PENGARUH MEDIA TANAM DAN APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DAUN SINGKONG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERAI (Cymbopogon citratus) Disusun oleh: Ratih Kurniasih, SP., M.Sc. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2021
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUHMEDIA TANAM DAN APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR
DAUN SINGKONG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERAI
(Cymbopogon citratus)
Disusun oleh:
Ratih Kurniasih, SP., M.Sc.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Serai dapur (Cymbopogon citratus) merupakan jenis tanaman dari
keluarga rumput-rumputan yang rimbun dan berumpun besar serta mempunyai
aroma yang kuat dan wangi. Tanaman serai dapur merupakan tanaman yang
hidup di daerah tropis dan banyak tersebar di negara-negara Guatemala, Brazil,
Hindia Barat, Kongo, Tanzania dan kawasan Indocina termasuk Indonesia.
Tanaman serai dapur banyak digunakan dalam kuliner dan masakan-
masakan khas Indonesia. Selain batang tanaman serai dapur yang dapat
dimanfaatkan dalam dunia kuliner, dalam industri spa dan aroma terapi,
minyak tanaman serai telah banyak digunakan sebagai minyak pijat. Terutama
di Bali, minyak aromatik yang di hasilkan dari tanaman serai digunakan untuk
dupa atau lilin aromatik. Selain penggunaan tersebut, beberapa penelitian
tentang tanaman serai dapur juga menunjukan bahwa adanya manfaat dari
minyak serai dapur yang dapat dijadikan pestisida nabati, aplikasi ekstrak
tanaman serai dapur menurut beberapa penelitian dapat bekerja sebagai
pembasmi ulat bulu (Sudiarta, 2012). Adnyana, (2012) juga menyatakan
aplikasi minyak tanaman serai dapur juga memiliki daya bunuh yang tinggi
terhadap ulat bulu gempinis, minyak serai dapur memiliki persentase
mortalitas mencapai 98% untuk konsentrasi 10%, 5%, 2%,dan 1% serta 94%
untuk konsentrasi 0,75%. Bukan hanya itu, konsentrasi 0,5% minyak serai
dapur memiliki kemampuan yang setara dengan kemampuan membunuh
minyak nimba pada konsentrasi 10%.
Banyaknya manfaat yang dapat diberikan oleh tanaman ini baik untuk
konsumsi, farmakologi, pestisida, maupun aromaterapi menyebabkan serai
dapur menjadi tanaman yang berpotensi ekonomi bagi petani, sehingga baik
untuk dibudidayakan. Dalam budidaya, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor- faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang terdapat pada benih, bibit atau tanaman itu
sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar benih, bibit
atau tanaman, salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu media tanam.
Menurut Dina (1994), media tanam adalah tempat tinggal bagi tanaman.
Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan
kehidupan tanaman. Oleh karenanya media tanam harus memenuhi berbagai
persyaratan antara lain: dapat dijadikan tempat berpijak tanaman, mampu
mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,
mempunyai drainase dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan
kelembaban disekitar akar tanaman, tidak menjadi sumber penyakit bagi
tanaman, tidak mudah lapuk, mudah didapat dan harganya relatif murah.
Untuk menunjang kebutuhan unsur hara tanaman, dapat dilakukan
pemupukan pada media tanam. Menurut Samekto (2006), pemupukan adalah
pemberian pupuk untuk menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman yang
dihasilkah. Terdapat dua jenis pupuk yaitu anorganik dan organik.
Menurut Altieri (2000) dalam Nabila (2011), pupuk kimia anorganik
secara tempo telah meningkatkan hasil pertanian, tetapi keuntungan hasil
panen akhirnya berkurang banyak dengan adanya penggunaan pupuk ini
karena timbulnya degradasi (pencemaran) lingkungan pada lahan pertanian.
Alasan utama kenapa pupuk anorganik menimbulkan pencemaran pada tanah
karena dalam prakteknya banyak kandungan yang terbuang. Penggunaan
pupuk kimia anorganik yang terus-menerus akan mempercepat habisnya zat-
zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah, sehingga
menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Disamping itu harga dari pupuk
anorganik dipasaran juga sangat mahal sehingga sangat memberatkan petani
yang akhirnya berujung pada tingginya biaya produksi.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian
baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat
mencegah degradasi lahan. Disamping itu, dengan pemberian pupuk organik
dalam jangka panjang mampu meningkatkan kandungan humus di dalam
tanah. Dengan adanya humus tersebut air akan banyak terserap dan masuk ke
dalam tanah, sehingga kemungkinan untuk terjadinya pengikisan tanah dan
unsur hara yang ada di dalam tanah sangat kecil. Pupuk organik juga memiliki
fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor,
kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan hara mikro seperti zink, tembaga,
kobalt, barium, mangan, dan besi meskipun dalam jumlah yang kecil,
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, dan membentuk senyawa
kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi,
dan mangan (Benny, 2010). Dengan pemupukan yang rutin tanaman serai
dapat dipanen pada umur 8 bulan dengan cara panen habis/dibongkar.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
media tanam dan aplikasi pupuk organik cair daun singkong terhadap
pertumbuhan tanaman serai (Cymbopogon citratus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Serai
Serai atau Cymbopogon citratus DC merupakan tumbuhan yang
masuk ke dalam famili rumput-rumputan atau Poaceae. Dikenal juga dengan
nama serai dapur (Indonesia), sereh (Sunda), dan bubu (Halmahera) (Oyen
dan Dung, 1999). Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena
memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di
negara-negara tropis (Oyen dan Dung, 1999).
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Serai
Menurut Muhlisah (1999), tanaman serai dapur memiliki
klasifikasi sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Poales
Famili : Poaceae
Marga : Cymbopogon
Jenis : Cymbopogon citratus (DC.) Stapf
2.1.2. Morfologi Tanaman Serai
Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m panjang daunnya
mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar,
dan mempunyai aroma yang kuat (Wijayakusuma, 2005). Tanaman serai
dengan genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies, tetapi hanya
beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai arti
ekonomi dalam perdagangan. Tanaman serai mampu menghasilkan
minyak dengan kadar sitronellal 7-15% dan geraniol 55-65% (Wijoyo,
2009). Tanaman serai dapur memiliki habitus berupa tanaman tahunan
yang hidup secara liar dan berbatang semu yang membentuk rumpun
tebal serta mempunyai aroma yang kuat dan wangi. Morfologi akarnya
berimpang pendek dan berwarna coklat muda (Sastrapradja, 1978).
Menurut Mansur (1990), panen pertama dilakukan pada saat
tanaman serai sudah berumur 5-6 bulan setelah tanam, dengan cara
memotong daun serai pada 5 cm diatas ligula (batas pelepah dengan
helaian daun) dari daun paling bawah yang belum mati atau kering. Panen
selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 bulan pada musim hujan dan setiap 4
bulan pada musim kemarau.
2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Serai
Menurut Suroso (2018), syarat tumbuh tanaman serai adalah
sebagai berikut.
1. Ketinggian Tempat
a) Tanaman serai dapat hidup pada ketinggian 200 – 1.000 m dpl.
b) Ketinggian yang ideal 350 – 600 m dpl.
2. Iklim
a) Tanaman serai menghendaki suhu panas dan lembab serta curah
hujan merata sepanjang tahun.
b) Suhu yang cocok 180 – 250°C.
c) Tanaman serai menyukai sinar matahari yang jatuh langsung
karena mampu meningkatkan kadar minyaknya.
d) Bila daun serai berwarna kekuningan dan mengecil, berarti tingkat
transpirasinya lebih tinggi dari absorbsi air oleh akar tanaman
serai.
e) Curah hujan yang ideal untuk tanaman serai 1.800 – 2.500
mm/tahun.
f) Curah hujan bermanfaat bagi tanaman serai sebagai pelarut zat
nutrisi, pembentukan saripati dan gula serta membantu
pembentukan sel dan enzim, juga menjaga stabilitas suhu tanaman.
3. Jenis Tanah
a) Tanaman serai cocok tumbuh di tanah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik.
b) Untuk mendapatkan kondisi tanah yang diinginkan dapat
dilakukan pemupukan dengan pupuk organik.
c) Pada kondisi tanah berat (tanah liat) dengan tekstur ringan tidak
baik untuk budidaya tanaman serai.
d) Tanaman serai dapat ditanam pada berbagai kontur tanah (datar,
miring atau berbukit-bukit).
e) Tanah mediteran kuning coklat atau coklai berpasir sangat cocok
untuk media tumbuh serai.
f) pH tanah yang cocok untuk budidaya tanaman serai 6 – 7,5.
2.2. Media Tanam
Media tanam adalah tempat tinggal bagi tanaman (Dina, 1994). Media
tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara
dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditentukan
pada tanah dengan tata udara dan air yang baik, mempunyai agregat yang
mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang
cukup (Gardner dan Mitchell, 1991).
Penggunaan media tanam yang sifatnya menyimpan air lebih banyak
akan mengakibatkan akar dan batang bagian bawah sirih merah dapat
membusuk dan jenis media tanam yang memiliki sifat kemampuan menahan
air rendah akan mengakibatkan media tanam mudah kering dan tanaman akan
cepat mati (Sudewo, 2005). Prayugo (2007) menyebutkan bahwa media
tanam yang baik harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai tempat
berpijak tanaman, memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur
hara yang dibutuhkan tanaman, mampu mengontrol kelebihan air (drainase)
serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara (aerasi) yang baik, dapat
mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman dan tidak mudah lapuk
atau rapuh.
2.3. Pupuk Organik
2.3.1. Definisi Pupuk Organik
Definisi pupuk organik menurut American Plant Food Control
Officials (AAPFCO) adalah bahan yang mengandung karbon dan satu
atau lebih unsur hara selain H dan O yang esensial untuk pertumbuhan
tanaman. sedangkan menurut USDA National Organic Program adalah
semua pupuk organik yang tidak mengandung bahan terlarang dan
berasal dari bahan alami yaitu dari tanaman atau hewan, sewage sludge,
dan bahan non organik tidak termasuk. Menurut USEPA, pupuk organik
adalah manure atau kompos yang diaplikasikan ke tanaman sebagai
sumber unsur hara (Funk 2014). Berbagai definisi diatas pada intinya
adalah bahwa pupuk organik mengadung unsur karbon dan unsur hara
lainnya yang berkombinasi dengan karbon.
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati,
kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya
yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat
diperkaya dengan bahan mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat
untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Permentan No.
70/Permentan/SR.140/10/2011).
2.3.2. Karakteristik Pupuk Organik
Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain
sisa tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut
kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah
pasar, rumah tangga, dan pabrik serta pupuk hijau. Oleh karena bahan
dasar pembuatan pupuk organik sangat bervariasi, maka kualitas pupuk
yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar dan
proses pembuatannya (Hartatik, dkk. 2015).
Sangat penting untuk membuat kriteria dan seleksi terhadap bahan
dasar pupuk organik untuk mengawasi mutunya. Bahan dasar yang
berasal dari sisa tanaman dapat dipastikan sedikit mengandung bahan
berbahaya seperti logam berat misalnya Pb, Cd, Hg, dan As. Pupuk
organik serta pupuk kandang, limbah industri, dan limbah kota cukup
mengkhawatirkan karena disinyalir banyak mengandung bahan berbahaya
logam berat dan asam-asam fenolat yang dapat mencemari lingkungan
dan meracuni tanaman. Beberapa bahan berbahaya ini justru
terkonsentrasi dalam limbah cair dan produk akhir pupuk selama proses
pengomposan. Untuk itu sangat diperlukan aturan untuk menyeleksi
penggunaan bahan dasar pupuk organik yang mengandung bahan-bahan
berbahaya dan beracun (B3) (Hartatik, dkk. 2015).
Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari
sumber asal bahan dasar. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat
diidentifikasi berasal dari kegiatan pertanian dan nonpertanian. Dari
pertanian dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak, sedangkan dari non
pertanian dapat berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan
sebagainya (Tan 1993).
2.3.3. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair. Pupuk organik
cair (POC) adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia (Redaksi
Agromedia, 2007). Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa
kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-
bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah selama 2 bulan.
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau
dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada
pemberian melalui tanah (Hanolo 1997).
Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara yang
dikandungnya lebih cepat tersedia dan mudah diserap akar tanaman.
Selain dengan cara disiramkan pupuk cair dapat digunakan langsung
dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanaman (Pardosi, Iriato
dan Mukhsin, 2014). Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis
pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan
diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang
mengandung hara makro dan mikro esensial (Marpaung, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada 6 s/d 28 Januari 2021 di Perumahan
Taman Kirana Surya, Kabupaten Tangerang.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Gelas plastik
2. Polybag
3.2.2. Bahan
1. Tanaman sereh
2. Media tanam (tanah dan air)
3. Pupuk organik cair (POC)
3.3. Prosedur
3.3.1. Perlakuan 1 (P1: Tanah tanpa POC)
1. Masukkan media tanam tanah ke dalam polybag.
2. Letakkan tanaman sereh pada media tanam.
3. Siram dengan menggunakan air.
4. Jaga selalu kelembaban tanah setiap harinya.
3.3.2. Perlakuan 2 (P2: Tanah dengan POC)
1. Masukkan media tanam tanah ke dalam polybag.
2. Letakkan tanaman sereh pada media tanam.
3. Siram dengan menggunakan POC yang telah dicampurkan air dengan
perbandingan 1:20, ulangi setiap seminggu sekali.
4. Jaga selalu kelembaban tanah setiap harinya.
3.3.3. Perlakuan 3 (P3: Air tanpa POC)
1. Tuangkan media tanam air pada gelas plastik secukupnya.
2. Letakkan tanaman sereh pada media tanam.
3. Jaga selalu kebersihan media tanam dan tambahkan kembali air jika
sudah mulai berkurang.
3.3.4. Perlakuan 4 (P4: Air dengan POC)
1. Campurkan media tanam air dan POC dengan perbandingan POC:air
sama dengan 1:20 kemudian tuangkan gelas plastik secukupnya.
2. Letakkan tanaman sereh pada media tanam.
3. Jaga selalu kebersihan media tanam dan tambahkan kembali
campuran air dan POC jika sudah mulai berkurang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Gambar 1. Tinggi tanaman
Gambar 2. Jumlah
anakan
Gambar 3. Jumlah
daun
Gambar 4. Tinggi anakan
Gambar 5. Panjang akar
4.2. Pembahasan
4.2.1. Tinggi Tanaman
Pada grafik menunjukkan bahwa hasil tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 (air + POC). Hasil tersebut menunjukkan bahwa media air
berpengaruh baik terhadap variabel tinggi tanaman serai, hal ini diduga
karena kadar air tersedia yang lebih banyak. Sejalan dengan pernyataan
Amthor dan Mc Cree (1990), bahwa variabel tinggi tanaman semakin
kecil seiring dengan penurunan kadar air tersedia.
Pemberian POC juga membuat pertumbuhan tinggi tanaman lebih
baik karena kebutuhan unsur hara yang terpenuhi. Tampubolon (2012)
dalam Ritonga dkk. (2020) mengatakan bahwa tanaman membutuhkan
unsur hara atau nutrisi selama pertumbuhannya agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pemberian atau penambahan unsur hara pada
tanaman dapat dilakukan melalui pemupukan.
4.2.2. Jumlah Anakan
Pada grafik terlihat bahwa hasil anakan terbanyak terdapat pada
perlakuan P2 (tanah + POC). Hal ini menunjukkan bahwa pada variabel
jumlah anakan, media tanah berpengaruh lebih baik daripada media air.
Mahadi (2019) mengatakan bahwa tanaman serai hanya bisa tumbuh
dengan cara vegetatif, itulah mengapa tanah merupakan media tanam
terbaik untuk tanaman tersebut.
Pemberian POC juga berpengaruh baik terhadap jumlah anakan.
Hal ini sejalan dengan Kusuma dkk. (2006) dalam penelitiannya terkait
pengaruh pemupukan terhadap tanaman serai wangi, yang mendapatkan
hasil bahwa pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan anakan/terna
serai wangi sangat bagus.
4.2.3. Jumlah Daun
Pada grafik terlihat bahwa hasil tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 (tanah + POC). Hasil tersebut menunjukkan bahwa media tanah
berpengaruh lebih baik terhadap jumlah daun dibandingkan dengan
media air. Hal ini dikarenakan media tanah menghasilkan jumlah anakan
yang lebih banyak sehingga daun yang dihasilkan pun banyak.
Pemberian POC juga memberi pengaruh yang baik terhadap
variabel jumlah daun karena pemupukan mempengaruhi jumlah anakan
yang lebih banyak sehingga daun yang dihasilkan pun lebih banyak.
Namun pada 5 hst dan 10 hst, jumlah daun pada P2 lebih rendah
dibandingkan P3, hal ini dikarenakan pupuk organik pada P2
membutuhkan waktu untuk dapat diserap oleh tanaman. Sesuai dengan
pendapat Parnata (2010) dalam Ritonga dkk. (2020) yang menyatakan
bahwa, ada beberapa kelemahan pupuk organik diantaranya, kecepatan
penyerapan unsur hara oleh tanaman lebih lama.
4.2.4. Tinggi Anakan
Pada grafik terlihat bahwa hasil tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 (tanah+POC). Kusuma dkk. (2006) dalam penelitiannya
membuktikan bahwa pertumbuhan dan produksi anakan/terna tanaman
serai wangi ternyata sangat dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan
memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap pertumbuhan anakan.
Pernyataan tersebut didukung oleh Sopacua (2016) menyatakan bahwa
pemupukan pada tanaman serai wangi memberikan kontribusi yang
nyata terhadap ketersediaan unsur hara dalam tanah. Proses pertumbuhan
tanaman memerlukan asupan unsur hara yang banyak untuk menunjang
proses fisiologi dan metabolism jaringan tanaman. Dengan demikian
unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik dapat menyediakan
ketersediaan unsur-unsur tersebut (Sopacua, 2016). Selain itu, media
tanah juga merupakan media terbaik untuk pertumbuhan anakan tersebut,
hal ini dikarenakan tanaman serai hanya bisa tumbuh dengan cara
vegetatif, sehingga tanah menjadi media tanam terbaik untuk tanaman
tersebut (Mahadi, 2019).
4.2.5. Panjang akar
Pada grafik terlihat bahwa hasil tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 dan P4. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian POC sangat
berpengaruh terhadap panjang akar serai. Untuk mendapatkan perakaran
yang bagus haruslah tersedia unsurhara yang cukup untuk perkembangan
akar dan tunas. Senada dengan Rahmawati dkk. (2018) yang menyatakan
bahwa Pada tingkat konsentrasi hara yang rendah, perakaran mengalami
defisiensi unsur hara dan menghambat distribusi hara (Rahmawati dkk.
2018).
Sedangkan di antara P2 dan P4 yang tertinggi adalah P4, hasil
tersebut membuktikan bahwa media tanah lebih baik untuk pertumbuhan
akar serai dibanding dengan media air. Hal ini diduga karena tanah
berberan sebagai tempat tumbuh dan merambatnya akar, berbeda dengan
air yang hanya membuat akar terendam. Soegiman (1993) mengatakan
bahwa media tanam adalah suatu media atau bahan yang digunakan
untuk tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Media tanam yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman serai adalah
media tanah.
2. Pupuk organik cair daun singkong berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan tanaman serai, dibuktikan dengan peningkatan pertumbuhan
di setiap variabel pengamatan.
5.2. Saran
Pemupukan dengan pupuk anorganik secara berkala dapat merusak
struktur tanah dan mengganggu keseimbangan lingkungan sehingga sangat
disarankan untuk menggunakan pupuk organik termasuk pupuk organik cair
dalam budidaya tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I Gede Sila dkk. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman
Tropis terhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Universitas