Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999). Ekonomi wilayah merupakan suatu sub disiplin ilmu yang membahas dan menganalisis suatu wilayah secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam beserta cara mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercapat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Eko Budi Santoso, 2013). Salah satu kebijakan yang diharapkan mampu meningkatkan ekonomi seluruh wilayah di Indonesia adalah otonomi daerah yang memberikan peluang secara mandiri bagi tiap wilayah untuk mengembangkan perekonomiannya berdasarkan potensi yang ada di wilayah tersebut. Akan tetapi adanya era otonomi daerah yang dipersiapkan menjadi katalisator peningkatan ekonomi wilayah di Indonesia, justru menimbulkan masalah baru yaitu diparitas pertumbuhan ekonomi antar wilayah akibat tidak mampunya pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya asli daerah. Untuk itu perlu adanya suatu kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal berbasis potensi ekonomi daerah. Potensi ekonomi daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di 1
33

PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

May 16, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh

karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai

wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan

masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

kemitraan antara daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan

kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah

tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama

untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan

masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan

daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan

dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir

potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun

perekonomian daerah (Arsyad, 1999).

Ekonomi wilayah merupakan suatu sub disiplin ilmu yang membahas dan

menganalisis suatu wilayah secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah

dengan potensinya yang beragam beserta cara mengatur suatu kebijakan yang

dapat mempercapat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Eko Budi Santoso,

2013). Salah satu kebijakan yang diharapkan mampu meningkatkan ekonomi

seluruh wilayah di Indonesia adalah otonomi daerah yang memberikan peluang

secara mandiri bagi tiap wilayah untuk mengembangkan perekonomiannya

berdasarkan potensi yang ada di wilayah tersebut.  

Akan tetapi adanya era otonomi daerah yang dipersiapkan menjadi

katalisator peningkatan ekonomi wilayah di Indonesia, justru menimbulkan

masalah baru yaitu diparitas pertumbuhan ekonomi antar wilayah akibat tidak

mampunya pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya asli daerah. Untuk

itu perlu adanya suatu kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal berbasis potensi

ekonomi daerah. Potensi ekonomi daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di

1

Page 2: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang

menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong

perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya

dan berkesinambungan (Suparmoko, 2002).

Pembangunan perekonomian suatu daerah saat ini masih belum mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Hal tersebut

disebabkan karena pola pengembangan ekonomi daerah / lokal yang sedang dan

telah dilaksanakan oleh daerah terkesan kurang sistematik. Faktor-faktor tersebut

menjadi penyebab dari kurang berkembangnya potensi ekonomi daerah dan

berakibat rendahnya daya saing ekonomi daerah. Rendahnya daya saing

ekonomi daerah tersebut pada akhirnya menyebabkan arus masuknya investasi

menjadi kurang signifikan . Untuk itulah, agar pengembangan ekonomi daerah

dapat berhasil dan berdaya guna, maka perlu diupayakan pengembangan potensi

ekonomi daerah melalui pengembangan produk unggulan daerah (PUD) .

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah yang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis Kabupaten

Pemalang terletak antara 1090 17′ 30″ – 1090 40′ 30″ BT dan 80 52′ 30″ – 70 20′

11″ LS. Kabupaten Pemalang memiliki posisi yang strategis, baik dari sisi

perdagangan maupun pemerintahan. Dan menyimpan potensi sumber daya alam

dengan panorama keindahan alam yang memikat serta sumber daya manusia yang

sangat besar menjadikan Kabupaten Pemalang sebagai sebuah potensi laksana

permata yang terpendam yang siap untuk digali. Sektor pertanian dengan lahan

sawah seluas 38.617 hektar dan lahan kering 23.813 hektar masih menjadi tulang

punggung perekonomian di Kabupaten ini, komoditas yang menonjol untuk

tanaman pangan adalah Padi, Ketela Pohon dan Jagung, Sayur-sayuran, Bawang

Merah, Cabai Merah dan Ketimun. Sedangkan produksi buah-buahan adalah

Nanas Madu, Pisang dan Mangga.

Nanas madu daerah Kabupaten Pemalang merupakan salah satu buah khas

daerah tersebut. Kondisi Lahan yang berada di lereng gunung Slamet

mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah nanas yang dihasilkan. Karena kondisi

tersebut buah nanas madu ini memiliki kadar air yang tidak terlalu banyak dengan

tingkat kemanisan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan nanas lainnya,

2

Page 3: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

akan tetapi kondisi tersebut mempengaruhi ukuran nanas ini. Jika dibandingkan

dengan nanas lain, nanas madu ini jauh lebih kecil. Secara umum ukuran nanas

madu khas Pemalang ini, dari pangkal buah hingga pangkal mahkota sekitar 10

cm dengan berat berkisar 500 sampai 600 gram. Berdasarkan pengujian tingkat

kemanisan nanas ini sekitar 17.80 Briks, lebih tinggi dari tingkat kemanisan nanas

biasa yang hanya memiliki tingkat kemanisan sekitar 8 - 11 Briks. Yang istimewa

dari nanas madu khas daerah Kabupaten Pemalang adalah tidak meninggalkan

rasa gatal di mulut meski buah baru di panen dan tanpa di cuci dengan air garam.

Nilai ekonomis Nanas Madu yang telah diolah menjadi beberapa

produk seperti Kerupuk Nanas jauh lebih tinggi dibandingkan Nanas Madu yang

langsung dijual mentahnya. Sebagai contoh, Nanas madu yang dijual dipasaran

harganya hanya Rp3.000 per biji, Sedangkan untuk produk olahanya keuntungan

yang didapatkan bisa 3 kali lipat dari pada dijual secara langsung .

Usaha pengolahan Nanas madu ini sangat potensial dikembangkan untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Kabupaten Pemalang.

Kegiatan produksinya menggunakan potensi SDA dan SDM setempat, produk

memiliki value added yang tinggi, memiliki prospek pasar domestik dan ekspor

yang sangat bagus dan dapat memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor

terkait, khususnya di Kabupaten Pemalang. Sayangnya, usaha ini masih dalam

skala kecil karena proses produksinya yang relatif rumit dan lama, dan

manajemen pemasaranya yang masih sangat sederhana.

Melihat potensi dan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan analisis

SWOT usaha olahan nanas madu di Kabupaten pemalang untuk menemukan

strategi yang tepat bagi pengembangan usaha tersebut guna meningkatkan

kesejahteraan ekonomi lokal, khususnya bagi masyarakat Pemalang .

1.2 Rumusan Masalah

1. Sektor usaha apa saja yang menjadi sektor basis di Kabupaten Pemalang ?

2. Bagaimana gambaran umum dan potensi Kabupaten Pemalang?

3. Bagaimana Analisis SWOT usaha pengolahan kerupuk nanas madu di

Kabupaten Pemalang ?

3

Page 4: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

4. Bagaimana perencanaan strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha

pengolahan kerupuk nanas madu pemalang dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pemalang ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sektor usaha yang menjadi sektor basis di Kabupaten

Pemalang

2. Untuk mengetahui gambaran umum dan potensi nanas madu di

Kabupaten Pemalang

3. Untuk mengetahui analisis SWOT usaha pengolahan kerupuk nanas madu

di Kabupaten Pemalang

4. Untuk mengetahui perencanaan strategi yang tepat untuk mengembangkan

usaha pengolahan kerupuk nanas madu pemalang dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pemalang

1.4 Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

Dapat melatih dan meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat

karya tulis serta memperluas wawasan keilmuan khususnya dalam

peningkatan kesejahteraan ekonomi lokal masyarakat desa.

2. Manfaat Bagi Pembaca

Dapat menambah wawasan keilmuan dan sebagai referensi dalam

meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal masyarakat desa.

3. Manfaat Bagi Pemerintah

Sebagai referensi dalam menentukan dan melakukan berbagai

kebijakan ekonomi, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi masyarakat melalui pengembangan UKM yang sesuai dengan

potensi lokal .

4

Page 5: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan

masyarakat secara keseluruhan di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai

tambah yang menjadi komoditas di wilayah tersebut. Namun agar dapat melihat

pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan

dalam nilai rid, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah

menggambarkan balas jasa bagi faktor faktor produksi yang beroperasi di daerah

tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar

dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah

yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer

payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah. Menurut

Sadono Sukirno (2002:10) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan

dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan

dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

2.2 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertmana kali oleh Tiebot. Teori

ini membagi kegiatan produksi/ jenis pekerjaan yang terdapat di dala satu

wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah

kegiatan yang bersifat eksogenous berfungsi mendorong tumbuhnya jenis

pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu,

pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah

tersebut. Artimya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh).

Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara

keseluruhan (Tarigan, 2004 : 53)

Analisis basis ekonomi adalah berkenan dengan identifikasi

pendapatan basis (Richardson, 1977 : 14). Bertambah banyaknya kegiatan basis

dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang

5

Page 6: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang dan

jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan

mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu

wilayah, sehingga akan menyebabkan turunya permintaan produk dari aktivitas

non basis.

Untuk mengukur basis ekonomi suatu daerah, teknik yang lazim

digunakan adalah dengan menggunakan Location Quention. Dasar pemikiran

teknik ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena basis

menghasilkan barang untuk pasar didalam dan diluar daerah yang bersangkutan,

maka penjualan ke daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut.

Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah akan menyebabkan terjadinya

kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut yang pada gilirannya akan

menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja baru. Oleh karena itu,

industri basislah yang patut dikembangkan di suatu daerah (Arsyad, 1999).

Location Quotient (kuosien lokasi) adalah suatu perbandingan tentang

besarnya peranan suatu sektor/ industri di suatu daerah terhadap besarnya

peranan sektor/ industri tersebut secara nasional. Ada banyak variable yang bisa

diperbandingkan, tetapi yang umum adalah nilai tambah (tingkat pendapatan)

dan jumlah lapangan kerja, berikut ini digunakan adalah nilai tambah (tingkat

pendapatan). (Tarigan 2005 : 30-42) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

vi = pendapatan sektor tertentu padasuatu daerah.

vt = total pendapatan daerah tersebut.

Vi = pendapatan sektor tertentu secara regional atau nasional

Vt = total pendapatan regional atau nasional.

2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu instrument strategi perencanaan dengan

menggunakan kerangka kerja kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness)

6

LQ = vi/vt : Vi/Vt

Page 7: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

internal, serta kesempatan (Opportunitiy) dan ancaman (Threat) eksternal (Start

dan Ingie dalam New Weave (2002:170) dan Schuler (1986) Empowerment

and the Law).

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan strength

dan opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan weaknesses

dan threats. Hasil dari analisis SWOT digunakan untuk merancang empat

strategi, yaitu: (1) Strategi S-O, strategi yang menggunakan strength untuk

memanfaatkan opportunity, (2) Strategi W-O, strategi yang menanggulangi

weakness dengan memanfaatkan opportunity, (3) Strategi S-T, strategi yang

menggunakan strength untuk mengatasi threat, dan (4) Strategi W-T, strategi

yang memperkecil weakness dan menghindari threat (Rangkuti, 2001 dalam

Mangiwa).

2.4 Teori Pertumbuhan Jalur Cepat Yang Disinergikan

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat diperkenalkan oleh Samuelson. Setiap

Negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar

dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena

sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan

kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang

lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu singkat dan volume sumbangan

untukperekonomian juga cukup besar. Agar pasarannya terjamin, produk tersebut

harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar luar negri. Perkembangan

sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga

perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor — sektor

adalah membuat sektor — sektor saling terkait dan saling mendukung. Dengan

demikian, pertumbuhan sector yang satu mendorong pertumbuhan sector yang

lain, begitu juga sebaliknya, shingga perekonomian akan tumbuh cepat..

Permasalahan klasik selama ini lemahnya regulasi dan kebijakan

berkelanjutan dalam pengelolaan produk unggulan. Belum maksimalnya program-

program yang menindak lanjuti produk unggulan. Masih terkesan kurang

sungguh-sungguh, tidak pernah tuntas, sehingga terputusnya mata rantai proses

produksi yang mengakibatkan kehilangan pasar. Menimbulkan iklim ketidak

pastian bagi masyarakat. Sehingga, Pemerintah Kabupaten Solok Selatan memiliki

7

Page 8: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

beberapa seknario dalam meningkatkan pendapatan daerah dengan berbasis daya

saing produk lokal, yaitu ;

a. secara aktif memperkenalkan produk kita.

b. Lirik pasar sasaran dengan memperhitungan kapasitas dan daya saing

kompetitif

c. Amankan jalur distribusi produk ke konsumen, menjaga tidak

terputusnya dimand – supply

d. Produktifitas atau aktifitas produksi, meliputi ketersediaan bahan

baku, sumber daya manusia

e. Teknologi tepat guna, serta mempertimbangkan kendali mutu yang

keta

8

Page 9: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah subyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto 1998). Variabel dalam penelitian ini meliputi :

A. Laju pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah laju pertumbuhan ekonomi

daerah berarti besar kecilnya persentase peningkatan produksi barang

dan jasa masyarakat menurut sektor produksi suatu daerah bisa

juga dapat diartikan kenaikan PDRB tanpa memandang apakah

kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan

penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau

tidak. Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator

perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan dari tahun ke tahun

yang dinyatakan dalam persen per tahun. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan

PDRB setiap tahunnya.

B. Pertumbuhan sektor ekonomi

Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai

barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari

angka PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 dan dinyatakan

dalam persentase.

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB dalam penelitian ini dilihat menurut pendekatan

produksi yaitu merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada

suatu jangka waktu tertentu (setahun).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi

keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam

pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan

9

Page 10: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan guna

mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan

permasalahan yang diambil.

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh

kenyataan yang mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan metode dokumentasi, yaitu suatu cara memperoleh data atau

informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan

jalan melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka

maupun keterangan (Arikunto 1998). Untuk kepentingan penelitian ini

digunakan data sekunder melalui metode dokumentasi berupa data

PDRB Kabupaten Pemalang dan PDRB Propinsi Jawa Tengah tahun 2001-

2013 (data terbaru) atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan

yang bersumber dari dokumentasi BPS.

3.3 Teknik Pengolahan Data

Input

Gambar 3.3 Skema Teknik Pengolahan Data

Input : Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari

jurnal penelitian dan hasil survei baik cetak maupun elektronik (internet),

literatur buku maupun dari situs-situskoran online.

Proses : Menganalisis data yang terkumpul yang berkaitan dengan permasalahan

yang diangkat dalam karyatulis.

Output : penyajian data berupa makalah karya tulis.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif deskriptif.

Hal ini dilakukan karena kami ingin berusaha mengerti dan memahami secara

komprehensif mengenai sektor di Kabupaten Pemalang yang termasuk sektor

basis non basis dengan analisis LQ, sedangkan untuk menganalisis sektor basis

potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pemalang khususnya berbasis

10

Proses Output

Page 11: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Industri Pengolahan dan melakukan analisis SWOT untuk menentukan

rekomendasi kebijakan yang sesuai.Langkah-langkah yang penulis tempuh

didasarkan atas cara berpikir runtut untuk memperoleh jawaban atas

permasalahan yang menjadi titik pangkal dalam penulisan ini.

11

Page 12: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Sektor Basis dan Non Basis di Kabupaten Pemalang

Dalam merencanakan pembangunan ekonomi di suatu wilayah termasuk

Kabupaten Pemalang , perlu mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang

memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena

potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk

dikembangkan. Perkembangan sektor basis tersebut akan mendorong sektor

lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

Untuk menganalisisnya kami menggunakan Location Quention. Adapun hasil

perhitungannnya kami sajikan dalam tabel.

Tabel 4.1a Tabel LQ Kabupaten Pemalang Tahun 2001-2013

SEKTOR USAHA 2001 2002 2003 2004

1. PERTANIAN 0,72

0,75

0,71

0,73

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,99

0,96

0,95

0,92

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,32

1,33

1,41

1,42

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,98

0,97

0,88

0,89

5. BANGUNAN 1,69

1,81

1,95

1,97

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 0,89

0,86

0,84

0,79

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,31

1,32

1,29

1,28

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN

0,93

0,92

0,90

0,89

9. JASA-JASA 1,13

1,00

1,04

1,04

SEKTOR USAHA 2005 2006 2007 2008

1. PERTANIAN 0,74

0,75

0,75

0,76

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,94

0,99

0,98

0,99

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,41

1,39

1,39

1,38

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,92

0,91

0,89

0,88

5. BANGUNAN

12

Page 13: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

2,02 2,02 2,05 2,11

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 0,78

0,77

0,77

0,76

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,29

1,34

1,40

1,45

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN

0,89

0,90

0,90

0,93

9. JASA-JASA 1,04

1,04

1,02

1,01

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013

1. PERTANIAN 0,75

0,74

0,73

0,71

0,68

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,99

0,99

0,96

0,96

0,96

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,42

1,44

1,44

1,44

1,44

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,85

0,84

0,81

0,81

0,82

5. BANGUNAN 2,13

2,16

2,16

2,15

2,17

6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 0,76

0,76

0,76

0,78

0,79

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,47

1,48

1,52

1,54

1,56

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN

0,95

0,94

0,95

0,97

1,02

9. JASA-JASA 1,34

1,30

1,27

1,26

1,27

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2015 (diolah).

Dari tabel diatas, bisa kita klasifikasikan mana yang termasuk sektor

basis atau sektor non basis di Kabupaten Pemalang. Sebagaimana telah

dijelaskan pada Bab 2.2, sektor basis merupakan sektor yang mampu

mencukupi kebutuhan domestik di kabupatennya (LQ=1) atau bahkan mampu

mengekspor hasilnya ke luar kabupatennya (LQ>1). Adapun sektor non-basis

merupakan sektor yang belum mampu memenuhi kebutuhan domestik di

kabupaten tersebut (LQ<1) sehingga butuh impor dari daerah lain. Apakah

sektor tersebut basis (B) atau non-basis (NB) kami sajikan secara ringkas

dalam tabel.

Tabel 4.1 b Kesimpulan Sektor Basis dan Non Basis tahun 2001-2013

SEKTOR USAHATahun

Basis Non Basis

13

Page 14: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

1. PERTANIAN - 2001-2013 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN - 2001-2013 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2001-2013 - 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH - 2001-2013 5. BANGUNAN 2001-2013 - 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN - 2001-2013 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2001-2013 - 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 2001-2012 2013 9. JASA-JASA 2001-2013 -

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2015 (diolah).

Dari tabel tersebut, bisa kita lihat bahwa di Kabupaten Pemalang yang

menjadi sektor basis adalah sektor industri pengolahan; bangunan; pengangkutan

dan komunikasi; jasa-jasa . Sedangkan sektor non basis meliputi sektor

pertanian; pertambangan dan penggalian ; listrik, gas, air bersih;

perdaganga,hotel dan restoran . Namun ada perubahan dalam sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2001 hingga 2012 sektor tersebut

menjadi sektor non basis tetapi pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2013

menjadi sektor basis.

Berdasarkan hasil penentuan sektor basis dan non basis tersebut

diatas, wajar jika sektor sektor industri pengolahan; bangunan; pengangkutan dan

komunikasi; jasa-jasa menjadi sektor basis di Kabupaten Pemalang mengingat

Kabupaten ini merupakan kabupaten yang strategis secara geografis . Mayoritas

penduduk Kabupaten Pemalang menggantungkan hidup mereka pada keempat

sektor tersebut. Sedangkan perubahan yang terjadi pada sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan dimungkinkan terjadi karena pertumbuhan

ekonomi mulai maju dan pentingnya masyarakat dalam meggunakan jasa-jasa

sehingga di tahun 2013 sektor jasa-jasa menjadi sekor basis .

Sedangkan untuk sektor non basis seperti sektor pertanian; pertambangan

dan penggalian ; listrik, gas, air bersih; perdaganga,hotel dan restoran

disebabkan oleh beberapa faktor . yang pertama sektor pertanian di pemalang

mulai menurun dikarenakan banyaknya konversi lahan pertanian menjadi

bangunan dan jalan umum , sedangkan untuk listrik, gas, air bersih;

perdaganga,hotel dan restoran menjadi sektor non basis karena pertumbuhan

sektor ini kalah berdaya saing dengan sektor lainya .

14

Page 15: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Melihat hasil perhitungan LQ dan analisis di atas, sektor industri

pengolahan dan sektor pertanian merupakan sektor utama yang akan diangkat

penulis dan sektor lainya sebagai pendukung hal ini karena nanas madu

merupakan produk lokal asli pemalang yang berasal dari sektor pertanian namun

kita tahu sendiri di Kabupaten Pemalang sektor pertanian bukanlah sektor basis

sehingga dalam peningkatan produk lokal nanas madu industri pengolahan sangat

berperan dalam mengolah nanas madu menjadi produk olahan seperti kerupuk

nanas yang akan menjadi nilai tambah sendiri produk lokal sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat .

4.2 Kondisi Umum dan Potensi Kabupaten Pemalang

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Tengah. Dengan Luas wilayah sebesar 111.530 Ha, sebagian besar

wilayah merupakan tanah kering seluas 72.836 Ha (65,30%) dan lainnya tanah

persawahan seluas 38.694 Ha (34,7%).

Jumlah penduduk Kabupaten Pemalang, berdasarkan hasil pencacahan

Sensus Penduduk 2010 adalah 1.262.013 orang, yang terdiri dari 625.642 laki-laki

dan 636.371 perempuan. Dari data tersebut 3 kecamatan menempati urutan teratas

jumlah penduduknya yaitu Kecamatan Pemalang sebesar 173.217 orang,

Kecamatan Taman sebesar 157.298 orang serta Kecamatan Petarukan sebesar

143.816 orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Pemalang sekitar 1.115,30

kilometer persegi yang didiami oleh 1.262.013 orang maka rata-rata tingkat

kepadatan penduduk Kabupaten Pemalang adalah sebanyak 1.132 orang per

kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya

adalah Kecamatan Comal yakni sebanyak 3.240 orang per kilometer persegi,

sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Warungpring dengan kepadatan

sebanyak 492 orang per kilometer persegi. 

PDRB Kabupaten Pemalang tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar

Rp. 8.066.313,66 juta sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp.

3.455.736,95 juta. Kontribusi sektoral terbesar penyumbang PDRB pada tahun

2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran 28,42%, sektor pertanian

25,42% dan industri pengolahan sebesar 22,59%. Kinerja ekonomi daerah

Kabupaten Pemalang pada tahun 2010 menunjukkan gambaran yang terus

15

Page 16: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

meningkat, hal ini ditunjukkan dengan PDRB Kabupaten Pemalang atas dasar

harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp. 8.066.313,66 juta, sedangkan PDRB

atas dasar harga konstan sebesar Rp. 3.455.736,95 juta. PDRB per kapita menurut

harga berlaku yaitu 6,329 juta rupiah dan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun

2010 sebesar 4,94 persen.

Pendaptan per kapita Kabupaten Pemalang pada tahun 2010 atas dasar harga

konstan sebesar Rp.2.738.000,00 per orang Angka tersebut meningkat secara

nominal daripada tahun 2009 sebesar Rp. 2.373.358,00, Tahun 2008 sebesar Rp.

2.255.100,00 per orang dan tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 2.166.279,00. Tingkat

inflasi di Kabupaten Pemalang pada Tahun 2010 diperkirakan sebesar 7,38%.

Kondisi ini menurun apabila dibandingkan dengan laju inflasi pada Tahun 2009

yang sebesar 8,71%. Kondisi tersebut mengindikasikan terjadi stabilisasi

perekonomian daerah, meskipun demikian secara makro kondisi tersebut perlu

dijaga agar nilai inflasi juga tidak terlalu rendah.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pemalang mengalami peningkatan

sebesar 0,13 % dari 5,28% pada tahun 2012, menjadi 5,41% pada tahun 2013. Hal

tersebut disampaikan Wakil Bupati Pemalang, Mukti Agung Wibowo, ST., saat

membuka Forum SKPD Kabupaten Pemalang tahun 2014, mewakili Bupati

Pemalang di gegung Serba Guna Jl. Jend. Sudirman, Pemalang, Selasa,

(18/3/2014). Sedangkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten

Pemalang pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,44 dari sebelumnya, atau menjadi

72,8 dari 70,66 pada tahun sebelumnya .

Beberapa potensi yang bisa dijadikan komoditas unggulan dalam rangka

mendukung pengembangan Kabupaten Pemalang meliputi : industri tekstil, tenun

dan konveksi, kawasan agropolitan, hasil pertanian dan perkebunan, obyek wisata,

dan perikanan tangkap dan budidaya.

Nanas adalah salah satu komoditi buah unggulan Indonesia yang banyak

digemari masyarakat lokal maupun luar negeri. Di antara buah nanas yang

dibudidayakan saat ini yang popular dan bisa diterima oleh pasar ekspor adalah

nanas madu Pemalang.

Asal usul nanas madu Pemalang mula-mula dari Bogor, pada dekade 50-an

nanas madu tersebut dibawa ke Pemalang untuk dibudidayakan. Di daerah

16

Page 17: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Pemalang sendiri nama nanas madu diberikan tengkulang Jakarta pasalnya karena

rasanya manis bak madu. Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang yang berlokasi

di kaki Gunung Slamet merupakan sentra penghasil nanas ini.

Ditilik perbedaannya, nanas madu Pemalang memiliki ciri fisik lebih mungil

dengan ukuran paling besar 2 kepalan tangan orang dewasa, tapi kalo soal rasa,

tidak kalah nikmat. Bahkan beberapa petani nanas Madu di daerah Belik

mengklaim bahwa nanas madu dari Belik rasanya lebih manis dari nanas madu

Subang. Selain manis seperti madu, nanas madu Pemalang juga tidak terlalu kesat

di lidah. “Nanas madu Pemalang lebih manis karena kadar airnya tidak terlalu

banyak. Kondisi lahan yang berada di lereng gunung turut mempengaruhi kadar

air pada buah nanas. Karena lahannya miring, air tidak banyak menggenang,”

pungkas Solihin, salah satu petani nanas madu di Kec. Belik, Pemalang. Lantaran

unggul dalam hal cita rasa, petani nanas di daerah Pemalang pun mengalami banjir

permintaan.

Untuk pembudidayaan tanaman buah nanas tidak terlalu sulit, karena nanas

termasuk jenis tanaman yang dapat hidup di mana saja dan tidak mengenal musim

panen (tidak mengenal waktu-waktu tertentu untuk panen). Tetapi panen besar

atau panen raya nanas biasanya berlangsung pada bulan Januari, Juli, dan

Desember. Tidak seperti tanaman tunas lainnya, nanas dapat hidup hingga

puluhan tahun dan dapat dipanen berulang-ulang dengan masa produktif optimal

hingga 5 tahun. Dan penggantian bibit baru dilakukan setelah masa produktif

habis.

Potensi nanas madu sebagai produk lokal dimanfatkan banyak UMKM di

Kabupaten Pemalang untuk diolah lagi menjadi beberapa produk olahan seperti

kerupuk nanas madu , Kerupuk nanas madu sudah menjadi komoditas yang dicari

di pasaran dan permintaan setiap tahunya meningkat karena kerupuk nanas yang

dijual memiliki rasa unik dan renyahny secara rasa kerupuk nanas agak manis-

manis gurih tidak terkesan kecut sedikitpun apalagi asin. Jika dilihat dari

komposisinya tidak terdapat gula hanya terdiri dari Nanas madu, tepung tapioka,

garam, minyak nabati dll. Hal ini dikarenakan nanas madu pemalang memiliki

rasa manis alami .

17

Page 18: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Nilai ekonomis Nanas Madu yang telah diolah menjadi beberapa produk

seperti Kerupuk Nanas jauh lebih tinggi dibandingkan Nanas Madu yang

langsung dijual mentahnya. Sebagai contoh, Nanas madu yang dijual dipasaran

harganya hanya Rp3.000 per biji, Sedangkan untuk produk olahanya keuntungan

yang didapatkan bisa 3 kali lipat dari pada dijual secara langsung .

4.3 Analisis SWOT Usaha Pengolahan Kerupuk Nanas Madu di Kabupaten Pemalang

Proses produksi usaha kerupuk nanas madu kebanyakan masih dilakukan

secara individual dan konvensional. Biasanya para pengolah kerupuk ini

mengerjakan produksinya sendiri di rumah masing-masing, tapi ada sebagian

yang sudah mampu mempekerjakan karyawan untuk membantu proses produksi.

Peralatan produksi yang digunakan masih sangat sederhana dan seadanya, seperti

tempat penjemuran dari bambu dan sebagainya. Selain itu proses penjemuran

bahan baku juga masih menggunakan panas matahari sehingga sangat tergantung

pada kondisi cuaca. Hal ini menyebabkan proses produksi relatif rumit sehingga

memakan waktu yang lama. Pengemasannya pun masih sangat sederhana dan

hanya sedikit yag sudah memiliki merek .

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan studi literatur,

kami menemukan beberapa keunggulan dan kelemahan usaha pengolahan

kerupuk nanas madu di Kabuaten Pemalang baik faktor internal maupun

eksternal. Aspek internal usaha pengolahan memiliki beberapa keunggulan

sebagai berikut: (1) Produk bersifat khas, yaitu cita rasa manis alami; (2) Bahan

baku berupa SDA lokal yang mudah didapatkan; (3) Tenaga kerja berasal

dari penduduk setempat dengan jumlah yang memadai; (4) Proses pengolahan

menggunakan peralatan yang sederhana sehingga tidak membutuhkan modal

yang besar; (5) Produk memiliki value added yang tinggi sehingga dapat

meningkatkan penghasilan petani; (6) Sentra produksi dan distribusi terletak di

kawasan pariwisata sehingga akan mempermudah promosi untuk menarik

konsumen. Selain keunggulan-keunggulan tersebut, usaha ini juga memiliki

kelemahan internal yaitu: (1) Proses pengolahan masih sederhana dan

membutuhkan waktu yang relatif lama; (2) Proses pengolahan belum diuji secara

klinis; (3) Proses pengeringan menggunakan sinar matahari sehingga sangat

18

Page 19: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

tergantung pada kondisi cuaca; (4) Desain produk dan kemasannya masih sangat

sederhana sehingga kurang menarik minat konsumen.

Aspek eksternal usaha pengolahan memiliki beberapa keunggulan sebagai

berikut: (1) Produk merupakan cemilan yang disukai oleh mayoritas masyarakat

sehingga peluang pasar domestik sangat luas; (2) Terbukanya peluang pasar

ekspor.; (3) Adanya bantuan modal dari pemerintah dan paguyuban masyarakat

setempat, sehingga para pengusaha kerupuk olahan hasil nanas madu bisa

memperluas usahanya tanpa kesulitan modal. Sedangkan kelemahan eksternal

meliputi: (1) Promosi produk yang dilakukan oleh pemerintah kota setempat

masih dalam skala kecil, sebatas display UMKM dan promosi skala kecil lainnya

sehingga produk khas Pemalang ini belum dikenal luas oleh masyarakat; (2)

Sentra produksi dan distribusi terletak di daerah yang jauh dari pusat kota

sehingga kurang menarik konsumen . (3) Usaha sejenis juga dikembangkan di

salah satu kota lain, yaitu di Subang walaupun distribusinya masih sebatas di

kota tersebut tapi tetap ada peluang persaingan antara kedua kegiatan usaha ini.

Jika para pengusaha di Pemalang kalah cepat mengembangkan usahanya, maka

tidak menutup kemungkinan potensi pasar akan dikuasai oleh pengusaha di

Subang . Analisis SWOT tersebut kami rangkum dalam tabel 4.3. Strength dan

Weakness menguraikan faktor-faktor internal, sedangkan Opportunity dan

Threath menguraikan faktor-faktor internal .

19

Page 20: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Tabel 4.3 Analisis SWOT Produk Kerupuk Nanas Madu

Strength (S) Weakness (W)

Produk bersifat khas Bahan baku adalah potensi

lokal Ketersediaan tenaga kerja yang

memadai Proses pegolahan tidak

membutuhkan peralatan yang mahal

Nilai jual jauh lebih tinggi dari penjualan nanas madu secara langsung

Sentra produksi dan distribusi terletak di kawasan wisata sehingga akan mempermudah promosi produk

Proses pengolahan dilakukan secara konvensional dengan menggunakan alat yang sederhana sehingga relatif lama dan rumit

Proses pengolahan belum teruji secara klinis

Proses pengolahan (pengeringan)tergantung cuaca

Desain produk dan kemasannya yang relatif sederhana

Opportunity (O) Threath (T) Masyarakat menyukai cemilan

kerupuk (peluang pasardomestik)

Terbukanya peluang pasar ekspor

Adanya bantuan modal dari dinas pemerintah dan paguyuban setempat

Kurangnya promosi secara luas oleh pemerintah setempat

Lingkungan sekitar sentra produksi dan distribusi yang jauh dari perkotaan

Adanya peluang persaingan dengan industri sejenis

Sumber: Data primer dan sekunder dari berbagai sumber (diolah).

4.4 Perencanaan Strategi Pengembangan Produk Kerupuk Nanas Madu.

Rancangan strategi untuk mengembangkan usaha pengolahan kerupuk hasi

laut di Kenjeran dapat diderivikasikn dari hasil analisis SWOT yang telah

dipaparkan dalam tabel 4.1.

Berdasarkan hasil analisis SWOT dan konsep pemberdayaan Charles,

maka strategi pengembangan usaha pengolahan kerupuk nanas madu di Pemalang

meliputi: (1) Perbaikan menejemen usaha meliputi kegiatan produksi, distribusi

20

Page 21: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

dan segala hal yang menyangkut pengembangan usaha, (2) Pembagian job

diantara para pelaku usaha, terkait pemasok bahan baku, pengolah dan pedagang

produk, (3) Pengembangan promosi ke pasar domestik dan ekspor dengan media

yang lebih modern, dan melalui baleho-baleho di area Wisata Guci , serta

tempat-tempat strategis lainnya, (4) Membangun kerjasama dengan masyarakat

pesisir di berbagai wilayah Indonesia sebagai pemasok bahan baku maupun

sebagai cabang usaha (5) Pengembangan proses produksi dengan peralatan yang

lebih modern., (6) Pengembangan produk yang beorientasi kualitas, (7)

Perbaikan packaging produk agar bisa bertahan dalam persaingan di pasar, dan

(8) Perbaikan infrastruktur area sentra produksi dan distribusi produk untuk

menarik minat konsumen mengunjungi daerah tersebut. Ringkasan strategi ini

kami sajikan dalam tabel .

21

Page 22: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Strength (S) Weakness (W) Produk bersifat khas Bahan baku adalah potensi lokal Ketersediaan tenaga kerja yang

memadai Proses pegolahan tidak

membutuhkan peralatan yang mahal Nilai jual jauh lebih tinggi dari

penjualan nanas madu secara langsung

Sentra produksi dan distribusi terletak di kawasan wisata sehingga akan mempermudah promosi produk

Proses pengolahan dilakukan secara konvensional dengan menggunakan alat yang sederhana sehingga relatif lama dan rumit

Proses pengolahan belum teruji secara klinis

Proses pengolahan (pengeringan)tergantung cuaca

Desain produk dan kemasannya yang relatif sederhana

Opportunity (O) Strategi S-O Strategi W-O

Masyarakat menyukai cemilan kerupuk (peluang pasardomestik)

Terbukanya peluang pasar ekspor

Adanya bantuan modal dari dinas pemerintah dan paguyuban setempat

Perbaikan menejemen usaha meliputi kegiatan produksi, distribusi dan segala hal yang menyangkut pengembangan usaha

Pembagian job diantara para pelaku usaha, terkait pemasok bahan baku, pengolah dan pedagang produk

Pengembangan promosi ke pasar domestik dan ekspor dengan media yang lebih modern, dan melalui baleho-baleho di area Wisata Guci , serta tempat-tempat strategis lainnya

Membangun kerjasama dengan masyarakat pesisir di berbagai wilayah Indonesia sebagai pemasok bahan baku maupun sebagai cabang usaha

Pengembangan proses produksi dengan peralatan yang lebih modern

Pengembangan produk yang beorientasi kualitas

Tabel 4.4 Perencanaan Strategi Pengembangan Produk Kerupuk Nanas Madu

22

Page 23: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Threath (T) Strategi S-T Strategi W-T

Kurangnya promosi secara luas oleh pemerintah setempat

Lingkungan sekitar sentra produksi dan distribusi yang jauh dari perkotaan

Adanya peluang persaingan dengan industri sejenis

Pengembangan produk yang berdaya saing tinggi dengan muatan cirri khaslokal.

Perbaikan packaging produk agar bisa bertahan dalam persaingan di pasar

Perbaikan infrastruktur area sentra produksi dan distribusi produk untuk menarik minat konsumen mengunjungi daerah tersebut

Sumber: Data primer dan sekunder dari berbagai sumber (diolah

23

Page 24: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

Dalam rangka memastikan keberlangsungan implementasi gagasan ini,

diperlukan langkah strategis sebagai key factor (poin kunci) keberhasilan,

yaitu dengan melibatkan berbagai pihak dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasinya, khususnya pemerintah dan masyarakat setempat sehingga

pelaksanaan strategi akan mendapat dukungan dari banyak pihak .

Proses impelementasi dimulai dari Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia sebagai penanggung jawab bidang perdagangan nasional. Kementrian

Perdagangan melakukan koordinasi dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Pemalang untuk merancang pengembangan strategi

yang tepat dalam pengembangan usaha pengolahan kerupuk nanas madu secara

nasional. Selanjutanya Kementrian Perdagangan melakukan analisis potensi

wilayah penghasil nanas madu untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang

berpotensi mendukung pengembangan usaha pengolahan kerupuk nanas madu

yang selanjutnya dikoordinasikan dengan Dinas Perdagangan setempat.

Sedangkan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Pemalang berkoordinasi dengan para pelaku usaha di Kabupaten Pemalang untuk

membentuk komunitas sebagai media perantara antara pelaku usaha dan

pemerintah serta pihak eksternal lain yang mungkin akan menjalin kerjasama

dalam pengembangan usaha. Setelah komunitas tersebut dibentuk, kemudian

bersama Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Pemalang merancang pengembangan strategi usaha pengolahan kerupuk nanas

madu di Pemalang . diharapkankan dengan adanya komunitas ini akan

mengembangkan UMKM di pemalang yang berproduksi dalam pengolahan

keripik nanas . kerjasama antara Kementrian Perdagangan Republik Indonesia

dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Pemalang diharapkan dapat membantu sistem pemasaran keripik nanas madu

secara nasional .

Dengan skema impelementasi yang melibatkan berbagai pihak tersebut,

diharapkan strategi pengembangan usaha pengolahan kerupuk nanas madu di

Pemalang dapat dilaksanakan dengan baik dan semaksimal mungkin, sehingga

dapat meningkatkan produk lokal asli daerah menggerakkan perekonomian di

24

Page 25: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

masyarakat pedesaan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Pemalang.

25

Page 26: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya,

maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut;

1. Sektor Usaha di Kabupaten Pemalang yang menjadi sektor basis adalah

sektor industri pengolahan; bangunan; pengangkutan dan komunikasi;

jasa-jasa . Sedangkan sektor non basis meliputi sektor pertanian;

pertambangan dan penggalian ; listrik, gas, air bersih; perdaganga,hotel

dan restoran . Namun ada perubahan dalam sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2001 hingga 2012 sektor

tersebut menjadi sektor non basis tetapi pada tahun selanjutnya, yaitu

tahun 2013 menjadi sektor basis

2. Usaha pengolahan kerupuk nanas madu di Pemalang sangat potensial

dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat

Pemalang

3. Keunggulan dalam kelemahan baik internal maupun eksternal yang telah

dianalisis menggunakan metode SWOT, memunculkan berbagai

peluang strategi yang dapat diimpelementasikan guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pemalang.

4. Dalam mengembangkan usaha pengolahan kerupuk nanas madu

pemalang, perlu adanya koordinasi dan kerjasama antara pemerintah

dan masyarakat setempat untuk membuat strategi yang tepat dalam

pengembangan usaha dan mengimplementasikannya. Selanjunya,

kerjasama dengan dinas pemerintah sangat perlu dilakukan untuk

mendukung dan mempercepat pengembangan usaha pengolahan

kerupuk sehingga dapat meningkatkan produk lokal asli daerah

menggerakkan perekonomian di masyarakat pedesaan serta dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pemalang.

26

Page 27: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas maka ada beberapa saran yang dapat

disampaikan oleh penulis, yaitu ;

1. Pemerintah Kabupaten Pemalang perlu melakukan analis sektor

basis dan non basis secara rutin dalam periode tertentu sebagai

landasan pengambilan kebijakan perencanaan dan pembangunan

wilayah.

2. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur di daerah produksi

dan distiribusi nanas madu dipertimbangkan menjadi salah satu

prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Pemalang mengingat

potensi Pertanian dan Perkebunan yang dimilikinya khususnya

nanas madu.

3. Kebijakan peningkatan kualitas SDM di Kabupaten Pemalang

melalui pendidikan formal maupun informal sangat perlu

dilakukan oleh Pemerinatah Kabupaten Pemalang dalam

meningkatkan perekonomian daerah.

4. Koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat

setempat perlu terus dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan

agar kebijakan yang akan diambil merupakan hasil rembuk bersama

sehingga pelaksanaannya pun mendapat dukungan dari banyak

pihak.

27

Page 28: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan

Daerah. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

BPS. Analisis SWOT. (Online). (http://daps.bps.go.id, diakses September 2015)

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Mangiwa, Simbong. Analisis Strategis Bisnis Jasa Warung Internet : Studi

Kasus pada Warnet “Global Internet” Kota Depok.

(Online).

Profil Kabupaten Pemalang (http://www.pemalangkab.go.id/?cat=3) Diakses

September 2015.

Rakhmat Hendayana, 2003, “Aplikasi Metode Location Quotient

(LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional,” Jurnal

Informatika Pertanian, Volume 12, BPPTP, Bogor.

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah. Andi. Yogyakarta.

Tarigan, Robinson Drs. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.

Jakarta : PT. Bumi Aksara.

28

Page 29: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

LAMPIRAN

Kabupaten Pemalang (sumber :lowongankerjacom.com)

Nana Madu Pemalang (jualbibitnanasmadu.blogspot.com)

Hasil Pengolahan menjadi Kerupuk Nanas madu (www.nulis.in)

29

Page 30: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

30

Page 31: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

31

Page 32: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

32

Page 33: PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERUPUK NANAS MADU PEMALANG Sebagai Peningkatan Daya Saing Prooduk Lokal dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pemalang

33