ARTIKEL ILMIAH Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia Oleh : Yudi Yahya NIM. J1C111011 Dosen Pembimbing : Totok Wiyanto, S.Si, M.Si PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011
ARTIKEL ILMIAH
Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia
Oleh :
Yudi Yahya
NIM. J1C111011
Dosen Pembimbing :
Totok Wiyanto, S.Si, M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini dengan sebaik-
baiknya. Artikel ilmiah ini berjudul “Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia”
yang berisi pembahasan mengenai pengertian sumber daya air, masalah-masalah yang
dhadapi dalam pengelolaan sumber daya air dan konsep pengelolaan sumber daya air
di Indonesia.
Artikel ilmiah ini disusun oleh penulis sebagai pertanggungjawaban atas tugas
mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar dan sebagai pengganti nilai UTS mata kuliah Ilmu
Kealaman Dasar. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada bapak Totok Wiyanto,
S.Si, M.Si, selaku dosen mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar atas jerih payah,
masukan, dan saran-sarannya yang bermanfaat bagi terwujudnya artikel ilmiah ini.
“Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula artikel ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan perlu perbaikan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaaan artikel ilmiah ini. Semoga dengan
adanya artikel ilmiah ini dapat menambah khasanah pengetahuan bangsa.
Banjarbaru, 19 Oktober 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
yakni demi peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan
sumber daya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai
tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu, pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia.
Indonesia patut bersyukur karena sebagai negara kepulauan memiliki
keanekaragaman yang kaya disertai potensi air yang luar biasa untuk kawasan
Asia-Oseania. Negeri ini memiliki 17.000 pulau dengan garis pantai 81.000 km
dan lima pulau utama, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian.
Aspek geografis itulah yang menyebabkan permukaan daratan Indonesia
menjadi bervariasi, antara lain terdiri atas rangkaian pegunungan, bukit,
bantaran alluvial, danau, rawa dan sebagainya. Variasi tersebut yang
menyebabkan Indonesia dikaruniai potensi hidro-meteorologis yang unik.
Ihwal sumber daya air di Indonesia tidak terpisah dari keragaman
sebaran potensi air itu sendiri. Misalnya, curah hujan di pedalaman Kalimantan
berkisar 6000 mm/tahun, sedangkan di Teluk Palu, Sulawesi, hanya
sepersepuluhnya. Perbedaan khas itu disebabkan aspek geografis yang memberi
sebaran air permukaan secara khas.
Secara umum dapat disebutkan bahwa potensi air permukaan di
Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor ragawi maupun niaragawi, antara
lain kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air; luas
dan volume tampungnya (alami maupun buatan); pengaruh iklim; dan tentu saja
aspek pengelolaan sumber daya air itu sendiri oleh manusia.
Artikel ini akan membahas mengenai perkembangan pengelolaan sumber
daya air, khususnya yang berkaitan dengan sifat-sifat sumber daya air. Selain itu
juga masalah-masalah yang ditemui dalam perkembangan sumber daya air dan
perubahan paradigma yang tengah terjadi. Lebih lanjut artikel ini akan
memaparkan pula konsep pengelolaan sumber daya air beserta penerapannya
yang terus berkembang.
1.2 Tujuan
Artikel ini dibuat untuk mengetahui pengetian sumber daya air,
mengetahui masalah-masalah yang ditemui dalam perkembangan sumber daya
air dan memaparkan konsep pengelolaan sumber daya air beserta
penerapannya yang terus berkembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air dan Sumber Daya Air
Pengertian air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, maupun
dibawah permukaan tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan,
air tanah, air tanah, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat.
Sedangkan pengertian sumber daya air adalah semua potensi yang terdapat
pada air, sumber air, termasuk sarana dan prasarana pengairan yang dapat
dimanfaatkan, namun tidak termasuk kekayaan hewani yang ada di dalamnya.
(Sunaryo, 2007)
Karakteristik sumber daya air amat dipegaruhi aspek topografi dan
geologi, keragaman pengggunanya, keterkaitannya (hulu-hilir, instream-
offstream, kuantitas-kualitas), waktu, serta siklus alaminya. Oleh karena factor
topografi dan geologi, maka sumber daya air dapat bersifat lintas wilayah
administrasi. Dengan demikian, kuantitas dan kualitas air amat bergantung pada
tingkat pengelolaan sumber daya air masin-masing daerah. Selain itu, juga
keragaman penggunaan air yang bervariasi (pertanian, air baku domestic dan
industry, pembangkitan listrik, perikanan dan pemeliharaan lingkungan), musim
(waktu), sifatragawialam (topografi dan geologi), dan kondisi
kependudukannya. (Sunaryo, 2007)
2.2 Permasalahan dalam Perkembangan Sumber Daya Air
Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water
Forum II di Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan
terjadi krisis air di beberapa negara. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara
kaya air namun krisis air diperkirakan akan terjadi juga, sebagai akibat dari
kesalahan pengelolaan air yang tercermin dari tingkat pencemaran air yang
tinggi, pemakaian air yang tidak efisien, fluktuasi debit air sungai yang sangat
besar, kelembagaan yang masih lemah dan peraturan perundang-undangan yang
tidak memadai. Ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.000 meter kubik per
kapita per tahun --masih di atas rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik
per kapita per tahun-- namun jika ditinjau ketersediaannya per pulau akan
sangat lain dan bervariasi. Pulau Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari
total daratan wilayah Indonesia hanya mempunyai empat setengah persen dari
total potensi air tawar nasional, namun pulau ini dihuni oleh sekitar 65 persen
total penduduk Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air di
Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air per kapita per tahun, di
Pulau Jawa hanya tersedia 1.750 meter kubik per kapita per tahun, masih di
bawah standar kecukupan yaitu 2000 meter kubik per kapita per tahun. Jumlah
ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan
tersedia sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Apabila fenomena ini
terus berlanjut maka akan terjadi keterbatasan pengembangan dan pelaksanaan
pembangunan di daerah-daerah tersebut karena daya dukung sumberdaya air
yang telah terlampaui. Potensi 4 krisis air ini juga terjadi di Bali, Nusa Tenggara
Barat, dan Sulawesi Selatan. (Salman,2011)
Masalah air di Indonesia ditandai dengan kondisi lingkungan yang makin
tidak kondusif sehingga makin mempercepat kelangkaan air. Kerusakan
lingkungan antara lain disebabkan oleh terjadinya degradasi daya dukung
daerah aliran sungai (DAS) hulu akibat kerusakan hutan yang tak terkendali
sehingga luas lahan kritis sudah mencapai 18,5 juta hektar. Di samping itu
jumlah DAS kritis yang berjumlah 22 buah pada tahun 1984 telah meningkat
menjadi 59 buah pada tahun 1998. Fenomena ini telah menyebabkan turunnya
kemampuan DAS untuk menyimpan air di musim kemarau sehingga frekuensi
dan besaran banjir makin meningkat, demikian juga sedimentasi makin tinggi
yang menyakibatkan pendangkalan di waduk dan sungai sehingga menurunkan
daya tampung dan pengalirannya. Pada tahun 1999 terdeteksi bahwa dari 470
DAS di Indonesia, 62 di antaranya dalam kondisi kritis, yang diprediksi dari
perbandingan aliran maksimum dan minimum sungai-sungai yang sudah jauh
melampaui batas normalnya. Keadaan ini diperparah oleh degradasi dasar
sungai akibat penambangan bahan galian golongan C di berbagai sungai di Jawa,
Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Barat yang telah menyebabkan
kerusakan struktur dan fungsi prasarana dan sarana di sepanjang sungai.
(Salman, 2011)
Kekurangan air pada suatu kawasan juga akan memicu terjadinya konflik
di kawasan tersebut, baik konflik antarwilayah, antarsektor, maupun konflik
antarpetani dan pengguna air lainnya. Dalam skala tertentu, konflik penggunaan
air secara horizontal sudah terjadi di Indonesia terutama antara daerah hulu dan
hilir. Sementara itu kecepatan dan jumlah pemompaan air tanah yang sangat
besar telah jauh melampaui kecepatan alam untuk mengisinya kembali. PBB juga
melaporkan perkiraan turunnya lapisan akuifer di Cina bagian utara, Asia bagian
barat, dan Afrika bagian utara. Cina bahkan telah melaporkan penurunan muka
air tanah yang besar, yakni sekitar enam meter di dataran bagian utara yang
memproduksi lebih dari separuh produksi gandum dan sepertiga produksi
jagung nasional. Banyak danau di wilayah tersebut juga telah mengering,
sementara sumur yang digali sekitar Beijing harus dibor sedalam 800 meter
untuk mendapatkan air. Fenomena ini kita kenali juga di tanah air pada
beberapa tahun terakhir, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan
beberapa wilayah di kota Bandung. Selain ekstraksi air tanah yang besar,
pencemaran air permukaan dan air tanah juga terjadi karena penggunaan pupuk
dan pestisida yang salah dan berlebihan. (Salman, 2011)
2.3 Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air
The Dublin Statement menyebutkan empat prinsip penuntun yang
menggambarkan perubahan cara pandang terhadap air. Pertama, air bersih
bersifat terbatas dan rentan terhadap pengaruh luar, sangat penting untuk
menopang kehidupan, pengembangan, dan lingkungan. Kedua, pengembangan
dan pengelolaan air harus didasarkan atas pendekatan partisipatif, melibatkan
pengguna, perencana dan pembuat keputusan di semua tingkat. Ketiga,
perempuan mempunyai peran penting dalam penyediaan, pengelolaan dan
perlindungan air. Keempat, air mempunyai nilai ekonomis dalam persaingan
penggunaannya dan harus diakui sebagai barang bernilai ekonomi.
(Sunaryo,2007)
”Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.”(Sunaryo,2007)
Adapun lingkup kegiatan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
sumber daya air adalah :
1. Pengelolaan sumber daerah tangkapan hujan (watershed management)
untuk menjaga fungsi daerah resapan air.
2. Pengelolaan kuantitas air (water quantitiy management) untuk
menyediakan air secara adil dan transparan.
3. Pengelolaan kualitas air (water quality management) untuk menjaga
kualitas air pada sumber-sumber air.
4. Pengendalian banjir (flood control management) untuk menghindari
ancaaman bencana banjir.
5. Pengelolaan lingkungan sungai (river environment) untuk menjaga fungsi
sumber daya air.
6. Pengelolaan prasarana pengairan (infrastructure management) untuk
menjaga fungsi sarana dan prasarana pengairan.
7. Penelitian dan pengembangan (research and development) untuk
mendukung dan meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.
(Sunaryo,2007)
BAB III
PEMBAHASAN
Dari sudut pandang pemerintah, pengelolaan sumber daya air dapat
diatasi dengan memberi harga kepada pemakaian air. Ini tidak selalu
dikonotasikan sebagai privatisasi pengelolaan sumber daya air. Harga yang
cukup tinggi yang dikenakan kepada pemakai air tidak hanya akan memicu
pemakaian air yang lebih efisien, namun juga akan menghimpun dana bagi
pemeliharaan infrastruktur sumberdaya air dan pembangunan fasilitas yang
baru demi kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi karena alasan-alasan politis
dan sosial, tarif pemakaian air harus ditetapkan begitu rupa sehingga tidak
membebani petani dan konsumen air lainnya yang berpendapatan rendah.
Penerapan tarif air juga akan dapat memacu penggunaan teknologi yang lebih
efektif dalam penggunaan air seperti drip irrigation dan sprinkler irrigation yang
dikontrol oleh komputer atau teknik irigasi lain yang lebih efisien. Penerapan
tarif air yang proporsional, pemanfaatan teknologi yang efisien, serta
peningkatan aktivitas konservasi sumber daya air diyakini dapat meningkatkan
ketersediaan air untuk lingkungan hidup manusia. Dengan prinsip tarif air
tersebut, maka subsidi pemakaian air, khususnya di kota-kota besar, menjadi
tidak relevan. Adalah tidak masuk akal memberikan subsidi kepada masyarakat
kaya di perkotaan yang menggunakan air untuk mencuci mobil-mobil mewah
yang harganya sangat mahal. Masyarakat kaya di kota harus membeli air sesuai
dengan harga keekonomiannya sebagaimana mereka sudah mengkonsumsi air
mineral/kemasan untuk air minumnya dengan harga yang cukup mahal. Subsidi
hanya relevan untuk masyarakat miskin, baik di kota apalagi di perdesaan dan
daerah tertinggal lainnya. Sementara masih ada pihak berpendapat bahwa tidak
benar mengkomersialkan air yang selama ini dipandang orang miskin di kota
dan di desa pada musim sebagai common, public goods, akan tetapi haruslah
diingat kenyataan bahwa banyak orang miskin di kota dan di desa pada musim
kemarau yang membeli air dari gerobak air dan truk tangki dengan harga yang
jauh lebih mahal dari orang-orang kaya di kota yang membeli air melalui pipa-
pipa perusahaan air minum. Ketika sungai mengering, waduk menyusut airnya,
air tanah disedot secara hebat dan menurunkan permukaannya jauh ke dalam
bumi, maka air dapat berubah menjadi barang langka yang bukan lagi public
goods. Harganya dapat saja menjadi lebih mahal dari minyak bumi karena
manusia dapat bertahan hidup tanpa minyak namun tidak dapat bertahan tanpa
air. Fenomena ini sekarang sudah menjadi kenyataan dengan lebih mahalnya
harga air kemasan dibanding bahan bakar minyak.
Dalam pengelolaan sumber daya air harus diterapkan satu sistem
pengelolaan yang dapat menjamin keterpaduan kebijaksanaan, strategi dan
perencanaan, serta operasional dari daerah sumber daya. Pengaturan
kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sumber daya
yang bersangkutan. Denngan demikian, pengelolaan sumber daya air juga telah
mempertimbangkan desentralisasi pemerintahan dalam kewenangan
pengelolaan sumber daya air, namun tetap mengingat bahwa pengelolaan
dibatasi pula oleh wilayah sumber daya sebagai sutu kesatuaan wilayah
pembinaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sumber daya air adalah semua potensi yang terdapat pada air, sumber
air, termasuk sarana dan prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan,
namun tidak termasuk kekayaan hewani yang ada di dalamnya.
2. Masalah-masalah yang dihadapi dalam perkembangan dan pengelolaan
sumber daya air adalah kesalahan pengelolaan air, tingkat pencemaran
air yang tinggi, pemakaian air yang tidak efisien, fluktuasi debit air sungai
yang sangat besar, kelembagaan yang masih lemah, degradasi daya
dukung daerah aliran sungai (DAS) dan peraturan perundang-undangan
yang tidak memadai.
3. Konsep pengelolaan sumber daya air terdiri dari pengelolaan sumber
daerah tangkapan hujan (watershed management), pengelolaan kuantitas
air (water quantitiy management), pengelolaan kualitas air (water quality
management), pengendalian banjir (flood control management),
pengelolaan lingkungan sungai (river environment), pengelolaan
prasarana pengairan (infrastructure management) dan penelitian dan
pengembangan (research and development)
DAFTAR PUSTAKA
Salman, M.A. 2011. Sumber Daya Air http://bappeda.jabarprov.go.id/docs/perencanaan/20070524_073718.pdf
Diakses pada 18 Oktober 2011
Sunaryo, T.M. 2007. Pengelolaan Sumber Daya Air Konsep dan Penerapannya. Malang: Bayumedia Publishing