PENGARUH VOLUME PEMBIAYAAN MURABAHAH, DANA PIHAK KETIGA (DPK), DAN BI RATE TERHADAP PENDAPATAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH (STUDI PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016) SKRIPSI Oleh RIKA RISMAWATI NIM : 14540076 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH (S1) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018
119
Embed
PENGARUH VOLUME PEMBIAYAAN MURABAHAH, DANA PIHAK …etheses.uin-malang.ac.id/12040/1/14540076.pdf · besarnya pengorbananmu serta tulusnya kasihmu. Yang selalu mengasihi, semua yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH VOLUME PEMBIAYAAN MURABAHAH, DANA
PIHAK KETIGA (DPK), DAN BI RATE TERHADAP
PENDAPATAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH
(STUDI PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016)
SKRIPSI
Oleh
RIKA RISMAWATI
NIM : 14540076
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH (S1)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018
i
PENGARUH VOLUME PEMBIAYAAN MURABAHAH, DANA
PIHAK KETIGA (DPK), DAN BI RATE TERHADAP
PENDAPATAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH
(STUDI PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh
RIKA RISMAWATI
NIM : 14540076
ii
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Yang Maha Pengasih, segala puji bagiMu Rabbku atas segala nikmat
luar biasa hingga langkahku tiba disini.
Yang terkasih, Ibu dan Ayahku kata-kata tak mampu menuliskan
besarnya pengorbananmu serta tulusnya kasihmu.
Yang selalu mengasihi, semua yang telah berjasa dalam hidupku.
vi
MOTTO
“SETIAP LANGKAH ADALAH PELAJARAN”
dan
“TIDAK ADA ALASAN UNTUK TIDAK BERSYUKUR”
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Pengaruh Volume Pembiayaan
Murabahah, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan BI Rate terhadap Pendapatan Margin
Pembiayaan Murabahah (Studi Pada Bank Umum Syariah Periode 2012-2016)”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan
kebaikan, yakni Din al-Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak akan
berhasil dengan baik tanpa adanya bimbingan dan sumbangan pemikiran dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Haris, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Bapak Dr. H. Nur Asnawi, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Dana Pihak Ketiga (DPK), Dan BI Rate Terhadap Pendapatan Margin
Pembiayaan Murabahah (Studi Pada Bank Umum Syariah Periode 2012-2016)”
Pembimbing : Esy Nur Aisyah, SE., MM
Kata Kunci : Pertumbuhan Volume Pembiayaan Murabahah, Pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK), BI Rate, dan Margin Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan dengan akad murabahah merupakan pembiayaan yang mendominasi
perbankan syariah hingga saat ini. Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun juga
terus mengalami kenaikan, tetapi pangsa pasar bank syariah yang masih rendah
menyebabkan margin murabahah tinggi. Tingginya margin tersebut menyebabkan
kontroversi di kalangan masyarakat dengan anggapan bahwa pembiayaan di bank syariah
sama saja dengan kredit bank konvensional. Oleh sebab itu bank syariah harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi margin pembiayaan murabahah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel pertumbuhan
volume pembiayaan murabahah, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), dan BI rate
terhadap margin pembiayaan murabahah.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Objek penelitian ini adalah Bank
Umum Syariah dengan periode penelitian tahun 2012-2016. Jenis data yang digunakan
adalah data sekunder diperoleh dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, situs resmi Bank
Indonesia, dan situs resmi masing-masing bank syariah yang menjadi objek penelitian.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan pertumbuhan volume
pembiayaan murabahah, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), dan BI rate berpengaruh
signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. Secara parsial pertumbuhan volume
pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan
murabahah, BI rate berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah,
sedangkan pertumbuhan DPK tidak berpengaruh terhadap margin pembiayaan
murabahah. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai r square sebesar 0,32,
artinya kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen sebesar
32% dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
xvi
ABSTRACT
Rika Rismawati. 2018, Thesis. Title: "The Effects of Volume Murabaha Financing, Third
Party Funds (DPK), and BI Rate Of Income Murabaha Financing Margin
(Studies in Islamic Banks Period 2012-2016)"
Advisor : Esy Nur Aisyah, SE., MM
Keywords :Volume Murabaha Financing, Third Party Funds (DPK), BI Rate, and
Murabaha Financing Margin
Financing by murabahah agreement has been dominating all the syari’a bank.
The number of third party funds that is collected has increased continuously. However,
the low market share of sharia bank has caused a high murabaha margin. It causes
controversy among public society since they think that sharia bank financing has no
different rule with the credit in conventional bank. Therefore, Islamic banking should
pay attention to some factors which influence the margin. The objective of this research is
to analyze the influence of Murabahah financing volume, the third party funds, and the
rate of BI towards Murabahah financing margin.
This research is quantitative descriptive research. The object of this study is
Islamic Banks in the year of period study from 2012 to 2016. The technique of collecting
data used were secondary data.obtained from on the official website of the Ojtoritas
Jasa Keuangan, the official website of Bank Indonesia, and the official website of each
Islamic bank which is the object of researchThe analytical method used is the panel data
regression analysis.
The results of this study showed that the volume of murabaha financing, third
party funds (DPK), and BI rate has significantly influenced the earnings of murabaha
financing margin simultanouesly. Partially murabaha financing volume has a significant
effect on the murabaha financing margin, BI rate has significantly influenced the
murabaha financing margin whether DPK does not affected the murabaha financing
margin. The test determination shows r square of 0,32, this means that the independent
variable influence dependent variable of 32 % and the rest affected other variables which
not used in this study.
xvii
المستخلص
العنوان: "تأثري حجم متويل املراحبة، تربع نفر ثالث، و درجة ، حبث جامعي. 8102ريكا رمسوايت. BI ("8102-8108إىل إيراد هامشي من متويل املراحبة )دراسة يف البنك العام الشريعة فرتة
املشرفة: أيسي نور عائشة، املاجستري
متويل ، إيراد هامشي منBIالكلمات الرئيسية: حجم متويل املراحبة، تربع نفر ثالث، و درجة املراحبة
التمويل باملراحبة هو التمويل الذي يهيمن عامل البنوك اإلسالمية اليوم. عدد التربعات اجملموعة تتدرج قليال فقليال، لكن اخنفاض سهم البنوك اإلسالمية يؤدي إىل ارتفاع إيراد هامشي من
ل يف البنوك اإلسالمية يساوي املراحبة. وهذا يسبب إىل الصراع بني اجملتمع الذين يزعمون أن التمويبتسليف البنوك العادية. لذلك، على البنك اإلسالمي أن يهتم بالعوامل اليت تؤثر إىل إيراد متويل
BIاملراحبة. يهدف هذا البحث لتحليل تأثري متغري حجم متويل املراحبة، تربع نفر ثالث، و درجة إىل إيراد هامشي من متويل املراحبة.
حث هو البحث الكمي الوصفي. موضوع البحث هو بنك العام اإلسالمي نوع هذا الب . نوع البيانات هو البيانات اإلضافية من املوقع الرمسي هليئة اخلدمات املالية، 8102-8108فرتة
موقع الرمسي للبنك األندونيسي، ومن املواقع الرمسية من مجيع البنوك اإلسالمية اليت أصبحت حتليل البيانات هي حتليل احندار قائمة البيانات. مواضيع البحث. وطريقة
أما نتائج البحث هي: فمن ناحية التقامسية، أثر حجم متويل املراحبة، تربع نفر ثالث، و إىل إيراد هامشي من متويل املراحبة أثرا كبريا إىل إيراد متويل املراحبة. أما من الناحية اجلزئة، BIدرجة
إيراد متويل املراحبة. وأما تربع BIة بليغا إىل إيراد متويل املراحبة، وتؤثر درجة فيؤثر حجم متويل املراحباملربع rنفر ثالث فال يؤثر إىل متويل إيراد متويل ملراحبة. نتيجة جتربة معامل التحديد تدل على نتيجة
يف 8،ملتوقفة قدر يف املائة، مبعىن كفاءة املتغريات املستقلة الداخلية تؤثر إىل متغريات ا 8،،1قدر املائة وباقيها تتأثر من املتغريات األخرى اليت مل تستخدم يف هذا البحث.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga perbankan baik itu perbankan konvensional ataupun syariah dalam
operasionalnya meliputi tiga aspek pokok, yaitu penghimpunan dana (funding),
pembiayaan (financing) dan jasa (service). Menurut Undang-Undang No. 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Umum Syariah dalam usaha untuk
menghimpun dana dapat melakukan usaha dalam bentuk simpanan berupa
tabungan, giro atau bentuk lainnya baik berdasarkan akad wadi’ah, mudharabah
atau akad lainnya yang tidak bertentangan. Sedangkan dari sisi pembiayaan,
perbankan syariah dapat menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad
mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, qardh, atau akad lain
yang sesuai dengan syariah. Kegiatan jasa yang dapat dilakukan oleh bank umum
syariah berdasarkan undang-undang tersebut diantaranya berupa akad hiwalah,
kafalah, ijarah, dan lain-lain.
Produk penyaluran dana bank syariah secara garis besar terbagi menjadi tiga
bagian berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu, pembiayaan dengan prinsip jual
beli, pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah), dan pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil (Antonio, 2011: 91). Pembiayaan murabahah merupakan salah satu
jenis pembiayaan yang termasuk dalam kategori pembiayaan dengan prinsip jual
beli serta merupakan sebagian besar skema pembiayaan yang dibiayai oleh bank
syariah di Indonesia. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu,
dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan,
2
termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian penjual
mensyaratkan atasnya laba atau keuntungan dalam jumlah tertentu. Definisi
lain murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan atau margin yang disepakati (Muhammad, 2009:57).
Penelitian ini mencari beberapa faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi margin pembiayaan murabahah yang diperoleh Bank Umum
Syariah. Faktor internal terdiri dari volume pembiayaan murabahah dan dana
pihak ketiga (DPK), sedangkan faktor eksternal yaitu BI rate.
Murabahah merupakan ransaksi yang paling banyak dilakukan bank
syariah saat ini (Wiroso, 2011: 168). Dilihat dari jenis akadnya, secara umum
komposisi pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah per Agustus
2017 masih didominasi oleh pembiayaan dengan akad murabahah yang mencapai
60,9% dari total pembiayaan, sisanya terbagi ke dalam enam jenis akad lainnya
yaitu pembiayaan mudharabah sebesar 4,2%, pembiayaan musyarakah sebesar
31,3%, pembiayaan qardh sebesar 2,3%, pembiayaan istishna’ sebesar 0,01%,
pembiayaan ijarah sebesar 1,3%, dan pembiayaan salam yang masih 0% (SPS
2017). Berikut grafik komposisi pembiayaan berdasarkan jenis akad pada Bank
DPK, dan BI rate berpengaruh secara parsial terhadap margin
pembiayaan murabahah?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Memberikan bukti empiris pengaruh secara simultan pertumbuhan
volume pembiayaan murabahah, pertumbuhan DPK, dan BI rate
terhadap margin pembiayaan murabahah
2. Memberikan bukti empiris pengaruh secara parsial pertumbuhan
volume pembiayaan murabahah, pertumbuhan DPK, dan BI rate
terhadap margin pembiayaan murabahah.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi dalam pengembangan teori yang berkaitan dengan
margin pembiayaan murabahah sehingga dapat digunakan oleh bidang akademisi
di bidang perbankan syariah khususnya dan bidang ekonomi syariah pada
umumnya.
9
1.4.2 Manfaat Praktis
a) Memberikan informasi mengenai pengaruh pertumbuhan volume
pembiayaan murabahah, pertumbuhan DPK, dan BI rate terhadap margin
pembiayaan murabahah sehingga dapat digunakan para praktisi dalam
dunia bisnis.
b) Mendorong lembaga-lembaga keuangan syariah khususnya perbankan
syariah untuk mengkaji ulang penetapan margin pembiayaan murabahah
dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi margin
pembiayaan murabahah sehingga perbankan syariah dapat meningkatkan
persaingan dengan perbankan konvensional atau lembaga keuangan
konvensional lainnya.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini
khususnya tentang hasil dari pengaruh variabel-variabel penelitian yang akan
diteliti yaitu: pertumbuhan volume pembiayaan murabahah, pertumbuhan dana
pihak ketiga (DPK), BI rate, dan margin pembiayaan murabahah. Berdasarkan
tabel 2.1 di bawah ini maka dapat diketahui beberapa gap research penelitian ini
secara garis besar diantaranya adalah perbedaan rasio serta jumlah variabel bebas
yang digunakan dalam penelitian tersebut, perbedaan penggunaan rasio serta
jumlah variabel terikat, perbedaan alat analisis yang digunakan, perbedaan objek
penelitian yang digunakan, serta perbedaan periode tahun data skunder yang
digunakan. Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang tersaji dalam tabel 2.1 di
bawah ini:
11
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO Nama, Tahun,
Judul
Penelitian
Variabel dan
Indikator atau
Fokus Penelitian
Metode
Analisis
Data
Hasil
Penelitian
1 Erwin G.
Hutapea dan
Rahmania A.
Kasri
(2010)
Jurnal:
Bank margin
determination:
a comparison
between Islamic
and
conventional
banks in
Indonesia
Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji
hubungan margin
bank syariah dan
yang faktor
penentunya dan juga
membandingkan
hubungan margin
bank syariah dan
bank konvensional
dalam dual banking
system di Indonesia
Regresi Tingkat suku
bunga (BI rate)
tidak
berpengaruh
terhadap margin
bank syariah
2 Solarin Sakiru
Adebola, dkk
(2011)
Jurnal:
The Impact of
Macroeconomic
Variables on
Islamic Banks
Financing in
Malaysia
Tujuan dari
penelitian ini adalah
untuk mengetahui
dampak dari suku
bunga bank
konvensional
terhadap volume
pembiayaan
bank syariah di
Malaysia
Regresi Suku bunga
berpengaruh
signifikan
terhadap
pembiayaan
bank syariah di
Malaysia
3 M. Pisol B Mat
Isa, Asmak Ab
Rahman, dkk
(2012)
Jurnal:
Shariah Views
on the
Components of
Profit Rate in
Al-Murabahah
Asset Financing
in Malaysian
Islamic Bank
Tujuan dari
penelitian ini adalah
menjelaskan cara
pandang syariah
mengenai praktek
perbankan syariah
dalam determinan
tingkat profit
pembiayaan
murabahah di
Malaysia
Studi
kasus
Faktor penentu
tingkat
keuntungan
dalam
Pembiayaan
murabahah di
Malaysia
melibatkan
beberapa
komponen
seperti
biaya dana,
biaya overhead,
biaya premi
risiko dan profit
12
margin.
Studi ini
menemukan
bahwa syariah
menerima
semua
komponen
sesuai ketentuan
4 Raisa Rossalina
(2013)
Jurnal:
Analisis
Pengaruh Biaya
Operasional,
Volume
Pembiayaan
Murabahah dan
Bagi Hasil DPK
Terhadap
Margin
Pembiayaan
Murabahah
Studi Kasus
pada Bank
Umum Syariah
Di Indonesia
Tahun 2010-
2014
Tujuan penelitian ini
adalah untuk
mengetahui apakah
terdapat pengaruh
antara biaya
operasional, volume
pembiayaan
murabahah, dan bagi
hasil DPK terhadap
margin pembiayaan
murabahah.
Regresi
linear
berganda
Volume
pembiayaan
murabahah
berpengaruh
signifikan
terhadap Margin
Pembiayaan
Murabahah di
Bank
Umum Syariah.
5 Muhammad
Izzuddin Kurnia
Adi
(2013)
Skripsi:
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pendapatan
Margin
Murabahah
(Studi Kasus
Pada BRI
Syariah dan
Bank Mega
Syariah)
Tujuan dari
penelitian ini adalah
untuk menjelaskan
pengaruh DPK, biaya
overhead, BI rate,
NPF, dan inflasi
terhadap pendapatan
margin murabahah
Regresi
linear
berganda
DPK tidak
berpengaruh
signifikan
terhadadap
margin
pembiayaan
murabahah
13
6 Amir Baktiar
(2017)
Jurnal:
Murabahah
Implementation
in Islamic Bank
(Study at Bank
Muamalat
Kendari
Branch)
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengungkap
penerapan
Murabahah di Bank
Muamalat Cabang
Kendari
seperti mencari
faktor-faktor yang
mendorong dan
menghambat
penerapannya
Studi
kasus
Hasil dari
penelitian ini
menemukan
bahwa
praktek
murabahah di
Bank Muamalat
Cabang Kendari
tidak
sepenuhnya
sesuai dengan
konsep hukum
Islam,
karena mereka
melakukan
beberapa hal
yang dilarang
oleh Alquran
dan Hadis,
antara lain: (1)
barang yang
mana
menjadi objek
murabahah
namun
sepenuhnya
menjadi milik
bank, (2) uang
muka; (3)
kehadiran denda
(Ta'dzir) bagi
pelanggan yang
menunggak dan
kompensasi
(Ta'widh) untuk
nasabah yang
memiliki
pencapaian
7 Anik (2017)
Jurnal:
Faktor Yang
Berpengaruh
terhadap Margin
Murabahah pada
Bank Syariah
Mandiri Periode
Tujuan dari
penelitian ini adalah
untuk mengetahui
faktor-faktor yang
mempengaruh
margin murabahah
Regresi
linear
berganda
BI rate
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
pembiayaan
murabahah
14
2013-2015
8 Fidyah
(2017)
Jurnal:
Analisis
Pendapatan
Margin
Murabahah
Pada Bank
Muamalat
Indonesia
Tujuan dari
penelitian ini adalah
untuk mengetahui
pengaruh biaya overhead, profit
target, dan volume
pembiayaan terhadap pendapatan
margin murabahah
Regresi
linear
berganda
Volume
pembiayaan
murabahah
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
pembiayaan
murabahah
9 Nurhafiza
Abdul Kader
Malim
(2017)
Jurnal:
Determinants of
Islamic Banks’
Margins In
Asian Countries
Tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji
faktor-faktor yang
menentukan margin
pada Bank Syariah
Regresi
data
panel
Bank size,
default risk,
biaya overhead,
kapitalisasi,
pangsa asar,
pertumbuhan
GDP dan inflasi
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
bank syariah
10 Rilo Wahyudi
(2017)
Skripsi:
Pengaruh ROA,
DPK, Inflasi,
dan BI Rate
terhadap Margin
Pembiayaan
Murabahah
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Tujuan penelitian ini
adalah untuk
mengetahui pengaruh
ROA, DPK, inflasi,
dan BI Rate terhadap
margin pembiayaan
murabahah dan
mengetahui variabel
manakah yang paling
dominan
mempengaruhi
margin pembiayaan
murabahah
Regresi
data
panel
Variabel DPK
berpengaruh
signifikan
terhadap margin
pembiayaan
murabahah
11 Siew Peng Lee
dan Mansor Isa
(2017)
Jurnal:
Determinants of
Bank Margins in
a Dual Banking
System
Untuk mengetahui
determinan .margin
bank konvensional
dan bank syariah
dalam dual banking
system di Malaysia.
Regresi
equation
Terdapat
kesamaan yang
signifikan dalam
hal determinan
margin bank
antara bank
konvensional
dan bank
syariah.
Ditemukan
bahwa margin
15
untuk kedua
bank didorong
oleh biaya
operasi, efisiensi
operasional,
risiko kredit,
pangsa pasar,
dan
pembayaran
bunga implisit Sumber: Data diolah 2018
2.2 Kajian Teoritis
2.2.1 Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah
Menurut Muhammad (2009: 91), secara garis besar produk pembiayaan
bank syariah terbagi dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaanya yaitu:
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli ( Ba’i )
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (Transfer Of Property). Tingkat keuntungan
ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi
jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan
yaitu sebagai berikut:
a) Pembiayaan Murabahah
Menurut definisi Ulama Fiqh murabahah adalah akad jual beli atas barang
tertentu. Dalam transasksi penjualan tersebut penjual menyebutkan secara jelas
barang yang akan dibeli termasuk harga pembelian barang dan keuntungan yang
akan diambil. Dalam perbankan syariah, murabahah merupakan akad jual beli
antara bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk
16
membeli barang. Dari transaksi tersebut bank mendapatkan keuntungan jual beli
yang disepakati bersama. Selain itu murabahah juga merupakan jasa pembiayaan
oleh bank melalui transaksi jual beli dengan nasabah dengan cara cicilan. Dalam
hal ini bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan
membeli barang tersebut dari pemasok kemudian mejualnya kepada nasabah
dengan menambahkan biaya keuntungan (cost-plus profit) dan ini dilakukan
melalui perundingan terlebih dahulu antara bank dengan pihak nasabah yang
bersangkutan. Pemilikan barang akan dialihkan kepada nasabah secara
proporsional sesuai dengan cicilan yang sudah dibayar. Dengan demikian barang
yang dibeli berfungsi sebagai agunan sampai seluruh biaya dilunasi.
b) Pembiayaan Salam
Yaitu pembiayaan jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada.
Pembayaran barang dilakukan didepan oleh bank namun penyerahan barang
dilakukan secara tangguh karena memerlukan proses pengadaannya. Setelah
barang diserahkan kepada bank maka bank akan menjualnya kepada pembeli yang
telah memesan sebelumnya. Hal ini disebut salam paralel karena melibatkan
pemesan dan bank, serta bank dan pelaksana yang bertanggung jawab atas
realisasi pesanan tersebut.
c) Pembiayaan Istisna’
Istishna’ adalah suatu transaksi jual beli antara mustashni’ (pemesan) dengan
shani’i (produsen) dimana barang yang akan diperjual belikan harus dipesan
terlebih dahulu dengan kriteria yang jelas. Secara etimologis, istishna’ adalah
minta dibuatkan. Dengan demikian menurut jumhur ulama istishna’ sama dengan
17
salam, karena dari objek/barang yang dipesannya harus dibuat terlebih dahulu
dengan ciri-ciri tertentu seperti halnya salam. Bedanya terletak pada sistem
pembayarannya, kalau salam pembayarannya dilakukan sebelum barang diterima,
sedang istishna’ boleh di awal, di tengah atau di akhir setelah pesanan diterima.
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)
Pengertian pemberian sewa menyewa dapat didefenisikan sebagai transaksi
terhadap penggunaan manfaat suatu barang dan jasa dengan pemberian imbalan.
Apabila obyek pemanfaatannya berupa barang, maka imbalannya disebut dengan
sewa, sedangkan jika obyeknya berupa tenaga kerja maka imbalannya disebut
upah. Pada dasarnya ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang
atau jasa dengan membayar imbalan tertentu.
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam akad ijarah tidak ada
perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang
menyewakan kepada penyewa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual
barang yang disewakan kepada nasabah. Ada dua jenis ijarah yaitu sebagai
berikut:
a) Ijarah Murni
Yaitu suatu transaksi sewa-menyewa objek tanpa adanya perpindahan
kepemilikan yaitu obyek tetap dimiliki oleh si pemilik.
18
b) Ijarah Muntahiya Bitamilik
Yaitu suatu transaksi sewa menyewa di mana terdapat pilihan bagi si penyewa
untuk memiliki barang yang disewa di akhir masa sewa melalui mekanisme sale
and lease back. Ijarah muntahiyyah bitamlik di beberapa negara menyebutkan
sebagai ijarah wa iqtina’ yang artinya sama juga yaitu menyewa dan setelah itu
diakuisisi oleh penyewa ( finance lease ).
Oleh karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa
terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang menyamaratakan ijarah
dengan leasing. Hal ini disebabkan karena kedua istilah tersebut sama-sama
mengacu pada hal ihwal sewa-menyewa. Karena aktivitas perbankan umum tidak
diperbolehkan melakukan leasing, maka perbankan syariah hanya mengambil
Ijarah Muntahiyyah Bitamlik yang artinya perjanjian untuk memanfaatkan (sewa)
barang antara bank dengan nasabah dan pada akhir masa sewa, maka nasabah
wajib membeli barang yang telah disewanya.
3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Berdasarkan komposisi share modal bank dalam usaha nasabah, terdapat dua
pola pembayaran, yaitu:
a) Mudharabah
Perjanjian pembiayaan/penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal)
kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang
sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
19
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada pengelola (mudharib), akad
kemitraan ini dibagi menjadi dua tipe yaitu:
1) Mudharabah Mutlaqah
Yaitu pemilik modal memberikan kebebasan penuh kepada pengelola untuk
menggunakan modal tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan
menguntungkan.
2) Mudharabah Muqayyad
Yaitu pemilik modal menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola
dalam menggunakan modal tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan
sebagainya.
b) Musyarakah
Menurut Hanafiyah syirkah adalah perjanjian antara dua pihak yang
bersyarikat mengenai pokok harta dan keuntungannya. Menurut ulama Malikiyah
syirkah adalah keizinan untuk berbuat hukum bagi kedua belah pihak, yakni
masing-masing mengizinkan pihak lainnya berbuat hukum terhadap harta milik
bersama antara kedua belah pihak, disertai dengan tetapnya hak berbuat hukum
(terhadap harta tersebut) bagi masing-masing. Secara garis besar musyarakah
terbagi dua, yang pertama musyarakah tentang kepemilikan bersama, yaitu
musyarakah yang terjadi tanpa adanya akad antara kedua pihak. Ini ada yang atas
perbuatan manusia, seperti secara bersama-sama menerima hibah atau wasiat, dan
ada pula yang tidak atas perbuatan manusia, seperti bersama-sama menjadi ahli
waris. Bentuk kedua adalah musyarakah yang lahir karena akad atau perjanjian
antara pihak-pihak (syirkah al- ‘uqud) yang terbagi beberapa macam berikut:
20
1) Syirkah ‘inan
Yaitu syarikat antara dua orang atau beberapa orang mengenai harta, baik
mengenai modalnya, pengelolannya ataupun keuntungannya. Pembagian
keuntungan tidak harus berdasarkan besarnya partisipasi, tetapi adalah
berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian.
2) Syirkah mufawadhah
Yaitu syarikat antara dua orang atau lebih mengenai harta, baik mengenai
modal, pekerjaan ataupun tanggung jawab, maupun mengenai hasil atau
keuntungan.
3) Syirkah wujuh
Yaitu syarikat antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan tingkat
profesinal yang baik mengenai sesuatu pekerjaan/bisnis, dimana mereka membeli
barang dengan kredit dan menjualnya secara tunai dengan jaminan reputasi
mereka. Musyarakah seperti ini lazim juga disebut musyarakah piutang.
4) Syirkah a’maal
Yaitu syarikat antara dua orang atau lebih yang seprofesi untuk menerima
pekerjaan bersama - sama dan membagi untung bersama berdasarkan kesepakatan
dalam perjanjian.
2.2.2 Pembiayaan Murabahah
A. Pengertian dan Rukun Murabahah
Dalam kamus istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia mengemukakan bai’ murabahah
adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
21
disepakati. Dalam ba’i murabahah, penjual harus memberitahu harga produk
yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Murabahah adalah mengambil keuntungan yang disepakati. Dalam Glosari
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dijelaskan murabahah adalah menjual
suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba (Wiroso, 2011:169).
Rukun-rukun murabahah terdiri dari (Wiroso, 2011:169):
1. Ba’i (penjual), merupakan pihak yang memiliki barang.
2. Musytari (pembeli), merupakan pihak yang akan membeli barang.
3. Mabi’, merupakan barang yang akan diperjual belikan.
4. Tsaman (harga).
5. Ijab Qabul, merupakan pernyataan timbang terima.
Syarat murabahah (Antonio, 1999:102) :
1. Penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah.
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun pertama yang ditetapkan.
3. Kontrak harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Dalam transaksi jual beli terkandung unsur barang (cara dan syarat
penyerahan barang) dan pembayaran (cara dan syarat pembayaran). Untuk
22
memberikan gambaran alur transaksi murabahah secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.1
Alur Umum Transaksi Murabahah
.
Sumber: Wiroso (2011:170)
Keterangan:
1. Antara pembeli dan penjual melakukan negoisasi barang yang akan dibeli,
syarat pembayaran dan syarat penyerahan barangnya. Penjual memberitahukan
harga perolehan barang, maka timbul kesepakatan yang tercantum dalam akad
murabahah.
2. Barang yang diperjual belikan menjadi milik penjual dan sudah ada dalam
penguasaan penjual (supaya tidak timbul gharar). Setelah akad disepakati
dilakukan penyerahan barang dari penjual kepada pembeli.
3. Cara pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan, baik secara tunai atau secara
tangguh dengan cara cicilan/ angsuran.
23
B. Sumber Hukum Murabahah
1. Al-Qur’an
a) QS An-Nisa/ 4 :29
نكم بالباطل إال أن تك ت لوا ون جتارة عن ت راض منكم وال ت ق يا أي ها الذين آمنوا ال تأكلوا أموالكم ب ي ( ٩٢) أن فسكم إن الله كان بكم رحيما
“Hai orang-orang yang beriman!Janganlah kamu saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu. Jangan
membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha penyayang kepadamu” (Q.S An-
nisa/ 4:29)
b) QS. Al-Baqarah/ 2: 275
ا يطان من الم للك بأن هم قالو الذين يأكلون الربا ال ي قومون إال كما ي قوم الذي ي تخبطه الش ا إنن ر الب يع مثل الربا وأحل الله الب يع وحرم الربا فمن جاءه موعظ أمره إىل به فانت هى ف له ما سلف و ة م
(٩٧٢)الله ومن عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. keadaan mereka yang demikian itu! adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat). sesungguhnya "jual beli itu sama dengan riba! padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orangorang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya! lalu terus berhenti (dari
mengambil riba)! maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba)! maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah/ 2 : 275)
c) QS. Al-Ma’idah/ 5 : 1
لي يا أي ها الذين آمنوا أوفوا بالعقود أحلت لكم بيمة األن عام إ ر ي لى عليكم ال ما ي ت (١الله يكم ما يريد ) الصيد وأن تم حرم إن
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Ma’idah/ 5 : 1)
24
2. Al Hadits
a) HR. Ibnu Majah
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. Ibnu Majah)
b) HR. Ibnu Majah dan Suhaib
Rasullullah SAW bersabda,”Ada tiga hal yang mengandung
keberkahan : jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah) dan
mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual.” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib)
3. Fatwa DSN MUI Nomor 04DSN-MUI/IV/2000
Ketentuan hukum dalam FATWA DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Murabahah ini adalah sebagai berikut :
Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank
25
harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,
secara prinsip, menjadi milik bank.
Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:
1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau
aset kepada bank.
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu
aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah
harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah
disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian
kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar
uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank
harus dibayar dari uang muka tersebut.
26
6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank,
bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7) Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka,
maka:
i. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal
membayar sisa harga.
ii. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut;
dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi
kekurangannya.
Ketiga : Jaminan dalam Murabahah:
1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya.
2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat
dipegang.
Keempat : Utang dalam Murabahah:
1) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah
tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan
pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang
tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan utangnya kepada bank.
2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia
tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
27
3) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus
menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh
memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan.
Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian utangnya.
2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah
satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
Keenam : Bangkrut dalam Murabahah:
1) Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya,
bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau
berdasarkan kesepakatan.
C. Jenis Murabahah
Transaksi murabahah dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis
berdasarkan proess pengadaan barang sebagai berikut (Wiroso, 2011: 171):
1. Murabahah tanpa pesanan.
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan objek jual beli dilakukan
tanpa memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada yang membeli atau tidak,
jika barang dagangan sudah menipis, penjual akan mencari tambahan barang
28
dagangan. Pengadaan barang dilakukan atas dasar persediaan barang minimum
yang harus dipelihara.
2. Murabahah berdasarkan pesanan (pesanan pembelian).
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan objek jual beli, dilakukan
atas dasar pesanan yang diterima. Apabila tidak ada yang memesan maka tidak
dilakukan pengadaan barang. Pengadaan barang sangat tergantung pada proses
jual belinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari persediaan barang yang
menumpuk dan tidak efisien.
Janji pemesanan pembelian dalam murabahah berdasarkan pemesan
pembelian bisa mengikat bisa tidak. Para ulama syariah salaf menyepakati
mengenai bolehnya penjualan ini dan mengatakan bahwa pemesan tidak mesti
terikat untuk memenuhi janjinya. Sedangkan menurut lembaga fiqh Islam, baru-
baru ini telah mengatur bagi pemesan pembelian agar diberikan pilihan apakah
akan membeli aset atau menolaknya ketika ditawarkan kepadanya oleh pembeli.
Hal tersebut berlaku agar transaksi tersebut tidak mengarahkan seseorang untuk
menjual apa yang tidak dimilikinya karena ini adalah haram, atau melakukan
tindakan lain yang diharamkan oleh syariah. Tetapi sebagian ulama syariah
modern telah membolehkan bentuk perjanjian seperti ini, yaitu mengikat pemesan
pembelian, contohnya penjualan murabahah dengan kewajiban pada pemesan
pembelian untuk mengambil pesanan (Wiroso, 2011: 175).
a. Murabahah berdasarkan pemesan pembelian mengikat.
1) Jika pembeli menerima permintaan pemesan, pembeli harus membeli aset
yang diakhiri dengan akad penjualan yang sah antara kedua pihak.
29
Pembelian ini dianggap merupakan pelaksanaan janji yang mengikat secara
hukum antara pemesan dan pembeli.
2) Pembeli menawarkan aset kepada pemesan yang harus diterima berdasarkan
janji yang mengikat diantara kedua belah pihak secara hukum, oleh karena
itu harus sesuai dengan ketetapan akad yang berlaku.
3) Dalam bentuk penjualan seperti ini diperbolehkan untuk membayar hamish
gedyyah ketika menandatangi akad aslinya tetapi sebelum membeli aset.
Hamish gedyyah merupakan jumlah yang dibayarkan dari pemesan
pembelian karena adanya permintaan dari pemesan dan hal ini dilakukan
untuk meyakinkan bahwa pemesan serius akan permintaan aset tersebut.
Tetapi jika pemesan menolak membeli aset tersebut, maka kerusakan yang
timbul dari aset tersebut harus diganti dari hamish gedyyah yang
dibayarkan.
4) Pembeli dapat menarik hamish gedyyah sejumlah kerusakan yang terjadi
jika pemesan menolak membeli aset. Jika jumlah hamish gedyyah kurang
dari jumlah kerusakan yang dialami pembeli, maka pembeli dapat menerima
kepada pemesan untuk mendapatkan kekurangannya.
Sebagian bank-bank Islam telah menggunakan urboun sebagai suatu alternatif
terhadap hamish gedyyah, dimana urboun dalam fiqih islam adalah sejumlah uang
yang dibayarkan dimuka kepada penjual. Jika pembeli memutuskan untuk
melakukan transaksi dan menerima aset, maka urboun akan diperlakukan sebagai
bagian dari harga yang dibayar dimuka., jika tidak maka urboun akan ditahan
oleh penjual.
30
b. Murabahah berdasarkan pemesan pembelian tidak mengikat.
1) Salah satu pihak meminta pihak lain untuk membeli sebuah aset dan
menjanjikan bahwa apabila dia membeli aset tersebut, maka pemesan akan
membelinya sesuai dengan harganya. Permintaan ini dianggap sebagai
kemauan untuk membeli, bukan penawaran.
2) Jika pembeli menerima permintaan ini, dia akan membeli aset untuk dirinya
sendiri berdasarkan akad penjualan yang sah antara dirinya dan penjual aset
tersebut.
3) Pembeli harus menawarkan lagi kepada pemesan menurut syarat-syarat
perjanjian pertama, tentunya setelah kepemilikan asetnya secara sah dimiliki
pembeli. Hal ini dianggap sebagai suatu penawaran dari pembeli.
4) Ketika aset ditawarkan kepada pemesan, dia harus mempunyai pilihan untuk
mengakhiri suatu akad penjualan atau menolaknya, dengan kata lain
pemesan tidak wajib memenuhi janjinya.
5) Apabila terjadi bahwa pemesan menolak membeli aset tersebut, maka aset
tersebut akan menjadi milik pembeli yang berhak menjualnya melalui cara-
cara yang diperbolehkan.
6) Jika diharuskan bahwa pemesan harus membayar cicilan pertama maka
pembayaran harus dilakukan setelah akad tersebut ditandatangani dan
cicilan tersebut merupakan bagian dari harga penjualan tersebut.
Dilihat dari cara pembayaran, mrabahah dibagi menjadi (Wiroso, 2011: 178):
a. Pembayaran tunai, yaitu pembayaran dilakukan secara tunai saat barang
diterima.
31
b. Pembayaran tangguh, yaitu pembayaran dilakukan kemudian setelah
penyerahan barang baik secara tangguh sekaligus dibelakang atau secara
angsuran.
Dalam praktek, khususnya pada bank syariah saat ini banyak yang
menjalankan murabahah berdasarkan pesanan, sifatnya mengikat dan pembayaran
dilakukan scara tangguh atau cicilan.
2.2.3 Margin Pembiayaan Murabahah
Saeed (2004:140) seperti yang dikutip oleh Wiroso (2005:94)
mengemukakan bahwa banyak yang mempermasalahkan boleh tidaknya jika
murabahah yang dibayar secara tunai lebih rendah daripada murabahah yang
dibayar secara kredit. Para ahli hukum Islam tidak mempertanyakan tentang
keabsahan murabahah dengan pembayaran tunai. Perbedaan pendapat mengenai
keabsahan terjadi ketika harga kredit berbeda atau lebih tinggi dibandingkan
dengan harga tunai dalam transaksi jual beli dengan pembayaran tunda.
Sejumlah argumen dalam perbankan Islam yang mendukung keabsahan
harga kredit yang lebih tinggi daripada harga tunai diantaranya (Muhammad,
2004: 58):
a. Tidak ada teks syariah yang melarangnya.
b. Terdapat perbedaan antara tunai yang ada saat ini dengan tunai di masa yang
akan datang menurut Ali al-Khafif .
c. Kenaikan harga bukan sebagai imbalan waktu tunda pembayaran dan
karenanya tidak sama dengan riba.
d. Kenaikan harga dikenakan saat penjualan, bukan saat penjualan telah terjadi.
32
e. Kenaikan harga disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar seperti
permintaan, penawaran, inflasi dan deflasi.
f. Penjual sedang melakukan suatu transaksi penjualan yang produktif dan diakui.
g. Penjual boleh menetapkan harga jual sesuai dengan yang diinginkannya.
Margin keuntungan menurut Karim (2006: 134) adalah presentase tertentu
yang ditetapkan per tahun. Jika perhitungan margin keuntungan secara harian, maka
jumlah hari dalam setahun ditetapkan sebanyak 360 hari. Jika perhitungan margin
keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan. Lebih lanjut Karim
(2006: 135) menjelaskan bahwa margin bank syariah berdasarkan rekomendasi,
usulan dan saran dari rapat Tim ALCO (Asset/Liability Management Committee)
bank syariah dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Direct Competitot’s Market Rate (DCMR)
DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau
tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan
dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung.
2. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
ICMR adalah tingkat rata-rata keuntungan perbankan konvensional, atau
tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat
ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung.
3. External Competitive Return For Investors (ECRI)
Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil
kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.
33
4. Acquiring Cost
Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait
dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
5. Overhead Cost
Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung
terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
2.2.4 Volume Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil (UU
Nomor 10/1998). Menurut Karim (2008:254), volume pembiayaan murabahah
merupakan piutang murabahah yang tergantung pada plafond pembiayaan, yakni
jumlah pembiayaan yang tercantum dalam perjanjian pembiayaan.
2.2.5 Dana Pihak Ketiga (DPK)
Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank biasa disebut
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasioal bank. Dana pihak ketiga ini relatif mudah dan dominan asalkan dapat
memberikan bunga dan fasilitas yang menarik bagi masyarakat (Kasmir,
2002:125).
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan yang
berasal dari masyarakat, dalam arti masyarakat seagai individu, perusahaan,
pmerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain (Rodoni, 2009: 98).
34
2.2.6 BI Rate
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada
operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional
kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan
di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank
Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia
akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan (http://www.bi.go.id).
2.2.7 Hubungan Antar Variabel
2.2.7.1 Hubungan Volume Pembiayaan Murabahah terhadap Margin
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan kegiatan jual beli dengan akad yang
paling mendominasi pendapatan bank di bank syariah. Atas penerimaan angsuran
murabahah, terdapat aliran kas masuk atas pendapatan margin. Sehingga
pendapatan margin tersebut merupakan unsur pendapatan operasional bank