Top Banner
PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PONTIANAK LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat - syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Oleh : MARIA KRISNA EVANIA 16.I1.0091 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2018
32

PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

Nov 14, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PONTIANAK

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat - syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

MARIA KRISNA EVANIA

16.I1.0091

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2018

Page 2: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

i

ALAMAN PENGESAHAN

PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PONTIANAK

Oleh :

Maria Krisna Evania

NIM : 16.I1.0091

Program Studi : Teknologi Pangan

Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang

pengujian pada tanggal :

Semarang, 15 November 2018

Fakultas Teknologi Pertanian

Program Studi Teknologi Pangan

Universitas Katolik Soegijapranata

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Stefanus Andrianto, S.TP Inneke Hantoro, S.TP., MSc.

Dekan

Dr. R. Probo Yulianto Nugrahedi, S.TP., MSc.

Page 3: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan rasa terimakasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat dilancarkan dalam penulisan laporan Kerja

Praktek ini, dengan judul “Pengawasan Mutu Minuman Serbuk Oleh Balai Besar

Pengawasan Obat dan Makanan di Pontianak”. Laporan Kerja Praktek yang dilakukan

di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pontianak merupakan bentuk

tanggung jawab penulis untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Teknologi

Pangan.

Selama dilaksanakannya Kerja Praktek dan penyelesaian laporan ini, penulis

mendapatkan wawasan baru mengenai dunia kerja dan pengetahuan selain teori yang

diajarkan dalam pada saat perkuliahan. Dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini tentu

saja ada banyak pihak yang berkontribusi membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini, sehingga dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar - besarnya kepada :

1. Bapak Dr. R. Probo Yulianto Nugrahedi, S.TP., MSc. selaku Dekan Fakultas

Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata yang telah memberi izin kepada

penulis untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktek.

2. Ibu Inneke Hantoro, S.TP., MSc. selaku Dosen Fakultas Teknologi Pertanian

Unika Soegijapranata yang telah membimbing dan membantu dalam penulisan

laporan Kerja Praktek ini.

3. Ibu Meiliana, S.Gz., M.S. selaku Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Unika

Soegijapranata dan sebagai Koordinator Kerja Praktek yang telah memberikan

arahan dalam memenuhi persyaratan untuk mengikuti kegiatan Kerja Praktek.

4. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pontianak yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktek di

BBPOM di Pontianak.

5. Bapak Stefanus Andrianto, S.TP. selaku pembimbing lapangan Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan selama Kerja Praktek berlangsung.

6. Ibu Yanuarti selaku Kepala Bidang Pengujian Pangan dan Ibu Titis selaku

Penyelia Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya serta Ibu Wiwin, Ibu Indah,

Page 4: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

iii

Ibu Mila, Ibu Desi, Pak Nai dan Pak Anjar selaku Staf Penguji di Laboratorium

Pangan dan Bahan Berbahaya yang sudah bersedia membantu dan membimbing

penulis serta memberi pengarahan selama Kerja Praktek berlangsung.

7. Patricia Dwilestari yang menjadi teman seperjuangan selama Kerja Praktek di

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Pontianak yang telah memberikan

memberi dukungan dan menemani dalam melaksanakan kegiatan Kerja Praktek

hingga penyelesaian laporannya.

8. Papa, Mama, Bang Kalani, Modes, Olive, Bang Theo dan segenap keluarga yang

senantiasa mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan laporan

Kerja Praktek.

9. Tidak lupa untuk pihak-pihak lain dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan

satu persatu atas dukungan, semangat, serta bantuan yang diberikan kepada

penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini penulis sangat menyadari terdapat banyak

kekurangan, sehingga kritik maupun saran yang diberikan akan sangat membantu

penulis dalam memperbaiki kekurangan dan menjadi lebih baik. Akhir kata penulis

ingin menyampaikan banyak terimakasih dan berharap laporan Kerja Praktek ini dapat

bermanfaat untuk berbagai pihak yang membutuhkannya.

Semarang, 9 November 2018

Penulis

Page 5: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ vi

1. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................................ 1

1.3. Metode dan Kegiatan Kerja Praktek .................................................................. 2

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................................ 2

2. PROFIL ORGANISASI .................................................................................................... 3

2.1. Sejarah BPOM ................................................................................................... 3

2.2. Visi dan Misi ...................................................................................................... 3

2.2.1. Visi ............................................................................................................. 3

2.2.2. Misi ............................................................................................................. 3

2.3. Landasan Hukum ............................................................................................... 4

2.4. Budaya Organisasi Badan POM ........................................................................ 4

2.5. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Pontianak .......................................... 5

2.6. Tugas BPOM Dalam Penjaminan Mutu Dan Keamanan Produk Pangan ......... 6

2.6.1. Tugas BPOM ............................................................................................. 6

2.6.2. Fungsi BPOM ............................................................................................. 6

2.6.3. Kewenangan ............................................................................................... 6

2.6.4. Sistem Pengawasan Obat Dan Makanan .................................................... 7

3. PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK DI BBPOM PONTIANAK .......................... 9

3.1. Pengujian Mutu Beberapa Jenis Produk Makanan dan Minuman ..................... 9

3.2. Membantu Menyiapkan Materi Audit ISO 17025 ........................................... 10

3.3. Pengawasan Mutu Produk yang Beredar ......................................................... 10

4. PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK YANG BEREDAR DI

PONTIANAK OLEH BBPOM .............................................................................................. 12

4.1. Pengambilan Sampel ........................................................................................ 12

4.2. Analisa Kadar Aspartam .................................................................................. 13

4.3. Hasil Pengamatan ............................................................................................ 13

5. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 15

6. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 20

6.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 20

6.2. Saran ................................................................................................................ 20

7. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

8. LAMPIRAN ...................................................................................................................... 23

8.1. Foto .................................................................................................................. 23

8.2. Hasil Plagscan .................................................................................................. 25

Page 6: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perka BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014 ........................................................... 12

Tabel 2. Hasil Pengujian Aspartam Pada Minuman Serbuk .......................................... 14

Page 7: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM ............................................................ 5

Gambar 2. Preparasi Sampel .......................................................................................... 23

Gambar 3. Sampel Dilarutkan Dengan Fase Gerak Sampe Tanda Tera ........................ 23

Gambar 4. Sampel dimasukkan kedalam tabung HPLC ................................................ 23

Gambar 5. Kolom yang digunakan dalam pengujian aspartam ...................................... 23

Gambar 6. Alat HPLC .................................................................................................... 23

Gambar 7. Foto Bersama Pembimbing Lapangan .......................................................... 24

Gambar 8. Foto bersama Penyelia Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya .......... 24

Gambar 9. Foto Bersama Kepala Bidang dan Staf Penguji Laboratorium Pangan dan

Bahan Berbahaya ............................................................................................................ 24

Page 8: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini industri-industri produk pangan yang ada di Indonesia semakin berkembang,

tidak hanya dalam skala industri namun banyak juga produk pangan yang non-industri

turut ambil bagian dalam perkembangan produk olahan pangan. Karena perkembangan

produk pangan yang sangat signifikan ini, maka semakin besar pula munculnya resiko-

resiko keamanan pangan. Masalah yang timbul biasanya dikarenakan kurangnya

wawasan dan kesadaran masyarakat akan keamanan produk pangan yang sering

dikonsumsi, dan juga sebagian besar masyarakat masih belum memiliki pengetahuan

yang memadai untuk memilih dan menggonsumsi produk makanan sesuai dengan

anjuran yang tepat, benar dan aman. Di sisi lain pihak industri pangan terus melakukan

produksi dan mengiklankan produknya yang membuat konsumen terdorong untuk

mengkonsumsi secara berlebihan sehingga seringkali tidak rasional. Maka dari itu Unit

Pelaksana Teknis Badan POM dibentuk pada setiap wilayah di Indonesia agar dapat

mengawal keamanan pangan, menindaklanjuti pengaduan masyarakat dan membuka

akses seluas-luasnya kepada masyarakat atau konsumen untuk menyampaikan keluhan

serta memberikan informasi yang akurat dan jujur.

Kami sebagai mahasiswa juga ikut mempelajari dan memahami perkembangan ini,

sebagian besar masalah keamanan pangan ini telah kami ketahui dan diajarkan secara

teori pada saat perkuliahan. Meskipun begitu teori yang kami dapatkan tidak akan

cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan.

Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek di Balai Besar POM di

Pontianak, agar kami sebagai mahasiswa Teknologi Pangan UNIKA Soegijapranata

dapat mengetahui dan memahami sejauh mana pengawasan mutu yang dilakukan di

BBPOM Pontianak. Dengan dilakukannya kegiatan Kerja Praktek ini mahasiswa dapat

mencari pengalaman di dunia kerja, untuk menjadi bekal saat nanti bekerja.

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui alur pengawasan mutu

minuman serbuk yang ada beredar di Pontianak, yang difokuskan pada pengujian kadar

Page 9: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

2

aspartam di minuman serbuk yang disesuaikan dengan dengan Perka BPOM RI No.4

tahun 2014 23/PA/05.

1.3. Metode dan Kegiatan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilakukan di dalam laboratorium pangan dan bahan berbahaya di Balai

Besar POM di Pontianak, mahasiswa Kerja Praktek diberi kesempatan untuk membantu

pengujian sampel yang sedang dikerjakan oleh staf penguji. Pengujian yang dilakukan

meliputi identifikasi pemanis, pengawet, kafein dan cemaran logam serta uji lainnya.

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kerja Praktek ini dilaksanakan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

Pontianak yang terletak di Jl. dr. Soedarso, Bangka Belitung Laut, Kota Pontianak,

Kalimantan Barat 78124 dan dimulai dari tanggal 16 Juli sampai 16 Agustus 2018.

Page 10: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

3

2. PROFIL ORGANISASI

2.1. Sejarah BPOM

Pada tahun 1975 sebelum Badan POM dibentuk, pengawasan obat dan makanan

dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan yang bekerja

dibawah Departemen Kesehatan dengan tugas pokok melakukan pengaturan dan

pengawasan obat dan makanan, kosmetika, alat kesehatan, obat tradisional, narkotika

dan juga bahan berbahaya. Setelah itu terjadi banyak perubahan yang terjadi hingga

setelah melewati masa reformasi, yang saat itu dipimpin oleh bapak Presiden

Abdurahman Wahid, beliau mengeluarkan suatu Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun

2000 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan dan susunan organisasi Badan

POM yang ditetapkan sebagai lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang

bertanggung jawab kepada Presiden dan dikoordinasikan dengan Menteri Kesehatan.

Pada tahun 2001 terjadi perubahan menjadi Keputusan Presiden Nomor 173 Tahun

2000 tentang pembentukan Badan POM. Terakhir, Keputusan Presiden tersebut

digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas

Obat dan Makanan. Setelah semua peraturan ini dikeluarkan, Badan POM menjadi

Badan yang ditugaskan dalam mengawasi peredaran obat dan makanan di tengah

masyarakat serta menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Balai Besar POM di Pontianak merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan POM di

wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI

Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di

Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan..

2.2. Visi dan Misi

2.2.1. Visi

Visi dari Badan POM adalah obat dan makanan aman meningkatkan kesehatan

masyarakat dan daya saing bangsa.

2.2.2. Misi

Misi dari Badan POM, yaitu :

Page 11: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

4

Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat.

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

2.3. Landasan Hukum

Dasar hukum organisasi BPOM ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun

2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Peraturan Badan Pengawas Obat

dan Makanan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengawas Obat dan Makanan, serta Peraturan Badan POM Nomor 12 Tahun 2018

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM.

2.4. Budaya Organisasi Badan POM

Budaya Organisasi Balai Besar POM di Pontianak sesuai dengan budaya organisasi

BPOM sebagai berikut :

Profesional. Menegakkan integritas, objektifitas, ketekunan dan memiliki

komitmen yang tinggi.

Integritas. Konsistensi, keteguhan dan dapat dipercaya oleh masyarakat luas baik

nasional maupun internasional.

Kredibilitas. Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakaat luas baik nasional

maupun internasional.

Kerjasama Tim. Mengutamakan sikap saling percaya, keterbukaan dan

komunikasi yang baik.

Inovatif. Memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi

terkini.

Responsif-cepat. Menyelesaikan permasalahan dengan antisipatif dan respontif.

Page 12: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

5

2.5. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Pontianak

Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2018,

Struktur Organisasi Balai Besar POM di Pontianak sebagai berikut :

1. Kepala Balai

2. Bagian Tata Usaha

3. Bidang Pengujian

4. Bidang Pemeriksaan

5. Bidang Penindakan

6. Bidang Informasi dan Komunikasi

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

KEPALA

BAGIAN TATA

USAHA

SUB BAGIAN PROGRAM

DAN EVALUASI

SUB BAGIAN

UMUM

BIDANG

PENGUJIAN BIDANG

PEMERIKSAAN

BIDANG

PENINDAKAN

BIDANG INFORMASI

DAN KOMUNIKASI

SEKSI PENGUJIAN

KIMIA

SEKSI INSPEKSI

SEKSI PENGUJIAN

MIKROBIOLOGI

SEKSI SERTIFIKASI

Page 13: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

6

2.6. Tugas BPOM Dalam Penjaminan Mutu Dan Keamanan Produk Pangan

2.6.1. Tugas BPOM

Tugas BPOM adalah menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan

Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Obat dan Makanan yang terdiri dari bahan obat, narkotika, psikotropika,

prekursor, zat adiktif, dan obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan

olahan.

2.6.2. Fungsi BPOM

Dalam melaksanakan tugas pengawasan obat dan makanan, beberapa fungsi BPOM

yaitu menyelenggarakan :

a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan;

b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan;

c. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar;

d. Pelaksanaan pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar;

e. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang pengawasan obat dan makanan;

f. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi

kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;

g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan

h. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di

lingkungan BPOM.

2.6.3. Kewenangan

Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM mempunyai

kewenangan:

a. Menerbitkan surat izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan

persyaratan keamanan, manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Page 14: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

7

b. Melakukan penyidikan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan memberikan sanksi administratif

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2.6.4. Sistem Pengawasan Obat Dan Makanan

Sistem pengawasan obat dan makanan yang diselenggarakan oleh BPOM merupakan

suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan sebelum beredar (pre-market)

dan pengawasan setelah beredar (post-market).

Sistem pengawasan obat dan makanan di BPOM meliputi beberapa hal berikut ini :

1. Standarisasi

Dengan melakukan penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan terkait dengan

pengawasan obat dan makanan.

2. Penilaian (pre-market evaluation)

Pengawasan obat dan makanan sebelum beredar dilakukan sebagai tindakan

pencegahan untuk menjamin produk obat dan makanan yang beredar memenuhi

standar persyaratan keamanan dan mutu yang telah ditetapkan.

3. Pengawasan setelah beredar (post-market control)

Pengawasan obat dan makanan setelah beredar dilakukan untuk memastikan produk

obat dan makanan yang telah beredar masih memenuhi standar persyaratan

keamanan, dan mutu yang telah ditetapkan atau tidak. Pengawasan obat dan

makanan setelah beredar juga dilakukan sebagai upaya penegakan hukum, jika

terjadi pelanggaran dapat diberikan sanksi administratif seperti pencabutan izin

edar atau dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran dan disita untuk

dimusnahkan.

4. Pengujian laboratorium

Setelah dilakukan pengambilan sampel yang dianalisis berdasarkan risiko kemudian

dilakukan pengujian di laboratorium untuk mengetahui apakah produk obat dan

makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan dan mutu yang telah

ditetapkan.

5. Penindakan di bidang pengawasan obat dan makanan

Apabila terjadi pelanggaran maka tindaklanjut dilakukan berdasarkan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan. Penindakan

Page 15: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

8

didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun penyidikan. Proses

penegakan hukum sampai dengan penyidikan yang resmi (projusticia) dapat

diberikan sanksi pidana dan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Pembinaan:

a. Pembinaan/Bimbingan Teknis/Asistensi Regulasi kepada Pelaku Usaha

Upaya yang diberikan untuk mendukung pelaku usaha agar dapat memenuhi

ketentuan standar yang menjamin keamanan dan mutu maka dilakukan

pendampingan regulatory, bimbingan teknis, dan memfasilitasi pelaku usaha.

b. Pemberdayaan Masyarakat

Merupakan penguatan kerja sama kemitraan dengan pemangku kepentingan

dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan obat dan makanan dengan

beberapa sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah sehingga terjalin kerja

sama dan komunikasi yang baik, serta tersedia informasi dan edukasi yang

memadai.

Page 16: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

9

3. PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK DI BBPOM PONTIANAK

Saat melakukan kerja praktek di BBPOM Pontianak, ada beberapa kegiatan yang dilakukan

yaitu pengujian di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya yang meliputi uji pemanis,

pengawet, kafein dan kandungan cemaran logam berat pada beberapa produk makanan dan

minuman, membantu menyiapkan materi audit ISO 17025, serta terlibat dalam pengawasan

mutu khususnya pada pengujian pemanis aspartam yang ada di beberapa minuman serbuk

yang telah beredar di Pontianak dan dibandingkan dengan syarat maksimum aspartam pada

Peraturan Kepala BPOM RI No 4 tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan

Tambahan Pangan Pemanis.

3.1. Pengujian Mutu Beberapa Jenis Produk Makanan dan Minuman

Pada saat di laboratorium pangan dan bahan berbahaya kegiatan yang dilakukan yaitu

pengujian mutu beberapa jenis produk makanan dan minuman yang terdiri dari beberapa

parameter uji seperti penggunaan bahan tambahan pangan yang meliputi uji pemanis, kafein

dan pengawet. Selain itu dilakukan pula pengujian kandungan cemaran logam berat. Berikut

beberapa metode yang dilakukan selama berada di laboratorium pangan dan bahan

berbahaya:

a. Uji AAS (Atomic Absorbsion Spectrophotometri)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan cemaran logam berat di produk

makanan dan minuman. Dimana pada pengujian sampel kopi bubuk dan ice cream yang akan

diuji ditambahkan larutan HNO3 pekat. Setelah itu, dilakukan proses pemanasan dengan

microwave selama 1 jam, dan kemudian dilakukan pengeluaran asap berwarna coklat. Lalu

sisa cairan yang terbentuk dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditambahkan

aquademineral sampai tanda tera. Setelah itu larutan difiltrasi dengan menggunakan

membran filtrat untuk selanjutnya dianalisa kandungan logam beratnya dengan menggunakan

atomic absorbsion spectrophotometri.

b. Uji Benzoat Sorbat Sakarin

Dalam pengujian penetapan kadar asam benzoat, asam sorbat, dan natrium sakarin

menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang biasa dikenal dengan

metode high performance liquid chromatography (HPLC). Pada metode HPLC ini digunakan

Page 17: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

10

detektor UV dengan panjang gelombang 225 nm, kolom C18 (150 x 4,6 mm) dan

menggunakan fase gerak metanol dan dapar fosfat pH 6,8 (4:96).

c. Uji Aspartam

Untuk mengetahui kadar aspartam dalam suatu produk pangan khususnya minuman serbuk,

yang dalam pengujiannya menggunakan metode HPLC. Dimana sampel yang akan diuji

dilarutkan dengan fase gerak larutan dapar natrium dihidrogen fosfat 2H2O 10 mM (pH 2,6)

dan asetonitril (82,5 : 17,5), kemudian disaring dengan penyaring membran 0,45µm, ukuran

kolom yang digunakan dengan 150 x 4,6 mm, kemudian dengan panjang gelombang 210 nm

dan fase diamnya adalah oktodesilsilan (C18).

d. Uji Kafein

Pengujian ini dilakukan pada produk minuman kopi siap minum dan kopi hitam bubuk.

Prinsip dari pengujian ini adalah memisahkan kafein dari lemak dan protein yang ada pada

sampel, setelah itu diektraksi menggunakan air panas dan ditetapkan secara HPLC dengan

detektor UV pada panjang gelombang 276 nm. Fase gerak yang digunakan adalah larutan

dapar fosfat 10 mM pH 7 dan metanol (60:40) yang dialirkan melalui kolom 250 x 4,6 mm

dengan fase diam symmetry C18.

3.2. Membantu Menyiapkan Materi Audit ISO 17025

Dalam kerja praktek ini dilakukan kegiatan penyiapan materi audit yang bersifat administratif

seperti menyusun panduan ISO 17025-2017, menyiapkan laporan kalibrasi peralatan

laboratorium tahun 2016, 2017, dan 2018, membantu menyiapkan instruksi kerja (IK)

laboratorium, membantu penataan verifikasi kalibrasi alat tahun 2016, 2017, dan 2018,

membantu mengetik manual organisasi, menerjemahkan bahasa dokumen komite akreditasi

nasional (KAN) G-01 mengenai Guide on The Evaluation And Expression Of Uncertainty In

Measurement, G-06 mengenai Guide on Measurement Assurance dan G-20 tentang

Interpretation And Guidance On The Estimation Of Uncertainty Of Measurement In Testing.

3.3. Pengawasan Mutu Produk yang Beredar

Alur pengawasan mutu produk yang telah beredar sebelum masuk pengujian dilakukan

pengambilan sampel terlebih dahulu oleh Bidang Pemeriksaan, pengambilan sampel

dilakukan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM RI tentang Pedoman Sampling dan

Pengujian yang ditentukan berdasarkan analisis risiko yang ada dalam produk pangan. Dalam

Page 18: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

11

analisis risiko ini dipertimbangkan beberapa hal, antara lainhasil pengujian tahun

sebelumnya, kajian kesehatan, tingkat konsumsi masyarakat, adanya laporan konsumen dan

keadaan di daerah pengujian. Sampel yang diperoleh kemudian diserahkan ke Bidang

Pengujian pada Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya untuk diuji kualitas mutu produk

dan keakuratan informasi yang ada pada keterangan produk. Setelah diuji dan didapatkan

hasilnya kemudian dibandingkan dengan syarat yang berlaku, misalnya berdasarkan Perka

BPOM RI ataupun standar SNI. Hasil yang memenuhi syarat maupun tidak memenuhi syarat

akan dilaporkan kepada penyelia laboratorium, kemudian diserahkan ke kepala bidang untuk

diteruskan ke kepala BBPOM dan seterusnya dikirim ke Badan POM untuk ditindaklanjuti.

Page 19: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

12

4. PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK YANG BEREDAR DI

KALIMANTAN BARAT OLEH BBPOM DI PONTIANAK

4.1. Pengambilan Sampel

Sebelum dilaksanakan pengujian, dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu oleh Bidang

Pemeriksaan, pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM

RI tentang Pedoman Sampling dan Pengujian. Jenis sampel yang akan diuji sudah ditetapkan

di bulan-bulan tertentu. Pada saat melakukan kerja praktek di Balai Besar POM di Pontianak

tepatnya pada pertengahan bulan Juli, dimana berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan saat

itu pengujian sedang fokus pada berbagai produk minuman berperisa, baik minuman serbuk

maupun minuman yang siap diminum.

Saat melakukan pengambilan sampel produk minuman serbuk yang akan diuji atau diawasi

dilakukan dengan berbelanja dari supermarket maupun toko yang ada di Kalimantan Barat.

Untuk satu buah sampel, dipilih produk minuman serbuk yang memiliki jenis yang sama satu

dengan yang lainnya, misalnya produk minuman serbuk yang memiliki tanggal kadarluarsa,

nomor registrasi, serta nomor batch yang sama. Kemudian hasil dari pengambilan sampel tadi

akan ditandai dengan nomor sampel pengujian sebagai kode agar dapat mempermudah dalam

proses pemindaian data. Sampel minuman serbuk yang didapat diserahkan ke bidang

pengujian Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya untuk diuji kualitas mutu produk dan

keakuratan informasi yang ada pada keterangan produk. Apabila terdapat produk yang tidak

sesuai dengan Perka BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014 maka produk tersebut akan dilaporkan

ke Badan POM terlebih dahulu. Setelah itu Badan POM akan memberikan prosedur tindakan

lanjutan yang dapat berupa peringatan ataupun produk ditarik dari pasaran.

Tabel 1. Perka BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014

No.

Kategori

Pangan

Kategori Pangan Batas Maksimum

(mg/kg)

14.1.4

Minuman berbasis air berperisa, termasuk

minuman olahraga atau elektrolit dan

minuman berpartikel

600

dihitung terhadap

produk siap konsumsi

(as consumed)

Page 20: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

13

4.2. Analisa Kadar Aspartam

Analisa kuantitatif pemanis aspartam dilakukan secara HPLC dimana alat Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi diatur dengan kondisi :

Kolom : Pada partikel 100 µm ; 150 x 4,60 mm

Fase Diam : Oktodesilsilan (C18)

Fase Gerak : Larutan dapar natrium dihidrogen fosfat 2H2O 10 mM (pH 2,6) dan

asetonitril (82,5 : 17,5)

Laju Alir : 1,2 ml/menit

Detektor : Ultraviolet pada panjang gelombang 210 nm.

Vol. Penyuntikkan : 20 µl

Perhitungan menggunakan persamaan garis regresi linear Y=bx+a dari baku pembanding

yang telah dibuat terlebih dahulu.

Kadar aspartam dihitung dengan rumus :

Ket : Csp : Kadar aspartam yang diperoleh dari perhitungan dengan kurva kalibrasi (µg/ml)

F : Faktor pengenceran (mL)

W : Bobot sampel (g)

4.3. Hasil Pengamatan

Pada tabel 2. dapat dilihat hasil pengujian aspartam pada minuman serbuk sampel A memiliki

kadar aspartam dalam kemasan sebesar 60208,4875 mg dan kadar aspartam as consumed

sebesar 301,0424 mg/kg. Sedangkan pada sampel B kadar aspartam dalam kemasan sebesar

150626,4200 mg, dan kadar aspartam as consumed sebesar 241,0022 mg/kg. Dimana kedua

sampel ini memenuhi syarat kadar aspartam dalam minuman serbuk yang ada pada Perka

BPOM RI Nomor 4 Tahun 2014 yaitu kurang dari ( ) 600 mg/kg.

Page 21: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

14

Tabel 2. Hasil Pengujian Aspartam Pada Minuman Serbuk

Keterangan : µg/g = mg/kg

Sampel Ulangan Wadah+

Sampel

(g)

Wadah +

sisa (g)

Berat

sampel

(g)

Area Kadar

Aspartam

(µg/g)

Rata2

(µg/g)

Kadar Aspartam

dalam kemasan

(mg)

Kadar Aspartam

“as consumed”

(mg/kg)

A 1 0,6295 0,1263 0,5032 902690 2450,8235 2408,3395 60208,4875 301,0424

2 0,6268 0,1274 0,4994 866216 2365,8555

B 1 0,6356 0,1270 0,5086 2166278 5949,5163 6025,0568 150626,4200 241,0022

2 0,6286 0,1266 0,5020 2192059 6100,5973

14

Page 22: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

15

5. PEMBAHASAN

Minuman serbuk merupakan salah satu produk pangan instan yang mudah untuk disajikan

atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif singkat (Hartomo dan Widiatmoko, 1992 dalam

Deivy, 2016). Dalam pembuatan minuman serbuk para produsen biasanya menambahkan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada produknya. BTP merupakan senyawa yang sengaja

ditambahkan ke dalam makanan dan digunakan sebagai pelengkap bahan utama yang terlibat

dalam proses pengemasan, pengolahan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006 dalam Ainur dkk,

2017). Hal ini dibenarkan pula oleh Hayati (2012), bahwa bahan tambahan pangan (BTP)

adalah bahan yang biasanya bukan komponen khas dalam makanan, dapat mempunyai nilai

gizi ataupun tidak, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk mendukung

dalam proses pembuatan, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan. Tujuan dari

penambahan BTP untuk meningkatkan nilai gizi makanan, memperbaiki nilai sensori

makanan dari segi tekstur, rasa dan penampakan dan juga memperpanjang umur simpan

makanan (Cahyadi, 2006 dalam Ainur dkk, 2017). Penggunaan bahan tambahan pangan

(BTP) dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam

penggunaannya akan membahayakan kesehatan (Aticha, 2017). Adapun jenis BTP yang

paling sering digunakan adalah benzoat dan sorbat sebagai bahan pengawet, sakarin aspartam

sebagai pemanis dan berbagai jenis pewarna agar tampilan produk terlihat menarik.

BTP yang biasanya paling sering digunakan dalam minuman serbuk adalah pemanis buatan

jenis aspartam. Menurut Seniwati dkk, (2013) aspartam adalah pemanis buatan yang non

karbohidrat melainkan terdiri dari asam amino dan bersifat non nutritif, dikenal dengan nama

kimia aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester dan nama dagang equal yang biasa digunakan

sebagai pemanis dalam produk-produk minuman ringan. Aspartam ini memiliki daya

kemanisan kurang lebih dua ratus kali kemanisan sukrosa. Aspartam termasuk pemanis yang

pengggunaannya sudah disetujui FDA (Food Drug Administration) namun tetap harus

memperhatikan ketentuan yang berlaku (Esti, 2018). Pada minuman ringan, penggunaan

aspartam kurang menguntungkan karena apabila disimpan dalam waktu yang lama akan

mengakibatkan turunnya rasa manis (Cahyadi, 2006 dalam Revivo dkk, 2014). Dampak

aspartam bagi kesehatan yang sering terjadi adalah sakit kepala, gejala perilaku kejang, dan

hipersensitivitas bahkan kelebihan aspartam pada anak-anak akan meningkatkan risiko

terkena kanker otak (Martindale, 2009 dalam Sumartini, 2015). Aspartam juga tidak

Page 23: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

16

diperkenankan untuk dikonsumsi oleh individu yang menderita penyakit fenilketonuria

(PKU) atau fenilalaninemia. Dimana PKU sendiri merupakan penyakit kelainan genetik yang

menyebabkan penderitanya tidak memiliki enzim yang mampu mengolah asam amino

fenilalanin. Kita ketahui bahwa aspartam merupakan senyawa turunan dari asam amino

essensial fenilalanin, sehingga apabila penderita PKU mengkonsumsi aspartam kadar

fenilalanin dalam darah akan tinggi dan membahayakan kesehatan karenan meracuni otak

dan menyebabkan keterbelakangan mental (Fitriana, 2013 dalam Sumartini, 2015). Untuk itu

penggunaan aspartam dalam minuman serbuk telah diatur dalam Peraturan Kepala BPOM RI

Nomor 4 Tahun 2014 dimana minuman serbuk yang mengandung aspartam memiliki batasan

maksimum kurang dari 600 mg/kg.

Pengujian kadar pemanis aspartam pada minuman serbuk di BBPOM Pontianak merupakan

pengawasan setelah beredar (post-market control) yang bertujuan untuk melihat konsistensi

kadar aspartam yang ada pada minuman serbuk sebelum beredar tetap sama atau tidak ketika

setelah diedarkan. Sebelum dilakukan pengujian, pengambilan sampel terlebih dahulu

dilakukan oleh bidang Pemeriksaan. Pencarian sampel produk minuman serbuk, dilakukan

dengan berbelanja dari supermarket maupun toko terdekat. Pada saat belanja dipilih produk

minuman serbuk yang memiliki jenis yang sama satu dengan yang lainnya, misalnya produk

minuman serbuk yang memiliki tanggal kadarluarsa, nomor registrasi perizinan, serta nomor

batch yang sama. Nomor perizinan yang dikeluarkan BPOM pada saat pre-market ada 2 jenis

yaitu MD dan ML dimana MD merupakan singkatan dari Makanan Dalam untuk industri

makanan besar dan berasal dari dalam negeri, dalam satu brand yang sama nomor perizinan

ini berbeda tergantumg dari lokasi produksi dan jenisnya. Sedangkan ML merupakan

singkatan dari Makanan Luar untuk makanan yang berasal dari luar negeri yang telah legal

dan resmi beredar di Indonesia (Renstra Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, 2016).

Adapun pada minuman serbuk yang diuji merupakan produk makanan dalam (MD) yang

mana pada nomor perizinan BPOM nya diawali dengan huruf MD dan ikuti dengan sederetan

angka. Kemudian hasil dari sampling minuman serbuk dalam kemasan sachet yang telah

didapatkan akan dijadikan satu dengan sachet lainnya yang sejenis dalam wadah plastik,

kemudian diberi nomor sampel pengujian sebagai kode agar dapat mempermudah dalam

proses pemindaian data. Sampel minuman serbuk yang didapat diserahkan ke bidang

pengujian Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya untuk diuji konsistensi kadar pemanis

aspartam dan parameter pengujian lainnya.

Page 24: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

17

Sampel yang akan diuji di BBPOM ditetapkan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM

RI tentang Pedoman Sampling dan Pengujian. Keputusan tersebut diterbitkan berbeda setiap

tahunnya dan disusun berdasarkan analisis risiko dengan memprioritaskan pengawasan

kepada hal-hal yang memiliki risiko lebih besar sehingga pengawasan lebih optimal.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan analisis risiko antara lain hasil pengujian tahun

sebelumnya dimana apabila pengujian tahun sebelumnya didapatkan temuan dalam produk

minuman serbuk yang masih dapat ditolelir maka ditahun berikutnya produk tersebut akan

tetap diawasi dan diuji. Analisis risiko selanjutnya adalah dari kajian kesehatan atau

dampaknya pada kesehatan misalnya adanya peringatan dari dinas kesehatan untuk

mengawasi minuman serbuk yang menggunakan pewarna sintesis, dimana apabila tidak

sesuai dosis yang telah ditentukan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada organ ginjal

maka dari itu di lakukan pengujian pada parameter warna di beberapa merek minuman serbuk

yang beredar. Analisis risiko yang berikutnya dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat yang

diketahui ada beberapa produk minuman serbuk yang paling sering dikonsumsi masyarakat

dan peredarannya lebih banyak dari merek minuman serbuk lainnya maka akan dilakukan

pengujian pada minuman serbuk tersebut. Kemudian analisis risiko juga dilihat dari adanya

laporan konsumen yang menunjukkan complain terhadap produk minuman serbuk atau

konsumen yang mendapatkan masalah kesehatan setelah mengkonsumsi suatu produk

tertentu, serta keadaan di daerah pengujian dimana Kalimantan Barat bersebelahan dengan

negara tetangga Malaysia, sehingga berisiko besar adanya peredaran produk-produk dari

Malaysia yang tidak memiliki izin edar dari BPOM.

Pada pengujian kandungan pemanis aspartam yang ada di minuman serbuk dilakukan analisa

kuantitatif dengan mengunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau

dikenal dengan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) analisis dengan KCKT dipilih

karena analisis lebih cepat, daya pisah baik, memiliki kepekaan yang tinggi, penyiapan

sampel relatif mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai (Johnson, 1991

dalam Hayun et al, 2014). Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan komponen

dalam suatu campuran dengan proses kesetimbangan yang dihasilkan dari penyerapan

(absorpsi) diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary phase) yang mempunyai luas

permukaan dan fase gerak (mobile phase) (Nurhidayati et al, 2015). Ciri dari metode KCKT

ini menggunakan tekanan tinggi untuk mengirim fase diam kedalam kolom. Kolom yang

digunakan dalam pegujian aspartam berukuran 250 x 4,6 mm, dimana menurut Ardianingsih

Page 25: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

18

(2009) pemisahan dengan hasil yang baik jika fase diam mempunyai luas kontak yang

maksimal dan fase gerak berpindah dengan cepat. Dalam pengujian ini fase diam yang

digunakan adalah oktadesilsilan, hal ini dibenarkan oleh Aini (2012) bahwa fase diam

umumnya menggunakan suatu partikel silika berpori mikro yaitu C18 (ODS=

octadeclsilane). Kemudian fase gerak yang digunakan adalah campuran dapar fosfat dan

asetonitril, dimana fase gerak sendiri berfungsi sebagai pembawa komponen campuran

menuju detektor, maka dari itu fase gerak merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

proses pemisahan dalam KCKT (Nurhamidah, 2005). Sedangkan detektor UV digunakan

karena senyawa yang akan dianalisis yaitu aspartam akan menyerap radiasi elektromagnetik

pada daerah UV, yaitu pada panjang gelombang 210 nm (Saito et al., 2006 dalam Martono,

2012).

Hasil dari pengujian kadar aspartam dalam minuman serbuk yang telah dilakukan dapat di

lihat pada tabel 2. dimana minuman serbuk sampel A memiliki kadar aspartam dalam

kemasan sebesar 60208,4875 mg dan kadar aspartam as consumed sebesar 301,0424 mg/kg.

Sedangkan pada sampel B kadar aspartam dalam kemasan sebesar 150626,4200 mg dan

kadar aspartam as consumed sebesar 241,0022 mg/kg. Dalam Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas

Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Aspartam 23/PA/05 dimana pada

minuman berbasis air berperisa, termasuk minuman olahraga atau elektrolit dan minuman

berpartikel memiliki batas maksimum 600 mg/kg yang dihitung terhadap produk siap

konsumsi (as consumed). Dapat dilihat kadar aspartam as consumed dalam minuman serbuk

A dan B tersebut memenuhi syarat Perka BPOM RI No.4 tahun 2014 dimana kadar aspartam

kurang dari batasan maksimum 600 mg/kg.

Kemudian dari tabel 2. hasil pengujian terdapat kadar aspartam dalam kemasan yang

menunjukkan kadar aspartam sangat tinggi atau melampaui syarat Perka BPOM RI Nomor 4

Tahun 2014. Hal ini dikarenakan perhitungan kuantitatifnya belum berdasarkan as consumed

atau belum disesuaikan dengan aturan penyajian saat akan dikonsumsi. Hasil yang didapat

dari pengujian ini kemudian diolah sesuai dengan format dan ketentuan yang telah

ditetapkan, setelah itu dilaporkan kepada penyelia laboratorium untuk disesuaikan dengan

paramater pengujian lainnya. Kemudian diserahkan ke kepala bidang pangan untuk

diteruskan ke kepala BBPOM dan seterusnya dikirim ke Badan POM. Apabila ditemukan

Page 26: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

19

adanya ketidaksesuaian informasi produk dengan hasil uji yang didapat dan/atau produk

dinyatakan tidak memenuhi syarat dan mutu yang berlaku, maka produk tersebut dilaporkan

terlebih dahulu kepada Badan POM untuk kemudian dapat ditindaklanjuti. Badan POM akan

memberikan instruksi tindakan lanjutan kepada BBPOM Pontianak. Adapun tindakan

lanjutan dapat berupa peringatan atau juga bisa dalam bentuk penarikan produk tersebut

dipasaran.

Sistem pengawasan mutu pada minuman serbuk berperisa di Balai Besar POM Pontianak

dapat dikatakan sudah memenuhi fungsi BPOM dalam melaksanakan pengawasan obat dan

makanan, hal ini juga didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai di BBPOM

Pontianak. Kemudian alur pengawasannya sesuai dengan sistem pengawasan obat dan

makanan yang telah ditetapkan oleh BPOM, serta pengujian yang dilakukan dilaboratorium

sesuai dengan prosedur atau instruksi kerja yang telah menjadi standar BPOM. Namun

sampel yang diambil tidak cukup untuk mewakili populasi persebaran sampel atau BPOM

tidak melihat ragam dari sampel, karena sampel yang diambil terbatas hanya pada sampel

yang memiliki nomor perizinan sama, dan nomor batch yang sama pada satu jenis sampel,

sementara nomor batch akan berbeda disetiap produksinya begitu pula dengan banyaknya

sampel yang telah beredar, untuk itu hasil pengujian tidak melihat keseragaman antar sampel

dengan batch yang berbeda. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan adanya

ketidaksesuaian data yang diperoleh dengan sampel lainnya yang memiliki nomor batch

berbeda. Setelah itu karena terbatasnya sumber daya manusia dan semakin berkembangnya

industri di bidang obat dan makanan membuat cakupan pengawasan obat dan makanan di

Pontianak menjadi lebih luas, hal ini juga menjadi tantangan BBPOM Pontianak dalam

melakukan pengawasan obat dan makanan.

Page 27: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

20

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan Kerja Praktek yang telah dilakukan di BBPOM Pontianak, dapat ditarik

kesimpulan :

Pengawasan produk pangan oleh BPOM dilakukan sebelum produk beredar (pre-

market evaluation) dan setelah produk beredar (post-market control).

Sampel yang akan diuji ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan POM RI tentang

Pedoman Sampling dan Pengujian yang disusun berdasarkan analisis risiko antara lain

hasil pengujian tahun sebelumnya, kajian kesehatan, adanya laporan konsumen dan

keadaan spesifik di wilayah pengawasan.

Kadar aspartam dalam minuman serbuk A dan B yang diuji memenuhi syarat Perka

BPOM RI No 4 tahun 2014 dimana kadar aspartam keduanya di bawah batasan

maksimum 600 mg/kg.

6.2. Saran

Sebaiknya BPOM mengadakan evaluasi tentang pedoman pengambilan sampel, karena

selama ini pengujian hanya diarahkan pada sampel yang bernomor registrasi dan

memiliki nomor batch yang sama. Untuk melihat keseragaman data mungkin saat

pengambilan sampel dilakukan dengan sampel yang memiliki nomor batch yang

berbeda, agar didapat data yang cukup mewakili populasi pesebaran sampel di daerah

tertentu.

Page 28: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

21

7. DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul. 2012 Aflatoksin: Cemaran dan Metode Analisisnya Dalam Makanan. Jurnal

Kefarmasian Indonesia Vol 2, No 2 : 54 – 61.

Ainur Rofieq, Eka Putra Dewangga, May Hastuti Lubis. 2017. Analisis Bahan Tambahan

Pangan Berbahaya Dalam Jajanan di Lingkungan Sekolah Menengah Atas Propinsi

Jawa Timur Indonesia. Universitas Muhammadiyah Malang.

Ardianingsih, Retno. 2009. Penggunaan High Performance Liquid Chromatografi (HPLC)

Dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Berita Dirgantara Vol. 10. No.4 : 101-104.

Aticha, Anata Putri, Fatmah Dhafir, Abd. Hakim Laenggeng. 2017. Analisis Kandungan

Rhodamin B Pada Jajanan Makanan yang Dijual di Area Pasar Bambaru Kota Palu dan

Pemanfaatannya Sebagai Media Pembelajaran Biologi. E-Jip Biol Vol.5 (2): 9-19.

ISSN 2338-1795.

Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas

Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. 23/PA/05.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2017. Laporan Tahunan tentang Organisasi dan

Pengawasan Obat dan Makanan.

Deivy Andhika Permata, Kesuma Sayuti. 2016. Pembuatan Minuman Serbuk Instan Dari

Berbagai Bagian Tanaman Meniran (Phyllanthus Niruri). Jurnal Teknologi Pertanian

Andalas, Vol. 20, No.1

Esti, Tyastirin, Risa, Irul, Eva, Irfan, Nova dan Mei. 2018. Analisis Kadar Glukosa,

Hemoglobin dan Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Setelah Diinduksi Aspartam. The

Journal Of Tropical Biology, Vol 2. No 2. ISSN 2580-5029.

Hayati, Hasna dan Dyah. 2012. Analisis Kandungan Nitrit Dalam Sosis Pada Distributor

Sosis di Kota Yogyakarta Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6 No. 1: 1 -

74 ISSN : 1978-0575.

Hayun, Yahdiana dan Citra N. 2004. Penetapan Kadar Sakarin, Asam Benzoat, Asam Sorbat,

Kofeina, dan Aspartam di Dalam Beberapa Minuman Ringan Bersoda Secara

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3 : 148 – 159

ISSN : 1693-9883.

Martono, Yohanes dan Sudibyo Martono. 2012. Analisis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Untuk Penetapan Kadar Asam Galat, Kafein dan Epigalokatekin Galat Pada Beberapa

Produk Teh Celup. Agritech, Vol. 32, No. 4: 362.

Nurhamidah. 2005. Penentuan Kondisi Optimum HPLC Untuk Pemisahan Residu Pestisida

Imidakloprid, Profenofos dan Deltametrin Pada Cabai (Capsicumannum). Jurnal-

Kurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol. 7, No.2 : 87-93.

Nurhidayati, Liliek, Siti Sofiah, Ros Sumarny dan Kevin Caesar. 2015. Validasi Metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi untuk Penetapan Kadar Α-Mangostin dalam Larutan

Page 29: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

22

Oral Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L). Jurnal Penelitian Kimia,

Vol. 11, No. 1, Hal. 38-46.

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan. 2016. Renstra 2015- 2019.

Revivo, Rinda Pratama, Eti Yerizel dan Rahmatini. 2014. Pengaruh Pemberian Aspartam

terhadap Kadar Low-Density Lipoprotein dan High-Density Lipoprotein Pada Tikus

Wistar Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 3(3).

Seniwati, Dali, Trihadi Kusuma dan Afiat Wahyuni Anar. 2013. Analisis Kandungan

Aspartam yang Terdapat Pada Minuman Jajanan Anak Sekolah Yang Beredar di

Makassar dengan Metode HPLC. As-Syifaa Vol 05 (02) : Hal. 162-168 ISSN : 2085-

4714.

Sumartini, Erni S, Hilda A dan Bertha R. 2015. Studi Paparan Pemanis Buatan Aspartam

Pada Minuman Ringan yang Dikonsumsi Siswa/I SMP Negeri 1 Cimaung Kabupaten

Bandung dengan Menggunakan Metode Food Frequency Questionnaire. Prosiding

Seminar Penelitian Sivitas Akademika Universitas Islam Bandung.

Page 30: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

23

8. LAMPIRAN

8.1. Foto

Gambar 2. Preparasi Sampel

Gambar 3. Sampel Dilarutkan Dengan Fase

Gerak Sampe Tanda Tera

Gambar 4. Sampel dimasukkan kedalam

tabung HPLC

Gambar 5. Kolom yang digunakan dalam

pengujian aspartam

Gambar 6. Alat HPLC

Page 31: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

24

Gambar 7. Foto Bersama Pembimbing Lapangan

Gambar 8. Foto bersama Penyelia Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya

Gambar 9. Foto Bersama Kepala Bidang dan Staf Penguji Laboratorium Pangan dan Bahan

Berbahaya

Page 32: PENGAWASAN MUTU MINUMAN SERBUK OLEH BALAI BESAR … · cukup untuk memperluas wawasan kami mengenai pengawasan mutu di bidang pangan. Maka dari itu, kami memilih melakukan kerja praktek

25

8.2. Hasil Plagscan