Pengatuh Interaksi Pengunjung terhadap Perilaku Lutung Jawa Trachypithecus auratus (E. Goffroy, 1812) di Taman Margasatwa Ragunan Rizkyana Novita Sari 1 , Dr. Luthfiralda Sjahfirdi, M. Biomed 1 1. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424. E-mail: [email protected]Abstrak Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi pengunjung yang ditekankan pada aktivitas, kepadatan, dan kebisingan pengunjung terhadap perilaku lutung jawa (Trachypithecus auratus) di, Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama 15.600 menit selama periode Februari 2017--April 2017 dari pukul 08.00--15.30 WIB. Metode scan sampling digunakan untuk mencatat perilaku 1 ekor lutung jawa jantan dewasa dan 2 ekor lutung jawa betina dewasa dalam interval waktu 5 menit tanpa jeda. Hasil menunjukkan bahwa Taman Margasatwa Ragunan memberikan dampak positif terhadap perilaku lutung jawa dikarenakan tingginya persentase perilaku sosial afiliatif dibandingkan perilaku sosial agresif dan adanya interaksi lutung jawa terhadap kehadiran pengunjung. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-square meliputi kepadatan, kebisingan, dan aktivitas pengunjung di antaranya 0,111; 0,077; dan 0,081 (P > 0,05) menunjukkan tidak ada pengaruh antara perilaku dan kehadiran pengunjung terhadap aktivitas harian lutung jawa. Persentase rerata perilaku reproduksi tertinggi jantan terhadap betina 1 dan 2 adalah proseptivitas masing-masing (0,07 ± 0,10) dan (0,03 ± 0,05). Persentase rerata perilaku reproduksi terendah jantan terhadap betina 1 dan 2 adalah reseptivitas masingmasing (0,005 ± 0,01) dan (0,008 ± 0,02). The Influence of Visitor Interactions on Javan Langur Trachypithecus auratus (E. Geoffroy, 1812) Behavior in Taman Margasatwa Ragunan Abstract Research has been conducted to know the effect of visitor interaction that is emphasized on activity, density, and visitor noise on javan langur (Trachypithecus auratus) behavior in Taman Margasatwa Ragunan. The study was conducted for 15,600 minutes in February 2017 - April 2017 from 08:00 a.m. to 15:30 p.m. The scan sampling method is used to record 1 adult male javan langur and 2 adult female juvenile within 5 minute intervals without interlude. The results show that Taman Margasatwa Ragunan has a positive impact on the behavior of javan langur because of the high percentage of affiliative social behavior rather than aggressive social behavior and the interaction of javan langur to the presence of visitors. The results of the research using Chi-square test include density, noise, and visitor activity of 0.111; 0.077; And 0,081 (P> 0,05) showed no influence between behavior and presence of visitor to daily activity of javan langur.The highest mean percentage of male reproductive behavior toward both females is proceptivity and the lowest is receptivity. The highest percentage of reproductive behavior of males to females 1 and 2 is the proceptivity (0.07 ± 0.10) and (0.03 ± 0.05). The mean percentage of male's lowest reproductive behavior toward females 1 and 2 is the receptivity of each (0,005 ± 0,01) and (0,008 ± 0,02). Keyword : daily activity, reproductive behavior, social behavior, affiliative, agressive, visitor Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
21
Embed
Pengatuh Interaksi Pengunjung terhadap Perilaku Lutung ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengatuh Interaksi Pengunjung terhadap Perilaku Lutung Jawa Trachypithecus auratus (E. Goffroy, 1812) di Taman Margasatwa Ragunan
Rizkyana Novita Sari1, Dr. Luthfiralda Sjahfirdi, M. Biomed1
1. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, Jawa
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi pengunjung yang ditekankan pada aktivitas, kepadatan, dan kebisingan pengunjung terhadap perilaku lutung jawa (Trachypithecus auratus) di, Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama 15.600 menit selama periode Februari 2017--April 2017 dari pukul 08.00--15.30 WIB. Metode scan sampling digunakan untuk mencatat perilaku 1 ekor lutung jawa jantan dewasa dan 2 ekor lutung jawa betina dewasa dalam interval waktu 5 menit tanpa jeda. Hasil menunjukkan bahwa Taman Margasatwa Ragunan memberikan dampak positif terhadap perilaku lutung jawa dikarenakan tingginya persentase perilaku sosial afiliatif dibandingkan perilaku sosial agresif dan adanya interaksi lutung jawa terhadap kehadiran pengunjung. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-square meliputi kepadatan, kebisingan, dan aktivitas pengunjung di antaranya 0,111; 0,077; dan 0,081 (P > 0,05) menunjukkan tidak ada pengaruh antara perilaku dan kehadiran pengunjung terhadap aktivitas harian lutung jawa. Persentase rerata perilaku reproduksi tertinggi jantan terhadap betina 1 dan 2 adalah proseptivitas masing-masing (0,07 ± 0,10) dan (0,03 ± 0,05). Persentase rerata perilaku reproduksi terendah jantan terhadap betina 1 dan 2 adalah reseptivitas masingmasing (0,005 ± 0,01) dan (0,008 ± 0,02).
The Influence of Visitor Interactions on Javan Langur Trachypithecus auratus (E. Geoffroy, 1812) Behavior in Taman Margasatwa Ragunan
Abstract
Research has been conducted to know the effect of visitor interaction that is emphasized on activity, density, and visitor noise on javan langur (Trachypithecus auratus) behavior in Taman Margasatwa Ragunan. The study was conducted for 15,600 minutes in February 2017 - April 2017 from 08:00 a.m. to 15:30 p.m. The scan sampling method is used to record 1 adult male javan langur and 2 adult female juvenile within 5 minute intervals without interlude. The results show that Taman Margasatwa Ragunan has a positive impact on the behavior of javan langur because of the high percentage of affiliative social behavior rather than aggressive social behavior and the interaction of javan langur to the presence of visitors. The results of the research using Chi-square test include density, noise, and visitor activity of 0.111; 0.077; And 0,081 (P> 0,05) showed no influence between behavior and presence of visitor to daily activity of javan langur.The highest mean percentage of male reproductive behavior toward both females is proceptivity and the lowest is receptivity. The highest percentage of reproductive behavior of males to females 1 and 2 is the proceptivity (0.07 ± 0.10) and (0.03 ± 0.05). The mean percentage of male's lowest reproductive behavior toward females 1 and 2 is the receptivity of each (0,005 ± 0,01) and (0,008 ± 0,02).
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Pendahuluan
Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu primata endemik Pulau Jawa
yang termasuk ke dalam golongan monyet dari Famili Cercopithecidae yang hidup secara
arboreal. Habitat lutung jawa meliputi hutan primer, hutan sekunder, hutan pantai, dan hutan
hujan tropis. Penyebaran lutung jawa di Indonesia meliputi Pulau Jawa, Bali, dan Lombok
(Supriatna & Wahyono 2000: 56).
Populasi lutung jawa di alam cenderung menurun karena adanya pengrusakan habitat seperti
pembukaan hutan untuk lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman. Hal tersebut membuka
peluang bagi aktivitas perburuan liar (IUCN 2009: 2). International Union for Conservation of
Nature (IUCN) menetapkan status konservasi lutung jawa menjadi rentan punah (vulnerable)
dan termasuk dalam daftar Apendiks II CITES (IUCN 2008: 1). Data pada IUCN dari tahun
2008 hingga tahun 2012 menunjukkan bahwa populasi lutung jawa menurun dan mencapai
kondisi rentan punah (IUCN 2012: 1). Selain itu, berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 733/ Kpts-II/1999 lutung jawa termasuk jenis hewan yang dilindungi.
Untuk menghindari lutung jawa dari kepunahan, diperlukan upaya pencegahan melalui upaya
konservasi. Pusat Primata Schmutzer merupakan salah satu sarana konservasi eks-situ yang
berdomisili di Jakarta. Pada Pusat Primata Schmutzer terdapat berbagai jenis primata,
khususnya primata Indonesia. Keberadaan PPS bertujuan untuk meningkatkan upaya
konservasi hewan liar dan membangkitkan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi
primata (Leiwakabessy & den Haas 2004: 1; Yayasan Gibbon Indonesia 2007:1). Lutung jawa yang sudah terhabituasi dengan adanya manusia di sekitarnya, kemungkinan
mempunyai perbedaan pola perilaku harian, sosial, dan reproduksi jika dibandingkan dengan
yang di alam. Lutung jawa yang terdapat di Pusat Primata Schmutzer, ditempatkan di sebuah
kandang yang terisolasi sehingga tidak menutup kemungkinan lutung jawa akan mengalami
stres yang akan memengaruhi kemampuannya untuk bereproduksi. Reproduksi merupakan
salah satu indikator keberhasilan suatu konservasi eks-situ. Salah satunya yaitu dapat
dilakukan dengan cara pemantauan masa subur dengan melakukan pengamatan aktivitas
seksual kelompok lutung jawa (Heistermann dkk. 1996: 844).
Kontak atau hubungan yang cukup dekat dengan manusia merupakan satu faktor yang diduga
dapat menghasilkan karakter tingkah laku yang tidak ditemukan pada hewan liar. Oleh sebab
itu, pengunjung merupakan faktor yang dapat memengaruhi perilaku harian hewan (Carlstead
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
1996: 320). Pengunjung dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap perilaku
lutung jawa tersebut (Camille 2013: 423 – 426). Perilaku pengunjung yang agresif dan tingkat
kebisingan yang tinggi diduga membuat lutung jawa menjadi terganggu sehingga
memengaruhi pola perilaku harian, sosial, dan reproduksinya. Hal tersebut perlu didukung
dengan adanya penyesuaian lutung jawa terhadap habitat yang mendekati habitat aslinya
meliputi lingkungan tempat tinggal, berlindung, istirahat, dan tersedia pakan alami yang
sesuai (Helena & Helga 2001: 73).
Keberhasilan konservasi eks-situ di taman margasatwa dapat ditentukan dari adanya perilaku
harian, sosial, dan perilaku reproduksi lutung jawa walaupun dengan kehadiran pengunjung.
Pengunjung merupakan bagian integral dari lingkungan taman margasatwa yang dapat
memberikan dampak positif atau negatif bagi perilaku lutung jawa (Camille 2013: 423 --
426).
Pengaruh interaksi pengunjung terhadap perilaku lutung jawa kurang mendapat perhatian dan
memerlukan penelitian lebih lanjut (Camille 2013: 429). Oleh karena itu, diperlukan
penelitian mengenai perilaku pengunjung yang terdiri dari beberapa variabel utama yang
meliputi aktivitas, kepadatan, dan kebisingan pengunjung untuk mengetahui pengaruh dari
perilaku harian, sosial, dan reproduksi lutung jawa (Hrdy & Whitten 1987: 370; Fragata 2010:
35--38; Droscher & Waitt 2012: 187). Penelitian tentang aktivitas harian yang ditekankan
yaitu pada pengamatan aktivitas makan, istirahat, bergerak, bersuara, perilaku sosial (afiliatif
dan agresif), serta perilaku reproduksi.
Pengamatan mengenai pengaruh interaksi pengunjung terhadap perilaku lutung jawa
dilakukan untuk mengetahui pola aktivitas lutung jawa di luar habitat aslinya yang sudah
terhabituasi dengan adanya kehadiran pengunjung. Pengamatan tersebut sangat diperlukan
untuk kesuksesan konservasi eks-situ.
Konservasi eks-situ bertujuan untuk memelihara hewan agar dapat berkembang biak dengan
baik dan mampu mempertahankan variasi-variasi genetiknya dan meningkatkan jumlah
populasinya (Supriatna 2008: 249). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak
kehadiran pengunjung terhadap perilaku lutung jawa. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
acuan untuk membantu merancang program penangkaran yang tepat bagi lutung jawa.
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Tinjauan Teoritis
Lutung jawa Trachypithecus auratus (E. Geoffroy, 1812) merupakan salah satu primata
endemik Pulau Jawa dan termasuk ke dalam golongan monyet dari Famili Cercopithecidae
yang hidup secara arboreal. Habitat lutung jawa meliputi hutan primer, hutan sekunder, hutan
pantai, dan hutan hujan tropis. Ketinggian kanopi yang digunakan Trachypithecus untuk
hidup yaitu 5 m hingga 50 m (Monge 2016: 20).
Lutung jawa memiliki panjang tubuh rata-rata dari ujung kepala hingga tungging yaitu 517
mm dan panjang ekornya 742 mm dengan berat tubuh rata-rata 6,3 kg. Lutung jawa memiliki
dua morfologi yaitu morfologi gelap dan morfologi cerah. Morfologi gelap pada lutung jawa
yaitu warna rambut hitam diselingi dengan warna keperak-perakan, kulit muka berwarna
kebiruan, dan memiliki cincin mata yang berwarna kuning. Bagian ventral berwarna kelabu
pucat dan terdapat jambul pada bagian kepala. Morfologi cerah lutung jawa yaitu pada
umumnya rambut berwarna jingga kemerahan. Ujung rambut di kepala dan pergelangan
tangan serta kaki bagian atas berwarna keputihan (Harding 2010: 156--157).
Pada betina terdapat bercak kuning di sekitar organ genitalnya serta kepemilikan rambut pubis
yang pucat dan putih kekuningan. Anak lutung jawa yang baru lahir memiliki rambut yang
berwarna jingga kemerahan dan tidak berjambul. Saat berusia 5 tahun, rambutnya berubah
menjadi warna hitam kelabu. dengan jangka waktu transformasi 3--5 bulan. Sebagian
subspesies Trachypithecus auratus memiliki rambut berwarna jingga kemerahan hingga
Selain itu, hewan masih dapat melakukan perilaku hariannya seperti bermain, mencari makan,
dan istirahat di hadapan pengunjung yang melihatnya (Arnold dkk. 1988: 359; Farrand 2007:
4--5).
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Studi menunjukkan sebuah penghalang (barrier) atau kaca kamuflase diletakkan ditengah-
tengah antara hewan dan pengunjung dapat mengurangi perilaku agresif dan stereotipe hewan
(Farrand 2007: 116).
Pusat Primata Schmutzer (PPS) terletak di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.
Kawasan Taman Margasatwa Ragunan memiliki luas sekitar 140 Ha dan berada di ketinggian
± 50 m di atas permukaan laut (Taman Margasatwa Ragunan 2002: 2). PPS memiliki koleksi
dengan berbagai jenis primata, khususnya primata Indonesia. Pendiri awal PPS yaitu Nyonya
Puck Schmutzer kemudian dilanjutkan oleh Willie Smith yang menjabat sebagai Direktur The
Gibbon Foundation. PPS diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2002 oleh Gubernur DKI
Jakarta, Bapak Sutiyoso (Pusat Primata Schmutzer 2005: 1).
Pusat primata tersebut dibangun untuk kepentingan konservasi dan pendidikan, sehingga
memberikan fasilitas untuk kesejahteraan hewan primata dan fasilitas yang baik untuk
kenyamanan pengunjung. Berbagai jenis primata yang terdapat di PPS berasal dari pemberian
masyarakat dan hasil sitaan. Peraturan di PPS yaitu pengunjung atau peneliti tidak boleh
membawa makanan dan memegang hewan di penangkaran.
Metode Penelitian
Metode scan sampling digunakan untuk mengamati setiap perubahan perilaku hewan dalam
waktu tertentu dan mengambil data yang banyak dalam suatu kelompok. Metode tersebut
dipilih karena memungkinkan pengamat untuk melakukan pengamatan terhadap lebih dari
satu hewan dalam satu kandang dan dalam waktu yang bersamaan. Pengamatan dilakukan
dengan mencatat setiap aktivitas yang terjadi dalam satu periode untuk beberapa hewan tanpa
mencatat lamanya waktu yang dipergunakan untuk melakukan aktivitas. Hasil data berupa
frekuensi yang dapat digunakan untuk membandingkan proporsi perilaku antarhewan
(Droscher & Waitt 2012: 185).
Metode Ad-Libitum sampling digunakan untuk mencatat informasi yang berlangsung di
lapangan sebanyak mungkin dan mencatat aktivitas yang tergolong ke dalam suatu kejadian
penting tanpa tanpa adanya pencatatan durasi dikarenakan kejadian berlangsung cepat
(Altmann 1974: 235--238).
Pengamatan dilakukan di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta
sejak tanggal 28 Februari 2017 hingga 29 April 2017. Pengamatan dilakukan pada pukul
08.00 WIB hingga 15.30 WIB. Peralatan yang digunakan di dalam kandang antara lain, baju
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
kandang (scrub), sarung tangan (gloves), masker, sepatu boot, papan jalan, kamera Samsung
J7 Prime, lembar pengamatan, kertas HVS, pensil, pulpen, dan penunjuk waktu. Hewan yang menjadi bahan penelitian atau subjek pengamatan adalah 3 ekor lutung jawa
Trachypithecus auratus (E. Geoffroy, 1812) yang terdiri dari 1 jantan dan 2 betina yang
keseluruhan telah dewasa. Lutung jawa tersebut adalah jantan (Megan), betina 1 (Ugy), dan
betina 2 (Runny). Penamaan lutung jawa dilakukan oleh pihak Pusat Primata Schmutzer untuk
memudahkan pengenalan terhadap tiap individu dalam kandang.
Kandang lutung jawa yang terdapat di Pusat Primata Schmutzer memiliki tipe kandang yang
terbuka (out door cage) dan semi alami sehingga memiliki pertukaran udara yang baik. Suhu
kandang yaitu berkisar 23--300C dengan kelembababan 80--90%. Sebagian atap kandang
ditutupi seng untuk melindungi lutung jawa dari hujan. Dinding kandang lutung jawa terdapat
dua tipe yaitu jaring-jaring kawat besi dan berdinding kaca. Jaring-jaring kawat besi terdapat
pada atap dan bagian belakang kandang, sedangkan berdinding kaca terdapat pada bagian
depan dan tepi kandang.
Lantai kandang lutung jawa berpasir dan sebagian ditumbuhi pohon. Pohon-pohon yang
terdapat di dalam kandang lutung jawa antara lain kelembahang (Epipremnum sp.) dan
jeringau (Acorus calamus). Kandang-kandang lutung jawa diberikan pengayaan berupa
pohon, tali karet, dan tempat pakan. Tali karet (black rubber) dan jala yang terdapat pada
kandang yang digunakan sebagai alat bermain lutung jawa. Tempat pakan lutung jawa
berbentuk lingkaran berjari-jari 50 cm yang melingkari batang pohon semi alami. Pemberian
pakan dilakukan oleh perawat satwa dengan cara disebar di atas permukaan tempat pakan.
Lutung jawa menempati kandang yang berukuran (13 x 4,2 x 9) m3. Kandang lutung jawa
berseberangan dengan kandang simpai dan cukup dekat dengan kandang bekantan. Kandang
lutung jawa dilengkapi beberapa enrichment seperti jala tali tambang dan ditumbuhi vegetasi
berupa pohon-pohon besar seperti habitat aslinya.
Lutung jawa masing-masing ditempatkan dalam satu kandang. Kandang dibersihkan setiap
hari oleh perawat satwa dari kotoran dan sisa pakan. Pakan terdiri dari pakan utama dan
pakan tambahan. Pemberian pakan utama dilakukan sekali dalam sehari yang berkisar pada
pukul 08.30 WIB hingga 10.00 WIB, sedangkan pakan tambahan berkisar antara pukul 14.00
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
WIB hingga 15.30 WIB. Pakan tambahan tidak rutin diberikan perharinya dikarenakan
jumlah pakan yang terbatas. Pakan utama antara lain jagung (Zea mays), kacang panjang
Analisa data kuantitatif dikalkulasi dengan Microsoft Office Excel 2010 dengan
menggunakan menu pivot. Data tersebut ditabulasi ke dalam diagram proporsi yang
digunakan untuk melihat persentase waktu tiap perilaku dan membandingkan frekuensi
perilaku setiap ekor lutung jawa. Selain itu, dilakukan uji statistik yaitu uji Chi-square
menggunakan program IBM SPSS Statistics 22. Uji Chi-square digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan atau pengaruh interaksi pengunjung yang ditekankan pada kepadatan,
aktivitas, dan kebisingan terhadap aktivitas harian lutung jawa. Data yang digunakan
merupakan data katagorik dan ditambahkan pula data ad-libitum sebagai data tambahan
dalam menganalisis.
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Hasil Penelitian
Pengamatan interaksi pengunjung terhadap perilaku lutung jawa dilakukan selama 40 hari
dengan total durasi pengamatan yaitu 15.600 menit dengan 3.200 titik sampel yang
merupakan rerata pengamatan hewan di penangkaran. Interaksi pengunjung meliputi aktivitas,
kepadatan, dan kebisingan pengunjung. Pengamatan perilaku lutung jawa ditekankan pada
aktivitas harian, perilaku sosial afiliatif dan agresif, serta perilaku reproduksinya (Hrdy &
Whitten 1987: 370; Droscher & Waitt 2012: 187; Fragata 2010: 35--38). Selama periode pengamatan, aktivitas pengunjung terbesar adalah pengunjung inaktif
sedangkan terkecil adalah pengunjung aktif. Jumlah pengunjung terbesar yaitu 443 orang pada
pukul 11.00 WIB--11.30 WIB, sedangkan jumlah pengunjung terkecil yaitu tidak ada
pengunjung pada pukul 08.00 WIB--08.30 WIB. Kepadatan pengunjung terbesar adalah
katagori pengunjung rendah (low), sedangkan yang terkecil adalah pengunjung tinggi (high).
Kebisingan pengunjung terbesar adalah katagori quiet loud, sedangkan terkecil adalah quiet.
Proporsi keseluruhan ativitas harian terbesar dari ketiga lutung jawa yaitu aktivitas istirahat.
Frekuensi perilaku sosial afiliatif lebih besar dibandingkan perilaku sosial agresifnya. Secara
umum teramati, proporsi perilaku reproduksi terbesar adalah proseptivitas sedangkan yang
terkecil adalah atraktivitas. Pengaruh interakasi pengunjung terhadap aktivitas harian lutung
jawa diperkuat dengan menggunakan uji statistik Chi-square.
Pengaruh interaksi pengunjung meliputi aktivitas, kepadatan, dan kebisingan tidak memengaruhi
aktivitas harian lutung jawa. Selama pengamatan, lutung jawa juga tetap melakukan aktivitas harian,
perilaku sosial, dan perilaku reproduksinya walaupun adanya kehadiran pengunjung. Frekuensi perilaku
sosial afiliatif lutung jawa lebih besar dibandingkan frekuensi perilaku sosial agresif lutung jawa. Hal
tersebut menunjukkan pengunjung di PPS memberikan dampak positif terhadap lutung jawa. Literatur
menyatakan bahwa perilaku pengunjung dianggap memberikan dampak positif ketika terdapat
penurunan perilaku agresif hewan dan peningkatan perilaku afiliatif (Arnold dkk. 1988: 359; Farrand
2007: 4--5).
Salah satu faktor yang memengaruhi dampak positif pengunjung terhadap perilaku lutung jawa adalah
terpenuhinya lima kebebasan (5 F) kesejahteraan hewan berdasarkan Farm Animal Welfare Council
(FAWC) yaitu 1) bebas dari lapar dan haus (freedom from hunger and thirst), 2) bebas dari
ketidaknyamanan (freedom from discomfort), 3) bebas dari luka dan penyakit (freedom from injury or
disease), 4) bebas berperilaku normal (freedom to express normal behaviour), dan 5) bebas dari takut
dan bahaya (freedom from fear and distress) (Davis 2009: 3).
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Pertama adalah bebas dari lapar dan haus. Setiap hari lutung jawa diberi pakan utama sekitar pukul
08.30 WIB hingga 10.00 WIB. Pakan utama yang diberikan di antaranya jagung (Zea mays), kacang
panjang (Vigna cylindrica), ubi (Ipomea sp.), brokoli (Brassica oleracea), jambu biji (Psidium
Perilaku reproduksi lutung jawa terbagi menjadi perilaku atraktivitas, proseptivitas, dan
reseptivitas. Selama periode pengamatan, lutung jawa tetap melakukan reproduksinya
walaupun adanya kehadiran pengunjung. Perilaku reproduksi lutung jawa di alam, dimulai
dengan jantan dewasa melakukan inspect genitalia terlebih dahulu terhadap betina sebelum
melakukan kopulasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui betina menolak atau menerima
kopulasi dengan adanya proseptivitas terlebih dahulu (Karimullah dkk. 2014: 69).
Perilaku atraktivitas tertinggi adalah yang dilakukan betina 2 terhadap jantan (42,60%). Selama
pengamatan, betina 1 dan 2 cenderung menolak untuk dikopulasi, namun atraktivitas lebih sering
terjadi pada betina 2 terhadap jantan diasumsikan bahwa hanya terdapat satu jantan dalam hal
kekuasaan kelompok dan juga untuk menghindari konflik yang terjadi antarlutung jawa. Di alam, betina
dapat memilih jantan yang dominan (female choice) dan memberi perlindungan terhadap dirinya dan
anaknya. Pada umumnya, betina lebih memilih jantan yang memiliki fisik yang kuat (Karimullah dkk.
2014: 69).
Jantan lebih memilih proseptivitas terhadap betina 1 (76,50%) dibandingkan betina 2 (46,70%)
dikarenakan betina 1 berumur 8 tahun dan lebih muda dibandingkan betina 2 yang berumur 17 tahun.
Betina 2 memiliki satu ekor anak yang dilahirkan di Taman Margasatwa Ragunan. Hal tersebut
A 25 cm B
C
28 cm
35 cm
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
menyebabkan betina 1 lebih atraktif atau menarik perhatian jantan karena belum mengasuh anak dan
menjadi induk serta belum mencapai menopause. Masa menopause betina lutung jawa berkisar antara
17 hingga 29 tahun (Karimullah dkk. 2014: 69--70).
Betina yang lebih muda dapat memelihara ikatan pasangan dalam jangka waktu yang lebih lama jika
dilihat dari masa hidupnya. Masa hidup lutung jawa di alam adalah 20 tahun sedangkan di penangkaran
adalah 29 tahun dikarenakan jika di alam lutung jawa lebih sulit untuk menyokong kehidupannya
karena adanya predator dan pakan yang tidak selalu tersedia seperti di penangkaran (Bedore 2005: 1;
Karimullah dkk. 2014: 69).
Perilaku reseptivitas di dalam kelompok lutung jawa mengindikasikan masih adanya keselarasan yang
terbentuk walaupun persentasenya masih rendah dibandingkan atraktivitas dan proseptivitas (Quiatt
1972: 97). Hal tersebut dapat diasumsikan karena betina sedang tidak dalam masa estrus yang
ditunjukkan pada beberapa kali terjadi penolakan saat jantan ingin kopulasi (Hrdy & Whitten 1987:
370). Di alam, lutung jawa betina akan melakukan reseptivitas dalam frekuensi yang sering jika sedang
memasuki masa estrusnya (Shelmidine 2007: 521).
Reseptivitas jantan lebih tinggi terhadap betina 2 (10,70%) dibandingkan betina 1 (5,10%). Hal tersebut
dikarenakan selama pengamatan terlihat bahwa jika jantan melakukan inspect genitalia terhadap
betina1, betina 1 cenderung menolak dan beberapa kali melakukan perilaku agresif terhadap jantan
seperti menyerang. Hal tersebut juga dilakukan oleh betina 1 namun frekuensi penolakan dan perilaku
agresifnya tidak sebanyak betina 2. Betina 2 melakukan reseptivitas kemungkinan dikarenakan hanya
untuk menghindari konflik terhadap jantan.
Selama periode pengamatan, pengunjung tidak memengaruhi perilaku reproduksi lutung jawa. Hal
tersebut dapat dikarenakan lutung jawa sudah terhabituasi dengan kehadiran pengunjung dan lutung
jawa dapat melakukan lokomosi dan perilaku reproduksi dikarenakan kandang memiliki ruang yang
cukup memadai (Arnold dkk. 1988: 367; Davis 2009: 3).
Kesimpulan
Pengaruh interaksi pengunjung meliputi aktivitas, kepadatan, dan kebisingan pengunjung
tidak memengaruhi lutung jawa dalam melakukan aktivitas harian, perilaku sosial, dan
perilaku reproduksinya. Pengunjung memberikan dampak positif terhadap perilaku lutung
jawa.
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai masa estrus betina untuk mengetahui waktu
kopulasi betina dengan jantan yang dapat memengaruhi kesuksesan reproduksi lutung jawa di
PPS; perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh interaksi pengunjung
berdasarkan jenis kelaminnya terhadap perilaku lutung jawa; kandang simpai sebaiknya tidak
ditempatkan di depan kandang lutung jawa untuk mengurangi perilaku agresif jantan terhadap
simpai; sebaiknya pakan yang paling digemari lutung jawa yaitu daun muda jumlahnya lebih
diperbanyak lagi.
Daftar Referensi
Adrichem, G.G. J. van, S.S. Utami, S. A. Wich, J. A. R. A. M. van Hoff, & E. H. M. Sterck. 2006. The development of wild immature Sumatran orangutans (Pongo abelii) at Ketambe. Primates 47: 300--309.
Altmann, J. 1974. Observational study of behaviour: sampling methods. Behaviour 49: 227--267.
Arnold S, Chamove, G. Hosey & P. Schaetzel. 1988. Visitpor excite primates in zoo. Zoo Biology 7: 359--369.
Beilharz., R. G. 1982. Genetic adaptation in relation to animal welfare. International Journal for the Study Animal Problems 3(2): 117--124.
Bennet, E. L. & F. Gombek. 1993. Proboscis monkeys of Borneo. Natural History Publication (Borneo) & KOKTAS Sabah Berhard, Ranau: ix + 75 hlm.
Bird, K. 2000. Abnormal behavior in captive felines. B. App. Sc. in Animal Studies: 4 hlm.
Bottcher-Law, L., H. Fitch-Synder, J. Hawes, L. Larsson, B. Lester, J. Ogden, H. Schulze, K. Slifka, I. Stalis, M. Sutherland-Smith & B. Toddes. 2001. Management of lorieses in captivity. A husbandry manual for Asian Lorisines (Nycticebus dan Loris ssp.).
Burton, F. D. 1995. The multimedia guide to the non-human primates. Prentice-Hall Canada Inc., Canada: 298 hlm. Camille, S. 2013. Visitor effects on zoo animals. The Plymouth Student Scientist 6(1): 423--433.
Cannon, W. & A. Vos. 2009. Trachypithecus auratus. http://animaldiversity.ummmz.umich.edu/site/accounts/information/Trachypithecusauratus.html, 15 Januari 2017, pk. 20.00.
Carlson, N. R. 1994. Physiology of behaviour. 5th ed. Allyn and Bacon, Boston: xv + 704 hlm.
Carlstead, K. 1996. Effects of captivity on behavior of wild mammals. Dalam: Kleiman, D. G., M. E. Allen, K. V. Thompson & S. Lumpkin. 1996. Wild mammals in captivity: Principles and techniques. University of Chicago Press, London: 317--333 hlm.
Coote, S. W. 2005. The handbook of experimental animals: the laboratory primate. Elsevier Inc., USA: xii + 621 hlm.
Davis, N. 2009. Social and environmental in influences on the welfare of zoo housed spider monkey (Ateles geoffroyi rufiventris). The university of Liverpool Press, Liverpool: vii + 152 hlm. Droscher, I. & Waitt, C. D. 2012. Social housing of surplus males of Javan langurs (Trachypithecus auratus): Compatibility of intact and castrated males in different social settings. Applied Animal Behaviour Science 141: 184--190. Eko, S., Kartono, A. P., & Maryanto, I. 2013. The movement of Javan langur Trachypithecus auratus (E. Geoffroy 1812). Berita Biologi 12(3): 383-- 395.
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Farrand, A. 2007. The effect of zoo visitors on the behaviour and welfare of zoo mammals. University of Stirling, UK : ix + 392 hlm. Fragata, M. 2010. Visitor behaviours and visitor effects: A case study on the white-crowned mangabey (Cercocebus atys lunulatus) of ZSL London Zoo. Lisbon, Portugal: ix + 89 hlm. Fuentes, A. 2002. Patterns and trends in primate pair bonds. International Journal of Primatology 23(5): 953--977. Harding, L. E. 2010. Trachypithecus cristatus (primates: cercopithecidae). American Society of Mammalogist 42 (862): 149--165. Heistermann, M., U. Mohle, H. Vervaecke, L. v. Elsacker & J. K. Hodges. 1996. Application of urinary and fecal steroid measurements for monitoring ovarian excrerion and pregnancy in the bonobo (Pan paniscus) and evaluation of purineal swelling patterns in relation to endocrine events. Biology of Reproduction 55: 844--853. Hrdy, S. B. & P. L. Whitten. 1987. Patterning of sexual activity. Dalam: Smuts, B.B., D. L. Cheney, R. M. Seyforth, R. W. Wrangham, & T. T. Struhsaker (eds.). 1987. Primates societies. The university of Chicago Press, Chicago: 370--384. IUCN (= International Union of Conservation of Nature). 2008: 2 hlm. Trachypithecus auratus. http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/22034/0. 3 Januari 2017, pk. 20.00. IUCN (= International Union of Conservation of Nature). 2009: 2 hlm. Trachypithecus auratus. http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/22034/0. 15 Januari 2017, pk. 23.00. IUCN (= International Union of Conservation of Nature). 2012: 2 hlm. Trachypithecus auratus. http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/22034/0. 20 Januari 2017, pk. 15.00. Karimullah, A. Shahrul, H. M. Bakhsh, A. Ghafoor, & Taimur. 2014. Social behaviors and nuisance activities of Trachypithecus obscurus in Bukit Juru Penang, Malaysia. International Journal of Chemical, Environmental & Biological Sciences 2: 65--70. Kool, K. M. 1989. Behavioral ecology of the silver leaf monkey Trachypithecus auratus sondaicus in the Pangandaran Nature Reserve West Java Indonesia. University of New South Wales, Sydney: xxi + 318 hlm. Koontz, F. W. & R. S. Roush. 1996. Communication and social behavior. Dalam: Kleiman, D. G., M. E. Allen, K. V. Thompson & S. Lumpkin (eds.). 1996. Wild mammals in captivity. The University of Chicago Press, Chicago: 334--343. McFarland, D. 1999. Animal behaviour. 3rd Ed. Addisson Wesley Longman Singapore (Pte) Ltd, Harlow: xii + 580 hlm. Monge, A. G. 2016. The socioecology and the effects of human activity on it, of the annamese silvered langur (Trachypithecus margarita) in Northeastern Cambodia. Autralian National University, Canberra: ix + 317 hlm. Napier, P. 1970. Monkey & apes. The Hamlyn Publishing Group Limited, London: 159 hlm. Napier, J. R. & P. H. Napier. 1985. The natural history of the primates. The MIT Press, Cambridge: 200 hlm. Newton, P. N. & R. I. M. Dunbar. 1994. Colobine monkey society. Dalam: Davies, A. G. & J. F. Oates (eds.). 1994. Colobine monkeys: Their ecology, behavior, and evolution. Cambridge University Press, New York: xiii + 415 hlm. Nijboer, J. 2006. Fibre intake and faeces quality in leaf eating primates. University of Zurich, Friesland: 175 hlm. Nijman, V. 2000. Geographic distribution of ebony leaf monkey Trachypithecus auratus (E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812) primates: Cercopithecidae. Contribution to zoology 69(3): 157--177. Poole, T. 1985. Social behaviour in mammals. Blockle & Son Ltd, New York: vii + 248 hlm. Pusat Primata Schmutzer. 2005. Pusat Primata Schmutzer: 1 hlm. http://www.primata.or.id/tentang kami.htm 12 Januari 2017, pk. 20.00. Quiatt, D. D. 1972. Primates on primates. Burgess Publishing Company, Minneapolis: ix + 139 hlm.
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017
Supriatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: xx + 482 hlm. Supriatna, J. & E.H. Wahyono. 2000. Panduan lapangan primata Indonesia.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: xxii + 334 hlm. Taman Margasatwa Ragunan. 2002. Inventaris satwa Ragunan. Pemp. Prop. DKI Jakarta, Jakarta: 38 hlm. Walters, J. R. & R. M. Seyfarth. 1987. Conflict and cooperation. Dalam: Smuts, B.B., D. L. Cheney, R. M. Seyfarth, R. W. Wrangham & T. T. Struhsaker (eds.). 1987. Primate societies. The University of Chicago Press, Chicago: 306--317. Yayasan Gibbon Indonesia. 2007. Kuliah primata. 20 Agustus: 1 hlm. http://www.gibbon.indonesia.org/ind/Berita/Kuliah%20Primata%2025%, 20Agustus202007.htm, 10 Januari 20017, pk. 19.00.
Pengaruh interaksi ..., Rizkyana Novita Sari, FMIPA UI, 2017