552 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI PEMBERDAYAAN UKM PENGOLAHAN IKAN PASCA PRODUKSI Ach. Muhib Zainuri 1 , Sigit Hadiantoro 2 , Wahyu Prihanta 3 1 Teknik Mesin, 2 Teknik Kimia, 3 Kehutanan 1 Politeknik Negeri Malang, 2 Universitas Muhammadiyah Malang 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected]Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk merancang strategi pengembangan kawasan minapolitan dalam rangka peningkatan pendapatan ekonomi nelayan di Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo. Permasalahan yang dijumpai dalam upaya pengembangan minaindustri adalah masih rendahnya produktivitas dan pemasaran produk perikanan pasca produksi, kelembagaan minabisnis yang tidak kondusif dan kondisi budaya masyarakat perikanan di perkotaan yang cenderung subsistem. Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melalui diskusi kelompok fokus, analisis kebutuhan usaha perikanan pasca produksi, dan mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pengolahan produk perikanan. Metode kegiatan adalah ceramah dan praktek yang dilaksanakan pada tiga UKM, yaitu UKM Jaya Utama, UKM Dhyva Abadi dan UKM Sari Ikan yang berlokasi di Kelurahan Mayangan dan di Kelurahan Sukabumi. Topik ceramah dan praktek adalah (1) Kandungan nutrisi pada ikan, (2) Teknologi pemrosesan ikan, (3) Teknik pemrosesan produk ikan menjadi makanan yang higienis, dan (4) Sanitasi pada area produksi. Hasil dari kegiatan menunjukkan bahwa para pelaku UKM pengolahan ikan pasca produksi sangat tertarik. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah (1) Kegiatan telah mencapai sasaran yang diinginkan, (2) Pelaku UKM memiliki keterampilan pemrosesan ikan, dan (3) Pelaku UKM sangat terbantu melalui pemberian hibah beberapa peralatan. Kata-kata kunci : minapolitan, minabisnis, minaindustri, UKM. 1. PENDAHULUAN Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Sesuai dengan KEP.35/MEN/2013, Kota Probolinggo telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan berbasis minapolitan perikanan tangkap. Kawasan tersebut diprioritaskan mendapat dukungan kegiatan dan anggaran sebagai stimulus bagi pemerintah daerah dan dunia usaha. [1] Pengembangan sentra wilayah minabisnis komoditas pada hakekatnya merupakan kegiatan awal untuk mema-cu pembangunan bidang ekonomi di suatu wilayah minapolitan. Secara bertahap berkembangnya kegiatan produksi komoditas perikanan tangkap diupayakan untuk dapat diikuti oleh muncul dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi, baik horizontal maupun secara vertikal, serta pengadaan jasa-jasa di sekitarnya sehingga menumbuhkan dinamika perekonomian wila-yah minapolitan. Pembangunan sentra bisnis saat ini lebih didukung dengan mengerahkan kegiatan lintas sektoral maupun subsektoral yang terfokus dan terintegrasi pada lokasi yang telah terpilih. Upaya ini dilakukan untuk mendukung kegiatan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya ikan laut dan masyarakat pelaku usaha minabisnis untuk mampu melakukan dan menjalin kegiatan-kegiatan minabisnis dengan kekuatan sendiri secara berkesinambungan. Berdasarkan konsultasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) telah ditetapkan Kota Probolinggo. Pada tataran mikro, permasalahan yang dijumpai adalah (1) Masih rendahnya produktivitas dan pemasa-ran, (2) Kelembagaan yang tidak kondusif dan (3) Sanitasi lingkungan permukiman yang masih rendah. Di samping itu, kondisi budaya masyarakat perikanan di perkotaan yang cenderung subsistem
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
552 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI PEMBERDAYAAN
Monitoring & Evaluasi Pendampingan, Pengembangan kapasitas
kelembagaan, koordinasi, dan peningkatan kapasitas stakeholder
560 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Melalui dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan
minapolitan dapat dengan mudah dilaksanakan. Dengan demikian perkembangan kota yang serasi,
seimbang dan terintegrasi dapat terwujud (gbr. 5).
Gambar 5. Sketsa kawasan minapolitan Kec. Mayangan
Dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan secara terintegrasi, perlu penyusunan Rencana
Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan yang akan menjadi acuan penyusunan program
pengembangan. Beberapa muatan yang harus terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut
o Penetapan pusat agropolitan/minapolitan yang berfungsi sebagai:
o Pusat perdagangan dan transportasi perikanan (aquacultural trade/transport center);
o Penyedia jasa pendukung perikanan (aquacultural support services);
o Pasar konsumen produk non-perikanan (non aquacultural consumers market);
o Pusat industri perikanan (aqua based industry);
o Penyedia pekerjaan non perikanan (non-aquacultural employment); dan
o Pusat minapolitan dan hinterland-nya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten).
o Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai:
o Pusat produksi perikanan (aquacultural produc-tion);
o Intensifikasi perikanan (aquacultural intensifica-tion);
o Pusat pendapatan pedesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non perikanan (rural income and demand for non-aquacultural goods and sevices); dan
o Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan (cash fish production and aquacultu-ral diversification).
o Penetapan sektor unggulan, dalam hal ini berarti:
o Merupakan sektor unggulan yang sudah berkem-bang dan didukung oleh sektor hilirnya;
o Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar sesuai dengan kearifan lokal; dan
o Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor.
o Dukungan infrastruktur, yang memiliki pengertian infrastruktur mendukung terbentuknya struktur ruang bagi pengembangan kawasan minapolitan, antara lain: jaringan jalan, irigasi, zona budidaya, zona pertanian, konservasi mangrove dan jaringan utilitas misalnya listrik, pelabuhan dan telekomunikasi, dan sebagainya (gbr. 5);
o Dukungan sistem kelembagaan, meliputi:
o Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan fasilitasi Pemerintah Pusat; dan
o Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan minapolitan.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 561
Melalui keterkaitan tersebut, pusat minapolitan dan kawasan produksi perikanan berinteraksi satu sama lain saling menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah (added value) produksi kawasan minapolitan. Pembangunan kawasan minapolitan merupakan perwujudan dari pemerataan pembangunan di segala bidang berbasis kawasan. Selain itu konsep minapolitan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan misi pembangunan Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan visi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo “Terwujudnya Percepatan Pendapatan Masyarakat Perikanan melalui Revitalisasi Infrasruktur dan Komoditi”.[8] Hal ini akan berimbas pada percepatan pembangunan pedesaan/kelurahan sehingga migrasi desa ke kota dapat ditekan sekecil mungkin.
3. KARYA UTAMA
Kota Probolinggo dengan panjang garis pantai hanya 7 km yang dikelilingi Selat Madura, lebih
berfungsi sebagai kota Pelabuhan yang menjadi penghubung berbagai aktivitas pelayaran laut dan
perdagangan antar pulau khususnya antara Jawa bagian Utara, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi
bagian Selatan dan Bali. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan di Kota Probolinggo mendukung
aktivitas perdagangan/niaga serta pelayanan jasa lainnya yang menaungi baik dalam lingkup sekitar
Kota Probolinggo sendiri, maupun lintas kabupaten/kota sekitarnya (di sebelah timur Kota): Jember,
Bondowoso, Situbondo, dengan kota-kota (di sebelah barat Kota): Pasuruan, Malang, Surabaya.
Gambar 6. PPP Mayangan
Pelabuhan perikanan berfungsi sebagai penggerak utama perekonomian sehingga berdampak positif
bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat nelayan. Untuk maksud tersebut,
maka pengembangan PPP Mayangan (gbr. 6) haruslah didasarkan pada hal sebagai berikut.
o Resources based, yaitu adanya ketersediaan sumber-daya ikan secara berkesinambungan;
o Market oriented, yaitu bahwa hasil tangkapan yang didaratkan haruslah memiliki nilai ekonomi penting dan industri pengolahan yang memberikan nilai tambah (added value) yang besar;
o Community based development, yaitu pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan peman-faatannya sehingga memberikan manfaat yang se-besar-besarnya bagi masyarakat khususnya stake-holder perikanan; dan
o Keterkaitan antar sektor, di mana keberadaan pelabuhan perikanan harus memberikan multiplier effect secara lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pelaku bagi pengem-bangan industri yang terkait baik industri hulu maupun hilir sehingga keberadaannya akan mampu mendorong pertumbuhan industri perikanan yang bermanfaat bagi peningkatan devisa negara (lewat komoditas ekspornya), alternatif saluran baru bagi produksi perikanan yang selama ini masih didominasi oleh pemasaran ikan segar dan memberikan insentif bagi masuknya investasi modal swasta ke dalam sektor perikanan.
F. Pembangunan Infrastruktur Rumah Produksi
Salah satu permasalahan terpenting dalam pemberdayaan masyarakat pesisir adalah terbatasnya
infrastruktur produksi, pengolahan dan pemasaran hasil-hasil produksi yang diu-sahakan oleh
masyarakat pesisir di Kec. Mayangan, Kota Probolinggo. Untuk jenis-jenis komoditas produk olahan
562 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
hasil perikanan laut belum menjadi industri pengolahan hasil perikanan laut yang berkembang. Belum
optimalnya usaha pengolahan hasil perikanan laut oleh masyarakat pesisir di Kec. Mayangan, Kota
Probolinggo perlu diatasi dengan pembangunan infrastruktur berupa rumah produksi hasil perikanan
laut.
Pembangunan infrastruktur rumah produksi yang dilaksanakan oleh tim IbW Kec. Mayangan pada
2015 ini dibuat pada kelompok UKM Jaya Utama yang beralamat di Jl. Ikan Tongkol No. 75, Kel.
Mayangan – Kota Probolinggo. Berdiri pada 2007, UKM Jaya Utama yang diketuai oleh Bpk. Moh.
Farid pada awalnya masih belum fokus menggeluti proses pengolahan hasil laut sebagai bidang
usahanya. Awal usahanya di bidang perdagangan ikan, dilanjutkan usaha pemiletan ikan, petis ikan,
terasi udang, ikan kering dan krupuk ikan, yang terus eksis hingga sekarang. Saat ini jenis usahanya
bertambah berupa olahan hasil laut, yaitu rempeyek tulang ikan dan rambak kulit yang terbuat dari
ikan punti.
Dengan pembangunan infrastruktur rumah produksi pada UKM Jaya Utama ini diharapkan terjadi
peningkatan kapasitas melalui bentuk pendampingan mengenai manajemen usaha bagi kelompok
nelayan secara intensif, dukungan sarana-prasarana dan penerapan inovasi teknologi tepat guna.
Aspek-aspek manajemen usaha yang penting ditingkatkan antara lain peningkatan motivasi
kewirausahaan, penanganan pasca panen, teknis produksi, pengendalian mutu, perencanaan usaha dan
perencanaan pemasaran produksi.
G. Pemberdayaan UKM bidang Kelautan dan Peri-kanan
Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil FGD dengan DKP, Dispobar dan
Bappeda Kota Probolinggo, dari 5 komoditas yaitu (1) Ikan tuna, (2) Ikan teri, (3) Ikan-ikan campuran
(baik pelagis maupun demersal), (4) Produk perikanan budidaya (Ikan Bandeng dan Udang), dan (5)
Rumput laut, maka telah ditetapkan 3 komoditas prioritas yang akan dikembangkan lebih lanjut yaitu:
(1) Ikan Tuna, (2) Ikan Teri, dan (3) Ikan-ikan campuran (pelagis dan demersal). Kondisi yang dialami
oleh UKM bidang kelautan dan perikanan di Kota Probolinggo adalah (1) Kurangnya akses
permodalan ke perbankan, (2) Lemahnya pemanfaatan teknologi dalam produksi, dan (3) Ketiadaan
penggunaan sarana IT dalam pemasaran produk UKM.
Khususnya pemanfaatan teknologi dalam produksi, tim IbW Kec. Mayangan Kota Probolinggo
melihat, pada umumnya nelayan dan kelompok-kelompok masyarakat pengolah ikan melakukan proses
penanganan pasca panen dan pengolahan hasil-hasil olahan perikanan secara terbatas dan tradisional.
Pemanfaatan ikan-ikan ekonomis rendah dan ikan hasil tangkapan samping masih belum optimal.
Sebagian besar ikan-ikan tersebut masih diolah secara sederhana menjadi produk olahan tradisional,
seperti: ikan asin, ikan pindang, ikan kering sehingga tidak memiliki nilai jual tinggi. Peralatan yang
masih sederhana merupakan salah satu faktor yang membatasi pelaku usaha, khususnya UKM untuk
melakukan proses produksi secara lebih cepat dan menghasilkan mutu yang lebih baik.
TABEL 1. BANTUAN PERALATAN PADA UKM
Nama UKM Produksi,
Kendala
dan Solusi
Bantuan
Peralatan
Produksi:
- Pempek
- Nugget
Kendala:
meat mixer
Solusi: ban-
tuan meat
mixer.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 563
Produksi:
- Rempeyek
tulang
ikan
- Eby
crispy
Kendala:
ketiadaan
spinner .
Solusi:
bantuan
spinner.
Produksi:
- Petis dan
terasi ikan
- Rempeyek
tulang
ikan
- Ikan
kriuk, dll.
Kendala:
kompor
LPG
jumlah
terbatas.
Solusi:
kompor
LPG
otomatis.
Peningkatan produktivitas pengolahan hasil kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan,
peningkatan nilai tambah produk olahan, berkembangnya sentra usaha pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan dan peningkatan utilitas unit pengolahan ikan di seluruh Kota Probolinggo merupakan tujuan
yang ingin dicapai oleh DKP Kota Probolinggo. Untuk mencapai sasaran tujuan tersebut, banyak upaya
yang dilakukan antara lain dengan pembinaan yang bersifat kemitraan dan memberi motivasi kepada
para pelaku usaha. Hal yang telah dilakukan oleh tim IbW Kec. Mayangan Kota Probolinggo adalah
berupa bantuan peralatan untuk mendukung kelancaran proses produksi. Tujuannya adalah agar para
pelaku usaha dapat meningkatkan proses produksi sehingga dapat menghasilkan produk perikanan yang
kompetitif baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa UKM yang telah mendapat bantuan
peralatan, yaitu: UKM Sari Ikan, UKM Dhyva Abadi dan UKM Jaya Utama (Tabel 1). Dari usaha
pengolahan hasil laut ini dapat mengggerakkan 10 kelompok, atau setara 100 orang dari rumah tangga
nelayan miskin di pesisir Mayangan.
4. ULASAN KARYA
Metode yang digunakan dalam kegiatan PPM skim IbW ini meliputi ceramah, tanya-jawab, penyuluhan, praktek penggunaan alat dan pengolahan ikan. Penyuluhan yang diberikan meliputi hal-hal sebagai berikut.
o Konsumsi ikan sebagai upaya meningkatkan status gizi masyarakat;
o Teknologi pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai ekonomi;
o Cara pengolahan pangan yang higienis;
o Lingkungan kerja yang sehat;
o Analisis hasil usaha pengolahan ikan;
o Cara pengemasan hasil olahan ikan untuk mendapatkan sertifikasi dari BPOM Propinsi Jawa Timur.
564 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Praktek pengolahan ikan yang diberikan adalah pembuatan pempek, pembuatan bakso ikan, abon ikan, terasi, eby crispy, krupuk tulang ikan, dan sebagainya. Praktek pengolahan langsung dibimbing oleh Tim Pelaksana PPM skim IbW bekerja sama dengan tenaga ahli dari DKP Kota Probolinggo.
Sebagai pelengkap juga diberikan tentang cara-cara pengemasan hasil olahan agar dapat dijual ke pasar, khususnya ke supermarket. Hal ini perlu karena sesuai dengan Undang-Undang Konsumen, pengemasan suatu produk harus mengikuti aturan yang baku. Untuk praktek pengolahan produk perikanan, bahan-bahan utama berupa ikan dan bahan pelengkap berupa bumbu dipersiapkan oleh tim PPM skim IbW.
Secara umum seluruh kegiatan diikuti oleh para peserta dengan sangat antusias. Ini terbukti dengan cepatnya peserta memahami materi yang diberikan dan segera dapat melakukannya sendiri. Suasana penyuluhan dilakukan dengan tidak terlalu serius tetapi kena sasaran dengan contoh-contoh yang mudah dipahami. Hal ini penting karena sebagian besar peserta hanya sempat mengenyam pendidikan dasar. Sehingga, para peserta lebih menyukai praktek daripada mendengarkan ceramah. Walaupun demikian, tim PPM skim IbW tetap menganggap penting ceramah yang diberikan sebab sangat menunjang proses pengolahan ikan yang akan dilaksanakan.
5. KESIMPULAN
Pengolahan ikan dalam rangka usaha diversivikasi produk, terutama bertujuan untuk mengolah
ikan menjadi suatu hasil olahan sebelum dikonsumsi. Hasil olahan ikan bila dijual memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menjual ikan langsung tanpa diolah. Beberapa
hasil olahan ikan yang banyak dijumpai di pasar, antara lain: ikan asin, ikan pindang, ikan asap,
bandeng presto, kerupuk ikan, empek-empek, siomay, bakso 'ikan, dan sebagainya. Cara pengolahan
ikan yang telah disebutkan sangat mungkin dilakukan oleh para isteri nelayan, meskipun hanya dalam
skala rumah tangga.
Pembuatan abon ikan merupakan salah satu alterna-tif pemanfaatan limbah hasil perikanan yang
selama ini banyak terbuang sia-sia. Beberapa keuntungan pembu-atan abon antara lain : proses
pembuatannya mudah, rasanya enak, dan tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Selain dari
sisa-sisa ikan yang kurang bermanfaat, abon ikan yang baik dibuat dari ikan segar yang berdaging
kenyal dan durinya mudah dipisahkan, misalnya ikan tongkol, cakalang, dan tengiri. Abon ikan yang
baik mempunyai rasa yang khas, tidak berbau amis atau anyir. Pengolahan abon dapat dilakukan
dalam skala kecil (rumah tangga) maupun dalam skala besar (industri).
Bakso ikan merupakan produk olahan yang sangat digemari. Ikan tongkol dan ikan tengiri
merupakan jenis ikan yang paling umum dibuat bakso ikfUl. Pembuatan bakso ikan relatif sangat
mudah, seperti membuat bakso pada umumnya. Konsumen bakso ikan kebanyakan adalah orang-orang
yang sudah harus mengurangi kadar kolesterol. Rasa bakso ikan sangat enak tidak kalah jika
dibandingkan dengan bakso daging sapi. Penjualannya dapat dilakokaan dengan menjual langsung
dalam kemasan, atau disajikan sebagai bakso kuah bersama mie.
Hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ini terutama adalah terbatasnya waktu yang tersedia,
sehingga dalam praktek hanya membuat sedikit, dan juga karena waktu pelaksanaan yang kurang
sesuai dengan saat datangnya musim panen ikan. Kendala lain adalah sulitnya merubah kebiasaan
masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Kebiasaari masyarakat dalam mengkonsumsi ikan sebagai
bentuk produk olahan perlu ditingkatkan, sebab bila masyarakat masih senang mengkonsumsi ikan
goreng atau ikan yang dimasak dengan bumbu, maka produk ikan olahan yang telah dibuat oleh para
peserta ini sulit mendapatkan pasar. Di samping itu para peserta sendiri mungkin lebih senang menjual
ikan secara langsung kepada konsumen, sebab cepat laku dan tidak repot.
6. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan PPM skim IbW dengan tema “Pemberdayaan UKM bidang Kelautan dan Perikanan”
sangat bermanfaat bagi stakeholder bidang kelautan dan perikanan. Hal ini dapat memberikan
dorongan/ motivasi pada para peserta untuk mengolah ikan menjadi produk olahan yang lebih bernilai
ekonomis.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 565
Dampak yang bisa dirasakan dari kegiatan PPM skim IbW bagi pengembangan kawasan dapat
dijarakan sebagai berikut.
o Menguatnya tema kawasan sebagai ‘kawasan minapolitan’ yang diunggulkan menjadi motor ekonomi (minabisnis) serta berkembangnya sektor-sektor lain dengan terbentuknya minapolis sebagai bagian dari sistem perkotaan yang dapat meningkatkan pendapatan kawasan;
o Meningkatnya keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan produk minabisnis yang menjadi unggulan kawasan; dan
o Meningkatnya perhatian terhadap pelestarian lingkungan di lokasi kawasan minapolitan yang berfungsi sebagai tempat informasi dan pendidikan lingkungan hidup.
Manfaat kegiatan yang bisa dirasakan oleh stakeholder kelautan dan perikanan di kawasan terpilih adalah sebagai berikut.
o Meningkatnya kesejahteraan dan pendapatan UKM Kelautan dan Perikanan di Kec. Mayangan melalui usaha produksi olahan ikan melalui pembangunan rumah produksi dan bantuan TTG; dan
o UKM sebagai peserta mendapat tambahan pengetahuan dan hard skills dalam mengolah ikan hasil tangkapan nelayan. Dengan memiliki keteram-pilan mengolah ikan ini, diharapkan penanganan ikan pasca produksi dapat dilakukan sehingga tidak banyak ikan yang terbuang atau busuk.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang “Perikanan” (Lembaran
negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433).
[2] Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.18/MEN/2011
tentang “Pedoman Umum Minapolitan”.
[3] Pemerintah Kota Probolinggo, 2009, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Probolinggo Tahun 2010 – 2014, Peraturan Walikota Probolinggo Tahun 2009.
[4] Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo, 2011, Kota Probolinggo dalam Angka, Katalog BPS: