Top Banner
R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005 318 PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA Studi Kasus : Jakarta Selatan dan Jakarta Timur Oleh : R. Haryoto Indriatmoko, Heru Dwi Wahjono, Satmoko Yudho Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi lingkungan, TIEML, BPPT Abstract Fast growing development at big cities such as Jakarta usually cause surface hydrology problems, which is indicated by many surface detention and local floods during rainy season. These problems were raised because of the increasing of runoff coefficient of sub catchment areas and limited capacity of existing drainages. Analysis have made on drainage capacity of sub catchment areas connected to peak flow cause by rain on certain recurrence period and result in data to evaluate drainage capacity to solve these water detention and local floods problems. Katakunci : Genangan, Banjir, Drainase, DAS, Database. 1. PENDAHULUAN DKI Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia adalah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, politik, perdagangan dan lain-lain. Kedudukannya yang strategis sebagai pusat tersebut menuntut adanya perhatian khusus, yang salah satunya adalah penanganan penataan teknis sistem aliran bangunan drainase kota. Ini menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan, karena jika sistem aliran tersebut tidak direncanakan dengan baik, maka dapat menimbulkan bencana banjir. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan Jakarta sebagai Ibukota negara adalah peningkataan jumlah penduduk yang sangat pesat dalam waktu yang relatif singkat. Peningkatan jumlah penduduk akan memerlukan pelayanan berbagai sarana dan prasarana seperti perumahan, transportasi dan saluran. Akibat dari kebutuhan berbagai sarana dan prasarana akan menyebabkan perubahan pengguna-an lahan. Perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi perubahan sistem aliran yang berhubungan dengan sistem drainase kota. Sebagai akibat dari perubahan sistem aliran tersebut maka kapasitas saluran akan berubah, aliran disebelah hilir tidak lancar, arah aliran mengalami pembelokan yang tajam sehingga akan menyebabkan terjadinya berbagai genangan air dan banjir. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, perlu dilakukan perencanaan di bidang pengelolaan drainase menggunakan komputerisasi dan sistem informasi geografis. Keluaran dari sistem tersebut diharapkan dapat menjadi panduan perencanaan sarana prasarana lainya dalam pembangunan Kota Jakarta. Studi kasus kegiatan diprioritaskan di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur yang meliputi lima wilayah kecamatan, yaitu Jagakarsa, Pancoran, Pasar Minggu, Pasar Rebo dan Kramat Jati. 2. TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah melakukan identifikasi permasalahan drainase di setiap wilayah yang akan menjadi sasaran perencanaan pembangunan, menyusun perencanaan sistem drainase kota Jakarta berdasarkan permasalahan di wilayah yang dapat dijadikan sebagai panduan perencanaan. Sasaran yang akan dicapai adalah mendapatkan perencanaan drainase kota secara terpadu sehingga menjadi pedoman untuk menyelesaikan permasalahan genangan di DKI Jakarta. Selain itu agar perencanaan drainase kota dapat menjadi pedoman untuk menyelesaikan permasalahan di kawasan dengan sistem aliran terpadu. 3. METODOLOGI Kegiatan pengelolaan data ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : tahapan perencanaan, tahapan pengambilan data, dan tahapan analisa data. 3.1 Tahapan Perencanaan Pada tahapan ini akan direncanakan pengelolaan data operasional sistem aliran bangunan drainase kota untuk wilayah Kodya Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Untuk wilayah Jakarta Selatan akan diambil wilayah
14

PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

318

PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

Studi Kasus : Jakarta Selatan dan Jakarta Timur

Oleh :R. Haryoto Indriatmoko, Heru Dwi Wahjono, Satmoko Yudho

Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi lingkungan, TIEML, BPPT

Abstract

Fast growing development at big cities such as Jakarta usually cause surface hydrologyproblems, which is indicated by many surface detention and local floods during rainyseason. These problems were raised because of the increasing of runoff coefficient of subcatchment areas and limited capacity of existing drainages. Analysis have made ondrainage capacity of sub catchment areas connected to peak flow cause by rain oncertain recurrence period and result in data to evaluate drainage capacity to solve thesewater detention and local floods problems.

Katakunci : Genangan, Banjir, Drainase, DAS, Database.

1. PENDAHULUAN

DKI Jakarta sebagai Ibukota RepublikIndonesia adalah merupakan pusat kegiatanpemerintahan, ekonomi, politik, perdagangandan lain-lain. Kedudukannya yang strategissebagai pusat tersebut menuntut adanyaperhatian khusus, yang salah satunya adalahpenanganan penataan teknis sistem aliranbangunan drainase kota. Ini menjadi salah satuhal penting yang harus diperhatikan, karena jikasistem aliran tersebut tidak direncanakan denganbaik, maka dapat menimbulkan bencana banjir.

Faktor lain yang perlu diperhatikandalam kaitannya dengan Jakarta sebagai Ibukotanegara adalah peningkataan jumlah pendudukyang sangat pesat dalam waktu yang relatifsingkat. Peningkatan jumlah penduduk akanmemerlukan pelayanan berbagai sarana danprasarana seperti perumahan, transportasi dansaluran. Akibat dari kebutuhan berbagai saranadan prasarana akan menyebabkan perubahanpengguna-an lahan.

Perubahan penggunaan lahan akanmempengaruhi perubahan sistem aliran yangberhubungan dengan sistem drainase kota.Sebagai akibat dari perubahan sistem alirantersebut maka kapasitas saluran akan berubah,aliran disebelah hilir tidak lancar, arah aliranmengalami pembelokan yang tajam sehinggaakan menyebabkan terjadinya berbagaigenangan air dan banjir.

Untuk mengurangi dampak negatiftersebut, perlu dilakukan perencanaan di bidangpengelolaan drainase menggunakankomputerisasi dan sistem informasi geografis.Keluaran dari sistem tersebut diharapkan dapatmenjadi panduan perencanaan sarana prasarana

lainya dalam pembangunan Kota Jakarta. Studikasus kegiatan diprioritaskan di wilayah JakartaSelatan dan Jakarta Timur yang meliputi limawilayah kecamatan, yaitu Jagakarsa, Pancoran,Pasar Minggu, Pasar Rebo dan Kramat Jati.

2. TUJUAN

Tujuan kegiatan ini adalah melakukanidentifikasi permasalahan drainase di setiapwilayah yang akan menjadi sasaran perencanaanpembangunan, menyusun perencanaan sistemdrainase kota Jakarta berdasarkanpermasalahan di wilayah yang dapat dijadikansebagai panduan perencanaan.

Sasaran yang akan dicapai adalahmendapatkan perencanaan drainase kota secaraterpadu sehingga menjadi pedoman untukmenyelesaikan permasalahan genangan di DKIJakarta. Selain itu agar perencanaan drainasekota dapat menjadi pedoman untukmenyelesaikan permasalahan di kawasandengan sistem aliran terpadu.

3. METODOLOGI

Kegiatan pengelolaan data ini dilakukandalam beberapa tahapan, yaitu : tahapanperencanaan, tahapan pengambilan data, dantahapan analisa data.

3.1 Tahapan Perencanaan

Pada tahapan ini akan direncanakanpengelolaan data operasional sistem aliranbangunan drainase kota untuk wilayah KodyaJakarta Selatan dan Jakarta Timur. Untukwilayah Jakarta Selatan akan diambil wilayah

Page 2: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

319

yang berdekatan dengan Kali Ciliwung, yaituterdiri dari tiga kecamatan : Jagakarsa, Pancoran,dan Pasar Minggu. Sedangkan untuk wilayahJakarta Timur akan diambil dua kecamatan,yaitu Pasar Rebo dan Kramat Jati.

3.2 Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dan observasi lapangandilakukan dalam dua tahapan yaitu : ObservasiPendahuluan dan Survai Lapangan Detail.Observasi pendahuluan dilakukan untukpengenalan awal terhadap lokasi penelitian,antara lain lokasi genangan, kondisi topografi,arah aliran, pengamatan sistem saluran,kapasitas saluran, dan penggunaan lahan. Hasilsurvai lapangan yang diperoleh akan digunakansebagai acuan dalam Survai Lapangan Detail.

Perencanaan pengambilan sampel dimulaidengan melakukan koordinasi dengan parapeneliti lapangan, tentang waktu, teknikpengambilan sampel, jumlah tenaga yangdiperlukan dan alat yang dipakaigunakan. Untukkeperluan pengambilan sampel, para penelitilapangan dilengkapi dengan kuesioner.

3.3 Tahapan Analisa Data

Analisa data dilakukan terhadap data yangsudah diperoleh baik dari hasil survai atau dariliteratur yang dimasukkan ke dalam modeldatabase yang sudah dipersiapkan. Inti kegiatandari tahap ini adalah menganalisa kapasitassaluran dari hasil survai dengan perhitungansecara hidrologi yang dalam hal ini mengukurbesarnya debit puncak yang mengalir melaluisaluran tersebut.

Selain itu akan dilakukan juga prosesdigitasi peta dasar dengan menggunakansoftware Arch-Info. Sistem saluran, saluranpenghubung (PHB), kali, arah aliran, petapenggunaan lahan, daerah genangan dandeliniasi daerah pengaliran sungai (DPS) didaerah survai diplot kedalam peta dasar.

Proses perhitungan debit puncak dariwilayah genangan dapat dilihat pada Gambar 1.Sedangkan representasi daerah genangansebagai suatu satuan wilayah runoff (SWR)dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1 : Diagram Alir Pembuatan GISKlasifikasi Prioritas.

Gambar 2 : Contoh Peta Daerah GenanganSatuan Wilayah Runoff.

Keterangan :SWR Satuan Wilayah Runoff (Bisa berupa

daerah genangan dengan batas bataspemisah topografi ).Icon yang menunjukkan besarnya debitpuncak dengan periode ulang 2th, 5thdan 10th nomor 1, 2 dan 3 ataupenjumlahan 1+2+3.Icon yang menunjukkan besarnyakapasitas saluran nomor 1, 2 dan 3 ataupenjumlahan 1+2+3.Menunjukkan arah aliran suatu salurandrainase.

4. PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan datadilakukan terhadap hasil survai yang telahdimasukkan ke dalam database. Dari data-datagenangan yang telah dimasukkan ke dalamdatabase tersebut dilakukan langkah-langkahsebagai berikut :

Page 3: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

320

1) Deliniasi DPS dari wilayah genanganuntuk menghitung luas DPS denganbatas-batas topografi, termasuk didalamnya arah aliran, melalui petadigitasi.

2) Menentukan jenis penggunaan lahansetiap satuan wilayah runoff, termasuk didalamnya mengukur luas setiappenggunaan lahan (misal luasbangunan, luas taman, lahan parkir)

3) Analisa koefisien aliran setiap satuanwilayah runoff yang didasarkan atas jenispenggunaan lahan.

4) Analisa intensitas hujan dengan periodeulang 2th, 5 th, 10 th, 25 th di lokasipenelitian dengan mengkombinasikandata sekunder.

5) Memetakan koefisien runoff tiap satuanwilayah runoff.

6) Memetakan intensitas hujan.7) Analisa kontribusi debit puncak untuk

setiap satuan wilayah runoff.8) Memetakan debit puncak setiap satuan

wilayah runoff.9) Memetakan skala prioritas penanganan

genangan.10) Analisa tabulasi hasil perhitungan debit

puncak dan kapasitas drainase.Peralatan penunjang kegiatan di atas

terdiri dari perangkat keras, yaitu peralatansurvai meteran, slang plastik untuk mengukurkemiringan, alat tulus, meja digitasi, mejagambar, komputer dan printer. Sedangkanperangkat lunaknya adalah software GIS Arc-Info, ILWIS, Map-Info, serta Microsoft Accesssebagai tools pembuatan database.

4.1 Formula Yang digunakan danTeknis Analisis

Perhitungan-perhitungan yang diperlukandalam pelaksanaan analisa data adalahmenggunakan rumus-rumus berikut :

Analisa Kapasitas Sungai :

Q = (1/n) A.R 2/3 S 1/2

Keterangan:Q = Debit Aliran (m3/detik)n = Koefisien manningA = Luas Penampang Saluran (m2)R = Panjang Parimeter Basah (m)S = Slope

Analisa Debit Puncak :

Q y = 0.278. C y I tc,y.A

Keterangan:Q y = Debit Puncak ada Periode Ulang

tertentu (m3/dt)C y = Koefisien runoff Periode Ulang

tertentuI tc,y = Rata-rata intensitas hujan

(mm/jam)A = Luas DPS (Km2)

Untuk menghitung koefisian aliran faktoryang menjadi pertimbangan adalah IntensitasHujan, Relief / Slope, Storage, Karakteristik atauTutupan Lahan. Faktor utama yangmempengaruhi besar kecilnya koefisien aliranialah karakteristik tutupan lahan dan intensitashujan yaitu dengan nilai tertimbang sebesar 45 %dan 35 %. Untuk perkiraan hitungan koefisienrunoff ( C ) dapat dilihat pada Tabel 1.

Analisis yang dipakai memadukankombinasi kapasitas dan arus. Maksudnyaanalisa terhadap kapasitas saluran dan prediksiterhadap debit puncak, jika debit puncak melebihikapasitas saluran maka air akan melimpahkeluar saluran.

4.2 Batas Administrasi DKI Jakarta

Jakarta mempunyai luas area kurang lebih66.164,15 Ha, dengan batas–batas administrasisebelah timur Kabupaten Bekasi, sebelah baratPropinsi Banten, sebelah selatan Depok dansebelah utara laut Jawa. Wilayah ini dibagi kedalam 5 Kotamadya, yaitu Jakarta Pusat (8 Kec,44 Kel), Jakarta Utara (7 Kec, 35 Kel), JakartaBarat (8 Kec, 56 Kel), Jakarta Selatan (10 Kec,65 Kel) dan Jakarta Timur (10 Kec, 65 Kel).Kelima wilayah ini memiliki total terdiri dari 43Kecamatan dan 265 Kelurahan.

4.3 Penduduk DKI Jakarta

Kota Jakarta sudah mengalamipeningkatan jumlah penduduk yang cepat dalamtahun-tahun terakhir ini. Menurut sensuspenduduk nasional penduduk kota Jakarta sudahmeningkat dari 4.6 juta jiwa pada tahun 1971menjadi 6.5 juta jiwa pada tahun 1980, dan 8.0juta jiwa pada tahun 1985 menjadi 8.338.560 jutajiwa pada tahun 2000. Rata-rata kecepatanpertumbuhan pertahunnya adalah 4.05 %.Kepadatan penduduk rata-rata di Jakarta padatahun 2000 adalah 126 orang/ha. Kepadatanpenduduk berdasarkan kelima wilayah dapatdilihat pada Tabel 2. Wilayah Jakarta Pusatmerupakan wilayah yang paling padat, disusulwilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur, JakartaSelatan dan Jakarta Utara

Page 4: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

321

Tabel 1 : Perkiraan Hitungan Koefisien Runoff ( C ) Metode Bride Branch(Untuk Periode Ulang 50 Tahun Dan Luas Dps < 50 Km2)

IntensitasHujan

( 35 )100

mm/h

( 30 )75-100mm/h

( 25 )50-75mm/h

( 15 )25-50mm/h

( 10 )12-25mm/h

( 5 )12

mm/h

( 0 )< 12

mm/h

Relief/Slope

( 10 )Very steep

rugged countrywith averageslope > 15 %

( 5 )Steep Countryslope 8-15%

( 5 )Hilly, with average

slope of4-8%

( 0 )Rolling, with slope

1.5-4%

( 0 )Flat with slopes of

0-1.5%

Storage

( 10 )Negligible, few surfacedepres-sions, water-

course, steep with thinfilm of overland flow

( 10 )Well difined system of

small watercourses

( 5 )Considerable surfacedepressions, overlandflow is significant somefarm ponds, swampsand contour banks

( 0 )Poorly defined and

meandering strem, largesurface storage. Soil

conservation plan on 90% of catchment

Groundcharacteristics and

Cover

( 45 )Rocky, Clayey or

non absorbentsoil with scanty

herbage

( 40 )Open forrest orgrassed land,cereal crops

( 35 )Average grassedtimbered land of

medium soiltexture

( 30 )Heavely timberedcountry, closelycultivated land

and garden

( 10 )Sand or well

aggregated soil

4.3 Penduduk DKI Jakarta

Kota Jakarta sudah mengalamipeningkatan jumlah penduduk yang cepat dalamtahun-tahun terakhir ini. Menurut sensuspenduduk nasional penduduk kota Jakarta sudahmeningkat dari 4.6 juta jiwa pada tahun 1971menjadi 6.5 juta jiwa pada tahun 1980, dan 8.0juta jiwa pada tahun 1985 menjadi 8.338.560 jutajiwa pada tahun 2000. Rata-rata kecepatanpertumbuhan pertahunnya adalah 4.05 %.Kepadatan penduduk rata-rata di Jakarta padatahun 2000 adalah 126 orang/ha. Kepadatanpenduduk berdasarkan kelima wilayah dapatdilihat pada Tabel 2. Wilayah Jakarta Pusatmerupakan wilayah yang paling padat, disusulwilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur, JakartaSelatan dan Jakarta Utara.

Tabel 2 : Jumlah dan Kepadatan Penduduk diWilayah DKI Jakarta

Wilayah JumlahPenduduk

KepadatanOrang/ha

Utara 1.435.207 93Pusat 871.215 182Barat 1.900.494 151Timur 2.347.754 125Selatan 1.783.890 123

4.4 Penggunaan Lahan di DKI

Klasifikasi penggunaan lahan di DKIdikelompokkan menjadi lima macam yaitu :Penggunaan Lahan Pemukiman, Industri,Perkantoran dan Pergudangan, Pertamanan, danlain-lain. Prosentase jumlah penggunaan lahantertinggi ialah untuk pemukiman yang mencapai

angka 62,5%, sedangkan untuk keperluanlainnya adalah sebesar 25,3 %. Perbandinganpenggunaan lahan pada tahun 1999 dan 2000dapat dilihat pada Tabel 3. Penggunaan lahankhusus di wilayah Jakarta Selatan dan wilayahJakarta Timur untuk masing-masing kecamatandapat dilihat pada Tabel 4

4.5 Geologi dan Topografi

Geologi permukaan daerah Jakarta dansekitarnya dibagi menjadi 6 sistem yaitu: (1).Formasi Jatiluhur (Miosen), (2). FormasiBojongmanik (Miosen), (3). Formasi Genteng(Pliosen), (4). Formasi Vulkanik Tua (Pleistosen),(5). Formasi Vulkanik Muda (pleistosen), dan (6).Sedimen Aluvial. Geologi permukaan untukJakarta pada umumnya merupakan sedimenaluvial dengan lensa-lensa lapisan impermeabelJakarta merupakan daerah dengan topografiyang relatif datar dengan banyak sistem sungaiyang ada di dalamnya. Kondisinya yang relatifdatar ini menyebabkan aliran yang tidak terlaluderas jika dibandingkan dengan daerah dengantopografi yang relatif miring. Keadaan semacamini tentu saja akan membuat aliran tidak lancardan dapat menyebabkan terjadinya genangan dibeberapa tempat.

4.6 Curah Hujan di DKI Jakarta

Terdapat 43 stasiun hujan di daerahJakarta dan sekitarnya, enam diantaranyamerupakan stasiun otomatis, yaitu Tanjung Priok,Jakarta-BMG, Kemayoran, Tangerang Geofisika,Pondok Betung dan Halim Perdana Kusuma.Stasiun hujan yang bersifat otomatis sangatdiperlukan dalam analisa curah hujan sebab datayang dicatat pada stasiun hujan ini tercatat dari

Page 5: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

322

menit ke menit, sehingga pola curah hujan dalamsatu perioda hujan akan dapat tercatat secaradetail. Hal penting lain yang mesti dianalisaadalah besarnya intensitas hujan. Berdasarkanhasil analisa yang telah dilakukan oleh JICA(1973) maka telah diperoleh kurva hubungan

antara intensitas hujan dengan durasinya.Hubungan antara intensitas hujan dengandurasinya dapat dilihat pada kurva dalam gambarberikut ini.

Tabel 3 : Perbandingan Perubahan Penggunaan Lahan di DKI Jakarta

Klasifikasi Penggunaan Lahan Tahun 1999 Tahun 2000Luas (ha) Rasio (%) Luas (ha) Rasio (%)

Pemukiman 43.230,00 0,653 41.331,32 0,625Industri 3.970,00 0,060 4.988,53 0,075Perkantoran & Pergudangan 6.955,00 0,105 6.812.75 0,103Taman 1.328,00 0,020 1.314,23 0.020

Tabel 4 : Perkiraan Penggunaan Lahan di Wilayah Jakarta Selatan danJakarta Timur Pada 5 Kecamatan Lokasi Survai

PenggunanLahan

Luas Penggunaan Lahan ( Ha )Jakarta Selatan (*) Jakarta Timur (*)

Jagakarsa(2.500,78)

Pancoran(852,79)

Pasar Minggu(2.071,62)

Pasar Rebo(1.294)

Kramat Jati(1.334)

Pemukiman 1.634,25 557,29 1.353,79 845,62 871,76Industri 150,03 51,18 124,80 77,66 80,06Perkantoran &Pergudangan

262,92 89,66 217,80 136,05 140,25

Taman 50,20 17,12 41,59 25,98 26,78Lainnya 403,33 137,54 334,11 208,70 215,15

Gambar 3 : Perbandingan Intensitas Hujan danDurasinya untuk Periode ulang 2 Tahun.

Gambar 4 : Perbandingan Intensitas Hujan danDurasinya untuk Periode ulang 5 Tahun.

Gambar 5 : Perbandingan Intensitas Hujan danDurasinya untuk Periode ulang 10 Tahun.

Gambar 6 : Perbandingan Intensitas Hujan danDurasinya untuk Periode ulang 25 Tahun.

Page 6: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

323

Tabel 5 : Kurva Intensitas Hujan DenganDurasinya (Satuan: mm/jam) .

Durasi(Menit)

Periode Ulang2 th 5 th 10 th 25 th

0 0 0 0 010 117 134 144 16020 101 115 124 13730 87 100 109 11940 76 89 98 10750 68 80 89 9860 62 74 81 9170 56 68 75 8480 51 63 69 7890 47 58 65 73

100 44 54 61 68110 40 50 57 64120 37 47 54 61150 31 39 46 52180 26 34 40 46

Gambar 3~6 dan tabel 5 di atasselanjutnya dapat digunakan untuk analisa runoffsuatu DPS dari jam ke jam. Data tersebut sangatsesuai jika dikombinasikan dengan hidrografsatuan. Bila tabel 6 tersebut digunakan, makaterlebih dahulu setiap sub DPS harus sudahmemiliki hidrograf satuan. Debit puncak akantercapai jika lamanya hujan sama dengan waktukonsentrasi (Tc).

Dalam kaitannya dengan genangan yangada di Lokasi kegiatan (Jakarta Selatan danJakarta Timur sesungguhnya data pada Tabel 5di atas dapat digunakan, hal ini dimungkinkankarena adanya beberapa sub DPS daerahgenangan sangat kecil. Akan tetapi jika sub DPSdi daerah genangan dianggap cukup luas makauntuk menghitung debit puncak, data intensitashujan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.Data intensitas tersebut merupakan hasil analisadari hujan harian maksimum tahunan dalam 24jam.

Tabel 6 : Hasil Analisa Frekuensi Rata-RataHujan Harian Dalam DPS (Satuan : mm/jam).

Periode

Metode Perhitungan Rata-rata

Ulang Iwai Hazen Peason Gumbel2 th 60,2 55,5 56,7 59,9 58,0755 th 81,6 78,4 77,1 84,7 80,4510 th 97,8 97,1 93,8 101 97,42520 th 114,7 117,8 112,4 116,7 115,450 th 138,6 149,1 140,6 137,1 141,35

4.7 Kondisi Hidrologi

Dari gambaran umum mengenai sistemsungai yang ada di Jakarta nampak bahwakedudukan Jakarta dalam suatu sistem DaerahPengaliran Sungai berada pada bagian hilir dari 8buah Daerah Pengaliran Sungai (DPS).Kedelapan DPS tersebut adalah : DPS Angke,DPS Pesanggrahan dan Grogol, DPS Krukut,DPS Ciliwung, DPS Cipinang, DPS Sunter, DPSBuaran & Jati Kramat, dan DPS Cakung.

Sedangkan sub basin yang ada di dalamwilayah Jakarta terdiri dari 27 sub DPS, yaitu :Sub DPS Angke, Sub DPS Pesanggrahan, SubDPS Sekretaris, Sub DPS Krukut, Sub DPSCideng, Sub DPS Kali Bata, Sub DPS Ciliwung,Sub DPS Anak Ciliwung, Sub DPS CiliwungSahari, Sub DPS Sentiong, Sub DPS Cipinang,Sub DPS Sunter, Sub DPS Buaran, Sub DPSCakung (1), Sub DPS Cakung (2), Sub DPSMalang, Sub DPS Kali Baru Barat, Sub DPSMookervart, Sub DPS Maja, Sub DPS Camal,DPS Angke Jelambar, Sub DPS Pakin, DPSDuri, Sub DPS Belencong, Sub DPS Lagoa, SubDPS Lagoa Buntu, Sub DPS Area DrainasePantai.

Wilayah kajian dalam kegiatan inimerupakan wilayah genangan jika terjadi hujandan wilayah tersebut berada di dalam DaerahPengaliran Sungai Ciliwung. Subsistem sungai didaerah ini terdiri dari 3 jenis sub sistem mikroyaitu: Saluran, Penghubung (PHB) , dan Kali.Lokasi terjadi-nya genangan menurut hasilpengamatan pada umumnya merupakan daerahrendah dengan aliran yang kurang lancar dansering diakibatkan oleh adanya penyempitan.

5. HASIL DAN ANALISIS KEGIATAN

5.1 Survei Lapangan

Kegiatan utama yang telah dilakukanadalah survei lapangan yang mencakup di 30Kelurahan yang berada di 2 Kecamatan (PasarRebo dan Kramat Jati) di wilayah Jakarta Timurdan di 3 Kecamatan di wilayah Jakarta Selatanyaitu Kec. Pancoran, Kec. Pasar Minggu danKec. Jaga Karsa (Lihat Tabel 8 dan Gambar 7).Survei dilaksanakan oleh pegawai BPPT danDinas PU DKI Jakarta. Survei lapangan tersebutdiarahkan pada daerah-daerah disekitar SungaiCiliwung, dengan alasan bahwa pertama,Konsentrasi banjir utamanya di sekitar sungaitersebut, kedua, daerah tersebut umumnyamerupakan lingkungan padat penduduk, danketiga, gangguan terhadap normalisasi saluranbanyak terjadi di daerah ini.

Page 7: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

324

Tabel 7 : Luas DPS Dari DPS Dan Sub DPS Di Jakarta.

NO NAMA SUNGAI LUAS DPS (Ha)TOTAL Dalam DKI Luar DKI

1 Angke 28.540 4.140 24.4001-1. Angke 26.900 2.500 24.4001-2. Kreo 790 790 -1-3 Daan Mogot 850 850 -

2 Pesanggrahan dan Grogol 15.970 6.330 9.6402-1. Pesanggrahan 2.210 2.210 -2-2. Grogol 13.760 4.120 9.640

3 Sekretaris 1.240 1.240 -4 Krukut 10.530 7.330 3.200

4-1. Krukut 7.420 4.220 3.2004-2. Mampang 3.110 3.110 -

5 Cideng 1.810 1.810 -6 K. Bata 820 820 -7 Ciliwung 31.850 3.610 28.2408 Anak Ciliwung 560 560 -9 Ciliwung Sahari 110 110 -

10 Sentiong 3.250 3.250 -11 Cipinang 6.540 3.480 3.06012 Sunter 11.330 8.490 2.84013 Buaran 4.340 1.500 2.840

13-1. Buaran 1.130 1.130 -13-2. Jati Kramat 3.210 370 2.840

14 Cakung (1) 5.600 1.600 4.00015 Cakung (2) 3.040 3.040 -16 Malang 1.440 1.440 -17 Kali Baru Barat/Ps. Minggu 240 240 -18 Mookervart 1.200 1.200 -19 Maja 1.200 1.200 -20 Camal 1.360 1.360 -21 Angke Jelambar 1.500 1.500 -22 Pakin 520 520 -23 Duri 270 270 -24 Belencong 4.330 4.330 -25 Lagoa 710 710 -26 Lagoa Buntu 480 480 -27 Daerah Drainase Teluk 4.589 4.589 -

Total 143.369 65.149 78.220

Tabel 8 : Lokasi Survei Lapangan SistemAliran Saluran Drainase di 30 Kelurahan.

Wilayah Kecamatan KelurahanJakartaTimur

Pasar Rebo PekayonGedongCijantungBaruKalisari

Kramat Jati Kramat JatiBatu AmparBalekambangKp. TengahDukuhCawangCililitan

JakartaSelatan

Pancoran KalibataRawajatiDurentigaCikokoPengadegan

Pasar Minggu Pejaten BaratPejaten TimurKebagusanPasar MingguJatipadangRagunanCilandak Timur

Jagakarsa CiganjurCipedakJagakarsaLenteng AgungSrengseng SawahTanjung Barat

Page 8: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

325

Gambar 7: Lokasi Survei Lapangan di JakartaSelatan dan Jakarta Timur.

Survei lapangan ini bertujuan untukmelakukan identifikasi permasalahan drainaseyang mengakibat-kan genangan banjir di tiapkecamatan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.Selain itu juga melakukan kajian lapangan mulaidari saluran mikro, sub makro kemudianmemetakannya pada peta dasar komputer.Dalam survei ini dilakukan pencatatan setiapgenangan yang terjadi di setiap kelurahankemudian memetakannya lokasi tersebut padapeta. Pemetaan lokasi genangan digunakanprogram ArcInfo dan MapInfo. Analisis numerikhasil survei ini menggunakan bantuan programstatistik SPPS. Hasil sementara menjelaskanbahwa jumlah genangan di 30 kelurahanseluruhnya tercatat sebanyak 165 titik genanganseperti terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 : Penyebaran Genangan di SetiapKelurahan. Sumber : Hasil Analisis.

Wilayah JumlahGenangan

%

Kec. Pasar ReboKel. PekayonKel. GedongKel. CijantungKel. BaruKel. Kalisari

13322

Jumlah 11 6.67Kec. Kramat JatiKel. Kramat JatiKel. Batu AmparKel. BalekambangKel. Dukuh

496

14

Kel. CawangKel. Cililitan

35

Jumlah 41 24.85Kec. PancoranKel. KalibataKel. RawajatiKel. DurentigaKel. CikokoKel. PengadeganKel. Pancoran

267

173

1115

Jumlah 79 47.88Kec. Pasar MingguKel. Pejaten BaratKel. Pejaten TimurKel. KebagusanKel. Pasar MingguKel. JatipadangKel. RagunanKel. Cilandak Timur

2222512

Jumlah 16 9.70Kec. JagakarsaKel. CiganjurKel. CipedakKel. JagakarsaKel. Lenteng AgungKel.Srengseng SawahKel. Tanjung Barat

136332

Jumlah 18 10.90Total 165 100.0

Dari Tabel tersebut terlihat bahwaKecamatan Pancoran, Jakarta Selatanmerupakan daerah yang memiliki genanganpaling banyak (47,88%), diikuti oleh KecamatanKramat Jati (24,85%) dan Kecamatan Jagakarsa(10,90%). Hasil analisis menyatakan penyebabgenangan di Kec. Pancoran secara prioritaskarena penyempitan aliran, pembelokkan tajam,pendangkalan, aliran tidak lancar dan dataranrendah. Tabel 10 memperlihatkan tinggigenangan paling banyak adalah 0,40 meter(21,2%). Genangan yang tertinggi adalah 3,00meter (0,6%).

Tabel 10 : Tinggi Genangan tertinggi di setiapLokasi Genangan. Sumber : Hasil Analisis.

Tinggi Genangan (m) Jumlah (%)0,20 5 3,00,30 25 15,20,35 4 2,40,40 35 21,20,50 10 6,10,55 1 0,6

Page 9: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

326

0,60 23 13,90,65 1 0,60,70 2 1,20,80 7 4,21,00 9 5,51,50 3 1,82,00 3 1,83,00 1 0,6Total 129 78,2

Tabel 11 : Luas Genangan tertinggi di setiapLokasi Genangan. Sumber : Hasil Analisis

Luas Banjir (m2) Jumlah (%)200,00 1 ,6300,00 1 ,6600,00 2 1,2700,00 1 ,6

1.000,00 7 4,22.000,00 1 ,62.500,00 4 2,44.000,00 2 1,25.000,00 3 1,86.000,00 9 5,57.500,00 3 1,8

10.000,00 4 2,415.000,00 3 1,820.000,00 24 14,525.000,00 25 15,230.000,00 1 ,635.000,00 17 10,350.000,00 1 ,6

Total 109 66,1

Dalam Tabel 11 memperlihatkan luasgenangan rata-rata yang paling banyak adalah25.000 m2 (15,2%) dan genangan terluas adalah50.000 m2 (0,6%). Gambar 2 pada lampiranmemperlihat-kan peta genangan di Kec.Pancoran, Kec. Pasar Minggu dan Kec.Jagakarsa. Sedangkan Gambar 3 menampilkansebuah genangan di Kelurahan Rawajati, Kec.Pancoran. Dari hasil survei ini akan dijelaskanfaktor penyebab genangan di setiap kelurahan.Sebelumnya surveiyor diberikan pilihan secaraprioritas 9 jawaban tertutup (Lihat KeteranganTabel 12.

Tabel tersebut memperlihatkan bahwafaktor penyebab genangan pada prioritaspertama adalah penyempitan saluran atau kali(32,7%). Prioritas kedua penyebab paling banyakadalah faktor pembelokan tajam aliran (29,1%)hal inipun banyak terjadi karena faktormanusianya bukan alam dan prioritas ketigaadalah faktor pendangkalan saluran/kali (33,3%).

Tabel 12 : Jawaban Prioritas Penyebab Genangan.

PRIORITAS HASILKUESIONER

PENYEBABGENANGAN

ISI KOSONG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MaxPertama 136 29 15 23 54 7 14 2 14 0 5 3Kedua 127 38 1 10 28 48 19 13 7 1 0 4Ketiga 110 55 0 11 4 17 55 11 10 1 1 5Keempat 84 81 5 3 1 9 15 41 9 1 0 6Kelima 70 95 2 4 2 2 4 15 38 2 0 7Keenam 19 146 0 1 0 0 1 4 9 4 0 7Ketujuh 7 158 3 0 0 0 0 1 3 0 0 1Kedelapan 2 163 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1

Keterangan Penyebab Genangan :(1)Banjir Alam/kiriman; (2) Permukaan meluap; (3) Penyempitan; (4)Pembelokkan tajam aliran; (5)Pendangkalan, (6) Aliran kurang lancar; (7) Dataran rendah; (8) Longsor; (9) Lainnya.

Page 10: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

327

Akibat utama terjadinya penyempit-ansaluran/kali adalah akibat banyaknya tanahurugan yang dibuang ke dalam badansaluran/kali, dan banyak rumah pendudukyang dibangun di atas saluran/kali. Apabiladikaitkan dengan setiap kecamatan, makapenyebab genangan terbanyak di Kec. PasarRebo adalah daya tampung saluran tidak muatsehingga permukaan air meluap, di Kec.Kramat Jati penyebab utama adalah banjirkiriman, di Kec. Pancoran adalah banyaknyapedangkalan saluran, dan di Kec. PasarMinggu penyebab terbanyak adalahpenyempitan saluran, serta terakhir di Kec.Jagakarsa disebabkan oleh banyaknya saluranmenjadi dangkal.

Dalam survei ini juga dilakukanpencatatan kondisi lokasi di sekitar genanganuntuk mengetahui gambaran secara jelaskondisi topografi atau faktor-faktor lainpenyebab terjadinya genangan. Sebagianbesar menjelas-kan bahwa kondisi disekitargenangan adalah merupakan dataran rendahatau cekungan (come) (55,15%), kemudian15% menyatakan bahwa kondisi aliran airlancar dan cukup lancar. Kondisi saluran/kaliyang menyempit (12,12%), dinding kali yangbelum teknis (11,52%) dan banyaknyatikungan pada saluran/kali (7,88%).

Tabel 13 : Catatan Kondisi Sekitar Genangan.

Keterangan Jml (%)1. Daerah Dataran

Rendah (COM)91 55,15

2. Kondisi AliranLancar/cukup lancar

25 15,15

3. Penyempitan Kali 20 12,124. Dinding Kali Belum

Teknis19 11,52

5. Banyak Tikungan 13 7,886. Saluran Mengecil/

Aliran Kurang Lancar13 7,88

7. Air Melimpas ke Jalan 10 6,068. Daerah Padat/ Tidak

teratur8 4,85

9. Ada Crossing (PAM,Telkom)

5 3,03

10. Saluran tertutup rumah 5 3,0311. Saluran Trace tidak

Teratur5 3,03

12. Sampah (TPS)menutup Saluran

3 1,82

13. Jembatan Rendah 2 1,2114. Penuh Lumpur

/Pedangkalan2 1,21

15. Deuker Rendah 2 1,2116. Saluran PHB lebih

rendah dari jalan.2 1,21

17. Koker Kecil 1 0,61

Dalam survei di setiap lokasi genanganditanyakan usulan pekerjaan yang harus dilakukanuntuk menangani masalah genangan tersebut.Usulan-usulan yang perlu dilaksanakan dalammenangani genangan diantaranya (diurutkanmenurut prioritas usulan) adalah perlunyapengurasan saluran drainase secara rutin,kemudian penurapan dinding kali/saluran,normalisasi dinding saluran/PHB, perlu pelebarandimensi saluran dan perbaikan sistem sertalainnya. Usulan-usulan ini merupakan hasilpengamatan langsung di setiap lokasi genangan.Diharapkan usulan ini menjadi dasar perencanaanpembangunan sarana drainase di setiap wilayahDKI Jakarta.

5.2 Perancangan Basis Data

Berikut ini adalah Basis data yangdikembangkan untuk pengolahan data terdiri dari 7tabel. Tabel-tabel ini merupakan hasil analisaterhadap entiti-entiti yang diperlukan untukpengelolaan data operasional drainase kota.Ketujuh tabel tersebut adalah Tabel Kotamadya,Tabel Kecamatan, Tabel Kelurahan, Tabel Bahan,Tabel Penyebab Genangan, Tabel Jenis BangunanAir, dan Tabel Genangan.

Pemasukan data genangan dibagi ke dalam5 tahapan, yaitu : pengisian informasi wilayahgenangan, pengisian informasi model bangunan air,pengisian informasi penyebab genangan, pengisianinformasi usulan perbaikan, dan perhitungan debitpuncak.

Informasi wilayah genangan terdiri dari datainformasi : Nama kotamadya, Nama kecamatan,Nama kelurahan, Kode genangan, Luaskecematan, Luas kelurahan, Tinggi genangan,Luas genangan. Alamat lokasi genangan, danCatatan kondisi lingkungan di sekitar lokasigenangan.Informasi model bangunan air terdiri daridata informasi sebagai berikut :

Model bangunan Lebar atas penampang bangunan Lebar bawah penampang bangunan Kedalaman penampang bangunan Luas penampang bangunan Slope bangunan (default:0,00015) Jenis bangunan, salah satu dari : Beton, Batu

kali, Alami, Beton dan batu kali, Beton danalami, Batu kali dan alami, Beton, batu kalidan alami, Koefisien manning bangunan,Aliran tahunan, dan Kapasitas debitpenampang.

Page 11: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

328

Tabel 14 : Usulan-usulan Penanganan Genangan/Banjirdi Wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

USULAN 1 JML USULAN II JML USULAN III JML USULAN IV JML USULAN V JMLPengurasan saluransecara rutin

46 Pembuatantanggul

2 Perbesarcrossing jalan

1 Normalisasisaluran PHB

1 Pembuatansaringansampah

1

Normalisasi dindingsaluran/PHB

19 Penurapan saluranPHB

20 Perbesardimensi kali

6 Penurapandinding kali/saluran

1 Perbaikandisainjembatan

1

Penurapan dindingkali/saluran

12 Pembebasanlahan

7 Perubahandisainjembatan

1 Pengerukanlumpur

4 Pembuatanbakpenampungansampah

1

Perbaikan sistem 7 Penambahan bakkontrol

1 Pembebasantrace

1 Pembuatansistem drainasesecara teknis

1 Pengerukankali

1

Pelebaran dimensisaluran

5 Penertiban tracekali

3 Penurapansaluran/PHB

5 Perubahansaluran teknis

1 Penurapansaluran

1

Pembuatan saluranbaru

5 Perbaikan duiker(diperdalam/dipebesar)

3 Perbaikankonstruksisaluran

3 Pelurusansaluran

1 Belokanjangan tajam

1

Pembuatan sodetanbaru

3 Pembuatansaluran baru

3 Perbaikansistemjaringan

3 Pembuatantanggul

1 Pembuatanwaduk mini

1

Pembuatan wadukmini

2 Pengerukanwaduk

1 Pembebasanlahan

3 Pembuatanduiker baru

1 Normalisasidimensisaluran

1

Pengkajian duikercrossing

2 Pengecekan dasarsaluran & slopsaluran

2 Penertibankabel Telkom

1 Peninggiansaluran

1 Pengurasansaluran

1

Pembenahan kalimenjadi teknis

2 Perbesar dimensisaluran

25 Normalisasikali

4 PengurasanSaluran

2 Peninggianjalan

1

Pengerukan kali 1 Normalisasi kali 2 Pengerukanlumpur

2 Perbaikan disainjembatan

2

Pembongkaranbekas pintu air

1 Pembuatan duikerbaru

1 Pengamanansaluran akibatTPS

1 Pelebaransaluran

1

Pembuatan tanggul 1 Pengurasansaluran

6 Pembuatanpintu air

1 Perubahandimensi duiker

1

Peninggian dueker 1 Perubahan sistem 15 Perbesarduiker

3 Penertiban pipaPAM

1

Perbesar saluranpembuangan

1 Penertibanpembuangansampah

1 Penurunansaluran

20 Penurunan dasarsaluran

2

Penurunan dasarsaluran

1 Penurunan dasarsaluran

2 Peninggiantanggul

1

Pembuatan salurantertutup

1 Penertibanbangunan diatassaluran

2

Peninggian jalan 1 Pemasanganpompa

2

Perawatan saluransecara rutin

1

Penambahan pompa 1Pembuatan/pendingsalinen jalan

1

J U M L A H 114 98 32 9 5

Page 12: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

329

Data informasi penyebab genangan diisiterurut berdasarkan prioritas penyebabnya,yaitu : Banjir alam atau kiriman, Permukaanmeluap, Penyempitan, Pembelokan tajam,Pendangkalan, Aliran kurang lancar, Dataranrendah, Longsor, dan Lainnya

Data informasi usulan perbaikan juga diisiterurut berdasarkan prioritas usulannya,misalnya : Normalisasi kali, Pelebaran saluran,Pembebasan lahan, Penambahan tinggi jalan,dan Penurapan. Informasi data debit puncakakan dihitung secara otomatis berdasarkan data-data yang telah dimasukkan sebelumnya.Perhitungan debit puncak dilakukan untukperiode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 25tahun setelah data-data berikut dimasukkan: Luas DAS Koefisien setiap periode ulang Intensitas hujan setiap periode ulangKesimpulan analisa dapat diberikan setelahmelihat hasil perhitungan debit puncak.

Gambar 8 : Input Pemasukan Data InformasiGenangan.

5.3. Pemetaan Genangan

Pemasukan informasi data genangandalam basis data di atas perlu dilengkapi dengandata peta bentuk genangan. Proses pemetaaangenangan ini dilakukan dengan menggunakanprogram aplikasi GIS MapInfo. Untuk melengkapipeta genangan tersebut telah disiapkan pulabeberapa peta digital pendukung lainnya. Peta-peta digital tersebut dipisah-pisahkan sesuaidengan kegunaannya dalam beberapa layer,yaitu :

Layer Batas Administrasi Layer Sungai Layer Jalan Layer Tata Guna Lahan Layer Saluran Penghubung Layer Arah Aliran Layer Genangan

Layer Daerah Pengaliran Sungai

Gambar genangan dalam suatu wilayahdigambarkan sesuai bentuknya pada saatmenggenangi suatu daerah. Masing-masinggenangan tersebut yang telah digambarkandiberikan kode genangan sesuai dengan hasilsurvai. Kode genangan ini akan menjadi atributkunci untuk menelusuri informasi detailnya padabasis data. Jadi data peta genangan daninformasi data genangan dalam basis data dapatdihubungkan dengan atribut kunci kodegenangan tersebut.

Proses menghubungkan (join) basis datayang terdapat di dalam program aplikasi inputdata dengan basis data yang digunakan untukmenyimpan informasi peta genangan dilakukandengan membuat perintah SQL sebagai berikut :

select *from GENANGAN, DRAINASEwhere KODE_GENANG=IDGENANG

Gambar di bawah ini merupakan hasilpemetaan bentuk genangan di suatu wilayahyang informasi detailnya dapat ditampilkansetelah perintah SQL di atas dijalankan. Darigambar ini dapat terlihat dengan jelas bagian-bagian jalan yang digenangi oleh air, arah aliranair dan luas genangannya. Sehingga kualitas dankuantitas genangan yang terjadi di suatukawasan dapat dimonitoring dan diawasimenggunakan sistem ini. Informasi detail tentangdata genangan dapat dilihat dengan menekantombol mouse tepat di atas genangan yang ingindianalisa.

Gambar 9 : Ilustrasi Pemetaan Genangan.

Page 13: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

330

Gambar 10 : Peta Genangan di Jakarta Selatan dan Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran YangSudah Dimasukkan ke Dalam Peta GIS, Serta Gambar Zooming Salah Satu Wilayah Genangan diKelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

Sistem pengelolaan data operasionaldrainase yang telah dilakukan dalam kegiatan inimemberikan hasil-hasil analisa yang dapatdisajikan melalui komputer dalam bentuk grafis.Sehingga sistem pengelolaan datanya dapatdijadikan sebagai sistem penunjang pengambilankeputusan (Decision Support System) yangberbasis sistem informasi geografis (SIG).

Dari hasil analisa pengelolaan dataoperasional data drainase untuk wilayah JakartaTimur dan Jakarta Selatan dapat ditarikbeberapa kesimpulan, yaitu :

Dihasilkan suatu alat yang dapatdigunakan untuk analisa kapasitassaluran disesuaikan dengan debitpuncak yang akan mampu dialirkan.

Banjir yang terjadi pada kedua wilayahsurvai umumnya berupa genangan yangdisebabkan oleh kapasitas saluran yanglebih kecil pada bagian hilir atau daerahrendah, pembelokkan tajam danpendangkalan saluran/kali.

Jumlah genangan yang terbanyak di duawilayah Jakarta Selatan dan JakartaTimur adalah di Kecamatan Pancoran.

Peil banjir antara saluran, penghubungdan kali memiliki elevasi yang kecil yangmenyebabkan aliran menuju ke kalimenjadi kurang lancar.

Naiknya muka air Sungai Ciliwung,menyebabkan terjadinya aliran balik,sehingga saluran yang masuk ke sungaitersebut terhambat.

Implementasi dari sistem yang telahdikembangkan diharapkan dapat membantuinstansi terkait seperti Dinas PU dalammemantau kualitas bangunan air yangberhubungan dengan sistem penataan drainasekota. Sehingga jika data drainase di lapangantidak sesuai lagi dengan hasil analisa dikomputer, maka dapat segera diambil keputusanuntuk memperbaiki sistem drainase tersebut.

Selain itu implementasi dari sistem inidiharapkan dapat mengurangi atau mencegahbertambahnya jumlah genangan-genangan yangdapat mengakibatkan bencana banjir, khususnyadi DKI Jakarta. Saran-saran yang dapat

Page 14: PENGELOLAAN DATA SISTEM ALIRAN DRAINASE KOTA

R. Haryoto Indriatmoko, H. D. Wahjono, S. Yudho : Pengelolaan Data Sistem …… JAI Vol. 1 , No.3 2005

331

diberikan untuk perbaikan sistem pengelolaandata operasional drainase kota ini antara lain :

Pengambilan dan pengumpulan datasebaiknya dilakukan lebih teliti dan rinci.

Diperlukan data kontur detail dengan interval25 cm sehingga akan dapatmenggambarkan wilayah genangan secaradetail.

Survei perlu dilakukan rutin setiap tahununtuk memonitoring kondisi drainase di DKIJakarta.

Formulir isian data survei sebaiknyadiberikan beberapa pilihan jawaban bakuuntuk mempermudah pengisian

Gambar genangan yang diperoleh dari datasurvei sebaiknya diberikan nama dan alamatlokasi yang jelas untuk memudahkan prosespembuatan peta digitalnya.

Peta digital yang telah dibuat belum di-konversikan ke dalam koordinat geografisyang standar, sehingga perlu dilakukankonversi data.

Peta digital untuk layer jalan dan layer sungaiperlu dilengkapi untuk jalan-jalan kecil dankali-kali kecil, sehingga data untuk informasisaluran-saluran micro dapat ditampilkan didalam peta.

Aplikasi yang telah dikembangkan akan lebihbaik jika dapat diakses melalui jaringaninternet, sehingga masyarakat atau penelitilingkungan dapat memanfa-atkan sistem ini.

Untuk mencegah munculnya genangan perludilakukan pengurasan atau pengerukansaluran secara rutin, penurapan dindingkali/saluran, pelebaran dimensi saluran danperbaikan sistem saluran.

Kesadaran masyarakat akan bahaya banjirperlu ditingkatkan dengan mensosialisasi-kan pentingnya normalisasi saluran/kali.

Perlu ketegasan pemerintah daerah dalammembenahi pemukiman penduduk disepanjang bantaran kali.

Dibutuhkan suatu tindakan atau usaha yangbesar dalam menangani masalah genanganatau banjir, misalnya membangun kanal-kanal banjir.

DAFTAR PUSTAKA

1. D.H. Pilgrim, “Australian Rainfall and Runoff,A Guide to Flood Estimation Volume 1”, TheInstitution of Engineerings, Australia, 1987

2. Jogiyanto HM, "Analisis dan Disain SistemInformasi Pendekatan Terstruktur", AndiOffset Yogyakarta, Tahun 1989.

3. Walter R. Bruce, III, Dan Madoni, Rich Wolf,“The Visual Guide to Microsoft Access”,Ventana Press, 1994

4. Djoko Warsito, 1984, “Studi Air TanahJakarta, Vol 4, Topografi dan Geologi DaerahJakarta-Bogor termasuk Kompilasi data AliranPermukaan”, GHAG-CTA 40, HAG 76, DEG,Bandung.

5. The Institution of Engineers, 1987, “AustralianRainfall and Runoff” A Guide to FloodEstimation, Australia.

6. JICA, 1990, Laporan: “The Studi on UrbanDrainage Wastewater Disposal Project in TheCity of Jakarta”, JICA-RI.

7. Prof. Sudjana, 1992, “Metoda Statistik”, 5th

Edition, Penerbit Tarsito, Bandung.8. Date, C.J., 1995 “An Introduction to Database

Systems”, Addison-Wesley PublishingCo.USA.

9. BPS DKI Jakarta, “Hasil SENSUS PendudukDKI Jakarta Tahun 2000”.