Top Banner
ADMINISTRAUS - JURNAL ILMU ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN Vol 4 No. 1 Januari 2020 E-ISSN 2580-9695 Since September 2017 65 PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN NON SARJANA PERPUSTAKAAN DI UIN ANTASARI BANJARMASIN Khazmie STIA Bina Banua Banjarmasin [email protected] Ade Hermawan STIA Bina Banua Banjarmasin [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui pengembangan kompetensi, profesionalisme, dan implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN Antasari Banjarmasin. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuanlitatif. Informan penelitian adalah Pustakawan Non Sarjana Perpustakaan dengan jumlah 3 (tiga) dan key informan adalah kepala perpustakaan. Data pokok penelitian yakni kompetensi dan profesionalisme serta implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme. Tekni pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dengan sumber, metode/teknik, dan waktu. Analisa data dengan deskriptif kualitatif, penarikan simpulan dengan menggunakan metode induktif, yaitu menarik simpulan ke sifat yang umum. Hasil penelitian bahwa pengembangan kompetensi berupa pengembangan manajerial, pengelolaan informasi, kependidikan, kepribadian, sosial dan pengembangan profesi telah dilaksanakan dan dipraktikan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan dengan tetap mendapat bimbingan, arahan, panduan, dan monitoring dari key informan. Pengembangan profesionalisme berupa pengetahuan dan keterampilan, kemandirian, bekerjasama, orientasi jasa, kode etik, dan visioner ke depan telah dilaksanakan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan yang dapat dilihat dan diukur pada peningkatan layanan terutama pada layanan prima dan menjadi lembaga lebih baik lagi. Implikasi/dampak pengambangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana perpustakaan, sehingga memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh banyak kalangan dan citra lembaganya perpustakaan UIN Antasari secara khusus dan lembaga Universitas secara umum. Saran : Tenaga pustakawan non sarjana perpustakaan dan kepala perpustkaan lebih mempererat kerja tim yang solid untuk dapat memberikan pelatihan kepada pemustaka, dengan latihan pemanfaatan teknologi informasi Kata Kunci: pengembangan, kompetensi, profesioalisme, implikasi, pustakawan non sarjana perpustakaan
36

PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Mar 26, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

ADMINISTRAUS - JURNAL ILMU ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

Vol 4 No. 1 – Januari 2020 E-ISSN 2580-9695

Since September 2017

65

PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME

PUSTAKAWAN NON SARJANA PERPUSTAKAAN DI UIN

ANTASARI BANJARMASIN

Khazmie

STIA Bina Banua Banjarmasin

[email protected]

Ade Hermawan STIA Bina Banua Banjarmasin

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui pengembangan kompetensi, profesionalisme,

dan implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana

perpustakaan di UIN Antasari Banjarmasin.

Penelitian menggunakan metode deskriptif kuanlitatif. Informan penelitian adalah Pustakawan Non

Sarjana Perpustakaan dengan jumlah 3 (tiga) dan key informan adalah kepala perpustakaan. Data

pokok penelitian yakni kompetensi dan profesionalisme serta implikasi pengembangan kompetensi

dan profesionalisme. Tekni pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Teknik keabsahan data dengan sumber, metode/teknik, dan waktu. Analisa data dengan deskriptif

kualitatif, penarikan simpulan dengan menggunakan metode induktif, yaitu menarik simpulan ke

sifat yang umum.

Hasil penelitian bahwa pengembangan kompetensi berupa pengembangan manajerial, pengelolaan

informasi, kependidikan, kepribadian, sosial dan pengembangan profesi telah dilaksanakan dan

dipraktikan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan dengan tetap mendapat bimbingan, arahan,

panduan, dan monitoring dari key informan. Pengembangan profesionalisme berupa pengetahuan

dan keterampilan, kemandirian, bekerjasama, orientasi jasa, kode etik, dan visioner ke depan telah

dilaksanakan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan yang dapat dilihat dan diukur pada

peningkatan layanan terutama pada layanan prima dan menjadi lembaga lebih baik lagi.

Implikasi/dampak pengambangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana

perpustakaan, sehingga memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada people based service

(berbasis pengguna) dan service excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat

memenuhi kepuasan penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin

diapresiasi oleh banyak kalangan dan citra lembaganya perpustakaan UIN Antasari secara khusus

dan lembaga Universitas secara umum.

Saran : Tenaga pustakawan non sarjana perpustakaan dan kepala perpustkaan lebih mempererat

kerja tim yang solid untuk dapat memberikan pelatihan kepada pemustaka, dengan latihan

pemanfaatan teknologi informasi

Kata Kunci: pengembangan, kompetensi, profesioalisme, implikasi, pustakawan non sarjana

perpustakaan

Page 2: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

66

PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang

perpustakaan menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi

karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem

yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,

informasi, dan rekreasi para pemustaka. Ada suatu pendapat yang mengatakan

bahwa ”Library is Librarian” (Perpustakaan adalah pustakawan). Pendapat ini

mengandung pengertian bahwa perpustakaan bukan lagi hanya merupakan tempat

atau aspek fisik saja, tetapi lebih merupakan segenap aktivitas yang dimotori oleh

pustakawannya. Maju mundurnya perpustakaan tidak lagi tergantung pada besar

kecilnya gedung dan koleksi yang dimilikinya, akan tetapi tergantung pada kualitas

sumber daya manusia (SDM) atau pegawai perpustakaan (Labovitz, dalam Masruri,

2002: 4). Dengan demikian, pustakawan merupakan salah satu sumber daya yang

menggerakkan sumber daya lain dalam organisasi perpustakaan yang

memungkinkan perpustakaan dapat berperan secara optimal didalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya (Perpusnas, 2002: 1).

Tuntutan peningkatan kualitas kompetensi dan profesionalisme pustakawan

berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja dengan prinsip memberikan

penghargaan dan sanksi telah diamanatkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok kepegawaian, dan

ketentuan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan

Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya. Tuntutan tersebut diharapkan akan

menghasilkan pustakawan yang berkualitas, profesional, bertanggung jawab, jujur

dan lebih mampu serta akuntabel dalam pemberian pelayanan publik. Dengan kata

lain, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menyandang jabatan fungsional

pustakawan, diharapkan ke depan adalah pustakawan yang lebih profesional dalam

melaksanakan tugasnya, sehingga dapat mewujudkan kinerja yang berkualitas

sebagaimana diharapkan.

Page 3: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

67

Tuntutan pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi dan

profesionalisme pustakawan merupakan konsekuensi logis dari perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi informasi yang semakin maju, serta perkembangan

tuntutan reformasi di tanah air terutama terhadap pelaksanaan tugas di perpustakaan

(Keban, 2004: 16).

Kompetensi sebagai wujud dari profesionalisme pustakawan diperlukan

untuk memenuhi tujuan penerapan kode etik pustakawan dalam rangka pelaksanaan

sertifikasi pustakawan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI.

Kompetensi profesional ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif pustakawan

dalam membawa perubahan dan meningkatkan kecerdasan masyarakat untuk

mengantisipasi perkembangan dan perubahan di masa depan (Perpustakaan

Nasional RI, 2013).

Kompetensi profesional pustakawan telah ditetapkan dalam Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Perpustakaan

(Perpustakaan Nasional RI 2012). Dalam SKKNI tersebut dijelaskan ada tiga

kelompok kompetensi, yaitu kompetensi umum, kompetensi inti, dan kompetensi

khusus. Ketiga kelompok kompetensi profesional tersebut menjadi dasar bagi

pustakawan dalam bekerja di lembaganya, baik lembaga pemerintah maupun

swasta.

Pengembangan kompetensi dan profesionalisme yang dimaksud dalam

kontek ini adalah suatu proses tindakan menuju ke arah yang lebih baik, yakni

adanya kemajuan, peningkatan, dan perubahan dari kondisi sebelumnya (Thoha,

1993: 6-7). Perpustakaan UIN Antasari yang memiliki pustakawan yang berlatar

belakang ilmu perpustakaan berjumlah 6 orang dan bukan berlatar belakang ilmu

perpustakaan berjumlah 3 orang, dengan mahasiswa yang berjumlah 10.245 orang

dari progaram diploma, sarjana, magister dan doktor. Jumlah tenaga pendidik dan

kependidikan sebanyak 523 orang yang tersebar di fakultas dan pascasarjana (Data

diolah dari UIN Antasari Tahun 2018). Di tambah pula kunjungan umum yang

rerata 50 orang per hari. Hal ini menuntut sebuah komitmen yang tinggi dalam

memberikan perhatian dan layanan yang baik, sopan dan prima.

Page 4: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

68

Pengangkatan fungsional pustakawan yang dikenal melalui alih jabatan atau

inpassing pernah dilaksanakan pada tahun 1988 sampai 1990, waktu itu belum

ada/belum banyak lulusan ilmu perpustakaan, kemudian keluar peraturan yang

salah satu syarat dalam pengembangan SDM bidang perpustakaan dengan alih

jabatan harus lulus diklat fungsional pustakawan yang berlaku dan tertuang dalam

keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 132/KEP/M.

PAN/12/2002; Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia nomor 23 tahun 2003 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 21

tahun 2003 serta Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

nomor 2 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan

Angka Kreditnya dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 9 tahun 2014 tentang Jabatan

Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Peraturan Menpan-RB Nomor 26

Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional

Pustakawan melalui Penyesuaian/Inpassing, serta Peraturan Kepala Perpustakaan

Nasional RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengangkatan PNS Kedalan

Jabatan Fungsional Pustakawan, kegiatan dilaksanakan dengan pendidikan dan

pelatihan untuk CPTA (calon pustakawan tingkat ahli) maupun CPTT (calon

pustakawan tingkat terampil).

Pustakawan dengan latar belakang Ilmu Perpustakaan telah diakui

kompetensi dan profesionalisme yang memiliki disiplin ilmu tertentu khususnya

ilmu perpustakaan melalui jalur pendidikan formal dengan melalui jenang Diploma,

Sarjana, Magister, dan Doktor. Pengangkatan jabatan fungsional pustakan dengan

jalur alih jabatan/penyesuian bagi pustakawan non Sarjana Perpustakaan harus

mengikuti perkembangan kompetensi pustakawan pada umumnya, dengan

meminjam pendapat Maurnice B. Line seperti dikutip Pringgoadisurjo

bahwa perubahan-perubahan pesat terjadi pada bidang perpustakaan

dokumentasi informasi, oleh karena itu diperlukan tenaga kerja (staf) dengan

kemampuan imajinasi dan visi, yaitu melihat kemungkinan-kemungkinan

Page 5: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

69

yang baru dama bidang sosial, teknis, atau konseptual juga diperlukan

kemampuan melihat ke depan, mengenal masalah jangka pendek maupun

jangka menengah (Luwarsih Pringgoadisurjo, 1992: 102).

SDM perpustakaan hendaknya diberi peluang sebesar-besarnya dalam

mengembangkan kemampuannya (Darmono, 2007: 255). Kegiatan pengembangan

ini nantinya akan memberikan manfaat dan keuntungan kepada SDM khususnya

berupa keterampilan dan keahlian yang baru. Keahlian dan keterampilan baru yang

terus dikembangkan nantinya akan menjadi aset yang berharga bagi institusi. Salah

satu manfaat dilakukan pengembangan SDM secara terus menerus ini adalah dapat

membantu meningkatkan motivasi kerja. SDM yang sering diikutsertakan dalam

pengembangan akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya.

Pustakawan yang berlatar belakang non sarjana perpustakaan yang tentunya

mereka memiliki alasan dan latar belakang yang berbeda-beda untuk menjadi

pustakawan. Berbagai macam faktor yang mendorong motivasinya untuk bisa

bekerja dengan baik di perpustakaan. Pustakawan non sarjana ilmu perpustakaan

untuk bisa bekerja dengan baik di perpustakaan, dengan untuk memberikan dan

mengadakan berbagai macam program pengembangan SDM, diklat pengembangan

kemampuan dalam bidang teknologi informasi dan automasi perpustakaan, diklat

pengembangan layanan kepada pemustaka. Formasi pengangkatan PNS

pustakawan yang terbatas, dengan inpassing/alih fungsi dan tugas jabatan struktural

ke fungsional misalnya pustakawan (dalam hal ini non sarjana perpustakaan)

berdasarkan UU No. 43 Tahun 2007, UU No. 5 Tahun 2014 dan di dalam Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia No. 26 Tahun 2016, Peraturan Kepala Perpusnas RI No. 2 Tahun 2017

ada jabatan penyesuiain/inpassing. Faktor kemandirian dan motivasi bekerja dalam

jenjang karier jabatan sampai pada jabatan puncak dengan latar belakang minimal

sarjana dapat dilaksanakan misalnya sebagai pustakawan utama yang tentu saja

dibarengi dengan berbagai intensif penghasilan yang menjanjikan, misalnya

penghasilan fungsional, penghasilan perhitungan tunjangan kinerja, dan

penghasilan daya tahan tubuh yang tidak diterima oleh jabatan struktural.

Page 6: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

70

Memperhatikan pustakawan yang tidak berlatar belakang ilmu

perpustakaan tentunya perlu perhatian dalam mengembangkan kompetensi dan

profesionalismenya dalam turut mengembang visi UIN Antasari yaitu menjadi

Universitas yang unggul dan berakhlak, ditambah dengan wacana keilmuan

berbasis lokal berwawasan global (UIN Antasari Tahun 2018).

Kompetensi Pustakawan

Kompetensi pustakawan merupakan perpaduan antara pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang dapat dipakai sebagai tolok ukur guna mengetahui

sejauhmana kemampuan seorang pustakawan dalam melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan bidang dan jenjang jabatannya. Kemampuan pustakawan dalam

melaksanakan tugas di bidang jenjang jabatan akan tercermin pada uji komptensi.

Pustakawan merupakan suatu profesi, oleh karena itu seorang pustakawan

seharusnya profesional dalam bidangnya. Untuk mendapatkan predikat profesional

tersebut seharusnya seorang pustakawan harus memiliki sertifikat keahlian. Dan

untuk mendapatkan sertifikat keahlian tersebut ia harus lulus dalam ujian

sertifikasi. Jadi profesional tersebut tidak cukup hanya dengan memiliki ijazah

akademik (kompetensi akademik) saja.

Penyusunan standar kompetensi ini organisasi profesi dapat bekerjasama

dengan Perpustakaan Nasional RI sebagai regulator dan perguruan tinggi sebagai

pakar kepustakawanan. Pada saat yang sama, beberapa lembaga yang mampu dapat

ditunjuk untuk menerbitkan sertifikasi. Untuk setiap jabatan/pekerjaan/job tersebut,

perlu didefinisikan kompetensi ataupun kemampuannya (knowledge, skill,

attitude). Kerjasama antara organisasi profesi dalam hal ini Ikatan Pustakawan

Indonesia, Perpustakaan Nasional RI dan perguruan tinggi dapat dibuat standar

kompetensi pustakawan di Indonesia.

Proses “assessment” dilakukan dengan mengukur apakah pustakawan

tersebut dapat melakukan tugas yang mencerminkan kompetensi itu. Assessment

dilakukan per kompetensi. Sebagai contoh untuk mencek kemampuan pustakawan

Page 7: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

71

menggunakan perangkat aplikasi perpustakaan CDS/ISIS, pustakawan diminta

untuk melakukan beberapa tugas pokok yang menjadi inti dari pekerjaan

menggunakan CDS/ISIS, misalnya bagaimana instalasi CDS/ISIS, pembuatan

struktur basisdata buku, pengisian (inputting) data buku, penelusuran data dengan

CDS/ISIS, pencetakan data buku, pertukaran data dengan basisdata lain sejenis dan

sebagainya.

Standar kompetensi pengembangan profesi bagi pustakawan antara lain

tertuang dalam pembuatan karya tulis, meresensi buku, menyusun indeks.

Bibliografi, abstrak dan menyusun pedoman dan petunjuk teknis di bidang ilmu

perpustakaan dan informasi.

Profesionalisme Pustakawan

Kompetensi semakin menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh sumber

daya manusia perpustakaan. Masalah kompetensi menjadi penting karena

menawarkan suatu kerangka kerja yang efektif dan efisien dalam mendayagunakan

sumber daya yang terbatas. Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang memiliki

kompetensi memungkinkan setiap jenis pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik,

tepat waktu, tepat sasaran dan sebanding antara biaya dan hasil yang diperoleh.

Kompetensi profesional merupakan gabungan dari kompetensi inti dan masing-

masing ditambah dengan keterampilan khusus. Di dalam Buku Pedoman

Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:27) kompetensi profesional yang harus

dipenuhi oleh pustakawan terdiri dari : 1. Mempunyai pengetahuan dan mampu

menjalankan fungsi dan aktivitas sistem perpustakaan. 2. Memiliki pengetahuan

tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk kemampuan untuk mengevaluasi

dan menyaring sumber-sumber tersebut secara kritis. 3. Memiliki pengetahuan

tentang subjek khusus yang sesuai dengan kegiatan perguruan tinggi. 4.

Mengembangkan dan mengelola layanan informasi dengan baik, mudah di akses

dan cost effective (efektif dalam pembiayaan) yang sejalan dengan aturan strategis

perguruan tinggi. 5. Menyediakan bimbingan dan bantuan terhadap pengguna

Page 8: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

72

layanan informasi dan perpustakaan. 6. Melakukan survey mengenai jenis dan

kebutuhan informasi, layanan informasi dan produk-produk yang sesuai dengan

kebutuhan pengguna. 7. Mengetahui dan mampu menggunakan teknologi informasi

untuk pengadaan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. 8. Mengetahui dan

mampu menggunakan pendekatan bisnis dan manajemen untuk

mengkomunikasikan perlunya layanan informasi kepada pimpinan perguruan

tinggi. 9. Mengembangkan produk-produk informasi khusus untuk digunakan di

dalam atau di luar lembaga atau oleh pelanggan secara individu. 10. Mengevaluasi

hasil penggunaan informasi dan menyelenggarakan penelitian yang berhubungan

dengan pemecahan masalah-masalah manajemen informasi. 11. Secara

berkelanjutan memperbaiki layanan informasi untuk menanggapi perubahan

kebutuhan.

Sedangkan menurut Dewiyana (2006:24) kompetensi dibagi menjadi 4

kompetensi utama sebagai berikut : 1. Melaksanakan organisasi informasi, 2.

Mengelola sumber informasi, 3. Mengelola layanan informasi, dan 4.

Mempergunakan peralatan dan teknologi informasi.

Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kompetensi profesional yang

harus dimiliki oleh seorang pustakawan meliputi kemampuan mengelola,

memelihara dan mengembangkan informasi serta mampu menggunakan teknologi

dan memperbaiki layanan informasi untuk menanggapi perubahan kebutuhan.

Pengembangan Kompetensi dan Profesionalisne Pustakawan

Pengembangan sumber daya manusia adalah proses meningkatkan potensi

produktifitas dari sumber daya tenaga kerja dalam hal pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan melalui mekanisme yang sesuai seperti pendidikan dan pelatihan,

konseling, perencanaan karir, kinerja atau penilaian diri, penghargaan atau hadiah

dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan memainkan peran penting dalam

memperkuat kemampuan baik akademis dan profesional sumber daya manusia

untuk memenuhi tujuan organisasi. A process of helping employees in an

Page 9: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

73

organization to acquire new skill and competence on a continuing basis (Dhiman,

2014: ir.inflibnet.ac.id.in).

Eko (2015), menyatakan di tengah pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pengembangan kompetensi pustakawan sebagai tenaga

profesional yang terlatih di bidang perpustakaan, Menurut Eko, upaya

pengembangan profesionalisme pustakawan dapat dilakukan dengan meningkatkan

kompetensinya. Salah satu konsep pengembangan profesionalisme pustakawan,

sebagaimana disebut International Federation of Library Association (IFLA) selaku

federasi internasional perpustakaan, adalah melalui CPD, namun demikian

penerapan konsep tersebut dalam pengembangan profesionalisme pustakawan di

perguruan tinggi pada umumnya masih kurang mendapat perhatian. Pada penelitian

yang dilakukan pada pustakawan di Gana juga menghasilkan bahwa lingkungan

perpustakaan di universitas negeri cukup suportif dalam melakukan pengembangan

pustakawannya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa keterlibatan pustakawan

profesional dalam pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan merupakan

tanggung jawab bersama antara perpustakaan dan diri mereka sendiri. Manfaat dari

pengembangan profesional pustakawan adalah promosi karir dan penambahan

keterampilan yang menuju pada peningkatan kompetensi.

Pengembangan kompetensi pustakawan merupakan perpaduan antara

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat dipakai scbagai tolok ukur guna

mengetahui sejauhmana kemampuan seorang pustakawan dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan bidang dan jenjang jabatannya. Kemampuan pustakawan

dalam melaksanakan tugas di bidang jenjang jabatan akan tercermin pada uji

kompetensi.

Pengembangan profesionalisme, yang mana menitikberatkan pada kegiatan

pelatihan ataupun seminar tentang pustakawan dan ilmu perpustakaan serta

keterlibatan dalam organisasi profesi yang diharapkan dapat meningkatkan

kompetensi. Hal tersebut kembali lagi mengungkapkan pemahaman bahwa tugas

dan peran administratif merupakan kunci utama dalam peningkatan kompetensi,

peran bahkan kinerja pustakawan.

Page 10: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

74

Kompetensi dan profesional adalah dua modal yang harus dimiliki oleh

setiap orang dalam menjalankan aktivitas profesisnya, baik itu pegawai negeri,

pegawai swasta maupun para wira usahawan. Kompetensi berkaitan dengan bakat

dan kemampuan seseorang dalam suatu profesi (pekerjaan) yang memiliki sifat

interpersonal (alamiah). Misalnya ketika seseorang berkompeten di bidang

perpustakaan, tentunya dia sudah memiliki bakat di dalam ilmu tersebut, misalnya

membuat katalog, nomor klasifikasi, konsultan pustakawan, atau analis subjek.

Pembelajaran dan pelatihan hanyalah ilmu untuk memperdalam kompetensi

tersebut. Sedangkan profesionalisme lebih bersifat institutional (bawaan), artinya

bahwa profesional itu ada ketika seseorang itu memiliki keahlian untuk menguasai

dan memahami bidang profesi yang sesuai dengan visi dan misi dari lembaganya.

Tidak mungkin orang bekerja di lembaga Perpustakaan, keahliannya dalam bidang

Pertanian. Meskipun orang itu ingin belajar Ilmu Perpustakaan sangat susah untuk

memahami dan mengembangkannya. Karena profesionalisme adalah satu

rangkaian profesi yang keahliannya disesuaikan dengan tujuan dan visi kegiatan

dari lembaga tersebut.

Listiani (2007:81) menyampaikan beragam pengguna memerlukan

informasi yang berbeda, mengharuskan pustakawan meningkatkan kemampuan

kompetensinya dengan menguasai tiga macam pengetahuan antara lain: 1)

Pengetahuan buku sumber informasi (bibliograpic control), 2) Pengetahuan

pemilihan media yang tepat (a sense media), dan 3) Pengetahuan isi koleksi.

Ketiga pengetahuan diatas menurut Bernard Vavrek (Listiani, 2007: 2)

merupakan suatu sarana atau prasyarat untuk mencapai tujuan yang diinginkan

yaitu menjembatani dunia pengetahuan dengan para pengguna perpustakaan.

Kualitas pustakawan diukur dari pemahaman yang dimiliki mengenai visi dan misi,

kemampuan menjabarkan program, kemampuan identifikasi kebutuhan pengguna,

kemampuan memilih dan memilah berbagai jenis informasi aktual, kemampuan

mengolah informasi secara sistematis sehingga mudah ditemukan serta kemampuan

mengkomunikasikan sumber-sumber informasi yang dimiliki.

Page 11: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

75

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah

berkenaan dengan kompetensi tenaga perpustakaan sekolah/madrasah meliputi

dimensi kompetensi sebagai berikut: 1. Dimensi Kompetensi Manajerial, memiliki

kemampuan memimpin sumberdaya manusia, merencanakan, melaksanakan,

memantau dan mengevaluasi program. 2. Dimensi Kompetensi Pengelolaan

Informasi, memiliki kemampuan pengembangan koleksi, pengorganisasian

informasi dan pelayanan informasi. 3. Dimensi Kompetensi Kependidikan,

memiliki wawasan kependidikan, keterampilan memanfaatkan informasi,

mempromosikan perp. dan bimbingan literasi informasi. 4. Dimensi Kompetensi

Kepribadian, memiliki integritas dan etos kerja yang tinggi. 5. Dimensi

Kompetensi Sosial, dengan membangun hubungan sosial dan komunikasi. Dan 6.

Dimensi Kompetensi Pengembangan Profesi, selalu mengembangkan ilmu dan

menghayati etika profesi.

Profesionalime pustakawan menurut Purwono: 2008, terdiri atas: 1)

Memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan komunikasi dan keahlian

yang mumpuni dalam bidangnya, 2) Memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, 3)

Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama, 4) Senantiasa

berorientasi pada jasa, 5) Menjunjung tinggi kode etik pustakawan, 6) Senantiasa

melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan.

Pengembangan kompetensi dan profesionalisme dalam setiap pekerjaan

pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan memiliki cara kerja pelayanan

dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service

excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan

penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi

oleh banyak kalangan dan citra lembaganya perpustakaan akan menjadi naik.

Page 12: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

76

Sumber Daya Manusia Pustakawan

Jabatan pegawai negeri sipil berdasarkan Peraturan Menteri PANRB Nomor

25 Tahun 2016 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil

(PNS) di Lingkungan Instansi Pemerintah, bahwa PNS ditetapkan berdasarkan

jabatan fungsional tertentu (JFT), yang salah satunya adalah JFT Pustakawan

dengan kriteria dalam yang diperoleh karena memiliki kompetensi yang diperoleh

melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan

tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Sumber daya manusia di perpustakaan menurut Pedoman Perpustakaan

Perguruan Tinggi terbitan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi terdiri dari:

Pustakawan, tenaga administrasi dan tenaga kejuruan. Pustakawan (dalam hal ini

jabatan fungsional Pustakawan) di Indonesia mulai diterapkan sejak tahun 1988

yaitu dengan terbitnya Keputusan Menpan nomor 18/1988. Penerapan jabatan

fungsional ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan

kesejahteraan pegawai sekaligus untuk menetapkan dan mengukur kompetensi

pegawai perpustakaan melalui sistem penilaian pelaksanaan pekerjaan. Jenjang

jabatan diukur berdasarkan kompetensi yang dimilikinya yang dicerminkan dengan

nilai kredit kumulatif yang dicapai oleh pegawai yang bersangkutan. Dengan

demikian maka seseorang yang menduduki jabatan tertentu ia telah memiliki

kompetensi untuk jabatan tersebut. Keputusan Menpan ini kemudian

disempurnakan mengikuti perkembangan atau dinamika Jabatan Pustakawan.

Keputusan Menpan nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 jo Peraturan Menpan RB

Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka

Kreditnya. Peraturan perpustakaan nasional telah mengeluarkan tentang

pengembangan sumberdaya manusia melalui kinerja terukur dengan angka

kreditnya yang tertuang dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 11

Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka

Kreditnya.

Page 13: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

77

Pengangkatan pertama PNS ke jabatan fungsional pustakawan harus

dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.Terdapat

dua cara untuk pengangkatan seseorang menjadi pustakawan yaitu: 1) Pertama

adalah rekrutmen lulusan perguruan tinggi jurusan ilmu perpustakaan. 2) Kedua

adalah dengan mengikuti pendidikan (melalui pendidikan formal dan/atau

nonformal) untuk pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) UU nomor 43 tahun 2007 dilaksanakan melalui pendidikan formal dan/atau

nonformal, dengan pendidikan dan pelatihan untuk CPTA (calon pustakawan

tingkat ahli) maupun CPTT (calon pustakawan tingkatterampil).

Pengangkatan pertama ke jabatan fungsional pustakawan berlaku bagi

pegawai (staf) biasa atau pegawai jabatan fungsional lainnya, dengan mematuhi

ketetapan dan memenuhi persyaratan yang berlaku, berdasarkan peraturan

MENPANRB dan Kepala Perpusnas RI tentang kepustakawanan (Yuniwati, Ayo

Jadi Pustakawan, http://journal.stainkudus.ac.id/).

Kerangka Pemikiran

Satu pola dalam pengembangan kompetensi dan profesionalisme

pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN Antasari Banjarmasin yang

melibatkan kompetensi pustakawan, profesionalisme pustakawan dan

pengembangan jabatan fungsional pustakawan, seperti gambar kerangka pemikiran

penelitian di bawah ini:

Page 14: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

78

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digarap ini adalah kualitatif deskriptif dengan bentuk

penelitian lapangan (field research) yaitu informan yang diwawancarai secara

langsung pada lokasi yang sudah ditentukan pustakawan non sarjana perpustakaan

di lingkungan UIN Antasari Banjarmasin. Teknik pengumpulan data dengan

obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan

dengan uji keabsahan data meliputi uji, credibility, transferability, dependability,

dan confirmability (Sugiyono, 2007:270), dilanjutkan dengan penguatan data

sumber dengan menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Keabsahan metode/teknik dengan

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data mengecek data bisa melalui

wawancara, observasi, dokumentasi. Pengujian kredibilitas data tersebut

menghasilkan data yang berbeda. Keabsahan waktu ketika situasi pagi, siang, dan

malam.. Analisis data bersifat analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan

mendeskripsikan data yang didapat dalam bentuk uraian kalimat. Penarikan

simpulan dilakukan dengan menggunakan metode induktif, yaitu menarik simpulan

ke sifat yang umum.

UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

Arah pengembangan kompetensi dan profesionalisme

Pengembangan pustakawan non sarjana perpustakaan

(Permendiknas 25/2008 dan Purwono, 2008

Profesionalisme Pustakawan

1. Pengetahuan & keterampilan

2. Kemandirian

3. Bekerjasama

4. Orientasi Jasa

5. Kode Etik

6. Visioner Ke Depan

Kompetensi Pustakawan

1. Manajerial

2. Pengelolaan Informasi

3. Kependidikan

4. Kepribadian

5. Sosial

6. Pengembangan Profesi

Implikasi

Pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan

non sarjana perpustakaan

Saran

Page 15: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

79

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari sebelumnya Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Antasari yang berdiri sejak Nopember 1964 kemudian pada 3 April

2017 bertranformasi menjadi UIN Antasari dengan secara resmi ditandatangani

oleh Presiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia.

Nomor 36 tahun 2017 yang beralamat jalan Jenderal Ahmad Yani Km. 4,5

Banjarmasin.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2017

Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

tanggal 20 Juli 2017 Pasal 82 (1) Perpustakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

81 huruf a mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengembangan

kepustakaan, mengadakan kerja sama antar perpustakaan, mengendalikan,

mengevaluasi, dan menyusun laporan kepustakaan. (2) Perpustakaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala yang diangkat oleh Rektor, berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Wakil Rektor Bidang Akademik dan

Kelembagaan.

Berdasarkan hasil paparan data kompetensi dan profesionalisme

pustakawan non sarjana ilmu perpustakaan menunjukkan hal di bawah ini.

Kompetensi Pustakawan dan Kegiatannya

Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui pengembangan

kompetensi, profesionalisme, dan implikasi pustakawan non sarjana perpustakaan

di UIN Antasari Banjarmasin paparan data hasil temuan penelitian dengan

pengumpulan data terkait dengan pengembangan kompetensi, profesionalisme, dan

implikasi pustakawan non sarjana perpustakaan dengan galian data kepada 3 (tiga)

informan fungsional pustakawan non sarjana perpustakaan dan 1 (satu) orang key

informan sebagai kepala perpustakaan.

Pengembangan/Peningkatan kompetensi dan profesionalisme pustakawan

menjadi salah satu unsur penting yang wajib menjadi perhatian pemerintah. Hal

Page 16: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

80

tersebut tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 43 Tahun

2007 tentang Perpustakaan yang berbunyi, membina dan mengembangkan

kompetensi, profesionalitas pustakawan, dan tenaga teknis perpustakaan.

Seorang pustakawan dengan memperhatikan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Perpustakaan Sekolah/Madrasah berkenaan dengan kompetensi tenaga

perpustakaan sekolah/madrasah, dalam hal ini kompetensi ini bisa juga dimasukkan

dalam lingkup perguruan tinggi, untuk mengisi kekosongan teori pada perguran

tinggi meliputi 6 (enam) dimensi kompetensi, dengan paparan data penelitian

sebagai berikut:

a. Kompetensi manajerial

Kompetensi manajerial berdasarkan indikator yang dipakai yakni

melakukan perawatan koleksi dan melakukan pengelolaan koleksi. Melakukan

perawatan koleksi, kompetensi manajerial harus dimiliki oleh setiap tenaga

pustakawan tanpa melihat asal pengangkatan berlatar belakang sarjana atau non

sarjana perpustakaan. Perawatan koleksi diutamakan dengan alasan karena

kompetensi manajerial ini memerlukan perencanaan, pengorganisasin,

pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga bahan pustaka tersebut awet, lestari dan

bermanfaat sepanjang masa.

Melakukan pengelolaan koleksi, pengelolaan tersebut menjadi penting

dengan manajemen yang baik misalnya dalam hal inventaris, klasifikasi,

katalogisasi dan shelping koleksi bahan pustaka yang mengikuti peraturan baku dari

perpusnas akan memberikan kepastian dalam kegiatan pengelolaan koleksi

tersebut.

b. Kompetensi pengelolaan informasi

Kompetensi pengelolaan informasi sebagai information literacy

membutuhkan informasi, dan memiliki kemampuan untuk menempatkan,

mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang digunakan tersebut secara efektif.

Page 17: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

81

Melakukan pengorganisasian informasi, Pengorganisasian informasi akan

memudahkan pengontrolan dan mempermudah cara mengenali informasi, serta

memudahkan untuk penelusurannya baik secara manual maupun dengan penerapan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pengelolaan informasi dengan

melakukan pengorganisasian informasi telah melakukan informasi bahan pustaka

dengan efektif tepat guna dan efesien tepat waktu, di mana pemustaka diberikan

layanan sirkulasi dan referensi dengan maksimal, sesuai dengan prinsip informasi

literacy (melek informasi).

Memberikan jasa dan sumber informasi, Perpustakaaan sebagai pusat

informasi dengan jalan memberikan jasa dan sumber informasi perpustakaan

dengan merancang informasi secara online dari layanan sirkulasi dan referensi.

kegiatan memberikan jasa dan sumber informasi perpustakaan dengan layanan

sirkulasi dan referensi, memudahkan bagi pemustaka untuk melakukan temu

kembali bahan pustaka sebagai rujukan ilmiah sebuah karya ilmiah, di samping itu

kegiatan jasa dan sumber informasi dengan memberikan bimbingan kepada

pemustaka yang memerlukan informasi bahan pustaka tersebut.

c. Kompetensi Kependidikan

Pustakawan dengan kependidikan yang diperolehnya akan meningkatkan

pustakawan tersebut, karena kependidikan sekarang merupakan suatu hal yang

amat penting dan harus dimiliki jika perpustakaan ingin terus tumbuh dan

berkembang dalam lingkungannya yang terus berubah. Memiliki wawasan

kependidikan, Pustakawan mampu menyelaraskan program dan peran

perpustakaan untuk mendorong proses pendidikan yang berlangsung di lembaga

pendidikan. Kompetensi wawasan kependidikan sudah dapat terbangun dengan

baik di tingkatan pustakawan, sehingga dapat tercipta harmoni hubungan antara

pengurus lembaga pendidikan dan perpustakaan. Wawasan kependidikan bahwa

pentingnya wawasan kependidikan tersebut sebagai pustakawan harus kreatif dan

produktif dalam menulis karya ilmiah, bersamaan itu pula seorang pustakawan

harus mampu menyelaraskan program pendidikan yang berlangsung di lembaga

Page 18: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

82

pendidikan. Harmonisasi hubungan antara pengurus lembaga pendidikan dan

perpustakaan menjadi penting untuk kemajuan bersama sehingga tercapai visi misi

lembaga pendidikan tersebut.

Memberikan bimbingan literasi informasi dimana literasi informasi

berupaya memberikan pengetahuan pencarian informasi kependidikan. Pemustaka

yang mengunjungi perpustakaan tidak semua mengetahui bahan bacaan yang

diperlukan secara dalam rangka sumber ilmiah, disini pustakawan dapat membantu

untuk membimbing pencarian literasi informasi ilmiah. Pemenuhan literasi

informasi mengharapkan pustakawan dibutuhkan pula agar pustakawan bekerja

ilmiah dalam ini untuk lebih kreatif dan produktif dalam menulis karya ilmiah yang

berhubungan dengan bantuan bahan bacaan atau sumber ilmiah. Literasi informasi

menuntut pembelajaran seumur hidup, karena penemuan informasi diperlukan

untuk tugas apapun atau pengambilan keputusan.

d. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian dalam standar ini berlaku sebagai acuan umum

yang disadari bahwa setiap orang mempunyai kepribadian masing-masing termasuk

pustakawan. Keperibadian yang terbentuk dalam prilaku sebaiknya diarahkan

kepada nilai yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kinerja secara efektif.

Integritas diwujudkan dalam perilaku jujur, adil dan sabar. Biasa integritas kesesuai

hati, perkataan dan perbuatan. Integritas pada umumnya hanya terpaku pada sifat-

sifat tugas administratif dalam bentuk pelaporan kegiatan perpustakaan. Integritas

yang tingga dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, namun

sebaliknya dengan integritas yang kurang baik, masyarakat luas akan kecewa

dengan tidak akan mengunjungi layanan perpustakaan lagi, karena dengan janji

akan mencarikan sumber ilmiah yang tidak ditepati. Kompetensi kepribadian dalam

penelitian ini yakni: memiliki integritas dan etos kerja. Etos kerja akan memberikan

timbal balik kepada kepribadian seorang pustakawan, etos kerja yang baik, tentu

kepribadian juga akan baik. Etos kerja bahwa seorang pustakawan dengan etos

Page 19: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

83

kerja yang baik akan memberikan pengaruh terhadap layanan dan turut pula

memberikan efek kepada kepribadian yang bersangkutan.

e. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial pustakawan dengan memperhatikan pembangunan

karakter pribadi dalam pola hubungan dengan pemustaka. Wawancara dengan

informan dan key informan penelitian didapat hasil, membangun hubungan sosial,

hubungan sosial seorang pustakawan menjadi penting dalam rangka

mensosialisasikan dan menggerakan perpustakaan sebagai layanan bagi semua,

misalnya hubungan pustakawan baik secara sesama dan antara pustakwan, serta

dengan masyarakat luas. Membangun komunikasi, komunikasi yang baik, sikap

saling pengertian, dan sikap saling kenal mengenal antara pustakawan dan

pemustaka bisa menjadi modal dasar dalam membangun relasi ideal yang

diharapkan dalam membangun kompetesi pustakaan yang sesuai standar pelayanan

yang baik yang pada akhirnya menjadi komunikator yang handal lagi baik.

f. Pengembangan profesi

Pustakawan profesional dituntut mengembangkan profesi dengan

menguasai bidang ilmu kepustakawanan, memiliki keterampilan dalam

melaksanakan tugas/pekerjaan kepustakawanan. Pengembangan profesi hal yang

perlu diperhatikan antara lain. Mengembangkan ilmu, memiliki ilmu pengetahuan,

keterampilan, kecakapan dan keahlian yang mumpuni dengan sering mengikuti

pendidikan dan pelatihan (diklat) dalam rangka memperdalam kompetensi

pustakwanan. Mengembangkan ilmu dengan Pengembangan dan peningkatan

pustakawan sangat diperlukan agar bisa mengimbangi kemajuan Ilmu Pengetahuan,

Teknologi Informasi dan Komunikasi, dengan membiasakan menulis karya tulis

ilmiah tentang keperpustakaan. Sehingga dia menjadi profesional dibidangnya.

Menghayati etika profesi, Etika profesi pustakawan menggambarkan bertingkah

laku terhadap pemustaka untuk lebih memberikan layanan yang terbaik. Etika ini

akan teraplikasi pada sebuah organisasi yang mengatur dalam sebuah kode etik,

dalam hal ini etika pustakawan.

Page 20: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

84

Profesionalisme Pustakawan dan Kegiatannya

Profesionalime pustakawan menurut Purwono (2008) bahwa pelaksanaan

kegiatan perpustakaan yang didasarkan pada keahlian, rasa tanggung jawab dan

pengabdian, dengan kegiatan yang secara umum, yang terdiri atas: 1) Memiliki

ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan komunikasi dan keahlian yang

mumpuni dalam bidangnya, 2) Memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, 3)

Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama, 4) Senantiasa

berorientasi pada jasa, 5) Menjunjung tinggi kode etik pustakawan, 6) Senantiasa

melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan.

a. Pengetahuan dan keterampilan

Seorang individu yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap

sesuai dengan syarat pekerjaan tertentu, misalnya seorang pustakawan, sehingga

mampu berpartisipasi aktif ditempat pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan

tercermin dalam peningkatan jenjang pendidikan dan mampu menyediakan layanan

kepada semua pihak, dari mahasiswa sampai kepada jabatan profesor sebagai

pemustaka. Pengetahuan dan keterampilan ini terbagi kepada. Mengembangkan

kependidikan, Menuntut ilmu dalam jenjang yang lebih tinggi diperlukan sebagai

peningkatan dan pengembangan profesi dalam rangka lebih memperdalam ilmu

pengetahuan khususnya dibidang kepustakawanan. Para pustakawan ketika

diwawancarai tentang studi lanjut, mereka menjawab yang antara lain. Terampil

menyediakan layanan informasi, Pustakawan yang terampil dalam menyediakan

layanan informasi sebagai bagian dari layanan untuk memenuhi kebutuhan

pemustaka, sehingga akan memepercepat penyebaran dan penerimaan informasi

tersebut. Sekarang jaman teknologi informasi ini seorang pustakawan harus mampu

memiliki kreatifitas dan inovasi dalam pengolahan informasi. Layanan diberikan

akan mampu memberikan layanan kepada pemustaka berupa mencari, menemukan,

dan menggunakan informasi dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhan pemustaka

tersebut.

b. Kemandirian

Page 21: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

85

Pustakawan sebagai tenaga profesional yang harus mandiri dengan bebas

dari campur tangan pihak luar dan tidak bergantung pada orang lain. Seorang

individu sebagai pustakawan yang mandiri harus mengembangkan diri dengan

fokus pada 3 hal komitmen/kesetiaan, kompetensi, dan yang dijiwai

intrapreneurship. Kemandirian profesionalisme pustakawan mengarah kepada hal

di bawah ini. Terkendali dari dalam pustakawan tersebut dengan kemampuan untuk

menghadang segala permasalah sendiri dan mampu mempengaruhi lingkungan atas

usahanya sendiri. Kemampuan mengendalikan fungsi dan tugas sebagai

pustakawan akan tercermin dalam berpikir dan tindak secara rasional, kreatif dan

inisiatif.

Percaya diri dengan kemampuan bekerja sendiri dan tanggung jawab.

Seseorang yang berkompetensi dan profesionalisme akan terlihat penuh percaya

diri karena telah menguasai pengetahuan dalam bidangnya, terutama bidang

kepustakaan. Pustakawan yang kurang percaya diri, merasa kecil atau rendah diri

akan menghambat kemajuan dirinya dan secara tidak langsung akan menganggu

dalam layanan perpustakaan. Rasa ini secara akan berangsung berkurang apabila

seorang pustakawan mau dan mampu mengikuti diklat, seminar, workshop dan

lainnya sebagai motivasi dalam menumbuhkan kepercayaan pada diri pustakawan.

Orang yang percaya diri akan sanggup melakukan sesuatu yang telah

diperhitungkan, mengembangkan sikap diri bahwa layanan yang diberikan

berdasarkan standar yang ditetapkan, apabila ada kesalahan itu sebagai suatu

cermin layanan sebagai perbaikan ke depan.

c. Bekerjasama

Pustakawan tidak dapat bekerja sendiri, sehingga memerlukan kerjasama

dengan pihak lain baik sesama pustakawan maupun pihak lain di luar tenaga

kepustakawanan, yang relevan dengan sesuai kebutuhan pemustaka. Jaman dengan

ledakan teknologi informasi kerjasama sangat dibutuhkan antar lembaga dan antar

jaringan internet. Bekerja sama akan memberikan layanan yang maksimal kepada

pemustaka, di mana tidak perlu lagi ke sana ke mari mencari informasi yang sama.

Bekerja sama biasa terbagi kepada intra pustakawan dan inter pustakawan. Intra

Page 22: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

86

Pustakawan, Bekerjasama intra atau antar pustakawan dalam lingkup teman/rekan

sejawat dilingkungan satua kerja sangat diperlukan, dengan kerja sama yang baik

pencapaian tujuan pelayanan akan terlaksana pula dengan baik. Kerjasama ini

dilakukan antar pustakawan untuk memecahkan beberapa permasalahan yang

dihadapi oleh para pustakawan.

Inter Pustakawan, bekerjasama inter lembaga perpustakaan sekarang ini

amat diperlukan karena secara nyata tidak semua layanan tersedia di satu lembaga

perpustakaan. Sekarang jaman teknologi informasi kerja inter lembaga

perpustakaan makin mudah, dengan mengandalkan jaringan intenet atau internet

nerworking. Suatu terbitan di suatu tempat akan cepat terbaca apabila telah

dilakukan upload data. Kerja sama peminjaman antar perpustakaan akan sangat

mudah dilaksanakan. Temu kembali data yang diperlukan akan cepat ditemukan.

Disini lah pentingnya kerja sama tersebut dan keprofesionalan pustakawan

diperlukan.

d. Orientasi Jasa

Jasa bagi pemustaka merupakan motivasi utama serta tujuan primer

perpustakaan. Kebutuhan pemustaka perpustakaan akan jasa layanan yang lebih

bagus dan memuaskan. Pemustaka tersebut dapat merasakan kepuasan dalam

menerima jasa layanan di perpustakaan. Pemustaka sebagai pelanggan/costumer

harus mendapat perhatian yang serius dari pihak penyedia layanan. Kepuasan

pemustaka merupakan indikator keberhasilan layanan lembaga jasa. Orientasi jasa

dengan memberikan layanan kepada pemustaka dengan standar yang ditetapkan

beruapa stansar minimal layanan dan layanan prima. Layanan Minimal

Pustakawan, Layanan minimal yang ditetapkan Perpustakaan Nasional RI (2015)

adalah layanan yang diberikan perpustakaan sekurang-kurangnya meliputi; baca di

tempat, sirkulasi, penelusuran informasi, dan bimbingan pemustaka. Standar

minimal kemampuan layanan pustakawan, menurut Rahayu (2011) dapat

pengakuan dari lembaga sertifikasi. Standar minimal layanan berupa kemampuan

pengetahuan dan keterampilan, sikap, nilai perilaku, dan karakteristik yang

Page 23: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

87

diperlukan pustakawan untuk melaksanakan pekerjaan kepustakawanan yang

ditetapkan oleh lembaga yang berwenang berdasarkan hasil konsensus. David

Osborne dan Ted Gaebler menandaskan bahwa kebiasaan yang harus

dikembangkan pada pemustaka adalah: (a) selalu tepat waktu. (b) selalu

menindaklanjuti janji. (c) tidak mengumbar janji. (d) selalu berusaha berbuat baik

lagi. (e) memberikan pilihan. (f) memperlakukan pelanggan dengan baik, serta (g)

kontak langsung secara ramah (Ohara B.S.&Bolesand Johnston, M.W. 1991).

Layanan Prima Pustakawan, profesionalisme dalam setiap pekerjaan

pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan memiliki cara kerja pelayanan

dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service

excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan

pemustaka. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh

banyak kalangan dan citra lembaganya (perpustakaan) akan menjadi naik. Layanan

berkualitas seorang pustakawan antara lain terpercaya dan terandalkan,

berkompetens, jaminan kualitas, penampilan dan empati, cepat dan tanggap.

Layanan prima dengan memberikan layanan berkualitas dengan melebihi harapan

dari pemustaka, misalnya dengan memperlakukan pemustaka secara adil, sama,

tidak terpengaruh oleh ras dan layanan konsekuen. Tjiiptono menyebutkan

pelayanan prima terdiri dari empat unsur pokok yaitu kecepatan, ketepatan,

keramahan, dan kenyamanan. Memberikan pelayanan prima sebagai usaha untuk

mencapai kepuasaan dan loyalitas pemustaka untuk berkunjung kembali

keperpustakaan.

e. Kode Etik

Pustakawan profesional akan melakukan kegiatan dan pelayanan dengan

mengacu kepada norma-norma, standar dan kode etik agar layanan tersebut terarah

dan terukur serta memberikan layanan terbaik kepada pemustaka. Kode etik

pustakawan menurut Hermawan dan Zen (2006) merupakan standar tingkah laku

dan norma yang menjaga kompetensi profesional pustakawan tersebut agar tetap

berada pada tatanan perilaku yang terukur. Kode etik dibuat bersama dan disepakati

untuk memastikan bekerja dengan profesional yang akan memberikan layanan atau

Page 24: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

88

hasil kerja dengan kualitas tertinggi dan paling baik dalam hal ini untuk pemustaka,

serta untuk melindungi para pemustaka dari perbuatan atau tindakan yang tidak

profesional/malpraktik administrasi. Pelanggaran kode etik pustakawan baik yang

berasal dari internal pustakawan (kemauan, kemampuan, maupun kepribadian dan

perilaku) maupun yang berasal dari eksternal (institusi, kebijakan, penghargaan,

serta rewerd) akan mendapat sanksi dari organisasinya sesuai dengan aturan yang

mengatur hal tersebut, misalnya dari sanksi pencabutan keanggotaan sampai pada

sanksi pidana. Seorang yang bekerja dengan kode etik bersikap profesional dan

menjaga martabat kepustakawanan. Secara sederhana seorang pustakawan yang

bekerja berdasarkan kode etik akan menjadi teladan dan menjaga nama baik

lembaga secara keseluruhan. Keteladanan, pustakawan bekerja berpedoman pada

kode etik yang berdasarkan standar norma yang telah disepakati, akan menjadi

teladan bagi orang lain. Pustakawan tersebut dapat memberikan pelayanan dengan

perilaku yang baik sesuai etika pergaulan di masyarakat dengan saling menghargai,

sopan, santun, ramah, dan bersahabat, selalu mengembangkan pikiran positif,

bertindak atas dasar logika, dan tidak cuek kepada orang lain. Melayani dengan

sabar, tidak mudah tersinggung, pikiran jernih dan objektif. Kemudian komunikatif

dapat menghilangkan kesombongan, kekecewaan dan kepenatan yang akan

menghambat dalam pergaulan sehari-hari.

Menjaga nama baik lembaga, perilaku pustakawan bekerja yang berpegang

pada pedoman kode etik selalu juga menjaga nama baik lembaga. Perbuatan dan

ucapan, serta sikap dan tingkah laku pustakawan tidak akan merugikan lembaga

dan organisasi profesi. Pustakawan dengan perilaku atau sikap kerja dengan

mengarah kepada hal-hal yang positif, misalnya tidak melakukan tidakan kriminal

yang membawa nama lembaga perpustakaan atau organisasi profesi. Perilakua yang

bersifat dalam diri seseorang amat cepat mengalami perubahan, sehingga perilaku

yang baik dengan selalu memperhatikan nama baik seorang pustakawan perlu

dimiliki, dimunculkan, dipupuk, dipelihara, dan dikembangkan walau sekarang ini

perubahan jaman amat cepat dengan adanya teknologi informasi.

Page 25: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

89

f. Visioner Ke Depan

Pustakawan yang profesional selalu memiliki pola pikir ke masa depan.

Penciptaan dan aktualisasi visi dibuat dengan realitas kenyataan dan kredibel dapat

dipertanggung jawabkan, bahwa jabatan pustakawan dan lembaga perpustakaan

dipastikan akan berubah. Kegiatan visoner diharapkan dapat mencipta,

merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan

mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau

sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang

diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus dicapai melalui

komitmen semua personil. Misalnya dulu dalam pelayanan pencarian bahan katalog

menggunakan manual, sekarang dengan teknologi digital, https://perpustakaan.uin-

antasari.ac.id/, katalog online, IDR UIN Antasari, dengan visi ke depan perubahan

tersebut terjadi. katalog perpustakaan dapat dicari dan dilihat kapan dan di mana

saja. Pustakawan yang profesional dalam menghadapi jaman pasti berubah melihat

masa depan dengan luwes dan tanggap lebih lagi sebuah kenyataan kehidupan

sekarang tidak lepas dari kebutuhan teknologi informasi. Visioner pustakawan

selalu terbuka terhadap kritik membangun, karena tidak selamanya benar terus,

manusia tidak ada yang sempurna, dan kritikan sebagai motivasi untuk maju

melangkah ke depan. Kevisioneran seorang pustakawan memudahkan bersikap

luwes/mudah beradaptasi dan tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,

dana terbuka terhadap kritik membangun.

Luwes dan tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, pustakawan

yang profesional harus selalu bisa menyesuaikan diri dan tanggap dengan

perkembangan yang ada, sehingga pustakawan bisa mengelola perpustakaan agar

selalu bisa menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka sesuai

zamannya. Lasa Hs (2007) memastikan bahwa pustakawan harus luwes dan

tanggap terhadap perubahan dan kemajuan teknologi informasi sekarang ini.

Terbuka terhadap kritik membangun, seorang manusia tidak akan lupa dari

kritik dari orang lain yang sifatnya memuji atau mencela, menerima semua itu

dengan sabar dan pikiran jernih. Kritik juga tidak lepas dari dunia perpustakaan

Page 26: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

90

yang tugas dan fungsi memberikan layanan kepada pemustaka. Kritik yang

membangun menjadi motivasi dan pendorong untuk meningkatkan layanan yang

baik dan berkualitas.

Seorang pustakawan, baik berasal dari latar belakang ilmu perpustakaan

atau non perpustakaan berkewajiban memiliki kemampuan yang menunjang kinerja

di bidang perpustakaan, baik dari segi kompetensi yang menggambarkan bahwa

seseorang itu memang kompeten dibidangnya dan mampu melayani secara baik,

prima dengan berbasis layanan prima untuk semua.

Implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non

sarjana perpustakaan

Implikasi atau dampak pengembangan komptensi dan profesionalisme

dengan peningkatan potensi produktifitas dari sumber daya tenaga kerja dalam hal

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui mekanisme yang sesuai seperti

pendidikan dan pelatihan, konseling, perencanaan karir, kinerja atau penilaian diri,

penghargaan atau hadiah dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan memainkan peran

penting dalam memperkuat kemampuan baik akademis dan profesional sumber

daya manusia untuk memenuhi tujuan organisasi. Kemampuan pustakawan dalam

melaksanakan tugas di bidang jenjang jabatan akan tercermin pada uji komptensi

Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan merupakan tanggung

jawab bersama antara perpustakaan dan diri mereka sendiri. Manfaat dari

pengembangan profesional pustakawan adalah promosi karir dan penambahan

keterampilan yang menuju pada peningkatan kompetensi.

Pengembangan kompetensi dan profesionalisme dalam setiap pekerjaan

pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan memiliki cara kerja pelayanan

dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service

excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan

penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi

oleh banyak kalangan dan citra lembaganya perpustakaan akan menjadi naik.

Page 27: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

91

Pengembangan profesi pustakawan non sarjana perpustkaaan dapat

diberikan dengan melakukan kegiatan motivasi dalam setiap rapat kordinasi

perpustakaan, menanyakan berbagai kesulitan/persoalan yang dihadapi saat

pelaksanaan tugas, selalu memonitor kegiatan staf, menanyakan staf yang terlambat

datang atau tidak berada di tempat, hal ini menjadi komitmen kepala perpustakaan

untuk lebih memajukan semua tenaga perpustakaan.

Dorongan dan arahan kepada pustakawan khususnya pustakawan non

sarjana perpustakaan, dengan cara yang sama kepada semua berupa memberikan

arahan dan dorongan pada mereka ketaika akan melaksanakan pekerjaan (saat baru

pertama ditempatkan di perpustakaan), menugaskan pustakawan atau tenaga senior

untuk membantu tenaga pemula untuk memahami pekerjaan mereka, dan selalu

mendorong pustakawan dan tenaga perpustakaan untuk selalu belajar dan

meningkat layanan.

Bentuk pengembangan profesi yang anda lakukan dalam bidang Ilmu

perpustakaan dan Informasi, dengan melakukan pengkajian kepustakawanan yang

bersifat kompleks (strategis sektoral), melakukan pengkajian kepustakawanan yang

bersifat sederhana (taktis operasional), membuat prototip model perpustakaan yang

diakui untuk lingkup kelembagaan, memberi konsultasi kepustakawanan yang

bersifat konsep kepada perorangan, melakukan sosialisasi Perpustakaan dan

Kepustakawanan sebagai narasumber, melakukan penyuluhan tentang Pemanfaatan

Perpustakaan sebagai narasumber, promosi Perpustakaan, membuat Karya Tulis /

Karya Ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan evaluasi di bidang

kepustakawanan yang dipublikasikan dalam bentuk buku yang diterbitkan dan

diedarkan secara nasional atau Majalah ilmiah, membuat Karya Tulis / Karya

Ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang

Kepustakawanan yang dipublikasikan dalam bentuk bentuk buku yang diterbitkan

dan diedarkan secara nasional atau Majalah ilmiah, penyusunan buku pedoman /

ketentuan pelaksanaan / ketentuan teknis di bidang Kepustakawanan, dan pengajar

/ Pelatih pada diklat fungsional / teknis bidang Kepustakawanan

Page 28: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

92

Kegiatan yang dilakukan sebagaimana di atas sebagai cara dalam lebih

memperhatikan dan mengembangkan tenaga perpustakaan non sarjana

perpustakaan agar memiliki kemampuan kompetensi dan profesionalisme dibidang

kerja yang ditekuni selama ini.

Penelitian ini menggambarkan bahwa pustakawan non sarjan ilmu

perpustakaan telah mampu bertindak secara kompetensi dan profesionalisme

dengan salah satu tujuan mencegah out up date kemampuan sumber daya manusia

yang mereka miliki karena telah melakukan kegiatan kompetensi dan

profesionalisme tersebut. keterampilan pada semua tingkat organisasi. Menurut

Nashibuddin dan Aulianto dalam Wahid Nashihuddin (2017), peningkatan

kompetensi dan profesionalisme diperlukan oleh pustakawan yang bekerja di

perpustakaan khusus agar mampu berkompetisi, berdaya saing, dan memberikan

kinerja yang optimal. Pengembangan SDM harus terus ditingkatkan sebagai

tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi yang berimplikasi kepada kemampuan

dan kepercayaan diri pustakawan serta membawa pada keunggulan organisasi yang

dimana bekerja.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya tentang Pengembangan

Kompetensi dan Profesionalisme Pustakawan Non Sarjana Perpustakaan UIN

Antasari Banjarmasin dapat disimpulkan, antara lain:

1. Pengembangan kompetensi pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN

Antasari Banjarmasin berdasarkan wawancara yang dilakukan pada informan

dan key informan bahwa kompetensi manajerial telah melakukan perawatan

koleksi dan melakukan pengelolaan koleksi dengan baik. Kompetensi

pengelolaan informasi 3 orang pustakawan non sarjana perpustakaan dan key

informan telah melakukan pengorganisasian informasi dengan pengelolan

bahan pustaka dan memberikan jasa dan sumber informasi baik secara online

Page 29: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

93

maupun offline telah dilaksanakan meskipun ada kendala dikecepatan akses

internet. Kompetensi kependidikan dengan kemampuan dan kreatifitas

pustakawan non sarjana perpustakaan meliputi memiliki wawasan

kependidikan yang dapat menyelaraskan kemampuan pribadi bidang menulis

karya ilmiah dengan mengangkat nama lembaga di tambah dengan

kemampuan memberikan bimbingan literasi informasi kepada pemustaka yang

tidak semua pemustaka mengetahui dunia ilmiah yang tersebar secara luas.

Pustakawan non sarjana perpustakaan dituntut mempunyai kemampuan

kompetensi kepribadian dari dalam diri sendiri misalnya memiliki integritas

yang berprilaku jujur, adil, dan sabar yang dapat meningkatkan kepercayaan

publik, sehingga etos dan semangat kerja pustakawan meningkat yang berefek

pada kepribadian pustakawan tersebut. Kompetensi sosial yang dibangun

dalam memberikan layanan untuk semua diperlukan adanya kegiatan yang

meliputi membangun dan memantapkan hubungan sosial kepada semua

dengan baik ditambah dengan membangun komunikasi yang baik sesama

pustakawan dan kepada pemustaka sehingga menjadi komunikator yang baik.

Kompetensi pengembangan profesi pustakawan non sarjana perpustakaan

dengan mengembangkan ilmu keperpustakaan secara luas biasanya ikut dalam

pendidikan dan pelatihan yang dipertemuan ini ilmu pengetahuan dan

teknologi menjadi terbarukan dan menjadi terbiasa dalam menulis karya

ilmiah, dengan demikian penghayatan pada etika profesi semakin melekat

dengan berkepribadian dan bertingkah laku yang ditunjukkan dengan aturan

kode etik yang mengikatnya. Pengembangan kompetensi pustakawan non

sarjana yang diatur dalam Permendiknas 25/2008 secara umum telah

dilaksanakan dan diperaktikan oleh pustakawan non sarjana perpustakaan

dengan tetap mendapat bimbingan, arahan, panduan, dan monitoring dari key

informan.

2. Pengembangan profesionalisme pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN

Antasari Banjarmasin dilaksanakan keprofesionalisian berdasarkan beberapa

indikator yang antara lain : profesionalisme pengetahuan dan keterampilan

Page 30: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

94

yang tercermin pada pengembangan kependidikan formal jenjang Diploma,

Sarjana, Magister, Doktor dan informal dengan mengikuti kegiatan ilmiah

diklat, seminar, workshop, yang tentu saja akan mengembangkan terampil

pustakawan dalam menyediakan layanan informasi dengan mencari,

menemukan, dan menggunakan informasi dengan cepat dan tepat sesuai

kebutuhan pemustaka. Profesionalisme kemandirian dengan bebas dari campur

tangan pihak luar dan tidak bergantung pada orang lain meliputi terkendali

dengan kemampuan untuk menghadang segala permasalahan sendiri dan

mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri dan percaya diri

tercermin dalam berpikir dan tindak secara rasional, kreatif dan inisiatif.

Profesionalisme bekerjasama baik sesama pustakawan maupun pihak lain di

luar meliputi intra pustakawan dari dalam unit kerja untuk memecahkan

beberapa permasalahan yang dihadapi dan inter pustakawan dalam

membangun jaringan perpustkaan secara regionla, nasional dan internasional.

Profesionalisme yang berorientasi pada jasa atas layanan yang lebih bagus dan

memuas meliputi layanan minimal baca di tempat, sirkulasi, penelusuran

informasi, dan bimbingan pemustaka dan layanan prima yang memberikan

kepuasan yang melebihi efektasi harapan pemustaka dan menggunakan

kembali layanan pustaka. Profesionalisme berdasarkan kode etik yang

disepakati untuk memastikan bekerja dengan memberikan layanan atau hasil

kerja dengan kualitas tertinggi dan paling baik, sehingga layanan pustakawan

menjadi teladan untuk semua yang ramah, sabar, tidak sombong, tidak

pemarah. Pustakawan yang bekerja berdasarkan kode etik akan menjaga nama

baik lembaga dengan tercermin pada perbuatan dan ucapan, serta sikap dan

tingkah laku pustakawan tidak akan merugikan lembaga dan organisasi profesi.

Profesonalisme visioner ke depan dengan selalu memperhatikan perubahan dan

tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi web

perpustakaan.uin-antasari.ac.id, dibuktikan dengan luwes atau mudah

beradaptasi dan tanggap terhadap perkembangan iptek sehingga tidak

Page 31: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

95

dikatakan gagap teknologi. Keterbukaan terhadap kritik membangun seorang

pustakawan non sarjana perpustakaan menjadikan motivasi dan pendorong

untuk meningkatkan layanan yang baik dan berkualitas. Pengembangan

profesionalisme menurut Purwono, 2008 telah dilaksanakan oleh pustakawan

non sarjana perpustakaan yang dapat dilihat dan diukur pada peningkatan

layanan terutama pada layanan prima dan menjadi lembaga lebih baik lagi.

3. Implikasi pengembangan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non

sarjana perpustakaan di UIN Antasari Banjarmasin dengan melakukan

pengkajian kepustakawanan yang bersifat kompleks (strategis sektoral), taktis

operasional, sosialisasi, penyuluhan dan promosi Perpustakaan, membuat

Karya Tulis/Karya Ilmiah hasil penelitian, diklat fungsional / teknis bidang

Kepustakawanan, dan kegiatan lainnya untuk lebih meningkatkan dan

mengambangkan kompetensi dan profesionalisme pustakawan non sarjana

perpustakaan, sehingga memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada

people based service (berbasis pengguna) dan service excellence (layanan

prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan penggunanya.

Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh banyak

kalangan dan citra lembaganya perpustakaan UIN Antasari secara khusus dan

lembaga Universitas secara umum akan menjadi positif dengan kunjungan

meningkat.

Saran-Saran

Hasil penelitian yang diperoleh tentang pengembangan kompetensi dan

profesionalisme pustakawan non sarjana perpustakaan di UIN Antasari

Banjarmasin dengan saran-saran berupa :

1. Tenaga pustakawan non sarjana perpustakaan agar lebih memberikan waktu

yang lama dalam pelayanan, misalnya layanan malam hari, walau layanan sore

hari telah dilaksanakan dan layanan sabtu minggu juga telah dilaksanakan.

2. Tenaga pustakawan non sarjana perpustakaan lebih mempererat kerja tim yang

solid untuk dapat memberikan pelatihan kepada pemustaka, dengan latihan

Page 32: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

96

pemanfaatan teknologi informasi temu kembali naskah karya ilmiah sebagai

rujukan dalam menulis.

3. Kepala perpustakaan dan pustakawan non sarjana perpustakaan dapat

melakukan intensif workshop ilmiah tentang pemantapan literasi ilmiah berupa

metadata misalnya zotero, endnote dan lain sebagainya dalam lebih

meningkatkan kepercayaan bahwa bahan ilmiah yang dapat dipertanggung

jawabkan.

4. Semua pihak kepala perpustakaan, semua pustakawan dan pemustaka dapat

saling bersinergi dan berkerjasama untuk meningkatkan kompetensi dan

profesionalisme tenaga pustakawan dalam rangka perpustakaan go

international, menghadapi revolusi 4.0.

5. Pustakawan non sarjana perpustakaan telah mengembangkan kompetensi

pustakawan berdasarkan Permendiknas 25/2008 dan mengembangkan

profesionalisme pustakawan berdasarkan Purwono, 2008. Berarati penelitian

ini dapat ditindaklanjuti untuk penelitian selanjutnya pada pustakawan sarjana

perpustakaan atau perbandingan sarjana perpustakaan dengan sarjana non

perpustakaan, sehingga diperoleh penelitian pelayanan yang berimbang pada

tenaga perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Sanjaya, 2015, Pengembangan Sumber Daya Manusia Non Sarjana

Perpustakaan Di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta, Tesis,

Jakarata.

Aris Nurohman, 2018, Perpustakaan Sebagai Teropong Profesionalisme

Pustakawan, Tik Ilmeu : Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol.2,

No.1, 2018, p-issn: 1496125591; e-issn:14961

Page 33: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

97

Balai Pustaka, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Bayu Indra Saputro dan Chaidir Amir (2018), Kompetensi Pustakawan

Perpustakaan Khusus: Studi Kasus Di Perpustakaan Kementerian

Pendidikan Dan Kebudayaan, Baca: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 39

(2) Desember 2018, ISSN 0125-9008 (Print); ISSN 2301-8593 (Online).

Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004.

Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata

Kerja, Jakarta: Grasindo

Data UIN Antasari Tahun 2018.

Dewiyana, Himma. 2006 . Kompetensi dan Kurikilum Perpustakaan : Paradigma

Baru dan Dunia Kerja di Era Globlasasi Informasi. (Pustaha:Jurnal Studi

Perpustakaan dan Informasi. Volume 2, Nomor 1 Juni 2006. Departemen

Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra USU,Medan

Hari Santoso, 2015, Peningkatan Kompetensi Pustakawan Pada Perpustakaan

Perguruan Tinggi Untuk Mewujudkan Kinerja Unggulan, Tesis, Jakarta.

Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu

Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia.

Jakarta: Sagung Seto

Keban, T. Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,

Teori dan Isu. Gava Media. Yogyakarta.

Page 34: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

98

Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia nomor 23

tahun 2003 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 21 tahun 2003

serta Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia nomor 2

tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan

Angka Kreditnya.

Keputusan Menpan nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 jo Peraturan Menpan RB

Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka

Kreditnya.

Laila Rahmawati, 2015, Kompetensi Pustakawan Di Perpustakaan Madrasah

Aliyah Dan Tsanawiyah Negeri Se-Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan,

Puslit IAIN Antasari, Banjarmasin.

Lasa Hs, 1998, Manajemen Perpustakaan Sekolah.Yogyakarta: Penerbit Pinus.

Listiani, Wanda & Novalinda. 2007. Desain Ruang Perpustakaan. Jakarta: Visi

Pustaka.

Luwarsih Pringgoadisurjo. 1992. Sumber Tenaga Pustakawan: Rekaman

Pengalaman dan Pendapat dalam Kepustakawan Indonesia. Jakarta:

Kesaint Blanc,.

Masruri, Anis. 2002. Problematika Membangun Perpustakaan Masa Depan. Media

Informasi, Vol. XIII, No. 11, th 2002: p. 1-9. Yogyakarta: UPT

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada.

Masruri. 2014. Analisis Efektifitas Program Nasional pemberdayaan masyarakat

mandiri perkotaan. Padang: Akademia Permata.

Page 35: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Khazmie - PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWA…

99

Miftah Thoha, 1993. Perilaku Organisasi: Konsep dan Aplikasinya.Jakarta: PT

Raja Grafindo.

Moleong, j, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata

Cara Pengangkatan PNS Kedalan Jabatan Fungsional Pustakawan

Peraturan Menpan-RB Nomor 26 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengangkatan

PNS dalam Jabatan Fungsional Pustakawan melalui Penyesuaian/Inpassing

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia nomor 9 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional

Pustakawan dan Angka Kreditnya

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka

Kreditnya

Perpustakaan Nasional RI. 2002. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan

Daerah. Ed. 1. Jilid 1. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Pringgoadisurjo, Luwarsih, 1992. Perpustakaan Chusus : Pengantar Organisasi

Adminisrmsi Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional Lembaga ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Sinaga, Dian. 2007.Perpustakaan Sekolah Peranannya dalam Proses belajar

Mengajar. Jakarta: Kreasi Media Utama

Page 36: PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN …

Administraus – Jurnal Ilmu Administrasi dan Manajemen Vol 4, No 1 – Januari 2020 - http://ejournal.stiabinabanuabjm.ac.id/index.php/administraus

100

Soetandyo Wignjosoebroto, 2001. Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi,

Media Notariat, PP INI.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Perpustakaan,

Perpustakaan Nasional RI, 2012.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Thoha, Miftah. 2002, Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan

Widodo, Suparno Eko. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jakarta : Pustaka Pelajar.