PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 – 2010 RIFKA KUSUMAWARDANI 109084000012 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Pendahuluan Perekonomian suatu daerah sangat tergantung dari sumber daya alam dan faktor produksi yang dimilikinya. Hal itu berarti besarnya PDRB atau perekonomian di suatu daerah kabupaten/kota terbentuk dari berbagai macam aktivitas atau kegiatan ekonomi yang timbul di daerah tersebut. PDRB sebagai suatu indikator yang berperan penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan juga dapat dijadikan suatu ukuran untuk menentukan arah pembangunan suatu daerah di masa yang akan datang. 1.1 Pertumbuhan ekonomi/PDRB jawa barat Secara makro pertumbuhan perekonomian Jawa Barat mulai menggeliat dan membaik. Meski diakui terjangan krisis ekonomi global masih terasa, namun secara perlahan dan terukur kondisi diharapkan merangkak naik. Berdasarkan pantauan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat beberapa perkembangan indikator makro pembangunan Jawa Barat ditunjukan dengan sejumlah indikator, antara lain; Indeks Pembangunan Manusia (IPM), jumlah penduduk, laju pertumbuhan ekonomi (LPE), prosentase penduduk miskin, dan prosentase pengangguran. Berdasarkan hasil perhitungan Bappeda Provinsi Jawa Barat, IPM Jawa Barat pada Tahun 2009 mencapai angka 71,64 naik sebesar 0,52 poin dibandingkan tahun 2008 yang mencapai angka 71,12. Capaian IPM Jawa Barat pada kurun waktu 2006-2008 menunjukan peningkatan signifikan. Pada tahun 2006 capaian IPM berada pada poin 70,32, meningkat menjadi 70,71 pada tahun 2007. Posisi ini meningkat di tahun 2008 menjadi 71,12. “Peningkatan IPM ini sebagai dampak dari meningkatnya komponen penyusun IPM. Pada tahun 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 – 2010
RIFKA KUSUMAWARDANI
109084000012
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Pendahuluan
Perekonomian suatu daerah sangat tergantung dari sumber daya alam dan
faktor produksi yang dimilikinya. Hal itu berarti besarnya PDRB atau
perekonomian di suatu daerah kabupaten/kota terbentuk dari berbagai macam
aktivitas atau kegiatan ekonomi yang timbul di daerah tersebut. PDRB sebagai
suatu indikator yang berperan penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan
yang telah dicapai dan juga dapat dijadikan suatu ukuran untuk menentukan arah
pembangunan suatu daerah di masa yang akan datang.
1.1 Pertumbuhan ekonomi/PDRB jawa barat
Secara makro pertumbuhan perekonomian Jawa Barat mulai menggeliat
dan membaik. Meski diakui terjangan krisis ekonomi global masih terasa,
namun secara perlahan dan terukur kondisi diharapkan merangkak naik.
Berdasarkan pantauan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Provinsi Jawa Barat beberapa perkembangan indikator makro pembangunan
Jawa Barat ditunjukan dengan sejumlah indikator, antara lain; Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), jumlah penduduk, laju pertumbuhan ekonomi
(LPE), prosentase penduduk miskin, dan prosentase pengangguran.
Berdasarkan hasil perhitungan Bappeda Provinsi Jawa Barat, IPM Jawa
Barat pada Tahun 2009 mencapai angka 71,64 naik sebesar 0,52 poin
dibandingkan tahun 2008 yang mencapai angka 71,12. Capaian IPM Jawa Barat
pada kurun waktu 2006-2008 menunjukan peningkatan signifikan. Pada tahun
2006 capaian IPM berada pada poin 70,32, meningkat menjadi 70,71 pada tahun
2007. Posisi ini meningkat di tahun 2008 menjadi 71,12. “Peningkatan IPM ini
sebagai dampak dari meningkatnya komponen penyusun IPM. Pada tahun 2010
diprediksikan IPM Jawa Barat akan meningkat lebih dari 0,5 poin, seiring
dengan meningkatnya berbagai fasilitas dan sarana pendidikan serta kesehatan
yang menjadi prioritas pembangunan di Jawa Barat,”
Jumlah Penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun
2010 mencapai 43.021.826 jiwa, dengan rata-rata laju pertumbuhan dari tahun
2000 (SP 2000) sebesar 1,89%. Dari jumlah tersebut, seks ratio penduduk Jawa
Barat sebesar 103,46% yang berarti dari 100 penduduk perempuan terdapat 103
penduduk laki-laki. Dari 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Kabupaten Bogor
memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 11,07% dari jumlah penduduk Jawa
Barat, disusul dengan Kabupaten Bandung sebesar 7,38%. Sedangkan daerah
yang memiliki penduduk terkecil adalah Kota Banjar yang hanya sebesar 0,41%
dari total penduduk Jawa Barat.
Jawa Barat masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain
ditandai oleh masih tingginya proporsi penduduk miskin. Jumlah penduduk
miskin pada tahun 2010 (data maret 2010) adalah sebesar 11,27% dari jumlah
penduduk Jawa Barat, menurun dari tahun 2009 yang mencapai angka 11,96%
(data susenas 2009). Tingkat kemiskinan ini dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan dibawah
Garis Kemiskinan.
Situasi Ketenagakerjaan di Jawa Barat mengalami sedikit perubahan
selama satu tahun terakhir. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 18,89 juta jiwa, jika dibandingkan tahun 2009 sebanyak 18,98 juta
jiwa. Ditinjau dari status wilayah, penurunan jumlah angkatan kerja terjadi
didaerah perdesaan sedangkan kondisi sebaliknya terjadi di daerah perkotaan.
Dilihat dari jenis kelamin, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki
sebanyak 102 ribu jiwa sedangkan angkatan kerja perempuan mengalami
penurunan 190 ribu jiwa.
Sementara itu Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2010
mencapai 62,38% atau menurun dibandingkan tahun 2009 yang mencapai
62,89% (data Sakernas). Penyerapan penduduk yang bekerja didominasi oleh
tiga sektor usaha, yaitu sektor pertnaian 23,40%, sektor industri 20% dan sektor
perdagtangan 24,83 persen. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
menunjukkan proporsi jumlah penduduk yang mencari pekerjaan secara aktif
terhadap jumlah seluruh angkatan kerja. Hasil Sakernas 2009-2010
menggambarkan bahwa TPT Jawa Barat tahun 2010 mencapai 10,33%,
menurun dari tahun 2009 sebesar 10,96%.
Kinerja perekonomian Jawa Barat tahun 2010 tergambarkan dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan sampai dengan
triwulan III tahun 2010, mengalami pertumbuhan sebesar 2,66 % dari triwulan
sebelumnya, yang tumbuh sebesar 1,44 %. Sementara itu jika dilihat dari laju
pertumbuhan ekonomi secara year on year-yoy ( dibandingkan dengan triwulan
III tahun 2009 ), kinerja perekonomian Jawa Barat mampu tumbuh sebesar 4,02
persen. Pada triwulan III ini, LPE seluruh sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan yang positif. Namun demikian jika dilihat secara yoy, masih ada
sektor yang mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sektor pertanian dan
pertambangan-penggalian.
Bila dilihat dari sumber pertumbuhannya, pada triwulan ini sektor industri
pengolahan memberikan andil terbesar yaitu sebesar 0,80 persen. Sedangkan
paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya
memberikan andil sebesar 0,03 persen, sektor lainnya seperti pertanian (0,17
%), LGA (0,05 %), bangunan (0,14 %), perdagangan, hotel dan restoran (0,54
%), pengangkutan dan komunikasi (0,48 %), keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan (0,17 %), dan jasa-jasa (0,27 %).
Secara umum, LPE Jawa Barat pada triwulan III tahun 2010 mengalami
peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan
meningkatnya kinerja semua sektor terutama industri pengolahan yang tumbuh
sebesar 1,89 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga mengalami hal
yang sama yaitu sebesar 2,47 persen dan sektor pertanian mengalami
pertumbuhan sebesar 1,38 persen, sedangkan pada triwulan sebelumnya tumbuh
negatif yaitu sebesar minus 16,59 persen. Hal yang sama juga dialami sektor
keuangan dalam PDRB, yaitu pertumbuhan semua sektor kecuali sub sektor
bank dan sub sektor lembaga keuangan bukan bank, pada triwulan III tahun
2010 mengalami peningkatan sebesar 2,66 persen, atau meningkat dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 1,42 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun 2010
menguat. Setelah tumbuh melambat pada laju 4,0% (yoy) pada triwulan III-
2010, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan,
yang berada pada kisaran 6-6,5%. Secara keseluruhan pertumbuhan
perekonomian Jawa Barat tahun 2010 mencapai 6,0%. Sementara itu,
perkembangan inflasi secara tahunan (yoy) sampai dengan periode Oktober
2010 mencapai 5,35%, lebih rendah dari inflasi nasional 5,67%. Inflasi yang
tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan
jadi/minuman, dan kelompok sandang masing-masing sebesar 10.65%, 6.32%,
dan 6.28%. Sedangkan inflasi yang relatif rendah, yaitu kelompok perumahan,
kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, dan kelompok transport, masing-
masing 3.17%, 2.27%, 1.86%, dan 1.45%. Secara tahunan, seluruh kota di Jawa
Barat mengalami inflasi. Secara berurutan, inflasi tertinggi dihadapi oleh kota
Bekasi diikuti oleh kota Cirebon dan Bogor masing-masing 6.42%, 5.87%, dan
5.84%.(www.jabarprov.go.id)
1.2 Pertumbuhan ekonomi/PDRB kota Bandung
Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan ekonomi adalah melalui pengukuran pencapaian indikator
makro ekonomi, yang masing-masing indikatornya terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen Indikator makro tersebut diantaranya adalah
: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE), PDRB perkapita dan tingkat inflasi.
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Kabupaten Bandung pada tahun 2008 berdasarkan
harga berlaku mencapai Rp 38,29 triliun sedangkan PDRB
berdasarkan harga konstan mencapai Rp 19,67 triliun. Pada
tahun 2009 PDRB kabupaten bandung berdasarkan harga berlaku
mengalami peningkatan menjadi Rp 40,98 triliun lalu pada tahun
2010 meningkat lagi menjadi Rp 46,09 triliun, dan PDRB
berdasarkan harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp 20,53
triliun dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi Rp
21,73 triliun.
Sektor industri pengolahan berperan paling besar bagi
PDRB Kabupaten Bandung, pada tahun 2008 yaitu sebesar 60,79 %
sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 60 % dan
pada tahun 2010 turun lagi menjadi 59,60 %. Sedangkan Sektor
lainnya yang mempunyai peranan cukup besar adalah sektor
perdagangan, hotel, restoran dan sektor pertanian, pada tahun 2008
masing-masing berperan sebesar 15,68 % dan 7,19 %. Sedangkan
pada tahun 2009 sebesar 16,56 % dan 7,36 % dan pada tahun 2010
sebesar 16,91 % dan 7,53 %.
B. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE)
LPE kabupaten bandung pada tahun 2008 mencapai 5,34%
angka ini lebih rendah 0,62 point dari tahun sebelumnya. Sedangkan
pada tahun 2009 LPE kabupaten bandung mengalami penurunan
menjadi 4,35% dan pada tahun 2010 mengalami penigkatan sebesar