USUL PENELITIAN KELOMPOK PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6 Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley dr. Sampurna, M.Kes dr. Danis Pertiwi, M.Si.Med., Sp.PK dr. Dimar Puspaningrum dr. Andina Putri Aulia, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
75
Embed
pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
USUL PENELITIAN KELOMPOK
PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR
INTERLEUKIN-6
Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley
dr. Sampurna, M.Kes
dr. Danis Pertiwi, M.Si.Med., Sp.PK
dr. Dimar Puspaningrum
dr. Andina Putri Aulia, M.Si
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
ii
PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR
INTERLEUKIN-6
Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley
Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 305/Ilmu Kedokteran Umum Ketua Peneliti: a. Nama Lengkap : dr. Sampurna, M.Kes b. NIDN : 0615086301 c. Nomor HP : 08122937640 d. Perguruan Tinggi : Unissula Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap : dr. Danis Pertiwi, M.Si. Med., SpPK b. NIDN : 0615026901 c. Nomor HP : 08122910269 d. Perguruan Tinggi : Unissula e. Jabatan Fungsional : Lektor f. Alamat Surel : [email protected] Anggota Peneliti (2) a. Nama Lengkap : dr. Dimar Puspaningrum b. NIDN : c. Nomor HP : 085642313500 d. Perguruan Tinggi : Unissula e. Jabatan Fungsional : f. Alamat Surel : Anggota Penelitian (3) a. Nama Lengkap : dr. Andina Putri Aulia, M.Si b. NIDN : 0623058702 c. Nomor HP : 08562693341 d. Perguruan Tinggi : Unissula e. Jabatan Fungsional : f. Alamat Surel : [email protected] Lama Penelitian Keseluruhan : 6 bulan Penelitian Tahun ke : 1 (satu) Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 10 juta
Semarang,15 Agustus 2020
Mengetahui,
iv
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung dr. dr.H.Setyo Trisnadi,Sp.KF NIK/NIDN: 210199049/06-1306-6402
Ketua Peneliti, dr. dr. Sampurna, M.Kes NIK/NIDN: 0615086301
Menyetujui,
Ketua lembaga penelitian
Dr. Heru Sulistyo,SE,M.Si NIK. 210493032
Abstrak
PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR
INTERLEUKIN-6
Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley
Frekuensi penyakit degeneratif di Indonesia terus mengalami peningkatan.Jumlah asupan kalori menjadi salah satu faktor penting dalam patogenesis penyakit degeneratif yang juga melibatkan peran sitokin proinflamasi, interleukin-6. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar interleukin-6.
Rancangan penelitian ini adalahpost test only control group design. Subjek penelitian adalah tikus putih jantan Sprague dawley (n= 30). Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Kelompok penelitian dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok kalori 60%, kelompok kalori 80%, kelompok kalori 100%,kelompok kalori 120% dan kelompok kalori 140%.Pemeriksaan kadarinterleukin-6 dilakukan pada hari ke-15dengan metode ELISA. Data kadar interleukin-6 diolah menggunakan program komputer SPSS dengan uji One-way ANOVA dan dilanjutkan ujipost-hoc. Rerata kadar interleukin-6 pada kelompok kalori 60%=93,61 pg/ml, kalori 80%=68,91 pg/ml, kalori 100%=53,83 pg/ml, kalori 120%=126,70 pg/ml dan kalori 140%=151,40pg/ml. Terdapat perbedaan kadar interleukin-6 yang signifikan antar kelompok berdasarkan pada uji one-way ANOVA (p=0,000).
v
Hasil uji post-hocdiperoleh hasil p<0,05 antar semua kelompok, kecuali antar kelompok kalori 80% dan 100%.
Kesimpulan penelitian ini bahwa terdapat pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar interleukin-6 tikus putih jantan galur Sprague dawley.
Kata kunci :variasi asupan kalori, interleukin-6
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit degeneratif merupakan penyebab kematian dan disabilitas
utama saat ini(Kreatsoulas dan Anand, 2010).Penyakit degeneratif
berhubungan denganpola genetik dan pola diet.Faktor diet merupakan faktor
risiko penyakit degeneratifyang mudah dikoreksi(Wallace, Douglass.C,
2010).Asupan kalori berlebih menyebabkan peningkatan kadar radikal
bebassehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif yang sebagian besar
didasari oleh aterosklerosis (Fimognari, Carmela 2015). Radikal bebas dapat
menyebabkan jejas sel yang memicu sekresi mediator inflamasi seperti
interleukin-6 (Abbas et al.,2007).Salah satu pencegahan yang mudah
dilakukan adalah melalui pengaturan jumlah asupan kalori (Longo dan
Fontana, 2010).Tongjian You et al. (2007) mendapatkan bahwa pengurangan
kalori sebesar 40% mampu menurunkan kadar interleukin-6. Namun sejauh
ini, belum banyak dilakukan penelitian mengenaijumlahasupan kaloriyang
paling ideal untuk menurunkan kadar IL-6 akibat stress oksidatif.
Prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Sesuai data Riskesdas 2013, prevalensi penyakit degeneratif
tertinggi adalah 57,9% yang disebabkan oleh stroke, diikuti penyakit
kardiovaskuler sebesar 37,1%. Prevalensi penyakit degeneratif lain yang
mengalami peningkatan adalah diabetes mellitus yang meningkat menjadi
2,1%, penyakit jantung koroner 1,5% dan penyakit endokrin-metabolik
2
sebesar 7,2%. Dampak yang ditimbulkan penyakit degeneratif antara lain,
laki dewasa sebanyak 2000 – 3000 kalori perhari sedangkan untuk
perempuan dewasa sebanyak 1600 – 2000 kalori.
Kementrian Kesehatan RI mengatur jumlah kalori dan beberapa
nutrisi lainnya yang secara ideal harus dikonsumsi oleh masing-masing
individu dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2013
(Tabel 2.1).
13
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi
Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Kebutuhan kalori (kkal)
Laki-laki 10-12 tahun 34 142 2100 13-15 tahun 46 158 2475 16-18 tahun 56 165 2675 19-29 tahun 60 168 2725 30-49 tahun 62 168 2625 50-64 tahun 62 168 2325 65-80 tahun 60 168 1900 80+ tahun 58 168 1525 Perempuan 10-12 tahun 36 145 2000 13-15 tahun 46 155 2125 16-18 tahun 50 158 2125 19-29 tahun 54 159 2250 30-49 tahun 55 159 2150 50-64 tahun 55 159 1900 65-80 tahun 54 159 1550 80+ tahun 53 159 1425
(Permenkes No 75 Tahun 2013)
2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Asupan Kalori
Menurut Americans dietary guidelines (2015) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi jumlah total asupan kalori setiap individu
yaitu sebagai berikut:
a) Usia
Kebutuhan kalori setiap individu pada semua jenis kelamin akan
mencapai puncaknya pada dekade kedua dan akan mulai
mengalami penurunan setelahnya. Pada usia muda dan anak-anak
kebutuhan kalori lebih tinggi dibandingkan dengan usia tua, hal ini
berkaitan dengan kebutuhan energi pada usia muda dan anak yang
lebih tinggi untuk proses pertumbuhan. Sedangkan pada usia tua
14
kebutuhan kalori menurun berkaitan dengan basal metabolic rate
(BMR) yang menurun akibat proses penuaan (FAO).
b) Jenis Kelamin
Jumlah total asupan kalori berbeda antara laki-laki dengan
perempuan pada semua usia, total asupan kalori pada laki-laki lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan pada semua sumber energi
baik karbohidrat, protein maupun lemak.
c) Faktor Lingkungan
Salah satu faktor lingkungan adalah suhu lingkungan sekitar. Suhu
lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap total kebutuhan
kalori seseorang, tinggi dan rendahnya suhu suatu lingkungan dapat
meningkatkan kebutuhan kalori.
d) Tingkat Aktivitas Fisik atau Pengeluaran Energi
Berat ringannya aktivitas fisik yang dilakukan setiap individu
berpengaruh terhadap total kebutuhan energi. Pada individu dengan
aktivitas fisik yang berat misalnya seperti pada seorang pelari jarak
jauh, total kebutuhan kalorinya juga meningkat berbeda dengan
individu dengan aktivitas fisikyang ringan.
2.2.3 Asupan Kalori Berlebih
Asupan kalori yang berlebih dipandang sebagai satu hal yang
membahayakan kesehatan (Wilcox, D.Craig et al., 2009). Oleh karena
itu panduan asupan kalori yang dikeluarkan oleh United State
Department of Agriculture (USDA) menyarankan agar lebih memilih
15
makanan atau snack yang memiliki nilai nutrisi tinggi tapi pada level
rendah atau sedang pada jumlah kalorinya (USDA, 2015). Hal ini
ditujukan untuk mengurangi beberapa risiko yang dapat disebabkan
akibat jumlah asupan kalori berlebih, seperti diabetes melitus,
penyakit kardiovaskular dan kanker (Mohammadi, Mustafa et al.,
2014).
Permasalahan pada asupan nutrisi yang banyak dialami orang
dewasa adalah konsumsi serat, kalsium, magnesium, potassium dan
antioksidan vitamin A, vitamin C dan vitamin E yang rendah. Jenis
makanan yang banyak dikonsumsi saat ini adalah makanan yang
banyak mengandung lemak, gula dan garam. Terlebih, banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori tinggi dan kadar
nutrisi rendah dapat menyebabkan inflamasi kronis, menurunkan
resistensi insulin, berbagai kelainan metabolik, obesitas, hipertensi
dan dislipidemia (Wilcox, D.Craig et al., 2009).
Peningkatan asupan kalori sebesar 2.9 kali dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit, bahkan peningkatan asupan kalori sebesar 3
kali lipat dapat menyebabkan risiko terjadinya kematian pada hewan
coba (Colman, R.J. 2009). Oleh karena itu, overeating atau asupan
kalori berlebih dapat menjadi faktor risiko nongenetik meningkatnya
angka morbiditas dan mortalitas (Stote, Kim S 2007).
Percobaan yang dilakukan oleh Boden et al. (2015)
membuktikan adanya peningkatan volume sel adiposa, stress oksidatif
16
dan meningkatnya jumlah mediator inflamasi setelah dilakukan
percobaan dengan memberikan kalori sebesar 6000kkal pada pria
sehat.
2.2.4 Asupan Kalori Kurang dari 100%
Asupan kalori dibawah 100% dapat dicapai dengan mengurangi
kuantitas makanan yang dikonsumsi seseorang atau dengan
mengurangi frekuensi makan seperti yang dilakukan umat muslim
pada bulan Ramadhan. Berpuasa pada bulan Ramadhan dilakukan
dengan mengurangi frekuensi makan, yang semulanya 3 kali dalam
sehari, kini dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada saat sahur dan
berbuka. Hal ini menunjukkan jumlah asupan kalori yang lebih rendah
dibandingkan dengan saat tidak berpuasa. (Trabelsi, Khaled et al.,
2011)
Restriksi kalori merupakan pengurangan jumlah kalori sebesar
20-40% dari jumlah kalori normal yang dibutuhkan dalam
sehari.Pengurangan jumlah asupan kalori dalam batas tersebut dapat
menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular melalui
penurunan kadar kolestrol, trigliserid, tekanan darah dan ketebalan
tunika intima arteri karotis (Trepanowski et al.,2011).
Restriksi kalori dan berpuasa merupakan dua metode yang dapat
menurunkan risiko terjadinya penyakit-penyakit kronis dan kanker.
Pada eksperimen CALERIE (Comprehensive Assessment of Long-
Term Effects of Reducing Calorie Intake) yang dilakukan oleh Tufts
17
University, Pennington Biomedical Research Center dan Washington
University menunjukkan bahwa eksperimen yang dilakukan di
Pennington dengan restriksi kalori sebesar 25% selama 6 bulan dapat
menurunkan BMI sebesar 10%, penurunan yang signifikan pada suhu
basal, lemak jenuh, jaringan adiposa viseral, jaringan adiposa
subkutan, ukuran sel adiposa dan meningkatnya sensitifitas insulin.
Sedangkan di Universitas Washington, restriksi kalori sebesar 20%
dapat menurunkan berat badan, lemak viseral, leptin, glukosa dan
sensitifitas insulin (Holloszy, John.O dan Luigi Fontana 2007).
2.2.5 Variasi Asupan Kalori
Variasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan perubahan atau tindakan merubah sesuatu dari keadaan
semula ke bentuk lain. Variasi asupan kalori adalah perubahan jumlah
kalori yang dikonsumsi, dapat berupa peningkatan jumlah kalori
maupun penurunan jumlah kalori dari kadar normal yang dibutuhkan.
Variasi asupan kalori dapat dilakukan dengan memodifikasi
jumlah kalori yang dikonsumsi dan melakukan modifikasi pada
frekuensi makan, seperti saat berpuasa pada bulan Ramadhan
(Trabelsi, Khaled et al., 2011).
Restriksi kalori sebesar 20% dapat memodulasi fungsi adipokin
dalam mencegah terjadinya agregasi trombosit dan penurunan kadar
IL-6 pada penyakit aterosklerosis (Kroeger et al., 2012). Restriksi
kalori 40% diketahui juga dapat menurunkan kadar IL-6 sebagai
18
prediktor independen yang baik pada penyakit aterosklerosis (You et
al., 2007). Beberapa penilitian tersebut menjadi dasar penentuan dosis
restriksi kalori pada penelitian ini sehingga ditetapkan dosis restriksi
kalori adalah 60% dan 40% dengan kontrol adalah kelompok dengan
asupan kalori sebesar 100%.
Restriksi kalori dalam bentuk puasa dapat dilakukan selama 7
hari, 21 hari dan 60 hari (Faris, Aet al., 2012).Restriksi kalori dalam
bentuk puasa yang dilakukan dengan membandingkan kadar
malondialdehyde (MDA) sebagai marker stress oksidatif pada
kelompok puasa dengan restriksi kalori 30% dan kelompok puasa
dengan total asupan kalori 140% menunjukkan kadar MDA yang lebih
rendah pada kelompok puasa dengan restriksi kalori 30% (Tyagita,
Nasihun, & Sumarawati, 2016).Durasi restriksi kalori juga dapat
dilakukan selama 2 minggu atau 14 hari (Bosutti, Alessandra et at.,
2008).
Penelitian mengenai peningkatan asupan kalori di atas 100%
pernah beberapa kali dilakukan. Pemberian asupan kalori sebesar
120% meningkatkan kadar lipid yang kemudian terakumulasi di
hepatosit dan sel adiposa (Takasaki et al., 2012). Peningkatan asupan
kalori sebesar 40% atau pemberian asupan sebesar 140% kalori dapat
meningkatkan ekspresi faktor inflamasi yaitu Nf-kB (Johannsen et al.,
2014). Penelitian tersebut menjadi dasar penentuan dosis
overfeedingpada penelitian ini.
19
2.2.6 Asupan Kalori dan Genetik
Nutrisi dan genetik memiliki peran penting bagi kesehatan
manusia, khususnya dalam perkembangan beberapa penyakit
degeneratif seperti kanker, osteoporosis, diabetes melitus dan penyakit
kardiovaskuler (Fenech, Michael et al., 2011).Perkembangan
teknologi saat ini mampu memberikan penjelasan mengenai
keterkaitan antara nutrisi dan genetik yang selajutnya disebut dengan
nutrigenomik dan nutrigenetik (Berna, Genoeveva et al., 2014).
Nutrigenomik mempelajari bagaimana gen berinteraksi dengan
nutrisi. Ilmu ini juga menjelaskan bagaimana DNA dan kode genetik
yang ada pada manusia mempengaruhi kebutuhannya terhadap jumlah
dan jenis nutrisi tertentu. Nutrigenetik menjelaskan perbedaan
individu yang satu dengan yang lainnya pada level genetik dalam
memengaruhi responnya terhadap diet (Garg, Rohin et al., 2014).
Percobaan terkait nutrigenomik dan nutrigenetik dilakukan
dengan mengukur ekspresi gen pada saat dilakukan perubahan pola
diet. Ketika gen diekspresikan, kode genetik DNA akan ditranskripsi
menjadi mRNA setelah melalui proses saat mRNA digunakan untuk
mentranslasi kode genetik menjadi asam amino. Pada prinsipnya,
ekspresi gen dapat diukur dengan menghitung banyaknya jumlah
protein atau mRNA (Mariman, Edwin CM 2012).
Contoh penyakit yang berkaitan dnegan nutrigenetik adalah
intoleransi laktosa, di mana terdapat adanya gangguan gen laktosa
20
sehingga menyebabkan defisiensi enzim laktase. Berdasarkan hal
tersebut, menghindari makanan yang mengandung laktosa menjadi
cara untuk mencegah gangguan pencernaan (Thunders, Michelle et
al., 2013).
Pada tingkat selular, nutrisi dapat memengaruhi genetik melalui
beberapa cara. Pertama, nutrisi berperan langsung sebagai ligan untuk
reseptor faktor transkripsi.Kedua, nutrisi memengaruhi ekspresi gen
memlalui substrat yang dihasilkan pada saat metabolism.Ketiga,
nutrisi memengaruhi jalur sinyal traskripsi (Garg, Rohin et al., 2014).
2.2.7 Komposisi Diet
Komposisi dalam diet dapat memengaruhi banyak hal, yang
dimana dalam penelitian ini dapat mengaruhi proses terbentuknya
ROS maupun kadar IL-6 serum. Beberapa di antaranya adalah :
a) Glukosa
Konsumsi glukosa berlebih menyebabkan hiperglikemia dapat
meningkatkan kadar lemak bebas, menyebabkan aktivasi
leukosit, sel T dan meningkatkan pembentukan ROS. Aktivasi
leukosit dan sel T akan menyebabkan peningkatan sintesis
sitokin proinflamasi (Kitabchi, Abbas E et al., 2013).
b) Protein
Konsumsi protein dalam jumlah yang tinggi dapat menekan
rasa lapar dan memberikan rasa kenyang yang lebih dibanding
dengan nutrisi lain dengan jumlah kalori yang sama. Protein
21
juga memiliki manfaat yang lebih banyak dibandingkan
dengan glukosa dalam beberapa hal, diantaranya adalah fungsi
sel B, stress oksidatif, faktor resiko kardiovaskuler dan
peroksidasi lipid (Kitabchi, Abbas E et al., 2013).
c) Vitamin
Vitamin D mengatur respon imun pada manusia melalui
modulasi pada sel dendritik dalam menghasilkan sitokin
proinflamasi.Vitamin D juga dapat mengatur sekresi TNF-
alfa, IL-6 dan IL-23 yang dihasilkan dari monosit (Sommer,
Andrea & Mario Fabri 2015).Vitamin C dan vitamin E dapat
berperan sebagai antioksidan eksogen yang mampu mencegah
terjadinya stress oksidatif (Poljsak, Borut et al., 2013).
d) Mineral
Mineral berperan dalam tubuh untuk metabolisme sel dan
memiliki peran penting dalam sintesis DNA dan respirasi sel.
Besi merupakan salah satu contoh mineral yang sangat
dibutuhkan tubuh, namun besi dapat menyebabkan
terbentuknya ROS melalui reaksi Fenton dan menyebabkan
kerusakan dan kematian sel apabila dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebihan (Bystrom, Laura M et al., 2012).
2.3 Hewan Coba
Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah
tikus. Diketahui bahwa tikus (Rattus norvegicus) memiliki sifat mudah
22
dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai
penelitian
Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600
gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan
badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari
20-23 mm. Terdapat tiga galur atau varietas tikus dengan ciri tertentu yang
biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu galur Sprague dawley
berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari
badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih
pendek, dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan
memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan.
Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague dawley
berjenis kelamin jantan berumur kurang lebih 2 bulan. Tikus Sprague dawley
dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang
sangat berfluktuasi pada saat beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan
memberikan respon yang berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian
(Akbar, 2010). Penggunaan tikus sebagai hewan coba juga dikarenakan tikus
memiliki kesamaan dengan manusia pada penyakit dan metabolismenya (Lee
and Min, 2013).
2.4 Hubungan Variasi Asupan Kalori dan Interleukin-6
Asupan kalori berlebih dapat menyebabkan stress oksidatif yang
diakibatkan oleh peningkatan pembentukan ROS (Reactive Oxygen Species).
ROS dihasilkan dari transport elektron di mitokondria yang menghasilkan
23
anion superoksida(O2) melalu reduksi molekul oksigen. Superoksida
kemudian dikatalis oleh superoxide dismutase (SOD) menjadi produk
hidrogen peroksida (H2O2) yang kurang reaktif.Ketika hidrogen peroksida
bertemu dengan molekul besi terbentuklah ROS yang paling reaktif, yaitu
Uji statistik dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar IL-6
signifikan atau tidak. Sebelum dilakukan uji analisa statistik, perlu dilakukan
uji normalitas dan uji homogenitas dengan hasil dapat dilihat pada tabel 4.1.
Uji normalitas dilakukan dengan Shapiro-wilk karena jumlah sampel < 50 dan
uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s test (Dahlan, 2014).
Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk menunjukkan nilai p=0,868
untuk kelompok kalori 60%, p=0,463 untuk kelompok kalori 80% p=0,963
untuk kelompok kalori 100%, p=0,415 untuk kelompok kalori 120%, p=0,755
untuk kelompok kalori 140% sehingga data untuk semua kelompok
terdistribusi normal (Shapiro-Wilk p>0,05). Uji homogenitas menunjukkan
nilai p=0,063 yang menunjukkan bahwa data homogen (Levene’s test
p>0,05). Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk dan Levene’s test ,maka syarat
uji parametrik terpenuhi. Selanjutnya dilakukan uji One-way ANOVAdan
didapatkan hasil p=0,000yang berarti terdapat perbedaan kadar IL-6 secara
signifikan antar kelompok (p<0,05), maka hipotesis kerja penelitian ini dapat
diterima. Nilai p<0,05menunjukkan ada pengaruh variasi asupan kalori
terhadap kadar IL-6 setidaknya antara dua kelompok. Untuk mengetahui
kelompok perlakuan mana yang berbeda secara signifikan dilakukan uji post-
hoc Bonferroni (Dahlan, 2014).Hasil uji post-hoc Bonferroni tertera pada
tabel 4.2.
37
Tabel 4. 2. Hasil Uji post-Hoc Bonferroni
Kalori 60%
Kalori 80%
Kalori 100%
Kalori 120%
Kalori 140%
Kalori 60% - 0,010 0,000 0,000 0,0000
Kalori 80% 0,010 - 0,115 0,000 0,000
Kalori 100% 0,000 0,115 - 0,000 0,000
Kalori 120% 0,000 0,000 0,000 - 0,001
Kalori 140% 0,000 0,000 0,000 0,001 -
Kadar IL-6 pada kelompok kalori 60% jika dibandingkan dengan
kelompok kalori 80% lebih tinggi secara signifikan (p=0,001), begitu juga
jika dibandingkan dengan kelompok kalori 100% lebih tinggi secara
signifikan (p=0,000). Jika kelompok kalori 60% dibandingkan dengan
kelompok kalori 120%, lebih rendah secara signifikan (p=0,000) dan secara
secara statistik kelompok kalori 60% juga lebih rendah secara signifikan
(p=0,000) jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140%.
Kadar IL-6 pada kelompok kalori 80% lebih rendah secara signifikan
jika dibandingkan dengan kelompok kalori 120% (p=0,000) juga lebih rendah
secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140% (p=0,000).
Namun, kadar IL-6 pada kelompok kalori 80% tidak berbeda secara
signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kalori 100% (p=0,115).
Kadar IL-6 pada kelompok kalori 100% lebih rendah secara signifikan
jika dibandingkan dengan kelompok kalori 120% (p=0,000) juga lebih rendah
scara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140% (p=0,000).
38
Jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140%, kadar IL-6 kelompok
kalori 120% lebih rendah secara signifikan (p=0,001).
Dari uraian di atas, terdapat perbedaan kadar IL-6 yang signifikan
antar semua kelompok perlakuan kecuali antara kelompok kalori 80% dan
kelompok kalori 100%.
4.2. Pembahasan
Kadar IL-6 tertinggi terdapat pada kelompok kalori 140% dengan
rerata 151,40±7,74 pg/ml diikuti kelompok kalori 120% dengan rerata
126,70±15,46pg/ml. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Johannsen et al (2014) yang menyatakan peningkatan asupan kalori sejumlah
40% selama 8 minggu menyebabkan peningkatan ukuran sel adiposa dan
kadar IL-6. Penelitian lain menyatakan asupan kalori di atas kebutuhan
normal, sebesar 2,5 kali di atas normal, dapat menyebabkan peningkatan
kadar IL-6 di hari ke dua pemberian perlakuan (Boden et al., 2015).
Peningkatan asupan kalori di atas kebutuhan normal dapat
menyebabkan peningkatan ukuran sel adiposa (Skurk,Tet al.,2007).
Hipertrofi sel adiposa dapat menimbulkan respon inflamasi melalui beberapa
cara. Pertama, hipertrofi sel adiposa dapat menyebabkan peningkatan sekresi
sitokin pro inflamasi seperti IL-6.Kedua, hipertrofi sel adiposa dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia sel oleh karena defisiensi vasculature di
jaringan. Hipoksia selanjutnya akan menimbulkan respon inflamasi melalui
sekresi beberapa sitokin pro inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1 dan IL-6 (Choe
et al., 2016). Adanya IL-6 sebagai penanda respon inflamasi dapat
39
menyebabkan hilangnya sifat protektif NO pada endotel vaskular sehingga
dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis (Setiati, Alwi, & Sudoyo, 2014)
Asupan kalori berlebih dapat meningkatkan produksi ROS sehingga
dapat menyebabkan peningkatan kadar IL-6. ROS dihasilkan dari transport
elektron di mitokondria yang menghasilkan anion superoksida(O2) melalu
reduksi molekul oksigen. Superoksida kemudian dikatalis oleh superoxide
dismutase (SOD) menjadi produk hidrogen peroksida (H2O2) yang kurang
reaktif.Ketika hidrogen peroksida bertemu dengan molekul besi terbentuklah
ROS yang paling reaktif, yaitu hidroksil radikal (OH-). Produk ROS yang
dihasilkan dapat berupa superoksida, hidrogen peroksida dan hidroksil radikal
(Mittal et al., 2014). ROS menyebabkan inflamasi melalui aktivasi necrosis
factor kB (NF-kB) yang menyebabkan peningkatan sekresi protein bioaktif
sebagai bahan pembentuk IL-6 (Naik, Edwina dan Vishva M.Dixit, 2011).
Kadar IL-6 pada kelompok kalori 60% dengan rerata 93,61±8,51
pg/ml lebih tinggi dibandingkan dengan kelmpok kalori 80% yang memiliki
rerata 68,91±8,51 pg/ml. Kadar IL-6 pada kedua kelompok tersebut
menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok
kalori 120% dan kelompok kalori 140%.
Rerata kadar IL-6 serum pada kelompok kalori 60% dan kelompok
kalori 80%lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan You et al., (2007)
yang menyatakan bahwa kadar IL-6 pada kelompok restriksi kalori 40%
berbeda dengan kelompok yang diberi makan dengan jumlah kalori normal.
40
Hal ini dikarenakan durasi restriksi kalori yang dilakukan oleh You et al.,
(2007) disertai juga oleh peningkatan aktivitas. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian restriksi kalori lain yang menyatakan terdapat penurunan
kadar IL-6 setelah dilakukan restriksi kalori selama 2 minggu (Ling, Pei-Ra
& Bruce R. Bistrian, 2009). Berdasarkan penelitian Tomiyama et al. (2010),
yang menyatakan bahwa asupan kalori kurang dari 100% meningkatkan kadar
kortisol. Peningkatan kadar kortisol akan mengaktivasi reseptor glukortikoid
di hepar sehingga menyebabkan glukoneogenesis yang berakibat pada
peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia (Broderick, Tom L. 2017).
Asupan kalori kurang dari 100% menyebabkan ketidakseimbangan
homeostasis, merangsang aksis hypothalamic pituitary adrenal (HPA) yang
meningkatkan kadar hormon kortisol sehingga meningkatkan sekresi dari
sitokin proinflamasi(Mileva et al., 2017 ; Levay et al., 2010). Restriksi kalori
berlebih juga dapat menyebabkan kerusakan hepatosit akibat radikal bebas
dan meningkatnya peroksidasi lipid di hepar yang mengakibatkan
peningkatan kadar MDA (Stankovic et al., 2015). Peningkatan kadar radikal
bebas ini nantinya akan mengaktifkan NF-kB dan menginduksi sekresi IL-6
(Endang & Sukma, 2016).
Pada uji post-Hoc tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara
kadar IL-6 pada kelompok kalori 80% dan kelompok kalori 100%. Hal ini
dapat diakibatkan oleh karena tikus pada kelompok kalori 80% masih dapat
mentoleransi dosis restriksi kalori yang diberikan sehingga tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada hasil perhitungan interleukin-6.
41
Keterbatasan pada penelitian ini yaitu tidak dilakukan perhitungan
persentase lemak tubuh sehingga tidak diketahui dengan pasti penyebab
peningkatan IL-6 pada kelompok asupan kalori di bawah kebutuhan normal.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Variasi asupan kalori berpengaruh terhadap kadar interleukin-6
5.1.2 Rerata kadar interleukin-6 serum pada kelompok tikus jantan galur
Sprague dawley yang diberi asupan kalori 60% adalah 93,61 pg/ml.
5.1.3 Rerata kadar interleukin-6serum pada kelompok tikus jantan galur
Sprague dawley yang diberi asupan kalori 80% adalah 68,91 pg/ml.
5.1.4 Rerata kadar interleukin-6serum pada kelompok tikus jantan galur
Sprague dawley yang diberi asupan kalori 100%adalah 53,83 pg/ml.
5.1.5 Rerata kadar interleukin-6serum pada kelompok tikus jantan galur
Sprague dawley yang diberi asupan kalori 120% adalah 126,70
pg/ml.
5.1.6 Rerata kadar IL-6 serum pada kelompok tikus jantan galur Sprague
dawley yang diberi asupan kalori 140% adalah 151,40 pg/ml.
5.1.7 Terdapat perbedaan kadar IL-6 serum yang signifikan antar semua
kelompok kecuali antar kelompok kalori 80% dan kelompok kalori
100%
5.2 Saran
5.2.1 Melakukan pengukuran persentase lemak tubuh untuk mengetahui
korelasinya dengan kadar IL-6 pada perlakuan dengan variasi asupan
kalori.
43
5.2.2 Melakukan pengukuran kadar hormon kortisol untuk mengetahui
respon stress.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abbas K A., Licthman A H.,Pillai S. 2007. Cellular and Molecular Immunology Sixth Edition.Philadelphia : W.B.Saunders Company, 43-46.
Akbar, B. 2010. Tumbuhan Dengan Senyawa Aktif Yang Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. 1st edn. Jakarta: Adabia Press, 4-5
Aksungar FB, Topkaya AE, Akyildiz M. 2007. Interleukin-6, C-reactive protein and biochemicalparameters during prolongedintermittent fasting.Ann NutrMetab. ;51:188–95.
Anwar, M. A., Tayyab, M. A., Kashib, M., & Afzal, N. 2016. Paper Based Vs Conventional Enzyme Linked Immuno- Sorbent Assay : A Review of Literature. International Clinical Pathology Journal, 3(4), 79–81. https://doi.org/10.15406/icpjl.2016.03.00079
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Bales, C. W., & Kraus, W. E. 2014. Caloric Restriction : Implications for Human Cardiometabolic Health. National Institute of Health, 33(4), 201–208. https://doi.org/10.1097/HCR.0b013e318295019e.Caloric
Boden, G., Homko, C., Barrero, C. A., Stein, P., Chen, X., Cheung, P., … Merali, S. 2015. Excessive Caloric Intake Acutely Causes Oxidative Stress, GLUT4 carbonylation, and Insulin Resistance in Healthy Men. Sci Transl Med, 25(4), 368–379. https://doi.org/10.1016/j.cogdev.2010.08.003.
Bosutti, A., & Grazia Malaponte, M. Z. 2008. Calorie Restriction Modulates Inactivity-Induced Changes in the Inflammatory Markers C-Reactive Protein and Pentraxin-3. J Clin Endocrinol Metab , 93(8).
Brower, M., Grace, M., Kotz, C. M., & Koya, V. 2015. Comparative analysis of growth characteristics of Sprague Dawley rats obtained from different sources. Laboratory Animal Research, 31(4), 166–73. https://doi.org/10.5625/lar.2015.31.4.166
Colman, R. J., Beasley, T. M., Kemnitz, J. W., Johnson, S. C., Weindruch, R., & Anderson, R. M. 2014. Caloric Restriction Reduces Age-related and All-cause Mortality in Rhesus Monkeys. Nature Communications, 5, 1–5. https://doi.org/10.1038/ncomms4557
Dahlan, M. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan ; Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Epidemiologi Indonesia .
45
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2013 . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia . Jakarta
Faris, A. E., Kacimi, S., & Al-kurd, R. A. 2012. Intermittent fasting during
Ramadan attenuates proinflammatory cytokines and immune cells in healthy subjects. Nutrition Research, 32(12), 947–955. https://doi.org/10.1016/j.nutres.2012.06.021
Fimognari, C. 2015. Role of Oxidative RNA Damage in Chronic-Degeneratif Diseases. Oxidative Medicine and Cellular Longevity Open Access Journal , Volume 2015. http://dx.doi.org/10.1155/2015/358713
Hartman, J., & Frishman, W. H. 2014. Inflammation and Atherosclerosis. Cardiology in Review, 22(3), 147–151. https://doi.org/10.1097/CRD.0000000000000021
Holloszy, J. O., & Fontana, L. 2007. Caloric Restriction in Humans. National Institute of Health, 42(8), 709–712.
Jayachandran, C., A, S., Mundinamane, D. B., M., A. S., Bhat, D., & Lalwani, M. 2016. Acute Phase Proteins. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 8(2), 365–370.
Johannsen, D. L., Tchoukalova, Y., Tam, C. S., & Covington, J. D. 2014. Effect of 8 Weeks of Overfeeding on Ectopic Fat Deposition and Insulin Sensitivity : Testing the “ Adipose Tissue Expandability ” Hypothesis. Diabetes Care, 37(October), 2789–2798. https://doi.org/10.2337/dc14-0761
Johnson, J. B., Summer, W., Cutler, R. G., Martin, B., Hyun, D. H., Dixit, V. D.,Mattson, M. P. 2007. Alternate day calorie restriction improves clinical findings and reduces markers of oxidative stress and inflammation in overweight adults with moderate asthma. Free Radical Biology and Medicine, 42(5), 665–674.https://doi.org/10.1016/j.freeradbiomed.2006.12.005
Kreatsoulas, C., & Anand, S. S. 2010. The impact of social determinants on cardiovascular disease. The Canadian Journal of Cardiology, 26 Suppl C(Suppl C), 8C–13C. https://doi.org/10.1016/S0828-282X(10)71075-8
Kroeger, C. M., Klempel, M. C., Bhutani, S., Trepanowski, J. F., Tangney, C. C., & Varady, K. A. 2012. Improvement in coronary heart disease risk factors during an intermittent fasting/calorie restriction regimen: Relationship to adipokine modulations. Nutrition & Metabolism, 9(1), 98. https://doi.org/10.1186/1743-7075-9-98
Laugerette, F., Alligier, M., Bastard, J.-P., Drai, J., Chanséaume, E., Lambert-Porcheron, S., Laville, M., Morio, B., Vidal, H. and Michalski, M.-C.
46
2014, Overfeeding increases postprandial endotoxemia in men: Inflammatory outcome may depend on LPS transporters LBP and sCD14. Mol. Nutr. Food Res., 58: 1513–1518. doi:10.1002/mnfr.201400044
Laurence, D. R., & Bacharach, A. L. 1964. Evaluation of drug activities: Pharmacometrics. London: Academic Press Inc.
Lee, S. H. and Min, K. J. 2013. ‘Caloric restriction and its mimetics’, BMB Reports, 46(4), pp. 181–187.
Levay, E. A. et al., 2010, ‘Calorie restriction at increasing levels leads to augmented concentrations of corticosterone and decreasing concentrations of testosterone in rats’, Nutrition Research, Elsevier Inc,366–373.
Lin, Y.-H., Glei, D., & Weinstein, M. 2017. Additive value of interleukin-6 and C-reactive protein in risk prediction for all-cause and cardiovascular mortality among a representative adult cohort in Taiwan. Journal of the Formosan Medical Association , 18(3), 277.
Ling, P.-R., & Bistrian, B. R. 2009. Comparison of the effects of food versus protein restriction on selected nutritional and inflammatory markers in rat. National Institute of Health, 58(6), 835–842. https://doi.org/10.1016/j.metabol.2009.03.002.
Longo, V. D., & Fontana, L. 2010. Calorie restriction and cancer prevention: metabolic and molecular mechanisms. National Institute of Health , 31(2), 89-98
Matthews, V. B., Allen, T. L., Risis, S., Chan, M. H. S., Henstridge, D. C., Watson, N.,Febbraio, M. A. 2010. Interleukin-6-deficient mice develop hepatic inflammation and systemic insulin resistance. Diabetologia, 53(11), 2431–2441. https://doi.org/10.1007/s00125-010-1865-y
Mileva, G. R. et al., 2017, ‘Corticosterone and immune cytokine characterization following environmental manipulation in female WKY rats’, Behavioural Brain Research, Elsevier B.V., 197–204.
Mohammadi, M., Ghaznavi, R., Keyhanmanesh, R., Sadeghipour, H. R., Naderi, R., & Mohammadi, H. 2014. Caloric restriction prevents lead-induced oxidative stress and inflammation in rat liver. The Scientific World Journal, 2014, 1. https://doi.org/10.1155/2014/821524
Mohammadzade, F., Vakili, M. A., Seyediniaki, A., & Amirkhanloo, S. 2017. Original Research Article Effect of Prolonged Intermittent Fasting in Ramadan on Biochemical and Inflammatory Parameters of Healthy Men. Journal of Clinical and Basic Research, 1(1), 38–46.
Naik, E., & Dixit, V. M. 2011. Mitochondrial reactive oxygen species drive proinflammatory cytokine production: Figure 1. The Journal of
Noori, S. 2012. An Overview of Oxidative Stress and Antioxidant Defensive System. Scientific Reports, 1(8), 1–9. https://doi.org/10.4172/scientificreports.
Northcott, S., Moss, B., Harrison, K., & Hilari, K. 2016. A systematic review of the impact of stroke on social support and social networks: associated factors and patterns of change. Clinical Rehabilitation, 30(8), 811–831. https://doi.org/10.1177/0269215515602136
Paul, A. I. 2015. Handbook of Cardiac Anatomy, Physiology, and Devices. Switzerland: Springer International Publishing, 269-270.
Park, C. Y., Min, S. P., Hye-Kyeong, S. K., & Hanac, K. S. 2017. Effects of mild calorie restriction on lipid metabolism and inflammation in liver and adipose tissue. Elsevier , 490 (3), 636-642.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Prasastyoga, B., R.Basri, A., & Pohan, L. D. 2013. “Hubungan antara Caregiver Strain dan Caregiver Reciprocity pada Anak yang Berada Pada Tahap Dewasa dalam Merawat Orang Tua Menderita Kanker”.Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S44928-Bramesada%20Prasastyoga
Rahmawati, A. 2014. Mekanisme Terjadinya Inflamasi dan Stres Oksidatif pada Obesitas. El-Hayah Biology Journal of UIN Indonesia, 5(1), 1–8.https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18860/elha.v5i1.3034
Reeves, Nielsen, F. H., & Fahey, G. C. 1993. AIN-93 Purified Diets for Laboratory Rodents: Final Report of the American Institute of Nutrition Ad Hoc Writing Committee on the Reformulation of the AIN-76A Rodent Diet. The Journal of Nutrition, 123(11), 1939–1951. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Scheller, J., Chalaris, A., Schmidt-arras, D., & Rose-john, S. 2011. Biochimica et Biophysica Acta The pro- and anti-in fl ammatory properties of the cytokine interleukin-6,Elsevier, 1813, 878–888. https://doi.org/10.1016/j.bbamcr.2011.01.034
Setiati, S., Alwi, I., & Sudoyo, A. W. (Editor). 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
Sharma, S. K., & Naidu, G. 2016. The role of danger-associated molecular patterns (DAMPs) in trauma and infections. Journal of Thoracic Disease,
Skurk, T., Alberti-Huber, C, H., & H, H. 2007. Relationship between Adipocyte Size and Adipokine Expression and Secretion. J Clin Endocrinol Metabolism , 92(3), 1023-1033
Slaats, J., ten Oever, J., van de Veerdonk, F. L., & Netea, M. G. 2016. IL-1β/IL-6/CRP and IL-18/ferritin: Distinct Inflammatory Programs in Infections. PLoS Pathogens, 12(12), 1–13. https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1005973
Stoner, G. D., & Seeram, N. P. 2010. Berries and Cancer Prevention. London: Springer Science and Business Media, 180-181.
Stote, K. S., Baer, D. J., & Spears, K. 2007. A Controlled Trial of Reduced Meal Frequency without Caloric in Healthy , Normal Weight, Middle-aged Adults.Am J Clinical Nutrition, 85(4), 981-988.
Takasaki, M., Honma, T., Yanaka, M., Sato, K., Shinohara, N., Ito, J., … Ikeda, I. 2012. Continuous intake of a high-fat diet beyond one generation promotes lipid accumulation in liver and white adipose tissue of female mice. Journal of Nutritional Biochemistry, 23(6), 640–645. https://doi.org/10.1016/j.jnutbio.2011.03.008
Tanaka, T., Narazaki, M., & Kishimoto, T. 2014. IL-6 in Inflammation, Immunity, and Disease. Cold Spring Harbor Perspectives in Biology, 6(Kishimoto 1989).
Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy and Physiology (14th ed.). United States of America: Wiley.
Trabelsi, K., Abed, K. e., F.Trepanowski, J., & R.Stannard, S. 2011. Effects of Ramadhan Fasting on Bichemical and Anthropometric Parameters in Physically Active Men. Asian Journal of Sports Medicine,2(3), 134–144.
Trepanowski, J. F., Canale, R. E., Marshall, K. E., Kabir, M. M., & Bloomer, R. J. 2011. Impact of caloric and dietary restriction regimens on markers of health and longevity in humans and animals: a summary of available findings. Nutrition Journal, 10(1), 107. https://doi.org/10.1186/1475-2891-10-107
Tyagita, N., Nasihun, T., & Sumarawati, T. 2016. Good fasting Practice on Malondialdehyde and 8-Hydroxydeoxyguanosine . Journal of Fasting and Health, 4(3), 102–107. https://doi.org/10.22038/jfh.2016.7788
U.S Department of Health and Human Services and U.S Department of Agriculture. 2015. Dietary Guidelines for Americans (6th ed.). Washington, DC: U.S Government Printing Office
49
Wallace, D. C. 2010. A Mitochondrial Paradigm of Metabolic and Degeneratif Diseases, Aging, and Cancer: A Dawn for Evolutionary Medicine.National Institute of Health , 19(17), 3343–3353.
Wilcox, D., & DC, W. 2009. Caloric Restriction, The Traditional Okinawan Diet and Healthy Aging : The Diet of THe World's Longest-Lived People and Its Potential Impact on Morbidity and Lifespan. Journal of American College of Nutririon, 28(4), 1.
You, T., Sonntag, W. E., Leng, X., & Carter, C. S. 2007. Lifelong Caloric Restriction and Interleukin-6 Secretion From Adipose Tissue: Effects on Physical Performance Decline in Aged Rats.The Journal of Gerontology, 62(10),1082-1087.
50
LAMPIRAN
No Nama NID
N Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu (Jam/
Minggu)
Uraian Tugas
1. Dr. Sampurna, M.Kes 0615086301
Patologi Klinik
20 jam Mengkoordinir pelaksanaan penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah
2. Dr. Danis Pertiwi, M.Si.Med, Sp.PK
0615026901
Patologi Klinik
20 jam Pelaksana penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah
3 Dr. Dimar Puspaningrum
Patologi Klinik
20 jam Pelaksana penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah
4 Dr. Andina Putri Aulia, M.Si
0623058702
Patologi Klinik
20 jam Pelaksana penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah
Biodata ketua dan Anggota Tim Peneliti
A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap dr. Sampurna, M.Kes
2 Jabatan Fungsional Lektor 3 Jabatan Struktural 4 NIP/NIK/Identitas Lain 210195038 5 NIDN 0615086301 6 Tempat dan Tanggal
Lahir Lamongan, 15 Agustus 1963
7 Alamat Rumah Jl.Muria No.10 Betengan Rt.10 Rw.01
Kel.Bintoro Kec. Demak . Kab. Demak
51
8 Nomor Telepon/Faks/HP
(0291)681040 / 08122937640
9 Alamat Kantor Jl.Raya Kaligawe KM 4 PO BOX 1054 Semarang 50112
10 Nomor Telepon/Faks ( 024 ) 6583564 / (024)6582455 11 Alamat e-mail [email protected] 12 Lulusan yang Telah
Dihasilkan
13 Mata Kuliah yang Diampu
Patologi Klinik
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 Nama Perguruan Tinggi Unissula Program Pascasarjana
Undip Semarang Bidang Ilmu Kedokteran Biomedik Tahun Masuk-Lulus 1994 2003 Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jumlah (Juta Rp)
1 2009 Pengaruh pemberian perasan daun sirih terhadap masa perdarahan ( studi eksperimental pada Tikus Galur Wistar dengan Luka Tusuk )
UNISSULA
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun
Terakhir No Tahun Judul Pengabdian kepada Pendanaan
52
Masyarakat Sumber* Jumlah (Juta Rp)
1 2009 Pengobatan Gratis di SMP Nurul Ulum Karangroto Genuk Semarang
2 2009 Khitanan Massal di Masjid Jami' Al Amin Purwoyoso Ngaliyan
3 2009 Khitanan Massal di Balaikota Semarang
A. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal
1 2
Dst
B. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu & Tempat
1 2
Dst
C. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman
Penerbit
1 2
Dst
D. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir No Judul/Tema/HKI Tahun Jenis Nomor/PID 1 2
Dst
53
E. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun Tempat Penerapan
Respons Masyarakat
1 2
Dst
F. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan
Tahun
1 2
Dst
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata
ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian
biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan penelitian internal berjudul
“PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP
KADAR INTERLEUKIN-6 Studi Eksperimental pada Tikus
Putih Jantan Galur Sprague dawley”.
Semarang, 9 Januari 2018
Pengusul
Dr. Sampurna, M.Kes
54
Lampiran 1. Hasil Uji Deskriptif Data Kadar IL-6
55
56
Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kadar IL-6
57
Lampiran 3. Hasil Uji One-way ANOVA, Uji post-Hoc Bonferroni
30
PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6
Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley
THE EFFECT OF VARIETY OF CALORIE INTAKE ON INTERLEUKIN-6 LEVEL (Experimental Study on White Male Sprague dawley rats)
LatarBelakang :Frekuensipenyakitdegeneratif di Indonesia terusmengalamipeningkatan. Jumlahasupankalorimenjadi salah satufaktorpentingdalampatogenesispenyakitdegeneratif yang juga melibatkanperansitokinproinflamasi, interleukin-6. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhvariasiasupankaloriterhadapkadar interleukin-6.
Metode :Rancanganpenelitianiniadalahpost test only control group design. Subjekpenelitianadalahtikusputihjantan Sprague dawley (n= 30). Sampelpenelitiandiambildenganmenggunakanteknik simple random sampling. Kelompokpenelitiandibagimenjadi 5 kelompok, kelompokkalori 60%, kelompokkalori 80%, kelompokkalori 100%, kelompokkalori 120% dan kelompokkalori 140%.Pemeriksaankadar interleukin-6 dilakukan pada hari ke-15 denganmetode ELISA. Data kadar interleukin-6 diolahmenggunakan program komputer SPSS dengan uji One-way ANOVA dan dilanjutkan uji post-hoc.
Hasil :Reratakadar interleukin-6 pada kelompokkalori 60%=93,61 pg/ml, kalori 80%=68,91 pg/ml, kalori 100%=53,83 pg/ml, kalori 120%=126,70 pg/ml dan kalori 140%=151,40pg/ml. Terdapatperbedaankadar interleukin-6 yang signifikanantarkelompokberdasarkan pada uji one-way ANOVA (p=0,000). Hasil uji post-hoc diperolehhasil p<0,05 antarsemuakelompok, kecualiantarkelompokkalori 80% dan 100%.
Kata kunci :variasiasupankalori, interleukin-6 ABSTRACT
Background : Prevalence of degenerative diseases in Indonesia has been increasing. Calorie intake plays a significant role in the pathogenesis of degenerative disease involving the secretion of interleukin-6. This study aimed to determine the effect of variety of calorie intake on interleukin-6 level in rat.
Method : In this post test control group design, 30 male white Sprague dawley rats were divided into 5 groups to receive either calorie intake of 60%, 80%, 100%, 120% or 140% for 14 days. Blood samples were collected from sinus orbitalis and the level of interleukin-6 was measured using ELISA method. The data was analyzed with one-way ANOVA followed by post-hoc test.
Results : Mean of interleukin-6 level for the 5 groups were 93.61 pg/ml, 68.91 pg/ml, 53.83 pg/ml, 126.70 pg/ml and 151.40pg/ml respectively. There was significant difference among all groups except between the groups receiving calorie intake of 80% and 100%.
Conclusion : The variety of calorie intake has an effect on interleukin-6 levels in rat. Keywords : variety of calorie intake, interleukin-6.
PENDAHULUAN
Penyakit degeneratif merupakan penyebab kematian dan disabilitas utama saat ini (Kreatsoulas dan Anand, 2010). Penyakit degeneratif berhubungan dengan pola genetik dan pola diet. Faktor diet merupakan faktor risiko penyakit degeneratif yang mudah dikoreksi (Wallace, Douglass.C, 2010). Asupan kalori berlebih menyebabkan peningkatan kadar radikal bebas sehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif yang sebagian besar didasari oleh aterosklerosis (Fimognari, Carmela 2015). Radikal bebas dapat menyebabkan jejas sel yang memicu sekresi mediator inflamasi seperti interleukin-6 (Abbas et al., 2007). Salah satu pencegahan yang mudah dilakukan adalah melalui pengaturan jumlah asupan kalori (Longo dan Fontana, 2010). Tongjian You et al. (2007) mendapatkan bahwa pengurangan kalori sebesar 40% mampu menurunkan kadar interleukin-6. Namun sejauh ini, belum banyak dilakukan penelitian mengenai jumlah asupan kalori yang paling ideal untuk menurunkan kadar IL-6 akibat stress oksidatif.
Pada penyakitdegeneratif, sepertipenyakitkardiovaskular, IL-6 diproduksi oleh selendotel vascular dan selotot polos pada individu yang menderitaaterosklerosis. IL-6 yang diproduksi pada lesiaterosklerosisinimemilikiefekprokoagulan yang menyebabkankoagulasi dan selanjutnyadapatmembuat prognosis penyakitsemakinburuk. Peningkatankadar IL-6 dan CRP juga dapatmenjadifaktorrisikoterjadinyapenyakitjantungkoroner dan serebrovaskular (Paul, 2015).
Peningkatankadar IL-6 dan protein faseakut juga ditemukanadapasiendengansindromkoronerakut,
walaupuntanpadisertaiadanyarupturdariplakateroskleorismaupun trauma pada jaringan. Berdasarkanpenjelasansebelumnyabahwabeberapapenyakitdegeneratifmelibatkan proses inflamasikronis, IL-6 dapatdigunakansebagai marker pada inflamasikronis dan juga faktorrisikopenyakitkardiovaskular (Hartman dan Frishman, 2014).
Prevalensipenyakitdegeneratif di Indonesia semakinmeningkatdaritahunketahun. Sesuai data Riskesdas 2013, prevalensipenyakitdegeneratiftertinggiadalah 57,9% yang disebabkan oleh stroke, diikutipenyakitkardiovaskulersebesar 37,1%. Prevalensipenyakitdegeneratif lain yang mengalamipeningkatanadalah diabetes mellitus yang meningkatmenjadi 2,1%, penyakitjantungkoroner 1,5% dan penyakitendokrin-metaboliksebesar 7,2%. Dampak yang ditimbulkanpenyakitdegeneratifantara lain, penurunanakivitasfisik, berkurangnyainteraksisosial, depresi, kesulitandalamfinansialakibatpengobatan, sertameningkatnyaketergantunganterhadapanggotakeluarga yang sehat (Northcott et al.,2016). Emosi yang labil juga merupakandampak lain penyakitdegeneratif, sehinggahalini juga dapatmenyebabkan stress pada caregiver (Prasastyoga et al., 2013). Pengelolaanfaktorrisikopenyakitdegeneratifmenjadipenting, salah satuupaya yang dilakukanadalahdenganmembatasijumlahkalori.
Asupankalori yang berlebihdapatmeningkatkanjumlahseladiposadalamtubuh dan menyebabkanobesitas. Asupankalori yang berlebihmenyebabkanpeningkatanproduksi reactive oxygen species (ROS) di mitokondria (Poljsak, 2011). ROS dapatmenyebabkanaktivasi NF-kB dan sitokinproinflamasi (Mittal, Manish et al.,2014). Tidakhanyaitu, ROS juga dapatmenyebabkan stress oksidatifbilatidakdiimbangidenganantioksidansepertisuperoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan glutationperoksidase (Rahmawati, Ana 2014). Peningkatanasupankalorisebesar 760kkal/hariselama 8 minggumenyebabkanpeningkatankadar IL-6 pada manusia (Laugerette, F et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Park et al., (2017) membuktikanbahwarestriksikalorisebesar 15% menyebabkanpenurunankadar IL-6.
Penguranganjumlahasupankalorididefinisikansebagaipenguranganjumlahkalorisebesar 20-40% tanpamenguranginutrisi yang dikonsumsi (Trepanowski, John F et al., 2011). Restriksikalorisebesar 20% dapatmemodulasifungsiadipokindalammencegahterjadinyaagregasitrombo
sit dan penurunankadar IL-6 pada penyakitaterosklerosis (Kroeger et al., 2012). Inflamasi yang diakibatkan oleh produksi ROS dapatmenyebabkanpeningkatanproduksi interleukin-6. Pembatasanasupankaloridapatmenurunkanjumlahreseptorglukokortikoidsehinggamencegahaktivasidari NF-kB yang selanjutnyadapatmenurunkansintesisdari interleukin-6 (Yang, Ling et al., 2016). Interleukin-6 juga dapatmempengaruhitoleransiglukosa, meningkatkanproduksioksigenreaktif dan sebagai marker penting pada aterosklerosis (Scheller dan Rose-John, 2012). Pemberianasupankalorisebesar 120% meningkatkankadar lipid yang kemudianterakumulasi di hepatosit dan seladiposa (Takasaki et al., 2012). Peningkatanasupankalorisebesar 40% ataupemberianasupansebesar 140% kaloridapatmenyebabkanaktifasi NF-kB (Johannsen et al., 2014). Penelitian di atasdapatdigunakansebagaiacuandasarpemberianvariasiasupankalorisebesar 60%, 80%, 100%, 120% dan 140% kemudianditelitipengaruhnyaterhadap interleukin-6.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimenal dengan rancangan penelitian post test only control groups design. Variabel Penelitian terdiri dari Variabel Bebas yaitu Ekstrakkombinasidaunpepaya (Carica papaya L.) dan wortel (Daucus Carota L.) .Variabel tergantung yaitu Kadar interleukin-6. Subyek ujiyang digunakandalampenelitianyaitutikusjantangalurSprague dawleyyangdiambilsecara random sesuaidengankriteriainklusi. Data darihasilpengukurankadar IL-6 masing-masingtikusdimasukkandalamtabelkemudiandilakukananalisastatistikmenggunakan uji analisadeskriptif. HASIL PENELITIAN
pemberianpakansesuaidosismasing-masingkelompokdilakukanselama 14 hari, kemudian di hari ke-15 dilakukanpengambilansampeldarahmelalui sinus orbitalis dan dilakukanpengukurankadar IL-6 serum denganmetode ELISA. Hasil pengukurankadar IL-6 dengan ELISA dapatdilihat pada tabel 4.1.
Tabel1. Rerata Kadar IL-6, hasil uji Shapiro-wilk, Levene’s test dan uji one-way ANOVA
uji normalitas dan uji homogenitasdenganhasildapatdilihat pada tabel1. Uji normalitasdilakukandenganShapiro-wilkkarena jumlahsampel< 50 dan uji homogenitasdilakukandenganLevene’s test (Dahlan, 2014).
Hasil uji normalitasdenganShapiro-Wilk menunjukkannilai p=0,868 untukkelompokkalori 60%, p=0,463 untukkelompokkalori 80% p=0,963 untukkelompokkalori 100%, p=0,415 untukkelompokkalori 120%, p=0,755 untukkelompokkalori 140% sehingga data untuksemuakelompokterdistribusi normal (Shapiro-Wilk p>0,05). Uji homogenitasmenunjukkannilai p=0,063 yang menunjukkanbahwa data homogen (Levene’s test p>0,05). Berdasarkanhasil uji Shapiro-Wilk dan Levene’stest ,makasyarat uji parametrikterpenuhi. Selanjutnyadilakukan uji One-way ANOVA dan didapatkanhasil p=0,000 yang berartiterdapatperbedaankadar IL-6 secarasignifikanantarkelompok (p<0,05), makahipotesiskerjapenelitianinidapatditerima. Nilai p<0,05 menunjukkanadapengaruhvariasiasupankaloriterhadapkadar IL-6 setidaknyaantaraduakelompok. Untukmengetahuikelompokperlakuan mana yang berbedasecarasignifikandilakukan uji post-hoc Bonferroni (Dahlan, 2014). Hasil uji post-hoc Bonferroni tertera pada tabel2. Tabel 2. Hasil Uji post-Hoc Bonferroni
Kalori 60%
Kalori 80%
Kalori 100%
Kalori 120%
Kalori 140%
Kalori 60% - 0,010 0,000 0,000 0,0000
Kalori 80% 0,010 - 0,115 0,000 0,000
Kalori 100% 0,000 0,115 - 0,000 0,000
Kalori 120% 0,000 0,000 0,000 - 0,001
Kalori 140% 0,000 0,000 0,000 0,001 -
Kadar IL-6 pada kelompokkalori 60% jikadibandingkandengankelompokkalori 80% lebihtinggisecarasignifikan (p=0,001), begitu juga jikadibandingkandengankelompokkalori 100% lebihtinggisecarasignifikan (p=0,000). Jika kelompokkalori 60% dibandingkandengankelompokkalori 120%, lebihrendahsecarasignifikan (p=0,000) dan secarasecarastatistikkelompokkalori 60% juga lebihrendahsecarasignifikan (p=0,000) jikadibandingkandengankelompokkalori 140%.
Kadar IL-6 pada kelompokkalori 80% lebihrendahsecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 120% (p=0,000) juga lebihrendahsecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 140% (p=0,000). Namun, kadar IL-6 pada kelompokkalori 80% tidakberbedasecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 100% (p=0,115).
Kadar IL-6 pada kelompokkalori 100% lebihrendahsecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 120% (p=0,000) juga lebihrendahscarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori140% (p=0,000). Jika dibandingkandengankelompokkalori 140%, kadar IL-6 kelompokkalori 120% lebihrendahsecarasignifikan (p=0,001).
Dari uraian di atas, terdapatperbedaankadar IL-6 yang signifikanantarsemuakelompokperlakuankecualiantarakelompokkalori 80% dan kelompokkalori 100%. PEMBAHASAN
Kadar IL-6 tertinggiterdapat pada kelompokkalori 140% denganrerata 151,40±7,74 pg/ml diikutikelompokkalori 120% denganrerata 126,70±15,46 pg/ml. Hal inisesuaidenganpenelitian yang dilakukan Johannsen et al (2014) yang menyatakanpeningkatanasupankalorisejumlah 40% selama 8 minggumenyebabkanpeningkatanukuranseladiposa dan kadar IL-6. Penelitian lain menyatakanasupankalori di ataskebutuhan normal, sebesar 2,5 kali di atas normal, dapatmenyebabkanpeningkatankadar IL-6 di harikeduapemberianperlakuan(Boden et al., 2015).
Peningkatanasupankalori di ataskebutuhan normal dapatmenyebabkanpeningkatanukuranseladiposa (Skurk,Tet al.,2007). Hipertrofiseladiposadapatmenimbulkanresponinflamasimelaluibeberapacara. Pertama, hipertrofiseladiposadapatmenyebabkanpeningkatansekresisitokin pro inflamasiseperti IL-6. Kedua, hipertrofiseladiposadapatmenyebabkanterjadinyahipoksiasel oleh karena defisiensivasculature di jaringan. Hipoksiaselanjutnyaakanmenimbulkanresponinflamasimelaluisekresibeberapasitokin pro inflamasiseperti TNF-alfa, IL-1 dan IL-6 (Choe et al., 2016). Adanya IL-6 sebagaipenandaresponinflamasidapatmenyebabkanhilangnyasifatprotektif NO pada
Asupankaloriberlebihdapatmeningkatkanproduksi ROS sehinggadapatmenyebabkanpeningkatankadar IL-6. ROS dihasilkandari transport elektron di mitokondria yang menghasilkan anion superoksida (O2) melalureduksimolekuloksigen. Superoksidakemudiandikatalis oleh superoxide dismutase (SOD) menjadiprodukhidrogenperoksida (H2O2) yang kurangreaktif.Ketikahidrogenperoksidabertemudenganmolekulbesiterbentuklah ROS yang paling reaktif, yaituhidroksilradikal (OH-). Produk ROS yang dihasilkandapatberupasuperoksida, hidrogenperoksida dan hidroksilradikal(Mittal et al., 2014). ROS menyebabkaninflamasimelaluiaktivasinecrosis factor kB (NF-kB) yang menyebabkanpeningkatansekresi protein bioaktifsebagaibahanpembentuk IL-6 (Naik, Edwina dan VishvaM.Dixit, 2011).
Kadar IL-6 pada kelompokkalori 60% denganrerata 93,61±8,51 pg/ml lebihtinggidibandingkandengankelmpokkalori 80% yang memilikirerata 68,91±8,51 pg/ml. Kadar IL-6 pada keduakelompoktersebutmenunjukkanperbedaan yang signifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 120% dan kelompokkalori 140%.
Reratakadar IL-6 serum pada kelompokkalori 60% dan kelompokkalori 80% lebihtinggidibandingkandengankelompokkontrol. Hasil penelitianiniberbedadenganpenelitian yang dilakukan You et al., (2007) yang menyatakanbahwakadar IL-6 pada kelompokrestriksikalori 40% berbedadengankelompok yang diberimakandenganjumlahkalori normal. Hal inidikarenakandurasirestriksikalori yang dilakukan oleh You et al., (2007) disertai juga oleh peningkatanaktivitas. Hasil penelitianinisesuaidenganpenelitianrestriksikalori lain yang menyatakanterdapatpenurunankadar IL-6 setelahdilakukanrestriksikaloriselama 2 minggu (Ling, Pei-Ra & Bruce R. Bistrian, 2009). Berdasarkanpenelitian Tomiyama et al. (2010), yang menyatakanbahwaasupankalorikurangdari 100% meningkatkankadarkortisol. Peningkatankadarkortisolakanmengaktivasireseptorglukortikoid di heparsehinggamenyebabkanglukoneogenesis yang berakibat pada peningkatankadarguladarahatauhiperglikemia (Broderick, Tom L. 2017).
Asupankalorikurangdari 100% menyebabkanketidakseimbangan homeostasis, merangsangaksishypothalamic pituitary adrenal (HPA) yang meningkatkankadarhormonkortisolsehinggameningkatkansekresidarisitoki
nproinflamasi(Mileva et al., 2017 ; Levay et al., 2010). Restriksikaloriberlebih juga dapatmenyebabkankerusakanhepatositakibatradikalbebas dan meningkatnyaperoksidasi lipid di hepar yang mengakibatkanpeningkatankadar MDA (Stankovic et al., 2015). Peningkatankadarradikalbebasininantinyaakanmengaktifkan NF-kB dan menginduksisekresi IL-6 (Endang & Sukma, 2016).
Pada uji post-Hoc tidakterlihatperbedaan yang signifikanantarakadar IL-6 pada kelompokkalori 80% dan kelompokkalori 100%. Hal inidapatdiakibatkan oleh karena tikus pada kelompokkalori 80% masihdapatmentoleransidosisrestriksikalori yang diberikansehinggatidakterdapatperbedaan yang signifikan pada hasilperhitungan interleukin-6.
Keterbatasan pada penelitianiniyaitutidakdilakukanperhitunganpersentase lemak tubuhsehinggatidakdiketahuidenganpastipenyebabpeningkatan IL-6 pada kelompokasupankalori di bawahkebutuhan normal. KESIMPULAN Berdasarkanhasilpenelitiandiperolehkesimpulansebagaiberikut :
1. Variasiasupankaloriberpengaruhterhadapkadar interleukin-6 2. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur
Sprague dawley yang diberiasupankalori 60% adalah 93,61 pg/ml. 3. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur
Sprague dawley yang diberiasupankalori 80% adalah 68,91 pg/ml. 4. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur
Sprague dawley yang diberiasupankalori 100% adalah 53,83 pg/ml. 5. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur
Sprague dawley yang diberiasupankalori 120% adalah 126,70 pg/ml.
6. Reratakadar IL-6 serum pada kelompoktikusjantangalur Sprague dawley yang diberiasupankalori 140% adalah 151,40 pg/ml.
7. Terdapatperbedaankadar IL-6 serum yang signifikanantarsemuakelompokkecualiantarkelompokkalori 80% dan kelompokkalori 100%
SARAN
Melakukanpengukuranpersentase lemak tubuhuntukmengetahuikorelasinyadengankadar IL-6 pada perlakuandenganvariasiasupankalori dan pengukurankadarhormonkortisoluntukmengetahuirespon stress.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas K A., Licthman A H., Pillai S. 2007. Cellular and Molecular Immunology Sixth Edition. Philadelphia : W.B.Saunders Company, 43-46.
Boden, G., Homko, C., Barrero, C. A., Stein, P., Chen, X., Cheung, P., … Merali, S. 2015. Excessive Caloric Intake Acutely Causes Oxidative Stress, GLUT4 carbonylation, and Insulin Resistance in Healthy Men. Sci Transl Med, 25(4), 368–379. https://doi.org/10.1016/j.cogdev.2010.08.003.
Dahlan, M. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan ; Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Epidemiologi Indonesia .
Fimognari, C. 2015. Role of Oxidative RNA Damage in Chronic-Degeneratif Diseases. Oxidative Medicine and Cellular Longevity Open Access Journal , Volume 2015. http://dx.doi.org/10.1155/2015/358713
Hartman, J., & Frishman, W. H. 2014. Inflammation and Atherosclerosis. Cardiology in Review, 22(3), 147–151. https://doi.org/10.1097/CRD.0000000000000021
Johannsen, D. L., Tchoukalova, Y., Tam, C. S., & Covington, J. D. 2014. Effect of 8 Weeks of Overfeeding on Ectopic Fat Deposition and Insulin Sensitivity : Testing the “ Adipose Tissue Expandability ” Hypothesis. Diabetes Care, 37(October), 2789–2798. https://doi.org/10.2337/dc14-0761
Kreatsoulas, C., & Anand, S. S. 2010. The impact of social determinants on cardiovascular disease. The Canadian Journal of Cardiology, 26 Suppl C(Suppl C), 8C–13C. https://doi.org/10.1016/S0828-282X(10)71075-8
Kroeger, C. M., Klempel, M. C., Bhutani, S., Trepanowski, J. F., Tangney, C. C., & Varady, K. A. 2012. Improvement in coronary heart disease risk factors during an intermittent fasting/calorie restriction regimen: Relationship to adipokine modulations. Nutrition & Metabolism, 9(1), 98. https://doi.org/10.1186/1743-7075-9-98
Laugerette, F., Alligier, M., Bastard, J.-P., Drai, J., Chanséaume, E., Lambert-Porcheron, S., Laville, M., Morio, B., Vidal, H. and Michalski, M.-C. 2014, Overfeeding increases postprandial endotoxemia in men: Inflammatory outcome may depend on LPS
Levay, E. A. et al., 2010, ‘Calorie restriction at increasing levels leads to augmented concentrations of corticosterone and decreasing concentrations of testosterone in rats’, Nutrition Research, Elsevier Inc,366–373.
Longo, V. D., & Fontana, L. 2010. Calorie restriction and cancer prevention: metabolic and molecular mechanisms. National Institute of Health , 31(2), 89-98
Mileva, G. R. et al., 2017, ‘Corticosterone and immune cytokine characterization following environmental manipulation in female WKY rats’, Behavioural Brain Research, Elsevier B.V., 197–204.
Naik, E., & Dixit, V. M. 2011. Mitochondrial reactive oxygen species drive proinflammatory cytokine production: Figure 1. The Journal of Experimental Medicine, 208(3), 417–420. https://doi.org/10.1084/jem.20110367
Northcott, S., Moss, B., Harrison, K., & Hilari, K. 2016. A systematic review of the impact of stroke on social support and social networks: associated factors and patterns of change. Clinical Rehabilitation, 30(8), 811–831. https://doi.org/10.1177/0269215515602136
Paul, A. I. 2015. Handbook of Cardiac Anatomy, Physiology, and Devices. Switzerland: Springer International Publishing, 269-270.
Park, C. Y., Min, S. P., Hye-Kyeong, S. K., & Hanac, K. S. 2017. Effects of mild calorie restriction on lipid metabolism and inflammation in liver and adipose tissue. Elsevier , 490 (3), 636-642.
Prasastyoga, B., R.Basri, A., & Pohan, L. D. 2013. “Hubungan antara Caregiver Strain dan Caregiver Reciprocity pada Anak yang Berada Pada Tahap Dewasa dalam Merawat Orang Tua Menderita Kanker”.Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S44928-Bramesada%20Prasastyoga
Rahmawati, A. 2014. Mekanisme Terjadinya Inflamasi dan Stres Oksidatif pada Obesitas. El-Hayah Biology Journal of UIN Indonesia, 5(1), 1–8.https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18860/elha.v5i1.3034
Scheller, J., Chalaris, A., Schmidt-arras, D., & Rose-john, S. 2011. Biochimica et Biophysica Acta The pro- and anti-in fl ammatory
properties of the cytokine interleukin-6,Elsevier, 1813, 878–888. https://doi.org/10.1016/j.bbamcr.2011.01.034
Setiati, S., Alwi, I., & Sudoyo, A. W. (Editor). 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
Skurk, T., Alberti-Huber, C, H., & H, H. 2007. Relationship between Adipocyte Size and Adipokine Expression and Secretion. J Clin Endocrinol Metabolism , 92(3), 1023-1033
Takasaki, M., Honma, T., Yanaka, M., Sato, K., Shinohara, N., Ito, J., … Ikeda, I. 2012. Continuous intake of a high-fat diet beyond one generation promotes lipid accumulation in liver and white adipose tissue of female mice. Journal of Nutritional Biochemistry, 23(6), 640–645. https://doi.org/10.1016/j.jnutbio.2011.03.008
Trepanowski, J. F., Canale, R. E., Marshall, K. E., Kabir, M. M., & Bloomer, R. J. 2011. Impact of caloric and dietary restriction regimens on markers of health and longevity in humans and animals: a summary of available findings. Nutrition Journal, 10(1), 107. https://doi.org/10.1186/1475-2891-10-107
Wallace, D. C. 2010. A Mitochondrial Paradigm of Metabolic and Degeneratif Diseases, Aging, and Cancer: A Dawn for Evolutionary Medicine.National Institute of Health , 19(17), 3343–3353.
You, T., Sonntag, W. E., Leng, X., & Carter, C. S. 2007. Lifelong Caloric Restriction and Interleukin-6 Secretion From Adipose Tissue: Effects on Physical Performance Decline in Aged Rats.The Journal of Gerontology, 62(10),1082-1087.