Page 1
PENGAWETAN KAYU DURIAN MELALUI
RENDAMAN DINGIN MENGGUNAKAN BAHAN
PENGAWET KECUBUNG DITINJAU TERHADAP
KUAT LENTUR
Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan
Oleh
Danang Masrur Hidayat
NIM.5101413024
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
Page 2
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Danang Masrur Hidayat
NIM : 5101413024
Program Studi : Pendidikan Teknik Bangunan
Judul : Pengawetan Kayu Durian Melalui Rendaman Dingin
Menggunakan Bahan Pengawet Kecubung Ditinjau
Terhadap Kuat Lentur.
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
Skripsi Program Studi Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
Page 3
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Pengawetan Kayu Durian Melalui Rendaman Dingin
Menggunakan Bahan Pengawet Kecubung Ditinjau Terhadap Kuat Lentur telah
dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik UNNES pada
2017
Oleh
Nama : Danang Masrur Hidayat
NIM : 5101413024
Program Studi : Pendidikan Teknik Bangunan
Panitia Ujian
Page 4
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Negeri
Semarang (UNNES) maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Page 5
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
� Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba, karena
di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil.
� Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin, dengan mencoba sesuatu yang
tidak mungkin, kita akan bisa mencapai yang terbaik dari yang
mungkin kita capai.
� Para pemikir besar muncul dari mereka yang selalu berfikir hal kecil ide
cemerlang akan terus muncul bak siklus air yang terus berputar.
� Ingatlah keridhaan Allah karena keridhaan orang tua, maka berbaktilah
terhadap orang tua, dan kesuksesan akan mengikuti.
PERSEMBAHAN
� Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta yang selalu
membimbing menuju skenario terbaik-Nya.
� Nabi Muhammad SAW yang menjadikan suri tauladan bagi saya.
� Kedua orang tua, adik, dan semua keluarga besar yang telah memperjuangkan
untuk saya dan mendukung saya.
� Segenap keluarga besar Pendidikan Teknik Bangunan 2013.
� Universitas Negeri Semarang khususnya Jurusan Teknik Sipil.
Page 6
vi
ABSTRAK
Hidayat, Danang Masrur. 2017. Pengawetan kayu durian melalui rendaman
dingin menggunakan bahan pengawet kecubung ditinjau terhadap kuat
lentur. Pembimbing Dra. Sri Handayani, M.Pd. dan Endah Kanti Pangestuti,
S.T., M.T. Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak dijumpai, sering
dipakai, karena jumlah kayu berkualitas jumlahnya makin lama makin sedikit salah
satu alternatifnya yaitu menggunakan kayu dengan kelas awet rendah. Salah satu
kayu dengan kelas awet rendah yaitu pohon durian, pohon durian tumbuh dan
banyak ditemukan di daerah beriklim tropis. Kayu durian dengan nama latin Durio
Zibethinus bisa tumbuh di seluruh wilayah Indonesia kayu durian sendiri mudah
diserang rayap. Oleh karena itu diperlukan perlakuan khusus agar kayu yang
memiliki kuat kelas rendah menjadi lebih kuat, salah satunya yaitu dengan cara
pengawetan. Dalam pengawetan kayu tidak terlepas dengan penggunaan bahan
pengawet. Kecubung (Datura MetelLinn) merupakan salah satu tanaman penghasil
pestisida nabati, yang mengandung racun (alkaloid) yang cukup kuat. Metode
pengawetan yang digunakan adalah metode perendaman dingin.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan metode eksperimen. Pengawetan kayu yang
dilakukan terdapat dua perlakuan yaitu benda uji yang diawetkan dan yang tidak
diawetkan sebagai kontrol. Adapun konsentrasi bahan kecubung dalam proses
pengawetan terdiri dari 0%, 15%, 20%, dan 25%.
Hasil penelitian dari pengujian sifat mekanik uji lentur menunjukkan bahwa
nilai lentur kayu durian diawetkan dengan pengawet kecubung pada konsentrasi 0%
= 59.03 MPa, 15% = 65.17 MPa, 20% = 66.41 MPa, dan 25% = 72.78 MPa, adapun
yang paling optimal pada konsentrasi 25% sebesar 72.78 MPa. Hasil uji perbedaan
anova menunjukkan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (7.31 > 3.24) dengan
taraf kesalahan 5 %. Maka terjadi perbedaan yang signifikan. perlu dilakukan
penelian lebih lanjut pada penambahan konsentrasi atau lamanya waktu
perendaman terhadap kayu durian agar hasil yang didapatkan lebih optimal.
Kata Kunci : pengawetan kayu, rendaman dingin, uji lentur, kecubung
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Pengawetan Kayu Durian Melalui Rendaman Dingin Menggunakan Bahan
Pengawet Kecubung Ditinjau Terhadap Kuat Lentur Skripsi ini disusun sebagai
salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi S1
Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Semarang
Penyelesaian karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus, MT, Dekan Fakultas Teknik, atas kesempatan berada di
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
3. Dra. Sri Handayani, Ketua Jurusan dan Koordinator Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan, sekaligus sebagai dosen Pembimbing I yang
baik hati memberikan arahan dan kritik yang membangun serta menjukkan
sumber-sumber yang relevan sehingga sangat membantu penulisan karya
ini..
4. Endah Kanti P, S.T, M.T., Dosen Pembimbing II yang penuh perhatian dan
atas perkenaan memberi bimbingan dan dapat dihubungi sewaktu-waktu
disertai kemudahan menunjukkan sumber-sumber yang relevan dengan
penulisan karya ini.
5. Aris Widodo, S.Pd, M.T., Penguji I yang telah memberi masukan yang
sangat berharga berupa saran, ralat, perbaikan, pertanyaan, komentar,
tanggapan, menambah bobot dan kualitas karya tulis ini.
6. Semua dosen Jurusan Teknik Sipil FT. UNNES yang telah memberi bekal
pengetahuan yang berharga.
Page 8
viii
7. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan untuk karya tulis ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
Jurusan Teknik Sipil.
Semarang, 2017
Penulis
Page 9
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1.7 Sistematika Skripsi ............................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 10
2.1 Kajian Teori ....................................................................................... 10
Page 10
x
2.1.1 Kayu .................................................................................... 10
2.1.2 Kayu Durian ........................................................................ 17
2.1.3 Tanaman Kecubung ............................................................. 18
2.1.4 Pengawetan Kayu ................................................................ 20
2.1.5 Metode Pengawetan ............................................................. 22
2.1.6 Sifat Fisis Kayu .................................................................... 23
2.1.7 Sifat Mekanis Kayu .............................................................. 27
2.1.8 Mata Kuliah Teknik Perkayuan ........................................... 30
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 30
2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................. 32
2.4 Hipotesis ............................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 35
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 35
3.3 Benda Uji ........................................................................................... 35
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 37
3.5 Peralatan Penelitian ........................................................................... 37
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................ 40
3.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46
3.8 Teknik Analisis Data ......................................................................... 46
3.9 Alur Pengujian.................................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50
4.1 Analisis Data ...................................................................................... 50
Page 11
xi
4.1.1 Hasil Uji Kadar Air ............................................................. 50
4.1.2 Hasil Uji Berat Jenis ........................................................... 52
4.1.3 Hasil Uji Lentur Kayu Durian ............................................. 54
4.1.4 Hasil Uji Perbedaan Kuat Lentur (Anova) ........................... 56
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 57
4.2.1 Hubungan Berat Jenis Kayu Terhadap Kadar Air Kayu ..... 57
4.2.2 Hubungan Berat Jenis Kayu Terhadap Kuat Lentur ........... 60
4.2.3 Uji Perbedaan Kuat Lentur (Anova) .................................... 63
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 66
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 66
5.2 Saran .................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67
Page 12
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Bagian-bagian Kayu .................................................................................... 12
2.2. Ciri Umum Kayu Durian ............................................................................. 18
2.3. Buah Tanaman Kecubung ........................................................................... 19
2.4. Arah Longitudinal, Radial, dan Tangensial Pada Kayu .............................. 24
2.5. Pengujian Kuat Lentur ................................................................................ 29
2.6. Bagan Kerangka Berfikir ............................................................................ 34
3.1. Benda Uji Kuat Lentur ................................................................................ 43
3.2. Pola Retak Kuat Lentur Kayu ..................................................................... 46
3.3. Bagan Alur Penelitian ................................................................................. 49
4.1. Uji Kadar Air................................................................................................ 51
4.2. Grafik Uji Kadar Air Kayu Durian ............................................................. 52
4.3. Uji Berat Jenis ............................................................................................. 53
4.4. Grafik Uji Berat Jenis Kayu Durian ............................................................ 54
4.5. Uji Kuat Lentur ........................................................................................... 55
4.6. Grafik Uji Kuat Lentur Kayu Durian .......................................................... 55
4.7. Hubungan Berat Jenis Kayu Terhadap Kadar Air Kayu ............................. 58
4.8. Hubungan Berat Jenis Kayu Terhadap Kuat Lentur ................................... 61
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Pembagian Kelas Awet Kayu ....................................................................... 21
2.2. Kuat Acuan Berdasarkan atas Pemilihan Secara Mekanik .......................... 29
3.1. Kebutuhan Benda Uji Kayu Durian ............................................................. 36
3.2. Kebutuhan Ekstrak Buah Kecubung ............................................................ 36
3.3. Alat-alat yang Digunakan Penelitian ........................................................... 37
3.4. Kode Benda Uji Kadar Air ........................................................................... 41
3.5. Kode Benda Berat Jenis ............................................................................... 42
3.6. Kode Benda Uji Lentur ................................................................................ 44
4.1. Kadar Air Kayu Durian ................................................................................ 51
4.2. Berat Jenis Kayu Durian ............................................................................. 53
4.3. Kuat Lentur Kayu Durian ............................................................................ 55
4.4. Ringkasan Data Hasil Uji Kuat Lentur ........................................................ 56
4.5. Data Hasil Uji Anova ................................................................................... 56
4.6. Hubungan Berat Jenis Terhadap Kadar Air ................................................. 57
4.7. Hubungan Berat Jenis Terhadap Kuat Lentur .............................................. 60
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Mata Kuliah Teknik Perkayuan .......................................................... 69
2. Hasil Pengujian Kuat Lentur Kayu Durian ..................................................... 73
3. Hasil Uji Perbedaan Kuat Lentur (Anova) .................................................... 109
4. Draf Pembelajaran ......................................................................................... 127
5. Surat Usulan Topik Skripsi ............................................................................ 158
6. Surat Usulan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi..................................... 160
7. Surat Tugas Pembimbing Skripsi .................................................................. 162
8. Surat Tugas Seminar Proposal Skripsi .......................................................... 164
9. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi .......................................................... 166
10. Daftar Hadir Seminar Proposal ...................................................................... 168
11. Surat Izin Penelitian ...................................................................................... 170
12. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 172
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak dijumpai,
sering dipakai dan relatif mudah untuk mendapatkannya. Berat jenis kayu
lebih ringan bila dibanding baja ataupun beton, selain itu kayu juga mudah
dalam pengerjaannya. Ditinjau dari segi struktur, kayu cukup baik dalam
menahan sifat-sifat mekanisnya yaitu gaya tarik, tekan, geser dan gaya
lentur. Ditinjau dari segi arsitektur, bangunan kayu mempunyai nilai
estetika yang tinggi. Sebagai bahan bangunan yang dapat dibudidayakan
(renewable), kayu menjadi bahan bangunan yang relatif ekonomis dengan
berbagai kelas kuatnya, contoh kayu durian termasuk kelas kuat II-III
dengan harga yang ekonomis dipasaran.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial
Ekonomi Kehutanan (P3HHSEK) berhasil mengidentifikasi 3.233 jenis dan
3.132 jenis di antaranya sudah berhasil diklasifikasikan keawetannya. Dari
jumlah tersebut, hanya 14,3% jenis kayu yang mempunyai keawetan tinggi.
Sisanya, 85,7% tergolong kurang atau tidak awet sehingga perlu diawetkan
terlebih dahulu sebelum jenis kayu ini digunakan.
Melihat kebutuhan kayu yang memiliki keawetan tinggi saat ini
semakin meningkat, sehingga persediaan kayu yang awet dalam waktu
mendatang dikhawatirkan tidak akan memenuhi kebutuhan lagi selain itu
Page 16
2
harga kayu yang memiliki keawetan tinggi semakin mahal. Oleh karena itu,
penggunaan kayu dengan kelas awet rendah merupakan alternatif yang
dapat dilakukan.
Pada umumnya, penggunaan kayu buah-buahan yang tidak produktif
berasal dari hutan rakyat didominasi oleh kayu yang mempunyai
keterawetan rendah (III, IV, dan V). Salah satu kayu dengan kelas awet
rendah yaitu pohon durian, pohon durian tumbuh dan banyak ditemukan di
daerah beriklim tropis, di Indonesia pohon durian memiliki daerah
persebaran yang merata di seluruh daerah, Kayu durian dengan nama latin
Durio Zibethinus bisa tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Ciri umum
kayu durian dari segi warna kayu teras durian berwarna coklat merah jika
masih segar, lambat laun menjadi coklat kelabu atau coklat agak lembayung.
Sedangkan kayu global durian berwarna putih dan dibedakan dengan jelas
dari kayu teras , tebal sampai 5 cm. Tekstur kayu durian cenderung agak
kasar dan merata sedangkan arah seratnya lurus dan terpadu (Martawijaya,
et al., 2005:30).
Menurut Martawijaya, et al.,( 2005:30), Kayu durian memiliki berat
jenis dengan rata rata 0,57 dan termasuk golongan kelas kuat II-III. Kayu
durian memiliki keteguhan lentur statis pada batas proporsi senilai < 500
kg/cm2, untuk keteguhan lentur statis pada batas patah antara 492-618
kg/cm2. Untuk nilai modulus elastisitas kayu durian bisa mencapai 97800
kg/cm2. Sedangkan nilai keteguhan gesernya mencapai 52,3 kg/cm2. Kayu
ini mudah digergaji dan dapat dibentuk menjadi berbagai macam produk
Page 17
3
seperti bahan perabot dan bahan pendukung dalam berbagai konstruksi
ringan dengan syarat kayu harus diawetkan dan tidak bersentuhan dengan
tanah karena kayu durian mudah diserang rayap. Upaya yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengawetkan kayu
supaya tidak diserang rayap sehingga dapat memperpanjang umur pakai
kayu durian tersebut.
Pengawetan kayu adalah proses memperlakukan kayu dengan
bahan-bahan kimia atau bahan pengawet sehingga kayu terhindar dari
serangan organisme perusak kayu. Dalam pengawetan kayu tidak terlepas
dengan penggunaan bahan pengawet.
Bahan pengawet kayu adalah bahan-bahan kimia yang apabila
digunakan secara baik terhadap kayu akan membuat kayu tahan terhadap
serangan jamur, serangga, dan binatang laut (Hunt dan Garrat, 1986).
Penggunaan bahan-bahan kimia semacam ini dalam masa mendatang akan
semakin banyak tantangannya (dampaknya terhadap lingkungan) terutama
menghadapi permasalahan lingkungan yang semakin gencar. Untuk itu
diperlukan upaya penelitian bahan pengawet alami yang tidak menimbulkan
efek negatif terhadap lingkungan sekitar dan cukup efektif untuk mencegah
serangan serangga, jamur, dan binatang laut, serangan rayap kayu kering.
Dalam hal ini pengawet yang digunakan adalah buah dari tanaman
kecubung.
Kecubung (Datura MetelLinn) merupakan salah satu tanaman
penghasil pestisida nabati, yang mengandung racun (alkaloid) yang cukup
Page 18
4
kuat (Rinaldi dkk, 2012:478). Metode dan penggunaan bahan pengawet
kayu merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses
pengawetan kayu.
Metode pengawetan yang digunakan dinilai baik jika mampu
memasukkan bahan pengawet dengan penetrasi dan retensi sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan. Selain itu, supaya kegiatan pengawetan kayu
tidak memerlukan biaya yang tinggi, maka diperlukan metode pengawetan
yang sederhana. Salah satu metode sederhana tersebut adalah metode
perendaman dingin. Metode ini hanya dilakukan dengan merendam kayu
dalam larutan bahan pengawet yang telah disusun sedemikian rupa tanpa
dipanasi selama beberapa waktu.
Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa kondisi dari yang telah
dijabarkan datas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan
judul “Pengawetan Kayu Durian Melalui Rendaman Dingin
Menggunakan Bahan Pengawet Kecubung Ditinjau Terhadap Kuat
Lentur”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kajian berbagai masalah yang
relevan dengan ruang lingkup kedalaman topik yang diteliti. Adapun
identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu:
Page 19
5
1. Persediaan kayu yang memiliki kelas awet tinggi dalam waktu
mendatang tidak akan memenuhi kebutuhan lagi selain itu harga kayu
yang memiliki keawetan tinggi semakin mahal.
2. Kayu durian yang mudah diserang oleh rayap.
3. Penggunaan bahan-bahan kimia sebagai bahan pengawet kayu akan
berdampak buruk pada lingkungan.
4. Kuat lentur kayu durian ketika diawetkan dengan pengawet kecubung
(0%, 15%, 20%, dan 25%).
5. Perbedaan pengaruh yang signifikan pengawet kecubung terhadap kuat
lentur kayu durian yang telah diawetkan dengan konsentrasi (0%, 15%,
20%, dan 25%) yang paling optimal.
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan masalah diterapkan untuk menghindari perkembangan
permasalahan yang terlalu luas. Batasan masalah dalam penelitian ini
meliputi:
1. Kayu yang digunakan yaitu kayu durian Durio Zibhetinus berdasar
pusat penelitian dan pengembangan hasil hutan (2008) memiliki kelas
kuat II-III, serta keteguhan lentur < 500 kg/cm2 yang diperoleh di
daerah Gunungpati Semarang.
2. Kayu dalam keadaan kering udara, tidak perlu dijemur hanya
dikondisikan dalam ruangan (SSD) dengan kadar air 14% sampai
dengan 20%.
Page 20
6
3. Bahan pengawet yang digunakan adalah buah kecubung dengan
konsentrasi 0%, 15%, 20%, dan 25%.
4. Metode pengawetan yang digunakan yaitu dengan cara rendaman
dingin dengan lama perendaman 120 jam.
5. Hal yang diteliti adalah pengujian sifat fisik yang terdiri dari pengujian
kadar air, dan berat jenis , serta sifat mekanik yang terdiri dari pengujian
kuat lentur.
6. Kegiatan Penelitian dilakukan dengan peralatan dilaboratorium jurusan
Teknik Sipil Unnes.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bagian yang penting yang akan diteliti
dan harus ada dalam penulisan suatu karya ilmiah. Adanya permasalahan
yang jelas akan membuat proses pemecahannya akan terarah dan terfokus.
Permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah
1. Seberapa besarkah kuat lentur kayu durian ketika diawetkan dengan
pengawet kecubung (0%, 15%, 20%, dan 25%)?.
2. Adakah perbedaan pengaruh yang signifikan pengawet kecubung
terhadap kuat lentur kayu durian yang telah diawetkan dengan
konsentrasi (0%, 15%, 20%, dan 25%) yang paling optimal?.
Page 21
7
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan titik pijak untuk merealisasikan
aktivitas yang akan dilaksanakan, sehingga perlu dirumuskan secara jelas.
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui seberapa besar kuat lentur kayu durian ketika diawetkan
dengan pengawet kecubung (0%, 15%, 20%, dan 25%).
2. Mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan pengawet kecubung
terhadap kuat lentur kayu durian yang telah diawetkan dengan
konsentrasi (0%, 15%, 20%, dan 25%) yang paling optimal.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang bermanfaat. Kegunaan atau manfaat dari penelitian dibagi menjadi
kegunaan teoritis dan praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai pengaruh
kayu durian dengan pengawet kecubung terhadap kuat lentur kayu.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk
kegiatan penelitian yang sejenis.
Page 22
8
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang kuat lentur balok dari
kayu durian dengan pengawet kecubung, baik untuk diteliti
maupun digunakan masyarakat secara umum.
b. Meningkatkan nilai tambah dalam pemanfaatan kayu durian
sebagai bahan baku konstruksi.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi skripsi ini,
maka dipandang perlu mengemukakan sistematikanya. Adapun sistematika
penyususan skripsi ini adalah sebagaimana uraian berikut ini. Sistematika
skripsi ini terdiri dari tiga 3 bagian yaitu awal, isi dan akhir. Adapun bagian-
bagianya penjelasanya sebagai berikut:
1. Bagian awal
Sistematika bagian awal dari skripsi ini berisi sampul, lembar berlogo,
judul dalam, lembar persetujuan pembimbing, lembar pengesahan
kelulusan, lembar pernyataan keaslian karya ilmiah, motto, abstrak atau
ringkasan, prakata, daftar isi, daftar singkatan teknis dan lambang,
daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi
Bagian isi dari skripsi ini terdiri dari lima 5 bab yaitu :
Page 23
9
Bab I Pendahuluan
Latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori
Bab ini berisi tentang, kajian pustaka, landasan teori dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Berisi tentang desain penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan, alat
dan bahan penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data dan alur penelitian.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Berisi tentang analisis data, dan Pembahasan Penelitian.
Bab V Penutup
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang
diberikan berdasarkan penelitian.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir skripsi ini berisikan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Page 24
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Kayu
Kayu adalah benda hidup, tidak seperti logam yang mempunyai
dimensi tetap (Budianto, 1996:16). Kayu merupakan salah satu jenis
material industri yang banyak digunakan dalam hidup kita (Iensufiie,
2008:2). Selain itu menurut Dumanauw (2001:30), Kayu merupakan
material higroskopis, artinya kayu memiliki kaitan yang sangat erat dengan
air baik berupa cairan ataupun uap.
Ruben Francisco Gozales-leoredo (2015:6) menyatakan bahwa
,“Wood as a natural renewable resource plays an important role in the
world economy, particularly in the construction and furniture fields”.
Dari beberapa pengertian mengenai kayu dapat disimpulkan bahwa
kayu merupakan material industri dari benda hidup yang mempunyai
dimensi tetap dan memiliki sifat higroskopis.
Berdasarkan jenisnya menurut Budianto (1996:16), pohon dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Pohon berdaun lebar dengan ciri-ciri
a. Umumnya berdaun lebar
b. Bertajuk lebar
c. Umumnya meranggas dalam musim kemarau
Page 25
11
d. Pertumbuhanya lambat
e. Bentuk batang bercabang
f. Umumnya berkayu keras
2. Pohon berdaun jarum dengan ciri-ciri
a. Umumnya berdaun seperti bentuk jarum
b. Bentuk tajuk kerucut
c. Umumnya tidak menggugurkan daun
d. Pertumbuhan pohon cepat
e. Bentuk batang lurus dan tidak lurus
f. Umumnya berkayu lebih lunak
Kayu berdaun lebar mempunyai struktur sel kayu yang lebih lengkap
dari pada kayu berdaun jarum. Kayu berdaun jarum tidak mempunyai pori-
pori (sel pembuluh), melainkan trakeida, yang merupakan bagian terbesar
dari volume kayu.
Kayu adalah bahan alam yang tidak homogen (Awaludin, 2005:5).
Sifat tidak homogen ini disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan
kondisi lingkungan pertumbuhan yang sering tidak sama.
Senyawa utama penyusun kayu adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin dengan komposisi kira-kira 50% selulosa, 25% hemiselulosa, dan
25% lignin (Awaludin, 2005:3). Dalam penampang pohon terdapat bagian-
bagian kayu seperti pada gambar 2.1:
Page 26
12
Gambar 2.1. Bagian-bagian Kayu
(Sumber : Awaludin, 2005:3)
1. Kulit Kayu
Kulit kayu adalah bagian terluar dari batang pohon yang
berfungsi melindungi batang kayu dari pengaruh luar, misalnya cuaca.
Terdapat dua lapisan kulit pada kulit kayu yaitu kulit luar dan kulit
dalam.
2. Kambium
Kambium adalah bagian terpenting pada tumbuhan untuk
berkembang kea rah luar ia membentuk kulit baru dan ke dalam
membentuk kayu baru (kayu gubal).
3. Kayu Gubal
Kayu gubal adalah sel-sel kayu baru yang dibentuk oleh
kambium. Kayu gubal ini berfungsi menyalurkan zat-zat makanan dari
akar dan sebagai tempat penimbunan makanan. Oleh sebab itu, bagian
ini mempunyai sel pori yang besar.
Page 27
13
4. Kayu Teras
Kayu teras terbentuk oleh perubahan sel-sel kayu gubal yang
sudah tua dan mengeras. Warna bagian kayu ini lebih gelap dari pada
kayu gubal.
5. Hati Kayu
Hati kayu merupakan kayu gubal awal yang terletak pada pusat
lingkaran tahun. Bagian ini lunak karena merupakan kayu awal yang
dibentuk oleh kambium.
6. Jari-jari
Merupakan jalur-jalur zat makanan yang hendak disalurkan ke
seluruh bagian pohon.
7. Lingkaran Tahun
Pada kayu gubal dan kayu teras, akan tampak cincin-cincin
lingkaran tumbuh tiap tahunnya.
8. Sel Kayu
Beberapa jenis dan pola susunan sel serta pengaturannya dalam
kayu akan mempengaruhi sifat-sifat kayu. Ada beberapa perbedaan
penting dalam sel kayu berdaun jarum dan kayu berdaun lebar.
a. Sel Kayu Berdaun Jarum
1) Tidak mempunyai pori-pori kayu, tetapi trakeida mempunyai
bentuk panjang dengan ujungnya meruncing. Trakeida
berfungsi untuk mengangkut bahan makanan. Sel trakeida ini
Page 28
14
merupakan jaringan dasar dari kayu berdaun jarum dan
merupakan bagian terbesar.
2) Sel-sel jaringan parensima yang berbentuk seperti batu bata
dengan dinding sel yang tipis membentuk untaian-untaian kea
rah vertikal. Jaringan parensima ini mempunyai fungsi
mengangkut makanan ke arah radial dan juga berfungsi
sebagai tempat persediaan makanan.
3) Kantong-kantong getah (damar) berada di dalam riap-riap
tumbuh atau antaranya.
b. Sel Kayu Berdaun Lebar
1) Sel (pori) kayu yang berbentuk silinder yang berhubungan ke
arah vertikal berfungsi sebagai jalan makanan dar tanah ke
bagian-bagian pohon.
2) Jaringan parensima hanya hidup pada bagian kayu gubalnya
saja. Pada kayu teras jaringan sel ini tidak berfungsi secara
fisiologis.
3) Mempunyai jaringan sel membentuk jari-jari kayu dan
berfungsi sama dengan jaringan parensima.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu adalah kepadatan,
mata kayu, kemiringan serat, kandungan air, dan temperatur (Awaludin
2005:29).
Page 29
15
1. Kepadatan
Pengaruh kepadatan terhadap beberapa jenis kakuatan kayu
memiliki korelasi yang baik seperti tegangan tekan sejajar serat,
tegangan lentur, dan kekerasan. Bagian sebuah pohon juga memberikan
pengaruh yang penting pada variasi kepadatan pohon. Kepadatan dan
kekuatan akan kecil pada inti kayu (bagian tengah pada pohon) bagian
dasar dan akan meningkat secara tajam kea rah luar dan meningkat
secara pelan ke arah luar dan meningkat secara pelan ke arah ketinggian
(Awaludin, 2005:29).
2. Mata kayu
Mata kayu mempengaruhi jenis-jenis kekuatan kayu dengan
tingkat yang berbeda-beda tergantung pada ukuran, letak, dan jenisnya.
Jenis-jenis kekuatan kayu dipengaruhi secara nyata oleh mata kayu. Hal
ini disebabkan serat-serat pada mata kayu miring dan tidak teratur.
Tegangan geser, tegangan tekan tegak lurus serat, dan modulus elastis
sedikit dipengaruhi dengan adanya mata kayu, sedangkan tegangan
tekan sejajar serat, tegangan lentur mengalami penurunan yang cukup
besar dengan adanya mata kayu. Pengaruh mata kayu yang dinyatakan
dalam luas mata kayu adalah sebanding terhadap luas tampang batang
kayu itu sendiri. Lokasi mata kayu juga memiliki pengaruh dalam
penurunan kekuatan kayu.
Page 30
16
3. Kemiringan serat
Pada kemiringan serat 15 derajat, tegangan tarik sejajar serat,
tegangan lentur statik, tegangan tekan sejajar serat berkurang sampai
45%, 70%, dan 80% dari tegangan dengan serat lurus (Awaludin,
2005:29).
4. Kandungan air
Kandungan air merupakan faktor yang mempengaruhi seluruh
kekuatan kayu (Awaludin, 2005:30). Hampir semua kekuatan kayu
meningkat apabila kandungan air diturunkan. Peningkatan kekuatan
kayu akibat menurunnya kandungan air dari titik jenuh serat terjadi
tidak secara linier.
5. Temperatur
Kayu digolongkan sebagai material yang mudah terbakar
(combustible material), perilaku struktur kayu dalam merespon
temperatur tinggi berbeda dengan bahan struktur yang lain seperti beton
atau baja. Mengingat angka penyebaran panas atau thermal
conductivity kayu yang relatif kecil dan kandungan air yang ada pada
kayu, maka dibutuhkan waktu yang lama agar api dapat membakar
bagian dalam kayu (Awaludin, 2005:33).
Waktu yang diperlukan oleh temperatur tinggi untuk membakar
kayu bagian luar sangat bergantung dari kadar air kayu awal, dimensi
batang kayu, ketersediaan oksigen dan nilai temperatur itu sendiri.
Menurut Kolman dkk (1984) dalam Awaludin (2005:33), menyatakan
Page 31
17
bahwa pyrolisis kayu dapat terjadi pada temperatur 150ºC atau bahkan
lebih rendah lagi jika waktu pembakaran diperpanjang.
2.1.2 Kayu Durian
Pada umumnya, penggunaan kayu buah-buahan yang tidak produktif
berasal dari hutan rakyat didominasi oleh kayu yang mempunyai
keterawetan rendah (III, IV, dan V), Kayu durian dengan nama latin Durio
Zibethinus bisa tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Ciri umum kayu
durian dari segi warna kayu teras durian berwarna coklat merah jika masih
segar, lambat laun menjadi coklat kelabu atau coklat agak lembayung.
Sedangkan kayu global durian berwarna putih dan dibedakan dengan jelas
dari kayu teras, tebal sampai 5 cm. Tekstur kayu durian tercedung agak
kasar dan merata sedangkan arah seratnya lurus dan terpadu (Martawijaya,
et al., 2005:30). Adapun ciri-ciri umum kayu durian dapat dilihat pada
gambar 2.2:
Page 32
18
Gambar 2.2. Ciri Umum Kayu Durian
(Sumber : Martawijaya, et al., 2005:31)
Menurut Martawijaya, et al., (2005:30), Kayu durian memiliki berat
jenis dengan rata rata 0,57 dan termasuk golongan kelas kuat II-III. Kayu
durian memiliki keteguhan lentur statis pada batas proporsi senilai < 500 kg/
cm2, untuk keteguhan lentur statis pada batas patah antara 492-618
kg/cm2.Untuk nilai modulus elastisitas kayu durian bisa mencapai 97800
kg/cm2. Sedangkan nilai keteguhan gesernya mencapai 52,3 kg/cm2.
2.1.3 Tanaman kecubung
Kecubung (Datura MetelLinn.) merupakan salah satu tanaman
penghasil pestisida nabati, yang mengandung racun (alkaloid) yang cukup
kuat (Rinaldi dkk, 2012:478).
Ciri fisik tanaman kecubung menurut Napitulu, (2008:34) Habitus
berupa tumbuhan perdu tahunan, tinggi ±1,7 m. Batang bulat, berkayu,
Page 33
19
keras, percabangan menggarpu, warna batang ungu kehijauan. Daun
tunggal, tipis, bulat telur, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata,
pertulangan menyirip, warna daun hijau. Bunga tunggal, bentuk terompet,
panjang ±18 cm, kelopak hijau keunguan, bertajuk empat, mahkota bunga
ungu, benang sari lima, panjang 11 cm, tangkai putik putih, kepala putik
kuning. Buah bulat, berduri pendek, kaku, diameter 3,9 cm, terdiri dari
empat kotak, tiap kotak berisi ± 250 biji, masih muda hijau setelah tua
coklat. Biji berbentuk segi tiga, keras, pipih, panjang 4 mm, lebar 3 mm,
warna biji coklat. Akar tunggang warna coklat muda. Adapun ciri-ciri buah
kecubung dapat dilihat pada gambar 2.3:
Gambar 2.3. Buah Tanaman Kecubung
(Sumber : Napitulu, 2008:34)
Page 34
20
2.1.4 Pengawetan Kayu
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial
Ekonomi Kehutanan (P3HHSEK) berhasil mengidentifikasi 3.233 jenis dan
3.132 jenis di antaranya sudah berhasil diklasifikasikan keawetannya. Dari
jumlah tersebut, hanya 14,3% jenis kayu yang mempunyai keawetan tinggi.
Sisanya, 85,7% tergolong kurang atau tidak awet sehingga perlu diawetkan
terlebih dahulu sebelum jenis kayu ini digunakan.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menghemat
pemakaian kayu adalah dengan pengawetan. Tujuan pengawetan adalah
memperpanjang umur pakai. Secara umum, pengawetan dilakukan dengan
memberikan perlakuan khusus kepada kayu. Misalnya, dengan memberikan
bahan pengawet atau mengeringkan kayu sampai kadar air tertentu. Yang
perlu diperhatikan, pengawetan harus disesuaikan dengan penggunaan
kayu.
Pengawetan kayu dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
memperpanjang umur pakai kayu baik secara kimia maupun fisika dengan
cara meningkatkan ketahanannya terhadap serangga perusak, kembang
susut akibat perubahan kandungan air, dan sebagainnya (Awaludin
2005:16). Sedangkan keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu
tertentu terhadap berbagai faktor perusak kayu (Tim Elsspat, 2007:5).
Biasanya yang dimaksud adalah daya tahan terhadap faktor perusak
biologis, misalnya jamur, serangga (terutama rayap dan bubuk kayu kering),
Page 35
21
dan binatang laut. Dengan demikian, istilah "keawetan kayu" secara umum
mengacu pada daya tahan kayu terhadap organisme tersebut.
Tujuan pengawetan kayu menurut Dumanauw (1990:64) antara lain:
1. Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulannya
memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam
pemakaian.
2. Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan
rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian,
mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang
cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.
3. Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan,
sehingga pengangguran dapat diatasi.
Tabel 2.1 Pembagian Kelas Awet Kayu
URAIAN KELAS AWET
I II III IV V
Selalu berhubungan
dengan tanah
lembap
8th 5th 3th Sangat
pendek
Sangat
pendek
Cuma dipegaruhi
cuaca, tetapi dijaga
supaya tidak
terendam air dan
tidak kekurangan
udara
20th 15th 10th
Bebera
pa
tahun
Sangat
pendek
Di bawah atap,
tidak berhubungan
dengan tanah
lembap dan tidak
kekurangan udara
Tak
terbatas
Tak
terbatas
Sangat
lama
Bebera
pa
tahun
Pendek
Idem, tetapi
dipelihara dengan
baik dan dicat
dengan teratur
Tak
terbatas
Tak
terbatas
Tak
terbatas 20th 20th
Page 36
22
Lanjutan
URAIAN KELAS AWET
I II III IV V
Serangan rayap
tanah Tidak Jarang Cepat
Sangat
cepat
Sangat
cepat
Serangan bubuk
kayu kering Tidak Tidak
Hampir
tidak
Tidak
berarti
Sangat
cepat
(Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen
Kehutanan RI, 1996)
2.1.5 Metode Pengawetan
Beberapa metode pengawetan kayu yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat kita adalah perendaman, laburan, rendaman panas dan dingin,
dan vacuum tekan.
Metode pengawetan yang digunakan dinilai baik jika mampu
memasukkan bahan pengawet dengan penetrasi dan retensi sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan. Selain itu, supaya kegiatan pengawetan kayu
tidak memerlukan biaya yang tinggi, maka diperlukan metode pengawetan
yang sederhana. Salah satu metode sederhana tersebut adalah metode
perendaman dingin. Metode ini hanya dilakukan dengan merendam kayu
dalam larutan bahan pengawet yang telah disusun sedemikian rupa tanpa
dipanasi selama beberapa waktu. Keuntungan dari sistem perendaman
adalah bahan treatment dapat meresap dengan baik ke pori-pori kayu,
namun kelemahan sistem ini adalah waktu rendam yang agak lama, serta
penggunaan treatment relatif agak banyak (Iensufiie, 2008:52).
Cara rendaman merupakan cara dimana kayu direndam didalam bak
larutan bahan pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan)
bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari
Page 37
23
(Dumanauw, 2001:69). Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman,
diantaranya adalah dengan cara rendaman dingin. Cara rendaman dingin
dapat dilakukan dengan bak kayu, atau logam anti karat (Dumanauw,
2001:69). Apabila kayu hanya direndam dalam larutan pengawet minyak
tanpa dipanasi, prosesnya biasa disebut perendaman dingin (Hunt dan
Garratt, 1986: 207).
Menurut Dumanauw (1990:71), keuntungan dan kerugian metode
rendaman dingin dalam pengawetan adalah :
a. Keuntungan
1) Retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih banyak dibanding
metode pelaburan, penyemprotan, dan pencelupan.
2) Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama.
3) Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah
konsentrasi bila berkurang).
b. Kerugian
1) Waktu lebih lama
2) Peralatan mudah terkena karat.
3) Kayu basah agak sulit diawetkan.
2.1.6 Sifat Fisis Kayu
Dumanauw (2001:15), menyatakan beberapa hal yang tergolong
dalam sifat fisis kayu adalah: (1) berat jenis; (2) keawetan alami kayu; (3)
warna kayu; (4) higroskospik; (5) tekstur; (6) serat; (7) berat kayu; (8)
Page 38
24
kekerasan; (9) kesan raba; (10) bau dan rasa; (11) nilai dekoratif; dan (12)
sifat kayu terhadap suara. Lebih lanjut Awaludin dan Inggar (2005: 6),
menyatakan sifat-sifat fisis kayu terdiri dari: (1) kandungan air; (2)
kepadatan dan berat jenis; dan (3) cacat kayu.
Sifat-sifat fisis dan sifat-sifat mekanis kayu berbeda pada arah
longitudinal, radial, dan tengensial. Perbedaan sifat fisis dan mekanis pada
ketiga arah ini menyebabkan kayu tergolong sebagai bahan ortho-tropik.
Kekuatan kayu pada arah longitudinal lebih besar bila disbanding dengan
arah radial ataupun tangensial, dan angka kembang susut pada arah
longitudinal lebih kecil dari pada arah radial maupun arah tangensial.
Adapun arah longitudinal, radial, dan tangensial pada kayu dapat dilihat
pada gambar 2.4:
Gambar 2.4. Arah Longitudinal, Radial, dan Tangensial Pada Kayu
(Sumber : Awaludin, 2005:6)
Page 39
25
1. Kandungan Air atau Kadar Air
Kayu merupakan material higroskopis, artinya kayu memiliki
kaitan sangat erat dengan air baik berupa cairan maupun uap. Air yang
terdapat pada batang kayu tersimpan dalam dua bentuk yaitu: air bebas
(free water) yang terletak diantara sel-sel kayu, Air ikat (bound water)
yang terletak pada dinding sel. Air bebas merupakan air pertama yang
akan berkurang seiring dengan proses pengeringan. Ketika batang kayu
mulai diolah (ditebang dan dibentuk), kandungan air pada batang
berkisar antara 40% hingga 300%. Kandungan air ini dinamakan
kandungan air segar. Kandungan pada saat titik jenuh serat berkisar
antara 25% sampai 30% (Awaludin, 2005:7).
Suatu kondisi dimana air bebas yang terletak diantara sel-sel
sudah habis sedangkan air ikat pada dinding sel masih jenuh dinamakan
itik jenuh serat (fibre saturation point). Sifat mekanis kayu banyak
dipengaruhi perubahan kadar air kayu dibawah titik jenuh serat. Diatas
titik jenuh serat, perubahan kadar air tidak mempengaruhi sifat kayu
karena perubahan kadar air belum terjadi pada dinding sel.
Secara umum kadar air dapat ditulis dengan persamaan sebagai
berikut:
Ka = x 100% (SNI 03-6850-2002) ...................................... (2.1)
Keterangan:
Ka : Kadar Air (%)
Wb : Berat Kayu Mula (gr)
Page 40
26
Wo : Berat Kayu Kering Tanur (gr)
2. Berat Jenis Kayu
Berat jenis adalah perbandingan antara kepadatan kayu dengan
kepadatan air pada volume yang sama (Awaludin, 2005:8). Berat jenis
memiliki korelasi positif terhadap kekuatan kayu. Sehingga nilai
kekuatan sebuah kayu dapat digambarkan melalui berat jenisnya.
Hubungan berat jenis dengan kekuatan kayu dapat ditulis dengan
persamaan sebagai berikut:
F = KGn (Awaludin, 2005:8) .......................................................... (2.2)
Keterangan :
F : Parameter kekuatan kayu (modulus elastisitas lentur, kua tekan,
dan lain-lain)
G : Berat jenis kayu
K dan n: konstanta yang bergantung pada parameter kekuatan kayu
yang ditinjau.
Dari rumus di atas tampak bahwa semakin tinggi nilai berat
jenis (G) semakin tinggi nilai kekuatan kayunya.
Berat jenis kayu dihitung dengan rumus:
Bj = (SNI 03-6847-2002)....................................................... (2.3)
Keterangan:
Bj = Berat jenis (gram/cm3)
B0 = Berat kayu mula (gr)
V1 = Volume air akhir (cm3)
Page 41
27
V0 = Volume air mula (cm3)
2.1.7 Sifat Mekanis Kayu
Sifat mekanis atau keteguhan kayu merupakan salah satu sifat
penting yang dapat dipakai menduga kegunaan suatu jenis kayu. Nilai
keteguhan diperoleh dari hasil pengujian dengan menggunakan contoh uji
ukuran kecil yang bebas cacat, sehingga dalam penggunaan nilai keteguhan
yang disajikan di sini untuk tujuan praktis perlu memperhitungkan berbagai
faktor penyesuaian, antara lain cacat, lama pembebanan, kadar air dan
dimensi.
1. Kekuatan Lentur Kayu
Menurut P3HH (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan) menjelaskan ketentuan kuat lentur kayu sebagai berikut:
Keteguhan lentur dengan pembebanan di tengah (centre point loading) meliputi tegangan pada batas proporsi
(kg/cm2), tegangan pada batas patah (kg/cm2) dan
modulus elastisitas (kg/cm2). Contoh uji kayu yang
digunakan berukuran 5 cm x 5 cm x 76 cm dengan jarak
sangga 70 cm.
Kekuatan lentur kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan
kekuatan kayu dari luar. Yang dimaksud kekuatan kayu dari luar ialah
gaya-gaya diluar benda yang mempunyai kecenderungan untuk
mengubah bentuk dan besarnya benda. Ukuran-ukuran yang dipakai
untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat mekanisnya
dinyatakan dalam Kg/cm2 (Handayani,2003).
Page 42
28
Kuat lentur kayu adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha melengkungkan kayu atau menahan beban-beban mati
maupun hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh kayu
tersebut (Dumanauw, 1990:24).
Keteguhan lengkung kayu utuh dan produk-produk asal kayu
biasanya dinyatakan dalam istilah Modulus Patah yaitu tegangan lentur
maksimum (fb) dihitung dari beban maksimum (beban pada saat patah)
dalam uji keteguhan lengkung, dengan menggunakan cara pengujian
yang sama seperti untuk menentukan Elastisitas.
Secara teoritis rumus tersebut didapatkan dari besar momen (M)
dan tahanan momen (W) yang diberikan balok saat pengujian sehingga
kuat lentur diuraikan sebagai berikut:
M =
W =
fb = = = =
fb = (SNI 03-3959-1995).......................................................... (2.4)
Keterangan:
P = Beban uji maksimum
L = Jarak tumpuan
b = Lebar benda uji
h = Tinggi benda uji
fb = Tegangan Lentur kayu (MPa)
Page 43
29
Gambar 2.5. Pengujian Kuat Lentur
Dalam Penelitian ini digunakan acuan Tata Cara Perencanaan
Konstruksi Kayu (RSNI T-02-2003) untuk mengetahui kekuatan
mekanik. Berikut tabel kuat acuan berdasarkan atas pemilahan secara
mekanik.
Tabel 2.2 Kuat Acuan Berdasarkan atas Pemilihan Secara Mekanik
Kode
mutu
Modulus
elastisitas
lentur
Ew
Kuat
lentur
Fb
Kuat tarik
sejajar
arah
serat
Ft
Kuat
tekan
sejajar
arah
serat
Fc
Kuat
geser
Fv
Kuat tekan
tegak
lurus serat
Fc+
E26
E25
E24
E23
E22
E21
E20
E19
E18
E17
E16
E15
E14
E13
E12
E11
E10
25000
24000
23000
22000
21000
20000
19000
18000
17000
16000
15000
14000
13000
14000
13000
12000
11000
66
62
59
56
54
56
47
44
42
38
35
32
30
27
23
20
18
60
58
56
53
50
47
44
42
39
36
33
31
28
25
22
19
17
46
45
45
43
41
40
39
37
35
34
33
31
30
28
27
25
24
6,6
6,5
6,4
6,2
6,1
5,9
5,8
5,6
5,4
5,4
5,2
5,1
4,9
4,8
4,6
4,5
4,3
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
11
10
9
(Sumber: RSNI T-02-2003)
L=71 cm
P
76 cm
H =
5 cm
Page 44
30
2.1.8 Mata kuliah Teknik Perkayuan
Mata kuliah perkayuan merupakan salah satu mata kuliah yang
masuk kurikulum mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan jurusan Teknik
Sipil Universitas Negeri Semarang. Dalam mata kuliah teknik perkayuan
membahas mengenai pemahaman tentang bahan dan alat untuk furniture
kayu (cara pemotongan, klasifikasi, sifat kayu, cara pengeringan dan
pengawetan, cacat pada kayu), vinir, papan laminasi atau papan manufaktur
(jenis, klasifikasi, cacat pada papan manufaktur atau plastuk laminasi), alat-
alat perkayuan (alat kayu manual atau handtools, mesin kayu portable,
mesin kayu berat), proses sambung dan tekuk kayu serta aplikasi perekat,
pengencang dan aksesoris.
Pada mata kuliah teknik perkayuan pengawetan merupakan salah
satu materi yang diajarkan pada mahasisiwa di mata kuliah tersebut. Oleh
karena itu di harapkan dengan adanya penelitian di bidang pengawetan kayu
bisa dijadikan bahan tambahan dalam pembelajaran bab pengawetan kayu.
Walaupun masih dibatasi pada pengawetan kayu durian dengan serbuk
kecubung. Tidak menutup kemungkinan di kemudian hari banyak
penelitian-penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengawetan kayu
dari berbagai jenis kayu maupun bahan pengawet yang lain.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian dahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini
adalah:
Page 45
31
1. Rinaldi dkk (2012), tentang rata-rata mortalitas rayap yang didapat pada
penelitian ini yaitu 70-87%, kisaran rata-rata nilai pengurangan berat
sebesar 83-165 mg, sedangkan nilai derajat kerusakan sebesar 14-28%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dari faktor
lama rendaman dan konsentrasi yang berpengaruh nyata. Pengawetan
kayu sengon dengan ekstrak buah kecubung digunakan metode
rendaman panas 2 jam dan dingin minimal 5 hari dengan konsentrasi
bahan pengawet ekstrak buah kecubung sebesar 20% memberikan hasil
yang terbaik.
2. Toleng dkk (2014), tentang pengujian kayu durian (Durio zibethinus)
akibat serangan rayap tanah (Coptotermes sp), Nilai efektivitas
(persentase kehilangan berat) contoh uji yang diawetkan dengan ekstrak
daun cengkeh dengan etanol yaitu 2.4075%, lebih efektif dibandingkan
dengan contoh uji yang diawetkan dengan ekstrak daun cengkeh dengan
aquades yaitu 3,4965% dan contoh uji tanpa bahan pengawet sebesar
4,6818%.
3. Rachmat (2007), tentang pengawetan terhadap sifat mekanis tiga jenis
kayu yaitu kayu nangka, akasia, dan manii, menggunakan larutan bahan
pengawet Enbor SP konsentrasi 6 % menghasilkan retensi pada
masing-masing jenis berturut-turut adalah 6,95 kg/m3 dan 7,27 kg/m3
(nangka), 8,55 kg/m3 dan 16,63 kg/m3 (akasia), serta 8,01 kg/m3 dan
13,41 kg/m3 (manii) untuk metode Rendaman Dingin dan Vakum
Tekan. Penetrasinya secara berturut-turut adalah sebesar 8,79 mm dan
Page 46
32
10,28 mm (nangka), 12,58 mm dan 23,00 mm (akasia), serta 14,97 mm
dan 25,00 mm (manii) untuk metode Rendaman Dingin dan Vakum
Tekan.
2.3 Kerangka Berfikir
Kebutuhan kayu sebagai bahan konstruksi selalu meningkat, namun
ketersediaan kayu gergajian mutu yang baik semakin sulit ditemui di
pasaran dan harganya semakin mahal. Di daerah Gunungpati banyak
terdapat jenis kayu yang cepat tumbuh, tetapi tingkat keawetanya rendah
diantaranya yaitu kayu durian.
Kayu durian dengan nama latin Durio Zibhetinus tergolong jenis
kayu yang relatif ringan dan memiliki tingkat keawetan yang agak rendah
yaitu dengan kelas awet IV-V dan kelas kuat kayu mencapai kelas kuat II-
III dengan berat jenis rata-rata 0,57, kayu ini mudah diserang rayap. Upaya
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
mengawetkan kayu supaya tidak diserang rayap sehingga dapat
memperpanjang umur pakai kayu durian tersebut.
Bahan pengawet yang digunakan yaitu dengan menggunakan buah
dari tanaman kecubung. Kecubung (Datura MetelLinn) merupakan salah
satu tanaman penghasil pestisida nabati, yang mengandung racun (alkaloid)
yang cukup kuat (Rinaldi dkk, 2012:478). Dari bahan pengawet kecubung
ini penulis membuat gagasan untuk menganalisis bahan pengawet kecubung
tersebut selain berpengaruh terhadap serangan rayap apakah dapat
Page 47
33
berpengaruh terhadap kuat lentur, dalam hal ini penulis lebih memfokuskan
untuk menganalisis pengaruh bahan pengawet kecubung terhadap kuat
lentur.
Pengawetan kayu durian dengan menggunakan ekstrak buah
kecubung dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25% diduga dapat
meningkatkan nilai kuat lentur kayu durian, hal tersebut terjadi karena zat
ekstrak kecubung mengisi rongga-rongga pada sel kayu durian sehingga
rongga-rongga pada sel kayu tersebut semakin rapat dan nilai berat jenisnya
semakin tinggi, dari nilai berat jenis yang semakin tinggi maka akan
meningkatkan nilai kuat lentur pada kayu durian tersebut. Adapun bagan
kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.6:
Page 48
34
Gambar 2.6. Bagan Kerangka Berfikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan kuat lentur kayu
durian dengan adanya variasi pengawet ekstrak buah kecubung (0%, 15%,
20% dan 25%).
Pengujian Kuat
Lentur
Diawetkan Dengan Ekstrak Buah
Kecubung Dengan Konsentrasi 15%,
20%, dan 25% Melalui Metode
Perendaman Dingin
Hasil Dapat Meningkatkan Kuat Lentur
(X1, X2, X3)
Kayu Durian (Kelas Awet IV-V)
Kebutuhan Kayu Kelas Awet Tinggi Meningkat
Ketersediaan Kayu Kelas Awet Tinggi Langka Dan Mahal
Page 49
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengujian kuat lentur kayu durian, dapat diketahui bahwa
besar kuat lentur kayu durian ketika diawetkan dengan pengawet
kecubung pada konsentrasi 0% = 59.03 MPa, 15% = 65.17 MPa, 20%
= 66.41 MPa, dan 25% = 72.78 MPa.
2. Terdapat perbedaan kuat lentur kayu durian yang telah diawetkan
dengan konsentrasi (0%, 15%, 20%, dan 25%) diketahui dari harga F
hitung = 7.31 > F tabel = 3.24, adapun yang paling optimal pada
konsentrasi 25% sebesar 72.78 MPa.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada penambahan konsentrasi
bahan kecubung yang lebih banyak agar hasil yang didapatkan lebih
optimal terhadap kuat lentur.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada penambahan lamanya
waktu perendaman kayu durian dalam ekstrak buah kecubung.
Page 50
67
DAFTAR PUSTAKA
Awaludin, dkk. 2005. Konstruksi Kayu. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Gadjah
Mada. Biro Penerbit: Yogyakarta.
Budianto, Dodong. (1996). Sistem Pengeringan Kayu. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Dumanauw, J.F. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta: PIKA - Kanisius.
, J.F. 1990. Mengenal Kayu. Yogyakarta: PIKA - Kanisius.
Elsspat, Tim. 2007, Pengawetan Kayu dan Bambu. Tim Elsspat. Dinamika Media
: Jakarta.
Handayani, S. 2003. Pengujian Sifat-sifat Mekanik lentur dan Geser Kayu Sengon dan Kayu Suren dari Daerah Bagian Utara Jawa Tengah, [Jurnal].
Semarang. Teknik Sipil FT UNNES.
Iensufiie, Tikno. 2009. Mengenal Teknik Pengeringan Kayu. Gelora Aksara
Pratama. Erlangga : Jakarta.
Laredo, et al. 2015. Wood Preservation Using Natural Products. Madera y Bosques
21(Núm. esp.):63-76.
Mardikanto TR, Karlinasari, L., ET Bahtiar. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Bandung:
IPB Press.
Martawijaya, dkk. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Miranti : Bogor.
Napitupulu, dkk. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Global exspress : Jakata.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. 2008. Petunjuk Praktis Sifat-Sifat Dasar Jenis Kayu Indonesia. ISWA.
Rachmat, Rendy Kurniawan. 2007. Pengaruh Pengawetan Terhadap Sifat Mekanis
Tiga Jenis Kayu. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Rinaldi, dkk. 2012. Pengawetan Metode Rendaman Panas Dingin Kayu Sengon dengan Ekstrak Buah Kecubung Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering.
Jurnal Seminar Nasional Mapeki XV 2012 : Makasar.
Page 51
68
RSNI T-02-2003. Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia.
PUSLITBANG-Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-3959-1995. Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Dilaboratorium.
PUSLITBANG-Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-6850-2002. Metode Pengujian Pengukuran Kadar Air Kayu dan Bahan Berkayu. PUSLITBANG-Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-6847-2002. Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan Dari Kayu Dengan Cara Pencelupan Dalam Air. PUSLITBANG-Badan Standarisasi
Nasional.
Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.
. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung.