaran pengamatan pada tahap ini tidak
terlepas dari kehadiran rencana pembelajaran dan kenyataannya dalam proses
pembelajaran di kelas. Berdasarkan hal tersebut kegiatan belajar-mengajar
difokuskan atas tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru memberi salam, menyapa, dan
memberi arahan kepada siswa. Pengarahan yang disampaikan berupa penjelasan
tentang seluruh aktivitas yang akan dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran
Agama Islam tentang materi mengenal ciri-ciri orang munafik. Kegiatan tersebut
dilaksanakan selama lima belas menit.
Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, siswa diberikan buku cetak pendidikan Agama
Islam untuk dibaca lalu siswa membuat soal terkait buku yang dibacanya
kemudian siswa sendiri yang menjawab soal tersebut., sehingga membuka
peluang kepada siswa untuk meningkatkan kreativitasnya dalam menjawab soal
tersebut.
51
Kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, guru dan siswa mengadakan refleksi
tentang proses dan hasil pembelajaran. Pada kegiatan refleksi, guru menanyakan
kepada siswa tentang kendala yang dihadapi pada saat mengenaal ciri-ciri orang
munafik dan memberikan solusi atau jalan keluar untuk menghadapi
permasalahan tersebut.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini diperoleh data kuantitatif hasil tes ulangan harian siswa
dan data kualitatif hasil observasi aktivitas siswa.
1. Hasil tes
Pada siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan
harian.
Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa setelah diterapkan pendekatan
pembelajaran problem posing pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Statistik Nilai statistik
Subjek 25
Skor ideal 100
Skor tertinggi 75
Skor terendah 50
Rentang skor 25
Skor rata-rata 61,96
Simpangan Baku 6,28
52
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah
diterapkan strategi pembelajaran pendekatan problem posing pada siklus I adalah
61,96 dari skor ideal 100, skor tertinggi 75, skor terendah 50 dan simpangan baku
6,28 dengan rentang skor 25 yang berarti hasil belajar yang dicapai siswa kelas IV
SD Inpres Belaka Desa Taeng tersebar dari skor terendah 50 sampai skor ideal
100. Jika skor hasil belajar siswa tersebut dikelompokkan ke dalam empat
kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.2 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa untuk
Siklus I
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persen (%)
1 Sangat Baik 85-100 0 0
2 Baik 70-84 4 16
3 Kurang 60-69 16 64
4 Sangat Kurang 0-59 5 20
Jumlah 25 100
53
Berdasarkan tabel 3.4 hasil tes belajar siswa siklus I tampak bahwa kemampuan
belajar siswa dengan Pendekatan Problem Posing kelas IV SD Inpres Belaka
Desa Taeng adalah dalam kategori kurang. Adapun rincian data tersebut
dijelaskan sebagai berikut. Dari jumlah keseluruhan 25 siswa, kategori sangat
kurang dengan skor 0-59 masih terdapat 5 siswa atau 20%. Kategori kurang
dengan skor 60-69 dicapai oleh siswa sebanyak 16 atau 64%. Kategori baik
dengan skor 70-84 dicapai oleh 4 siswa atau 16%. Sedangkan, siswa yang
mencapai kategori sangat baik dengan skor 85-100 belum ada.
Apabila kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada tes siklus I
dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa pada tes siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes Siklus I
Skor Kategori Frekuensi
Persentase
(%)
0-69 Tidak Tuntas 21 84
70-100 Tuntas 4 16
Jumlah 25 100
54
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada tes siklus I, persentase ketuntasan
siswa sebesar 16% yaitu hanya 4 dari 25 siswa yang mengikuti tes yang tuntas,
sedangkan 84% lainnya termasuk dalam kategori tidak tuntas. Artinya, dari 25
siswa yang mengikuti tes siklus I, hanya 4 orang yang tuntas.
Hasil penilaian pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
belajar masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh
siswa yakni 61,96 dengan persentase ketuntasan hanya mencapai 16% atau dari 25
orang siswa yang mengikuti tes hanya 4 orang siswa yang tuntas. Artinya
Pendekatan Problem Posing ini masih perlu ditingkatkan lagi, karena sebagian
besar siswa belum terlalu menguasai cara membuat soal dan menjawab soal
tersebut.
Ketidak mampuan siswa dalam membuat soal diakibatkan oleh faktor
internal maupun faktor eksternal, yaitu siswa belum termotivasi betul untuk
mengikuti pelajaran sehingga tidak memperhatikan secara keseluruhan materi
yang disampaikan oleh guru. Terpakunya pembelajaran pada penugasan secara
tertulis juga mengakibatkan siswa menjadi agak bosan untuk mengikuti pelajaran,
untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus II dengan perlakuan yang berbeda.
2. Data aktivitas siswa pada siklus I
Data aktivitas siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil pengamatan
aktivitas dan sikap siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan.
Adapun deskripsi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
55
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas dan Sikap Siswa pada Siklus I
N
o
Komponen yang diamati
S
I
K
L
U
S
I
Pertemuan Ke-
E
V
A
L
U
A
S
I
S
I
K
L
U
S
I
Rata-
Rata
Persentase
(%) 1 II III IV
1. Jumlah siswa yang hadir 25 24 23 25
24,25 97
2. Siswa yang memperhatikan
pelajaran
4 10 23 25 43,25 62
3. Siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran
15 17 22 24 60 78
4. Siswa yang aktif bertanya 6 6 7 8 21 27
5. Siswa yang membuat soal
dengan benar dan sesuai
dengan hasil yang diamati
15
16
16
15
50
62
6. Siswa yang masih perlu
bimbingan dalam membuat
soal
12 11 13 11 38,75 47
7. Siswa yang kurang percaya
diri dalam membuat soal
15 12 10 8 39 45
8. Siswa yang melakukan
aktifitas yang negatif pada
proses pembelajaran
(mengganggu teman)
4
4
5
5
14,25
18
Berdasarkan tabel di atas, di peroleh data bahwa dari 25 siswa kelas IV
SD Inpres Belaka pada siklus I, siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran
56
berlangsung sebanyak 97%, siswa yang memperhatikan pelajaran sebanyak 62%,
siswa yang aktif dalam proses pembelajaran 78%, siswa yang aktif bertanya 27%,
Siswa yang yang membuat soal dengan benar dan sesuai dengan hasil yang
diamati sebanyak 62%, siswa yang masih perlu bimbingan dalam membuat soal
sebanyak 47%, siswa yang kurang percaya diri dalam membuat soal sebanyak
45%, Siswa yang melakukan aktifitas yang negatif pada proses pembelajaran
(mengganggu teman) sebanyak 18%. Hasil observasi mengenai aktivitas siswa
pada siklus I ini akan menjadi bahan refleksi pada siklus II.
d. Hasil Refleksi
Pada siklus I, aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar masih
kurang. Sebagian besar siswa belum terlalu menguasai membuat soal dan
menjawab soal tersebut.
Ketidak mampuan siswa dalam dalam membuat soal dan menjawab soal tersebut
diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal, yaitu siswa belum
termotivasi betul untuk mengikuti pelajaran sehingga lebih cenderung untuk
bermain-main dan tidak memperhatikan secara keseluruhan materi yang
disampaikan oleh guru. Terpakunya pembelajaran pada penugasan secara tertulis
juga mengakibatkan siswa menjadi agak bosan untuk mengikuti pelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa perlu ada tindakan baru yang
dilakukan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Dalam hal ini,
guru dan peneliti merancang pembelajaran baru, yaitu dengan pendekatan
57
problem posing dalam meningkatkan kreativitas siswa dengan menambahkan
metode baru di dalamnya.
2. Paparan Data Siklus Kedua
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui pendekatan problem posing pada siklus II disusun sebelum
tindakan dilaksanakan. Peneliti terlebih dahulu menelaah kurikulum serta
mempersiapkan materi pelajaran dalam hal ini materi pelajaran ciri-ciri orang
munafik, setelah itu peneliti membuat lembar observasi dan evaluasi untuk
melihat secara faktual sasaran teliti. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan
untuk melihat semua aktivitas siswa saat melaksanakan pembelajaran sedangkan
evaluasi digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membuat soal-
soal pendidikan Agama Islam khususnya dalam pembelajaran ciri-ciri orang
munafik. Setelah mempersiapkan lembar observasi dan evaluasi, peneliti
menyusun rencana pembelajaran yang dipersiapkan untuk dilaksanakan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dirancang agar relevan dengan
kondisi siswa. Oleh karena itu, ditentukan upaya tindakan yang memiliki tujuh
unsur pembelajaran yang meliputi; (1) indikator, (2) tujuan pembelajaran, (3)
materi (uraian materi), (4) strategi pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran), (5) langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti, dan akhir),
(6) sumber, alat, dan media pembelajaran, (7) penilaian.
58
Berdasarkan indikator tersebut, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
adalah (1) siswa dapat membuat soal berdasarkan buku cetak berdasarkan
kreativitasnya, (2) dengan mengamati buku cetak, siswa dapat menentukan soal
yang ingin dibuat, (3) dengan membuat soal dan menjawab soal yang di buatnya
maka siswa dapat meningkatkan kreativitasnya dalam belajar.
Strategi (pendekatan, metode, dan teknik) pembelajaran yang digunakan
adalah ceramah, pendekatan problem posing, tanya jawab, dan penugasan.
Ceramah digunakan guru pada kegiatan awal untuk membuka pembelajaran,
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, menyampaikan informasi
dan tugas-tugas, mengorganisasikan kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, dan
menutup pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II ini berlangsung selama lima
kali pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran.
Pertemuan I sampai IV diisi dengan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan pendekatan problem posing, sedangkan pertemuan V diisi dengan
pemberian tes siklus II dengan pokok bahasan ciri-ciri orang munafik.
Pelaksanaan merupakan langkah kedua setelah perencanaan
pembelajaran. Pada tahap ini, semua komponen yang telah dipersiapkan dan
direncanakan diterapkan sesuai dengan prosedur pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran sangat ditentukan apabila pelaksanaannya disesuaikan dengan
59
prosedur yang telah dipersiapkan. Rencana pembelajaran merupakan pedoman
guru dalam mengajar di kelas. Jadi, sasaran pengamatan pada tahap ini tidak
terlepas dari kehadiran rencana pembelajaran dan kenyataannya dalam proses
pembelajaran di kelas. Berdasarkan hal tersebut kegiatan belajar-mengajar
difokuskan atas tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru memberi salam, menyapa, dan
memberi arahan kepada siswa. Pengarahan yang disampaikan berupa penjelasan
tentang seluruh aktivitas yang akan dilaksanakan selama kegiatan membagikan
buku cetak dan membuat soa lalu menjawab soal yang dibuatnya. Kegiatan
tersebut dilaksanakan selama lima belas menit.
Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, siswa diberikan tugas untuk membuat
soal dan menjawab soal yang dibuatnya, sehingga siswa mampu meningkatkan
kreativitasnya dalam membuat soal.
Sebelum memasuki tahap pembuatan soal siswa terlebih dahulu
diberikan buku cetak untuk membuat soal dan menjawab soal tersebut, setelah itu
siswa diberikan kesempatan untuk membuat soal dan menjawab soal hasil
temuannya dalam berfikir. Guru selaku pendidik memandu dan membantu siswa
yang mengalami kesulitan membuat soal dan menjawab soal yang dibuatnya.
Setelah tugas membuat soal dan menjawab soal selesai, guru menerapkan metode
kunjung karya, yakni memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta didik
untuk saling melihat hasil karyanya masing-masing. Siswa berjalan mengamati
60
hasil karya temannya (siswa yang berkunjung bertanya, memberikan komentar
dan saran, sementara pihak yang dikunjungi menjawab, menanggapi komentar
dan saran secara produktif). Tujuan diterapkannya metode kunjung karya ini, agar
siswa mampu mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam membuat soal
masing-masing.
Tahap terakhir dari kegiatan inti adalah tahap penyajian. Tahap
penyajian ini berupa pembacaan soal di depan kelas. Sebelum memulai kegiatan
pembacaan soal, diberikan kesempatan kepada yang lain untuk membaca dan
memahami soal yang telah mereka buat. Sebagai pemodelan dalam membuat soal,
salah seorang siswa diminta untuk membacakan soal yang dibuatnya di depan
kelas. pada saat pembacaan soal berlangsung, siswa lain disarankan untuk
mengamati dan memberikan tanggapan terhadap soal yang dibuat siswa. Guru
memberikan komentar dan penilaian cara membuat soal dan menjawab soal yang
dibuatnya. Dengan pemodelan dan pengarahan yang diberikan, masing-masing
siswa berlatih membuat soal yang telah ditulisnya. Pengaturan giliran untuk naik
didepan kelas untuk pembacaan soal yang dibuastnya dan ditawarkan kepada
siswa. Berdasarkan kesepakatan, diatur giliran secara acak dengan menyebutkan
nomor absensi siswa. Setiap siswa yang selesai membacakan soal yang
dubuatnya, guru memberikan penguatan. Sementara itu, siswa yang lain
memberikan tepuk tangan.
Kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, guru dan siswa mengadakan refleksi
tentang proses dan hasil pembelajaran. Pada kegiatan refleksi, guru menanyakan
kepada siswa tentang kendala yang dihadapi pada saat soal dan memberikan
61
solusi atau jalan keluar untuk menghadapi permasalahan tersebut.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini diperoleh data kuantitatif hasil tes ulangan harian siswa
dan data kualitatif hasil observasi aktivitas siswa.
1. Hasil tes
Pada siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan harian.
Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa setelah diterapkan
melalui pendekatan problem posing selama siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Statistik Nilai statistik
Subjek 25
Skor ideal 100
Skor tertinggi 95
Skor terendah 60
Rentang skor 35
Skor rata-rata 99,28
Simpangan Baku 9,98
62
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah
diterapkan pendekatan problem posing pada siklus II adalah 99,28% dari skor
ideal 100, skor tertinggi 95, dan skor terendah adalah 60 dengan rentang skor 35
yang berarti hasil belajar siswa yang dicapai siswa kelas IV SD Inpres Belaka
Desa Taeng tersebar dari skor terendah 60 sampai skor ideal 100. Jika skor hasil
belajar siswa tersebut dikelompokkan ke dalam empat kategori, maka diperoleh
distribusi frekuensi dan persentase seperti disajikan pada tabel berikut:
[
Tabel 4.6 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa untuk
Siklus II
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persen (%)
1 Sangat Baik 85-100 19 76
2 Baik 70-84 4 16
3 Kurang 60-69 2 8
4 Sangat Kurang 0-59 0 0
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 3.9 hasil tes keterampilan menulis puisi siswa pada siklus II
tampak bahwa kemampuan belajar siswa kelas VI SD Inpres Belaka Desa Taeng
telah mengalami peningkatan yaitu dalam kategori sangat baik. Adapun rincian
63
data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Dari jumlah keseluruhan 25 siswa, sudah
tidak ada seorang siswapun yang termasuk dalam kategori sangat kurang dengan
skor 0-59. Kategori kurang dengan skor 60-69 dicapai oleh siswa sebanyak 2
siswa atau 8%. Kategori baik dengan skor 70-84 dicapai oleh 4 siswa atau 16%,
sedangkan siswa yang mencapai kategori sangat baik atau dengan skor 85-100
dicapai oleh 19 siswa atau 76%.
Apabila kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada tes
siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa pada tes siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes Siklus II
Skor Kategori Frekuensi
Persentase
(%)
0-69 Tidak Tuntas 2 8
70-100 Tuntas 23 92
Jumlah 25 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada tes siklus II, persentase ketuntasan
siswa sebesar 92% yaitu 23 dari 25 siswa yang mengikuti tes sudah tuntas,
64
sedangkan 8% lainnya termasuk dalam kategori tidak tuntas. Artinya, dari 25
siswa yang mengikuti tes siklus II, sebagian besar sudah masuk kategori tuntas.
Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan pada siklus II menunjukkan
bahwa kemampuan siswa dalam dalam belajar sudah meningkat. Hal tersebut
dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh siswa yakni 99,28% dengan
persentase ketuntasan 92% atau dari 25 orang siswa yang mengikuti tes 23 orang
siswa sudah tuntas, dibandingkan dengan hasil tes siklus I yang hanya
memperoleh skor rata-rata 61,96 dengan persentase ketuntasan hanya mencapai
16% atau dari 25 orang siswa yang mengikuti tes hanya 4 orang siswa yang
tuntas. Artinya siswa yang mampu membuat soal dan menjawab soal tersebut
meningkat dengan menggunakan pendekatan problem posing.
2. Data aktivitas siswa pada siklus II
Data aktivitas siswa pada siklus II diperoleh melalui hasil pengamatan
aktivitas dan sikap siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan.
Adapun deskripsi aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas dan Sikap Siswa pada Siklus II
N
o
Komponen yang diamati
S
I
K
Pertemuan Ke-
E
V
A
Rata-
Rata
Persentase
(%) 1 II III IV
1. Jumlah siswa yang hadir 25 23 25 25 24,5 98
2. Siswa yang memperhatikan
pelajaran
20 23 25 25 23,25 93
65
3. Siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran
L
U
S
I
19 22 25 25 L
U
A
S
I
S
I
K
L
U
S
I
22,75 91
4. Siswa yang aktif bertanya 8 10 15 20 13,25 53
5. Siswa yang membuat soal
dengan benar sesuai dengan
hasil yang diamati
16
19
20
23
19
78
6. Siswa yang masih perlu
bimbingan dalam membuat
soal
12 11 11 10 11 36,66
7. Siswa yang kurang percaya
diri dalam membuat soal
12 12 11 10 11,25 37,5
8. Siswa yang melakukan
aktifitas yang negatif pada
proses pembelajaran
(mengganggu teman)
2 1 1 - 1 3,33
Berdasarkan tabel di atas, di peroleh data bahwa dari 25 siswa kelas IV SD Inpres
Belaka Desa Taeng pada siklus II, siswa yang hadir pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung sebanyak 98%, siswa yang memperhatikan pelajaran
sebanyak 93%, siswa yang aktif dalam proses pembelajaran 91%, siswa yang aktif
bertanya 53%, siswa yang membuat soal dengan benar sesuai dengan hasil yang
diamati 78%, siswa yang masih perlu bimbingan dalam membuat soal sebanyak
36,66%, siswa yang kurang percaya diri dalam membuat soal sebanyak 37,5%,
Siswa yang melakukan aktifitas yang negatif pada proses pembelajaran
(mengganggu teman) sebanyak 3,33%.
66
d. Hasil Refleksi
Pada siklus II, aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah
menunjukkan kemajuan dibandingkan siklus I. Hal ini terlihat dari antusias siswa
yang tinggi dalam mengikuti pelajaran,membuat soal dan menjawab soal yang
dibuatnya, sesuai dengan hasil yang diamati. Pada siklus II, hampir semua siswa
aktif dalam proses pembelajaran, meskipun masih ada beberapa siswa yang masih
kesulitan untuk membuat soal dan menjawab soal yang dibuatnya.
Nilai hasil belajar siswa setelah pemberian tes pada siklus II sudah menunjukkan
peningkatan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh jauh lebih tinggi
dibandingkan siklus I. Demikian pula dengan persentase ketuntasan yang
meningkat hampir dua kali lipat. Hal ini dikarenakan pembelajaran pada siklus II
lebih baik daripada siklus I sehingga materi yang diajarkan lebih terserap. Selain
itu, siswa juga lebih antusias dan termotivasi mengikuti pelajaran khususnya
dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam dengan adanya pendekatan
problem posing dalam meningkatkan kreativitas siswa.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Pendidikan agama islam adalah salah
satu mata pelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik mengenal,
memahami, menghayati dan mengamalkan hukum islam yang kemudian menjadi
dasar kehidupan manusia melalui kegiatan, pengajaran, pengamalan dan
pembiasaan.
Salah satu pokok pada mata pelajaran pendidikan agama islam adalah siswa
mampu memahami, mengetahui dan mengamalkan setiap apa yang di sampaikan
67
oleh guru pendidikan agama islam itu sendiri, dengan begitu guru harus
memberikan metode kepada siswa agar siswa mampu memahami setiap apa yang
di sampaikan, Dengan model pembelajaran problem posing salah satu alternatif
model pembelajaran dengan karakteristik pembelajaran yang menuntut keaktifan
peserta didik melalui kegiatan elaborasi yang melatih peserta didik dalam
mengindentifikasi setiap unsur-unsur yang terkait dengan materi. Dengan
pendekatan problem posing peserta didik diminta mengajukan sebuah soal yang
mungkin berbentuk peryataan yang diajukan oleh guru, dengan pendekatan
problem posing siswa dapat berfikir kritis karna siswa mampu mencari masalah
lalu memecahkannya sendiri, dengan problem posing siswa dapat mengajukan
sebuah masalah terhadap pembelajaran pendidikan agama islam itu sendiri.
Pada tabel 4.1 dan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata
yang diperoleh siswa pada tes siklus I adalah 61,96 dengan ketuntasan 16%, ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memuat soal masih kurang dan
perlu untuk ditingkatkan. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar siswa belum
terlalu memahami cara membuat soal karna metode sebelumya tdk terlalu efektif.
Ketidak mampuan siswa dalam membuat soal dan mejawab soal yang
dibuatnya diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal, yaitu siswa
belum termotivasi betul untuk mengikuti pelajaran sehingga tidak memperhatikan
secara keseluruhan materi yang disampaikan oleh guru. Terpakunya pembelajaran
pada penugasan secara tertulis juga mengakibatkan siswa menjadi agak bosan
untuk mengikuti pelajaran. Karena nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada
68
siklus I belum memenuhi standar KKM, maka peneliti melanjutkan penelitian
pada siklus II.
Pada penelitian siklus II, siswa mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, siswa merasa sangat
tertarik dan antusias untuk mengikuti pembelajaran pendidikan Agama Islam,
karena Strategi (metode, pendekatan dan teknik) yang digunakan oleh peneliti
mampu menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Melalui pembelajaran pendekatan Problem Posing dalam meningkatkan
kreatifitas siswa, siswa lebih leluasa dalam berpikir dan cenderung untuk
memikirkan materi yang diajarkan karena materi yang diajarkan telah tersaji di
depan mata (konkret), sehingga siswa lebih mudah untuk mengumpulkan ide-ide
untuk dijadikan sebuah soal, jadi pembelajaran lebih menyenangkan dan makin
memperkuat motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, skor rata-rata yang diperoleh
siswa dalam membuat soal pada siklus II sudah melebihi standar KKM yaitu
dengan skor rata-rata 99,28 dengan ketuntasan 92%.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemampuan membuat soal dan menjawab soal yang dibuat siswa kelas IV SD
Inpres Belaka Desa Taeng, setelah diadakan penelitian dengan menggunakan
Problem Posing mengalami peningkatan. Kemampuan membuat soal siswa
tersebut diketahui dari hasil tes siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata tes siklus I
mencapai 61,96% dengan ketuntasan 16% , sedangkan rata-rata pada siklus II
mencapai 99,28 dengan ketuntasan 92% . Ini membuktikan bahwa kemampuan
siswa kelas IV SD Inpres Belaka Desa Taeng dalam membuat soal dan menjawab
soal yang dibuat, dapat ditingkatkan melalui pendekatan Problem Posing dalam
meningkatkan kreativitas siswa.
B. Saran
Telah terbukti bahwa pendekatan Problem Posing dalam meningkatkan
kreativitas siswa telah berhasil dalam mata pembelajaran pendidikan Agama
Islam maka peneliti sarankan sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan menjadikan pendekatan
Problem Posing sebagai suatu alternatif untuk meningkatkan kreativitas siswa,
khususnya dalam membuat soal.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka kegiatan ini
dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran pendidikan Agama
Islam ataupun pelajaran lain.
70
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Ngatmin, Pendidikan Agama Isalam Untuk Sekolah Dasar Kelas V.
Jakarta:pusat kurikulum dan pembukuan, Kementrian Pendidikan Nasional,
2011
Arikunto, Suharsimi dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.