Top Banner
USUL PENELITIAN KELOMPOK PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6 Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley dr. Sampurna, M.Kes dr. Danis Pertiwi, M.Si.Med., Sp.PK dr. Dimar Puspaningrum dr. Andina Putri Aulia, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
75

pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

Jan 27, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

USUL PENELITIAN KELOMPOK

PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR

INTERLEUKIN-6

Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley

dr. Sampurna, M.Kes

dr. Danis Pertiwi, M.Si.Med., Sp.PK

dr. Dimar Puspaningrum

dr. Andina Putri Aulia, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Page 2: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

ii

PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR

INTERLEUKIN-6

Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley

Sampurna *, Danis Pertiwi *, Dimar Puspaningrum*, Andina Putri Aulia*

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020

Page 3: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

iii

PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR

INTERLEUKIN-6

Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 305/Ilmu Kedokteran Umum Ketua Peneliti: a. Nama Lengkap : dr. Sampurna, M.Kes b. NIDN : 0615086301 c. Nomor HP : 08122937640 d. Perguruan Tinggi : Unissula Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap : dr. Danis Pertiwi, M.Si. Med., SpPK b. NIDN : 0615026901 c. Nomor HP : 08122910269 d. Perguruan Tinggi : Unissula e. Jabatan Fungsional : Lektor f. Alamat Surel : [email protected] Anggota Peneliti (2) a. Nama Lengkap : dr. Dimar Puspaningrum b. NIDN : c. Nomor HP : 085642313500 d. Perguruan Tinggi : Unissula e. Jabatan Fungsional : f. Alamat Surel : Anggota Penelitian (3) a. Nama Lengkap : dr. Andina Putri Aulia, M.Si b. NIDN : 0623058702 c. Nomor HP : 08562693341 d. Perguruan Tinggi : Unissula e. Jabatan Fungsional : f. Alamat Surel : [email protected] Lama Penelitian Keseluruhan : 6 bulan Penelitian Tahun ke : 1 (satu) Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 10 juta

Semarang,15 Agustus 2020

Mengetahui,

Page 4: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

iv

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung dr. dr.H.Setyo Trisnadi,Sp.KF NIK/NIDN: 210199049/06-1306-6402

Ketua Peneliti, dr. dr. Sampurna, M.Kes NIK/NIDN: 0615086301

Menyetujui,

Ketua lembaga penelitian

Dr. Heru Sulistyo,SE,M.Si NIK. 210493032

Abstrak

PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR

INTERLEUKIN-6

Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley

Sampurna *, Danis Pertiwi *, Dimar Puspaningrum*, Andina Putri Aulia*

Frekuensi penyakit degeneratif di Indonesia terus mengalami peningkatan.Jumlah asupan kalori menjadi salah satu faktor penting dalam patogenesis penyakit degeneratif yang juga melibatkan peran sitokin proinflamasi, interleukin-6. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar interleukin-6.

Rancangan penelitian ini adalahpost test only control group design. Subjek penelitian adalah tikus putih jantan Sprague dawley (n= 30). Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Kelompok penelitian dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok kalori 60%, kelompok kalori 80%, kelompok kalori 100%,kelompok kalori 120% dan kelompok kalori 140%.Pemeriksaan kadarinterleukin-6 dilakukan pada hari ke-15dengan metode ELISA. Data kadar interleukin-6 diolah menggunakan program komputer SPSS dengan uji One-way ANOVA dan dilanjutkan ujipost-hoc. Rerata kadar interleukin-6 pada kelompok kalori 60%=93,61 pg/ml, kalori 80%=68,91 pg/ml, kalori 100%=53,83 pg/ml, kalori 120%=126,70 pg/ml dan kalori 140%=151,40pg/ml. Terdapat perbedaan kadar interleukin-6 yang signifikan antar kelompok berdasarkan pada uji one-way ANOVA (p=0,000).

Page 5: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

v

Hasil uji post-hocdiperoleh hasil p<0,05 antar semua kelompok, kecuali antar kelompok kalori 80% dan 100%.

Kesimpulan penelitian ini bahwa terdapat pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar interleukin-6 tikus putih jantan galur Sprague dawley.

Kata kunci :variasi asupan kalori, interleukin-6

Page 6: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit degeneratif merupakan penyebab kematian dan disabilitas

utama saat ini(Kreatsoulas dan Anand, 2010).Penyakit degeneratif

berhubungan denganpola genetik dan pola diet.Faktor diet merupakan faktor

risiko penyakit degeneratifyang mudah dikoreksi(Wallace, Douglass.C,

2010).Asupan kalori berlebih menyebabkan peningkatan kadar radikal

bebassehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif yang sebagian besar

didasari oleh aterosklerosis (Fimognari, Carmela 2015). Radikal bebas dapat

menyebabkan jejas sel yang memicu sekresi mediator inflamasi seperti

interleukin-6 (Abbas et al.,2007).Salah satu pencegahan yang mudah

dilakukan adalah melalui pengaturan jumlah asupan kalori (Longo dan

Fontana, 2010).Tongjian You et al. (2007) mendapatkan bahwa pengurangan

kalori sebesar 40% mampu menurunkan kadar interleukin-6. Namun sejauh

ini, belum banyak dilakukan penelitian mengenaijumlahasupan kaloriyang

paling ideal untuk menurunkan kadar IL-6 akibat stress oksidatif.

Prevalensi penyakit degeneratif di Indonesia semakin meningkat dari

tahun ke tahun. Sesuai data Riskesdas 2013, prevalensi penyakit degeneratif

tertinggi adalah 57,9% yang disebabkan oleh stroke, diikuti penyakit

kardiovaskuler sebesar 37,1%. Prevalensi penyakit degeneratif lain yang

mengalami peningkatan adalah diabetes mellitus yang meningkat menjadi

2,1%, penyakit jantung koroner 1,5% dan penyakit endokrin-metabolik

Page 7: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

2

sebesar 7,2%. Dampak yang ditimbulkan penyakit degeneratif antara lain,

penurunan akivitas fisik, berkurangnya interaksi sosial, depresi, kesulitan

dalam finansial akibat pengobatan, serta meningkatnya ketergantungan

terhadap anggota keluarga yang sehat(Northcott et al.,2016). Emosi yang

labil juga merupakan dampak lain penyakit degeneratif, sehingga hal ini juga

dapat menyebabkan stress pada caregiver (Prasastyogaet al.,

2013).Pengelolaan faktor risiko penyakit degeneratif menjadi penting, salah

satu upaya yang dilakukan adalah dengan membatasi jumlah kalori.

Asupan kalori yang berlebih dapat meningkatkan jumlah sel adiposa

dalam tubuh dan menyebabkan obesitas.Asupan kalori yang berlebih

menyebabkan peningkatan produksi reactive oxygen species(ROS)di

mitokondria (Poljsak, 2011).ROS dapat menyebabkan aktivasi NF-kB dan

sitokin proinflamasi (Mittal, Manish et al.,2014). Tidak hanya itu, ROS juga

dapat menyebabkan stress oksidatif bila tidak diimbangi dengan antioksidan

seperti superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan glutation

peroksidase (Rahmawati, Ana 2014).Peningkatan asupan kalori sebesar

760kkal/hari selama 8 minggu menyebabkan peningkatan kadar IL-6 pada

manusia (Laugerette, F et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Park et

al., (2017) membuktikan bahwa restriksi kalori sebesar 15% menyebabkan

penurunan kadar IL-6.

Pengurangan jumlah asupan kalorididefinisikan sebagai pengurangan

jumlah kalori sebesar 20-40% tanpa mengurangi nutrisi yang dikonsumsi

(Trepanowski, John F et al., 2011).Restriksi kalori sebesar 20% dapat

Page 8: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

3

memodulasi fungsi adipokin dalam mencegah terjadinya agregasi trombosit

dan penurunan kadar IL-6 pada penyakit aterosklerosis (Kroeger et al.,

2012).Inflamasi yang diakibatkan oleh produksi ROS dapat menyebabkan

peningkatan produksi interleukin-6.Pembatasan asupan kalori dapat

menurunkan jumlah reseptor glukokortikoid sehingga mencegah aktivasi dari

NF-kB yang selanjutnya dapat menurunkan sintesis dari interleukin-6 (Yang,

Ling et al., 2016).Interleukin-6 juga dapat mempengaruhi toleransi glukosa,

meningkatkan produksi oksigen reaktif dan sebagai marker penting pada

aterosklerosis (Scheller dan Rose-John, 2012).Pemberian asupan kalori

sebesar 120% meningkatkan kadar lipid yang kemudian terakumulasi di

hepatosit dan sel adiposa (Takasaki et al., 2012). Peningkatan asupan kalori

sebesar 40% atau pemberian asupan sebesar 140% kalori dapat menyebabkan

aktifasi NF-kB (Johannsen et al., 2014). Penelitian di atas dapat digunakan

sebagai acuan dasar pemberian variasi asupan kalori sebesar 60%, 80%,

100%, 120% dan 140% kemudian diteliti pengaruhnya terhadap interleukin-6.

Penelitian menggunakan tikus Sprague dawley karena tikus jenis ini dapat

menggambarkan kondisi manusia terkait penyakit kardiovaskular, diabetes

melitus dan obesitas (Brower et al., 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Adakah pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar interleukin-6

serum tikus jantan galur Sprague Dawley?

Page 9: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi

asupan kalori terhadap kadar interleukin-6 serum tikus jantan galur

Sprague dawley.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui reratakadar interleukin-6 serum pada kelompok

tikusjantan galur Sprague dawley yang diberi asupan 60%

kalori.

1.3.2.2 Mengetahui reratakadar interleukin-6 serumpada kelompok

tikus jantan galur Sprague dawley yang diberi asupan 80%

kalori.

1.3.2.3 Mengetahui reratakadar interleukin-6 serumpada kelompok

tikus jantan galur Sprague dawley yang diberi asupan 100%

kalori.

1.3.2.4 Mengetahui reratakadar interleukin-6 serumpada kelompok

tikus jantan galur Sprague dawley yang diberi asupan 120%

kalori.

1.3.2.5 Mengetahui reratakadar interleukin-6 serumpada kelompok

tikus jantan galur Sprague dawley yang diberi asupan 140%

kalori.

1.3.2.6 Menganalisis perbedaan reratakadar interleukin-6 serum

antar kelompok.

Page 10: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

5

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah

mengenai pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar interleukin-6

serum tikus jantan galur Sprague dawley yang kemudian dapat

dijadikan dasar untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian

yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar mengenai

pengaturan jumlah asupan kalori yang tepat sebagai pencegahan

terjadinya penyakit degeneratif.

Page 11: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interleukin-6

2.1.1 Definisi

Interleukin-6 atau yang selanjutnya dapat disingkat menjadi

IL-6 adalah sitokin yang diproduksi oleh berbagai sel dalam tubuh,

termasuk oleh sel mononuklear yang teraktivasi saat fagositosis, sel

endotel dan fibroblast. Tidak hanya itu, IL-6 juga diketahui diproduksi

oleh sel T helper (Tortora dan Derrickson, 2014). Reseptor IL-6

terdiri dari ligand-binding- IL-6 rantai reseptor (IL-6R, gp80 atau

CD126). Reseptor IL-6 juga terdiri dari signal-transducing sub unit

gp130 yang termasuk dalam famili reseptor sitokin tipe satu

(Kamimura et al., 2014)

IL-6 memiliki banyak fungsi dalam tubuh seperti yang terlihat

pada gambar 2.1. Sebagai imunitas alamiah atau innate immunity, IL-6

menstimulasi sintesis dari protein fase akut oleh hepatosit yang

kemudian nantinya akan berperan dalam respon pada fase akut. IL-6

juga berfungsi menstimulai produksi netrofil oleh sel progenitor pada

sumsum tulang. Sedangkan sebagai sistem imun adaptif, IL-6

menstimulasi pertumbuhan dari sel limfosit B yang selanjutnya akan

memproduksi berbagai antibodi. IL-6 juga dapat berperan sebagai

faktor pertumbuhan dari sel neoplastik plasma (myelomas) dan

beberapa sel myeloma yang tumbuh secara otonom sebagai faktor

Page 12: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

7

pertumbuhan autokrin.Tidak hanya itu, IL-6 juga dapat menginisiasi

pertumbuhan dari antibodi monokonal yang diturunkan dari

myeloma.Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa IL-6 dapat

menjadi mediator dari reaksi imunitas dengan menstimulasi produksi

beberapa sitokin proinflamasi lainnya, seperti IL-17 juga menghambat

generasi dan aksi dari sel T regulator. (Abbas, Abul.K et al., 2007)

Gambar 2. 1Peran Interleukin-6 dalam inflamasi, imunitas dan penyakit (Tanaka et al., 2014).

2.1.2 Sintesis

IL-6 memiliki fungsi yang sangat luas di berbagai sistem

tubuh, termasuk di dalamnya sistem saraf, sistem imun dan sistem

endokrin.IL-6 memiliki peran penting dalam mengatur sekresi IL-6R

yang saat ini banyak digunakan sebagai penatalaksanaan penyakit

autoimun (Kamimura et al., 2014).

Page 13: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

8

Sintesis IL-6 diawali ketika patogen masuk dan dikenali oleh

pathogen-recognition receptors (PRRs) yaitu monosit dan

makrofag.Patogen yang telah dikenali tersebut kemudian

dipresentasikan ke Toll-like receptors (TLRs) dan reseptor DNA yang

menyebabkan terstimulasinya NF-kB dan pada akhirnya menyebabkan

tersekresinya sitokin proinflamasi seperti IL-6, TNF-alfa dan IL-1

beta.Dalam hal ini, TNF-alfa dan IL-1 beta berperan juga dalam

diproduksinya IL-6 (Tanaka et al., 2014).

IL-6 tidak hanya disintesis ketika ada patogen dari luar, tetapi

pada saat adanya kerusakan jaringan akibat trauma atau terbakar.

Proses inflamasi non-infeksi ini disebabkan karena damage-associated

molecular patterns (DAMPs) oleh sel yang rusak atau yang mati. Hal

ini dapat dicontohkan pada saat proses operasi. Peningkatan kadar IL-

6 serum mengakibatkan peningkatan suhu dan diproduksinya protein

fase akut (Sharma dan Naidu, 2016).

Protein fase akut merupakan sekelompok protein plasma yang

jumlahnya meningkat dalam beberapa jam setelah adanya stimulus

yang menyebabkan inflamsi. Protein fase akut akan meningkat

jumlahnya bila ada infeksi bakteri, virus, parasit, trauma suhu dan

mekanis, serta pada keadaan keganasan (Jayachandran, Citra et al.,

2016)

Page 14: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

9

Gambar 2. 2Respon inflamasi akut yang diperantarai produksi sitokin pro inflamasi dan protein fase akut (Slaats, J et al., 2016)

2.1.3 Interleukin-6 dan Penyakit Degeneratif

Kadar IL-6 berhubungan dengan adanya inflamasi akut

maupun kronik.Pada penyakit degeneratif, seperti penyakit

kardiovaskular, IL-6 diproduksi oleh sel endotel vascular dan sel otot

polos pada individu yang menderita aterosklerosis.IL-6 yang

diproduksi pada lesi aterosklerosis ini memiliki efek prokoagulan

yang menyebabkan koagulasi dan selanjutnya dapat membuat

prognosis penyakit semakin buruk. Peningkatan kadar IL-6 dan CRP

juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner

dan serebrovaskular (Paul, 2015).

Peningkatan kadar IL-6 dan protein fase akut juga ditemukan

ada pasien dengan sindrom koroner akut, walaupun tanpa disertai

adanya ruptur dari plak ateroskleoris maupun trauma pada jaringan.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa beberapa penyakit

Page 15: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

10

degeneratif melibatkan proses inflamasi kronis, IL-6 dapat digunakan

sebagai marker pada inflamasi kronis dan juga faktor risiko penyakit

kardiovaskular(Hartman dan Frishman, 2014).

Penelitian lainnya, membuktikan bahwa IL-6 menyebabkan

intoleransi glukosa dan resistensi insulin.Tidak hanya itu, hal ini juga

menyebabkan adanya inflamasi pada hepar. Intoleransi glukosa dan

resistensi insulin ini dapat menjurus kearah penyakit degeneratif

seperti diabetes melitus (V.B Matthews et al.,2010).

Penelitian lainnya menjelaskan bahwa berpuasa dalam jangka

panjang dan jangka pendek dapat menurunkan kadar biomarker

inflamasi seperti IL-6 dan CRP (Mohammadzade, 2017 ; Aksungar

FB, 2007). Tidak hanya berpuasa, restriksi kalori juga menurunkan

kadar dari marker stress oksidatif dan juga inflamasi (Johnson B,

2007).

Penelitian oleh Faris Aet al., (2012) menunjukkan penurunan

kadar IL-6 sebesar 88,43 pg/ml setelah berpuasa selama 1

bulan.Penurunan kadar IL-6 ini berhubungan dengan menurunnya

risiko terjadinya resistensi insulin, aterosklerosis dan kerusakan

jaringan.

Pengukurankadar IL-6 diukur dengan menggunakan metode

ELISA dan hasilnya dinyatakan dalam satuan pg/ml. Pada individu

yang bebas dari inflamasi, kadar IL-6 cenderung pada kadar yang

berkisar antara 0,2-7,8 pg/ml. Kadar IL-6 dapat meningkat hingga

Page 16: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

11

1600pg/ml pada sepsis (Thompson, Dana K et al., 2012). Pengukuran

kadar IL-6 dengan menggunakan ELISA dapat memberikan hasil yang

sangat kuantitatif. ELISA juga memiliki sensitifitas dan spesifitas

yang yang cukup tinggi terhadap pengukuran sitokin (Leng, Sean X et

al., 2008 ; Malik Adeel, 2016).

2.1.4 Faktor yang Memengaruhi Kadar IL-6

Interleukin-6 dalam tubuh memiliki banyak fungsi di samping

sebagai salah satu mediator inflamasi. Berikut adalah hal-hal yang

dapat mempengaruhi kadar interleukin-6 dalam tubuh :

a. Kadar TNF-alfa

Produksi IL-6 tidak hanya dipengaruhi oleh sel yang

memproduksinya, tetapi juga oleh sitokin lain seperti TNF-

alfa.Adanya patogen dan cedera jaringan menyebabkan

tersekresinya sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan TNF-

alfa.Dalam hal ini, TNF-alfa berperan juga dalam diproduksinya

IL-6 (Tanaka et al., 2014).

b. Jumlah Sel Adiposa

Sel adiposa pada orang yang menderita obesitas menunjukkan

sekresi IL-6 yang tinggi, hal ini juga berkaitan dengan volume sel

adiposit yang besar. Oleh karena itu, individu yang mengalami

obesitas dapat digolongkan sebagai keadaan kronis darisebuah

proses inflamasi (Skurk,Tet al.,2007).

Page 17: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

12

c. Jumlah Sel T-helper

IL-6 bersama dengan IL-4 merupakan dua contoh interleukin

yang diproduksi pada inflamasi.Produksi dari kedua sitokin ini

diperankan oleh adanya sel T helper.IL-6 selanjutnya berfungsi

memacu proliferasi sel B, perubahan sel B menjadi sel plasma

dan sekresi antibodi oleh sel plasma (Tortora dan Derrickson,

2014).

2.2 Asupan Kalori

2.2.1 Definisi Asupan Kalori

Asupan kalori atau calorie intake adalah jumlah atau besarnya

kalori yang dikonsumsi seorang individu. Jumlah total kalori yang

dikonsumsi didapat dengan mengalikan besarnya kandungan kalori

dalam masing-masing jenis makanan dengan kuantitas makanan yang

dikonsumsi. Berdasarkan Stoner dan Seeram (2010), patokan

kecukupan konsumsi kalori manusia sekitar 2000 kkal.Menurut

Americans dietary guidelines (2015) perkiraan kebutuhan kalori laki-

laki dewasa sebanyak 2000 – 3000 kalori perhari sedangkan untuk

perempuan dewasa sebanyak 1600 – 2000 kalori.

Kementrian Kesehatan RI mengatur jumlah kalori dan beberapa

nutrisi lainnya yang secara ideal harus dikonsumsi oleh masing-masing

individu dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2013

(Tabel 2.1).

Page 18: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

13

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi

Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Kebutuhan kalori (kkal)

Laki-laki 10-12 tahun 34 142 2100 13-15 tahun 46 158 2475 16-18 tahun 56 165 2675 19-29 tahun 60 168 2725 30-49 tahun 62 168 2625 50-64 tahun 62 168 2325 65-80 tahun 60 168 1900 80+ tahun 58 168 1525 Perempuan 10-12 tahun 36 145 2000 13-15 tahun 46 155 2125 16-18 tahun 50 158 2125 19-29 tahun 54 159 2250 30-49 tahun 55 159 2150 50-64 tahun 55 159 1900 65-80 tahun 54 159 1550 80+ tahun 53 159 1425

(Permenkes No 75 Tahun 2013)

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Asupan Kalori

Menurut Americans dietary guidelines (2015) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi jumlah total asupan kalori setiap individu

yaitu sebagai berikut:

a) Usia

Kebutuhan kalori setiap individu pada semua jenis kelamin akan

mencapai puncaknya pada dekade kedua dan akan mulai

mengalami penurunan setelahnya. Pada usia muda dan anak-anak

kebutuhan kalori lebih tinggi dibandingkan dengan usia tua, hal ini

berkaitan dengan kebutuhan energi pada usia muda dan anak yang

lebih tinggi untuk proses pertumbuhan. Sedangkan pada usia tua

Page 19: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

14

kebutuhan kalori menurun berkaitan dengan basal metabolic rate

(BMR) yang menurun akibat proses penuaan (FAO).

b) Jenis Kelamin

Jumlah total asupan kalori berbeda antara laki-laki dengan

perempuan pada semua usia, total asupan kalori pada laki-laki lebih

tinggi dibandingkan dengan perempuan pada semua sumber energi

baik karbohidrat, protein maupun lemak.

c) Faktor Lingkungan

Salah satu faktor lingkungan adalah suhu lingkungan sekitar. Suhu

lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap total kebutuhan

kalori seseorang, tinggi dan rendahnya suhu suatu lingkungan dapat

meningkatkan kebutuhan kalori.

d) Tingkat Aktivitas Fisik atau Pengeluaran Energi

Berat ringannya aktivitas fisik yang dilakukan setiap individu

berpengaruh terhadap total kebutuhan energi. Pada individu dengan

aktivitas fisik yang berat misalnya seperti pada seorang pelari jarak

jauh, total kebutuhan kalorinya juga meningkat berbeda dengan

individu dengan aktivitas fisikyang ringan.

2.2.3 Asupan Kalori Berlebih

Asupan kalori yang berlebih dipandang sebagai satu hal yang

membahayakan kesehatan (Wilcox, D.Craig et al., 2009). Oleh karena

itu panduan asupan kalori yang dikeluarkan oleh United State

Department of Agriculture (USDA) menyarankan agar lebih memilih

Page 20: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

15

makanan atau snack yang memiliki nilai nutrisi tinggi tapi pada level

rendah atau sedang pada jumlah kalorinya (USDA, 2015). Hal ini

ditujukan untuk mengurangi beberapa risiko yang dapat disebabkan

akibat jumlah asupan kalori berlebih, seperti diabetes melitus,

penyakit kardiovaskular dan kanker (Mohammadi, Mustafa et al.,

2014).

Permasalahan pada asupan nutrisi yang banyak dialami orang

dewasa adalah konsumsi serat, kalsium, magnesium, potassium dan

antioksidan vitamin A, vitamin C dan vitamin E yang rendah. Jenis

makanan yang banyak dikonsumsi saat ini adalah makanan yang

banyak mengandung lemak, gula dan garam. Terlebih, banyak

mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori tinggi dan kadar

nutrisi rendah dapat menyebabkan inflamasi kronis, menurunkan

resistensi insulin, berbagai kelainan metabolik, obesitas, hipertensi

dan dislipidemia (Wilcox, D.Craig et al., 2009).

Peningkatan asupan kalori sebesar 2.9 kali dapat meningkatkan

risiko terjadinya penyakit, bahkan peningkatan asupan kalori sebesar 3

kali lipat dapat menyebabkan risiko terjadinya kematian pada hewan

coba (Colman, R.J. 2009). Oleh karena itu, overeating atau asupan

kalori berlebih dapat menjadi faktor risiko nongenetik meningkatnya

angka morbiditas dan mortalitas (Stote, Kim S 2007).

Percobaan yang dilakukan oleh Boden et al. (2015)

membuktikan adanya peningkatan volume sel adiposa, stress oksidatif

Page 21: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

16

dan meningkatnya jumlah mediator inflamasi setelah dilakukan

percobaan dengan memberikan kalori sebesar 6000kkal pada pria

sehat.

2.2.4 Asupan Kalori Kurang dari 100%

Asupan kalori dibawah 100% dapat dicapai dengan mengurangi

kuantitas makanan yang dikonsumsi seseorang atau dengan

mengurangi frekuensi makan seperti yang dilakukan umat muslim

pada bulan Ramadhan. Berpuasa pada bulan Ramadhan dilakukan

dengan mengurangi frekuensi makan, yang semulanya 3 kali dalam

sehari, kini dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada saat sahur dan

berbuka. Hal ini menunjukkan jumlah asupan kalori yang lebih rendah

dibandingkan dengan saat tidak berpuasa. (Trabelsi, Khaled et al.,

2011)

Restriksi kalori merupakan pengurangan jumlah kalori sebesar

20-40% dari jumlah kalori normal yang dibutuhkan dalam

sehari.Pengurangan jumlah asupan kalori dalam batas tersebut dapat

menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular melalui

penurunan kadar kolestrol, trigliserid, tekanan darah dan ketebalan

tunika intima arteri karotis (Trepanowski et al.,2011).

Restriksi kalori dan berpuasa merupakan dua metode yang dapat

menurunkan risiko terjadinya penyakit-penyakit kronis dan kanker.

Pada eksperimen CALERIE (Comprehensive Assessment of Long-

Term Effects of Reducing Calorie Intake) yang dilakukan oleh Tufts

Page 22: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

17

University, Pennington Biomedical Research Center dan Washington

University menunjukkan bahwa eksperimen yang dilakukan di

Pennington dengan restriksi kalori sebesar 25% selama 6 bulan dapat

menurunkan BMI sebesar 10%, penurunan yang signifikan pada suhu

basal, lemak jenuh, jaringan adiposa viseral, jaringan adiposa

subkutan, ukuran sel adiposa dan meningkatnya sensitifitas insulin.

Sedangkan di Universitas Washington, restriksi kalori sebesar 20%

dapat menurunkan berat badan, lemak viseral, leptin, glukosa dan

sensitifitas insulin (Holloszy, John.O dan Luigi Fontana 2007).

2.2.5 Variasi Asupan Kalori

Variasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

merupakan perubahan atau tindakan merubah sesuatu dari keadaan

semula ke bentuk lain. Variasi asupan kalori adalah perubahan jumlah

kalori yang dikonsumsi, dapat berupa peningkatan jumlah kalori

maupun penurunan jumlah kalori dari kadar normal yang dibutuhkan.

Variasi asupan kalori dapat dilakukan dengan memodifikasi

jumlah kalori yang dikonsumsi dan melakukan modifikasi pada

frekuensi makan, seperti saat berpuasa pada bulan Ramadhan

(Trabelsi, Khaled et al., 2011).

Restriksi kalori sebesar 20% dapat memodulasi fungsi adipokin

dalam mencegah terjadinya agregasi trombosit dan penurunan kadar

IL-6 pada penyakit aterosklerosis (Kroeger et al., 2012). Restriksi

kalori 40% diketahui juga dapat menurunkan kadar IL-6 sebagai

Page 23: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

18

prediktor independen yang baik pada penyakit aterosklerosis (You et

al., 2007). Beberapa penilitian tersebut menjadi dasar penentuan dosis

restriksi kalori pada penelitian ini sehingga ditetapkan dosis restriksi

kalori adalah 60% dan 40% dengan kontrol adalah kelompok dengan

asupan kalori sebesar 100%.

Restriksi kalori dalam bentuk puasa dapat dilakukan selama 7

hari, 21 hari dan 60 hari (Faris, Aet al., 2012).Restriksi kalori dalam

bentuk puasa yang dilakukan dengan membandingkan kadar

malondialdehyde (MDA) sebagai marker stress oksidatif pada

kelompok puasa dengan restriksi kalori 30% dan kelompok puasa

dengan total asupan kalori 140% menunjukkan kadar MDA yang lebih

rendah pada kelompok puasa dengan restriksi kalori 30% (Tyagita,

Nasihun, & Sumarawati, 2016).Durasi restriksi kalori juga dapat

dilakukan selama 2 minggu atau 14 hari (Bosutti, Alessandra et at.,

2008).

Penelitian mengenai peningkatan asupan kalori di atas 100%

pernah beberapa kali dilakukan. Pemberian asupan kalori sebesar

120% meningkatkan kadar lipid yang kemudian terakumulasi di

hepatosit dan sel adiposa (Takasaki et al., 2012). Peningkatan asupan

kalori sebesar 40% atau pemberian asupan sebesar 140% kalori dapat

meningkatkan ekspresi faktor inflamasi yaitu Nf-kB (Johannsen et al.,

2014). Penelitian tersebut menjadi dasar penentuan dosis

overfeedingpada penelitian ini.

Page 24: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

19

2.2.6 Asupan Kalori dan Genetik

Nutrisi dan genetik memiliki peran penting bagi kesehatan

manusia, khususnya dalam perkembangan beberapa penyakit

degeneratif seperti kanker, osteoporosis, diabetes melitus dan penyakit

kardiovaskuler (Fenech, Michael et al., 2011).Perkembangan

teknologi saat ini mampu memberikan penjelasan mengenai

keterkaitan antara nutrisi dan genetik yang selajutnya disebut dengan

nutrigenomik dan nutrigenetik (Berna, Genoeveva et al., 2014).

Nutrigenomik mempelajari bagaimana gen berinteraksi dengan

nutrisi. Ilmu ini juga menjelaskan bagaimana DNA dan kode genetik

yang ada pada manusia mempengaruhi kebutuhannya terhadap jumlah

dan jenis nutrisi tertentu. Nutrigenetik menjelaskan perbedaan

individu yang satu dengan yang lainnya pada level genetik dalam

memengaruhi responnya terhadap diet (Garg, Rohin et al., 2014).

Percobaan terkait nutrigenomik dan nutrigenetik dilakukan

dengan mengukur ekspresi gen pada saat dilakukan perubahan pola

diet. Ketika gen diekspresikan, kode genetik DNA akan ditranskripsi

menjadi mRNA setelah melalui proses saat mRNA digunakan untuk

mentranslasi kode genetik menjadi asam amino. Pada prinsipnya,

ekspresi gen dapat diukur dengan menghitung banyaknya jumlah

protein atau mRNA (Mariman, Edwin CM 2012).

Contoh penyakit yang berkaitan dnegan nutrigenetik adalah

intoleransi laktosa, di mana terdapat adanya gangguan gen laktosa

Page 25: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

20

sehingga menyebabkan defisiensi enzim laktase. Berdasarkan hal

tersebut, menghindari makanan yang mengandung laktosa menjadi

cara untuk mencegah gangguan pencernaan (Thunders, Michelle et

al., 2013).

Pada tingkat selular, nutrisi dapat memengaruhi genetik melalui

beberapa cara. Pertama, nutrisi berperan langsung sebagai ligan untuk

reseptor faktor transkripsi.Kedua, nutrisi memengaruhi ekspresi gen

memlalui substrat yang dihasilkan pada saat metabolism.Ketiga,

nutrisi memengaruhi jalur sinyal traskripsi (Garg, Rohin et al., 2014).

2.2.7 Komposisi Diet

Komposisi dalam diet dapat memengaruhi banyak hal, yang

dimana dalam penelitian ini dapat mengaruhi proses terbentuknya

ROS maupun kadar IL-6 serum. Beberapa di antaranya adalah :

a) Glukosa

Konsumsi glukosa berlebih menyebabkan hiperglikemia dapat

meningkatkan kadar lemak bebas, menyebabkan aktivasi

leukosit, sel T dan meningkatkan pembentukan ROS. Aktivasi

leukosit dan sel T akan menyebabkan peningkatan sintesis

sitokin proinflamasi (Kitabchi, Abbas E et al., 2013).

b) Protein

Konsumsi protein dalam jumlah yang tinggi dapat menekan

rasa lapar dan memberikan rasa kenyang yang lebih dibanding

dengan nutrisi lain dengan jumlah kalori yang sama. Protein

Page 26: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

21

juga memiliki manfaat yang lebih banyak dibandingkan

dengan glukosa dalam beberapa hal, diantaranya adalah fungsi

sel B, stress oksidatif, faktor resiko kardiovaskuler dan

peroksidasi lipid (Kitabchi, Abbas E et al., 2013).

c) Vitamin

Vitamin D mengatur respon imun pada manusia melalui

modulasi pada sel dendritik dalam menghasilkan sitokin

proinflamasi.Vitamin D juga dapat mengatur sekresi TNF-

alfa, IL-6 dan IL-23 yang dihasilkan dari monosit (Sommer,

Andrea & Mario Fabri 2015).Vitamin C dan vitamin E dapat

berperan sebagai antioksidan eksogen yang mampu mencegah

terjadinya stress oksidatif (Poljsak, Borut et al., 2013).

d) Mineral

Mineral berperan dalam tubuh untuk metabolisme sel dan

memiliki peran penting dalam sintesis DNA dan respirasi sel.

Besi merupakan salah satu contoh mineral yang sangat

dibutuhkan tubuh, namun besi dapat menyebabkan

terbentuknya ROS melalui reaksi Fenton dan menyebabkan

kerusakan dan kematian sel apabila dikonsumsi dalam jumlah

yang berlebihan (Bystrom, Laura M et al., 2012).

2.3 Hewan Coba

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah

tikus. Diketahui bahwa tikus (Rattus norvegicus) memiliki sifat mudah

Page 27: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

22

dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai

penelitian

Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600

gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan

badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari

20-23 mm. Terdapat tiga galur atau varietas tikus dengan ciri tertentu yang

biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu galur Sprague dawley

berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari

badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih

pendek, dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan

memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan.

Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague dawley

berjenis kelamin jantan berumur kurang lebih 2 bulan. Tikus Sprague dawley

dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang

sangat berfluktuasi pada saat beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan

memberikan respon yang berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian

(Akbar, 2010). Penggunaan tikus sebagai hewan coba juga dikarenakan tikus

memiliki kesamaan dengan manusia pada penyakit dan metabolismenya (Lee

and Min, 2013).

2.4 Hubungan Variasi Asupan Kalori dan Interleukin-6

Asupan kalori berlebih dapat menyebabkan stress oksidatif yang

diakibatkan oleh peningkatan pembentukan ROS (Reactive Oxygen Species).

ROS dihasilkan dari transport elektron di mitokondria yang menghasilkan

Page 28: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

23

anion superoksida(O2) melalu reduksi molekul oksigen. Superoksida

kemudian dikatalis oleh superoxide dismutase (SOD) menjadi produk

hidrogen peroksida (H2O2) yang kurang reaktif.Ketika hidrogen peroksida

bertemu dengan molekul besi terbentuklah ROS yang paling reaktif, yaitu

hidroksil radikal (OH-) (Noori, Shafaq 2012).Dalam patogenesis

aterosklerosis, ROS berperan dalam kerusakan membran sel, kematian sel dan

inflamasi yang ditandai dengan disekresinya interleukin-6 (Lin, Yu-Hsuan et

al., 2017).ROS menyebabkan inflamasi melalui aktivasinecrosis factor

kB(NF-kB)yang menyebabkan peningkatan sekresi protein bioaktif sebagai

bahan pembentuk IL-6 (Naik, Edwina dan Vishva M.Dixit, 2011). Inflamasi

juga dapat menyebabkan meningkatnya produksi ROS melalui peningkatan

jumlah sel PMN pada saat terjadi inflamasi (Mittal, Manish et al.,2014).

Peningkatan volume sel adiposit akibat asupan kalori berlebih dapat

menghasilkan 25% interleukin-6 sistemik dan menghasilkan senyawa

biokimia yaitu adipokin yang dapat menginduksi produksi ROS.Peningkatan

kadarROS dapat menyebabkan stress oksidatif apabila tidak diimbangi

dengan adanya enzim antioksidan seperti katalase (CAT), superoksida

dismutase (SOD) dan glutation peroksidase (GPx).Stress oksidatif juga dapat

dicegah melalui antioksidan non-enzimatik seperti vitamin E, vitamin C,

karotenoid, flavonoid dan lain-lain (Andresscu dan Hepel, 2011).Peningkatan

kadar interleukin-6 juga dapat mempengaruhi toleransi glukosa melalui

pengaturan pada visfatin (Rahmawati, Ana 2014).

Page 29: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

24

2.5 Kerangka Teori

- Kadar protein

- Jumlah sel T helper

- Kadar TNF-alfa

Kadar lemak

Jumlah sel adiposa

Jumlah Asupan Kalori

Kadar IL-6

Kadar ROS

NF-kB

Kadar protein bioaktif

- Usia - Jenis Kelamin - Faktor

Lingkungan

Status inflamasi

Jumlah antioksidan

Komposisi diet

Page 30: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

25

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah variasi asupan kalori

berpengaruh terhadap kadar interleukin-6 serum tikus jantan galur Sprague

Dawley.

Variasi Asupan Kalori

Kadar Interleukin-6

Page 31: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

6

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan penelitian post

test only control group design.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel

3.2.1.1. Variabel bebas

Variasi asupan kalori

3.2.1.2. Variabel tergantung

Kadar interleukin-6

3.2.2 Definisi Operasional

3.2.2.1. Variasi Asupan Kalori

Variasi asupan kalori adalah asupan kalori dengan

jumlah kalori yang dikonsumsi sebesar 6 gram, 8 gram, 10

gram, 12 gram dan 14 gramyang diberikan melalui sonde.

Skala:ordinal

3.2.2.2. Kadar Interleukin-6

Kadar interleukin-6 adalah jumlah interleukin-6 dalam

serum sebagai sitokin pro-inflamasi yang kadarnya diukur

dengan metode ELISA menggunakan sampel berupa

serumdan hasilnya dinyatakan dalam pg/mL.

Page 32: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

27

Skala: rasio

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah tikus jantan galur Sprague

dawleyyang dipelihara diLaboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi

Pusat Antar Universitas (PAU) Universitas Gadjah Mada.

3.3.2 Sampel penelitian

Menurut WHO, besar sampel untuk penelitian eksperimental

menggunakan hewan coba minimal 5 ekor tiap kelompok perlakuan

untuk menghindari lost of followtiap kelompok ditambah 1 ekor tikus

sehingga dalam setiap kelompok terdapat 6 ekor tikus sebagai sampel.

Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus jantan

Sprague dawley.Sampel diambil secara random sesuai dengan kriteria

inklusi.

3.3.2.1 Kriteria Inklusi Hewan Coba

a. Tikus berumur 3 bulan

b. Berat badan ±200 gram.

c. Bergerak aktif

d. Tidak terlihat abnormalitas anatomi

3.3.2.2 Kriteria Drop Out

a. Tikus mati

b. Tikus sakit

Page 33: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

28

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

3.4.1.1 Tiga puluh kandang tikus individu

3.4.1.2 Sonde

3.4.1.3 Tempat minum

3.4.1.4 Timbangan berat badan

3.4.1.5 Timbangan makanan

3.4.1.6 Spuit untuk pengambilan sampel darah

3.4.1.7 ELISA kit

3.4.2 Bahan

3.4.2.1 Makanan Hewan Coba

a. Makanan tikus menggunakan formulasi pakan tikus AIN-

93M dengan komposisi sebagai berikut (g/kg diet)

Tabel 3.1.Komposisi Pangan AIN 93-M

BAHAN (g/kg diet)

Cornstarch Casein (>85% protein) Dextrinized cornstrarch (90-94% tetrasaccharides) Sucrose Soybean oil (no additives) Fiber Mineral mix (AIN-93G-MX) Vitamin mix (AIN-93-VX) L-cystine Choline bitartrate Tert-Butylhydroquinone (TBHQ)

465.992 140.000 155.000

100.000

40.000 50.000 35.000 10.000

1.800 2.500 0.008

(Reeves, Philip G et al., 1993)

Page 34: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

29

b. Kalori yang diperlukan manusia dengan berat 70 kg

dalam sehari adalah 2000 kkal/hari untuk yang

beraktivitas sedang. Jumlah kalori manusia dewasa ini

kemudian dikonversi untuk tikus dengan berat 200 gram,

menghasilkan 0,018 (Laurence dan Bacharach, 1964).

Dari perhitungan ini, didapatkan jumlah kalori yang

dikonsumsi tikus dengan berat 200 gram adalah 36

kkal/hari. Untuk pakan AIN-93M, 1 gram nya

menghasilkan 3,6 kkal, sehingg jumlah pakan tikus

(100%) sebesar 10 gram (Reeves, Philip G et al., 1993).

c. Makanan pada kelompok 1 dengan jumlah kalori 60%,

yaitu sebanyak 6 gram per hari diberikan melalui sonde.

d. Makanan pada kelompok 2 dengan jumlah kalori 80%,

yaitu sebanyak 8 gram per hari diberikan melalui sonde.

e. Makanan pada kelompok 3 dengan jumlah kalori 100%,

yaitu sebanyak 10 gram per hari diberikan melalui sonde.

f. Makanan pada kelompok 4 dengan jumlah kalori 120%,

yaitu sebanyak 12 gram per hari diberikan melalui sonde.

g. Makanan pada kelompok 5 dengan jumlah kalori 140%,

yaitu sebanyak 14 gram per hari diberikan melalui sonde.

h. Air minum diberi ad libitum 24 jam pada kelompok 1-5.

Page 35: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

30

3.5 Cara Penelitian

3.5.1 Adaptasi Hewan Coba

3.5.1.1 Tikus jantan Sprague dawley sebanyak 30 ekor diseleksi

sesuai kriteria inklusi penelitian.

3.5.1.2 Tikus terpilih diadaptasi dalam kandang individual selama 1

minggu.

3.5.1.3 Tiga puluh tikus yang memenuhi kriteria

inklusidirandomisasi dan dialokasi sesuai kelompok secara

individual.

3.5.2 Randomisasi dan Pembagian Kelompok

3.5.2.1 Tikus yang memenuh kriteria inklusi dan sudah melalui

proses adaptasi dibagi ke dalam 5 kelompok.

3.5.2.2 Kelompok 1 yaitu kelompok tikus dengan diet AIN-93M

sebesar 60% (6 gram) per hari.

3.5.2.3 Kelompok 2 yaitu kelompok tikus dengan diet AIN-93M

sebesar 80% (8 gram) per hari.

3.5.2.4 Kelompok 3 yaitu kelompok tikus dengan diet AIN-93M

sebesar 100% (10 gram) per hari.

3.5.2.5 Kelompok 4 yaitu kelompok tikus dengan diet AIN-93M

sebesar 120% (12 gram) per hari.

3.5.2.6 Kelompok 5 yaitu kelompok tikus dengan diet AIN-93M

sebesar 140 % (14 gram) per hari.

Page 36: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

31

3.5.3 Pemberian Pakan

3.5.3.1 Semua kelompok diberi pakan AIN-93M dengan jumlah

masing-masing 6 gram, 8 gram, 10 gram, 12 gram dan 14

gram per hari melalui sonde.

3.5.3.2 Perlakuan dilakukan selama 14 hari.

3.5.4 Pengambilan Sampel Darah

3.5.4.1 Pada hari ke 15, semua tikus ditimbang berat badannya.

3.5.4.2 Sampel serum untuk pemeriksaan dengan metode ELISA

diambil melalui sinus orbitalis.

3.5.5 Pemeriksaan IL-6 dengan Metode ELISA Rat IL-6 Immunoassay

3.5.5.1 Sampel diperiksa dengan metode ELISA Rat IL-6

Immunoassay

3.5.5.2 Pembacaan kadar IL-6 dilakukan dengan panjang gelombang

450nm.

3.6 Tempat dan Waktu

3.6.1 Tempat : Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi Pusat Antar

Universitas (PAU) Universitas Gadjah Mada

3.6.2 Waktu : 30 Oktober 2017 sampai dengan 20 November 2017

Page 37: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

32

3.7 Alur Penelitian

3.8 Analisis Data

Data dari hasil pengukuran kadarIL-6 masing-masing tikus dimasukkan

dalam tabel kemudian dilakukan analisa statistik menggunakan uji analisa

deskriptif.Data yang terkumpul dari hasil penelitian dianalisis menggunakan

komputer program SPSS 20 for windows. Uji yang pertama kali dilakukan

adalah uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk karena skala data rasio dan

jumlah subjek <50 selanjutnya dilakukan Levene’s test. Hasil kedua uji

tersebut menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen sehingga

dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dan Post hocBonferroni. Tingkat

30 ekor tikus jantan Sprague dawley(12

minggu)

Adaptasi selama 1 minggu

K1. 6 ekor Tikus diet 60% kalori

melalui sonde

K2. 6 ekor Tikus diet 80% kalori

melalui sonde

K3. 6 ekor Tikus diet

100% melalui sonde

K4. 6 ekor Tikus diet

120% melalui sonde

Diperiksa kadar IL-6 hari ke-15

K5. 6 ekor Tikus diet

140% melalui sonde

Randomisasi

Page 38: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

33

kemaknaan yang digunakan untuk uji hipotesis adalah 5% (p < 0,05) (Dahlan,

2014).

Page 39: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Studi Gizi dan Pangan Pusat Antar

Universitas (PAU) Universitas Gadjah Mada pada tanggal 30 Oktober 2017

sampai dengan 20 November 2017. Penelitian ini memiliki rancangan post-

test only control group design. Perlakuan dilakukan terhadap 30 ekor tikus

jantan galur Sprague dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan

secara random sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus.

Adaptasi sebelum perlakuan dilakukan selama seminggu

Kelompok kalori 60% diberi asupan kalori sejumlah 6 gram melalui

sonde, kelompok kalori 80% diberi asupan kalori sejumlah 8 gram melalui

sonde, Kelompok kalori 100% diberi asupan kalori sejumlah 10 gram

melalui sonde, kelompok kalori 120% diberi asupan kalori sejumlah 12

gram melalui sonde dan kelompok kalori 140% diberi asupan kalori

sejumlah 14 gram melalui sonde. Perlakuan dan pemberian pakan sesuai

dosis masing-masing kelompok dilakukan selama 14 hari, kemudian di hari

ke-15 dilakukan pengambilan sampel darah melalui sinus orbitalis dan

dilakukan pengukuran kadar IL-6 serum dengan metode ELISA. Hasil

pengukuran kadar IL-6 dengan ELISA dapat dilihat pada tabel 4.1.

Page 40: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

35

Tabel 4.1. Rerata Kadar IL-6, hasil uji Shapiro-wilk, Levene’s test dan uji one-way ANOVA

Kalori 60% Kalori80% Kalori 100% Kalori120% Kalori 140% Rerata kadar IL-6 (pg/ml)

93,61±8,51 68,91±7,56 53,83±5,42 126,70±15,46 151,40±7,74

Uji Shapiro-wilk

0,868 0,868 0,868 0,868 0,868

Levene’s test 0,063 Uji ANOVA 0,000

Gambar 4.1 menunjukkan rerata kadar IL-6 serum terendah (53,83

pg/ml) pada kelompok kalori 100%, diikuti kelompok kalori 80% (68,91

pg/ml) , kelompok kalori 60% (93,61 pg/ml), kelompok kalori 120% (126,70

pg/ml) dan rerata kadar IL-6 tertinggi (151,40 pg/ml) pada kelompok kalori

140%.

Gambar 4.1. Rerata kadar IL-6

93,61±8,51

68,91±7,56

53,83±5,42

126,7±15,46

151,4±7,74

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Kalori 60% Kalori 80% Kalori 100% Kalori 120% Kalori 140%

Rer

ata

kad

ar I

L-6

(pg

/ml)

Page 41: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

36

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar IL-6

signifikan atau tidak. Sebelum dilakukan uji analisa statistik, perlu dilakukan

uji normalitas dan uji homogenitas dengan hasil dapat dilihat pada tabel 4.1.

Uji normalitas dilakukan dengan Shapiro-wilk karena jumlah sampel < 50 dan

uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s test (Dahlan, 2014).

Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk menunjukkan nilai p=0,868

untuk kelompok kalori 60%, p=0,463 untuk kelompok kalori 80% p=0,963

untuk kelompok kalori 100%, p=0,415 untuk kelompok kalori 120%, p=0,755

untuk kelompok kalori 140% sehingga data untuk semua kelompok

terdistribusi normal (Shapiro-Wilk p>0,05). Uji homogenitas menunjukkan

nilai p=0,063 yang menunjukkan bahwa data homogen (Levene’s test

p>0,05). Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk dan Levene’s test ,maka syarat

uji parametrik terpenuhi. Selanjutnya dilakukan uji One-way ANOVAdan

didapatkan hasil p=0,000yang berarti terdapat perbedaan kadar IL-6 secara

signifikan antar kelompok (p<0,05), maka hipotesis kerja penelitian ini dapat

diterima. Nilai p<0,05menunjukkan ada pengaruh variasi asupan kalori

terhadap kadar IL-6 setidaknya antara dua kelompok. Untuk mengetahui

kelompok perlakuan mana yang berbeda secara signifikan dilakukan uji post-

hoc Bonferroni (Dahlan, 2014).Hasil uji post-hoc Bonferroni tertera pada

tabel 4.2.

Page 42: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

37

Tabel 4. 2. Hasil Uji post-Hoc Bonferroni

Kalori 60%

Kalori 80%

Kalori 100%

Kalori 120%

Kalori 140%

Kalori 60% - 0,010 0,000 0,000 0,0000

Kalori 80% 0,010 - 0,115 0,000 0,000

Kalori 100% 0,000 0,115 - 0,000 0,000

Kalori 120% 0,000 0,000 0,000 - 0,001

Kalori 140% 0,000 0,000 0,000 0,001 -

Kadar IL-6 pada kelompok kalori 60% jika dibandingkan dengan

kelompok kalori 80% lebih tinggi secara signifikan (p=0,001), begitu juga

jika dibandingkan dengan kelompok kalori 100% lebih tinggi secara

signifikan (p=0,000). Jika kelompok kalori 60% dibandingkan dengan

kelompok kalori 120%, lebih rendah secara signifikan (p=0,000) dan secara

secara statistik kelompok kalori 60% juga lebih rendah secara signifikan

(p=0,000) jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140%.

Kadar IL-6 pada kelompok kalori 80% lebih rendah secara signifikan

jika dibandingkan dengan kelompok kalori 120% (p=0,000) juga lebih rendah

secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140% (p=0,000).

Namun, kadar IL-6 pada kelompok kalori 80% tidak berbeda secara

signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kalori 100% (p=0,115).

Kadar IL-6 pada kelompok kalori 100% lebih rendah secara signifikan

jika dibandingkan dengan kelompok kalori 120% (p=0,000) juga lebih rendah

scara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140% (p=0,000).

Page 43: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

38

Jika dibandingkan dengan kelompok kalori 140%, kadar IL-6 kelompok

kalori 120% lebih rendah secara signifikan (p=0,001).

Dari uraian di atas, terdapat perbedaan kadar IL-6 yang signifikan

antar semua kelompok perlakuan kecuali antara kelompok kalori 80% dan

kelompok kalori 100%.

4.2. Pembahasan

Kadar IL-6 tertinggi terdapat pada kelompok kalori 140% dengan

rerata 151,40±7,74 pg/ml diikuti kelompok kalori 120% dengan rerata

126,70±15,46pg/ml. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Johannsen et al (2014) yang menyatakan peningkatan asupan kalori sejumlah

40% selama 8 minggu menyebabkan peningkatan ukuran sel adiposa dan

kadar IL-6. Penelitian lain menyatakan asupan kalori di atas kebutuhan

normal, sebesar 2,5 kali di atas normal, dapat menyebabkan peningkatan

kadar IL-6 di hari ke dua pemberian perlakuan (Boden et al., 2015).

Peningkatan asupan kalori di atas kebutuhan normal dapat

menyebabkan peningkatan ukuran sel adiposa (Skurk,Tet al.,2007).

Hipertrofi sel adiposa dapat menimbulkan respon inflamasi melalui beberapa

cara. Pertama, hipertrofi sel adiposa dapat menyebabkan peningkatan sekresi

sitokin pro inflamasi seperti IL-6.Kedua, hipertrofi sel adiposa dapat

menyebabkan terjadinya hipoksia sel oleh karena defisiensi vasculature di

jaringan. Hipoksia selanjutnya akan menimbulkan respon inflamasi melalui

sekresi beberapa sitokin pro inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1 dan IL-6 (Choe

et al., 2016). Adanya IL-6 sebagai penanda respon inflamasi dapat

Page 44: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

39

menyebabkan hilangnya sifat protektif NO pada endotel vaskular sehingga

dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis (Setiati, Alwi, & Sudoyo, 2014)

Asupan kalori berlebih dapat meningkatkan produksi ROS sehingga

dapat menyebabkan peningkatan kadar IL-6. ROS dihasilkan dari transport

elektron di mitokondria yang menghasilkan anion superoksida(O2) melalu

reduksi molekul oksigen. Superoksida kemudian dikatalis oleh superoxide

dismutase (SOD) menjadi produk hidrogen peroksida (H2O2) yang kurang

reaktif.Ketika hidrogen peroksida bertemu dengan molekul besi terbentuklah

ROS yang paling reaktif, yaitu hidroksil radikal (OH-). Produk ROS yang

dihasilkan dapat berupa superoksida, hidrogen peroksida dan hidroksil radikal

(Mittal et al., 2014). ROS menyebabkan inflamasi melalui aktivasi necrosis

factor kB (NF-kB) yang menyebabkan peningkatan sekresi protein bioaktif

sebagai bahan pembentuk IL-6 (Naik, Edwina dan Vishva M.Dixit, 2011).

Kadar IL-6 pada kelompok kalori 60% dengan rerata 93,61±8,51

pg/ml lebih tinggi dibandingkan dengan kelmpok kalori 80% yang memiliki

rerata 68,91±8,51 pg/ml. Kadar IL-6 pada kedua kelompok tersebut

menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok

kalori 120% dan kelompok kalori 140%.

Rerata kadar IL-6 serum pada kelompok kalori 60% dan kelompok

kalori 80%lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan You et al., (2007)

yang menyatakan bahwa kadar IL-6 pada kelompok restriksi kalori 40%

berbeda dengan kelompok yang diberi makan dengan jumlah kalori normal.

Page 45: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

40

Hal ini dikarenakan durasi restriksi kalori yang dilakukan oleh You et al.,

(2007) disertai juga oleh peningkatan aktivitas. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian restriksi kalori lain yang menyatakan terdapat penurunan

kadar IL-6 setelah dilakukan restriksi kalori selama 2 minggu (Ling, Pei-Ra

& Bruce R. Bistrian, 2009). Berdasarkan penelitian Tomiyama et al. (2010),

yang menyatakan bahwa asupan kalori kurang dari 100% meningkatkan kadar

kortisol. Peningkatan kadar kortisol akan mengaktivasi reseptor glukortikoid

di hepar sehingga menyebabkan glukoneogenesis yang berakibat pada

peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia (Broderick, Tom L. 2017).

Asupan kalori kurang dari 100% menyebabkan ketidakseimbangan

homeostasis, merangsang aksis hypothalamic pituitary adrenal (HPA) yang

meningkatkan kadar hormon kortisol sehingga meningkatkan sekresi dari

sitokin proinflamasi(Mileva et al., 2017 ; Levay et al., 2010). Restriksi kalori

berlebih juga dapat menyebabkan kerusakan hepatosit akibat radikal bebas

dan meningkatnya peroksidasi lipid di hepar yang mengakibatkan

peningkatan kadar MDA (Stankovic et al., 2015). Peningkatan kadar radikal

bebas ini nantinya akan mengaktifkan NF-kB dan menginduksi sekresi IL-6

(Endang & Sukma, 2016).

Pada uji post-Hoc tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara

kadar IL-6 pada kelompok kalori 80% dan kelompok kalori 100%. Hal ini

dapat diakibatkan oleh karena tikus pada kelompok kalori 80% masih dapat

mentoleransi dosis restriksi kalori yang diberikan sehingga tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada hasil perhitungan interleukin-6.

Page 46: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

41

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu tidak dilakukan perhitungan

persentase lemak tubuh sehingga tidak diketahui dengan pasti penyebab

peningkatan IL-6 pada kelompok asupan kalori di bawah kebutuhan normal.

Page 47: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Variasi asupan kalori berpengaruh terhadap kadar interleukin-6

5.1.2 Rerata kadar interleukin-6 serum pada kelompok tikus jantan galur

Sprague dawley yang diberi asupan kalori 60% adalah 93,61 pg/ml.

5.1.3 Rerata kadar interleukin-6serum pada kelompok tikus jantan galur

Sprague dawley yang diberi asupan kalori 80% adalah 68,91 pg/ml.

5.1.4 Rerata kadar interleukin-6serum pada kelompok tikus jantan galur

Sprague dawley yang diberi asupan kalori 100%adalah 53,83 pg/ml.

5.1.5 Rerata kadar interleukin-6serum pada kelompok tikus jantan galur

Sprague dawley yang diberi asupan kalori 120% adalah 126,70

pg/ml.

5.1.6 Rerata kadar IL-6 serum pada kelompok tikus jantan galur Sprague

dawley yang diberi asupan kalori 140% adalah 151,40 pg/ml.

5.1.7 Terdapat perbedaan kadar IL-6 serum yang signifikan antar semua

kelompok kecuali antar kelompok kalori 80% dan kelompok kalori

100%

5.2 Saran

5.2.1 Melakukan pengukuran persentase lemak tubuh untuk mengetahui

korelasinya dengan kadar IL-6 pada perlakuan dengan variasi asupan

kalori.

Page 48: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

43

5.2.2 Melakukan pengukuran kadar hormon kortisol untuk mengetahui

respon stress.

Page 49: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

44

DAFTAR PUSTAKA

Abbas K A., Licthman A H.,Pillai S. 2007. Cellular and Molecular Immunology Sixth Edition.Philadelphia : W.B.Saunders Company, 43-46.

Akbar, B. 2010. Tumbuhan Dengan Senyawa Aktif Yang Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. 1st edn. Jakarta: Adabia Press, 4-5

Aksungar FB, Topkaya AE, Akyildiz M. 2007. Interleukin-6, C-reactive protein and biochemicalparameters during prolongedintermittent fasting.Ann NutrMetab. ;51:188–95.

Anwar, M. A., Tayyab, M. A., Kashib, M., & Afzal, N. 2016. Paper Based Vs Conventional Enzyme Linked Immuno- Sorbent Assay : A Review of Literature. International Clinical Pathology Journal, 3(4), 79–81. https://doi.org/10.15406/icpjl.2016.03.00079

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Bales, C. W., & Kraus, W. E. 2014. Caloric Restriction : Implications for Human Cardiometabolic Health. National Institute of Health, 33(4), 201–208. https://doi.org/10.1097/HCR.0b013e318295019e.Caloric

Boden, G., Homko, C., Barrero, C. A., Stein, P., Chen, X., Cheung, P., … Merali, S. 2015. Excessive Caloric Intake Acutely Causes Oxidative Stress, GLUT4 carbonylation, and Insulin Resistance in Healthy Men. Sci Transl Med, 25(4), 368–379. https://doi.org/10.1016/j.cogdev.2010.08.003.

Bosutti, A., & Grazia Malaponte, M. Z. 2008. Calorie Restriction Modulates Inactivity-Induced Changes in the Inflammatory Markers C-Reactive Protein and Pentraxin-3. J Clin Endocrinol Metab , 93(8).

Brower, M., Grace, M., Kotz, C. M., & Koya, V. 2015. Comparative analysis of growth characteristics of Sprague Dawley rats obtained from different sources. Laboratory Animal Research, 31(4), 166–73. https://doi.org/10.5625/lar.2015.31.4.166

Colman, R. J., Beasley, T. M., Kemnitz, J. W., Johnson, S. C., Weindruch, R., & Anderson, R. M. 2014. Caloric Restriction Reduces Age-related and All-cause Mortality in Rhesus Monkeys. Nature Communications, 5, 1–5. https://doi.org/10.1038/ncomms4557

Dahlan, M. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan ; Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Epidemiologi Indonesia .

Page 50: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

45

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2013 . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia . Jakarta

Faris, A. E., Kacimi, S., & Al-kurd, R. A. 2012. Intermittent fasting during

Ramadan attenuates proinflammatory cytokines and immune cells in healthy subjects. Nutrition Research, 32(12), 947–955. https://doi.org/10.1016/j.nutres.2012.06.021

Fimognari, C. 2015. Role of Oxidative RNA Damage in Chronic-Degeneratif Diseases. Oxidative Medicine and Cellular Longevity Open Access Journal , Volume 2015. http://dx.doi.org/10.1155/2015/358713

Hartman, J., & Frishman, W. H. 2014. Inflammation and Atherosclerosis. Cardiology in Review, 22(3), 147–151. https://doi.org/10.1097/CRD.0000000000000021

Holloszy, J. O., & Fontana, L. 2007. Caloric Restriction in Humans. National Institute of Health, 42(8), 709–712.

Jayachandran, C., A, S., Mundinamane, D. B., M., A. S., Bhat, D., & Lalwani, M. 2016. Acute Phase Proteins. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 8(2), 365–370.

Johannsen, D. L., Tchoukalova, Y., Tam, C. S., & Covington, J. D. 2014. Effect of 8 Weeks of Overfeeding on Ectopic Fat Deposition and Insulin Sensitivity : Testing the “ Adipose Tissue Expandability ” Hypothesis. Diabetes Care, 37(October), 2789–2798. https://doi.org/10.2337/dc14-0761

Johnson, J. B., Summer, W., Cutler, R. G., Martin, B., Hyun, D. H., Dixit, V. D.,Mattson, M. P. 2007. Alternate day calorie restriction improves clinical findings and reduces markers of oxidative stress and inflammation in overweight adults with moderate asthma. Free Radical Biology and Medicine, 42(5), 665–674.https://doi.org/10.1016/j.freeradbiomed.2006.12.005

Kreatsoulas, C., & Anand, S. S. 2010. The impact of social determinants on cardiovascular disease. The Canadian Journal of Cardiology, 26 Suppl C(Suppl C), 8C–13C. https://doi.org/10.1016/S0828-282X(10)71075-8

Kroeger, C. M., Klempel, M. C., Bhutani, S., Trepanowski, J. F., Tangney, C. C., & Varady, K. A. 2012. Improvement in coronary heart disease risk factors during an intermittent fasting/calorie restriction regimen: Relationship to adipokine modulations. Nutrition & Metabolism, 9(1), 98. https://doi.org/10.1186/1743-7075-9-98

Laugerette, F., Alligier, M., Bastard, J.-P., Drai, J., Chanséaume, E., Lambert-Porcheron, S., Laville, M., Morio, B., Vidal, H. and Michalski, M.-C.

Page 51: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

46

2014, Overfeeding increases postprandial endotoxemia in men: Inflammatory outcome may depend on LPS transporters LBP and sCD14. Mol. Nutr. Food Res., 58: 1513–1518. doi:10.1002/mnfr.201400044

Laurence, D. R., & Bacharach, A. L. 1964. Evaluation of drug activities: Pharmacometrics. London: Academic Press Inc.

Lee, S. H. and Min, K. J. 2013. ‘Caloric restriction and its mimetics’, BMB Reports, 46(4), pp. 181–187.

Levay, E. A. et al., 2010, ‘Calorie restriction at increasing levels leads to augmented concentrations of corticosterone and decreasing concentrations of testosterone in rats’, Nutrition Research, Elsevier Inc,366–373.

Lin, Y.-H., Glei, D., & Weinstein, M. 2017. Additive value of interleukin-6 and C-reactive protein in risk prediction for all-cause and cardiovascular mortality among a representative adult cohort in Taiwan. Journal of the Formosan Medical Association , 18(3), 277.

Ling, P.-R., & Bistrian, B. R. 2009. Comparison of the effects of food versus protein restriction on selected nutritional and inflammatory markers in rat. National Institute of Health, 58(6), 835–842. https://doi.org/10.1016/j.metabol.2009.03.002.

Longo, V. D., & Fontana, L. 2010. Calorie restriction and cancer prevention: metabolic and molecular mechanisms. National Institute of Health , 31(2), 89-98

Matthews, V. B., Allen, T. L., Risis, S., Chan, M. H. S., Henstridge, D. C., Watson, N.,Febbraio, M. A. 2010. Interleukin-6-deficient mice develop hepatic inflammation and systemic insulin resistance. Diabetologia, 53(11), 2431–2441. https://doi.org/10.1007/s00125-010-1865-y

Mileva, G. R. et al., 2017, ‘Corticosterone and immune cytokine characterization following environmental manipulation in female WKY rats’, Behavioural Brain Research, Elsevier B.V., 197–204.

Mohammadi, M., Ghaznavi, R., Keyhanmanesh, R., Sadeghipour, H. R., Naderi, R., & Mohammadi, H. 2014. Caloric restriction prevents lead-induced oxidative stress and inflammation in rat liver. The Scientific World Journal, 2014, 1. https://doi.org/10.1155/2014/821524

Mohammadzade, F., Vakili, M. A., Seyediniaki, A., & Amirkhanloo, S. 2017. Original Research Article Effect of Prolonged Intermittent Fasting in Ramadan on Biochemical and Inflammatory Parameters of Healthy Men. Journal of Clinical and Basic Research, 1(1), 38–46.

Naik, E., & Dixit, V. M. 2011. Mitochondrial reactive oxygen species drive proinflammatory cytokine production: Figure 1. The Journal of

Page 52: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

47

Experimental Medicine, 208(3), 417–420. https://doi.org/10.1084/jem.20110367

Noori, S. 2012. An Overview of Oxidative Stress and Antioxidant Defensive System. Scientific Reports, 1(8), 1–9. https://doi.org/10.4172/scientificreports.

Northcott, S., Moss, B., Harrison, K., & Hilari, K. 2016. A systematic review of the impact of stroke on social support and social networks: associated factors and patterns of change. Clinical Rehabilitation, 30(8), 811–831. https://doi.org/10.1177/0269215515602136

Paul, A. I. 2015. Handbook of Cardiac Anatomy, Physiology, and Devices. Switzerland: Springer International Publishing, 269-270.

Park, C. Y., Min, S. P., Hye-Kyeong, S. K., & Hanac, K. S. 2017. Effects of mild calorie restriction on lipid metabolism and inflammation in liver and adipose tissue. Elsevier , 490 (3), 636-642.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Prasastyoga, B., R.Basri, A., & Pohan, L. D. 2013. “Hubungan antara Caregiver Strain dan Caregiver Reciprocity pada Anak yang Berada Pada Tahap Dewasa dalam Merawat Orang Tua Menderita Kanker”.Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S44928-Bramesada%20Prasastyoga

Rahmawati, A. 2014. Mekanisme Terjadinya Inflamasi dan Stres Oksidatif pada Obesitas. El-Hayah Biology Journal of UIN Indonesia, 5(1), 1–8.https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18860/elha.v5i1.3034

Reeves, Nielsen, F. H., & Fahey, G. C. 1993. AIN-93 Purified Diets for Laboratory Rodents: Final Report of the American Institute of Nutrition Ad Hoc Writing Committee on the Reformulation of the AIN-76A Rodent Diet. The Journal of Nutrition, 123(11), 1939–1951. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Scheller, J., Chalaris, A., Schmidt-arras, D., & Rose-john, S. 2011. Biochimica et Biophysica Acta The pro- and anti-in fl ammatory properties of the cytokine interleukin-6,Elsevier, 1813, 878–888. https://doi.org/10.1016/j.bbamcr.2011.01.034

Setiati, S., Alwi, I., & Sudoyo, A. W. (Editor). 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.

Sharma, S. K., & Naidu, G. 2016. The role of danger-associated molecular patterns (DAMPs) in trauma and infections. Journal of Thoracic Disease,

Page 53: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

48

8(7), 1406–1409. https://doi.org/10.21037/jtd.2016.05.22

Skurk, T., Alberti-Huber, C, H., & H, H. 2007. Relationship between Adipocyte Size and Adipokine Expression and Secretion. J Clin Endocrinol Metabolism , 92(3), 1023-1033

Slaats, J., ten Oever, J., van de Veerdonk, F. L., & Netea, M. G. 2016. IL-1β/IL-6/CRP and IL-18/ferritin: Distinct Inflammatory Programs in Infections. PLoS Pathogens, 12(12), 1–13. https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1005973

Stoner, G. D., & Seeram, N. P. 2010. Berries and Cancer Prevention. London: Springer Science and Business Media, 180-181.

Stote, K. S., Baer, D. J., & Spears, K. 2007. A Controlled Trial of Reduced Meal Frequency without Caloric in Healthy , Normal Weight, Middle-aged Adults.Am J Clinical Nutrition, 85(4), 981-988.

Takasaki, M., Honma, T., Yanaka, M., Sato, K., Shinohara, N., Ito, J., … Ikeda, I. 2012. Continuous intake of a high-fat diet beyond one generation promotes lipid accumulation in liver and white adipose tissue of female mice. Journal of Nutritional Biochemistry, 23(6), 640–645. https://doi.org/10.1016/j.jnutbio.2011.03.008

Tanaka, T., Narazaki, M., & Kishimoto, T. 2014. IL-6 in Inflammation, Immunity, and Disease. Cold Spring Harbor Perspectives in Biology, 6(Kishimoto 1989).

Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy and Physiology (14th ed.). United States of America: Wiley.

Trabelsi, K., Abed, K. e., F.Trepanowski, J., & R.Stannard, S. 2011. Effects of Ramadhan Fasting on Bichemical and Anthropometric Parameters in Physically Active Men. Asian Journal of Sports Medicine,2(3), 134–144.

Trepanowski, J. F., Canale, R. E., Marshall, K. E., Kabir, M. M., & Bloomer, R. J. 2011. Impact of caloric and dietary restriction regimens on markers of health and longevity in humans and animals: a summary of available findings. Nutrition Journal, 10(1), 107. https://doi.org/10.1186/1475-2891-10-107

Tyagita, N., Nasihun, T., & Sumarawati, T. 2016. Good fasting Practice on Malondialdehyde and 8-Hydroxydeoxyguanosine . Journal of Fasting and Health, 4(3), 102–107. https://doi.org/10.22038/jfh.2016.7788

U.S Department of Health and Human Services and U.S Department of Agriculture. 2015. Dietary Guidelines for Americans (6th ed.). Washington, DC: U.S Government Printing Office

Page 54: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

49

Wallace, D. C. 2010. A Mitochondrial Paradigm of Metabolic and Degeneratif Diseases, Aging, and Cancer: A Dawn for Evolutionary Medicine.National Institute of Health , 19(17), 3343–3353.

Wilcox, D., & DC, W. 2009. Caloric Restriction, The Traditional Okinawan Diet and Healthy Aging : The Diet of THe World's Longest-Lived People and Its Potential Impact on Morbidity and Lifespan. Journal of American College of Nutririon, 28(4), 1.

You, T., Sonntag, W. E., Leng, X., & Carter, C. S. 2007. Lifelong Caloric Restriction and Interleukin-6 Secretion From Adipose Tissue: Effects on Physical Performance Decline in Aged Rats.The Journal of Gerontology, 62(10),1082-1087.

Page 55: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

50

LAMPIRAN

No Nama NID

N Bidang

Ilmu

Alokasi Waktu (Jam/

Minggu)

Uraian Tugas

1. Dr. Sampurna, M.Kes 0615086301

Patologi Klinik

20 jam Mengkoordinir pelaksanaan penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah

2. Dr. Danis Pertiwi, M.Si.Med, Sp.PK

0615026901

Patologi Klinik

20 jam Pelaksana penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah

3 Dr. Dimar Puspaningrum

Patologi Klinik

20 jam Pelaksana penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah

4 Dr. Andina Putri Aulia, M.Si

0623058702

Patologi Klinik

20 jam Pelaksana penelitian, pembuatan laporan, dan publikasi ilmiah

Biodata ketua dan Anggota Tim Peneliti

A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap dr. Sampurna, M.Kes

2 Jabatan Fungsional Lektor 3 Jabatan Struktural 4 NIP/NIK/Identitas Lain 210195038 5 NIDN 0615086301 6 Tempat dan Tanggal

Lahir Lamongan, 15 Agustus 1963

7 Alamat Rumah Jl.Muria No.10 Betengan Rt.10 Rw.01

Kel.Bintoro Kec. Demak . Kab. Demak

Page 56: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

51

8 Nomor Telepon/Faks/HP

(0291)681040 / 08122937640

9 Alamat Kantor Jl.Raya Kaligawe KM 4 PO BOX 1054 Semarang 50112

10 Nomor Telepon/Faks ( 024 ) 6583564 / (024)6582455 11 Alamat e-mail [email protected] 12 Lulusan yang Telah

Dihasilkan

13 Mata Kuliah yang Diampu

Patologi Klinik

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 Nama Perguruan Tinggi Unissula Program Pascasarjana

Undip Semarang Bidang Ilmu Kedokteran Biomedik Tahun Masuk-Lulus 1994 2003 Judul Skripsi/Thesis/Disertasi

Nama Pembimbing/Promotor

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jumlah (Juta Rp)

1 2009 Pengaruh pemberian perasan daun sirih terhadap masa perdarahan ( studi eksperimental pada Tikus Galur Wistar dengan Luka Tusuk )

UNISSULA

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun

Terakhir No Tahun Judul Pengabdian kepada Pendanaan

Page 57: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

52

Masyarakat Sumber* Jumlah (Juta Rp)

1 2009 Pengobatan Gratis di SMP Nurul Ulum Karangroto Genuk Semarang

2 2009 Khitanan Massal di Masjid Jami' Al Amin Purwoyoso Ngaliyan

3 2009 Khitanan Massal di Balaikota Semarang

A. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal

1 2

Dst

B. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu & Tempat

1 2

Dst

C. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1 2

Dst

D. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir No Judul/Tema/HKI Tahun Jenis Nomor/PID 1 2

Dst

Page 58: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

53

E. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat Penerapan

Respons Masyarakat

1 2

Dst

F. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1 2

Dst

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata

ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian

dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian

biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah

satu persyaratan dalam pengajuan penelitian internal berjudul

“PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP

KADAR INTERLEUKIN-6 Studi Eksperimental pada Tikus

Putih Jantan Galur Sprague dawley”.

Semarang, 9 Januari 2018

Pengusul

Dr. Sampurna, M.Kes

Page 59: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

54

Lampiran 1. Hasil Uji Deskriptif Data Kadar IL-6

Page 60: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

55

Page 61: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

56

Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kadar IL-6

Page 62: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

57

Lampiran 3. Hasil Uji One-way ANOVA, Uji post-Hoc Bonferroni

Page 63: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

30

Page 64: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

PENGARUH VARIASI ASUPAN KALORI TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6

Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague dawley

THE EFFECT OF VARIETY OF CALORIE INTAKE ON INTERLEUKIN-6 LEVEL (Experimental Study on White Male Sprague dawley rats)

Sampurna, Danis Pertiwi, DimarPuspaningrum, Andina Putri Aulia

ABSTRAK

LatarBelakang :Frekuensipenyakitdegeneratif di Indonesia terusmengalamipeningkatan. Jumlahasupankalorimenjadi salah satufaktorpentingdalampatogenesispenyakitdegeneratif yang juga melibatkanperansitokinproinflamasi, interleukin-6. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhvariasiasupankaloriterhadapkadar interleukin-6.

Metode :Rancanganpenelitianiniadalahpost test only control group design. Subjekpenelitianadalahtikusputihjantan Sprague dawley (n= 30). Sampelpenelitiandiambildenganmenggunakanteknik simple random sampling. Kelompokpenelitiandibagimenjadi 5 kelompok, kelompokkalori 60%, kelompokkalori 80%, kelompokkalori 100%, kelompokkalori 120% dan kelompokkalori 140%.Pemeriksaankadar interleukin-6 dilakukan pada hari ke-15 denganmetode ELISA. Data kadar interleukin-6 diolahmenggunakan program komputer SPSS dengan uji One-way ANOVA dan dilanjutkan uji post-hoc.

Hasil :Reratakadar interleukin-6 pada kelompokkalori 60%=93,61 pg/ml, kalori 80%=68,91 pg/ml, kalori 100%=53,83 pg/ml, kalori 120%=126,70 pg/ml dan kalori 140%=151,40pg/ml. Terdapatperbedaankadar interleukin-6 yang signifikanantarkelompokberdasarkan pada uji one-way ANOVA (p=0,000). Hasil uji post-hoc diperolehhasil p<0,05 antarsemuakelompok, kecualiantarkelompokkalori 80% dan 100%.

Kesimpulan:penelitianinibahwaterdapatpengaruhvariasiasupankaloriterhadapkadar interleukin-6 tikusputihjantangalur Sprague dawley.

Kata kunci :variasiasupankalori, interleukin-6 ABSTRACT

Background : Prevalence of degenerative diseases in Indonesia has been increasing. Calorie intake plays a significant role in the pathogenesis of degenerative disease involving the secretion of interleukin-6. This study aimed to determine the effect of variety of calorie intake on interleukin-6 level in rat.

Page 65: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

Method : In this post test control group design, 30 male white Sprague dawley rats were divided into 5 groups to receive either calorie intake of 60%, 80%, 100%, 120% or 140% for 14 days. Blood samples were collected from sinus orbitalis and the level of interleukin-6 was measured using ELISA method. The data was analyzed with one-way ANOVA followed by post-hoc test.

Results : Mean of interleukin-6 level for the 5 groups were 93.61 pg/ml, 68.91 pg/ml, 53.83 pg/ml, 126.70 pg/ml and 151.40pg/ml respectively. There was significant difference among all groups except between the groups receiving calorie intake of 80% and 100%.

Conclusion : The variety of calorie intake has an effect on interleukin-6 levels in rat. Keywords : variety of calorie intake, interleukin-6.

PENDAHULUAN

Penyakit degeneratif merupakan penyebab kematian dan disabilitas utama saat ini (Kreatsoulas dan Anand, 2010). Penyakit degeneratif berhubungan dengan pola genetik dan pola diet. Faktor diet merupakan faktor risiko penyakit degeneratif yang mudah dikoreksi (Wallace, Douglass.C, 2010). Asupan kalori berlebih menyebabkan peningkatan kadar radikal bebas sehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif yang sebagian besar didasari oleh aterosklerosis (Fimognari, Carmela 2015). Radikal bebas dapat menyebabkan jejas sel yang memicu sekresi mediator inflamasi seperti interleukin-6 (Abbas et al., 2007). Salah satu pencegahan yang mudah dilakukan adalah melalui pengaturan jumlah asupan kalori (Longo dan Fontana, 2010). Tongjian You et al. (2007) mendapatkan bahwa pengurangan kalori sebesar 40% mampu menurunkan kadar interleukin-6. Namun sejauh ini, belum banyak dilakukan penelitian mengenai jumlah asupan kalori yang paling ideal untuk menurunkan kadar IL-6 akibat stress oksidatif.

Pada penyakitdegeneratif, sepertipenyakitkardiovaskular, IL-6 diproduksi oleh selendotel vascular dan selotot polos pada individu yang menderitaaterosklerosis. IL-6 yang diproduksi pada lesiaterosklerosisinimemilikiefekprokoagulan yang menyebabkankoagulasi dan selanjutnyadapatmembuat prognosis penyakitsemakinburuk. Peningkatankadar IL-6 dan CRP juga dapatmenjadifaktorrisikoterjadinyapenyakitjantungkoroner dan serebrovaskular (Paul, 2015).

Peningkatankadar IL-6 dan protein faseakut juga ditemukanadapasiendengansindromkoronerakut,

Page 66: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

walaupuntanpadisertaiadanyarupturdariplakateroskleorismaupun trauma pada jaringan. Berdasarkanpenjelasansebelumnyabahwabeberapapenyakitdegeneratifmelibatkan proses inflamasikronis, IL-6 dapatdigunakansebagai marker pada inflamasikronis dan juga faktorrisikopenyakitkardiovaskular (Hartman dan Frishman, 2014).

Prevalensipenyakitdegeneratif di Indonesia semakinmeningkatdaritahunketahun. Sesuai data Riskesdas 2013, prevalensipenyakitdegeneratiftertinggiadalah 57,9% yang disebabkan oleh stroke, diikutipenyakitkardiovaskulersebesar 37,1%. Prevalensipenyakitdegeneratif lain yang mengalamipeningkatanadalah diabetes mellitus yang meningkatmenjadi 2,1%, penyakitjantungkoroner 1,5% dan penyakitendokrin-metaboliksebesar 7,2%. Dampak yang ditimbulkanpenyakitdegeneratifantara lain, penurunanakivitasfisik, berkurangnyainteraksisosial, depresi, kesulitandalamfinansialakibatpengobatan, sertameningkatnyaketergantunganterhadapanggotakeluarga yang sehat (Northcott et al.,2016). Emosi yang labil juga merupakandampak lain penyakitdegeneratif, sehinggahalini juga dapatmenyebabkan stress pada caregiver (Prasastyoga et al., 2013). Pengelolaanfaktorrisikopenyakitdegeneratifmenjadipenting, salah satuupaya yang dilakukanadalahdenganmembatasijumlahkalori.

Asupankalori yang berlebihdapatmeningkatkanjumlahseladiposadalamtubuh dan menyebabkanobesitas. Asupankalori yang berlebihmenyebabkanpeningkatanproduksi reactive oxygen species (ROS) di mitokondria (Poljsak, 2011). ROS dapatmenyebabkanaktivasi NF-kB dan sitokinproinflamasi (Mittal, Manish et al.,2014). Tidakhanyaitu, ROS juga dapatmenyebabkan stress oksidatifbilatidakdiimbangidenganantioksidansepertisuperoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan glutationperoksidase (Rahmawati, Ana 2014). Peningkatanasupankalorisebesar 760kkal/hariselama 8 minggumenyebabkanpeningkatankadar IL-6 pada manusia (Laugerette, F et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Park et al., (2017) membuktikanbahwarestriksikalorisebesar 15% menyebabkanpenurunankadar IL-6.

Penguranganjumlahasupankalorididefinisikansebagaipenguranganjumlahkalorisebesar 20-40% tanpamenguranginutrisi yang dikonsumsi (Trepanowski, John F et al., 2011). Restriksikalorisebesar 20% dapatmemodulasifungsiadipokindalammencegahterjadinyaagregasitrombo

Page 67: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

sit dan penurunankadar IL-6 pada penyakitaterosklerosis (Kroeger et al., 2012). Inflamasi yang diakibatkan oleh produksi ROS dapatmenyebabkanpeningkatanproduksi interleukin-6. Pembatasanasupankaloridapatmenurunkanjumlahreseptorglukokortikoidsehinggamencegahaktivasidari NF-kB yang selanjutnyadapatmenurunkansintesisdari interleukin-6 (Yang, Ling et al., 2016). Interleukin-6 juga dapatmempengaruhitoleransiglukosa, meningkatkanproduksioksigenreaktif dan sebagai marker penting pada aterosklerosis (Scheller dan Rose-John, 2012). Pemberianasupankalorisebesar 120% meningkatkankadar lipid yang kemudianterakumulasi di hepatosit dan seladiposa (Takasaki et al., 2012). Peningkatanasupankalorisebesar 40% ataupemberianasupansebesar 140% kaloridapatmenyebabkanaktifasi NF-kB (Johannsen et al., 2014). Penelitian di atasdapatdigunakansebagaiacuandasarpemberianvariasiasupankalorisebesar 60%, 80%, 100%, 120% dan 140% kemudianditelitipengaruhnyaterhadap interleukin-6.

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimenal dengan rancangan penelitian post test only control groups design. Variabel Penelitian terdiri dari Variabel Bebas yaitu Ekstrakkombinasidaunpepaya (Carica papaya L.) dan wortel (Daucus Carota L.) .Variabel tergantung yaitu Kadar interleukin-6. Subyek ujiyang digunakandalampenelitianyaitutikusjantangalurSprague dawleyyangdiambilsecara random sesuaidengankriteriainklusi. Data darihasilpengukurankadar IL-6 masing-masingtikusdimasukkandalamtabelkemudiandilakukananalisastatistikmenggunakan uji analisadeskriptif. HASIL PENELITIAN

Perlakuandilakukanterhadap 30 ekortikusjantangalurSprague dawleyyang dibagimenjadi 5 kelompokperlakuansecara random sehinggamasing-masingkelompokterdiridari 6 ekortikus. Adaptasisebelumperlakuandilakukanselamaseminggu

Kelompokkalori 60% diberiasupankalorisejumlah6 grammelaluisonde, kelompokkalori 80% diberiasupankalorisejumlah 8 gram melaluisonde, Kelompokkalori 100% diberiasupankalorisejumlah 10 gram melaluisonde, kelompokkalori 120% diberiasupankalorisejumlah 12 gram melaluisonde dan kelompokkalori 140% diberiasupankalorisejumlah 14 gram melaluisonde. Perlakuan dan

Page 68: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

pemberianpakansesuaidosismasing-masingkelompokdilakukanselama 14 hari, kemudian di hari ke-15 dilakukanpengambilansampeldarahmelalui sinus orbitalis dan dilakukanpengukurankadar IL-6 serum denganmetode ELISA. Hasil pengukurankadar IL-6 dengan ELISA dapatdilihat pada tabel 4.1.

Tabel1. Rerata Kadar IL-6, hasil uji Shapiro-wilk, Levene’s test dan uji one-way ANOVA

Kalori 60% Kalori 80% Kalori 100% Kalori 120% Kalori 140%

Rerata kadar IL-6 (pg/ml)

93,61±8,51 68,91±7,56 53,83±5,42 126,70±15,46 151,40±7,74

Uji Shapiro-wilk

0,868 0,868 0,868 0,868 0,868

Levene’s test

0,063

Uji ANOVA

0,000

Gambar 1 menunjukkanreratakadar IL-6 serum terendah (53,83 pg/ml) pada kelompokkalori 100%, diikutikelompokkalori 80% (68,91 pg/ml) ,kelompokkalori 60% (93,61 pg/ml), kelompokkalori 120% (126,70 pg/ml) dan reratakadar IL-6 tertinggi (151,40 pg/ml) pada kelompokkalori 140%.

Gambar 1. Reratakadar IL-6

Uji statistikdilakukanuntukmengetahuiperbedaankadar IL-6 signifikanatautidak. Sebelumdilakukan uji analisastatistik, perludilakukan

93,61±8,51

68,91±7,5653,83±5,42

126,7±15,46151,4±7,74

020406080

100120140160180

Kalori 60% Kalori 80% Kalori 100%Kalori 120%Kalori 140%

Rer

ata

kad

ar I

L-6

(pg

/ml)

Page 69: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

uji normalitas dan uji homogenitasdenganhasildapatdilihat pada tabel1. Uji normalitasdilakukandenganShapiro-wilkkarena jumlahsampel< 50 dan uji homogenitasdilakukandenganLevene’s test (Dahlan, 2014).

Hasil uji normalitasdenganShapiro-Wilk menunjukkannilai p=0,868 untukkelompokkalori 60%, p=0,463 untukkelompokkalori 80% p=0,963 untukkelompokkalori 100%, p=0,415 untukkelompokkalori 120%, p=0,755 untukkelompokkalori 140% sehingga data untuksemuakelompokterdistribusi normal (Shapiro-Wilk p>0,05). Uji homogenitasmenunjukkannilai p=0,063 yang menunjukkanbahwa data homogen (Levene’s test p>0,05). Berdasarkanhasil uji Shapiro-Wilk dan Levene’stest ,makasyarat uji parametrikterpenuhi. Selanjutnyadilakukan uji One-way ANOVA dan didapatkanhasil p=0,000 yang berartiterdapatperbedaankadar IL-6 secarasignifikanantarkelompok (p<0,05), makahipotesiskerjapenelitianinidapatditerima. Nilai p<0,05 menunjukkanadapengaruhvariasiasupankaloriterhadapkadar IL-6 setidaknyaantaraduakelompok. Untukmengetahuikelompokperlakuan mana yang berbedasecarasignifikandilakukan uji post-hoc Bonferroni (Dahlan, 2014). Hasil uji post-hoc Bonferroni tertera pada tabel2. Tabel 2. Hasil Uji post-Hoc Bonferroni

Kalori 60%

Kalori 80%

Kalori 100%

Kalori 120%

Kalori 140%

Kalori 60% - 0,010 0,000 0,000 0,0000

Kalori 80% 0,010 - 0,115 0,000 0,000

Kalori 100% 0,000 0,115 - 0,000 0,000

Kalori 120% 0,000 0,000 0,000 - 0,001

Kalori 140% 0,000 0,000 0,000 0,001 -

Kadar IL-6 pada kelompokkalori 60% jikadibandingkandengankelompokkalori 80% lebihtinggisecarasignifikan (p=0,001), begitu juga jikadibandingkandengankelompokkalori 100% lebihtinggisecarasignifikan (p=0,000). Jika kelompokkalori 60% dibandingkandengankelompokkalori 120%, lebihrendahsecarasignifikan (p=0,000) dan secarasecarastatistikkelompokkalori 60% juga lebihrendahsecarasignifikan (p=0,000) jikadibandingkandengankelompokkalori 140%.

Page 70: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

Kadar IL-6 pada kelompokkalori 80% lebihrendahsecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 120% (p=0,000) juga lebihrendahsecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 140% (p=0,000). Namun, kadar IL-6 pada kelompokkalori 80% tidakberbedasecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 100% (p=0,115).

Kadar IL-6 pada kelompokkalori 100% lebihrendahsecarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 120% (p=0,000) juga lebihrendahscarasignifikanjikadibandingkandengankelompokkalori140% (p=0,000). Jika dibandingkandengankelompokkalori 140%, kadar IL-6 kelompokkalori 120% lebihrendahsecarasignifikan (p=0,001).

Dari uraian di atas, terdapatperbedaankadar IL-6 yang signifikanantarsemuakelompokperlakuankecualiantarakelompokkalori 80% dan kelompokkalori 100%. PEMBAHASAN

Kadar IL-6 tertinggiterdapat pada kelompokkalori 140% denganrerata 151,40±7,74 pg/ml diikutikelompokkalori 120% denganrerata 126,70±15,46 pg/ml. Hal inisesuaidenganpenelitian yang dilakukan Johannsen et al (2014) yang menyatakanpeningkatanasupankalorisejumlah 40% selama 8 minggumenyebabkanpeningkatanukuranseladiposa dan kadar IL-6. Penelitian lain menyatakanasupankalori di ataskebutuhan normal, sebesar 2,5 kali di atas normal, dapatmenyebabkanpeningkatankadar IL-6 di harikeduapemberianperlakuan(Boden et al., 2015).

Peningkatanasupankalori di ataskebutuhan normal dapatmenyebabkanpeningkatanukuranseladiposa (Skurk,Tet al.,2007). Hipertrofiseladiposadapatmenimbulkanresponinflamasimelaluibeberapacara. Pertama, hipertrofiseladiposadapatmenyebabkanpeningkatansekresisitokin pro inflamasiseperti IL-6. Kedua, hipertrofiseladiposadapatmenyebabkanterjadinyahipoksiasel oleh karena defisiensivasculature di jaringan. Hipoksiaselanjutnyaakanmenimbulkanresponinflamasimelaluisekresibeberapasitokin pro inflamasiseperti TNF-alfa, IL-1 dan IL-6 (Choe et al., 2016). Adanya IL-6 sebagaipenandaresponinflamasidapatmenyebabkanhilangnyasifatprotektif NO pada

Page 71: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

endotelvaskularsehinggadapatmenyebabkanterjadinyaaterosklerosis(Setiati, Alwi, & Sudoyo, 2014)

Asupankaloriberlebihdapatmeningkatkanproduksi ROS sehinggadapatmenyebabkanpeningkatankadar IL-6. ROS dihasilkandari transport elektron di mitokondria yang menghasilkan anion superoksida (O2) melalureduksimolekuloksigen. Superoksidakemudiandikatalis oleh superoxide dismutase (SOD) menjadiprodukhidrogenperoksida (H2O2) yang kurangreaktif.Ketikahidrogenperoksidabertemudenganmolekulbesiterbentuklah ROS yang paling reaktif, yaituhidroksilradikal (OH-). Produk ROS yang dihasilkandapatberupasuperoksida, hidrogenperoksida dan hidroksilradikal(Mittal et al., 2014). ROS menyebabkaninflamasimelaluiaktivasinecrosis factor kB (NF-kB) yang menyebabkanpeningkatansekresi protein bioaktifsebagaibahanpembentuk IL-6 (Naik, Edwina dan VishvaM.Dixit, 2011).

Kadar IL-6 pada kelompokkalori 60% denganrerata 93,61±8,51 pg/ml lebihtinggidibandingkandengankelmpokkalori 80% yang memilikirerata 68,91±8,51 pg/ml. Kadar IL-6 pada keduakelompoktersebutmenunjukkanperbedaan yang signifikanjikadibandingkandengankelompokkalori 120% dan kelompokkalori 140%.

Reratakadar IL-6 serum pada kelompokkalori 60% dan kelompokkalori 80% lebihtinggidibandingkandengankelompokkontrol. Hasil penelitianiniberbedadenganpenelitian yang dilakukan You et al., (2007) yang menyatakanbahwakadar IL-6 pada kelompokrestriksikalori 40% berbedadengankelompok yang diberimakandenganjumlahkalori normal. Hal inidikarenakandurasirestriksikalori yang dilakukan oleh You et al., (2007) disertai juga oleh peningkatanaktivitas. Hasil penelitianinisesuaidenganpenelitianrestriksikalori lain yang menyatakanterdapatpenurunankadar IL-6 setelahdilakukanrestriksikaloriselama 2 minggu (Ling, Pei-Ra & Bruce R. Bistrian, 2009). Berdasarkanpenelitian Tomiyama et al. (2010), yang menyatakanbahwaasupankalorikurangdari 100% meningkatkankadarkortisol. Peningkatankadarkortisolakanmengaktivasireseptorglukortikoid di heparsehinggamenyebabkanglukoneogenesis yang berakibat pada peningkatankadarguladarahatauhiperglikemia (Broderick, Tom L. 2017).

Asupankalorikurangdari 100% menyebabkanketidakseimbangan homeostasis, merangsangaksishypothalamic pituitary adrenal (HPA) yang meningkatkankadarhormonkortisolsehinggameningkatkansekresidarisitoki

Page 72: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

nproinflamasi(Mileva et al., 2017 ; Levay et al., 2010). Restriksikaloriberlebih juga dapatmenyebabkankerusakanhepatositakibatradikalbebas dan meningkatnyaperoksidasi lipid di hepar yang mengakibatkanpeningkatankadar MDA (Stankovic et al., 2015). Peningkatankadarradikalbebasininantinyaakanmengaktifkan NF-kB dan menginduksisekresi IL-6 (Endang & Sukma, 2016).

Pada uji post-Hoc tidakterlihatperbedaan yang signifikanantarakadar IL-6 pada kelompokkalori 80% dan kelompokkalori 100%. Hal inidapatdiakibatkan oleh karena tikus pada kelompokkalori 80% masihdapatmentoleransidosisrestriksikalori yang diberikansehinggatidakterdapatperbedaan yang signifikan pada hasilperhitungan interleukin-6.

Keterbatasan pada penelitianiniyaitutidakdilakukanperhitunganpersentase lemak tubuhsehinggatidakdiketahuidenganpastipenyebabpeningkatan IL-6 pada kelompokasupankalori di bawahkebutuhan normal. KESIMPULAN Berdasarkanhasilpenelitiandiperolehkesimpulansebagaiberikut :

1. Variasiasupankaloriberpengaruhterhadapkadar interleukin-6 2. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur

Sprague dawley yang diberiasupankalori 60% adalah 93,61 pg/ml. 3. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur

Sprague dawley yang diberiasupankalori 80% adalah 68,91 pg/ml. 4. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur

Sprague dawley yang diberiasupankalori 100% adalah 53,83 pg/ml. 5. Reratakadar interleukin-6 serum pada kelompoktikusjantangalur

Sprague dawley yang diberiasupankalori 120% adalah 126,70 pg/ml.

6. Reratakadar IL-6 serum pada kelompoktikusjantangalur Sprague dawley yang diberiasupankalori 140% adalah 151,40 pg/ml.

7. Terdapatperbedaankadar IL-6 serum yang signifikanantarsemuakelompokkecualiantarkelompokkalori 80% dan kelompokkalori 100%

SARAN

Melakukanpengukuranpersentase lemak tubuhuntukmengetahuikorelasinyadengankadar IL-6 pada perlakuandenganvariasiasupankalori dan pengukurankadarhormonkortisoluntukmengetahuirespon stress.

Page 73: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

DAFTAR PUSTAKA

Abbas K A., Licthman A H., Pillai S. 2007. Cellular and Molecular Immunology Sixth Edition. Philadelphia : W.B.Saunders Company, 43-46.

Boden, G., Homko, C., Barrero, C. A., Stein, P., Chen, X., Cheung, P., … Merali, S. 2015. Excessive Caloric Intake Acutely Causes Oxidative Stress, GLUT4 carbonylation, and Insulin Resistance in Healthy Men. Sci Transl Med, 25(4), 368–379. https://doi.org/10.1016/j.cogdev.2010.08.003.

Dahlan, M. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan ; Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Epidemiologi Indonesia .

Fimognari, C. 2015. Role of Oxidative RNA Damage in Chronic-Degeneratif Diseases. Oxidative Medicine and Cellular Longevity Open Access Journal , Volume 2015. http://dx.doi.org/10.1155/2015/358713

Hartman, J., & Frishman, W. H. 2014. Inflammation and Atherosclerosis. Cardiology in Review, 22(3), 147–151. https://doi.org/10.1097/CRD.0000000000000021

Johannsen, D. L., Tchoukalova, Y., Tam, C. S., & Covington, J. D. 2014. Effect of 8 Weeks of Overfeeding on Ectopic Fat Deposition and Insulin Sensitivity : Testing the “ Adipose Tissue Expandability ” Hypothesis. Diabetes Care, 37(October), 2789–2798. https://doi.org/10.2337/dc14-0761

Kreatsoulas, C., & Anand, S. S. 2010. The impact of social determinants on cardiovascular disease. The Canadian Journal of Cardiology, 26 Suppl C(Suppl C), 8C–13C. https://doi.org/10.1016/S0828-282X(10)71075-8

Kroeger, C. M., Klempel, M. C., Bhutani, S., Trepanowski, J. F., Tangney, C. C., & Varady, K. A. 2012. Improvement in coronary heart disease risk factors during an intermittent fasting/calorie restriction regimen: Relationship to adipokine modulations. Nutrition & Metabolism, 9(1), 98. https://doi.org/10.1186/1743-7075-9-98

Laugerette, F., Alligier, M., Bastard, J.-P., Drai, J., Chanséaume, E., Lambert-Porcheron, S., Laville, M., Morio, B., Vidal, H. and Michalski, M.-C. 2014, Overfeeding increases postprandial endotoxemia in men: Inflammatory outcome may depend on LPS

Page 74: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

transporters LBP and sCD14. Mol. Nutr. Food Res., 58: 1513–1518. doi:10.1002/mnfr.201400044

Levay, E. A. et al., 2010, ‘Calorie restriction at increasing levels leads to augmented concentrations of corticosterone and decreasing concentrations of testosterone in rats’, Nutrition Research, Elsevier Inc,366–373.

Longo, V. D., & Fontana, L. 2010. Calorie restriction and cancer prevention: metabolic and molecular mechanisms. National Institute of Health , 31(2), 89-98

Mileva, G. R. et al., 2017, ‘Corticosterone and immune cytokine characterization following environmental manipulation in female WKY rats’, Behavioural Brain Research, Elsevier B.V., 197–204.

Naik, E., & Dixit, V. M. 2011. Mitochondrial reactive oxygen species drive proinflammatory cytokine production: Figure 1. The Journal of Experimental Medicine, 208(3), 417–420. https://doi.org/10.1084/jem.20110367

Northcott, S., Moss, B., Harrison, K., & Hilari, K. 2016. A systematic review of the impact of stroke on social support and social networks: associated factors and patterns of change. Clinical Rehabilitation, 30(8), 811–831. https://doi.org/10.1177/0269215515602136

Paul, A. I. 2015. Handbook of Cardiac Anatomy, Physiology, and Devices. Switzerland: Springer International Publishing, 269-270.

Park, C. Y., Min, S. P., Hye-Kyeong, S. K., & Hanac, K. S. 2017. Effects of mild calorie restriction on lipid metabolism and inflammation in liver and adipose tissue. Elsevier , 490 (3), 636-642.

Prasastyoga, B., R.Basri, A., & Pohan, L. D. 2013. “Hubungan antara Caregiver Strain dan Caregiver Reciprocity pada Anak yang Berada Pada Tahap Dewasa dalam Merawat Orang Tua Menderita Kanker”.Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S44928-Bramesada%20Prasastyoga

Rahmawati, A. 2014. Mekanisme Terjadinya Inflamasi dan Stres Oksidatif pada Obesitas. El-Hayah Biology Journal of UIN Indonesia, 5(1), 1–8.https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18860/elha.v5i1.3034

Scheller, J., Chalaris, A., Schmidt-arras, D., & Rose-john, S. 2011. Biochimica et Biophysica Acta The pro- and anti-in fl ammatory

Page 75: pengaruh variasi asupan kalori terhadap kadar - Unissula

properties of the cytokine interleukin-6,Elsevier, 1813, 878–888. https://doi.org/10.1016/j.bbamcr.2011.01.034

Setiati, S., Alwi, I., & Sudoyo, A. W. (Editor). 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.

Skurk, T., Alberti-Huber, C, H., & H, H. 2007. Relationship between Adipocyte Size and Adipokine Expression and Secretion. J Clin Endocrinol Metabolism , 92(3), 1023-1033

Takasaki, M., Honma, T., Yanaka, M., Sato, K., Shinohara, N., Ito, J., … Ikeda, I. 2012. Continuous intake of a high-fat diet beyond one generation promotes lipid accumulation in liver and white adipose tissue of female mice. Journal of Nutritional Biochemistry, 23(6), 640–645. https://doi.org/10.1016/j.jnutbio.2011.03.008

Trepanowski, J. F., Canale, R. E., Marshall, K. E., Kabir, M. M., & Bloomer, R. J. 2011. Impact of caloric and dietary restriction regimens on markers of health and longevity in humans and animals: a summary of available findings. Nutrition Journal, 10(1), 107. https://doi.org/10.1186/1475-2891-10-107

Wallace, D. C. 2010. A Mitochondrial Paradigm of Metabolic and Degeneratif Diseases, Aging, and Cancer: A Dawn for Evolutionary Medicine.National Institute of Health , 19(17), 3343–3353.

You, T., Sonntag, W. E., Leng, X., & Carter, C. S. 2007. Lifelong Caloric Restriction and Interleukin-6 Secretion From Adipose Tissue: Effects on Physical Performance Decline in Aged Rats.The Journal of Gerontology, 62(10),1082-1087.