TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad ke-16) dan dilanjutkan pada abad-abad selanjutnya. Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jacq.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guenia). Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1848 berasal dari Mauritus dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Lubis, 1992). Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schad (Jerman) pada tahun 1911. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Angiopspermae Sub kelas : Monocotyledoneae Ordo : Spadiciflorae Keluarga : Palmaceae Sub keluarga : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
23
Embed
Pengelolaan pembibitan kelapa sawit dengan aspek khusus ... · Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang ... bunga jantan dan bunga betina berada pada satu ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu
(abad ke-16) dan dilanjutkan pada abad-abad selanjutnya. Kelapa sawit adalah
tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae.
Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
dari Amerika. Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jacq.) secara pasti
belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua
tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca
atau Elaeis oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis
guineensis berasal dari Afrika (Guenia). Brazil dipercaya sebagai tempat di mana
pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar
ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Bibit kelapa
sawit pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1848 berasal dari Mauritus dan
Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya
Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Lubis, 1992).
Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera
Utara oleh Schad (Jerman) pada tahun 1911. Taksonomi kelapa sawit adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Angiopspermae
Sub kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Spadiciflorae
Keluarga : Palmaceae
Sub keluarga : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
5
Morfologi Kelapa sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya lurus, tidak
bercabang dan tidak mempunyai kambium tingginya dapat mencapai 15-20 m
(Lubis, 2008). Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan
bunga betina berada pada satu pohon. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang,
dan daun, sedangkan bagian generatifnya yakni bunga dan buah
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Akar
Calon akar muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut
radikula, panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan
(Lubis, 2008). Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole) ribuan
jumlahnya, diameternya berkisar antara 8 dan 10 mm. panjangnya dapat mencapai
18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2-4 mm. Dari akar
sekunder tumbuh akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat
mencapai 15 cm (Lubis, 2008).
Batang
Batang membengkak pada pangkal (bole), bongkol ini dapat
memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak (Sastrosayono,
2008). Dalam satu sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih
mengarah kesamping, diameter batang dapat mencapai 60 cm. setelah itu
perkembangan ke atas dapat mencapai 10 – 11 m dengan diameter 40 cm.
Menurut Lubis (2008) pertumbuhan meninggi ini berbeda - beda untuk setiap
varietas.
Daun
Daun pertama yang tumbuh pada stadium benih berbentuk lanset
(lanceolate), kemudian muncul bifurcate dan setelah dewasa berbentuk menyirip
(pinnate) ( Lubis, 2008). Pada tanaman dewasa dapat menghasilkan 40-60 daun
dengan laju dua daun /bulan dan satu helai daun hidup fungsional dua tahun.
Panjang daun bisa mencapai 5-7 m terdiri dari : satu tulang daun (rachis), 100-160
6
pasang anak daun linear, dan satu tangkai daun (petiole) yang berduri
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, tetapi baru
ekonomis untuk di panen pada umur 2,5 tahun (Lubis, 2008). Bunga kelapa sawit
merupakan monoecious, bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu
inflor dibentuk dari ketiak setiap daun setelah diferensiasi dari pucuk batang. Jenis
kelamin jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan selang 24 bulan
baru inflor bunga berkembang sempurna. Bunga-bunga betina dalam satu inflor
membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi selama 3-4 hari. sedangkan bunga-
bunga yang berasal dari inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari.
Penyerbukan yang umum terjadi biasanya penyerbukan silang namun kadang juga
sendiri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Buah
Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel
dan menggerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1600,
berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2-3 cm, beratnya 30 gram. Bagian-
bagian buah terdiri atas eksokarp atau kulit buah dan mesokrap atau sabut dan biji.
Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endocarp atau cangkang,
dan inti atau kernel. Sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan embrio
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Biji
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan
sering disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe
tanaman (Lubis, 2008). Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embryo dan inti
atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk
silinderis seperti peluru dan memiliki dua bagian utama. Bagian yang tumpul
permukaannya berwarna kuning dan bagian lain agak berwarna kuning.
Endosperm merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embryo. Pada
7
perkecambahan embrio berkembang dan akan keluar melalui lubang cangkang
(germpore). Bagian pertama yang muncul adalah radikula (akar) dan menyusul
plumula (batang) (Lubis, 2008).
Ekologi kelapa Sawit
Curah hujan
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit adalah diatas 2000 – 2500 mm/tahun, tidak mengalami defisit air dan merata
sepanjang tahun (Lubis, 2008). Sedangkan menurut Buana, Siahaan dan Adiputra
(2003), curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan
kelapa sawit adalah 1250-3000 mm merata sepanjang tahun, curah hujan optimal
berkisar 1750-2500 mm.
Penyinaran matahari
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya
matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah
kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit,
pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang. Penyinaran
sinar matahari yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yakni 5 – 7 jam/hari
(Lubis, 2008).
Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dibanyak jenis tanah
seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu, regosol, andosol, organosol dan
alluvial. Hal yang penting bagi tanaman kelapa sawit adalah tidak kekurangan air
pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik)
(Hartley, 1977). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau
tergenang, akar akan busuk. Selain itu pertumbuhan batang dan daunnya tidak
mengindikasikan produksi buah baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat
mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.
8
Suhu
Suhu berpengaruh pada produksi dan melalui pengaruhnya terhadap laju
reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Suhu 20°C merupakan
batas minimal dan suhu 33°C merupakan suhu maksimum, bagi pertumbuhan
vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-23°C (Buana et al., 2003).
Sedangkan menurut Lubis (2008) temperatur yang optimal bagi tanaman kelapa
sawit 24-28°C, terendah 18°C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan
kecepatan angin 5 – 6 km/jam.
Tehnik Budidaya Kelapa Sawit
Teknik pembukaan lahan
1. Cara mekanis
Pembukaan lahan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan traktor.
Mula-mula, tunggul-tunggul kayu ditumbangkan dengan buldoser dan didorong
sampai tepi jurang. Tujuan penempatan pohon ditepi jurang untuk menghalangi
mengalirnya topsoil (tanah bagian atas) kedalam jurang jika terjadi hujan. Setelah
itu, tanah yang datar dicangkul dengan traktor. Lahan yang kemiringannya lebih
dari 18% tidak ditraktor karena dikhawatirkan terjadi erosi ketika hujan atau
traktornya bisa terguling (Buana et al., 2003).
2. Cara kimia
Persiapan lahan dengan bahan kimia dilakukan pada areal lahan berupa
padang ilalang atau lahan-lahan yang kemiringannya lebih dari 18%.
Penyemprotan bahan kimia dilakukan pada musim kemarau. Bahan kimia yang
dipakai adalah bahan yang bersifat sistemik, seperti bustofan, glyphosate,
dowpon, dan dalapon (Lubis, 2008).
3. Pemasangan ajir
Ajir adalah kayu atau bambu yang ditancapkan ditempat-tempat yang akan
ditanami tanaman kelapa sawit. Ajir ini sebagai tanda bagi kontraktor atau buruh
untuk membuat lobang tanam. Jarak tanam yang dipakai 9 x 9 x 9 meter dengan
9
pola segitiga sama sisi sehingga dalam satu hektar ada 142 tanaman (Setyamidjaja,
2006). Barisan dibuat dari arah utara ke selatan, kecuali dilereng-lereng dan
puncak-puncak gunung yang curam dibuat searah kontur. Pemasangan ajir ini
tidak mudah karena selain memperhatikan kelurusan barisan tanaman, juga
serongannya. Pemasangan ajir disisi timur atau barat sebagai tanam patokannya
(Buana et al., 2003).
4. Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat minimal dua minggu sebelum tanam agar mudah
diperiksa jumlah maupun ukurannya, tanah cukup matang, dan tidak terburu-buru
waktu tanam. Pada titik pancang dibuat lubang 60 x 60 x 60 cm3. Tanah atas (top
soil) hasil galian diletakan disebelah kanan dan sub soil di sebelah kiri (Lubis,
2008).
5. Menanam tanaman penutup tanah (legum cover crop)
Penanaman tanaman penutup tanah, baik yang dilakukan sebelum maupun
sesudah bibit ditanam, merupakan usaha yang sangat dianjurkan di perkebunan
kelapa sawit. Jenis tanaman penutup tanah biasanya dipilih dari jenis kacang-
kacangan (legum) seperti Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Mucuna
bracteata, Centrosema pubescens. Tanaman penutup tanah bermanfaat sebagai
penghindar tanah dari bahaya erosi, guguran daun dan bintil akarnya bisa
memberi tambahan unsur Nitrogen (N) pada tanah dan sebagai bahan organik
untuk memperbaiki struktur tanah, menekan pertumbuhan alang-alang dan gulma
lain, dapat menghisap banyak air agar pada lokasi rendah tanahnya kering (Lubis,
2008).
Pembibitan
Bibit merupakan bahan tanaman yang siap untuk ditanam di lapangan.
bibit bisa berasal dari organ reproduktif (benih) atau hasil perbanyakan vegetatif
(ramet) (Buana et al., 2003). Pembibitan merupakan cara atau usaha yang
dilakukan untuk mengecambahkan bahan tanaman agar menjadi bibit yang
bermutu dan berkualitas serta siap untuk ditanam. Pembibitan merupakan awal
kegiatan lapang yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dimulai (Lubis,
10
2008). Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang
harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah selesai (Mangoensoekarjo
dan Semangun, 2008). Sedangkan menurut Buana, Siahaan dan Adiputra (2003)
sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah menyediakan bibit yang asli dan
jagur. Bibit kelapa sawit yang asli dan jagur merupakan jaminan untuk
memperoleh kebun dengan produktivitas tinggi. Pembibitan kelapa sawit
merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman
di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan modal dasar dari perusahaan
untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Menurut Lubis (2008) ditinjau dari luasnya memang pembibitan relatif
kecil tetapi volume kerja cukup padat dan biayanya cukup besar. Untuk
pemeliharaan pembibitan diperlukan 5 sampai 6 orang setiap hari setiap hektar.
Diperlukan dana sebanyak 20 – 25 juta rupiah per ha pembibitan setiap tahun
(Lubis, 2008). Pembibitan diperlukan karena benih tanaman kelapa sawit tidak
dapat di tanam secara langsung dilapangan, terlebih dahulu harus dilakukan
pengelolaan pembibitan agar hasilnya maksimal. Menurut Pahan (2008) alasan
diperlukannya pembibitan terutama pada kelapa sawit yakni : 1). Keadaan
kecambah kelapa sawit yang mudah diserang insekta, tikus dan hama lain, 2).
Bahan tanaman memerlukan ketegakan habitusnya sehingga tidak miring atau
roboh, serta 3). Pembibitan diperlukan untuk memperpendek waktu antara
persiapan lapangan dan penanaman pertama sehingga begitu lahan siap tanam
bibit sudah siap untuk ditanam.
Baik pembibitan pendahuluan maupun pembibitan utama memerlukan
lokasi yang baik dan aman (Lubis, 2008). Menurut Lubis (2008) hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan areal pembibitan yakni : 1). Dekat dari
sumber air, tersedia air sepanjang tahun namun tidak kebanjiran waktu musim
hujan, 2). Dekat dari pengawasan dan mudah untuk dikunjungi, 3). Tidak jauh
dari areal yang akan ditanami jika mungkin ditengah lokasi untung mengurangi
biaya pengangkutan, 4). Dekat dari sumber tanah untuk pengisian kantong plastik
(top soil), 5). Jika areal bergelombang atau berbukit perlu dibuat teras-teras yang
sesuai dengan kemiringannya, 6). Perlu dibuat barak pekerja agar mudah diawasi.
11
Biji kelapa sawit secara normal tidak dapat berkecambah dengan cepat
karena adanya sifat dormansi (Sastrosayono, 2008). Menurut Pahan (2008) jika
benih langsung ditanam pada tanah atau pasir maka persentase daya kecambahnya
setelah 3-6 bulan hanya 50%. Untuk mematahkan dormansi dapat dilakukan
dengan pemeraman tandan buah (fermentasi I) selama tiga hari untuk merontokan
buah dan pemeraman kedua (fermentasi II) selama tiga hari (Satrosayono, 2008).
Setelah daging dalam sabut membusuk, bijinya dipisahkan dikeringkan dan
disimpan selama dua bulan (Satrosayono, 2008). Pertumbuhan bibit pada minggu-
minggu pertama sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam endosperm
(minyak inti). Cadangan makanan tersebut berisi karbohidrat, lemak dan protein.
Menurut Pahan (2008) faktor utama dalam perencanaan dan pengelolaan
pembibitan dilakukan atas dasar : 1). Pemusatan pembibitan yang permanen di
satu tempat dengan pembibitan yang tersebar dibeberapa tempat, 2). Pembibitan
dilakukan di lapangan (tanah) dengan pembibitan yang dilakukan dalam polibeg,
3). Pembibitan sistem polibeg satu tahap (single step nursery) dengan pembibitan
sistem dua tahap (double step nursery).
1. Sistem pembibitan
Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Menurut Lubis (2008) sampai tahun 1963 pembibitan masih menggunakan
bibit tanam (field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan
kemudian ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah
tidak digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien.
Kemudian sistem pembibitan berkembang dengan menggunakan keranjang yang
terbuat dari bambu dan pelepah kelapa sawit. Namun kesukaran memperoleh
bambu dan pelepah serta keranjang yang cepat rusak menjadi kendala baru
sehingga sejak tahun 1965 keranjang diganti dengan dengan kantong plastik hitam
(black polythene). Setelah ditemukannya plastik tersebut mulai muncul dua sistem
pembibitan kelapa sawit yakni sistem langsung atau sistem pembibitan langsung
di lapangan dan sistem tidak langsung, pre nursery dan main nursery
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Menurut Pahan (2008) umumnya
pembibitan di lapangan tidak dipakai lagi karena memerlukan areal yang luas dan
12
perawatan yang lebih intensif pada fase-fase awal penanaman kecambah. Selain
itu, sistem langsung pemindahan bibit dari pembibitan akan sulit. Pembibitan
secara tidak langsung terbagi antara pre nursery dan main nursery.
a. Pre nursery
Pada pre nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan pada bedengan-
bedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit ditanam
dalam polibeg kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan
(Sastrosayono, 2008). Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan
kantong plastik berukuran kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan
menjadi banyak. Untuk areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak
miring), berdrainase lancar, dekat sumber air, tetapi tidak rawan banjir
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Pada pre nursery bibit ditanam dan
disusun rapat sampai berumur 3-4 bulan (Lubis, 2008). Dalam waktu 3-4 bulan
pertama dari pertumbuhan bibit diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang
diterima bibit sekitar 40% (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Bibit
ditanam pada kantong plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0,07
mm. tanah yang diisikan adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Kecambah
ditanam dengan plumula menghadap ke atas dan radikula ke bawah sedalam 2-3
cm (Lubis, 2008). Pembibitan awal merupakan tahap yang menentukan
keberhasilan dalam pengelolaan bahan tanaman selanjutnya (Buana et al., 2003).
Pemeliharaan bibit di pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan