Top Banner
PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA TERHADAP LAY OUT DALAM RUMAH TINGGAL (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku Mentawai di Rumah Adat Uma) Penulis : Andriani P, SSn, MM dan Ir Nurhasanah, MM ABSTRACT Mentawai tribe is one of the tribes occupying the territory of Indonesia precisely in the Mentawai Islands is located approximately 100 km to the west coast of Sumatra island, is comprised of 40 islands, large and small. The extent of this km2.Kepulauan 6700 including the district of Padang Pariaman (West Sumatra). The rate of population growth is very slow because anggka death continues to grow. Their lives are directly from nature, that do not have a permanent place to live and work. Their favorite cane into the jungle and collect fruits to dibarterkan to the merchant. Make the boat is their favorite. Also make weapons for hunting and fishing. Farming is a job that is very limited. Mentawai tribe have confidence Animism, believing that the spirit of man, animals and plants, this tribe believes if all living things have a spirit. Mentawai tribe and Lia do a lot Punen which basically aims to strengthen the relationship among the ancestors and continue teaching. Each activity Punen and Lia made an application form Kaltag Tribal culture and influence directly to Lay Out secsra custom homes, because events and Lia diselengfarakan Punen custom homes in the area both inside and outside . Keywords: Culture, Mentawai tribe, Being Culture, Animism ABSTRAK Suku Mentawai merupakan salah satu suku yang menempati wilayah Indonesia tepatnya di Kepulauan Mentawai terletak sekitar 100 km di sebelah Barat pantai pulau Sumatera, terdiri dari 40 pulau, besar dan kecil. Luasnya 6.700 km2.Kepulauan ini termasuk wilayah Kabupaten Padang Pariaman (Propinsi Sumatera Barat). Laju pertambahan penduduk sangat lambat karena anggka kematian terus bertambah.
26

PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

May 04, 2019

Download

Documents

lamkhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA TERHADAP LAY OUT DALAM RUMAH TINGGAL

(Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku Mentawai di Rumah Adat Uma) Penulis : Andriani P, SSn, MM dan Ir Nurhasanah, MM

ABSTRACT

Mentawai tribe is one of the tribes occupying the territory of Indonesia precisely in

the Mentawai Islands is located approximately 100 km to the west coast of Sumatra

island, is comprised of 40 islands, large and small. The extent of this km2.Kepulauan

6700 including the district of Padang Pariaman (West Sumatra). The rate of

population growth is very slow because anggka death continues to grow.

Their lives are directly from nature, that do not have a permanent place to live and

work. Their favorite cane into the jungle and collect fruits to dibarterkan to the

merchant. Make the boat is their favorite. Also make weapons for hunting and fishing.

Farming is a job that is very limited.

Mentawai tribe have confidence Animism, believing that the spirit of man, animals

and plants, this tribe believes if all living things have a spirit. Mentawai tribe and Lia

do a lot Punen which basically aims to strengthen the relationship among the

ancestors and continue teaching. Each activity Punen and Lia made an application

form Kaltag Tribal culture and influence directly to Lay Out secsra custom homes,

because events and Lia diselengfarakan Punen custom homes in the area both inside

and outside .

Keywords: Culture, Mentawai tribe, Being Culture, Animism

ABSTRAK

Suku Mentawai merupakan salah satu suku yang menempati wilayah Indonesia tepatnya

di Kepulauan Mentawai terletak sekitar 100 km di sebelah Barat pantai pulau Sumatera,

terdiri dari 40 pulau, besar dan kecil. Luasnya 6.700 km2.Kepulauan ini termasuk

wilayah Kabupaten Padang Pariaman (Propinsi Sumatera Barat). Laju pertambahan

penduduk sangat lambat karena anggka kematian terus bertambah.

Page 2: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Hidup mereka langsung dari alam, sehingga tidak punya tempat tinggal dan pekerjaan

tetap. Kesukaan mereka merotan ke rimba dan mengumpulkan buah-buahan untuk

dibarterkan kepada pedagang. Membuat perahu merupakan kegemaran mereka. Juga

membuat persenjataan untuk berburu dan memancing. Bertani merupakan suatu

pekerjaan yang sangat terbatas.

Suku Mentawai memiliki kepercayaan Animisme, yaitu percaya kepada roh manusia,

hewan dan tumbuhan, suku ini meyakini jika semuan mahluk hidup memiliki roh. Suku

Mentawai melakukan banyak Punen dan Lia yang pada dasarnya bertujuan untuk

mempererat hubungan diantaranya dan meneruskan ajaran nenek moyang. Setiap

kegiatan Punen dan Lia yang dilakukan merupakan aplikasi wujud kebudayaan Suku

Melawai dan berpengaruh secsra langsung kepada Lay Out rumah adat, karena acara

Punen dan Lia diselengfarakan di area rumah adat baik di dalam maupun di luar..

Kata Kunci: Kebudayaan, Suku Mentawai, Wujud Kebudayaan, Animisme

I. PENDAHULUAN

Keadaan geografis daerah Kepulauan Mentawai yang masih terpencil dan terisor dan

keadan iklim yang tidak menguntungkan membuat penduduknya terpaksa hidup menurut

hukum alam. Daerah Mentawai hanya mempunyai satu musim saja, yaitu musim panas

sepanjang tahun. Temperatur tidak melebihi 30 derajat Celcius pada pagi hari maupun

pada malam hari.

Page 3: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Gambar 1.1. Peta Kepulauan Mentawai

Orang Mentawai umumnya berbadan kuat, kekar, sehat dan tidak berbulu. Tingginya

tidak melebihi 1,67 cm. Berperawakan baik dan menarik. Hidungnya agak lebar, mata

besar dan bersinar. Alis tipis dan sedikit bundar. Jarang ditemukan cacat fisik, karena

mereka hidup menurut keadaan sesungguhnya daripada alam (hasil seleksi natural).

Gambar 1.2. Foto Profil Orang suku Mentawai

Page 4: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Bahasa Suku Mentawai adalah Bahasa Mentawai termasuk rumpun bahasa Melayu

Polenisia, satu dari tujuh bahasa resmi di Pulau Sumatera. Bahasa Mentawai sudah

sampai ke masyarakat umum dalam bentuk lisan.

Umumnya orang Mentawai baik hati, peramah, suka menghormati orang lain, tidak ingin

berperang, suka kepada hiasan-hiasan, sehingga tidak jarang tubuh mereka bertato.

Tuntutan adatnya sederhana. Kejahatan dan tindakan kriminalitas, jarang terjadi.

Memiliki aktivitas yang tinggi, orang Mentawai mampu menciptakan sesuatu yang

bagus, cantik dan berdaya guna. Peralatan yang dipakai untuk berburu dan memancing

ikan sangat sederhana.

Kalau membuat rumah sederhana sekali, dibuat secara darurat tetapi lebar dan kuat.

Masyarakat Mentawai menganut system Patrilineal yang mereka sebut dengan istilah

Uma yang berarti tempat yang didiami beberapa ratus manusia yang masih berhubungan

satu sama lain dalam keturunan. Menjadi pusat kehidupan masyarakat adat yang

memperhitungkan dan mempersatukan.

Gambar 1.3. Rumah Adat Uma

Meskipun mereka mendirikan rumah lain di tempat yang jauh, namun komunikasi

dengan Uma tetap ada, sebab Uma merupakan rumah Induk. Terdapat tiga macam rumah

adat orang Mentawai, yaitu :

Page 5: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

1. Uma, rumah besar yang menjadi rumah induk tempat penginapan bersama, serta

tempat menyimpan warisan pusaka, juga menjadi tempat suci untuk persembahan,

penyimpanan tengkorak binatang buruan.

2. Lalep, tempat tinggal suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah, terletak di

dalam Uma.

3. Rusuk, tempat penginapan khusus bagi anak-anak muda, janda dan mereka yang

diusir dari kampung.

II. WUJUD KEBUDAYAAN

II.1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut Melville J.

Herskovits dan Bronislaw Malinowski dikemukakan, bahwa segala sesuatu yang terdapat

dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu

generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai

sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,

dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri

khas suatu masyarakat. Sedangkan menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan

merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain

yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil

karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Page 6: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah

sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,

kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,

misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan

lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan

kehidupan bermasyarakat.

II.2. Wujud Kebudaya

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,

dan artefak. yaitu :

Gagasan (Wujud Ideal). Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang

berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan

sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud

kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga

masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk

tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku

hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (tindakan). Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan

sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling

berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut

pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

Artefak (karya). Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari

aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda

atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret

di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat,

Page 7: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan

yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah

kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

III. PENERAPAN WUJUD KEBUDAYAAN DALAM KEHIDUPAN SUKU

MENTAWAI

A. Gagasan (Wujud Ideal).

Orang Mentawai termasuk penganut Animisme, yang percaya kepada roh-roh alam.

Segala sesuatu yang ada, berjiwa. Tujuan dari kultus atau ibadah supaya diberi

kesehatan dan umur panjang.

Wujud ideal Masyarat Mentawai adalah “Arat.” Unsur yang kuat dalam menyatukan

kebudayaan setiap rakyat adalah adat dalam bahasa dan kebudayaan Mentawai

disebut Arat.

Arat mencakup bermacam hal yang digolongkan kepada tradisi. Tradisi nenek

moyang mutlak harus diterima tanpa gugatan, karena telah memperjuangkan dari

masa ke masa, yang telah mendarah daging dalam kehidupan bermasyarakat dalam

bertahun-tahun. Arat menjadi norma kehidupan bagi manusia, secara pribadi maupun

dalam keluarga dan suku. Arat merupakan warisan suci, karena semenjak dahulu

ditemukan oleh nenek moyang dan kelestariannya terus dijaga dengan baik.

1. Dunia Jiwa-jiwa

Menurut kepercayaan orang Mentawai, jiwa adalah duplikat rohani dari semua

yang ada. Setiap jiwa memiliki Bajou, yakni semacam dampak yang berpengaruh

baik atau buruk pada orang atau benda yang mendekatinya.Tujuan utama

kepercayaan Mentawai adalah terjaminnya kesehatan dan panjang umur.

2. Jenis-jenis jiwa

Jiwa yang member hidup kepada tubuh, yang meninggalkan tubuh selama

terjadinya mimpi atau selama dalam keadaan sakit dan dalam kesempatan tertentu

disebut Magere (Simagere).

Page 8: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Jiwa yang sudah lenyap untuk selamanya disebabkan kematian disebut Kecat.

Kecat kemudian keluar menjadi roh dan tidak membutuhkan tubuh lagi. Kecat juga

berlaku untuk binatang. Kecat bersemayam di dalam hati binatang, sehingga untuk

persembahan pelindung Uma adalah hati babi.

Jiwa benda dan tumbuhan disebut Kina. Kina Kera (tiang-tiang seperti totem)

memiliki peranan penting dan kekuatan utama dan ampuh menghalangi roh-roh

jahat supaya tidak masuk ke dalam kampong. Bila dilakukan persembahan kepada

tiang-tiang itu, merupakan suatu pertanda pula ada persembahan kepada Kina.

3. Jiwa-jiwa Mayat

Di antara jiwa-jiwa benda, terdapat jiwa mayat yang disebut Pitok. Jiwa yang telah

mati, pergi ke Langgai Sabeu (kampong nenek moyang), tinggal jasad mayat. Ada

kalanya Pitok masuk kembali ke dalam rumah dan membawa penyakit kepada

penghuninya. Untuk mencegah agar Pitok tidak kembali ke rumah, maka diadakan

upacara khusus di malam hari yang dipimpin oleh Kerei.

Pengusiran Pitok dilakukan dengan mendendangkan lagu-lagu tertentu sambil

mengibaskan dedaunanan. Akhirnya Kerei menyilahkan dan mengantarkan Pitok

keluar rumah.

B. Aktivitas (tindakan). Wujud kebudayaan Masyarakat Mentawai adalah pesta dan

ritus. Pesta merupakan sebuah kegiatan tradisional dan rutin dilaksanakan. Macam

pesta yang dilakukan sepanjang tahun, antara lain :

o Pembukaan kebun baru

o Panen

o Perkawinan

o Membangun dan meresmikan rumah

o Inisiasi bagi anak-anak

o Perdamaian

o Peresmian penurunan perahu.

Page 9: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Puliaijat merupakan sarana untuk memperbaharuhi jiwa, menyalakan semangat hidup

orang-orang Mentawai, mengembangkan kreativitas dan memperkokoh kebudayaan

yang harus dilestarikan. Sebaliknya kalau tidak dilaksanakan dengan baik, hati mereka

selalu diselimuti oleh ilusi yang mencemaskan, seperti datangnya bala bencana,

sengketa dan malapetaka yang bisa merusak jiwa serta keutuhan seluruh Masyarakat

Mentawai.

Puliaijat terdiri dari berbagai ritus, antara lain :

o Penyucian diri

o Pencegahan pengusiran roh-roh jahat

o Pertemuan seluruh keluarga, suku dan segenap masyarakat.

Selama pesta berlangsung tidak memperbolehkan seorang pun melaksanakan

pekerjaan pribadi. “Masane Galajetmai” adalah ungkapan seruan yang mengandung

arti beristiahatlah karena lelah, setelah bekerja berat, misalnya untuk membuat sagu

selama dua jam. Di saat ini, setiap masyarakat Mentawai tidak boleh bermalas-

malasan, tetapi harus lebih giat dan gairah agar dapat dikembangkan kemampuan dan

bakat yang ada pada setiap pribadi.

Terdapat juga dua macam pesta lainnya, yaitu Punen dan Lia.

- Punen adalah pesta besar, sebagai pesta rakyat yang dipimpin oleh Rimata (Kepala

Umum) yang bertanggung jawab penuh atas semua kegiatan bersama yang

dilaksanakan dalam punen) dan dibantu oleh Kerei (dukun yang memiliki

kekuasaan magic). Pelaksanaannya di waktu pemilihan Rimata, di kala dibunuh

binatang-binatang suci, di saat kampung terkena wabah atau ada pembunuhan yang

terjadi dalam kampung.

- Lia adalah sebuah pesta keluarga yang dipimpin Ukui, pesta kecil yang singkat.

Pada waktu Lia, hanya beberapa ekor ayam yang disembelih dan merupakan pesta

pribadiLia diadakan pada waktu didirikan Lalep (tempat tinggal suami istri yang

pernikahannya sudah dianggap sah, terletak di dalam Uma) kalau ada orang yang

sakit, kelahiran, perkawinan, pembuatan perahu dan adopsi dalam keluarga.

Terdapat beberapa mecam Punen dalam suku Mentawai, antara lain :

Page 10: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

1. Punen Panengekat, mendirikan rumah baru

2. Punen Kinumbu untuk meresmikan instrument musik di tempat tari-tarian.

3. Punen Puenegetat, inisiasi anak-anak (pesta adopsi), suatu upacara yang

dititikberatkan kepada adopsi, penerimaan anak dalam satu keluarga. Anak

adalah kepunyaan roh-roh, oleh sebab itu dalam pesta tersebut orang tua sang

anak mengadopsi anak dari genggaman dewa-dewa. Anak yang tidak diinisiasi

tidak boleh makan bersama orang tua karena dianggap orang asing.

4. Punen Puotuat, dipersembahkan kepiting-kepiting laut dan pemanfaatannya

oleh seluruh anggota Uma. Orang Mentawai ingin menyerupai sifat kepiting

yang melepaskan kulitnya namun tidak mati.

5. Punen Sinuba, dilakukan setelah selesai penangkapan ikan dengan memakai

akar tuba. Punen ini merupakan rekonsilisasi, sebab akar tuba telah merusak

alam.

6. Punen Musira Uma, selama Punen pembangunan Uma, para penghuni

mengisolasi diri. Dengan pesta ini, komunikasi dengan orang luar dibuka

kembali.

7. Punen yang dilakukan di dalam Uma: bila ada kematian atau pelantikan

Rimata, jika ada pohon kayu yang tumbang atau ada orang yang mati

tenggelam atau jika ada sebuah rumah terbakar musnah dan sampah terapung-

apung.

8. Punen Lepa, diadakaan jika ada orang mati diterkam buaya atau terjadi suatu

peristiwa pembunuhan.

9. Punen Langgai, setelah mensucikan kampong, maka diadakan persembahan

dan doa.

10. Punen Masiaro Sikatai, untuk penumpasan kejahatan, dengan menggunakan

daun-daun dan setangkai bunga sot lagai agar terhindar dari pengaruh jahat.

11. Punen Patiti, untuk melukis tato (rajah di kulit).

12. Punen Kukuret, untuk berburu monyet.

13. Punen Arat Rau Lepa, untuk pembastisan sampan baru.

14. Punen Pamipikat, untuk kelahiran anak baru.

15. Punen Putalimogat, di saat pesta perkawinan.

16. Punen Ke Ibara Simamatei, di saat kematian.

17. Punen Lalep, pemberkatan Lalep.

Page 11: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

18. Punen Enungan Manek Abak, meramu persiapan pembuatan perahu.

19. Punen Eneget, ritus inisiasi.

20. Punen Mone, saat membuat lading baru.

21. Punen Mei Jarik, bila pergi memancing ikan dengan menggunakanjala.

22. Punen Pasambaat, jika asa orang baru yang pindah ke kampong.

23. Punen Sorobbut Laggai, jika ada wabah penyakit menular.

24. Punen Masipaeru Laggai, untuk menolak bala bahaya penyakit.

25. Punen Simabukat Loina, kalau ada pohon yang tumbang di perbatasan

kampong.

C. Artefak (karya).

Dalam setiap kegian Punen, masyarakat selalu menggunakan artefak baik berupa alat

music, alat persembahan, pakaian dan perhiasan untuk upacara. Artefak juga berupa

alat untuk mencari makan seperti alat berburu, perahu, jala untuk menangkap penyu.

Setelah matang persiapan untuk melaksanakan “Puliaijat, maka diawali dengan

pameran kerajinan tangan berupa hiasan-hiasan dinding, ukiran-ukiran dan berbagai

ketrampilan lainnya. Motif ukiran umumnya berbentuk burung yang bertujuan untuk

memanggil roh-roh nenek moyang.

Semua barang pameran digantungkan. Pameran dari tanduk binatang digantungkan

pada dinding di dalam rumah. Sedangkan barang-barang ukiran digantungkan

berbanjar pada tuturan atap depan rumah adat (“Uma”) agar roh-roh leluhur dapat

dating ke tempat itu. Ukiran dan perhiasan yang berbentuk burung tersebut dinamakan

“Uma’t Simagere,” yang berarti permainan untuk roh-roh. Setelah acara pameran,

mereka semua pergi ke sungai untuk membersihkan dan merias diri secantik mungkin.

Terdapat juga benda-benda suci yang disimpan di dalam Uma, antara lain :

- Batu Kerebau adalah benda yang paling suci di Uma. Benda ini sama sekali tidak

ada di Lalep. Terbuat dari sepotong bambu, berisi akar-akar, sebiji ngalun merah

Page 12: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

dan sebuah batu putih dari sungai, potongan kawat tembaga, besi paku serta biji-

biji lainnya yang punya kekuatan dan kekuasaan gaib. Batu Kerabau bersifat

kejantanan, melambangkan kelaki-lakian disebut juga dengan panggilan baja

(bapak) atau orang yang sudah tua.

- Bakkat Katsaila. Katsaila adalah serangkaian bunga-bunga yang digantungkan di

dalam Uma atau Lalep sebagai perlindungan dari roh-roh jahat. Saila berarti cara

yang lebih cepat dan mudah untuk membebaskan seseorang dari bahaya. Bunga

dan dedaunan dimasukan ke dalam bambu kemudian digoyang-goyangkan supaya

roh-roh jahat terusir. Katsaila diumpamakan sebagai kakayonwayang kulit di Jawa.

Kakayon melambangkan gempa bumi, angin topan dan badai. Katsaila dijalin

dengan rangkaian hiasan bunga dan daun, seperti hunga aileppet, sugu-suguru,

bobolo dan sura seperti sura ka laggaimai, dorot poula dan bekeu.

- Gong dan Gendang. Pada setiap Uma ada peralatan music, seperti gong, tuddukat

dan kateuba. Untuk memanggil anggota-anggota suku dan memberitahukansudah

ada hasil perburuan, dipalulah tuddukat dengan tetete. Tuddukat sebagai alat

pemersatu dalam suku. Ada juga yang merupakan alat music biasa saja. Hakekat

tuddukat adalah alat cultural yang dipakai pada saat upacare resmi misalnya untuk

memberitakan kematian seseorang.

IV. PEMBAHASAN

A. PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU MENTAWAI TERHADAP LAY

OUT RUMAH UMA SUKU MENTAWAI

Di Kepulauan Mentawai tidak ada tempat khusus untuk beribadah. Semua upacara

diselenggaeakan di Uma. Setiap upara penting yang bersifat umum harus dilakukan di

Uma, sedangkan upacara keluarga dan lainnya dilaksanakan di Lalep. Uma adalah suatu

bangunan yang agak panjang, didirikan di atas beberapa tiang kayu. Di dalamnya ada

ruangan untuk pertemuan dan beberapa buah bilik.

Page 13: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Uma dianggap sebagai tempat suci, menjadi kegiatan masyarakat dan keagamaan. Di

dalamnya tersimpan benda-benda suci. Pada Uma terdapat dua buah beranda yang

terbuka di bagian muka dan belakang. Beranda depan disebut Laibokat atau Laibo dan

beranda belakang disebut Balapat ka tei-tei.

Kalabai berarti juga adik atau kakak perempuan dari ibu. Kalabai adalah nama tiang

kedua dalam Uma dan dianggap memiliki sifat keibuan.

Orat Simagere yaitu tangga yang terdapat di belakang perapian di dalam Uma. Orat

Simagere berfungsi sepert jenjang Uma tetapi hanya roh-roh.

Laibokat dipakai sebagai ruang tamu, tempat kerja dan tempat bermusyawarah atau

Mulalaibo yang berarti ngobrol-ngobrol, percakapan ringan atau cerita santai untuk

melepaskan lelah. Laibokat tidak terpisah dengan bagian dalam. Di belakangnya terdapat

panggung tarian (Puturu-kat) dan di belakang panggung ada sebuah perapian (Purusuat).

Bentuk pentas, empat persegi, lantainya tidak dipaku, tapi diapit dengan longgar,

sehingga waktu orang menari di atasnya menimbulkan bunyi.

Pada sebuah dinding, digantungkan hasil perburuan (Laplap). Sebelah dalam dinding itu,

digantungkan pula dedaunan berwarna (Tai-laget). Di bagian tengah Uma terdapat gang,

yang di kiri kanannya ada beberapa kamar tidur yang di sebut Lalep.

Kamar pertama di kanan, khusus untuk Rimata. Keluarga yang jumlahnya sedikit dapat

menempati Uma, tetapi kalau jumlah keluarga sudah bertambah banyak, mereka

mendirikan rumah sendiri di sekitar Uma. Di muka gang terdapat sebuah tangga, yang

disebut Orat Simagere, mengandung arti jiwa-jiwa. Beranda belakang digunakan untuk

memasak dan menyiapkan makanan.

Page 14: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Gambar 1.4. Detail Lay Out Rumah Uma

Page 15: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

B. PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA TERHADAP LAY

OUT RUMAH TINGGAL

Gambar 1.6. Contoh Lay Out Rumah Tinggal Saat Ini

Dalam interior rumah tinggal, terbagi menjadi dua zona, yaitu

1. Zona Private, yaitu zona atau area yang hanya boleh digunakan oleh pemilik rumah,

contoh ruang tidur. Zona Private terbagi menjadi Semi Private, yaitu yaitu zona atau

area yang dapat digunakan oleh selain pemilik rumah tetapi masih memiliki hubungan

atau dikenal oleh pemilik rumah dan zona ini terletak di dalam rumah tinggal, contoh

ruang keluarga, ruang makan.

2. Zona Publik, yaitu zona atau area yang dapat digunakan oleh selain pemilik rumah

tetapi masih memiliki hubungan atau dikenal oleh pemilik rumah. Contoh zona publik

di rumah tinggal adalah beranda atau teras.

Page 16: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Antara ruangan dalam rumah tinggal modern di Indonesia, saat ini dipisahkan oleh

dinding baik masif seperti dinding batu maupun tidak masih, seperti tripleks, devider.

Rumah tinggal dapat hanya dihuni oleh 1 keluarga inti atau lebih dari 1 keluarga inti.

Secara umum, pengaturan denah rumah tinggal modern tidak berbeda dengan rumah

suku tradisional, karena masing-masing ruangan memiliki fungsi. Perbedaan mendasar

yang ditemukan adalah adanya kamar mandi & wc serta area cuci pakaian. Banyak suku

di Indonesia tidak memiliki area tersebut, karena memanfaatkan keadaan alam sekitar

yang masih memiliki sungai atau kali yang dapat di fungsikan sebagai kamar mandi &

wc serta area cuci. Kondisi sepeti ini juga masih ditemukan masyarakat marginal di kota-

kota besar yang memanfaatkan kali sebagai kamar mandi & wc serta area cuci.

Gambar 1.7. Kondisi Rumah Kumuh di Jakarta yang Menjadikan Jalan sebagai

Beranda Rumah

Page 17: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Gambar 1.8. Bagian Belakang Rumah Kumuh yang Merupakan Jalan Umum

Dijadikan untuk Area Memasak, Mencuci Piring

Page 18: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Gambar 1.9. Lokasi Rumah Kumuh yang Berada di Bantaran Kali dan

Menjadikan Kali Sebagai Sarana MCK dan Sarana Pemenuhan Aktivitas Harian,

seperti Mencuci, Mandi dan Membuang Sampah

Jika dibandingkan penerapan Wujud Kebudayaan Suku Mentawai dalam lay out Rumah

Uma, lebih menitik beratkan kepada Wujud Idiil, yaitu memperuntukan Uma untuk

menjalankan ritual kepercayaannya, yaitu Animisme. Sedangkan pada lay out rumah

kumuh, lebih menitik beratkan kepada Wujud Fisik, karena dengan keterbatasan lahan

yang dimiliki, mereka menciptakan ruang-ruang dalam rumah tinggal maupun di luar

ruang, seperti ruang tamu berfungsi juga sebagai ruang keluarga dan ruang makan. Ada

kalanya di ruangan tersebut juga dijadikan sebagai ruang tidur, karena ada beberapa

keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

Sedangkan untuk mencuci pakaian, mandi dan buang hajat, umumnya mengandalkan

MCK yang penggunaannya dapat dengan membayar sewa, sehingga di rumah kumuh

tidak ada kamar mandi dan wc. Kondisi ini, sama seperti di Rumah Uma yang tidak

memiliki MCK di rumah. Penghuni Rumah Uma menggunakan sungai yang berada di

dekat Rumah Uma, sehingga lokasi Rumah Uma selalu dekat dengan sungai.

Page 19: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Untuk lay out di rumah tinggal permanen sudah memiliki standar pembagian ruang,

yaitu:

1. Beranda

2. Ruang Tamu

3. Ruang Keluarga

4. Ruang Makan

5. Dapur

6. Kamar Mandi & WC

7. Area Cuci dan Jemur

Lay out rumah tinggal saat ini lebih menekankan kepada fungsi atau tujuan peruntukan

ruang tersebut dibuat. Pada dasarnya, lay out runah permanen menerapkan semua wujud

kebudayaan dalam desain rumah tinggal, tetapi terdapat perbedaan dengan wujud

kebudayaan suku di Indonesia, khususnya suku Mentawai yang menjadi studi kasus,

perbedaan tersebut, antara lain :

WUJUD

KEBUDAYAAN

RUMAH UMA SUKU

MENTAWAI

RUMAH PERMANEN

SAAT INI

Wujud Idiil Animisme Konsep desain

Wujud Artefak Benda-benda untuk upacara Furniture, ragam hias sesuai

konsep desain, dan lainnya

Wujud Fisik

Pembagian ruang sesuai

kepercayaan yang dianut dan

kebiasaan

Tujuan penggunaan ruang

Tabel 1. Perbedaan Penerapan Wujud Kebudayaan dalam Lay Out Rumah Tinggal

Berdasarkan Adat dengan Kondisi Saat Ini

Page 20: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Gambar 1.10. Belulang Hasil Buruan yang Ditangkap dan Dimakan, Disimpan dan

Digantung di Dalam Rumah Uma (Tailaget)

Adanya kepercayaan Aminisme sebagai Wujud Kebudayaan Idiil, menciptakan bergam

upacara – upacara dan artefak. Kondisi ini merupakan pengaplikasian Wujud Artefak,

karena mereka hanya memajang hasil buruan yang tulang belulang ini tidak digunakan

untuk perlengkapan upacara kepercayaannya.

Gambar 1.11. Tarian para Kirey Mengusir Roh Jahat

Page 21: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Kegiatan ini merupakan perwujudan Wujud Fisik, dimana dengan kepercayaan yang

mereka anut, Animisme, mereka percaya bahwa jika terjadi penyakit atau bencana,

menandakan datangnya roh jahat yang harus segera diusir agar malapetaka yang lain

tidak datang. Tarian ini dilakukan di dalam Laibokat atau beranda depan.

Dalam tabel di bawah ini menjelaskan pengaruh wujud kebudayaan Indonesia terhadap

lay out rumah tinggal permanen saat ini,yang dilakukan analisa deskriptif dan diperoleh

hasil sebagai berikut :

AREA ZONING SUKU MENTAWAI (RUMAH UMA)

RUMAH TINGGAL PERMANEN SAAT INI

BERANDA PUBLIK Laiboikat (Beranda depan) dalam Laiboikat dilengkapi dengan tangga untuk naik ke rumah. Laiboikat digunakan sebagai ruang tamu, tempat kerja dan tempat bermusyawarah. Laibokat digunakan sebagai tempat bersantai melepas lelah sambil melakukan percakapan ringan atau cerita santai. Laiboikat tidak terpisah dengan bagian dalam. Di belakangnya terdapat panggung tarian (Putura-kat) dan di belakang panggung ada sebuah perapian (Purusuat)

Sebagian besar rumah tinggal saat ini tidak memiiki tangga untuk masuk ke area dalam, karena rumah tinggal saat ini bukanlah rumah panggung. Beranda di rumah tinggal saat ini lebih banyak digunakan untuk bersantai, menerima tamu secara tidak formal. Keterbatasan lahan menyebabkan Beranda hanya dapat digunakan untuk sekedar-duduk-duduk saja oleh dua atau emat orang dan tidak dapat digunakan untuk bermusyawarah atau percakapan dengan banyak orang Di rumah tinggal saat ini, beranda dipisahkan dengan pintu masuk ke area ruang tamu. Adanya pintu dimaksud untuk menjaga keamanan

Page 22: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

penghuni rumah tinggal dari manusia maupun binatang yang dapat masuk ke dalam rumah sewaktu-waktu.

R. TAMU SEMI PRIVATE

Pada sebuah dinding, digantungkan hasil perburuan. Sebelah dalam dinding digantungan dedaunan berwarna (Tailaget) Dalam Uma tidak ada ruangan yang dikhususkan untuk menarima tamu. Aktivitas ini dilakukan di beranda.

Untuk area duduk para tamu dan berbincang-bincang dengan pemilik rumah. Sama halnya dengan Uma, dalam rumah tangga modern, di ruang tamu banyak dipajang benda-benda penting, seperti foto-foto, piagam penghargaan, piala, trophy dan benda-benda lain yang menunjukan prestasi pemilik rumah.

KELUARGA SEMI PRIVATE

Kedua aktivitas ini lebih banyak dilakukan di Laiboikat, sehingga tidak ada pemisahan untuk ruang keluarga dan ruang makan.

Area bersantai keluarga pemilik rumah maupun dengan teman, kerabat Di rumah semi permanen, ruang keluarga dan ruang makan menjadi satu.

R. MAKAN SEMI PRIVATE

Area bersantap bersama keluarga pemilik rumah maupun dengan teman, kerabat

DAPUR SEMI PRIVATE

Berada di beranda belakang digunakan untuk memasak dan menyiapkan makanan.

Area mengolah makanan baik dilakukan sendiri maupun bersama-sama dengan anggota keluarga lain atau bersama kerabat maupun teman

R. TIDUR UTAMA

PRIVATE Di bagian tengah Uma terdapat gang yang kiri-kanannya ada beberapa kamar yang disebut Lalep. Kamar pertama di kanan khusus untuk Rimata.

Area beristirahat, biasanya merupakan kamar orang tua pemilik rumah. Di rumah semi permanen, satu kamar tidur digunakan bersama-sama dengan anggota keluarga,

Page 23: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

sehingga yang tidur bersama dalam satu kamar tersebut adalah orang tua dan anak-anaknya.

R. TIDUR ANAK PRIVATE Lalep diisi oleh keluarga-keluarga yang jumlahnya masih sedikit. Jika jumlahnya sudah banyak, mereka mendirikan rumah sendiri di sekitar Uma.

Area beristirahat untuk anak pemilik rumah Walaupun disebut private, ada kalanya teman yang dikenal sudah akrab dapat masuk ke dalam ruang tidur ini.

WC & KAMAR MANDI

SEMI PRIVATE

Tidak memiliki area service, karena mereka menggunakan sungai dekat Uma untuk MCK dan mencuci.

Merupakan area ntuk membersihkan diri atau untuk mandi.

AREA CUCI PRIVATE

Merupakan area untuk membersihkan pakaian seta menjemurnya. Area ini disebut private, karena hanya pemilik rumah yang berhak memanfaatkan area ini. Di rumah semi permanen, penghuni rumah menggenakan kali sebagai kamar mandi & wc serta mencuci. Dibeberapa wilayah kumah sudah dibuatkan MCK untuk mengurangi pencemaran dan agar kesehatan masyarakat lebih terjamin.

Tabel 2. Perbandingan Pengaruh Wujud Kebudayaan Terhadap Lay out Rumah

Adat denganRumah Permanen Saat Ini

Page 24: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Gambar 1.12. Berbincang di Beranda Rumah Uma

Gambar 1.13. Lesehan di beranda Rumah Permanen Saat Ini

V. PENUTUP

Masyarakat Mentawai adalah masyarakat tradisional yang masih memegang teguh

kepercayaan kepada nenek moyang atau Animisme. Mereka masih sangat percaya

terhadap roh-roh yang bergentayangan di hutan-hutan, gung, laut, bawah tanah dan

dimana-mana.

Page 25: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

Dalam masyarakat Mentawai tidak ada kasta, tidak ada kepemimpinan otoriter dan tidak

ada ahli waris dengan corak kefeodalan. Masyarakat Mentawai hanya membutuhkan

waktu singkat untuk mencari nafkah sedangkah waktu selebihnya digunakan untuk pesta-

pesta yang dapat mempererat persaudaraan. Pesta yang dilakukan juga untuk mengenal

bakat dan kreatifitas seseorang. Untuk menyelenggarakan pesta, cukup seorang saja

menangkap binatang untuk upacara seperti monyet dan babi lalu mengundang teman-

temannya untuk makan bersama. Kondisi ini memperlihatkan rasa social dan

kekeluargaan dalam masyarakat Mentawai yang cukup tinggi.

Wujud kebudayaan Idiil berupa kepercayaan Animisme kemudian melahirkan wujud

kebudayaan social atau aktivitas berupa pesta yang biasa disebut Punen dan Lia. Punen

adalah pesta besar, sebagai pesta rakyat yang dipimpin oleh Rimata (Kepala Umum) dan

dibantu oleh Kerei (dukun yang memiliki kekuasaan magic). Pelaksanaannya di waktu

pemilihan Rimata, di saat kampung terkena wabah atau ada pembunuhan yang terjadi

dalam kampung.

Sedangkan Lia adalah sebuah pesta keluarga yang dipimpin Ukui, pesta kecil yang

singkat. Diadakan pada waktu didirikan Lalep, ada orang yang sakit, kelahiran,

perkawinan, pembuatan perahu dan adopsi dalam keluarga.

Semua Punen dan Lia diadakan di “Uma” Uma, rumah besar yang menjadi rumah induk

tempat penginapan bersama, serta tempat menyimpan warisan pusaka, juga menjadi

tempat suci untuk persembahan, penyimpanan tengkorak binatang buruan.

Semua kepercayaan dan acara ritual yang dilakukan berpengaruh kepada lay out ruang

dalam Rumah Uma. Kondisi ini membuktikan bahwa wujud kebudayaan baik Wujud

Kebudayaan Idiil,Wujud Kebudayaan Sosial dan Wujud Kebudayaan Fisik berpengaruh

terhadap lay out rumah adat suku di Indonesia. Pengaruh pengaplikasian Wujud

Kebudayaan dalam lay out rumah tinggal saat ini juga terdi baik di rumah permanen

maupun rumah tinggal non permanen. Yang terutama membedakan adalah penerapan

wujud idiil dalam rumah adat dengan rumah tinggal saat ini. Jika dalam suku, wujud

idiil dihubungkan dengan kepercayaan suatu suku, maka pada masyarakat pemilik rumah

Page 26: PENGARUH WUJUD KEBUDAYAAN SUKU DI INDONESIA …portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1869/1/Jurnal Dimensi Seni Rupa Vol 9 No 2... · (Studi Kasus Penerapan Wujud Budaya Suku

permanen, wujud idiil diwujudkan dalam bentuk konsep gaya desain untuk rumah

tinggalnya.

VI. REFERENSI

3. Coronese, Stefano, Kebudayaan Suku Melawai, Penerbit Grafidian Jaya Jakarta, 1986

4. Djurip. 2000. Tata Krama di Lingkungan Suku Mentawai. Padang: PD. Syukri.

5. Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan

6. Munaf, Yarni. 2001. Kajian Semiotik dan Metologies terhadap Tato Masyarakat

Tradisional Kepulauan Mentawai. Jakarta: Pusat Bahasa.