Page 1
ADMINISTRAUS - JURNAL ILMU ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
Vol 4 No. 1 – Januari 2020 E-ISSN 2580-9695
Since September 2017
65
PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME
PUSTAKAWAN NON SARJANA PERPUSTAKAAN DI UIN
ANTASARI BANJARMASIN
Khazmie
STIA Bina Banua Banjarmasin
[email protected]
Ade Hermawan STIA Bina Banua Banjarmasin
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui pengembangan kompetensi, profesionalisme,
dan implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana
perpustakaan di UIN Antasari Banjarmasin.
Penelitian menggunakan metode deskriptif kuanlitatif. Informan penelitian adalah Pustakawan Non
Sarjana Perpustakaan dengan jumlah 3 (tiga) dan key informan adalah kepala perpustakaan. Data
pokok penelitian yakni kompetensi dan profesionalisme serta implikasi pengembangan kompetensi
dan profesionalisme. Tekni pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik keabsahan data dengan sumber, metode/teknik, dan waktu. Analisa data dengan deskriptif
kualitatif, penarikan simpulan dengan menggunakan metode induktif, yaitu menarik simpulan ke
sifat yang umum.
Hasil penelitian bahwa pengembangan kompetensi berupa pengembangan manajerial, pengelolaan
informasi, kependidikan, kepribadian, sosial dan pengembangan profesi telah dilaksanakan dan
dipraktikan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan dengan tetap mendapat bimbingan, arahan,
panduan, dan monitoring dari key informan. Pengembangan profesionalisme berupa pengetahuan
dan keterampilan, kemandirian, bekerjasama, orientasi jasa, kode etik, dan visioner ke depan telah
dilaksanakan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan yang dapat dilihat dan diukur pada
peningkatan layanan terutama pada layanan prima dan menjadi lembaga lebih baik lagi.
Implikasi/dampak pengambangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana
perpustakaan, sehingga memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada people based service
(berbasis pengguna) dan service excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat
memenuhi kepuasan penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin
diapresiasi oleh banyak kalangan dan citra lembaganya perpustakaan UIN Antasari secara khusus
dan lembaga Universitas secara umum.
Saran : Tenaga pustakawan non sarjana perpustakaan dan kepala perpustkaan lebih mempererat
kerja tim yang solid untuk dapat memberikan pelatihan kepada pemustaka, dengan latihan
pemanfaatan teknologi informasi
Kata Kunci: pengembangan, kompetensi, profesioalisme, implikasi, pustakawan non sarjana
perpustakaan
Page 2
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
66
PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi
karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem
yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi para pemustaka. Ada suatu pendapat yang mengatakan
bahwa ”Library is Librarian” (Perpustakaan adalah pustakawan). Pendapat ini
mengandung pengertian bahwa perpustakaan bukan lagi hanya merupakan tempat
atau aspek fisik saja, tetapi lebih merupakan segenap aktivitas yang dimotori oleh
pustakawannya. Maju mundurnya perpustakaan tidak lagi tergantung pada besar
kecilnya gedung dan koleksi yang dimilikinya, akan tetapi tergantung pada kualitas
sumber daya manusia (SDM) atau pegawai perpustakaan (Labovitz, dalam Masruri,
2002: 4). Dengan demikian, pustakawan merupakan salah satu sumber daya yang
menggerakkan sumber daya lain dalam organisasi perpustakaan yang
memungkinkan perpustakaan dapat berperan secara optimal didalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya (Perpusnas, 2002: 1).
Tuntutan peningkatan kualitas kompetensi dan profesionalisme pustakawan
berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja dengan prinsip memberikan
penghargaan dan sanksi telah diamanatkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok kepegawaian, dan
ketentuan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan
Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya. Tuntutan tersebut diharapkan akan
menghasilkan pustakawan yang berkualitas, profesional, bertanggung jawab, jujur
dan lebih mampu serta akuntabel dalam pemberian pelayanan publik. Dengan kata
lain, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menyandang jabatan fungsional
pustakawan, diharapkan ke depan adalah pustakawan yang lebih profesional dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga dapat mewujudkan kinerja yang berkualitas
sebagaimana diharapkan.
Page 3
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
67
Tuntutan pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi dan
profesionalisme pustakawan merupakan konsekuensi logis dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi yang semakin maju, serta perkembangan
tuntutan reformasi di tanah air terutama terhadap pelaksanaan tugas di perpustakaan
(Keban, 2004: 16).
Kompetensi sebagai wujud dari profesionalisme pustakawan diperlukan
untuk memenuhi tujuan penerapan kode etik pustakawan dalam rangka pelaksanaan
sertifikasi pustakawan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI.
Kompetensi profesional ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif pustakawan
dalam membawa perubahan dan meningkatkan kecerdasan masyarakat untuk
mengantisipasi perkembangan dan perubahan di masa depan (Perpustakaan
Nasional RI, 2013).
Kompetensi profesional pustakawan telah ditetapkan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Perpustakaan
(Perpustakaan Nasional RI 2012). Dalam SKKNI tersebut dijelaskan ada tiga
kelompok kompetensi, yaitu kompetensi umum, kompetensi inti, dan kompetensi
khusus. Ketiga kelompok kompetensi profesional tersebut menjadi dasar bagi
pustakawan dalam bekerja di lembaganya, baik lembaga pemerintah maupun
swasta.
Pengembangan kompetensi dan profesionalisme yang dimaksud dalam
kontek ini adalah suatu proses tindakan menuju ke arah yang lebih baik, yakni
adanya kemajuan, peningkatan, dan perubahan dari kondisi sebelumnya (Thoha,
1993: 6-7). Perpustakaan UIN Antasari yang memiliki pustakawan yang berlatar
belakang ilmu perpustakaan berjumlah 6 orang dan bukan berlatar belakang ilmu
perpustakaan berjumlah 3 orang, dengan mahasiswa yang berjumlah 10.245 orang
dari progaram diploma, sarjana, magister dan doktor. Jumlah tenaga pendidik dan
kependidikan sebanyak 523 orang yang tersebar di fakultas dan pascasarjana (Data
diolah dari UIN Antasari Tahun 2018). Di tambah pula kunjungan umum yang
rerata 50 orang per hari. Hal ini menuntut sebuah komitmen yang tinggi dalam
memberikan perhatian dan layanan yang baik, sopan dan prima.
Page 4
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
68
Pengangkatan fungsional pustakawan yang dikenal melalui alih jabatan atau
inpassing pernah dilaksanakan pada tahun 1988 sampai 1990, waktu itu belum
ada/belum banyak lulusan ilmu perpustakaan, kemudian keluar peraturan yang
salah satu syarat dalam pengembangan SDM bidang perpustakaan dengan alih
jabatan harus lulus diklat fungsional pustakawan yang berlaku dan tertuang dalam
keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 132/KEP/M.
PAN/12/2002; Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia nomor 23 tahun 2003 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 21
tahun 2003 serta Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
nomor 2 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan
Angka Kreditnya dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 9 tahun 2014 tentang Jabatan
Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Peraturan Menpan-RB Nomor 26
Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional
Pustakawan melalui Penyesuaian/Inpassing, serta Peraturan Kepala Perpustakaan
Nasional RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengangkatan PNS Kedalan
Jabatan Fungsional Pustakawan, kegiatan dilaksanakan dengan pendidikan dan
pelatihan untuk CPTA (calon pustakawan tingkat ahli) maupun CPTT (calon
pustakawan tingkat terampil).
Pustakawan dengan latar belakang Ilmu Perpustakaan telah diakui
kompetensi dan profesionalisme yang memiliki disiplin ilmu tertentu khususnya
ilmu perpustakaan melalui jalur pendidikan formal dengan melalui jenang Diploma,
Sarjana, Magister, dan Doktor. Pengangkatan jabatan fungsional pustakan dengan
jalur alih jabatan/penyesuian bagi pustakawan non Sarjana Perpustakaan harus
mengikuti perkembangan kompetensi pustakawan pada umumnya, dengan
meminjam pendapat Maurnice B. Line seperti dikutip Pringgoadisurjo
bahwa perubahan-perubahan pesat terjadi pada bidang perpustakaan
dokumentasi informasi, oleh karena itu diperlukan tenaga kerja (staf) dengan
kemampuan imajinasi dan visi, yaitu melihat kemungkinan-kemungkinan
Page 5
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
69
yang baru dama bidang sosial, teknis, atau konseptual juga diperlukan
kemampuan melihat ke depan, mengenal masalah jangka pendek maupun
jangka menengah (Luwarsih Pringgoadisurjo, 1992: 102).
SDM perpustakaan hendaknya diberi peluang sebesar-besarnya dalam
mengembangkan kemampuannya (Darmono, 2007: 255). Kegiatan pengembangan
ini nantinya akan memberikan manfaat dan keuntungan kepada SDM khususnya
berupa keterampilan dan keahlian yang baru. Keahlian dan keterampilan baru yang
terus dikembangkan nantinya akan menjadi aset yang berharga bagi institusi. Salah
satu manfaat dilakukan pengembangan SDM secara terus menerus ini adalah dapat
membantu meningkatkan motivasi kerja. SDM yang sering diikutsertakan dalam
pengembangan akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya.
Pustakawan yang berlatar belakang non sarjana perpustakaan yang tentunya
mereka memiliki alasan dan latar belakang yang berbeda-beda untuk menjadi
pustakawan. Berbagai macam faktor yang mendorong motivasinya untuk bisa
bekerja dengan baik di perpustakaan. Pustakawan non sarjana ilmu perpustakaan
untuk bisa bekerja dengan baik di perpustakaan, dengan untuk memberikan dan
mengadakan berbagai macam program pengembangan SDM, diklat pengembangan
kemampuan dalam bidang teknologi informasi dan automasi perpustakaan, diklat
pengembangan layanan kepada pemustaka. Formasi pengangkatan PNS
pustakawan yang terbatas, dengan inpassing/alih fungsi dan tugas jabatan struktural
ke fungsional misalnya pustakawan (dalam hal ini non sarjana perpustakaan)
berdasarkan UU No. 43 Tahun 2007, UU No. 5 Tahun 2014 dan di dalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia No. 26 Tahun 2016, Peraturan Kepala Perpusnas RI No. 2 Tahun 2017
ada jabatan penyesuiain/inpassing. Faktor kemandirian dan motivasi bekerja dalam
jenjang karier jabatan sampai pada jabatan puncak dengan latar belakang minimal
sarjana dapat dilaksanakan misalnya sebagai pustakawan utama yang tentu saja
dibarengi dengan berbagai intensif penghasilan yang menjanjikan, misalnya
penghasilan fungsional, penghasilan perhitungan tunjangan kinerja, dan
penghasilan daya tahan tubuh yang tidak diterima oleh jabatan struktural.
Page 6
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
70
Memperhatikan pustakawan yang tidak berlatar belakang ilmu
perpustakaan tentunya perlu perhatian dalam mengembangkan kompetensi dan
profesionalismenya dalam turut mengembang visi UIN Antasari yaitu menjadi
Universitas yang unggul dan berakhlak, ditambah dengan wacana keilmuan
berbasis lokal berwawasan global (UIN Antasari Tahun 2018).
Kompetensi Pustakawan
Kompetensi pustakawan merupakan perpaduan antara pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang dapat dipakai sebagai tolok ukur guna mengetahui
sejauhmana kemampuan seorang pustakawan dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan bidang dan jenjang jabatannya. Kemampuan pustakawan dalam
melaksanakan tugas di bidang jenjang jabatan akan tercermin pada uji komptensi.
Pustakawan merupakan suatu profesi, oleh karena itu seorang pustakawan
seharusnya profesional dalam bidangnya. Untuk mendapatkan predikat profesional
tersebut seharusnya seorang pustakawan harus memiliki sertifikat keahlian. Dan
untuk mendapatkan sertifikat keahlian tersebut ia harus lulus dalam ujian
sertifikasi. Jadi profesional tersebut tidak cukup hanya dengan memiliki ijazah
akademik (kompetensi akademik) saja.
Penyusunan standar kompetensi ini organisasi profesi dapat bekerjasama
dengan Perpustakaan Nasional RI sebagai regulator dan perguruan tinggi sebagai
pakar kepustakawanan. Pada saat yang sama, beberapa lembaga yang mampu dapat
ditunjuk untuk menerbitkan sertifikasi. Untuk setiap jabatan/pekerjaan/job tersebut,
perlu didefinisikan kompetensi ataupun kemampuannya (knowledge, skill,
attitude). Kerjasama antara organisasi profesi dalam hal ini Ikatan Pustakawan
Indonesia, Perpustakaan Nasional RI dan perguruan tinggi dapat dibuat standar
kompetensi pustakawan di Indonesia.
Proses “assessment” dilakukan dengan mengukur apakah pustakawan
tersebut dapat melakukan tugas yang mencerminkan kompetensi itu. Assessment
dilakukan per kompetensi. Sebagai contoh untuk mencek kemampuan pustakawan
Page 7
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
71
menggunakan perangkat aplikasi perpustakaan CDS/ISIS, pustakawan diminta
untuk melakukan beberapa tugas pokok yang menjadi inti dari pekerjaan
menggunakan CDS/ISIS, misalnya bagaimana instalasi CDS/ISIS, pembuatan
struktur basisdata buku, pengisian (inputting) data buku, penelusuran data dengan
CDS/ISIS, pencetakan data buku, pertukaran data dengan basisdata lain sejenis dan
sebagainya.
Standar kompetensi pengembangan profesi bagi pustakawan antara lain
tertuang dalam pembuatan karya tulis, meresensi buku, menyusun indeks.
Bibliografi, abstrak dan menyusun pedoman dan petunjuk teknis di bidang ilmu
perpustakaan dan informasi.
Profesionalisme Pustakawan
Kompetensi semakin menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh sumber
daya manusia perpustakaan. Masalah kompetensi menjadi penting karena
menawarkan suatu kerangka kerja yang efektif dan efisien dalam mendayagunakan
sumber daya yang terbatas. Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang memiliki
kompetensi memungkinkan setiap jenis pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik,
tepat waktu, tepat sasaran dan sebanding antara biaya dan hasil yang diperoleh.
Kompetensi profesional merupakan gabungan dari kompetensi inti dan masing-
masing ditambah dengan keterampilan khusus. Di dalam Buku Pedoman
Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:27) kompetensi profesional yang harus
dipenuhi oleh pustakawan terdiri dari : 1. Mempunyai pengetahuan dan mampu
menjalankan fungsi dan aktivitas sistem perpustakaan. 2. Memiliki pengetahuan
tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk kemampuan untuk mengevaluasi
dan menyaring sumber-sumber tersebut secara kritis. 3. Memiliki pengetahuan
tentang subjek khusus yang sesuai dengan kegiatan perguruan tinggi. 4.
Mengembangkan dan mengelola layanan informasi dengan baik, mudah di akses
dan cost effective (efektif dalam pembiayaan) yang sejalan dengan aturan strategis
perguruan tinggi. 5. Menyediakan bimbingan dan bantuan terhadap pengguna
Page 8
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
72
layanan informasi dan perpustakaan. 6. Melakukan survey mengenai jenis dan
kebutuhan informasi, layanan informasi dan produk-produk yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna. 7. Mengetahui dan mampu menggunakan teknologi informasi
untuk pengadaan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. 8. Mengetahui dan
mampu menggunakan pendekatan bisnis dan manajemen untuk
mengkomunikasikan perlunya layanan informasi kepada pimpinan perguruan
tinggi. 9. Mengembangkan produk-produk informasi khusus untuk digunakan di
dalam atau di luar lembaga atau oleh pelanggan secara individu. 10. Mengevaluasi
hasil penggunaan informasi dan menyelenggarakan penelitian yang berhubungan
dengan pemecahan masalah-masalah manajemen informasi. 11. Secara
berkelanjutan memperbaiki layanan informasi untuk menanggapi perubahan
kebutuhan.
Sedangkan menurut Dewiyana (2006:24) kompetensi dibagi menjadi 4
kompetensi utama sebagai berikut : 1. Melaksanakan organisasi informasi, 2.
Mengelola sumber informasi, 3. Mengelola layanan informasi, dan 4.
Mempergunakan peralatan dan teknologi informasi.
Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kompetensi profesional yang
harus dimiliki oleh seorang pustakawan meliputi kemampuan mengelola,
memelihara dan mengembangkan informasi serta mampu menggunakan teknologi
dan memperbaiki layanan informasi untuk menanggapi perubahan kebutuhan.
Pengembangan Kompetensi dan Profesionalisne Pustakawan
Pengembangan sumber daya manusia adalah proses meningkatkan potensi
produktifitas dari sumber daya tenaga kerja dalam hal pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan melalui mekanisme yang sesuai seperti pendidikan dan pelatihan,
konseling, perencanaan karir, kinerja atau penilaian diri, penghargaan atau hadiah
dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan memainkan peran penting dalam
memperkuat kemampuan baik akademis dan profesional sumber daya manusia
untuk memenuhi tujuan organisasi. A process of helping employees in an
Page 9
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
73
organization to acquire new skill and competence on a continuing basis (Dhiman,
2014: ir.inflibnet.ac.id.in).
Eko (2015), menyatakan di tengah pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengembangan kompetensi pustakawan sebagai tenaga
profesional yang terlatih di bidang perpustakaan, Menurut Eko, upaya
pengembangan profesionalisme pustakawan dapat dilakukan dengan meningkatkan
kompetensinya. Salah satu konsep pengembangan profesionalisme pustakawan,
sebagaimana disebut International Federation of Library Association (IFLA) selaku
federasi internasional perpustakaan, adalah melalui CPD, namun demikian
penerapan konsep tersebut dalam pengembangan profesionalisme pustakawan di
perguruan tinggi pada umumnya masih kurang mendapat perhatian. Pada penelitian
yang dilakukan pada pustakawan di Gana juga menghasilkan bahwa lingkungan
perpustakaan di universitas negeri cukup suportif dalam melakukan pengembangan
pustakawannya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa keterlibatan pustakawan
profesional dalam pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan merupakan
tanggung jawab bersama antara perpustakaan dan diri mereka sendiri. Manfaat dari
pengembangan profesional pustakawan adalah promosi karir dan penambahan
keterampilan yang menuju pada peningkatan kompetensi.
Pengembangan kompetensi pustakawan merupakan perpaduan antara
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat dipakai scbagai tolok ukur guna
mengetahui sejauhmana kemampuan seorang pustakawan dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan bidang dan jenjang jabatannya. Kemampuan pustakawan
dalam melaksanakan tugas di bidang jenjang jabatan akan tercermin pada uji
kompetensi.
Pengembangan profesionalisme, yang mana menitikberatkan pada kegiatan
pelatihan ataupun seminar tentang pustakawan dan ilmu perpustakaan serta
keterlibatan dalam organisasi profesi yang diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi. Hal tersebut kembali lagi mengungkapkan pemahaman bahwa tugas
dan peran administratif merupakan kunci utama dalam peningkatan kompetensi,
peran bahkan kinerja pustakawan.
Page 10
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
74
Kompetensi dan profesional adalah dua modal yang harus dimiliki oleh
setiap orang dalam menjalankan aktivitas profesisnya, baik itu pegawai negeri,
pegawai swasta maupun para wira usahawan. Kompetensi berkaitan dengan bakat
dan kemampuan seseorang dalam suatu profesi (pekerjaan) yang memiliki sifat
interpersonal (alamiah). Misalnya ketika seseorang berkompeten di bidang
perpustakaan, tentunya dia sudah memiliki bakat di dalam ilmu tersebut, misalnya
membuat katalog, nomor klasifikasi, konsultan pustakawan, atau analis subjek.
Pembelajaran dan pelatihan hanyalah ilmu untuk memperdalam kompetensi
tersebut. Sedangkan profesionalisme lebih bersifat institutional (bawaan), artinya
bahwa profesional itu ada ketika seseorang itu memiliki keahlian untuk menguasai
dan memahami bidang profesi yang sesuai dengan visi dan misi dari lembaganya.
Tidak mungkin orang bekerja di lembaga Perpustakaan, keahliannya dalam bidang
Pertanian. Meskipun orang itu ingin belajar Ilmu Perpustakaan sangat susah untuk
memahami dan mengembangkannya. Karena profesionalisme adalah satu
rangkaian profesi yang keahliannya disesuaikan dengan tujuan dan visi kegiatan
dari lembaga tersebut.
Listiani (2007:81) menyampaikan beragam pengguna memerlukan
informasi yang berbeda, mengharuskan pustakawan meningkatkan kemampuan
kompetensinya dengan menguasai tiga macam pengetahuan antara lain: 1)
Pengetahuan buku sumber informasi (bibliograpic control), 2) Pengetahuan
pemilihan media yang tepat (a sense media), dan 3) Pengetahuan isi koleksi.
Ketiga pengetahuan diatas menurut Bernard Vavrek (Listiani, 2007: 2)
merupakan suatu sarana atau prasyarat untuk mencapai tujuan yang diinginkan
yaitu menjembatani dunia pengetahuan dengan para pengguna perpustakaan.
Kualitas pustakawan diukur dari pemahaman yang dimiliki mengenai visi dan misi,
kemampuan menjabarkan program, kemampuan identifikasi kebutuhan pengguna,
kemampuan memilih dan memilah berbagai jenis informasi aktual, kemampuan
mengolah informasi secara sistematis sehingga mudah ditemukan serta kemampuan
mengkomunikasikan sumber-sumber informasi yang dimiliki.
Page 11
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
75
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
berkenaan dengan kompetensi tenaga perpustakaan sekolah/madrasah meliputi
dimensi kompetensi sebagai berikut: 1. Dimensi Kompetensi Manajerial, memiliki
kemampuan memimpin sumberdaya manusia, merencanakan, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi program. 2. Dimensi Kompetensi Pengelolaan
Informasi, memiliki kemampuan pengembangan koleksi, pengorganisasian
informasi dan pelayanan informasi. 3. Dimensi Kompetensi Kependidikan,
memiliki wawasan kependidikan, keterampilan memanfaatkan informasi,
mempromosikan perp. dan bimbingan literasi informasi. 4. Dimensi Kompetensi
Kepribadian, memiliki integritas dan etos kerja yang tinggi. 5. Dimensi
Kompetensi Sosial, dengan membangun hubungan sosial dan komunikasi. Dan 6.
Dimensi Kompetensi Pengembangan Profesi, selalu mengembangkan ilmu dan
menghayati etika profesi.
Profesionalime pustakawan menurut Purwono: 2008, terdiri atas: 1)
Memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan komunikasi dan keahlian
yang mumpuni dalam bidangnya, 2) Memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, 3)
Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama, 4) Senantiasa
berorientasi pada jasa, 5) Menjunjung tinggi kode etik pustakawan, 6) Senantiasa
melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan.
Pengembangan kompetensi dan profesionalisme dalam setiap pekerjaan
pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan memiliki cara kerja pelayanan
dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service
excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan
penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi
oleh banyak kalangan dan citra lembaganya perpustakaan akan menjadi naik.
Page 12
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
76
Sumber Daya Manusia Pustakawan
Jabatan pegawai negeri sipil berdasarkan Peraturan Menteri PANRB Nomor
25 Tahun 2016 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Lingkungan Instansi Pemerintah, bahwa PNS ditetapkan berdasarkan
jabatan fungsional tertentu (JFT), yang salah satunya adalah JFT Pustakawan
dengan kriteria dalam yang diperoleh karena memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Sumber daya manusia di perpustakaan menurut Pedoman Perpustakaan
Perguruan Tinggi terbitan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi terdiri dari:
Pustakawan, tenaga administrasi dan tenaga kejuruan. Pustakawan (dalam hal ini
jabatan fungsional Pustakawan) di Indonesia mulai diterapkan sejak tahun 1988
yaitu dengan terbitnya Keputusan Menpan nomor 18/1988. Penerapan jabatan
fungsional ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan pegawai sekaligus untuk menetapkan dan mengukur kompetensi
pegawai perpustakaan melalui sistem penilaian pelaksanaan pekerjaan. Jenjang
jabatan diukur berdasarkan kompetensi yang dimilikinya yang dicerminkan dengan
nilai kredit kumulatif yang dicapai oleh pegawai yang bersangkutan. Dengan
demikian maka seseorang yang menduduki jabatan tertentu ia telah memiliki
kompetensi untuk jabatan tersebut. Keputusan Menpan ini kemudian
disempurnakan mengikuti perkembangan atau dinamika Jabatan Pustakawan.
Keputusan Menpan nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 jo Peraturan Menpan RB
Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka
Kreditnya. Peraturan perpustakaan nasional telah mengeluarkan tentang
pengembangan sumberdaya manusia melalui kinerja terukur dengan angka
kreditnya yang tertuang dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 11
Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka
Kreditnya.
Page 13
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
77
Pengangkatan pertama PNS ke jabatan fungsional pustakawan harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.Terdapat
dua cara untuk pengangkatan seseorang menjadi pustakawan yaitu: 1) Pertama
adalah rekrutmen lulusan perguruan tinggi jurusan ilmu perpustakaan. 2) Kedua
adalah dengan mengikuti pendidikan (melalui pendidikan formal dan/atau
nonformal) untuk pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) UU nomor 43 tahun 2007 dilaksanakan melalui pendidikan formal dan/atau
nonformal, dengan pendidikan dan pelatihan untuk CPTA (calon pustakawan
tingkat ahli) maupun CPTT (calon pustakawan tingkatterampil).
Pengangkatan pertama ke jabatan fungsional pustakawan berlaku bagi
pegawai (staf) biasa atau pegawai jabatan fungsional lainnya, dengan mematuhi
ketetapan dan memenuhi persyaratan yang berlaku, berdasarkan peraturan
MENPANRB dan Kepala Perpusnas RI tentang kepustakawanan (Yuniwati, Ayo
Jadi Pustakawan, http://journal.stainkudus.ac.id/).
Kerangka Pemikiran
Satu pola dalam pengembangan kompetensi dan profesionalisme
pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN Antasari Banjarmasin yang
melibatkan kompetensi pustakawan, profesionalisme pustakawan dan
pengembangan jabatan fungsional pustakawan, seperti gambar kerangka pemikiran
penelitian di bawah ini:
Page 14
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
78
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digarap ini adalah kualitatif deskriptif dengan bentuk
penelitian lapangan (field research) yaitu informan yang diwawancarai secara
langsung pada lokasi yang sudah ditentukan pustakawan non sarjana perpustakaan
di lingkungan UIN Antasari Banjarmasin. Teknik pengumpulan data dengan
obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan
dengan uji keabsahan data meliputi uji, credibility, transferability, dependability,
dan confirmability (Sugiyono, 2007:270), dilanjutkan dengan penguatan data
sumber dengan menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Keabsahan metode/teknik dengan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data mengecek data bisa melalui
wawancara, observasi, dokumentasi. Pengujian kredibilitas data tersebut
menghasilkan data yang berbeda. Keabsahan waktu ketika situasi pagi, siang, dan
malam.. Analisis data bersifat analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan
mendeskripsikan data yang didapat dalam bentuk uraian kalimat. Penarikan
simpulan dilakukan dengan menggunakan metode induktif, yaitu menarik simpulan
ke sifat yang umum.
UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
Arah pengembangan kompetensi dan profesionalisme
Pengembangan pustakawan non sarjana perpustakaan
(Permendiknas 25/2008 dan Purwono, 2008
Profesionalisme Pustakawan
1. Pengetahuan & keterampilan
2. Kemandirian
3. Bekerjasama
4. Orientasi Jasa
5. Kode Etik
6. Visioner Ke Depan
Kompetensi Pustakawan
1. Manajerial
2. Pengelolaan Informasi
3. Kependidikan
4. Kepribadian
5. Sosial
6. Pengembangan Profesi
Implikasi
Pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan
non sarjana perpustakaan
Saran
Page 15
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
79
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari sebelumnya Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Antasari yang berdiri sejak Nopember 1964 kemudian pada 3 April
2017 bertranformasi menjadi UIN Antasari dengan secara resmi ditandatangani
oleh Presiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia.
Nomor 36 tahun 2017 yang beralamat jalan Jenderal Ahmad Yani Km. 4,5
Banjarmasin.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2017
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin
tanggal 20 Juli 2017 Pasal 82 (1) Perpustakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
81 huruf a mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengembangan
kepustakaan, mengadakan kerja sama antar perpustakaan, mengendalikan,
mengevaluasi, dan menyusun laporan kepustakaan. (2) Perpustakaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala yang diangkat oleh Rektor, berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Kelembagaan.
Berdasarkan hasil paparan data kompetensi dan profesionalisme
pustakawan non sarjana ilmu perpustakaan menunjukkan hal di bawah ini.
Kompetensi Pustakawan dan Kegiatannya
Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui pengembangan
kompetensi, profesionalisme, dan implikasi pustakawan non sarjana perpustakaan
di UIN Antasari Banjarmasin paparan data hasil temuan penelitian dengan
pengumpulan data terkait dengan pengembangan kompetensi, profesionalisme, dan
implikasi pustakawan non sarjana perpustakaan dengan galian data kepada 3 (tiga)
informan fungsional pustakawan non sarjana perpustakaan dan 1 (satu) orang key
informan sebagai kepala perpustakaan.
Pengembangan/Peningkatan kompetensi dan profesionalisme pustakawan
menjadi salah satu unsur penting yang wajib menjadi perhatian pemerintah. Hal
Page 16
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
80
tersebut tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan yang berbunyi, membina dan mengembangkan
kompetensi, profesionalitas pustakawan, dan tenaga teknis perpustakaan.
Seorang pustakawan dengan memperhatikan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah berkenaan dengan kompetensi tenaga
perpustakaan sekolah/madrasah, dalam hal ini kompetensi ini bisa juga dimasukkan
dalam lingkup perguruan tinggi, untuk mengisi kekosongan teori pada perguran
tinggi meliputi 6 (enam) dimensi kompetensi, dengan paparan data penelitian
sebagai berikut:
a. Kompetensi manajerial
Kompetensi manajerial berdasarkan indikator yang dipakai yakni
melakukan perawatan koleksi dan melakukan pengelolaan koleksi. Melakukan
perawatan koleksi, kompetensi manajerial harus dimiliki oleh setiap tenaga
pustakawan tanpa melihat asal pengangkatan berlatar belakang sarjana atau non
sarjana perpustakaan. Perawatan koleksi diutamakan dengan alasan karena
kompetensi manajerial ini memerlukan perencanaan, pengorganisasin,
pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga bahan pustaka tersebut awet, lestari dan
bermanfaat sepanjang masa.
Melakukan pengelolaan koleksi, pengelolaan tersebut menjadi penting
dengan manajemen yang baik misalnya dalam hal inventaris, klasifikasi,
katalogisasi dan shelping koleksi bahan pustaka yang mengikuti peraturan baku dari
perpusnas akan memberikan kepastian dalam kegiatan pengelolaan koleksi
tersebut.
b. Kompetensi pengelolaan informasi
Kompetensi pengelolaan informasi sebagai information literacy
membutuhkan informasi, dan memiliki kemampuan untuk menempatkan,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang digunakan tersebut secara efektif.
Page 17
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
81
Melakukan pengorganisasian informasi, Pengorganisasian informasi akan
memudahkan pengontrolan dan mempermudah cara mengenali informasi, serta
memudahkan untuk penelusurannya baik secara manual maupun dengan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pengelolaan informasi dengan
melakukan pengorganisasian informasi telah melakukan informasi bahan pustaka
dengan efektif tepat guna dan efesien tepat waktu, di mana pemustaka diberikan
layanan sirkulasi dan referensi dengan maksimal, sesuai dengan prinsip informasi
literacy (melek informasi).
Memberikan jasa dan sumber informasi, Perpustakaaan sebagai pusat
informasi dengan jalan memberikan jasa dan sumber informasi perpustakaan
dengan merancang informasi secara online dari layanan sirkulasi dan referensi.
kegiatan memberikan jasa dan sumber informasi perpustakaan dengan layanan
sirkulasi dan referensi, memudahkan bagi pemustaka untuk melakukan temu
kembali bahan pustaka sebagai rujukan ilmiah sebuah karya ilmiah, di samping itu
kegiatan jasa dan sumber informasi dengan memberikan bimbingan kepada
pemustaka yang memerlukan informasi bahan pustaka tersebut.
c. Kompetensi Kependidikan
Pustakawan dengan kependidikan yang diperolehnya akan meningkatkan
pustakawan tersebut, karena kependidikan sekarang merupakan suatu hal yang
amat penting dan harus dimiliki jika perpustakaan ingin terus tumbuh dan
berkembang dalam lingkungannya yang terus berubah. Memiliki wawasan
kependidikan, Pustakawan mampu menyelaraskan program dan peran
perpustakaan untuk mendorong proses pendidikan yang berlangsung di lembaga
pendidikan. Kompetensi wawasan kependidikan sudah dapat terbangun dengan
baik di tingkatan pustakawan, sehingga dapat tercipta harmoni hubungan antara
pengurus lembaga pendidikan dan perpustakaan. Wawasan kependidikan bahwa
pentingnya wawasan kependidikan tersebut sebagai pustakawan harus kreatif dan
produktif dalam menulis karya ilmiah, bersamaan itu pula seorang pustakawan
harus mampu menyelaraskan program pendidikan yang berlangsung di lembaga
Page 18
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
82
pendidikan. Harmonisasi hubungan antara pengurus lembaga pendidikan dan
perpustakaan menjadi penting untuk kemajuan bersama sehingga tercapai visi misi
lembaga pendidikan tersebut.
Memberikan bimbingan literasi informasi dimana literasi informasi
berupaya memberikan pengetahuan pencarian informasi kependidikan. Pemustaka
yang mengunjungi perpustakaan tidak semua mengetahui bahan bacaan yang
diperlukan secara dalam rangka sumber ilmiah, disini pustakawan dapat membantu
untuk membimbing pencarian literasi informasi ilmiah. Pemenuhan literasi
informasi mengharapkan pustakawan dibutuhkan pula agar pustakawan bekerja
ilmiah dalam ini untuk lebih kreatif dan produktif dalam menulis karya ilmiah yang
berhubungan dengan bantuan bahan bacaan atau sumber ilmiah. Literasi informasi
menuntut pembelajaran seumur hidup, karena penemuan informasi diperlukan
untuk tugas apapun atau pengambilan keputusan.
d. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian dalam standar ini berlaku sebagai acuan umum
yang disadari bahwa setiap orang mempunyai kepribadian masing-masing termasuk
pustakawan. Keperibadian yang terbentuk dalam prilaku sebaiknya diarahkan
kepada nilai yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kinerja secara efektif.
Integritas diwujudkan dalam perilaku jujur, adil dan sabar. Biasa integritas kesesuai
hati, perkataan dan perbuatan. Integritas pada umumnya hanya terpaku pada sifat-
sifat tugas administratif dalam bentuk pelaporan kegiatan perpustakaan. Integritas
yang tingga dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, namun
sebaliknya dengan integritas yang kurang baik, masyarakat luas akan kecewa
dengan tidak akan mengunjungi layanan perpustakaan lagi, karena dengan janji
akan mencarikan sumber ilmiah yang tidak ditepati. Kompetensi kepribadian dalam
penelitian ini yakni: memiliki integritas dan etos kerja. Etos kerja akan memberikan
timbal balik kepada kepribadian seorang pustakawan, etos kerja yang baik, tentu
kepribadian juga akan baik. Etos kerja bahwa seorang pustakawan dengan etos
Page 19
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
83
kerja yang baik akan memberikan pengaruh terhadap layanan dan turut pula
memberikan efek kepada kepribadian yang bersangkutan.
e. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial pustakawan dengan memperhatikan pembangunan
karakter pribadi dalam pola hubungan dengan pemustaka. Wawancara dengan
informan dan key informan penelitian didapat hasil, membangun hubungan sosial,
hubungan sosial seorang pustakawan menjadi penting dalam rangka
mensosialisasikan dan menggerakan perpustakaan sebagai layanan bagi semua,
misalnya hubungan pustakawan baik secara sesama dan antara pustakwan, serta
dengan masyarakat luas. Membangun komunikasi, komunikasi yang baik, sikap
saling pengertian, dan sikap saling kenal mengenal antara pustakawan dan
pemustaka bisa menjadi modal dasar dalam membangun relasi ideal yang
diharapkan dalam membangun kompetesi pustakaan yang sesuai standar pelayanan
yang baik yang pada akhirnya menjadi komunikator yang handal lagi baik.
f. Pengembangan profesi
Pustakawan profesional dituntut mengembangkan profesi dengan
menguasai bidang ilmu kepustakawanan, memiliki keterampilan dalam
melaksanakan tugas/pekerjaan kepustakawanan. Pengembangan profesi hal yang
perlu diperhatikan antara lain. Mengembangkan ilmu, memiliki ilmu pengetahuan,
keterampilan, kecakapan dan keahlian yang mumpuni dengan sering mengikuti
pendidikan dan pelatihan (diklat) dalam rangka memperdalam kompetensi
pustakwanan. Mengembangkan ilmu dengan Pengembangan dan peningkatan
pustakawan sangat diperlukan agar bisa mengimbangi kemajuan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi Informasi dan Komunikasi, dengan membiasakan menulis karya tulis
ilmiah tentang keperpustakaan. Sehingga dia menjadi profesional dibidangnya.
Menghayati etika profesi, Etika profesi pustakawan menggambarkan bertingkah
laku terhadap pemustaka untuk lebih memberikan layanan yang terbaik. Etika ini
akan teraplikasi pada sebuah organisasi yang mengatur dalam sebuah kode etik,
dalam hal ini etika pustakawan.
Page 20
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
84
Profesionalisme Pustakawan dan Kegiatannya
Profesionalime pustakawan menurut Purwono (2008) bahwa pelaksanaan
kegiatan perpustakaan yang didasarkan pada keahlian, rasa tanggung jawab dan
pengabdian, dengan kegiatan yang secara umum, yang terdiri atas: 1) Memiliki
ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan komunikasi dan keahlian yang
mumpuni dalam bidangnya, 2) Memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, 3)
Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama, 4) Senantiasa
berorientasi pada jasa, 5) Menjunjung tinggi kode etik pustakawan, 6) Senantiasa
melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan.
a. Pengetahuan dan keterampilan
Seorang individu yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
sesuai dengan syarat pekerjaan tertentu, misalnya seorang pustakawan, sehingga
mampu berpartisipasi aktif ditempat pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan
tercermin dalam peningkatan jenjang pendidikan dan mampu menyediakan layanan
kepada semua pihak, dari mahasiswa sampai kepada jabatan profesor sebagai
pemustaka. Pengetahuan dan keterampilan ini terbagi kepada. Mengembangkan
kependidikan, Menuntut ilmu dalam jenjang yang lebih tinggi diperlukan sebagai
peningkatan dan pengembangan profesi dalam rangka lebih memperdalam ilmu
pengetahuan khususnya dibidang kepustakawanan. Para pustakawan ketika
diwawancarai tentang studi lanjut, mereka menjawab yang antara lain. Terampil
menyediakan layanan informasi, Pustakawan yang terampil dalam menyediakan
layanan informasi sebagai bagian dari layanan untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka, sehingga akan memepercepat penyebaran dan penerimaan informasi
tersebut. Sekarang jaman teknologi informasi ini seorang pustakawan harus mampu
memiliki kreatifitas dan inovasi dalam pengolahan informasi. Layanan diberikan
akan mampu memberikan layanan kepada pemustaka berupa mencari, menemukan,
dan menggunakan informasi dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhan pemustaka
tersebut.
b. Kemandirian
Page 21
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
85
Pustakawan sebagai tenaga profesional yang harus mandiri dengan bebas
dari campur tangan pihak luar dan tidak bergantung pada orang lain. Seorang
individu sebagai pustakawan yang mandiri harus mengembangkan diri dengan
fokus pada 3 hal komitmen/kesetiaan, kompetensi, dan yang dijiwai
intrapreneurship. Kemandirian profesionalisme pustakawan mengarah kepada hal
di bawah ini. Terkendali dari dalam pustakawan tersebut dengan kemampuan untuk
menghadang segala permasalah sendiri dan mampu mempengaruhi lingkungan atas
usahanya sendiri. Kemampuan mengendalikan fungsi dan tugas sebagai
pustakawan akan tercermin dalam berpikir dan tindak secara rasional, kreatif dan
inisiatif.
Percaya diri dengan kemampuan bekerja sendiri dan tanggung jawab.
Seseorang yang berkompetensi dan profesionalisme akan terlihat penuh percaya
diri karena telah menguasai pengetahuan dalam bidangnya, terutama bidang
kepustakaan. Pustakawan yang kurang percaya diri, merasa kecil atau rendah diri
akan menghambat kemajuan dirinya dan secara tidak langsung akan menganggu
dalam layanan perpustakaan. Rasa ini secara akan berangsung berkurang apabila
seorang pustakawan mau dan mampu mengikuti diklat, seminar, workshop dan
lainnya sebagai motivasi dalam menumbuhkan kepercayaan pada diri pustakawan.
Orang yang percaya diri akan sanggup melakukan sesuatu yang telah
diperhitungkan, mengembangkan sikap diri bahwa layanan yang diberikan
berdasarkan standar yang ditetapkan, apabila ada kesalahan itu sebagai suatu
cermin layanan sebagai perbaikan ke depan.
c. Bekerjasama
Pustakawan tidak dapat bekerja sendiri, sehingga memerlukan kerjasama
dengan pihak lain baik sesama pustakawan maupun pihak lain di luar tenaga
kepustakawanan, yang relevan dengan sesuai kebutuhan pemustaka. Jaman dengan
ledakan teknologi informasi kerjasama sangat dibutuhkan antar lembaga dan antar
jaringan internet. Bekerja sama akan memberikan layanan yang maksimal kepada
pemustaka, di mana tidak perlu lagi ke sana ke mari mencari informasi yang sama.
Bekerja sama biasa terbagi kepada intra pustakawan dan inter pustakawan. Intra
Page 22
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
86
Pustakawan, Bekerjasama intra atau antar pustakawan dalam lingkup teman/rekan
sejawat dilingkungan satua kerja sangat diperlukan, dengan kerja sama yang baik
pencapaian tujuan pelayanan akan terlaksana pula dengan baik. Kerjasama ini
dilakukan antar pustakawan untuk memecahkan beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh para pustakawan.
Inter Pustakawan, bekerjasama inter lembaga perpustakaan sekarang ini
amat diperlukan karena secara nyata tidak semua layanan tersedia di satu lembaga
perpustakaan. Sekarang jaman teknologi informasi kerja inter lembaga
perpustakaan makin mudah, dengan mengandalkan jaringan intenet atau internet
nerworking. Suatu terbitan di suatu tempat akan cepat terbaca apabila telah
dilakukan upload data. Kerja sama peminjaman antar perpustakaan akan sangat
mudah dilaksanakan. Temu kembali data yang diperlukan akan cepat ditemukan.
Disini lah pentingnya kerja sama tersebut dan keprofesionalan pustakawan
diperlukan.
d. Orientasi Jasa
Jasa bagi pemustaka merupakan motivasi utama serta tujuan primer
perpustakaan. Kebutuhan pemustaka perpustakaan akan jasa layanan yang lebih
bagus dan memuaskan. Pemustaka tersebut dapat merasakan kepuasan dalam
menerima jasa layanan di perpustakaan. Pemustaka sebagai pelanggan/costumer
harus mendapat perhatian yang serius dari pihak penyedia layanan. Kepuasan
pemustaka merupakan indikator keberhasilan layanan lembaga jasa. Orientasi jasa
dengan memberikan layanan kepada pemustaka dengan standar yang ditetapkan
beruapa stansar minimal layanan dan layanan prima. Layanan Minimal
Pustakawan, Layanan minimal yang ditetapkan Perpustakaan Nasional RI (2015)
adalah layanan yang diberikan perpustakaan sekurang-kurangnya meliputi; baca di
tempat, sirkulasi, penelusuran informasi, dan bimbingan pemustaka. Standar
minimal kemampuan layanan pustakawan, menurut Rahayu (2011) dapat
pengakuan dari lembaga sertifikasi. Standar minimal layanan berupa kemampuan
pengetahuan dan keterampilan, sikap, nilai perilaku, dan karakteristik yang
Page 23
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
87
diperlukan pustakawan untuk melaksanakan pekerjaan kepustakawanan yang
ditetapkan oleh lembaga yang berwenang berdasarkan hasil konsensus. David
Osborne dan Ted Gaebler menandaskan bahwa kebiasaan yang harus
dikembangkan pada pemustaka adalah: (a) selalu tepat waktu. (b) selalu
menindaklanjuti janji. (c) tidak mengumbar janji. (d) selalu berusaha berbuat baik
lagi. (e) memberikan pilihan. (f) memperlakukan pelanggan dengan baik, serta (g)
kontak langsung secara ramah (Ohara B.S.&Bolesand Johnston, M.W. 1991).
Layanan Prima Pustakawan, profesionalisme dalam setiap pekerjaan
pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan memiliki cara kerja pelayanan
dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service
excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan
pemustaka. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh
banyak kalangan dan citra lembaganya (perpustakaan) akan menjadi naik. Layanan
berkualitas seorang pustakawan antara lain terpercaya dan terandalkan,
berkompetens, jaminan kualitas, penampilan dan empati, cepat dan tanggap.
Layanan prima dengan memberikan layanan berkualitas dengan melebihi harapan
dari pemustaka, misalnya dengan memperlakukan pemustaka secara adil, sama,
tidak terpengaruh oleh ras dan layanan konsekuen. Tjiiptono menyebutkan
pelayanan prima terdiri dari empat unsur pokok yaitu kecepatan, ketepatan,
keramahan, dan kenyamanan. Memberikan pelayanan prima sebagai usaha untuk
mencapai kepuasaan dan loyalitas pemustaka untuk berkunjung kembali
keperpustakaan.
e. Kode Etik
Pustakawan profesional akan melakukan kegiatan dan pelayanan dengan
mengacu kepada norma-norma, standar dan kode etik agar layanan tersebut terarah
dan terukur serta memberikan layanan terbaik kepada pemustaka. Kode etik
pustakawan menurut Hermawan dan Zen (2006) merupakan standar tingkah laku
dan norma yang menjaga kompetensi profesional pustakawan tersebut agar tetap
berada pada tatanan perilaku yang terukur. Kode etik dibuat bersama dan disepakati
untuk memastikan bekerja dengan profesional yang akan memberikan layanan atau
Page 24
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
88
hasil kerja dengan kualitas tertinggi dan paling baik dalam hal ini untuk pemustaka,
serta untuk melindungi para pemustaka dari perbuatan atau tindakan yang tidak
profesional/malpraktik administrasi. Pelanggaran kode etik pustakawan baik yang
berasal dari internal pustakawan (kemauan, kemampuan, maupun kepribadian dan
perilaku) maupun yang berasal dari eksternal (institusi, kebijakan, penghargaan,
serta rewerd) akan mendapat sanksi dari organisasinya sesuai dengan aturan yang
mengatur hal tersebut, misalnya dari sanksi pencabutan keanggotaan sampai pada
sanksi pidana. Seorang yang bekerja dengan kode etik bersikap profesional dan
menjaga martabat kepustakawanan. Secara sederhana seorang pustakawan yang
bekerja berdasarkan kode etik akan menjadi teladan dan menjaga nama baik
lembaga secara keseluruhan. Keteladanan, pustakawan bekerja berpedoman pada
kode etik yang berdasarkan standar norma yang telah disepakati, akan menjadi
teladan bagi orang lain. Pustakawan tersebut dapat memberikan pelayanan dengan
perilaku yang baik sesuai etika pergaulan di masyarakat dengan saling menghargai,
sopan, santun, ramah, dan bersahabat, selalu mengembangkan pikiran positif,
bertindak atas dasar logika, dan tidak cuek kepada orang lain. Melayani dengan
sabar, tidak mudah tersinggung, pikiran jernih dan objektif. Kemudian komunikatif
dapat menghilangkan kesombongan, kekecewaan dan kepenatan yang akan
menghambat dalam pergaulan sehari-hari.
Menjaga nama baik lembaga, perilaku pustakawan bekerja yang berpegang
pada pedoman kode etik selalu juga menjaga nama baik lembaga. Perbuatan dan
ucapan, serta sikap dan tingkah laku pustakawan tidak akan merugikan lembaga
dan organisasi profesi. Pustakawan dengan perilaku atau sikap kerja dengan
mengarah kepada hal-hal yang positif, misalnya tidak melakukan tidakan kriminal
yang membawa nama lembaga perpustakaan atau organisasi profesi. Perilakua yang
bersifat dalam diri seseorang amat cepat mengalami perubahan, sehingga perilaku
yang baik dengan selalu memperhatikan nama baik seorang pustakawan perlu
dimiliki, dimunculkan, dipupuk, dipelihara, dan dikembangkan walau sekarang ini
perubahan jaman amat cepat dengan adanya teknologi informasi.
Page 25
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
89
f. Visioner Ke Depan
Pustakawan yang profesional selalu memiliki pola pikir ke masa depan.
Penciptaan dan aktualisasi visi dibuat dengan realitas kenyataan dan kredibel dapat
dipertanggung jawabkan, bahwa jabatan pustakawan dan lembaga perpustakaan
dipastikan akan berubah. Kegiatan visoner diharapkan dapat mencipta,
merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau
sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang
diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus dicapai melalui
komitmen semua personil. Misalnya dulu dalam pelayanan pencarian bahan katalog
menggunakan manual, sekarang dengan teknologi digital, https://perpustakaan.uin-
antasari.ac.id/, katalog online, IDR UIN Antasari, dengan visi ke depan perubahan
tersebut terjadi. katalog perpustakaan dapat dicari dan dilihat kapan dan di mana
saja. Pustakawan yang profesional dalam menghadapi jaman pasti berubah melihat
masa depan dengan luwes dan tanggap lebih lagi sebuah kenyataan kehidupan
sekarang tidak lepas dari kebutuhan teknologi informasi. Visioner pustakawan
selalu terbuka terhadap kritik membangun, karena tidak selamanya benar terus,
manusia tidak ada yang sempurna, dan kritikan sebagai motivasi untuk maju
melangkah ke depan. Kevisioneran seorang pustakawan memudahkan bersikap
luwes/mudah beradaptasi dan tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,
dana terbuka terhadap kritik membangun.
Luwes dan tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, pustakawan
yang profesional harus selalu bisa menyesuaikan diri dan tanggap dengan
perkembangan yang ada, sehingga pustakawan bisa mengelola perpustakaan agar
selalu bisa menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka sesuai
zamannya. Lasa Hs (2007) memastikan bahwa pustakawan harus luwes dan
tanggap terhadap perubahan dan kemajuan teknologi informasi sekarang ini.
Terbuka terhadap kritik membangun, seorang manusia tidak akan lupa dari
kritik dari orang lain yang sifatnya memuji atau mencela, menerima semua itu
dengan sabar dan pikiran jernih. Kritik juga tidak lepas dari dunia perpustakaan
Page 26
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
90
yang tugas dan fungsi memberikan layanan kepada pemustaka. Kritik yang
membangun menjadi motivasi dan pendorong untuk meningkatkan layanan yang
baik dan berkualitas.
Seorang pustakawan, baik berasal dari latar belakang ilmu perpustakaan
atau non perpustakaan berkewajiban memiliki kemampuan yang menunjang kinerja
di bidang perpustakaan, baik dari segi kompetensi yang menggambarkan bahwa
seseorang itu memang kompeten dibidangnya dan mampu melayani secara baik,
prima dengan berbasis layanan prima untuk semua.
Implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non
sarjana perpustakaan
Implikasi atau dampak pengembangan komptensi dan profesionalisme
dengan peningkatan potensi produktifitas dari sumber daya tenaga kerja dalam hal
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui mekanisme yang sesuai seperti
pendidikan dan pelatihan, konseling, perencanaan karir, kinerja atau penilaian diri,
penghargaan atau hadiah dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan memainkan peran
penting dalam memperkuat kemampuan baik akademis dan profesional sumber
daya manusia untuk memenuhi tujuan organisasi. Kemampuan pustakawan dalam
melaksanakan tugas di bidang jenjang jabatan akan tercermin pada uji komptensi
Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan merupakan tanggung
jawab bersama antara perpustakaan dan diri mereka sendiri. Manfaat dari
pengembangan profesional pustakawan adalah promosi karir dan penambahan
keterampilan yang menuju pada peningkatan kompetensi.
Pengembangan kompetensi dan profesionalisme dalam setiap pekerjaan
pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan memiliki cara kerja pelayanan
dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service
excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan
penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi
oleh banyak kalangan dan citra lembaganya perpustakaan akan menjadi naik.
Page 27
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
91
Pengembangan profesi pustakawan non sarjana perpustkaaan dapat
diberikan dengan melakukan kegiatan motivasi dalam setiap rapat kordinasi
perpustakaan, menanyakan berbagai kesulitan/persoalan yang dihadapi saat
pelaksanaan tugas, selalu memonitor kegiatan staf, menanyakan staf yang terlambat
datang atau tidak berada di tempat, hal ini menjadi komitmen kepala perpustakaan
untuk lebih memajukan semua tenaga perpustakaan.
Dorongan dan arahan kepada pustakawan khususnya pustakawan non
sarjana perpustakaan, dengan cara yang sama kepada semua berupa memberikan
arahan dan dorongan pada mereka ketaika akan melaksanakan pekerjaan (saat baru
pertama ditempatkan di perpustakaan), menugaskan pustakawan atau tenaga senior
untuk membantu tenaga pemula untuk memahami pekerjaan mereka, dan selalu
mendorong pustakawan dan tenaga perpustakaan untuk selalu belajar dan
meningkat layanan.
Bentuk pengembangan profesi yang anda lakukan dalam bidang Ilmu
perpustakaan dan Informasi, dengan melakukan pengkajian kepustakawanan yang
bersifat kompleks (strategis sektoral), melakukan pengkajian kepustakawanan yang
bersifat sederhana (taktis operasional), membuat prototip model perpustakaan yang
diakui untuk lingkup kelembagaan, memberi konsultasi kepustakawanan yang
bersifat konsep kepada perorangan, melakukan sosialisasi Perpustakaan dan
Kepustakawanan sebagai narasumber, melakukan penyuluhan tentang Pemanfaatan
Perpustakaan sebagai narasumber, promosi Perpustakaan, membuat Karya Tulis /
Karya Ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan evaluasi di bidang
kepustakawanan yang dipublikasikan dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional atau Majalah ilmiah, membuat Karya Tulis / Karya
Ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang
Kepustakawanan yang dipublikasikan dalam bentuk bentuk buku yang diterbitkan
dan diedarkan secara nasional atau Majalah ilmiah, penyusunan buku pedoman /
ketentuan pelaksanaan / ketentuan teknis di bidang Kepustakawanan, dan pengajar
/ Pelatih pada diklat fungsional / teknis bidang Kepustakawanan
Page 28
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
92
Kegiatan yang dilakukan sebagaimana di atas sebagai cara dalam lebih
memperhatikan dan mengembangkan tenaga perpustakaan non sarjana
perpustakaan agar memiliki kemampuan kompetensi dan profesionalisme dibidang
kerja yang ditekuni selama ini.
Penelitian ini menggambarkan bahwa pustakawan non sarjan ilmu
perpustakaan telah mampu bertindak secara kompetensi dan profesionalisme
dengan salah satu tujuan mencegah out up date kemampuan sumber daya manusia
yang mereka miliki karena telah melakukan kegiatan kompetensi dan
profesionalisme tersebut. keterampilan pada semua tingkat organisasi. Menurut
Nashibuddin dan Aulianto dalam Wahid Nashihuddin (2017), peningkatan
kompetensi dan profesionalisme diperlukan oleh pustakawan yang bekerja di
perpustakaan khusus agar mampu berkompetisi, berdaya saing, dan memberikan
kinerja yang optimal. Pengembangan SDM harus terus ditingkatkan sebagai
tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi yang berimplikasi kepada kemampuan
dan kepercayaan diri pustakawan serta membawa pada keunggulan organisasi yang
dimana bekerja.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya tentang Pengembangan
Kompetensi dan Profesionalisme Pustakawan Non Sarjana Perpustakaan UIN
Antasari Banjarmasin dapat disimpulkan, antara lain:
1. Pengembangan kompetensi pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN
Antasari Banjarmasin berdasarkan wawancara yang dilakukan pada informan
dan key informan bahwa kompetensi manajerial telah melakukan perawatan
koleksi dan melakukan pengelolaan koleksi dengan baik. Kompetensi
pengelolaan informasi 3 orang pustakawan non sarjana perpustakaan dan key
informan telah melakukan pengorganisasian informasi dengan pengelolan
bahan pustaka dan memberikan jasa dan sumber informasi baik secara online
Page 29
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
93
maupun offline telah dilaksanakan meskipun ada kendala dikecepatan akses
internet. Kompetensi kependidikan dengan kemampuan dan kreatifitas
pustakawan non sarjana perpustakaan meliputi memiliki wawasan
kependidikan yang dapat menyelaraskan kemampuan pribadi bidang menulis
karya ilmiah dengan mengangkat nama lembaga di tambah dengan
kemampuan memberikan bimbingan literasi informasi kepada pemustaka yang
tidak semua pemustaka mengetahui dunia ilmiah yang tersebar secara luas.
Pustakawan non sarjana perpustakaan dituntut mempunyai kemampuan
kompetensi kepribadian dari dalam diri sendiri misalnya memiliki integritas
yang berprilaku jujur, adil, dan sabar yang dapat meningkatkan kepercayaan
publik, sehingga etos dan semangat kerja pustakawan meningkat yang berefek
pada kepribadian pustakawan tersebut. Kompetensi sosial yang dibangun
dalam memberikan layanan untuk semua diperlukan adanya kegiatan yang
meliputi membangun dan memantapkan hubungan sosial kepada semua
dengan baik ditambah dengan membangun komunikasi yang baik sesama
pustakawan dan kepada pemustaka sehingga menjadi komunikator yang baik.
Kompetensi pengembangan profesi pustakawan non sarjana perpustakaan
dengan mengembangkan ilmu keperpustakaan secara luas biasanya ikut dalam
pendidikan dan pelatihan yang dipertemuan ini ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi terbarukan dan menjadi terbiasa dalam menulis karya
ilmiah, dengan demikian penghayatan pada etika profesi semakin melekat
dengan berkepribadian dan bertingkah laku yang ditunjukkan dengan aturan
kode etik yang mengikatnya. Pengembangan kompetensi pustakawan non
sarjana yang diatur dalam Permendiknas 25/2008 secara umum telah
dilaksanakan dan diperaktikan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan
dengan tetap mendapat bimbingan, arahan, panduan, dan monitoring dari key
informan.
2. Pengembangan profesionalisme pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN
Antasari Banjarmasin dilaksanakan keprofesionalisian berdasarkan beberapa
indikator yang antara lain : profesionalisme pengetahuan dan keterampilan
Page 30
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
94
yang tercermin pada pengembangan kependidikan formal jenjang Diploma,
Sarjana, Magister, Doktor dan informal dengan mengikuti kegiatan ilmiah
diklat, seminar, workshop, yang tentu saja akan mengembangkan terampil
pustakawan dalam menyediakan layanan informasi dengan mencari,
menemukan, dan menggunakan informasi dengan cepat dan tepat sesuai
kebutuhan pemustaka. Profesionalisme kemandirian dengan bebas dari campur
tangan pihak luar dan tidak bergantung pada orang lain meliputi terkendali
dengan kemampuan untuk menghadang segala permasalahan sendiri dan
mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri dan percaya diri
tercermin dalam berpikir dan tindak secara rasional, kreatif dan inisiatif.
Profesionalisme bekerjasama baik sesama pustakawan maupun pihak lain di
luar meliputi intra pustakawan dari dalam unit kerja untuk memecahkan
beberapa permasalahan yang dihadapi dan inter pustakawan dalam
membangun jaringan perpustkaan secara regionla, nasional dan internasional.
Profesionalisme yang berorientasi pada jasa atas layanan yang lebih bagus dan
memuas meliputi layanan minimal baca di tempat, sirkulasi, penelusuran
informasi, dan bimbingan pemustaka dan layanan prima yang memberikan
kepuasan yang melebihi efektasi harapan pemustaka dan menggunakan
kembali layanan pustaka. Profesionalisme berdasarkan kode etik yang
disepakati untuk memastikan bekerja dengan memberikan layanan atau hasil
kerja dengan kualitas tertinggi dan paling baik, sehingga layanan pustakawan
menjadi teladan untuk semua yang ramah, sabar, tidak sombong, tidak
pemarah. Pustakawan yang bekerja berdasarkan kode etik akan menjaga nama
baik lembaga dengan tercermin pada perbuatan dan ucapan, serta sikap dan
tingkah laku pustakawan tidak akan merugikan lembaga dan organisasi profesi.
Profesonalisme visioner ke depan dengan selalu memperhatikan perubahan dan
tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi web
perpustakaan.uin-antasari.ac.id, dibuktikan dengan luwes atau mudah
beradaptasi dan tanggap terhadap perkembangan iptek sehingga tidak
Page 31
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
95
dikatakan gagap teknologi. Keterbukaan terhadap kritik membangun seorang
pustakawan non sarjana perpustakaan menjadikan motivasi dan pendorong
untuk meningkatkan layanan yang baik dan berkualitas. Pengembangan
profesionalisme menurut Purwono, 2008 telah dilaksanakan oleh pustakawan
non sarjana perpustakaan yang dapat dilihat dan diukur pada peningkatan
layanan terutama pada layanan prima dan menjadi lembaga lebih baik lagi.
3. Implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non
sarjana perpustakaan di UIN Antasari Banjarmasin dengan melakukan
pengkajian kepustakawanan yang bersifat kompleks (strategis sektoral), taktis
operasional, sosialisasi, penyuluhan dan promosi Perpustakaan, membuat
Karya Tulis/Karya Ilmiah hasil penelitian, diklat fungsional / teknis bidang
Kepustakawanan, dan kegiatan lainnya untuk lebih meningkatkan dan
mengambangkan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana
perpustakaan, sehingga memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada
people based service (berbasis pengguna) dan service excellence (layanan
prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan penggunanya.
Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh banyak
kalangan dan citra lembaganya perpustakaan UIN Antasari secara khusus dan
lembaga Universitas secara umum akan menjadi positif dengan kunjungan
meningkat.
Saran-Saran
Hasil penelitian yang diperoleh tentang pengembangan kompetensi dan
profesionalisme pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN Antasari
Banjarmasin dengan saran-saran berupa :
1. Tenaga pustakawan non sarjana perpustakaan agar lebih memberikan waktu
yang lama dalam pelayanan, misalnya layanan malam hari, walau layanan sore
hari telah dilaksanakan dan layanan sabtu minggu juga telah dilaksanakan.
2. Tenaga pustakawan non sarjana perpustakaan lebih mempererat kerja tim yang
solid untuk dapat memberikan pelatihan kepada pemustaka, dengan latihan
Page 32
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
96
pemanfaatan teknologi informasi temu kembali naskah karya ilmiah sebagai
rujukan dalam menulis.
3. Kepala perpustakaan dan pustakawan non sarjana perpustakaan dapat
melakukan intensif workshop ilmiah tentang pemantapan literasi ilmiah berupa
metadata misalnya zotero, endnote dan lain sebagainya dalam lebih
meningkatkan kepercayaan bahwa bahan ilmiah yang dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Semua pihak kepala perpustakaan, semua pustakawan dan pemustaka dapat
saling bersinergi dan berkerjasama untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme tenaga pustakawan dalam rangka perpustakaan go
international, menghadapi revolusi 4.0.
5. Pustakawan non sarjana perpustakaan telah mengembangkan kompetensi
pustakawan berdasarkan Permendiknas 25/2008 dan mengembangkan
profesionalisme pustakawan berdasarkan Purwono, 2008. Berarati penelitian
ini dapat ditindaklanjuti untuk penelitian selanjutnya pada pustakawan sarjana
perpustakaan atau perbandingan sarjana perpustakaan dengan sarjana non
perpustakaan, sehingga diperoleh penelitian pelayanan yang berimbang pada
tenaga perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Sanjaya, 2015, Pengembangan Sumber Daya Manusia Non Sarjana
Perpustakaan Di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta, Tesis,
Jakarata.
Aris Nurohman, 2018, Perpustakaan Sebagai Teropong Profesionalisme
Pustakawan, Tik Ilmeu : Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol.2,
No.1, 2018, p-issn: 1496125591; e-issn:14961
Page 33
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
97
Balai Pustaka, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Bayu Indra Saputro dan Chaidir Amir (2018), Kompetensi Pustakawan
Perpustakaan Khusus: Studi Kasus Di Perpustakaan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, Baca: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 39
(2) Desember 2018, ISSN 0125-9008 (Print); ISSN 2301-8593 (Online).
Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004.
Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja, Jakarta: Grasindo
Data UIN Antasari Tahun 2018.
Dewiyana, Himma. 2006 . Kompetensi dan Kurikilum Perpustakaan : Paradigma
Baru dan Dunia Kerja di Era Globlasasi Informasi. (Pustaha:Jurnal Studi
Perpustakaan dan Informasi. Volume 2, Nomor 1 Juni 2006. Departemen
Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra USU,Medan
Hari Santoso, 2015, Peningkatan Kompetensi Pustakawan Pada Perpustakaan
Perguruan Tinggi Untuk Mewujudkan Kinerja Unggulan, Tesis, Jakarta.
Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu
Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia.
Jakarta: Sagung Seto
Keban, T. Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,
Teori dan Isu. Gava Media. Yogyakarta.
Page 34
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
98
Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia nomor 23
tahun 2003 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 21 tahun 2003
serta Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia nomor 2
tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan
Angka Kreditnya.
Keputusan Menpan nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 jo Peraturan Menpan RB
Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka
Kreditnya.
Laila Rahmawati, 2015, Kompetensi Pustakawan Di Perpustakaan Madrasah
Aliyah Dan Tsanawiyah Negeri Se-Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan,
Puslit IAIN Antasari, Banjarmasin.
Lasa Hs, 1998, Manajemen Perpustakaan Sekolah.Yogyakarta: Penerbit Pinus.
Listiani, Wanda & Novalinda. 2007. Desain Ruang Perpustakaan. Jakarta: Visi
Pustaka.
Luwarsih Pringgoadisurjo. 1992. Sumber Tenaga Pustakawan: Rekaman
Pengalaman dan Pendapat dalam Kepustakawan Indonesia. Jakarta:
Kesaint Blanc,.
Masruri, Anis. 2002. Problematika Membangun Perpustakaan Masa Depan. Media
Informasi, Vol. XIII, No. 11, th 2002: p. 1-9. Yogyakarta: UPT
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.
Masruri. 2014. Analisis Efektifitas Program Nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri perkotaan. Padang: Akademia Permata.
Page 35
Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…
99
Miftah Thoha, 1993. Perilaku Organisasi: Konsep dan Aplikasinya.Jakarta: PT
Raja Grafindo.
Moleong, j, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Pengangkatan PNS Kedalan Jabatan Fungsional Pustakawan
Peraturan Menpan-RB Nomor 26 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengangkatan
PNS dalam Jabatan Fungsional Pustakawan melalui Penyesuaian/Inpassing
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia nomor 9 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional
Pustakawan dan Angka Kreditnya
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka
Kreditnya
Perpustakaan Nasional RI. 2002. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan
Daerah. Ed. 1. Jilid 1. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Pringgoadisurjo, Luwarsih, 1992. Perpustakaan Chusus : Pengantar Organisasi
Adminisrmsi Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional Lembaga ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Sinaga, Dian. 2007.Perpustakaan Sekolah Peranannya dalam Proses belajar
Mengajar. Jakarta: Kreasi Media Utama
Page 36
Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus
100
Soetandyo Wignjosoebroto, 2001. Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi,
Media Notariat, PP INI.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Perpustakaan,
Perpustakaan Nasional RI, 2012.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Thoha, Miftah. 2002, Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Widodo, Suparno Eko. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Pustaka Pelajar.