Top Banner
305 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI PADA SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN SIDOARJO DEVELOPING INDUCTIVE MODEL LEARNING TO INCREASE THE ABILITY OF STUDENTS IN APRECIATING POETRY AT STATE SECONDARY SCHOOLS IN SIDOARJO Warsiman Warsiman Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Telp. 0341 575875 E-mail : warsiman050671/ [email protected] Naskah : diterima : 8 September 2016 direvisi : 17 September 2016 disetujui : 28 September 2016 Abstract The objective of this research is to improve students ability in appreciating poetry through inductive model. Method of research that is used is Research and Development which is modified. Data analysis technique that is used is descriptive analysis. The result of research shows that learning through inductive model that concern those eight instructional steps can improve students ability in appreciating poetry. The improvement can be seen numerically from the average of evaluation result and observation in every treatment. In the first implementation, the average score of evaluation result was 60.9, in the second implementation was 62.4 and in the third implementation was 65.3, while the average score of result in the implementation I from lesscriteria gradually become enoughcriteria, in the implementation II from enoughcriteria gradually become goodcriteria an in the implementation III from goodcriteria gradually become very goodcriteria. Key Words: inductive model, appreciation, poetry, research and development. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi melalui pengembangkan model induktif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan ( research and development) yang dimodifikasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model induktif yang memperhatikan delapan langkah pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi. Peningkatan itu secara numerik dapat dilihat dari rata-rata hasil evaluasi dan rata-rata hasil observasi dalam setiap pemberlakuan. Pada pemberlakuan I rata-rata hasil evaluasi menunjukkan angka 60,9, pada pemberlakuan II menunjukkan angka
9

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

305

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIFDALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGAPRESIASI PUISI PADA SISWA SMP NEGERI DIKABUPATEN SIDOARJO

DEVELOPING INDUCTIVE MODEL LEARNING TO INCREASETHE ABILITY OF STUDENTS IN APRECIATING POETRY AT

STATE SECONDARY SCHOOLS IN SIDOARJO

Warsiman

WarsimanFakultas Ilmu Budaya (FIB)

Universitas BrawijayaJl. Veteran, Malang 65145

Telp. 0341 575875E-mail :

warsiman050671/[email protected]

Naskah :diterima : 8 September 2016direvisi : 17 September 2016disetujui : 28 September 2016

AbstractThe objective of this research is to improve students ’ ability inappreciating poetry through inductive model. Method of researchthat is used is Research and Development which is modified. Dataanalysis technique that is used is descriptive analysis. The result ofresearch shows that learning through inductive model that concernthose eight instructional steps can improve students ’ ability inappreciating poetry. The improvement can be seen numericallyfrom the average of evaluation result and observation in everytreatment. In the first implementation, the average score ofevaluation result was 60.9, in the second implementation was 62.4and in the third implementation was 65.3, while the average score ofresult in the implementation I from ’less’ criteria gradually become’enough’ criteria, in the implementation II from ’enough’ criteriagradually become ’good’ criteria an in the implementation III from’good’ criteria gradually become ’very good’ criteria.

Key Words: inductive model, appreciation, poetry, research anddevelopment.

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswadalam mengapresiasi puisi melalui pengembangkan model induktif.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelitian dan pengembangan (research and development) yangdimodifikasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisisdeskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaranmelalui model induktif yang memperhatikan delapan langkahpembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswadalam mengapresiasi puisi. Peningkatan itu secara numerik dapatdilihat dari rata-rata hasil evaluasi dan rata-rata hasil observasi dalamsetiap pemberlakuan. Pada pemberlakuan I rata-rata hasil evaluasimenunjukkan angka 60,9, pada pemberlakuan II menunjukkan angka

Page 2: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

PendahuluanPembelajaran sastra sejak dahulu sampaisekarang tidak mengalami peningkatan. Banyakkalangan yang merasa kecewa dengan hasiltersebut. Masyarakat mulai mempertanyakanusaha yang dilakukan selama ini oleh pihak-pihak berkompeten. Para sastrawan punmengeluh terhadap hasil yang dicapai oleh paraguru di lapangan. Bahkan, beberapa tahunterakhir banyak para sastrawan yang turungunung membantu upaya praktisi pendidikanmemperkenalkan sastra dan mengingatkanpentingnya membekali anak didik denganwawasan tentang sastra yang memadai.

Keluhan dan kekecewaan dari banyakkalangan terhadap hasil pembelajaran sastratidak hanya baru-baru ini disampaikan. Sejaktahun 50-an keluhan itu telah muncul seiringdengan kegagalan pembelajaran sastraterhadap anak didik (Sayuti, 1994 : 1). Sayuti(1994 : 1) mengatakan pula bahwa masalahpembelajaran sastra khususnya apresiasisastra, sejak kurang lebih tahun 1955 sampai saatini belum memenuhi harapan. Lebih lanjutSayuti (1994 : 2) memaparkan bahwa kegagalanitu salah satu di antaranya disebabkan olehpembelajaran sastra yang selama ini tidakmengena pada sasaran. Pembelajaran sastrasering hanya berbentuk hapalan sejarah atausegi historisnya, sedangkan hal-hal yang ber-sifat apresiastif tidak disentuh.

Sistem ujian yang hanya mementingkanhapalan dan kemampuan reproduksi, sedangkanpertanyaan-pertanyaan ujian yang tidakdiarahkan pada kepekaan apresiasi sastra(Sayuti, 1994 : 3), akan semakin menjauhkanpesan dan harapan dari pembelajaran sastra.Keadaan yang demikian akan mendorong

306

guru untuk mengajarkan materi-materi ”tentangsastra”, dan bukan mengajarkan materi-materi ”apresiasi sastra”. Perlu disadari bahwadalam pembelajaran sastra, apresiasi sastramerupakan tujuan, sedangkan pembelajarantentang sastra adalah jembatan, yakni jembatanyang menghubungkan antara pengetahuananak tentang sastra dengan kemampuan apresiasiterhadap sastra.

Kenyataan yang terjadi dewasa inipembelajaran sastra telah jauh membawa anakdari berbagai kegiatan yang serta mertamenjenuhkan dan membosankan. Bahkan,menimbulkan kebencian terhadap sastra. Dalamkegiatan tersebut anak dituntut untuk meng-hafal, mencatat, mencari dan sebagainya berbagaihal tentang sastra, dan kemampuan untuk itudijadikan sebagai dasar penetapan nilai olehguru. Pendeknya, pengajaran sastra benar-benardirancang untuk mencapai tujuan kurikuler, dananak harus menanggung beban kewajiban sebagaikompensasi perolehan nilai untuk menentukanstatusnya di dalam kelas (Sumarjo, 1995 : 42).Kegiatan yang demikian secara mental psikologikmembebani anak, baik anak yang mampu, lebih-lebih anak yang tidak mampu memenuhi tuntutantersebut.

Hasil pengamatan pendahuluan peneliti dilapangan, terhadap siswa Sekolah MenengahPertama khususnya Sekolah Menengah PertamaNegeri di Kabupaten Sidoarjo, dan laporan dariguru-guru Bahasa Indonesia di beberapa SekolahMenengah Pertama yang berhasil dihubungi,pembelajaran sastra masih menggunakan polapembelajaran tradisional, yakni kegiatanpembelajaran yang masih terpusat pada guru,dan hasil yang dicapai masih terbatas pada hasilpembelajaran produk, konsep dan teori.

62,4, dan pada pemberlakuan III menunjukkan angka 65,3, sedangkanrata-rata hasil observasi pada pemberlakuan I dari kriteria ’kurang’berangsur-angsur menjadi ’cukup’, pada pemberlakuan II dari kreteria’cukup’ berangsur-angsur menjadi ’baik’ dan pada pemberlakuan IIIdari kriteria ’baik’ berangsur-angsur menjadi ’sangat baik’.

Kata Kunci: Model Induktif, Apresiasi, Puisi, Penelitian danPengembangan.

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Page 3: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

307

Beberapa Sekolah Menengah Pertama Negeridi Kabupaten Sidoarjo, yang akan dijadikantempat penelitian ini, peneliti menemukanbanyak guru belum melaksanakan polapembelajaran yang sesuai dengan amanatkurikulum.

Disadari atau tidak, pembelajaran sastrayang masih bertumpu pada sejarah, teori, dankritik, serta pola pembelajaran yang masihdidominasi oleh model pembelajaran langsung(direct instruction), kurang memberikan maknaterhadap hasil belajar (Gani, 1988 : 169).

Melihat kenyataan ini, peneliti merasatertarik untuk melakukan suatu penelitian,diharapkan hasil penelitian tersebut dapatmenjadi sumbangan yang berharga bagipembelajaran bahasa dan sastra di Indonesiapada umumnya, dan di kabupaten Sidoarjo padakhususnya, terutama pada siswa sekolahmenengah pertama yang menjadi sasaranpenelitian ini. Lebih dari itu, pembelajaran sastrayang selama ini telah menyimpang dari amanatkurikulum dapat segera diakhiri, dan gurudapat segera menyadari segala kekuranngannya.

Seiring dengan perkembangan zamanbanyak model pembelajaran sastra yangbermunculan. Salah satu di antara modeltersebut adalah model induktif. Pembelajaranmodel induktif dianggap mampu me-representasikan diri sebagai salah satu modelpembelajaran yang koopratif. Pembelajaranmodel induktif menekankan pada proses disamping hasil belajar yang hendak dicapai. Dalamproses pembelajaran siswa diberikankesempatan seluas-luasnya untuk berkreasimenuangkan segala ide dan pemikirannya, danpada proses tersebut secara intens siswa diajakuntuk terlibat aktif menyampaikan pendapat(komentar) atau sumbang-sarannya terhadapmasalah-masalah yang berkaitan dengan materipembahasan, sedangkan peran guru hanyamemberi dorongan dan arahan yangmemungkinkan siswa dapat menjelajahi isiatau pesan yang terkandung di dalam materipembahasan tersebut.

Secara terstruktur proses pembelajaranmodel induktif adalah siswa digiring untukmemasuki fase-fase. Keterlibatan siswa dalam

setiap fase memungkinkan mampumenyimpulkan sendiri permasalahan secararasional dan bernalar. Lebih dari itu,pembelajaran model induktif juga mengajaksiswa dengan saksama untuk melakukankegiatan secara sistematis, terencana danhasil yang dicapai senantiasa dapatdipertanggungjawabkan. Kegiatan yangdemikian sekaligus membiasakan siswamenguraikan alam pikirannya ke dalam bahasayang runtut (sistematis) dan logika yangmantap (Ahmadi, 1990 : 137).

Model induktif memiliki banyak kelebihansebagai model pembelajaran. Kelebihan modelinduktif menurut pengamatan Warimun (1997 :26) setidaknya ada empat hal, yakni: 1) dapatmengembangkan keterampilan berpikir siswa;2) dapat menguasai secara tuntas topik-topikyang dibicarakan karena adanya tukar pendapatantarsiswa, sehingga didapatkan suatu simpulanakhir; 3) mengajarkan siswa berpikir kritis; dan4) melatih siswa bekerja sistematis. Selain itu,kelebihan model induktif sebagai modelpembelajaran telah dibuktikan oleh beberapahasil penelitian sebelumnya. Untuk melihat hasilpenelitian dari para peneliti terdahulu tentangpembelajaran model induktif, antara laindapat dipaparkan sebagai berikut.

Pertama, Ikhsan (2007), dalampenelitiannya menyimpulkan bahwapembelajaran melalui model induktif dapatberpengaruh terhadap peningkatanketerampilan berpikir rasional siswa. Dalampenelitian tersebut dijelaskan bahwa siswayang diberikan pembelajaran melalui modelinduktif memiliki kemampuan berpikir rasionallebih tinggi dibandingkan dengan siswa yangtidak mendapatkan pembelajaran melaluimodel induktif. Aspek ketrampilan berpikirrasional seperti mengingat, membayangkan,mengklasifikasi, menggeneralisasi, mem-bandingkan dan menganalisis lebih dikuasaioleh siswa yang diajarkan materi melaluipembelajaran model induktif daripada siswayang tidak mendapatkan pembelajaranmelalui model induktif.

Kedua, Rusyana Adun (1997), dalampenelitiannya lebih meyakinkan lagi bahwa

Page 4: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

pembelajaran melalui model induktif dapatmeningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yangdiberikan pembelajaran melalui model induktifterlihat meningkat prestasi belajarnyadibandingkan dengan siswa yang tidakmendapatkan pembelajaran melalui modelinduktif.

Ketiga, hasil penelitian Kurniasih (2005)dan Mubarrokah (2006) juga menunjukkanperkembangan prestasi yang cukup signifikanterhadap siswa yang mendapatkanpembelajaran model induktif, dibandingkandengan siswa yang tidak mendapatkanpembelajaran model induktif. Hasil-hasi lpenelitian tersebut dapat dijadikan sebagairujukan peneliti untuk melakukan penelitiandan pengembangan lebih lanjut.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan,khususnya di beberapa Sekolah MenengahPertama Negeri Kabupeten Sidoarjo, yang akandijadikan tempat penelitian ini, modelpembelajaran yang dianggap koopratif belumpernah dilakukan. Guru mitra masih berkutatpada pembelajaran tradisional, yakni polapembelajaran yang terpusat pada guru, dengansistem pembelajaran langsung. Orientasipembelajaran yang dilakukan menekankanpada sejarah, teori, dan kritik, bukan padaapresiasi, yakni usaha untuk menanggapi ataumemahami secara sensitif terhadap karya sastra(Purwo, 1991 : 58), sehingga kegiatanpembelajaran yang dilakukan lebih banyakpada tugas-tugas.

Gagasan peneliti untuk menerapkanpembelajaran dengan mengembangkan modelinduktif didorong oleh keinginan yang kuatuntuk mengubah pola pembelajaran yangselama ini memasung aktifitas dan kreativitasanak. Pembelajaran model induktif yang akanditerapkan oleh peneliti ini memiliki kekuatanpada proses pembelajaran. Kendati demikian,terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkandalam model induktif tersebut agar tercapaiidealisme dan keseimbangan, mengingat situasidan kondisi dari waktu ke waktu mengalamiperubahan terutama keadaan siswa akibatperkembangan zaman.

Untuk mengetahui secara mendalam

seberapa jauh efektivitas pola pembelajaranmodel induktif, perlu dilakukan suatu penelitianlebih lanjut. Diharapkan hasil penelitian inikelak dapat memberikan sumbangan pemikiranyang berupa model pembelajaran sastrakhususnya apresiasi puisi di Sekolah MenengahPertama di kabupaten Sidoarjo.

Betapapun inovatifnya suatu polapembelajaran yang diterapkan, tetapi terpulangpada kesanggupan guru untuk melakukankegiatan tersebut, dan guru yang profesionaladalah guru yang selalu reseptif menerimaperubahan dan pembaharuan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapatkemukakan rumusan masalah sebagai berikut:1) bagaimanakah gambaran kebutuhan gurudalam pembelajaran apresiasi puisi ? 2)bagaimanakah gambaran kebutuhan siswadalam pembelajaran apresiasi puisi ? 3) apakahmodel induktif dapat meningkatkan kualitaspembelajaran apresiasi puisi ditinjau dari: a)sikap guru dalam mengelola pembelajarandengan skenario model induktif; dan b) sikapsiswa terhadap pembelajaran model induktif ?4) apakah model induktif dapat memperbaikipembelajaran apresiasi puisi ? 5) bagaimana-kah tanggapan siswa terhadap model induktifdalam pembelajaran apresiasi puisi ?

Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1)untuk mendiskripsikan gambaran kebutuhanguru dalam pembelajaran apresiasi puisi; 2)untuk mendiskripsikan gambaran kebutuhansiswa dalam pembelajaran apresiasi puisi; 3)untuk mengetahui peningkatan kualitas modelinduktif dalam pembelajaran apresiasi puisiditinjau dari: a) sikap guru dalam mengelolapembelajaran dengan skenario model induktif;dan b) sikap siswa terhadap pembelajaranmodel induktif; 4) untuk menghasilkanperbaikan-perbaikan model induktif dalampembelajaran apresiasi puisi; 5) untukmengetahui tanggapan siswa terhadap modelinduktif dalam pembelajaran apresiasi puisi.

Landasan teoretis ini menguraikanbeberapa hal yang terkait dengan penelitian iniyakni, hakekat sastra, karakteristik puisi,pengertian apresiasi, pentingnya mempelajaripuisi, pengertian model pembelajaran, model

308

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Page 5: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

induktif, model induktif dan pembelajaranapresiasi puisi, kurikulum sekolah menengahpertama, dan kondisi umum sekolah menengahpertama negeri di kabupaten Sidoarjo.

MetodePenelitian ini menggunakan metode

penelitian dan pengembangan (research anddevelopment) atau R&D yang mengacu padaBorg dan Gall (2003), yang diadaptasi olehSugiono (2008:407), dan dijadikan sebagaipegangan oleh peneliti dengan penyesuaianseperlunya sesuai dengan kondisi di lapangan.Penyesuaian atau modifikasi tersebut dilaku-kan bukan berarti metode R&D hasil adaptasiSugiono dianggap masih ada kekurangansebagai pendekatan penelitian pengembangan,melainkan penyesuaian atau modifikasitersebut dimaksudkan untuk mencariformulasi yang efektif guna mendapatkanhasil pembelajaran yang diharapkan.

Pemilihan menggunakan metode R&Ddalam penelitian ini didasarkan atas tujuanpeneliti untuk mengembangkan modelpembelajaran. Menurut peneliti, alur metodeR&D dipandang tepat untuk mengembangkansebuah model pembelajaran.

Adapun alur penelitian R&D tersebutsecara rinci diawali dengan kegiatan studipustaka, lalu diteruskan dengan studi lapanganuntuk melihat pola pembelajaran yangditerapkan selama ini oleh guru. Setelahmelakukan analisis temukan, berikutnyapeneliti mendesain model pembelajaran yangakan dicobakan. Desain model diujicobakanke sampel terbatas yang ditetapkan, laludievaluasi dan diperbaiki bila masih terdapatkelemahan. Hasil evaluasi dan perbaikantersebut dijadikan sebagai model hipotetik.Model hipotetik berikutnya diterapkan dalampembelajaran di kelas sebagai pemberlakuantahap pertama, lalu dievaluasi dandisempurnakan bila dipandang masih terdapatkekurangan atau kelemahan yang masihmuncul, berikutnya diterapkan kembali dalampembelajaran di kelas sebagai pemberlakuantahap kedua, lalu dievaluasi dan disempurna-kan kembali bila masih terdapat kelemahan.

Demikian seterusnya sampai penelitian tersebutmendapatkan hasil yang diharapkan.

Istilah pemberlakuan yang digunakandalam penelitian ini merupakan bentukmodifikasi dari istilah ujicoba meluas dalammetode R&D, dan dimaksudkan untukmenyesuaikan dengan tujuan penelitian ini.Tujuan penelitian ini terutama adalah inginmengetahui peningkatan hasil belajar siswadan hasil observasi kegiatan guru dan siswadalam setiap implementasi pemberlakuan.

Hasil penelitian tersebut setelahdinyatakan memenuhi harapan atas peningkatanyang dicapai, maka berikutnya model tersebutditetapkan sebagai model final yang dapatimplementasikan ke sekolah-sekolah yanglebih luas, terutama di sekolah-sekolahmenengah pertama.

Adapun tahap-tahap kegiatan R&D yangdisusun dan diimplementasikan denganmenggunakan model induktif tersebutselengkapnya adalah sebagai berikut

309

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Gambar : tahap-tahap Kegiatan Penelitian danPengembangan Model Induktif

Studi Pustaka Analisis Temuan

I. Tahap Studi Pendahuluan

II. Tahap Studi Pengembangan

Evaluasi danPerbaikan

Uji Coba Terbatas

Desain Model Induktif

Penyusunan prangkatModel Induktif

Evaluasi danPenyempurnaan

Pemberlakuan II

Pemberlakuan IModel Hipotetik

Evaluasi danPenyempurnaan

Pemberlakuan III

Studi lapangan tentangModel Pembelajaran

Tradisional

Belum Ter-selesaikan

dilanjutkan

Terselesaikan

Hasil Akhir

III. Tahap Akhir

Page 6: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

Hasil PenelitianSesuai dengan tujuan penelitian ini maka

hasil penelitian dapat dikemukakan sebagaiberikut.

Gambaran kebutuhan guru dalampembelajaran apresiasi puisi adalah gurumengharapkan keterlibatan siswa dalam prosespembelajaran secara aktif yang ditunjukkanmelalui aktivitas dan kreativitas yang tinggiselama mengikuti kegiatan pembelajaran, gurumengharapkan tumbuhnya keberanian siswauntuk menyampaikan pendapat (komentar)atau sumbang-saran terhadap unsur-unsurpembangun puisi yang dibahas, dan gurumengharapkan siswa aktif dalam mengikutikegiatan diskusi kelas untuk saling bertukarinformasi dan pendapat serta menyimpulkanunsur-unsur pembangun puisi yang dibahasberdasarkan tema, amanat/pesan, nada, makna,latar/setting, citra, gaya bahasa, dan tujuantersebut.

Gambaran kebutuhan siswa dalampembelajaran apresiasi puisi adalah siswamembutuhkan kondisi belajar yang nyaman aman,dan menyenangkan, proses pembelajaran yangmemberikan kebebasan beraktualisasi diri,adanya kehangatan komunikasi antara guru-siswa dalam proses pembelajaran, dan intensitaspemberian penguatan terhadap kegiatan positifyang dilakukan siswa.

Pembelajaran melalui model induktif dapatmeningkatkan kualitas pembelajaran apresaisipuisi. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatanpengelolaan kegiatan pembelajaran apresiasipuisi melalui model induktif yang dilakukan olehguru berdasarkan hasil observasi di lapangan.Selain itu, peningkatan tersebut dapat dilihatdari peningkatan hasil belajar siswa dalam setiappemberlakuan. Demikian pula sikap siswaterhadap pembelajaran apresiasi puisi melaluimodel induktif pun menunjukkan peningkatanyang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat darisikap siswa yang semula pasif, takut, malu, dankurang percaya diri berangsur-angsur dapatdireduksi, sehingga keterlibatan siswa dalamproses pembelajaran dapat diperankan secaraaktif. Selain itu, sikap siswa tersebutmempengaruhi hasil belajar, hal itu ditunjukkkan

dengan meningkatnya hasil belajar siswa dalamsetiap pemberlakuan.

Pembelajaran melalui model induktifdapat mempengaruhi hasil pembelajaranapresiasi puisi. Pengaruh tersebut dapat dilihatdari peningkatan perkembangan kegiatan gurumaupun peningkatan perkembangan kegiatansiswa dalam proses pembelajaran yangditunjukkan dalam setiap pemberlakuan. Selainitu, pengaruh tersebut juga dapat dilihat darihasil belajar siswa yang ditunjukkan denganpeningkatan prestasi belajar dalam setiappemberlakuan.

PembahasanPembelajaran Apresiasi Puisi Melalui ModelInduktif pada Pemberlakuan I

Pelaksanaan proses pembelajaranapresiasi puisi melalui model induktif selamapemberlakuan I ditemukan data-data sebagaiberikut. Pelaksanaan proses pembelajaranapresiasi puisi melalui model induktif selamapemberlakuan I telah dilaksanakan sesuaidengan skenario, dan alur pembelajaran modelinduktif yang disusun dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran telah diterapkan oleh gurumitra. Namun, upaya tersebut belummembuahkan hasil yang menggembirakan.Berdasarkan catatan akhir penelitian inidiperoleh data bahwa dalam prosespembelajaran siswa masih cenderung bersikappasif, duduk manis dan hanya mendengarkan.Keterlibatan siswa dalam proses pebelajaranyang diharapkan, belum diperankan. Siswamasih tampak takut, malu, dan kurang percayadiri ketika guru mitra berupaya untuk menggiringketerlibatan mereka dalam prosespembelajaran. Sejak dari kegiatan sederhanamembacakan puisi di depan kelas, dan ketikaguru meminta kepada salah seorang siswauntuk maju, siswa tampak masih takut, gugup,malu, dan kurang percaya diri. Hal tersebutdijumpai hampir di semua SMP sampelpenelitian ini. Demikian pula ketika guruberusaha untuk memancing keterlibatan siswadengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaanpancingan, siswa belum memberikan responsdengan baik. Hanya terdapat beberapa siswa

310

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Page 7: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

saja yang berani memberikan responsnya.Pembelajaran konvensional yang selama iniditerapkan oleh guru mitra masih sangat kentaldan melekat pada diri siswa. Kebiasaanpembelajaran yang hanya menuntut keaktifanmendengarkan ceramah guru telah membentukwatak dan karakter siswa.

Pembelajaran apresiasi puisi melaluimodel induktif yang diterapkan oleh guru mitrakali ini tampak mengusik dan menciptakankeresahan pada diri siswa. Siswa tidak terbiasadiajak menjelajahi materi dengan kemampuanbernalar sendiri. Siswa masih banyak bergantungdari guru dan hanya menerima informasi melaluiceramah tentang materi yang dipelajari.

Atas dasar temuan tersebut penelitibersama guru mitra merefleksi kekuranganatau kelehaman yang muncul selamapelaksanaan proses pembelajaran apresiasipuisi melalui model induktif pada pemberlakuanI. Diperoleh simpulan data bahwa pelaksanaanproses pembelajaran apresiasi puisi melaluimodel induktif pada pemberlakuan I gurudianggap masih kurang sempurna dalammelakukan kegiatan pembelajaran. Hal yangdianggap sebagai titik kekurangan tersebutadalah: 1) guru masih kurang melakukanpendekatan terhadap pribadi siswa; 2) gurumasih kurang intensif memancing aktivitasdan kreativitas siswa; 3) guru masih kurangintensif memotivasi siswa berkaitan denganketerlibatannya dalam proses pembelajaran;dan 4) guru kurang mengaitkan pengalamansiswa dengan materi yang dipelajari.

Kelemahan dan kekurangan yang munculpada pelaksanaan proses pembelajaran apresiasipuisi melalui model induktif pada pemberlakuanI tersebut diperbaiki dan disempurnakan padapemberlakuan-pemberlakuan berikutnya.

Pembelajaran Apresiasi Puisi Melalui ModelInduktif pada Pemberlakuan II

Pembelajaran apresiasi puisi melaluimodel induktif digelar kembali padapemberlakuan II. Hasil temuan padapemberlakuan I menjadi dasar pijakan untukperbaikan dan penyempurnaan prosespembelajaran pada pemberlakuan II ini. Hal-

hal yang dianggap sebagai kelemahan ataukekurangan pada pemberlakuan I telahdieliminasi.

Berdasarkan catatan akhir penelitian iniditemukan data-data bahwa siswa mulaimenunjukkan perkembangan ke arah yangsangat positif. Usaha guru melakukan langkahpendekatan secara pribadi kepada siswatelah membuahkan hasil yang cukupmemuaskan. Intensitas pertanyaan-pertanyaanpancingan yang dilontarkan oleh guru mitratelah berhasil memancing aktivitas dankreativitas siswa. Rasa malu, takut, kurangpercaya diri berangsur-angsur dapat dihilang-kan. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya siswayang mulai terlibat secara aktif dalam setiapkegiatan guru. Di semua SMP Negeri tempatpenelitian ini dilaksanakan siswa tampak mulaiaktif menjawab pertanyaan-pertanyaan guru,dan siswa yang lain terlihat mulai simpatiterhadap proses pembelajaran yang digelarpada pemberlakuan II ini. Guru tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada siswa,agar siswa benar-benar terlibat aktif dalamkegiatan yang digelar. Selain itu, guru mitraselalu berusaha mengaitkan materipembelajaran yang dibahas dengan pengalamansiswa, baik pengalaman langsung maupunpengalaman tidak langsung. Strategi yangdilakukan tersebut benar-benar membawadampak besar terhadap hasil pembelajaran.

Peneliti dengan intens mendampingiguru mitra di kelas dan mencatat hal-hal yangsekiranya penting dan dianggap dapatmempengaruhi proses pembelajaran.Berdasarkan catatan peneliti di lapangan, gurumitra telah melaksanakan proses pembelajaransesuai dengan masukan dari hasil pelaksanaanpembelajaran pada pemberlakuan I. Meskipundemikian, dalam pelaksanaan prosespembelajaran pada pemberlakuan II ini masihmuncul kekurangan atau kelemahan yangperlu diperbaiki lagi oleh peneliti bersama gurumitra pada pemberlakuan berikutnya.Kelemahan atau kekurangan itu ialah: 1) gurumasih dianggap kurang dalam memberikanpenguatan positif kepada siswa; 2) guru masihdianggap kurang dalam mengatur siswa

311

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Page 8: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

(secara bergiliran) dalam memberikan pendapat(komentar) atau sumbang-sarannya; dan 3) gurumasih dianggap kurang dalam penyebaranpertanyaan kepada siswa.

Pembelajaran Apresiasi Puisi Melalui ModelInduktif pada Pemberlakuan III

Proses pembelajaran apresiasi puisimelalui model induktif yang dilaksanakan padapemberlakuan III ini telah berjalan dengan baik.Segala kesulitan dan kendala yang munculpada pemberlakuan-pemberlakuan sebelum-nya secara bertahap dapat dihilangkan.

Peneliti bersama guru mitra merasakanproses pembelajaran berjalan sangatmenyenangkan. Suasana kelas begitu hangat,proses pembelajaran telah hidup, interaksiantara guru dan siswa telah terjalin dengan baik,dan perasaan takut, malu, dan kurang percayadiri yang sebelumnya pernah menghinggapibenak siswa kini tidak terlihat lagi.

Guru mitra telah melaksanakan prosespembalajaran sesuai dengan rencana. Segalamasukan dari hasil proses pembelajaran padapemberlakuan II telah diimplementasikandengan baik. Kendati demikian dalampelaksanaan proses pembelajaran apresiasipuisi melalui model induktif pada pemberlakuanIII ini masih muncul kekurangan atau kelemahanyang dilakukan oleh guru. Data yang terekamdalam catatan peneliti guru mitra masih belumbegitu intensif memberikan pancinganpertanyaan balikan dari siswa, yakni pertanyaanbalikan yang terkait dengan materi pembahasan.Meski demikian dalam pelaksanaan prosespembelajaran pada pemberlakuan III inipertanyaan-pertanyaan balikan yang diharapkantersebut akhirnya terjawab seiring denganjawaba-jawaban balikan siswa sendiri danpenjelasan-penjelasan guru atas beberapapertanyaan siwa yang lain, sehingga prosespembelajaran apresiasi puisi melalui modelinduktif pada pemberlakuan III ini dirasa telahcukup memenuhi harapan dari kegiatanpenelitian ini.

SimpulanBerpedoman hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan, maka secaraumum dapat disimpulkan bahwa pembelajaranmelalui model induktif dapat meningkatkankemampuan siswa dalam mengapresiasi puisijika dilaksanakan dengan memperhatikandelapan langkah pembelajaran: Kedelapanlangkah tersebut ialah: (1) intensitaspendekatan terhadap pribadi siswa; (2)intensitas pemberian pertanyaan-pertanyaanpancingan terhadap siswa; (3) intensitaspemberian motivasi terhadap keterlibatansiswa dalam proses pembelajaran; (4) intensitaspengaitan pengalaman siswa dengan materi;(5) intensitas pemberian penguatan positifterhadap prestasi siswa; (6) intensitaspenganturan siswa (secara bergiliran) dalammemberikan pendapat (komentar) atausumbang-saran terhadap materi yang dibahas.(7) intensitas penyebaran pertanyaan kepadasiswa; dan (8) intensitas pemberian pancinganpertanyaan balikan dari siswa.

Pembelajaran melalui model induktif yangditerapkan dengan memperhatikan delapanlangkah pembelajaran tersebut tidak hanyadapat meningkatkan kemampuan siswamengapresiasi puisi, tetapi juga dapatmemotivasi keterlibatan siswa dalam prosespembelajaran, menumbuhkan keberaniansiswa untuk menyampaikan pendapat(komentar) atau sumbang-saran terhadapmateri yang dibahas, memunculkan keaktifansiswa dalam mengikuti kegiatan diskusi, danmenghilangkan rasa malu, takut, dan kurangpercaya diri pada diri siswa. []

312

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016

Page 9: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MODEL INDUKTIF DALAM …

Daftar RujukanAdun, R. 1997. ”Penerapan Model Mengajar Induktif dengan Menggunakan Pendekatan Analogi sebagai

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pengajaran Biologi: Studi PeningkatanPembelajaran Biologi di Kelas III SMU Negeri di Kabupaten Ciamis”. Tesis. PPS IKIP Bandung.

DePorter, B., dkk. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan(Penerjemah Ary Nilandari). Bandung:Penerbit Kaifa.

DePorter, & Mike Hernacki. 1999. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas (Penerjemah Alwiyah Abdurrahman). Bandung:Penerbit Kaifa.

Gani, R. 1988. Pengajaran Sastra: Respon dan Analisis. Jakarta: Dirjen. Dikti. Depdikbud.Gall, M.D, Gall, J.P & Borg, W.R. 2003. Education Research. New York, Toronto, Boston: Pearson education.Koes, S. 2000. Strategi Pembelajaran Fisika. Technical Coopration Project for Development of Science

and Mathematics Teaching for Primary and Secondary in Indonesia (IMSTEP).Kurniasih. 2005. ”Pengembangan Model Pembelajaran Induktif Menurut Hilda Taba untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Fisika Siswa”. Skripsi. FPMIPA UPI Bandung.Mubarrokah, N. 2006. ”Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif terhadap

Kemampuan Representasi Matematik Siswa SMP: Suatu Penelitian terhadap Siswa Kelas VIIISMP Negeri 12 Bandung”. Skripsi. FPMIPA UPI Bandung.

Purwo, B.K. 1991. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa. Yogyakarta: Kanisius.Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.

Alfabeta.Sayuti, S.A. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Semarang: IKIP Semarang PressSumarjo, J. 1995. Sastra dan Masa. Bandung: Penerbit ITB Bandung.Sumarjo, J., Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Syamsuddin AR. 1985. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: UT Jakarta.Tarigan, H.G. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Penerbit Angkasa.Tarigan, H.G. 1984. Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.Warimun, E.S.1997. ”Efektivitas Model Pengajaran Induktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar,Motivasi Berprestasi, dan Sikap Siswa terhadap Pelajaran Fisika”. Tesis. PPS IKIP Bandung.Yuniarti, H. 2002. Modul Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

313

Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 10, no. 4, Oktober-Desember 2016