Page 1
PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI
TRIGONOMETRI BAGI SISWA KELAS X
JURNAL
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana pendidikan
Disusun Oleh:
Arifatul Masruroh
202013005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
Page 6
PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI
TRIGONOMETRI BAGI SISWA KELAS X SMK
Arifatul Masruroh1, Kriswandani
2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro52-60, Salatiga, 50711
1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]
2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Blended Learning pada materi trigonometri
bagi siswa kelas X SMK N 1 Bancak. Model Blended learning adalah model pembelajaran yang
mengkombinasikan antara face to face learning dan online learning. Aspek yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah desain model blended learning dimana kegiatan pembelajaran disesuaikan
dengan karakteristik siswa dan penyediaan media yang tepat. Model Blended learning dikembangkan
dengan menggunakan aplikasi edmodo sebagai sarana pembelajaran secara online dan LKS sebagai
panduan face to face learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian R&D dengan menggunakan
model pengembangan ADDIE (analysis, desain, development, implementation and evaluation).
Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas X TKJ SMK NEGERI 1 Bancak. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian meliputi lembar validasi model pembelajaran dan materi, soal pretest dan
posttest, lembar kepraktisan, dan lembar pendapat siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 1) uji
valid diperoleh hasil analisis validasi model blended learning pada materi trigonometri sebesar
83,704% yang termasuk dalam kategori baik dan aspek materi memperoleh persentase sebesar
82,105% yang termasuk dalam kategori baik; 2) uji praktis diperoleh hasi sebesar 79,79% termasuk
dalam kategori baik; 3) uji efektif diperoleh hasil bahwa model blended learning efektif digunakan
sebagai model pembelajaran pada materi trigonometri karena terjadi peningkatan hasil posttest siswa
sebesar 0,701 dengan menggunakan aturan perhitugan N Gain termasuk dalam kategori tinggi.
Kata Kunci: Model Blended Learning, Trigonometri, Siswa Kelas X SMK
PENDAHULUAN
Teknologi komunikasai saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan teknologi komunikasi juga berpengaruh pada proses pembelajaran yakni pada
inovasi pengembangan media pembelajaran yang lebih menarik dan komunikatif. Hal ini
didukung oleh pendapat Bambang (2012) yang menyatakan bahwa teknologi komunikasi
menjadi alat yang sangat diperlukan untuk belajar, khususnya multimedia komputer dan
sumber daya internet. Oleh karena itu, penggunaan teknologi komunikasi dapat
meningkatkan kualitas pendidikan
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan
mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud Republik Indonesia Nomor
Page 7
70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK atau Madrasah Aliyah
Kejuruan. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta
didik; 2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru – peserta didik) menjadi pembelajaran
interaktif (interaksi guru – peserta didik – masyarakat – lingkungan alam, sumber atau media
lainnya); 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh
melalui internet); 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif (pembelajaran siswa
aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); 5) pola
belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); 6) pola pembelajaran alat tunggal
menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola pembelajaran berbasis massal
menjadi kebutuhan pelanggan dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik; 8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak; dan 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran
kritis. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran di SMK menitikberatkan pada pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik, interaktif, pembelajaran secara jejaring, aktif, belajar
kelompok, berbasis alat multimedia, memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik, ilmu pengetahuan jamak dan kritis. Berdasarkan hal tersebut
diketahui bahwa guru dituntut dapat aktif dalam berinovasi dan menciptakan pembelajaran
yang sesuai dengan kurikulum yang telah dirancang untuk memperbaiki mutu pembelajaran
di sekolah.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam Kurikulum 2013 yang
dilaksanakan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Menurut James dalam Wahyudi
(2012:3), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan
konsep yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Setiap bidang pada matematika sangat penting
untuk kehidupan sehari-hari, karena aktivitas yang dilakukan manusia setiap harinya tidak
terlepas dari hitung-menghitung, mengolah data maupun penggunaan bangun-bangun
geometri untuk membuat infrastruktur bangunan maupun keperluan lainnya. Proses interaksi
antara guru dan siswa dalam mata pelajaran matematika disebut sebagai pembelajaran
matematika. Wahyudi (2013:13) mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
memungkinkan seseorang melakukan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut
berpusat pada mengajar matematika. Guru memiliki peran dan kedudukan yang cukup
Page 8
signifikan dalam proses pembelajaran matematika. Guru dituntut dapat memberikan
pembelajaran secara optimal dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa.
Menurut Joyce dalam Rusman (2013: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan–bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau
yang lain. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto
(2012:22) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran tatap muka dengan penggunaan teknologi komunikasi adalah Model Blended
Learning.
Model Blended Learning adalah gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan
secara tatap muka dan secara virtual. Cheung & Hew (2011) menjelaskan Blended Learning
sebagai kombinasi antara face to face learning dan online learning. Senada dengan pendapat
tersebut, Moebs dan Weibelzahl dalam Husamah (2014: 12) mengartikan Blended Learning
sebagai pencampuran antara online dan pertemuan tatap muka (face-to-face meeting) dalam
satu aktivitas pembelajaran yang terintegrasi. Blended Learning juga berarti penggunaan
sebuah variasi metode yang mengombinasikan pertemuan tatap muka langsung dikelas
tradisional dan pengajaran online untuk mendapatkan objektivitas pembelajaran.
Blended learning dapat dikembangkan dengan berbagai strategi sesuai dengan
kebutuhan pendidik dan peserta didik. Menurut Carmer dalam Husamah (2014: 227), terdapat
lima kunci dalam mengembangkan blended learning antara lain: 1) Live Event yaitu
Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkron dalam waktu dan tempat yang sama
ataupun waktu sama tapi tempat berbeda; 2) Self-Paced learning yaitu mengombinasikan
pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri yang memungkinkan pembelajar
belajar kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan berbagai bahan belajar yang
dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-
based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan
belajar tersebut dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online; 3) Collaboration yaitu
mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar maupun kolaborasi antar peserta
belajar yang kedua-duanya bisa bersifat lintas sekolah; 4) Assesment yaitu perancang blended
learning harus mampu meramu kombinasi jenis assesmen yang berupa tes maupun non tes
Page 9
atau tes yang lebih bersifat otentik dalam bentuk proyek, produk, dan sebagainya; serta 5)
Performance Support Materials merupakan bagian yang penting. Sebelum mengombinasikan
pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual pastikan sumber daya untuk
mendukung hal tersebut telah dipersiapkan. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital,
apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline maupun
secara online. Jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning Content Management
System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah
diakses dan sebagainya.
Model blended learning telah dikembangkan dalam penelitian Sutisna (2016) untuk
meningkatkan kemandirian belajar pada pendidikan kesetaraan program paket C dan
penelitian Dwiyogo (2014) untuk meningkatkan hasil pemecahan masalah. Berdasarkan
uraian masalah dan penelitian pendahuluan tersebut maka dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan model blended learning pada materi trigonometri bagi
Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bancak.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Researh and Development).
Menurut Sanjaya (2013: 129), penelitian dan pengembangan adalah proses pengembangan
dan validasi produk pendidikan. Produk pendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dan
pengembangan ini adalah desain model Blended Learning pada materi trigonometri.
Pengembangan mobile learning matematika menggunakan langkah-langkah model ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) yang dikembangkan oleh
Raiser dan Mollenda dalam Pribadi (2011) yang meliputi:
a) Analisis, langkah analisis terdiri dari dua tahap, yaitu analisis kinerja (performance
analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis). Analis kinerja dilakukan untuk
mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan
solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen.
Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan
kemampuan– kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk
meningkatkan kinerja atau prestasi belajar.
b) Desain, merupakan inti dari langkah analisi, yaitu mempelajari masalah dan
menemukan alternatif solusi yang akan ditempuh untuk mengatasi masalah
pembelajaran yang berhasil diidentifikasi pada langkah analisis kebutuhan.
Page 10
c) Pengembangan, merupakan tahap membuat blended learning setelah di desain
berdasarkan kebutuhan siswa kelas X TKJ meliputi silabus, RPP, media pembelajaran,
aplikasi online dimana pada penelitian ini menggunakan aplikasi Edmodo. Blended
learning diuji dalam expert judgement atau uji ahli dengan responden ahli model dan
ahli materi pembelajaran yang akan menunjukkan tingkat kelayakan desain blended
learning yang digunakan sebagai pedoman dalam implementasi pembelajaran pada
tahap selanjutnya.
d) Implementasi adalah penerapan blended learning. Uji lapangan merupakan uji coba di
sekolah dengan siswa sebagai responden. model blended learning diterapkan pada
siswa kelas X TKJ pada materi trigonometri.
e) Evaluasi adalah Proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program
pembelajaran. Evalusi ini dikenal dengan evalusi formatif, yang dilakukan dengan cara
membandingkan hasil belajar yang telah dicapai siswa dengan tujuan pembelajaran
yang telah dirusmuskan sebelumnya. Tahap evaluasi meliputi hasil belajar siswa setelah
penggunaan model blended learning, keefektifan dan kepraktisan model, serta pendapat
siswa mengenai penggunaan model blended learning.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes untuk memperoleh
data dengan menguji kemampuan matematika siswa sebelum dan sesudah dilakukan
implementasi model blended learning. Lembar penilaian model blended learning yang terdiri
dari Lembar validasi ahli model pembelajaran, validasi materi, lembar pendapat siswa dan
lembar kepraktisan model blended learning.
Analisis data pada penelitian ini adalah validasi model blended learning, keefektifan
model blended learning dengan menganalisis lembar kepraktisan dan pendapat siswa,
dampak model blended learning terhadap hasil belajar siswa dengan melakukan analisis uji
normalitas, uji keseimbangan dan analisis peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunaka rumus N-gain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan model ADDIE, proses penelitian dan pengembangan model blended
learning dijelaskan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Analisis, meliputi:
a. Analisis Siswa
Analisis umum ini merupakan analisis siswa yang menggunakan laptop. Penelitian
dilakukan pada siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Bancak. Berdasarkan hasil analisis
Page 11
kelas X TKJ berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki –
laki, dengan keseluruhan siswa menggunakan laptop saat pembelajaran berlangsung.
b. Analisis Sekolah
Berdasarkan pengamatan fasilitas belajar di SMK Negeri 1 Bancak, terdapat jaringan
internet, LCD, Sound system, papan tulis elektronik yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
2. Desain
Tahap desain merupakan inti dari langkah analisis, yaitu mempelajari masalah dan
menemukan alternatif solusi melalui langkah analisis siswa dan sekolah. Berdasarkan hasil
analisis siswa dan sekolah, maka ditentukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Kompetensi Dasar
Penelitian ini dilakukan di kelas X TKJ SMK Negeri 1 Bancak yang telah
menggunakan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Pengembangan blended
learning memperhatikan standar pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Materi
trigonometri untuk kelas X TKJ terdiri dari 3 kompetensi dasar, yang meliputi: 1)
mendeskripsikan konsep perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku melalui
penyelidikan dan diskusi tentang hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam
beberapa segitiga siku- siku sebangun; 2) menemukan sifat-sifat dan hubungan antar
perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku; 3) menerapkan perbandingan
trigonometri dalam menyelesaikan masalah. Konten materi yang ditampilkan pada mobile
learning matematika disesuakan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada
Kurikulum 2013. Penyajian materi diatur secara urut berdasarkan pada urutan proses
pembelajaran.
b. Menentukan Tujuan Belajar
Proses pengembangan Model Blended Learning matematika pada materi trigonometri
disesuaiakan dengan Kurikulum 2013. Tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada
materi trigonometri antara lain; 1) menghitung unsur-unsur yang belum diketahui pada
segitiga siku-siku baik dengan sifat kesebangunan maupun teorema Phytagoras; 2)
menemukan konsep perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku; 3) menentukan
nilai-nilai perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku dengan menggunakan konsep
yang sudah ditemukan; 4) menemukan sifat-sifat dan hubungan antar perbandingan
trigonometri pada segitiga siku-siku; 5) menentukan strategi yang tepat dalam
memanfaatkan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan masalah; serta 6)
Page 12
menentukan tinggi suatu obyek pada kehidupan nyata. Materi dari Model Blended Learning
matematika telah mencakup 6 tujuan pembelajaran sesuai kurikulum 2013.
c. Pemilihan Materi Pembelajaran
Model Blended learning matematika menggunakan materi pembelajaran trigonometri,
dan telah disesuaikan dengan proses kegiatan belajar mengajar siswa di kelas X TKJ SMK
Negeri 1 Bancak. Materi pembelajaran disajikan dalam bentuk modul dengan format isi:
judul, tujuan pembelajaran, materi trigonometri, trik menghafal rumus trigonometri. Selain
dalam bentuk modul materi trigonometri disajikan dalam bentuk power point dan video.
Materi trigonometri yang disajikan dalam model blended learning telah disesuaikan dengan
Kurikulum 2013. Penyajian materi secara urut dari dasar trigonometri meliputi konsep dasar
segitiga, menghitung nilai sudut, perbandingan trigonometri pada segitiga siku–siku, nilai
perbandingan trigonometri pada sudut istimewa dan relasi sudut.
3. Pengembangan
a. Pembuatan Produk
1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Desain perencanaan pembelajaran pada penelitian ini menggunakan model blended
learning. Adapun perencanaan pembelajaran mencakup rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disusun dengan memperhatikan komponen perangkat
pembelajaran, komponen dan karakteristik siswa SMK, serta kunci model blended
learning yaitu 1) Live Event yaitu Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkron
dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda; 2) Self-
Paced learning yaitu mengombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran
mandiri yang memungkinkan pembelajar belajar kapan saja dan dimana saja dengan
menggunakan berbagai bahan belajar yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik
yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar,
audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut dalam konteks saat ini
dapat dikirim secara online; 3) Collaboration yaitu mengkombinasikan kolaborasi, baik
kolaborasi pengajar maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua – duanya bisa
bersifat lintas sekolah; 4) Assesment yaitu perancang blended learning harus mampu
meramu kombinasi jenis assesmen yang berupa tes maupun non tes atau tes yang lebih
bersifat otentik dalam bentuk proyek, produk, dan sebagainya; 5) Performance Support
Materials merupakan bagian yang penting.
Page 13
2) Memilih Teknologi dan Media
Pengembangan model blended learning matematika dalam penelitian ini
menggunakan laptop sebagai media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan di kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Bancak, keseluruhan siswa telah menggunakan
laptop yang dapat digunakan untuk pembelajaran.
3) Pembuatan Aplikasi Online
Aplikasi online yang digunakan dalam Model Blended Learning ini adalah edmodo.
Komponen dalam aplikasi ini adalah:
a) Homepage adalah istilah untuk menyebut halaman pertama web yang berisi daftar
isi sebuah situs web yang muncul jika sebuah situs web diakses, homepage berisi
judul-judul yang dapat dipilih sesuai tujuan halaman yang akan dipilih. Menu home
tampak pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Tampilan menu home pada aplikasi edmodo
b) Progress, yaitu untuk melihat kemajuan pembelajaran siswa berupa nilai dan
lacana. Menu progress tampak pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Tampilan menu progress pada aplikasi edmodo
c) Library di edmodo hampir memiliki fungsi seperti perpustakaan. Perpustakaan
disini adalah perpustakaan data atau file-file yang dikelompokkan dan diupload
sehingga memudahkan ketika membutuhkannya. Library memiliki menu folder
yang nantinya bisa diisi dengan file-file yang diingin dan dapat di dipublikasikan
pada kelompok kelas maupun publik sehingga semua pengguna dapat
membukanya. Menu library tampak pada Gambar 3 berikut:
Page 14
Gambar 3. Tampilan menu library pada aplikasi edmodo
d) Account terdiri dari 4 bagian, yaitu: Profile yang digunakan untuk melihat profil
pengguna edmodo; Setting : digunakan untuk mengatur atau mengubah suatu
tampilan profile, mengganti nama, menambahkan email dan untuk mengubah
password baru; Help digunakan untuk membantu apabila menemukan kesalahan;
Logout digunakan untuk keluar dari akun edmodo. Menu account tampak pada
Gambar 4 berikut:
Gambar 4. Tampilan menu account pada aplikasi edmodo
e) Notifications berfungsi untuk melihat pemberitahuan yang ada pada akun edmodo.
Menu notifications tampak pada Gambar 5 berikut:
Gambar 5. Tampilan menu Notifications pada aplikasi edmodo
4) Pembuatan media pembelajaran, meliputi
a) Video Pembelajaran
Video pembelajaran digunakan untuk memberikan gambaran awal tentang materi
yang akan dipelajari dan video penutup yang berisi lagu tentang materi dan rumus
Page 15
trigonometri untuk membantu siswa dalam memahami dan menghafal rumus
trigonometri. Video pembelajaran tampak pada Gambar 6 berikut:
Gambar 6. Video pembuka pembelajaran dan Lagu Trigonometri
5) Soal evaluasi pembelajaran
Soal evaluasi pada blended learning berisi 4 paket soal mengenai konsep dasar
trigonometri sampai dengan aplikasi dari trigonometri. Evaluasi berupa soal pilihan ganda
yang langsung dapat dikoreksi oleh aplikasi. Dengan evaluasi ini diharapkan dapat
menerapkan apa yang telah dipelajari tentang trigonometri untuk memecahkan persoalan
pada menu quiz tampak pada Gambar 7 berikut:
Gambar 7. Tampilan menu quiz pada aplikasi edmodo
b. Validasi Ahli
Page 16
Validasi ini diperlukan untuk memeriksa apakah produk yang dikembangkan sudah
layak untuk dipakai. Validasi dilakukan oleh dua validator, yaitu validator ahli model dan
validator ahli materi.
1) Data Hasil Validasi Ahli Model
Ahli model menitikberatkan penilaian model terhadap kunci model blended
learning, aspek media dan aspek komponen perangkat pembelajaran. Ahli model yang
menjadi validator produk adalah Febrian Wahyu Chirstanto, S.Kom., M.Cs. Beliau
merupakan dosen dari Fakultas Teknologi dan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang.
Berdasarkan hasil validasi model oleh ahli model diperoleh presentase 83,704% dengan
kategori layak sehingga dapat diinterpretasikan bahwa model blended learning pada
materi trigonometri layak digunakan sebagai model pembelajaran. Kategori baik meliputi
kejelasan karakteristik pembelajaran tatap muka dalam perencanaan pembelajaran,
kecukupan akses belajar mandiri, ketersediaan dukungan bahan belajar cetak maupun
digital dalam pembelajaran dengan model blended learning.
2) Data Hasil Validasi Ahli Materi
Ahli materi menitikberatkan penilaian media terhadap aspek isi/materi dan aspek
pembelajaran dan kebahasaan. Ahli materi yang menjadi validator produk adalah Yuli Isti
Ningrum S.Pd Beliau adalah guru mata pelajaran matematika SMK N 1 Bancak.
Berdasarkan hasil validasi model Blended Learning oleh ahli materi diperoleh presentase
82,105% dengan kategori baik. Kategori baik meliputi materi yang tersedia telah sesuai
dengan konsep materi trigonometri di dalam Kurikulum 2013, disusun secara sistematis,
dan dapat membantu pengguna dalam belajar trigonometri.
c. Revisi Produk
Setelah produk diuji oleh ahli model dan ahli materi, kritik dan saran dari valiadator
menjadi acuan dalam perbaikan dari model blended learning. Saran-saran perbaikan dan
tindak lanjut revisi dari produk model blended learning adalah sebagai berikut.
1) Akun siswa dipersiapkan
Akun siswa dipersiapkan untuk mengecek setiap kiriman tugas, quiz atau
pengumunan sehingga guru dapat mengecek isi dari akun siswa.
2) Aplikasi di android sebagai guru dipersiapkan
Aplikasi Edmodo selain bisa diakses melalui windows juga dapat di akses melalui
android sehingga dapat memudahkan guru untuk selalu mengecek akun setiap saat.
3) Buat penilaian hasil belajar di edmodo
Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan dari setiap siswa.
Page 17
4) Pada video lagu trigonometri pada bagian intro terlalu panjang sehingga perlu
dipotong beberapa detik.
Setelah dilakukan perbaikan terhadap produk, penelitian dilanjutkan dengan uji coba
model blended learning skala kecil.
4. Implementasi, meliputi
a. Uji coba skala kecil
Uji coba model blended learning skala kecil dilakukan pada 8 siswa kelas X yang
diambil secara acak. Uji coba skala kecil dilakukan dengan memberikan model Blended
Learning pada siswa. Pemberian angket kepraktisan dan lembar pendapat siswa mengenai
model Blended Learning diberikan setelah pemberian model. Angket kepraktisan dan
pendapat siswa digunakan untuk mengetahui penilaian dari siswa dalam skala kecil
mengenai kualitas dari model blended learning yang telah dikembangkan sebagai model
pembelajaran sebelum diuji cobakan dalam skala besar.
Berdasarkan hasil analisis angket kepraktisan Model Blended Learning matematika
yang diperoleh persentase sebesar 100% dan termasuk dalam kategori tinggi. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model blended learning matematika pada materi
trigonometri praktis digunakan dalam pembelajaran. Angket ini masih akan diujikan oleh
siswa pengguna Model Blended learning untuk mengetahui kepraktisan model blended
learning pada Uji Lapangan.
b. Uji coba skala besar
Uji coba skala besar dilakukan di kelas X TKJ SMK N 1 Bancak dengan
menggunakan model Blended Learning pada materi trigonometi. Respon siswa terhadap
model blended learning berdasarkan hasil pretest, posttest, lembar pendapat siswa, dan
angket kepraktisan model. Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui penilaian dari
siswa mengenai kualitas dari model blended learning yang telah dikembangkan sebagai
model pembelajaran setelah diuji cobakan dalam skala kecil untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
Pretest merupakan tes untuk mengetahui pemahaman awal siswa sebelum
menggunakan model blended learning yang terdiri dari 10 butir soal. Analisis hasil pretest
merupakan acuan dari kemampuan awal siswa, tahap berikutnya siswa diberikan model
blended learning pada pembelajaran trigonometri. Setelah 3 minggu diberikan pembelajaran
menggunakan model blended learning, siswa diberikan posttest yang terdiri dari 10 butir
soal dengan bobot soal sama dengan pretest yang diberikan sebelumnya. Hasil dari posttest
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pretest sebelumnya untuk mengetahui
Page 18
dampak yang diperoleh dari penggunaan model blended learning. Lembar pendapat dan
angket kepraktisan diberikan terakhir guna mengetahui pendapat siswa sebagai penguna
model blended learning.
5. Evaluasi, meliputi
a. Keefektifan Model blended learning
1) Hasil analisis lembar pendapat siswa
Hasil analisis pendapat siswa disebutkan bahwa model blended learning merupakan
model pembelajaran yang menarik karena menyenangkan dan banyak hal yang bisa
didapatkan. Aplikasi online menarik digunakan sebagai penunjang dalam belajar
matematika siswa karena cara penggunaan aplikasinya mudah dan bisa belajar kapan saja
dan dimana saja. Media yang digunakan dalam model blended learning memudahkan
siswa untuk memahami materi trigonometri.
Keseluruhan siswa menyatakan setuju apabila model blended learning
dikembangkan untuk materi lain karena dapat menarik dan menggunakan media yang
dapat mempermudah siswa dalam belajar matematika dengan menyenangkan. Siswa juga
memberikan pendapat bahwa model blended learning matematika kurang baik jika
jaringan internet pada sekolah kurang lancar.
2) Kepraktisan Model Blended Learning
Berdasarkan hasil analisis angket kepraktisan model blended learning yang
diperoleh dari 8 orang responsden dan juga siswa kelas eksperimen diperoleh persentase
sebesar 79,79% dan termasuk dalam kategori baik. Kategori baik meliputi bahwa model
blended learning menarik digunakan untuk pembelajara trigonometri, media
pembelajaran online membuat belajar menjadi praktis dan tidak terbatas waktu maupun
tempat, model blended learning menarik minat untuk belajar dan tidak membosankan..
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model blended learning matematika pada
materi trigonometri praktis digunakan dalam pembelajaran.
b. Dampak Model Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa
Dampak pemberian model blended learning terhadap hasil belajar siswa di lihat dari
nilai tes. Pemberian tes ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian model pembelajaran.
Selain itu juga dipilih 2 kelas yakni kelas eksperimen yakni kelas yang diberi perlakuan
dengan model blended learning serta kelas kontrol yakni kelas yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran konvensional. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut
1) Deskripsi Hasil Pengolahan Data
Page 19
Berdasarkan hasil pengolahan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas, diketahui
bahwa di kelas eksperimen, nilai rata-rata pretest (37,19) lebih rendah dibandingkan
dengan nilai rata-rata posttest (81,25) dimana peningkatan sekitar 44 point. Hal serupa di
kelas kontrol dimana nilai rata-rata pretest (41,14) lebih rendah dibandingkan dengan nilai
rata-rata posttest (59,43) dimana peningkatan nilainya sekitar 18 point. Jika dibandingkan
nilai rata-rata pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka nilai rerata kelas
kontrol lebih baik dari pada nilai rerata kelas eksperimen dimana selisihnya sangat kecil.
Jika dibandingkan nilai rata-rata postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka
nilai rerata kelas eksperimen lebih baik dari pada nilai rerata kelas kontrol dimana
selisihnya cukup banyak. Untuk mengetahui perbedaan kedua nilai rerata dari kedua kelas
maka dapat digunakan uji beda rerata dan untuk peningkatannya dengan menggunakan N-
Gain.
2) Analisis Data
Analisis uji kesamaan rata-rata pretest bertujuan untuk menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan awal antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum melakukan uji keseimbangan data maka
dilakukan uji normalitas dan homogenitas data.
a) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan pada nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji
normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan 0,05.
Adapun hasil uji normalitas data pretest diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 1. Uji Normalitas nilai Pretest dan Posttest dari Kelas Eksperimen dan Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai Awal
Kelas Kontrol
Nilai Awal Kelas
Eksperimen
Nilai Akhir
Kelas Kontrol
Nilai Akhir Kelas
Eksperimen
N 35 32 35 32
Normal
Parametersa
Mean 41.14 37.19 59.43 81.25
Std. Deviation 13.454 16.507 17.978 13.619
Most
Extreme
Differences
Absolute .202 .130 .207 .182
Positive .168 .106 .135 .162
Negative -.202 -.130 -.207 -.182
Kolmogorov-Smirnov Z 1.195 .736 1.227 1.031
Asymp. Sig. (2-tailed) .115 .650 .098 .239
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh perhitungan uji normalitas nilai pretest menunjukkan
kelas eksperimen dengan nilai signifikansi sebesar 0,650 dan kelas kontrol sebesar 0,115.
Page 20
Begitu juga dengan nilai posttest untuk kelas eksperimen dengan nilai signifikansi 0,239
dan kelas kontrol sebesar 0,098. Tampaklah bahwa nilai signifikansi dari uji normalitas
pretest dan posttest dari kedua kelompok data lebih besar dari pada 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data pretest dan posttest untuk masing-masing kelas berdistribusi
normal. Oleh karena itu, dilakukan uji homogenitas dan uji-t.
b) Uji keseimbangan
Pengujian uji beda rerata dilakukan terhadap nilai pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kontrol, dan nilai sebelum dan sesudah pemberian model blended
learning. Hasil dari uji keseimbangan adalah sebagai berikut
i. Uji keseimbangan kelas eksperimen dan kontrol
Pengujian keseimbangan dua kelas ini adalah pengujian nilai pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas pretest dalam penelitian ini berfungsi
untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Hasil uji
homogenitas dan analisis uji-t nilai pretest dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2. Uji Keseimbangan Kelas Ekperimen dan Kontrol Pretest
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan Uji Levene
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.235>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama
(homogen). Oleh karena telah memenuhi uji normalitas data dan uji homogenitas data
maka dapat disimpulkan kedua kelas tersebut dalam kondisi seimbang. Untuk
memperkuat hasil uji keseimbangan kedua kelompok ini, berdasarkan hasil uji beda
rerata diperoleh nilai signifikan sebesar 0.285>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NIlai
Awal
Equal
variances
assumed
1.439 .235 1.079 65 .285 3.955 3.666 -3.366 11.276
Equal
variances not
assumed
1.069 59.934 .289 3.955 3.700 -3.445 11.356
Page 21
tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kedua kelas tersebut. Berdasarkan
hasil uji normalitas, homogenitas, dan uji-t di atas maka tampaklah bahwa kedua kelas
tersebut memiliki kemampuan awal yang seimbang maka dapat diberikan perlakuan
yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Model Blended Learning
sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran Konvensional.
ii. Uji beda rerata antara kelas eksperimen dan kontrol
Pengujian beda rerata dua kelas ini adalah pengujian nilai posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Uji Beda Rerata antara Kelas Eksperimen dan Kontrol Posttest
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai
Akhir
Equal
variances
assumed
.725 .398 -5.835 65 .000 -20.107 3.446 -26.990 -13.225
Equal
variances not
assumed
-5.851 64.949 .000 -20.107 3.436 -26.970 -13.244
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan Uji Levene
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.398>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama
(homogen). Untuk mengetahui hasil uji beda rerata kedua kelompok ini, berdasarkan
baris Equal Variances Assumed diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000 < 0.05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata antara kelas kontrol
dan eksperimen dimana nilai posttest kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen.
3) Analisis Kualitas Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Untuk menentukan kualitas peningkatan hasil belajar siswa digunakan data gain
ternormalisasi. Hasil perhitungan rata-rata gain ternormalisasi kelas ekperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Rata-rata n-gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa
Kelas uji Jumlah Jumlah Rata – N-Gain Kategori
Page 22
skor siswa rata
Eksperimen Pretest 1190 32 37,19 0,701 Tinggi
Posttest 2600 81,25
Kontrol Pretest 1440 35 41,14 0,311 Sedang
Posttest 2080 59,43
Berdasarkan Tabel 4, rata-rata Gain hasil belajar siswa kelas eksperimen (0,701) tergolong
ke dalam kategori Tinggi. Rata-rata Gain hasil belajar siswa kelas kontrol (0,311)
tergolong ke dalam kategori sedang. Ini berarti bahwa kualitas hasil belajar siswa yang
memperoleh pembelajaran melalui model blended learning pada materi trigonometri lebih
baik di dibandingkan kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran melalui model
pembelajaran konvensional.
KESIMPULAN
Blended learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan antara face to
face learning dan online learning. blended learning dikembangkan dengan menggunakan
aplikasi edmodo sebagai sarana pembelajaran secara online dan LKS sebagai panduan face to
face learning dan telah melalui proses validasi dari aspek keberhasilan model maupun aspek
materi oleh ahli model dan ahli materi. berdasarkan hasil analisis validasi model blended
learning pada materi trigonometri memperoleh persentase sebesar 83,704% yang termasuk
dalam kategori baik dan aspek materi memperoleh persentase sebesar 82,1055% yang
termasuk dalam kategori baik dan layak untuk digunakan sebagai model pembelajaran.
Kepraktisan model blended learning dilihat dari hasil analisis lembar kepraktisan yang
menunjukan persentase sebesar 79,79% termasuk dalam kategori baik. Model blended
learning memberikan dampak terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan hasil uji beda rerata
diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan rerata sebelum dan sesudah diberi model blended learning. Selain itu, berdasarkan
uji N-Gain diperoleh nilai 0,701 yang berarti terjadi peningkatan yang tinggi dari nilai pretest
dan posttest siswa. Siswa menyatakan bahwa model blended learning menarik, tidak
membosankan, dan dapat membantu dalam belajar khususnya materi persamaan trigonometri.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil tersebut adalah model blended learning
pada materi trigonometri layak digunakan sebagai model pembelajaran dan dapat
dikembangkan untuk materi lainya.
Page 23
DAFTAR PUSTAKA
Anan Sutisna. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada
Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar.
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3, Desember 2016
Cheung, W.S dan Khe Foon Hew. 2011. Design and Evaluation of Two Blended Learning
Approaches: Lesson Learned.Australasian Journal of Educational Technology. No. 8.
Volume 27. Hal.1319-1337.
Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi pustaka.
Pribadi, Benni A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Rusman. 2013. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme guru.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Wahyudi dan Kriswandani. 2013. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Salatiga:
Widya Sari Press.
Wasis D. Dwiyogo. 2014. Analisi Kebutuhan Pengembangan Model Rancangan
Pembelajaran Berbasis Blended Learning (PBBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pemecahan Masalah. jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 21, No. 1, April 2014