Page 1
1
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE,
TIPE INDUSTRI, KEPEMILIKAN MANAJEMEN, TERHADAP
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN
2012-2016
Reki Putra, Tumpal Manik, Inge Lengga Sari Munthe
[email protected]
Program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Variabel
yang digunakan adalah ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity, tipe
industri, dan kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2016. Sampel dipilih
menggunakan metode purposive sampling dan didapati tujuh belas sampel dari
total seratus tiga puluh lima perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan secara parsial ukuran perusahaan, kepemilikan manajemen
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Sedangkan debt to equity return on asset dan tipe industri tidak memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. dan sedangkan
secara simultan menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan, return on asset, debt to
equity, Tipe Industri, Dan Kepemilikan Manajemen berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan corporate social responsibility
Kata Kunci :Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Debt To Equity, Tipe
Industri, Dan Kepemilikan Manajemen, Corporate Social
Responsibility
Page 2
2
PENDAHULUAN
Sejak DPR mengesahkan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau lebih
dikenal dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai kewajiban
perseroan, dalam peraturan Pemerintah No.47 tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012)”. isu CSR
bagaikan bola liar yang menjadi sumber polemik antara kalangan pelaku usaha
dengan pemerintah dan DPR. Pro-kontra terkait CSR sebagai kewajiban perseroan
hingga kini tak kunjung selesai.
Kalangan pelaku usaha bersikeras menolak CSR dijadikan sebagai
kewajiban perseroan. Adatiga alasan yang mengemuka. Pertama, praktik CSR di
dunia umumnya bersifat suka rela sehingga sangat aneh apabila indonesia
menjadikannya sebagai kewajiban akan kian membebani perseroan dan
mengurangi laba perseroan untuk pemilik atau pemegang saham. Hal itu
melanggar hak asasi manusia (HAM) para pemegang saham (shareholder) karena
bakal mengurangi jumlah deviden yang seharusnya mereka terima. Ketiga, bisa
mengganggu iklim investasi di tanah air dan bisa menyebabkan para investor
asing hengkang ke negara lain.
Namun, di sisi lain, DPR dan pemerintah tetap bergeming menghadapi
penolakan itu. DPR dan pemerintah bersikeras CSR harus tetap menjadi
kewajiban perseroan. Alasannya, perseroan dalam melakukan aktivitas bisnis
mengeruk keuntungan telah ditimbulkan dampak-dampak negatif yang merugikan
masyarakat serta lingkungan. Kian meningkatnya jumlah penduduk miskin dan
kerusakan lingkungan ditengarai karena dipicu oleh ulah perilaku bisnis yang
tidak etis atau tidak ramah sosial dan lingkungan. Sementara itu, manfaat yang
diterima negara dari perseroan dalam bentuk pajak, suplai barang dan jasa ,
penyediaan lapangan kerja, dan lainnya jauh lebih kecil dibanding pengorbanan
negara untuk mengatasi serta merehabilitasi masalah-masalah sosial dan
lingkungan. Kasus lumpur panas PT Lapindo Brantas di Sidoarjo konon jadi
pemicu DPR dan pemerintah menjadikan CSR sebagai kewajiban perseroan.
Masalah lingkungan sosial merupakan masalah yang sangat sensitif bagi
masyarakat. Bagi masyarakat, perusahaan merupakan salah satu faktor pemicu
adanya kerusakan yang dialami oleh lingkungan. Jika masyarakat menganggap
perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya, serta tidak
merasakan kontribusi secara langsung bahkan mereka merasakan dampak negatif
dari beroperasinya sebuah perusahaan, maka kondisi itu akan menimbulkan rasa
tidak percaya masyarakat terhadap sebuah perusahaan. Perusahaan diharapkan
dapat memiliki kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan dengan
berkontribusi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini yang
merupakan isu utama dari perlunya perusahaan untuk melakukan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR).
CSR timbul sebagai akibat dari keberadaan perusahaan-perusahaan yang
aktivitasnya selain member banyak manfaat tetapi menimbulkan banyak
dampaknegatif. Dampak negatif tersebut terutama dirasakan olehmasyarakat
sekitar yang berada d ekat dengan perusahaan.
Page 3
3
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Corporate Social Responsibility
Menurut Rifqiyah (2016), corporate social responsibility merupakan suatu
komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
going concern dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan.
Menurut Rudito dan Famiola (2013) corporate social responsibility pada
dasarnya adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan
komunitas local sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan. Kebutuhan
korporat untuk beradaptasi dan guna mendapatkan keuntungan sosial dari
hubungannya dengan komunitas lokal, sebuah keuntungan sosial berupa
kepercayaan (trust.)
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian
dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan (Sembiring dalam Hastuti 2014). Sedangkan menurut Dewi (2015),
corporate social responsibility merupakan suatu konsep akuntansi yang dapat
membawa perusahaan agar melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
lingkungan dan masyarakat. CSR timbul sebagai akibat dari
keberadaanperusahaan-perusahaan yang aktivitasnya selain member banyak
manfaat tetapi menimbulkan banyak dampaknegatif.Dampak negatif tersebut
terutama dirasakan olehmasyarakat sekitar yang berada d ekat dengan perusahaan.
Ukuran Perusahaan
menurut Rofiqoh (2016), Ukuran perusahaan merupakan variabel yang
banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Dimana ukuran
perusahaan adalah suatu skala atau nilai untuk mengklasifikasikan besar kecilnya
suatu perusahaan berdasarkan indikator tertentu, antara lain total aktiva, log size,
nilai saham, jumlah tenaga kerja, penjualan, dan kapitalisasi pasar.
Menurut Rifqiyah (2016),Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel
yang digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam annual report.
Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan merupakan
variabel penting dalam praktik CSR karena mempunyai peran seperti barometer
yang dapat menjelaskan alasan mengapa perusahaan terlibat dalam praktik CSR. Perusahaan dengan ukuran yang besar bisa bertahan lebih lama dari pada
perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan besar merupakan perusahaan yang
mempunyai sumber daya yang besar. Sumber daya yang besar menjadikan
perusahaan akan lebih banyak berhubungan dengan stakeholder, sehingga
dibutuhkan pengungkapan yang berskala besar atas aktivitas termasuk juga
pengungkapan tanggung jawab sosial dalam perusahaan.
Page 4
4
Tipe Industri Menurut Pratiwi dan Ismawati (2017) tipe industri merupakan karakteristik
yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha,
karyawan yang dimiliki dan lingkungan perusahaan. tipe industri dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu perusahaan high profile dan perusahaan low profile,
Menurut Permatasari (2014) industri high profile adalah perusahaan-perusahaan
yang mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap lingkungan atau disebut juga
dengan consumer visability, tingkat risiko politis yang tinggi atau tingkat
kompetisi yang tinggi. Perusahaan dengan tipe industri ini memiliki risiko yang
tinggi sehingga banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas. Sedangkan
industri low-profile adalah perusahaan-perusahaan yang mempunyai consumer
visability dan political visability yang rendah, perusahaan dengan tipe industri ini
mempunyai risiko yang terbilang rendah, sehingga sangat sedikit mendapat
sorotan dari masyarakat luas.
Return on Asset
Menurut Rifqiyah (2016), profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
untuk dapat menghasilkan laba atau keuntungan. Perusahaan yang memiliki profit
tinggi harus bisa menerapkan CSR dan ikut berperan aktif dalam kegiatan CSR.
Perusahaan yang memiliki profit tinggi akan memberikan kesempatan besar
kepada suatu manajamen untuk mengungkapkan serta melakukan program CSR.
Oleh sebab itu, semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin
besar pengungkapan CSR tersebut.
Permatasari (2014), berpendapat bahwa profitabilitas menjadi faktor
tersendiri untuk menarik para investor untuk menanamkan sahamnya ke sebuah
perusahaan.Perusahaan dengan profit yang tinggi akan mengundang banyak
investor berdatangan ke perusahaan tersebut, sehingga diperlukan pengungkapan
tanggung jawab sosial yang lebih besar. Arus laba yang tinggi dapat
meningkatkan saham perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan para
eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk
laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, asset bersih perusahaan
maupun modal sendiri (shareholder equity), (Subiantoro 2015).
Debt to Equity
Menurut Permatasari (2014), leverage merupakan alat untuk mengukur
seberapa besar perusahaan bergantung kepada kreditur dalam pembiayaan aset
perusahaan. Perusahaan dengan tingkat Leverage tinggi adalah perusahaan yang
sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya sehingga
perusahaan akan sebisa mungkin melaporkan laba yang tinggi dan mengurangi
biaya-biaya yang lebih termasuk biaya untuk melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial. Sedangkan perusahaan dengan tingkat Leverage rendah adalah
perusahaan yang lebih banyak membiayai sendiri aset perusahaannya sehingga
perusahaan memiliki biaya yang cukup untuk melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial (Permatasari, 2014). Untuk mengetahui tingkat leverage pada
perusahaan dapat digunakan Rasio Debt to Equity (DER).
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mengakibatkan pengawasan
yang tinggi dilakukan oleh debtholder terhadap aktivitas perusahaan. Sesuai
Page 5
5
dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar
tidak menjadi sorotan dari pada debtholders, Subiantoro (2015).
Kepemilikan Manajemen
Menurut Rustiarini (2008) dalam Subiantoro (2015), Kepemilikan
manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham
dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham
perusahaan.Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan
dewan direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar
belakang yang berbeda, antara lain : pertama, mereka mewakili pemegang saham
institusi, kedua, mereka adalah tenaga-tenaga professional yang diangkat oleh
pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham, ketiga, mereka duduk
dijajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham. Berdasarkan teori
keagenan, hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, rawan untuk
terjadinya masalah keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa salah satu
mekanisme untuk memperkecil adanya konflik agensi dalam perusahaan adalah
dengan memaksimalkan jumlah kepemilikan manajerial ( Subiantoro 2015 ).
Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR tercermin
dalam teori agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya
agensi yang besar, oleh karena itu perusahaan besar akan lebih banyak
mengungkapkan informasi dari pada perusahaan kecil. Penjelasan lain yang juga
sering diajukan adalah perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar
sehingga perusahaan besar tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat
melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Hal ini dikaitkan dengan teori
agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar
sehingga untuk mengurangi biaya keagenan tersebut perusahaan akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas. Perusahaan kecil mungkin tidak
menunjukkan perilaku tanggung jawab sosial secara jelas karena perusahaan yang
berada dalam tahap dewasa dan tumbuh akan menarik lebih banyak perhatian dari
lingkungannya dan memerlukan respon yang lebih terbuka ( Sudana, 2011 dalam
Subiantoro, 2015). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Indraswari dan Astika
(2015), yang menemukan adanya pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.Begitu juga hasil
penelitian Sari (2012), yang juga menemukan pengaruh signifikan antara Ukuran
Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility.berdasarkan penjelasan
tersebut, dapat di simpulkan hipotesis sebagai berikut:
H1: Diduga Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility.
Return on Assetsdan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut Rindawati (2015), Profitabilitas tinggi menunjukkan kinerja
perusahaan yang baik,dan dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup
Page 6
6
dana untuk mengumpulkan,mengelompokkan, dan mengolah informasi menjadi
lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif.
Oleh karena itu semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin
tinggi kelengkapan pengungkapan laporan tahunan.Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rindawati (2015), yang menemukan adanya
pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan CSR. Begitu
juga penelitian yang dilakukan oleh wardani (2013), yang menemukan adanya
pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan CSR.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat di simpulkan hipotesis sebagai berikut:
H2: Diduga Return on Asset berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
Debt to Equity Ratio dan Pengungkapan Coporate Social Responsibility
Menurut Rofiqkoh (2016), Semakin tinggi leverage maka semakin luas
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa
Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal
yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko taktertagihnya
suatu utang. Hal ini sesuai dengan teori keagenan yang memprediksi bahwa
perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan mengungkap lebih banyak
informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu
lebih tinggi. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi berkewajiban untuk
melakukan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan perusahaan dengan rasio
leverage yang rendah. Oleh karena itu kreditor akan meyakinkan bahwa
perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo dan
perusahan akan berusaha memberikan informasi yang luas mengenai kondisi
perusahaan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Rofiqkoh (2016), yang
menunjukkan bahwa tingkat leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat di
simpulkan hipotesis sebagai berikut:
H3: Diduga leverage berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Tipe Industri dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut Permatasari (2014), Pengaruh variabel tipe industri terhadap CSR
menurut teori legitimasi yaitu perusahaan yang termasuk sebagai perusahaan high-
profile memiliki produksi yang tergolong berbahaya di masyarakat dan
berdampak langsung pada kesehatan, keamanan dan keselamatan masyarakat di
sekitar perusahaan, sehingga perusahaan high-profile mempunyai tanggung jawab
sosial yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan low-profile. Peneliti-
peneliti terdahulu telah membuktikan pengaruh signifikan tipe perusahaan
terhadap pengungkapan Corporate Social Resoponsibilityseperti penelitian
Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Subiantoro (2015),dan Sari
(2012), tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan tipe perusahaan terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility. Dari penelitian diatas maka
hipotesis yang digunakan penelitian ini yaitu :
Page 7
7
H4: Diduga Tipe Industri berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Kepemilikan Manajemen dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Berdasarkan teori agensi, dengan meningkatkan jumlah kepemilikan
saham manjerial dapat mengurangi konflik antara manajer dengan pemegang
saham. Hal ini dikarenakan manajer yang memiliki saham didalam perusahaan
memiliki kepentingan sebagai manajer sekaligus sebagai pemegang saham
sehingga manajer akan mengambil keputusan yang menguntungkan bagi kedua
belah pihak. Salah satunya adalah keputusan untuk mengungkapkan aktivitas-
aktivitas perusahaan, termasuk aktivitas sosial.Pengungkapan ini bertujuan untuk
meningkatkan citra perusahaan. Ainullia (2013), menunjukkan hasil bahwa
pengaruh positif kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Namun hasil penelitian Subiantoro (2015), yang
tidak menemukan adanya pengaruh signifikan Kepemilikan Manajemen terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility.Sehingga penelitian ini menarik
hipotesis yaitu :
H5: Diduga Kepemilikan manajerial berpengaruhterhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel dan Sumber Data
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2016.
Penggunaan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai populasi karena perusahaan tersebut mengeluarkan laporan
tahunan, sehingga memungkinkan data laporan tahunan diperoleh dalam
penelitian ini. Adapun perusahaan yang menjadi objek penelitian merupakan
perusahaan yang juga mengeluarkan laporan keberlanjutan secara berturut-turut
pada tahun 2012, 2013, 2014, 2015, 2016. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur yang
didapatkan dari website Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut
(1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun
2012-2016; (2) Perusahaan tersebut memperoleh laba pada tahun 2012-2016;
(3)Perusahaan yang hanya menggunakan mata uang rupiah (Rp) dalam
mempublikasikan laporan keuangan periode tahun 2012-2016; (4) perusahaan
yang memiliki kepemilikan manajemen tahun 2012-2016
Page 8
8
Tabel 1.Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016 135 perusahaan
2 Perusahaan yang tidak meraih laba selama periode tahun 2012-
2016
(40 perusahaan)
3 Jumlah perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan mata
uang rupiah (Rp) tahun 2012 hingga tahun 2016
(17 perusahaan)
4 Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajemen tiap
tahunnya dari tahun 2012-2016
(61 perusahaan)
Jumlah sampel perusahaan 17 perusahaan
Periode penelitian 2012-2016 5 tahun
Jumlah sampel penelitian 85 data
Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pengungkapan Corporate Social
Responsibility merupakan data mengenai aktivitas sosial yang diungkap oleh
perusahaan dan disajikan dalam bentuk laporan tahunan ataupun laporan
keberlanjutan. Pengungkapan CSR dalam penelitian ini di ukur dengan
menggunakan indikator dari Global ReportingInitiative (GRI) dalam laporan
keberlanjutan (sustainability report)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑖𝑡𝑒𝑚𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖𝐶𝑆𝑅𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 CSRDI=
83 𝑖𝑡𝑒𝑚𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖𝐶𝑆𝑅𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝐺𝑅𝐼
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diproksikan dengan log total asset, tujuannya agar
mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan
ukuran perusahaan kecil sehingga total asset dapat terdistribusi normal,
Subiantoro (2015).
𝑆𝑖𝑧𝑒 = total 𝑎𝑠𝑠𝑒t
Return on Assets
Profitabilitas menurut Subiantoro (2015), diartikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba (profit) dalam upaya meningkatkan nilai
pemegang saham. Dalam penelitian ini indikator yang di gunakan untuk
mengukur tingkat ukuran perusahaan ini adalah Return On Asset (ROA). Lebih
lanjut Return On Asset (ROA) merupakan ukuran perusahaan efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya, Subiantoro (2015). Variabel ini di ukur dengan laba bersih
sesudah pajak dibagi dengan total aktiva. Adapun pengukurannya dengan
menggunakan rumus:
Laba bersih setelah pajak ROA =
Total 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
Page 9
9
Debt to Equity Ratio
Menurut Rindawati (2015) Leverage dapat diartikan sebagai tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalammembiayai kegiatan
operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkatresiko
keuangan..Dalam penelitian ini indikator yang di pakai untuk mengukur tingkat
Leverage adalahDebt To Equity Ratio (DER). Variabel ini di harapkan dengan
total kewajiban dibagi dengan ekuitas pemegang saham.
Total Liabilitas DER =
Total Ekuitas
Tipe Industri
Tipe industri diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu pemberian
skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high profile, dan skor 0
untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low profile.Menurut Subiantoro
(2015),Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri migas, kehutanan,
pertanian, pertambangan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan
dan minuman, kertas, farmasi, plastik, dan kontruksi sebagai industri yang high
profile.
Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan manajemen dalam penelitian ini di ukur dengan prosentase
saham yang dimiliki manajemen, semakin besar saham yang dimiliki oleh
manajemen/institusi, maka semakin besar informasi yang akan diungkapkan oleh
perusahaan dalam laporan tahunan Subiantoro (2015). Hal ini dikarenakan
semakin besar jumlah kepemilikan saham, maka semakin banyak juga pihak yang
membutuhkan informasi tentang perusahaan.
Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen KM =
Jumlah saham yang beredar
Metode Analisis Data
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik, yaitu uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas,
dan uji normalitas.Pengujian multikolonieritas dilihat dengan cara melihat nilai
variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi
multikolonieritas.
Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test). Uji Durbin-Watsonhanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first
order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam
model regresi dan tidak ada variable lag di antara variabel independent. Lalu,
pengujian selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan uji run-test. Uji run-
test dilakukan dengan cara melihat apakah probabilitas signifikansi lebih besar
dari α = 0,05. Jika lebih besar, maka tidak terjadi autokorelasi.
Uji heteroskedastisitas penelitian ini menggunakan uji Spearman Rho
dengan melihat nilai signifikasi variabel bebas, apabila nilai sig masing-masing
variabel > 0,05 maka model regresi tersebut bebas heteroskedastisitas.
Page 10
10
Uji normalitaspada penelitian ini menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov
(Uji K-S). Uji K-S dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi atau
asymp. Sig (2-tailed).Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih dari = 0,05,
maka data terdistribusi secara normal.
HASILDAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, diperoleh suatu gambaran data
mengenai nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Data tersebut
tergambar dari masing-masing variabel penelitian sebagai berikut :
Tabel2.Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 85 ,0008 ,3211 ,082294 ,0643985
TIPE 85 ,0000 1,0000 ,882353 ,3241019
KPM 85 ,00002 ,25620 ,0649738 ,07429186
UP 85 ,1285 261,8550 22,435199 56,6002697
DER 85 ,0797 12,6114 1,077686 1,6609166
CSR 85 ,0723 ,2892 ,145571 ,0478766
Valid N (listwise) 85
Sumber: Data sekunder yang diolah menggunakan SPSS 20
Berdasarkan tabel 2 diatas, Tabel 4.2 menunjukkan hasil statistik
deskriptif masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut : (1) Variabel ukuran perusahaan (size) yang diukur berdasarkan total aset
memiliki rata-rata 22,4352 dengan nilai minimum 0,1285 dan nilai maksimum
261,8550 dengan standar deviasi 56,60027; (2) Variabel Return on Asset memiliki
nilai rata-rata 0,0823 dimana standar deviasi 0,06440 dengan nilai minimum
0,0008 dan nilai maksimum 0,32; (3) Variabel Leverage yang diukur dengan
menggunakan Debt to equity menunjukkan hasil nilai standar deviasi 1,66092
dimana nilai rata-rata 1,0777 dengan nilai minimum 0,0797 dan nilai maksimum
12,61. (4)Variabel tipe industri yang diukur dengan menggunakan variabel
dummy menunjukkan rata-rata sebesar 0,8824 dimana nilai minumum 0,0000 dan
nilai maximum 1.00 serta standar deviasi nya 0.32410; (5) Variabel kepemilikan
manajemen memiliki nilai rata-rata 0,0649738 dimana nilai standar deviasi
0,12150 dengan nilai minimum 0,00002 dan nilai maksimum 0,07429186;
(6)Variabel pengungkapan CSR yang di ukur berdasarkan 83 item pengungkapan
memiliki rata-rata sebesar 0,1456 dimana nilai maksimum 0,29 dan nilai
minimum 0,0723 dan standar deviasinya 0,04788.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Tabel 3 .Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
Page 11
11
N 85
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,03970011
Most Extreme Differences Absolute ,090
Positive ,090 Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z ,829
Asymp. Sig. (2-tailed) ,498
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018) penelitian ini menunjukkan data memiliki nilai Asymp. Sig (2-tailed)
sebesar 0,498 lebih besar dari 0,05 yang artinya data terdistribusi secara normal
atau memenuhi asumsi klasik.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah terdapat
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini untuk menjamin keakuratan hasil uji heteroskedastisitas di gunakan
uji statistik melalui uji spearman Rho. Apabila pada uji spearman Rho nilai
signifikansinya diatas 5% maka model regresi bebas heteroskedastisitas
Tabel 4. Uji Heterosdastisitas
Correlations
ROA TIPE KPM UP DER Unstandardized
Residual
Spearman's rho
ROA
Correlation Coefficient
1,000 -,185 -,038 ,125 -,230* ,051
Sig. (2-tailed) . ,091 ,727 ,253 ,034 ,643 N 85 85 85 85 85 85
TIPE
Correlation Coefficient
-,185 1,000 ,040 ,193 ,278** -,054
Sig. (2-tailed) ,091 . ,715 ,076 ,010 ,626 N 85 85 85 85 85 85
KPM
Correlation Coefficient
-,038 ,040 1,000 -,548** -,133 ,137
Sig. (2-tailed) ,727 ,715 . ,000 ,226 ,212 N 85 85 85 85 85 85
UP
Correlation Coefficient
,125 ,193 -,548** 1,000 ,209 -,134
Sig. (2-tailed) ,253 ,076 ,000 . ,056 ,221 N 85 85 85 85 85 85
DER
Correlation Coefficient
-,230* ,278** -,133 ,209 1,000 -,041
Sig. (2-tailed) ,034 ,010 ,226 ,056 . ,709 N 85 85 85 85 85 85
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
,051 -,054 ,137 -,134 -,041 1,000
Sig. (2-tailed) ,643 ,626 ,212 ,221 ,709 . N 85 85 85 85 85 85
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Page 12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber data: Data sekunder yang diolah menggunakan SPSS 20
Tabel 4 menunjukkan hasil uji spearman Rho dalam penelitian ini. Hasil
output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa setiap variabel independen
memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang artinya regresi bebas
heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi Tabel 5.Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,559a ,312 ,269 ,0409372 1,957
a. Predictors: (Constant), DER, TIPE, KPM, ROA, UP
b. Dependent Variable: CSR
a. Predictors: (Constant), INDEP, ROA, DER, UKOM, SIZE
b. Dependen Variable: IDC
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Dari hasil uji Autokorelasi tersebut dapat diketahui bahwa nilai Durbin-
Watson (DW) sebesar 1,957. dimana nilai DW terletak antara nilai DU 1.7736.
nilai 4-DU 2.2264 maka DU < DW < 4-DU atau 1.7736 < 1,957< 2.2264,
sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas dari autokorelasi. Dapat di
simpulkan dari penjelasan di atas bahwa persamaan regresi terbebas dari auto
korelasi.
Uji Multikolonieritas Tabel6.Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,119 ,016
ROA -,067 ,072 -,090 ,932 1,073 TIPE ,013 ,014 ,086 ,913 1,095 KPM ,135 ,065 ,209 ,848 1,180 UP ,000 ,000 ,558 ,858 1,165 DER ,001 ,003 ,037 ,978 1,023
a. Dependent Variable: CSR
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018) Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam regresi dapat
dilihat dari tolerance value dan nilai variance inflation factor (VIF). Model
regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai tolerance di
atas 0,1 atau VIF di bawah 10 berdasarkan pendapat Ghozali, (2013 : 105 ).
Apabila tolerance variance di bawah 0,1 atau VIF di atas 10, maka terjadi
multikolinieritas. Hasil uji multikolonieritas adalah sebagai berikut
Page 13
13
Analisis Regresi Tabel 7.Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,119 ,016 7,530 ,000
ROA -,067 ,072 -,090 -,928 ,356 TIPE ,013 ,014 ,086 ,883 ,380 KPM ,135 ,065 ,209 2,065 ,042 UP ,000 ,000 ,558 5,541 ,000 DER ,001 ,003 ,037 ,389 ,698
a. Dependent Variable: CSR
a. Dependen Variable: IDC
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Dari persamaan regresi, maka dapat ditulis persamaan regresi sebagai berikut:
CSRDI = 0,119- 0,067 ROA + 0,013 TI + 0,135 KM + 0,000UP + 0,001 DER
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Berdasarkan tabel 7 Hasil uji signifikansi parsial (uji statistik t) pada tabel
4.7, Ukuran Perusahaan memiliki nilai t hitung sebesar 5,541 lebih besar dari t
tabel yaitu 1,98827 dan dengan tingkat signifikansi 0,00 lebih kecil dari taraf
signifikansi yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan corporate social responsibility dapat diterima.
Hubungan signifikan antara variabel ukuran perusahaan dengan
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dan arah koefisien yang positif
menunjukan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan.
Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan maka perusahaan tidak lepas dari
tuntutan untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu cara untuk dapat
memperlihatkan kinerja yang baik, perusahaan harus memperhatikan keadaan
lingkungan sosial, yaitu dengan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan yang lebih meluas agar kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
memiliki citra yang baik dimata masyarakat.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rofiqkoh, (2016) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility
Return on Assets dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Berdasarkan Tabel 7, Hasil uji signifikansi parsial (uji statistik t) pada tabel
4.6, return on asset memiliki nilai t hitung sebesar sebesar -0,928 lebih kecil dari t
tabel yaitu 1,98827 dan dengan tingkat signifikansi 0,454 lebih besar dari taraf
signifikansi yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa return on asset tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hal ini
menunjukkan bahwa, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa return on assets
Page 14
14
berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility tidak dapat
diterima.
Hal ini berarti bahwa besar kecilnya profitabilitas perusahaan tidak akan
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan, dimungkinkan karena laba yang dimiliki perusahaan diprioritaskan
untuk kepentingan operasional, sehingga pemanfaatan untuk aktivitas sosial lebih
sedikit.
Penelitian ini juga serupa dengan penelitian Subiantoro, (2015) dan
penelitiannya Rofiqkoh (2016) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh
antara variabel return on assets dengan pengungkapan corporate social
responsibility.
Debt to Equity Ratio dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Berdasarkan Tabel 7, Hasil uji signifikansi parsial (uji statistik t) pada tabel
4.5, debt to equity memiliki nilai t hitung sebesar 0,389 lebih kecil dari nilai t
tabel yaitu 1,98827 dan dengan tingkat signifikansi 0,916 lebih besar dari taraf
signifikansi yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa debt to equity tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Dengan
demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa debt to equity berpengaruh
terhadap pengungkapan corporate social responsibility tidak dapat diterima.
Perusahaan yang berisiko tinggi biasanya berusaha untuk meyakinkan kreditor
dengan pengungkapan informasi yang lebih detail. Tambahan informasi
diperlukan untuk menghilangkan keraguan terhadap dipenuhinya hak-hak para
kreditor. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki
kewajiban untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas (termasuk di
dalamnya pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan) dibanding perusahaan
dengan tingkat leverage yang rendah.
Penelitian ini juga serupa dengan penelitian Subiantoro (2015) dan
penelitian Rindawati (2015) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh
antara variabel debt to equity dengan pengungkapan corporate social
responsibility.
Tipe Industri dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Berdasarkan Tabel 7, Hasil uji signifikansi parsial (uji statistik t) pada tabel
4.6, tipe industri memiliki nilai t hitung sebesar 0,883 lebih kecil dari t tabel yaitu
1,98827 dan dengan tingkat signifikansi 0,378 lebih besar dari taraf signifikansi
yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tipe industri tidak berpengaruh terhadap
corporate social responsibility. Dengan demikian hipotesis keempat yang
menyatakan bahwa tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan corporate
social responsibility tidak dapat diterima. Hal ini berarti bahwa perusahaan-
perusahaan yang tergolong kategori high profile belum tentu melakukan
pengungkapan aktivitas/tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih tinggi/banya
dibandingkan perusahaan-perusahaan yang low profile.
Penelitian ini juga serupa dengan penelitian Subiantoro (2015) yang
menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh antara variabel tipe industri dengan
pengungkapan corporate social responsibility.
Page 15
15
Kepemilikan Manajemen dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Berdasarkan Tabel 7, Hasil uji signifikansi parsial (uji statistik t) pada
tabel 4.6, kepemilikan manajemen memiliki memiliki nilai t hitung sebesar 2,065
lebih besar dari t tabel yaitu 1,98827 dan dengan tingkat signifikansi 0,030 lebih
besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan
manajemen berpengaruh terhadap corporate social responsibility. Dengan
demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa kepemilikan manajemen
berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility dapat
diterima. Artinya perusahaan yang kepemilikan saham manajemennya tinggi
cenderung melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas
daripada perusahaan dengan kepemilikan saham manajemen yang rendah.
Penelitian ini juga serupa dengan hasil penelitian Ainullia, (2013) yang
menyatakan bahwa adanya pengaruh antara variabel kepemilikan manajemen
terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel 8.Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,060 5 ,012 7,178 ,000b
Residual ,132 79 ,002
Total ,193 84
a. Dependent Variable: CSR
b. Predictors: (Constant), DER, TIPE, KPM, ROA, UP
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Tabel 8 Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji statistik f) diatas,
nilai f hitung yaitu 7,178 lebih besar dari f tabel yaitu 2,32 dengan nilai signifikan
< 0,05 yaitu 0,000. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kelima
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen,
sehingga dengan demikian bahwa hipotesis 6 (H6) diterima.
Koefisien Determinasi (R2) Tabel 9.Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,559a ,312 ,269 ,0409372
a. Predictors: (Constant), DER, TIPE, KPM, ROA, UP
b. Dependent Variable: CSR
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Berdasarkan Tabel 9, Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi
(adjusted R2), besarnya nilai adjusted R square adalah 0,269, hal ini berarti 26,9%
variabel dependen yaitu pengungkapan corporate social responsibility dapat
dijelaskan oleh kelima variabel independen yaitu ukuran perusahaan return on
assets, debt to equity, tipe industri, dan kepemilikan manajemen, . Sedangkan
Page 16
16
sisanya (100% - 26.9% = 73,1%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dalam penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 –
2016, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil analisis data secara
parsial menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan dan
kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility;
(2) Hasil analisis data secara parsial menunjukkan tidak adanya pengaruh
signifikan antara debt to equity ratio, return on asset dan tipe industri terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility; (3) Hasil analisis data secara
simultan menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara seluruh variabel
independen yaitu ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio, tipe
industri, dan kepemilikan manajemen terhadap variabel dependen pengungkapan
Corporate Social Responsibility; (4) Hasil analisis koefisien determinasi
menunjukkan kemampuan variabel independen dalam hal ini adalah variabel
ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio, tipe industri, dan
kepemilikan manajemen secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel
pengungkapan Corporate Social Responsibility sebesar 26,9%. Sedangkan 73,1%
dijelaskan oleh variabel lain selain variabel independen diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, A. K. (2015). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Csr) Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Indeks Lq45 Bursa Efek Indonesia (Bei). Kinerja Vol 12 No.1. , 1-11.
Almira Ma’rifati, Robiah., & Teguh, Erawati. (2017). Pengaruh Leverage, Size,
Dan Kepemilikan Manajemen Terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure. Akuntansi Dewantara Vol. 1 No. 1 , 39-48.
Ainullia, A. U. (2013). Pengaruh Pengaruh Kepemilikan Manajemen,
Kepemilikan Institusi, Leverage, Ukuran Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Dampaknya Terhadap
Kinerja Perusahaan
Bambang, Rudito., & Melia, Famiola. (2013). Corporate Social Responsibility.
Bandung: Rekayasa Sains.
Dewi, S. N. (2015). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR). BISNIS, Vol. 3, No. 2, , 364-393.
Fadila, O. N. (2016). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Profitabilitas Dan Likuiditas Pada Perusahaan Tobacco Manufactures.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen : Volume 5, Nomor 7 , 1-16.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Page 17
17
Gusti Ayu Dyah Indraswari, I. B. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Pengungkapan
CSR. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 289-302.
Hastuti, W. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan,Dan
Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Dalam Laporan Tahun AN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Listing Di BEI). 1-25.
Isnaini, N. A. (2017). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Nilai. Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntansi , 631-651.
Manik, Tumpal.2015. Pengantar Akuntansi (Accounting Principles). Volume 1.
ISBN 978-602-71992-3-1. UMRAHPRESS.
Lako, A. (2011). Dekontruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi.
Jakarta: Erlangga.
Linda, Pratiwi., & Kun, Ismawati. (2017). Analisis Pengaruh Tipe Industri,
Ukuran Perusahaan, Leverage. Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah , 20-
28.
Permatasari, H. D. (2014). Pengaruh Leverage Tipe Industri, Ukuran Perusahaan
Dan Profitabilitas Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR). 1-56.
Rindawati, M. W. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage,
dan Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility . Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 6 , 1-15.
Rofiqkoh, E. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi , 1-18.
Sari, R. A. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal / Volume I Nomor I , 124-140.
Subiantoro, O. H. (2015). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi , 1-21.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wardani, N. K. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2009-2011) , 1-50.
Wulandari, I. P. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size),Tipe Perusahaan,
Financial Leverage, Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Saham
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). 1-64.