Top Banner
PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Strata-1 Disusun oleh : Nama : Anggi Andriyana N.I.M : 201218083 PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA JURUSAN KEPARIWISATAAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2017
177

PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Nov 25, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Strata-1

Disusun oleh :

Nama : Anggi Andriyana

N.I.M : 201218083

PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA

JURUSAN KEPARIWISATAAN

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA

BANDUNG

2017

Page 2: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

i

PENGESAHAN PEMBIMBING

Bandung, ………………….2017 Bandung, ………………….2017

Pembimbing II Pembimbing I

Odang Permana S. S.E., M.E. Dr. Haryadi Darmawan, MM.

NIP. 19711225 119803 1 001

Bandung, ………………….2017

Menyetujui :

Kepala Bagian Administrasi Akademik

dan Kemahasiswaan

Drs. Alexander Reyaan, MM

NIP. 19630915 198603 1 001

Page 3: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Anggi Andriyana

Tempat/Tanggal lahir : Tangerang, 5 Mei 1994

NIM : 201218083

Jurusan : Kepariwisataan

Program Studi : Studi Destinasi Pariwisata (S-1)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya buat ini merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya

sendiri;

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain kecuali arahan dari Tim Pembimbing;

3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pemdapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan oranglain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka

4. Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

saya peroleh karena karya tulis ini, dan sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini serta peraturan-peraturan terkait lainnya;

5. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk

dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 16 Februari 2017

Yang membuat pernyataan,

Anggi Andriyana

201218083

Page 4: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil„alamin, penulis panjatkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat serta karunia-Nya, penulisan

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Usaha Pariwisata Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Kabupaten Bogor” dapat diselesaikan.

Penulisan Skripsi dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat Program

Strata I, Studi Destinasi Pariwisata pada Jurusan Kepariwisataan di Sekolah

Tinggi Pariwisata Bandung. Dalam penyajian Usulan Penelitian ini penulis

menyadari masih belum mendekati kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan

masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang

ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari, berhasilnya studi dan penyusunan Skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan do‟a

kepada peulis dalam menghadapi setiap tantangan, sehingga sepatutnya pada

kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Anang Sutono, MM.Par., CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung

Page 5: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

iv

2. Bapak Drs. Alexander Reyaan, MM., selaku Kepala Bagian Administrasi

Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

3. Ibu Beta Budisetyorini A.Par., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Kepariwisataan

4. Ibu Yanthi Adriani, Dra., M.Si., selaku Ketua Program Studi Destinasi

Pariwisata

5. Dr. Haryadi Darmawan, MM., selaku Dosen Pembimbing pertama yang selalu

membimbing sekaligus membangun mental, penulisan, pola pikir yang lebih

baik serta detil lainnya

6. Odang Permana S. S.E., M.E., selaku Dosen Pembimbing kedua yang selalu

membiming sekaligus membangun mental, penyusunan metodologi dan

analisis serta detil lainnya

7. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor

8. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

9. Ke-dua orangtua atas do‟a dan dukungan yang tiada henti dari Ayahanda

H.Yus Rusmana dan Ibunda Hj.Cucun

10. Bibi Hj. Nurnaeningsih yang membantu dalam pengumpulan data di lokus

penelitian, Kabupaten Bogor

11. Ligiya Fitria Ramadhan yang membantu memberikan dukungan materi

maupun moril saat penyusunan skripsi

12. Sahabat MAJJAF, Ciwaruga Kingdom, Bhinneka, serta teman-teman lain di

kampus yang turut mendukung penyusunan skripsi ini

13. Kepada seluruh pihak yang terkait dalam membantu penyusunan skripsi ini

Page 6: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

v

Akhir kata semoga Skripsi ini dapat dimanfaatkan dan dapat memberikan

sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun

bagi pihak yang berkepentingan.

Wasalamu‟alaikum Wr.Wb.

Bandung,.......................2017

Penyusun,

Anggi Andriyana

Page 7: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

vi

ABSTRAK

Kabupaten Bogor merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki potensi

dan mampu bersaing dengan destinasi-destinasi wisata lainnya di Provinsi Jawa

Barat karena memiliki tingkat kunjungan wisatawan dan Produk Domestik

Regional Bruto di industri pariwisata yang cukup tinggi serta perkembangan

perekonomian yang cukup baik.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Bogor yang sudah cukup pesat dipengaruhi oleh output dari usaha

pariwisata. Metodologi yang digunakan adalah analisis regresi berganda (ordinary

least square), pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen (Y) dan usaha

pariwisata sebagai variabel independen (X). Adapun beberapa tahap analisis yang

dilakukan yaitu; uji prasyarat (uji stasioneritas, normalitas dan heterokedastisitas),

analisis regresi berganda, uji permaslahan analisis regresi (uji autokorelasi dan uji

multikolinearitas) dan uji hipotesis (koefisien determinasi, uji-f dan uji-t).

Hasil dari analisis penelitian ini yaitu analisis koefisien determinasi menunjukan

bahwa output usaha pariwisata berpengaruh secara signifikan sebesar 59.5%. Uji

pengaruh secara bersama-sama atau uji-f menunjukan bahwa usaha pariwisata

berpengaruh secara signifikan (F hitung 8.681 > F tabel 1.93). Selanjutnya uji

pengaruh secara parsial atau uji-t, yang menghasilkan bahwa terdapat variabel

usaha pariwisata yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

yaitu Kawasan Wisata, Perjalanan Wisata, Penyelengaraan Hiburan & Rekreasi,

Jasa Konsultan Wisata, Jasa Pramuwisata dan Wisata Tirta.

Dari beberapa data temuan dan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa, usaha pariwisata berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pertumbuhan

Ekonomi, Usaha Pariwisata, Ordinary Least Square (OLS), Kabupaten Bogor

Page 8: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

vii

ABSTRAK

Kabupaten Bogor is one of tourism destination which has many potential and can

be compared with other tourism destination in West Java, because Kabupaten

Bogor has high tourist arrival and Gross Domestic Product in tourism industry,

also good in economic development.

The purpose of this research is to find does the high of economic growth in

Kabupaten Bogor influenced by the output of tourism business. The methodology

of this research is multiple regression analysis technique (ordinary least square),

economic growth as dependent variable (Y) and tourism business as independent

variable (X). Multiple regression analysis technique has some steps, there are; pre-

test (stationarity, normality, and heterokedastisity test), multiple regression

problems test (autocorrelation and multicolinearity test) and hypothesis test

(coefficient determination r-square, f-test and t-test).

The coefficient determination r-square result that the output of tourism business is

influence economic growth significantly by 59.5%. F-test also result that tourism

business is influence economic growth significantly (F-count 8.681 > F-table

1.93). Then t-test or parcial test result that some of tourism business is influence

tourism growth in Kabupaten Bogor, there are Kawasan Wisata, Perjalanan

Wisata, Penyelengaraan Hiburan & Rekreasi, Jasa Konsultan Wisata, Jasa

Pramuwisata dan Wisata Tirta.

Based on collected data and multiple regression analysis concluted that tourism

business is influence economic growth in Kabupaten Bogor.

Key Word: Gross Domestic Product (GDP), Economic Growth, Tourism

Business, Ordinary Least Square (OLS), Kabupaten Bogor

Page 9: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................iii

ABSTRAK .................................................................................................................. vi

ABSTACT ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah ................................................................. 7

C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 9

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 10

E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 12

A. Paparan Konseptual ........................................................................................ 12

B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 42

C. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 46

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................................ 48

A. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 48

B. Obyek Penelitian ............................................................................................ 49

Page 10: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

ix

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 50

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 50

1. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 50

2. Alat Pengumpulan Data ........................................................................... 54

3. Matriks Operasionalisasi Varabel (MOV) ............................................... 55

E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 69

A. Keadaan Umum .............................................................................................. 69

B. Analisis Regresi Berganda ............................................................................. 79

C. Pembahasan Hasil Analisis ............................................................................ 95

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 139

A. Kesimpulan .................................................................................................. 139

B. Saran ............................................................................................................. 145

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya, Kamar, dan Tempat Tidur di Jawa

Barat, 2013 ........................................................................................................................ 4

Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Akomodasi di Jawa Barat Menurut

Kabupaten/Kota, 2012....................................................................................................... 4

Tabel 1.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Menurut Kabupaten/Kota di

Jawa Barat, 2012 ............................................................................................................... 5

Tabel 1.4 Jumlah Rumah Makan/Restoran Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Barat, 2013 ........................................................................................................................ 5

Tabel 1.5 Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan

Pemerintah Kabupaten/Kota Menurut Jenis Penerimaan, 2013 (Ribuan Rupiah) ............ 6

Tabel 2.1 Rangkuman Teori & Konsep Usaha Pariwisata .............................................. 34

Tabel 2.2 Rangkuman Teori & Konsep Pertumbuhan Ekonomi .................................... 36

Tabel 2.3 Rangkuman Teori & Konsep Produk Domestik Regional Bruto .................... 40

Tabel 2.4 Rangkuman Teori & Konsep Produk Domestik Regional Bruto ........................

Tabel 3.1 Matriks Operasionalisasi Variabel .................................................................. 54

Tabel 3.1 Matriks Operasionalisasi Variabel .................................................................. 54

Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bogor Tahun 2008 - 2015 ...... 71

Tabel 4.2 Jumlah Usaha Pariwisata Kabupaten Bogor Tahun 2008 - 2014 .................... 72

Tabel 4.3 Output Usaha Pariwisata di Kabupaten Bogor dari Tahun 2008 – 2014 (dalam

jutaan rupiah) ................................................................................................................. 74

Page 12: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

xi

Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor 2008 – 2014 (dalam

jutaan rupiah) ................................................................................................................. 76

Tabel 4.6 Uji Stasioneritas Pada Setiap Variabel............................................................ 78

Tabel 4.7 Uji Normalitas Menggunakan Metode ............................................................ 79

Tabel 4.8 Pengujian Heteroskedastisitas Pada Variabel Lnei2 dengan LnX1 hingga

LnX2 ................................................................................................................................ 80

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Berganda .................................................................... 81

Tabel 4.10 Pengujian Durbin Watson Variabel X1 – X12 Terhadap Variabel Y ............. 83

Tabel 4.11 Pengujian Multikolinearitas Pada Variabel X1-X12 Terhadap Y .................. 84

Tabel 4.12 Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Pada Variabel X1-X12

Terhadap Y ...................................................................................................................... 85

Tabel 4.12 Hasil Analisis Determinasi R2 ...................................................................... 86

Tabel 4.13 Hasil Uji-F..................................................................................................... 87

Tabel 4.14 Hasil Uji-t ...................................................................................................... 88

Tabel 4.15 Koefisien Pada Hasil Uji-t .......................................................................... 103

Page 13: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 25

Gambar 3.1 Peta & Batasan Kabupaten Bogor dan Contoh Usaha Pariwisata ...... 27

Gambar 3.2 Tahapan Analisis ................................................................................ 36

Page 14: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang menjanjikan

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

World Economic Forum (WEF, 2008) menyatakan bahwa nilai transaksi

kepariwisataan dalam satu tahun dapat mencapai US$ 3.5 trilyun atau setara

dengan 6% dari penghasilan kotor dunia dan jumlah ini telah melampaui

pendapatan dari industri migas, otomobil, elektronik dan pertanian. Industri

kepariwisataan telah menyumbangkan kurang lebih US$ 421 milyar dari pajak

yang ditarik dari industri kepariwisataan dunia, jumlah ini belum termasuk

airport tax dan pajak perjalanan.

Bagi Indonesia sektor pariwisata juga menjadi salah satu solusi untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi pemerintah dan masyarakat. Seperti

yang tercantum pada Undang–Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, “Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani,

rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta

meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat”.

Selain itu, pariwisata juga menjadi salah satu dari sembilan agenda prioritas

Presiden Indonesia, Bapak Joko Widodo tepatnya pada nomor ke-enam

Page 15: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

2

yang menyebutkan bahwa pemerintah akan meningkatkan daya saing, ini akan

memanfaatkan potensi yang belum tergarap dengan baik tetapi memberi

peluang besar untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional,

yakni, industri manufaktur, industri pangan, sektor maritim, dan pariwisata.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses meningkatkan pendapatan nasional,

suatu indikasi makroekonomi terutama PDRB per kapita, suatu dasar yang

tidak selalu linear atau sejalan dengan arah yang positif pada sektor sosial-

ekonomi dan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan dan taraf hidup

masyarakat. (Haller, 2012:66)

Brezina (2012:9-10) menyatakan bahwa Produk Domestik Regional Bruto

merupakan indikator yang paling penting dalam mengukur perekonomian

suatu Daerah. PDRB merupakan indikator pengukuran ekonomi terluas

sebagai nilai moneter pada semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu

Daerah selama periode waktu tertentu. Selanjutnya pada sektor pariwisata,

PDRB didefinisikan sebagai total nilai tambah yang diperoleh dari semua

produksi barang dan jasa pada industri pariwisata, termasuk penjualan kepada

non-wisatawan dan pengeluaran pariwisata (Mitchell dan Ashley, 2010:9).

Berdasarkan konsep tersebut dapat diketahui bahwa salah satu pendapatan

untuk memperoleh nilai tambah bagi PDRB sektor pariwisata yaitu usaha-

usaha pariwisata atau industri pariwisata. Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan, industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata

yang saling terkait dalam menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan pada penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata

Page 16: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

3

merupakan kegiatan bisnis yang berhubungan langsung dengan kegiatan

wisata sehingga tanpa keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan dengan

baik (Ismayanti 2010:19).

Berbagai kebutuhan wisatawan yang beragam menyebabkan tingkat

permintaan wisatawan yang tinggi sehingga hal ini menjadi salah satu faktor

dalam menghasilkan pendapatan bagi usaha-usaha pariwisata. Hal ini telah

dibuktikan oleh penelitian Santri (2009) dan penelitian pada Jurnal Perhotelan

dan Pariwisata: Peranan Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Provinsi Bali

(2013:15-16) yang menyimpulkan bahwa sektor pariwisata memiliki peran

yang relatif besar terhadap struktur perekonomian provinsi Bali dengan

posisi sektor pariwisata menduduki peringkat pertama diantara sektor-

sektor lain. Usaha Hotel dan Restoran memiliki kontribusi yang sangat besar

yaitu 19% serta jasa-jasa lainnnya sebesar 14% dari perbandingan dengan

sektor-sektor lainnya di PDRB. Hal ini membuktikan bahwa pembangunan

ekonomi Bali di topang oleh sektor Pariwisata.

Dari fenomena tersebut dapat diketahui bahwa usaha-usaha pariwisata sangat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Salah satu daerah tujuan wisata di

Indonesia yang saat ini sangat terlihat perkembangan ekonominya adalah

Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor terletak mengelilingi Kota Bogor dan

dekat dengan Ibukota Indonesia, Jakarta serta Ibukota Provinsi Jawa Barat,

Bandung. Keberadaan letaknya yang strategis merupakan potensi untuk

pengembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan pelayanan, pusat

industri nasional, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata.

Page 17: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

4

Kabupaten Bogor termasuk ke dalam Kawasan Wisata Unggulan (KWU)

provinsi Jawa Barat terutama pada Kawasan Wisata Alam Pegunungan

Puncak. Kawasan Wisata Unggulan (KWU) provinsi merupakan kawasan

wisata yang diunggulkan di tingkat provinsi yang berperan dalam

menjawab isu‐isu pokok pembangunan kepariwisataan provinsi. KWU

berperan strategis karena keunikan lokasi maupun tingginya intensitas

kunjungan wisatawan.

Tabel 1.1 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya, Kamar, dan Tempat Tidur di

Jawa Barat, 2013

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2014

Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Akomodasi di Jawa Barat

Menurut Kabupaten/Kota, 2012

Kabupaten/Kota Wisatawan

Mancanegara Wisatawan Nusantara

Jumlah

01. Kota Bandung 158,848 3,354,857 3,513,705

02. Kota Bogor 108,515 2,428,331 2,536,846

03. Kabupaten Bogor 47,719 1,290,897 1,338,616

04. Kabupaten Sukabumi 49,138 443,795 492,933

05. Kabupaten Garut 8,546,392 449,401 401,013

Kabupaten/Kota Jumlah Hotel dan

Akomodasi Jumlah Kamar

Jumlah Tempat Tidur

01. Kota Bandung 328 15,370 23,987

02. Kabupaten Bogor 152 7,438 14,395

03. Kabupaten Ciamis 223 3,383 5,619

04. Kabupaten Cianjur 138 4,577 8,490

05. Kabupaten Garut 126 1,881 2,895

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2014

Page 18: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

5

Tabel 1.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Menurut

Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2012

Kabupaten/Kota Wisatawan

Mancanegara Wisatawan Nusantara

Jumlah

01. Kabupaten Bandung 62,101 5,583,468 5,645,569

02. Kabupaten Subang 170,274 3,227,988 3,398,262

03. Kabupaten Bogor 30,669 3,275,938 3,306,607

04. Kabupaten Sukabumi 46,975 2,551,807 2,598,782

05. Kota Depok 78,121 864,273 1,872,085

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2014

Tabel 1.4 Jumlah Rumah Makan/Restoran Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Barat, 2013

Kabupaten/Kota Rumah Makan/Restoran Restoran

01. Kabupaten Bandung 467 40

02. Kota Bandung 257 175

03. Kota Bekasi 143 92

04. Kabupaten Bogor 143 28

05. Kabupaten Garut 145 7

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2014

Page 19: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

6

Tabel 1.5 Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten/Kota Menurut Jenis Penerimaan,

2013 (Ribuan Rupiah)

Kabupaten/Kota Bagian Dana Asli

Daerah (PAD) Penerimaan

Perimbangan Total Pendapatan

01. Kabupaten Bogor 8,485,710,397 32,315,852,409 4,953,126,646

02. Kota Bekasi 871,275,050 1,204,659,803 3,042,866,121

03. Kabupaten Bandung 368,109,368 2,049,968,644 2,976,159,913

04. Kota Bandung 1,344,159,105 1,820,636,329 1,820,636,329

05. Kabupaten Karawang

479,943,817 1,488,992,466 2,783,186,807

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2014

Berdasarkan Data Jawa Barat Dalam Angka 2014 tersebut, dari beberapa

indikator Kabupaten Bogor rata-rata berada pada peringkat tiga besar;

peringkat kedua pada indikator jumlah akomodasi, selisih 9592 dengan Kota

Bandung. Indikator jumlah kunjungan wisatawan ke akomodasi dan obyek

wisata, Kabupaten Bogor berada di peringkat ketiga yaitu sebesar 1,338,616

dan 3,306,607 wisatawan. Selanjutnya pada indikator PAD (1,063,372,766),

penerimaan perimbangan (2,299,110,842), dan total pendapatan,

(4,894,953,126,646) Kabupaten Bogor berada di peringkat satu pada masing-

masing indikator.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Bogor

merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki potensi dan mampu

bersaing dengan destinasi-destinasi wisata lainnya di Provinsi Jawa Barat

karena memiliki tingkat kunjungan wisatawan dan industri pariwisata yang

cukup tinggi serta perkembangan perekonomian yang cukup baik.

Page 20: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

7

Selanjutnya, berdasarkan RKPD Kabupaten Bogor 2008 - 2011, kontribusi

sektor sekunder terhadap PDRB dari tahun 2008 – 2011 semakin menurun,

yaitu 68.64% pada tahun 2008, 68.02% pada tahun 2009, 67.23% pada tahun

2010, dan 66.56% pada tahun 2011; sementara sektor tersier mulai bergerak

naik dari 24.58% pada tahun 2008, 25.59% pada tahun 2009, 26.37% pada

tahun 2010, dan 28.14% pada tahun 2011. Dengan demikian, lapangan usaha

perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa lainnya, mulai banyak diminati

di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan beberapa, kebijakan, konsep dan fenomena yang telah

dipaparkan, peneliti tertarik untuk mengangkat topik “Pengaruh Usaha-usaha

Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor” sebagai

suatu kajian penelitian

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

a. Rumusan Masalah

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Bogor 2008 - 2011 yang diperoleh,

terjadi pergeseran antara kontribusi sektor sekunder (sektor industri

pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan) yang

mengalami penurunan dengan kontribusi sektor tersier (usaha

perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa lainnya) yang

mengalami peningkatan.

Page 21: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

8

Menurut Mardiana (2015), sektor primer adalah sektor ekonomi yang

memanfaatkan sumber daya alam secara langsung. Sektor ini mencakup

pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Sektor sekunder

adalah sektor ekonomi yang mengolah hasil sektor primer menjadi barang

jadi, seperti pada manufaktur dan konstruksi. Industri pada sektor ini dapat

dibagi menjadi industri ringan dan industri berat. Sektor ekonomi tersier

(juga dikenal sebagai sektor jasa atau industri jasa) adalah satu dari tiga

sektor ekonomi, yang lainnya adalah sektor sekunder dan sektor primer.

Definisi umum sektor tersier adalah menghasilkan suatu jasa daripada

produk akhir seperti sektor sekunder. (Mardiana, 2015)

Peneliti mengamati bahwa pariwisata di Kabupaten Bogor mulai

berkembang pesat dan berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah ini sebagai suatu

penelitian.

b. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Ismayanti (2010:19-21) dan diperkuat oleh Undang-Undang

No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, peneliti membatasi variabel

pertama yaitu usaha pariwisata yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Bogor yaitu meliputi 13 jenis usaha pariwisata.

Namun setelah dilakukan observasi dan pengumpulan data ke lokus

penelitian, salah satu usaha pariwisata yaitu jasa transportasi wisata tidak

termasuk ke dalam salah satu jenis usaha pariwisata, karena di Kabupaten

Bogor tidak memiliki transportasi khusus sektor pariwisata, melainkan

Page 22: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

9

masih menggunakan transportasi umum, sehingga peneliti membatasi data

yang dikumpulkan sebanyak 12 jenis usaha pariwisata. Selanjutnya

peneliti membatasi variabel pertumbuhan ekonomi pada konsep Haller

(2012), Pertumbuhan ekonomi adalah proses meningkatkan pendapatan

nasional, suatu indikasi makroekonomi terutama PDRB per kapita, suatu

dasar yang tidak selalu linear atau sejalan dengan arah yang positif pada

sektor sosial-ekonomi dan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan

dan taraf hidup masyarakat. (Haller, 2012:66)

C. Pertanyaan Penelitian

Berikut merupakan beberapa pertanyaan penelitian yang ditimbulkan dari

rumusan masalah yang telah dipaparkan.

1. Bagaimana kondisi usaha pariwisata di Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana pengaruh usaha pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Bogor?

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusah masalah dan disesuaikan konsep yang digunakan (UU

RI No. 10 tahun 2009, Haller tahun 2012, Mitchel & Ashley tahun 2010)

serta penelitian empiris sebelumnya (Mosese tahun 2008, Amiri &

Walewangko tahun 2015, Bashori tahun 2011), sektor usaha pariwisata dan

pertumbuhan ekonomi memiliki suatu hubungan. Penelitian ini mengkaji

hubungan yang dihasilkan oleh output dari usaha pariwisata terhadap

pertumbuhan ekonomi (produk domestik regional bruto) Kabupaten Bogor.

Page 23: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

10

Sehingga menghasilkan dugaan sementara hubungan antara variabel pada

penelitian ini.

, yang berarti usaha pariwisata ada pengaruh namun

tidak secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor

, yang berarti usaha pariwisata berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Mengetahui kondisi usaha-usaha pariwisata di Kabupaten Bogor

2. Mengetahui perkembangan perekonomian yang terkait dengan usaha-

usaha pariwisata di Kabupaten Bogor

3. Sebagai bahan edukasi dan informasi bagi pembaca, khususnya bagi

stakeholder pariwisata Kabupaten Bogor.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan dan

pembatasan masalah, pertanyaan penelitian dan hipotesis, tujuan dan

kegunaan penelitian yang akan dilaksanakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan tentang landasan teori atau paparan konseptual sebagai

dasar dalam penelitian yang akan dilakukan. Berbagai teori dan konsep yang

digunakan berkaitan dengan substansi penelitian atau variabel-variabel pada

penelitian ini. Berdasarkan teori dan konsep dapat dipilih metode, instrumen,

Page 24: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

11

teknik analisis yang akan digunakan untuk merumuskan kesimpulan dari

penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini,

obyek penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data serta teknik

analisis data yang digunakan.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan tentang gambaran umum lokus penelitian, data

temuan yang telah diperoleh, penjelasan mengenai data temuan (deskripsi),

analisis data dengan menggunakan analisis regresi berganda, dan pembahasan

hasil analisis yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai pembahasan dari tiga pertanyaan penelitian,

penarikan kesimpulan dari setiap pertanyaan penelitian, dan pemberian saran

oleh peneliti.

Page 25: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Paparan Konseptual

Sehubungan dengan penelitian ini, diperlukan pembahasan suatu konsep

mengenai variabel-variabel yang berkaitan dengan substansi penelitian ini.

Variabel pertama adalah usaha pariwisata dan variabel kedua adalah

pertumbuhan ekonomi.

1. Usaha Pariwisata

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, industri pariwisata

adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka

menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan

dalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata adalah usaha yang

menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Terdapat 13 jenis usaha yang

termasuk ke dalam usaha pariwisata.

Selanjutnya, Yoeti (1985:9) juga mengartikan industri pariwisata sebagai

kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang

dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya,

selama dalam perjalanannya.

Page 26: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

13

Seperti yang disebutkan dua konsep di atas, yang termasuk ke dalam

kumpulan usaha pariwisata tidak hanya perusahaan (swasta), pemerintah

pun termasuk ke dalam industri pariwisata. Seperti yang dikemukakan oleh

Kusudianto (1996:11), bahwa industri pariwisata juga merupakan suatu

susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Organisasi tersebut

memiliki keterkaitan pada pengembangan, produksi dan pemasaran produk

suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang

bepergian, yaitu wisatawan.

Usaha pariwisata dapat dikatakan juga sebagai kumpulan kegiatan bisnis

karena di dalamnya terjadi sirkulasi hubungan langsung antara pengelola,

pengusaha, wisatawan, dan pemerintah. Ismayanti (2010:19-21)

mengemukakan bahwa usaha pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang

berhubungan langsung dengan kegiatan wisata sehingga tanpa

keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan dengan baik. Adanya usaha

pariwisata tentunya juga didukung oleh usaha-usaha lain karena industri

pariwisata adalah industri yang multisektor usaha pariwisata atau sering

juga disebut sebagai fasilitas wisata atau sarana wisata (superstructure),

diantaranya:

a. Daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik

wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan /

binaan manusia.

Pada penelitian sebelumnya menurut S Sinaga (2010) objek dan daya

tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia

Page 27: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

14

kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat

menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan

budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan.

Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Romani (2006) pada

dasarnya perencanaan wisata dimaksudkan untuk dapat meningkatkan

keuntungan ekonomi. Juga tercantum pada UU No. 9 Tahun 1990

bahwa pembangunan obyek dan daya tarik wisata bertujuan untuk

mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial

budaya. Namun di dalam perencanaan dan pembangunan ini harus

diupayakan juga agar tidak menyebabkan terjadinya perubahan sosial

dan kerusakan lingkungan. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui

bahwa pembangunan objek daya tarik seharusnya memiliki pengaruh

positif pada industri pariwisata dan perekonomian. Seperti pada

penelitian yang telah dilakukan oleh Juliafitri (2005) di Kota Bitung,

Nasrul Qadarrochman (1994-2008) di Kota Semarang, I Wayan Gede

Sedana Putra (1991-2010) di Kabupaten Gianyar dan Ferry Pleanggra

(2012) di Kabupaten/Kota Jawa Tengah tentang pengaruh jumlah

obyek wisata terhadap pendapatan diperoleh hasil bahwa baik dari segi

jumlah obyek pariwisata maupun dari segi retribusi daya tarik wisata

memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pariwisata dan

pembangunan daerah.

Page 28: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

15

b. Kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan /

atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi

kebutuhan pariwisata.

Menurut Puranegara (2004) pada penelitian sebelumnya di Kabupaten

Ciamis, kontribusi kawasan wisata Pangandaran terhadap pendapatan

total sektor pariwisata ciamis pada tahun 2002 sebesar 72.06% dan

pada tahun 2003 sampai dengan bulan Agustus sebesar 72.72%. Hal

ini dapat dilihat bahwa Kawasan Wisata Pangandaran merupakan

kawasan andalan Ciamis yang memberikan kontribusi paling besar

terhadap pendapatan sektor pariwisata Ciamis. Hal ini juga

disampaikan oleh Fatimah S (2015) di Kota Ambon bahwa

pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Bahari Kota Ambon

dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pembangunan,

maka dalam pelaksanaanya dibutuhkan strategi yang terencana dan

sistematis bagi masyarakat lokal. Keterlibatan atau partisipasi

masyarakat lokal menjadi penting pula termasuk dalam kaitannya

dengan upaya keberlanjutan pariwisata itu sendiri, yang mencakup

perlindungan terhadap lingkungan maupun manfaatnya bagi

kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang menjadi faktor utama

dalam prespektif pengembangan pariwista daerah. Pengembangan

kawasan wisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat

dan wilayah yang didasarkan pada kehidupan masyarakat yang

untuk meningkatkan dan memajukan tingkat hidup masyarakat

Page 29: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

16

sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal,

meningkatkan pendapatan secara ekonomis sekaligus

mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal (Ratvany,

2016). Herdiana (2012) juga menyatakan bahwa perkembangan suatu

kawasan wisata tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut

untuk ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan

dari peranan para pengelola kawasan wisata.

c. Jasa perjalanan wisata adalah usaha biro perjalanan wisata dan usaha

agen perjalanan wisata.

Seperti yang tercantum pada Hollowey (1983, 2002) keberadaan jasa

perjalanan pariwisata menjadi sektor penting di beberapa Negara

seperti Spanyol dan Yunani. Jasa perjalanan pariwisata berfungsi

untuk menjual produk sektor lain seperti transportasi, akomodasi dan

jasa lainnya yang menjadi satu kombinasi paket wisata. Di Inggris,

lebih dari 300 perusahaan jasa perjalanan wisata sebagian besar

berpengaruh penting dalam penanganan pendapatan berbagai bisnis.

Oleh karena itu, industri jasa pariwisata memiliki peran yang sangat

penting pada industri pariwisata di beberapa Negara.

Hal ini juga disampaikan oleh Kesrul (2003) bahwa di Indonesia

sekarang ini biro perjalanan wisata yang beroperasi mencapai jumlah

3.190 kantor cabang yang tersebar. Tamu-tamu yang datang setiap hari

baik itu membeli tiket, memesan kamar hotel, ataupun untuk membeli

paket wisata menunjukkan bahwa semakin hari masyarakat semakin

Page 30: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

17

membutuhkan jasa dan pelayanan dari biro perjalanan wisata. Seiring

dengan berkembangnya dunia pariwisata, jasa perjalanan wisata juga

sebagai sarana pendukung dalam meningkatkan industri pariwisata.

Jasa perjalanan wisata memegang peranan penting karena dapat

memberikan suatu pelayanan yang nyata bagi wisatawan, yaitu paket

perjalanan, seperti tiket transportasi udara, darat, laut; akomodasi

penginapan; pelayaran wisata; paket wisata; asuransi perjalanan; dan

produk lainnya yang berhubungan (Foster, 2000:77). Sebagai perantara

bagi perusahaan-perusahaan industri pariwisata, jasa perjalanan wisata

merupakan rantai yang amat penting dan sangat berperan besar untuk

mendorong atau merangsang agar orang mau melakukan perjalanan

wisata (Ni Nyoman Indah RP, 2006 dan DP Simamora, 2014).

d. Jasa makanan dan minuman adalah usaha penyediaan makanan dan

minum yang di lengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk

proses pembuatan yang berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar atau

kedai minuman.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sparks dkk (2003:12) di

daerah wisata Sidney, Melbourne, dan Brisbane, Australia menemukan

bahwa restoran memiliki peranan yang cukup signifikan dalam

menentukan tempat tujuan berlibur wisatawan. Dalam penelitian ini

disebutkan bahwa sebanyak 20% dari wisatawan yang diteliti yang

baru pertama kali mengunjungi kawasan wisata setuju bahwa restoran

memainkan peranan yang sangat penting dalam pemilihan daerah

Page 31: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

18

tujuan wisata. Sedangkan 46% dari wisatawan yang telah memperoleh

pengalaman positif di restoran di daerah tujuan wisata tersebut setuju

untuk kembali berkunjung pada kesempatan berikutnya yang

disebabkan oleh alasan agar dapat kembali menikmati pelayanan di

restoran yang sama. Ini menunjukkan bahwa peranan restoran dan

bar sangatlah penting dalam industri pariwisata, oleh karena itu para

pelaku usaha dibidang ini perlu mengetahui kualitas standar produk

restoran yang diinginkan oleh wisatawan agar dapat mencapai

kepuasan wisatawan.

al ini juga disampaikan oleh Ni uastuti 2012) pada penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya di Kawasan Pariwisata Nusa Dua bahwa

restoran dan bar merupakan komponen pariwisata yang bersifat pisik,

yang berfungsi sebagai salah satu fasilitas pariwisata penunjang

pelayanan jasa. RP Wulandari (2015) juga menyebutkan bahwa

restoran merupakan bagian dari industri pariwisata yang berperan

sebagai penyedia jasa, makan dan minum bagi orang-orang yang

sedang berada jauh dari tempat tinggalnya. Dalam industri makanan

dan minuman untuk kepentingan pariwisata, fasilitas ini sangatlah

penting peranannya dalam menunjang pelayanan yang diberikan suatu

destinasi terhadap wisatawan, karenanya perlu dikelola dengan

profesional.

Perkembangan jaman yang semakin maju, pola kehidupan penduduk

mengalami perubahan, usaha restoran saat ini semakin popular dan

Page 32: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

19

mengalami perkembangan yang pesat baik di pusat kota maupun di

daerah pinggiran kota (Prihastuti, 2009). Pada penelitian sebelumnya

Wibowo L Adi (2008) menyebutkan bahwa restoran atau jasa makan

& minum merupakan sarana pokok pariwisata (Main Tourism

Superstructures). Pada dasarnya, perusahaan-perusahaan tersebut

merupakan fasilitas minimal yang harus ada pada suatu daerah

tujuan wisata.

e. Penyediaan akomodasi adalah usaha yang megnyediakan pelayanan

penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lain.

Musselman dan Jackson (1984) memaparkan bahwa bisnis hotel dan

akomodasi sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam

peningkatan pendapatan. Bisnis hotel dan akomodasi lainnya

berkembang selaras dengan peningkatan pendapatan dan total

populasi. Pada tahun 1970 di Amerika pertumbuhan rata-rata pada

bisnis akomodasi sebesar 5.1% atau sekitar $50 milyar dan terus

meningkat hingga & $100 milyar pada akhir tahun 1970. Orang-orang

selalu memiliki keinginan untuk berlibur dari pekerjaannya, sehingga

orang yang memilliki waktu dan uang akan pergi berwisata. Oleh

karena itu, bisnis hotel dan akomodasi lainnya memiliki pengaruh yang

cukup jelas. Di Jawa Barat usaha yang bergerak dibidang akomodasi

pada tahun 2005 tercatat sebanyak 1,413 usaha, sebesar 9.55% adalah

usaha hotel berbintang dan sebesar 90.45% adalah usaha akomodasi di

luar hotel berbintang. Unsur terpenting di dalam kepariwisataan selain

Page 33: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

20

obyek wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah sarana

akomodasi, sebagai tempat untuk beristirahat atau menginap di daerah

tujuan wisata (Wahyu Eridiana, 2008).

Selanjutnya pada penelitian yang telah dilakukan Dwi Pangastuti

Ujiani (2006) di Provinsi D.I. Yogyakarta juga menyatakan bahwa

sektor usaha jasa dan akomodasi pariwisata mampu memberikan

pengaruh terhadap peningkatan output sektor-sektor lainnya.

Meningkatnya output yang dihasilkan ini juga dapat meningkatkan

meningkatkan pula laju pertumbuhan ekonomi Provinsi D.I.

Yogyakarta. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rizki Insan

Arif (2014) di Food and Beverage The Amaroosa Hotel Bandung,

akomodasi perhotelan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan

pariwisata. Tanpa kegiatan kepariwisataan dapat dikatakan akomodasi

perhotelan akan lumpuh. Sebaliknya pariwisata tanpa hotel merupakan

suatu hal yang tidak mungkin, karena jasa akomodasi termasuk ke

dalam sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructures).

Bila diumpamakan industri pariwisata itu sebagai suatu bangunan,

maka sektor perhotelan merupakan tiangnya. Dalam menunjang

pembangunan negara, Andi (2011) menjelaskan bahwa usaha

perhotelan memiliki peran antara lain; meningkatkan industri rakyat,

menciptakan lapangan kerja, membantu usaha pendidikan dan latihan,

meningkatkan pendapatan daerah dan Negara, meningkatkan devisa

negara, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.

Page 34: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

21

f. Penyelenggaraan kegiatan liburan dan rekreasi merupakan usaha yang

ruang lingkup kegiataan berupa usaha seni pertunjukan, arena

permainan, karaoke, bioskop dan kegiatan hiburan serta rekreasi lain

yang bertujuan untuk pariwisata.

Sinclair M T dan Stabler M (1991) menyatakan bahwa wisata belanja

(mal, factory outlet, dan pasar tradisional) memiliki dampak positif

pada ekonomi jika tidak adanya efek lingkungan dan sosial-budaya

yang negatif, seperti tidak menggangu atau menghancurkan tempat

tinggal masyarakat lokal, lingkungan alam dan situs budaya. Beberapa

atraksi lain yang memiliki dampak positif yang disediakan jasa

penyelenggaran hiburan dan rekreasi seperti pameran dan wisata

malam. Cahyono (2002: 94) menjelaskan bahwa tujuan

penyelenggaraan pameran di antaranya; tujuan sosial, tujuan

komersial, dan tujuan kemanusian. Menurut Sastra P (1999) tempat

hiburan malam adalah suatu tempat sejenis tourist attraction atau

kegiatan para wisatawan di mana para wisatawan datang untuk

menyaksikan, menikmati ataupun mengagumi kejadian-kejadian yang

berlangsung untuk mendapatkan kepuasan rohaniah sesuai dengan

keinginan para wisatawan yang dilakukan pada waktu malam hari.

Hiburan malam ini adalah merupakan salah satu kegiatan para

wisatawan yang dapat dirasakan di dalam dunia pariwisata tetapi juga

dapat memberikan ciri khas kepuasan tersendiri terhadap para

wisatawan. Fungsi dari tempat hiburan malam Marsum WA (2004:1)

Page 35: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

22

diantarnya; untuk menghilangkan kejenuhan para wisatawan yang

selalu tinggal di hotel, memberikan gambaran tentang situasi aktivitas

pada malam hari di kota yang bersangkutan, untuk menjamu para relasi

bisnis. Tempat hiburan malam dengan bar tidak dapat dipisahkan,

di tempat hiburan malam terdapat bar yang akan menyediakan

berbagai minuman dari yang non-alcoholic sampai yang alcoholic.

Pada penelitian Mahardika (2014) yang dilakukan di Yogyakarta

sebelumnya, saat ini, wisata malam di Yogyakarta berkembang pesat.

Dibuktikan dengan banyak dibukanya industri hiburan seperti cafe,

tempat karaoke, dan warung kopi. Ada beberapa cafe, tempat karaoke,

danwarung kopi yang dibuka di Yogyakarta yang hadir dengan gaya

dankonsep yang berbeda–beda, seperti Terrace Cafe, Liquid Cafe,

Boshe Cafe, Happy Puppy karaoke, Hyperbox karaoke, dan Legend

Cafe.Banyaknya industri hiburan malam di Yogyakarta menjadikan

kota initidak pernah sepi dari pagi hingga larut malam. Hal ini juga

dikemukakan oleh Novitasari (2008) di Pasar Semawis Semarang

bahwa berbagai aktivitas dan kegiatan yang ada di Pasar Semawis

dapat memberikan berbagai keuntungan baik dari segi ekonomi bagi

para pelaku bisnis maupun pelestarian budaya khususnya etnik China.

Selain itu dengan keberadaan Pasar Semawis ini dapat dijadikan

sebagai alternatif sebagai tempat tujuan wisata baik wisata budaya

maupun wisata kuliner. Berbagai interaksi yang terjadi di Pasar

Semawis secara langsung dapat mempererat sosialisasi antara

Page 36: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

23

masyarakat yang berasal dari etnis China maupun penduduk pribumi,

sehingga Pasar Semawis merupakan objek wisata yang sangat

berpotensi untuk perkembangan wisata di Kota Semarang.

g. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konfrensi dan

pameran adalah usaha yang memberikan jasa bagi karyawan dan mitra

usaha sebagai imbalan atas prestasi, dan menyelenggarakan pameran

untuk menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa

yang bersekala nasional, regional dan internasional.

Roeseler (2008:4) yang menyatakan bahwa MICE (Meetings,

Incentives, Conventions, Exhibition) sebagai suatu industri banyak

mendatangkan orang untuk melakukan pertemuan, dan setiap

pengeluaran mereka dalam jangka waktu tersebut merupakan

pemasukan salah satunya pada industri pariwisata. Rata-rata orang

yang datang berasal dari luar daerah, sehingga mereka harus tinggal

dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, industri MICE sangat

berkontribusi pada industri pariwisata. Selanjutnya juga dinyatakan

oleh Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ibu Mari Elka

Pantestu (2011-2014) terdapat 3 hal utama sebagai upaya untuk

meningkatkan keuntungan dalam sektor pariwisata, yaitu

mengembangkan wisata minat khusus, salah satunya adalah MICE.

Hal ini juga disampaikan oleh Esthy Reko Astuti (2013), Dirjen

Pemasaran Kementerian Pariwisata bahwa sektor pariwisata dan MICE

dapat menciptakan peningkatan PDB di dunia, sementara di sektor

Page 37: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

24

lainnya sedang menurun, justru MICE dan travel mengalami

pertumbuhan yang pesat. Bila dilihat dari data pertumbuhan MICE

Indonesia pada 2013 lalu bertumbuh 6 sampai 7% dan pada akhir 2014

diharapkan dapat mengalami pertumbuhan yang lebih besar. Selain itu,

industri MICE di tanah air semakin cerah dengan ditandatanganinya

Peraturan Presiden Nomor 69/2015 oleh Presiden Joko Widodo

tentang bebas Visa kunjungan bagi 45 negara.

Juga disampaikan oleh Indrajaya (2015) pada penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya di Kota Tangerang Selatan bahwa

perkembangan industri MICE di Indonesia memiliki potensi besar dan

merupakan salah satu produk unggulan industri Pariwisata Indonesia.

MICE merupakan salah satu dunia bisnis yang menjanjikan karena

pariwisata salah satu industri raksasa dunia yang mendorong

pertumbuhan sektor ekonomi paling cepat. Dampak besar bisnis MICE

dapat dilihat dari perolehan devisa pariwisata dengan diadakannya

sejumlah kegiatan konvensi nasional ataupun internasional dalam skala

besar. Industri MICE memiliki potensi pertumbuhan positif seiring

membaiknya perekonomian dan naiknya pendapatan masyarakat.

Berdasarkan teori/konsep dan penelitian sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa industri jasa MICE diyakini memiliki peran sentral

bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di banyak negara maju,

sektor ini telah menjadi pemicu dan pemacu bagi tumbuh-kembangnya

sektor ekonomi lainnya sehingga industri MICE juga merupakan

Page 38: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

25

indikator kuat dari kemajuan perekonomian negara. Jasa

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi &

pameran di Kabupaten Bogor memiliki pengaruh namun tidak secara

signifikan. Seharusnya pengelola MICE di Kabupaten Bogor juga

fokus dalam mempromosikan berbagai produk lain yang berpotensi,

agar para wisatawan yang datang untuk pertemuan atau bisnis dapat

mengeluarkan uangnya sebagai pemasukan bagi MICE itu sendiri dan

sektor lainnya di industri pariwisata.

h. Jasa informasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan data, berita,

feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang

disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan atau elektronik.

Menurut Prabowo (2009) jasa informasi pariwisata berperan penting

dalam memenuhi kebutuhan dan memudahkan para wisatawan yang

akan melakukan kegiatan pariwisata, untuk mendapatkan informasi

yang akurat dan lengkap, serba cepat, efisien, dan efektif mengenai

tujuan wisata beserta obyek-obyek yang menarik yang ada, serta

sarana transportasi yang bisa digunakan dalam mencapai tujuan.

Disamping kebutuhan para wisatawan juga informasi pariwisata

tersebut juga dibutuhkan bagi pengelola industri kepariwisataan dan

pemerintahan karena memiliki peran dalam mengambil keputusan dan

sebagai penentu kebijakan di bidang kepariwisataan.

Di dalam pemasaran pariwisata Novianto (2011) juga menyampaikan

peran dari sistem informasi pariwisata ini sangat penting, karena

Page 39: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

26

perilaku calon wisatawan sagat dinamis perkembangannya dari waktu

ke waktu. Keputusan harus dapat cepat diambil untuk menyesuaikan

dengan perubahan yang terjadi. Jadi peranan jasa informasi pariwisata

sangat menunjang perkembangan pariwisata. Dengan jasa ini, maka

informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan sangat cepat, efisien

dan akurat sehingga wisatawan dapat mendapatkan informasi tentang

kegiatan pariwisata yang akan dilakukannya (Seanli, 2011).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Zainal (2004) di Jawa

Tengah, dalam memasarkan pariwisata di Jawa Tengah selain

menggunakan media konvensional, TIC juga menggunakan media

computer dan teknologi komunikasi. Adanya sistem informasi

pariwisata terpadu dengan mengembangkan teknologi informasi secara

integral diharapkan akan mampu meningkatkan daya saing bidang

kepariwisataan terutama pada promosi dan pemasaran pariwisata yang

nantinya dapat meningkatkan peran serta masyarakat. Dengan

demikian TIC dapat berperan aktif sebagai sarana informasi, sebagai

sarana promosi pariwisata, sebagaisarana penyebaran wisatawan,

sebagai mitra usaha jasa pariwisata. Hal ini juga dikuatkan oleh

penelitian yang telah dilakukan Respati (2011) di PT. (Persero)

Angkasa Pura I Bandara Internasional Juanda Surabaya yang

memperoleh hasil penelitian bahwa unit informasi mempunyai peran

yang sangat penting dalam menunjang pariwisata di Jawa Timur.

Dengan adanya penerangan bandara akan mempermudah para

Page 40: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

27

wisatawan dalam mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek dan

daya tarik wisata yang ada di Jawa Timur. Pelayanan yang baik dari

pihak bandara khususnya bagian informasi akan membuat para

wisatawan ingin lebih sering mengunjungi obyek-obyek wisata di Jawa

Timur. Kesimpulannya, unit informasi Bandar Udara internasional

Juanda Surabaya memiliki peran yang strategis dalam

memperkenalkan pariwisata di Jawa Timur.

i. Jasa konsultasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan saran dan

remendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,

penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan.

Menurut Astina (2010) jasa konsultan pariwisata berperan dalam

analisis sektor pariwisata, sebagai media komunikasi dan informasi

ilmiah kepariwisataan, yang memuat tentang hasil ringkasan

penelitian, survei dan tulisan ilmiah populer kepariwisataan juga

pergeseran trend yang terjadi sehingga pembangunan pariwisata

Indonesia dapat terwujud secara berkelanjutan. Selain itu persaingan

global telah memberikan peningkatan standar baru persaingan. Dalam

kondisi ini, setiap perusahaan menginginkan untuk bisa bertahan dan

berkembang serta harus bisa menciptakan dan memperpanjang manfaat

kompetisi secara terus-menerus dengan cara meningkatkan daya saing.

Persaingan yang lebih tinggi mengharuskan perusahaan untuk

memiliki strategi persaingan yang inovatif dan pelaksanaan yang

optimal, peningkatan keuntungan dan dukungan ketahanan dari bisnis

Page 41: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

28

tersebut (Smart Cipta, 2012). Selanjutnya Hananto (2015) usaha jasa

konsultan pariwisata mempunyai peran yang strategis dalam rangka

turut menciptakan dan mendorong pemenuhan sumberdaya manusia

dan terpenuhinya usaha bidang pariwisata yang terkompentensi

berdasar standar yang telah ditetapkan melalui proses sertifikasi.

Produk usaha jasa konsultan pariwisata mencakup bidang industri

pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata dan bidang

kelembagaan pariwisata memberikan ruang untuk tumbuh dan

berkembangnya usaha jasa konsultan pariwisata baik menyangkut

aspek teknis maupun bisnis terkait dengan produk usaha jasa konsultan

yang berupa opini, saran atau rekomendasi. Dengan demikian usaha

jasa konsultan di bidang pariwisata dapat bersinergi dengan

pemerintah maupun pemerintah daerah untuk bersama-sama

mendorong pertumbuhan usaha pariwisata dengan memanfaatkan

sumberdana pemerintah atau pemerintah daerah yang ada.

j. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan atau

mengoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan dan / atau kebutuhan biro perjalanan wisata.

Hollowey (1983, 2002) menyatakan bahwa meskipun industri

pramuwisata terbilang kecil, kurang diakui secara aturan, namun jasa

pramuwisata merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam

industri pariwisata. Pemandu wisata dan interpreter menggambarkan

baiknya suatu destinasi wisata secara langsung kepada wisatawan. Hal

Page 42: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

29

ini juga diperkuat oleh pernyataan Yogyakarta Tourist Informations

(2009) bahwa unsur terpenting yang bersinggungan langsung dengan

layanan wisatawan adalah pramuwisata atau pemandu wisata; yaitu

seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan

petunjuk tentang obyek wisata serta membantu segala sesuatu yang

diperlukan wisatawan. Dalam menjalankan tugasnya, pemandu wisata

(tourist guide) harus memiliki standar kualifikasi layanan dan

kompetensi yang cukup berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan teknik

serta kode etik profesi kepariwisataan yang telah diratifikasi. Profesi

ini menjadi ujung tombak industri pariwisata dimana sejak orang

keluar untuk berwisata sejak itu dibutuhkan peran dari tugas-tugas

seorang guide.

Selanjutnya Harum (2012) juga memaparkan bahwa pramuwisata

adalah seseorang yang menemani, memberikan informasi dan

bimbingan serta saran kepada wisatawan dalam melakukan aktivitas

wisatanya. Pramuwisata adalah orang mengarahkan sebuah tour dan

merupakan kunci utama yang akan membawa wisatawan mendapatkan

pengalaman-pengalaman selama tour. Pramuwisata adalah seseorang

yang memimpin wisatawan dan memberikan informasi tentang data

atau fakta obyek dan atraksi wisata yang dikemas oleh jasa perjalanan

wisata dalam tour itinerary sebelumnya serta segala sesuatu yang

memiliki daya tarik bagi wisatawan. Dari sudut pandang pariwisata

Indonesia pramuwisata merupakan "guru besar" yang dianggap serba

Page 43: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

30

mengetahui tentang objek dan atraksi yang dimiliki daerahnya.

Kenyamanan wisatawan selama perjalanan merupakan tujuan utama

seorang pramuwisata. Selain itu seorang pramuwisata harus

memberikan cerminan dari kehidupan bangsa sendiri dengan segala

kepribadiannya dan selalu dapat dan ingin bekerjasama dengan segala

jenis bangsa yang datang ke Indonesia. Secara lebih luas, pramuwisata

adalah duta bangsa atau duta daerah tempat bertugas. Pramuwisata

adalah cerminan karakter masyarakat setempat (F. H. Debora, 2009).

Dalam industri pariwisata menurut Saraida (Waibobo, 2014) seorang

pramuwisata tetap menjaga citra pariwisata dan kredibilitas bangsa dan

negara di mata wisatawan dengan sesungguhnya. Peranan pramuwisata

sangat penting untuk majunya suatu jasa perjalanan wisata dan

meningkatkan kunjungan wisatawan, tergantung pada pelayanan yang

diberikan oleh pramuwisata kepada wisatawan. Selain itu pramuwisata

juga berperan sebagai sales-person bagi pariwisata Indonesia pada

umumnya. Dengan pelayanan yang professional pramuwisata ikut

menyumbangkan jasa untuk menjual produk-produk wisata dalam

bentuk paparan kepada wisatawan selama dalam penanganannya.

k. Wisata tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan

olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa

yang lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai

dan sungai, danau dan waduk. Menurut D.G. Bengen (2002) pada

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, salah satu jenis wisata

Page 44: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

31

yang berkembang di Indonesia adalah jenis wisata tirta/bahari. Hal ini

dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas

ribuan pulau besar dan kecil, seluruhnya mencakup 17.508 pulau

dengan garis pantai lebih dari 81.000 km serta memiliki potensi

sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar. Industri wisata tirta

merupakan salah satu sarana yang tepat dalam meningkatkan

kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Selain itu

dampak dan manfaat lain dari industri wisata tirta yaitu dapat

menghasilkan devisa negara dan memperluas lapangan kerja, sektor

pariwisata bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan

mengembangkan budaya lokal.

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh W. Yuliasri (2005) di

Semarang memperoleh hasil penelitian bahwa kawasan wisata air

Rawa Pening termasuk dalam kategori yang memiliki pertumbuhan

produk rendah dengan pasar yang tinggi (Kuadran Cash Cows).

Dengan kata lain kawasan wisata air Rawa Pening saat ini hanya

memiliki pangsa pasar kecil, tetapi tumbuh dan berkembang relatif

cepat. Saat ini usaha pengembangan kawasan wisata diarahkan kepada

pengembangan produk, salah satunya pengembangan atraksi wisata air.

Dritasto dan Anggraeni (2013) pada penelitian yang telah dilakukan

juga mengatakan bahwa dengan terkaitnya masyarakat dalam kegiatan

wisata tirta di Pulau Tidung maka dapat memberikan dampak ekonomi

masyarakat yaitu berupa pendapatan. Secara umum kegiatan wisata

Page 45: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

32

yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada

masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil.

Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara

wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya

wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa

pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.

l. Spa adalah usaha jasa perawatan yang memberikan dengan metode

kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah–rempah, layanan

makanan / minuman sehat dan olah aktifitas fisik dengan tujuan

menyeimbangkan jiwa dan raga, yang tetap memperhatikan tradisi dan

budaya Indonesia.

Aitchison C, Macleod N, dan Shawn (2000) menyatakan bahwa spa

merupakan salah satu industri pariwisata yang paling penting dan

popular di beberapa Negara. Industri spa dipercaya sekitar 15 juta turis

sebagai tempat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dengan

berendam di air panas. Ketertarikan turis yang menganggap industri

spa sebagai suatu pengobatan alternatif membuat industri spa terus

berkembang, menjadi elemen penting di industri pariwisata, hingga

lebih dari 300 ribu turis inggris terus bepergian ke luar negeri untuk

perawatan setiap tahunnya. Pada beberapa negara spa dikategorikan

dalam wisata kesehatan (health tourism) yang berkaitan dengan rumah

sakit dan teknologi yang diandalkan. Namun spa lebih berkaitan

dengan leisure, relaksasi, dan juga ada nilai tradisi budaya lokal di

Page 46: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

33

dalamnya. Pun juga spa lebih mengarah pada menjaga, relaksasi dan

membangkitkan kebugaran. Oleh karena itu spa lebih tepat disebut

wisata kebugaran (wellness tourism).

Tidak hanya di luar negeri, saat ini perkembangan industri bisnis

bidang jasa spa mulai menemukan titik yang baik dan sudah

mendapatkan atensi dari masyarakat luas yang sudah dapat kita lihat

pada bisnis industri spa di Bali. Bali menjadi tolok ukur perkembangan

industri spa di Indonesia karena beberapa kali sudah mendapatkan

penghargaan menjadi industri spa terbaik, seperti penghargaan The

Readers Spa Awards 2010 oleh majalah Conde Nast Traveller 2.

Kemajuan industri spa di Bali dapat memacu untuk usaha pencapaian

perkembangan industri jasa spa di daerah lainnya ke masa depan yang

lebih baik karena industri jasa ini dapat menaikan devisa dan juga

pendapatan daerah.

Menurut Cohen (2008) industri spa memprediksi, spa masih hal yang

baru dan merupakan sektor yang berkembang untuk pariwisata.

Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, tradisi, dan juga hasil

kekayaan alamnya. Hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia

untuk dikembangkan menjadi sesuatu hal yang berguna seperti halnya

ramuan-ramuan rempah khas Indonesia untuk dijadikan produk

kecantikan dan juga kesehatan. Hal ini juga disampaikan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid

II, Mari Elka Pangestu pada tahun 2013 bahwa Kemenparekraf tengah

Page 47: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

34

mengembangkan tujuh wisata minat khusus salah satunya adalah

wisata kesehatan atau spa. Keanekaragaman pelayanan spa mendapat

sambutan besar seiring dengan apresiasi global yang semakin tinggi

terhadap kebugaran, kesehatan dan umur panjang. Dengan peningkatan

keanekaragaman spa tersebut dan ditambah dengan trend spa yang

terus berkembang menjadi objek perdagangan internasional di antara

banyak negara, ada desakan kebutuhan untuk mengidentifikasi dan

mendorong layanan spa berkualitas tinggi, menciptakan transparasi,

meningkatkan kepercayaan pelanggan dan mempromosikan pertukaran

informasi (SNI Valuasi, 2013).

Berikut merupakan rangkuman beberapa konsep usaha pariwisata.

Tabel 2.1 Rangkuman Teori & Konsep Usaha Pariwisata

No Penulis / Sumber

Konsep Definisi Teori & Konsep Komponen

1 Yoeti (1985:9)

Industri pariwisata diartikan sebagai

kumpulan dari macam-macam

perusahaan yang secara bersama

menghasilkan barang-barang dan jasa-

jasa (goods and service) yang

dibutuhkan para wisatawan pada

khususnya dan traveler pada umumnya,

selama dalam perjalanannya.

Barang & Jasa

untuk Kebutuhan

Wisatawan

Kusudianto

(1996:11)

Industri pariwisata adalah suatu

susunan organisasi, baik pemerintah

maupun swasta yang terkait dalam

pengembangan, produksi dan

pemasaran produk suatu layanan yang

memenuhi kebutuhan dari orang yang

sedang bepergian.

Produk Layanan

untuk

Kebutuhan

Wisatawan

Page 48: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

35

3

Undang-Undang

Nomor 10 Tahun

2009

Industri Pariwisata adalah kumpulan

usaha pariwisata yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang

dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam

penyelenggaraan pariwisata. Usaha

pariwisata adalah usaha yang

menyediakan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan

dan penyelenggaraan pariwisata.

Barang & Jasa

untuk Kebutuhan

Wisatawan

4 Ismayanti

(2010:19-21)

Usaha pariwisata merupakan kegiatan

bisnis yang berhubungan langsung

dengan kegiatan wisata sehingga tanpa

keberadaannya, pariwisata tidak dapat

berjalan dengan baik. Adanya usaha

pariwisata tentunya juga didukung oleh

usaha-usaha lain karena industri

pariwisata adalah industri yang

multisektor usaha pariwisata atau sering

juga disebut sebagai fasilitas wisata

atau sarana wisata (superstructure)

Barang & Jasa

untuk Kebutuhan

Wisatawan

5.

UU No. 10

Tahun 2009

Tentang

Kepariwisataan

& Ismayanti

(2010)

Fasilitas wisata atau sarana wisata

(superstructure) yang termasuk ke

dalam usaha pariwisata meliputi 13

jenis usaha pariwisata

13 Jenis Usaha

Pariwisata

Sumber: Olahan Peneliti

Dari beberapa konsep usaha pariwisata yang telah dipaparkan, peneliti

memilih menggunakan konsep dari Ismayanti tahun 2010, karena sesuai

dengan kebijakan Republik Indonesia pada Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2009. Selain itu, di dalam konsep tersebut juga terdapat definisi

dari masing-masing 13 jenis usaha pariwisata.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Page 49: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

36

Haller (2012:66) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses

meningkatkan pendapatan nasional, suatu indikasi makroekonomi

terutama PDRB per kapita, suatu dasar yang tidak selalu linear atau sejalan

dengan arah yang positif pada sektor sosial-ekonomi dan berdampak pada

meningkatnya pertumbuhan dan taraf hidup masyarakat.

Definisi tersebut juga dinyatakan oleh Alam S (2007:25), bahwa

pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB) suatu Daerah atau

daerah melebihi tingkat pertumbuhan penduduk dalam jangka panjang.

Selain PDRB, meningkatnya pendapatan nasional juga dapat dilihat dari

total produksi dan perkembangan permintaan terhadap barang dan jasa dari

waktu ke waktu, biasanya lebih dari satu tahun. (BIS, 2010:3) & (Bucknall

B. K., 2013:1)

Investopedia (2014) juga mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan proses meningkatkan kapasitas pada ekonomi untuk

memproduksi barang dan jasa, yang dibandingkan dari satu periode

dengan periode lainnya.

Berikut merupakan rangkuman beberapa konsep pertumbuhan ekonomi.

Tabel 2.2 Rangkuman Teori & Konsep Pertumbuhan Ekonomi

No

Penulis /

Sumber

Konsep

Definisi Teori & Konsep Komponen

1 Alam S

(2007:25)

Pertumbuhan ekonomi merupakan

suatu proses yang bertujuan untuk

menaikkan produk domestik regional

bruto suatu Daerah atau daerah

melebihi tingkat pertumbuhan

penduduk dalam jangka panjang.

Proses

Meningkatkan

PDRB

Page 50: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

37

2 BIS (2010:3)

Economic growth is the continuous

improvement in the capacity to satisfy

the demand for goods and services,

resulting from increased production

scale, and improved productivity

(innovations in products and

processes).

Proses

Mengoptimalkan

Barang dan Jasa

3 Haller

(2012:66)

Eonomic growth is the process of

increasing the sizes of national

economies, the macro-economic

indications, especially the GDP per

capita, in an ascendant but not

necessarily linear direction, with

positive effects on the economic-social

sector, while development

shows us how growth impacts on the

society by increasing the standard of

life.

Proses

Meningkatkan

Pendapatan

Nasional

4 Bucknall B.

K. (2013:1)

It is the change in national income over

time, usually measured over one year.

National income is the amount

produced by a country in one year.

Perubahan

Pendapatan

Nasional

5 Investopedia

(2014)

Economic growth is an increase in the

capacity of an economy to produce

goods and services, compared from one

period of time to another. Economic

growth can be measured in nominal

terms, which include inflation, or in

real terms, which are adjusted for

inflation.

Peningkatan

Perekonomian

Pada Barang dan

Jasa yang

Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan berbagai konsep pertumbuhan ekonomi yang dipaparkan,

peneliti memilih menggunakan konsep Haller tahun 2012, karena konsep

tersebut menyebutkan bahwa;

a) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses,

b) PDRB merupakan indikator utama yang menunjukan pertumbuhan

ekonomi suatu Daerah atau daerah, dan

Page 51: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

38

c) Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan dampak positif pada sektor

sosial yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat

Selanjutnya menurut Haller, terdapat hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan Produk Domestik Regional Bruto. Oleh karena itu perlu

dipaparkan teori & konsep mengenai PDRB.

3. Produk Domestik Regional Bruto

Mankiw (2009:510) mengemukakan bahwa Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang

dihasilkan pada suatu Daerah dalam jangka waktu tertentu. Produk

Domestik Regional Bruto merupakan indikator yang paling penting dalam

mengukur perekonomian suatu Daerah. (Brezina 2012:9-10). Brezina juga

mendefinisikan PDRB sebagai indikator pengukuran ekonomi terluas

sebagai nilai moneter pada semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu

Daerah selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDRB adalah

nilai pasar dari semua barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu Daerah

dalam jangka waktu tertentu.

Selanjutnya, Bank Indonesia (2013) mengemukakan bahwa PDRB pada

dasarnya merupakan nilai tambah pada penjumlahan yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam suatu daerah, atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada

suatu daerah.

Page 52: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

39

Pada sektor pariwisata, PDRB dapat didefinisikan dalam 2 sisi, sisi supply

dan demand. Pada sisi supply, PDRB industri pariwisata adalah total nilai

tambah yang diperoleh dari semua industri pariwisata, termasuk penjualan

kepada non-wisatawan. Selanjutnya pada sisi demand, PDRB industri

pariwisata adalah nilai tambah khusus yang diperoleh dari pengeluaran

pariwisata di semua sektor ekonomi, apakah termasuk dalam industri

pariwisata maupun tidak. (Mitchell & Ashley, 2010:9)

Selanjutnya, produk domestik regional bruto dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Menurut Bank

Indonesia (2013), PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada

tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan

menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun

dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui

kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi

suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan

ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat

digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung

deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit

merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut

harga konstan.

Page 53: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

40

Berikut merupakan rangkuman berbagai konsep Produk Domestik

Regional Bruto.

Tabel 2.3 Rangkuman Teori & Konsep Produk Domestik Regional Bruto

No

Penulis /

Sumber

Konsep

Definisi Teori & Konsep Komponen

1 Mankiw

(2009:510)

GDP is the market value of all final

goods and services produced within an

economy in a given period of time

Total Nilai Pasar

dari Barang &

Jasa

2 Brezina

(2012:9-10)

Gross Domestic Product (GDP) is the

total value of goods and services

produced in a nation during a given

period of time, usually one year

Basically, it is the sum total of all

purchases, both goods and services,

made in a country in one year

Indikator

Pengukuran

Perekonomian

3

Mitchell dan

Ashley

(2010:9)

Gross domestic product (GDP) of

tourism industries is the total value

added by all „tourism characteristic‟

industries, including the share of their

output that is sold to non-tourists. This

supply-based definition is useful for

maintaining compatibility with SNA

and for comparison with other sectors.

Tourism GDP is the value added

specifically due to tourism expenditure

across all economic sectors, whether

they are „tourism characteristic‟ or not.

This demand-based definition is a more

accurate reflection of activity caused by

tourists

Total Nilai

Tambah dari

Demand & Supply

Page 54: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

41

4

Bank

Indonesia

(2013)

PDRB pada dasarnya merupakan

jumlah nilai tambah yang dihasilkan

oleh seluruh unit usaha dalam suatu

daerah tertentu, atau merupakan

jumlah nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas

dasar harga berlaku menggambarkan

nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada

tahun berjalan, sedang PDRB atas

dasar harga konstan menunjukkan

nilai tambah barang dan jasa

tersebut yang dihitung menggunakan

harga yang berlaku pada satu tahun

tertentu sebagai tahun dasar. PDRB

menurut harga berlaku digunakan

untuk mengetahui kemampuan

sumber daya ekonomi, pergeseran,

dan struktur ekonomi suatu daerah.

Sementara itu, PDRB konstan

digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan ekonomi secara riil dari

tahun ke tahun atau pertumbuhan

ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh

faktor harga.

Indikator Untuk

Mengetahui

Kondisi Ekonomi

Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan berbagai konsep PDRB yang dipaparkan, peneliti memilih

menggunakan konsep Mitchell dan Ashley tahun 2010 karena konsep

mendefinisikan pertumbuhan ekonomi dengan melihat dua sisi yang

menjadi komponen penting dalam perekonomian, yaitu sisi penawaran dan

permintaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diperoleh dari sisi penawaran

yaitu melalui total penjualan atau pendapatan industri pariwisata,

sedangkan dari sisi permintaan diperoleh dari total pengeluaran wisatawan.

Page 55: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

42

B. Penelitian Terdahulu (Empiris)

1. The Role And Impact of Services Sector on Economic Growth: An

Econometic Investigation of Tourism and Air Services in Fiji (1968-2006)

oleh Mosese Tavaga Qasenivalu, Universitas Massey New Zealand, 2008

Latar belakang penelitian ini yaitu berbagai studi empiris telah menetapkan

bahwa pariwisata merupakan penentu utama pertumbuhan ekonomi dan

layanan udara internasional memberikan keuntungan pada pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi. Hal ini menjadikan sektor perdagangan dan

perusahaan publik reformasi di sektor jasa, lebih ditingkatkan di berbagai

Negara, sehingga memberikan dampak positif terhadap sektor lainnya. Oleh

karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti kontribusi yang diberikan

ekspor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dalam kasus Fiji,

menganalisis apakah reformasi pariwisata yang dijalankan oleh Fiji di Tahun

1999 dibawah WTO GATS berdampak pada total ekspor di sektor pariwisata,

melakukan penyelidikan terhadap pertumbuhan jasa penerbangan, serta

mengevaluasi dampak dari aktivitas perusahaan penerbangan dalam

memberikan pelayanan di penerbangan.

Pada penelitian ini metodologi yang digunakan yaitu pendekatan

Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Microfit versi 4.1 oleh Pesaran

(1999) digunakan sebagai alat yang berfungsi untuk memperkirakan model-

model persamaan dan menghubungkan variabel dependen dengan variabel

independen. Penelitian ini menggunakan empat basis model; Tourism Growth

Model, Determinants of Tourism and Reform Models, Air-Services Growth

Page 56: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

43

Model & Determinants of Air Services and Reform Models. Ke-empat model

ini diuji kemudian diestimasikan untuk mengetahui variabel yang paling

berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Fiji.

Hasil penelitian ini yaitu secara keseluruhan, kedua sektor ini jasa pariwisata

dan layanan udara merupakan penentu utama pertumbuhan ekonomi dan

pertumbuhan pada total PDB di Fiji. Namun, pada sektor industri pariwisata,

pembaruan yang dilakukan untuk menghilangkan hambatan pada akses pasar

yang membatasi investasi langsung oleh asing di hotel dan akomodasi hanya

menciptakan dampak positif pada pendapatan pariwisata dengan jangka waktu

yang pendek. Di saat yang sama, instensitas pada penghasilan pariwisata tidak

berdampak positif pada pendapatan pariwisata dan dan menunjukkan

rendahnya tingkat investasi langsung oleh asing di hotel dan restoran.

Selanjutnya pada sektor industri penerbangan, saat manajemen dan para ahli

asing melakukan peningkatan jumlah penumpang secara signifikan dalam

jangka panjang, perbaruan lain yang dilakukan pada airport privatization telah

gagal untuk meningkatkan jumlah penumpang yang signifikan dalam jangka

pendek dan jangka panjang. Variabel tiruan yang digunakan untuk

pelaksanaan kedua perbaruan penerbangan di atas menegaskan bahwa

perbaruan tersebut belum membuat dampak positif dan signifikan terhadap

ekspor jasa layanan udara.

2. Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran Dan Sektor Jasa-Jasa Terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Manado oleh Amiri,

Kalangi dan Walewangko, Universitas Sam Ratulangi, 2015

Page 57: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

44

Latar belakang penelitian ini yaitu pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang

berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan

ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti

kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan

pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output

agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sektor

perdagangan, hotel, restoran dan sektor jasa-jasa terhadap pertumbuhan PDRB

di Kota Manado sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

perencanaan pembangunan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series)

dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Manado dari tahun 2000-

2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model analisis

regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang

meliputi pengujian serempak (uji-f), pengujian individu (uji-t) dan pengujian

ketepatan perkiraan (R2) dan uji asumsi klasik; multikolinieritas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Berdasarkan hasil analisis yang menggunakan metode Ordinary Least Square

(OLS), variabel sektor perdagangan, hotel, restoran berpengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB Kota Manado. Dan variabel sektor jasa-jasa

mempunyai pengaruh positif terhadap PDRB Kota Manado. Secara teori

apabila sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor jasa-jasa meningkat

Page 58: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

45

maka akan mendorong keinginan para pelaku konsumen untuk menggunakan

suatu barang atau jasayang otomatis akan meningkatkan PDRB Kota Manado.

3. Pengaruh Investasi Sektor Pariwisata dan Pengeluaran Wisatawan

Mancanegara Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Pariwisata

Indonesia Tahun 1990-2009 oleh Bashori Yulianto, Universitas Airlangga,

2011

Latar belakang penelitian ini yaitu Indonesia merupakan Negara yang

memiliki sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi sebagai obyek

pariwisata dunia. Sebagai sektor yang mempunyai sumber yang melimpah,

sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.

Penelitian ini ditujukan untuk melakukan analisis mengenai pengaruh

investasi sektor pariwisata dan pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap

PDB sektor pariwisata Indonesia tahun 1990 - 2009.

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan Ordinary

Least Square (OLS) first difference. Dengan metode tersebut, analisis yang

diperoleh yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara investasi sektor

pariwisata dan pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap PDB sektor

pariwisata Indonesia. Variabel investasi sektor pariwisata mempunyai

pengaruh positif, namun variabel pengeluaran wisatawan mempunyai

pengaruh negatif terhadap PDB sektor pariwisata Indonesia.

Page 59: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

46

Tabel 2.4 Rangkuman Penelitian Empiris

No Penulis & Judul Penelitian Variabel X Variabel Y

Metode Hasil Analisis &

Kesimpulan

1

The Role And Impact of

Services Sector on

Economic Growth: An

Econometic Investigation

of Tourism and Air

Services in Fiji (1968-

2006) oleh Mosese

Tavaga Qasenivalu

Tourism and

Air Services

Economic

Growth

(GDP)

Autoregressive

Distributed Lag

(ARDL)

Secara

keseluruhan, kedua

sektor ini jasa

pariwisata dan

layanan udara

merupakan

penentu utama

pertumbuhan

ekonomi dan

pertumbuhan pada

total PDB di Fiji.

2

Sektor Perdagangan,

Hotel, Restoran Dan

Sektor Jasa-Jasa

Terhadap Produk

Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kota Manado

oleh Amiri 2015

Sektor

Perdagangan,

Hotel, dan

Sektor Jasa-

jasa

PDRB Ordinary Least

Square (OLS)

Sektor

perdagangan,

hotel, restoran, dan

variabel sektor

jasa-jasa

mempunyai

pengaruh positif

dan signifikan

terhadap PDRB

Kota Manado

3

Pengaruh Investasi

Sektor Pariwisata dan

Pengeluaran Wisatawan

Mancanegara Terhadap

Produk Domestik Bruto

Sektor Pariwisata

Indonesia Tahun 1990-

2009 oleh Bashori

Yulianto

Investasi

Sektor

Pariwisata

dan

Pengeluaran

Wisatawan

PDRB Ordinary Least

Square (OLS)

Terdapat

hubungan yang

signifikan antara

investasi sektor

pariwisata dan

pengeluaran

wisatawan

mancanegara

terhadap PDB

sektor pariwisata

Indonesia

Berdasarkan pemaparan ketiga penelitian empiris sebelumnya dapat diketahui

bahwa sektor pariwisata (variabel X) memiliki pengaruh yang positif terhadap

perekonomian (variabel Y) dengan produk domestik regional bruto sebagai

indikator pengukurannya serta analisis regresi merupakan suatu metodologi

yang tepat untuk mengkaji pengaruh antara ke-dua variabel tersebut.

Page 60: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

47

C. Kerangka Pemikiran

Berikut merupakan kerangka penelitian yang akan dilakukan. Peneliti akan

mengidentifikasi perkembangan 12 jenis usaha pariwisata, dan pengaruhnya

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Di mana :

X1 : Daya Tarik Wisata

X2 : Kawasan Wisata

X3 : Jasa Perjalanan Wisata

X4 : Jasa Makan & Minum

X5 : Jasa Akomodasi

X6 : Penyelenggaraan kegiatan liburan dan rekreasi

X7 : Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konfrensi dan pameran

X8 : Jasa informasi pariwisata

X9 : Jasa konsultasi pariwisata

X10 : Jasa Pramuwisata

X11 : Wisata Tirta

X12 : Spa

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor

X1

PDRB

Analisis Ekonometrik

(Regresi Berganda)

X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12

Page 61: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian statistik deskriptif dengan melalui

pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu studi

pustaka, studi penjajagan dan observasi lapangan. Studi pustaka dilakukan

untuk mendapatkan data dan informasi mengenai topik penelitian, yaitu usaha

pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Selain itu, studi

pustaka ini juga berguna untuk memilah data dan informasi mana saja yang

belum didapat, sehingga dapat direncanakan sebelum peninjauan dan

pengumpulan data serta informasi di lapangan. Kedua, studi penjajagan

dengan instansi terkait untuk memperoleh data-data sekunder yang berkaitan

dengan usaha pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Data

yang diperoleh dari studi pustaka dan penjajagan, dapat menjadi pembanding

antara satu data dengan data lainnya, atau bias disebut sebagai verifikasi data.

Tahap ketiga, observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh gambaran

umum mengenai kondisi perkembangan usaha pariwisata di Kabupaten Bogor.

Selanjutnya, data yang telah diperoleh pada ketiga tahap tersebut akan dipilah

kembali, sehingga data yang tepat dan dibutuhkan pada penelitian ini dapat

terangkum. Selanjutnya data yang telah dipilah akan dianalisis guna

mendapatkan suatu hasil untuk menjawab pertanyaan penelitian ini.

Page 62: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

49

B. Obyek Penelitian

Menurut Suryana (2010:34) obyek penelitian memuat tentang variabel-

variabel penelitian beserta karakteristik-karakteristik atau unsur-unsur yang

akan diteliti, populasi penelitian, sampel penelitian, unit sampel penelitian dan

tempat penelitian. Obyek penelitian memuat tentang apa, siapa, dimana dan

kapan.

Berkaitan dengan topik penelitian, maka variabel yang menjadi fokus atau

obyek penelitian yaitu 12 jenis usaha pariwisata yang terdapat di Kabupaten

Bogor dan pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh usaha-usaha

pariwisata tersebut. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder

berdasarkan runtut waktu (time series) dalam periode 2008-2014, yang

meliputi usaha pariwisata, produk domestic regional bruto (PDRB), kunjungan

wisatawan, Data yang dibutuhkan bersumber dari Dinas Kebudayaan

(Disbudpar) dan Pariwisata dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor

Gambar 3.2 Peta & Batasan Kabupaten Bogor

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

Page 63: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

50

C. Populasi

Populasi adalah semua bagian atau anggota dari obyek yang akan diamati.

Populasi bisa berupa orang, benda, obyek, peristiwa atau apa pun yang

menjadi obyek dari survei penelitian. Populasi tidak selalu sama dengan

penduduk: orang yang tinggal di wilayah geografis tertentu. Populasi

ditentukan oleh topik atau tujuan survei. (Sarwono, 2006)

Populasi pada penelitian ini adalah 12 jenis usaha pariwisata yang telah

dibatasi, juga disebutkan pada Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10

Tahun 2009 dan konsep Ismayanti (2010) yang terdapat di wilayah Kabupaten

Bogor.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka atau Literatur

Menurut Sarwono (2006: 47) studi literatur disebut juga dengan kajian

pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian

sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya

ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan

diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan

yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berfikir ilmiah.

Zed (2004: 2-3) mengemukakan bahwa terdapat empat ciri utama studi

kepustakaan, diantaranya:

1) Ciri pertama ialah bahwa peneliti berhadapan langsung dengan teks

(nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari

Page 64: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

51

lapangan atau saksi-mata (eyewitness) berupa kejadian, orang atau

benda-benda lainnya.

2) Ciri kedua, data pustaka bersifat „siap pakai‟ ready-made). Artinya

peneliti tidak pergi ke mana-mana, kecuali hanya berhadapan

langsung dengan bahan sumber data atau informasi yang sudah

tersedia.

3) Ciri ketiga ialah bahwa data pustaka umumnya adalah sumber

sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan

kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan.

4) Ciri keempat adalah bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh

ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik, tetap.

Artinya kapan pun peneliti datan dan pergi, data tersebut tidak akan

pernah berubah karena data tersebut merupakan data “mati” yang

tersimpan dalam rekaman tertulis.

Pada penelitian ini, studi pustaka dilakukan secara online dan

menggunakan beberapa buku, jurnal, dan penelitian sebelumnya (empiris)

untuk memperoleh data yang berkaitan dengan substansi penelitian di

Kabupaten Bogor.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Pada penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder sebagai data inti

karena data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data makro berupa

angka yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

dinas-dinas dan pihak terkait di Kabupaten Bogor. Berdasarkan informasi

Page 65: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

52

yang diperoleh dari Fasluki Iksanuddin (2012) dalam www.academia.edu,

yang menyatakan bahwa pengambilan data sekunder tidak boleh dilakukan

secara sembarangan, oleh karena itu peneliti memerlukan metode tertentu.

Cara-cara pengambilan data dapat dilakukan secara manual, online dan

kombinasi manual dan online.

1) Pencarian Secara Manual

Hingga saat ini masih banyak organisasi, perusahaan, kantor yang

tidak mempunyai database lengkap yang dapat diakses secara online.

Oleh karena itu, peneliti masih perlu melakukan pencarian secara

manual. Pencarian secara manual dilakukan dengan melihat buku

indeks, daftar pustaka, referensi, dan literatur yang sesuai dengan

substansi penelitian. Data sekunder dari sudut pandang peneliti dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data internal (data yang sudah

tersedia di lapangan) dan data eksternal (data yang dapat diperoleh

dari berbagai sumber lain).

Pada penelitian ini, data-data yang berkaitan dengan substansi

penelitian telah diperoleh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bogor, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Bogor, Dinas Pendapatan Daerah

(Dispenda) Kabupaten Bogor, serta Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Bogor.

Page 66: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

53

2) Pencarian Secara Online

Dengan berkembangnya teknologi internet maka munculah banyak

database yang menjual berbagai informasi bisnis maupun non-bisnis.

Database ini dikelola oleh sejumlah perusahaan jasa yang

menyediakan informasi dan data untuk kepentingan bisinis maupun

non-bisnis. Tujuannya ialah untuk memudahkan perusahaan, peneliti

dan pengguna lainnya dalam mencari data.

Pencarian secara online memberikan banyak keuntungan bagi peneliti,

diantaranya ialah: hemat waktu (peneliti dapat melakukan hanya

dengan duduk didepan komputer, ketuntasan (melalui media Internet

dan portal tertentu peneliti dapat mengakses secara tuntas informasi

yang tersedia kapan saja tanpa dibatasi waktu), kesesuaian (peneliti

dapat mencari sumber-sumber data dan informasi yang sesuai dengan

mudah dan cepat), hemat biaya (dengan menghemat waktu dan cepat

dalam memperoleh informasi yang sesuai berarti peneliti banyak

menghemat biaya).

a) Kriteria Dalam Mengevaluasi Data Sekunder

Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria

sebagai berikut:

Waktu Keberlakuan: Apakah data mempunyai keberlakuan waktu?

Apakah data dapat peneliti peroleh pada saat diutuhkan. Jika saat

dibutuhkan data tidak tersedia atau sudah kedaluwarsa, maka

sebaiknya jangan digunakan lagi untuk penelitian peneliti.

Page 67: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

54

Kesesuaian: Apakah data sesuai dengan kebutuhan peneliti?

Kesesuaian berhubungan dengan kemampuan data untuk digunakan

menjawab masalah yang sedang diteliti.

Ketepatan: Apakah peneliti dapat mengetahui sumber-sumber

kesalahan yang dapat mempengaruhi ketepatan data, misalnya apakah

sumber data dapat dipercaya? Bagaimana data tersebut dikumpulkan

atau metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut?

Biaya: Berapa besar biaya untuk mendapatkan data sekunder tersebut?

Jika biaya jauh lebih dari manfaatnya, sebaiknya peneliti tidak perlu

menggunakannya.

2. Alat Pengumpulan Data

a. Check List

Check List merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup

faktor-faktor yang ingin diselidiki (Bimo Walgito, 1985). Menurut

Sutrisno Hadi (1990) check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama

subjek dan faktor-faktor yang akan diselidiki. Check list merupakan daftar

yang berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah

laku atau kegiatan individu yang diamati (Depdikbud : 1975).

Pada penelitian ini, check list digunakan untuk mengumpulkan dan

mengevaluasi data-data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Bogor, Dinas Pendapatan

Page 68: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

55

Daerah (Dispenda) Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Bogor.

3. Matriks Operasionalisasi Variabel (MOV)

Tabel 3.1 Matriks Operasionalisasi Variabel

No Variabel Dimensi Indikator

1 Usaha

Pariwisata

Output Usaha

Pariwisata

PDRB Daya Tarik Wisata

PDRB Kawasan Pariwisata

PDRB Jasa Perjalanan Wisata

PDRB Jasa Makanan dan Minuman

PDRB Penyediaan Akomodasi

PDRB Penyelenggaraan Hiburan

dan Rekreasi

PDRB Penyelenggaraan Pertemuan

PDRB Jasa Informasi Pariwisata

PDRB Jasa Konsultasi Pariwisata

PDRB Jasa Pramuwisata

PDRB Wisata Tirta

PDRB Spa

2 Ekonomi

Makro

Pertumbuhan

Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto

Sumber: Olahan Peneliti

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika

yang sering kali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa

variabel dan meramal suatu variabel (Kutner, Nachtsheim dan Neter,

2004). Nawari (2010:12) juga mendefinisikan analisis regresi sebagai

suatu metode untuk melakukan investigasi tentang hubungan fungsional di

antara beberapa variabel yang diwujudkan dalam suatu model matematis.

Page 69: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

56

Penelitian ini menggunakan jenis data time series sebagai variabel-variabel

yang akan dianalisis melalui analisis regresi berganda. Analisis data time

series merupakan menentukan pola data masa lampau yang telah

dikumpulkan secara teratur menurut urutan waktu kejadian. Pola masa lalu

ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk forecasting di masa

yang akan datang. Deret berkala/waktu (time series) adalah data statistik

yang disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Pengertian waktu dapat

berupa tahun, kuartal, bulan, minggu, dan sebagainya (Oktavin, 2011).

Data time series sering disebut juga dengan data runtut waktu yaitu

merupakan rangkaian observasi pada suatu nilai yang diambil pada waktu

yang berbeda. Data tersebut dapat dikumpulkan secara berkala pada

interval waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.

Meskipun data time series sering digunakan dalam penelitian ekonomi,

sebenarnya data time series sering menimbulkan masalah dalam

analisisnya, terutama masalah stationary. Secara singkat data yang tidak

stasioner adalah data di mana nilai rata-rata dan variansnya tidak sistematis

dalam kurun waktu tertentu (Gujarati, 2004:25-28).

Oleh karena itu peneliti menggunakan software SPSS dan Eviews sebagai

alat pengolahan data untuk jenis data berupa time series dengan salah satu

tujuannya untuk melakukan peramalan dalam ekonomi makro. Pada

penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh output usaha pariwisata

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Adapun software

tersebut digunakan pada tiga tahap analisis yaitu pertama-tama data PDRB

Page 70: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

57

yang dihasilkan oleh usaha-usaha pariwisata dan data PDRB Kabupaten

Bogor diuji stasioneritas dan normalitas data serta uji heterokedastisitas

dengan software SPSS. Tahap kedua berupa pengujian permasalahan pada

uji regresi yang telah dilakukan pada data-data tersebut berupa uji

autokorelasi (SPSS) dan multikolinear (Eviews). Kemudian tahap terakhir

uji hipotesis yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis

penelitian pada Bab I, yaitu dengan uji koefisien determinasi r-square, uji-

f dan uji-t dengan menggunakan software SPSS.

Selanjutnya, menurut Nawari (2010: 1) pada model regresi, variabel

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu variabel respons atau biasa juga

disebut variabel bergantung (dependent variable) serta variabel explanory

atau biasa juga disebut variabel penduga (predictor variable) atau disebut

juga variabel bebas (independent variable). Variabel bergantung

dinyatakan sebagai fungsi dan variabel penduga yang dirumuskan dalam

persamaan:

( )

Nilai y menyatakan dugaan terhadap variabel bergantung (y) dan X1

menyatakan variabel penduga. Dalam kenyataannya, nilai dugaan (y) yang

diberikan oleh model regresi tidak selalu sama persis dengan nilai

sebenarnya (y), melainkan terdapat selisih. Selisih inilah yang kemudian

disebut sebagai error atau residu, atau disebut juga dengan galat ( ). Oleh

karenanya, model persamaan regresi juga dapat dituliskan dengan rumus:

( )

Page 71: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

58

2. Ordinary Least Square

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter

model regresi berganda adalah dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary

Least Square/OLS) (Kutner et.al, 2004). Ordinary Least Square adalah

suatu metode ekonometrik dimana terdapat variabel independen yang

merupakan variabel penjelas dan variabel dependen yaitu variabel yang

dijelaskan dalam suatu persamaan linier (Gibran, 2012).

Ekonometrika menurut Tintner dalam Gujarati (2004:1) secara sederhana,

berarti pengukuran indikator ekonomi, terutama pengukuran secara

kuantitatif terhadap konsep-konsep ekonomi seperti produk domestik bruto

(PDB), pengangguran, inflasi, impor dan ekspor. Namun ruang lingkup

ekonometrika jauh lebih luas, sebagaimana yang dapat kita tangkap dari

definisi-definisi berikut ini:

Ekonometrika dapat didefinisikan sebagai ilmu sosial di mana perangkat

teori ekonomi, matematika dan statistik inferensial diterapkan dalam

menganalisis fenomena ekonomi. (Goldberger, 1964 dalam Gujarati,

2004:1)

Ekonometrika sebagai hasil dari suatu tinjauan tertentu tentang peran ilmu

ekonomi, mencakup aplikasi statistik matematik atas data ekonomi guna

memberikan dukungan empiris terhadap model yang disusun berdasarkan

matematika ekonomi serta memperoleh hasil berupa angka-angka.

(Samuelson, Koopmans and Stone, 1954 dalam McGraw 2004:1)

Page 72: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

59

Definisi Ordinary Least Square menurut Kholil, Gibran (2012) merupakan

metode regresi yang meminimalkan jumlah kesalahan (error) kuadrat.

Model regresi linier yang dipakai dengan metode OLS tersebut, harus

memenuhi asumsi “BLUE” (Best Liniear Unbiased Estimator) dalam

melakukan pendugaan interval dan pengujian parameter regresi populasi.

Asumsi-asumsi BLUE antara lain:

1) Model regresi adalah linier pada parameter-parameternya.

2) Variabel bebas adalah bukan stokastik (memiliki nilai yang tetap

untuk sampel yang berulang) dan tidak ada hubungan linier yang

persis antara dua atau lebih peubah-peubah bebas (no-

multicolinearity)

3) Error term atau galat mempunyai nilai harapan nol, E εi) = 0

4) Error term atau mempunyai varians konstan untuk semua observasi

(homoskedasticity), E ε2) = σ

2

5) Error term atau galat pada suatu observasi tidak berhubungan dengan

error term pada observasi lain (no-autocorrelation)

6) Error term atau galat berdistribusi normal

Untuk menguji metode OLS, dapat dilakukan uji asumsi klasik sebagai

prasyarat analisis regresi. Namun sebelum dilakukan uji asumsi klasik,

data-data yang diperoleh harus diuji terlebih dahulu, salah satunya

menggunakan uji stasioneritas data.

Page 73: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

60

a. Uji Prasyarat

1) Uji Stasioneritas Data

Sebelum melakukan uji asumsi klasik, data time seres pada penelitian

ini perlu dilakukan uji stasioneritas terlebih dahulu terhadap seluruh

variabel untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut stasioner

atau tidak. Suatu data dikatakan stasioner apabila data tersebut tidak

mengandung akar-akar unit atau unit root dimana mean, varians, dan

kovarians adalah konstan di sepanjang waktu (Gujarati, 2005).

Apabila data yang digunakan dalam model ada yang tidak stasioner,

maka data tersebut perlu dipertimbangkan kembali validitas dan

kestabilannya, karena hasil regresi berasal dari data yang tidak

stasioner akan menyebabkan spurious regression. Spurious regression

adalah regresi yang secara statistik signifikan dan memiliki R2 yang

tinggi, namun tidak ada hubungan yang berarti diantara keduanya.

Bila spurious regression diinterpretasikan maka hasil analisanya akan

bias sehingga berakibat pada biasnya pengambilan kebijakan.

Dalam penelitian ini, uji stasioneritas data dilakukan dengan

menggunakan pengujian unit root memakai metode Augmented

Dickey-Fuller (ADF) unit root test. Jika suatu data time series tidak

stasioner pada orde nol, I(0), maka stasioneritas data tersebut bias

dicari melalui orde berikutnya sehingga diperoleh tingkat stasioneritas

pada orde ke-n (first difference atai I(1), atau second difference atau

Page 74: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

61

I(2), dan seterusnya). Beberapa model yang dapat dipilih untuk

melakukan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) yakni :

(tanpa intercept)

(dengan intercept)

(intercept dengan trend waktu)

Di mana :

: first difference dari variabel yang digunakan

: variabel trend

Hipotesis untuk pengujian ini adalah :

(terdapat unit root, tidak stasioner)

(tidak terdapat unit root, stasioner)

Kriteria pengujian hipotesis di atas adalah :

tidak ditolak jika τ ≥ nilai statistik DF (Dickey Fuller) atau

Probabilitas ADF value ≥ critical value

ditolak jika τ < nilai statistik DF (Dickey Fuller) atau

Probabilitas ADF value < critical value

2) Uji Normalitas Regresi

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah

nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual

yang terdistribusi secara normal. Pada penelitian ini metode yang

digunakan untuk menguji normalitas adalah metode statistik One

Sample Kolmogorov Smirnov. Metode ini digunakan untuk mengetahui

Page 75: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

62

distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform,

atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi

residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal

jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.

3) Uji Heterokedastisitas

Asumsi penting model regresi klasik adalah bahwa varians tiap unsur

disturbance μi, tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel yang

menjelaskan, adalah suatu angka konstan (Homoskedastisitas) dan

sebaliknya tidak terjadi Heteroskedastisitas (Gujarati, 1993).

H0: γ = 0

Ha: γ ≠ 0

Kriteria uji :

probability Obs*R-squared < α maka H0 ditolak

probability Obs*R-squared ≥ α , maka H0 tidak ditolak

Jika H0 ditolak, maka terdapat gejala heteroskedastisitas pada model.

Sebaliknya jika H0 tidak ditolak, maka tidak terdapat gejala

heteroskedastisitas.

Pendeteksian heteroskedastisitas menggunakan SPSS dilakukan

dengan melihat hasil White Heteroscedasticity test. Jika probabilitas

Obs*R-squared dari White Heteroscedasticity test lebih besar dari

taraf nyata α) yang digunakan, maka model terbebas dari

heteroskedastisitas.

Page 76: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

63

Adanya heteroskedastisitas dapat mengakibatkan: (1) Estimasi

mengunakan OLS tidak akan memiliki varians yang minimum atau

tidak efisien. (2) Prediksi (nilai Y dan X tertentu) dengan estimator

dari data yang sebenarnya akan mempunyai varians yang tinggi

sehingga prediksi menjadi tidak efisien. (3) Tidak dapat diterapkan uji

nyata tidaknya koefisien atau selang kepercayaan dengan

menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varians.

b. Pengujian Masalah pada Analisis Regresi

1) Uji Autokorelasi

Autokorelasi dalam Gujarati (1993) adalah korelasi antara error masa

lalu (ei-t) dengan error masa sekarang (et). Untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi, dapat digunakan uji Durbin Watson, yakni :

∑( )

Pada Eviews, uji autokorelasi dapat menggunakan uji Breusch-

Godfrey Serial Correlation LM Test. Hal ini dapat dilihat pada nilai

probabilitasnya, jika nilai probabilitas obs* squared lebih besar dari

taraf nyata yang digunakan maka model persamaan tidak mengalami

masalah autokorelasi dan sebaliknya. Adanya autokorelasi dapat

menyebabkan terjadinya: (1) dugaan perameter tak bias; (2) nilai galat

baku terautokorelasi sehingga ramalan tidak efisien; (3) ragam galat

berbias; (4) terjadi pendugaan kurang pada ragam galat (standar error

underestimated sehingga Sb underestimate, maka t overestimate / t

Page 77: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

64

cenderung lebih besar dari yang sebenarnya dan tadinya tidak

signifikan menjadi signifikan (Gujarati,1993).

2) Uji Multikolinier

Multikolinier adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel di antara

satu dengan lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas

tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal

adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama

dengan nol. Jika terdapat korelasi sempurna diantara sesama variabel

bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah koefisien-

koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, nilai standar error

setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga (Gujarati, 1993).

c. Uji Hipotesis

Beberapa tahapan untuk menguji suatu hipotesis yaitu korelasi

berganda dan koefisien determinasi, uji-F untuk signifikansi

menyeluruh, uji-t untuk signifikansi koefisien individu, dan pengujian

galat nilai sisa (residual error).

1) Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi

Korelasi berganda dikenal sebagai R, yang merupakan korelasi antara

variabel tidak bebas Y dengan taksiran Y berdasarkan variabel-variabel

bebas berganda (X). Dengan demikian dapat dituliskan sebagai

berikut.

Page 78: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

65

Untuk menghitung bentuknya adalah sama seperti pada regresi

sederhana:

∑( ̂ ̅)

∑( ̅) ( )

( )

Di mana SS berarti jumlah kuadrat deviasi.

2) Uji-F

Setelah menaksir koefisien model regresi untuk menentukan nilai ̂,

dapat membentuk uji-F menyeluruh untuk memeriksa signifikansi

model regresi secara statistik. Karena statistik F didefinisikan sebagai

rasio dua ragam, maka “jumlah kuadrat” harus dirubah menjadi

“kuadrat nilai tengah” sebagai berikut:

MStotal = SStotal ( ),

MSyang dapat diterangkan = SSyang dapat diterangkan ( )

MSyang tak dapat diterangkan = SSyang tak dapat diterangkan ( ).

Rasio-F yang menguji signifikansi model regresi adalah

dengan ( )

∑( ̂ ̅)

( )

∑( ̅) ( )

Uji-F ini peka terhadap kekuatan relative dari pembilang penyebut.

Jika MS yang tidak dapat diterangkan (ragam kesalahan) besar, maka

model regresi tidak baik dan F menjadi kecil. Jika MS yang

diterangkan relative lebih besar daripada MS yang tidak dapat

diterangkan, maka F menjadi lebih besar. Dengan mencari tabel nilai-

Page 79: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

66

nilai F untuk derajat-bebas tertentu, dapat mengambil keputusan

signifikiansi model regresi tersebut. Sehingga terdapat hubungan yang

dekat antara dan F, maka pada kasus regresi berganda dapat

dituliskan:

[ ( )]

[ ( )]

3) Uji-t

Uji-t terhadap sebuah koefisien individu adalah suatu uji tentang

signifikansinya dengan memperhatikan kehadiran semua regresor

(variabel bebas) yang lain.

Regresi berganda memanfaatkan saling ketergantungan regresor untuk

memodelkan Y. walaupun demikian, untuk setiap koefisien regresi bj

kita dapat menentukan galat standar (ukuran kestabilan koefisien) dan

dengan asumsi kenormalan yang ditetapkan pada model regresi, maka

diketahui bahwa t mempunyai suatu sebaran t dengan derajat bebas

( ) dan ditetapkan oleh persamaan berikut:

( )

( )

Dimana :

= koefisien ke-j yang ditaksir

= parameter ke-j yang dihipotesakan

( ) = kesalahan standar bj

Page 80: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

67

Oleh karena itu, dengan menggunakan persamaan tersebut untuk

setiap koefisien regresi, dapat dilakukan uji statistik formal tentang

signifikansi koefisien tersebut.

3. Model Persamaan Usaha Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi berkembangnya perekonomian dalam sektor pariwisata

adalah usaha pariwisata. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya,

untuk mengukur Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, untuk

mengukur pengaruh dari output yang dihasilkan usaha pariwisata terhadap

pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.

( ) ( )

( )

Di mana :

: Total Produk Domestik Regional Bruto

: Output 12 jenis usaha pariwisata

: Total Output setiap jenis usaha pariwisata

Parkin (1990:600) menyebutkan bahwa pengukuran PDRB melalui

pendekatan output yaitu dengan menggabungkan nilai yang ditambahkan

pada setiap sektor pada ekonomi, dalam penelitian ini yaitu usaha

pariwisata. Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009 terdapat 12 jenis

usaha pariwisata yang telah dibatasi, diantaranya; daya tarik wisata (X1);

Page 81: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

68

kawasan pariwisata (X2); jasa perjalanan pariwisata (X3); jasa makanan

dan minuman (X4); penyediaan akomodasi (X5); penyelenggaraan kegiatan

hiburan dan rekreasi (X6); penyelenggaraan pertemuan, perjalanan intensif,

konferensi dan pameran (X7), jasa informasi pariwisata (X8); jasa

konsultan pariwisata (X9); jasa pramuwisata (X10); wisata tirta (X11); dan

spa (X12).

Dengan model persamaan tersebut, pengaruh yang terjadi antara usaha

pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Bogor

diukur dengan mengukur nilai output yang dihasilkan oleh setiap usaha

pariwisata (X1-X12) di Kabupaten Bogor.

Page 82: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

69

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bogor

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah ±2.301,95 Km2, sekitar

5,19% dari luas Wilayah Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten

Bogor terletak di antara 6,19o LU - 6,47

o LS dan 106

o 1‟ – 107

o 103‟ Bujur

Timur. Kabupaten Bogor memiliki batas strategis antara lain:

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi

Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak

Sebelah Barat Daya, berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Depok

Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Sebelah Timur Laut, berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

Sebelah Tenggara, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

Sebelah Tengah, Kota Bogor

Gambar 4.1 Gambaran Kabupaten Bogor

Sumber: Observasi Peneliti

Page 83: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

70

Ketinggian wilayah bervariasi pada 15-100 mdpl (29,3%), 100-500 mdpl

(42,6%) dan 500-1000 mdpl (19,5%) dan 1000-2000 mdpl (8,4%) dan 2000-

2500 mdpl (0,2%). Dengan demikian morfologi wilayah bervariasi dari

dataran rendah (bagian utara) hingga dataran tinggi (bagian selatan); dengan

konturnya berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan. Secara

klimologis wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di

bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah

hujan tahunan 2.500 - 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan

sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu

rata-rata 20o-30

oC, dengan rata-rata tahunan 25

oC. Kelembaban udara 70%

dan kecepatan angin rata-rata cukup rendah, yaitu 1,2 m/detik dengan

evaporasi di daerah terbuka rata-rata 146,2 mm/bulan. Secara administratif

pada akhir 2013 Kabupaten Bogor tersusun atas 40 kecamatan, 417 desa dan

17 kelurahan. Pada tahun 2013 penduduk Kabupaten Bogor adalah 5,20 juta

jiwa.

Dengan keadaan morfologi tersebut, Kabupaten Bogor memiliki bentang

alam yang indah, sehingga menjadi salah satu potensi wisata alam. Potensi

wisata alam ini berupa kondisi wilayah yang beragam dengan keberadaan dua

pegunungan besar yaitu; Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Halimun-

Salak yang berpengaruh terhadap kondisi ekologis setiap wilayah kecamatan

di Kabupaten Bogor. Selanjutnya potensi pertanian, perkebunan, hortikultura,

perikanan, tambang dan industri dapat mendukung perkembangan

Page 84: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

71

pembangunan pariwisata ataupun pembangunan secara umum di Kabupaten

Bogor.

Selain itu, Kabupaten Bogor juga memiliki beragam budaya dan peninggalan

serta wisata minat khusus. Berbagai potensi tersebut tersebar di seluruh

wilayah di Kabupaten Bogor, selain itu juga Kabupaten Bogor memiliki

potensi Budaya Tradisional Masyarakat Sunda yang merupakan warisan

kebudayaan pada zaman kerajaan (Pakuan Pajajaran) yang dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata. Tambahan lainnya Kabupaten

Bogor memiliki sejarah kolonial (Belanda dan Jepang) yang menjadi cerita

menarik dalam mengembangkan pariwisata, termasuk di dalamnya

peninggalan-peninggalan pada masa kerajaan dan kolonial.

Secara Nasional pada saat ini positioning kepariwisataan Kabupaten Bogor

masuk dalam 50 Wilayah Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang

mencakup 2 wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)

meliputi; KSPB Puncak-Gede Pangrango dan

sekitarnya dan KSPN Halimun dan sekitarnya.

Tingkat kunjungan wisata di Kabupaten Bogor

relatif meningkat dari tahun ke tahun, hingga

pada tahun 2014 mencapai 4,9 juta tingkat

kunjungan, baik wisatawan lokal, wisatawan

domestik, maupun wisatawan mancanegara.

Secara detil terlihat bahwa wisatawan terbesar

Gambar 4.2 Taman Safari Indonesia dan

Taman Matahari Kabupaten Bogor,

Sumber: Observasi Peneliti

Page 85: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

72

berkunjung ke Taman Wisata Matahari, Taman Safari Indonesia dan

Jungleland.

2. Kondisi Usaha Pariwisata Kabupaten Bogor

Sebagai sebuah industri, pariwisata juga menawarkan produk sebagian besar

berupa jasa pelayanan (services) dan hospitalitas (hospitality). Produk jasa

pelayanan dan hospitalitas yang ditawarkan (supply sides) meliputi; kawasan,

destinasi pariwisata (obyek dan daya tarik wisata), transportasi, penginapan

(hotel, losmen, villa), restoran, pemandu, dan produk jasa pelayanan serta jasa

hospitalitas yang lainnya. Beberapa hal tersebut menjadi suatu peluang bagi

pemerintah, investor (pihak swasta), produsen/supplier, distributor, bahkan

masyarakat untuk memperoleh benefit maupun profit dari kegiatan tersebut.

Sehingga mereka pun ikut menggerakan roda kegiatan pariwisata dengan

mendirikan berbagai macam usaha pariwisata guna memenuhi berbagai

kebutuhan wisatawan yang berkunjung.

Gambar 4.3 Berbagai Usaha Pariwisata di Kabupaten Bogor

Sumber: Observasi Peneliti

Page 86: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

73

Gambar 4.4 Berbagai Usaha Pariwisata di Kabupaten Bogor

Sumber: Observasi Peneliti

Saat ini industri pariwisata merupakan salah satu sektor di Kabupaten Bogor

yang cukup berkembang pesat. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat

kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor meningkat setiap tahunnya.

Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bogor Tahun 2008 - 2015

Tahun Jenis Wisatawan

Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara

2008 20,246 2,209,746

2009 22,007 2,239,148

2010 24,204 2,573,177

2011 30,669 3,275,938

2012 67,658 2,255,219

2013 54,927 4,075,198

2014 16,527 4,351,644

2015 103,042 4,894,955

Sumber: Kabupaten Bogor dalam Angka 2008 – 2015 dan Disbudpar Kabupaten Bogor

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kunjungan wisatawan dari tahun

2008 hingga 2015 ke Kabupaten Bogor terus meningkat. Peningkatan dari

tahun 2008 hingga tahun 2009 sebanyak 1.3%, 2009 hingga 2010 sebanyak

14.91%, 2010 hingga 2011 sebanyak 27.31%, 2011 hingga 2012 menurun

sebanyak 31.15% %, 2012 hingga 2013 80.7%, 2013 hingga 2014 sebanyak

Page 87: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

74

6.78% dan 2014 hingga 2015 sebanyak 12.48%. Pada tahun 2008 hingga

2010 rata-rata jumlah kunjungan wisatawan sebanyak ±2,3 juta, kemudian

terjadi peningkatan cukup pesat pada tahun 2013, selisih dengan tahun 2014

sebanyak 702,761 wisatawan.

Dengan tingkat kunjungan wisatawan yang semakin meningkat maka peluang

membuka usaha di sektor pariwisata pun semakin tinggi. Usaha-usaha seperti

daya tarik wisata, jasa akomodasi, jasa makan/minum, tempat hiburan, paket

wisata serta usaha lainnya di Kabupaten Bogor saat ini telah banyak didirikan

dan dikelola baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Tabel 4.2 Jumlah Usaha Pariwisata Kabupaten Bogor Tahun 2008 - 2014

No Jenis Usaha Pariwisata Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Daya Tarik Wisata 65 68 68 70 76 78 98

2 Kawasan Wisata 4 4 4 4 4 4 4

3 Jasa Transportasi Wisata - - - - - - -

4 Jasa Perjalanan Wisata 10 10 10 15 20 20 25

5 Jasa Makan & Minum 115 117 122 127 175 235 255

6 Akomodasi 110 117 182 185 200 248 250

7 Penyelenggaraan Hiburan & Rekreasi

20 15 42 99 52 77 93

8 Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi & Pameran

15 7 23 31 20 21 29

9 Jasa Informasi Pariwisata 30 35 35 35 40 40 65

10 Jasa Konsultan Pariwisata 3 3 5 4 5 5 10

11 Jasa Pramuwisata 83 135 160 183 210 231 285

12 Wisata Tirta 5 5 8 11 13 15 16

13 Spa 38 41 47 47 52 64 65

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor

Page 88: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

75

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Presentase Penduduk yang Bekerja Menurut 9 Sektor Lapangan Usaha

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa usaha pariwisata dari Tahun 2008

hingga 2014 telah banyak diminati dan berkembang cukup pesat. Jumlah

penginapan (hotel, wisma, villa, dan sebagainya) pada tahun 2014 berjumlah

250, meningkat 117.39% dari tahun 2008.

Gambar 4.5 Presentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor tahun 2013-2014 (dalam persen)

Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Bogor 2015

Berdasarkan diagram tersebut, ada 3 sektor lapangan usaha yang kini menjadi

sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor,

yaitu: sektor perdagangan, industri, dan jasa. Pada 2014, komposisi

penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013 – 2014 menunjukkan sektor

perdagangan, rumah makan & jasa akomodasi sebagai sektor penyerap tenaga

kerja terbanyak.

Selanjutnya berkembangnya usaha pariwisata juga berkontribusi pada Produk

Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor. Daya tarik wisata, akomodasi,

Page 89: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

76

jasa makan dan minuman merupakan ke-3 sektor usaha pariwisata yang

paling memberikan output terbesar. Pada tahun 2011 rata-rata dari ke-12

usaha pariwisata mengalami peningkatan sebesar 65.5%, dan tahun 2011

merupakan tahun yang paling memberikan output terbesar pada Produk

Domestik Regional Bruto. Secara umum, dari tahun 2008 hingga 2014, ke-12

jenis usaha pariwisata di Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan.

Untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Output Usaha Pariwisata di Kabupaten Bogor dari

Tahun 2008 – 2014 (dalam jutaan rupiah)

No Jenis Usaha Pariwisata

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Daya Tarik

Wisata 138,723.13 133,511.62 161,083.50 638,669.40 301,022.65 310,088.75 315,991.00

2 Kawasan Wisata 65,810.95 68,253.15 48,330.73 140,055.87 167,555.20 83,262.00 85,246.55

3 Jasa Perjalanan

Wisata 65,918.52 86,227.88 91,932.42 118,613.33 39,119.00 39,930.85 83,338.91

4 Jasa Makan &

Minum 185,223.00 212,899.35 272,901.77 950,974.61 243,601.08 321,652.15 322,042.35

5 Akomodasi 251,221.05 342,221.00 289,532.04 962,391.15 272,832.60 352,741.00 392,341.33

6 Penyelenggara

Hiburan & Rekreasi

56,882.20 33,721.05 36,821.10 190,501.50 33,933.25 51,722.55 49,672.75

7

Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan

Insentif, Konferensi &

Pameran

8,321.00 23,155.20 28,073.18 125,899.10 19,056.89 18,361.15 25,020.00

8 Jasa Informasi

Pariwisata 34,341.88 18,309.55 24,990.50 27,901.85 14,437.20 20,260.00 22,733.25

9 Jasa Konsultan

Pariwisata 5,397.40 5,024.80 18,752.15 7,230.00 8,551.70 19,013.95 13,005.86

10 Jasa

Pramuwisata 7,210.75 4,771.22 6,944.07 12,977.23 10,792.00 8,005.67 9,557.00

11 Wisata Tirta 19,245.54 12,053.61 10,552.00 23,811.50 17,822.76 13,920.20 16,520.05

12 Spa 20,661.65 13,177.39 24,911.77 26,883.20 18,341.00 16,159.73 19,715.62

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Bogor

Page 90: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

77

0

1

2

3

4

5

6

7

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor

Fluktuasi perekonomian Kabupaten Bogor hampir menyerupai fluktuasi

pertumbuhan ekonomi nasional, dengan angka laju pertumbuhan ekonomi.

Sejak tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sangat stabil di sekitar angka 6% per

tahun.

Gambar 4.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor (dalam persen)

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Stau Pintu (BPMPTSP)

Dari tahun 2001 hingga 2013, laju pertumbuhan ekonomi cenderung

meningkat dari 4% hingga 6%. Penurunan terjadi pada tahun 2008 (5.58%)

dan 2009 (4.14%). Hal ini diduga terjadi karena konsumsi rumah tangga,

pembelian masyarakat atas barang dan jasa menurun, jumlah investasi yang

turun, dan realisasi belanja modal pemerintah untuk infrastruktur lebih

rendah. Selanjutnya pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 5.96%.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebanyak

6.03%. Mesin perekonomian Kabupaten Bogor adalah industri manufaktur

dengan kontribusi yang stabil di sekitar 60% dari total PDRB harga konstan.

Page 91: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

78

Sektor lain yang menjadi tulang punggung perekonomian adalah

perdagangan, hotel, restoran dan pertanian.

Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor 2008 – 2014

(dalam jutaan rupiah)

Indikator PDRB

Tahun PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan

2008 58,389,411.43 13.86 29,721,698.04 5.58

2009 66,083,788.55 13.18 30,952,137.83 4.14

2010 73,800,700.55 11.68 32,526,449.67 5.09

2011 83,032,460.00 12.51 34,464,837.00 5.96

2012 95,905,597.00 15.50 36,530,743.00 5.99

2013 109,670,735.00 14.35 38,738,210.00 6.03

2014 123,554,013.87 11.23 41,066,202.00 5.70

Berdasarakan data diatas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu tahun 2008

hingga tahun 2014, PDRB Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan

baik harga berlaku dan harga konstan setiap tahunnya. Peningkatan tertinggi

terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar 123,554,013,87.

Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, memberikan dampak positif

bagi masyarakat, terutama meningkatkan taraf hidup masyarakat dan

menurunkan kemiskinan. Menurut hasil Sakernas 2014, pada tahun 2013,

jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 2,131,478 orang dan meningkat

sebesar 6.70% pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2,137,954 orang. Selanjutnya

tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor tahun 2014 sebesar 7.65%

(177,222 orang). Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor berada

di bawah TPT Provinsi Jawa Barat (8.45%) namun masih berada di atas

angka nasional (5.94%).

Sumber: BAPPEDA dan Disbudpar Kabupaten Bogor

Page 92: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

79

B. Analisis Regresi Berganda

1. Uji Prasyarat

Untuk menguji data pada metode Ordinary Least Square, dapat dilakukan

uji asumsi klasik sebagai prasyarat analisis regresi. Namun sebelum

dilakukan uji asumsi klasik, data-data yang diperoleh harus diuji terlebih

dahulu dengan menggunakan beberapa uji sebagai berikut.

a. Uji Stasioneritas Data

Metode yang digunakan dalam uji stasioneritas adalah uji akar unit atau

unit root test dimana dalam uji tersebut digunakana uji formal yaitu

Augmented Dickey Fuller (ADF), berdasarakan prosedurnya, untuk

mengetahui data yang dimiliki termasuk kedalam data stationeritas atau

tidak dapat menggunakan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan

nilai kritis distribusi Mac Kinnon. Nilai statistik ADF ditunjukkan oleh

nilai t statistik. Data menunjukan stationer apabila nilai absolut statistik

ADF lebih besar dari nilai kritisnya dan apabila nilai statistik ADF lebih

kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Adapaun model

persamaannya sebagai berikut:

ΔYt = a + Yt-1+ Σ βΔYt-1+1+ et ..........

Keterangan:

Y : variabel yang diamati

ΔYt : Yt – Yt-1

t : Trend waktu

Adapun output yang dihasilkan dari uji root test sebagai berikut:

Page 93: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

80

Tabel 4.6 Uji Stasioneritas Pada Setiap Variabel

Variabel

Tingkat Stasioneritas

Level First Difference

t-statistic Prob Ket t-statistic Prob Ket

X1 -2.204947 0.2062 Tidak Stasioner -8.859996* 0.0000 Stasioner

X2 -2.108270 0.2421 Tidak Stasioner -8.811081* 0.0000 Stasioner

X3 -2.58093 0.1126 Tidak Stasioner -11.73262* 0.0001 Stasioner

X4 -1.639154 0.4582 Tidak Stasioner -9.117938* 0.0000 Stasioner

X5 -2.185514 0.2131 Tidak Stasioner -10.30457* 0.0000 Stasioner

X6 -1.694514 0.4303 Tidak Stasioner -9.575929* 0.0000 Stasioner

X7 -1.790886 0.3826 Tidak Stasioner -9.692898* 0.0000 Stasioner

X8 -2.713371 0.0760 Stasioner -7.814336* 0.0000 Stasioner

X9 -2.227192 0.1984 Tidak Stasioner -9.370787* 0.0000 Stasioner

X10 -2.20774 0.2069 Tidak Stasioner -9.501506* 0.0000 Stasioner

X11 -2.823952 0.0593 Stasioner -9.234809* 0.0000 Stasioner

X12 -3.074555 0.0324 Stasioner -9.579496* 0.0000 Stasioner

Sumber: Olahan Peneliti

Keterangan :

* > nilai kritis Mc Kinnon pada α = 1%

Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tingkatan level semua

hanya variabel X8, X11, X12 yang memiliki data stasioner. Oleh karena itu,

variabel yang memiliki data tidak stasioner kembali diuji pada tingkat first

difference agar menghindari terjadinya spurious regression, sehingga

semua variabel menghasilkan data yang stasioner. Selanjutnya pada

tingkat first difference semua variabel yang memiliki data stasioner berada

pada tingkatan nilai kritis Mc Kinnon pada > α = 1%.

b. Uji Normalitas Regresi

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai

residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang

terdistribusi secara normal. Pada penelitian ini metode yang digunakan

untuk menguji normalitas adalah metode statistik One Sample Kolmogorov

Page 94: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

81

Smirnov. Metode ini digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah

mengikuti distribusi normal, poisson, uniform, atau exponential. Dalam hal

ini untuk mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi normal atau

tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi ≥ 0.05.

Tabel 4.7 Uji Normalitas Menggunakan Metode

One Sample Kolmogorov Smirnov

Sumber: Olahan Peneliti

Dari hasil uji tersebut menghasilkan output yang menunjukan bahwa nilai

signifikansi (Asymp.Sig 2-tailed) sebesar 0.640. Karena nilai signifikansi

lebih dari 0.05 (0.640 > 0.05), maka nilai residual dari ke-12 variabel X

(usaha pariwisata) terhadap Y (pertumbuhan ekonomi) tersebut telah

normal.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas, yaitu adanya

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model

regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak

adanya gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang

bisa digunakan, pada penelitian ini menggunakan metode uji Park. Metode

uji Park yaitu dengan meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-

masing variabel independen (LnX1, LnX2,…dan seterusnya).

Sig Keterangan

Asymp. Sig. (2-tailed) .640 Normal

Page 95: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

82

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1) H0 : tidak ada gejala heteroskedastisitas

2) Ha : ada gejala heteroskedastisitas

3) H0 tidak ditolak apabila –t tabel ≤ t hitung ≤ tabel berarti tidak terdapat

heteroskedastisitas dan H0 ditolak bila t hitung > t tabel atau –t hitung < -t

tabel yang berarti terdapat heteroskedastisitas.

Berikut merupakan hasil dari uji Heteroskedastisitas pada variabel LnX1

sampai LnX2 dengan variabel Lnei2.

Tabel 4.8 Pengujian Heteroskedastisitas Pada Variabel Lnei2

dengan

LnX1 hingga LnX2

Model t Sig.

(Constant) .356 .723

LnDIFFX1 1.151 .253

LnDIFFX2 .290 .773

LnDIFFX3 1.602 .114

LnDIFFX4 2.141 .036

LnDIFFX5 -1.574 .120

LnDIFFX6 -.868 .388

LnDIFFX7 -1.723 .089

LnDIFFX8 -.658 .513

LnDIFFX9 -1.169 .246

LnDIFFX10 -.565 .574

LnDIFFX11 -.001 .999

LnDIFFX12 .165 .869

Sumber: Olahan Peneliti

Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai t hitung dari LnX1

sampai LnX12 adalah 0.356, 1.151, 0.290, 1.602, 2.141, -1.574, -868, -

1.723, -658, -1.169, -565, -001, dan 0.165. Berdasarkan t tabel dengan df =

Page 96: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

83

n – 12 (84 - 12 = 72) pada pengujian signifikansi 0.05 di peroleh t tabel

sebesar 1.666. Pengujian antara Lnei2 dengan LnX1 hingga LnX12

menghasilkan t hitung rata-rata berada pada –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel (–

1.666 < t hitung < 1.666), maka H0 tidak ditolak, yaitu pada pengujian

tersebut tidak ada gejala heteroskedastisitas. Dengan ini dapat disimpulkan

bahwa tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model

regresi.

2. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua

atau lebih variabel independen (X1, X2, …, Xn) dengan variabel dependen

(Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing variabel

independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai

dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Berganda

Model t Sig.

(Constant) 2.773 .007

DIFF(X1) -.154 .878

DIFF(X2) 4.502 .000

DIFF(X3) 2.661 .010

DIFF(X4) -1.746 .085

DIFF(X5) -1.161 .250

DIFF(X6) 1.176 .243

DIFF(X7) -.046 .964

DIFF(X8) -1.052 .296

Page 97: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

84

DIFF(X9) 3.841 .000

DIFF(X10) 2.341 .022

DIFF(X11) .296 .768

DIFF(X12) -.914 .364

Sumber: Olahan Peneliti

Persamaan regresi berganda sebagai berikut.

( ) ( )

( )

Di mana :

: Total Produk Domestik Regional Bruto

: Output 12 jenis usaha pariwisata

: Total Output setiap jenis usaha pariwisata

: Koefisien Regresi

3. Pengujian Masalah pada Analisis Regresi

a. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara

residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model

regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi

dalam model regresi. Metode pengujian yang digunakan pada penelitian

ini adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka

hipotesis nol (H0) ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

Page 98: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

85

2) Jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol (H0) tidak

ditolak, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL),

maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Tabel 4.10 Pengujian Durbin Watson Variabel X1 – X12

Terhadap Variabel Y

Model Durbin-Watson

1 2.180

Sumber: Olahan Peneliti

Dari hasil output di atas, diperoleh nilai DW yang dihasilkan dari model

regresi adalah 2.180. Berdasarkan tabel statistik Durbin Watson

signifikansi 0.05 dan n = 84 (jumlah data), serta k = 12 (jumlah variabel

independen) diperoleh nilai dU sebesar 1.9796 dan dL sebesar 1.3361.

Maka nilai DW sebesar 2.180 berada pada daerah antara dU dan 4-dU

(1.9796 < 2.180 < 3.9796), sehingga tidak terjadi autokorelasi pada model

regresi.

b. Uji Multikolinier

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolineraritas yaitu adanya hubungan

antara variabel independen dalam model regresi. Ada beberapa metode

pengujian yang dapat digunakan, pada penelitian ini metode yang

digunakan adalah dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model

regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak

adanya multikolinieritas. Menurut Ghozali (2006:95) dan Priyatno (2009)

Page 99: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

86

variabel dikatakan mempunyai masalah multikolineritas apabila nilai

tolerance lebih kecil dari 0.1 atau nilai VIF lebih besar dari 10.

Tabel 4.11 Pengujian Multikolinearitas Pada Variabel X1-X12 Terhadap Y

Model Collineartity

Keterangan (Constant) VIF

DIFFX1 .740 1.351 Tidak Multikolinearitas

DIFFX2 .192 5.203 Tidak Multikolinearitas

DIFFX3 .277 3.614 Tidak Multikolinearitas

DIFFX4 .059 16.984 Multikolinearitas

DIFFX5 .081 12.334 Multikolinearitas

DIFFX6 .139 7.218 Tidak Multikolinearitas

DIFFX7 .117 8.543 Tidak Multikolinearitas

DIFFX8 .382 2.616 Tidak Multikolinearitas

DIFFX9 .305 3.281 Tidak Multikolinearitas

DIFFX10 .289 3.459 Tidak Multikolinearitas

DIFFX11 .233 4.292 Tidak Multikolinearitas

DIFFX12 .220 4.540 Tidak Multikolinearitas

Sumber: Olahan Peneliti

Dari output yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa nilai variance inflation

factor (VIF) dari variabel X1, X2, X3, X6, X7, X8, X9, X10, X11 dan X12

tidak melebihi dari nilai tolerance yang telah ditentukan, yaitu 10.

Sehingga variabel independen; daya tarik wisata, kawasan wisata,

perjalanan wisata, penyelenggaraan hiburan & rekreasi, penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi & pameran, jasa informasi

pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta dan

spa tidak terjadi persoalan multikolinearitas, sedangkan variabel

independen lainnya; jasa makan & minuman (X4) dan akomodasi (X5)

terjadi persoalan multikolinearitas.

Page 100: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

87

Selanjutnya, karena terjadi persoalan multikolinearitas pada X4 dan X5

maka perlu dilakukan uji LM test (Breusch-Godfrey Serial Correlation LM

Test) agar dapat diketahui apakah analisis regresi yang telah dilakukan

masih terdapat masalah atau tidak. Berikut merupakan hasil dari uji LM

test.

H0 : tidak terdapat korelasi serial pada model regresi, p ≤ 0.05

Ha : apabila terdapat korelasi serial pada model regresi, p > 0.05

Tabel 4.12 Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Pada

Variabel X1-X12 Terhadap Y

Prob. F Prob. F Prob. Chi-Square

DIFFY, DIFFX1, DIFFX2, DIFFX3,

DIFFX4, DIFFX5, DIFFX6,

DIFFX7, DIFFX8, DIFFX9,

DIFFX10, DIFFX11, DIFFX12

0.0050 0.0030

Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa probabilitias F sebesar

0.0050 dan probabilitas Chi-Square sebesar 0.0030. Hal ini menunjukan

nilai probabilitas F dan Chi-Square (0.0050 & 0.0030 < 0.05) maka H0

tidak ditolak, yaitu tidak terdapat korelasi serial pada model regresi.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk

mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1,

X2,…,Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini

Page 101: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

88

menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang

digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2

sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan

pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen,

atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak

menjelaskan sediktpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama

dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel

independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi

variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100%

variasi variabel dependen.

Tabel 4.12 Hasil Analisis Determinasi R2

Sumber: Olahan Peneliti

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka R2

(R Square) sebesar 0.595

atau (59.5%). Hal ini menunjukan bahwa prosentase sumbangan pengaruh

variabel X1 hingga X12 (usaha pariwisata) terhadap variabel dependen

(pertumbuhan ekonomi) sebesar 59.5% dan sebesar 40.5% dipengaruhi

oleh faktor lainnya.

b. Uji-F

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen X1

hingga X12 secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen (Y). Untuk mengetahui apakah variabel independen X1

Model R R Square Adjusted R Square

1 .771a .595 .526

Page 102: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

89

hingga X12 secara berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (Y) dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Ada pengaruh namun tidak secara signifikan antara X1 hingga X12

secara bersama-sama terhadap Y

Ha : Ada pengaruh secara signifikan antara X1 hingga X12 secara

bersama-sama terhadap Y

Dengan kriteria pengujian berupa H0 tidak ditolak bila F hitung < F tabel

atau H0 ditolak bila F hitung ≥ F Tabel.

Setelah hipotesis dirumuskan, maka tahap selanjutnya adalah

membandingkan F hitung dengan F tabel.

Tabel 4.13 Hasil Uji-F

Model F Sig.

1 8.681 .000b

Sumber: Olahan Peneliti

Dari hasil uji-F yang telah dilakukan, diperoleh bahwa F hitung sebesar

8.681. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 jumlah

variabel - 1 = 11) dan df 2 (jumlah data/n – jumlah variabel independen/k

– 1) 84 – 12 – 1 = 71, maka f tabel yang diperoleh sebesar 1.93. Karena F

hitung ≥ F tabel (8.681 > 1.93) maka H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan dari uji F yang telah dilakukan yaitu ada pengaruh secara

signifikan antara variabel independen (usaha pariwisata) terhadap variabel

dependen (pertumbuhan ekonomi).

Page 103: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

90

c. Uji-t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

independen (X1 hingga X12) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen (Y). Untuk mengetahui apakah variabel independen X1

hingga X12 secara berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (Y) dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Secara parsial ada pengaruh namun tidak secara signifikan antara

X1 hingga X12 terhadap Y

Ha : Secara parsial ada pengaruh secara signifikan antara X1 hingga

X12 terhadap Y

Dengan kriteria pengujian menurut Neyman-Pearson berupa H0 ditolak

apabila tingkat signifikansi α = 5% (signifikansi 5% atau ≤ 0,05)

Setelah hipotesis dirumuskan, maka tahap selanjutnya adalah

membandingkan siginifikansi yang dihasilkan dari analisis regresi dengan

signifikansi ≤ 0,05.

Tabel 4.14 Hasil Uji-t

Model t Sig.

(Constant) 2.773 .007

DIFFX1 -.154 .878

DIFFX2 4.502 .000

DIFFX3 2.661 .010

DIFFX4 -1.746 .085

DIFFX5 -1.161 .250

DIFFX6 1.176 .243

DIFFX7 -.046 .964

Page 104: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

91

DIFFX8 -1.052 .296

DIFFX9 3.841 .000

DIFFX10 2.341 .022

DIFFX11 .296 .768

DIFFX12 -.914 .364

Sumber: Olahan Peneliti

Penjelasan pada tabel di atas, dipaparkan sebagai berikut.

1) Tingkat Signifikansi pada Variabel X1 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X1 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.878. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.878 > 0,05) artinya

secara parsial variabel independen (X1) atau daya tarik wisata ada

pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap variabel dependen

(Y), pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

2) Tingkat Signifikansi pada Variabel X2 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X2 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.000. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 ditolak (0.000 < 0,05) artinya secara

parsial variabel independen (X2) atau Kawasan wisata ada pengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen (Y), pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bogor.

3) Tingkat Signifikansi pada Variabel X3 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X3 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.010. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 ditolak (0.01 < 0,05) artinya secara

Page 105: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

92

parsial variabel independen (X3) atau jasa perjalanan wisata ada

pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y),

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

4) Tingkat Signifikansi pada Variabel X4 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X4 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.085. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.085 > 0,05) artinya

secara parsial variabel independen (X4) atau jasa makanan dan

minuman ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap

variabel dependen (Y), pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

5) Tingkat Signifikansi pada Variabel X5 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X5 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.25. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.25 > 0,05) artinya

secara parsial variabel independen (X5) atau jasa akomodasi ada

pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap variabel dependen

(Y), pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

6) Tingkat Signifikansi pada Variabel X6 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X6 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.24. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.24 > 0,05) artinya

secara parsial variabel independen (X6) atau penyelenggara kegiatan

hiburan & rekreasi ada pengaruh namun tidak secara signifikan

Page 106: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

93

terhadap variabel dependen (Y), pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bogor.

7) Tingkat Signifikansi pada Variabel X7 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X7 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.96. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.96 > 0,05) artinya

secara parsial variabel independen (X7) atau penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi & pameran ada pengaruh

namun tidak secara signifikan terhadap variabel dependen (Y),

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

8) Tingkat Signifikansi pada Variabel X8 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X8 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.29. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.25 > 0,05) artinya

secara parsial variabel independen (X8) atau jasa informasi pariwisata

ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap variabel

dependen (Y), pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

9) Tingkat Signifikansi pada Variabel X9 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X9 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.000. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 ditolak (0.000 < 0,05) artinya secara

parsial variabel independen (X9) atau jasa konsultan pariwisata ada

Page 107: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

94

pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y),

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

10) Tingkat Signifikansi pada Variabel X10 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X10 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.02. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 ditolak (0.02 < 0,05) artinya secara

parsial variabel independen (X10) atau jasa pramuwisata ada pengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen (Y), pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bogor.

11) Tingkat Signifikansi pada Variabel X11 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X11 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.76. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.76 > 0,05) artinya

secara parsial variabel independen (X11) atau wisata tirta ada pengaruh

namun tidak secara signifikan terhadap variabel dependen (Y),

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

12) Tingkat Signifikansi pada Variabel X12 Terhadap Variabel Y

Dari hasil uji-t yang telah dilakukan pada variabel X12 Terhadap

variabel Y, diperoleh bahwa tingkat signifikansi sebesar 0.36. Maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak (0.36 > 0,05) maka

dengan kriteria uji hipotesis, H0 tidak ditolak artinya secara parsial

variabel independen (X12) atau usaha spa ada pengaruh namun tidak

Page 108: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

95

60

70

80

90

100

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Daya Tarik Wisata

secara signifikan terhadap variabel dependen (Y), pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bogor.

C. Pembahasan Hasil Analisis

1. Pemaparan Hasil Analisis Usaha Pariwisata di Kabupaten Bogor

UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa

usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

Jenis usaha pariwisata terbagi menjadi 13 jenis. Di Kabupaten Bogor terdapat

12 jenis usaha pariwisata yang telah disebutkan oleh UU RI No. 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan, kecuali Jasa Transportasi Wisata. Jasa

Transportasi Wisata adalah usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk

kebutuhan dan kegiatan pariwisata dan bukan angkutan transportasi reguler

atau umum (Ismayanti, 2016). Di Kabupaten Bogor transportasi yang

digunakan wisatawan untuk menuju ke suatu Daya Tarik Wisata masih

menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi, transportasi khusus

untuk kegiatan pariwisata belum terdapat di Kabupaten Bogor.

Gambar 4.7 Jumlah Daya Tarik Wisata

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Page 109: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

96

3

4

5

6

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Kawasan Wisata

Daya Tarik Wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik

wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan / binaan

manusia (Ismayanti, 2010). Di Kabupaten Bogor, pada tahun 2008 jumlah

usaha yang mengelola DTW sebanyak 65 usaha, kemudian meningkat pada

tahun 2009 sebanyak 68 usaha, dan terus mengalami peningkatan hingga

puncaknya pada tahun 2014 sebanyak 98 usaha.

Gambar 4.8 Jumlah Kawasan Wisata

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Kawasan Pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan / atau

mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan

pariwisata (Ismayanti, 2010). Pada tahun 2008 hingga tahun 2014 jumlah

usaha yang mengelola Kawasan Wisata di Kabupaten Bogor, tidak

mengalami peningkatan ataupun penurunan, yaitu sebanyak 4 usaha.

Jasa Perjalanan Wisata adalah usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen

perjalanan wisata (Ismayanti, 2010). Pada tahun 2008 hingga 2010, jumlah

usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen perjalanan wisata yaitu sebanyak

10 usaha. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2011 (15) dan 2012

Page 110: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

97

5

10

15

20

25

30

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Perjalanan Wisata

100

150

200

250

300

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Makan & Minum

(20), serta mengalami puncak peningkatan pada tahun 2014 yaitu sebanyak

25 usaha.

Gambar 4.9 Jumlah Perjalanan Wisata

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Gambar 4.10 Jumlah Makan & Minum

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Jasa Makanan & Minuman adalah usaha penyediaan makanan dan minum

yang di lengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan

yang berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar atau kedai minuman

(Ismayanti, 2010). Jumlah usaha makanan dan minuman di Kabupaten Bogor

pada tahun 2008 sebanyak 115 usaha. Kemudian mengalami peningkatan

Page 111: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

98

85

135

185

235

285

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Akomodasi

0

25

50

75

100

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi

yang cukup pesat pada tahun 2011 sebanyak 127 usaha, tahun 2012 sebanyak

175 usaha hingga puncaknya pada tahun 2014 yaitu sebanyak 255 usaha.

Gambar 4.11 Jumlah Akomodasi

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Penyediaan Akomodasi adalah usaha yang menyediakan pelayanan

penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lain

(Ismayanti, 2010). Pada tahun 2008 jumlah Akomodasi di Kabupaten Bogor

sebanyak 110 usaha, kemudian meningkat cukup pesat pada tahun 2010 yaitu

sebanyak 182 usaha. Puncak meningkatnya jumlah Akomodasi yaitu pada

tahun 2013 sebanyak 248 usaha.

Gambar 4.12 Jumlah Penyelenggaraan Kegiaran Hiburan & Rekreasi

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Page 112: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

99

5

12

19

26

33

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konfrensi dan Pameran

Penyelenggaraan Kegiatan Liburan & Rekreasi merupakan usaha yang ruang

lingkup kegiataan berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke,

bioskop dan kegiatan hiburan serta rekreasi lain yang bertujuan untuk

pariwisata (Ismayanti, 2010). Pada tahun 2008 jumlah Penyelenggaran

Kegiatan Hiburan & Rekreasi di Kabupaten Bogor sebanyak 20 usaha.

Selanjutnya peningkatan terjadi pada tahun 2010 (42) dan tahun 2011 (99).

Penurunan terjadi pada tahun 2009 (15) dan tahun 2012 (52). Kemudian

peningkatan kembali pada tahun 2013 dan 2014 yaitu sebanyak 77 dan 93

usaha.

Gambar 4.13 Jumlah Penylenggaraan Pertemuan, Perjalan Insentif, Konfrensi

dan Pameran

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konfrensi Dan Pameran

adalah usaha yang memberikan jasa bagi karyawan dan mitra usaha sebagai

imbalan atas prestasi, dan menyelenggarakan pameran untuk

menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang

bersekala nasional, regional dan internasional (Ismayanti, 2010). Pada tahun

Page 113: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

100

20

40

60

80

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Jasa Informasi Pariwisata

2008 Penyelenggaraan Pertemuan/Insentif/Konferensi/Pameran sebanyak 15

usaha, namun mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 7 usaha.

Puncak peningkatan terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 31 usaha.

Penurunan kembali terjadi pada tahun 2012 menjadi 20 usaha, kemudian

meningkat hingga tahun 2014 yaitu sebanyak 29 usaha.

Gambar 4.14 Jumlah Jasa Informasi Pariwisata

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Jasa Informasi Pariwisata adalah usaha yang menyediakan data, berita,

feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang

disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan atau elektronik (Ismayanti, 2010).

Di Kabupaten Bogor pada tahun 2008, jumlah Jasa Informasi Pariwisata yaitu

sebanyak 30 usaha, kemudian meningkat cukup pesat pada tahun 2012

menjadi 40 usaha. Puncak peningkatan terjadi pada tahun 2014 yaitu

sebanyak 65 usaha.

Jasa Konsultasi Pariwisata adalah usaha yang menyediakan saran dan

remendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,

penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan (Ismayanti, 2010). Pada

Page 114: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

101

2

4

6

8

10

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Jasa Konsultasi Pariwisata

tahun 2008 jumlah Jasa Konsultasi Pariwisata yang terdapat di Kabupaten

Bogor sebanyak 3 usaha, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010

sebanyak 5 usaha, dan peningkatan terbanyak pada tahun 2014 yaitu 10

usaha. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2011 yaitu menjadi 4 usaha.

Gambar 4.15 Jumlah Jasa Konsultasi Pariwisata

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Jasa Pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan atau

mengoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan dan / atau kebutuhan biro perjalanan wisata (Ismayanti, 2010).

Pada tahun 2008 Jasa Pramuwisata yang terdapat di Kabupaten Bogor yaitu

sebanyak 83 usaha. Kemudian terus mengalami peningkatan pada tahun

berikutnya 2009 (135), 2010 (160), 2011 (183), 2012 (210), 2013 (231) dan

puncaknya pada tahun 2014 yaitu sebanyak 285 usaha.

Page 115: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

102

50

100

150

200

250

300

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Jasa Pramuwisata

4

8

12

16

20

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Wisata Tirta

Gambar 4.16 Jumlah Jasa Pramuwisata

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Gambar 4.17 Jumlah Wisata Tirta

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Wisata Tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga

air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa yang lainnya yang

dikelola secara komersial di perairan laut, pantai dan sungai, danau dan

waduk (Ismayanti, 2010). Pada tahun 2008 jumlah Wisata Tirta di Kabupaten

Bogor sebanyak 5 usaha, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010

sebanyak 8 usaha dan terus mengalami peningkatan hingga puncaknya pada

tahun 2014 yaitu sebanyak 16 usaha.

Page 116: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

103

30

40

50

60

70

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Spa

Gambar 4. 18 Jumlah Spa

Sumber: Dinas Kebudayaan & Pariwisata

Spa adalah usaha jasa perawatan yang memberikan dengan metode

kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah–rempah, layanan makanan /

minuman sehat dan olah aktifitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa

dan raga, yang tetap memperhatikan tradisi dan budaya Indonesia (Ismayanti,

2010). Di Kabupaten Bogor jumlah usaha Spa pada tahun 2008 yaitu

sebanyak 38 usaha. Peningkatan yang pesat terjadi pada tahun 2013 yaitu

sebanyak 64 usaha dan tahun berikutnya 2014 sebanyak 65 usaha.

Berdasarkan data yang telah dipaparkan tersebut, para stakeholder baik

pemerintah, investor (pihak swasta), produsen/supplier, distributor, bahkan

masyarakat di Kabupaten Bogor telah ikut menggerakan roda kegiatan

pariwisata dengan mendirikan berbagai macam usaha pariwisata.

Peningkatan jumlah usaha pariwisata yang terjadi setiap tahunnya dapat

disebabkan karena tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor yang

juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menjadi salah satu

Page 117: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

104

manfaat bagi para stakeholder untuk mendapatkan keuntungan dari peluang

tersebut, seperti yang dinyatakan oleh Ismayanti (2010) bahwa usaha

pariwisata merupakan kegiatan bisnis. Kegiatan bisnis ini tentu berhubungan

langsung dengan kegiatan wisata sehingga tanpa keberadaannya, pariwisata

tidak dapat berjalan dengan baik, karena usaha pariwisata ini memiliki

peranan penting bagi pemenuhan berbagai kebutuhan wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Bogor. Usaha pariwisata yang terus mengalami

peningkatan juga memberikan dampak positif bagi perekeonomian di

Kabupaten Bogor. Pemaparan selanjutnya dijelaskan pada sub-Bab di bawah

ini.

2. Pemaparan Hasil Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor

Pertumbuhan Ekonomi menurut aller 2012:66), “economic growth is the

process of increasing the sizes of national economies, the macro-economic

indications, especially the GDP per capita, in an ascendant but not

necessarily linear direction, with positive effects on the economic-social

sector, while development shows us how growth impacts on the society by

increasing the standard of life.” Dari definisi yang dinyatakan tersebut,

Haller (2012) menyebutkan 3 hal penting, diantaranya;

a) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses;

b) PDB merupakan indikator utama yang menunjukan pertumbuhan ekonomi

suatu Negara atau daerah, dan;

Page 118: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

105

c) Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan dampak positif pada sektor sosial

yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan konsep yang telah dinyatakan Haller (2012), pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Bogor merupakan suatu proses dari perkembangan

ekonomi yang terjadi di setiap tahunnya dalam periode tertentu. Dari data

temuan yang diperoleh, pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di

Kabupaten Bogor selama kurun waktu 14 tahun, dari tahun 2001-2014.

Dalam melihat suatu pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Regional

Bruto merupakan indikator utama yang menunjukan pertumbuhan ekonomi

suatu daerah (Haller, 2012). Brezina juga mendefinisikan PDRB sebagai

indikator pengukuran ekonomi terluas sebagai nilai moneter pada semua

barang dan jasa yang diproduksi di suatu daerah selama periode waktu

tertentu, biasanya satu tahun.

Fluktuasi perekonomian Kabupaten Bogor hampir menyerupai fluktuasi

pertumbuhan ekonomi nasional, dengan angka laju pertumbuhan ekonomi.

Sejak tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sangat stabil di sekitar angka 6% per

0

1

2

3

4

5

6

7

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Menurut PDRB Harga Konstan

Page 119: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

106

tahun. Dari tahun 2001 hingga 2013, laju pertumbuhan ekonomi cenderung

meningkat dari 4% hingga 6%. Penurunan terjadi pada tahun 2008 (5.58%)

dan 2009 (4.14%). Hal ini dapat terjadi karena konsumsi rumah tangga,

pembelian masyarakat atas barang dan jasa menurun, jumlah investasi yang

turun, dan realisasi belanja modal pemerintah untuk infrastruktur lebih

rendah. Selanjutnya pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 5.96%.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebanyak

6.03%. Mesin perekonomian Kabupaten Bogor adalah industri manufaktur

dengan kontribusi yang stabil di sekitar 60% dari total PDRB harga konstan.

Menurut hasil Sakernas 2014, pada tahun 2013, jumlah penduduk yang

bekerja sebanyak 2,131,478 orang dan meningkat sebesar 6.70% pada tahun

2014 yaitu sebanyak 2,137,954 orang. Selanjutnya tingkat pengangguran

terbuka di Kabupaten Bogor tahun 2014 sebesar 7.65% (177,222 orang).

Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor berada di bawah TPT

Provinsi Jawa Barat (8.45%) namun masih berada di atas angka nasional

(5.94%).

Dari data tersebut dapat diketahui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor

yang terus mengalami peningkatan memberikan dampak positif yaitu

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan rendahnya tingkat kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor telah sesuai dengan poin ke-3

yang dipaparkan oleh Haller (2012) yaitu pertumbuhan ekonomi

mengakibatkan dampak positif pada sektor sosial yaitu meningkatkan taraf

hidup masyarakat. Di Kabupaten Bogor terdapat 3 sektor lapangan usaha

Page 120: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

107

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Presentase Penduduk yang Bekerja Menurut 9 Sektor Lapangan Usaha

yang kini menjadi sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di

Kabupaten Bogor, yaitu: sektor perdagangan, industri, dan jasa. Pada 2014,

komposisi penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013–2014 menunjukkan

sektor perdagangan, rumah makan & jasa akomodasi sebagai sektor penyerap

tenaga kerja terbanyak.

Keterangan :

Sektor 1 : Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

Sektor 2 : Pertambangan dan Penggalian

Sektor 3 : Industri

Sektor 4 : Listrik, Gas dan Air Minum

Sektor 5 : Konstruksi

Sektor 6 : Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

Sektor 7 : Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Sektor 8: Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa

Perusahaan

Sektor 9 : Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Page 121: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

108

3. Pemaparan Hasil Analisis Uji Pengaruh Antara Usaha Pariwisata Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor

Persamaan regresi yang telah dipaparkan akan dijelaskan lebih detil sebagai

berikut:

( ) ( )

( )

( )( ) ( ) ( )

( )( ) ( )( ) ( )

( )( ) ( )( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

Tabel 4.15 Koefisien Pada Hasil Uji-t

Model B

(Constant) 1054581.488

DIFFX1 -0.614

DIFFX2 262.436

DIFFX3 107.639

DIFFX4 -35.627

DIFFX5 -11.422

DIFFX6 65.616

DIFFX7 -3.838

DIFFX8 -200.985

DIFFX9 620.395

DIFFX10 915.586

DIFFX11 68.711

DIFFX12 216.769

Sumber: Olahan Peneliti

Penjelasan dari persamaan tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

Page 122: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

109

1) Konstanta sebesar 1054581.488; artinya jika X1 hingga X12 nilainya adalah

0, maka nilai pertumbuhan ekonomi (Y) adalah 1054581.488 x (dalam

jutaan rupiah) = Rp 1,054,581,488,000 atau sekitar 1 Trilyun 54 milyar

rupiah.

Koefisien regresi variabel X1 (Daya Tarik Wisata) sebesar -0.614, yang

berarti apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel X1

mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami penurunan sebesar Rp 614,000. Koefisien bernilai negatif

artinya terjadi hubungan negatif antara daya tarik wisata dengan

pertumbuhan ekonomi, semakin naik X1 maka semakin turun pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bogor. Daya Tarik Wisata ada pengaruh namun tidak

secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor.

Hal ini dapat disebabkan karena terpusatnya kunjungan wisatawan ke

Kawasan Wisata Puncak, terutama pada daya tarik wisata Taman Safari

Indonesia dan Taman Wisata Matahari, sehingga menyebabkan daya tarik

wisata di luar Kawasan Wisata Puncak mengalami penurunan kunjungan

wisata. Aktifitas wisata pada kedua daya tarik wisata ini terbilang banyak

disukai oleh wisatawan. Seperti yang dinyatakan oleh Johnson dan Moore

(1993) dalam Utama Rai (2011:13) bahwa pengukuran dampak ekonomi

pariwisata lebih dipengaruhi oleh aktifitas wisata tertentu yang sedang

berkembang pesat dan sumberdaya pariwisata yang dipergunakannya.

Pada penelitian sebelumnya menurut S Sinaga (2010:2-4) objek dan daya

tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia

Page 123: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

110

kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan

program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai

asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Selanjutnya pada penelitian

yang dilakukan oleh Romani (2006:65) pada dasarnya perencanaan wisata

dimaksudkan untuk dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. Juga

tercantum pada UU No. 9 Tahun 1990 bahwa pembangunan obyek dan

daya tarik wisata bertujuan untuk mendorong peningkatan perkembangan

kehidupan ekonomi dan sosial budaya. Namun di dalam perencanaan dan

pembangunan ini harus diupayakan juga agar tidak menyebabkan

terjadinya perubahan sosial dan kerusakan lingkungan. Dari pernyataan

tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan objek daya tarik seharusnya

memiliki pengaruh positif pada industri pariwisata dan perekonomian.

Seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh, Nasrul Qadarrochman

(1994-2008) di Kota Semarang dalam Ferry Pleanggra (2012:26), I Wayan

Gede Sedana Putra (1991-2010) di Kabupaten Gianyar dalam Ferry

Pleanggra (2012:26)dan Juliafitri (2005) di Kota Bitung dalam Ferry

Pleanggra (2012:26), Ferry Pleanggra (2012:24) di Kabupaten/Kota Jawa

Tengah tentang pengaruh jumlah obyek wisata terhadap pendapatan

diperoleh hasil bahwa baik dari segi jumlah obyek pariwisata maupun

dari segi retribusi daya tarik wisata memiliki pengaruh positif terhadap

pendapatan pariwisata dan pembangunan daerah.

Dari beberapa teori/konsep serta penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata memiliki

Page 124: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

111

hubungan positif, berpengaruh pada pendapatan dan pembangunan daerah.

Daya tarik wisata di Kabupaten Bogor memiliki pengaruh, namun

perencenaan dan pengelolaannya belum optimal, sehingga belum

berpengaruh secara signifikan. Kabupaten Bogor memiliki daya tarik

wisata yang cukup banyak, seharusnya daya tarik wisata Taman Safari

Indonesia dan Taman Wisata Matahari menjadi trigger sehingga

perencanaan dan pengelolaan dapat dilakukan secara optimal oleh daya

tarik wisata lainnya, juga kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor lebih

merata.

2) Koefisien regresi variabel X2 (Kawasan Wisata) sebesar 262.436; yang

berarti apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel X2

mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar Rp 262,436,000. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi hubungan positif antara kawasan wisata dengan

pertumbuhan ekonomi, semakin naik variabel X2 maka semakin

meningkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

Menurut Puranegara (2004:40) pada penelitian sebelumnya di Kabupaten

Ciamis, kontribusi kawasan wisata Pangandaran terhadap pendapatan total

sektor pariwisata ciamis pada tahun 2002 sebesar 72.06% dan pada tahun

2003 sampai dengan bulan Agustus sebesar 72.72%. Hal ini dapat dilihat

bahwa Kawasan Wisata Pangandaran merupakan kawasan andalan Ciamis

yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan sektor

pariwisata Ciamis. Hal ini juga disampaikan oleh Fatimah S (2015:55) di

Page 125: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

112

Kota Ambon bahwa pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata

Bahari Kota Ambon dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

pembangunan, maka dalam pelaksanaanya dibutuhkan strategi yang

terencana dan sistematis bagi masyarakat lokal. Keterlibatan atau

partisipasi masyarakat lokal menjadi penting pula termasuk dalam

kaitannya dengan upaya keberlanjutan pariwisata itu sendiri, yang

mencakup perlindungan terhadap lingkungan maupun manfaatnya bagi

kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang menjadi faktor utama dalam

prespektif pengembangan pariwista daerah.

Pengembangan kawasan wisata pada dasarnya adalah pengembangan

masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada kehidupan masyarakat

yang untuk meningkatkan dan memajukan tingkat hidup masyarakat

sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal,

meningkatkan pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan

secara merata pada penduduk lokal (Ratvany, 2016:66-76). Herdiana

(2012:6) juga menyatakan bahwa perkembangan suatu kawasan wisata

tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut untuk ditawarkan

kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peranan para

pengelola kawasan wisata.

Berdasarkan teori/konsep dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa pengembangan kawasan wisata dapat meningkatkan perekonomian

suatu daerah dan kesejahteraan masyarakat. Di Kabupaten Bogor, kawasan

wisata telah berkontribusi positif terhadap industi pariwisata dan

Page 126: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

113

pertumbuhan ekonomi juga kesejahteraan masyarakat. Hal ini berarti

bahwa kawasan wisata di Kabupaten Bogor telah sesuai dengan

teori/konsep dan penelitian terdahulu.

3) Koefisien regresi variabel X3 (Jasa Perjalanan Wisata) sebesar 107.639;

yang berarti apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel

X3 mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar Rp 107,639,000. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi hubungan positif antara jasa perjalanan wisata dengan

pertumbuhan ekonomi, semakin naik variabel X3 maka semakin

meningkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

Seperti yang tercantum pada Hollowey (1983, 2002:265) keberadaan jasa

perjalanan pariwisata menjadi sektor penting di beberapa Negara seperti

Spanyol dan Yunani. Jasa perjalanan pariwisata berfungsi untuk menjual

produk sektor lain seperti transportasi, akomodasi dan jasa lainnya yang

menjadi satu kombinasi paket wisata. Di Inggris, lebih dari 300

perusahaan jasa perjalanan wisata sebagian besar berpengaruh penting

dalam penanganan pendapatan berbagai bisnis. Oleh karena itu, industri

jasa pariwisata memiliki peran yang sangat penting pada industri

pariwisata di beberapa Negara.

Hal ini juga disampaikan oleh (RP Indah, 2006:13) bahwa di Indonesia

sekarang ini biro perjalanan wisata yang beroperasi mencapai jumlah

3.190 kantor cabang yang tersebar. Tamu-tamu yang datang setiap hari

baik itu membeli tiket, memesan kamar hotel, ataupun untuk membeli

Page 127: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

114

paket wisata menunjukkan bahwa semakin hari masyarakat semakin

membutuhkan jasa dan pelayanan dari biro perjalanan wisata. Seiring

dengan berkembangnya dunia pariwisata, jasa perjalanan wisata juga

sebagai sarana pendukung dalam meningkatkan industri pariwisata. Jasa

perjalanan wisata memegang peranan penting karena dapat memberikan

suatu pelayanan yang nyata bagi wisatawan, yaitu paket perjalanan, seperti

tiket transportasi udara, darat, laut; akomodasi penginapan; pelayaran

wisata; paket wisata; asuransi perjalanan; dan produk lainnya yang

berhubungan (Foster, 2000:77). Sebagai perantara bagi perusahaan-

perusahaan industri pariwisata, jasa perjalanan wisata merupakan rantai

yang amat penting dan sangat berperan besar untuk mendorong atau

merangsang agar orang mau melakukan perjalanan wisata (DP Simamora,

2014).

Berdasarkan pemaparan tersebut, jasa perjalanan wisata yang berada di

Kabupaten Bogor telah sesuai dengan pernyataan teori/konsep. Jasa

perjalanan wisata telah berperan dan memiliki pengaruh positif dalam

industri pariwisata dan perekonomian di Kabupaten Bogor.

4) Koefisien regresi variabel X4 (Jasa Makan & Minum) sebesar -35.627;

yang berarti apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel

X4 mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami penurunan sebesar Rp 35,627,000. Koefisien bernilai negatif

artinya terjadi hubungan negatif antara jasa makan & minum dengan

pertumbuhan ekonomi, semakin naik variabel X4 maka semakin menurun

Page 128: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

115

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Jasa Makan & Minum ada

pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten Bogor. Hal ini dapat disebabkan karena kurang menarik dan

bervariasinya produk makanan & minuman serta kurang profesionalnya

kinerja pegawai di jasa makan dan minuman ini. Desain tempat makan di

Kabupaten Bogor juga kurang unik, secara umum dapat ditemukan di

daerah tujuan wisata lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sparks dkk (2003:12) di daerah

wisata Sidney, Melbourne, dan Brisbane, Australia menemukan bahwa

restoran memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menentukan

tempat tujuan berlibur wisatawan. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa

sebanyak 20% dari wisatawan yang diteliti yang baru pertama kali

mengunjungi kawasan wisata setuju bahwa restoran memainkan peranan

yang sangat penting dalam pemilihan daerah tujuan wisata. Sedangkan

46% dari wisatawan yang telah memperoleh pengalaman positif di

restoran di daerah tujuan wisata tersebut setuju untuk kembali berkunjung

pada kesempatan berikutnya yang disebabkan oleh alasan agar dapat

kembali menikmati pelayanan di restoran yang sama. Ini menunjukkan

bahwa peranan restoran dan bar sangatlah penting dalam industri

pariwisata, oleh karena itu para pelaku usaha dibidang ini perlu

mengetahui kualitas standar produk restoran yang diinginkan oleh

wisatawan agar dapat mencapai kepuasan wisatawan.

Page 129: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

116

Hal ini juga disampaikan oleh Nyoman Putra Sastra (2016: 2) pada

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Kawasan Pariwisata Nusa

Dua bahwa restoran dan bar merupakan komponen pariwisata yang

bersifat pisik, yang berfungsi sebagai salah satu fasilitas pariwisata

penunjang pelayanan jasa. RP Wulandari (2015:53) juga menyebutkan

bahwa restoran merupakan bagian dari industri pariwisata yang berperan

sebagai penyedia jasa, makan dan minum bagi orang-orang yang sedang

berada jauh dari tempat tinggalnya. Dalam industri makanan dan minuman

untuk kepentingan pariwisata, fasilitas ini sangatlah penting peranannya

dalam menunjang pelayanan yang diberikan suatu destinasi terhadap

wisatawan, karenanya perlu dikelola dengan profesional.

Perkembangan jaman yang semakin maju, pola kehidupan penduduk

mengalami perubahan, usaha restoran saat ini semakin popular dan

mengalami perkembangan yang pesat baik di pusat kota maupun di daerah

pinggiran kota (Prihastuti, 2009:1). Pada penelitian sebelumnya Wibowo L

Adi (2008:13) menyebutkan bahwa restoran atau jasa makan & minum

merupakan sarana pokok pariwisata (Main Tourism Superstructures). Pada

dasarnya, perusahaan-perusahaan tersebut merupakan fasilitas minimal

yang harus ada pada suatu daerah tujuan wisata.

Dari beberapa teori/konsep serta penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa jasa penyedia makan dan minum

memiliki hubungan positif dan berpengaruh pada industri pariwisata. Jasa

makan dan minum di Kabupaten Bogor memiliki pengaruh, namun

Page 130: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

117

perencenaan dan pengelolaannya belum optimal, sehingga belum

berpengaruh secara signifikan. Di Kabupaten Bogor jasa penyedia makan

dan minum sebagai main tourism superstructures telah cukup banyak dan

memadai. Namun dalam pengelolaannya harus lebih ditingkatkan agar jasa

makan dan minum di Kabupaten Bogor lebih profesional dalam segi

kinerja pegawai, manajemen dan desain tempatnya.

5) Koefisien regresi variabel X5 (Akomodasi) sebesar -11.422; yang berarti

apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel X4 mengalami

kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan mengalami penurunan

sebesar Rp 11,422,000. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan

negatif antara akomodasi dengan pertumbuhan ekonomi, semakin naik

variabel X5 maka semakin menurun pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bogor. Jasa Akomodasi ada pengaruh namun tidak secara signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor. Hal ini dapat

disebabkan karena terpusatnya kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata

Puncak sehingga wisatawan yang menggunakan penyedia akomodasi di

luar kawasan tersebut berkurang. Selain itu, Daya Tarik Wisata unggulan

di Kabupaten Bogor yaitu Taman Safari Indonesia dan Taman Matahari

merupakan Daya Tarik Wisata yang paling pesat jumlah kunjungannya,

namun para wisatawan tidak harus menggunakan jasa akomodasi untuk

mengunjungi obyek wisata tersebut, karena wisatawan yang melakukan

kunjungan ke suatu theme park dalam waktu sehari terbilang sudah cukup.

Page 131: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

118

Hal ini kurang sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Musselman dan

Jackson (1984). Musselman dan Jackson (1984:104) memaparkan bahwa

bisnis hotel dan akomodasi sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

dalam peningkatan pendapatan. Bisnis hotel dan akomodasi lainnya

berkembang selaras dengan peningkatan pendapatan dan total populasi.

Pada tahun 1970 di Amerika pertumbuhan rata-rata pada bisnis akomodasi

sebesar 5.1% atau sekitar $50 milyar dan terus meningkat hingga & $100

milyar pada akhir tahun 1970. Orang-orang selalu memiliki keinginan

untuk berlibur dari pekerjaannya, sehingga orang yang memilliki waktu

dan uang akan pergi berwisata. Oleh karena itu, bisnis hotel dan

akomodasi lainnya memiliki pengaruh yang cukup jelas. Di Jawa Barat

usaha yang bergerak dibidang akomodasi pada tahun 2005 tercatat

sebanyak 1,413 usaha, sebesar 9.55% adalah usaha hotel berbintang dan

sebesar 90.45% adalah usaha akomodasi di luar hotel berbintang. Unsur

terpenting di dalam kepariwisataan selain obyek wisata yang menjadi

tujuan utama wisatawan adalah sarana akomodasi, sebagai tempat untuk

beristirahat atau menginap di daerah tujuan wisata (Eridiana, 2008:8).

Selanjutnya pada penelitian yang telah dilakukan Dwi Pangastuti Ujiani

(2006:78) di Provinsi D.I. Yogyakarta juga menyatakan bahwa sektor

usaha jasa dan akomodasi pariwisata mampu memberikan pengaruh

terhadap peningkatan output sektor-sektor lainnya. Meningkatnya output

yang dihasilkan ini juga dapat meningkatkan meningkatkan pula laju

pertumbuhan ekonomi Provinsi D.I. Yogyakarta. Pada penelitian yang

Page 132: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

119

telah dilakukan oleh Rizki Insan Arif (2014:3) di Food and Beverage The

Amaroosa Hotel Bandung, akomodasi perhotelan tidak dapat dipisahkan

dengan kegiatan pariwisata. Tanpa kegiatan kepariwisataan dapat

dikatakan akomodasi perhotelan akan lumpuh. Sebaliknya pariwisata

tanpa hotel merupakan suatu hal yang tidak mungkin, karena jasa

akomodasi termasuk ke dalam sarana pokok kepariwisataan (main tourism

superstructures). Bila diumpamakan industri pariwisata itu sebagai suatu

bangunan, maka sektor perhotelan merupakan tiangnya. Dalam menunjang

pembangunan negara, Andi (2011) menjelaskan bahwa usaha perhotelan

memiliki peran antara lain; meningkatkan industri rakyat, menciptakan

lapangan kerja, membantu usaha pendidikan dan latihan, meningkatkan

pendapatan daerah dan Negara, meningkatkan devisa negara, serta

meningkatkan hubungan antar bangsa.

Dari beberapa teori/konsep serta penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa jasa akomodasi memiliki

berpengaruh dan berperan penting pada industri pariwisata. Jasa

akomodasi di Kabupaten Bogor kurang sesuai dengan teori/konsep yang

telah dipaparkan. Di Kabupaten Bogor jasa akomodasi sebagai main

tourism superstructures industri pariwisata telah tersedia cukup banyak

dan memadai. Meskipun jasa akomodasi telah menciptakan lapangan kerja

baru bagi masyarakat, namun jasa akomodasi di Kabupaten Bogor belum

maksimal dalam memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Bogor.

Page 133: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

120

6) Koefisien regresi variabel X6 (Penyelenggaran Hiburan & Rekreasi)

sebesar 65.616; yang berarti apabila variabel independen lain nilainya

tetap dan variabel X6 mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan

ekonomi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 65,616,000.

Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara

penyelenggaran hiburan & rekreasi dengan pertumbuhan ekonomi,

semakin naik variabel X6 maka semakin meningkat pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bogor. Hal ini telah sesuai dengan Sinclair M T dan Stabler M

(1991) yang menyatakan bahwa wisata belanja (mal, factory outlet, dan

pasar tradisional) memiliki dampak positif pada ekonomi jika tidak adanya

efek lingkungan dan sosial-budaya yang negatif, seperti tidak menggangu

atau menghancurkan tempat tinggal masyarakat lokal, lingkungan alam

dan situs budaya. Beberapa atraksi lain yang memiliki dampak positif

yang disediakan jasa penyelenggaran hiburan dan rekreasi seperti pameran

dan wisata malam. Cahyono (2002: 94) menjelaskan bahwa tujuan

penyelenggaraan pameran di antaranya; tujuan sosial, tujuan komersial,

dan tujuan kemanusian. Menurut Sastra P (1999:9) tempat hiburan malam

adalah suatu tempat sejenis tourist attraction atau kegiatan para wisatawan

di mana para wisatawan datang untuk menyaksikan, menikmati ataupun

mengagumi kejadian-kejadian yang berlangsung untuk mendapatkan

kepuasan rohaniah sesuai dengan keinginan para wisatawan yang

dilakukan pada waktu malam hari.

Page 134: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

121

Hiburan malam ini adalah merupakan salah satu kegiatan para wisatawan

yang dapat dirasakan di dalam dunia pariwisata tetapi juga dapat

memberikan ciri khas kepuasan tersendiri terhadap para wisatawan. Fungsi

dari tempat hiburan malam Marsum WA (2004:1) diantarnya; untuk

menghilangkan kejenuhan para wisatawan yang selalu tinggal di hotel,

memberikan gambaran tentang situasi aktivitas pada malam hari di kota

yang bersangkutan, untuk menjamu para relasi bisnis. Tempat hiburan

malam dengan bar tidak dapat dipisahkan, di tempat hiburan malam

terdapat bar yang akan menyediakan berbagai minuman dari yang non-

alcoholic sampai yang alcoholic.

Pada penelitian Mahardika (2014) yang dilakukan di Yogyakarta

sebelumnya, saat ini, wisata malam di Yogyakarta berkembang pesat.

Dibuktikan dengan banyak dibukanya industri hiburan seperti kafe, tempat

karaoke, dan warung kopi. Ada beberapa kafe, tempat karaoke, dan

warung kopi yang dibuka di Yogyakarta yang hadir dengan gaya dan

konsep yang berbeda–beda. Banyaknya industri hiburan malam di

Yogyakarta menjadikan kota ini tidak pernah sepi dari pagi hingga larut

malam. Hal ini juga dikemukakan oleh Novitasari (2008:14) di Pasar

Semawis Semarang bahwa berbagai aktivitas dan kegiatan yang ada di

Pasar Semawis dapat memberikan berbagai keuntungan baik dari segi

ekonomi bagi para pelaku bisnis maupun pelestarian budaya khususnya

etnik China. Selain itu dengan keberadaan Pasar Semawis ini dapat

dijadikan sebagai alternatif sebagai tempat tujuan wisata baik wisata

Page 135: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

122

budaya maupun wisata kuliner. Berbagai interaksi yang terjadi di Pasar

Semawis secara langsung dapat mempererat sosialisasi antara masyarakat

yang berasal dari etnis China maupun penduduk pribumi, sehingga Pasar

Semawis merupakan objek wisata yang sangat berpotensi untuk

perkembangan wisata di Kota Semarang.

Berdasarkan teori/konsep dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa jasa penyelenggaran hiburan dan rekreasi memiliki peran dalam

menciptakan atraksi alternatif bagi para wisatawan agar daya tarik di suatu

destinasi wisata menjadi beragam. Penyelenggaran hiburan dan rekreasi di

Kabupaten Bogor mampu menarik perhatian para wisatawan lokal,

nusantara maupun mancaNegara untuk dikunjungi sehingga jasa

penyelenggara hiburan dan rekreasi di Kabupaten Bogor telah

berkontribusi positif di industri pariwisata dan perekonomian.

7) Koefisien regresi variabel X7 (Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan

Insentif, Konferensi & Pameran) sebesar -3.838; yang berarti apabila

variabel independen lain nilainya tetap dan variabel X7 mengalami

kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan mengalami penurunan

sebesar Rp 3,838,000. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan

negatif antara penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi

& pameran dengan pertumbuhan ekonomi, semakin naik variabel X7 maka

semakin menurun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

Penyelenggaraan Pertemuan/Perjalanan Insentif/ Konferensi & Pameran

ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap Pertumbuhan

Page 136: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

123

Ekonomi di Kabupaten Bogor. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa

event yang dilaksanakan di Kabupaten Bogor tidak berbasis pada orientasi

bisnis, melainkan hanya melaksanakan suatu kegiatan pertemuan untuk

menyebarluaskan suatu informasi, sehingga tujuan wisatawan berkunjung

ke event tersebut tidak untuk berbelanja atau mengeluarkan uang.

Hal ini kurang sesuai dengan Roeseler (2008:4) yang menyatakan bahwa

MICE (Meetings, Incentives, Conventions, Exhibition) sebagai suatu

industri banyak mendatangkan orang untuk melakukan pertemuan, dan

setiap pengeluaran mereka dalam jangka waktu tersebut merupakan

pemasukan salah satunya pada industri pariwisata. Rata-rata orang yang

datang berasal dari luar daerah, sehingga mereka harus tinggal dalam

jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, industri MICE sangat berkontribusi

pada industri pariwisata. Selanjutnya juga dinyatakan oleh Mantan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ibu Mari Elka Pantestu (2011-2014)

terdapat 3 hal utama sebagai upaya untuk meningkatkan keuntungan dalam

sektor pariwisata, yaitu mengembangkan wisata minat khusus, salah

satunya adalah MICE.

Hal ini juga disampaikan oleh Esthy Reko Astuti (2013), Dirjen

Pemasaran Kementerian Pariwisata bahwa sektor pariwisata dan MICE

dapat menciptakan peningkatan PDB di dunia, sementara di sektor lainnya

sedang menurun, justru MICE dan travel mengalami pertumbuhan yang

pesat. Bila dilihat dari data pertumbuhan MICE Indonesia pada 2013 lalu

bertumbuh 6 sampai 7% dan pada akhir 2014 diharapkan dapat mengalami

Page 137: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

124

pertumbuhan yang lebih besar. Selain itu, industri MICE di tanah air

semakin cerah dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor

69/2015 oleh Presiden Joko Widodo tentang bebas Visa kunjungan bagi 45

negara.

Juga disampaikan oleh Indrajaya (2015:80) pada penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya di Kota Tangerang Selatan bahwa perkembangan

industri MICE di Indonesia memiliki potensi besar dan merupakan salah

satu produk unggulan industri Pariwisata Indonesia. MICE merupakan

salah satu dunia bisnis yang menjanjikan karena pariwisata salah satu

industri raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan sektor ekonomi

paling cepat. Dampak besar bisnis MICE dapat dilihat dari perolehan

devisa pariwisata dengan diadakannya sejumlah kegiatan konvensi

nasional ataupun internasional dalam skala besar. Industri MICE memiliki

potensi pertumbuhan positif seiring membaiknya perekonomian dan

naiknya pendapatan masyarakat.

Berdasarkan teori/konsep dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa industri jasa MICE diyakini memiliki peran sentral bagi

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di banyak negara maju, sektor ini

telah menjadi pemicu dan pemacu bagi tumbuh-kembangnya sektor

ekonomi lainnya sehingga industri MICE juga merupakan indikator kuat

dari kemajuan perekonomian negara. Jasa penyelenggaraan pertemuan,

perjalanan insentif, konferensi & pameran di Kabupaten Bogor memiliki

pengaruh namun tidak secara signifikan. Seharusnya pengelola MICE di

Page 138: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

125

Kabupaten Bogor juga fokus dalam mempromosikan berbagai produk lain

yang berpotensi, agar para wisatawan yang datang untuk pertemuan atau

bisnis dapat mengeluarkan uangnya sebagai pemasukan bagi MICE itu

sendiri dan sektor lainnya di industri pariwisata.

8) Koefisien regresi variabel X8 (Jasa Informasi Pariwisata) sebesar -200.985;

yang berarti apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel

X8 mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami penurunan sebesar Rp 200,985,000. Koefisien bernilai negatif

artinya terjadi hubungan negatif antara jasa informasi pariwisata dengan

pertumbuhan ekonomi, semakin naik variabel X8 maka semakin menurun

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Jasa Informasi Pariwisata ada

pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten Bogor. Hal ini dapat disebabkan karena meluasnya

penggunaan internet, sehingga para wisatawan dimudahkan untuk

mendapatkan informasi mengenai pariwisata ketika melakukan kunjungan

wisata ke Kabupaten Bogor.

Menurut Prabowo (2009) jasa informasi pariwisata berperan penting

dalam memenuhi kebutuhan dan memudahkan para wisatawan yang akan

melakukan kegiatan pariwisata, untuk mendapatkan informasi yang akurat

dan lengkap, serba cepat, efisien, dan efektif mengenai tujuan wisata

beserta obyek-obyek yang menarik yang ada, serta sarana transportasi

yang bisa digunakan dalam mencapai tujuan. Disamping kebutuhan para

wisatawan juga informasi pariwisata tersebut juga dibutuhkan bagi

Page 139: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

126

pengelola industri kepariwisataan dan pemerintahan karena memiliki peran

dalam mengambil keputusan dan sebagai penentu kebijakan di bidang

kepariwisataan.

Di dalam pemasaran pariwisata Novianto (2011) juga menyampaikan

peran dari sistem informasi pariwisata ini sangat penting, karena perilaku

calon wisatawan sagat dinamis perkembangannya dari waktu ke waktu.

Keputusan harus dapat cepat diambil untuk menyesuaikan dengan

perubahan yang terjadi. Jadi peranan jasa informasi pariwisata sangat

menunjang perkembangan pariwisata. Dengan jasa ini, maka informasi

dan komunikasi dapat dilakukan dengan sangat cepat, efisien dan akurat

sehingga wisatawan dapat mendapatkan informasi tentang kegiatan

pariwisata yang akan dilakukannya (Seanli, 2011).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Zainal (2004) di Jawa Tengah,

dalam memasarkan pariwisata di Jawa Tengah selain menggunakan media

konvensional, TIC juga menggunakan media computer dan teknologi

komunikasi. Adanya sistem informasi pariwisata terpadu dengan

mengembangkan teknologi informasi secara integral diharapkan akan

mampu meningkatkan daya saing bidang kepariwisataan terutama pada

promosi dan pemasaran pariwisata yang nantinya dapat meningkatkan

peran serta masyarakat. Dengan demikian TIC dapat berperan aktif

sebagai sarana informasi, sebagai sarana promosi pariwisata,

sebagaisarana penyebaran wisatawan, sebagai mitra usaha jasa pariwisata.

Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian yang telah dilakukan Respati

Page 140: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

127

(2011:29) di PT. (Persero) Angkasa Pura I Bandara Internasional Juanda

Surabaya yang memperoleh hasil penelitian bahwa unit informasi

mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pariwisata di

Jawa Timur. Dengan adanya penerangan bandara akan mempermudah para

wisatawan dalam mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek dan daya

tarik wisata yang ada di Jawa Timur. Pelayanan yang baik dari pihak

bandara khususnya bagian informasi akan membuat para wisatawan ingin

lebih sering mengunjungi obyek-obyek wisata di Jawa Timur.

Kesimpulannya, unit informasi Bandar Udara internasional Juanda

Surabaya memiliki peran yang strategis dalam memperkenalkan pariwisata

di Jawa Timur.

Berdasarkan teori/konsep dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa industri jasa informasi pariwisata memiliki peran aktif bagi industri

pariwisata. Jasa informasi di Kabupaten Bogor memiliki pengaruh namun

tidak secara signifikan. Seharusnya pengelola jasa informasi pariwisata di

Kabupaten Bogor juga fokus dalam mempromosikan jasanya sebagai suatu

bisnis dalam menyediakan berbagai informasi pariwisata di Kabupaten

Bogor dengan detil dan lengkap. Jasa informasi pariwisata tidak hanya

berperan penting pada wisatawan juga pada pengelola pariwisata dan

pemerintah, sehingga jasa informasi pariwisata berpengaruh besar pada

industri pariwisata di Kabupaten Bogor dan sektor lainnya.

9) Koefisien regresi variabel X9 (Jasa Konsultan Pariwisata) sebesar 620.395;

yang berarti apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel

Page 141: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

128

X9 mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar Rp 620,395,000. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi hubungan positif antara jasa konsultan pariwisata dengan

pertumbuhan ekonomi, semakin naik variabel X9 maka semakin

meningkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

Menurut Astina (2010:1) jasa konsultan pariwisata berperan dalam analisis

sektor pariwisata, sebagai media komunikasi dan informasi ilmiah

kepariwisataan, yang memuat tentang hasil ringkasan penelitian, survei

dan tulisan ilmiah populer kepariwisataan juga pergeseran trend yang

terjadi sehingga pembangunan pariwisata Indonesia dapat terwujud secara

berkelanjutan. Selain itu persaingan global telah memberikan peningkatan

standar baru persaingan. Dalam kondisi ini, setiap perusahaan

menginginkan untuk bisa bertahan dan berkembang serta harus bisa

menciptakan dan memperpanjang manfaat kompetisi secara terus-menerus

dengan cara meningkatkan daya saing. Persaingan yang lebih tinggi

mengharuskan perusahaan untuk memiliki strategi persaingan yang

inovatif dan pelaksanaan yang optimal, peningkatan keuntungan dan

dukungan ketahanan dari bisnis tersebut (Smart Cipta, 2012). Selanjutnya

Hananto (2015) usaha jasa konsultan pariwisata mempunyai peran yang

strategis dalam rangka turut menciptakan dan mendorong pemenuhan

sumberdaya manusia dan terpenuhinya usaha bidang pariwisata yang

terkompentensi berdasar standar yang telah ditetapkan melalui proses

sertifikasi. Produk usaha jasa konsultan pariwisata mencakup bidang

Page 142: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

129

industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata dan bidang

kelembagaan pariwisata memberikan ruang untuk tumbuh dan

berkembangnya usaha jasa konsultan pariwisata baik menyangkut aspek

teknis maupun bisnis terkait dengan produk usaha jasa konsultan yang

berupa opini, saran atau rekomendasi. Dengan demikian usaha jasa

konsultan di bidang pariwisata dapat bersinergi dengan pemerintah

maupun pemerintah daerah untuk bersama-sama mendorong pertumbuhan

usaha pariwisata dengan memanfaatkan sumberdana pemerintah atau

pemerintah daerah yang ada.

Berdasarkan beberapa teori/konsep yang dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa jasa konsultan pariwisata berperan penting dalam mengembangkan

sektor pariwisata baik dalam segi bisnis dan perencanaan. Jasa konsultan

pariwisata di Kabupaten Bogor telah sesuai dengan teori/konsep tersebut

sehingga perannya di industri pariwisata mampu memberikan kontribusi

dan manfaat positif bagi pemerintah, pengelola pariwisata, dan

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

10) Koefisien regresi variabel X10 (Jasa Pramuwisata) sebesar 915.586; yang

berarti apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel X10

mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar Rp 915,586,000. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi hubungan positif antara jasa pramuwisata dengan

pertumbuhan ekonomi, semakin naik variabel X10 maka semakin

meningkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

Page 143: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

130

Hal ini telah sesuai dengan Hollowey (1983, 2002:220-223) yang

menyatakan bahwa meskipun industri pramuwisata terbilang kecil, kurang

diakui secara aturan, namun jasa pramuwisata merupakan salah satu fungsi

yang paling penting dalam industri pariwisata. Pemandu wisata dan

interpreter menggambarkan baiknya suatu destinasi wisata secara langsung

kepada wisatawan. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Yogyakarta

Tourist Informations (2009) bahwa unsur terpenting yang bersinggungan

langsung dengan layanan wisatawan adalah pramuwisata atau pemandu

wisata; yaitu seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan

dan petunjuk tentang obyek wisata serta membantu segala sesuatu yang

diperlukan wisatawan. Dalam menjalankan tugasnya, pemandu wisata

(tourist guide) harus memiliki standar kualifikasi layanan dan kompetensi

yang cukup berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan teknik serta kode etik

profesi kepariwisataan yang telah diratifikasi. Profesi ini menjadi ujung

tombak industri pariwisata dimana sejak orang keluar untuk berwisata

sejak itu dibutuhkan peran dari tugas-tugas seorang guide.

Selanjutnya Harum (2012) juga memaparkan bahwa pramuwisata adalah

seseorang yang menemani, memberikan informasi dan bimbingan serta

saran kepada wisatawan dalam melakukan aktivitas wisatanya.

Pramuwisata adalah orang mengarahkan sebuah tour dan merupakan kunci

utama yang akan membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-

pengalaman selama tour. Pramuwisata adalah seseorang yang memimpin

wisatawan dan memberikan informasi tentang data atau fakta obyek dan

Page 144: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

131

atraksi wisata yang dikemas oleh jasa perjalanan wisata dalam tour

itinerary sebelumnya serta segala sesuatu yang memiliki daya tarik bagi

wisatawan. Dari sudut pandang pariwisata Indonesia pramuwisata

merupakan "guru besar" yang dianggap serba mengetahui tentang objek

dan atraksi yang dimiliki daerahnya. Kenyamanan wisatawan selama

perjalanan merupakan tujuan utama seorang pramuwisata. Selain itu

seorang pramuwisata harus memberikan cerminan dari kehidupan bangsa

sendiri dengan segala kepribadiannya dan selalu dapat dan ingin

bekerjasama dengan segala jenis bangsa yang datang ke Indonesia. Secara

lebih luas, pramuwisata adalah duta bangsa atau duta daerah tempat

bertugas. Pramuwisata adalah cerminan karakter masyarakat setempat (F.

H. Debora, 2009:26).

Dalam industri pariwisata menurut Saraida (Waibobo, 2014:8) seorang

pramuwisata tetap menjaga citra pariwisata dan kredibilitas bangsa dan

negara di mata wisatawan dengan sesungguhnya. Peranan pramuwisata

sangat penting untuk majunya suatu jasa perjalanan wisata dan

meningkatkan kunjungan wisatawan, tergantung pada pelayanan yang

diberikan oleh pramuwisata kepada wisatawan. Selain itu pramuwisata

juga berperan sebagai sales-person bagi pariwisata Indonesia pada

umumnya. Dengan pelayanan yang professional pramuwisata ikut

menyumbangkan jasa untuk menjual produk-produk wisata dalam bentuk

paparan kepada wisatawan selama dalam penanganannya.

Page 145: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

132

Berdasarkan teori/konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa jasa

pramuwisata memiliki peranan yang sangat penting dalam impresi pertama

para wisatawan. Pramuwisata dapat merubah persepsi dan ekspektasi para

wisatawan terhadap suatu destinasi wisata. Jasa pramuwisata di Kabupaten

Bogor telah sesuai dengan teori/konsep yang telah dipaparkan, bahwa jasa

pramuwisata juga berperan sebagai promosi, seperti akomodasi, makan &

minum, dan daya tarik wisata lainnya, untuk memancing wisatawan

mengeluarkan uangnya di Kabupaten Bogor.

11) Koefisien regresi variabel X11 (Wisata Tirta) sebesar 68.711; yang berarti

apabila variabel independen lain nilainya tetap dan variabel X11

mengalami kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar Rp 68,711,000. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi hubungan positif antara wisata tirta dengan pertumbuhan

ekonomi, semakin naik variabel X11 maka semakin meningkat

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Wisata Tirta ada pengaruh

namun tidak secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten Bogor. Hal ini dapat disebabkan karena sedikitinya jumlah

Daya Tarik Wisata yang atraksinya berupa air (danau/sungai/laut).

Sehingga usaha yang menyediakan sarana/prasarana seperti olahraga air,

berjumlah sedikit dan wisatawan tidak banyak melakukan kunjungan ke

Daya Tarik Wisata tersebut. Meskipun tidak secara signifikan, Wisata

Tirta memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Bogor.

Page 146: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

133

Menurut D.G. Bengen (2002:1) pada penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, salah satu jenis wisata yang berkembang di Indonesia adalah

jenis wisata tirta/bahari. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara

kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil, seluruhnya

mencakup 17.508 pulau dengan garis pantai lebih dari 81.000 km serta

memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar. Industri

wisata tirta merupakan salah satu sarana yang tepat dalam meningkatkan

kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Selain itu

dampak dan manfaat lain dari industri wisata tirta yaitu dapat

menghasilkan devisa negara dan memperluas lapangan kerja, sektor

pariwisata bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan mengembangkan

budaya lokal.

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh W. Yuliasri (2005:117) di

Semarang memperoleh hasil penelitian bahwa kawasan wisata air Rawa

Pening termasuk dalam kategori yang memiliki pertumbuhan produk

rendah dengan pasar yang tinggi (Kuadran Cash Cows). Dengan kata lain

kawasan wisata air Rawa Pening saat ini hanya memiliki pangsa pasar

kecil, tetapi tumbuh dan berkembang relatif cepat. Saat ini usaha

pengembangan kawasan wisata diarahkan kepada pengembangan produk,

salah satunya pengembangan atraksi wisata air. Dritasto dan Anggraeni

(2013) pada penelitian yang telah dilakukan juga mengatakan bahwa

dengan terkaitnya masyarakat dalam kegiatan wisata tirta di Pulau Tidung

maka dapat memberikan dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa

Page 147: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

134

pendapatan. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah

memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang

dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena

adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja.

Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan

dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.

Berdasarkan konsep/teori dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan

bahwa wisata tirta merupakan salah satu jenis kegiatan wisata yang cukup

diminati dan berkembang cukup pesat. Wisata tirta di Kabupaten Bogor

memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini

menunjukan meskipun daya Tarik wisata tirta tidak begitu banyak namun

mampu menunjukkan kontribusi positifnya terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Bogor sehingga sesuai dengan konsep/teori dan

penelitian terdahulu.

12) Koefisien regresi variabel X12 (Spa) sebesar -216.769; yang berarti apabila

variabel independen lain nilainya tetap dan variabel X12 mengalami

kenaikan 1%, maka pertumbuhan ekonomi (Y) akan mengalami penurunan

sebesar Rp 216,769,000. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi

hubungan negatif antara spa dengan pertumbuhan ekonomi, semakin naik

variabel X12 maka semakin menurun pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bogor. Pada jasa Spa seharusnya dapat meningkatkan jasa panggilan,

mengingat waktu luang wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bogor

juga tergolong singkat. Kemudian pihak Spa juga dapat melakukan

Page 148: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

135

kerjasama dengan berbagai pihak seperti jasa Akomodasi, Jasa Perjalanan

Wisata dan Jasa Informasi Wisata agar jasa Spa ikut dipromosikan dan

masuk ke dalam paket yang ditawarkan oleh pihak terkait.

Hal ini kurang sesuai dengan Aitchison C, Macleod N, dan Shawn

(2000:186) yang menyatakan bahwa spa merupakan salah satu industri

pariwisata yang paling penting dan popular di beberapa Negara. Industri

spa dipercaya sekitar 15 juta turis sebagai tempat untuk menyembuhkan

berbagai penyakit dengan berendam di air panas. Ketertarikan turis yang

menganggap industri spa sebagai suatu pengobatan alternatif membuat

industri spa terus berkembang, menjadi elemen penting di industri

pariwisata, hingga lebih dari 300 ribu turis inggris terus bepergian ke luar

negeri untuk perawatan setiap tahunnya. Pada beberapa negara spa

dikategorikan dalam wisata kesehatan (health tourism) yang berkaitan

dengan rumah sakit dan teknologi yang diandalkan. Namun spa lebih

berkaitan dengan leisure, relaksasi, dan juga ada nilai tradisi budaya lokal

di dalamnya. Pun juga spa lebih mengarah pada menjaga, relaksasi dan

membangkitkan kebugaran. Oleh karena itu spa lebih tepat disebut wisata

kebugaran (wellness tourism).

Tidak hanya di luar negeri, saat ini perkembangan industri bisnis bidang

jasa spa mulai menemukan titik yang baik dan sudah mendapatkan atensi

dari masyarakat luas yang sudah dapat kita lihat pada bisnis industri spa di

Bali. Bali menjadi tolok ukur perkembangan industri spa di Indonesia

karena beberapa kali sudah mendapatkan penghargaan menjadi industri

Page 149: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

136

spa terbaik, seperti penghargaan The Readers Spa Awards 2010 oleh

majalah Conde Nast Traveller 2. Kemajuan industri spa di Bali dapat

memacu untuk usaha pencapaian perkembangan industri jasa spa di daerah

lainnya ke masa depan yang lebih baik karena industri jasa ini dapat

menaikan devisa dan juga pendapatan daerah.

Menurut Cohen (2008) dalam Ariansyah (2015:7) industri spa

memprediksi, spa masih hal yang baru dan merupakan sektor yang

berkembang untuk pariwisata. Indonesia kaya akan keanekaragaman

budaya, tradisi, dan juga hasil kekayaan alamnya. Hal ini dimanfaatkan

oleh masyarakat Indonesia untuk dikembangkan menjadi sesuatu hal yang

berguna seperti halnya ramuan-ramuan rempah khas Indonesia untuk

dijadikan produk kecantikan dan juga kesehatan. Hal ini juga disampaikan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Kabinet Indonesia Bersatu

jilid II, Mari Elka Pangestu pada tahun 2013 bahwa Kemenparekraf tengah

mengembangkan tujuh wisata minat khusus salah satunya adalah wisata

kesehatan atau spa. Keanekaragaman pelayanan spa mendapat sambutan

besar seiring dengan apresiasi global yang semakin tinggi terhadap

kebugaran, kesehatan dan umur panjang. Dengan peningkatan

keanekaragaman spa tersebut dan ditambah dengan trend spa yang terus

berkembang menjadi objek perdagangan internasional di antara banyak

negara, ada desakan kebutuhan untuk mengidentifikasi dan mendorong

layanan spa berkualitas tinggi, menciptakan transparasi, meningkatkan

Page 150: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

137

kepercayaan pelanggan dan mempromosikan pertukaran informasi (SNI

Valuasi, 2013).

Berdasarkan beberapa konsep/teori dan berita yang telah dipaparkan dapat

disimpulkan bahwa healthy tourism dan wellness tourism merupakan

kegiatan wisata yang menjadi trend di Indonesia maupun beberapa Negara

di dunia. Di Kabupaten Bogor, industri spa belum menjadi perhatian

khusus bagi pemerintah dan pengelola kepariwisataan, sehingga spa belum

menjadi tujuan utama wisatawan melakukan wisata ke Kabupaten Bogor.

Dengan melihat industri spa yang berkembang di daerah lain, seharusnya

menjadi suatu trigger bagi pemerintah dan pengelola agar industri spa

terus dikembangkan dan dioptimalkan, sehingga menjadi suatu daya tarik

baru bagi para wisatawan, juga menjadi sektor yang turut berkontribusi

bagi perekonomian di Kabupaten Bogor.

Selanjutnya, dari berbagai pembahasan ke-12 variabel usaha pariwisata

secara detil berdasarkan teori/konsep dan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa berbagai industri usaha

pariwisata seharusnya berkontribusi positif pada sektor kepariwisataan dan

juga perekonomian suatu daerah. Pada penelitian ini, beberapa variabel

usaha pariwisata berkontribusi pada sektor kepariwisataan di Kabupaten

Bogor, namun memiliki hubungan negatif dengan variabel pertumbuhan

ekonomi. Hal ini dapat disebabkan perencanaan dan pengelolaan setiap

industri usaha pariwisata belum dilaksanakan secara matang dan optimal.

Page 151: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

138

Setiap industri pada usaha pariwisata di Kabupaten Bogor harus

terintegrasi dan saling koordinasi, karena produk yang dijual kepada

wisatawan merupakan produk yang saling berkaitan sehingga industri

usaha pariwisata di Kabupaten Bogor dapat berjalan dengan maksimal dan

juga bersama-sama berkontribusi positif pada sektor kepariwisataan dan

perekonomian di Kabupaten Bogor, seperti membuka lapangan kerja,

meningkatkan pendapatan pemerintah dan masyarakat, meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, dan tentunya meningkatkan kunjungan wisatawan

ke Kabupaten Bogor.

Page 152: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

139

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kondisi Usaha Pariwisata di Kabupaten Bogor

Berdasarkan berbagai data temuan yang diperoleh, saat ini di Kabupaten

Bogor terjadi pergeseran antara industri sektor sekunder ke industri sektor

tersier. Usaha pariwisata merupakan salah satu industri sektor tersier yang

berkembang pesat. Hal ini dapat disebabkan karena kunjungan wisatawan

dari tahun 2008 (20,246 jumlah wisman & 2,209,746 wisnus) ke tahun

2015 (103,042 jumlah wisman & 4,894,955 wisnus) semakin meningkat

sebesar 109.71%. Hingga saat ini perkembangan usaha pariwisata

mengalami peningkatan dari segi jumlah, dari tahun 2008 hingga 2014 Daya

Tarik Wisata meningkat sebesar 50%, Jasa Perjalanan Wisata sebesar 150%,

Jasa Makan & Minum sebesar 120%, Akomodasi 120%, Penyelenggaraan

Hiburan dan Rekreasi sebesar 5%, MICE sebesar 99% Jasa Konsultasi

Pariwisata 300%, Jasa Pariwisata sebesasr 250%, Wisata Tirta 3%, dan Spa

sebesar 80% serta berbagai usaha pariwisata tersebut juga menyumbangkan

output yang terus meningkat terhadap perekonomian di Kabupaten Bogor.

Dengan demikian, usaha pariwisata di Kabupaten Bogor telah cukup

memadai untuk segala kepentingan di sektor kepariwisataan, juga

Page 153: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

140

berkontribusi pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan terbukanya

lapangan pekerjaan.

2. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor

Berdasarkan berbagai data temuan yang diperoleh, pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Bogor setiap tahunnya mengalami peningkatan. Laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor cenderung meningkat dari tahun

2001 sebesar 4% hingga 2013 sebesar 6%. Tingginya jumlah PDRB

Kabupaten Bogor, menjadikan Kabupaten Bogor termasuk ke dalam 15

besar Kabupaten/Kota yang memiliki output PDRB tertinggi se-Indonesia.

Berdasarkan hasil Sakernas 2014, pada tahun 2013, jumlah penduduk yang

bekerja di Kabupaten Bogor sebanyak 2,131,478 orang dan meningkat

sebesar 6.70% pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2,137,954 orang.

Selanjutnya tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bogor tahun 2014

sebesar 7.65% (177,222 orang). Tingkat pengangguran terbuka di

Kabupaten Bogor berada di bawah TPT Provinsi Jawa Barat (8.45%) namun

masih berada di atas angka nasional (5.94%). Berdasarkan data tersebut,

tingkat penduduk yang bekerja di Kabupaten Bogor cukup tinggi dan

tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor rendah. Oleh karena itu dapat

ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang

terus meningkat dan tingkat pengangguran yang rendah menunjukkan

bahwa perekonomian di Kabupaten Bogor cukup baik.

Page 154: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

141

3. Pengaruh Usaha Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil analisis regresi pada Bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa pengaruh usaha-usaha pariwisata terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

1) Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan

Usaha-usaha pariwisata berikut; Kawasan Wisata, Jasa Perjalanan

Wisata, Jasa Konsultan Wisata, dan Jasa Pramuwisata, merupakan usaha

pariwisata yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Bogor, sesuai dengan teori Neyman-Pearson (α =

5%) bahwa tingkat signifikansi ke-empat variabel tersebut kurang dari ≤

0,05.

2) Variabel yang Ada Pengaruh Namun Tidak Secara Signifikan

1) Daya Tarik Wisata

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t bahwa Daya Tarik

Wisata ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor (tingkat signifikansi 0.878 >

0,05). Hal ini dapat disebabkan karena terpusatnya kunjungan wisatawan

ke Kawasan Wisata Puncak, terutama pada daya tarik wisata Taman

Safari Indonesia dan Taman Wisata Matahari. Hal ini dapat

menyebabkan daya tarik wisata di luar Kawasan Wisata Puncak

mengalami penurunan kunjungan wisata.

Page 155: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

142

2) Jasa Makan & Minum

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t bahwa Jasa Makan &

Minum ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor (tingkat signifikansi 0.085 >

0,05). Hal ini dapat disebabkan karena kurang menarik dan bervariasinya

produk makanan & minuman serta desain tempat makan di Kabupaten

Bogor yang secara umum dapat ditemukan di daerah tujuan wisata

lainnya.

3) Akomodasi

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t bahwa Jasa

Akomodasi ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor (tingkat signifikansi 0.25 >

0,05). Hal ini dapat disebabkan karena terpusatnya kunjungan wisatawan

ke Kawasan Wisata Puncak sehingga wisatawan yang menggunakan

penyedia-penyedia akomodasi di luar kawasan tersebut berkurang.

Selain itu, Daya Tarik Wisata unggulan di Kabupaten Bogor yaitu

Taman Safari Indonesia dan Taman Matahari merupakan Daya Tarik

Wisata yang paling pesat jumlah kunjungannya, namun para wisatawan

tidak harus menggunakan jasa akomodasi untuk mengunjungi daya tarik

wisata tersebut, karena wisatawan yang melakukan kunjungan ke suatu

theme park dalam waktu sehari itu sudah cukup.

Page 156: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

143

4) Penyelenggaraan Hiburan & Rekreasi

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t bahwa

Penyelenggaraan Hiburan & Rekreasi ada pengaruh namun tidak secara

signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor (tingkat

signifikansi 0.24 > 0,05). Hal ini dapat disebabkan karena secara umum

tujuan utama wisatawan berkunjung ke Kabupaten Bogor adalah untuk

mengunjungi Daya Tarik Wisata alam dan buatan, bukan untuk

menonton film di bioskop, karaoke, arena permainan, dan sebagainya.

5) Penyelenggaraan Pertemuan/Perjalanan Insentif/ Konferensi &

Pameran

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t bahwa

Penyelenggaraan Pertemuan/Perjalanan Insentif/ Konferensi & Pameran

ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Kabupaten Bogor (tingkat signifikansi 0.96 > 0,05). Hal ini

dapat disebabkan karena beberapa event yang dilaksanakan di Kabupaten

Bogor tidak berbasis pada orientasi bisnis, melainkan hanya

melaksanakan suatu kegiatan pertemuan untuk menyebarluaskan suatu

informasi, sehingga tujuan wisatawan berkunjung ke event tersebut tidak

untuk berbelanja atau mengeluarkan uang.

6) Jasa Informasi Pariwisata

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t Jasa Informasi

Pariwisata ada pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor (tingkat signifikansi 0.25 >

Page 157: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

144

0,05). Hal ini dapat disebabkan karena meluasnya penggunaan internet,

sehingga para wisatawan dimudahkan untuk mendapatkan informasi

mengenai pariwisata ketika melakukan kunjungan wisata ke Kabupaten

Bogor.

7) Wisata Tirta

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t Wisata Tirta ada

pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten Bogor (tingkat signifikansi 0.76 > 0,05). Hal ini dapat

disebabkan karena sedikitinya jumlah Daya Tarik Wisata yang

atraksinya berupa air (danau/sungai/laut). Sehingga usaha yang

menyediakan sarana/prasarana seperti olahraga air, berjumlah sedikit dan

jumlah wisatawan yang berkunjung ke Daya Tarik Wisata tersebut tidak

sebanyak jika dibandingkan dengan DTW lainnya. Meskipun tidak

secara signifikan, Wisata Tirta memiliki hubungan positif terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

8) Spa

Berdasarkan teori Neyman-Pearson pada hasil uji-t Jasa Spa ada

pengaruh namun tidak secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten Bogor (tingkat signifikansi 0.36 > 0,05). Hal ini dapat

disebabkan karena tujuan mayoritas wisatawan yang berkunjung ke

Kabupaten Bogor adalah untuk menikmati waktu luang di daya tarik

wisata sehingga jasa spa kurang diminati.

Page 158: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

145

B. Saran

1. Kondisi usaha pariwisata di Kabupaten Bogor yang saat ini telah

berkembang pesat agar terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Beberapa

segi yang perlu diperhatikan yaitu jumlah & penyebaran usaha pariwisata,

lapangan kerja di sektor pariwisata, dan output yang dihasilkan oleh sektor

pariwisata.

1) Pemerintah Kabupaten Bogor seharusnya membuat suatu kebijakan

berupa peraturan daerah (PERDA) dan satuan kerja pemerintah daerah

(SKPD) mengenai pembatasan jumlah usaha pariwisata dan

pengutamaan masyarakat lokal atau warga Negara Indonesia (WNI)

sebagai investor/pendiri atau pun pekerja di usaha pariwisata Kabupaten

Bogor. Pembatasan yang dilakukan pada kawasan wisata utama atau

kawasan wisata yang paling ramai dikunjungi wisatawan agar terjadi

keseimbangan antara kawasan wisata yang satu dengan kawasan wisata

lainnya, sehingga dapat mencegah over capacity pada suatu kawasan

wisata dan menguntungkan semua kawasan wisata di Kabupaten Bogor.

Penyebaran usaha pariwisata yang lebih luas akan memudahkan para

wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya selain itu juga dapat

memfasilitasi masyarakat atau stakeholder lain untuk mendirikan

berbagai usaha dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan dan juga

tetap mengutamakan masyarakat lokal untuk bekerja di sektor pariwisata

baik jasa pelayanan (services) maupun barang (goods). Kebijakan ini

perlu dilakukan karena dapat mengkontrol padatnya usaha pariwisata di

Page 159: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

146

kawasan wisata, mensejahterakan masyarakat lokal, menekan angka

kemiskinan, dan mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Bogor.

2) Pemerintah Kabupaten Bogor seharusnya mampu mengintegrasikan

setiap pihak pengelola usaha pariwisata; pengelola DTW, pengelola jasa

akomodasi & MICE, pengelola perjalanan wisata dan masyarakat lokal,

agar setiap usaha yang bergerak di sektor pariwisata berjalan dengan

optimal, baik dari segi produksi, distribusi, penjualan produk dan

sebagainya, agar output yang dihasilkan usaha pariwisata terus

meningkat, bahkan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bogor.

2. Kondisi perekonomian di Kabupaten Bogor yang terus meningkat

diharapkan akan terus dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan. Persaingan

dengan berbagai Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat bahkan di tingkat

nasional seharusnya menjadi motivasi bagi pemerintah Kabupaten Bogor

agar terus terpacu dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Bogor.

1) Setiap badan atau organisasi di Kabupaten Bogor seperti pemerintah

daerah (BAPPEDA, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Sosial

Tenaga Kerja & Transmigrasi Kabupaten Bogor, Dinas Tata Ruang Dan

Pertanahan, Dinas Komunikasi Dan Informasi, Dinas Pendapatan

Daerah, Dinas Peternakan Dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Dinas Pertambangan dan Energi) serta Lembaga

Masyarakat dan Konsultan seharusnya saling bekerjasama dalam

melakukan kajian atau penelitian untuk menganalisa perekonomian yang

Page 160: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

147

sedang atau akan terjadi di Kabupaten Bogor. Kajian ini berguna untuk

mengetahui sektor yang paling berkontribusi dalam perekonomian, sektor

yang berpotensi, dan sektor yang perlu ditingkatkan di Kabupaten Bogor

dan juga dapat melihat tren yang akan terjadi. Selanjutnya berdasarkan

kajian tersebut, pemerintah daerah dapat mengeluarkan atau membuat

sutau kebijakan berupa peraturan daerah (PERDA), satuan kerja

perangkat daerah (SKPD), rencana tata ruang dan wilayah (RTRTW),

dan juga rencana induk kepariwisataan daerah (RIPPARDA) sehingga

pemerintah Kabupaten Bogor dapat mengantisipasi setiap kemungkinan

karena telah memiliki kebijakan, strategi, perencanaan yang matang dan

tepat dalam meningkatkan perekonomian di Kabupaten Bogor.

3. Berdasarkan hasil uji-F yang telah dilakukan, berbagai jenis usaha

pariwisata secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Namun apabila dilihat dari hasil

analisis regresi secara parsial atau uji-t, terdapat beberapa usaha pariwisata

yang berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi, diantaranya:

1) Daya Tarik Wisata

Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bogor seharusnya tidak terpusat pada

Kawasan Wisata Puncak, sehingga para wisatawan yang berkunjung

dapat secara merata tersebar di setiap DTW di luar kawasan tersebut.

Oleh karena itu, promosi pada setiap DTW perlu diperhatikan dan

ditingkatkan. Promosi tersebut dapat berupa video promosi, penyebaran

informasi melalui jasa informasi dan perjalanan wisata, media sosial

Page 161: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

148

yang sedang menjadi tren saat ini (terutama Instagram), brosur yang

diletakkan di meja resepsionis Hotel, dan promosi melalui event atau

pameran yang akan dilaksanakan.

2) Jasa Makan & Minuman

Jasa Makan & Minuman seharusnya melakukan berbagai inovasi dari

segi produk makanan / minuman maupun dari desain tempat. Sehingga

produk-produk makanan di Kabupaten Bogor lebih bervariasi dan unik

serta desain tempat yang menarik akan membuat nyaman para

wisatawan yang berkunjung. Seperti yang terdapat pada Kota Bandung,

kue cubit yang mulanya merupakan kue yang sederhana namun dapat

diinovasikan dan dikemas sedemikian rupa menjadi kue cubit yang

memiliki rasa seperti kue-kue modern pada umumnya seperti green tea,

tobleron, red velvet dan sebagainya sehingga kue cubit ini mampu

menghebohkan sektor kuliner tidak hanya di Kota Bandung melainkan di

berbagai kota lainnya. Kabupaten Bogor juga memiliki berbagai

makanan khas diantaranya; kue lapis, asinan, toge goreng dan

sebagainya, berbagai produk ini dapat diinovasikan menjadi sesuatu unik

dan menarik para wisatawan untuk membeli. Desain tempat yang

menarik juga menjadi salah satu faktor wisatawan untuk mengunjungi

suatu tempat. Seperti di Kota Bandung, berbagai restoran, kafe dan

warung kopi mayoritas memiliki desain arsitektur maupun interior yang

menarik, seperti latar belakang alam yang indah, bangunan seperti tahun

80-an, bengkel / gudang yang menjadi kafe dan sebagainya. Jasa makan

Page 162: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

149

& minum di Kabupaten Bogor juga dapat melakukan inovasi tersebut

karena Kabupaten Bogor juga memiliki bentang alam yang indah dan

perkotaan yang ramai.

3) Akomodasi

Jasa penyedia Akomodasi seharusnya dapat bekerjasama dengan pihak

DTW dan Perjalanan Wisata untuk membuat suatu paket kunjungan agar

menarik wisatawan untuk membeli atau menggunakan jasa pihak terkait

dan menguntungkan bagi setiap pihak tersebut. Seperti, penjualan paket

wisata 2 hari 1 malam dimana wisatawan akan mendapatkan akomodasi,

kunjungan ke beberapa DTW dan pelayanan lainnya. Selain itu,

penyedia Akomodasi seharusnya lebih mempromosikan produk dan

layanan unggulan kepada wisatawan seperti promosi melalui internet,

dan sosial media yang saat ini menjadi tren, agar dapat mengubah

mindset wisatawan bahwa berkunjung ke Kabupaten Bogor tidak perlu

menginap dan juga bagi para traveler atau orang-orang yang melintasi

Kabupaten Bogor agar membuat mereka tertarik untuk menggunakan

jasa Akomodasi.

4) Jasa Penyelenggaraan Hiburan & Rekreasi

Jasa Penyelenggaraan Hiburan & Rekreasi seharusnya dapat

menyelenggarakan suatu event atau festival mengenai budaya

masyarakat lokal, kemudian dipromosikan dan diselenggarakan

semenarik mungkin agar wisatawan yang berkunjung menemukan

sesuatu yang unik dan berbeda. Sebagai contoh, event Jazz Gunung yang

Page 163: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

150

dilaksanakan di Gunung Bromo dapat menarik para peminat musik jazz

untuk berkunjung, karena menikmati musik di gunung merupakan

sesuatu yang unik dan tak lazim di telinga para wisatawan. Selanjutnya,

setiap event yang dilaksanakan seharusnya dapat menawarkan berbagai

produk lain yang terdapat di Kabupaten Bogor agar memancing

wisatawan untuk mengeluarkan uangnya di Kabupaten Bogor, meskipun

berbagai hiburan seperti karaoke, arena bermain, dan bioskop juga telah

banyak berada pada daerah asal wisatawan. Seperti dipromosikan

melalui MC event tersebut, mendirikan stan, dan sebagainya.

5) Jasa Penyelenggaraan Pertemuan/Perjalanan Insentif/ Konferensi &

Pameran

Jasa Penyelenggaraan Pertemuan/Perjalanan Insentif/ Konferensi &

Pameran seharusnya membuat suatu kegiatan acara yang berbasis

dengan orientasi bisnis. Salah satunya dengan bekerjasama dengan

berbagai pihak seperti jasa akomodasi, penyelenggara hiburan dan

rekreasi, pengelola DTW, jasa informasi dan perjalanan wisata untuk

menjadikan pertemuan tersebut sebagai wadah untuk mempromosikan

dan menjual suatu barang jasa milik perusahaan tersebut atau pihak lain

(yang bekerjasama) sehingga memancing wisatawan untuk

mengeluarkan uangnya di Kabupaten Bogor.

6) Jasa Informasi Pariwisata

Jasa Informasi Pariwisata seharusnya pengelola jasa informasi pariwisata

di Kabupaten Bogor juga fokus dalam mempromosikan jasanya sebagai

Page 164: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

151

suatu bisnis dalam menyediakan berbagai informasi pariwisata di

Kabupaten Bogor dengan detil dan lebih lengkap dari internet seperti

menyediakan foto / video pariwisata yang menarik, analisis atau kajian

pariwisata, informasi DTW dan paket perjalanan wisata. Jasa informasi

pariwisata tidak hanya berperan penting pada wisatawan juga pada

pengelola pariwisata dan pemerintah.

7) Wisata Tirta

Pada jenis usaha ini seharusnya pengelola usaha wisata tirta mengetahui

target pasar yang sering atau berpotensi mengunjungi daya tarik wisata

ini. Selanjutnya pihak pengelola wisata tirta bekerjasama dengan

pengelola Daya Tarik Wisata daerah perairan, jasa informasi dan

perjalanan wisata, serta jasa akomodasi untuk mempromosikan berbagai

atraksinya sehingga wisatawan tertarik untuk berkunjung dan

mengeluarkan uangnya ke Daya Tarik Wisata tersebut. Promosi tersebut

dapat berupa foto/video yang dipublikasikan melalui internet dan sosial

media, paket wisata, brosur yang diletakkan di meja resepsionis Hotel

dan sebagainya.

8) Spa

Pada jasa Spa seharusnya dapat menyediakan jasa panggilan, mengingat

pada saat ini teknologi semakin berkembang, selain itu waktu luang

wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bogor juga tergolong singkat.

Kemudian pihak Spa juga dapat melakukan kerjasama dengan berbagai

pihak seperti jasa Akomodasi, Jasa Perjalanan Wisata dan Jasa Informasi

Page 165: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

152

Wisata agar jasa Spa ikut dipromosikan dan masuk ke dalam paket yang

ditawarkan oleh pihak terkait. Dengan cara ini, produk yang ditawarkan

jasa Spa akan diketahui oleh para wisatawan dan mempengaruhinya

untuk menggunakan jasa Spa. Promosi tersebut dapat berupa brosur

yang diletakkan di meja resepsionis Hotel, foto/video pelayanan Spa

yang dipublikasikan melalui internet dan sosial media, dan juga

termasuk ke dalam suatu paket wisata (bersama dengan produk jasa

lainnya).

Page 166: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

DAFTAR PUSTAKA

Abel R. & Deitz. 2008. New Measures of Economic Growth and Productivity

in Upstate New York. New York: Current Issues Ineconomics and Finance Second

District Highlights

Bank Indonesia. 2013. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Departemen

Statistik Ekonomi dan Moneter, Divisi Statistik Sektor Riil

BIS. 2010. Economic growth, BIS Economics Paper no.9.

http://www.bis.gov.uk/assets/biscore/economics-and-statistics/docs/e/10-

1213-economic-growth.pdf

Brezina. 2012. Understanding the Gross Domestic Product and the Gross

National Product. New York: The Rosen Publishing Group

Bucknall B. K. 2013. THE DIFFERENCES BETWEEN “ECONOMIC

GROWTH”

AND “ECONOMIC DEVELOPMENT. United Kingdom: Nominet

Endah, Oktafia. 2014. Analisis Time Series.

https://oktafiaendah.wordpress.com/2014/06/10/analisis-time-series/

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling: Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKiS

Pelangi Aksara Yogyakarta

Page 167: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Falk. 2015. ECONOMIC GROWTH. Iowa State University:

www2.econ.iastate.edu/classes/econ102/falk/lecture_7_gdp.pdf

Gerhard Tintner. 1968 dalam Gujarati, D N. 2004. Basic Econometrics Fourth

Edition. New York: McGraw Hill

Gibran Kholil. 2012. Pengertian Ordinary Least Square.

https://www.scribd.com/doc/91973934/Pengertian-OLS

Goldberger. 1964 dalam Gujarati, D N. 2004. Basic Econometrics Fourth Edition.

New York: McGraw Hill

Gujarati, D N. 2005. Basic Econometrics Fifth Edition. New York: McGraw Hill

Haller. 2012. Concepts of Economic Growth and Development. Challenges of

Crisis and of Knowledge Vol. 15. Romania

Iksanuddin, Fasluki. 2012. Data Sekunder.

https://www.academia.edu/9052081/data_sekunder

Investopedia. 2014. Economic Growth Definition. California;

http://www.investopedia.com/terms/e/economicgrowth.asp

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widisarana

Indonesia

Kutner, M.H., C.J Nachtsheim dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression

Models Fourth Edition. New York: The McGraw-Hill Company, Inc

Page 168: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Lusiana N, Andriyani R, dkk. 2015. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan.

Yogyakarta: Deepublish

Mankiw. 2009. Principles of Economics. United States of America; South-

Western Cengage Learning

Mitchell dan Ashley. 2010. Tourism and Poverti Reduction: Pathways to

Prosperity. United Kingdom: Earthscan Publishing

Nawari. 2010. Analisis Regresi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Parkin. 1990.

Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Sutrisno Hadi. 1990. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset M

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif). Bandung: Buku Ajar Perkuliahan Universitas Pendidikan Indonesia

Walgito, Bimo. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fak.

Psikologi UGM

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan

Zed. 2004. Metode Penelitian: Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Page 169: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

LAMPIRAN

Dinas Pemerintah Daerah (PEMDA)

Kabupaten Bogor

Dinas Kesatuan Bangsa (Kesbang)

Kabupaten Bogor

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

(Disbudpar) Kabupaten Bogor

Page 170: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Null Hypothesis: DIFFX1 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.859996 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX2 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.811081 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX3 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.73262 0.0001

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX1

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX2

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX3

Page 171: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Null Hypothesis: DIFFX4 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.117938 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX5 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.30457 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX6 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.575929 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX4

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX5

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX6

Page 172: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Null Hypothesis: DIFFX7 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.692898 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX8 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.814336 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX9 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.370787 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX7

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX8

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX9

Page 173: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Null Hypothesis: DIFFX10 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.501506 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX11 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.234809 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: DIFFX12 has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.579496 0.0000

Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX10

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX11

Uji Stasioneritas Dengan Augmented

Dickey-Fuller Test Pada Variabel DIFFX12

Page 174: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 84

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation 314395.818096

40

Most Extreme Differences

Absolute .081

Positive .081

Negative -.039

Kolmogorov-Smirnov Z .742

Asymp. Sig. (2-tailed) .640

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 7.277 20.449 .356 .723

LnDIFFX1 .804 .698 .237 1.151 .253

LnDIFFX2 .731 2.520 .141 .290 .773

LnDIFFX3 2.705 1.689 .491 1.602 .114

LnDIFFX4 7.944 3.711 2.443 2.141 .036

LnDIFFX5 -4.264 2.710 -1.118 -1.574 .120

LnDIFFX6 -1.488 1.715 -.516 -.868 .388

LnDIFFX7 -2.745 1.593 -1.302 -1.723 .089

LnDIFFX8 -1.699 2.582 -.195 -.658 .513

LnDIFFX9 -1.036 .886 -.285 -1.169 .246

LnDIFFX10 -1.124 1.989 -.213 -.565 .574

LnDIFFX11 -.002 2.052 .000 -.001 .999

LnDIFFX12 .401 2.423 .058 .165 .869

a. Dependent Variable: Lnei2

Uji Normalitas Data Dengan Kolmogorov-

Smirnov Z Uji Pada Model Regresi

Uji Hetoroskedastisitas Dengan Uji Park

Pada Model Regresi

Page 175: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .771a .595 .526 339927.76006

a. Predictors: (Constant), DIFFX1, DIFFX2, DIFFX3, DIFFX4, DIFFX5,

DIFFX6, DIFFX7, DIFFX8, DIFFX9, DIFFX10, DIFFX11, DIFFX12

b. Dependent Variable: DIFFY

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1203743455181

9.240

12 1003119545984

.937

8.681 .000b

Residual 8204112626229

.779

71 115550882059.

574

Total 2024154717804

9.020

83

a. Dependent Variable: DIFFY

b. Predictors: (Constant), DIFFX1, DIFFX2, DIFFX3, DIFFX4, DIFFX5, DIFFX6, DIFFX7, DIFFX8,

DIFFX9, DIFFX10, DIFFX11, DIFFX12

Uji-F Pada Model Regresi

Uji Koefisien Deteminasi Pada Model

Regresi

Page 176: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1054581.488 380295.306 2.773 .007

DIFFX1 -.614 3.989 -.019 -.154 .878

DIFFX2 262.436 58.297 1.562 4.502 .000

DIFFX3 107.639 40.444 .492 2.661 .010

DIFFX4 -35.627 20.403 -1.901 -1.746 .085

DIFFX5 -11.422 9.840 -.577 -1.161 .250

DIFFX6 65.616 55.776 .744 1.176 .243

DIFFX7 -3.838 84.215 -.031 -.046 .964

DIFFX8 -200.985 191.081 -.195 -1.052 .296

DIFFX9 620.395 161.520 .642 3.841 .000

DIFFX10 915.586 391.131 .518 2.341 .022

DIFFX11 66.711 225.485 .066 .296 .768

DIFFX12 -216.769 237.157 -.213 -.914 .364

a. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 2.180a

a. Predictors: (Constant), DIFFX1, DIFFX2, DIFFX3, DIFFX4, DIFFX5,

DIFFX6, DIFFX7, DIFFX8, DIFFX9, DIFFX10, DIFFX11, DIFFX12

b. Dependent Variable: DIFFY

Uji-t Pada Model Regresi

Uji Autokorelasi Dengan Durbin-Watson

Pada Model Regresi

Page 177: PENGARUH USAHA PARIWISATA TERHADAP …

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

DIFFX1 .740 1.351

DIFFX2 .192 5.203

DIFFX3 .277 3.614

DIFFX4 .059 16.984

DIFFX5 .081 12.334

DIFFX6 .139 7.218

DIFFX7 .117 8.543

DIFFX8 .382 2.616

DIFFX9 .305 3.281

DIFFX10 .289 3.459

DIFFX11 .233 4.292

DIFFX12 .220 4.540

a. Dependent Variable: DIFF(PDRB,1)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.749703 Prob. F(12,59) 0.0050

Obs*R-squared 29.75182 Prob. Chi-Square(12) 0.0030

Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation

LM Test Pada Model Regresi

Uji Multikolinearitas Dengan Inflation

Factor (VIF) Pada Model Regresi