PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN KEDIRI SEBAGAI DAERAH
TUJUAN WISATA LOKAL DAN NASIONAL
PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN KEDIRI SEBAGAI DAERAH
TUJUAN WISATA LOKAL DAN NASIONAL
(DEVELOPMENT OF TOURISM IN REGENCY KEDIRI AS AREA OF TARGET
LOCAL TOURISM AND NATIONAL)
Kuspriyanto *)Abstrak: Dari beberapa obyek wisata yang ada di
Kabupaten Kediri hanya Sumber Ubalan yang sudah dikembangkan
sementara yang lain belum dikembangkan karena terkait dengan dana
dan sumberdaya manusianya. Meskipun banyak terdapat obyek wisata
namun secara keseluruhan jumlah kunjungan wisatanya belum
menggembirakan. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui 10
potensi obyek wisata di Kabupaten Kediri, 2) untuk mengetahui
aksesibilitas obyek wisata di Kabupaten Kediri, 3) menentukan
lokasi obyek wisata untuk dijadikan pusat pertumbuhan. Lokasi
penelitian ini adalah Sumber Ubalan Kalasan, Taman Ria Corah,
Sendang Kamandanu, Wanawisata Sumber Podang, Air Terjun Tronggolo,
Gereja Poh Sarang, Pamuksan Joyoboyo, Gunung Kelud, Arca Totok
Kerot dan Candi Surowono. Sampel diambil masing-masing obyek wisata
sebanyak 30 wisatawan secara accidental sampling. Pengambilan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan
pengukuran. Analisis data dengan menggunakan diskriptif kuantitatif
dengan teknik skoring. Hasil penelitian menunjukkan potensi daya
tarik wisata paling tinggi adalah kawasan ziarah Puh Sarang yang
mempunyai 21 jenis sarana/prasarana wisata sedangkan paling rendah
Candi Surowono yang hanya memiliki 5 jenis sarana/prasarana,
sementara itu dari 10 lokasi obyek wisata di Kabupaten Kediri yang
mempunyai aksesibilitas paling mudah bila diukur dari lokasi
Kabupaten Kediri adalah Pamuksan Sri Aji Jooyoboyo sedangkan
aksesbilitas paling sulit adalah Gunung Kelud. Berdasarkan hasil
perhitungan, lokasi wisata paling tepat untuk menjadi pusat
pertumbuhan kepariwisataan di Kabupaten Kediri adalah Kawasan
Ziarah Puh Sarang.Kata Kunci : aksesibilitas, potensi,
lokasi.PENDAHULUANKepariwisataan yang berkembang baik akan dapat
menarik wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian
pendapatan daerah maupun negara akan meningkat dan hal ini harus
selalu diupayakan. Disamping itu kepariwisataan yang berkembang
akan menyediakan peluang kerja yang cukup banyak dalam hal memenuhi
kebutuhan wisatawan.
Dalam bidang kepariwisataan untuk mengembangkan lokasi obyek
wisata menjadi daerah tujuan wisata yang menarik perlu
memperhatikan beberapa aspek, yaitu : 1) obyek wisata yang meliputi
bentuk, jenis dan persebaran; 2) elemen-elemen penawaran meliputi
atraksi, transportasi, infrastruktur, akomodasi dan fasilitas
penunjang yang lain; 3) wisatawan sebagai konsumen obyek wisata.
Untuk itu diperlukan pengkajian tentang potensi suatu lokasi obyek
wisata terlebih dahulu, baik potensi fisik maupun potensi manusia
yang terlibat dalam pengembangan tersebut.
Letak atau lokasi merupakan hal yang amat penting dalam
pengembangan daerah tujuan wisata. Lokasi daerah tujuan wisata yang
strategis dan mudah dijangkau oleh wisatawan, berjarak dekat dengan
pusat-pusat kegiatan ekonomi maupun pemerintah merupakan daerah
yang potensial untuk dikembangkan. Manusia dengan segala
aktivitasnya memerlukan tempat wisata untuk mengurangi rasa
jenuhnya, ketegangannya dan untuk memperoleh rasa kesegarannya
kembali. Wisatawan yang terbatas waktu maupun keuangannya akan
memilih lokasi daerah tujuan wisata yang tidak jauh dari tempat
aktivitas sehari-hari (Page, 1999).
Aksesibilitas atau keterjangkauan juga merupakan faktor yang
penting dalam mengembangkan daerah tujuan wisata. Daerah tujuan
wisata yang mudah dijangkau oleh wisatawan memiliki nilai yang
tinggi. Keterjangkauan tidak selalu terkait dengan jarak, tetapi
berkaitan dengan kondisi medan, ada tidaknya sarana transportasi
atau komunikasi dan kadang-kadang budaya. Keterjangkauan berubah
dengan adanya perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi
(Suharyono dan Amien, 1994).
Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas lokasi obyek wisata,
dalam penelitiannya Subyantoro (2001) menggunakan tolok ukur jarak
antara lokasi wisata dengan pusat kegiatan yaitu ibukota propinsi
dan ibukota kabupaten, dan tolok ukur waktu tempuh antara dua
lokasi tersebut. Tingkat aksesibilitas yang dihasilkan dibagi
menjadi 3 katagori yaitu tingkat aksesibiltas tinggi, sedang dan
rendah.
Berbagai faktor dapat digunakan untuk pengukuran potensi daerah
tujuan wisata, misalnya iklim, keindahan alam, adat istiadat, seni
bangunan, pentas seni, pameran, pekan raya, peninggalan
sejarah/purbakala, kegiatan masyarakat, fasilitas olah raga dan
edukasi untuk rekreasi, kesehatan, belanja, hiburan, infrastruktur,
pangan dan akomodasi serta faktor keamanan (Pendit, 2003).
Menurut Sujali (1989), pengembangan kepariwisataan mendasarkan
pada sifat, fungsi, kemampuan, jangkauan pemasaran yang akan
dicapai. Jangkauan pemasaran dapat bersifat lokal, regional,
nasional dan bahkan dapat bersifat internasional. Pengembangan
tersebut dapat dilaksanakan diantaranya dengan beberapa teori kutub
pertumbuhan atau dengan konsep tempat sentral dari Christaller.
Sebagai langkah awal dalam memilih dan menentukan suatu potensi
obyek wisata yang pantas akan dikembangkan, sebelumnya perlu
memperhatikan beberapa hal. Langkah tersebut dilaksanakan dengan
harapan nantinya akan menghasilkan pembangunan wisata yang optimal,
oleh karena itu evaluasi potensi obyek wisata perlu dilakukan
(Sujali, 1989).
Untuk mengukur potensi wisata suatu lokasi obyek wisata, Charles
E G (1996) menjelaskan bahwa obyek wisata yang menarik mempunyai
daya tarik besar untuk mendatang-kan wisatawan. Dari hasil
penelitiannya tentang daya tarik wisata suatu obyek wisata, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah faktor alam yang meliputi keindahan
alam dan iklim, faktor sosial budaya yang meliputi adat istiadat,
seni bangunan,, pentas seni, festival, pagelaran, pameran dan pekan
raya, faktor sejarah berupa barang-barang peninggalan purbakala,
faktor agama berupa kegiatan upacara keagamanaan, faktor fasilitas
rekreasi yang meliputi olah raga dan edukasi, faktor fasilitas
kesehatan, berbelanja, hiburan, pangan dan akomodasi serta faktor
infrastruktur.
Untuk menjadi pusat pertumbuhaan diperlukan persyaratan tertentu
yaitu potensi untuk tumbuh paling maksimal dibandingkan dengan
lokasi yang lain. Selanjutnya dengan dioperasikannya tujuan konsep
yaitu konsep leading industry, polarization dan spread effect,
diasumsikaan akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan lokasi yang
lain karena mendapat pengaruh dari lokasi pusat pertumbuhan.
Pengembangan Daerah Tujuan Wisata merupakan usaha memperluas
kawasan atau lokasi obyek wisata atau menambah berbagai macam
kebutuhan wisatawan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dengan mengembangkan sarana transportasi, infrastruktur,
fasilitas penunjang dan pelayanan, akomodasi maupun adanya berbagai
atraksi (Page, 1999). Namun perlu diperhatikan apakah semuanya itu
memang diperlukan dan dimanakah berbagai kebutuhan tersebut akan
ditempatkan apabila diperlukan. Hal itu memerlukan kajian yang
mendalam tentang potensi suatu daerah tujuan wisata. Selanjutnya
pengembangan daerah tujuan wisata dapat dilakukan dengan sempurna
apabila daerah tersebut mempunyai potensi daya tarik dan secara
fisik, sosial, ekonomi dan budaya ada kesesuaian. Artinya daerah
tujuan wisata yang dikembangkan sesuai dengaaan kondisi fisik
(alam) dan manusia di sekitar daerah tujuan wisata.
Pengembangan daerah tujuan wisata tingkat lokal diperuntukkan
bagi suatu obyek atau lebih yang menempati suatu kawasan wisata.
Namun pada umumnya pengembangan daerah tujuan wisata tingkat lokal,
mulanya hanya satu jenis obyek wisata atau lebih yang selanjutnya
dikembangkan lebih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan dan potensi
kawasan wisata tersebut. Dalam pengembangannya perlu diperhatikan
faktor-faktor lokal di lokasi daerah tujuan wisata yang terdiri
dari iklim, kondisi fisik, atraksi, akses, kepemilikan dan
penggunaan lahan, pembatas dan pendorong atau pendukung serta
faktor-faktor lain. Semua faktor tersebut saling berkaitan atau
saling mempengaruhi.
Pengembangan daerah tujuan wisata tingkat nasional merupakan
pengembangan kepariwisataan yang perhatian utamanya pada pemilihan
atau penentuan wilayah yang paling penting untuk dikembangkan
sebagai pintu gerbang kedatangan wisatawan. Penentuan wilayah
tersebut berdasarkan potensi yang ada meliputi fasilitas penunjang,
atraksi utama dan aksesibilitas.
Sehubungan dengan kondisi kepariwi-sataan di Kabupaten Kediri
maka akan dipilih salah satu obyek wisata yang dapat dijadikan
sebagai pusat pertumbuhan sehingga akan mempengaruhi obyek wisata
yang lainnya. Berdasarkan masalah kepariwisataan yang terdapat di
Kabupaten Kediri, dalam penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui potensi daya tarik wisata obyek-obyek wisata di
Kabupaten Kediri
2. Mengetahui tingkat aksesibilitas masing-masing obyek wisata
di Kabupaten Kediri
3. Menentukan salah satu obyek wisata yang dijadikan pusat
pertumbuhan kepariwi-sataan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pertimbangan
atau arahan dalam pengembangan obyek-obyek wisata khususnya dan
pengembangan wilayah pada umumnya di Kabupaten Kediri apabila dana
yang tersedia relatif terbatas jumlahnya. Dengan diketahuinya satu
lokasi sebagai pusat pertumbuhan industri wisata maka pembangunan
industri yang lain berkaitan dengan industri wisata dapat
dikembangkan lebih lanjut. Secara teoritis hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai model untuk pengembangan atau pembangunan
kepariwisataan di suatu wilayah khususnya pada Tingkat Kabupaten
atau Pemerintah Daerah Tingkat II
METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan di 10 lokasi obyek
wisata di Kabupaten Kediri. Yaitu Taman Wisata Ubalan, Taman Ria
Corah, taman Wisata Gunung Kelud, Candi Surowono, Kawasan Ziarah
Puh Sarang, Air Terjun Irrunggolo, Sumber Podang, Pamuksan Sri Aji
Joyoboyo, Air Terjun Ngleyangan dan Kawasan Wisata Bendungan Gerak
Waru Turi.
Populasi adalah semua wisatawan yang datang berkunjung ke obyek
wisata. Wisatawan diambil secara accidental sampling. Jumlah sample
yang diambil sebanyak 300 wisatawan yang tersebar pada 10 lokasi
obyek wisata sehingga masing-masing obyek wisata diambil 30
wisatawan.
Data hasil penelitian diambil dengan cara observasi, wawancara,
pengukuran dan diambil dari dokumen yang berkaitan dengan
kepariwisataan yang ada pada masing-masing lokasi obyek wisata.
Dalam penelitian ini digunakan 25 komponen daya tarik yaitu 1)
tempat penginapan, 2) rumah makan/restoran/warung makan, 3) tempat
hiburan/kesenian, 4) tempat pameran, 5) tempat peristirahatan, 6)
tempat olah raga, 7) tempat rekreasi edukasi, 8) tempat beribadah,
9) fasilitas keamanan/penjagaan, 10) fasilitas kesehatan, 11)
fasilitas komunikasi, 12) kendaraan umum, 13) taman, 14) listrik,
15) ssumber air, 16) tempat berbelanja, 17) tempat peninggalan
sejarah, 18) seni bangunan, 19) kegiatan peribadatan, 20)
pagelaran/pentas seni, 21) pekan raya yang bersifat komersial, 22)
produk lokal berupa makanan, 23) pakaian, 24) kerajinan tangan, 25)
peninggalan purbakala/sejarah. Dengan demikian setiap lokasi obyek
wisata mempunyai skor antara 0 (minimal) sampai 25 (maksimal).
Untuk mengetahui tingkat potensi daya tarik wisata masing-masing
lokasi obyek wisata dihitung berdasarkan komponen daya tarik yang
ada, makin banyak terdapat komponen daya tarik atau skornya maka
makin tinggi tingkat potensi wisatanya. Kriteria tingkatannya
adalah seperti dibawah ini :
- potensi sangat baik skornya 21 25
- potensi baik apabila skornya 16 20
- potensi sedang apabila skornya 11 - 15
- potensi buruk apabila skornya 6 - 10
- potensi sangat buruk skornya 0 5
Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas masing-masing lokasi
obyek wisata digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Aksesibilitas tinggi apabila
jarak tempuh antara 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh antara
30 menit sampai 60 menit, atau
jarak tempuh kurang dari 25 km dan waktu tempuh antara 30 menit
sampai 60 menit atau
jarak tempuh 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh kurang dari 30
menit.2. Aksesibilitas sedang apabila
jarak tempuh antara 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh antara
30 menit sampai 60 menit, atau
jarak tempuih kurang dari 25 km dan waktu tmpuh lebih dari 60
menit, atau
jarak tempuh lebih dari 50 km dan waktu, tempuh kurang dari 30
menit
3. Aksesibilitas rendah apabila
jarak tempuh antara 25 km sampai 50 km dan waktu tempuh leih
dari 60 menit atau
jarak tempuh lebih dari 50 km dan waktiu tempuh antara 30 menit
sampai 60 menit, atau
jarak tempuh lebih dari 50 km dan waktu tempuh lebih dari 60
menit.
Untuk menentukan lokasi obyek wisata yang dapat dijadikan pusat
pertumbuhan atau pengembangan kepariwisataan dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memberi skor pada masing-masing indikator pengukuran setiap
lokasi obyek wisata. Indikator pengukuran yang digunakan adalah
keindahan alam, kondisi medan, rata-rata jarak antar obyek wisata,
tingkat pencemaran lingkungan, perilaku wisatawan dan tingkat
keamanan. Skor masing-masing indikator berkisar antara 1 10, sesuai
dengan peringkat dari 10 lokasi obyek wisata. Untuk mengetahui
peringkat yang diperoleh setiap lokasi obyek wisata pada
masing-masing indikator digunakan cara sebagai berikut :
-Kondisi alam diketahui berdasarkan banyak sedikitnya luas lahan
yang dipunyai obyek wisata. Untuk pengembangan kepariwisataan
selanjut-nya makin luas lahan yang dipunyai makin tinggi
skornya.
- Kondisi medan, diketahui berdasarkan variasi topografi pada
lokasi obyek wisata, variasi topografi ditentukan berdasarkan
banyak sedikitnya perbukitan yang ada dan atau di sekitar lokasi
obyek wisata. Makin banyak terdapat perbukitan berarti variasi
topografi makin banyak sehingga skornya makin tinggi.
- Jarak antar obyek wisata, ditentukan berdasarkan jauh dekatnya
jarak rata-rata dari lokasi obyek wisata yang satu terhadap yang
lain, makin dekat makin tinggi skornya., jarak rata-rata
menggunakan satuan km, dan dihitung dengan cara merata-ratakan
jarak dari satu lokasi obyek wisata ke 9 lokasi obyek wisata yang
lain,
-Tingkat pencemaran, diketahui berdasar-kan banyak sedikitnya
kotoran atau sampah di lokasi wisata, makin kotor lokasi obyek
wisata skornya makin rendah. Banyak sedikitnya kotoran atau sampah
dapat diketahui dengan cara pengukuran lapangan yaitu menimbang
jumlah sampah dalam satu satuan luas permukaan tanah. Tempat
pengukuran ditentukan secara acak meliputi 20 % luas areal lokasi
wisata dan setiap kali pengukuran meliputi luas tanah 1m x 1m.
Tingkat keamanan, diketahui berdasar-kan frekuensi terjadinya
kecelakaan atau bencana dan kejahatan, makin kecil frekuensi
kejadiannya, makin tinggi tingkat skornya.
Perilaku wisatawan, diketahui berdasar-kan keutuhan obyek
wisata. Skor makin tinggi apabila obyek wisata makin sedikit
mengalami gangguan oleh wisatawan. Misalnya, coretan, perusakan,
pencurian barang milik obyek wisata.
Jumlah wisatawan, diketahui berdasar-kan jumlah wisatawan yang
berkunjung pada masing-masing obyek wisata selama 5 tahun terakhir,
makin banyak jumlah wisatawan makin tinggi skornya.
Dalam meranking indikator apabila dijumpai sejumlah obyek wisata
yang sama nilainya maka skornya dibuat rata-rata.
2. Menjumlah skor seluruh indikator untuk setiap lokasi obyek
wisata. Skor yang tertinggi dipilih sebagai pusat pertumbuhan.
HASIL PENELITIANSetelah dilakukan identifikasi dari 7 variabel
yang ada di Kabupaten Kediri antara lain adalah: kondisi obyek
wisata (keindahan), kondisi luas lahan, jarak antar potensi,
tingkat pencemaran, tingkat keamanan, perilaku wisatawan dan jumlah
wisatawan maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
1.PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh berikut ini
akan dibahas tentang kesesuaian kawasan obyek wisata di Puh Sarang
untuk pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Kediri dan bagaimana
prospek pengembangan di tempat tersebut pada masa mendatang.
Berdasarkan hasil perhitungan potensi wisata pada masing-masing
kawasan wisata di Kabupaten Kediri saat ini, lokasi kawasan obyek
wisata Poh Sarang mempunyai potensi wisata yang paling besar. Hal
yang paling mendukung besarnya potensi wisata tersebut sehubungan
dengan lebih banyaknya fasilitas penunjang pariwisata yang sudah
dibangun dibandingkan dengan kawasan obyek wisata dari berbagai
tempat sehingga paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dengan
potensi wisata yang paling besar ini kawasan wisata Puh Sarang
dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjadi lokomotif bagi
kawasan obyek wisata yang lain di Kabupaten Kediri. Dengan kata
lain kawasan obyek wisata Puh Sarang dijadikan pusat pertumbuhan
kepari-wisataan di Kabupaten Kediri. Dengan berkembangnya kawasan
obyek wisata Puh Sarang serta koordinasi yang baik antar pengelola
kawasan wisata diharapkan terjadi efek pengembangan ke obyek wisata
yang lain, sehingga kawasan wsiata di seluruh Kabupaten Kediri
berkembang semua dengan indikasi banyaknya wisatawan yang
berkunjung ke masing-masing lokasi obyek wisata.
Ditinjau dari potensi wisatanya, dan dengan menerapkan teori
kutub pertumbuhan dan tempat sentral (Peroux dan Christaller) maka
kawasan wisata Puh Sarang sangat mendukung untuk dilakukan
pengembangan kepariwisataan terlebih dahulu. Namun dalam pemilihan
model yang nantinya akan diterapkan untuk pengembangan selanjutnya
harus tepat sehingga dapat membantu perkembangan kawasan obyek
wisata yang lain di Kabupaten Kediri.
Terdapat satu kelemahan yang sekaligus dapat dijadikan kelebihan
sehubungan dengan pemilihan model pengembangan kepariwisataan di
kawasan wisata Puh Sarang yaitu jenis wisata ziarah khususnya untuk
umat beragama Nasrani, sementara itu potensi wisatawan yang ada di
Kabupaten Kediri pada khususnya dan Indonesia pada umumnya sebagian
besar umat Islam yang mungkin tidak tersedia untuk berkunjung ke
kawasan wisata Puh Sarang. Dalam penelitian ini tidak
teridentifikasi tentang latar belakang agama yang berkunjung
Tabel 1. Identifikasi Obyek Wisata di Kabupaten KediriNo.Obyek
WisataabcdefgSkor
1.Bendungan499295,51048,5
2.G.Kelud9,5101523,5738
3.C.Surowono515869236
4.Irrunggolo35363,55,5531
5.Puh Sarang7,5881069957,5
6.Joyoboyo9,5210999654,5
7.Sumber Podang24443,52120,5
8.Tmn Ria Corah137161423
9.Ubalan7,576393,5844
10Ngleyangan662717332
Sumber: Data primer, 2007
Keterangan:
a = kondisi obyek wisata (keindahan)
b = kondisi luas lahan
f = perilaku wisatawan
c = jarak antar potensi
g = jumlah wisatawan
d = tingkat pencemaran
e = tingkat keamanan
ke Puh Sarang sehingga dimungkinkan banyak wisatawan beragama
Islam berkunjung ke Puh Sarang untuk menikmati atraksi lainnya
bukan untuk berziarah.
Untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang berarti menjaring
semua penduduk tanpa membedakan berbagai latar belakang agama atau
yang lain, sehingga jika berkunjung ke kawasan wisata Puh Sarang
dapat menikmati aatraksi yang ada, diperkirakan atraksi tambahan
yang cukup beragam dan bersifat umum sehingga dapat dinikmati oleh
siapapun. Namun dengan adanya tambahan atraksi dan fasilitas
kepariwisataan yang lain akan menyita ruang yang telah ada daan
akan mengurangi nilai wisata ziarah sehubungan dengan banyaknya
pengunjung.
Jika kawasan wisata Puh Sarang dikembangkan dengan model
pengembangan wisata tingkat lokal, artinya semua fasilitas
kepariwisataan maupun atraksi akan dikembangkan baik secara
kualitas maupun kuantitas didalam kawasan wisata Puh Sarang, maka
akan merombak tata ruang yang ada sekarang. Pengembangan tersebut
dimaksud untuk menarik lebih banyak wisatawan dan mengantisipasi
kebutuhan wsiatawan selama berada di kawasan obyek wisata Puh
Sarang.
Perombakan tata ruang dapat dilakukan seminimal mungkin dengan
mengurangi bangunan-bangunan fasilitas penunjang kepariwisataan
yang tidak diperlukan oleh wisatawan. Cara seperti ini hanya
menjadikan wisatawan lokal yang tidak memerlukan sarana untuk
akomodasi sehingga jumlah wisatawan yang dapat dijaring relatif
lebih sedikit yaitu penduduk di Kabupaten Kediri dan sekitarnya.
Jika ziarah sebagai atraksi utamanya sementara itu sebagian besar
penduduk di Kabupaten Kediri dan sekitarnya beragama Islam, bermata
pencaharian sebagai petani dan berpenghasilan relatif rendah, maka
latar belakang penduduk seperti ini kurang mendukung pengembangan
kepariwisataan suatu daerah dan kemungkinan akan lambat
berkembang.
Melihat kondisi seperti tersebut, kemungkinan oleh pengelola Puh
Sarang tidak diperkenankan untuk dilakukan perubahan ruang kawasan
wisata Puh Sarang secara besar-besaran. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kawasan wisata Puh Sarang kurang sesuai untuk
dikembangkan dengan model pengembangan wisata tingkat lokal
mengingat berbagai keterbatasan seperti dijelaskan diatas.
Model pengembangan kepariwisataan lain yang dapat diterapkan
adalah pengembangan tingkat regional. Dalam model ini, sasaran
wisatawan yang dituju adalah penduduk dalam lingkup propinsi atau
negara bahkan internasional dan tidak tergantung pada penduduk
lokal. Model ini dilaksanakan dengan cara melakukan koordinasi
antara pengelola kawasan obyek wisata di seluruh Kabupaten Kediri
dengan kawasan wisata Puh Sarang sebagai pusat pengembangan.
Meskipun sebagai pusat pengembangan dan sesuai dengan jenis atraksi
utama yang ada, kawasan obyek wisata Puh Sarang dibatasi
pengembangannya, dipilih beberapa hal yang memang sesuai dengan
kondisi setempat sementara pembangunan fasilitas kepariwisataan
dapat dialihkan ke kawasan obyek wisata yang lain sesuai dengan
karakter masing-masing kawasan wisata.
Dengan tersebarnya pembangunan fasilitas kepariwisataan dan
pengembangan atraksi di berbagai kawasan obyek wisata, maka daya
tarik wisata masing-masing kawasan akan meningkat. Hal itu dapat
menggerakkan mobilitas wisatawan yang sebelumnya hanya
terkonsentrasi di kawasan obyek wisata Puh Sarang, untuk menuju ke
obyek wisata yang lain yang telah ditingkatkan daya tariknya.
Mobilitas wisatawan ini dapat terjadi dan makin tinggi
intensitasnya apabila daya tarik wisatanya pada masing-masing
kawasan wisata makin tinggi dan antar kawasan obyek wisata mudah
dijangkau oleh wisatawan.
Berdasarkan lokasi kawasan obyek-obyek wisata yang terdapat di
Kabupaten Kediri, model pengembangan kepariwisataan tingkat
regional sesuai untuk diterapkan mengingat banyak obyek-obyek
wisata yang berbeda jenis atraksi utamanya dan relatif berdekatan
jaraknya, terlebih lagi apabila dalam pengembangannya tersedianya
dana yang tidak memadai. Dengan demikian wisatawan yang semula
hanya ingin berkunjung di satu atau dua lokasi obyek wisata akan
tertarik untuk mengunjungi juga kawasan obyek wisata yang lain
karena mudah dijangkau oleh wisatawan. Untuk mencapai hal itu kerja
sama antar pengelola kawasan obyek wisata harus dilakukan terutama
dalam melakukan kegiatan promosi begitu pula dengan biro-biro
perjalanan dalam rangka pembuatan paket-paket wisata.
Model pengembangan pariwisata lain yang dapat menjangkau
wisatawan lebih banyak, yaitu disamping wisatawan nusantara juga
wisatwan mancanegara. Dalam pengembangan model ini diperlukan
persyaratan lebih berat yaitu harus menyediakan sarana dan
prasarana penunjang kepariwisataan berkualitas internasionaal dan
adanya atraksi wisata yang khas yang tidak banyak terdapat di
dunia. Dalam pengembangan kepariwisataan model peran pemerintah
sangat diperlukan sehubungan dengan pembangunan sarana dan
prasarana kepariwisataan yang harus disediakan serta penyedia
sumberdaya manusia, diperlukaan biaya yang sangat besaar dan
memerlukan kerjasama dengan pemerintah daerah yang lain.
Melihat persyaratan pengembangan kepariwisataan tingkat nasional
tersebut, tidaklah sesuai untuk diterapkan di Kabupaten Kediri
mengingat atraksi utama yang ada meskipun termasuk jarang, yaitu
ziarah ke tempat munculnya Bunda Maria, sudah ada tempat lain yang
sama jenis atraksinya dan sudah berkembang lebih jauh yaitu Lourdes
(Perancis) yang terkenal lebih dahulu. Dengan demikian kurang
memungkinkan untuk dipasarkan kepada wisatawan luar negeri,
terutama penduduk Eropa, sehingga kemungkinan terjadi kegagalan
lebih besar akan terjadi. Disamping itu mengingat kondisi keruangan
yang ada tidak memungkinkan untuk menyediakan sumberdaya manusia
yang kompeten maupun sarana dan prasarana kepariwisataan yang
diperlukan wisatawan manca negara.
Berdasarkan lokasi Kabupaten Kediri yang berada di bagian tengah
Propinsi Jawa Timur dan relatif dekat dengan kota-kota industri
seperti Malang, Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Gresik yang
merupakan tempat tinggal penduduk yang potensial untuk menjadi
wisatawan, maka penduduknya potensial untuk menjadi sumber
wisatawan bagi Kabupaten Kediri. Begitupula dengan penduduk di
Kabupaten Kediri yang mengelilingi Kabupaten Kediri, dengan
demikian Kabupaten Kediri mempunyai letak strategis dalam kaitannya
dengan lokasi tempat tinggal wisatawan.
Disamping letak yang strategis, dalam pengembangan
kepariwisataan dalam wilayah yang luas memerlulkan banyak jenis
atraksi wisata agar supaya wisatawan tidak merasa bosan karena
hanya menyaksikan jenis atraksi yang mirip atau bahkan sama dari
satu tempat ke tempat lain. Kabupaten Kediri mempunyai banyak jenis
atraksi utama yang tersebar di beberapa lokasi obyek wisata seperti
wisata ziarah, wisata sejarah, wisata alam dengan berbagai macam
pemandangan, wana wisata dan sebagainya dengan tingkat keindahan
yang bervariasi pula.
Jarak antar lokasi wisata yang relatif dekat juga merupakan
salah satu pendukung perkembangan kepariwisataan di suatu daerah.
Demikian pula dengan jarak antar lokasi obyek wisata di Kabupaten
Kediri, jarak relatif dekat sehingga mudah dijangkau sementara
jarak paling jauh hanya 82 km yaitu antara Gunung Kelud sampai
Ngleyangan. Namun dengaan adanya sarana dan prasarana transportasi
yang baik diantara keduanya melewati beberapa lokasi obyek wisata
maka jarak sedemikian jauh tidak menjadi halangan bagi
wisatawan.
Hal lain yang juga diperlukan untuk peningkatan secara kualitas
dan kuantitas dari atraksi yang ada dan fasilitas penunjang
kepariwisataan adalah tersedianya lahan yang cukup luas untuk
tempat-tempat tersebut. Sebagian besar luas lahan kawasan
obyek-obyek wisata di Kabupaten Kediri mempunyai ukuran yang cukup
luas dan jauh dari permukiman sehingga apabila diperlukan untuk
peningkatan atraksi maupun berbagai fasilitas penunjang masih
mencukupi tanpa mengganggu penduduk. Pembangunan yang mengganggu
penduduk mempunyai resiko besar untuk gagal karena diperlukan
investasi yang cukup besar untuk memindahkan penduduk dan urusannya
menjadi lebih rumit dan memerlukan waktu lama.
Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi umum untuk menuju
ke lokasi obyek-obyek wisata, di Kabupaten Kediri juga merupakan
factor pendukung untuk berkembangnya kepariwisataan di Kabupaten
Kediri, meskipun di beberapa tempat kondisinya belum baik tetapi
dalam hal ini masih dapat diperbaiki. Dengan lebih meningkatkan
peran swasta dalam menyediakan sarana transportasi maka peran
pemerintah cukup banyak berkurang yakni hanya dalam hal
pemeliharaan prasarana transportasi saja sehingga tugasnya menjadi
lebih mudah dan lebih baik para wisatawan akan lebih mudah dan
dapat lebih banyak lokasi obyek wisata dapat dijangkau oleh
wisatawan dalam waktu yang relatif singkat, karena pada umumnya
wisatawan tidak ingin waktunya terpakai terlalu banyak untuk
perjalanan.
Kondisi alam yaitu topografi dan penggunaan lahan yang
bervariasi, misalnya berupa dataran, perbukitan maupun gunung
dengan penggunaan lahan sawah, hutan maupun perkampungan yang
terdapat di kabupaten Kediri, menimbulkan rasa senang dan tidak
membosankan selama melaksanakan perjalanan menuju ke lokasi obyek
wisata. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan
selama perjalanan wisatanya. Kondisi iklim di Kabupaten Kediri
merupa iklim sedang dengan suhu antara 23C-31C sangat cocok untuk
kegiatan pariwisata terbuka (out door) karena tidak terlalu dingin
maupun tidak terlalu panas, namun perlu diwaspadai sehubungan
dengan lebih banyaknya bulan-bulan basah selama satu tahun sehingga
dapat mengurangi aktivitas wisatawan di lapangan (area terbuka)
karena terjadinya hujan. Disamping itu adanya gangguan bencana alam
berupa letusan Gunung Kelud yang sewaktu-waktu dapat terjadi
sehingga dapat mengganggu jadwal kunjungan wisatawan.
Memperhatikan berbagai faktor seperti diatas dan mengantisipasi
beberapa factor negatif yang ada kawasan obyek-obyek wisata di
Kabupaten Kediri mempunyai prospek yang baik untuk berkembang dan
dikembangkan menjadi tujuaan daerah wisata tingkat lokal, regional
maupun nasional.KEMPULAN DAN SARANKesimpulanDari 10 obyek wisata
yang ada di Kabupaten Kediri, obyek wisata ziarah Puh Sarang
memiliki potensi daya tarik wisata paling tinggi dengan memiliki 21
jenis sarana dan prasarana kepariwisataan,
Aksesibilitas paling mudah adalah obyek wisata Pamuksan Sri Aji
Joyoboyo sedangkan aksesibilitas paling sulit adalah Gunung
Kelud.Lokasi wisata paling tepat untuk menjadi pusat pertumbuhan
kepariwisataan di Kabupaten Kediri adalah kawasan ziarah Puh
Sarang.SaranDengan pusat pertumbuhan kepari-wisataan di Kabupaten
Kediri adalah kawasan ziarah Puh Sarang, maka model pengembangan
yang paling cocok untuk dipilih adalah model pengembangan tingkat
regional. Hal ini dapat dimengerti karena dengan latar belakang
penduduk yang mayoritas beragama Islam maka apabila dikembangkan
dengan model lokal memang agak sulit.
Model pengembangan tingkat regional yang dimaksud adalah dengan
sasaran pengunjung dari propinsi atau negara, dimana memiliki latar
belakang budaya dan agama yang heterogen. Berkaitan dengan aspek
pengembangan regional maka fasilitas sarana dan prasarana yang
harus ada perlu lebih diitngkatkan dan dibenahi agar lebih banyak
pengunjung yang datang lebih mudah dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Charles, E.G., 1996. Planning for Tourism Development,
Quantitative Approach. New York: Paeger Publishers.Inc.Dinas
Pariwisata Jawa Timur, 2005. Pariwisata Jawa Timur Tahun 2005 Dalam
Angka.Website:www.eastjava.com.Garvajal dan Patri, 1989.
Identification and Definition of Region in Greek Tourist Planning.
Papers, Regional Science Association.Page, S.J. and Hall, C.M.,
1999. The Geography of Tourism Recreation Environment, Place and
Space. London : Roudledge.Pendit, N.S., 2003. Ilmu Pariwisata
Sebuah Pengantar. Jakarta: Pradnya Paramita.
Subyantoro, 2001. Prospek Kawasan Wisata Goa Maharani di
Kabupaten Lamongan Untuk Pengembangan Daerah Tujuan Wisata
Nasional/Internasional. Surabaya : Lembaga Penelitian Unesa.
Suharyono dan Amien, 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sujali, 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Yogyakarta
: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
PETA PARIWISATA KEDIRI
FOTO-FOTO LOKASI WISATA
DI KEDIRI
Patung Airlangga
Di Musium Airlangga*) Staf Pengajar di Prodi Pendidikan Geografi
FIS UNESA11391140JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 8, NOMOR 16, DESEMBER 2009
: 1139-11541151Kuspriyanto, Pengembangan Kepariwisataan Di
Kabupaten Kediri Sebagai ..