Modul Pengemasan Halaman 1 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL A. Petunjuk Umum 1. Dalam mempelajari modul ini, anda diharapkan untuk mempelajari materinya mulai dari awal sampai akhir, serta menyelesaikan item-item tes dan tugas yang tersedia. 2. Apabila dalam mempelajari modul ini anda mengalami kesulitan, hendaknya anda menayangkan kepada para pengajar ataupun mencari lewat buku-buku penunjang laninnya. 3. Di akhir kegiatan pembelajaran, anda diminta untuk menyelesaikan soal-soal latihan serta menghitung tingkat keberhasilan anda (tingkat penguasaan atas materi yang telah dipelajari). B. Petunjuk Khusus 1. Setiap siswa wajib mengikuti dan mempelajari modul ini dalam kegiatan tatap muka dan mengerjakan tugas-tugas mandiri 2. Modul ini disajikan sebagai bahan pembelajaran secara mandiri yang bisa dilakukan oleh setiap siswa secara individual. 3. Anda diharapkan mempelajari materi secara berurutan dimulai dari judul penggalan sampai sub bab materi. 4. Bagian materi pelajaran harus dipelajari secara seksama dan tujuan kegiatan pembelajaran harus diikuti dan dilakukan oleh siswa. 5. Bagian tugas-tugas harus dikerjakan secara mandiri oleh siswa sesuai dengan petunjuk penggunaannya. Anda dapat menjawab soal-soal yang ada pada lembar jawaban yang telah tersedia. 6. Setelah selesai mengerjakan latihan-latihan pada modul ini, diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk membuat penilaian. C. Ruang Lingkup Isi Isi modul ini terdiri atas 5 bagian, satu dengan lainnya saling berkaitan yang merupakan satu kesatuan untuk memberikan pemahaman prinsip dasar tentang ilmu pengemasan. Kelima bagian tersebut adalah : Pengertian dan Sejarah Pengemasan Fungsi Pengemasan Klasifikasi Kemasan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Modul Pengemasan Halaman 1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. Petunjuk Umum
1. Dalam mempelajari modul ini, anda diharapkan untuk mempelajari materinya mulai dari
awal sampai akhir, serta menyelesaikan item-item tes dan tugas yang tersedia.
2. Apabila dalam mempelajari modul ini anda mengalami kesulitan, hendaknya anda
menayangkan kepada para pengajar ataupun mencari lewat buku-buku penunjang laninnya.
3. Di akhir kegiatan pembelajaran, anda diminta untuk menyelesaikan soal-soal latihan serta
menghitung tingkat keberhasilan anda (tingkat penguasaan atas materi yang telah
dipelajari).
B. Petunjuk Khusus
1. Setiap siswa wajib mengikuti dan mempelajari modul ini dalam kegiatan tatap muka dan
mengerjakan tugas-tugas mandiri
2. Modul ini disajikan sebagai bahan pembelajaran secara mandiri yang bisa dilakukan oleh
setiap siswa secara individual.
3. Anda diharapkan mempelajari materi secara berurutan dimulai dari judul penggalan sampai
sub bab materi.
4. Bagian materi pelajaran harus dipelajari secara seksama dan tujuan kegiatan pembelajaran
harus diikuti dan dilakukan oleh siswa.
5. Bagian tugas-tugas harus dikerjakan secara mandiri oleh siswa sesuai dengan petunjuk
penggunaannya. Anda dapat menjawab soal-soal yang ada pada lembar jawaban yang telah
tersedia.
6. Setelah selesai mengerjakan latihan-latihan pada modul ini, diserahkan kepada guru yang
bersangkutan untuk membuat penilaian.
C. Ruang Lingkup Isi
Isi modul ini terdiri atas 5 bagian, satu dengan lainnya saling berkaitan yang
merupakan satu kesatuan untuk memberikan pemahaman prinsip dasar tentang ilmu
pengemasan. Kelima bagian tersebut adalah :
Pengertian dan Sejarah Pengemasan
Fungsi Pengemasan
Klasifikasi Kemasan
Modul Pengemasan Halaman 2
Hubungan Pengemasan dan Mutu Pangan
Pengemasan Hermetis dan Modified Atmosfir
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian, pengepakan dan labeling.
2. Menjelaskan sejarah perkembangan pengemasan pada produk pangan secara umum
3. Menjelaskan fungsi kemasan pada produk pangan secara umum dan khususnya produk
pangan.
4. Menjelaskan klasifikasi pada produk pangan secara umum dan khususnya produk
pangan
5. Menjelaskan pengaruh kemasan terhadap produk yang di kemas.
6. Menjelaskan teknik pengemasan hermetis dan modified atmosfir
Modul Pengemasan Halaman 3
PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN DAN SEJARAH PENGEMASAN
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, memegang
peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada
di dala!nnya, melindungi dan bahaya pencemaran serta gangguán fisik (gesekan, benturan,
getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan
atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dan segi promosi wadah atau pembungkus
berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan
dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Pengemasan merupakan salah satu bagian yang penting dalam keseluruhan proses
pengolahan pangan di tingkat industri. Tahapan proses pengolahan pangan di tingkat
industri umumnya diakhiri dengan tahap pengemasan. Setelah dilakukan serangkaian
tahapan proses pengolahan sehingga dihasilkan produk yang baik, kemudian produk tersebut
dikemas. Pengemasan yang tidak baik akan dapat merusak produk yang sudah dihasilkan
dengan baik. Dengan demikian pengemasan pada akhirnya turut menentukan mutu produk
yang dihasilkan.
Sebelum manusia membuat kemasan, alam sendiri telah menyajikan kemasan, seperti
misalnya jagung yang dibungkus seludang, buah-buahan terbungkus kulitnya, buah kelapa
yang terlindunq baik dengan sabut dan tempurung, polong-polongan terbungkus kulit
polong. Tidak hanya bahan pangan, kosmetika dan barang industri lainnya, bahkan
manusiapun menggunakan kemasan sebagai pelindung tubuhnya dari gangguan cuaca, serta
supaya tampak lebih anggun dan menarik.
Menurut catatan sejarah, pengemasan telah ada sejak 4000 SM. Pada waktu itu
peradaban manusia telah tinggi dengan disertai adanya pertukaran barang niaga antara
Mesir dan Mesopotamia, serta Cina dan India.
Kosmetika merupakan produk yang lebih dahulu dikemas sebelum bahan pangan.
Karena itu pengemasan produk kometika bahkan produk farmasi dewasa ini tampak lebih
maju dibandingkan dengan hasil industri lainnya. Penemuan penggunaan kemasan untuk
berbagai jenis minyak wangi atau parfum dan kosmetika lainnya dijumpai di makam orang
Mesir purba sekitar 3000 SM.
Modul Pengemasan Halaman 4
Secara tradisional nenek moyang kita menggunakan bahan kemasan alami untuk
mewadahi bahan pangan seperti buluh bambu, daun-daunan, pelepah atau kulit pohon, kulit
binatang, rongga batang pohon, batu, tanah liat, tulang dan sebagainya. Pada industri
modern berbagai kemasan dan proses pengemasan telah beragam. Kemasan dengan variasi
atmosfir, kemasan aseptik, kemasan transportasi dengan suhu rendah dan lain-lain telah
memperluas horizon dan cakrawala pengemasan hasil pertanian.
Faktor-taktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan
kemasan yang digunakan dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu :
1. Kerusakan yang sangat ditentukan oleh sifat alamiah dan produk sehingga tidak dapat
dicegah dengan pengemasan saja (perubahanperubahan fisik, biokimia dan kimia serta
mikrobiologis).
2. Kerusakan yang tergantung pada lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol
dengan kemasan yang digunakan (kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan
pangan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen, kehilangan dan penambahan cita rasa
yang tidak diinginkan).
B. FUNGSI PENGEMASAN
Fungsi utama pengemasan adalah mengawetkan dan melindungi produk pangan yang
dikemas. Pengemasan melindungi produk dari kerusakan fisik, kimia dan biologi.
Kontaminasi fisik, kimia dan biologi dapat diminimalkan dengan pengemasan yang baik.
Pengemasan melindungi produk dari lingkungan luar. Uap air dan oksigen dari lingkungan
luar yang kontak dengan produk pangan umumnya dapat menyebabkan kerusakan produk
terutama produk kering dan produk yang sensitif terhadap oksidasi. Pengemasan dapat
menghindarkan produk pangan dari kontak dengan uap air dan oksigen dari lingkungan luar.
Cahaya juga dapat mempercepat terjadinya oksidasi. Banyak bahan kemasan yang dapat
melindungi produk pangan dari ekspose cahaya.
Produk pangan menjadi lebih mudah diangkut, didistribusikan dan disimpan apabila
dikemas. Pengemasan memudahkan produk untuk dipindahkan dan ditumpuk. Dalam hal ini
pengemasan membuat penggunaan alat angkut dan ruang menjadi lebih efisien.
Pengemasan membantu konsumen dapat menggunakan produk dengan baik. Produk
yang dikemas lebih mudah dipegang, diambil, dikonsumsi atau disimpan kembali. Hal ini
penting terutama untuk produk pangan yang tidak ‖sekali habis‖, misalnya margarin, kecap,
saos, sirup, biskuit, dan sebagainya.
Modul Pengemasan Halaman 5
Pengemasan memungkinkan produk untuk diberi label. Label merupakan informasi
mengenai identitas produk, identitas produsen, serta petunjuk penggunaan produk bagi
konsumen. Bagi produsen label dapat menjadi sarana iklan dan promosi, sedangkan bagi
konsumen label merupakan informasi penting yang menjadi acuan untuk keputusan
membeli atau tidak.
Bagi produsen, pengemasan merupakan salah satu komponen biaya. Pada beberapa
produk pangan, biaya kemasan dapat mencapai 30-40% dari keseluruhan biaya produksi.
Bahan kemasan yang kontak langsung dengan produk pangan dapat menjadi sumber
kontaminasi. Kontaminasi terhadap produk pangan dari bahan kemasan dapat menyebabkan
perubahan warna, aroma atau citarasa, bahkan dapat menyebabkan produk pangan menjadi
tidak aman dikonsumsi. Beberapa komponen bahan kemasan diketahui bersifat toksik.
Secara ringkas pengemasan mempunyai fungsi antara lain (1) pengawetan, (2)
proteksi terhadap kerusakan fisik, kimia, biologi (3) proteksi terhadap kontaminasi fisik,
kimia, biologi, (4) memudahkan distribusi, dan (5) pengenalan produk. Untuk dapat
berfungsi dengan baik bahan kemasan produk pangan seharusnya memenuhi kriteria (1)
tidak toksik, (2) berfungsi sebagai barier terhadap air, (3) barier terhadap oksigen, (4) barier
terhadap mikroba, (6) mencegah kehilangan produk, (7) mudah dibuka atau ditutup, (8)
tidak merusak lingkungan, (9) memenuhi kebutuhan ukuran, bentuk, dan berat, (10) cocok
dengan produk pangan yang dikemas.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka pengetahuan terhadap bahan kemasan menjadi
sangat penting bagi produsen dan konsumen. Produsen membutuhkan pengetahuan bahan
kemasan yang dapat melindungi produk yang dihasilkan, membuat produk lebih menarik,
ekonomis, dan aman. Konsumen perlu mengetahui bahan kemasan yang mampu
mempertahankan mutu produk, dan aman.
Pengepakan diperlukan sesuai dengan kondisi lingkungan bahan makanan dari saat
pengepakan hingga konsumen, sehingga pengepakan mempunyai fungsi sebagai berikut:
penghalang kontaminan seperti debu, kotoran, dan kontaminan lain termasuk mikrobiologis
; mencegah kehilangan nutrien, penyusutan produk dan kerusakan, misalnya karena bocor ;
melindungi produk dari kerusakan fisik, kemis karena pengaruh yang merugikan, misalnya
cahaya / sinar, insekta dan rodensia ; melindungi dan memfasilitasi penanganan dan
transportasi selama distribusi dan pemasaran ; membantu pelanggan, dan konsumen dalam
mengidentifikasi bahan makanan dan menginstruksikan mereka tentang bagaimana
menggunakan produk dengan benar, dan ; meningkatkan daya tarik konsumen untuk
membeli.
Modul Pengemasan Halaman 6
Bahan kemas baik bahan logam, ataupun bahan lain seperti bermacammacam plastik,
gelas, kertas dan karton seyogyanya mempunyai 6 fungsi utama berikut ini :
Menjaga produk bahan pangan tetap bersih dan merupakan pelindung terhadap kotoran
dan kontaminasi lain.
Melindungi makanan terhadap kerusakan fisik, perubahan kadar air dan penyinaran
(cahaya).
Mempunyai fungsi yang baik, efisien dan ekonomis khususnya selama proses
penempatan makanan ke dalam wadah kemasan.
Mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup dan juga memudahkan dalam
tahap-tahap penanganan, pengangkutan, dan distribusi.
Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada,
mudah dibuat, dan mudah dibentuk atau dicetak.
Menampakkan identifikasi, informasi dan penampilan yang jelas agar dapat membantu
promosi atau penjualan.
Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu
dipertiumbangkan pada aspek-aspek mutu yang dapat dilindungi. Mutu produk ketika
mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metode pengolahan dan
kondisi penyimpanan.
Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan bagi bahan kemas, maka tentu saja
bahan kemas alami tidak dapat memenuhi sebagian besar persyaratan tersebut. Karena itu
manusia dengan bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat
memenuhi sebagian besar dari persyaratan minimal yang diperlukan.
C. KLASIFIKASI KEMASAN
Kemasan dapat digolongkan berdasarkan berbagai hal antara lain : frekuensi
pemakaian, struktur sistim kemasan, sifat kekakuan bahan kemas, sifat perlindungan
terhadap lingkungan, dan tingkat kesiapan pakai.
1. Frekuensi pemakaian
a. Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu
kali pakai. Contohnya bungkus plastik untuk es, bungkus permen dan kertas, bungkus
yang berasal dari daun-daunan, kaleng hermetis, karton dus.
Modul Pengemasan Halaman 7
b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multi trip), seperti beberapa jenis botol
minuman (limun, bir, minuman ringan), botol kecap. Wadah-wadah ini umumnya tidak
dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk
kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik.
c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi
disposable). Wadah-wadah tersebut biasanya digunakan untuk kepentingan lain di
rumah konsumen, setelah dipakai, seperti beberapa jenis botol, wadah dan kaleng (susu,
makanan bayi)
2. Struktur sistim kemas
Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan kemas di dalam sistim kemasan
keseluruhan dapat dibedakan atas :
a. Kemasan primer, yaitu apabila bahan kemas langsung mewadahi atau membungkus
bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe).
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lainnya, seperti halnya kotak karton untuk wadah susu dalam
kaleng, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang sudah dibungkus, kerangjang tempe
dan sebagainya.
c. Kemasan tersier, kuaterner, yaitu apabila masih diperlukan lagi pengemasan setelah
kemasan primer, sekunder, dan tersier (untuk kemasan kuaterner). Umumnya digunakan
sebagai pelindung selama pengangkutan.
3. Sifat kekakuan bahan kemas :
a. Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau
patah. Bahan kemas pada umumnya tipis, misalnya : plastik, kertas, foil.
b. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah
bila dipaksa dibengkokkan. Relatif lebih tebal daripada kemasan fleksibel, misalnya :
kayu, gelas dan logam.
c. Kemasan semi kaku atau semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat
antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol plastik (susu, kecap, saus) dan
wadah bahan yang terbentuk pasta.
Modul Pengemasan Halaman 8
4. Sifat perlindungan terhadap lingkungan :
a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas), yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat
dilalui oleh gas, udara maupun uap air. Selama masih hermetis maka wadah tersebut
juga tidak dapat dilalui oleh bakteri, ragi, kapang dan debu. Wadah-wadah yang
biasanya digunakan untuk pengemasan secara hermetis adalah kaleng dan botol gelas,
tetapi penutupan atau penyumbatan yang salah dapat mengakibatkan wadah tidak lagi
hermetis. Wadah fleksibel tidak selalu hermetis, karena beberapa diantaranya dapat
ditembus uap air atau gas. Kemasan hermetis masih bisa memberikan bau (odor) yang
berasal dari wadah itu sendiri, misalnya pada wadah kaleng yang tidak berenamel.
b. Kemasan tahan cahava, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan (kemasan logam,
kertas, foil). Botol atau wadah gelas dapat dibuat gelap atau keruh. Kemasan tahan
cahaya sangat cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang
tinggi, serta makanan yang difermentasi (cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan
aktifitas enzim).
c. Kemasan tahan suhu tinggi, jenis wadah ini digunakan untuk bahan pangan yang
memerlukan proses pemanasan, sterilisasi atau pasteurisasi. Umumnya wadah logam
dan gelas. Kemasan fleksibel pada umumnya tidak tahan panas. Perlu diperhatikan agar
perbedaan suhu antara bagian dalam dan bagian luar khususnya untuk wadah logam
tidak melebihi 45°C.
5. Tingkat kesiapan pakai :
a. Wadah siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah
sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah botol, wadah kaleng dan
sebagainya.
b. Wadah siap dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih
memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng yang keluar dari
pabrik dalam bentuk lempengan (flat) atau silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari
kertas, foil atau plastik. Keuntungan kemasan siap dirakit adalah penghematan ruang
dalam pengangkutan serta kebebasan dalam menentukan ukuran. Untuk kemasan sosis
dan permen saat ini dapat dijumpai sejenis kemasan yang disebut edible. Jenis kernasan
ini berasal dan pati, gelatin atau gum sehingga bisa langsung dimakan dengan produk
yang dibungkusnya.
Modul Pengemasan Halaman 9
D. PENGEMASAN DAN PENYIMPANGAN MUTU PRODUK
1. Penyimpangan Mutu
Penyimpangan mutu bahan pangan dan produk olahan adalah penyusutan
kualitatif dimana bahan tersebut mengalarni penurunan mutu sehingga menjadi tidak
layak lagi untuk dikonsumsi manusia. Bahan pangan dikatakan rusak apabila telah
mengalami perubahan cita rasa, penurunan nilal gizi, atau tidak aman lagi untuk
dimakan karena dapat mengganggu kesehatan. Makanan rusak adalah makanan yang
sudah kadaluarsa atau melampaui masa-simpan (shelflife). Makanan kadaluarsa
barangkali masih tampak bagus akan tetapi mutunya sudah menurun, demikian pula
nilai gizinya. Walaupun penyimpangan mutu dapat berarti positip yaitu bahan pangan
menjadi lebih baik secara subjektif, akan tetapi pada umumnya penyimpangan rnutu
hasil pertanian diartikan negatif yaitu makanan atau hasil ternak menjadi rusak atau
telah kadaluarsa.
Disamping penyusutan kualitatip dikenal pula penyusutan kuantitatip, yaitu
kehilangan jumlah atau bobot hasil ternak baik karena penanganan yang kurang baik
ataupun karena gangguan biologi (proses fisiologi, serangan mikroba, serangga dan
tikus) . Susut kualitatip dan kuantitatip sangat penting dalam proses pengemasan.
Apabila dibandingkan antara kedua jenis susut tersebut, rnaka susut kualitatip lebih
berperan dalam pengemasan pangan.
Pengemasan sebagai bagian integral dan proses produksi dan pengawetan bahan
pangan dapat pula mempengaruhi mutu serti antara lain :
a. Perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan kemas (monomer
plastik, timah putih, korosi).
b. Perubahan aroma (flavour), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh perpindahan uap air
dan oksigen.
2. Perubahan Biokimia, Kimiawi dan Migrasi Unsur-unsur
a. Perubahan Biokimiawi
Perubahan biokimiawi terutama terjadi pada komoditi pertanian/peternakan segar
(belum terolah), misalnya biji-bijian, sayur, buah, daging segar dan susu. Reaksi
kompleks terjadi akibat aktifitas enzim yang ditunjang oleh kadar air yang tinggi,
menyebabkan perubahan warna, tekstur, aroma dan nilai gizi. Daging segar yang
Modul Pengemasan Halaman 10
rusak berwarna hijau dan bau busuk, atau perubahan warna menjadi coklat pada buah
yang memar merupakan contoh dan kerusakan biokimiawi.
b. Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-unsur
Antioksidan, fungisida, plasticizer, bahan pewarna, dan pestisida dapat
bermigrasi ke bahan pangan. Sangat sulit mengukur dan menganalisa tingkat
keracunan, oleh sebab itu kemasan yang baik harus dapat mencegah migrasi racun ke
dalam makanan.
Keracunan logam
Timah, besi, timbal dan alumunium selain menyebabkan keracunan, jika
jumlahnya melewati batas (menurut standar FAO/WHO, timah maksimal 250 ppm,
besi maksimat 250 ppm dan timbal maksimal 1 ppm). Logam-logam lain yang
mungkin mencemari makanan antara lain merkuri, kadmiuin, arsen, antimoni,
tembaga dan seng kemungkinan berasal dari kontaminasi selama proses pengolahan
benlangsung (wadah dan mesin pengolah) atau dan campuran bahan kemasan.
Keracunan yang ditimbulkan bersifat ringan atau berat bahkan sampai berakibat
seperti mual, muntah-muntah, pusing dan keluar keringat dingin berlebih. Korosif
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti asam organik, kadar nitrat,
kehadiran zat pengoksidasi atau pereduksi, lama penyimpanan, suhu, kelembaban,
ada tidaknya lackuer atau bahan pelapis (enamel).
Migrasi plastik ke dalam makanan
Plastik dan bahan-bahan tambahan untuk pembuatan palastik (plasticizer,
stabilizer, antioksidan) sering dijumpai penyebab pencemaran organoleptik dan
keracunan. Monomer vinil kiorida dan akrilonitril cukup tinggi potensinya untuk
menimbulkan kanker pada manusia. Kedua monomer ini dapat bereaksi dengan
komponenkomponen DNA seperti guanin dan citosin pada vinilklorida, adenin pada
akrilonitril (vinil sianida). Metabolit vinil kiorida berupa senyawa epoksi klorethilin
oksida sangat reaktif dan bersifat karsinogen. Tetapi metabolit ini hanya bereaksi
dengan DNA bila adenin tidak berpasangan dengan citosin. Vinil asetat
menimbulkan kanker tyroid, uterus dan liver pada bewan. Vinil kiorida dan vinil
sianida keduanya bersifat mutagenik terhadap mikroba Salmonella typhimurium .
Akrilonitril mampu menimbulkan cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya.
Monomer-monomer lain seperti akrilat, stirena dan metakrilat serta senyawa-
Modul Pengemasan Halaman 11
senyawa turunannya seperti vinil asetat, polivinil kiorida, kaprolaktam,