PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS STRUCTURED INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS (Tesis) Oleh SISKA WIDI WULANDARI 1623021008 PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2019
68
Embed
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS …digilib.unila.ac.id/55445/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Ma’arif I Metro
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS STRUCTURED INQUIRY TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS
(Tesis)
Oleh
SISKA WIDI WULANDARI
1623021008
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARANBERBASIS STRUCTURED INQUIRY TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISMATEMATIS
Oleh
SISKA WIDI WULANDARI
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untukmemperoleh multimedia berbasis structured inquiry yang dapat meningkatkankemampuan berpikir kritis matematis. Populasi penelitian ini adalah siswa kelasXI SMK Ma’arif I Metro Tahun Pelajaran 2017/2018. Prosedur penelitian inimengacu prosedur Ivers dan Baron, yaitu DDD-E (Decide, Design, Develop,Evaluate). Tahapan pengembangan adalah studi pendahuluan, pembuatanmultimedia, validasi multimedia dan tes kemampuan berpikir krtis matematis.Data penelitian diperoleh melalui tes berpikir kritis matematis. Teknik analisisdata menggunakan uji t. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhpembelajaran menggunakan multimedia terhadap kemampuan berpikir kritismatematis. Hasil studi pendahuluan menunjukkan kebutuhan dikembangkannyamultimedia. Hasil validasi multimedia menunjukkan bahwa multimedia termasukdalam kategori baik. Rerata Hasil posttest terhadap pembelajaran multimediamenunjukkan kemampuan berpikir kritis matematis lebih baik dibanding dengankemampuan berpikir kritis matematis dengan pembelajaran yang tidakmenggunakan multimedia.
Kata kunci: Multimedia , berpikir kritis matematis, structured inquiry.
iii
ABSTRACT
DEVELOPING THE STRUCTURED INQUIRY MULTIMEDIALEARNING TOWARD MATHEMATICALLY
CRITICAL THINKING ABILITY
SISKA WIDI WULANDARI
This study is a development research that aims to obtain how the result of thedeveloping of structured inquiry-based multimedia on mathematically criticalthinking ability is. The populations of the study are the students of grade XI SMKMa’arif I Metro academic year 2017/2018. The procedure of this study refers toIvers and Baron's procedures, so the development model used in this study coversthe DDD-E Model namely (Decide, Design, Develop, Evaluate). The stages of thedevelopment model consist of preliminary studies, developing multimedia,validating multimedia and tests of mathematically critical thinking skills, initialfield tests, and field tests..The research data was obtained through mathematicalcritical thinking tests. The data analysis technique uses the t test. This test wasconducted to determine the effect of learning using multimedia on mathematicallycritical thinking skills. The results of the preliminary study indicate that there isthe need to develop multimedia. The results of multimedia trials show thatmultimedia is included in the good category. The average of learning outcomestoward multimedia learning show mathematical critical thinking skills are betterthan those of learning without using multimedia.
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Siska Widi Wulandari, dilahirkan pada
tanggal 25 Oktober 1987 di Desa Nambah Dadi,
Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah. Penulis merupakan anak kelima dari lima
bersaudara dari pasangan Bapak Pardan Susanto dan Ibu
Yanti Ermawati.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah di TK PKK yang diselesaikan
pada tahun 1993, dilanjutkan di SD Negeri 2 Nambah Dadi yang diselesaikan
pada tahun 1999, kemudian dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Terbanggi Besar yang
diselesaikan pada tahun 2002, kemudian dilanjutkan di SMU PGRI 1 Terbanggi
Besar yang diselesaikan pada tahun 2005, dan kemudian dilanjutkan kuliah pada
program studi Pendidikan Matematika di Universitas Muhammadiyah Metro yang
diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2016 diterima menjadi mahasiswa
Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Jurusan
Pendidikan MIPA dengan Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan
diselesaikan pada tahun 2019.
viii
MOTTO
”selalu hadirkan Allah dalam setiap perjuangan”
Siska Widi Wulandari
ix
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur atas limpahan rahmat dan nikmat Allah AWT, karya ini
penulis persembahkan untuk:
1. Suami Dedy hidayatullah Al Arifin dan anak Yusuf Abdur Rahman Al arifin
tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, bimbingan, motivasi, dan do’a
Semoga dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Ayahanda Pardan Susanto dan ibunda Yanti Ermawati tercinta sebagai
ungkapan rasa hormat, bangga dan syukur atas segala kasih sayang,
bimbingan, motivasi, dan do’a. Semoga dilimpahkan kesehatan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Ayahanda Kasmin Subagiyo dan ibunda Suranti tercinta sebagai ungkapan
rasa hormat, bangga dan syukur atas segala kasih sayang, bimbingan,
motivasi, dan do’a. Semoga dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
4. Kakak-kakaku tersayang, yang memberikan semangat dan do’a.
5. Keluarga besarku yang selalu mendukung selama.
6. Sahabat seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan semangat.
7. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
x
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
hidayah-Nya dapat diselesaikanya Tesis dengan judul ”Desain Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Berbasis structured Inquiry Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis” adalah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan Matematika di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa terselesaikanya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang
tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan Ketua Jurusan
Pendidikan MIPA yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan perhatian, dan motivasi selama penyusunan tesis
sehingga menjadi lebih baik.
2. Bapak Drs. Suharsono S, M.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberi
bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan tesis,
sehingga tesis ini menjadi lebih baik..
3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku dosen pembahas I dan Ketua
Program Studi Magister Pendidikan Matematika yang telah memberi
xi
masukan, kritik, dan saran kepada penulis serta memberikan kemudahan
dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Dedy Hidayatullah Alarifin. M.P.d, selaku validator ahli media
interaktif yang telah memberikan penilaian dan saran perbaikan.
5. Bapak Swaditya Rizky. M.Sc., selaku validator ahli materi pada media
interaktif dan soal kemampuan berpikir kritis dalam penelitian yang telah
memberi banyak penilaian dan saran perbaikan.
6. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung, beserta staf dan jajaranya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan tesis.
7. Bapak Prof. Drs. Mustofa., MA., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung, beserta staf dan jajaranya yaang telah memberikan
perhatian dan arahan dalam menyelesaikan tesis.
8. Bapak ibu Dosen Magister Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruanan
dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan pada
penulis.
9. Bapak Drs. H. Muslan, selaku kepala sekolah SMK Ma’arif 1 Metro beserta
wakil, staf, dan karyawan yang telah memberi kemudahan selama penelitian.
10. Ibu Fitri kurniasari, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika yang telah
membantu dalam penelitian.
11. Bapak Ruswandi, S.Pd, selaku validator ahli pada perangkat pembelajaran
yang telah memberikan masukan dan saran.
12. Siswa/siswi kelas XI SMK Negeri 1 SMK Ma’arif 1 Metro tahun pelajaran
2017/2018, atas semangat dan kerjasamanya.
xii
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis, mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga tesis
ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 13 Januari 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Pembelajaran Matematika .................................................................... 6B. Model Pembelajaran Inquiry ................................................................ 8C. Model Pembelajaran Structured Inquiry .............................................. 9D. Media Pembelajaran ............................................................................. 12E. Berpikir Kritis Matematis..................................................................... 18F. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 22G. Definisi Operasional............................................................................. 23H. Kerangka Pikir...................................................................................... 24I. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIANA. Subjek Penelitian.................................................................................. 27B. Jenis Penelitian dan Prosedur Penelitian .............................................. 27C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 31E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian...................................................................................... 43B. Pembahasan .......................................................................................... 59
BAB VKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan........................................................................................... 64B. Saran..................................................................................................... 65
xiv
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66
D2. Lembar Penilaian Validasi Multimedia Ahli Materi ...................... 188
D3. Lembar Penilaian Validasi Multimedia Ahli Media. ...................... 191
E. LAIN-LAIN
E1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan .................................................. 195
E2. Surat Izin Penelitian ....................................................................... 196
E3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ......................... 197
E4. Surat Kesediaan Membimbing Tesis .............................................. 198
xix
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan generasi bangsa.
Penataan kualitas pendidikan yang baik dan peningkatkan program pendidikan
akan meningkatkan sumber daya manusia. Pembaharuan pendidikan di
Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang
fleksibel terhadap perubahan zaman. Menurut Susanto (2013:185) salah satu
disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengembangan teknologi
adalah matematika yang dapat meningkatkan kemampuan bepikir dan
memberikan konstribusi dalam masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Matematika menjadi mata pelajaran wajib di semua jenjang
pendidikan. Untuk itu, pembelajaran matematika harus dilaksanakan
berdasarkan tujuan pendidikan nasional.
Pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Depdiknas, 2006) bertujuan untuk menjadikan siswa mampu memahami
konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah,
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah serta sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan. Menurut Rochmad (2013: 2) pada mata pelajaran
2
matematika banyak materi yang dapat mengantarkan siswa memiliki
keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Proses tersebut dilalui setelah
menentukan tujuan dan mempertimbangkan sasaran. Berpikir kritis merupakan
bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif
dalam tipe yang tepat. Keterampilan berpikir kritis matematis perlu
dikembangkan dalam diri peserta didik karena melalui keterampilan berpikir
kritis matematis, peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep, peka
akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan
masalah, dan mampu mnegaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda.
Siswa perlu mengembangkan berpikir kritis agar memiliki keterampilan hidup,
memiliki kemampuan bersikap dan berperilaku adaptif dalam menghadapi
tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif. Pengembangan
keterampilan berpikir kritis matematis dalam proses pembelajaran memerlukan
keahlian guru. Keahlian dalam memilih media yang tepat merupakan faktor
yang menentukan keberhasilan pengembanagan keterampilan berpikir kritis
matematis dan hasil belajar peserta didik.
Kendati demikian, Indonesia memiliki nilai rendah pada mata pelajaran
matematika karena siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit.
Hal ini berdasarkan data kemendikbud tahun 2016 rata-rata nilai Ujian
Nasional matematika tingkat SMK secara nasional hanya 48,24 lebih rendah
dari rata rata nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Rata-
rata Nilai Ujian Nasional matematika di Lampung yaitu 33,67 dan nilai
3
tersebut merupakan ketiga terbawah dari 34 provinsi di Indonesia. Oleh karena
itu diperlukan upaya peningkatan kualitas pendidikan di Provinsi Lampung
untuk memperbaiki sumber daya yang dibutuhkan dunia global.
Peningkatan kualitas pendidikan guna menunjang naiknya peringkat nilai rata-
rata ujian matematika untuk itu pada proses pembelajaran matematika
diperlukannya metode yang menarik salah satumya dengan penggunaan media
untuk memunculkan kreativitas dan berpikir kritis siswa di dalam kelas. Untuk
itu pembelajaran berbasis komputasi selayaknya sudah digunakan guru dalam
proses pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran, media dapat
mempermudah siswa untuk memahami materi pembelajaran. Media
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran lebih menarik dan
mudah dimengerti dari segi penampilan gambar, tulisan, dan animasi. Oleh
karena itu media dapat menyampaikan pesan dari guru ke siswa secara lebih
menarik dan menyenangkan. Media pembelajaran menempati posisi yang
cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Media
sebagai alat komunikasi dalam pembelajaran agar terjadi proses pembelajaran
yang optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem
pembelajaran. Menurut Paivio (1971:12) belajar dengan menggunakan indra
pandang dan dengar akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan
belajar lebih banyak jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus
pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Kemudian Dale (Arsyad 2002:13)
memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indra pandang
berkisar 75%, melalui indra dengar sekitar 13%, dan melalui indra lainnya
sekitar 12%.
4
Proses pembelajaran guru masih menjelaskan materi secara konvensional
menggunakan spidol dan papan tulis. Pembelajaran tersebut terkesan monoton
dan kurang menarik. Disekolah Sarana dan prasarana sudah mendukung untuk
penggunaan media berbasis komputasi seperti LCD, tetapi belum di
manfaatkan secara maksimal. Untuk itu guru mengharapkan adanya media dan
model pembelajaran yang baru. Agar proses guru dalam melakukan
pembelajaran bisa lebih menarik. Maka penelitian ini menggembangkan
multimedia berbasis structured inquiry untuk digunakan pada proses
pembelajaran disekolah.
Metode inkuiri merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakkan dasar
dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa
dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan
kreatifitas dalam pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode
inquiry akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kondusif serta
mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar (Sudjana:2004).
Pembelajaran multimedia berbasis komputer memiliki nilai lebih dibanding
bahan pembelajaran tercetak biasa. Pembelajaran menggunakan multimedia
berbasis structured inquiry akan menunjang pemahaman peserta didik terhadap
materi yang di ajarkan. Karena pembelajaran yang menngunakan indra
pandang dan dengar akan jauh lebih efektif dari pada menggunakan indra
dengar saja. Oleh karena itu penngunaan multimedia akan sangat membantu
proses belajar mengajar peserta didik dan guru. Dengan penggunaan mutimedia
dalam proses pembelajaran di sekolah maka akan memunculkan berpikir kritis
siswa sehinnga hasil belajar yang diperoleh akan menjadi baik.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan multimedia pembelajaran berbasis structured
inquiry yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis?
2. Bagaimanakah efektivitas multimedia pembelajaran berbasis structured
inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan multimedia pembelajaran berbasis structured inquiry untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis.
2. Menghasilkan multimedia pembelajaran berbasis structured inquiry yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan akan
memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai pengembangan multimedia
matematika dengan menggunakan Model structured inquiry yang dapat
dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran di sekolah. Dengan
demikian siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Proses belajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi penyampaian pesan
dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Undang-undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan “pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Menurut Slavin (2011:177) sebagai perubahan dalam diri seseorang
yang disebabkan oleh pengalaman. Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan
perkembangan sehingga melalui pembelajaran siswa dapat berkembang dan
menjadi dewasa. mbelajaran dan berperan memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam pembelajaran. Belajar menurut Hamalik (2008: 28),
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan, yang di dalamnya terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman
belajar.
Matematika memiliki posisi yang penting dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pula dari Ujian Nasional dimana Matematika
menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan. Matematika merupakan suatu
bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis
7
dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas (Depdiknas, 2004: 6). Ebbutt dan Straker
(Marsigit, 2009) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah
merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan. Implikasi dari pandangan
ini terhadap pembelajaran matematika adalah: (1) memberi kesempatan siswa
untuk melakukan kegiatan penemuan dan menyelidiki pola-pola untuk
menentukan hubungan; (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
berbagai cara; (3) mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan,
perbedaan, perbandingan, pengelompokan.
Herman (1989: 3) hakekat matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-
gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya diatur secara logika
sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Menurut
Abdurahman (2003: 252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Belajar matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam
pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan
(Suherman, 2003).
Definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang susunan atau struktur yang
terorganisasikan dan fungsi praktisnya berguna mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif serta keruangan sehingga fungsi teoritisnya ialah guna
memudahkan berfikir.
8
B. Model Pembelajaran Inquiry
Inquiry termasuk dalam bahasa Inggris yang secara harfiah memiliki arti
penyelidikan. Inquiry berasal dari kata “to inquire” yang berarti ikut serta,
mencari informasi, dan melakukan penyelidikan (Yuniyanti:2012). Inquiry
merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan hasil dari diskusi
untuk mempelajari dan menjelaskan suatu fakta yang ada (Colburn, 2000).
Siswa dapat menganalisis seluruh data yang mereka kumpulkan dan dapat
menarik suatu kesimpulan. Hasil dari penyelidikan atau penelitian yang
berupa informasi juga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan teori dari
siswa (Kitot: 2010). Pembelajaran inkuiri dipandang sebagai suatu proses
dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, merumuskan pertanyaan,
menginvestigasi secara luas, dan kemudian membangun pemahaman baru,
pengertian dan pengetahuan. Pengetahuan tersebut merupakan suatu hal yang
baru bagi siswa dan mungkin dapat digunakan untuk menjawab sebuah
pertanyaan, untuk mengembangkan solusi permasalahan atau untuk
menguatkan suatu keadaan atau pendapat (Alberta : 2004). Menurut Kardi
(2003: 3) inkuiri adalah pembelajaran yang dirancang untuk membimbing
siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model
inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam
model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam
suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa untuk belajar. Kemudian Cleaf (1999: 2) menyatakan bahwa inkuiri
adalah strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. inkuiri
9
merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang
mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi.
Menurut Abimanyu (2009: 7) kebaikan pembelajaran inkuiri adalah sebagai
berikut:
1) Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.2) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.3) Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.4) Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
Menurut Abimanyu (2009: 10) kelemahan pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
1) Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yangpandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustasi.
2) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena waktu guru akanhabis untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
3) Dalam pelajaran tertentu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-idemungkin terbatas.
4) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian,sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
C. Model Pembelajaran Structured Inquiry
Colburn (2000: 42) mengelompokkan inquiry menjadi beberapa tingkatan,
yaitu inkuiri terstruktur (structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided
inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry). Penjelasannya sebagai berikut: (1)
inkuiri terstruktur, pada kegiatan pembelajaran guru menyediakan rumusan
masalah penyelidikan, bahan, dan prosedur, sedangkan hasilnya dicari oleh
siswa sendiri; (2) inkuiri terbimbing, pada kegiatan pembelajaran guru hanya
menyediakan bahan dan rumusan masalah penyelidikan, dan siswa
merancang prosedur penyelidikan untuk mencari jawaban permasalahan;
10
(3) inkuiri terbuka, pada inkuiri ini siswa terlibat dalam merumuskan
masalah yang diteliti. Inkuiri ini mirip seperti cara kerjanya para peneliti.
Beberapa tipe dari inquiry, yaitu confirmation inquiry (inkuiri konfirmasi),
dimana siswa mengonfirmasi suatu teori atau prinsip berdasarkan hasil
penelitian yang sudah pernah dilakukan; structured inquiry (inkuiri
terstruktur), dimana guru memberikan permasalahan dan guru menjelaskan
prosedurnya kemudian siswa diminta menyelesaikan masalah tersebut secara
runtut dan terstruktur; guided inquiry (inkuiri terbimbing), pada tipe ini siswa
mendapat bimbingan dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan pada pokok permasalahan; open inquiry (inkuiri terbuka atau
bebas), siswa melakukan aktivitas inquiry secara mandiri dimulai dari
mengidentifikasi masalah, merumuskan percobaan sampai menarik suatu
kesimpulan (Bell: 2005).
Dari level inkuiri tersebut, pada prinsipnya tidak ada perbedaan. Dasar
pembeda level tersebut hanyalah pada kebebasan siswa dalam melakukan
kegiatan inkuiri. structured inquiry merupakan pendekatan dimana guru
melibatkan siswa dalam kegiatan hand-on untuk melakukan penyelidikan
sesuai dengan prosedur dan konsep, akan tetapi guru tidak memberitahukan
siswa alternatif hasil. Siswa menemukan hubungan antara variabel- variabel
atau disamping itu siswa menyimpulkan data yang telah dikumpulkan
(colburn: 2000). Inquiry terstruktur merupakan kegiatan inkuiri dimana guru
menentukan topik, pertanyaan, bahan, dan prosedur sedangkan analisis hasil
dan kesimpulan dilakukan oleh siswa (Amri : 2010). Menurut Zulfiani
(2009:121) dalam tingkat structured inquiry tindakan utama guru adalah
11
mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara itu siswa
mengidentifikasi alternatif hasil.
1. Tahapan structured inquiry
Langkah pendekatan inkuiri terstruktur yang digunakan dalam penelitian ini
tersebut terdiri dari lima langkah. Berikut dijelaskan liima langkah tersebut
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahapan structured inquiry
Fase Perilaku Guru
Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah.
Guru membagi siswa dalam kelompok
Berhipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan
Melakukan diskusi
untuk memperoleh
Informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui
hasil diskusi.
Mengkomunikasikan
Hasil diskusi
Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok
untuk menyampaikan hasil diskusi yang terkumpul
Membuat
Kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
12
2. Kelebihan dan kelemahan structured inquiry
Menurut Suryosubroto (1993: 33) ada beberapa kelebihan pembelajaran
structured inquiry , antara lain:
1. Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda2. Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi
pengetahuan3. Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari- hari4. Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih trampil
Suryosubroto (1993: 34) menyatakan bahwa walaupun demikian baiknya
structured inquiry ini, masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan.
Kelemahan pendekatan structured inquiry dijelaskan sebagai berikut:
1. Diharuskan adanya persiapan mental2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya
sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori -teori.
3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakansiswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secaratradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terstrukturini.
D. Media Pembelajaran
Pada proses Pembelajaran matematika diperlukannya media untuk
memunculkan kreativitas dan berpikir kritis siswa di dalam kelas. Untuk itu
pembelajaran berbasis komputasi selayaknya sudah digunakan guru dalam
proses pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran, media dapat
mempermudah siswa untuk memahami materi pembelajaran. Media
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran lebih menarik dan
mudah dimengerti dari segi penampilan gambar, tulisan, dan animasi.
Menurut Gerlach (1971: 3) bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
13
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Menurut Gagne (1970:6) media merupakan berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar Sehingga media
yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa aktif.
Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA) media merupakan bentuk -
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Oleh
karena itu media dapat menyampaikan pesan dari guru ke siswa secara lebih
menarik dan menyenangkan. Media pembelajaran menempati posisi yang
cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Media
sebagai alat komunikasi dalam pembelajaran agar terjadi proses pembelajaran
yang optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem
pembelajaran. Menurut Usman (2002: 11) media pembelajaran adalah sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan
dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada dirinya. Menurut Musfiqon (2012: 28) Media pembelajaran
merupakan alat bantu berupa fisik atau non fisik yang sengaja digunakan
sebagai perantara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar
lebih efektif dan efisien.
Menurut Arsyad (2013:74) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan media pembelajaranyakni sebagai berikut:
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi.3) Praktis, luwes dan bertahan4) Guru trampil menggunakannya5) Pengelompokan sasaran6) Mutu teknis
14
Kemudian Gagne (Anitah, 2008:59) dalam pemilihan media perlu
mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1) Variabel TugasDalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yangdiharapkan dari pebelajar sebagai hasil pembelajaran, sehinggadisarankan untuk menentukan jenis stimulus yang diinginkan sebelummelakukan pemilihan media.
2) Variabel pebelajarKarakteristik pebelajar perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media,walaupun belum ada kesempatan karakteristik mana yang penting,namun guru menyadari bahwa pebelajar mempunyai gaya belajar yangberbeda.
3) Lingkungan belajarPertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang masukdidalamnya, antara lain: (a) besarnya biaya sekolah, (b) ukuran ruangankelas, (c) kemampuan mengembangkan materi baru, (d) ketersediaanradio, televisi, atau perlengkapan, (e) kemampuan guru dan kesediaanuntuk usaha-usaha mendesain pembelajaran, (f) sikap pemimpin sekolahmaupun guru terhadap inovasi, (g) Arsitektural sekolah.
4) Lingkungan pengembanganJelas akan sia-sia untuk merencanakan penyajian yang baik, bilapengembangan sumber- sumber tidak mendukung untuk tugas tersebut.
5) Ekonomi dan budayaDalam pemilihan media perlu mempertimbangkan apakah media itu,dapat diterima oleh pemakai dan sesuai dengan sumber dana sertaperalatan yang tersedia.
Menurut Gerlach (1971:18) media di kelompokkan berdasarkan ciri-ciri
fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal,
presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran
terprogram, dan simulasi. Kemudian menurut Ibrahim (Daryanto, 2013:18)
media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan
perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua
dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, media audio, media proyeksi,
televisi, video, komputer. Menurut Azhar Arsyad (2002: 6) ciri-ciri umum
yang terkandung dalam media pembelajaran, adalah: (1) Media pembelajaran
memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware
15
(perangkat keras) yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba
dengan panca indera. (2) Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik
yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang
terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan
siswa. (3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.
(4) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar
baik di dalam maupun di luar kelas. (5) Media pembelajaran digunakan dalam
rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
(6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (misalnya: radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, viseo,
OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video
recorder). (7) Sikap perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Media pembelajaran mempunyai
beberapa fungsi.
Menurut Kemp dan Dayton (Arsyad, 2002: 20-21), fungsi media
pembelajaran ada tiga, yaitu:
a. Memotivasi minat dan tindakan
Untuk memenuhi fungsi, motivasi media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan
adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa untuk bertindak.
b. Menyajikan informasi
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dalam hal ini media
pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di
hadapan siswa.
16
c. Memberi instruksi
Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang
terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau
mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran
dapat berlangsung.
Sudjana dan Rivai (Azhar Arsyad, 2002: 25) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan teori-teori yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan alat untuk menyampaikan informasi yang
berupa isi pembelajaran dari sumber ke penerima. Media pembelajaran dapat
berupa hardware atau software yang gunanya untuk memotivasi, menarik
perhatian siswa, dan memberikan pembelajaran yang bermakna.
Murdanu (2005:4) menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (isi pembelajaran)
dari sumber ke penerimanya sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat pebelajar sedemikian rupa proses belajar terjadi.
Kemudian, Arsyad (2002: 3) menyatakan bahwa secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media pembelajaran
17
adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi
untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Sutjipto :2013).
Sutjipto (2013: 68-69), mengkategorikan multimedia menjadi dua, yaitu
multimedia linear dan multimedia interaktif. Multimedia linear adalah
multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat kontrol yang dapat
dioperasikan oleh user/pengguna, berjalan secara sekuensial (berurutan),
misalnya TV dan film. Multimedia digunakan sebagai sarana belajar yang
disebut multimedia pembelajaran. Multimedia pembelajaran adalah aplikasi
multimedia yang dimanfaatkan dalam proses belajar dan pembelajaran untuk
menyalurkan pesan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta
dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan, dan perhatian pebelajar.
Darmawan (2012: 55), menyatakan bahwa pembelajaran multimedia
memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Berisi konten materi yang representatif dalam bentuk visual, audio, danaudiovisual.
b. Beragam media komunikasi dalam penggunaannya.c. Memiliki kekuatan bahasa warna, dan bahasa resolusi obyek.d. Tipe-tipe pembelajaran yang bervariasi.e. Respon terhadap pembelajaran dan penguatan bervariasi.f. Mengembangkan prinsip Self Evaluation dalam mengukur proses dan
hasil belajarnya.
Menurut Mayer (2009: 3) mendefinisikan multimedia sebagai presentasi
materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus gambar- gambar. kata yang
dimaksud adalah bentuk verbal menggunakan teks yang tercetak atau terucap
dan gambar adalah materi yang tersaji berbentuk gambar dapat berupa grafik
statis maupun dinamis. Penggunaan multimedia diharapkan dapat mencapai
18
efektivitas belajar berupa peningkatan pengetahuan dan kreativitas siswa
dalam berpikir kritis serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian- uraian yang telah disampaika dapat diambil pemahaman
bahwa multimedia adalah perpaduan dari berbagai bentuk media, yaitu teks,
yang penggunanya mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol multimedia
tersebut. model pembelajaran Structured inquiry adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dan berpikir kritis dalam proses
penemuan pengetahuan melalui kegiatan pembelajaran menggunakan media
pembelajaran yang telah disediakan rumusan masalah, dan prosedur
penelitian, sedangkan tugas siswa menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan
serangkaian tahapan penelitian yang dimulai dari tahap penetapan masalah,
merumuskan hipotesis, melaksanakan penyelidikan, mengolah dan
menganalisis data, dan menguji hipotesis.
E. Berpikir Kritis Matematis
Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau
gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang
dipaparkan. Uraian tersebut selaras dengan pernyataan Susanto (2013),
“Berpikir kritis adalah suatu kegiatan menganalisis idea atau gagasan yang
lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi,
mengkaji dan mengembangkannya kearah yang lebih sempurna”. Berpikir
kritis berkaitan dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi yang ada
pada manusia yang perlu dikembangkan untuk kemampuan optimal.
19
Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis informasi yang
diperoleh. Informasi tersebut didapatkan melalui pengamatan, pengalaman,
komunikasi, atau membaca (Suryosubroto: 2009). Kemudian menurut
Gerhand (Mayadiana: 2009) berpikir kritis merupakan suatu proses kompleks
yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, evaluasi data
dan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif, serta membuat
seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Menurut Paul
(2008) berpikir kritis kritis merupakan seni menganalisis dan mengevaluasi
pikiran dengan pandangan lebih lanjut. Sedangkan menurut Johnson (2008)
menjelaskan berpikir kritis sebagai sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitan ilmiah.
Dewey (Fisher 2007:2), mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah
pertimbangan aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah
keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari
sudut alasan–alasan yang mendukungnya dan kesimpulan–kesimpulan
lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Berpikir kritis merupakan runtutan
pemikiran yang sistematis dan terstruktur untuk menemukan suatu
pembuktian. Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan Chaffe
(2010:187), berpikir kritis didefinisikan sebagai berpikir untuk menyelidiki
secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya
memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang
lain menggunakan bukti dan logika. Menurut Paul (2017:176) Berpikir kritis
adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, dimana
20
si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan
standar-standar intelektual padanya.
Menurut Karim (2015:93) bahwa berpikir kritis adalah berpikir rasional
dalam menilai sesuatu. Sebelum mengambil suatu keputusan atau melakukan
suatu tindakan, maka dilakukan pengumpulkan informasi sebanyak mungkin
tentang sesuatu tersebut. Oleh karena itu, berpikir merupakan proses kognitif
yang tidak dapat dilihat secara fisik. Hasil dari berpikir dapat berupa ide,
pengetahuan, prosedur, argumen, dan keputusan. Spliter (1991) menyatakan
bahwa siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi
masalah, mengevaluasi dan mengkonstruksi argumen serta mampu
memecahkan masalah tersebut dengan tepat. Pendapat yang serupa juga
diungkapkan oleh Facione (1992) yang menyatakan bahwa berpikir kritis
yang meliputi kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan, melakukan
interpretasi, penjelasan, pengaturan diri, ingin tahu, sistematis, bijaksana
mencari kebenaran, dan percaya diri terhadap proses berpikir yang dilakukan
sangat dibutuhkan seseorang dalam usaha memecahkan masalah.
1. Strategi Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Fisher (Susanto, 2013 : 122), membagi strategi berpikir kritis ke dalam
tiga jenis, yaitu: (1) strategi afektif; (2) kemampuan makro; (3)
keterampilan mikro. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ketiga
hal tersebut:
21
1. Strategi afektif bertujuan untuk meningkatkan berpikir independen dengan
sikap menguasai atau percaya diri, misalnya “saya dapat mengerjakan soal
ini sendiri”. Peserta didik harus didorong untuk mengembangkan
kebiasaan self questioning seperti: apa yang saya yakini? bagaimana saya
dapat meyakininya? apakah saya benar-benar menerima keyakinan ini?
Untuk mencapainya, peserta didik perlu suatu pendamping yang
mengarahkan pada saat mengalami kebuntuan, memberikan motivasi pada
saat mengalami kejenuhan dan lain sebagainya, misalnya guru.
2. Kemampuan makro adalah proses yang terlibat dalam berpikir,
mengorganisasikan keterampilan dasar yang terpisah pada saat urutan yang
diperluas dari pikiran, tujuannya tidak untuk menghasilkan suatu
keterampilan-keterampilan yang saling terpisah, tetapi terpadu dan mampu
berpikir secara komperhensif.
3. Keterampilan mikro adalah keterampilan yang menekankan pada
kemampuan global. Guru dalam melakukan pembelajaran harus
memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan proses kemampuan
berpikir kritis, melakukan tindakan yang mereflesikan kemampuan, dan
disposisi seperti yang direkomendasikan.
2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini
didasarkan pada pendapat Facione (2015), yaitu sebagai berikut.
22
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Indikator Umum IndikatorMenginterpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan dengan
menulis yang diketahui maupun yang ditanyakan soaldengan tepat.
Menganalisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan antarapernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, dankonsep-konsep yang diberikan dalam soal yangditunjukkan dengan membuat model matematikadengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat.
Mengevaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalammenyelesaikan soal, lengkap dan benar dalammelakukan perhitungan.
Menginferensi Membuat kesimpulan dengan tepat.(Diambil dari Facione, 2015)
F. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
penelitian dari Nafli Zakiah pada tahun 2011, dengan judul “Pengaruh
pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa pada
konsep sistem pernapasan manusia”. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan inkuiri terstruktur memberikan pengaruh terhadap keterampilan
proses sains siswa. Post test menunjukkan rata- rata proses keterampilan sains
kelompok eksperimen termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan kelompok
kontrol termasuk dalam kategori sedang. Keterampilan proses sains yang
paling tinggi yaitu keterampilan mengamati. Dan paling rendah pada
keterampilan berhipotesis.
Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Putri Dwi Safitri (2010) dalam
jurnal yang berjudul “Pengembangan Media CAI (Computer Assisted
23
Instruction) Pada Mata Pelajaran Animasi 2 Dimensi Materi Pokok
Pembuatan Obyek Pada Aplikasi Animasi 2 Dimensi Kelas XI Jurusan
Multimedia Di SMK Mahardika Surabaya”. Model pengembangan yang
digunakan yaitu “ Model DDD-E (Decide, Design, Develop, Evaluate)”. Hasil
dari Pengembangan media CAI (Computer Assisted Instruction) layak dan
efektif dilihat dari kemampuan awal siswa dikelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki kemampuan awal yang berbeda dan perbandingan antara
post test kelas eksperimen lebih besar dari post test kelas kontrol dapat
diartikan bahwa media yang diuji cobakan efektif dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan
metode pembelajaran struktur inkuiri dapat dijadikan sebagai metode untuk
mengembangkan media pembelajaran oleh karena itu peneliti bermaksud
melakukan penelitian yang sama yaitu mengukur sejauh mana kemampuan
berpikir kritis matematis siswa melalui pengembangan multimedia
pembelajaran berbasis structured inquiry.
G. Definisi Operasional
Untuk mengindari salam penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka terdapat
istilah-istilah yang perlu dijelaskan, diantaranya adalah:
1. Multimedia Pembelajaran merupakan sebuah program multimedia yang
dapat menunjang proses belajar mengajar lebih menarik dan menyenangkan.
2. Model Pembelajaran structured Inquiry merupakan suatu cara yang
digunakan guru dalam mengajar siswa dimana didalamnya guru memberikan
24
permasalahan dan guru menjelaskan prosedurnya kemudian siswa diminta
menyelesaikan masalah tersebut secara runtut dan terstruktur hingga siswa
tetap aktif mempelajari materi.
3. Berpikir Kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitan
ilmiah.
H. Kerangka Berpikir
Salah satu kemampuan yang penting dalam proses pembelajaran adalah
berpikir kritis matematis. Pengembangan kemampuan berpikir kritis
matematis merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan dan perlu
dilatihkan kepada siswa. Menurut Dewey (Fisher 2007 : 2), mengungkapkan
bahwa berpikir kritis adalah pertimbangan aktif, persistent (terus-menerus),
dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima
begitu saja dipandang dari sudut alasan–alasan yang mendukungnya dan
kesimpulan–kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, bahwa berpikir krtis siswa
dapat di tunjang dengan penggunaan media pembelajaran interaktif, sehingga
dalam proses belajar mengajar menjadi menyenangkan. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
adalah dengan model pembelajaran Structured Inquiry. Structured Inquiry
merupakan suatu cara yang digunakan guru dalam mengajar dimana
didalamnya guru memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa baik secara
25
lisan dan yang tertulis menggunakan media pembelajaran interaktif. Pada
pembelajaran Structured Inquiry ini siswa diberikan masalah dengan
menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis Structured Inquiry,
siswa diharuskan untuk berperan aktif untuk mencari tahu secara mandiri
terlebih dahulu dalam menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari,
dan sesekali bertanya dengan guru jika mengalami kesulitan. keaktifan siswa
itu terwujud dalam salah satu karakteristik model pembelajaran Structured
Inquiry.
Pada proses pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran berbasis
Structured Inquiry, permasalahan dibangun dari pengetahuan yang
direkontruksi oleh siswa sendiri lewat pengetahuan yang dimiliki dan siswa
mengembangkan ide-idenya sesuai dengan persepsinya, seperti yang
diungkapakan Dewey pada teori kontruktivisme. Pada saat siswa
mengkontruksi pengetahuan yang dimilikinya dan mengembangkan ide-idenya,
siswa harus berpikir secara kritis dengan di tunjang media pembelajaran
interaktif yang menarik sehingga betapapun sulitnya permasalahan yang
diberikan, mereka yakin bisa menyelesaikannya dengan baik dan lebih teliti.
Berdasarkan uraian- uraian yang telah disampaikan, diharapkan pengembangan
multimedia pembelajaran berbasis Structured Inquiry, dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis.
26
I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan hasil kajian teoritis, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Pengembangan multimedia pembelajaran berbasis structured inquiry dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis pada materi Peluang di
kelas XI SMK.
2. Keefektivitasan hasil pengembangan multimedia pembelajaran berbasis
structured inquiry dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
pada materi Peluang di kelas XI SMK.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Ma’arif 1 Metro. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan dan Akuntansi memiliki siswa
sebanyak 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2017/2018.
B. Jenis dan Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian dan pengembangan atau
Research and Development (R&D), penelitian ini mengacu pada prosedur Ivers
dan Baron (2002:15). Model pengembangan yang digunakan yaitu “ Model
DDD-E (Decide, Design, Develop, Evaluate)” Model DDD-E merupakan desain
pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengembangkan multimedia
pembelajaran. Pengembangan multimedia menggunakan model DDD-E terdiri
atas :
1. Decide
Tahap decide merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum pembuatan
produk dengan tujuan mengumpulkan data mengenai hal- hal yang
dibutuhkan multimedia pembelajaran yang terdapat dilapangan dan
disesuaikan dengan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
28
dengan study lapangan. pada tahap ini dilakukan wawancara awal kepada
guru di SMK Ma’arif 1 Metro terkait dengan masalah belajar. Hasilnya yaitu
pada proses belajar mengajar belum menggunakan media pada kelas XI.
Kemudian merencanakan produk multimedia. Pada tahap ini dilakukan
kegiatan determine project goals yang meliputi penentuan tujuan
pembelajaran, Berikutnya yaitu menentukan tema atau ruang lingkup yang
akan digunakan dalam mengembangkan multimedia pembelajaran.
Berikutnya, mengembangkan kemampuan prasyarat yang merupakan salah
satu syarat siswa untuk mencapai ketuntasan belajar. Berikutnya menilai
sumber daya berdasarkan sasaran yang ada pada lingkungan siswa kelas XI
SMK Ma’arif 1 Metro. Setelah melakukan manajemen awal dari tahap decide
maka dari tahap brainstorm content, pengembang akan mulai mencari atau
mengumpulkan ide-ide yang sesuai dengan media yang akan dikembangkan.
Setelah menemukan ide atau gagasan-gagasan mengenai multimedia
pembelajaran yang akan dikembangkan maka pengembang mengumpulkan
informasi bahan atau materi yang dibutuhkan (Conduct Research).
2. Design
Pada tahap design (Merencanakan), pada tahap design merupakan tahap
penuangan ide karena menghasilkan cetak biru untuk keseluruhan produk
multimedia dalam bentuk garis besar isi, outline materi, tampilan atau layout,
flowchart dan storyboard. Sebelum memulai mengembangkan media,
pengembang harus mengklasifikasikan elemen- elemen yang akan
dimasukkan dalam multimedia pembelajaran yang cocok digunakan seperti
29
mengatur materi, suara dan urutan unsur media yang tergambar dalam
flowchart. Pada tahap ini produk yang dihasilkan dinamakan prototype 1.
3. Develop
Pada tahap develop (mengembangkan), tahap ketiga dari model DDD-E
adalah pengembangan, yang meliputi produksi komponen media seperti teks,
grafik, animasi, audio dan video atau memproduksi elemen media atau
membuat tampilan multimedia. Pada tahap ini dilakukan uji coba kelayakan
kepada ahli materi, ahli media, uji coba perorangan. Kemudian media yang
telah dikembangkan dan mendapat perbaikan dan dinyatakan layak oleh ahli
media dan ahli materi kemudian diujicobakan kepada siswa SMK kelas XI.
Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap media
pembelajaran yang dikembangkan. Setelah uji coba selesai dilaksanakan,
siswa diminta mengisi angket respon siswa terhadap media pembelajaran
tersebut dan dilaksanakan tes hasil belajar. Pada tahap ini, guru mata
pelajaran matematika melakukan penilaian terhadap media yang
diujicobakan.
4. Evaluate
Evaluasi dalam model DDD-E dilakukan pada setiap tahap pengembangan.
Tidak hanya pada pada produk akhir, evaluasi dilakukan pada tahap decide,
design dan develop. Pada tahap decide dilakukan penilaian terhadap
ketepatan antar topik dengan multimedia dan kelayakan hasil penelitian awal
untuk memastikan kecocokan produk multimedia sebagai solusi mengatasi
masalah pembelajaran. Pada tahap design dilakukan penilaian terhadap
dokumen multimedia yaitu outline konten, flowchart, storyboad dan tampilan
30
interface. Pada tahap develop dilakukan penilaian terhadap elemen – elemen
multimedia yaitu gambar, animasi, audio dan video. Umpan balik yang
diperoleh rubrik penilaian dijadikan acuan untuk merevisi luaran dari setiap
tahap. Tahap evaluasi dilakukan agar setiap tahap yang dilewati benar-benar
efektif sebelum dilakukan validasi kepada ahli materi, ahli media dan diuji
cobakan kepada siswa. Kemudian tahap evaluasi dimaksudkan untuk
mengetahui kelayakan media yang telah dibuat untuk digunakan dalam
pembelajaran. Hasil evaluasi dilakukan dengan menganalisis angket respon
siswa dan data tes hasil belajar.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini dijelaskan sebagai
Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran butir tes 0,30 ≤ P ≤ 0,49. Hasil
perhitungan daya beda butir tes menunjukkan bahwa indeks kriteria dengan hasil
DP = JA − JBIA
39
daya beda tersebut dapat digunakan. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal
dapat dilihat pada Lampiran C.1
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan
reliabilitas, dari 6 soal yang diujikan semua soal bisa digunakan.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif, hal ini didasarkan
pada data-data yang diperoleh berupa kuantitatif sebagai berikut: .
Data Kemampuan Berpikir Kritis
Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis matematis.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes
kemampuan berpikir kritis matematis setelah pembelajaran (posttest) pada kelas
eksperimen dan kontrol. Data yang diperoleh dari postest dianalisis
menggunakan uji statistik induktif. Sebelum melakukan analisis uji statistik
perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah sebaran data responden
berdistribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2010). Uji normalitas ini
menggunakan bantuan program SPSS, dengan membaca nilai signifikansi
menggunakan rumus shapiro-wilk, dengan mengambil taraf signifikansi 5%.
Kriteria pengujian adalah data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Hasil perhitungan uji normalitas data posttest, untuk menguji kemampuan
berpikir kritis matematis. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
40
Data uji normalitas diperoleh dari hasil posttest kelas XI Akutansi sebagai
kelas eksperimen dan kelas XI Teknik Komputer Jaringan (TKJ) sebagai
kelas kontrol. Berikut hasil uji normalitas sebaran posttest pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol terlihat pada Tabel 3.5 Lampiran C. 10.
Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas
Data Asymp. Sig (2-tailed) KeteranganPosttest
kelaseksperimen
0,81
Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 = normal
Posttestkelas kontrol 127
Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 = normal
Hasil perhitungan normalitas sebaran data posttest kemampuan berpikir kritis
kelas eksperimen diketahui bahwa data tersebut memiliki signifikansi =
0,081. Dengan demikian, signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan
kelas berdistribusi normal. Hasil perhitungan normalitas sebaran data posttest
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol diketahui bahwa data tersebut
memiliki signifikansi = 0,127. Dengan demikian, signifikansi lebih dari 0,05
maka dapat disimpulkan kelas berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok responden
berasal dari populasi yang sama atau tidak (Sugiyono, 2010). Dengan
menggunakan SPSS, dapat melakukan perhitungan test of homogenity of
variance melalui menu (tool) (analyze-compare means-one way anova). Uji
homogenitas ini menggunakan statistik uji Levene, dengan mengambil taraf
signifikansi 5%. Kriteria pengujian adalah data berasal dari populasi yang
mempunyai varians sama.
41
Hasil perhitungan uji homogenitas data posttest, untuk menguji kemampuan
berpikir kritis matematis dapat dijelaskan sebagai berikut:
Setelah dilakukan uji normalitas, kemudian dilakukan uji homogenitas.
Berikut hasil uji homogenitas varian posttest kemampuan berpikir kritis pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol dibantu program SPSS didapat nilai
posttest 0,626 sehingga nilai Sig > 0,05 = homogen hasil perhitungan pada
Lampiran C.11.
Hasil perhitungan homogenitas data posttest kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen dan kelas kontrol diketahui bahwa data tersebut memiliki nilai
0,0819. Dengan demikian, Signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.
Setelah data memenuhi uji normalitas dan uji homogenitas, maka analisis
yang digunakan adalah uji t (t test) dengan bantuan SPSS. Hasil perhitungan
uji-t terlihat pada Tabel 3.6 pada lampiran C.12
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji T-test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
nilai Equal
variances
assumed
.240 .626 2.378 54 .021 10.23846
42
Hasil perhitungan uji T-test menunjukan bahwa nilai sig. (2-tailed) 0,021 nilai
artinya Sig < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata skor antara kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan
multimedia dengan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang tidak
mengikuti pembelajaran menggunakan multimedia.
65
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengembangan multimedia berbasis structured inquiry untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis, dilakukan dengan menggunakan
model DDD-E (Decide, Design, Develop, Evaluate) diawali dari penelitian
pendahuluan yang menunjukkan kebutuhan dikembangkannya multimedia
berbasis structured inquiry. Hasil validasi media menunjukkan bahwa telah
layak digunakan dan termasuk dalam kategori sangat baik, begitupun dengan
hasil uji coba multimedia menunjukkan bahwa multimedia termasuk dalam
kategori baik. Hasil akhir dari penelitian pengembangan ini adalah
Pengembangan multimedia berbasis structured inquiry.
2. Pembelajaran menggunakan multimedia berbasis structured inquiry menjadi
lebih efektif dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
dibandingkan pembelajaran tanpa menggunakan multimedia.
65
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil dan pembahasan penulis memberikan saran
sebaiknya guru memberikan motivasi, reward, dan Punishment kepada sebagian
siswa yang menunjukan sikap pasif selama pembelajaran dengan multimedia
berbasis structure inquiry. Pada multimedia diselipkan aktifitas permainan
walaupun tidak harus setiap pertemuan sehingga membuat siswa lebih tertarik
untuk memahami materi dan mengerjakan soal-soal. Diharapkan ada
pengembangan selanjutnya yang menggunakan aplikasi yang lebih lengkap.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta,
Jakarta. 308 hlm.
Arsyad, A . 2002. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 242hlm.
Arief, Anung,Rahardjo, dan Rahardjito . 2007. Media Pendidikan. pustekkomdikbud, Jakarta. 332 hlm.
Archambault, J. 2008. “The Effect of Developing Kinematics ConceptsGraphicallyPrior to Introducing Algebraic Problem Solving Techniques”.Action Research Reguared for the Master of Natural Science Degree withConcentration in Physics. Arizona State University.
Abimanyu, S. 2009. Model-model pembelajaran. IKIP Malang, Malang. Hlm156.
Abdullah. 2013. Berpikir Kritis Matematik. Delta-Pi: Jurnal Matematika danPendidikan Matematika Vol. 2, No. 1, hlm 66-75.https://www.ejournal.unkhair.ac.id/index.php/deltapi/article/download/100/69 . diakses pada tanggal 29 desember 2017.
Alberta. 2004. Focus On Inquiry: A Teacher’s Guided to Implementing Inquiry-Based Learning. Alberta Learning, Canada. hlm 128 .
Budiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Pers, Surakarta ,UNS. hlm 145.
Bell, R.L., Smetana,L & Binns, I. 2005. Simplifying inquiry instruction,TheScience Teacher, 72, no 7, hlm 30-33.
Bruner, Jerome.S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Harvard University,Cambridge. hlm 176.
Colburn, A. 2000. An Inquiry Primer, California State University. hlm. 42-43.http://www. Experientiallearning. Ucdavis. Edu/module2/el2-60-primer. Pdf.diakses 17 November 2017.
67
Cleaf, D.W.V. 1991. Action in Elementary Social Studies. Singapore: Allyn andBacon. hlm 409.
Depdiknas. 2004. Model pembelajaran matematika. Depdiknas, Jakarta.hlm 117.
Dale, E. 1969. Audiovisual Methos in Teaching. (Third Edition). The DrydenPress, Holt, Rinehart and Winston, Inc, New York. hlm 546.
Elaine B. Johnson. 2010, Contextual Teaching and Learning : MenjadikanKegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna : terj, IbnuSetiawan . Kaifa .Bandung. hlm187.
Fitri, Dhita. 2017. Pengembangan Media Interaktif Untuk MeningkatkanKemampan Berpikir Kritis.http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/.../31a6ff2fcf84ee200e3586534aa654fc. diakses pada tanggal 25 september 2018
Fisher Alec. 2007. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Erlangga. Jakarta. hlm 243.
Facione, P. A. 2015. Critical Thinking. What it is and Why it Counts. InsightAssesment. From http://www.insightassessment.com/pdf_files/what&why2017.pdf Diakses 25 Oktober 2017.
Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic Approach.Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.
Hudoyo, H. 1989. Pengembangan kurikulum matematika dan pelaksanaan didepan kelas. Usaha Nasional, Surabaya. hlm 317.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.hlm 196.
Invers, S. & Barron, Ann E. 2002.Multimedia project in education: Designing,producing, and assessing. libraries Unlimited, Westport.Hlm 105
Ismanuza, D. 2013. Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir KritisMatematis untuk Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Sains danMatematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD. Palu.hlm 375.
68
Johnson, E.B. 2008. Contextual Teaching and Lerning: Menjadikan KegiatanBelajarMengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Diterjemahkan oleh IbnuSetiawan. Penerbit MLC, Bandung.hlm 352.
Kardi, R. K., dan Nur, M. 2003. Pengajaran Langsung. Universitas NegeriSurabaya Press. Surabaya.
Kowiyah.2012. kemampuan berpikir krtis. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5hlm175-179.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=201158&val=6649&title.diakses pada tanggal 12 desember 2017.
Kitot A. K. A., Ahmad A. R., dan Seman A. A. 2010. “The Effectiveness ofInquiry Teaching in Enhancing Students’ Critical Thinking”. ProcediaSocial and Behavioral Sciences. 7. hlm 264–273.
Kustandi, C dan Sutjipto, B. 2013. Media Pembelajaran; Manual dan Digital.Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. hlm 160.
Kemendikbud. Nilai rata – rata Ujian Nasional SMK tahun 2016.http://m.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/06/10/o8k0jf284-nilai-matematika-paling-turun. diakses pada tanggal 21 maret 2018.
Mayadiana.S,Dina. 2009. Kemampuan Berpikir Kritis Matematika,Cakrawala Maha Karya, Jakarta. hlm112.
Mayer, R. E. 2009. Multimedia Learning Prinsip-prinsip dan Aplikasi.Penyunting: Ir. Baroto Tavip I. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hlm 300.
Musffiqon. 2012. Pngembangan media dan sumber pembelajaran. PT. PrestasiPustakaraya, Jakarta. Hlm 215.
Nowaya, K. 2015. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam PembelajaranMatematika Dengan Menggunakan Model Jucama Di Sekolah MenengahPertamahttps://www.download.portalgaruda.org/article.php?...Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20Siswa. diakses pada tanggal 12 oktober 2017.
Paul, R. and Elder, L. 2008. The Miniature Guide to Critical Thinking: Conceptsand Tools. 28th Annual International Conference On Critical Thinking.California. Hlm 499.
69
Rudi, S dan Riyana, C. 2008. Media Pembelajaran. Jurusan Kurtekpend FIP UPI,Bandung. Hlm 490.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group,Jakarta. hlm 310.
Sudijono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada,Jakarta. hlm 488.
Suharsimi, A. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.hlm 320.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta,Jakarta. hlm 193.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. hlm 200.
Splinter, L. J. 1991. Critical thinking; what, why, when,and how. EducationalPhilosophy and Theory 23(1). Hlm 89-109.
Safitri, P. Pengembangan Media Cai (Computer Assisted Instruction) Pada MataPelajaran Animasi 2 Dimensi Materi Pokok Pembuatan Obyek Pada AplikasiAnimasi 2 Dimensi Kelas Xi Jurusan Multimedia Di Smk Mahardika Surabaya.Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2 Nomor 1 P-ISSN: 2502-7638; E-
ISSN: 2502-8391. diakses pada tanggal 10 desember 2017.
Usman, B. 2002. Media pembelajaran. Ciputat pers, Jakarta. hlm 178.
Yuniyanti, E.D., Sunarno, W., dan Haryono. 2012, Pembelajaran KimiaMenggunakan Inkuiri Terbimbing Dengan Media Modul dan E-LeamingDitinjau dari Kemampuan Pemahaman Membaca dan Berpikir Abstrak,Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2Q\ : I 12-120.
Zulfiani. 2009. Strategi pembelajaran sains. lembaga penelitian sains UIN,Jakarta.121 hlm.
70
Zakiah, N .2011. Pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilanproses sains siswa pada konsep sistem pernapasan manusia. diakses padatanggal 12 oktober 2017.