Top Banner
Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170 157 PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI SMA NEGERI 4 SIDOARJO Dessy Setiyawati Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya email: [email protected] Martadi Desain Grafis, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya email: [email protected] Abstrak SMA Negeri 4 Sidoarjo merupakan salah satu sekolah dengan keadaan siswa yang di dalam mata pelajaran khususnya seni budaya (seni rupa) kurang tertarik untuk menggambar dengan materi gambar imjinasi. Kegiatan di sekolah tersebut yakni kurangnya motivasi yang membuat siswa SMA Negeri 4 Sidoarjo jadi kurang berminat untuk menggambar pada saat mata pelajaran seni budaya berlangsung. Oleh karena pada pembelajaran menggambar imajinasi masih sifatnya konvensional belum dilengkapi dengan modul. Masalah: bagaimana proses dan kualitas modul materi gambar imajinasi di SMA Negeri 4 Sidoarjo? Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran materi Gambar Imajinasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (Research and Development) dengan rancangan model 4-D yakni Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), Dessiminate (Penyebaran) akan tetapi karena keterbatasan penelitian maka penelitian hanya sampai pada tahap pengembangan. proses pengembangan modul melalui beberapa tahap, yakni; analisis kebutuhan siswa; desain awal modul; draf I; validasi ahli materi; validasi ahli media; revisi draft I dan menghasilkan draf II; uji coba terbatas; penilaian modul oleh guru seni budaya; penilaian modul oleh siswa; revisi draf II dan menghasilkan draf III; modul final. Konsep pengembangan modul ini mengangkat materi gambar imajinasi yang mengacu pada kurikulum 2013.Hasil penilaian modul oleh validator ahli materi memperoleh skor 138 (81%) dan ahli media mendapatkan skor 114 (95%). Penilaian oleh guru seni budaya menunjukkan dengan skor 283 (96%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa modul sangat valid. Kata Kunci: pengembangan, modul, gambar imajinasi. Abstrack State Senior High School 4 Sidoarjo is one of the schools where students in subjects especially cultural arts (fine arts) are less interested in drawing art of imagination. Activities in these schools are the lack of motivation that makes students State Senior High School 4 Sidoarjo so there is less interest in drawing when the arts and culture subjects take place. Therefore, learning to draw imagination is still conventional, not equipped with modules. Problem: how is the process and quality of the imagination drawing material module in State Senior High School 4 Sidoarjo? This study aims to develop a learning module for the "Art of Imagination" material. This study uses a research and development approach with a 4-D model the draft, Define, Design, Develop, Dessiminate, but due to the limitations of the research the research only reaches the development stage. the module development process goes through several stages, namely; analysis of student needs; initial module design; draft I; material expert validation; media expert validation; revised draft I and produced draft II; limited trial; module assessment by arts and culture teachers; module assessment by students; revised draft II and produced draft III; final module. The concept of developing this module raises the Art of Imagination material developed in a module with reference to the 2013 curriculum. The results of the module evaluation by the material expert validator score 138 (81%) and the media expert score. Keywords: development, modules, image of imagination.
14

PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Apr 28, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170

157

PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI SMA NEGERI 4 SIDOARJO

Dessy Setiyawati Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya

email: [email protected]

Martadi Desain Grafis, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya

email: [email protected]

Abstrak SMA Negeri 4 Sidoarjo merupakan salah satu sekolah dengan keadaan siswa yang di dalam mata pelajaran khususnya seni budaya (seni rupa) kurang tertarik untuk menggambar dengan materi gambar imjinasi. Kegiatan di sekolah tersebut yakni kurangnya motivasi yang membuat siswa SMA Negeri 4 Sidoarjo jadi kurang berminat untuk menggambar pada saat mata pelajaran seni budaya berlangsung. Oleh karena pada pembelajaran menggambar imajinasi masih sifatnya konvensional belum dilengkapi dengan modul. Masalah: bagaimana proses dan kualitas modul materi gambar imajinasi di SMA Negeri 4 Sidoarjo? Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran materi Gambar Imajinasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (Research and Development) dengan rancangan model 4-D yakni Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), Dessiminate (Penyebaran) akan tetapi karena keterbatasan penelitian maka penelitian hanya sampai pada tahap pengembangan. proses pengembangan modul melalui beberapa tahap, yakni; analisis kebutuhan siswa; desain awal modul; draf I; validasi ahli materi; validasi ahli media; revisi draft I dan menghasilkan draf II; uji coba terbatas; penilaian modul oleh guru seni budaya; penilaian modul oleh siswa; revisi draf II dan menghasilkan draf III; modul final. Konsep pengembangan modul ini mengangkat materi gambar imajinasi yang mengacu pada kurikulum 2013.Hasil penilaian modul oleh validator ahli materi memperoleh skor 138 (81%) dan ahli media mendapatkan skor 114 (95%). Penilaian oleh guru seni budaya menunjukkan dengan skor 283 (96%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa modul sangat valid. Kata Kunci: pengembangan, modul, gambar imajinasi.

Abstrack State Senior High School 4 Sidoarjo is one of the schools where students in subjects especially cultural arts (fine arts) are less interested in drawing art of imagination. Activities in these schools are the lack of motivation that makes students State Senior High School 4 Sidoarjo so there is less interest in drawing when the arts and culture subjects take place. Therefore, learning to draw imagination is still conventional, not equipped with modules. Problem: how is the process and quality of the imagination drawing material module in State Senior High School 4 Sidoarjo? This study aims to develop a learning module for the "Art of Imagination" material.   This study uses a research and development approach with a 4-D model the draft, Define, Design, Develop, Dessiminate, but due to the limitations of the research the research only reaches the development stage.   the module development process goes through several stages, namely; analysis of student needs; initial module design; draft I; material expert validation; media expert validation; revised draft I and produced draft II; limited trial; module assessment by arts and culture teachers; module assessment by students; revised draft II and produced draft III; final module.  The concept of developing this module raises the Art of Imagination material developed in a module with reference to the 2013 curriculum.  The results of the module evaluation by the material expert validator score 138 (81%) and the media expert score. Keywords: development, modules, image of imagination.

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

 Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo

158

PENDAHULUAN

Pembelajaran Seni Budaya untuk pembelajaran Sekolah Menengah Atas adalah salah satu usaha untuk melestarikan peradaban bangsa melalui pemahaman terhadap sejumlah karya seni budaya bangsa dari berbagai penjuru nusantara yang sangat kaya ragam dan sarat makna.

Sebagai bagian dari Kurikulum 2013, pembelajaran dalam buku modul ini mencakup kreasi karya seni rupa dua dimensi berdasarkan imajinasi dengan berbagai media dan teknik, praktek berkarya seni budaya untuk mengasah kompetensi keterampilan, dan pembentukan sikap apresiasi sebagai hasil studi dan praktek karya seni budaya. Pembelajarannya dirancang berbasis aktivitas dalam sejumlah ranah seni budaya yaitu, seni rupa, tari, musik, dan teater yang diangkat dari tema-tema warisan seni budaya bangsa.

Buku modul ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, siswa diajak menjadi lebih berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas disekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku modul ini sangat penting. Guru dapat memperkaya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

SMA Negeri 4 Sidoarjo terletak di Jalan Raya Suko, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, merupakan salah satu sekolah dengan kondisi siswa kurang tertarik mata pelajaran khususnya seni budaya (seni rupa) khususnya materi menggambar. Ketidaktertarikan siswa dalam pembelajaran di SMA Negeri 4 Sidoarjo, menurut informasi guru Seni Budaya disebabkan kurangnya motivasi karena matapelajaran seni budaya dianggap tidak penting, dan terbatasnya buku-buku pendukung.

Berdasar kondisi tersebut penulis ingin lebih lanjut mendalami dan mencari tahu lebih mendalam permasalahan bagaimana kondisi siswa saat melakukan proses berkarya. Lalu memberikan solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai upaya untuk mengatasi rendahnya minat siswa untuk menggambar dengan memberikan wawasan secara tepat kepada siswa.

Pemberian wawasan kepada siswa ini

dilaksanakan menggunakan kurikulum dan materi ajar yang telah disusun. Pemberian wawasan yang tepat dibutuhkan utamanya dalam mendukung misi pendidikan salah satunya melalui pembelajaran seni budaya (seni rupa).

Materi pembelajaran seni budaya di tingkat Sekolah Menengah Atas saat ini sudah mulai mengajarkan materi tentang kreasi karya seni rupa dua dimensi berdasarkan imajinasi dengan berbagai media dan teknik. Namun peneliti akan lebih memfokuskan materi tentang gambar imajinasi yang bertujuan untuk mencapai Kompetensi Dasar yang sudah ada yaitu: .Berkreasi karya seni rupa dua dimensi berdasarkan imajinasi dengan berbagai media dan teknik’.

Berkreasi seni rupa dua dimensi berdasarkan imajinasi dengan berbagai media dan teknik merupakan Kompetensi Dasar yang tepat untuk menerapkan solusi yang akan diberikan. Terkait dengan KD tersebut membahas karya seni rupa dua dimensi berdasarkan imajinasi dengan berbagai media dan teknik, penulis ingin mencoba menerapkan pengembangan modul materi ‘gambar imajinasi’ yang dibuat oleh penulis untuk mengatasi permasalahan kurangnya minat menggambar pada siswa.

Dengan materi tersebut diharapkan membuat pelajaran seni budaya mampu meningkatkan kemampuan siswa, menarik minat siswa, memotivasi siswa untuk belajar menggambar, mengajarkan siswa untuk belajar mandiri. Dengan adanya pengembangan modul tersebut diharapkan siswa akan memahami lebih dalam materi ‘gambar imajinasi’ sehingga dikemudian hari siswa dapat lebih terlatih untuk berimajinasi dan lebih kreatif.

Lebih lanjut penulis memiliki kesimpulan bahwa pembelajaran mengenai ‘gambar imajinasi’ untuk siswa SMA dengan melalui pengembangan modul diharapkan dapat diajarkan sebagai materi untuk pendalaman bagi siswa SMA. Pembelajaran seni rupa materi gambar imajinasi diharapkan mampu menjadi jawaban atas pertanyaan sebelumnya.

Saat ini di SMA Negeri 4 Sidoarjo sudah memiliki buku ajar tentang pembelajaran seni rupa, tetapi materi gambar imajinasi hanya dibahas secara sekilas saja, atau hanya menjadi satu topik bahasan dalam materi seni rupa dua dimensi berdasarkan imajinasi dengan berbagai media dan teknik. Yang kedua materi tersebut diajarkan dengan jam pembelajaran yang

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170

  159

terbatas, sehingga anak harus belajar diluar jam pelajaran.

Berdasarkan latar belakang identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana konsep, langkah-langkah, dan kelayakan pengembangan modul pembelajaran materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo.

Bertolak dari latar belakang diatas tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan konsep pengembangan modul pembelajaran materi “Gambar Imajinasi” kegiatan pembelajaran seni budaya (seni rupa) di SMA Negeri 4 Sidoarjo, 2) Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan modul “Gambar imajinasi” untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran seni budaya (seni rupa) di SMA Negeri 4 Sidoarjo, dan 3) Mendeskripsikan kelayakan modul Gambar imajinasi untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran seni budaya (seni rupa) di SMA Negeri 4 Sidoarjo. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang merupakan pengembangan ilmu yang sistematis tentang bagaimana merancang, mengembangkan produk, dan mengevaluasi kegunaan produk dengan tujuan mendapatkan data yang empiris sebagai dasar membuat suatu produk yang dapat digunakan. Menurut Sugiyono (2012:297) metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu serta menguji kelayakan dan keefektifan dari produk tersebut sehingga menjadi produk yang dapat dimanfaatkan.

Penulis menggunakan empat tahapan pengembangan yaitu: Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), Dessiminate (Penyebaran) karena keterbatasan penelitian maka penelitian hanya sampai pada tahap pengembangan

Pendekatan dalam penelitian pengembangan ini adalah menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan digunakan karena sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk menghasilkan produk tertentu digunakan

penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dengan survey atau kualitatif, serta untuk menguji keefektifan produk tertentu digunakan metode eksperimen atau kuantitatif. Selain itu pada saat pengambilan data dilapangan, yaitu pada penelitian awal untuk mengumpulkan data bersifat kualitatif. Sedangkan pada tahap uji keefektifan produk dilakukan metode eksperimen yang bersifat kuantitatif.

KERANGKA TEORETIK 1. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Terdapat dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Pertama dilakukan oleh Arofatun tahun 2014 dengan judul Pengembangan Modul Karya Seni Damar Kurung Untuk Pembelajaran seni Budaya kelas XII di Madrasah Aliyah Negeri 1 Gresik. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keadaan siswa kelas X yang hampir 60% kurang begitu paham dan mengenal akan keseniannya sendiri khususnya kesenian Damar Kurung baik dari sejarah, teknik pembuatan, maupun teknik dari karya seni damar kurung, selain itu juga tidak tersedianya media di sekolah MAN 1 Gresik yang membahas materi karya seni Damar Kurung baik itu berupa buku maupun media yang lainnya. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu membahas tentang seni rupa tiga dimensi sedangkan yang akan diteliti membahas tentang seni rupa dua dimensi. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu tentang pengembangan modul yang dilakukan dalam pembelajaran di sekolah.

Penelitian relevan kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Pungki Siregar pada tahun 2017 dengan judul Pengembangan Bahan Ajar “Wawasan Seni Rupa Surabaya” Sebagai Buku Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Rupa di SMP Negeri 40 Surabaya. Penelitian ini dilatarbelakangi masih banyaknya warga kota Surabaya yang tidak mengenal seniman-seniman dikotanya sendiri, dan kurangnya sumber daya manusia yang menguasai serta memiliki kesadaran untuk mengenalkan dunia kesenirupaan yang ada di Surabaya. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu pengembangan modul yang dibuat oleh

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

 Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo

160

peneliti ini akan diterapkan di sekolah, tapi tidak masuk dalam KI, KD dan tidak diajarkan pembelajaran dikelas melainkan di Ekstrakurikuler. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu tentang pengembangan modul.

2. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan-kecakapan dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi (Rusyan, 1989:8).

Salah satu pertanda bahwa seseorang belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Sadiman, 2010:2).

Dijelaskan pula dalam bukunya Siregar (2010:5) belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dalam lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.

Sedangkan menurut Sugihartono (dalam syauqi 2012:3) pengertian pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal.

3. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar

Dikemukakan oleh Ginting (2008: 152) bahan ajar adalah rangkuman materi yang diberikan dan diajarkan kepada siswa dalam bentuk bahan tercetak atau dalam bentuk lain yang tersimpan dalam file elektronik baik verbal maupun tertulis.

Bahan ajar (instructional material) adalah pengetahuan keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Poerwati dan Amri, 2013: 255).

Pendapat Kemp (dalam Iskandarwassid, 2008:221), bahwa materi pelajaran atau bahan ajar (subject content) dalam hubungannya dengan proses menyusun rancangan pengajaran merupakan gabungan antara pengetahuan fakta dan informasi yang terperinci, keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan, syarat-syarat) dan faktor sikap.

Ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan materi pembelajaran atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip yang dimaksud meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan (Amri, 2013: 61).

b. Fungsi Bahan Ajar

Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2008) disebutkan bahwa bahan ajar memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai:

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.

c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

c. Prosedur dan Kriteria Pengembangan Bahan Ajar

Ada enam prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan pembelajaran sebagaimana dijelaskan oleh Jasmadi (2008: 44-49) berikut ini. 1) Penentuan Standar Kompetensi dan Rencana

Kegiatan Belajar-Mengajar 2) Analisis Kebutuhan Modul 3) Penyusunan Draft 4) Uji Coba 5) Validasi 6) Revisi dan Produksi

Sedangkan Widodo (2008: 42) mengemukakan bahwa penyusunan bahan ajar harus disesuaikan dengan kriteria-kriteria secara benar. Kriteria yang harus dipatuhi dalam pembuatan bahan ajar menurut Widodo (2008: 42) adalah:

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170

  161

1) Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti proses belajar mengajar,

2) Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta didik,

3) Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik diri,

4) Disesuaikan dengan program belajar mengajar yang akan dilangsungkan,

5) Didalam bahan ajar telah mencakup tujuan kegiatan pembelajaran yang spesifik,

6) Guna mendukung ketercapaian tujuan, bahan ajar harus memuat materi pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan dan latihan,

7) Terdapat evaluasi umpan balik alat untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik.

4. Modul

Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2009, modul diartikan sebagai unit terkecil dari sebuah mata pelajaran, yang dapat berdiri sendiri dan dipergunakan secara mandiri dalam proses pembelajaran.

Sedangkan menurut Suryosubroto (1983:17) Modul adalah salah satu unit program belajar terkecil yang secara terperinci menggariskan: (a) tujuan intruksional yang akan dicapai, (b) topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, (c) pokok-pokok materi yang akan dipelajari, (d) kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas, (e) peranan guru dalam proses belajar mengajar, (f) alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan, (g) kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan, (h) lembaran kerja yang harus diisi oleh anak dan (i) program evaluasi yang akan dilaksanakan.

Dijelaskan pula oleh Munadi (2013:99) bahwa modul merupakan suatu bahan belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain.

Dijelaskan Amri (2013:98) bahwa modul adalah (a) suatu unit bahan yang dirancang secara khusus sehingga dipelajari oleh pelajar secara mandiri, (b) merupakan program pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, (c) memuat tujuan pembelajaran bahan dan

kegiatan untuk mencapai tujuan serta evaluasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan (d) biasanya digunakan sebagai belajar mandiri.

Menurut Purwanto dalam Agustin (2011:15) mengungkapkan bahwa modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan kemungkinan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.

Menurut Suryosubroto (1983:18) maksud dan tujuan digunakannya modul dalam proses pembelajaran ialah agar: a. Tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efisien dan efektif b. Siswa dapat mengikuti program pendidikan

sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri

c. Siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik dibawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru

d. Siswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan

e. Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar Mengajar.

f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan setiap modul berakhir.

Modul disusun dengan berdasar kepada konsep “mastery learning” suatu konsep yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa seorang siswa tidak diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 80% dari bahan tersebut.

5. Manfaat dan Fungsi Modul

Menurut Agustin (2011:16) ditinjau dari segi kepentingan siswa modul mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Siswa memiliki kesempatan untuk melatih diri belajar secara mandiri;

b. Belajar lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan diluar jam pembelajaran;

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

 Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo

162

c. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya;

d. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul;

e. Mampu membelajarkan diri sendiri; f. Mengembangkan kemampuan siswa dalam

berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber berita lainnya. Secara umum fungsi modul ialah sebagai

bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran siswa. Modul juga diharapkan memberikan petunjuk bagi peserta selama proses belajar, dibawah ini dipaparkan fungsi modul secara khusus.

a. Menyiasati kelemahan pembelajaran konvensional lebih baik banyak menekankan pada aktivitas guru, dimana seorang guru sebagai sumber informasi utama, sedangkan aktivitas siswa lebih banyak menyimak dan mencatat apa yang disampaikan guru. Melalui modul ini siswa diharapkan dapat berupaya untuk mencari dan menggali sendiri informasi secara lebih aktif dan mengoptimalkan seluruh kemampuan potensi belajar yang dimilikinya.

b. Meningkatkan motivasi belajar. Melalui modul, motivasi belajar siswa diharapkan lebih meningkat karena sistem pembelajaran dapat disesuaikan dengan kesempatan dan derap belajarnya masing-masing. Penggunaan modul menurut adanya peningkatan motivasi dalam belajar dan mengkondisikan siswa untuk dapat mencerna tuntas isi paparan.

c. Meningkatkan kreativitas Guru dipacu untuk berkreativitas dalam

mempersiapkan rencana pembelajaran individual. Seorang guru harus mampu berpikir secara kreatif untuk menetapkan pengalaman belajar apa yang tepat diberikan kepada siswa.

d. Mewujudkan prinsip maju berkelanjutan Melalui penggunaan modul, siswa telah menguasai materi pada kegiatan belajar pertama, secara individual dapat melanjutkan kegiatan belajar pertama, secara individual dapat melanjutkan kegiatan berikutnya. Prinsip maju berkelanjutan ini menjadi acuan

yang sangat penting dalam mengembangkan modul. Guru perlu membuat kriteria kelulusan pada setiap kegiatan belajar yang dapat menunjukkan bahwa siswa tersebut bisa melanjutkan belajarnya atau harus kembali kepada belajar sebelumnya.

e. Meningkatkan konsentrasi belajar Modul dapat mewujudkan kegiatan belajar dengan konsentrasi yang lebih meningkat, konsentrasi belajar ini menjadi sangat penting agar siswa tidak mengalami kesulitan pada saat harus menyelesaikan tugas-tugas atau latihan yang disarankan dalam modul tersebut (Agustin, 2011:16-17).

6. Karakteristik Modul

Widodo (2008:50) menjelaskan agar modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, modul harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Self Intructional. Merupakan karakteristik

yang penting dalam modul, dengan karakter tersebut kemungkinan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tegantung pada pihak lain.

b. Self contained. Modul dikatakan Self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.

c. Berdiri sendiri (Stand Alone). Stand Alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

d. Adaptif. Modul hendaknya memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

e. Bersahabat (user friendly). Modul hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya.

7. Struktur dan Bahasa Modul

Amri (2013: 99-100) Menjelaskan dalam bukunya tentang struktur modul yaitu: a. Pendahuluan

Pendahuluan setidaknya memuat lima elemen, yaitu: 1) Tujuan, 2) Pengenalan terhadap topik yang akan dipelajari, 3) Informasi tentang pelajaran, 4) Hasil belajar, 5) Orientasi

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170

  163

b. Kegiatan Belajar Struktur kegiatan belajar dalam modul

meliputi: - Kegiatan Belajar 1: judul

1) Tujuan. 2) Materi pokok. 3) Uraian materi, beri penjelasan, contoh,

ilustrasi, aktivitas, tugas/latihan, rangkuman.

4) Tes mandiri. - Kegiatan belajar 2, antara lain:

1) Aktivitas mental/ pikiran (aktivitas yang memotivasi untuk berpikir).

2) Aktivitas membaca/ menulis (aktivitas yang bersifat memotivasi untuk mau membaca dan menjawab pertanyaan secara tertulis).

3) Aktivitas melakukan tindakan lain (aktivitas yang bersifat memotivasi untuk melakukan kegiatan, penelitian, praktikum, observasi, demonstrasi, tugas pekerjaan rumah).

c. Penutup 1) Rangkuman dan aplikasi 2) Daftar pustaka 3) Kunci tes mandiri Bahasa yang digunakan dalam penulisan

buku dengan penulisan modul berbeda, dibawah ini dijelaskan dalam bukunya Amri, (20013: 100) bahwa bahasa yang digunakan dalam modul harus:

1) Menggunakan bahasa percakapan, bersahabat, komunikatif.

2) Buat bahasa lisan dalam bentuk tulisan. 3) Gunakan sapaan akrab yang menyentuh

secara pribadi. 4) Pilih kalimat sederhana, pendek, tidak

beranak cucu. 5) Hindari istilah yang sangat asing. 6) Hindari kalimat pasifdan negatif ganda. 7) Gunakan pernyataan retorik. 8) Bisa digunakan kalimat santai, dan

ngetrend. 9) Gunakan bantuan ilustrasi untuk

informasi yang abstrak. 10) Berikan ungkapan pujian, memotivasi. 11) Ciptakan kesan modul sebagai bahan

belajaryang hidup.

8. Kurikulum Mata Pelajaran Seni Budaya Berdasarkan UUD No.2 Tahun 1989

kurikulum yaitu seperangkat rancangan dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun sebenarnya kurikulum adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerjasama dengan kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan gedung sekolah dan ruang sekolah (Amri, 2013:34).

Penyusunan kurikulum 2013 merupakan bagian dari lanjutan kurikulum 2006 (KTSP). Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran umum yang wajib diterapkan pada setiap sekolah dan wajib pula ditempuh oleh setiap siswa.

9. Menggambar Imajinasi

Menggambar merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya, penggalian gagasan dan kreatifitas, bahkan bisa menjadi ekspresi dan aktualisasi diri.

Gambar 1. Ilustrasi Gambar Imajinasi Sumber :

https://id.pinterest.com/pin/719239002968550552/

Gambar imajinasi adalah gambar hasil ungkapan seseorang dalam mengembangkan suatu pemikiran yang luas dari apa yang pernah dilihat, didengar, dan rasakan secara mental dan visual.

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

 Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo

164

Contoh Gambar Imajinasi

Gambar 2.10

Gambar Imajinasi Kupu-kupu Sumber :

https://id.pinterest.com/pin/719239002968550552/

Gambar 2.11

Gambar Imajinasi Manusia Sumber :

https://id.pinterest.com/pin/719239002968550552/

Gambar 2.12

Gambar Imajinasi Daun Sumber :

https://id.pinterest.com/pin/719239002968550552/ Dalam menggambar biasanya dibutuhkan

alat dan bahan berkarya, antara lain: pensil, penghapus, penggaris, konte, oil pastel/ crayon, pena / drawing pen, spidol, cat, kertas gambar, kanvas, kuas, palet.

Untuk berkarya seni rupa menggambar imajinasi bisa menggunakan berbagai teknik antaralain: teknik plakat, teknik kolase, teknik transparan, teknik arsir, teknik dusel, teknik pointilis.

Langkah-langkah menggambar gambar imajinasi dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Langkah Menggambar Imajinasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep pengembangan modul ini mengacu pada kurikulum 2013 mata pelajaran seni budaya kelas XII semester 1 yaitu mengangkat materi Gambar Imajinasi sebagai topik utamanya, melalui pendekatan active learning. Dimana anak menjadi subyek pembelajaran, sedangkan guru lebih berperan sebagai falitator.

Kondisi yang ditemui di sekolah SMA Negeri 4, tidak adanya referensi yang mengangkat materi Gambar Imajinasi, serta jam pembelajaran yang terbatas, sehingga anak harus belajar berlatih diluar jam pelajaran, kondisi ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam mempelajari materi Gambar Imajinasi.

Beberapa prosedur pengembangan yang dilkaukan peneliti, merujuk pada penyusunan bahan pembelajaran sebagaimana dijelaskan oleh Jasmadi (2008: 44-49) berikut ini. a. Penentuan Standar Kompetensi dan Rencana

Kegiatan Belajar-Mengajar b. Analisis Kebutuhan Modul c. Penyusunan Draft d. Uji Coba e. Validasi f. Revisi dan Produksi

Secara kondep, untuk menarik minat siswa dan memudahkan siswa dalam mengingat karakteristik modul maka modul ini juga dilengkapi dengan beberapa ikon gambar yang khas. Modul ini juga dilengkapi dengan teknik penilaian dan kunci jawaban yang terletak pada akhir modul sehingga di akhir kegiatan

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170

  165

pembelajaran siswa dapat menilai hasil tes mandirinya secara langsung.

Modul pembelajaran ini berukuran B5 (18,2 X 25,7 cm) dengan jumlah keseluruhan 82 halaman. Program aplikasi computer yang digunakan dalam mendesain modul ini ialah menggunakan Corel Draw X4 dan Microsoft Word.

a. Judul Modul Judul modul pada penelitian ini ialah

Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi”, judul tersebut memiliki daya tarik sendiri karena melalui materi Gambar Imajinasi siswa dapat termotivasi untuk lebih tertarik berkarya/menggambar dengan lebih kreatif.

b. Perumusan Indikator dan Penulisan

Materi Modul Indikator dalam pembelajaran modul ini

mengacu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar seni budaya kelas XII semester 1 yaitu ‘Berkreasi karya seni rupa dua dimensi berdasarkan imajinasi dengan berbagai media dan teknik’, berdasar kompetensi dasar tersebut dapat diuraikan menjadi indikator pembelajaran menggambar Gambar Imajinasi.

Cakupan materi yang dibahas dalam modul berisi tentang pengertian seni rupa dua dimensi, unsur-unsur seni rupa, prinsip-prinsip seni rupa, pengertian menggambar, pengertian imajinasi, pengertian gambar imajinasi, alat dan bahan media berkarya seni rupa dua dimensi, teknik berkarya seni rupa dua dimensi, langkah-langkah menggambar gambar imajinasi.

c. Desain Awal Modul

Berdasar hasil analisis konsep selanjutnya dilakukan pengembangan desain awal modul materi ‘Gambar Imajinasi’ baik terkait aspek: ukuran, jumlah halaman, huruf, warna, sampul depan, sampul depan, dan halaman judul kegiatan belajar. 1) Ukuran dan Jumlah Halaman Modul

Ukuran modul disesuaikan dengan ketentuan BSNP yaitu B5 (18,2 X 25,7 cm). Pertimbangan untuk pemilihan untuk ukuran modul sudah diperhitungkan yakni

dari segi kepraktisan dan untuk meringankan beban siswa pada saat membawa modul.

Jumlah halaman sebanyak 82 halaman yang sebagian besar dicetak bolak balik. Modul dicetak dengan full color untuk menarik minat siswa dalam mempelajari modul pembelajaran materi “Gambar Imajinasi” ini.

2) Huruf dan Warna Yang Digunakan Dalam Modul

Pada sampul depan menggunakan jenis huruf Clarendon Blk BT dan Book Antiqua dengan ukuran yang berbeda-beda. Untuk isi dari materi modul menggunakan huruf Book Antiqua dengan ukuran yang berbeda-beda. Untuk judul dan sub judul menggunakan huruf jenis Clarendon Blk BT ada yang menggunakan bold/dipertebal. Agar lebih mudah dibaca dan diingat oleh siswa.

3) Sampul Depan Sampul depan modul materi “Gambar

Imajinasi” ini didesain sesuai dengan ketentuan BSNP sehingga ditampilkan dengan desain yang simple akan tetapi mempunyai bobot yang tidak kalah dengan desain modul pada umumnya.

Pertama, warna yang digunakan pada sampul cenderung warna hitam, kuning, dan orange karena sasaran buku ini adalah siswa SMA yang pada era sekarang ini cenderung lebih menyukai perpaduan warna netral dan warna yang harmoni, seperti hitam, kuning, orange, dsb.

Kedua, ilustrasi ditampilkan sebuah gambar imajinasi wajah seorang wanita dengan dikerubungi oleh bunga dan dedaunan. Ilustrasi ditampilkan sejelas mungkin agar pembaca lebih mudah dalam mengingat ilustrasi Gambar Imajinasi.

Font (huruf) yang digunakan pada tampilan sampul modul ini yaitu fokus pada font jenis Clarendon Blk BT.

Beberapa item ditampilkan pada sampul depan modul ialah sebagai berikut: Judul modul yaitu Modul Materi ‘Gambar Imajinasi’ sengaja diberi tanda petik. Ilustrasi modul yaitu berupa ilustrasi Gambar Imajinasi, sasaran modul ialah

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

 Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo

166

orang yang akan menggunakan modul materi ‘Gambar Imajinasi’ yaitu siswa SMA/MA kelas XII semester 1, kemudian juga akan dicantumkan nama penulis modul dan kurikulum yang akan dipakai ialah kurikulum 2013.

Berikut tampilan sampul modul yang dikembangkan sesuai dengan deskripsi di atas.

Gambar 3. Sampul Modul Tampak Depan

4) Halaman Judul Kegiatan Belajar Tampilan utama sebelum adanya

materi ialah judul kegiatan belajar. Pada masing-masing kegiatan belajar diberikan ilustrasi gambar sesuai dengan sub tema kegiatan pembelajaran. Sengaja dibuat berbeda pada setiap kegiatan pembelajaran agar memiliki karakter tersendiri. Kemudian yang menjadi pembeda selanjutnya ialah pokok bahasan yang akan dibahas dalam materi pada masing-masing kegiatan belajar.

Gambar 4. Halaman Judul Kegiatan Belajar

1) Ikon Tampilan Modul a. Materi

b. Latihan

c. Rangkuman

d. Tes Mandiri

e. Format Penilaian Tes

Mandiri

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170

  167

5) Sampul Belakang Isi dari sampul belakang ialah judul

dan penjelasan dari isi modul secara garis besar.

.

Gambar 5. Sampul Modul Tampak Belakang

Pada tampilan modul terdapat tulisan “UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA” dengan warna putih dan outline hitam Kemudian setelah mendapatkan saran dari ahli desain, maka disarankan untuk menghilangkan outline hitam pada tulisan tersebut. Kemudian letak logo UNESA dan tulisan “UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA” pada sampul belakang yang berada pada rata kiri setelah mendapatkan saran dari ahli desain, maka disarankan untuk menempatkannya pada rata tengah biar selaras dengan tulisan yang ada diatasnya.

Pada halaman judul kegiatan belajar hanya terdapat Indikator Pencapaian dan Materi Pembelajaran, masukan dari ahli materi, disarankan untuk menambahkan Tujuan Pembelajaran pada setiap halaman judul kegiatan belajar. Untuk mendesain modul tidak hanya memperhatikan estetikanya, akan tetapi fungsi dari gambar maupun desain.

Berikut tampilan modul sbelum direvisi dan setelah direvisi berdasarkan masukan dari validator ahli media dan ahli materi.

Sebelum Sesudah

Gambar 6. Halaman Judul dan Bagian Isi

Buku Modul

Berdasarkan telaah yang dilakukan, dihasilkan modul yang siap divalidasi oleh tiga validator meliputi ahli materi (Dosen Seni RupaUNESA) , ahli media (Dosen Desain Grafis UNESA), dan guru seni budaya SMAN 4 Sidoarjo untuk memperoleh kelayakan teoritis.

Grafik 1. Kelayakan Isi

Berdasarkan hasil validasi dari Kelayakan Isi terkait dengan Cakupan dan Akurasi materi, Kemutakhiran, Merangsang keingintahuan, Mengembangkan wawasan kontekstual

27%

73%

0%

KELAYAKAN  ISI

SangatLayak

Layak

TidakLayak

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

 Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo

168

menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan 73% kriteria memiliki kategori layak, dan 27% sangat layak.

7%

93%

0%

KEBAHASAAN

SangatLayak

Layak

TidakLayak

 Grafik 2. Kalayakan Kebahasaan  

Berdasarkan hasil validasi dari

Kebahasaan terkait dengan Kesesuaian tingkat perkembangan peserta didik, Komunikatif, Dialog interaktif dan Lugas, Komperehensif dan Ketentuan Alur Pikir, Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia, Penggunaan istilah simbol atau lambang menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan 92% kriteria memiliki kategori layak, dan 7% sangat layak.

  Grafik 3. Kelayakan Penyajian Berdasarkan hasil validasi dari

Penyajian terkait Teknik penyajian, Pendukung penyajian materi, Penyajian pembelajaran menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan 53% kriteria memiliki kategori layak dan 46% sangat layak.

81%

Layak19%

Tidak Layak

1%

UKURAN BUKU

SangatLayak

Layak

Tidak Layak

 Grafik 4. Kalayakan Ukuran Buku

Berdasarkan hasil validasi dari

Ukuran Buku terkait Ukuran fisik bahan ajar, Tata letak sampul bahan ajar, Huruf yang digunakan dalam buku, Ilustrasi sampul, Unsur tata letak (layout) harmonis, Unsur tata letak (layout) Lengkap, Tipografi isi buku memudahkan pemahaman menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan 19% kriteria memiliki kategori layak dan 80% sangat layak.

Berdasarkan hasil validasi diperoleh skor rata-rata kelayakan isi 3,53; kebahasaan 3,46; penyajian 3,73; ukuran buku 3,85 Berdasarkan empat kriteria kelayakan teoritis tersebut diperoleh rata-rata keseluruhan 3,64 dengan persentase 91% menunjukkan modul Sangat Layak.

1.2 Komentar dan Saran Validator

Berikut dipaparkan hasil komentar dari validator ahli materi, ahli media.

1. Ide dan konsep sudah bagus dengan mengangkat materi Gambar Imajinasi.

2. Konsisten penggunaan ikon untuk membedakan masing-masing isi bagian buku.

3. Frame garis putus-putus diubah ke warna yang lebih soft agar tulisan didalamnya terlihat lebih tajam.

4. Pada setiap kegiatan belajar disarankan terdapat Tujuan Pembelajaran

5. Tulisan “UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA” pada sampul yang awalnya ada outline warna hitam, setelah mendapatkan masukkan maka diubah tanpa outline.

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

Jurnal Seni Rupa, Volume 8 Nomor 3 Tahun 2020, 157–170

  169

6. Penempatan tulisan “UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA” diubah dengan rata tengah.

7. Ukuran buku diperbesar menjadi ukuran B5. 8. Gramasi kertas diperberat menjadi 80 gram. 1.3 Komentar dan Saran Guru Seni Budaya

Secara umum modul pembelajaran ini sudah memenuhi kriteria dan tatacara penulisan modul yang benar. Penggunaan tata bahasa, penyajian gambar dan konsep keilmuan juga sudah baik, kesesuaian dengan materi dan kurikulum juga sudah sesuai.

Yang mungkin perlu di kembangkan adalah kedalaman materi, misalkan contoh-contoh yang di pakai sebagai perangsang ide gagasan baru, literatur , sumber pendukung baik yang berupa video ataupun gambar2 karya mungkin bisa di tambahkan. Semoga dengan adanya modul ini semakin bisa menumbuhkan sikap apresiatif, semakin terasah dalam pemahaman tentang estetika dan mampu memunculkan ide ide kreatif.

Secara umum tata cara penulisan baik pemilihan huruf, penempatan ilustrasi, penyusunan kata, dan tata letak sudah sesuai dengan kaidah tata cara penulisan sehingga modul ini mudah untuk di pahami. Pemilihan warna dan ilustrasi yang menjadi pendukung modul ini tidak terkesan berlebihan sehingga masih fokus pada materi yang di sajikan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konsep pengembangan modul ini mengacu pada kurikulum 2013 mata pelajaran seni budaya kelas XII semester 1 dengan mengangkat materi Gambar Imajinasi sebagai topik utamanya dengan pendekatan active learning. Tahapan pengembangan buku modul menggunakan tahapan yaitu 1) Tahap Pendefinisian (Define) yang dilakukan beberapa tahap yaitu analisis ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, hasil analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran, 1) Tahap Perancangan (Design) yang terdiri dari pemetaan kompetensi inti dan kompetensi dasar, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, judul modul, format penyusunan modul, perumusan indikator dan penulisan materi modul,

desain awal modul yaitu terkait: ukuran dan jumlah halaman modul, huruf dan warna yang digunakan dalam modul, sampul depan, halaman judul kegitan belajar, ikon tampilan modul, serta sampul belakang. 3) Tahap Pengembangan (Develop) yang menghasilkan: hasil validasi instrumen penelitian, hasil validasi ahli materi, hasil validasi ahli media, hasil penilaian modul oleh guru mata pelajaran seni budaya. Dari desain awal modul draft I memperoleh penilaian modul oleh ahli materi dan ahli media. Hasil penilaian modul oleh ahli materi memperoleh skor 138 (81%) yang menunjukkan bahwa modul termasuk dalam kategori baik dan ahli media mendapatkan skor 114 (95%) yang dapat menunjukkan bahwa modul termasuk dalam kategori sangat baik Penilaian oleh guru seni budaya menunjukkan baik, dengan skor 283 (96%). Berdasar hasil pengembangan dan validasi kelayakan modul sudah layak digunakan dalam pembelajaran disekolah karena modul pembelajaran ini memiliki manfaat yang baik bagi siswa yakni mempermudah siswa dalam mempelajari materi Gambar Imajinasi.

Saran Berdasarkan simpulan yang telah diperoleh dari penelitian ini maka dapat disarankan: 1) kepada sekolah untuk lebih mengembangkan media untuk siswa mencari referensi belajar diluar jam mata pelajaran, 2) bagi peneliti berikutnya perlu adanya tindak lanjut pengembangan media yang mengangkat materi Gambar Imajinasi selain modul untuk memotivasi serta meningkatkan minat berkarya siswa dan mempermudah siswa dalam mencari referensi buku atau mencari media dalam mempelajari materi Gambar Imajinasi. REFERENSI

Berikut Daftar Pustaka yang digunakan sebagai referensi dari penulisan penelitian pengembangan ini yang diambil dari berbagai sumber yakni: Arofatun. 2014. Pengembangan Modul Karya Seni

Damar Kurung Untuk Pembelajaran Seni Budaya Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Gresik.

Pungki Siregar. 2017. Pengembangan Bahan Ajar “Wawasan Seni Rupa Surabaya” Sebagai Buku Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Rupa Di SMP Negeri 40 Surabaya.

Rajendra Dewi Paramita. 2019. Pengembangan Audio

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL MATERI “GAMBAR IMAJINASI” DI ...

 Pengembangan Modul Materi “Gambar Imajinasi” di SMA Negeri 4 Sidoarjo

170

Visual Interaktif Pembelajaran Menggambar Model Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Wonoayu.

A. Tabrani Rusyan, dkk. 1989. Pendekatan Dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abdurrahman Ginting. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Arini, Sri Heramwati dkk. 2008. Seni Budaya. Jakarta: Direktorat Pembinaan.

Belawati, Tian. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Divapress.

Endah Loeloek Poerwati dan Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B, dkk. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran: Sebuah pendekatan Baru. Jakarta: Referensi.

Oxford Advanced Leaner’s Dictionary. (2005). Oxford: Oxford University.

Paulina, dkk. 1997. Pendidikan Sebagai Sistem. Jakarta: Departemen Pendidikan.

Ruhimat, Toto. Dkk, (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja. Garfindo Persada.

Sachari. 2004. Seni Rupa dan Desain. Jakarta: Erlangga.

Siregar, Sofyan. 2010. Metode Penelitian dan Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sobandi. 2008. Model Pembelajaran Dan Apresiasi Seni Rupa. Jakarta: Grafindo Persada.

Sofan Amri, S.Pd. 2013. Pengembangan Dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran Dengan Modul. Yogyakarta: Bina Aksara.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.

Pengembangan bahan Ajar dan Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor 5 tahun 2009.

Muatan seni budaya sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan.

http://media-bersama-irmayani.blogspot.com/

2014/06/defenisi-bahan-ajar-pentingnya-bahan.html

https://ilmuseni.com/seni-rupa/pengertian-seni-rupa-2-dimensi

https://www.senibudayaku.com/2017/03/gambar-ekspresif-pengertian-asas-dan-kegunaan.html