Annual Report 2013 Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan 134 PENGELOLAAN LIMBAH B3 PADA INDUSTRI BESI / BAJA Rosita Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: [email protected]PENDAHULUAN Saat ini kondisi pasar baja dunia bergairah yang dipicu oleh permintaan pasar yang besar terutama dari negara besar seperti China dan India yang memicu semakin tingginya harga baja di pasar dunia. Sementara itu, di dalam negeri beberapa industri baja hilir menghadapi tekanan akibat tingginya harga baja dunia tersebut. Secara umum kondisi industri baja di dalam negeri masih belum seimbang antara industri hulu dan hilir. Akibat keterbatasan industri baja hulu, maka industri baja hilir dalam negeri masih sangat tergantung kepada bahan baku impor. Berkembangnya industri baja dan meningkatnya pemakaian produk samping industri ini dapat membawa dampak negative terhadap pencemaran lingkungan, sebab industry baja ini berpotensi menghasilkan limbah yang dapat dikategorikan sebagai limbah B3. Limbah yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan- bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain,
24
Embed
PENGELOLAAN LIMBAH B3 PADA INDUSTRI BESI / BAJA · PDF filetergantung kepada bahan baku impor. ... ternasuk dalam daftar limbah B3, namun di PT KrakatauSteel ... dilaboratorium,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
134
PENGELOLAAN LIMBAH B3 PADA INDUSTRI BESI / BAJA
RositaPusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA
Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiJl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340
Saat ini kondisi pasar baja dunia bergairah yang dipicu olehpermintaan pasar yang besar terutama dari negara besar sepertiChina dan India yang memicu semakin tingginya harga baja di pasardunia. Sementara itu, di dalam negeri beberapa industri baja hilirmenghadapi tekanan akibat tingginya harga baja dunia tersebut.Secara umum kondisi industri baja di dalam negeri masih belumseimbang antara industri hulu dan hilir. Akibat keterbatasan industribaja hulu, maka industri baja hilir dalam negeri masih sangattergantung kepada bahan baku impor.
Berkembangnya industri baja dan meningkatnya pemakaianproduk samping industri ini dapat membawa dampak negativeterhadap pencemaran lingkungan, sebab industry baja ini berpotensimenghasilkan limbah yang dapat dikategorikan sebagai limbah B3.Limbah yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan bakuyang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karenarusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapalyang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebihkarakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifatreaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain,
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
135
yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbahB3.
Dalam PP no 74 tahun 2001, tentang pengelolaan B3 dan PPno 18 Jo 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, limbah yangdihasilkan oleh industri besi/baja dan Logam digolongkan sebagailimbah B3, sehingga harus mengikuti aturan yang berlaku, sepertiharsu melalui proses thermal, stabilisasi, solidifikasi atau proseskimia, fisika dan biologi. Namun untuk mendorong penerapanrekayasa teknologidalam pemanfaatan limbah , KemenLHmengupayakan 14 jenis limbah B3 termasuk limbah industribesi/baja dan logam menjadi limbah khusus
Sampai saat ini kreteria tentang produk samping dan limbahserta batasan kadar limbah B3 dari industry besi/baja dan logamjuga dirasa masih belum jelas, sehingga sering kali menimbulkanpenafsiran yang beragam. Akibat dari berbagai perbedaanpenafsiran ini mengakibatkan terjadinya berbagai kendala dalamsystem pengelolaan limbah ini baik dalam system transportasi,peralatan paking, maupun dalam pemanfaatannya kembali. Salahsatu jalan keluar yang dapat dilakukan untuk menghindari haltersebut, maka dapat dilakukan upaya untuk membebaskan limbahindustry ini dari kandungan bahan yang termasuk dalam kategorilimbah B3. Dengan tidak adanya kandungan bahan tersebut makalimbah yang dihasilkan tidak akan masuk dalam kategori limbah B3sehingga aturan dalam pengelolaan dan pemanfatannya akan lebihmudah dibandingkan dengan limbah B3.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
136
TUJUAN
Tujuan pengelolaan limbah B3 pada industri besi/baja danlogam adalah untuk mengetahui sejauh mana limbah yangdihasilkan dari proses produksi baja masuk dalam katagori B3dengan;
a. Menginventarisasi limbah di Industri Bajab. Mengidentifikasi limbah dan limbah B3 pada Industri Baja.c. Mengkarakterisasi limbah B3 pada limbah industri bajad. Mengevaluasi pengelolaan limbah dan limbah B3 pada
industry baja..
MANFAAT KEGIATAN
Pemerintah sedang merumuskan rancangan peraturanpemerintah (RPP) tentang pengelolaan bahan berbahaya, limbahberbahaya, dan penumpukan limbah B-3. diharapkan RPPbersangkutan tidak mengancam pertumbuhan industri baja.
Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwascrap yang menjadi salah satu bahan baku industri baja yangdiimport dikatagorikan sebagai limbah B3. Sehingga scrap tersebuttidak dapat masuk ke Indonesia. Dengan adanya kejadian tersebut,maka industri baja, sebagian industri yang tergantung dari bahanbaku import tersebut tidak dapat melakukan kegiatan industri secaramaksimal, karena bahan scrap dalam negeri hanya dapat memenuhi30 % dari kebutuhan nasional. Hal tersebut akan memperburukkondisi produksi industri Besi/baja dan logam.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
137
Peran BPPT adalah sebagai instansi pemerintah, memberimasukan ke kementrian lingkungan hidup tentang limbah industribesi/baja dan logam agar industri dapat bergerak dengan maksimalyang tentu saja akan mempengaruhi perekonomian Indonesia,namun tidak melanggar Undang-undang tentang Pengelolaan BahanBerbahaya dan Beracun (B3)
HASIL KEGIATAN
Dalam Peraturan Pemerintah No. 18/1999 jo PP 85/1999Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(Limbah B3) Bab I Pasal 1 angka 1 dan 2 menyatakan bahwa yangdimaksud dengan Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkatlimbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yangmengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifatdan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya baik secara langsungmaupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusaklangkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkunganhidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk lain.
1. Jenis Pabrik
Secara umum, ada tiga produk akhir kegiatan produksi PTKrakatau Steel (Persero) Tbk, yaitu hot rolled coil, cold rolled coil,dan wire rod. Perusahaan ini memiliki 7 (tujuh) buah fasilitasproduksi yang membuat perusahaan ini menjadi satu-satunyaindustri baja terpadu di Indonesia. Ketujuh buah pabrik tersebutmenghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah.Ketujuh pabrik tersebut yaitu.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
138
c. Pabrik Baja Slab 1 (Slab Steel Plant1)d. Pabrik Baja Slab 2 (Slab Steel Plant2)e. Pabrik Pengerolan Canai Panas (Hot Strip Mill)f. Pabrik Pengerolan Canai Dingin (Cold Rolling Mill)g. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill)
Produksi baja PT Krakatau Steel diawali dari pengolahan bijihbesi atau pellet menjadi besi dengan memanfaatkan gas alam diPabrik Besi Spons. Besi yang telah dihasilkan ini diproses lagidengan menggunakan Electric Arc Furnace (EAF) di Pabrik SlabBaja dan Pabrik Billet Baja. Pada pemrosesan dengan EAF, besidicampur dengan bahan lainnya seperti scrap, hot bricket iron (HBI),dan material tambahan sehingga menghasilkan slab baja dan billetbaja.
Produk slab baja selanjutnya diolah dengan pemanasan ulangdan pengerolan di Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill).Hasil dari Pabrik Baja Lembaran Panas banyak dimanfaatkan untukpipa, bangunan, bahan konstruksi kapal, dan lainnya. Lebih lanjutlagi, baja lembaran panas diolah melalui proses pengerolan ulangdan proses secara kimia di Pabrik Baja Lembaran Dingin (ColdRolling Mill). Produk baja yang dihasilkan berupa baja lembar dinginyang banyak digunakan untuk komponen bagian dalam mobil ataumotor. Selain itu, produk baja lembaran dingin juga digunakansebagai badan kendaraan, peralatan rumah tangga, kaleng, danlainnya.
Di sisi lain, produk baja billet yang dihasilkan oleh Pabrik BajaBillet, mengalami proses pengerolan di Pabrik Batang Kawat (WireRod Mill) sehingga dihasilkan batang kawat baja yang banyak
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
139
diaplikasikan untuk senar piano, mur, paku, baut, pegas, kawat baja,dan lainnya.
Tabel 1.Nama-Nama Unit Produksi PT Krakatau Steel
No Unit Produksi Kapasitas Produk1 Pabrik Besi Sponge 2.000.000 MT/Thn Besi Sponge2 Pabrik Billet Baja 600.000 MT/Thn Baja Billet3 Pabrik Slab Baja (I
dan II)2.000.000 MT/Thn Baja Slab
4 Pabrik BajaLembaran CanaiPanas
2.400.000 MT/Thn Baja Lembaran Panas (Coil &Plates)
Sumber : Manual Sistem Manajemen Krakaatau Steel (SMKS)
Gambar 1. Alur Proses Produksi PT Krakatau SteelSumber:www.krakatau steel.com
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
140
2. Jenis Limbah
Jenis- jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT Krakatau Steel(Persero) Tbk., meliputi :
1) Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatuindustri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.
a) Debu EAF
Berasal dari BSP, SSP I dan SSP II. Pada perkembangannyadebu tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telahmempunyai izin pemanfaatan limbah B3 dari KLH, sebagaibahan baku.
Gambar 2. Fly Ash
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
140
2. Jenis Limbah
Jenis- jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT Krakatau Steel(Persero) Tbk., meliputi :
1) Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatuindustri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.
a) Debu EAF
Berasal dari BSP, SSP I dan SSP II. Pada perkembangannyadebu tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telahmempunyai izin pemanfaatan limbah B3 dari KLH, sebagaibahan baku.
Gambar 2. Fly Ash
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
141
b) Sludge (Lumpur)
Limbah sludge di PT KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal daripengolahan air buangan dari proses produksi yang dilakukandengan menggunakan Water Treatment Plant (WTP).
c) Slag
Limbah Slag di PT KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dariproses Steel Making dari SSP I, SSP II, dana BSP yangdilakukan dengan menggunakan teknologi Slag AtomizingTechnologi (SAT) dan Material Recovery Plant (MRP)
Gambar 3. Slag
d) Mill Scale
Berdasarkan PP No. 18 Jo 85 tahun 1999 limbah mill scale tidakternasuk dalam daftar limbah B3, namun di PT KrakatauSteel(Persero) Tbk perlakuannya sama dengan limbah B3.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
142
Gambar 4. Mill Scale
e) Water Pickle Liquor (WPL)
WPL merupakan hasil dari pembersihan permukaan bajapada pabrik Cold Rolling Mill (CRM). WPL tersebutdimanfaatkan oleh pihk ketiga yang telah mempunyai izinpemanfaatan limbah B3 di KLH.
f) Catalyst
Berasal dari pabrik DR dimana catalist berasal dari hasilpenyerapan sulfur pada proses reformasi (pembuatan gasreduktor).
g) PS (Precious Slag) Ball
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
143
Produk yang dihasilkan dari metode SAT yaitu berupa PSBall. PS Ball merupakan produk ramah lingkungan denganstruktur molekul yang stabil dari pengolahan slag cair.Pemanfaatan produk dari pengelolaan limbah slag denganmenggunakan metode SAT sampai saat ini baru dimanfaatkansebagai abrasive (blasting naterial).
Gambar.5. PS Ball
h) Fines Sponge Iron
Fines Sponge Iron bukanlah termasuk limbah karenamerupakan bahan baku sponge iron yang kurang dari 5 mmlewat proses pengayakan di Direct Reduction Plant. Finessponge iron dapat digunakan kembali melalui prosespemadatan agar ukurannya lebih dari 5 mm danselanjutnyamasuk kembali ke dalam proses.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
144
Sponge Iron Fines Sponge Iron
i) Iron Concentrate
Iron concentrate adalah konsentrat besi yang berasal darisludge dan/atau debu yang ditangkap di dedusting system dariproses pembuatan besi dan baja (iron and steel making)yangsudah ditingkatkan kandungan besinya dengan menggunakanteknik-teknik pengolahan mineral (mineral processing/concentration), seperti grinding, magnetic separator, atauflotasi.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
145
Gambar .6. Iron Concentrate
2) Limbah B3 dari sumber non spesifik
Limbah B3 dari sumber non spesifik adalah limbah B3 yangpada umumnya berasal bukan dari proses utama, tetapi berasal darikegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.
a) Oli dan grease bekas
Oli dan grease bekas berasal dari mein-mesin pada seluruhpabrik di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Oli tersebut
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
145
Gambar .6. Iron Concentrate
2) Limbah B3 dari sumber non spesifik
Limbah B3 dari sumber non spesifik adalah limbah B3 yangpada umumnya berasal bukan dari proses utama, tetapi berasal darikegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.
a) Oli dan grease bekas
Oli dan grease bekas berasal dari mein-mesin pada seluruhpabrik di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Oli tersebut
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
146
diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dariKLH untuk mengelola.
b) Majun
Majun merupakan limbah B3 berupa kain bekas yangterkontaminasi oli dan minyak. Majun tersebut diserahkan padapihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari KLH untukmengelola.
3. Uji Limbah
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristiklimbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atauimmobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkanagar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Prosespengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dankimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insenerasi (Kep 03 Tahun 1995).
Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harusdilakukan uji analisa kandungan/parameter fisika dan/atau kimiadan/atau biologi guna menetapkan prosedur yang tepat dalamproses pengolahan limbah B3 tersebut. Untuk pengujian limbah B3di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. menggunakan uji, antara lain:
a. Karakteristik,b. toxicity characteristic leaching procedure (TCLP), danc. lethal dose 50 (LD50) atau uji toksisitas.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
147
Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukandilaboratorium, jika limbah mengandung salah satu atau lebih sifat,dan/atau salah satu atau lebih pencemar yang melebihi ambangbatasnya.
Uji TCLP adalah cara untuk menentukan kecenderunganlimbah mengalami pelindian atau leaching yang merupakan salahsatu cara untuk menentukan karakteristik limbah beracun.
Uji LD50 adalah salah satu cara untuk mengukur potensijangka pendek keracunan (toksisitas akut) dari suatu material.Toksikologi dapat menggunakan berbagai jenis hewan, tetapi palingsering pengujian dilakukan dengan tikus dan tikus.
Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/ataubiologi yang terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, makaterhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahanlimbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan baku mutupembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan. Alternatif prosesteknologi limbah B3 dapat dilihat pada lampiran.
4. Karakteristik Limbah
Limbah dikatagorikan sebagai limbah B3 jika memiliki sifatdiantara yang disebut dibawah yaitu : Mudah meledak, Sangatmudah sekali menyala, Sangat mudah menyala, Mudah terbakar,Reaktif, Beracun,Korosif, Infeksi, Pengujian toksikologi
Hasil analisa laboratorium uji karakteristik limbah B3 PTKrakatau Steel (Persero) Tbk.yang dilakukan oleh BPPT diLaboratorium Sucofindo, adalah sebagai berikut :
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
148
Tabel 1 : Karakteristik Beberapa Limbah PT Krakatau Steel
Dari uji karakteristik memperlihatkan bahwa limbah industribesi baja dan logam dari PT Krakatau Steel tidak termasuk limbahyang mudah meledak, mudah terbakar, tidak bereaksi dengan air,tidak bereaksi dengan CN dan tidak korosif, namun bereaksi positifterhadap H2S
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupanmemiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah industriyang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akanmengubah pH air sungai sebagai lokasi buangan dan dapat
karakteristik Jenis limbah Standart MetodeSlag PS
BallFines
spongeIron
MillScale
Eksplosive Tidakmudahmeledak
Tidakmudahmeledak
Tidakmudahmeledak
Tidakmudahmeledak
PPRI No 85/1999 joPPRI No 18 /1999
Organoleptic
Flammable Tidakmudahterbakar
Tidakmudahterbakar
Tidakmudahterbakar
Tidakmudahterbakar
PPRI No 85/1999 joPPRI No 18 /1999
US EPA SW-846-1010
Reactive terhadapair Neg Neg Neg Neg PPRI No 85/1999 jo
PPRI No 18 /1999Thermometric andOrganoleptic
Test H2S Pos Pos Pos Pos PPRI No 85/1999 joPPRI No 18 /1999
US EPA SW-846-9030
Test CN neg neg neg neg PPRI No 85/1999 joPPRI No 18 /1999
US EPA SW-846-9010
Physical danColor Forming
neg neg neg neg PPRI No 85/1999 joPPRI No 18 /1999
Organoleptic
Corrosive(pH≤2.5 ataupH ≥12.5
10.0(tidakkorosive)
9.3 (tidakkorosive)
10.7(tidakkorosive)
9.7(tidakkorosive)
PPRI No 85/1999 joPPRI No 18 /1999
US EPA SW-846-9045
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
149
mengganggu kehidupan organisme didalamnya. Hal ini akansemakin parah jika daya dukung lingkungan rendah serta debit airsungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosifterhadap logam. Sedang nilai pH diatas > 7.5 , sehingga tidaktermasuk kedalam limbah yang korosif. (samsudin, EA.)
Air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening /jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebutmerupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnyabau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telahtercemar. Air yang bau dapat berasal dari limbah industri atau darihasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akanmengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap danberbau sehingga mengubah rasa.( samsudin, EA.)
5. Uji Kimia TCLP Limbah Pabrik
Untuk menentukan suatu senyawa baik organik maupun anorganik,uji Toxicity Characteristic Leachet Procedures (TCLP), dapatdigunakan untuk menentukan suatu bahan/limbah memilikikandungan polutan baracun yang mobilitasnya tinggi bila bercampurdengan air. Jika limbah/bahan ini ditimbun diatas atau didalamtanah, maka air hujan akan dengan mudah melarutkan (leach out)polutan racun tersebut. Hasil uji TCLP diperlihatkan pada tableberikut
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
150
Tabel 2: Hasil Uji TCLP limbah
Sumber : PT Krakatau steel*) data Primer BPPT
Parameter Codelimbah CAS # Debu
EAF Sludge Slag Slag *) MillScale
MillScale
*)
PSBall
PSBall *)
FinesSponge
Iron
FinesSpongeIron *)
IronConcentrate
FerroOxide
BakuMutu Satuan Metode
Arsenic(As) D 4002 7440-38-2. <0.003 0.06 <0.003 <0.003 5.0 mg/L
Barium (Ba) D 4003 7440-39-3 0.99 <0.1 0.12 0.68 100
Boron (Bo) D 4005 7440-42-8. 0.48 <0.08 0.12 1.71 500Mercury(Hg) D 4031 7439-97-6 <0.001 <0.01 <0.001 0.02
Silver D 4044 7440-22-4. <0.1 <0.1 <0.1 <0.1 2Selenium(Se) D 4043 7782-49-2 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 0.05
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
151
Hasil Uji laboratorium yang dilakukan baik oleh PT KrakatauTeel maupun oleh BPP melalui Laboratorium Sucofindomenunjukkan bahwa limbah dari PT Krakatau Steel Cilegon,Banten, jika dibandingkan dengan baku mutu yang diijinkan masihjauh dibawah baku mutu.
6. Kandungan Unsur dan Senyawa Dalam Limbah
Limbah yang dikeluarkan oleh pabrik di PT Krakatau Steelmengandung beberapa unsur dan senyawa bahan kimia yang masihdapat dimanfaatkan, baik oleh pabrik di PT Krakatau steel, maupunoleh pabrik lain. Tabel 3 dibawah memperlihatkan pemanfaatanlimbah PT Krakatau steel
Hasil uji kimia yang dilakukan oleh BPPT melalui LaboratoriumSucofindo maupun oleh laboratorium di PT Krakatau Steeldiperlihatkan senyawa seperti pada table 4.
Sedangkan hasil analisa limbah yang di analisa olehlaboratorium Sucofindo dengan no sertifikat no:24994/DBBPAGterlihat pada tabel 5.
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
152
Tabel 3. Pemanfaatan limbah B3 di PT. Krakatau Steel(Persero) Tbk.
No NamaLimbah
Sumber Perlakuan
1. Mill Scale Hot Strip Mill(HSM)
a. Dimanfaatkan untukindustri magnetdomestik
b. Diekspor ke cina2. Steel Slag Slab Steel Plant
(SSP) dan BilletSteel Plant (BSP)
a. Diolah menjadiproduk PS Ball
b. Dimanfaatkan untukroadbase
c. Dimanfaatkan pihakketiga
3. Debu EAFdan Sludge
Slab Steel Plant(SSP) Billet SteelPlant (BSP) danWater TreatmentPlant (WTP) yangada pada masing-masing pabrik
Dimanfaatkan olehindustri semen
4. Oli danpelumasbekas
Setiap pabrik yangmenggunakanpelumas
Diserahkan pada pihakketiga
5. WastePickle Liquor(WPL)
Cold Rolling Mill(CRM)
Diserahkan ke pemanfaatyang berizin
6. ResinCatalyst dankarbon aktif
Direct ReductionPlant (DRP)
Diserahkan ke pemanfaatyang berizin
Sumber : Dinas Pengelolaan Limbah Divisi HSE PT. Krakatau Steel(Persero) Tbk
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
153
Tabel 4 : Kandungan Kimia Limbah PT Krakatau Steel
Sumber PT Krakatau Steel
Kandungan Persentase (%)
UNIT debu EAF sludge Slag*)
MillScale
MILSCALE**)
PSBall
FineSpongeIron
IronConcentrate
FerroOxide
Fe2+ % 12.93
Fe Total % 47.78 58.436.06
74.24 60.9 20.83 68.6
Fe Metal % 2.45 0.2 <0.10
FeO % 3.35
Fe2O3 % 83.43 52.02 87.08 26.06 98.08
SiO % 3.38 3.80.25
4.14 12.69 0.39
CaO % 8.68 2.660.97
40.3 0.32
MgO % 9.47 0.256td
<0.01 7.95 0.19
Al2O3 % 4.1 0.9 0.99 2.2
TiO2 % 0.24 0.02 0.02
V2O5 % 0.12
Na2O % <0.01 <0.10 0.02
Cr2O3 % 0.08 0.24 0.1
MnO % 2.17
MnO2 % 0.13
K2O % 0.57 <0.01
V2O5 % 0.14 0.01
P % 0.1060.01
0.03 0.01
S % 1.080.01
0.03 0.04
Zn % 0.085
C %
Cu % 0.01
Mn % 0.22
H2O % 10.02
Bulk Density2.64
LOItd
<0.01
Kekerasan739.8
Diameter 0.1- 0.2- 4.5
Massa Jenis2.3
PermeabilitasAir 530
KekuatanTekan 323
Moisturecontent (MC)
%AR
0.54
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
156
Dari data terlihat, masih banyak kandungan dari limbah yangdapat dimanfaatkan, oleh industry lain.
7. Uji Toksisitas
Salah satu cara untuk mengukur toksisitas suatu bahanadalah dengan uji Lethal Dosis (LD), misalnya LD50, artinya berapamg/kg berat badan bahan kimia dapat membunuh 50 % binatangpercobaan.
Untuk manusia LD50, adalah LD50, X Berat badan manusia.LD hanya merupakan perkiraan bagi manusia dan banyak dipakaipada bahan yang dapat menimbulkan efek “akut”
Limbah yang mengandung racun, yang penentuannyadilakukan dengan LD50, per gram pencemar per kilogram beratbadan , yang dapat menyebabkan kematian 50 % populasi mahlukhidup. Jika LD50, itu lebih dari 15 gram per kilogram berat badan,maka tidak dapat dikatakan sebagai limbah B3. Penggolongantoksisitas limbah adalah sebagai berikut
No Relative ToxicityCategory
Acute Oral Toxicity(mg/kg)
Dermal(ppm)
1 Practically non toxic > 2000 >5000
2 Slightly Toxic 501 - 2000 1001 5000
3 Moderately Toxic 51 - 500 501 1000
4 Highly Toxic 10 - 50 50 500
5 Very Highly Toxic < 10 < 50
Sumber : http://www.agf.gov.bc.ca/pesticides/b_4.htm
Annual Report 2013Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
157
Hasil penelusuran dari MSDS limbah Industri dari IndustriBesi, baja dan logam adalah seperti yang diperlihatkan pada tableberikut :
Dari table terlihat bahwa pengaruh limbah terhadap kesehatanadalah 1= slightly toxic,