elvira_itp's blog | Pengawet Alami Pengganti Formalin: Adakah? Copyright Elvira Syamsir [email protected]http://elvira_itp.staff.ipb.ac.id/2012/04/02/pengawet-alami-pengganti-formalin-adakah/ Pengawet Alami Pengganti Formalin: Adakah? Oleh: Elvira Syamsir, 2007 Sebenarnya, masalah penggunaan bahan tambahan ilegal didalam pangan telah sejak lama didengungkan oleh banyak pihak, baik dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Perguruan Tinggi maupun oleh Yayasan Lembaga Konsumen. Tetapi, karena masyarakat konsumen belum memahami bahaya kegunaan bahan ilegal ini, ditambah dengan hukum yang tidak secara tegas menjerat produsen bermasalah, maka produsen bermasalah tetap bisa menggunakan bahan ilegal ini karena konsumen toh tidak mempermasalahkannya. Heboh di seputar penggunaan formalin pada bahan pangan yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan adanya pergeseran nilai yang dianut oleh konsumen pangan di Indonesia. Tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan dijaman serba mahal ini, ditambah dengan publikasi yang terus-menerus dari media massa mengenai bahaya penggunaan bahan ilegal, menyebabkan konsumen beramai-ramai menolak makanan yang diduga sering ditambahkan dengan bahan ilegal termasuk formalin yang sekarang sedang ramai dibicarakan. Hal ini memberi pukulan sangat hebat untuk industri-industri yang ditenggarai sering menggunakan formalin dalam produknya. Seiring dengan ramainya publikasi mengenai bahaya formalin, saat juga ramai dibicarakan atau dipromosikan bahan-bahan pengawet alternatif pengganti formalin. Sebagian besar alternatif yang disodorkan merupakan pengawet alami. Tetapi, sebetulnya ada banyak pertanyaan diseputar bahan-bahan pengawet ini, seperti: benarkah bahan-bahan pengawet yang disodorkan ini mampu memperpanjang umur simpan bahan pangan segar seperti halnya formalin? Seperti diketahui, formalin dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan mentah sampai berhari-hari pada suhu ruang. Sesuatu hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh pengawet legal yang diijinkan penggunaannya didalam makanan. Pertanyaan berikutnya, apakah pengawet tersebut efektif untuk semua bahan pangan? Apakah bahan ini tidak menyebabkan perubahan citarasa bahan makanan yang diawetkannya? Dan yang penting lagi, apa komponen aktif didalamnya? Apakah sudah teruji keamanannya terhadap manusia? Sehingga, jangan sampai penggunaannya dikemudian hari malah memicu masalah baru. page 1 / 84
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Sebenarnya, masalah penggunaan bahan tambahan ilegal didalam pangan telahsejak lama didengungkan oleh banyak pihak, baik dari Badan Pengawasan Obat danMakanan, Perguruan Tinggi maupun oleh Yayasan Lembaga Konsumen. Tetapi,karena masyarakat konsumen belum memahami bahaya kegunaan bahan ilegal ini,ditambah dengan hukum yang tidak secara tegas menjerat produsen bermasalah,maka produsen bermasalah tetap bisa menggunakan bahan ilegal ini karenakonsumen toh tidak mempermasalahkannya.
Heboh di seputar penggunaan formalin pada bahan pangan yang terjadi akhir-akhirini menunjukkan adanya pergeseran nilai yang dianut oleh konsumen pangan diIndonesia. Tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan dijaman serba mahal ini,ditambah dengan publikasi yang terus-menerus dari media massa mengenaibahaya penggunaan bahan ilegal, menyebabkan konsumen beramai-ramai menolakmakanan yang diduga sering ditambahkan dengan bahan ilegal termasuk formalinyang sekarang sedang ramai dibicarakan. Hal ini memberi pukulan sangat hebatuntuk industri-industri yang ditenggarai sering menggunakan formalin dalamproduknya.
Seiring dengan ramainya publikasi mengenai bahaya formalin, saat juga ramaidibicarakan atau dipromosikan bahan-bahan pengawet alternatif penggantiformalin. Sebagian besar alternatif yang disodorkan merupakan pengawet alami.Tetapi, sebetulnya ada banyak pertanyaan diseputar bahan-bahan pengawet ini,seperti: benarkah bahan-bahan pengawet yang disodorkan ini mampumemperpanjang umur simpan bahan pangan segar seperti halnya formalin? Sepertidiketahui, formalin dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan mentahsampai berhari-hari pada suhu ruang. Sesuatu hal yang sangat tidak mungkindilakukan oleh pengawet legal yang diijinkan penggunaannya didalam makanan.Pertanyaan berikutnya, apakah pengawet tersebut efektif untuk semua bahanpangan? Apakah bahan ini tidak menyebabkan perubahan citarasa bahan makananyang diawetkannya? Dan yang penting lagi, apa komponen aktif didalamnya?Apakah sudah teruji keamanannya terhadap manusia? Sehingga, jangan sampaipenggunaannya dikemudian hari malah memicu masalah baru.
Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambatkerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan pengawet didalambahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap dan asam (prosesfermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan antimikroba kemudiandikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau membunuh mikrobapembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba patogen (penyebabkeracunan pangan).
Penggunaan antimikroba yang tepat dapat memperpanjang umur simpan danmenjamin keamanan pangan. Pemilihan dan penggunaan antimikroba perlumempertimbangkan banyak faktor, dan semua kembali pada keseimbangan dariresiko dan keuntungan. Faktor-faktor pertimbangan untuk memilih antimikrobayang tepat adalah sifat kimiawi dan antimikroba senyawa; sifat dan komposisiproduk; sistem pengawetan lain yang digunakan selain antimikroba; tipe,karakteristik dan jumlah mikroba didalam produk; aspek legalitas dan keamananantimikroba; aspek ekonomi penggunaannya dan jaminan bahwa antimikrobatersebut tidak merusak kualitas produk.
Pemilihan awal suatu senyawa antimikroba umumnya didasarkan atas spektrumantimikrobanya. Senyawa antimikroba yang diinginkan adalah yang luas, meskipunhal ini sulit dicapai. Beberapa senyawa mempunyai kemampuan untukmenghambat beberapa jenis mikroba, tetapi penghambatan suatu mikrobakadang-kadang menyebabkan mikroba lain didalam produk tersebut menjadidominan. Karenanya, senyawa antimikroba untuk suatu produk sebaiknya aktifuntuk semua mikroba yang tidak diinginkan didalam produk itu.
Antimikroba mengawetkan produk pangan dengan cara menghambat pertumbuhanmikroba atau membunuh mikroba target. Penggunaan pengawet untuk jangkawaktu yang lama didalam suatu produk pangan, dapat menyebabkan kematianmikroba atau bisa juga menyebabkan mikroba tumbuh kembali. Cara kerja senyawaantimikroba sendiri bermacam-macam, yaitu: menghambat sintesa dinding selbakteri; bereaksi dengan membran sel yang menyebabkan peningkatanpermeabilitas dan kehilangan bahan-bahan penyusun seluler; inaktifasi enzimesensial serta merusak sintesa protein dan asam nukleat. Mengetahui mekanismekerja dari antimikroba dan bagaimana pengaruhnya terhadap mikroba akan sangatmembantu dalam menilai efisiensi dan kegunaan dari suatu antimikroba.
Umumnya, antimikroba yang bereaksi dengan membran sel mempunyai spektrumantimikroba yang luas.
Spektrum antimikroba, cara kerja dan efisiensi senyawa sangat tergantung kepadasifat fisikokimia senyawa tersebut. Polaritas senyawa merupakan sifat fisik yangpenting. Sifat hidrolik diperlukan untuk menjamin senyawa larut didalam fase airyang merupakan tempat hidup mikroba; tetapi senyawa yang bekerja padamembran sel yang hidrofobik memerlukan pula sifat lipofilik; sehingga senyawamemerlukan keseimbangan hidrofilik-hidrofobik untuk mencapai aktifitas yangoptimal. Sifat-sifat lain yang perlu diketahui misalnya titik didih senyawa,kemampuan terionisasi dan reaktifitasnya dengan komponen makanan.
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa efektivitas penggunaan suatusenyawa antimikroba didalam bahan pangan sangat tergantung pada kondisiproduk pangan seperti pH (keasaman), polaritas, komposisi nutrisi didalam bahanpangan, juga tergantung pada faktor lainnya seperti kondisi suhu dan prosespengolahan, pengemasan serta penanganan pasca pengolahan.
ANTIMIKROBA ALAMI
Pengawet kimia selama ini umum digunakan sebagai barier tambahan untukmembatasi jumlah mikroorganisme yang hidup didalam pangan. Kekhawatirankonsumen terhadap bahaya keracunan yang mungkin terjadi karena penggunaanpengawet kimia yang berlebihan, memaksa industri pangan untuk menghindaripenggunaan pengawet kimia pada produknya, atau mencari alternatif lain yanglebih alami untuk mempertahankan atau memperpanjang umur simpan produk.
Sejak lama telah disadari, bahwa banyak bahan alami memiliki aktivitasmenghambat mikroba, yang disebabkan oleh komponen tertentu yang adadidalamnya. Laporan tertua tahun 1550 SM menyebutkan bahwa masyarakat Mesirkuno telah menggunakan rempah sebagai pengawet pangan dan pembalsem mumi.
Penelitian mengenai potensi pengawet alami yang dikembangkan dari tanamanrempah (seperti jahe, kayu manis, andaliman, daun salam dan sebagainya) maupun
dari produk hewani (seperti lisozim, laktoperoksidase, kitosan dan sebagainya)sendiri sebenarnya telah banyak dilakukan di berbagai perguruan tinggi diIndonesia. Pada Tabel 1 dapat dilihat beberapa hasil penelitian in vitro terhadapefek anti bakteri dan anti kapang bahan alam yang dilakukan dibeberapa perguruantinggi Indonesia.
BAGAIMANA PELUANG APLIKASI ANTIMIKROBA ALAMI KE DALAM PANGAN?
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada umumnya menunjukkan bahwa secara invitro, beberapa bahan alam berpotensi menjadi antimikroba masa depan. Tetapi,jalan untuk aplikasi bahan tersebut ke dalam pangan masih sangat panjang.Dibutuhkan banyak penelitian lanjutan sebelum menyimpulkan bahwa bahanantimikroba atau pengawet alami ini dapat diproduksi secara komersial dan amanterhadap konsumen jika diaplikasikan kedalam bahan pangan.
Tabel 1. Bahan alami di Indonesia yang mempunyai efek antimikrobaa)
No Bahan Bagianb) Efekc)
1 Andalehat (Chrysophyllum roxburghii G. Don)
Buah 1
2 Andaliman (Zanthoxylumacanthopodium D.C)
Buah 1
3 Antarasa (Litsea cubeba) Buah 1
4 Atung (Parinarium glaberimum Hask.) Buah 1, 2
5 Bawang putih (Allium sativum L.) Umbi6 Belimbing (Averrhoea carambola L) Daun 17 Cendana wangi (Santalum album L.) Kayu 28 Delima (Punica granatum L.) Buah 1Getah 19 Jambu biji (Psidium guajaya L.) Daun 110 Jambu mede (Anacardium occidentale