-
1
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA
MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
UNTUK SISWA KELAS VII
SMPN 7 MUARO JAMBI
SKRIPSI
Oleh
LILI MARFITA
NIM. TM. 140720
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
-
i
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA
MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE
UNTUK SISWA KELAS VII
SMPN 7 MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
LILI MARFITA
NIM. TM. 140720
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
-
ii
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini yang pertama dan utama kepada
Ayahanda Mursalin
dan Ibunda Halimah Tun Sakdiah tercinta yang telah melahirkan
dan
membesarkanku dengan penuh kesih sayang, perhatian dan
pengorbanan yang
tiada henti, serta doa yang tak pernah putus.
Adikku Lena Maryani, LiaWismarini dan Leylia Maritza tercinta,
terimakasih
telah menjadi penyemangat kakak disaat mengerjakan skripsi
ini
Terimakasih kepada saudara-saudaraku, paman, bibi dan
sahabat-sahabatku yang
telah memberiku semangat dan motivasi sehingga saya dapat
menyelesaikan
skripsi ini
sahabat-sahabat seperjuangan IMMATIK 2014 terkhusus IMMATIK 2014
B yang
telah banyak membantu dan orang-orang yang mencintai ilmu
pengetahuan.
-
vi
MOTTO
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu,
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka
lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan,
“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa
yang
kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujādalah: 11). (Anonim, Al-Qur’an
dan
Terjemah, 2014, hal. 543)
-
vii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul:”Pengembangan lembar Kerja Siswa
Menggunakan
Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi”.
Kemudian
tak lupa pula penulis haturkan Shalawat berangkaian salaam
kepada pejuang sejati
kita Nabibesar Muhammmad SAW, keluarga sahabat, dan pengikut
beliau yang
telah membawa agama Islam hingga saat ini, semoga kita mendapat
syafa‟atnya di
akhirat nantinya Aamiin.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu
(S1) pada
jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian
skripsi ini
banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi baik
moril maupun
materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan terima
kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin
Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Drs. Sunarto, M.Pd selaku Ketua Prodi Tadris Matematika
UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Drs. Alfian, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Marni
Zulyanty, M.Pd
selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan
pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Hurmaini, M.Pd dan Ibu Rima Meslita, S.Si, M.Pd
selaku
dosen validator sebelum melakukan tes dilapangan.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Prodi Tadris Matematika yang
telah
memperlancar urusan penulisan skripsi ini.
-
viii
7. Bapak Drs. Evi Swinto selaku Kepala SMPN 7 Muaro Jambi yang
telah
memberikan kemudahan kepada penulisan dalam memperoleh data
di
lapangan.
8. Ibu Dini Adriani, S.Pd selaku guru matematika di SMPN 7 Muaro
Jambi.
9. Sahabat-sahabatku yang telah menjadi farthner diskusi dalam
menyusun
skripsi ini, yaitu Andefa Nurzalia, Dandanah, Eva Fitria,
Musallima, Nur
Azizah, Rika Agustin dan Wiwien Agustin yang telah memberikan
motivasi
serta semangat tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong
bagi Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat GMC yaitu Meliza Dian, Tri Martini, Nengsih, Mayatul
Husna, Hera
Sakjani yang tiada henti memberikan motivasi serta semangat bagi
penulis
walaupun hanya lewat Handphone.
11. Tak lupa untukmu yang tercinta dan tersayang, terimakasih
selalu dibelakang
dan menjadi pendorong serta penyemangat saat penulis mengeluh
sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang membantu
dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan
bermanfaat
bagi para pembaca khususnya.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan
amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi
pengembangan ilmu. Dengan segala kerendahan hati penulis
menyadari masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga
penulismengharapkan adanya
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Wassalaamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Jambi, 26 Juni 2018
-
ix
ABSTRAK
Nama : Lili Marfita
Program Studi : Tadris Matematika
Judul : Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori
Van
Hiele Untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi
Geometri yakni cabang matematika yang mempunyai peluang lebih
besar
untuk dipahami siswa karena ide-ide geometri sudah dikenal siswa
sejak sebelum
masuk sekolah. Namun, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa
siswa masih
mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan
soal-soal geometri.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka diperlukan bahan ajar yang
dapat
mempermudah interaksi antara siswa dan materi, mengaktifkan
keseluruhan
indera siswa, ringkas dan kaya tugas serta melatih kemandirian
siswa yang berupa
Lembar Kerja Siswa dengan teori van hiele yang memperhatikan
level berfikir
geometri siswa dan merupakan teori khusus dalam belajar
geometri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan LKS yang
dikembangkan pada level 0 dan 1 untuk siswa kelas VII SMPN 7
Muaro Jambi
pada materi segitiga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model
3D,
yaitu define, design, dan development. Pengembangan ini
dilakukan dengan
analisis kurikulum, materi dan peserta didik. Kemudian
dikembangkanlah bahan
ajar berdasarkan hasil analisis. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah angket penilaian ahli materi dan ahli desain, angket
persepsi guru dan
siswa, soal tes teori Van Hiele, lembar observasi aktivitas
siswa, dan tes hasil
belajar.
Hasil pengembangan dilanjutkan dengan tahap validasi ahli materi
dengan
rerata skor validasi 60% “cukup valid” dan ahli desain LKS serta
desain
pembelajaran dengan rerata skor total 76,84% “valid”.
Selanjutnya tahap uji coba
melibatkan persepsi guru matematika dan siswa dengan rerata
nilai 76,7% “cukup
praktis” dan 88,15% “praktis”. Terakhir uji coba lapangan untuk
efektifitas
produk, pada subjek diperoleh analisis hasil belajar siswa 90,6%
siswa berada di
atas KKM, dan terjadi peningkatan pemahaman geometri siswa,
serta rerata hasil
observasi aktifitas siswa 3,03 “baik”. Hasil penelitian ini
memaparkan. Kemudian
LKS dikatakan berkualitas baik karena memenuhi indikator
kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan. Sehingga LKS ini dapat digunakan
guru matematika
SMP pada materi segitiga.
Kata Kunci: LKS, Teori Van Hiele, Pendekatan Saintifik.
-
x
ABSTRACT
Name : Lili Marfita
Study Program : Tadris Mathematics
Title : Development of student worksheets using Van Hiele theory
for
grade VII SMPN 7 Muaro Jambi
Geometry have a great opportunity for students to comprehend the
material
because the ideas of geometry have been known by the student
since they before
school, such as lines, fields and spaces. However, the fact in
this class showed that
there are some students which still have difficulty in studying
and solving the
exercise about geometry. Based on the causes it is necessary
some teaching
materials to make easy the intreraction between student and
material. Activate all
of the sense of students, concise and rich task also train
student independence with
material from LKS used van hiele theory which gave attention for
level of
thinking geometry students. This research have purposed to know
the validity,
practically, and effectivelly the LKS which developed at level 0
and 1 for class
VII SMPN 7 Muaro Jambi to triangle material .
The types of the research was used research developed with 3D
model, that is
define, design and development. The development were done with
analysis the
curriculum, materials based on the result of the analysis. The
instrument that are
used in this research were questionnaire of material expert and
design expert,
questionnaire of teacher and student perception, van hiele
theory test, student
activity observation sheet, and test of learning result. The
characteristics of the
LKS where the material substance is relevant to KD, the
existence of instructional
guidance, brief and clear sentences, and guides students to
study regularly and
clearly through the learning phases of van hiele and the
scientific approach.
The result of development continued with validation stage of
material expert
with mean validation score of 60% “valid enough” and LKS design
expert and
instructional design with average score of 76.84% “valid”.
Furthermore, the best
phase involves the perception of math and student teachers with
a mean of 76.7%
“practical” and 88.15% “practical”. Last field trials for
product effectiveness, on
the subject obtained analysis of student learning outcomes 90.6%
of students are
above the KKM, and an increase in understanding of student
geometri, as well as
average observation results of student activities 3.03 “good”.
The results of this
study describes. Then LKS is said to be of good quality because
it meets the
validity, practicality, and effectivelly indicators. So this LKS
can be used by SMP
mathematics teacher on triangle material.
Keywords: LKS, Van Hiele Theory, Scientific Approach.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
........................................................................................
i
NOTA DINAS
.................................................................................................
ii
PERNYATAAN ORISINILITAS
....................................................................
iv
PERSEMBAHAN
............................................................................................
v
MOTTO
...........................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
vii
ABSTRAK
.......................................................................................................
ix
ABSTRACT
.....................................................................................................
x
DAFTAR ISI
....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR
.......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
...................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................
1
A. LatarBelakangMasalah
............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah
....................................................................
6 C. Batasan Masalah
.........................................................................
6 D. RumusanMasalah
........................................................................
7 E. TujuanPenelitian dan Manfaat Penelitian
................................... 7 F. Spesifikasi Produk yang
diharapkan ........................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
.........................................................................
9
A. Konsep Pengembangan Model
................................................... 9 B.
KajianTeoritik
.............................................................................
11
1. Bahan Ajar
.............................................................................
11 2. Lembar Kerja Siswa
............................................................... 13
3. Teori Van
...............................................................................
16 4. Pendekattan Saintifik
.............................................................
22
C. HasilPenelitian yang Relevan
..................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
...............................................................
29
A. Tempat dan Waktu Penelitian
..................................................... 29 B.
Karakteristik Sasaran Penelitian
................................................. 20 C. Pendekatan
dan Prosedur Pengembangan ...................................
22
1. Analisis Kebutuhan
............................................................... 30
2. Rancangan Pengembangan
................................................... 31 3. Prosedur
Pengembangan
....................................................... 31 4. Uji
coba/ Validasi, Evaluasi, Revisi Model ..........................
33 5. Implementasi Model
.............................................................
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
...................................................... 48
A. Hasil Pengembangan Model
....................................................... 48 1. Tahap
Define
.........................................................................
48 2. Tahap Design
........................................................................
51
-
xii
3. Tahap Develop
......................................................................
54 B. Kelayakan Model
........................................................................
55
1. Hasil Validasi
........................................................................
55 2. Revisi Hasil Validasi
............................................................ 62
C. Efektivitas Model
........................................................................
64 D. Pembahasan
................................................................................
74
BAB V PENUTUP
........................................................................................
86
A. Kesimpulan
.................................................................................
86 B. Saran
...........................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................
88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
...............................................................................
91
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Tahapan Berfikir Van Hiele
............................................. 18
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Materi
............................ 36
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain LKS
................... 37
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain
Pembelajaran ..... 38
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Penilaian Guru Terhadap LKS
............................ 40
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Penilaian Siswa Terhadap LKS
........................... 41
Tabel 3.6 Kriteria Jawaban Item Instrumen beserta Skornya
......................... 43
Tabel 3.7 Interval Kevalidan
............................................................................
43
Tabel 3.8 Interval Kepraktisan
.........................................................................
44
Tabel 3.9 Ilustrasi Penentuan Level Van Hiele
............................................... 46
Tabel 3.10 Klasifikasi Nilai Rata-rata
..............................................................
47
Tabel 4.1 Hasil Validasi Materi
.......................................................................
55
Tabel 4.2 Hasil Validasi Desain LKS
..............................................................
58
Tabel 4.3 Hasil Validasi Desain Pembelajaran
................................................ 58
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Guru
.......................................................................
61
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa
....................................................... 65
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tampilan LKS yang Dimiliki Siswa
............................................ 3
Gambar 2.1 Penyederhanaan Model Pengembangan 4-D menjadi 3-D
.......... 10
Gambar 4.1 Tampilan Daftar Isi Sebelum dan Sesudah Revisi
...................... 63
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kerja Siswa
.....................................................................
91
Lampiran 2 Hasil Validasi Ahli Materi
............................................................
122
Lampiran 3 Hasil Validasi Desain
...................................................................
125
Lampiran 4 Angket Persepsi Guru Validasi beserta Hasil
............................... 129
Lampiran 5 Angket Persepsi Siswa Validasi beserta Hasil
............................. 133
Lampiran 6 Tes Van Hiele beserta Kunci Jawaban
......................................... 137
Lampiran 7 RPP Validasi
.................................................................................
146
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 1
............................................ 158
Lampiran 9 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 2
............................................ 159
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 3
........................................... 160
Lampiran 11 Lembar Observasi Aktifitas Siswa 4
........................................... 161
Lampiran 12 Kisi-kisi Soal formatif
.................................................................
162
Lampiran 13 Soal Formatif
...............................................................................
164
Lampiran 14 Hasil Validasi Tes Formatif
......................................................... 167
Lampiran 15 Tes Hasil Belajar
.........................................................................
168
Lampiran 16 Hasil Tes Geometri Siswa
............................................................ 171
Lampiran 17 Surat Keterangan Riset Dari Sekolah
.......................................... 173
Lampiran 18 Dokumentasi …………………………………………………… 175
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran yang
tersusun secara beraturan, logis,
berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit.
Menurut (Shadiq,
2014:5) Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau
mathema yang
berarti „belajar atau hal yang dipelajari‟, sedang dalam bahasa
Belanda disebut
wiskunde atau „ilmu pasti‟. Fitriati dan Sopiana (2015:42)
mengatakan bahwa
matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan
penting baik
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
pengembangan ilmu
pengetahuan lain sehingga matematika perlu diberikan pada setiap
jenjang
pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi.
Salah satu cabang matematika yang diajarkan di sekolah adalah
geometri.
Sebagaimana pendapat Safrina, dkk (2014:10) bahwa geometri itu
merupakan
cabang matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan,
baik pada
jenjang pendidikan sekolah dasar hingga diperguruan tinggi.
Geometri merupakan
bagian matematika yang sangat dekat dengan siswa, karena hampir
semua objek
visual yang ada disekitar siswa merupakan objek geometri.
Berdasarkan data
TIMSS 2011 yang disusun oleh Setiadi, dkk (2012:15-16)
persentase
perbandingan antara aspek matematika yang harus dikuasai siswa
yaitu Bilangan
(15%), Aljabar (37%), Geometri dan Pengukuran (41%), Statistika
dan Peluang
(7%).
Geometri merupakan salah satu bidang kajian matematika yang
memperoleh
porsi terbesar untuk dipelajari siswa dan memiliki peranan
penting dalam proses
pembelajaran matematika siswa SMP di sekolah, karena geometri
digunakan oleh
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan
pendapat Yeni
(2011:64) yang menyatakan bahwa rasionalnya pelajaran geometri
digunakan oleh
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, aspek praktis dan
keindahan (estetika)
dapat ditemukan dalam bidang seni dan arsitektur, eksplorasi
ruang, perencanaan
rumah, perencanaan bangunan, desain pakaian (mode) serta desain
mobil.
-
2
Meskipun demikian, bukti di lapangan menunjukkan bahwa
kenyataannya
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari,
memahami
dan menyelesaikan soal-soal. Seperti hasil penelitian Clemments
dan Battista
yang melakukan penelitian pada siswa SMP kelas VII dengan temuan
bahwa: (1)
hanya 64% dari 52 siswa yang mengetahui bahwa persegi panjang
adalah jajar
genjang; (2) 50% siswa tidak menyukai masalah pembuktian; (3)
siswa lebih baik
menyelesaikan permasalahan yang disajikan visual dibanding
secara verbal.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sehatta Seragih tahun
2003
mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian pada siswa kelas VII
diketahui
bahwa secara umum siswa belum memiliki kemampuan yang baik
dalam
mengenal sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap jenis segitiga
(dalam Sujadi,
2013:180-181). Berdasarkan laporan TIMSS oleh Setiadi, dkk
(2012) dapat
dipahami bahwa kemampuan geometri siswa SMP di Indonesia masih
sangat
rendah, yaitu hanya berkisar antara 10% - 30% siswa yang mampu
menjawab soal
geometri dengan benar. Bukti empiris itulah yang menunjukkan
bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri,
mulai tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa di SMP
masih banyak siswa yang belum memahami konsep-konsep
geometri.
Guru sangat berperan dalam proses pembelajaran, penerapan model
dan
metode pembelajaran serta penggunaan media saat pembelajaran
dapat
mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
Guru harus
mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan
menarik. Berbagai upaya yang harus dilakukan guru untuk
meningkatkan
pemahaman serta aktifitas siswa yang dapat mengoptimalkan
kegiatan
pembelajaran di sekolah salah satunya memilih dan menyusun
materi
pembelajaran. Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005,
mengisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi
pembelajaran
sendiri. Namun pada kenyataannya tidak semua guru mau dan
mampu
mempersiapkan serta merancang hal-hal yang dibutuhkan untuk
menunjang
proses pembelajaran tersebut, terutama dalam hal sumber belajar
(bahan ajar).
Guru lebih cenderung memilih bahan ajar yang sudah jadi, tinggal
beli, tinggal
-
3
pakai tanpa upaya merencanakan, menyiapkan dan menyusunnya
sendiri dengan
alasan kurang produktif, merepotkan dan tidak memiliki
kesempatan ataupun
kurang berpengalaman dalam merancang media pembelajaran, dengan
demikian
sangat memungkinkan jika bahan ajar yang mereka pakai belum
tentu sesuai
dengan keadaan sekolah dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis di SMP N 7
Muaro Jambi
guru dalam proses belajar mengajar biasanya menggunakan Buku
Paket
Matematika yang disediakan sekolah. Selanjutnya guru juga sudah
menggunakan
LKS dalam proses pembelajarannya namun LKS yang digunakan masih
umum.
Perhatikan gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1 Tampilan LKS yang dimiliki siswa
Pada gambar 1.1 terlihat bahwa LKS yang digunakan masih umum
hanya
berisi sedikit ringkasan materi yang membuat siswa bingung dan
dilengkapi
dengan latihan-latihan soal yang membuat siswa merasa terbebani,
karena dengan
adanya LKS tersebut akan semakin banyak tugas-tugas yang bisa
diberikan
dengan mudah oleh guru tanpa adanya bimbingan dan pengalaman
belajar secara
langsung dari LKS tersebut. Juga penyajian setiap materi dalam
LKS ini monoton
-
4
sehingga motivasi dan minat siswa berkurang untuk memahaminya.
Selain itu,
penyajian LKS ini terlihat sama untuk semua materi yang
diajarkan tanpa ada
metode-metode khusus yang digunakan dalam menyajikan materi
tertentu seperti
geometri khususnya materi segitiga yang dapat disajikan dengan
teori khusus
belajar geometri yaitu teori van hiele yang mempertimbangkan
tingkat berpikir
siswa.
Dalam pembelajaran matematika khususnya materi geometri ini,
diperlukan
teori yang tepat sehingga pembelajaran menjadi lebih terstruktur
dan memberikan
peluang yang lebih bagi siswa untuk menemukan ide-ide ataupun
konsep-konsep
geometri bagi diri mereka. Salah satu teori yang dapat digunakan
dalam
pembelajaran geometri adalah teori Van Hiele. Karena, teori Van
Hiele
merupakan teori yang fokus terhadap bidang geometri,
pembelajaran yang
menekankan terhadap perkembangan berpikir atau yang dapat
merespon
kebutuhan semua siswa yang mungkin bervariasi dalam tingkat
berpikir dan
kemampuan geometrinya. Beberapa penelitian memperkuat penggunaan
teori ini,
salah satunya penelitian dilakukan oleh Yadil (2009:88-89)
dengan simpulan
bahwa skenario pembelajaran dengan model Van Hiele yang
digunakan dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
Berlandaskan uraian di atas maka sudah selayaknya seorang
guru
merencanakan, menyiapkan serta menyusun sendiri segala keperluan
yang dapat
mendukung dan mengoptimalkan pembelajarannya. Dalam hal ini
peneliti
menyarankan untuk menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) atau
yang biasa
kita kenal dengan Lembar Kerja Siswa yang disusun berdasarkan
kebutuhan dan
karakteristik siswa yang diajarkan. Karena dengan LKS dapat
mempermudah
interaksi antara siswa dengan materi, bahan ajar yang ringkas
dan kaya tugas
untuk berlatih. Pada dasarnya, bukan hanya pengembangan bahan
ajar yang
melibatkan seluruh indera siswa selama proses pembelajarannya,
namun bahan
ajar seperti LKS harus mempertimbangkan berbagai aspek yang
mempengaruhi
proses pemahaman siswa tersebut. Seperti pendapat Suherman, dkk
(2003:27)
bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya tingkat kedalaman
konsep yang
diberikan pada siswa yang harus disesuaikan dengan tingkat
kemampuannya, cara
-
5
penyampaian materipun demikian pula. Guru harus mengetahui
tingkat
perkembangan mental anak dan bagaimana pengajaran yang harus
dilakukan
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tersebut. Pembelajaran
yang tidak
memperhatikan tahap perkembangan siswa besar kemungkinan
akan
mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang
disajikan tidak sesuai
dengan kemampuannya dalam menyerap materi yang diberikan.
Dalam pengembangannya, berdasarkan paparan di atas maka
pengembangan
LKS yang baik harus mempertimbangkan tingkat berfikir siswa
dalam proses
pembelajaran. Maka pengembangan bahan ajar yang diperlukan siswa
untuk
belajar Geometri adalah LKS yang berbasis teori Van Hiele.
Karena teori ini
merupakan teori belajar khusus di bidang Geometri, yang
mengungkapkan bahwa
ada 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri yaitu tahap
pengenalan
(visualisasi), tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi
dan tahap akurasi.
Menurut Van Hiele, tiga unsur utama dalam pengajaran geometri
yaitu waktu,
materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika
ditata secara
terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada
tingkatan
yang lebih tinggi (Suherman, dkk. 2003:51). Beberapa penelitian
juga
menguatkan teori ini, hal ini berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Nopi
Andini (2017:180) yang memperoleh kesimpulan bahwa dengan
menggunakan
LKS berbasis teori Van Hiele hasil belajar siswa dikatakan baik
dengan persentase
keberhasilan mencapai 85,7% siswa dinyatakan tuntas dan
aktifitas siswa selama
proses pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,07 dalam
kategori “baik” dan
terjadi peningkatan level Van Hiele siswa. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan
oleh Yadil (2009:88-89) yang memperoleh kesimpulan bahwa
skenario
pembelajaran (RPP dan LKS) dengan model Van Hiele yang digunakan
dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
Dengan demikian untuk menyelesaikan permasalahan tentang
kesulitan siswa
pada geometri dapat diselesaikan dengan menggunakan LKS berbasis
teori Van
Hiele. Karena tingkatan berfikir menurut teori van hiele ada 5
maka yang akan
dikembangkan adalah LKS pada level 0 dan 1, berdasarkan
penelitian yang
dilakukan Yadil (2009:82-83) yaitu bahwa siswa SMP dalam belajar
geometri
-
6
tahap tertinggi yang dicapai berada pada tahap berfikir
pengurutan (level 2), dan
sebagian besar mereka berada pada level 0 (tahap pengenalan).
Dan juga
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto (2010:2)
dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan 60 siswa SMP terdapat 1 siswa yang
berada pada
level 0, 54 siswa berada pada level 1, dan 5 siswa sudah dapat
mencapai level 2.
Belum ada siswa yang dapat mencapai level 3.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan LKS dengan teori Van Hiele
dapat
diterapkan dengan langkah-langkah pembelajaran pendekatan
saintifik
berdasarkan pembelajaran pada kurikulum 2013, karena pada
dasarnya salah satu
strategi pembelajaran matematika siswa harus dibawa ke arah
mengamati,
menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan mengapa,
dan kalau
mungkin mendebat (Suherman, 2003:62). Sehingga pada
implementasinya untuk
menyelesaikan kesulitan siswa serta memberikan pembelajaran yang
bermakna
bagi siswa, dapat menciptakan siswa yang aktif, dapat membentuk
keterampilan
yang inovatif, meningkatkan kreatifitas dan tingkat berfikir
geometri siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori
Van
Hiele untuk Siswa Kelas VII SMPN 7 Muaro Jambi”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan latar belakang
masalah di atas, maka masalah yang
dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Masih terbatasnya variasi bahan ajar yang digunakan
2. Bahan ajar yang tersedia belum membuat siswa aktif dan
antusias saat
belajar
3. Kemampuan pemahaman konsep Geometri siswa SMP masih
rendah
4. Masih minimnya LKS matematika yang merpertimbangkan
tingkat
kemampuan pemahaman siswa, seperti LKS berbasis teori Van Hiele
dan
pendekatan saintifik pada materi Segitiga untuk siswa kelas
VII
C. Batasan Masalah
-
7
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi
pokok
masalah sebagai berikut :
1. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini ialah
Lembar Kerja
Siswa (LKS) matematika yang merpertimbangkan tingkat
kemampuan
pemahaman siswa, yakni LKS berbasis teori Van Hiele
2. Menggunakan pendekatan saintifik yang merupakan implementasi
dari
kurikulum 2013
3. Materi yang digunakan adalah Segitiga untuk siswa SMP kelas
VII.
4. Penelitian dilakukan di SMPN 7 Muaro Jambi, dalam judul
tidak
disebutkan karena akan menghasilkan redaksi judul yang
panjang.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka
rumusan masalah yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah validitas pengembangan LKS Menggunakan Teori
Van
Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada
materi
Segitiga?
2. Bagaimanakah praktikalitas pengembangan LKS Menggunakan Teori
Van
Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada
materi
Segitiga?
3. Bagaimanakah efektifitas pengembangan LKS Menggunakan Teori
Van
Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada
materi
Segitiga?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui kevalidan LKS Menggunakan Teori Van Hiele
dan
Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi
Segitiga
b) Untuk mengetahui kepraktisan LKS Menggunakan Teori Van
Hiele
dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII pada materi
Segitiga
-
8
c) Untuk mengetahui keefektifan pengembangan LKS Menggunakan
Teori Van Hiele dan Pendekatan Saintifik untuk siswa Kelas VII
pada
materi Segitiga
2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini
adalah:
a) Bagi guru, dapat memberikan wawasan mengenai LKS dengan
teori
Van Hiele dan pendekatan saintifik yang dapat dimanfaatkan
guru
dalam pembelajaran matematika.
b) Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman
konsep
siswa dalam belajar geometri berdasarkan teori Van Hiele serta
dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan berperan secara
aktif
dalam pembelajaran.
c) Bagi peneliti, sebagai pengalaman pribadi yang berharga
sebagai calon
guru professional yang kedepannya akan dijadikan sebagai
acuan
untuk pembuatan media pembelajaran.
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk dalam
penelitian ini adalah:
1. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini ialah bahan
ajar cetak
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis teori Van Hiele dan
Pendekatan Saintifik.
2. LKS yang dikembangkan berada pada level 0 dan 1.
3. Materi pada LKS yang dikembangkan adalah Segitiga untuk SMP
kelas
VII.
4. Jenis LKS yang dikembangkan ialah jenis LKS yang membantu
siswa
menemukan suatu konsep.
5. Format atau komponen LKS disusun berdasarkan
komponen-komponen
pembuatan LKS yang baik dan benar serta dikembangkan dengan
fase-fase
pembelajaran teori Van Hiele dan langkah-langkah Pendekatan
Saintifik.
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Model Metode penelitian dan pengembangan
(Research and Development) adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013:297). Metode
Research and
Development (penelitian dan pengembangan) dapat diartikan
sebagai suatu proses
atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru
atau
menyempurnakan produk yang lama. Seperti diungkapkan oleh
Mulyatiningsih
(2014:161) penelitian dan pengembangan bertujuan untuk
menghasilkan produk
baru melalui proses pengembangan.
Menurut Sujdana (2001:92) dalam Trianto, untuk melaksanakan
pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model
pengembangan
yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan dengan itu ada
beberapa
model pengembangan pengajaran. Dalam pengembangan perangkat
pembelajaran
dikenal tiga macam model pengembangan perangkat, yaitu Model
Dick-Carey,
Model Four-D dan Model Kemp.
Dalam penelitian ini, model pengembangan yang digunakan adalah
model
Four-D. Model penelitian ini dipilih karena tahapan-tahapan
penelitian dan
pengembangannya sistematis dan terperinci serta sesuai dengan
tahapan-tahapan
penyusunan LKS yang pijakan utama pendidikan di Indonesia
berdasarkan
kurikulum yang telah ditetapkan. Selain itu juga karena model
ini lebih tepat
digunakan sebagai dasar pengembangan perangkat pembelajaran
bukan untuk
mengembangkan sistem pembelajaran, uraiannya tampak lebih
lengkap dan
sistematis, dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli
sehingga sebelum
dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah
dilakukan revisi
berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
Model pengembangan four-D terdiri dari empat tahap, yaitu
pendefenisian
(define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan
penyebaran
-
10
(disseminate). Penelitian ini dilaksanakan hanya sampai tahap
pengembangan
(develop) saja, mengingat keterbatasan waktu dan biaya. Tahapan
pada penelitian
ini digambarkan melalui bagan berikut:
Gambar 2. Penyederhanaan Model Pengembangan 4-D Menjadi 3-D
Keterangan:
: kegiatan yang dilakukan
: garis pelaksanaan
: hasil kegiatan
: pengambilan keputusan
: garis siklus (jika diperlukan)
Define
Analisis karakteristik siswa Analisis materi Analisis
kurikulum
Menentukan KI dan KD Merumuskan tujuan pembelajaran
Design
Draft awal Menyusun penyajian materi/perancangan produk
Development
Draft baru Revisi 1 Validasi ahli Revisi hasil validasi ahli
Draft
revisi 2 Revisi hasil uji coba terbatas Uji coba terbatas
Draft final YA efek Analisis hasil Uji coba
lapangan
tidak revisi Draft R2(i)
-
11
B. Kajian Teoritik 1. Bahan Ajar Bahan ajar atau learning
materials merupakan bahan pembelajaran yang
secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian,
bahan ajar lazimnya berisikan tentang semua cakupan materi dari
semua mata
pelajaran (Sa‟ud, 2013:214). Peserta didik harus benar-benar
merasakan
manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya.
Menurut
Depdiknas (2008:6-14) bahan ajar merupakan bagian dari sumber
belajar
yang merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis
sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk
belajar. Sebuah
bahan ajar paling tidak memuat:
a) Petunjuk belajar (siswa/guru)
b) Kompetensi yang akan dicapai
c) Content atau isi materi pelajaran
d) Informasi pendukung
e) Latihan-latihan
f) Petunjuk kerja (dapat berupa Lembar Kerja)
g) Evaluasi
h) Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.
Pengembangan bahan ajar sangat perlu dilakukan guru, dengan
alasan
karena ketersedian bahan sesuai tuntutan kurikulum yang artinya
bahan
belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum,
standar
kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pertimbangan lain
adalah karakteristik sasaran yang artinya bahan ajar yang
digunakan harus
sesuai dengan kondisi siswa yang diajarkan. Selanjutnya
pengembangan
bahan ajar harus bisa menjawab atau memecahkan masalah ataupun
kesulitan
belajar.
Jenis-jenis bahan ajar cetak diantaranya :
a) Hand Out Hand out adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh
seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Saat ini hand out dapat
diperoleh
-
12
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari
internet, atau
menyadur dari sebuah buku.
b) Buku Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan buah
pikiran dari pengarangnya. Buku adalah sejumlah lembaran kertas
baik
cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku
sebagai bahan ajar
merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis.
c) Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan
agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,
sebuah
modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya.
d) Lembar Kerja Siswa Lembar kegiatan siswa (student worksheet)
adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas.
e) Brosur Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu
masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas
beberapa
halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan.
f) Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran
yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet
didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana,
singkat serta mudah dipahami.
g) Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan
siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart
terlihat
lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain
dengan
menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.
-
13
h) Foto/gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan
dengan
tulisan. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya
harus
dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa
petunjuk cara
menggunakannya dan atau bahan tes.
2. Lembar Kerja Siswa Lembar Kegiatan Siswa atau yang biasa
dikenal dengan Lembar Kerja Siswa
adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan
atau pemecahan masalah (Trianto, 2014:111). Lembar Kerja Siswa
(LKS)
merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar
kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran
yang harus
dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan/atau praktis, yang
mengacu kepada
kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya
tergantung
dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2013:204). Trianto (2014:111)
juga berpendapat
bahwa LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek
kognitif
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam
bentuk
panduan eksperimen atau demontrasi.
Selain itu, LKS juga memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang
harus
dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukan
kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang
harus ditempuh.
Menurut Rustaman (dalam Majid, 2013:374) LKS merupakan salah
satu alat
bantu pengajaran yang berupa lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus
dikerjakan oleh siswa. LKS berisi petunjuk dan langkah-langkah
untuk
menyelesaikan suatu tugas, baik tugas teori maupun tugas
praktikum. Dari
pendapat beberapa ahli di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa, Lembar
Kerja Siswa (LKS) adalah bahan ajar yang berisi lembaran tugas
yang harus
dikerjakan dan kegiatan yang harus dilakukan siswa sesuai dengan
tuntutan materi
dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya.
Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh sebuah LKS menurut Rustaman
(dalam
Majid, 2013:374) adalah sebagai berikut :
-
14
a) Memuat semua petunjuk yang diperlukan siswa
b) Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat
singkat dan kosakata
yang sesuai dengan umur dan kemampuan pengguna
c) Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh siswa
d) Adanya ruang kosong untuk menulis jawaban serta penemuan
siswa
e) Memberikan catatan yang jelas bagi siwa atas apa yang telah
mereka lakukan
f) Memuat gambar yang sederhana dan jelas
Menurut Prastowo (2013:207-208) unsur-unsur Lembar Kerja Siswa
(LKS)
dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu dilihat dari
Struktur Lembar Kerja
siswa (LKS) dan Format lembar Kerja siswa (LKS). Dilihat dari
strukturnya,
bahan ajar LKS lebih sederhana dibanding modul, tapi lebih
kompleks jika
dibanding dengan buku, dan terdiri atas enam unsur utama,
meliputi judul,
petunjuk belajar, kompetensi dasar, materi pokok, informasi
pendukung, tugas
atau langkah kerja/penyelesaian soal, dan penilaian.
Sedangkan dilihat dari formatnya, LKS memuat delapan unsur,
yaitu judul,
kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
peralatan/bahan yang
diperlukan untuk menyelesaiakan tugas, informasi singkat,
langkah kerja, tugas
yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan
langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Analisis kurikulum Langkah pertama yang ditempuh untuk
menyususn LKS adalah analisis
kurikulum. Dimana pada tahap ini guru menentukan materi-materi
yang telah
ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku saat itu yang
memerlukan bahan
ajar berupa LKS. Menurut Prastowo (2013:212-213) dalam
menentukan materi
yang memerlukan LKS langkah analisisnya dilakukan dengan cara
melihat materi
pokok, pengalaman belajar, materi yang akan diajarkan, dan
mencermati
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
b) Menyusun Peta Kebutuhan LKS Setelah analisis kurikulum
selesai, maka langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menyusun peta kebutuhan. Menurut prastowo
(2013:213) peta
kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang
harus
-
15
ditulis serta melihat sekuensi untuk menentukan prioritas
penulisan dan atau
urutan LKS-nya. Kegiatan ini selain dilengkapi dengan analisis
kurikulum juga
harus dilengkapi dengan analisis sumber belajar.
c) Menentukan Judul-judul LKS Judul-judul LKS sangat diperlukan
untuk memudahkan mengetahui materi
apa yang disajikan dalam LKS tersebut. Menurut Prastowo
(2013:213) judul LKS
ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi
pokok, atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu
kompetensi dasar dapat
dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi dasar tersebut
diuraikan tidak
lebih dari 4 materi pokok.
d) Menulis LKS Menurut Prastowo (2013:214-215) langkah-langkah
menulis LKS adalah:
(1) Menentukan kompetensi dasar yang cocok dengan materi yang
akan
dikembangkan melalui LKS tersebut.
(2) Menentukan alat penilaian atau cara yang digunakan untuk
menilai proses
serta hasil kerja siswa. Berdasarkan langkah pertama,
pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat
penilaian
yang cocok adalah menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
dimana
pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan
hasilnya.
(3) Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun
materi
pembelajaran yang akan dikembangkan dalam LKS tersebut untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Materi LKS dapat
berupa
informasi pendukung dan tugas-tugas yang ditulis dengan
jelas.
(4) Memperhatikan struktur LKS. Berdasarkan uraian sebelumnya
yaitu pada
bagian struktur LKS telah dijelaskan bahwa ada enam komponen
yang
harus dipenuhi dalam menulis LKS yaitu judul, petunjuk
belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,
tugas-tugas,
langkah-langkah kerja, dan penilaian. Apabila salah satu dari
komponen-
komponen tersebut tidak terpenuhi maka LKS tidak akan pernah
terwujud.
-
16
3. Teori Van Hiele Fitriati dan Sopiana (2015:44-45) Teori Van
Hiele yang dikembangkan oleh
Pierre Marie Van Hiele dan Dina Van Hiele-Geldof sekitar tahun
1950-an telah
diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat
dalam
pembelajaran geometri sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat
adalah contoh
negara yang telah merubah kurikulum geometri berdasar pada teori
Van Hiele.
Tahap berpikir Van Hiele adalah kecepatan untuk berpindah dari
satu tahap ke
tahap berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas dalam
pembelajaran.
Menurut Van Hiele tiga unsur utama dalam pengajaran geometri
yaitu waktu,
materi pengajaran, dan metode pegajaran yang diterapkan, jika
ditata secara
terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada
tingkat yang
lebih tinggi (Suherman, dkk. 2003:51).
Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi
merupakan
faktor penting dalam pembelajaran, selain guru juga memegang
peran penting
dalam mendorong kecepatan berpikir siswa melalui suatu tahapan.
Tahap berpikir
yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan yang tepat
bukan melalui
ceramah semata. Teori ini dapat digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran
geometri di sekolah, karena dengan menggunakan teori ini maka
guru dapat
menerapkan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tingkat
berfikir siswa.
Sehingga siswa dapat memahami materi dengan mudah. Dalam
pelaksanaannya
guru dapat mengembangkan fase-fase pembelajaran yang dapat
meningkatkan
tingkat berfikir siswa dalam pembelajaran geometri sehingga
proses pembelajaran
geometri menjadi lebih bermakna.
Khoiriyah (2013:20) Teori belajar Van Hiele adalah suatu teori
yang
menjelaskan tahapan-tahapan perkembangan berpikir siswa dalam
belajar
geometri antara lain: level 0 (tahap pengenalan/visualisasi),
level 1 (tahap
analisis), level 2 (tahap pengurutan), level 3 (tahap deduksi),
level 4 (tahap
akurasi). Masing-masing tahap berpikir tersebut memiliki
kriteria tertentu,
sehingga menyebabkan siswa berbeda dalam memahami dan
menyelesaikan
permasalahan geometri. Dalam menyelesaikan soal geometri siswa
perlu
menganalisis permasalahan yang ada, kemudian menyesuaikannya
dengan
-
17
informasi yang pernah diberikan selama pembelajaran.
Masing-masing siswa
tentu akan berbeda dalam menyusun dan mengolah informasi yang
mereka
dapatkan. Perbedaan antar siswa dalam menyusun dan mengolah
informasi pada
materi geometri bisa dikarenakan perbedaan gaya kognitifnya.
Berikut penjabaran
tahapan-tahapan kemampuan berfikir geometri siswa :
Tahap pengenalan (Visualisasi/Level 0)
Listyawati (2016:21) “Objek-objek pikiran pada level 0 berupa
bentuk-bentuk
dan bagaimana “rupa” mereka”. Penekanan pada level 0 terdapat
pada bentuk
yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau
digunakan dengan
beberapa cara oleh siswa. Hasil pemikiran pada level 0 adalah
kelas-kelas atau
kelompok-kelompok dari bentuk yang terlihat “mirip”.
Sejalan dengan ungkapan Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini,
siswa hanya
baru mengenal bangun-bangun geometri dan memandang suatu bangun
geometri
sebagai suatu keseluruhan. Misalnya, siswa baru mengenal persegi
panjang
sebagai benda-benda yang berbentuk persegi panjang seperti papan
tulis, buku,
pintu, dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahap
ini siswa baru bisa
melihat secara umum / keseluruhan seperti mengidentifikasi,
memberi nama,
membandingkan hanya berdasarkan penampilan saja tanpa
memperhatikan sifat-
sifat dan hubungan apa yang dimiliki bangun tersebut.
Tahap analisis (Level 1)
Listyawati (2016:21) ”Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa
kelompok-
kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual”. Siswa pada
tingkat ini mulai
mengerti bahwa sebuah kumpulan bentuk tergolong serupa
berdasarkan sifat/ciri-
cirinya. Ide-ide dalam suatu bentuk dapat digeneralisasikan pada
semua bentuk
yang sesuai dengan golongan tersebut. Dengan demikian, hasil
pemikiran pada
tahap 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.
Pada tahap analisis ini siswa sudah mengenal sifat-sifat dari
bangun-bangun
geometri. Mereka dapat mengenali dan menyebut sifat-sifat suatu
bangun
geometri tetapi mereka tidak melihat hubungan antara sifat-sifat
ini. Misalnya,
siswa sudah mengetahui bahwa sebuah persegi panjang memiliki dua
pasang sisi
yang berhadapan yang sama panjang, panjang diagonalnya sama.
-
18
Tahap pengurutan (/Level 2)
Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini siswa sudah memahami
pengurutan
bangun-bangun geometri, misalnya siswa sudah mengetahui bahwa
persegi adalah
sebuah persegi panjang, persegi panjang adalah sebuah
jajargenjang. Siswa
mempersepsi hubungan diantara sifat-sifat dan diantara
gambar-gambar. Pada
tingkat ini, siswa menciptakan defenisi yang bermakna dan
memberi argumen
informal untuk membenarkan penalaran mereka.
Tahap Deduksi (Level 3)
Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini siswa sudah dapat
mengambil
kesimpulan dari hal-hal khusus secara deduktif. Siswa pada tahap
ini telah
mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, disamping
unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma, dan teorema. Pada tahap
ini siswa
belum memahami kegunaan sistem deduktif.
Tahap Akurasi (Level 4)
Safrina, dkk (2014:10) Pada tahap ini anak sudah mulai
memahamai
pentingnya ketepatan dari prinsip dasar dalam suatu pembuktian.
Tahap berpikir
ini sudah terkategori kepada tingkat berpikir yang tinggi,
rumit, dan kompleks.
Sehingga tidak semua siswa dapat berada pada tingkat ini, dan
tidak
mengherankan meskipun sudah duduk pada sekolah lanjutan,
seseorang masih
belum sampai pada tahap ini.
Sebagaimana pada tabel 1 disusun indikator tingkat/tahapan
kemampuan
berpikir berdasarkan teori Van Hiele yang telah disesuaikan
dengan materi bangun
datar (Segitiga) berikut.
Tabel 1
Indikator Tahapan Berfikir Teori Van Hiele pada Materi
Segitiga
Tahapan
kemampuan
berpikir
berdasarkan
teori van hiele
Karakteristik
Indikator
(1) (2) (3)
-
19
(1) (2) (3)
Tahap pengenalan
(Level 0)
Objek pemikiran siswa
masih didominasi bentuk
dan seperti apa bentuk itu
terlihat secara visual
- Mengetahui nama-nama
bangun datar segitiga
- Memahami konsep
dengan harus melihat
objek
Tahap analisis
(Level 1)
Mulai mengenali dan
mengaplikasikan suatu ide
geometri, mendeskripsikan
dengan benar berbagai sifat
serta dapat mengidentifikasi
gambar sebagai bagian dari
gambar yang lebih besar
- Mengetahui jenis dan
sifat-sifat bangun datar
segitiga
- Mampu menggambarkan
bangun datar sesuai
defenisi atau sifat-sifat
Tahap pengurutan
(Level 2)
Mengurutkan dan
mengaitkan beberapa ide-ide
geometri secara logis,
memahami definisi, dan
menarik kesimpulan dengan
memberikan argumen secara
informal
- Mengetahui hubungan
antar bangun datar
- Mampu
mengelompokkan
bangun datar
- membuat kesimpulan
dengan memberikan
penjelasan
secara informal
berdasarkan
informasi yang diberikan
Tahap deduksi
(Level 3)
Memahami arti deduksi
sehingga dapat
membuktikan dengan
dengan dasar aksioma
maupun teorema
- Mampu mengambil
kesimpulan
dengan menggunakan
teorema serta
aksioma-aksioma yang
ada
-
20
- Mampu mengambil
kesimpulan
secara deduktif
Tahap akurasi
(Level 4)
Memahamai pentingnya
ketepatan dari prinsip dasar
dalam suatu pembuktian
- Mampu memahami
mengapa sesuatu
dijadikan teorema atau
aksioma
Catatan: dimodifikasi dari Khoiriyah, dkk (2013:21-22).
Namun, LKS menggunakan teori van hiele dan pendekatan saintifik
yang
dikembangkan ini hanya pada level 0 dan 1 saja, karena
berdasarkan
permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya maka melalui
pengembangan
ini peneliti memperkenalkan bagaimana proses pembelajaran
geometri agar lebih
bermakna dan dapat dipahami oleh siswa dengan baik serta dapat
menunjang
aktifitas siswa selama proses pembelajarannya melalui bahan ajar
ini. Oleh
karena itu LKS yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi siswa
belajar
dengan baik dimulai dengan tahap pengenalan dan kemudian mampu
untuk
berada pada level 1 dan dapat mencapai tujuan pembelajarannya
secara bertahap.
Setelah mengetahui tahapan anak dalam belajar geometri, maka
terdapat
beberapa fase atau langkah-langkah pembelajaran yang dapat
diterapkan untuk
mengembangkan pemikiran anak tersebut dan kemudian dengan
langkah-langkah
pada tahapan berfikirnya dapat meningkatkan kemampuan siswa
tersebut untuk
dapat meningkat ke tahap berfikir yang lebih tinggi. Adapun
fase-fase tersebut
yaitu:
a) Informasi (Information/inquiry)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini
yaitu
“teacher: assess students prior knowledge through discussion and
allow
questions to prompt topics to be explored”. Maksudnya, pada fase
awal
pembelajaran guru menilai pengetahuan yang dimiliki siswa
tentang bangun
geometri melalui diskusi dan memungkinkan untuk mengajukan
pertanyaan
tentang topik yang akan diselidiki oleh siswa pada pembelajaran.
Sejalan dengan
(1) (2) (3)
-
21
ungkapan Safrina, dkk (2014:13) Fase ini merupakan langkah awal
yang diisi
dengan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai
objek-objek yang
dipelajari pada tingkat analisis. Misalnya guru mengajukan
pertanyaan apakah
persegi itu?, mengapa kamu mengatakan itu persegi?, apakah
persegi itu adalah
persegi panjang?, dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui
pengetahuan awal siswa mengenai topik yang akan dipelajari serta
mendata siswa
sesuai dengan tingkat berpikirnya. Pada fase ini guru
mengarahkan siswa untuk
mengamati objek-objek geometri dan mengenal contoh dan
non-contoh.
b) Orientasi Terarah (Directed orientation)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini
“teacher and
students: explore sets of carefully sequenced activities”.
Maksudnya, guru dan
siswa mengatur kegiatan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan
awal yang
dimiliki siswa tersebut dengan cara memberikan pengalaman
langsung atau
tindakan.
c) Penjelasan (Explication)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini
“students:
share explicit views and understandings about the activities”.
Maksudnya, pada
tahapan ini siswa berbagi peengetahuan dengan teman-temannya
sedetail mungkin
tentang pengetahuan/pemahaman yang telah diperolehnya melalui
kegiatan
sebelumnya.
d) Orientasi Bebas (Free orientation)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini
“teacher:
challenge students tto solve problems related to the geometric
concepts and make
connections among them”. Maksudnya, guru memicu semangat
siswauntuk
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep-konsep
geometri
yang dipelajari dengan berdiskusi sesama siswa. siswa dihadapkan
pada tugas-
tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang dapat diselesaikan
dengan banyak
cara dan memerlukan banyak langkah. Misalnya siswa ditugaskan
untuk membuat
bangun-bangun yang berbeda dari berbagai potongan bangun yang
disediakan.
Sehingga berdasarkan pengalamannya siswa dapat menemukan sendiri
cara dalam
-
22
menyelesaikan masalah geometri. Tujuan dari fase ini adalah
untuk memantapkan
dan meningkatkan pengetahuan siswa.
e) Integrasi (Integration)
Menurut Breyfogle dan Lynch (2010:235) kegiatan pada fase ini
“students:
reflect on observations and how they fit into the overall
structure of the
concepts”. Maksudnya, siswa menggunakan hasil pengamatan dan
menyimpulkan
bagaimana hubungan sehingga hasil pengamatan tersebut dapat
mendukung
keseluruhan konsep yang dipelajari.
4. Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014:51) Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal
dari mana saja, kapan saja dan tidak bergantung pada informasi
searah dari guru.
Sejalan dengan pendapat (Majid, 2014:72) yang menjelaskan lebih
lengkap
dipaparkan bahwa proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah
harus dipandu
dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah, yakni menggunakan
dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
tentang suatu
kebenaran.
Adapun karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik
menurut
Daryanto (2014:53) sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa.
b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi
konsep, hukum
atau prinsip.
c) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
meransang
perkembangan intelek, khusunya keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa.
d) Dapat mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas dapat disimpulkan
bahwa
karakteristik utama pembelajaran pendekatan saintifik yakni
siswa dituntut untuk
mendominasi proses pembelajaran dengan berfikir ilmiah sehingga
menghasilkan
peserta didik yang produktif, inovatif, kreatif, dan
afektif.
-
23
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik
akan
disajikan sebagai berikut:
a) Mengamati Menurut Daryanto (2014:60-61) metode mengamati
mengutamakan
kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode
ini memiliki
keunggulan tertentu seperti menyajikan media objek secara nyata,
sehingga siswa
senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan
mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana diungkapkan dalam permendikbud Nomor
81a,
hendaklah guru membuka luas dan bervariasi kesempatan peserta
didik untuk
melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan
membaca.Sejalan dengan pendapat Sufairoh (2016, 121) yaitu
kegiatan siswa
mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak),
pembau,
pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek
dengan
ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara
lain observasi
lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data,
menganalisis peta,
membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan
internet maupun
sumber lain.
b) Menanya Menurut Daryanto (2014:64-65) dalam kegiatan menanya
guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, atau dibaca pada kegiatan pengamatan
sebelumnya. Guru
perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan, melalui
kegiatan bertanya itulah dikembangkannya rasa ingin tahu siswa.
Pertanyaan
tersebut menjadi dasar bagi siswa untuk mencari informasi lebih
lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai sumber yang
ditemukan oleh
siswa sendiri.
Kegiatan menanya dalam proses pembelajaran sebagaimana yang
disampaikan dalam permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah
mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati.
Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
untuk
-
24
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang
hayat. Sejalan dengan pendapat Sufairoh (2016, 121) yaitu
kegiatan siswa
mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan
dengan suatu
objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya,
siswa membuat
pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum
diketahuinya.
Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa
lainnya dan
atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa
dapat mandiri dan
menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan
tulisan serta harus
dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan
gembira. Bentuknya
dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis.
c) Mengumpulkan Informasi Menurut Daryanto (2014:69-70) kegiatan
mengumpulkan informasi
merupakan tindak lanjut dari kegiatan menanya, kegiatan ini
ditandai dengan
menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai
cara. Dalam Permendikbud Nomor 81a tahn 2013, aktivitas
mengumpulkan
informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain
selain buku teks,
mengamati objek/kejadian/aktivias wawancara dengan narasumber
dan
sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
d) Menalar Menurut Daryanto (2014:70) kegiatan menalar dalam
proses pembelajaran
sebagaimana dituangkan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013,
adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil
kegiatan
mengamati atau kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan
informasi lainnya. Kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap
-
25
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur
dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.
e) Mencoba Menurut Daryanto (2014:78-79) untuk memperoleh hasil
belajar yang nyata
atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan
percobaan. Dalam
konteks pembelajaran matematika agar siswa dapat memahami materi
dengan
baik maka dapat diterapkan untuk mencoba menyelesaikan setiap
permasalahan
yang berhubungan dengan materi pembelajarannya atau mencoba
menjawab soal-
soal latihan. Dalam kegiatan ini guru membimbing dan mengamati
proses yang
dilakukan siswa. Disini guru harus memberikan dorongan dan
bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dan membantu mengatasi
serta
memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan
pembelajaran.
f) Menyimpulkan Menurut Daryanto (2014:80) kegiatan menyimpulkan
dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah data
atau informasi setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan
menemukan
berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara
bersama-sama dalam
satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat
kesimpulan.
g) Mengkomunikasikan Menurut Daryanto (2014:80) kegiatan
mengkomunikasikan pada pendekatan
saintifik adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi
dan
mengasosiasikan.
Mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran seperti yang
diungkapkan
dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan
hasil
pengamatan, kesimpulan, berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau
media lainnya. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini
adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir
sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
-
26
C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang menyangkut
pengembangan perangkat pembelajaran di
sekolah sudah banyak dilakukan. Namun penelitian mengenai
“Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Menggunakan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas
VII SMP”
berdasarkan referensi penulis masih jarang ditemukan.
Pengembangan perangkat
pembelajaran yang sudah ada di sekolah antara lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Nopi Andini dengan judul
“Pengembangan
Lembar Kerja Siswa menggunakan Teori Van Hiele dan
Pendekatan
Saintifik Materi Garis dan Sudut di kelas VII SMP”. Berdasarkan
hasil
penelitian bahwa pada tahap validasi ahli materi rerata skor
59,17% “cukup valid”
dan ahli desain LKS serta desain pembelajaran dengan rerata skor
74,74% “valid”.
Selanjutnya pada tahan uji coba yang melibatkan persepsi guru
matematika dan
siswa dengan rerata nilai 95% “sangat praktis” dan 88,15%
“praktis”. Terakhir uji
coba lapangan untuk efektifitas produk, pada subjek diperoleh
analisis hasil
belajar siswa 85,7% siswa berada di atas KKM, dan terjadi
peningkatan
pemahaman geometri siswa, serta rerata hasil observasi aktifitas
siswa 3,07
“baik”. Hasil penelitian memaparkan karakteristik LKS dimana
substansi materi
relevan dengan KD, adanya petunjuk belajar, kalimat singkat dan
jelas, serta
menuntun siswa belajar teratur dan jelas melalui fase-fase
belajar Van Hiele dan
pendekatan saintifik. Kemudian LKS dikatakan berkualitas baik
karena memenuhi
indikator kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Oleh karena
itu, LKS
menggunakan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik materi
garis dan sudut di
kelas VII SMP berkualitas baik dan layak untuk digunakan guna
peningkatan
pemahaman konsep geometri siswa.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah:
1) LKS di atas dikembangkan pada materi Garis dan Sudut,
sedangkan LKS
yang akan dilakukan dikembangkan pada materi bangun datar
Segitiga.
2) Lokasi penelitian di atas terletak di SMP Negeri 1 Tanah
Sepenggal,
sedangkan lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP
Negeri 7
Muaro Jambi.
-
27
Penelitian selanjutnya yang penulis temukan ialah penelitian
yang dilakukan
oleh Luthfi Nur Azizah dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja
Siswa
(LKS) Matematika dengan Pendekatan Saintifik untuk
Memfasilitasi
Pemahaman Konsep Siswa SMP/MTs Kelas VII pada Materi
Transformasi”.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas LKS
Matematika
mendapatkan kriteria sangat baik dengan persentase 85%.
Berdasarkan nilai post
test diperoleh hasil bahwa sebanyak 63% dari banyaknya siswa
yang mengikuti
post test memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan Kriteria
Ketuntasan
Minimum (KKM) sehingga telah berhasil memfasilitasi pemahaman
konsep siswa
pada materi transformasi. Selain itu, respon siswa terhadap LKS
Matematika
dengan Pendekatan saintifik mendapatkan kategori positif dengan
persentase
74,96%. Oleh karena itu, LKS matematika dengan pendekatan
saintifik pada
materi transformasi kelas VII SMP/MTs untuk memfasilitasi
pemahaman konsep
siswa telah memenuhi kriteria ketercapaian dan dapat dikatakan
berkualitas.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah:
1) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas menggunakan
pendekatan
saintifik, sedangkan penelitian yang akan dilakukan LKS yang
dikembangkan menggunakan teori Van Hiele dan pendekatan
saintifik.
2) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu pada
materi
Transformasi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada
materi
Segitiga.
3) Lokasi penelitian di atas terletak di SMP Negeri 8 Yogyakarta
, sedangkan
lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP Negeri 7
Muaro
Jambi.
Penelitian ketiga yang penulis temukan ialah penelitian yang
dilakukan oleh
Wasilah dengan berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa pada
Materi
Segiempat Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Al-Jauharen Kota
Jambi”.
Penelitian dilakukan di lingkungan IAIN STS Jambi dan uji coba
produk dilakukan
di MTs Al-Jauharen Kota Jambi kelas VII B dengan menggunakan
model ADDIE
(Analysis, Design, Development or Production, Implementations or
Delivery and
Evaluations). Dari hasil penelitian diperoleh (1) hasil angket
dari ahli materi
-
28
diperoleh rerata skor 4,29 dan hasil angket dari ahli memperoleh
rerata skor 4,53,
sedangkan hasil angket dari ahli bahasa diperoleh rerata skor 4,
sehingga LKS
layak untuk digunakan untuk pembelajaran dalam materi segiempat
kelas VII
MTs; (2) hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS berbasis
belajar tuntas
meningkat terlihat dari 76% siswa tuntas dalam belajar, serta
(3) respon siswa
terhadap LKS yang telah digunakan positif terlihat dari sebanyak
4,38% siswa
menyatakan bahwa LKS yang telah dihasikan sangat baik, (4) dari
data observasi
aktifitas siswa diperoleh rata-rata 80,1 sehingga lembar
observasi aktifitas siswa
sangat efektif sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis
belajar tuntas yang
dikembangkan memenuhi kriteria valid (layak) dan efektif
digunakan sebagai
bahan ajar yang baik.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah:
1) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu LKS
berbasis
belajar tuntas, sedangkan penelitian yang akan dilakukan LKS
yang
dikembangkan yaitu berbasis teori Van Hiele dan pendekatan
saintifik.
2) LKS yang dikembangkan pada penelitian di atas yaitu pada
materi
segiempat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada
materi
Segitiga.
3) Lokasi penelitian di atas terletak di MTs Al-Jauharein Kota
Jambi,
sedangkan lokasi penelitian yang akan dilakukan terletak di SMP
Negeri 7
Muaro Jambi.
4) Model pengembangan yang dipakai penelitian di atas adalah
model
ADDIE, sedangkan model pengembangan yang dipakai pada
penelitian
yang akan dilakukan yaitu model 4-D.
Dari ketiga penelitian di atas, relevan dalam hal
pengembangan
menggunakan pendekatan saintifik, teori Van Hiele sehingga dapat
digunakan
atau inspirasi pada penelitian ini.
-
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 7 Muaro Jambi yang beralamat di
Jalan. Jambi-Sengeti KM 16 Mendalo Darat. Adapun mengenai
waktu
pelaksanaan penelitiannya yaitu Mei 2018 pada semester genap
tahun ajaran
2017/2018 pada kelas VII.
B. Karakteristik Sasaran Penelitian Penelitian ini merupakan
jenis penelitian pengembangan. Penelitian
pengembangan adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan
untuk
mengembangkan suatu produk dan memvalidasi produk yang
dihasilkan. Produk
yang dihasilkan adalah bahan ajar berupa lembar kerja siswa
(LKS) menggunakan
teori Van Hielle dan pendekatan saintifik untuk siswa kelas VII
SMP. Peneliti
memiliki harapan yaitu dengan berlakunya kurikulum 2013 kiranya
para guru tidak
mengalami kesulitan sebaliknya mendapatkan kemudahan-kemudahan
didalam
proses pembelajaran seperti mendapatkan LKS yang sangat membantu
proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,
kesulitan-kesulitan
dialami oleh guru dalam menyusun LKS menggunakan pendekatan
saintifik. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya kreativitas yang dimiliki guru.
Oleh karena itu,
guru lebih sering membeli dan menggunakan LKS yang diterbitkan,
padahal LKS
yang diterbitkan belum tentu sesuai dengan kompetensi yang ingin
diajarkan.
Dengan demikian, guru sangat membutuhkan contoh LKS
menggunakan
pendekatan saintifik dengan mengacu kurikulum 2013 untuk
SMP/MTs.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti berusaha mengembangkan
LKS
menggunakan pendekatan saintifik mengacu kurikulum 2013 untuk
siswa kelas
VII dan menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran
Matematika
khususnya Geometri. Dalam LKS yang dikembangkan, peneliti juga
menekankan
pada pendekatan saintifik yakni pada proses pembelajaran yang
menggunakan
aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan
-
30
mengkomunikasikan, serta menerapkan pendidikan karakter dalam
proses
pembelajarannya.
C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan 1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan ini yaitu melihat kebutuhan sekolah yang
diteliti di
SMPN 7 Muaro Jambi dilihat dari kemampuan siswa, pada umumnya
siswa
memiliki kemampuan sedang, minat siswa pada pembelajaran
matematika
masih rendah, siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep,
dalam
proses pembelajaran siswa bersifat pasif dan hanya menerima apa
yang
diberikan guru. Selain itu guru hanya menggunakan bahan ajar
yang sudah
jadi dan siap pakai tanpa memperhatikan tingkat kemampuan siswa,
dan juga
pada umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Oleh
karena
itu, yang akan peneliti kembangkan adalah LKS yang sesuai
dengan
Kurikulum 2013 dan berbasis teori Van Hiele yang memperhatikan
tingkat
kemampuan berpikir siswa khusus Geometri yang akan dijadikan
bahan
pelajaran nantinya.
2. Rancangan Pengembangan Jenis penelitian yang dirancang ini
sebagai penelitian Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono,
2013:297). Penelitian ini difokuskan pada pengembangan LKS
menggunakan
teori Van Hiele dan Pendekatan Saintifik pada materi segitiga
kelas VII.
Model pengembangan yang digunakan adalah Model 4-D yang
merupakan
singkatan dari Define (pendefinisian), Design (perancangan),
Develop
(pengembangan) dan Desseminate (penyebaran) yang dikembangkan
oleh
Thiagarajan pada tahun 1974 (Mulyatiningsih, 2014:195).
Namun, dalam pengembangan penelitian ini hanya dilakukan batas
tahap
Develop (pengembangan), meniadakan tahap Desseminate
(penyebaran)
karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti untuk
melakukan
langkah Desseminate.
-
31
3. Prosedur Pengembangan a) Tahap pendefenisian (define) Pada
tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefenisikan
syarat-syarat yang dibutuhkan dalam proses pengembangan atau
dengan
kata lain langkah ini biasa disebut dengan analisis
kebutuhan
(Mulyatiningsih, 2014:195-197). Pada tahap define dalam
konteks
pengembangan bahan ajar dilakukan dengan langkah-langkah:
(1) Analisis kurikulum
Pada tahap ini, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku
pada
saat itu, dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin
dicapai.
Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi
yang
mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan
karena
ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam
kurikulum
dapat disediakan bahan ajarnya.
(2) Analisis karakteristik peserta didik
Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus
mengetahui karakteristik peserta didik yang akan menggunakan
bahan
ajar. Hal ini penting karena semua proses pembelajaran harus
disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik.
(1) Analisis materi Analisis materi dilakukan dengan cara
mengidentifikasi materi
utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi
yang
relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis.
(2) Merumuskan tujuan Sebelum menulis bahan ajar, tujuan
pembelajaran dan
kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih
dahulu.
Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak
menyimpang
dari tujuan pada saat sedang menulis bahan ajar.
-
32
b) Tahap Perancangan (design)
Tahap perancangan (design) adalah tahap menyusun atau
menyiapkan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Menurut (Trianto,
2012:95)
tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran. Dengan langkah awal yang menghubungkan antara
tahap
define dan tahap design yakni menyusun tes berdasarkan perumusan
tujuan
pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat yang
mengukur
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah
kegiatan belajar
mengajar.
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu memilih
media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tahapan
berfikir siswa
tersebut. Lalu menyusun penyajian materi yang sesuai dengan
karakteristik,
kemampuan serta tahap berfikir siswa tersebut dengan menerapkan
fase-
fase pembelajaran sesuai dengan teori Van Hiele.
c) Tahap Pengembangan (develop)
Menurut (Trianto, 2012:95) tujuan tahap ini adalah untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah di revisi
berdasarkan
masukan dari para pakar. Tahap pengembangan dilakukan untuk
menghasilkan bahan ajar yang baik dan telah sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar, tahap pengembangan
dilakukan
dengan cara menguji isi dan keterbacaan bahan ajar tersebut
kepada pakar
yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik
yang akan
menggunakan modul atau bahan ajar tersebut. Hasil pengujian yang
telah
dilakukan digunakan sebagai landasan untuk revisi sehingga bahan
ajar
yang dibuat telah benar-benar sesuai dengan kebutuhan
pengguna
(Mulyatiningsih, 2014:198).
Tahap pengembangan diawali dengan validasi perangkat oleh
para
pakar diikuti dengan tahap revisi. Bila LKS yang
dikembangkan
dinyatakan valid oleh validator, maka langkah selanjutnya
perangkat
pembelajaran siap untuk di uji coba terbatas. Setelah itu produk
di revisi
-
33
kembali untuk menghasilkan draf final yang dapat dipakai dalam
proses
pembelajaran yang nyata pada subjek penelitian.
4. Uji coba/Validasi, Evaluasi dan Revisi Model a) Telaah pakar
Sebelum bahan ajar dan instrumen diuji cobakan, terlebih dahulu
melalui proses validasi oleh tim ahli. Tim ahli dalam hal ini
adalah para
validator yang berkompeten untuk menilai bahan ajar serta
memberi
masukan guna menyempurnakan bahan ajar yang telah disusun.
Dalam
pengembangan LKS ini divalidasi oleh 2 orang tim ahli/pakar
pendidikan.
Tim ahli yang dipilih sesuai dengan pertimbangan keahlian,
kepakaran dan
pengalaman dalam pembelajaran segitiga dalam mendesain LKS.
Dalam
tahap validasi ini, hal-hal yang divalidasi adalah panduan
penggunaan
bahan ajar dan perangkat bahan ajar atau dengan kata lain
hal-hal yang
divalidasi adalah desain dan materi pelajaran yang disajikan
melalui LKS
dengan teori Van Hiele dan pendekatan saintifik.
Penilaian bahan ajar yang dilakukan oleh tim ahli yaitu menilai
bahan
ajar awal yang telah disusun oleh peneliti untuk kemudian
diperbaiki
sehingga baik, dan layak untuk digunakan. Secara umum
validasi
mencakup: isi (materi), penyajian, bahasa, kegrafikaan, bahan
ajar
memenuhi aspek-aspek dan karakteristik teori Van Hiele serta
sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Dengan memperhatikan bahan ajar
yang
telah disusun tersebut, dua orang tim ahli diminta untuk menilai
bahan ajar
tersebut. Selanjutnya validator diberi angket tertutup sebagai
instrumen
validasi untuk menilai produk tersebut, meskipun angket yang
diberikan
merupakan angket tertutup namun tim ahli dipersilahkan untuk
memberikan komentar dan saran secara terbuka.
Setelah bahan ajar di validasi maka tahap selanjutnya yaitu
melakukan
revisi berdasarkan komentar dan arahan yang diberikan oleh tim
ahli pada
saat validasi. Proses revisi ini dilakukan untuk menghasilkan
bahan ajar
yang baik dan sesuai degan kebutuhan subjek sebelum dilakukannya
uji
coba produk pada situasi nyata.
-
34
b) Uji coba kepada kelompok kecil
Setelah bahan ajar direvisi berdasarkan masukan dan saran dari
tim
ahli (validator), maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji
coba
kelompok kecil. Kegiatan uji coba ini dilakukan dengan cara
memilih 10-
15 siswa dan satu guru matematika untuk melakukan simulasi