PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, MANAJEMEN LABA, TIPE AUDITOR DAN INTERNAL AUDIT TERHADAP AUDIT FEES (Studi Empiris pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010- 2013) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: HUSNUL KHOTIMAH NIM: 1110082000106 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2014 M
145
Embed
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28504/1/KHUSNUL... · ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, MANAJEMEN LABA, TIPE AUDITOR DAN INTERNAL AUDIT
TERHADAP AUDIT FEES
(Studi Empiris pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
HUSNUL KHOTIMAH
NIM: 1110082000106
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Husnul Khotimah
NIM : 1110082000106
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggung jawab
atas karya ini.
Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di FEB Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
4. S1 Ekonomi Akuntani UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2010-2014
vi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota KPMDB (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah Brebes) Jakarta,
2010-2011
2. Anggota PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010
IV. DATA KELUARGA
1. Ayah : Sunaedi
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 10 Januari 1966
2. Ibu : Keni
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 7 Juni 1974
3. Adik : Rizqi Ahmad Fauzi
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 10 November 2001
vii
THE INFLUENCE OF COMPANY SIZE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, EARNING MANAGEMENT, TYPE OF AUDITOR AND INTERNAL AUDIT ON
THE AUDIT FEES
ABSTRACT
This research aims to examine the influence of company size, institutional ownership, earning mangement, type of auditor and internal audit on the audit fees. This research used sample of manufacturing industries which are listed in Indonesian Stock Exchanges during 2010-2013. The number of manufacturing industries in this study were 38 companies with 4 years observation that acquired by using purposive sampling method. Hypothesis in this research are tested by multiple regression model. The result of this research showed that company size,institutional ownership, earning management and type of auditor influence the audit fees. In the other hand, the internal audit didn’t influence the audit fees. Keywords :Audit fees, company size, institutional ownership, earning management,
type of auditor and internal audit.
viii
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, MANAJEMEN LABA, TIPE AUDITOR DAN INTERNAL AUDIT
TERHADAP AUDIT FEES
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor serta internal audit terhadap audit fees. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 38 perusahaan dengan pengamatan selama 4 tahun dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba dan tipe auditor berpengaruh terhadap audit fees. Variabel internal audit tidak berpengaruh terhadap audit fees. Kata kunci : Audit fee, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen
laba, tipe auditor, internal audit.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional, Manajemen Laba, Tipe Auditor dan Internal Audit
Terhadap Audit Fees (Studi Empiris pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Periode 2010-2013)”. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membiming umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis
haturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya dalam penulisan
skripsi ini. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Sunaedi dan Ibu Keni yang telah memberikan
bimbingan, dukungan, serta doa yang tiada hentinya buat penulis.
2. Adikku tercinta Rizqi Ahmad Fauzi yang selalu memberikan doanya semoga kaka
cepet lulus.
3. Mbah, Om dan Tante serta sepupu-sepupuku yang cantik-cantik dan ganteng-
ganteng yang telah memberikan semangat dan doanya dalam proses penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan, motivasi dan
nasihat yang telah diberikan selama ini.
7. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, berdiskusi, dan
memberikan pengaruhan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang ibu
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat
dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Sahabat 4L4Y, Amelia Suandi Love Najibatul Labibah, You Rock Guys !
4.1 Hasil Uji Durbin Watson ....................................................... 70
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Sampel .......................................................................... 92
2 Hasil Output SPSS ................................................................ 122
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini, perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar
korporasi. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang dibuat untuk
memberikan informasi keuangan yang terjadi pada suatu entitas dalam satu
periode (Pambudi dan Ghozali, 2013). Perusahaan yang sudah go public wajib
hukumnya untuk menerbitkan laporan keuangan setiap tahun di BEI (Bursa
Efek Indonesia).
Sebagaimana, laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi
kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan investasi dana mereka, tentu saja pihak-piha k di luar korporasi
tersebut mempunyai kepentingan untuk memperoleh informasi mengenai
kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan berusaha untuk menyajikan suatu
laporan keuangan dengan baik yang memenuhi 4 karakteristik yang membuat
laporan keuangan tersebut berguna pagi para pemakainya yaitu, relevan,
andal, dapat dipahami, dan dapat dibandingkan. Karena laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna untuk pengambilan
keputusan oleh berbagai pihak termasuk para investor, kreditor dan pembuat
1
keputusan ekonomi lainnya, mereka sangat mengandalkan laporan keuangan
yang dipublikasikan. Laporan keuangan harus berkualitas dan telah diaudit
oleh auditor independen. Pemakai laporan keuangan mengandalkan auidtor
independen untuk memastikan bahwa laporan keuangan disusun sesuai prinsip
akuntansi yang berterima umum dan berisi pengungkapan yang diperlukan
bagi para pemakai laporan keuangan.
Masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, komunikasi data
keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Perekonomian
masyarakat tersebut dicerminkan dalam bentuk organisasi badan usaha yang
besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah menyebar ke segala
pelosok daerah dan operasinya yang sudah mejangkau secara luas bahkan
sampai ke luar negeri. Para stakeholder atau pemangku kepentingan
menghendaki diadakan pengawasan atau pengendalian terhadap perusahaan
agar mereka dapat menggunakan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Penilaian audit terhadap informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan oleh manajemen harus dilakukan secara bebas dan tidak memihak,
maka perusahaan menggunakan jasa akuntan publik. Profesi akuntan publik
bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal
sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan memeriksa dan mengetahui
opini yang dikeluarkan oleh akuntan publik, masyarakat dapat mengetahui
2
perusahaan mana yang memiliki keadaan keuangan yang wajar dan tidak
terdapat kecurangan dalam proses bisnisnya.
Menurut UU No. 5 Tahun 2011, akuntan publik merupakan suatu profesi
yang jasa utamanya adalah jasa asurans (jasa audit atas informasi keuangan
historis, jasa reviu atas informasi keuangan historis) dan hasil pekerjannya
digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting
dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, profesi Akuntan Publik
memilki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang
sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam
bidang keuangan. Akuntan publik biasanya disebut juga sebagai auditor
independen yang merupakan perantara manajemen untuk mengkomunikasikan
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen kepada para pemakai laporan
keuangan. Oleh karena itu, auditor harus menjaga hubungan profesional yang
baik dan independen dengan manajemen, dewan komisaris (board of
directors), auditor internal serta pemegang saham.
Arens, Elder dan Beasley (2011) menyatakan profesi akuntan publik
memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengemban kepercayaan
yang diberikan masyarakat, Setidaknya: (1) kewajiban kepada klien,
kewajiban kepada hukum biasanya muncul karena adanya kegagalan dalam
melaksanakan penugasan audit sesuai dengan waktu yang disepakati,
pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal dalam menemukan kesalahan
dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik; (2) Kewajiban perdata bagi
3
pihak ketiga (pemegang saham & calon investor, pemasok, kreditur, karyawan
dan pelanggan), kewajiban ini biasanya timbul karena pihak ketiga yang
merasa dirugikan atas pengambilan keputusan yang salah, karena
mengandalkan laporan keuangan hasil audit yang menyesatkan; (3) Kewajiban
pidana bagi pihak ketiga, kewajiban ini biasanya muncul karena akuntan
publik ikut terlibat secara langsung bersama-sama dengan klien dalam
melakukan tindakan kriminal.
Jasa akuntan publik merupakan jasa professional, maka perusahaan harus
memberikan fee kepada akuntan publik yang melakukan jasa audit terhadap
laporan keuangannya. Menurut Gatot (2010) dalam Aryani (2011), pasar audit
di Indonesia sangat ketat dan tidak hanya didominasi Kantor Akuntan Publik
(KAP) big four saja. Selain itu, pasar audit di Indonesia juga masih bersifat
cost focus dibandingkan brand/quality focus. Maksudnya perusahaan-
perusahaan di Indonesia yang menggunakan jasa audit kebanyakan masih
menggunakan pertimbangan pemilihan KAP melalui audit fee-nya daripada
nama besar atau kualitas dari KAP (Kusharyanti, 2013).
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan
No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan
Penentuan Fee Audit. Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini
dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam
4
menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang
diberikannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa
yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah
yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar
profesional akuntan publik yang berlaku. Oleh karena itu perusahaan harus
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan fee
audit eksternal. Menurut Jemada dan Yaniartha (2013), fee audit merupakan
besarnya imbal jasa yang diterima oleh auditor akan pelaksanaan pekerjaan
audit. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik
merupakan salah satu obyek yang menarik untuk diteliti. Besar kecilnya fee
audit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekanan anggaran waktu,
kompleksitas tugas, dan reputasi auditor.
Faktor yang mempengaruhi audit fees menurut penelitian awal Simunic
(1980) yang dikembangkan oleh penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh
Caneghem (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi audit fees
adalah ukuran perusahaan, risiko audit, dan kompleksitas audit. Ukuran
perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan klien yang sedang diaudit
oleh auditor atau KAP (kantor akuntan publik). Ukuran perusahaan sangat
menentukan lamanya proses audit yang pada akhirnya berdampak pada
besarnya biaya audit. Menurut Fachriyah (2011), ukuran perusahaan
merupakan faktor yang paling besar mempengaruhi audit fees dibandingkan
5
kompleksitas, profitabilitas dan reputasi auditor. Semakin besar ukuran
perusahaan yang diaudit, maka semakin besar pula fee yang harus dibayarkan.
Menurut Kusharyanti (2013) proses audit dilakukan oleh staf dan auditor
senior, audit planning dilakukan oleh manajer, ulasan dan komunikasi dengan
klien dilakukan oleh manajer dan partner. Secara umum, proses audit yag
besar menunjukkan bahwa jumlah jam kerja dan jumlah auditor akan
tergantung pada ukuran klien dalam hal ini ukuran perusahaan yang diukur
dengan total aset perusahaan. Oleh karena itu, ukuran perusahaan
mempengaruhi jumlah biaya audit yang dibayarkan.
Biaya audit merupakan masalah penting bagi manajemen dan entitas, hal
ini tak terlepas dari kewajiban untuk menghasilkan laporan keuangan yang
tentunya harus baik dan independen. Menurut Azadi dan Mohammadi (2014),
adaya pemisahan kepemilikan dari manajemen dalam perusahaan, hal inilah
yang merupakan peran penting dari lembaga atau perusahaan dalam
mengendalikan dan memantau pengelolaan perusahaan menjadi lebih
menonjol yaitu menghasilkan laporan keuangan yang independen, oleh karena
itu fee audit yang dibayarkan menjadi penting sebagai timbal balik atas jasa
audit. Penelitian awal yang dilakukan oleh Beiner (2004) mengatakan bahwa
selama tiga dekade sebelumnya ada beberapa contoh yang disebutkan
mengenai kontroversi antara penerima manfaat yang berbeda dari suatu
perusahaan dan bagaimana perusahaan menangani kontroversi tersebut.
Struktur kepemilikan pada perusahaan mempunyai peran penting berkaitan
6
dengan perbedaan kepentingan, hal ini ditentukan berdasarkan konvergensi
antara manfaat dari manajemen dan pemilik entitas ekonomi. Jika manfaat
yang diterima manajer dan pemilik adalah sama akan terjadi kontroversi
dalam institusi atau perusahaan yang berpotensi akan mempengaruhi
kepentingan yang berbeda dalam perusahaan dan pasar modal. Menurut
Esmaeili, Mirgoushe, Najmeddin dan Mortazavi (2014), hasil dari
peningkatan tanggung jawab manajemen dalam menangani tata kelola
perusahaan dalam proses audit secara umum yaitu, audit bekerja dengan
manajer, dewan direksi dan komite audit, untuk memastikan para pemangku
kepentingan mendapatkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi dan
perlindungan keuntungan mereka. Studi ini untuk menyelidiki hubungan
antara kepemilikan institusional dan biaya audit dalam perusahaan.
Faktor dalam mengaudit tidak hanya fee saja, melainkan auditor juga
sebelumnya memerlukan kerjasama yang baik dengan manajemen perihal data
laporan keuangan maupun data lainnya yang diperlukan untuk mengaudit
harus handal dari manajemen dan auditor harus tetap menjaga independensi
serta obyektivitasnya. Ada empat alasan mengapa audit atas laporan keuangan
diperlukan yaitu (1) adanya perbedaan kepentingan, (2) konsekuensi, (3)
kompleksitas, (4) keterbatasan akses (remoteness). Salah satu alasan adanya
perbedaan kepentingan yaitu antara manajemen dengan para pemakai laporan
keuangan, manajemen sebagai pembuat laporan keuangan mempunyai
kepentingan agar laporan keuangan perusahaan yang dipimpinnya
7
memperlihatkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik salah satunya dinilai
dari informasi laba yang dihasilkan.
Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai
perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di
masa depan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk
perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
tambahan sumber daya (IAI 2007). Menurut Gultom dan Diyanty (2013),
salah satu informasi penting yang terdapat dalam laporan keuangan adalah
informasi mengenai laba perusahaan. Bagi pemilik saham dan investor, laba
berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima melalui
pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja
manajemen perusahaan selama periode tertentu dan dapat digunakan untuk
memperkirakan prospeknya di masa mendatang.
Menurut Pambudi dan Ghozali (2013), seringkali terdapat tindakan yang
mementingkan kepentingan sendiri dalam hal pelaporan keuangan
(opportunistic) yang dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi
tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan maupun diturunkan sesuai
dengan keinginan manajemen, salah satunya dengan manajemen laba
sehingga laba menjadi besar dan diharapkan pemakai laporan keuangan yakin
bahwa posisi keuangan perusahaan tersebut baik. Sementara menurut
Immanuel dan Yuyetta (2014), salah satu langkah yang diambil stakeholders
untuk meminimalisasikan kemungkinan munculnya praktik manajemen laba
8
yaitu dengan mempekerjakan auditor eksternal, sehingga manajemen laba
mempunyai efek terhadap audit fees yang dibayarkan.
Pada dasarnya penggunaan jasa auditor eksternal untuk pengendalian
konflik antara manajer perusahaan, pemegang saham dan pemegang obligasi.
Menurut Fachriyyah (2011), hasil audit atas laporan keuangan perusahaan
tersebut mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar bagi auditor.
Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara
profesional, salah satu bentuk profesionalisme auditor adalah menjalankan
pekerjaan auditnya sesuai dengan standar auditing. Atas profesionalisme
auditor eksternal berhak menerima imbalannya berupa audit fees. Penelitian
tentang audit fees dipengaruhi oleh tipe auditor eksternal yang dipilih.
Menurut Nugrahani dan Sabeni (2013), kantor akuntan publik besar dan
termasuk dalam jajaran Big 4 yang berkualitas tinggi membuat sedikit
kesalahan daripada auditor yang berkualitas rendah sehingga memiliki fee
audit yang lebih tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lai dan
Chang (2013) reputasi auditor juga berpengaruh terhadap audit fee dimana fee
audit yang lebih tinggi akan dibayarkan kepada auditor Big 4.
Menurut Nindita dan Veronica (2012), di Indonesia terdapat lebih dari 400
KAP. Suatu jumlah yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan di Amerika
Serikat yang memiliki lebih dari 45.000 KAP. Sejak kasus Enron, KAP
internasional kini tinggal empat besar yang disebut “Big four”. KAP
internasional tersebut mempunyai kantor di setiap kota di Amerika Serikat dan
9
banyak kota di seluruh dunia. Setiap KAP Big Four ini mempunyai
kemampuan melayani pasar internasional. Sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Indonesia “Big Four” diwakili kepentingannya oleh KAP
Indonesia sendiri.
Menurut Nindita dan Veronica (2012), The Big Four dan mitranya di
Indonesia saat ini sebagai berikut :
1. Delloite Touche Thomatsu Tanudiredja berafiliasi dengan Osman
Satrio & Rekan.
2. Ernst & Young berafiliasi dengan Purwantono, Suherman, & Surja.
3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler berafiliasi dengan Siddharta &
Widjaja.
4. Pricewaterhouse Coopers berafiliasi dengan Wibisana, & Rekan.
Masalah agensi yang disebabkan konfik kepentingan dan asimetri
informasi membuat perusahaan menanggung biaya keagenan (agency cost),
teori agensi menyatakan bahwa konflik kepentingan dan asimetri informasi
yang muncul dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang tepat
untuk menyelaraskan kepentingan berbagai pihak di perusahaan oleh karena
itu harus fokus pada audit internal dengan peduli bagaimana internal audit dan
audit eksternal meningkatkan integritas pelaporan keuangan. Menurut Aryani
(2011) dalam Putri dan Utama (2014) fungsi internal audit dirancang untuk
melindungi aset perusahaan dan membantu menghasilkan informasi akuntansi
yang handal untuk pembuatan keputusan. Beberapa faktor yang
10
mempengaruhi audit fees diatas, tak terlepas juga menjaga bagaimana peran
internal audit perusahaan dalam hal memonitoring manajemen perusahaan.
Tentunya diharapkan auditor eksternal dalam proses auditnya bisa independen
terhadap manajemen, agar manajemen bisa bekerja sesuai dengan prosedur
guna menyajikan data laporan keuangan yang valid dan handal untuk diaudit
oleh auditor eksternal (Hazmi dan Sudarno, 2012). Disisi lain, peran internal
audit dan corporate governace (kepemilikan perusahaan) sangatlah penting
sebagai salah satu bentuk keandalan pelaporan keuangan perusahaan tentunya
juga akan mempengaruhi besar kecilnya fee audit yang akan dibayarkan sesuai
dengan jasa audit independen yang sudah dikerjakan, fungsi internal audit
berpengaruh positif terhadap fee audit (Putri dan Utama, 2014).
Berdasarkan kebijakan dari ICPA (Institute of Certified Public
Accountants) dengan Kep.024/IAPI/VII/2008 menyediakan regulasi pada
biaya audit (audit fee) yang sudah dijelaskan sebelumnya, menyatakan bahwa
tingkat fee audit harus diperhatikan terutama mengenai kebutuhan klien,
tugas, dan tanggung jawab dibawah hukum, kemandirian, tingkat
keterampilan (tingkat keahlian), dan tanggung jawab yang diberikan untuk
pekerjaan yang dilakukan. Selain itu, perhatian juga harus diberikan kepada
tingkat kompleksitas pekerjaan, jumlah waktu yang diperlukan dan efektivitas
dihabiskan oleh akuntan publik dan stafnya ketika melakukan pekerjaan serta
disepakati biaya dasar kesepakatan. Berdasarkan survei PAO (Public
Accountant Office) di Jawa Timur, Nurhayati (2007) dalam Kusharyanti
11
(2013) menemukan bahwa faktor yang paling signifikan mempengaruhi biaya
audit adalah jam kerja audit (proses belajar) dan upaya untuk
mempertahankan klien. Contoh lain dari studi mengenai hal ini adalah dengan
Fachriyah (2011) yang juga menemukan ukuran perusahaan sebagai faktor
utama yang mempengaruhi biaya audit, selain kompleksitas, profitabilitas,
dan reputasi auditor. Selain itu, Esti Widiasari dan Prabowo (2009) meneliti
efek internal kontrol dan struktur tata kelola perusahaan terhadap biaya audit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel ini mempengaruhi biaya
audit. Faktor seperti karakteristik perusahaan, jenis kepemilikan (swasta dan
pemerintah) sebenarnya tidak mempengaruhi probabilitas fee audit sementara
ukuran manajemen laba mempengaruhi jumlah probabilitas fee audit
(Pambudi dan Ghozali, 2013).
Hal yang memepengaruhi audit fees adalah ukuran perusahaan, ketika
perusahaan tersebut mempunyai harta yang besar, maka akan semakin rumit
pula proses audit yang dilakukan dan memakan waktu yang lama sehingga
imbalan untuk jasa audit juga dibayarkan lebih tinggi, ukuran perusahaan
(size) merupakan besar kecilnya ukuran perusahaan yang sedang diaudit oleh
auditor atau KAP, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit
fees (Nugrahani dan Sabeni, 2013). Penelitian tentang fee audit ini mencoba
untuk menarik penelitian yang dilakukan oleh Simunic (1980) merupakan
penelitian awal di bidang fee audit sementara itu, Hay (2008)
12
mengembangkan penelitian fee audit dengan menambahkan faktor internal
auditor dan tata kelola perusahaan.
Pengendalian konflik kepentingan antara manajer perusahaan, pemegang
saham dan pemegang obligasi pada dasarnya sebagai alasan utama untuk
melibatkan auditor. Dimana, audit merupakan fungsi independen dengan cara
yang teratur dan serangkaian langkah terstruktur, memeriksa secara kritis
pernyataan yang dibuat oleh perorangan atau organisasi tentang kegiatan
ekonomi dimana mereka telah bergerak dan mengkomunikasikan hasil dalam
bentuk laporan keuangan kepada pengguna.
Konsentrasi kepemilikan mengakibatkan perubahan konflik
kepentingan dari konflik antara manajer dan pemegang saham menjadi konflik
kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas (Ding, Yuan
dan Zhang, Hua 2007). Sementara struktur kepemilikan perusahaan menurut
Esmaeili, et al (2014) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu struktur
kepemilikan manajerial dan institusional, Pemilik institusional memiliki
sebagian besar saham perusahaan. Mengenai pemisahan kepemilikan dari
manajemen dalam perusahaan, peran penting dari pemilik ini dalam
mengendalikan dan memantau pengelolaan perusahaan menjadi lebih
menonjol. Karena biaya audit merupakan masalah penting baik bagi manajer
dan auditor independen, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
hubungan antara kepemilikan institusional dan audit, dan ditemukan bahwa
13
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap audit fees (Azadi dan
Mohammadi, 2014).
Sebagaimana landasan dari teori yang digunakan yaitu teori agensi yang
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
(principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agency)
yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerjasama yang disebut “nexus of
contract”. Pemegang saham sebagai principal dan manajer sebagai agensi.
Principal sebagai wewenang berusaha untuk meningkatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya, agar dengan begitu pembagian dividen akan semakin
besar. Sedangkan agen sebagai pihak yang diberi wewenang, dalam hal ini
manajer akan berusaha meningkatkan laba agar dividen yang dibagikan
kepada principal akan semakin besar dan kompensasi dari principal kepada
agen juga akan semakin besar. Perbedaan kepentingan antara principal
(pemegang saham) dan agency (manajer) dapat menimbulkan suatu informasi
asymetri (kesenjangan informasi). Masing-masing pihak berusaha
memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Manajer dalam hal ini dapat
melakukan tindakan kecurangan (fraud) untuk memanipulasi laba, agar
kompensasi ekonomi yang diberikan oleh principal semakin besar. Tindakan
seperti memanipulasi laba ini menjadi penting adanya fungsi internal control
dalam suatu perusahaan agar kecurangan seperti ini bisa diminimalisir. Bentuk
manipulasi dari perilaku menyimpang pada manajemen adalah seperti
manajemen laba yaitu tindakan manajemen untuk memilih kebijakan
14
akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan
kesejahteraan atau nilai perusahaan.
Menurut Hazmi dan Sudarno (2013) faktor lain yang berpengaruh
terhadap audit fee adalah internal audit ini, dikarenakan internal audit
diperlukan bagi organisasi yang membutuhkan informasi dari pihak yang
independen mengenai berbagai aktivitas organisasi guna pengambilan
keputusan yang lebih obyektif dan accountable. Dengan semakin baiknya
kondisi internal maka akan memiliki kualitas auditor eksternal yang lebih baik
sehingga fee audit yang dibayar lebih tinggi. Penelitian sebelumnya juga hal
lain menurut Lai dan Chang (2013) reputasi auditor juga berpengaruh
terhadap audit fee dimana fee audit yang lebih tinggi akan dibayarkan kepada
auditor Big 4.
Tindakan manajemen laba telah menimbulkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis yang menyebabkan auditor Arthur
Anderson dihapus dari Big 5, antara lain Enron, Merck, World Com dan
mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Selain itu di Indonesia juga
terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk juga
melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari
terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005). Sebagaimana yang kita ketahui
laporan keuangan dibuat untuk meningkatkan kepercayaan bagi lingkungan
perusahaan dan masyarakat, dalam hal ini perusahaan tentunya mengeluarkan
15
biaya audit yang disebut fee audit sebagai timbal balik dari hasil mengaudit.
Moradi dan Vallpour (2012) mengatakan bahwa perusahaan dengan
manajemen laba tinggi cenderung akan membayar audit fee lebih tinggi.
Dengan adanya kasus dari skandal korupsi dan penipuan akuntansi dalam
laporan keuangan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan terkemuka di
dunia menyebabkan turunnya tingkat kepercayaan stakeholders dan
menimbulkan pertanyaan seberapa tinggikah tingkat kompetensi dari
independensi auditor eksternal yang dulu pernah muncul dan berdasarkan
uraian latar belakang serta penelitian sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa
penelitian ini membuat timbulnya pandangan skeptis terhadap apakah itu efek
dari fee yang didapat oleh auditor eksternal cukup beralasan, oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan,
kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor serta internal audit
terhadap audit fees.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian berupa pengaruh antara kepemilikan
perusahaan, manajemen laba dan fungsi internal audit dalam perusahaan serta
bagaimana kontribusinya terhadap proses auditing dan fee audit, maka secara
spesifik rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
16
1. Apakah ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba,
tipe auditor dan internal audit berpengaruh secara simultan terhadap audit
fees?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap audit fees?
3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap audit
fees?
4. Apakah manajemen laba berpengaruh secara parsial terhadap audit fees?
5. Apakah tipe auditor berpengaruh secara parsial terhadap audit fees?
6. Apakah internal audit berpengaruh secara parsial terhadap audit fees?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
1. Pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen
laba, tipe auditor dan internal audit terhadap audit fees.
2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit fees.
3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap audit fees.
4. Pengaruh manajemen laba terhadap audit fees.
5. Pengaruh tipe auditor terhadap audit fees.
6. Pengaruh internal audit terhadap audit fees.
17
7. Manfaat Penelitian
a. Konstribusi Teoritis
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermaanfaat sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan dalam bidang akuntansi
terutama berkaitan dengan audit fees.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi bahwa perusahaan bisa
membuat laporan keuangan dan bisa berkoordinasi dengan auditor
independen, audit internal dan komite audit agar laporan keuangan
yang dihasilkan valid.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
audit fees.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi dalam pengetahuan terkait ukuran perusahaan,
kepemilikan perusahaan, manajemen laba, tipe auditor dan internal
audit terhadap audit fees. Sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Konstribusi Praktis
1) Diharapkan bagi BAPEPAM segera mengeluarkan peraturan
tentang peraturan mengenai pengungkapan audit fees dalam lapoan
keuangan perusahaan.
18
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
perusahaan mengenai ukuran perusahaan, kepemilikan
institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit
terhadap audit fees dimasa yang akan datang..
3) Diharapkan penelitian ini juga berguna bagi auditor untuk lebih
meningkatkan kinerjanya lagi agar lebih meningkat
kemampuannya sehingga perusahaan percaya dengan kemampuan
auditor.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah agency theory
yang menyatakan bahwa adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang
(agency) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerjasama yang disebut “nexus
of contract”. Principal adalah para pemegang saham dan agensi adalah
manajer. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di
dalam teori agensi (agency theory), diasumsikan bahwa masing-masing pihak
bertindak atas kepentingannya sendiri. Principal sebagai pemberi wewenang
berusaha untuk meningkatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, agar dengan
begitu pembagian dividen akan semakin besar. Sedangkan agen sebagai pihak
yang diberi wewenang, dalam hal ini adalah manajer akan berusaha untuk
meningkatkan laba agar dividen yang dibagikan kepada principal akan
semakin besar dan kompensasi dari principal kepada agen juga akan semakin
besar. Perbedaan kepentingan antara principal (pemegang saham) dan agency
(manajer) dapat menimbulkan suatu informasi asymetri (kesenjangan
informasi). Masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri
sendiri. Hubungan ini memunculkan kecenderungan perbedaan kepentingan
20
karena pada prinsipnya manusia akan berusaha memaksimalkan utilitas bagi
kepentingannya sendiri. Perbedaan ini membawa potensi terjadinya konflik
(masalah keagenan) antara prinsipal dengan agen, yang dapat menimbulkan
atau memicu terjadinya biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam
operasi perusahaan bila dikelola oleh pemiliknya sendiri, disebut sebagai
biaya keagenan (agency cost).
Menurut Purwandari dan Purwanto (2012), dalam kerangka teori
keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu: 1) hubungan
keagenan antara manajer dengan pemilik, 2) hubungan keagenan antara
manajer dengan kreditur dan 3) hubungan keagenan antara manajer dengan
pemerintah. Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan
sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas
mereka dalam hal hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah.
Kelengkapan pengungkapan informasi harus se-transparan mungkin
sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan.
Menurut Eisenhardt (1989) dalam Susanti (2011), teori keagenan
berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak
yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda.
Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat
terjadi dalam hubungan keagenan, yaitu masalah keagenan yang timbul pada
saat keinginan-keinginan principal dan agent berlawanan dan merupakan
21
suatu hal yang sulit atau mahal bagi principal untuk melakukan verifikasi
apakah agent telah melakukan sesuatu secara tepat.
Teori keagenan ini didasari oleh beberapa asumsi. Menurut Eisenhardt
(1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) asumsi, yaitu:
a) Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki
sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded rationality) dan tidak menyukai resiko (risk
aversion).
b) Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,
efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asymmetric information
antara principal dan agent.
c) Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai
barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Dengan adanya tiga asumsi tersebut semakin menjelaskan bahwa
permasalahan yang timbul dalam teori keagenan disebabkan karena sifat dasar
manusia masing-masing yang mementingan kepentingan dirinya sendiri yaitu
antara principal dan agent. Dimana principal menginginkan perusahaannya
terus mendapatkan laba sehingga membuat nilai sahamnya terus meningkat
dan mencapai kemakmuran pada dirinya sendiri, sedangkan agent
22
menginginkan kompensasi yang lebih dari principal sebagai akibat dari
kontrak kerja yang telah dibuat dengan principal. Sehingga agent terus
berupaya untuk membuat keuangan perusahaan terlihat baik agar tercapainya
profitabilitas yang diinginkan oleh principal. Dengan begitu agent akan
memperoleh kompensasi dari principal yang dapat memberikan kesejahteraan
bagi dirinya. Maka dari itu akan menimbulkan konflik kepentingan antara
agent dan principal, karena masing-masing pihak ingin mencapai
kesejahteraan dirinya sendiri.
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (Company Size) merupakan besar kecilnya perusahaan
klien yang sedang diaudit oleh auditor atau KAP. Ukuran perusahaan sangat
menentukan lamanya proses audit yang pada akhirnya berdampak pada
besarnya biaya audit (Facriyah, 2011). Besar kecilnya suatu perusahaan juga
berdampak terhadap struktur pendanaan perusahaan. Perusahaan besar
cenderung memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil. Hal ini bisa terjadi karena adanya dorongan
untuk menghasilkan kenaikan laba disetiap periodenya. Penentuan ukuran
perusahaan diukur berdasarkan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Ukuran perusahaan yang besar dengan jumlah asset (kekayaan) yang tinggi
membuat proses audit yang dilakukan oleh auditor eksternal akan semakin
23
rumit sehingga fee audit yang dibayarkan jadi lebih tinggi (Nugrahani dan
Sabeni, 2013).
Menurut Rodoni dan Ali (2010), proksi ukuran perusahaan biasanya
adalah total aset perusahaann. Karena aset biasanya sangat besar nilainya dan
untuk menghindari bias skala maka besaran aset perlu dikompres. Secara
umum, proksi ukuran perusahaan yang dipakai adalah logaritma natural (ln)
dari total aset.
3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga (Susanti dan Riharjo, 2013). Dalam
penelitian Shleifer dan Vishney (1986) dalam Annisa dan Lulus (2012)
menyatakan bahwa kepemilikan institusional memainkan peran yang penting
dalam memantau, mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer. Mereka
berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan
hak suara yang dimiliki dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja
ekonomi dan menghindari peluang untuk berperilaku mementingkan diiri
sendiri. Adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemilik, maka pemilik
institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen
perusahaanmembuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan
yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
24
Menurut Adriani (2011) dalam Sukirni (2012), kepemilikan institusional
adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau
lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki arti penting
dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring
tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham,
pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Menurut Azadi dan Mohammadi (2014), pemilik institusional memiliki
sebagian besar saham perusahaan. Mengenai pemisahan kepemilikan dari
manajemen dalam perusahaan, peran penting dari pemilik ini dalam
mengendalikan dan memantau pengelolaan perusahaan menjadi lebih
menonjol. Oleh karena itu, biaya audit merupakan masalah penting baik bagi
manajer dan auditor independen, sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari hubungan antara kepemilikan institusional dan fee audit.
4. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan
intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal
sehingga meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Antonia, 2008 dalam
Pambudi 2013).
25
Menurut Vojtech (2012:6)
“Earning management (EM) involves any combination of these tatics with the purpose of achieving an earning target. Given managerial incentives, the earning target is the one that maximizes the combined value of such things as bonuses, stock options, and share holdings” Dari kalimat tersebut manejemen laba mengggabungkan beberapa
kombinasi titik dengan tujuan mencapai target laba. Memberikan insentif
kepada pihak manajemen, target laba merupakan salah satu yang
memaksimalkan kombinasi nilai dari beberapa hal seperti bonus, pemilihan
saham dan pemegang saham.
Scott (2006) dalam Kustinah (2011) mendefinisi manajemen laba sebagai
berikut:
“Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP),it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm.”
Dari definisi di atas, maka manajemen laba merupakan pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara
alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar
perusahaan. Manajemen laba terjadi karena terdapat sejumlah motivasi yang
mendorong para manajer untuk memanipulasi laba yang dilaporkan. Empat
alasan yang mendasari manajemen laba menurut Stice dan Skousen (2009)
dalam Kustinah (2011), adalah: 1) memenuhi target internal; 2) memenuhi
harapan eksternal; 3) meratakan atau memuluskan laba (income smoothing);
4) mempercantik laporan keuangan (window dressing) untuk keperluan
26
Penjualan Saham Perdana (initial public offering - IPO) atau untuk
memperoleh pinjaman dari bank.
Menurut Scott (2000) dalam Meta (2010) Beberapa hal yang
memotivasi seorang manajer untuk melakukan manajemen laba antara lain (1)
bonus scheme, (2) debt covenant, (3) political motivation, (4) taxation
motivation, (5) pergantian CEO, dan (6) initial public offering.
1. Alasan bonus (bonus scheme)
Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan
menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk
memaksimalkan bonus mereka.
2. Kontrak utang jangka panjang (debt covenant)
Semakin dekat perusahaan kepada kreditur, maka manajemen akan
cenderung memilih prosedur yang dapat “memindahkan” laba periode
mendatang ke periode berjalan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan dalam pelunasan utang.
3. Motivasi politik (political motivation)
Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan
cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya
dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama
periode dengan tingkat kemakmuran yang tinggi.
27
4. Motivasi pajak (taxation motivation)
Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan
rekayasa laba adalah untuk meminimalkan pajak atau total pajak yang harus
dibayarkan perusahaan. manajer akan membayar pajak serendah
mungkindengan cara meminimalkan laba. Dengan begitu, perusahaan dapat
mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
5. Pergantian CEO (change of chief executive officer)
Banyak motivasi yang muncul saat terjadi pergantian CEO. Salah
satunya adalah pemaksimalan laba untuk meningkatkan bonus pada saat
CEO mendekati masa pensiun. Pada sisi yang berbeda, CEO juga berusaha
meningkatkan kinerjanya untuk menghindari pergantian CEO oleh pemilik
perusahaan dengan cara meningkatkan laba jika penilaian kinerja
berdasarkan laba. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan
diberikan bonus (reward) , sedangkan manajer yang kinerjanya kurang baik
akan diganti oleh pemilik perusahaan (punishment).
6. IPO (initial public offering)
Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan harga pasar, sehingga
terdapat masalah bagaimana menetapkan nilai saham yang ditawarkan. Oleh
karena itu, informasi laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada
calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan
yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk
memperoleh harga lebih tinggi atas saham yang akan dijualnya.
28
Penjelasan berikutnya, Beneish (2001) dalam Pambudi (2013)
menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan
keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-
transaksi yang mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk
menyesatkan para stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan,
serta mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka
akuntansi yang dilaporkan.
Manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pengungkapan
informasi tambahan dalam laporan keuangan. Akan tetapi, peningkatan
pengungkapan laporan keuangan akan mengurangi asimetri informasi
sehingga peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba menjadi
semakin kecil. Perusahaan yang melakukan manajemen laba akan
mengungkapkan lebih sedikit informasi dalam laporan keuangan agar
tindakannya tidak dapat terdeteksi. Manajemen laba muncul sebagai dampak
masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan
antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent).
Menurut Salno dan Baridwan (2008) dalam Ningsaptiti (2010) pihak prinsipal
termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain
dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
29
Menurut Cameghem (2009) dalam Pambudi (2013) perusahaan dengan
tingkat manajemen laba yang tinggi lebih cenderung untuk membayar audit
fees yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat
manajemen laba yang rendah.
4. Tipe Auditor
Menurut Halim (2008) tipe auditor yang ditugaskan untuk mengaudit
tindakan ekonomi atau kejadian untuk entitas individual atau entitas hukum
pada umumnya diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu:
1. Auditor Internal
Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka
melakukan audit. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen
dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor internal
terutama berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan.
Meskipun demikian pekerjaan audit internal dapat mendukung audit
laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen. Para auditor
internal kebanyakan adalah pemegang sertifikat Certified Internal Audit
(CIA), yang beberapa diantaranya juga bersertifikat Certified Public
Accountant (CPA).
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintah
yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban
30
keuangan dari berbagai unit organisasi dalam pemerintahan. Auditing ini
dilaksanakan oleh auditor pemerintah yang bekerja di BPKP (badan
pengawas keuangan dan pembangunan) dan BPK (badan pemeriksa
keuangan). Auditor pemerintah juga bekerja di Direktorat Jendral Pajak,
tugasnya adalah memmeriksa pertanggungjawaban keuangan para wajib
pajak baik perseorangan maupun yang berbentuk organisasi kepada
pemerintah.
3. Auditor Independen (Akuntan Publik)
Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota kantor
akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien.
Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi
nirlaba, badan pemerintah maupun individu perseorangan. Auditor
independen juga menjual jasa lain berupa konsultasi pajak, konsultasi
manajemen, penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan,
serta jasa-jasa lainnya. Auditor independen bekerja dan memperoleh
penghasilan yang berupa fee per jam kerja dan auditor independen harus
independen terhadap klien pada saat melakukan audit maupun saat
pelaporan hasil audit. Auditor independen menjalankan tugas dibawah suatu
kantor akuntan publik. Disamping ketiga jenis auditor tersebut, sering juga
dikenal istilah akuntan pendidik yang merupakan ahli-ahli akuntansi yang
menjadi pengajar akuntansi terutama di suatu fakultas ekonomi jurusan
akuntansi.
31
Definisi audit menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts)
yaitu:
“Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-aseri tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.”
Menurut Kell dan Boynton (2008), salah satu tipe audit adalah audit
laporan keuangan yang mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti
mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan
pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria
yang ditentukan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). Audit
laporan keuangan ini biasanya dilakukan oleh seorang eksternal auditor.
Arens et.al (2003) dalam Suharli dan Nurlaelah (2008) mengemukakan ada
empat jenis auditor yang umum dikenal masyarakat yaitu (1) certified public
accounting firms (akuntan publik), (2) general accounting office auditors
(akuntan pemerintah), (3) internal revenue agent (akuntan pajak), dan (4)
internal uditors (auditor internal).
Certified accounting public firms (akuntan publik) disebut juga auditor
eksternal atau auditor independen. Akuntan ini bertanggung jawab atas
pemeriksaan atau pengauditan laporan keuangan organisasi yang dipublikasikan
dan memberikan opini atas informasi yang diauditnya. General accounting
office auditors (akuntan pemerintah) yang dilaksanakan oleh auditor
32
pemerintah sebagai karyawan pemerintah. Audit ini mencakup audit laporan
keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. Sedangkan internal revenue
agent (akuntan pajak) mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanan pada
pembayaran pajak oleh wajib pajak lingkup pekerjaannya adalah memeriksa
apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya sesuai dengan prosedur
dan hukum yang berlaku, dan internal auditors (auditor internal) bertanggung
jawab pada manajemen perusahaan. Tujuannya adalah audit terhadap setiap
perusahaan berbagai dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk
menilai efisiensi dan efektifitas kegiatan. Pada akhir kegiatan biasanya diajukan
saran rekomendasi untuk meningkatkan kualitas operasional perusahaan. Pada
dasarnya layanan yang diberikan oleh para auditor cabang adalah sama, yang
membedakan adalah tanggung jawab dan tingkat kebebasan.
Semua yang berkaitan dengan auditor eksternal diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan
Publik. Apabila Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit
Asing (OAA) ingin mendirikan usaha di Indonesia, KAPA atau OAA
diwajibkan bekerjasama atau berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Indonesia.
Di Indonesia, terdapat pula auditor eksternal Big Four dan Non Big
Four. Menurut Nindita dan Veronica (2012), KAP di Indonesia yang berafiliasi
dengan KAPA Big Four, antara lain:
33
1. Tanudiredja, Wibisana, & Rekan berafiliasi dengan Pricewaterhouse
Coopers.
2. Purwantono, Suherman, & Surja berafiliasi dengan Ernst & Young.
3. Osman Satrio & Rekan berafiliasi dengan Delloite Touche Thomatsu.
4. Siddharta & Widjaja berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick
Goerdeler.
Nugrahani dan Sabeni (2013) menyatakan bahwa karakteristik auditor
dengan pengukuran Big 4 dan Non Big 4 berpengaruh terhadap fee audit
eksternal. Sementara, van Caneghem (2010) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa fee audit yang tinggi cenderung akan dibayarkan kepada auditor Big 4
daripada auditor Non Big 4. Jadi, perusahaan cenderung akan membayar audit
fees yang lebih tinggi kepada auditor independen yang berkualitas dengan
pengukuran Big 4 dan Non Big 4 yang bertugas untuk mengaudit laporan
keuangan perusahaan.
5. Internal Audit
Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang
dikutip oleh Boynton (2001:980) yakni:
”Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”.
34
“Internal audit adalah akitivitas independen, keyainan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menmbah nilai dan eningkatkan operasi organisasi. Internal Auidt ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemn resiko, pengendalian dan proses tata kelola.” Menurut Aryani dan Sudarno (2011) dalam melaksanakan tugas, auditor
internal memiliki kegiatan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas pengendalian intern
yang efektif dengan biaya yang minimum.
2. Menentukan sampai berapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen
puncak dipatuhi.
3. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian.
4. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai
bagian dalam perusahaan.
5. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan – kegiatan perusahaan
Standar IIA menyatakan, fungsi audit internal harus memiliki piagam
formal, disetujui oleh dewan atau komite audit, yang menjelaskan tujuan,
kewenangan, tanggung jawab, dan ruang lingkup kegiatan audit internal
(2009). Selanjutnya ketentuan mengenai pembentukan dan pedoman
penyusunan piagam unit audit internal diatur dalam peraturan Bapepam No
IX.I.7 tahun 2008 yang isinya mewajibkan setiap emiten atau perusahaan
publik untuk membentuk unit audit internal, tanggung jawab keefektifan audit
35
internal dipegang oleh komite audit. Setiap internal audit melakukan
perencanaan atau pelaporan, maka hasilnya akan dievaluasi oleh komite audit.
Selanjutnya akan dilaporkan ke dewan komisaris agar komisaris memberi
petunjuk dewan direksi untuk melakukan tindakan yang diperlukan (Aryani,
2013). Internal audit diukur berdasarkan jumlah laporan yang diserahkan
kepada komite audit, yaitu jumlah rapat komite audit dalam setahun (Hazmi
dan Sudarno, 2013).
Menurut Bapepam No. Kep-29/M/2004 pengertian komite audit sebagai
berikut: “Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris
dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya”. Ikatan Komite
Audit Indonesia (IKAI, 2013) mendefinisikan komite audit sebagai: “Suatu
komite yang bekerja dengan cara profesional dan independen yang dibentuk
oleh dewan komisaris dan dengan demikian tugasnya adalah membantu dan
memperkuat fungsi dewan komisaris (dewan pengawas) dalam menjalankan
fungsi pengawasan (oversight) atas proses laporan keuangan, manajemen
resiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari good corporate governance
di perusahaan.”
Komite audit pada prinsipnya memiliki tugas pokok dalam membantu
dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan.
Sesuai dengan Keputusan Bursa Efek Indonesia melalui Kep. Direksi BEJ
No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa: “Komite audit adalah komite
36
yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat
dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan.
6. Biaya Audit (Audit Fees)
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengeluarkan peraturan tentang
bagaimana penetapan audit fee nomor KEP.024/IAPI/VII/2008. Peraturan ini
mengatur tentang penetapan imbal jasa (fee) audit yang dibayarkan kepada
Kantor Akuntan Publik dengan membuat jumlah jam kerja setiap anggota tim
audit dan tarifnya (Herawaty, 2011).
Biaya audit umumnya disebut sebagai jasa audit, remunerasi pemeriksaan
atau biaya audit. Bahkan, biaya audit adalah jumlah kompensasi atas jasa yang
diberikan oleh klien untuk auditor independen. Jumlahnya adalah karena
beberapa faktor seperti ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang
dikenakan pada auditor. Selain itu, risiko audit juga termasuk yang dihadapi
oleh auditor, popularitas kantor akuntan publik (PAO) yang melakukan jasa
audit Dye (1991) dalam Kusharyanti (2013) .
Biaya audit adalah pendapatan atau fee yang diterima oleh auditor karena
melakukan pekerjaan mereka yang berkaitan dengan profesi mereka.
Penelitian fee pertama kali dipelajari oleh Simunic (1980), dia membuat
37
sebuah penelitian yang menyatakan bahwa audit fee ditentukan oleh beberapa
faktor seperti ukuran perusahaan yang akan diaudit, risiko audit, dan
kompleksitas audit. Penelitian ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk
melihat fenomena seputar jasa audit.
Audit fee merupakan hal yang tidak kalah pentingnya didalam penerimaan
penugasan. Auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang
memadai. Oleh sebab itu penentuan audit fee perlu disepakati antara klien
dengan dengan auditor. Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan
audi feet. Cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Per diem basis
Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan
oleh tim auditor. Hal pertama yaitu menentukan fee per jam, kemudian
dikalikan dengan jumlah waktu/jam yang dihabiskan oleh tim auditor.
Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat berbeda-beda.
b. Flat atau Kontrak Basis
Pada cara ini fee audit didhitung sekaligus secara borongan tanpa
memperhatikan waktu audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan
terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian.
c. Maksimum Fee Basis
Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali
tentukan tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu
38
tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak
mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam/waktu kerja.
Selanjutnya banyak faktor yang menentukan besarnya fee audit. Namun
demikian pada dasarnya ada 4 faktor dominan yang menentukan besarnya fee
The Relationship between ownership sructure and audit fee in companies listed in Tehran Stock Exchange
Variabel ownership struktur dan audit fee.
Tahun penelitian dan objek penelitian.
Kepemilikan manajerial berpengatuh signifikan terhadap audit fee. Sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap audit fee.
2. Chintya Paramitha Septyarini Putri dan Imade Karya Putra (2014)
Pengaruh Independensi Dewan Komisaris, Fungsi Internal Audit, dan Praktik Manajemen Laba terhadap Fee Audit
Variabel Fungsi Internal Audit, Praktik Manajemen Laba dan Fee Audit
Tahun penelitian dan proksi fungsi internal audit.
Independensi komisaris dan ptaktik manajemen laba tidak berpengaruh terhadap fee audit. Sedangkan Fungsi internal audit berpengaruh terhadap fee audit.
3. Kusharyanti (2013)
Analysis Of The Factors Determining The Audit Fee
Variabel audit fee didapat dari professional fee yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan.
Hal yang berpengaruh terhadap fee audit lainnya yaitu atribut klien dan tenur audit.
Klien Atribut berpengaruh positif terhadap Audit Fee. Auditor atribut berpengaruh terhadap fee auditor yaitu ukuran KAP, sedangkan tenur auditor dan audit khusus tidak berpengaruh terhadap audit fee.
Lanjutan
41
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Azrul Ihsan Husnin et al. (2013)
Corporate Governance Structure and Its Relationship with Audit Fee- Evidence from Malaysian Listed Companies
Variabel fee audit dan konsentrasi kepemilikan perusahaan
Tahun penelitian, objek penelitian dari MCCG (Malaysia Code of Corporate Governance)
Konsentrasi kepemilikan dan koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap audit fee.
5. Javad Moradi, Hashem Valipour dan Zahra Pahlavan (2012)
Earnings Management, Board Independence And Audit Fees Considering The Firm's Profitability.
Variabel earning management dan audit fees
Tahun penelitian dan proksi dari manajemen laba menggunakan model Jones yang dimodifikasi oleh Francis et al. (2002)
Ada pengaruh yang positif antara manajemen laba dan audit fee. Sedangkan, board of independence tidak memiliki pengaruh dan berhubungan negatif terhadap audit fee. Profitabilitas yang lebih tinggi juga akan semakin tinggi audit fee juga.
6. Netty Herawaty (2011)
Pengaruh Pengendalian Intern dan Lamanya Waktu Audit Terhadap Audit Fee
Variabel fee audit dan pengendalian intern
Tahun penelitian, penelitian untuk mengetahui fee audit dilakukan dengan survey (primer)
Secara simultan Pengendalian Intern dan Lamanya Waktu Audit memiliki pengaruh positif terhadap fee audit.
7. Michell Suharli dan Nurlaelah (2008)
Konsentari Auditor dan Penetapan Fee Audit : Investigasi Pada BUMN
Variabel konsentrasi auditor dan Penetapan Fee Audit
Tahun penelitian dan objek menggunakan perusahaan BUMN
Rasio konsentrasi, ukuran perusahaan auditee mempunyai hubungan yang signifikan sedangkan ukuran KAP dan jumlah anak perusahaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap audit fee.
42
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan dalam gambar berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bersambung ke halaman selanjutnya
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Manajemen Laba, Tipe Auditor dan Internal Audit Terhadap
Audit Fees
Adanya Kasus Penipuan Akuntansi (Manajemen Laba)
Dikeluarkannya Peraturan dari IAPI KEP.024/IAPI/VII/2008 Tentang Penentuan Fee Audit
Variabel Independen Variabel Dependen
Basis Teori : Agency Theory
Ukuran Perusahaan (X1)
Manajemen Laba (X3)
Internal Auditor (X5)
Kepemilikan Institusional (X2)
Tipe Auditor (X4)
Audit Fees (Y)
43
Gambar 2.2 (Lanjutan)
D. Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel dependen
dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Fees
Menurut Nugrahani dan Sabeni (2013), ukuran perusahaan yang besar
dengan jumlah asset (kekayaan) yang tinggi membuat proses audit yang
dilakukan oleh auditor eksternal akan semakin rumit. Hal tersebut akan
mengakibatkan peningkatan besar fee audit yang dibebankan pada perusahaan.
Model inilah kemudian yang dijadikan acuan untuk melihat fenomena diseputar
penawaran jasa audit. Penentuan ukuran perusahaan diukur berdasarkan total
aset yang dimiliki oleh perusahaan, Kusharyanti (2013) menyatakan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap fee audit. Maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Metode Analisis: Regresi Berganda
44
Ha1 = Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit fees.
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Audit Fees
Ghosh (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa biaya audit yang
dibayarkan oleh perusahaan BUMN lebih rendah jika dibandingkan dengan
biaya audit yang dibayarkan oleh perusahaan swasta. Esmaeili et. al (2014),
menyatakan tidak ada hubungan antara kepemilikan institusional dengan biaya
audit yang dibayarkan. Kepemilikan institusional didapat dari jumlah total
saham milik institusional dibagi dengan total jumlah saham perusahaan yang
beredar. Pemilik institusional memiliki sebagian besar saham perusahaan.
Mengenai pemisahan kepemilikan dari manajemen dalam perusahaan, peran
penting dari pemilik ini dalam mengendalikan dan memantau pengelolaan
perusahaan menjadi lebih menonjol. Oleh karena itu, biaya audit merupakan
masalah penting baik bagi manajer dan auditor independen, sehingga penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara kepemilikan institusional dan
audit fees. Jadi, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit fees yang
dibayarkan.
Ha2 = Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap audit fees.
3. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Audit Fees
Manajemen laba cenderung digunakan oleh perusahaan salah satunya guna
menghindari pajak yang besar. Perusahaan dengan tingkat manajemen laba
yang tinggi lebih cenderung untuk membayar audit fees yang lebih besar
45
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat manajemen laba yang
rendah (van Cameghem, 2009). Perusahaan membayar audit fees lebih tinggi
karena jasa auditor dalam mengaudit laporan keuangan yang digunakan sebagai
alat monitor bagi stakeholders. Moradi et al (2012) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap audit fees. Jadi
audit fees cenderung akan dibayar lebih tinggi ketika terjadi manajemen laba
dalam suatu perusahaan.
Ha3 = Manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap audit fees.
4. Pengaruh Tipe Auditor terhadap Audit Fees.
Suharli dan Nurlaelah (2008) menyimpulkan bahwa kantor akuntan publik
yang lebih besar dapat diartikan bahwa kualitas audit yang dihasilkanpun lebih
baik dibandingkan dengan kantor akuntan kecil, dengan kata lain perusahaan
akan membayar audit fee lebih tinggi kepada kantor akuntan publik yang lebih
besar karena kantor akuntan publik yang lebih besar lebih memiliki reputasi
yang baik dalam opini publik.
Tipe auditor dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu KAP yang
berafiliasi dengan KAP Big Four dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP
Big Four. Kusharyanti (2013) menyimpulkan bahwa audit fees cenderung akan
dibayarkan lebih tinggi ketika perusahaan menggunakan auditor yang
berkualitas seperti auditor yang berasal dari KAP Big four. Jadi, Tipe auditor
berpengaruh signifikan terhadap audit fees.
Ha4 = Tipe auditor berpengaruh signifikan terhadap audit fees
46
5. Pengaruh Internal Audit terhadap Audit Fees.
Profesi auditor internal mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Auditor
internal bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta
menilai kebijakan dan program kebijakan manajamen yang dilaksanakan.
Berdasarkan peraturan Bapepam No IX.I.7 tahun 2008 yang isinya mewajibkan
setiap emiten atau perusahaan publik untuk membentuk unit audit internal,
tanggung jawab keefektifan audit internal dipegang oleh komite audit. Komite
audit berwenang untuk mengakses informasi atas catatan tentang karyawan,
dana, aset, serta sumber daya lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugasnya termasuk kerjasama dengan audit internal. Pelaksanaan tugas komite
audit tercermin dari koordinasi dengan dewan komisaris yang didalamnya juga
mengevaluasi tugas internal audit (Nugrahani dan Sabeni, 2013). Ketika kinerja
internal audit cukup baik dalam membantu mengevaluasi laporan keuangan,
maka dapat mengurangi kinerja auditor eksternal sehingga fee yang diterima
auditor eksternal rendah. Yasin dan Nelson (2012) menyatakan bahwa komite
audit berpengaruh signifikan terhadap fee audit. Menurut Aryani (2011) internal
audit diukur dengan menggunakan jumlah rapat komite audit dan berpengaruh
terhadap fee audit. Jadi, internal audit berpengaruh signifikan terhadap audit
fees.
Ha5 = Internal audit berpengaruh signifikan terhadap audit fees.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu
ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor dan
internal audit terhadap audit fees yang didapat dari laporan keuangan auditan
dan annual report perusahaan dengan menggunakan akun professional fees,
total aset perusahaan, prosentase kepemilikan saham institusional perusahaan,
mmanajemen laba yang didapat dari modified jones model, auditor eksternal
yang digunakan serta jumlah rapat komite audit. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 sampai dengan 2013.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling, dimana peneliti menentukan sampel sebagai objek
penelitian dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan listed (terdaftar) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 1 Januari
2010 sampai 31 Desember 2013 dan tidak delisting selama periode penelitian.
2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit beserta annual report.
48
3. Mencantumkan akun professional fee dan jumlah rapat komite audit dalam
laporan keuangannya.
4. Laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan data
sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Data diperoleh dengan
menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan laporan tahunan (annual report) beserta laporan keuangan
auditan dari www.idx.co.id. Data pendukung lainnya diperoleh dengan metode
studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang memuat pembahasan
berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kunatitatif dilakukan dengan
cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
dengan bantuan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 20.
1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan
informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji
Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat kualitas
data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang terdapat pada
mean dan standar deviasi. Apabila nilai mean lebih besar daripada standar
deviasi atau penyimpangannya maka kualitas data adalah lebih baik.
Berdasarkan tabel 4.3, hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif terhadap variabel audit fees menunjukkan nilai minimum sebesar
18,252 nilai maksimum sebesar 25,553 dengan rata-rata sebesar 21,673 dan
standar deviasi sebesar 1,696. Hal ini membuktikan bahwa audit fees memiliki
skor rata-rata 21,673 sehingga mencerminkan audit fees dibayarkan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013 sudah cukup baik.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
ukuran perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar 25,083 dan nilai
maksimum sebesar 30,942 dengan rata-rata sebesar 28,001 dan standar deviasi
sebesar 1,5455. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ukuran
perusahaan lebih besar daripada standar deviasinya. Hal ini menunjukkan
65
bahwa kualitas dari data tersebut cukup baik, mengidentifikasikan bahwa
standar error dari variabel tersebut kecil.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
kepemilikan institusional menunjukkan nilai minimum sebesar 0,085 dan nilai
maksimum sebesar 0,991 dengan rata-rata sebesar 0,719 dan standar deviasi
sebesar 0,189. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan
institusional perusahaan lebih besar daripada standar deviasinya. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas dari data tersebut cukup baik,
mengidentifikasikan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
manajemen laba menunjukkan nilai minimum sebesar -0,426 dan nilai
maksimum sebesar 0,353, dengan rata-rata sebesar 0,021 dan standar deviasi
sebesar 0,118. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata manajemen
laba kecil daripada standar deviasinya. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
dari data tersebut tidak baik, mengidentifikasikan bahwa standar error dari
variabel tersebut besar.
Variabel tipe auditor diukur dengan menggunakan skala pengukuran
nominal jika auditor yang digunakan adalah Non Big 4 diukur dengan 0 dan jika
menggunakan KAP Big Four diukur dengan 1, sebanyak 71 perusahaan
menggunakan KAP Non Big Four dan 81 perusahaan menggunakan KAP Big
Four, hasil ini menunjukkan bahwa pada tahun penelitian 2010-2013,
perusahaan manufaktur yang diteliti menggunakan lebih banyak KAP Big Four
66
dari pada KAP Non Big Four. Sedangkan untuk skala pengukuran nominal,
nilai rata-rata dan standar deviasi yang terdapat pada statistik deskriptif tidak
tepat digunakan sebagai alat analisis kualitas data, karena kode angka yang
digunakan dalam pengukuran nominal hanya berfungsi sebagai label kategori
semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa (Ghozali, 2011).
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel
internal audit menunjukkan nilai minimum sebesar 1 dan nlai maksimum
sebesar 14, dengan rata-rata sebesar 5,506 dan standar deviasi sebesar 3,474.
Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata internal audit perusahaan lebih besar
daripada standar deviasinya. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas dari data
tersebut cukup baik, mengidentifikasikan bahwa standar error dari variabel
tersebut kecil.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah
data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi
yang bias mengingat tidak semua data dapat diterapkan regresi. Uji asumsi
klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal (Ghozali, 2011). Jika terdapat normalitas, maka residual akan
terdistribusi secara normal dan independen. Model regresi yang baik
67
adalah yang memiliki ditribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
metode uji non-parametric Kolmogrov- Smirnov (K-S). Dasar
pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai
probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari
0.05 maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila
angka probabilitas di atas 0.05 maka Ha ditolak yang berarti variabel
terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Ada`pun hasil uji normalitas
dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov dapat dilihat dalam tabel 4.5.
Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S)
Asymp. Sig (2-tailed) Keterangan 0,131 Data terdistribusi normal
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.4, hasil uji Kolmogrov-Smirnov (K-S)
menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat
terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,131 dan nilainya jauh di atas α
= 0,05. Hal ini berarti Ha ditolak dan data terdistribusi secara normal,
sehingga model penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik
normalitas.
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk
68
mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian ini dengan
menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
Regresi yang terbebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF
<10 dan nilai tolerance >0.10, maka data tersebut tidak ada
multikolonieritas. Berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas pada
tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas
Model Colonierity statistic Kesimpulan Tolerance VIF
SIZE 0,498 2,009 Tidak terjadi multikolonieritas IO 0,893 1,120 Tidak terjadi multikolonieritas ML 0,969 1,032 Tidak terjadi multikolonieritas TA 0,508 1,967 Tidak terjadi multikolonieritas IA 0,866 1,155 Tidak terjadi multikolonieritas
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.5, hasil uji multikolonieritas dengan nilai VIF
berkisar antara 1,032 sampai dengan 2,009. Sedangkan nilai tolerance
berkisar antara 0,498 sampai dengan 0,969. Maka dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi
multikolonieritas.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menunjukkan hasil yang dapat mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi dalam analisis regresi. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-
69
Watson. Dari hasil pengujian autokolerasi menggunakan Durbin Watson
statistik, maka didapatkan hasil seperti yang tertera dalam tabel 4.6
berikut ini
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Durbin-Watson Keterangan 2,138 Tidak terjadi autokorelasi
Sumber: Data sekunder diolah
Pada gambar 4.1 dibawah ini merupakan hasil uji autokorelasi
Durbin-Watson dengan menggunakan jumlah sampel 152 dan jumlah
variabel independen sebaanyak 5.
Gambar 4.1 Hasil Uji Durbin-Watson
Ada Daerah Tidak ada Daerah Ada Autokorelasi Ketidakpastian Autokorelasi Ketidakpastian Autokorelasi dL dU 2,138 (4-dU) (4-dL) 1,718 1,820 2,180 2,280 Sumber: Data sekunder diolah
Setelah dilakukan analisis data, diperoleh nilai durbin-watson
sebesar 2,138. Gambar 4.1 menunjukan bahwa nilai DW berada diantara
dU dan 4-dU yaitu diantara 1,820 dan 2,180. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua model regresi terlepas dari masalah autokorelasi, yang
menunjukkan dalam model regresi tidak ada korelasi antara kesalahan
70
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali,
2011).
d. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Pada tabel 4.7 di bawah ini merupakan
uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji Glejsers. Jika probabilitas
signifikansi variabel diatas tingkat kepercayaan 5% maka, dapat
dikatakan bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas Glejser
Sig Keterangan SIZE 0,353 Tidak terjadi heterokedastisitas
IO 0,878 Tidak terjadi heterokedastisitas ML 0,533 Tidak terjadi heterokedastisitas TA 0,804 Tidak terjadi heterokedastisitas IA 0,842 Tidak terjadi heterokedastisitas
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel
independen ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,353 Variabel
kepemilikan institusional (IO) mempunyai nilai signifikansi sebesar
0,878 , variabel manajemen laba (ML) mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,533. Variabel tipe auditor nilai signifikansinya sebesar 0,804
sedangkan variabel internal audit mempunyai nilai signifikansinya
71
sebesar 0,842. Karena nilai signifikansi tersebut diatas tingkat
kepercayaan 5%, maka model regresi tidak mengandung
heterokedastisitas. Sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi audit fees berdasarkan variabel yang mempengaruhinya
yaitu, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba,
tipe auditor dan internal audit.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu
dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statatistik t, dan uji statistik
F.
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen yaitu, ukuran perusahaan,
kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal
audit, dengan variabel dependen yaitu, audit fees. Adapun hasil uji
koefisien Adjusted R Square disajikan dalam tabel 4.8 dibawah ini:
72
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Adjusted R Square 1 0,683
Sumber: Data sekunder diolah
Pada tabel 4.8, memperlihatkan Adjusted R Square sebesar 0,683.
Hal ini berarti sebesar 68,3% variabel audit fees dapat dijelaskan oleh
variabel ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba,
tipe auditor dan internal audit. Sedangkan sisanya yaitu sebesar (100% -
68,3% = 31,7%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain seperti anak
perusahaan dan proporsi dewan komisaris yang tidak termasuk dalam
analisa regresi pada penelitian ini.
Variabel lain yang mempengaruhi audit fees menurut Kusharyanti
(2013) yaitu kondisi keuangan perusahaan, semakin baik kondisi
keuangan perusahaan maka perusahaan akan membayar audit fees lebih
tinggi karena perusahaan puas dengan hasil audit yang berkualitas
dikombinasikan dengan laporan keuangan yang baik. Sedangkan menurut
Nugrahani dan Sabeni (2013), anak perusahaan yang dimiliki perusahaan
akan meningkatkan fee audit yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
mengaudit satu persatu anak perusahaan tersebut. Adanya anak
perusahaan membuat semakin kompleks proses audit yang dilakukan, hal
ini akan menyebabkan semakin banyak pula biaya audit yang dikeluarkan
73
oleh perusahaan. Hasil ini juga sejalan dengan Beams (2000) dalam
Sabeni (2013) yang menyatakan bahwa apabila perusahaan memiliki
anak perusahaan di dalam negeri, maka transaksi yang dimiliki klien
semakin rumit karena perlu membuat laporan konsolidasi, sehingga
membutuhkan biaya audit yang lebih besar.
b. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Jika
nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak
H0. Sedangkan jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha. Berikut ini adalah tabel 4.9 yang menunjukkan
Total 434,704 151 Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil uji statistik F
memiliki nilai probability sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen yaitu
74
ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe
auditor dan internal audit secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependennya yaitu audit fees.
c. Hasil Uji Statistik t (signifikansi parameter individual)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen. Tabel 4.10 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam
penelitian ini, yaitu:
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t
B Sig Kesimpulan (Constant) 0,846 0,660 - SIZE 0,698 0,000* Berpengaruh IO 1,332 0,003* Berpengaruh ML 1,586 0,018* Berpengaruh TA 0,687 0,002* Berpengaruh IA -0,012 0,631 Tidak Berpengaruh
* Signifikansi pada α 5 % Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa variabel independen
yaitu ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen audit fees (LNFEE) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000,
variabel kepemilikan institusional (IO) berpengaruh signifikan terhadap
audit fees dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003, variabel manajemen
laba (ML) berpengaruh signifikan terhadap audit fees dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,018 dan variabel tipe auditor (TA) berpengaruh
75
signifikan terhadap audit fees tingkat signifikansi sebesar 0,002 lebih
kecil dari α = 5% sedangkan, variabel internat audit tidak berpengaruh
terhadap variabel audit fees dengan tingkat signifikansi sebesar 0,631
lebih besar dari α = 5%.
Setelah melakukan uji t seperti yang tertera pada tabel 4.11, maka
persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Berganda
Model Unstandardized Coefficients B Std. Error
(Constant) 0,846 1,918 SIZE 0,698 0,071 IO 1,332 0,435 ML 1,586 0,664 TA 0,687 0,218 IA -0,012 0,024
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan hasil uji regresi di atas maka dapat diartikan bahwa
nilai konstanta sebesar 0,846 menunjukkan jika variabel independen
dianggap tidak ada maka akan terjadi peningkatan audit fees sebesar
0,846. Koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahan sebesar 0.698
menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan ukuran
perusahaan maka dapat meningkatkan variabel audit fees sebesar 0,698.
Koefisien regresi untuk variabel kepemilikan institusional sebesar 1,332
menunjukkan bahwa jika variabel kepemilikan institusional bertambah 1
76
satuan maka akan meningkatkan variabel audit fees sebesar 1,332.
Koefisien regresi untuk variabel manajemen laba sebesar 1,586
menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat
manajemen laba maka dapat meningkatkan variabel audit fees sebesar
1,586. Koefisien regresi untuk variabel tipe auditor sebesar 0,687
menunjukkan bahwa setiap perusahaan menggunakan auditor Big 4 maka
akan meningkatkan audit fees sebesar 0,687 sedangkan koefisien regresi
untuk variabel internal audit dengan proksi jumlah rapat komite audit
sebesar -0,012 menunjukkan bahwa perubahan jumlah rapat komite audit
menurunkan audit fees sebesar 0,012 jadi internal audit tidak
berpengaruh terhadap peningkatan audit fees.
C. Pembahasan
1) Pengaruh Ukuran Perusahaaan terhadap Audit Fees
Berdasarkan tabel 4.11, hasil uji hipotesis Ha1 menunjukkan bahwa
variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit fees. Tabel 4.11,
menunjukkan nilai koefisien beta yang dihasilkan adalah 0,698, dengan
tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian
hipotesis Ha1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap audit fees.
Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan sebesar 0,000 terhadap
audit fees, ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Fachriyah (2011) yang menyatakan bahwa, auditor yang melakukan
77
audit di perusahaan besar akan menghabiskan lebih banyak waktu dan
sumber daya untuk meninjau operasi klien karena perusahaan besar
terlibat dalam sejumlah besar transaksi yang tentu saja membutuhkan
waktu berjam-jam bagi auditor untuk memeriksa. Hal inilah yang
menyebabkan dan sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa pengaruh
dari ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit fees,
karena semakin besar ukuran perusahaan yang akan diaudit, maka
semakin besar juga audit fees yang dibayarkan. Penelitian yang dilakukan
oleh Kusharyanti (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan semakin
besar atau semakin kecil akan mempengaruhi audit fees yang dibayarkan.
Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan yang lainnya menurut
Hazmi dan Sudarno (2013) juga menunjukkan adanya ukuran perusahaan
terhadap audit fees yang dibayarkan, karena semakin besar ukuran
perusahaan, semakin besar pula ruang lingkup audit sehingga fee audit
yang dibayarkan semakin tinggi.
2). Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Audit Fees
Berdasarkan tabel 4.11, hasil uji hipotesis Ha2 menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit fees. Tabel
4.11, menunjukkan nilai koefisien beta yang dihasilkan adalah 1,332
dengan tingkat signifikansi 0,003 lebih kecil dari α = 0,05. Dengan
demikian hipotesis Ha2 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit fees.
78
Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit fees, hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mitra dan Husain (2007),
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit
fees, hubungan tersebut disebabkan kepemilikan saham institusional
saham dan biaya pemeriksaan dikaitkan dengan peningkatan biaya audit
yang sesuai dengan peningkatan kualitas audit, pengaruh signifikan
merupakan hasil dari kecenderungan investor institusional untuk
berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang menggunakan jasa audit
berkualitas tinggi. Kepemilikan institusional didapatkan dari total saham
yang dimiliki oleh institusi (perusahaan, asuransi, lembaga keuangan,
bank dan pemerintah) dibagi dengan total saham perusahaan yang
beredar, presentase kepemilikan institusional berkaitan dengan audit fees,
semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional membuat perusahaan
akan membayar audit fees lebih tinggi. Chiao (2012) menyatakan
kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi audit fees yang dibayarkan. Penelitian yang berlawanan
dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Azadi
dan Mohammadi (2014) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap audit fees yang dibayarkan. Sejalan juga
dengan penelitian sebelumnya Esmaeili et.al, (2014) yang mendukung
tentang kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap audit fees.
79
3). Pengaruh Manajemen Laba terhadap Audit Fees
Berdasarkan tabel 4.11, hasil uji hipotesis Ha3 menunjukkan bahwa
variabel manajemen laba berpengaruh terhadap audit fees. Tabel 4.11,
menunjukkan nilai koefisien beta yang dihasilkan adalah 1,586, dengan
tingkat signifikansi 0,018 lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian
hipotesis Ha3 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen laba
berpengaruh terhadap audit fees. Manajemen laba berpengaruh terhadap
audit fees, sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Pambudi dan Ghozali (2013) menemukan bahwa perusahaan dengan
tingkat manajemen laba yang tinggi lebih cenderung untuk membayar
audit fees yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki tingkat manajemen laba yang rendah, perusahaan membayar
audit fees lebih tinggi karena jasa auditor dalam mengaudit laporan
keuangan yang digunakan sebagai alat monitor bagi stakeholders. Moradi
et. al (2012) menyatakan manajemen laba berpengaruh terhadap audit
fees dikarenakan akrual diskresioner berhubungan dengan estimasi
akuntansi yang memiliki risiko yang melekat yang tinggi, dengan
demikian, biaya audit meningkat oleh karena itu, manajemen laba yang
tinggi akan meningkatkan biaya audit. Hasil penelitian yang sesuai
lainnya dilakukan oleh Ghosh (2011) bahwa perusahaan dengan tingkat
manajemen laba yang tinggi cenderung untuk membayar audit fees yang
lebih tinggi pula. Penelitian yang berlawanan dengan hasil penelitian ini
80
yaitu Immanuel dan Yuyetta (2014) menyatakan bahwa manajemen laba
tidak berpengaruh terhadap audit fees, dengan semakin tingginya
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit fees yang dibayarkan, manajemen melakukan
manajemen laba hanya untuk kepentingan sebagai agency saja, agar
komposisi laba dalam laporan keuangan baik. Penelitian yang berlawanan
dengan hasil penelitian ini yaitu Putri dan Utama (2014) manajemen laba
tidak berpengaruh terhadap fee audit, hasil ini menunjukkan bahwa
praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan masih tetap
berada pada jalur yang sesuai atau dengan kata lain tidak melanggar
PSAK, sehingga ada atau tidaknya praktik manajemen laba di dalam
suatu perusahaan tidak memiliki hubungan besar kecilnya fee audit yang
diberikan kepada auditor eksternal.
4). Pengaruh Tipe Auditor terhadap Audit Fees
Berdasarkan tabel 4.11, hasil uji hipotesis Ha4 menunjukkan bahwa
variabel manajemen laba berpengaruh terhadap audit fees. Tabel 4.11,
menunjukkan nilai koefisien beta yang dihasilkan adalah 0,687, dengan
tingkat signifikansi 0,002 lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian
hipotesis Ha4 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa tipe auditor
berpengaruh terhadap audit fees.
Tipe auditor berpengaruh terhadap audit fees, sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusharyanti (2013) ukuran
81
dari KAP dengan proksi Big4 dan Non Big4 berpengaruh terhadap audit
fees. Ketika perusahaan menggunakan tipe auditor Big4 maupun Non
Big4, maka audit fees yang dibayarkan juga berbeda. Semakin tinggi
kulitas dari tipe auditor yang dipilih untuk mengaudit, maka semakin
tinggi pula audit fees yang dibayarkan. Menurut Hazmi dan Sudarno
(2013), salah satu faktor yang mempengaruhi fee audit yaitu auditor yang
digunakan, perusahaan yang menggunakan auditor Big 4 cenderung akan
membayar fee audit yang lebih tinggi.
5). Pengaruh Internal Audit terhadap Audit Fees
Berdasarkan tabel 4.11, hasil uji hipotesis Ha5 menunjukkan bahwa
variabel internal audit tidak berpengaruh terhadap audit fees. Tabel 4.11,
menunjukkan nilai koefisien beta yang dihasilkan adalah -0,012 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,631 lebih besar dari α = 0,05. Dengan
demikian hipotesis Ha5 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa internal
audit tidak berpengaruh terhadap audit fees. Internal audit tidak
berpengaruh terhadap audit fees, hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nugrahani dan Sabeni (2013) bahwa
semakin sering komite audit melakukan pertemuan akan membuat fee
audit yang dibebankan semakin rendah. Intensitas pertemuan komite
audit yang tinggi diharapkan dapat membuat pelaporan keuangan
perusahaan semakin baik sehingga mengurangi kerja auditor eksternal
dan berakibat pada fee audit yang rendah. Wibowo dan Rohman (2013)
82
juga menyatakan internal audit tidak berpengaruh terhadap audit fees, ini
dikarenakan keberadaan fungsi audit internal tidak berpengaruh terhadap
fee audit eksternal. Hal tersebut disebabkan perusahaan-perusahaan go
public telah memiliki fungsi internal audit sebagai persyaratan bagi
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga
tidak terdapat variasi dan menyebabkan fungsi internal audit berpengaruh
terhadap fee audit eksternal. Penelitian yang berlawanan dengan hasil
penelitian ini adalah Hazmi dan Sudarno (2013) yaitu jumlah rapat
komite audit berpengaruh terhadap audit fees yang membuktikan bahwa
semakin sering komite audit melakukan pertemuan sebagai wujud dari
komitmen terhadap perusahaan yang tinggi akan membuat kondisi
internal yang baik dan akan memiliki tuntutan terhadap kualitas audit
eksternal yang lebih baik pula, sehingga berani membayar fee audit yang
lebih tinggi.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan
institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit terhadap audit fees
pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2010-2013. Data sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 152 pengamatan. Analisis yang dilakukan menggunakan uji regresi
berganda dengan program IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS)
versi 20. Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda, dan pembahasan pada
bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit fees. Hasil yang sama juga
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani dan Sabeni
(2013) serta penelitian dari Kusharyanti (2013).
2. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap audit fees. Hasil penelitian
yang sama juga dilakukan oleh Mitra dan Sanu (2007) dan Kasgari et.al
(2014) yang menyatakan bahwa presentasi kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh terhadap audit fees.
3. Manajemen laba berpengaruh terhadap audit fees. Hasil peneilitian tentang
pengaruh manajemen laba terhadap audit fees dilakukan oleh Pambudi dan
84
Ghozali (2013) serta Moradi et. al (2012) yang menyatakan bahwa
manajemen laba berpengaruh terhadap audit fees.
4. Tipe auditor berpengaruh terhadap audit fees. Hasil ini sama seperti
penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani dan Sabeni (2013) serta penelitian
oleh Kusharyanti (2013) yang menyatakan bahwa tipe atau karakteristik
auditor yang digunakan mempengaruhi audit fees.
5. Internal audit tidak berpengaruh berpengaruh terhadap audit fees. Hasil
penelitian yang sama dari Wibowo dan Rohman (2013) serta Nugrahani dan
Sabeni (2013) yang menyatakan bahwa internal audit tidak berpengaruh
terhadap audit fees yang dibayarkan. Hasil penelitian ini berlawanan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hazmi dan Sudarno (2013) yang menyatakan
bahwa internal audit berpengaruh terhadap audit fees yang dibayarkan.
B. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian
yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa
hal diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperoleh data perusahaan
yang mencantumkan akun biaya audit (audit fees) dalam laporan keuangannya
selama periode penelitian, sehingga akan mendapatkan hasil dan kesimpulan
yang lebih akurat.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang atau memperluas
periode penelitian sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian dan
85
kesimpulan yang lebih akurat yang menggambarkan pengaruh ukuran
perusahaan, kepemilikan manajerial, manajemen laba, tipe auditor dan
internal audit tehadap audit fees..
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti perusahaan sektor lain selain
sektor manufaktur atau seluruh perusahaan sebagai objek penelitian. Dengan
demikian dapat diketahui pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan
manajerial, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit tehadap audit fees
dari masing-masing sektor yang ada serta dari semua industri secara
keseluruhan.
4. Penelitian selanjutnya bisa menambahkan variabel lain seperti anak
perusahaan, proporsi dewan komisaris perusahaan.
86
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Nuralifmida Ayu dan Kurniasih, Lulus. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance.” Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 8, No. 2, Mei 2012, hal 95-189. 2012.
Arens, Alvin. A., Randal J Elder dan Mark S. Beasley. Jasa Audit dan Assurance
Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia), Salemba Empat, Jakarta, 2011. Aryani, Ika Kurnia dan Sudarno. “Pengaruh Internal Audit Terhadap Audit Fee
Dengan Penerapan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening”, Universitas Diponegoro, 2011.
Azadi, Zara Mohammad and Mohammadi, Esfandyar. “Investigating The
Relationship Between Institutional Ownership and Audit Fees”, International Journal Of Empirical Finance, 2013.
Beiner et al. “Is Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism?”,
International Review for Social Science, vol. 57, issue 3, pages 327-356, 2004. Caneghem, Tom Van, “Audit pricing and the Big4 fee premium: evidence from
Belgium”, Managerial Auditing Journal, vol. 25, issue 2, pages 122-139, 2010. Chiao, Chi Ying, ”Board of Director Characteristics and Audit Fees: Does
Concentrated Board Ownership Matter?”, The Journal of American Academy of Business, Vol. 17, Num. 2 , March 2012.
Ding et al, “Private vs State Ownership and Earnings Management: evidence from
Chinese listed companies” Corporate Governance: An International Review,Volume 15, Issue 2, pages 223–238, 2007.
Esmaeili, Reza et al. “The Relationship Between Ownership Structure and Audit Fee
in Companies Listed in Tehran Stock Exchange”, Journal Of ISSN, 2014. Fachriyah, Nurul. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Fee Audit oleh
KAP di Malang”, Tesis Universitas Brawijaya, Malang, 2011. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Edisi 5,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
87
Gideon SB Boediono. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Ghosh, Saibal "Firm Ownership Type, Earnings Management And Auditor
Relationship Evidence From India", Managerial Auditing Journal, 2011. Gultom, Endang Triyani dan Diyanty, Vera. “Manajemen Laba Melalui Aktivitas
Real dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Relevansi Laba”, SNA 16, 2013. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Halim, Abdul.”Auditing : Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan Jilid 1”, Edisi 4,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2008. Hay, David et al, “Evidence on the Impact of Internal Control and Corporate
Governance on Audit Fees”, International Journal of Auditing, 2008. Hazmi, Mohammad Al dan Sudarno. “Pengaruh Struktur Governance dan Internal
Audit Terhadap Fee Audit Eksternal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI”, Diponegoro Journal of Accounting, Universitas Diponegoro, 2013.
Husnin, Azrul Ihsan et al. “Corporate Governance Structure and Its Relationship
with Audit Fee-Evidence from Malaysian Public Listed Companies”, Asian Social Science, 2013.
Immanuel, Raymond and Yuyetta, Etna Nur Afri. “ Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penetapan Audit Fees”, Journal of Accounting, Undip, 2014. Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics 3. hal. 305-360, 1976.
Jemada1, Maria V dan Yaniartha, P. D’yan S. “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu,
Kompleksitas Tugas dan Reputasi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntansi Publik (KAP) Di Bali”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Hal.132-146, 2013.
Kasgari, Ahmad Ahmadpour et. al. “Investigating the Relationship between Audit
Fees and the Nature of Controlling the Shareholders (Ownership Structure) of Listed Companies in Tehran Stock Exchange”, International Research Journal of Management Sciences, Vol. 2 (5), page 151-155, 2014.
88
Kusharyanti. “Analysis Of The Factor Determining The Audit Fees”, Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura Accreditation, 2013.
Kustinah, Siti. “Model Pendeteksian Manajemen Laba dan Pengaruhnya terhadap
Kapital Aset: Survei pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI”, The Journal of Accounting and Finance, Volume 16 Nomor 2, Juli-Desember 2011.
Lai, Yung-Yu and Chang, Fu-Hsing. “Audit Premium, Brand Name Reputation, and
Industrial Specialist : An Empirical Study of Private Universities and Colleges in Taiwan”, Asian Journal of Finance & Accounting, 2013.
Mitra, Santanu et al. “The Empirical Relationship Between Ownership Characteristic
And Audit Fees”, Rev Quant Finance Acc, 2007. Moradi, Javad et al. “Earnings Management, Board Independence And Audit Fees
Considering The Firm’s Profitability Level”, Asian Economic and Financial Review Vol. 2 No. 2, 2012.
Nindita, Chairunissa dan Siregar, Sylvia Veronica. ”Analisis Pengaruh Ukuran
Kantor Akuntan Publik TerhadapKualitas Audit di Indonesia”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 14, No. 2, Hal. 91-104, November 2012.
Nugrahani, Nadia Rizki dan Sabeni, Arifin. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penetapan Fee Audit Eksternal Pada Perusahaan yang Terdapaftar di BEI”, Journal Of Accounting Diponegoro, Volume 2, Nomor 2, Halaman 1-11, 2013.
Peraturan Bapepam No. Kep-29/M/2004 Tentang Komite Audit. Peraturan Bapepam No IX.I.7 tahun 2008 Tentang Unit Audit Internal. Pambudi, Tirta Luhur dan Ghozali, Imam. “Pengaruh Kepemilikan Perusahaan dan
Manajemen Laba Terhadap Tipe Auditor dan Audit Fees Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Universitas Diponegoro, 2013.
Purwandari, Arum dan Purwanto, Agus. ”Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Struktur
Kepemilikan dan Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, Nomor 2 Halaman 1-10, Universitas Diponegoro, 2012.
Putri, C.P.S. dan Putra, Imade Karya. “Pengaruh Independensi Dewan Komisaris,
Fungsi Internal Audit, dan Praktik Manajemen Laba terhadap Fee Audit” Universitas Udayana, 2014.
89
Rohman, Abdul dan Wibowo dan Reza. “Pengaruh Governance Structure dan Fungsi Internal Control Terhadap Fee Audit Eksternal Pada Perusahaan Publik Di Indonesia”, Diponegoro Journal Of Accounting Vol 2, No 1, 2013.
Simunic, Dan A. “The Pricing of Audit Services: Theory and Evidence” Journal of
Accounting Research, Vol. 18, No. 1, pp. 161-190, 1980. Singh, Harjinder, Rick Newby. ”Internal audit and audit fees: further evidence”,
Managerial Auditing Journal, Vol. 25, No. 4, pp. 309-327, 2010. Suharli, Michelle dan Nurlaelah. “Konsentrasi Auditor Dan Penetapan Fee Audit :
Deviden dan Kebijakan Hutang Analisis Terhadap Nilai Perusahaan”, Accounting Analysis Journal, 2012.
Sulistiyanto, “Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris”, Grasindo, Jakarta, 2008. Surat Keputusan Ketua Umum IAPI No. Kep. 024/IAPI/VII/2008 Tentang Kebijakan
Penentuan Fee Audit. Suyanti, Anggraheni Niken, Rahmawaty dan Y. Anni Aryani. “Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2010.
Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik. Vojtech, Cindy. M, “The Relationship Between Information Asymmetry and Dividend
Policy”, Finance and Economic Discussion Series Divisions of Research & Statistic and Monetary Affairs Federal Reserve Board, Washington, 2012.
Widiasari, Esti dan Prabowo. ” Pengaruh Pengendalian Internal Perusahaan dan
Struktur Corporate Governance Terhadap Fee Audit”, Ejournal Undip, 2009. Yassin, Fatimah Mat dan Nelson,Sherliza Puat.“Audit Committee and Internal Audit
: Implications On Audit Quality”, IJEMA, 2012. www.idx.co.id