1 PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN KUDA-KUDA TERHADAP BENTUK PENAMPANG PROFIL BAJA GORDING PADA RUMAH ADAT MELAYU RIAU Rony Ardiansyah Dosen Teknik Sipil Universitas Islam Riau Yuly Astuty Mahasiswi Magister Teknik Sipil Universits Islam Riau Abstrak Atap kajang pada rumah adat melayu mempunyai dua sudut kemiringan yaitu besar dari 45 0 pada bagian atas dan kecil sama dengan 45 0 pada bagian bawah. Dalam pemilihan profil yang efisien sudut sangat berpengaruh sekali karena beban dan momen akan diuraikan tegak lurus (“x”) dan sejajar (“y”) sumbu gording. Pada penelitian ini perhitungan gording menggunakan metode statis tertentu dan untuk kombinasi momen menggunakan PPBBI dan SNI 03-1729-2002. Dari hasil penelitian akibat pengaruh sudut kemiringan kuda-kuda akibat beban gravitasi ketika sudut kecil dari 45 0 momen yang bekerja arah x lebih besar dari momen yang bekerja arah y, maka dibutuhkan penampang profil yang mempunyai momen inersia arah x (Ix) yang besar dibandingkan momen inersia arah y (Iy). Pada sudut 45 0 momen yang bekerja arah x sama dengan momen yang bekerja arah y, maka dibutuhkan penampang profil yang mempunyai Ix sama dengan Iy. Pada sudut besar dari 45 0 momen yang bekerja arah y lebih besar dari momen yang bekerja arah x, maka dibutuhkan penampang profil yang mempunyai inersia arah y (Iy) yang besar dibanding inersia arah x (Ix). Momen akibat beban angin hanya terjadi pada arah x saja, sedangkan arah y sama dengan nol, jadi yang sangat berpengaruh pada penampang profil adalah momen inersia arah x (Ix) saja. Kata kunci : Sudut, Momen, Lendutan, Profil The Awning roof at Malay culture house have two inclination angle that is big than 45 0 at top of side and small is equal to 45 0 at bottom side. In election of efficient profile of angle that is very having an effect on because of once and burden of momen will be elaborated is vertical of (" x") and is parallel of ("y") of “gording”. At this research of gording calculation is use certain static method and for the combination of momen use PPBBI and SNI 03-1729-2002. From result of research in effect influence of angle inclination easel effect of gravitation burden when small angle from 45 0 laboring moment direction of “x” that is bigger than laboring momen of direction of “y”, hence required of flens profile that having moment of inertia instruct of “x” ( Ix) which is big to be compared to moment of inertia instruct of “y” ( Iy). At angle 45 0 laboring moment
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
1
PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN KUDA-KUDA TERHADAP BENTUK PENAMPANG PROFIL BAJA GORDING
PADA RUMAH ADAT MELAYU RIAU
Rony ArdiansyahDosen Teknik Sipil Universitas Islam Riau
Yuly AstutyMahasiswi Magister Teknik Sipil Universits Islam Riau
Abstrak Atap kajang pada rumah adat melayu mempunyai dua sudut kemiringan yaitu besar dari 450
pada bagian atas dan kecil sama dengan 450 pada bagian bawah. Dalam pemilihan profil yang efisien sudut sangat berpengaruh sekali karena beban dan momen akan diuraikan tegak lurus (“x”) dan sejajar (“y”) sumbu gording. Pada penelitian ini perhitungan gording menggunakan metode statis tertentu dan untuk kombinasi momen menggunakan PPBBI dan SNI 03-1729-2002. Dari hasil penelitian akibat pengaruh sudut kemiringan kuda-kuda akibat beban gravitasi ketika sudut kecil dari 450 momen yang bekerja arah x lebih besar dari momen yang bekerja arah y, maka dibutuhkan penampang profil yang mempunyai momen inersia arah x (Ix) yang besar dibandingkan momen inersia arah y (Iy). Pada sudut 450 momen yang bekerja arah x sama dengan momen yang bekerja arah y, maka dibutuhkan penampang profil yang mempunyai Ix sama dengan Iy. Pada sudut besar dari 450 momen yang bekerja arah y lebih besar dari momen yang bekerja arah x, maka dibutuhkan penampang profil yang mempunyai inersia arah y (Iy) yang besar dibanding inersia arah x (Ix). Momen akibat beban angin hanya terjadi pada arah x saja, sedangkan arah y sama dengan nol, jadi yang sangat berpengaruh pada penampang profil adalah momen inersia arah x (Ix) saja.
Kata kunci : Sudut, Momen, Lendutan, Profil
The Awning roof at Malay culture house have two inclination angle that is big than 450 at top of side and small is equal to 450 at bottom side. In election of efficient profile of angle that is very having an effect on because of once and burden of momen will be elaborated is vertical of (" x") and is parallel of ("y") of “gording”. At this research of gording calculation is use certain static method and for the combination of momen use PPBBI and SNI 03-1729-2002. From result of research in effect influence of angle inclination easel effect of gravitation burden when small angle from 450 laboring moment direction of “x” that is bigger than laboring momen of direction of “y”, hence required of flens profile that having moment of inertia instruct of “x” ( Ix) which is big to be compared to moment of inertia instruct of “y” ( Iy). At angle 450 laboring moment direction of “x” is equal to laboring moment direction of “y”, hence required of flens profile having “Ix” is equal to “Iy”. At big angle from 450 laboring moment direction of “y” that is bigger than laboring moment direction of x, hence required of flens profile having inertia instruct of “y” ( Iy) which is big to be compared to inertia instruct x ( Ix). The moment effect of wind burden only happened at just direction of “x”, while direction of “y” is equal to zero, becoming which is very have an in with of flens profile is moment of inertia instruct of “x” (Ix) only.
Ekspresi budaya melayu tampak nyata pada arsitektur bangunan yang tumbuh disegenap penjuru kota Pekanbaru, juga kota-kota lain di Riau, yang bergerak cepat menjadi kota besar. Agar pertumbuhan kota dapat diarahkan dan dikendalikan dengan baik, diperlukan sebuah konsep yang matang. Konsep ini sepatutnya tidak saja memuat pengaturan tentang tata guna lahan, tetapi mencakup hingga kesegi arsitektur dan struktur bangunan, terutama untuk bangunan milik pemerintah maupun swasta. Bangunan-bangunan milik pemerintah yang mencerminkan budaya melayu tersebut adalah bentuk atapnya. Menurut Al Mudra (2004: 36) ada empat macam bentuk atap rumah adat melayu yaitu: atap kajang, atap layar, atap liontik dan atap limas.
Kuda-kuda pada rumah adat melayu yang mempunyai dua sudut kemiringan, dimana pada bagian bawah terdapat pada kuda-kuda dengan sudut kecil sama dengan 45 derajat dan pada bagian atas mempunyai sudut besar dari 45 derajat. Semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda maka beban yang bekerja pada gording terhadap sumbu x akan bertambah kecil, sebaliknya beban yang bekerja terhadap sumbu y semakin bertambah besar. Nampak pada Gambar.1 bentuk Atap Melayu yang ada pada ruang kuliah Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau.
Gambar.1 Atap Melayu Ruang Kuliah Fak, Psikologi UIR
Menurut Oentoeng (2000:124), dalam merencanakan dimensi gording pengaruh sudut kemiringan kuda–kuda sangat berpengaruh sekali, karena beban
yang dipikul oleh gording akan diuraikan terhadap sumbu sumbu “x” dan sumbu “y”, adanya perbedaan kemiringan kuda-kuda tersebut maka dapat direncanakan profil yang lebih efisien dan ekonomis, serta memperhitungkan faktor teknis dan praktis. Atas pemikiran tersebut perlu diadakan suatu penelitian tentang “Studi Kasus Pengaruh Sudut Kemiringan Kuda-kuda Terhadap Jenis Profil Baja Gording Pada Rumah Adat Melayu”.
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh sudut kemiringan kuda-kuda rumah adat Melayu (sudut < 45 derajat, dan sudut > 45 derajat) terhadap pemilihan profil yang efisien, yang diakibatkan oleh beban gravisi dan atau angin.
2. PEMBEBANAN DAN DIMENSI GORDING
Perhitungan Dimensi Gording diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban hidup dan beban mati) dan beban angin, dengan menggunakan kombinasi terbesar sebagai penentu. Beban menurut SNI 03-1729-2002, kombinasi pembebanan berdasarkan beban-beban tersebut diatas maka struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan dibawah ini:
K 1 = 1,4 D…………………………..(2.1) K 2 = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H).(2.2)
Dimana:K 1 = Kombinasi 1, danK2 = Kombinasi 2.
Keterangan:
D = Beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanent, termasuk dinding, lantai, atap, plafond, partisi tetap, tangga dan peralatan layan lainnya.
L = Beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
La = Beban hidup diatap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
H = Beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
Profil I dan Canal kait yang berfungsi sebagai gording, diatasnya akan memikul beban usuk, reng, dan beban atap yang beban-beban tersebut dijadikan beban merata, sedang beban hidup (P) yang bekerja terletak ditengah-tengah bentang sehingga profil tersebut bisa disebut sebagai gelagar. Balok atau gelagar pada umumnya akan mentransfer beban vertikal sehingga akan terjadi lenturan, misalnya balok diberi beban P seperti pada Gambar 2````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````` Gambar 2 Balok Terlentur (oentoeng 2000:
105)
Dari Gambar 3.5 dapat dijelaskan bagian atas dari garis netral tertekan dan bagian bawah dari garis netral tertarik, sehingga pada bagian atas garis netral terjadi perpendekan dan dibawah garis netral terjadi perpanjangan, pada Gambar 3.5 tersebut nampak bahwa suatu balok atau gelagar merupakan kombinasi antara elemen-elemen yang tertekan dan elemen-elemen yang tertarik.
Keperluan desain selalu diambil keadaan yang paling berbahaya jadi kita harus mencari titik mana akan terjadi σ max, dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar 3 Tegangan max yang paling berbahaya (oentoeng 2000: 117)
Pada Gambar 2.2 keadaan yang paling berbahaya ialah di titik B yang mana mempunyai koordinat terbesar B (½ b, ½ h). Penampang simetris tetapi beban tidak pada sumbu simetris melainkan bersudut (α) terhadap sumbu simetris seperti beban pada gording, untuk mencari tegangan menggunakan persamaan berikut ini.
σ = y + x……………………(2.3)
Pada Gambar 2.2 harga-harga x = ½ b dan y = ½ h dimasukkan ke persamaan 2.3 sehingga persamaan 2.3 menjadi
σ = y + x ………….……......(2.4)
σ = + ……………(2.5)
σ = + ……………………….(2.6)
Di mana:Ix / ½ h = Wx = Momen tahanan arah xIy / ½ b = Wy = Momen tahanan arah y
Menurut oentoeng (2000 : 124) untuk mendimensi profil INP perbandingan
Wy dan Wx ~ 1/8.
= → Wy = ……………....(2.7)
σ = + ……………………....(2.8)
Persamaan (2.7) dan (2.8)
σ = + → Wx = (2.9)
3
Profil INP dibuat dengan tinggi (h) 80 – 600 mm. Tinggi meningkat dengan 20 mm sampai INP 40; meningkat dengan 25 mm sampai INP 50; meningkat dengan 50 mm sampai INP 60. Profil I normal berarti INP 20 atau Inp 60 dengan tinggi h = 20 cm. Panjang batang yang bisa diperoleh dengan mudah adalah 4 – 14 m, tebal badan = d. Bagian atasnya = flens → tebal rata-ratanya = t. Untuk h 40 mm → b = 0,1 h + 10 mm, dan d = 0,03 h + 1½ mm; h ≥ 260 mm → b = 0,3 h + 35 mm dan d = 0,036 h. Flens serong = 14%. Profil INP ini dapat dilihat pada Gambar 4.`````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
``````````` Gambar 4 Profil INP ``````````````````````````````````````````````````
Disebut C 30 bila h = 30 cm, h = 30 – 400 mm ; l = 4 – 16 m, h ≤ 300 mm → b = 0,25 h + 25 mm. Profil c 38 ukuran berlainan karena peninggalan dari inggris. Digunakan sebagai gelagar, batang rangka, kolom yaitu bila digandeng atau disusun. Profil C atau U dapat dilihat pada Gambar 5.`````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
Gambar 5 Profil Canal atau U
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan pemilihan jenis profil yang akan berpengaruh terhadap Momen Inersia arah X dan arah Y (disini diambil profil INP dan profil Kanal Kait), dimana kedua jenis profil
ini mempunyai perbedaan momen inersia arah X dengan Y yang cukup signifikan. Kemudian memperhitungkan pembebanan Gravitasi dan atau Angin, yang bekerja pada masing gording dengan sudut kemiringan kuda-kuda < 45 derajat dan > 45 drajat.
Setelah struktur dihitung dengan berbagai kemiringan sudut kuda-kuda, dapat diadakan penentuan pengaruh kemiringan berbagai sudut kuda-kuda. Bagan alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar.6
Hasil analisis seperti apa yang diuraikan pada metode menelitian, terdiri dari perhitungan beban yang bekerja pada gording. Beban yang bekerja pada gording adalah beban mati, beban hidup dan beban angin.
Daftar momenGording akibatKemiringan
sudut
Penentuan arah analisis
Dafta tabel profilAkibat pengaruhKemiringan
sudut
Mulai
Input jenis profil
Baja I & C
Input beban yang bekerja pd gording
Analisis Struktur
Analisis angin Analisis gravitasi
Grafik hubungan Tegangan dan sudut
Kesimpulan
Selesai
a/ Beban Hidup dan Beban Angin
Beban hidup (P) yang dipakai adalah 100 kg sedangkan kecepatan angin yang dipakai adalah 80 km/jam dari persamaan 3.1 di dapat beban angin (W) 31 kg/m2, sehingga muatan angin hisap untuk semua sudut sama yaitu -15,5 kg/m. Analisis beban hidup menggunakan profil INP dan C kait yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:1. Beban hidup yang bekerja arah y
semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda semakin besar beban hidup yang bekerja, karena semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda semakin bertambah pula harga sinus dari sudut tersebut.
2. Beban hidup yang bekerja arah x pada gording semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil beban hidup yang bekerja karena, semakin bertambahnya sudut kemiringan maka
harga cosinus dari sudut tersebut semakin kecil pula.
3. Beban hidup yang bekerja pada gording dari sudut 10 s/d 800 sebesar 100 kg maka, beban yang bekerja arah sumbu x merupakan kebalikan dari beban hidup yang bekerja arah y karena sinus sudut 10 s/d 80o adalah kebalikan dari cosinus sudut 10 s/d 80o .
4. Beban hidup yang bekerja untuk sudut 45 arah x dan arah y sama karena harga sinus dan cosinusnya sama.
5. Sudut kecil dari 15 angin tekan yang bekerja bernilai negatif, untuk sudut 20 angin tekan yang bekerja adalah nol sedangkan untuk sudut 25 dan 30 beban angin yang bekerja sama dengan sudut 15 dan 10 tetapi bernilai positif.
b/ Beban MatiBeban mati (w) yang bekerja pada
gording terdiri dari berat gording, berat atap, berat usuk dan berat reng, sin dan cos yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 4.1, hasil analisis dapat dilihat Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Beban hidup dan beban angin yang bekerja pada gording
α Cos α Sin α
Profil INP Profil Kanal kait A. Tekan (0,02.α-0,4)
Dari Tabel 4.2 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:1. Beban mati yang bekerja arah x
pada sudut semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda semakin kecil beban yang bekerja, karena semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil pula harga dari cosinus sudut tersebut.
2. Beban mati yang bekerja arah y semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda semakin besar beban yang bekerja, karena semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda semakin besarl pula harga dari sinus sudut tersebut.
3. Beban mati yang bekerja untuk sudut 45 arah x dan arah y sama karena harga sinus dan cosinusnya sama.
4. Beban mati total yang bekerja pada gording dari sudut 10 s/d 800 sebesar 39,205 dan 39,655 kg/m maka, beban yang bekerja arah sumbu x merupakan kebalikan dari beban hidup yang bekerja arah y karena sinus sudut 10 s/d 80o
adalah kebalikan dari cosinus sudut 10 s/d 80o .
Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 beban-beban yang bekerja pada gording yaitu beban mati, beban hidup dan beban angin dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Beban Yang Bekerja Pada Gording
Sudut Beban mati Beban hidup Beban anginqx (kg/m) qy (kg/m) Px(kg/m) Py (kg/m) A.tekan (kg/m) A.hisap (kg/m)
Dari Tabel 4.3 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:1. Beban angin yang bekerja untuk
sudut 15 bernilai negatif, beban angin yang bekerja untuk sudut 20 adalah nol. Beban angin yang bekerja untuk sudut besar dari 20 bernilai positif.
2. Beban hidup arah x merupakan kebalikan dari beban hidup arah y karena harga sinus merupakan kebalikan dari harga cosinus dari sudut kemiringan kuda-kuda tersebut. Beban angin hisap untuk semua sudut yaitu -15,5 kg/m karena koefisien angin hisap tidak dipengaruhi kemiringan sudut.
3. Beban mati yang bekerja arah x semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda semakin kecil beban mati
yang bekerja, karena semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil pula harga dari cosinus sudut tersebut.
4. Beban mati yang bekerja arah y semakin bertambah sudut kemiringan kuda-kuda semakin besar beban mati yang bekerja, karena semakin bertambah sudut kemiringan semakin besar pula harga dari sinus sudut tersebut.
c/ Momen yang bekerja pada gording
Untuk menghitung kombinasi momen-momen yang bekerja pada gording menggunakan persamaan 2.1 sampai 2.2, momen arah x dan y akibat beban mati, beban hidup dan beban angin yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Dari Tabel 4.4 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:1. Momen beban hidup dan momen
beban mati untuk arah x semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil momen yang terjadi karena semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil pula harga cosinus sudut tersebut, sedangkan untuk arah y semakin bertambah sudut kemiringan semakin besar momen yang terjadi karena semakin bertambahhnya sudut kemiringan semakin besar harga sinus sudut tersebut.
2. Momen arah x yang kecil terdapat pada sudut 80 sedangkan untuk momen yang paling besar untuk arah x pada sudut 10, sedangkan momen
untuk arah y yang terkecil terdapat pada sudut 10 dan momen yang paling besar pada sudut 80 karena harga sinus dari kemiringan sudut merupakan kebalikan dari harga cosinus sudut tersebut.
3. Momen angin tekan dan hisap arah y adalah nol. Sudut 20 momen arah y dan x adalah nol karena koefisien angin sudut 20 adalah nol. Dari sudut 25 semakin bertambah sudut kemiringan semakin besar beban angin yang bekerja.
Kombinasi momen menggunakan persamaan 2.2 sampai 2.3, kombinasi ini didapat dengan memakai Mx dan My yang terdapat pada Tabel 4.4 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 4.5 Kombinasi momen yang terjadi
α MomenProfil INP Profil Canal
Kombinasi 1 1,4 D
Kombinasi 2 1,2 D + 1,6D +0,5H Kombinasi 1 1,4 D Kombinasi
Dari Tabel 4.5 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:1. Momen arah x untuk kombinasi 1
dan 2 baik untuk profil INP maupun Canal kait, semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil kombinasi momen yang terjadi sebaliknya untuk arah y semakin bertambah sudut kemiringan semakin besar kombinasi momen yang terjadi.
2. Momen kombinasi yang terkecil arah x terdapat pada sudut 80 dan
momen kombinasi paling besar pada sudut 10 sedangkan untuk kombinasi arah y momen yang terkecil terdapat pada sudut 10 dan momen terbesar terdapat pada sudut 80.
3. Kombinasi momen yang terdapat pada tabel 4.5 akan dihitung secara PPBBI, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kombinasi momen yang bekerja pada gordingα Momen
Dari Tabel 4.6 dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:1. Momen arah x untuk kombinasi 1 dan 2
baik profil INP maupun Canal kait semakin besar sudut kemiringannya semakin kecil kombinasi momen yang terjadi sebaliknya untuk arah y semakin besar sudut semakin besar kombinasi momen yang terjadi.
2. Momen kombinasi yang terkecil arah x terdapat pada sudut 80 dan momen kombinasi paling besar pada sudut 10 sedangkan untuk kombinasi arah y yang terkecil terdapat pada sudut 10 dan terbesar pada sudut 80.
Hubungan sudut dan tegangan untuk profil Canal kait dan Canal kait pasangan muka-muka dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Hubungan Sudut dengan Tegangan Untuk Profil Canal Kait Pasangan Muka-muka
Gambar 8 Hubungan Sudut dengan Tegangan Untuk Profil Canal Kait
Dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa untuk sudut kecil dari 45 memerlukan inersia arah x (Ix) yang besar dari pada inersia arah y, karena untuk sudut kecil dari 45 momen arah x yang bekerja lebih besar dari momen arah y. Sudut besar
dari 45 memerlukan inersia arah y yang lebih besar, karena momen yang bekerja arah y untuk sudut besar dari 45 lebih besar dari momen yang bekerja arah x. Profil Canal Kait yang mempunyai inersia arah x (Ix) lebih besar dari inersia arah x (Ix) profil Canal kait pasangan muka-muka, dan inersia arah y (Iy) lebih kecil dari inersia arah y (Iy) profil Canal kait pasangan muka-muka lebih efisien digunakan untuk sudut kecil sama dengan 45. Profil Canal kait pasangan muka-muka yng mempunyai inersia arah x (Ix) lebih kecil dari inersia arah x (Ix) profil Canal kait, dan inersia arah y (Iy) lebih besar dari inersia arah y (Iy) profil Canal kait lebih efisien digunakan untuk sudut besar dari 45.
Tabel 4.7 Tabel Profil EfisienSudut Ix Iy
45 Ix besar Iy kecil
> 45 Ix kecil dari Ix sudut 45
Iy besar dari Iy sudut 45
5 KESIMPULAN
1. Semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil beban yang bekerja arah x, sedangkan arah y semakin bertambah sudut kemiringan semakin besar beban yang bekerja, sudut kecil sama dengan 45 memerlukan inersia arah x yang lebih besar dari sudut kecil dari 45 dan memerlukan Iy yang lebih kecil dari Iy sudut besar 45.
2. Beban angin tekan untuk sudut kecil dari 20 bernilai negatif, sudut 20 adalah nol dan untuk sudut besar dari 20 bernilai positif. Beban angin yang bekerja hanya arah x saja, jadi memerlukan Ix yang besar.
3. Semakin besar sudut kemiringan kuda-kuda momen yang bekerja arah x semakin kecil, momen arah y semakin bertambah sudut kemiringan semakin besar momen yang bekerja.
4. Dua profil yang mempunyai berat gording yang sama, tegangan yang
terjadi untuk arah x semakin bertambah sudut kemiringan semakin kecil tegangan yang terjadi. Tegangan yang terjadi untuk arah y semakin bertambah sudut kemiringan semakin besar tegangan yang terjadi.
6 SARAN-SARAN
1. Untuk sudut kecil dari 45 memakai profil yang mempunyai Inersia arah x (Ix) lebih besar dari pada arah y (Iy). Sudut besar dari 45 memakai profil yang mempunyai Inersia arah y (Iy) lebih besar dari pada inersia arah y (Iy) sudut kecil dari 45 dan inersia arah x lebih kecil dari inersia arah x sudut kecil sama dengan 45.
2. Untuk beban angin memakai Ix yang besar, karena angin bekerja hanya pada arah x saja.
3. Untuk sudut kecil dari 45 memakai profil yang mempunyai Inersia arah x (Ix) lebih besar dari pada arah y (Iy), karena momen yang bekerja arah x lebih besar dari arah y. Sudut besar dari 45 memakai profil yang mempunyai Inersia arah y (Iy) lebih besar dari pada inersia arah y (Iy) sudut kecil dari 45 dan inersia arah x lebih kecil dari inersia arah x sudut kecil sama dengan 45, karena momen arah y yang bekerja lebih besar dari momen arah x.
4. Untuk rumah adat melayu Riau yang mempunyai sudut kecil sama dengan 45 memakai profil yang mempunyai Ix lebih besar dari Iy karena akibat pengaruh sudut kemiringan tegangan yang terjadi pada arah x lebih besar. Sudut besar dari 45 disarankan memakai profil yang mempunyai Iy lebih besar dari Iy sudut kecil dari 45 karena tegangan yang terjadi arah y lebih besar dari tegangan yang terjadi pada arah y.
7 Daftar PustakaAl Mudra. M, 2004, Rumah Melayu memangku
adat menjemput zaman, Cetakan pertama, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
Oentoeng, 2000, Konstruksi Baja, Cetakan kedua, LPPM Universitas Kristen Petra Surabaya, Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.