PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI PADA LAZISMU KOTA MAKASSAR BERDASARKAN FATWA MUI NO. 3 TAHUN 2003 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : Nurfadillah Arifuddin NIM : 105251101316 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020 M
79
Embed
PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI PADA LAZISMU KOTA ...vii ABSTRAK Nurfadillah Arifuddin 105 251 101 316. Pengelolaan Zakat Profesi Pada Lazismu Kota Makassar Berdasarkan Fatwa MUI No.3 Tahun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI PADA LAZISMU KOTA MAKASSAR
BERDASARKAN FATWA MUI NO. 3 TAHUN 2003
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
Nurfadillah Arifuddin
NIM : 105251101316
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
ii
PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI PADA LAZISMU KOTA MAKASSAR
BERDASARKAN FATWA MUI NO. 3 TAHUN 2003
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
Nurfadillah Arifuddin
NIM : 105251101316
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Nurfadillah Arifuddin 105 251 101 316. Pengelolaan Zakat Profesi Pada
Lazismu Kota Makassar Berdasarkan Fatwa MUI No.3 Tahun 2003 di bimbing
oleh St. Saleha Majid dan Ulil Amri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengelolaan Zakat Profesi
pada Lazismu Kota Makassar sesuai dengan Fatwa MUI No. 3 Tahun 2003 yang
di mana jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggambarkan suatu
keadaan atau fenomena dengan kata-kata atau kalimat kemudian dipisahkan
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data dikumpulkan dengan
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi,
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan Zakat Profesi pada
Lazsimu Kota Makassar sudah sesuai dengan Fatwa MUI No.3 Tahun 2003 yang
di mana kadar pengeluaran zakatnya yaitu 2,5% atau setara dengan 85 gram emas
dan waktu pengeluaran zakatnya yaitu apabila sudah mencapai nishab, apabila
tidak mencapai maka semua penghasilan dikumpulkan dalam setahun, kemudian
dikeluarkan jika sudah cukup nishab. Zakat profesi merupakan sumber
pendapatan dari hasil pekerjaan yang diperoleh bagi orang-orang yang bekerja dan
memiliki profesi seperti dokter, dosen, guru, pegawai, dan profesi lainnya. Zakat
profesi itu jenis zakat yang baru karena dulu hanya dikenal zakat emas dan perak.
Kata Kunci : Zakat Profesi, Nishab, Lazismu
viii
KATA PENGANTAR
حيىاللهبســــــــــــــــى ا انش ح انش
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya.
Berkat rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, yang berjudul: “Pengelolaan Zakat
Profesi Pada Lazismu Kota Makassar Berdasarkan Fatwa MUI No. 3 Tahun 2003”
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang
sangat besar bagi penulis. Terkhusus kepada kedua orang tua yang penulis sangat
cintai, bapak Arifuddin dan ibu Ramlah yang senantiasa mendidik, mendukung,
mendoakan serta melakukan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih yang
sebesar-besarnya atas kasih sayang dan jasa-jasanya yang tidak ternilai kepada
penulis
Pada kesempatan ini pula rasa terima kasih penulis ucapakan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE. MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar beserta Wakil Dekan I, II, III dan IV.
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP Selaku ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu St. Saleha Majid. S.Ag.,M.H.I dan Bapak Ulil Amri. S.Sy.M.H selaku
pembimbing yang rela membagi waktunya baik dalam bimbingan online
maupun bimbingan langsung dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Teman-teman seperjuangan, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Angkatan 16 yang selalu setia melangkah bersama dalam suka maupun duka
terutama Arwinni Eka Putri, Rizki Amelia, Mulya Ramadhana, Ikmawati,
ix
Nurmalasari, Titania, Fatiha dan kawannya yang telah memberikan do‟a,
dorongan, bantuan, serta motivasi pada penulis.
6. Terima kasih kepada Muh. Ridjal Fikri, AM. Amar Ma‟ruf, dan Mursyid Fikri
yang selalu menolong dan memberi dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu, sehingga selesainya penulisan Skripsi ini.
Terimakasih atas semua kebaikan dan keikhlasan yang telah di berikan.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, Kritik dan saran yang membangun
akan lebih menyempurnakan Skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga
Skripsi ini dapat berguna, khususnya bagi penulis sendiri dan tentunya bagi
para pembaca pada umumya.
Makassar, 1 Dzulqa‟dah 1441 H
22 Juni 2020 M
Nurfadillah Arifuddiin
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ....................................................... iv
PESRESETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8
A. Zakat Profesi ................................................................................... 8
B. Fatwa MUI Tentang Zakat .............................................................. 22
C. Manajemen Zakat di Lazismu ......................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 32
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 32
B. Lokasi dan Objek Penelitian ........................................................ 32
C. Fokus Penelitian ........................................................................... 33
D. Deskripsi Fokus Penelitian .......................................................... 33
E. Sumber Data ................................................................................. 34
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 35
G. Teknik Analisis Data..................................................................... 36
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ......................... 40
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 40
xi
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ................................................... 48
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 53
A. Kesimpulan .................................................................................... 53
B. Saran ................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis data........................................................ 37
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lazismu Kota Makassar ................................... 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi seluruh umat
Islam. Tujuan dari adanya zakat ini adalah sebagai instrumen penyeimbang dalam
masyarakat antara orang yang memiliki kelebihan harta dengan orang yang
kekurangan harta. Sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Syaltut yang dikutip
oleh Asmuni, zakat merupakan wajib bagi orang yang mampu, dari harta yang
berlebih dari kebutuhan dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.1
Sesuai dengan firman Allah Swt dalam Surah At-Taubah : 11 :
و ت نق م ٱلي فص ي كى في ٱنذ ة فإخ ك ا ٱنض ءات ة ه أقايا ٱنص فإ تابا ١١يعه
Terjemahnya :
“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui” (At-Taubah : 11)2
Untuk mengilustrasikan betapa pentingnya kedudukan zakat, Al-Quran
dengan gamblang menyebut kata zakat (al-zakat) yang dirangkaikan dengan kata
shalat sebanyak 72 kali, menurut hitungan Ali Yafie. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa penunaian zakat memiliki urgensi yang sebanding dengan
pendirian shalat.3 Sebagaimana dalam Firman Allah surah Al-Baqarah : 43
1Asmuni, Zakat Profesi dan Upaya Menuju Kesejahteraan Sosial, Jurnal Ekonomi Islam
La RIba, vol. 1 no. 1 Juli 2017, h. 45. 2Kementerian Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan Publishing
House, 2011), h. 189. 3Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang; UIN Malang Press, 2007), h.
2
2
ك ءاتا ٱنض ة ه ا ٱنص أقي كعي ٱسكعا يع ٱنش ة ٤٣
Terjemahnya :
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang
yang ruku” (Al-Baqarah :43)4
Seiring dengan perkembangan zaman yang sangat pesat, studi dan kajian
tentang hukum Islam juga mengalami perkembangan, di antaranya dalam masalah
zakat, yaitu pada objek harta yang harus dikeluarkan zakatnya. Sebab di dalam
Al- Qur‟an hanya disebutkan pokok-pokoknya saja yang kemudian dijelaskan
oleh sunnah Nabi Muhammad Saw. penjabaran yang tercantum di dalam kitab-
kitab fiqih lama sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang. Perumusan
tersebut banyak yang tidak tepat lagi dipergunakan untuk mengatur zakat dalam
masyarakat modern sekarang ini. Pertumbuhan ekonomi sekarang yang
mempunyai sektor-sektor industri, pelayanan jasa misalnya, tidak tertampung
oleh fiqih yang telah ada itu.5 Begitupula dengan zaman sekarang perdebatan
terkait jenis profesi yang diharuskan zakatnya banyak diperdebatkan.
Zakat Profesi adalah suatu istilah yang muncul dewasa ini. Adapun istilah
ulama salaf bagi Zakat Profesi biasanya disebut dengan al-mal al-mustafad, yang
termasuk dalam katagori zakat al-mal al-mustafad adalah pendapatan
yang dihasilkan dari profesi non zakat yang dijalani, seperti gaji Pegawai
Negeri/Swasta, Konsultan, Dokter dan lain-lain, atau rezeki yang dihasilkan
secara tidak terduga seperti undian, kuis berhadiah (yang tidak mengandung unsur
4Kementerian Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan Publishing
House, 2011), h. 8. 5Muhamad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqih Kontemporer (Jakarta;
Salemba Diniyah,2002), h. 12.
3
judi) dan lain-lain.6
Profesi yang menghasilkan uang ada dua macam, pertama adalah profesi
yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, berkat kecekatan
tangan ataupun otak. Profesi yang diperoleh dengan cara ini merupakan profesi
profesional, seperti profesi seorang Dokter, Insinyur, Advokat, Seniman, Penjahit,
Tukang Kayu. Profesi yang kedua adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang
buat pihak lain, baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan
memperoleh upah, yang diberikan dengan tangan, otak ataupun kedua-duanya.
Profesi dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah ataupun honorarium.7
Menurut Yusuf al-Qaradawi, Zakat Profesi dianalogikan dengan zakat
uang. Jumlah nishab serta besarnya presentase zakatnya disamakan dengan zakat
uang yaitu 2,5% dari sisa pendapatan bersih setahun (yaitu pendapatan kotor
dikurangi jumlah pengeluaran untuk kebutuhan hidup layak, untuk makanan,
pakaian, serta cicilan rumah setahun, jika ada). Sedangkan terkait profesi yang
wajib dizakati dalam buku ini disebutkan bahwa siapa saja yang mempunyai
pendapatan tidak kurang dari pendapatan seorang petani yang wajib zakat, maka
ia wajib mengeluarkan zakat petani tersebut, tanpa mempertimbangkan sama
sekali keadaan modal dan persyaratan-persyaratannya.8 Berdasarkan hal itu,
seorang Dokter, Advokat, Insinyur, Pengusaha, Pekerja, Karyawan, Pegawai, dan
sebangsanya, wajib mengeluarkan zakat dari pendapatanya yang besar.
Sebagaimana dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarah : 267 :
6Ariana Suryorini, Sumber-Sumber Zakat dalam Perekonomian Modern, Jurnal Ilmu
Dakwah, vol. 32, No.1, (Januari-Juni 2012), h. 84. 7Yusuf al-Qaradawi, Hukum Zakat ( Bogor: Litera Antar Nusa, 1993), h. 459.
8Yusuf al-Qaradawi, Muskilah al-Faqr Wa Kaifa „Alajaha al-Islam, cet.2
(Kairo:Maktabah Wahbah,1975), h. 480.
4
ل يحب كم كفاس أثيى ٱلل ت ذق يشبي ٱنص ا ب ٱنش حق ٱلل ٢٧٢ي
Terjemahnya :
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Al-Baqarah: 267)9
Sebagai bentuk zakat yang belum ada contoh konkretnya pada zaman
Rasulullah, tentu tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan. Dalam
permasalahan Zakat Profesi memerlukan hukum baru yang mampu menjawab
ketidakpastian dan keragu-raguan masyarakat banyak, misalnya pendapatan para
pekerja mandiri seperti Pengacara, serta pendapatan Pegawai-pegawai dan Buruh-
buruh berupa gaji atau upah.10
Di Indonesia sendiri kajian mengenai Zakat Profesi mulai ramai sejak
tahun 1990an yakni setelah kitab Yusuf al-Qaradawi tersebut diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Didin Hafidhuddin dengan judul Fikih Zakat yang
terbit tahun 1993. Kemudian pada tahun 2003 Majelis Ulama Indonesia
mengeluarkan Fatwa Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Zakat Profesi yang pada
dasarnya sebagian besar diambil dari kajian Yusuf al-Qaradawi dari Kitab
tersebut.11
Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan wadah musyawarah para
9Kementerian Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan Publishing
House, 2011), h. 46. 10
Muhamad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fiqih Kontemporer, h. 2-3.
11Muhammad Adiguna Bimasakti, Meninjau Zakat Profesi pada Fatwa MUI no. 3 tahun
2003 dan Ijtihad Yusuf al-Qaradawi, Jurnal Hukum Islam, vol. XVIII 2 Desember 2018
5
ulama, zu‟ama, dan cendekiawan muslim. MUI berperan sebagai pengayom
bagi seluruh muslim Indonesia. Di samping itu MUI merupakan lembaga paling
berkompeten bagi pemecahan dan menjawab setiap masalah sosial keagamaan
yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat.
Salah satu amanah Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(Munas MUI) tahun 2010 adalah sosialisasi hasil-hasil fatwa ke masyarakat
banyak. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan
keagamaan dan kemasyarakatan. Salah satu upaya sosialisasi fatwa MUI ini
adalah melalui penerbitan kompilasi fatwa, agar fatwa yang ditetapkan MUI dapat
diakses oleh masyarakat secara lebih luas dan dapat dijadikan rujukan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam bidang zakat ini juga sudah terdapat sinergi antara ulama dengan
pemerintah, pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai macam regulasi yaitu
Undang-Undang No. 38 Tahun 1998 tentang Pengelolaan Zakat dan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan MUI sendiri
mengeluarkan Fatwa Nomor 3 Tahun 2003 tentang Zakat Profesi.12
Olehnya itu
dibutuhkan lembaga yang mampu mengelola dana zakat oleh masyarakat tersebut.
Dalam peraturan perundang-undangan diatas, ada dua jenis organisasi
pengelolaan zakat, yaitu :
1. Badan Amil Zakat (BAZ ), adalah organisasi yang dibentuk
12
Widi Nopiardo, Perkembangan Fatwa MUI tentang Masalah Zakat, Jurnal Ilmiah
Syariah, vol. 15 Juni 2016.
6
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ), adalah organisasi yang di bentuk oleh
masyarakat dan dikukuhkan oleh Pemerintah.13
Dengan adanya lembaga pengelola zakat yang berada ditengah-tengah
masyarakat maka dapat mencegah kecemburuan antara orang kaya dan orang
miskin, karena zakat merupakan salah satu bagian dari aturan jaminan sosial
dalam agama Islam, di mana aturan jaminan sosial ini tidak dikenal berat, kecuali
dalam ruang lingkup yang sempit yaitu jaminan pekerjaan, dengan menolong
kelompok orang yang lemah dan fakir.14
Mengingat di Muhammadiyah sendiri telah melakukan modernisasi
pengelolaan zakat melalui lembaga amil zakatnya yang disebut dengan Lazismu,
melalui lembaga ini masyarakat dapat menyalurkan zakatnya kemudian digunakan
dan dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan yakni pendidikan, bantuan sosail,
rumah sakit dan sebagainya. Olehnya itu penelitian ini mencoba membahas terkait
Pengelolaan Zakat Profesi pada Lazismu kota Makssar Ditinjau Berdasarkan
Fatwa MUI No. 3 Tahun 2003.
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian latar belakang di atas, penulis merumusakan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Penerapan Zakat Profesi yang terdapat pada Fatwa MUI
No. 3 Tahun 2003 ?
13
Hertanto Widodo, Teten Kustiawan, Akuntansi dan manajemen Keuangan untuk
Organisasi pengelola Zakat.Institut Manajemen Zakat. (Bandung: 2001), h. 6. 14
Yusuf al-Qaradawi, Hukum Zakat, (Bandung; Pustaka Mizan, 1999), h. 878.
7
2. Bagaimanakah Pengelolaan Zakat Profesi Lazismu berdasarkan Fatwa
MUI No. 3 Tahun 2003 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Penerapan Zakat Profesi yang terdapat pada Fatwa
MUI No. 3 Tahun 2003
2. Untuk mengetahui Pengelolaan Zakat Profesi di Lazismu berdasarkan
Fatwa MUI No. 3 Tahun 2003
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Menjadi referensi pagi pembaca terutama untuk setiap setiap lembaga
Amil Zakat yang lain agar mampu bercermin dan mengaplikasikan Fatwa
MUI No. 3 Tahun 2003 dalam proses Pengelolaan Zakatnya serta
memberikan kita gambaran Pengelolaan Zakat yang ada di Lazismu.
2. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
pengalaman, sekaligus dapat menambah wawasan penulis dalam usaha
melatih diri dalam menyusun buah pikiran secara sistematis, sekaligus
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Zakat Profesi
1. Pengertian Zakat Profesi
Dalam buku Ensiklopedi Islam, kata “zakat” berasal dari kata dasar
(masdar)-nya zaka yang berarti tumbuh, berkah, bersih, baik dan bertambah.15
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul
Mu‟min dalam bukunya “Kifayatu al-Akhyar fi ghoyati al-Ikhtishor” zakat
secara bahasa diartikan tumbuh, berkah dan tambahnya kebaikan.16
Dalam
kitab Fathül Wahab juga terdapat definisi zakat sebagai berikut: “Sesuatu nama
dari harta atau badan yang dikeluarkan menurut syarat-syarat yang
ditentukan”.17
Dalam istilah fiqih, zakat adalah sebutan atau nama bagi
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT supaya diserahkan kepada
orang-orang yang berhak (mustahak).18
Adapun pengertian zakat secara terminologi (istilah) telah direspon dengan
beberapa pengertian, sebagaimana berikut ini. Dalam Ensiklopedi Al-Qur‟an
disebutkan, menurut istilah hukum Islam, zakat itu maksudnya mengeluarkan
sebagian harta, diberikan kepada yang berhak menerimanya, supaya harta yang
tinggal menjadi bersih dari orang-orang yang memperoleh harta menjadi suci
jiwa dan tingkah lakunya.19
15
Depdikbud, Ensiklopedi Islam,( Jakarta; Balai Pustaka, Jakarta, 1993), h 224. 16
Abu Bakar Tahiyuddin al-Hasaini, Kifayatu al-Akhyar fii hali ghaayati al-aiktishor,
(Beirut: Dar al-Fikr, tt.) h. 161. 17
Muhammad Zakaria al-Anshori Fathul Wahab. (Beirut; Dar al-Fikr, tt.) h. 102. 18
Depdikbud. Ensiklopedi Islam., h. 224.
19Fahrudin HS, Enslikopedia Al-Qur‟an, (Jakarta; Rineka Cipta, 1992), h. 618.
9
Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang
mampu, hingga dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan Zakat oleh
Pemerintah yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 sebagai pengganti
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999. Dalam Bab 1 tentang Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat (2) Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat Islam. Pada pasal 4 ayat 2 poin H dijelaskan bahwa salah
satu Zakat Mal adalah pendapatan dan jasa. Dalam Undang-Undang ini tidak
tersurat adanya istilah Zakat Profesi akan tetapi dalam pasal 23 ayat 2
dijelaskan bahwa bukti setoran zakat dapat digunakan sebagai pengurang
profesi kena pajak.
Berdasar pemahaman diatas bahwa objek Zakat Profesi bisa disebut
dengan istilah Zakat Profesi. Dalam Ensiklopedia Islam Zakat Profesi termasuk
dalam kelompok Zakat Mal, yaitu al-maal al-mustafaad (kekayaan yang
diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan
syariat agama).20
Sejalan dengan hal tersebut Abdul Ghofur Anshori
menjelaskan bahwa Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil
profesi (pekerjaan) seseorang, baik Dokter, Editor, Youtuber, Arsitek, Notaris,
Ulama, Karyawan, Guru, dan lain-lain.21
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut penulis bisa memaknai bahwa
Zakat merupakan bentuk taqorrub (pendekatan diri) kepada Allah, yang
20
Depdikbud, Ensiklopedi Islam., h. 227. 21
Abdul Ghofur Anshori,. Hukum Dan Pemberdayaan Zakat.( Jakarta: Pilar Media,
2006.) h. 86.
10
merupakan sarana penting untuk membersihkan jiwa manusia dari sifat-sifat
tercela seperti kikir, rakus dan egois. Sebagaimana zakat juga dapat
memberikan solusi untuk menanggulangi masalah krisis ekonomi yang
menimpa umat manusia, karena penulis berpendapat seorang petani saja
diwajibkan membayar zakatnya, maka para dokter, dosen, guru, karyawan
lebih utama untuk mengeluarkan zakat profesinya, karena selain kerjanya lebih
ringan, gajinya dalam beberapa bulan sudah melebihi nisab.
2. Perbedaan Zakat Profesi dan Zakat Maal (Harta)
Beberapa orang sulit membedakan antara Zakat Profesi dan Zakat Maal
(Zakat Harta). Zakat Profesi merupakan bagian dari Zakat Maal. Dan ayat
tentang kewajiban mengeluarkan Zakat Maal sudah jelas. Berikut adalah
Perbedaaan dari kedua zakat tersebut :
a. Dari sisi penghasilan, profesi merupakan zakat pendapatan (kasab) dan
ayat tentang zakat pendapatan (kasab) sudah jelas di dalam Alquran
surat Al Baqarah ayat 267.
b. Dari sisi keadilan, petani yang menghasilkan 1 ton padi dikenakan
zakatnya sedangkan para profesional yang gaji bulanannya jutaan
kalau tidak dikenakan zakatnya tidak mencerminkan keadilan.
Adapun cara menghitungnya adalah :
a. Menganalogikan nishab zakat penghasilan kepada zakat hasil
pertanian. Karena model memperoleh harta penghasilan mirip dengan
panen dari hasil pertanian. Nishabnya senilai 653 kg beras.
11
b. Sedangkan kadarnya dianalogikan kepada zakat emas atau zakat uang
sebesar 2,5%, karena model bentuk harta yang diterima sebagai
penghasilan berupa uang.
c. Waktu mengeluarkannya setiap kali menerima (panen).
Model penganalogian seperti di atas tidak asing di kalangan ulama salaf,
seperti saat para ulama menganalogikan hamba sahaya. Di satu sisi, hamba
sahaya dianalogikan dengan hewan untuk menetapkan boleh/tidaknya
diperjualbelikan. Namun disisi lain, hamba sahaya dianalogikan dengan
manusia mukallaf ketika mereka harus melaksanakan beberapa taklif,
seperti shalat dan puasa .
Pendapat ini lebih mempertimbangkan maslahat bagi muzaki dan
mustahik. Mashlahah bagi muzaki adalah apabila dianalogikan kepada
zakat hasil tani, baik nishab dan kadarnya, maka hal ini akan memberatkan
muzaki karena tarifnya adalah 5 %. Sementara itu, jika dianalogikan
dengan zakat emas, hal ini akan kurang berpihak kepada mustahik karena
tingginya nishab akan semakin mengurangi jumlah orang yang sampai
nishab. Oleh sebab itu, pendapat ini adalah pendapat pertengahan yang
mempehatikan mashlahah kedua belah pihak (muzaki dan mustahik).22
3. Tujuan, Fungsi dan Hikmah Zakat Profesi
Dasar hukum kewajiban zakat disebutkan baik dalam Al-Qur‟an maupun
Al-Hadits yang antara lain terdapat pada Surah At-Taubah : 103 :
22
Diakses pada halaman web https://percikaniman.id/2019/02/27/hukum-deposito-di-bank-