PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR BERCIRIKAN ETNOMATEMATIKA KELAS V DI SD/ MI SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh: Retma Aulia Arifin NPM 1411100288 Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1440/2019 M
107
Embed
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA …repository.radenintan.ac.id/6497/1/SKRIPSI RETMA AULIA.pdf · PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA
MATERI BANGUN DATAR BERCIRIKAN ETNOMATEMATIKA
KELAS V DI SD/ MI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
Retma Aulia Arifin
NPM 1411100288
Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1440/2019 M
ii
ABSTRAK
Pemanfaatan media pembelajaran adalah salah satu yang mempengaruhi
efektifitas proses pembelajaran yang berdampak positif terhadap hasil belajar
peserta didik. Berdasarkan hasil pra-penelitian dengan melakukan observasi,
wawancara dan dokumentasi didapatkan bahwa dalam pembelajaran matematika
di kelas, pendidik belum menggunakan media pembelajaran matematika berupa
miniatur rumah adat Lampung bercirikan etnomatematika. Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan media pembelajaran miniatur rumah adat Lampung yang
bercirikan etnomatematika pada materi bangun datar dan menjelaskan cara
pengembangan media pembelajaran matematika miniatur rumah adat Lampung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model
penelitian 4D yaitu tahap pendefinisian (Define), tahap perancangan (Design),
tahap pengembangan (Develop), tahap penyebaran (Disseminate). Pengambilan
uji coba dilakukan di SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung dan MIN 7 Bandar
Lampung. Hasil penilaian adalah penilaian ahli materi yang terdiri dari dosen dan
pratisi pendidikan memberikan skor 81,11% dikategorikan sangat layak, ahli
media memberikan skor penilaian 79,46% dikategorikan layak, dan ahli budaya
memberikan skor penilaian 80,00% dikategorikan sangat layak. Pada uji coba
tahap respon peserta didik dengan skor rata-rata yang diperoleh 3,53 pada uji
kelompok kecil dan 3,32 pada uji kelompok besar yang termasuk dalam kriteria
“sangat menarik”.Dapat disimpulkan bahwa pengembangan media pembelajaran
miniatur rumah adat Lampung bercirikan etnomatematika dikategorikan sangat
layak dan menarik digunakan dalam pembelajaran ditingkat SD sederajat pada
materi bangun datar.
Kata kunci: Media Pembelajaran, Bangun Datar, Etnomatematika
v
MOTTO
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi
dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”1
(Q.S Al-Imran :96)
.
1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta:Darul
Sunnah,2012),h.119
vi
PERSEMBAHAN
بسم هللا الر حمن الر حيم
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
atas segala limpahan karunia, berkah dan rahmat-Nya. Maka dengan ketulusan
hati dan penuh kasih sayang, kupersembahkan karya ilmiah sederhana ini kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ibu dan Ayah. Ibu Tuti Herawati, beliau adalah sosok
wanita yang terpenting dalam hidupku. Beliau yang senantiasa menyayangiku
dan selalu membimbingku tanpa ada kata lelah, letih dan bosan, yang telah
mengajariku arti hidup yang sesungguhnya, dukungan dan motivasi secara
moril dan materil yang membuat diri ini semangat dan kembali bangkit ketika
terjatuh dan gagal, serta doa suci yang tak pernah putus darinya yang
menghantarkanku hingga ke titik akhir ini. Ayah Zainal Arifin, beliau adalah
sosok pria yang luar biasa dalam keluarga. Sosok kepala rumah tangga yang
tak pernah kenal lelah dalam menghidupi keluarga serta memberikan
kecukupan dalam hidup. Dukungan dan motivasi baik berupa moril maupun
materiil serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah yang dapat
membuatku kuat dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.
Etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio. Seorang
matematikawan Brazil pada tahun 1977. Ia mengistilahkan matematika
yang dipraktekkan oleh kelompok budaya seperti kelompok perkotaan,
pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu, atau
masyarakat adat sebagai etnomatematika. Pada tahun 2001 D‟Ambrosio
mengungkapkan bahwa etnomatematika melengkapi upaya dari guru dan
siswa dalam pembelajaran matematika sekolah formal dalam memberikan
makna kontekstual yang relevan. Etnomatematika sebagai fenomena
matematika menurut Bishop (1994) dibagi menjadi enam kegiatan
mendasar yang selalu dapat ditemukan pada sejumlah kelompok budaya.
Keenam fenomena matematika tersebut adalah aktivitas:
menghitung/membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain
dan menjelaskan28
. Melalui pemikiran D‟Ambrosio tersebut, sebuah studi
dalam pendidikan matematika kini telah dikembangkan untuk membawa
proses pembelajaran kearah yang optimal sekaligus menjaga warisan
kebudayaan masyarakat setempat. Studi tersebut dinamakan dengan study
ethnomathematics dengan harapan bahwa peradaban manusia, seperti
28
Kadek Rahayu Puspadewi “Etnomatematika di Balik Kerajinan Anyaman Bali” , (jurnal
Matematika Vol. 4 No. 2, Desember 2014. ), h. 80.
33
halnya tulang punggungnya, lahir menjadi peradaban yang indah, adil dan
bermartabat. Study ethnomathematics adalah suatu kajian yang meneliti cara
sekolompok orang pada budaya tertentu dalam memahami,
mengekspresikan dan menggunakan konsep-konsep serta praktik-praktik
kerbudayaan yang digambarkan oleh peneliti sebagai sesuatu yang
matematis. Dengan lahirnya etnomatematika, seseorang dapat melihat
keberadaan matematika sebagai suatu ilmu yang tidak hanya berlangsung di
kelas semata. Etnomatematika merupakan matematika yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu kebudayaan tertentu. Etnomatematika
dipersepsikan sebagai lensa untuk memandang dan memahami matematika
sebagai produk budaya. Budaya yang dimaksud disini mengacu pada bahasa
masyarakat, tempat, tradisi, cara mengorganisir, menafsirkan,
konseptualisasi, dan memberikan makna terhadap dunia fisik dan sosial.
Menurut Indah Rachmawati, dalam penelitiannya menerangkan
bahwa etnomatematika adalah cara-cara khusus yang digunakan oleh suatu
kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktifitas matematika.
Dimana aktivitas matematika adalah aktivitas yang didalamnya terjadi
proses pengabstrakan dari pengalaman nyata ke dalam kehidupan sehari-
hari kedalam matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas,menghitung,
mengukur, merancang, bangunan ataau alat, membuat pola, membilang
menentukan lokasi permainan, menjelaskan dan sebagainya.29
29
Putri, L. I. “ Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana Sebagai Sumber Belajar
Matematika Pada Jenjang MI”, Jurnal Pendas, 4(1). Januari 2017, hal. 23
34
Mengacu pada pendapat diatas matematika merupakan suatu
bentuk budaya. Matematika sebagai bentuk budaya, sesungguhnya telah
terintegrasi kepada seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun
berada. Hakekatnya matematika merupakan teknologi simbolis yang
tumbuh pada ketrampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya.
Jadi etnomatematika merupakan matematika yang tumbuh dan
berkembang dalam kebudayaan tertentu. Budaya yang dimaksud disini
mengacu pada kumpulan norma atau aturan umum yang berlaku
dimasyarakat, kepercayaan dan nilai yang diakui pada kelompok
masyarakat yang berbeda pada suku atau kelompok bangsa yang sama.
Tujuan dari adanya etnomatematika adalah untuk mengakui
bahwa, ada cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dengan
mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang telah
dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta mempertimbangkan
modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktek
matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur,
merancang, bangunan atau alat, bermain dan lainnya).30
Shirley berpandangan bahwa sekarang ini bidang etnomatematika,
yaitu matematika yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan
sesuai dengan kebudayaan setempat, dapat digunakan sebagai pusat proses
pembelajaran dan metode pengajaran, walaupun masih relatif baru dalam
dunia pendidikan. Istilah etno menggambarkan semua hal yang membentuk
30 Rachmawati,I. Op.Cit hal. 4
35
identitas budaya suatu kelompok, yaitu bahasa, kode, nilai-nilai, keyakinan,
makanan dan pakaian, kebiasaan, dan sifat-sifat fisik. Sedangkan
matematika mencakup pandangan yang luas mengenai aritmetika,
mengklasifikasikan, mengurutkan, menyimpulkan, dan modeling.
Etnomatematika berfungsi untuk mengekspresikan hubungan antara budaya
dan matematika. Dengan demikian, etnomatematika adalah suatu ilmu yang
digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari sebuah
budaya.31
Tujuan penelitian etnomatematika secara umum adalah untuk
mendapatkan persepektif lain terhadap matematika dan pelajaran
matematika. Pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model
pendekatan pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas peserta didik
dengan berbagai ragam latar belakang budaya yang dimiliki,
diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu dan dalam
penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian.
Pembelajaran berbasis budaya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui
budaya.
31 Marsigit, Rahayu Condromukti,,” Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis
Etnoomatematika”, (Jurnal Matematika Vol. 2 No.1, 2016), h.22
36
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rubhan Masykur
bahwa bahan ajar berbasis etnomatematika sangat menarik untuk hasil
belajar siswa.32
Sehingga penelitian etnomatematika harus selalu
dikembangkan sebagai bentuk kekayaan matematika dan budaya. Dengan
adanya jembatan baru etnomatematika dapat menimbulkan berpikir kritis
siswa terhadap soal-soal yang diberikan.
8. Kebudayaan
Kebudayaan= cultuur (bahasa Belanda)= culture (bahasa Inggris)=
tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan lain “Colere” yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah dan bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture
sebagai “segala daya dan aktifitas manusia untuk mengelolah dan
mengubah alam”. Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal
dari bahasa Sansekerta “Budhayah” yakni bentuk jamak dari budhi yang
berarti budi atau akal. Jadi kebudayaan adalah hasil budi atau akal manusia
untuk mencapai kesempurnaan hidup33
. Pandangan Ki Hadjar Dewantara
tentang kebudayaan :
“Betapa pentingnya peran pendidikan di dalam kebudayaan menurut
pemikiran Ki hadjar Dewantara dapat kita lihat dalam sistem among yang
berisi mengajar atau mendidik. Tugas lembaga pendidikan bukan hanya
mengajar atau menjadikan orang pintar dan pandai pengetahuan dan cerdas
32
Aini, E. P, Masykur, R, & Komarudin, K. (2018). Handout Matematika Berbantuan
Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal. Desimal: Jurnal Matematika, 1(1), 73-79, h.1 33 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2015), h. 14
37
tetapi mendidik berati menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam
kehidupan, agar supaya kelak manusia yang berpribadi yang beradap dan
bersusila. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa manusia adalah makhluk
beradab dan berbudaya yang sanggup dan mampu menciptakan segala
sesuatu yang bercorak luhur dan indah, yakni yang disebut kebudayaan”.
Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan nasional dengan
demikian mempunyai dua fungsi yaitu memperkenalkan kepada peserta
didik atau masyarakat sekitar mengenai unsur-unsur kebudayaan nasional
yang dapat memelihara dan mengembangkan identitas Indonesia.
Matematika bisa dikaitkan dengan kebudayaan. Artefak merupakan karya
peradaban matematika berupa monument atau sejarah. Contohnya adalah
penemuan artefak zaman Mesir kuno yang mana matematika ditulis di
daun lontar yang diberi nama Papyurs.
9. Materi Bangun Datar
a. Pengertian Bangun Datar
Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh
garis-garis lurus atau lengkung. Bangun datar juga merupakan sebuah
bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis.
Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut
menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Misalnya:
38
- Bidang yang dibatasi oleh 3 ruas garis, disebut bangun segitiga.
- Bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun
segiempat.
- Bidang yang dibatasi oleh 5 ruas garis, disebut bangun
segilima dan seterusnya.
b. Macam-macam dan sifat-sifat Bangun Datar
1. Persegi
Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama
panjang dan keempat sudutnya merupakan siku-siku. Panjang
AB=BC=CD=DA. Panjang sisi persegi disebut sisi(s).34
A B Titik putar
Simetri lipat
Simetri lipat
C D
Simetri lipat Simetri lipat
Gambar 2.9 Persegi
34
Grasindo, Kuasai Materi Matematika sd kelas IV,V,VI, (Jakarta : PT Grasindo, 2014),h.
49
39
Sifat –sifat Persegi
1) Mempunyai 4 sisi (AB,BC,CD, dan AD).
2) Mempunyai 4 titik sudut ( .
3) Keempat sisinya sama paanjang. (AB= BC= CD= AD)
4) Memiliki dua pasang sisi sejajar.
5) Memiliki 4 sumbu simetri.
6) Memiliki simetri putar tingkat 4.
7) Keempat sudutnya siku-siku (90 .
8) Diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak lurus.
2. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat yang sisi-sisinya
berhadapan sama panjang dan keempat sudutnya merupakan sudut
siku-siku.
diagonal A B
diagona
D C
titik/sumbu putar simetri lipat simetri lipat
Gambar 2.10 Persegi Panjang
40
Sifat-sifat Persegi Panjang
1) Mempunyai 4 sisi (AB,BC,CD,dan AD).
2) Mempunyai 4 titik sudut (
3) Mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar dan sama
panjang (AB//CD dan AD=BC).
4) Keempat sudutya siku-siku.
5) Memiliki 2 sumbu simetri (simetri lipat).
6) Memiliki simetri putar tingkat dua.
7) Kedua diagonalnya berpotongan membagi dua bagian
sama panjang.
3. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi tiga buah garis
yang ujung-ujung nya saling bertemu dan membentuk sudut.
C
A B
Gambar 2.11 Segitiga
41
Sifat –sifat Segitiga
1) Mempunyai 3 sisi
sisi AB, sisi BC, sisi CA
2) Mempunyai 3 titik sudut
A , B , C
3) Jumlah ketiga sudutnya 180 derajat.
4) Mempunyai 3 simetri putar dan 3 simetri lipat.
4. Trapesium
Trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi
berhadapan sejajar. Trapesium ABCD mempunyai sisi sejajar AB
dan CC dan dituliskan AB/CD. Sisi trapesium adalah AB,BC, CD,
dan DA.
A B
Diagonal
C D Diagonal
Gambar 2.12 Trapesium
42
Sifat-sifat Trapesium
1) Mempunyai sepasang sisinya sejajar dan sepasang
sisi yang lain sama panjang AB//DC dan AC=BD
2) Mempunyai dua pasang sudut yang sama besar
A = B dan C = D
3) Kedua diagonalnya sama panjang
AC = BD
4) Tidak memiliki simetri putar.
B. Kerangka Berpikir
Penelitian dimulai dengan peneliti melakukan pra penelitian di SDN
Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung. Pra peneitian ini dilakukan untuk
memperoleh data kebutuhan peserta didik dan potensi yang ada di sekolah
berupa media pembelajaran matematika berupa miniatur rumah adat Lampung
bercirikan etnomatematika. Hasil dari pra penelitian di SDN Negeri 2
Sukarame Bandar Lampung adalah bahwa di sekolah tersebut, pendidik belum
menggunakan media pembelajaran rumah adat lampung sebagai bahan ajar
untuk materi bangun datar. Pendidik hanya menggunakan buku cetak sebagai
bahan ajar, sehingga pendidik belum memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar mandiri dan belum dikaitkan dengan etnomatematika.
Selanjutnya peneliti mulai ke tahap perancangan yaitu dengan mulai membuat
media pembelajaran miniatur rumah adat Lampung bercirikan
43
etnomatematika. Kemudian setelah peneliti membuat rancangan produk awal,
peneliti melakukan tahap pengembangan dengan melakukan validasi kepada
validator ahli. Peneliti melakukan validasi yang bertujuan untuk mengetahui
kelayakan miniatur rumah adat Lampung Validator ahli terdiri dari ahli media
dan ahli materi. Jika miniatur rumah adat Lampung yang divalidasi belum
mencapai kriteria kelayakan, maka peneliti harus merevisi atau memperbaiki
miniatur rumah adat Lampung hingga validator menyatakan bahwa miniatur
rumah adat Lampung yang dikembangkan telah layak dan tidak perlu
dilakukan revisi kembali.
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah yang dilakukan oleh
Elma Purnam Aini, Komarudin dan Ruhban Masykur, dengan judul penelitian
Handout matematika berbantuan Etnomatematika berbasis budaya lokal, hasil
penelitiannya adalah bahan ajar yang dikembangkan mempunyai kriteria valid,
praktis dan menarik sehingga bahan ajar dapat digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar.35
Perbedaan pada penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar
berupa Handout Matematika, sedangkan persamaanya adalah sama-sama
mengaitkan materi matematika dengan etnomatematika sebagai bentuk
penanaman nilai budaya peserta didik.
35
Aini, E. P, Masykur, R, & Komarudin, K. (2018). Handout Matematika Berbantuan
Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal. Desimal: Jurnal Matematika, 1(1), 73-79, h.1
44
Latifah Septi Cahyati dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan
inovasi pendekatan budaya didalam pembelajaran matematika itu sangat
membantu peserta didik dalam belajar serta mengenal budayanya sendiri dan
dalam pembelajaran sangat menarik untuk digunakan.36
. Persamaan pada
penelitian yang dilakukan Latifah Septi Cahyati adalah sama-sama melakukan
penelitian dalam pendekatan budaya di dalam pembelajaran matematika,
perbedaanya adalah dalam penelitian Pengembangan Media Pembelajaran
Matematika bercirikan Etnomatematika adalah peneliti memeneliti media
pembelajaran miniatur pada rumah adat Lampung yang dikaitkan dengan
kurikulum 2013.
Rini Herlina dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada rumah adat
Limas Palembang terdapat banyak konsep Etnomatematika seperti bidang datar
misalnya lingkaran, persegi, persegi panjang dan bangun ruang misalnya
balok,kubus, trapesium, limas terpancung dan sebagainya.37
Persamaan Penelitian
terhadap penelitian Etnomatematika dalam Budaya Rumah Adat Palembang
adalah sama-sama mengaitkan etnomatematika dalam budaya rumah adat dan
konsep matematika pada bidang datar ,sedangkan perbedaanya adalah peneliti
meneliti pengembangan media pembelajaran miniatur rumah adat Lampung yang
dikaitkan dengan kurikulum 2013.
36
Latifah Septi Cahyati, “ Etnomatematika Pada Candi Borobudur” (Jurnal Matematika,
Vol.3 No.5 2016), h.27. 37 Rini Herlina” Etnomatematika Dalam Budaya Rumah Adat Palembang”, (Jurnal
Matematika, Desember 2013), h 849.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung.
dan MIN 7 Bandar Lampung. Penelitian dilakukan pada bulan Januari dan
disesuaikan dengan jadwal pembelajaran utuk mata pelajaran matematika kelas V
di SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lamppung tahun ajaran 2018/2019.
B. Model Pengembangan
Penelitian merupakan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang didapat
dari kegiatan pencariaan, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah yang
bertujuan untuk meningkatkan tingkat ilmu serta teknologi. Penelitian dilakukan
untuk mengamati, mengkaji, menganalisa, dan mendeskripsikan data tentang
bagaimana penyusunan media pembelajaran matematika bercirikan
etnomatematika, kemenarikan media pembelajaran matematika dan untuk dapat
mendeskripsikan data yang ditemukan peneliti dari lapangan, maka dari aspek
pendekatan metodologi, penelitian ini menggunakan metode penelitian research
and development atau penelitian dan pengembangan.
Research and Development atau penelitian dan pengembangan diartikan
sebagai proses untuk menghasilkan produk baik mengembangkan ataupun
menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggung jawabkan.
46
Produk yang ingin dihasilkan harus menggunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk agar dapat berfungsi di
masyarakat luas. Jadi peenelitian dan pengembangan bersifat longitudinal
(bertahap bisa multy years)38
. Kegiatan research and development dilakukan pada
tahap keutuhan pengguna juga pada proses pengembangan produk untuk
mengumpulkan data dan analisis data. Sedangkan development terlihat pada
produk yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian pengembangan perangkat 4D (Four D Model) dari Sivasailam
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan
4D dipilih karena merupakan model pengembangan yang disarankan dalam
pengembangan perangkat pembelajaran.39
Model pengembangan 4D yaitu :
Gambar 3.1 Langkah-langkah Model 4d
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D (Bandung: cvalfabeta,2015), h. 297 39
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi Dan Implmentasi Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Bumi aksara,2015). h. 93
Define Design Develop Disseminate
47
Model yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa miniatur
rumah adat Lampung bercirikan etnomatematika materi bangun datar kelas V
yang dapat digunakan sebagai bahan belajar peserta didik. Subjek uji coba produk
pada penelitian ini adalah:
1. Uji ahli media yaitu seorang dosen matematika yang ahli dalam bidang
desaign.
2. Uji ahli materi yaitu dosen matematika yang belatar belakang ilmu
matematika.
3. Uji kelompok kecil terdiri atas 10 peserta didik yang dipilih secara
heterogen. Dan uji kelompok besar terdiri dari 30 peserta didik.
4. Uji respon pendidik yaitu dua orang guru mata pelajaran matematika.
C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
pengembangan perangkat 4D (Four D Model). Model pengembangan 4D dipilih
karena merupakan model pengembangan yang disarankan dalam pengembangan
perangkat pembelajaran.40
Model 4D terdiri dari 4 Langkah umum. Adapun
tahapannya yaitu:
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap ini yaitu dengan melakukan observasi lapangan dengan mencari
kebutuhan pelajaran dan potensi yang ada dilapangan.
2. Tahap Perancangan (Design)
40 Ibid, h. 93
48
Tahap perencanaan dengan memilih media pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik kemudian membuat rancangan produk awal
3. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap ini melakukan pengembangan dengan memvalidasi produk awal
yang telah dirancang kepada validator kemudian revisi produk.
4. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Tahap ini yaitu dengan menyebarluaskan produk yang telah direvisi
kelapangan. Yaitu ke SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung dan MIN 7
Bandar Lampung.
Prosedur pengembangan dapat dilihat pada gambar 3.2
Identifikasi
Masalah
Analisis Situasi
Pendefinisian
Kebutuhan
pembelejaran
1. Observasi kondisi
pembelajaran
2. Melihat
kelengkapan media
dan kondisi peserta
didik.
Perencanaan Produk
Pemilihan media
pembelajaran
Membuat rancangan produk
yang telah ditetapkan
Pengarahan Proses
Dosen ahli
Kegiatan merancang
produk dan menguji
validitas produk secara
berulang-ulang sampai
dihasilkan produk sesuai
dengan spesifikasi yang
ditetapkan.
Design
Define
Development
49
Penerapan
Penyebarluasan media pembelajaran
Gambar 3.2 Tahapan Model 4-D (Four D Model)
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.peneliti menyebarkan angket
untuk memperoleh data sesuai kebutuhan peserta didik maupun
pendidik41
. Pada penelitian ini peneliti menyebarkan angket sebanyak dua
kali yaitu:
a) Angket validasi ahli, yang diberikan kepada ahli materi dan ahli media.
b) Angket respon pengguna, disebarkan kepada peserta didik dan pendidik,
setelah dilakukan pengembangan produk dan kemudian diuji kepada
peserta didik untuk mengetahui kemenarikan produk yang telah
dikembangkan.
41
Ibid , h. 193-194.
Disseminate
50
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk meneliti
kondisi awal untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti.
Wawancara dilakukan dengan mewawancarai pendidik tentang adanya
sarana dan prasarana yang ada di sekolah seperti, sumber belajar, model
belajar, yang digunakan oleh pendidik.
3. Dokumentasi
Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data
berupa foto kondisi peserta didik saat uji coba produk.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini ialah
menggunakan lembar validasi berupa angket berdasarkan skala likert untuk
mengukur sikap, persepsi dan pendapat seorang atau sekelompokorang
terhadap potensi dan permasalahan suatu objek, rancangan suatu objek,
rancangan suatu produk, proses membuat produk, dan produk yang telah
dikembangkan. Lembar validasi terdiri dari 3 macam yaitu:
1. Lembar validasi ahli
Pada data validasi ahli, menganalisis hasil penilaian ahli terhadap
pengembangan miniatur rumah adat Lampung bercirikan etnomatematika
pada materi bangun datar.
2. Lembar respon peserta didik
Angket digunakan untuk mengetahui respon seseorang terkait sebuah
permasalahan. “Kuesioner juga dikenal sebagai angket. Pada dasarnya
51
angket merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh orang
yang akan di ukur (responden).42
3. Lembar respon pendidik
Instrumen ini disusun untuk memperoleh data mengenai respon pendidik
terhadap pengembangan miniatur rumah adat Lampung yang dapat
digunakan untuk bahan ajar dalam proses pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknin analisis data berupa:
1. Validasi data miniatur rumah adat Lampung
Uji validasi produk pengembangan terdiri dari uji ahli materi,uji
ahli media, dan budaya. Uji validasi bertujuan untuk menilai kelayakan
produk yang dikembangkan sebagai salah satu media pembelajaran.
Penilaian uji media dan uji materi dilakukan menggunakan pengisian
lembar penilaian43
.
Instrumen yang digunakan memiliki 4 jawaban, sehingga skor penilaian
total dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Dengan:
42
Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
h. 42. 43
Sugiyono, Op.Cit. h. 94.
∑
x 4
52
Keterangan: = rata-rata akhir
xi= jumlah skor jawaban penilaian
n= jumlah validator
Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban dapat dilihiat dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Skor penilaian Validasi ahli
Skor Pilihan Jawaban Kemenarikan
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup Baik
1 Kurang Baik
Hasil penilaian oleh ahli tersebut diubah menjadi kualitatif dengan
menggunakan kriteria penilaian pada skala model rating scale yakni skala
4 pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Persentase Keidealan44
Skor Keidealan Miniatur Kriteria
0 < P ≤ 25 % Sangat Kurang
25 % < P ≤ 50% Kurang Layak
50 % < P ≤ 75 % Layak
75 % < P ≤ 100 % Sangat Layak
= ∑
n
Keterangan :
= rata-rata
44 Riduwan, Dasar-Dasar Statistika (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 73.
53
= nilai uji responden
n = banyaknya responden
2. Analisis data respon pendidik dan peserta didik
Analisis data respon pendidik dan peserta didik ini merupakan uji
kemenarikan, kemanfaatan, dan kemudahan produk oleh peserta didik
kelas V peniliaian dilakukan dengan menyebarkan angket kepeserta didik
dan pendidik. Skor penilaian dapat dlihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Skor penilaian Uji coba45
Skor Pilihan Jawaban Kemenarikan
4 Sangat Menarik
3 Menarik
2 Kurang Menarik
1 Sangat Kurang Menarik
Setelah menghitung rata-rata skor penilaian dapat dilihat kriteria uji coba
kemenarikan dapat dilihat seperti tabel 3.4
Tabel 3.4
Kriteria untuk Uji Coba46
Skor Kualitas Miniatur bercirikan
etnomatematika
Pernyataan kualitas Aspek
Kemenarikan
3,26 Sangat Menarik
2,51 3,26 Menarik
1,76 2,51 Cukup Menarik
1,00 Kurang Menarik
45
Ibid. 46 Ibid, h.72
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul pengembangan media pembelajaran matematika pada
materi bangun datar bercirikan etnomatematika kelas V di SD Negeri 2 Sukarame Bandar
Lampung. Produk yang dihasilkan yaitu media pembelajaran miniatur rumah adat
Lampung yang bercirikan etnomatematika. Penelitian ini termasuk dalam penelitian
pengembangan (Research and Development). Suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan yang dikembangkan melalui
suatu proses atau langkah-langkah disebut dengan Research and Development. 1 Model
penelitian atau pengembangan yang digunakan peneliti adalah 4D, yang terdiri dari 4
tahapan yaitu tahap pendefinisian (Define),tahap perancangan (Design), tahap
pengembangan (Develop), tahap penyebaran (Disseminate). Tahap-tahap dari model 4D:
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian yaitu untuk menetapkan dan mengidentifikasi masalah
dalam pembelajaran. Tahap pendefinisian menjadi dasar perancangan miniatur
rumah adat Lampung materi bangun datar bercirikan etnomatematika di SD
Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung. pada tahap ini, melakukan analisis pada
guru, peserta didik silabus, KI, KD dan materi yang sudah maupun sedang
berjalan di SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung dan MIN 7 Bandar