i PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Vivi Luthfiyanti 1113082000027 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M
135
Embed
PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39897/1/VIVI... · pertanggungjawaban lingkungan di Indonesia dengan meninjau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Vivi Luthfiyanti
1113082000027
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Vivi Luthfiyanti
1113082000027
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Yusro Rahma, SE., M.Si.
NIP : 19800506 200801 2 016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 12 September 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Vivi Luthfiyanti
2. NIM : 1113082000027
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Tata Kelola dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan Perusahaan.
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 September 2018
1. Prof Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., QIA, BKP
NIP : 19730615 200501 1 009
Penguji I
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si
NIP : 19810731 200604 2 003 ( )
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 06 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
5. Nama : Vivi Luthfiyanti
6. NIM : 1113082000027
7. Jurusan : Akuntansi
8. Judul Skripsi : Pengaruh Tata Kelola dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan Perusahaan.
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Juni 2018
1. Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Fitri Yani Jalil, SE, M.Sc ( )
NIDN. 2004068701 Penguji Ahli
3. Yusro Rahma, SE, M.Si. ( )
NIP. 19800506 200801 2 016 Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vivi Luthfiyanti
NIM : 1113082000027
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2018
Yang Menyatakan
(Vivi Luthfiyanti)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1) Nama : Vivi Luthfiyanti
2) Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 24 Oktober 1995
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Alamat : Perum. TMN Jatisari Permai Jl. Rinjani IV,
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Supriadi , S.Pd., M.M.
2. Ibu : Eka Yunarsih, S.Pd.
3. Kakak : Dian Hidayanti
4. Adik : Ishmah Robbaniyah
5. Anak Ke : Kedua dari Tiga Bersaudara
vii
ABSTRACK
This study analyze the environmental disclosure as a form of environmental
responsibility in Indonesia with an annual report reviewing to the manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange. This study examine the
corporate governance is proxied by the number of audit committee, proportion of
the board independence commissioners, audit quality and company ownership
structure. The characteristic of the firm as measured by the variabel profitability,
liquidity and leverage. As for environmental variabel were measure using a
weighted disclosure index scores Environmental Reporting (IER).
The sampel consist of the 75 companies listed in the Indonesia Stock
Exchange (IDX) in the periode 2014-2016. The data that was used in this research
was secondary data and selected by using purposive sampling method. The
hypotheses tested by using linear regression analysis. Based on analytical results
shows that only variable number of audit committee and audit quality have
significant influence toward environmental responsibility, while variabel
proportion of the board independence commissioners, company ownership
structure, profitability, liquidity, and leverage doesn’t have significant influence
toward environmental responsibility.
Keyword: environmental responsibility, environmental disclosure, number of audit
committee, proportion of the board independence commissioners, audit quality and
company ownership structure, profitability, liquidity, leverage
viii
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengungkapan lingkungan sebagai bentuk pertanggungjawaban lingkungan di Indonesia dengan meninjau laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menguji pengaruh tata kelola perusahaan yang diukur dengan jumlah komite audit, anggota dewan komisaris, kualitas audit dan struktur kepemilikan perusahaan.
Karakteristik perusahaan yang diukur dengan profitabilitas, likuiditas dan leverage. Adapun variabel lingkungan diukur dengan menggunakan skor indeks pengungkapan tertimbang pelaporan lingkungan (IER).
Sampel penelitian ini terdiri dari 75 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode tahun 2014-2016. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dan pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahawa variabel jumlah komite audit dan kualitas audit yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban lingkungan, sedangkan variabel anggota dewan komisaris
independen, struktur kepemilikan, profitabilitas, likuiditas dan leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban lingkungan.
Kata Kunci: pertanggungjawaban lingkungan, pengungkapan lingkungan, jumlah
komite audit, anggota dewan komisaris independen, kualitas audit, struktur kepemilikan, profitabilitas, likuiditas, leverage
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat
iman dan islam serta telah mencurahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2016)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang telah memberikan suri tauladan
yang baik kepada seluruh umat manusia agar selalu berusaha sebaik-baiknya
dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Orang tua saya, M.Supriadi dan Eka Yunarsih yang selalu memberikan
semangat, motivasi serta dukungannya dengan penuh cinta dan kesabaran.
Terutama atas doa yang terus mengalir untuk saya selama masa perkuliahan
hingga akhir.
3. Dian Hidayanti dan Ishmah Robbaniyah, kakak dan adik saya yang juga
selalu ada untuk memberikan semangat dan dukungannya selama masa
perkuliahan.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal
dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Likuiditas menghalangi perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari kesempatan mendapatkan
keuntungan (Subramanyam dan John, 2010).
Likuiditas juga menunjukkan hubungan antara kas dan aset
lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan liabilitas
28
lancarnya. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai
kemampuan entitas untuk membayar semua liabilitas finansial
jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset
lancar yang tersedia (Kamil dan Herusetya, 2012). Bagi
pemegang saham perusahaan, kurangnya likuiditas dapat
meramalkan hilangnya kendali pemilik atau kerugian investasi
modal. Bagi kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas dapat
menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok
pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama sekali. Pelanggan
serta pemasok produk dan jasa perusahaan juga merasakan
masalah likuiditas jangka pendek. Implikasinya antara lain
mencakup ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kontrak
serta merusak hubungan dengan pelanggan dan pemasok penting
(Subramanyam dan John, 2010).
Sembiring (2012), Likuiditas juga terkait dengan adanya
dana yang dapat segera digunakan untuk melunasi utang.
Terdapat dua rasio yang sering digunakan untuk melihat tingkat
likuiditas suatu perusahaan yaitu rasio lancar (current ratio) dan
rasio cepat (quick ratio). Ukuran relative yang digunakan secara
umum dalam praktik adalah rasio lancar (current ratio)
(Subramanyam dan John, 2010).
1) Rasio lancar (current ratio). Rasio ini dihitung menggunakan
aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
29
2) Rasio cepat (quick ratio). Rasio ini dihitung dengan aktiva
lancar diluar persedian dibagi dengan kewajiban lancar.
Persediaan merupakan asset lancar yang paling tidak likuid
dan tidak dimasukan ke dalam rasio cepat.
c. Leverage
Rasio leverage merupakan alat ukur bagi perusahaan
seberapa besar perusahaan tersebut tergantung pada kreditur
dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman
luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang
mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian,
tingkat leverage perusahaan menggambarkan risiko keuangan
perusahaan. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas dari perusahaan dengan rasio leverage yang rendah
(Rindawati dan Nur, 2015).
Hal ini sejalan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa
perusahaan dengan tingkat rasio leverage lebih tinggi akan
mengurangi pengungkapkan informasi lingkungan yang
dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders
(Paramitha dan Rohman, 2014).
30
Menurut Aulia dan Linda (2015), Rasio leverage
menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh
perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang
dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh
perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba di
masa depan juga akan makin meningkat. Dalam mengukur rasio
leverage dapat menggunakan rasio utang terhadap total aset (debt
to total asset ratio) dan rasio utang terhadap ekuitas (debt to
equity ratio).
1) Rasio utang terhadap total asset (Debt to total asset ratio).
Rasio ini dihitung menggunakan perbandingan total kewajiban
(hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) dengan
total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun.
2) Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to equity). Rasio ini
dihitung menggunakan perbandingan total kewajiban (hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang) dengan ekuitas
pemegang saham.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihati dalam
tabel 2.1.
31
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Penelitian
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Rokhman (2017) Pengaruh Size, Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Corporate Environmental Disclosure.
Profitabilitas, dan likuiditas.
Proksi size Perusahaan.
Size, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap CED.
2. Winarsih dan Badingatus (2016)
Pengaruh Liputan Media, Kepekaan Industri dan Struktur Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungakapan Lingkungan.
Proksi tata kelola perusahaan dan pengungkapan lingkungan.
Proksi liputan media dan kepekaan industri. Analisis regresi data panel.
Kepekaan industri, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, size, dan profitabilitas berpengaruh. Liputan media, keragaman gender, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan lingkungan.
3. Ainy dan Zuni (2016)
Tata Kelola Perusahaan, Pertanggungjawaban Lingkungan, dan Kinerja Perusahaan.
Tata kelola perusahaan terbukti berpengaruh positif terhadap pertanggungjawaban lingkungan.
4. Mardiyatnolo et al. (2016)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kualitas Audit dan Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social Responsibility.
Kualitas audit dan proksi kinerja keuangan.
Kepemilikan manajerial.
Kepemilikan manajerian tidak berpengaruh. Kualitas audit dan kinerja keuangan berpengaruh terhadap CSR.
Bersambung ke halaman berikutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Penelitian
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
5. Rindawati dan Nur (2015)
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Kepemilikan Publik Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas, leverage dan kepemilikan publik.
Proksi Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas berpengaruh positif. Ukuran dan leverage perusahaan tidak berpengaruh positif. Kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap indeks pengungkapan CSR perusahaan
6. Aulia dan Linda (2015)
Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kinerja Lingkungan dan Liputan Media Terhadap Environmental Disclosure.
Profitabilitas, leverage dan environmental disclosure.
Ukuran perusahaan, kinerja lingkungan dan liputan media.
Hanya leverage yang tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure.
7. Paramitha dan Rohman (2014)
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Environmental Disclosure.
Karakteristik perusahaan dan Environmental Disclosure. Analisis regresi berganda.
Proksi tata kelola perusahaan, Proksi karakteristik perusahaan, yaitu umur dan ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan memilki pengaruh. Profitabilitas, umur perusahaan tidak berpengaruh. Leverage berpengaruh negative, terhadap enviromental disclosure.
8. Ariningtika dan Endang (2013)
Pengaruh Praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik Terhadap Pengungkapan Lingkungan Perusahaan.
Tata kelola perusahaan, Pengungkapan lingkungan perusahaan. Analisis regresi berganda.
Rapat dewan komisaris dan ukuran komite audit berpengaruh positif. Proporai dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.
Bersambung ke halaman berikutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan 9. Pratama dan
Raharja (2013) Pengaruh GCG dan Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Jumlah komite audit dan dewan komisaris independen dan pengungkapan lingkungan.
Ukuran direksi, rapat dewan komisaris dan kinerja lingkungan.
Hanya rapat dewan komisaris dan kinerja lingkungan yang berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
10. Kamil dan Haerusetya (2012).
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social Responsibility.
Provitabilitas, Likuiditas dan Leverage.
Ukuran perusahaan dan proksi Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas memiliki pengaruh, likuiditas memiliki pengaruh negative, leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.
11. Suaryana dan Febriana (2012)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Profitabilitas, leverage dan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Dewan komisaris, size, kepemilikan manajerial.
Hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
34
Isu Lingkungan Oleh Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Basis Teori: Teori Legitimasi dan Teori Keagenan
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Jumlah Komite Audit (X1)
Anggota Dewan Komisaris
Independen (X2)
Kualitas Audit (X3)
Struktur Kepemilikan (X4)
Profitabilitas (X5)
Likuiditas (X6)
Leverage (X7)
Pertanggungjawaban
Lingkungan (Y)
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian kuantitatif ini dapat digambarkan
dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Metode Ananlisis: Regresi Berganda
Analisis Data:
Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis
35
D. Hipotesis
1. Pengaruh Jumlah Komite Audit Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Komite audit sangat penting bagi pengawasan dan pengendalian
perusahaan sehingga dengan adanya komite audit pada suatu perusahaan
maka akan menambah efektifitas pengawasan termasuk praktik dan
pengungkapan lingkungan perusahaan. Ukuran komite audit yang lebih
besar diharapkan dapat menjaga kinerja dengan lebih baik. Karena
semakin besarnya ukuran komite audit akan meningkatkan fungsi
pengawasan pada komite audit terhadap pihak manajemen perusahaan.
Ainy dan Zuni (2016), Komite audit memegang peranan penting dalam
mereview proses yang terjadi dalam perusahaan, termasuk keputusan
dalam melakukan aktivitas sukarela seperti pertanggungjawaban
lingkungan atau tidak.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 pembentukan komite audit dalam suatu entitas atau
perusahaan publik wajib untuk dilakukan. Anggota komite audit diangkat
dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan komite audit paling sedikit
terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen
dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik dan diketuai oleh
komisaris independen. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut.
36
H1 : Jumlah komite audit berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
2. Pengaruh Anggota Dewan Komisaris Independen Terhadap
Pertanggungjawaban Lingkungan
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik, komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Dalam
pasal 21 dinyatakan bahwa setiap perusahaan tercatat wajib memiliki
dewan komisaris paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota dewan
komisaris dengan salah satu diantaranya adalah komisaris independen.
Dalam hal ini dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota
dewan komisaris, jumlah komisaris independen wajib paling kurang 30%
(tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris.
Dengan demikian, semakin besar proporsi dewan komisaris
independen yang dimiliki perusahaan diharapkan kinerja dewan
komisaris mampu melakukan pengawasan semakin objektif dan mampu
melindungi kepentingan perusahaan dalam hal ini mendorong
peningkatan pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. Hasil
penelitian sebelumnya, Ariningtika dan Endang (2013) juga menunjukan
hasil positif namun tidak signifikan antara dewan komisaris terhadap
pengungkapan lingkungan perusahaan. Dari uraian di atas, hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut.
37
H2 : Anggota dewan komisaris indepeden berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan.
3. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Kualitas audit menunjukan keandalan dan transparansi informasi
keuangan perusahaan. Keandalan dan transparansi informasi keuangan
dapat dilihat dari kualitas dan integritas proses audit, dan adanya komite
audit yang berfungsi melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan
perusahaan. Ainy dan Zuni (2016), Kualitas audit tidak hanya terlihat
dari pelaporan keuangan perusahaan, namun juga aktivitas sukarela
perusahaan.
Kasim et al., (2016) menyebutkan bahwa indikator-indikator yang
umumnya digunakan peneliti-peneliti untuk menilai kualitas audit seperti
ukuran auditor, biaya audit, dan reputasi auditor merupakan indikator
yang relevan dengan auditor KAP the Big Four karena mereka dikenal
dengan reputasi terbaik dan harga tertinggi mereka disamping merupakan
KAP terbesar di dunia.
Hasil penelitian sebelumnya, Mardiyatnolo et al., (2016)
menunjukan hasil yang berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Dari uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H3 : Kualitas audit berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
38
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Perusahaan yang go public dituntut untuk lebih transparan
mengungkap informasi yang memadai dan relevan dengan tujuan
menciptakan pasar modal yang efisien. Dengan proporsi saham yang
dimiliki publik lebih besar, akan berakibat pengawasan dari publik lebih
besar. Investor dari pihak diluar manajemen atau investor publik
membutuhkan perlindungan investasi yang mereka tanam, perlindungan
ini dapat berupa informasi nonkeuangan dan keuangan yang disampaikan
perusahaan melalui laporan tahunan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi saham yang dimiliki
publik maka tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan akan
semakin tinggi pula (Rindawati dan Nur, 2015).
Ketika struktur kepemilikan perusahaan tidak terkonsentrasi
(tersebar), peluang perusahaan dimiliki oleh publik dari berbagai
kalangan semakin besar, akibatnya isu terkait pertanggungjawaban pada
publik pun semakin penting. Semakin meningkatnya kepentingan pada
pertanggungjawaban publik maka kebutuhan akan terlibat pada aktivitas
sosial dan lingkungan akan semakin besar, begitu pula pada
pengungkapan aktivitas pertanggunjawaban tersebut (Ghazali dan
Chariri, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Jo dan Harjoto (2011, 2012)
menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih besar, lebih tua, dengan
39
kinerja keuangan lebih baik, dan memiliki struktur kepemilikan yang
lebih tersebar cenderung lebih melakukan pertanggungjawaban sosial.
Hasil penelitian sebelumnya, Ainy dan Zuni (2016) juga menunjukan
hubungan positif antara konsentrasi kepemilikan terhadap
pertanggungjawaban lingungan. Dari penjelasan di atas hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.
H4 : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan serta dianggap dapat
mengukur kapasitas pendapatan perusahaan juga sebagai indikator untuk
pertumbuhan, keberhasilan, dan pengendalian (Kabajeh et al., 2012). Hal
ini berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
(Rindawati dan Nur, 2015)
Profitabilitas ini sebagai salah satu varibel yang mempengaruhi
dari aktivitas pengungkapan sukarela, dengan asumsi semakin tinggi laba
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan maka perusahaan tersebut
dikatakan telah berkinerja bagus, produk yang dijual dipercaya oleh
masyarakat, sehingga perusahaan akan berupaya meningkatkan nilai
pengungkapan sukarela (Rindawati dan Nur, 2015). Alasan lainnya yaitu
40
perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi, maka manajemen
akan menunjukan kesuksesan kinerja yang dilakukannya. Hal itu
dikarena profit yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan dan
membuat manajer termotivasi untuk mengungkapkan informasi lebih
banyak salah satunya informasi terkait lingkungan (Aulia dan Linda,
2015).
Penelitian yang dilakukan olehnya menyatakan bahwa
profitabilitas perusahaan memiliki hubungan yang signifikan artinya
semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi pula
disclosure perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban entitas. Dari
penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut.
H5 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
6. Pengaruh Likuiditas Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut mampu untuk membayar kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Kondisi ini
mencerminkan keuangan perusahaan dalam keadaan baik untuk dapat
meyakinkan stakeholders dengan bentuk pertanggungjawaban
lingkungan dalam laporan keuangan. Apabila likuiditas perusahaan
dianggap kurang maka akan berpengaruh terhadap pihak pemegang
saham perusahaan dan pihak kreditor. Kondisi ini dapat meramalkan
41
kerugian investasi modal dan penundaan pembayaran pinjaman kepada
kreditor.
Menurut Sembiring (2012), perusahaan yang memiliki nilai rasio
likuiditas yang tinggi cenderung melakukan melakukan pengungkapan
informasi yang lebih luas karena perusahaan ini ingin menunjukkan
kepada pihak luar bahwa perusahaan itu kredibel. Serta akan memberikan
sinyal kepada perusahaan yang lain bahwa mereka lebih baik daripada
perusahaan lain dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan sosial. Sinyal tersebut dilakukan dengan cara memberikan
informasi yang lebih luas tentang tanggungjawab sosial dan lingkungan
yang mereka lakukan (Kamil dan Herusetya, 2012). Dengan demikian
terdapat dugaan bahwa likuiditas perusahaan memiliki pengaruh
terhadap pengungkapan aktivitas pertanggungjawaban lingkungan
perusahaan. Dari penjelasan di atas, hipotesis yang dapat diajukan
sebagai berikut.
H6 : Likuiditas berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungkan.
7. Pengaruh Leverage Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Leverage mencerminkan tingkat ketergantungan perusahaan
terhadap para investor dan kreditor dalam membiayai asetnya. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi leverage artinya semakin besar porsi
pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh utang atau dapat dikatakan
bahwa sangat bergantung pada pinjaman luar, sehingga perusahaan
cenderung untuk meninggikan laba sekarang. Menurut Suhardjanto dan
42
Miranti (2009), penggunaan utang yang sangat besar oleh perusahaan
akan membuat perusahaan menyediakan informasi yang lebih banyak
untuk memenuhi tuntutan investor dan kreditor, sebab kreditor akan
selalu mengawasi dana yang dipinjamkannya kepada perusahaan.
Tujuannya adalah agar perusahaan dapat dengan mudah untuk
memperoleh pinjaman, sebab laba yang tinggi menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan yang kuat dan baik. Pelaporan laba yang tinggi,
juga diimbangi dengan pengurangan biaya, termasuk biaya untuk
pelaporan pertanggungjawaban lingkungan sehingga kinerja
keuangannya terlihat bagus.
Penelitian yang dilakukan Suharjanto dan Miranti (2009) juga
menjelaskan bahwa tingkat leverage yang tinggi maka akan semakin
besar kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian kredit. Sehingga,
perusahaan harus menyajikan laba yang lebih tinggi. Menurut Rindawati
dan Nur (2015), Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
berkewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dibanding
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Dengan demikian
terdapat dugaan bahwa leverage perusahaan memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan aktivitas pertanggungjawaban lingkungan perusahaan.
Dari penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H7 : Leverage berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variable independen,
yaitu tata kelola perusahaan dan karakteristik perusahaan terhadap variable
dependen, yaitu pertanggungjawaban lingkungan. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menerbitkan
laporan keuanngan dan laporan tanggungjawab sosial terkait lingkungan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2014 sampai dengan 2016.
Hal ini dengan mempertimbangkan bahwa jumlah perusahaan yang termasuk
dalam industri manufaktur lebih banyak dibandingkan dengan industri
lainnya yang terkait dengan isu lingkungan. Sehingga mampu mewakili
perusahaan-perusahaan dari industri lain yang terdaftar di BEI.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dari perusahaan sektor industri
manufaktur. Peneliti menggunakan metode purposive sampling dalam
memilih sampel, yaitu proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria atau
penilaian tertentu. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut:
1. Perusahaan di industri manufaktur yang terdaftar 3 tahun berturut-turut
di BEI selama tahun 2014 sampai dengan 2016;
2. Menyajikan laporan keuangannya menggunakan tahun buku yang
berakhir 31 Desember;
44
3. Menyajikan program lingkungan dalam pelaporan keuangan tahunan
perusahaan;
4. Menyajikan laporan keuangannya dalam satuan mata uang rupiah
selama periode penelitian dan tidak memiliki laba yang negatif
(mengalami kerugian);
5. Menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini secara lengkap
selama periode penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya,
melainkan melalui media perantara. Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu
penggunaan data yang diperoleh melalui sumber yang ada. Hal ini dilakukan
dengan cara melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang
diperlukan berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun berturut-turut mulai periode tahun
2014 sampai dengan 2016 sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisa
permasalahan yang diwujudkan dengan data yang dapat dijelaskan secara
kuantitatif menggunakan metode analisis data, uji asumsi klasik, statistik
45
deskriptif dan uji hipotesis. Adapun penjelasan mengenai metode analisis data
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini untuk menguji ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi berganda
yang digunakan. Pengujian yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji
multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji hipotesis, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi normal.
Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal. Dalam mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis
grafik dan dengan menggunakan analisis statistik (Ghozali, 2016).
Penelitian ini menggunakan kedua analisis tersebut baik dengan
analisis grafik maupun analisis statistik.
Analisis data diawali dengan melihat tampilan grafik
histogram. Melalui grafik histogram peneliti dapat melihat apakah
data pengamatan memiliki pola distribusi yang mendekati
distribusi normal, yaitu pola lonceng yang tidak melenceng ke kiri
ataupun ke kanan. Metode lain yang dapat digunakan adalah
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
46
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Melalui grafik normal
probability plot, peneliti dapat melihat penyebaran titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal. Apabila menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukan pola disribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas, dan sebaliknya apabila data
menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2016).
Selain menggunakan analisi grafik, penelitian ini menyertakan
penggunaan analisis statistik. Dalam penelitian ini menggunakan
analisis statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S).
analisis statistik ini dilakukan untuk menghindari kesesatan secara
visual dalam membaca grafik. Uji K-S ini dilakukan dengan
membuat hipotesis sebagai berikut:
H0 = Data residual berdistribusi normal
HA = Data residual tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen.
47
Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari perhitungan nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Regresi menunjukan adanya
multikolonieritas adalah jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2016).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan penganggu pada t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2016).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Runs test dengan ketentuan
probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamaan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016).
48
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat
dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta, titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini, asumsi
heteroskedastistas akan diuji dengan grafik scatterplot antara nilai
prediksi variabel terkait, yaitu SRESID degan residualnya ZPRED.
2. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2016).
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda (Multiple Regression). Model regresi berganda yang digunakan
adalah sebagai berikut:
IER = α + α1AUD_COM+ α2IND_COM + α3AQ + α4OWN +
α5ROA + α6CR + α7DER + ℮
Keterangan:
IER = Skor Indonesian Environmental Reporting
α = Konstanta
α 1-6 = Koefisien Regresi
49
AUD_COM = Jumlah Komite Audit
IND_COM = Anggota Dewan Komisaris Independen
AQ = Kualitas Audit
OWN = Struktur Kepemilikan
ROA = Profitabilitas
CR = Likuiditas
DER = Leverage
℮ = Koefisien error
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variable independen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Terdapat kelemahan dalam penggunaan koefisien determinasi
(R2) yaitu bias terhadap jumlah variable independen yang
dimasukan kedalam model. Jadi, setiap tambahan satu variabel
independen, maka koeffisien determinasi (R2) akan meningkat
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Oleh Karena itu, dalam penelitian ini
50
menggunakan nilai Adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi.
Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2016).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi
sebesar 0.05 (Ghozali, 2016). Kriteria penerimaan atau penolakan
hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi.
1) Bila nilai signifikansi < 0.05, maka hipotesis diterima. Hal
tersebut berarti model regresi dapat digunakan untuk
memperdiksi variabel independen.
2) Apabila nilai signifikansi > 0.05, maka hipotesis ditolak. Hal
tersebut berarti model regresi tidak dapat digunkana untuk
memprediksi variabel dependen.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
pengaruh variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016). Dengan
tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai
berikut:
51
1) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima, artinya
tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Bagian ini akan menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan dan pengukuran dari variabel yang digunakan penelitian. Adapun
operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya
negatif (Uma Sekaran, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Jumlah Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 Pembentukan komite audit dalam suatu entitas
atau perusahaan publik wajib untuk dilakukan. Anggota komite
audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan komite
audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal
dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau
perusahaan publik dan diketuai oleh komisaris independen.
52
Pengukuran komite audit pada penelitian ini menggunakan jumlah
komite audit yang ada diperusahaan (Ariningtika dan Endang,
2013).
b. Anggota Dewan Komisaris Independen
Keberadaan dewan komisaris independen sangatlah penting
bagi kelangsungan perusahaan semakin besar proporsi dewan
komisaris independen yang dimiliki perusahaan diharapkan kinerja
dewan komisaris mampu melakukan pengawasan semakin objektif
dan mampu melindungi kepentingan perusahaan dalam hal ini
mendorong peningkatan pengungkapan lingkungan perusahaan
(Ariningtika dan Endang, 2013).
Dalam penelitian ini anggota dewan komisaris independen
diukur dengan persentase jumlah anggota dewan komisaris
independen dari seluruh anggota dewan komisaris dengan
membagi jumlah anggota dewan komisaris independen dengan
jumlah total dewan komisaris di perusahaan tersebut (Ariningtika
dan Endang 2013, Pratama dan Raharja, 2013, Winarsih dan
Badingatus, 2016).
IND_COM = Jumlah Dewan Komisaris Independen
Jumlah Dewan Komisaris
c. Kualitas Audit
Untuk mengukur kualitas audit digunakan ukuran Kantor
Akuntan Publik (KAP). Salah satu elemen penting dari good
corporate governance adalah kualitas laporan keuangan yang baik.
53
Penelitian ini menggunakan auditor KAP the Big Four atau non the
Big Four sebagai proksi untuk mengukur kualitas audit karena
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor KAP the Big
Four berhubungan dengan kualitas audit yang lebih tinggi
(Kanagaretnam et al., 2016). Sehingga, varibel dummy digunakan,
yang mana bernilai 1 jika menggunakan jasa auditor KAP the Big
Four dan bernilai 0 jika tidak menggunakan jasa auditor KAP the
Big Four (Mardiatnolo et al., 2017).
d. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dalam penelitian ini menggunakan
kepemilikan publik yaitu jumlah saham yang dimiliki pihak
eksternal perusahaan baik individu maupun lembaga terhadap
saham yang ada di perusahaan di Indonesia. Besarnya saham
diukur dari persentase rasio dari jumlah kepemilikan saham yang
dimiliki oleh publik terhadap total saham yang beredar.
Kepemilikan saham oleh publik menggambarkan tingkat
kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik. Variabel ini
ditunjukkan dengan persentase saham yang dimiliki oleh publik
yang diukur dengan jumlah saham beredar (Rindawati dan Nur,
2015), dengan cara sebagai berikut:
OWN = Jumlah saham yang dimiliki masyarakat
Jumlah saham yang beredar
54
e. Profitabilitas
Salah satu rasio yang sering digunakan dalam mengukur
profitabilitas ialah return on assets (ROA), yang mana pengukuran
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk memperoleh
keuntungan. Rasio merupakan skala yang akan digunakan untuk
pengukuran profitabilitas perusahaan. Profitabilitas dalam
penelitian ini akan diukur dengan cara membandingkan laba bersih
dengan total aset yang dimiliki perusahaan (Kabajeh et al., 2012;
Rindawati dan Nur, 2015; Paramitha dan Endang, 2014) yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = Laba Bersih
Total Aset
f. Likuiditas
Terdapat dua rasio yang sering digunakan untuk melihat
tingkat likuiditas suatu perusahaan yaitu rasio lancar (current ratio)
dan rasio cepat (quick ratio). Penelitian ini menggunakan rasio
lancar (current ratio) yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek dengan
menggunakan aktiva lancar (Sembiring, 2012). Secara luas rasio
lancar (current ratio) menunjukan bahwa makin tinggi jumlah
(kelipatan) asset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar
keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar. Dengan
55
demikian rasio likuiditas diukur dengan menggunakan current
ratio (Rokhman, 2017).
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Aset Lancar
Kewajiban Lancar
g. Leverage
Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan
perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan
operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat
resiko keuangan (Rindawati dan Nur, 2015). Terdapat dua rasio
yang sering digunakan rasio utang terhadap total aset (debt to total
asset ratio) dan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio).
Adapun pengukurannya rasio leverage dalam penelitian ini dengan
debt to equity ratio:
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Total Utang
Total Ekuitas
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variable yang menjadi perhatian utama
dalam penelitian (Uma Sekaran, 2015). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pertanggungjawaban lingkungan (environmental
disclosure). Peneliti melakukan analisis konten terkait dengan ada
tidaknya informasi pertanggungjawaban lingkungan dalam annual
report. Pengukuran variabel dependen ini dengan menggunakan bobot
skor. Bobot skor yang digunakan adalah menggunakan Indonesian
Environmental Reporting Index (IER) yang merupakan hasil penelitian
56
dari Suhardjanto et al. (2007). Pengukuran variabel dependen ini
menggunakan index IER dikarenakan dianggap dapat mencerminkan
untuk kondisi isu lingkungan di Indonesia.
Skor IER = Bobot Skor Item (0 – 34,98)
Definisi operasional variabel di atas dapat diringkas pada tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pengukuran Operasionalisasi Variabel
No Variabel Indikator Skala
1. Jumlah Komite
Audit
(Ariningtika dan
Badingatus, 2013)
AUD_COM
= Jumlah anggota komite audit Rasio
2. Dewan Komisaris
Independen
(Pratama dan
Raharja, 2013)
IND_COM
= ∑ anggota dewan komisaris
independen / ∑ dewan komisaris Rasio
3. Kualitas Audit
(Mardiyatnolo et al.,
2016)
AQ
= Menggunakan variabel dummy
yang mana bernilai 1 jika
menggunakan jasa auditor KAP the
Big Four dan bernilai 0 jika tidak.
Nominal
4. Struktur
Kepemilikan
(Rindawati dan Nur,
2015)
𝑂𝑊𝑁 = saham yang dimiliki masyarakat
saham yang beredar Rasio
5. Profitabilitas
(Paramitha dan
Rohman, 2014) ROA =
Laba Bersih
Totsl Aset Rasio
6. Likuiditas
(Rokhman, 2017) Current Ratio =Aset Lancar
Kewajiban Lancar Rasio
Bersambung ke halaman berikutnya
57
No Variabel Indikator Skala
7. Leverage
(Rindawati dan Nur,
2015)
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
=Total Utang
Total Ekuitas
Rasio
8. Pertanggungjawaban
Lingkungan
(Paramitha dan
Rohman, 2014)
IER = Bobot Skor Item (0-34,98) Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Pemenilitian
Penelitian ini dilakukan dengan populasi perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 sampai dengan
tahun 2016. Total perusahaan manufaktur yang terdaftar berjumlah 140, namun
setelah dilakukan screening data dan menghapus beberapa perusahaan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka akhirnya jumlah peruahaan yang
menjadi sampel adalah 75 perusahaan.
Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling, karena penentuan sampel didasari dengan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan tersaji dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Seleksi Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdafatar di BEI dari
tahun 2014-2016.
140
2 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan secara lengkap.
(26)
3 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan
laporan tanggung jawab sosial terkait lingkungan didalam annual report tahun 2014-2016.
(38)
4 Perusahaan yang tidak mempunyai kelengkapan data terkait variabel struktur kepemilikan saham dan memiliki
laba yang negatif.
(18)
5 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah. (18)
Jumlah sampel penelitian terpilih 40
Jumlah sampel selama periode pengamatan (3 Tahun) 120
Bersambung kehalaman berikutnya
59
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel Penelitian
No. Kriteria jumlah
Jumlah sampel yang teridentifikasi sebagai outlier (45)
Jumlah sampel total selama periode penelitian 75
Berdasarkan hasil seleksi sampel dalam tabel 4.1 diatas, dapat dilihat
bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 perusahaan
sehingga jumlah sampel total dengan periode penelitian 3 tahun dengan
mengurangi 45 data outlier, maka sampel yang digunakan dalam penelitian
berjumlah 75 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014- 2016. Sampel tersebut dipilih karena telah memenuhi
semua kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian. Data
nama-nama perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian ini terlampir
dalam lampiran.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi terlebih dahulu melakukan uji
asumsi klasik yang bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan
memenuhi asumsi klasik atau data tersebut layak untuk digunakan dalam
penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji multikoloniearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas.
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggung (residual) memiliki distribusi normal
60
atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Dalam mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis
statistik (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan grafik histogram, grafik normal probability plot
(p-plot), dan uji Kolmogorov Simrnov (K-S).
Uji grafik histogram dilakukan dengan melihat penyebaran data,
Bentuk histogram seperti bentuk lonceng (bell shaped curve)
mengindikasikan bahwa data terdistribusi normal. Uji normalitas dengan
menggunakan grafik histogram dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik histogram pada Gambar 4.1 terlihat bahwa data
terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak melenceng ke
61
kanan atau ke kiri, maka dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Sedangkan uji normalitas dengan grafik normal p-plot dilihat dari
penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal. Apabila titik- titik
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
mengindikasikan bahwa data terdistribusi normal, dan sebaliknya. Hasil
uji normalitas dengan grafik normal p-plot dapat dilihat pada gambar 4.2
berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Normlitas Grafik Normal P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik normal P-Plot pada Gambar 4.2 terlihat titik -
titik menyebar di sekitar garis diagonal hal ini menunjukkan pola
distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
62
Untuk lebih meningkatkan hasil uji normalitas data, maka peneliti
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K-S). Apabila hasil uji
Kolmogorov Smirnov (K-S) menunjukkan asyump. Sig > 0,05, maka data
tersebut terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilai asyump. Sig <
0,05, maka data tersebut terdistribusi tidak normal. Hasil uji dari
Kolmogorov Smirnov (K-S) dapat dilihat dari tabel 4.2 dan tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov dengan 120 sampel
Salah satu cara agar data penelitian ini menjadi normal adalah
dengan melakukan screening data untuk mendeteksi apakah data dari
masing-masing variabel penelitian memiliki data ekstrim (outlier) yang
berpotensi menggangu hasil analisis. Screening data penelitian ini
menggunakan menggunakan Zscore dan menghapus data ekstrim yang
tertera di Zscore.
63
Hasil screening data menunjukan bahwa terdapat sampel data yang
ekstrim sebanyak 45 sampel, sehingga harus dikeluarkan dari sampel.
Jumlah akhir sampel yang diobservasi adalah 75 sampel.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasrkan hasil uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S) pada tabel
4.3 besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,089. Nilai tersebut
signifikansi yaitu 0,089 yang berada di atas 0,05. Hasil tersebut
menunjukan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Hal ini
konsisten dengan hasil uji grafik histogram dan grafik normal P-Plot.
2. Hasil Uji Multikoloniearitas
Pengujian multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Multikoloniearitas dapat dihitung dengan nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Regresi menunjukan
64
adanya multikoloniearitas adalah jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10
atau sama dengan nilai VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2016). Hasil uji
Multikoloniearitas dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikoloniearitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasrkan hasil uji multikoloniearitas pada tabel 4.4 kolom
tolerance menunjukan tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance
kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel
independen. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan tidak adanya satu variabel independen yang memiliki nilai
VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikoloniearitas antara variabel independen dalam model regresi pada
penelitian ini.
3. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
65
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat problem autokorelasi. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2016). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan uji
Runs test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05.
Hasil dari uji Runs test dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi Runs Test
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji RunsTest pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,081 lebih besar dari 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi
pada penelitian ini.
4. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
dengan pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas dan
jika berbeda disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2016). Deteksi ada atau
66
tidaknya heterokedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot. Tidak
terjadi heterokedastisitas yaitu apabila tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil
uji heterokedastisitas grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut:
Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas Grafik Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasrkan gambar 4.3 di atas terlihat bahwa tidak ada pola yang
jelas serta titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini menunjukan bahwa data dalam penelitian ini tidak
terjadi heterokedastisitas.
2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode pengumpulan dan
pengelompokan semua data yang digunakan dalam penelitian untuk
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata dari
67
sampel. Dibawah ini disajikan tabel 4.2 yang merupakan analisis deskriptif
untuk variabel yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.5
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Data sekunder yang diolah
a. Variabel Independen
1) Jumlah Komite Audit
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dilihat variabel jumlah
komite audit (AUD_COM) diperoleh nilai mean atau nilai rata-rata
sebesar 3,1467, standar deviasi sebesar 0, 45599, nilai minimum
sebesar 3 dan nilai maksimum sebesar 5. Nilai AUD_COM
minimum sebesar 3 diperoleh dari hampir semua perusahaan yang
dijadikan sampel. Nilai AUD_COM maksimum sebesar 5
diperoleh perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada
tahun 2014-2016.
2) Anggota Dewan Komisaris Independen
Dari hasil statsitik deskriptif variabel anggota dewan
komisaris independen (IND_COM) diperoleh nilai mean atau nilai
68
rata-rata IND_COM sebesar 0,3861, standar deviasi sebesar
0,06857, nilai minimum sebesar 0.33 dan nilai maksimum sebesar
0,50. Nilai IND_COM minimum sebesar 0,33 dari tahun 2014-
2016 diperoleh sepuluh perusahaan Akasha Wira International