Page 1
PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN
MORFOMETRIK LAMUN (Enhalus acoroides) SERTA
KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK BAKAU
KABUPATEN BINTAN
SUPRIANTO
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
Page 2
PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN
MORFOMETRIK LAMUN (Enhalus acoroides) SERTA
KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK BAKAU
KABUPATEN BINTAN
SUPRIANTO
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
Page 4
ABSTRAK
SUPRIANTO. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan dan Morfometrik Lamun
(Enhalus acoroides) serta Kandungan Nutrien Substrat di Teluk Bakau Kabupaten
Bintan. Tanjungpinang Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Arief Pratomo
S.T., M.Si dan Ita Karlina S.Pi., M.Si.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis substrat
yang berbeda terhadap kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides serta
kandungan nutrien. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai
bulan Mei tahun 2017, di Desa Teluk bakau, Kabupaten Bintan. Metode yang
dilakukan adalah pada pemilihan stasiun dengan purposive sampling namun
penentuan plot dan tegakan menggunakan random sampling. Penentuan plot
berdasarkan jenis substrat yang telah diayak, pada satu jenis substrat terdapat 9
plot pengamatan, pada tiap pot dihitung kerapatan setelah itu digunakan 5 tegakan
lamun E. acoroides yang digunakan untuk pengukuran morfometrik. Analisis data
dengan menggunakan Uji One Way ANOVA yang menunjukkan kerapatan dan
morfometrik lamun E. acoroides dipengaruhi oleh jenis substrat berbeda (p<0.05).
Kandungan nutrien substrat menunjukkan variasi, dimana jenis substrat yang
berbeda mempengaruhi kandungan nitrat dengan nilai yang signifikan atau beda
nyata (p<0.05), namun jenis substrat yang berbeda tidak mempengaruhi
kandungan fosfat dengan nilai yang tidak signifikan atau tidak beda nyata
(p>0.05).
Kata Kunci : Substrat, Morfometrik, Kerapatan, Enhalus acoroides
Page 5
ABSTRACT
SUPRIANTO. Effect of Substrate Against Density and Morphometrics of
Seagrass (Enhalus acoroides) and Nutrient Substrate Content in Teluk Bakau of
Bintan Regency. Tanjungpinang Department of Marine Science, Faculty of
Marine Science and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Advisor by
Arief Pratomo S.T., M.Si and Ita Karlina S.Pi., M.Si.
This research was conducted with the aim to know the influence of different
substrate types on the density and morfometrics of E. acoroides seagrass and
nutrient content. This study was conducted in January to May 2017, in Teluk
Bakau Village, Bintan Regency. The method used is the selection of stations with
purposive sampling but the determination of plots and stands using random
sampling. Determination of the plot based on the type of substrate that has been
sieved, on one type of substrate there are 9 plots of observation, in each plot is
calculated density after that 5 seagrass trees used E. acoroides used for
morfometric measurement. Data analysis using One Way ANOVA Test showed
density and morfometrics of seagrass E. acoroides influenced by different
substrate type (p <0.05). Substrate nutrient content showed variation, where
different substrate type influenced nitrate content with significant value or
significant difference (p <0.05), but different substrate type did not affect
phosphate content with insignificant or no significant value (p> 0.05).
Keywords: Substrate, Morphometrics, Density, Enhalus acoroides
Page 6
© Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017
Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
Page 7
PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN
MORFOMETRIK LAMUN (Enhalus acoroides) SERTA
KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK BAKAU
KABUPATEN BINTAN
SUPRIANTO
NIM. 130254241057
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Ilmu Kelautan
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017
Page 9
PRAKATA
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan dan
Morfometrik Lamun (Enhalus acoroides) serta Kandungan Nutrien Substrat di
Teluk Bakau Kabupaten Bintan. Shalawat dan salam tak lupa penulis
persembahkan kepada Nabi besar Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi
penerang untuk seluruh umat didunia untuk mencapai keselamatan dan
kesejahteraan dunia dan akhirat. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini
tidak lah mudah sehingga banyak hambatan dan rintangan yang di hadapi, namun
berkat kritik, saran dan motivasi, dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat di
selesaikan. Oleh karenanya, izinkan penulis mengucapkan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas ridhoNyalah dan atas dasar karena Allah lah menuntut ilmu
ini, sehingga penulis senantiasa membulatkan tekad untuk terus berusaha
menyelesaikan Skripsi ini.
2. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Suharto dan Ibunda
Kamsiah yang selama ini telah mengasuh, membimbing, menyayangiku dan
memberikan suluruh cinta kasihnya serta pengorbanan dan untaian doa yang
terus mengalir tiada henti, yang sampai kapanpun takkan bisa penulis
membalasnya.
3. Seluruh keluarga besar baik itu Abang maupun adikku tersayang, Chan Suadri
dan Muhammad Zulfa yang telah memberi semangat untuk penulis
menghadapi kehidupan dan Insha allah nanti, kita tiga bersaudara dapat
bersama-sama dapat membahagiakan kedua orang tua kita dengan segala
kesuksesan yang diberikan oleh Allah SWT.
4. Dosen pembimbing satu Bapak Arief Pratomo, S.T, M.Si yang telah banyak
Memberikan bimbingan kepada penulis baik selama bimbingan magang
sampai bimbingan dalam penyusunan skripsi. Terima kasih atas waktu-waktu
yang telah bapak luangkan untuk membimbing dan memberikan arahan
Page 10
kepada saya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dengan
semestinya.
5. Ibu Ita Karlina, S.Pi, M.Si sebagai Ketua Jurusan Ilmu Kelautan FIKP
UMRAH sekaligus Pembimbing dua yang telah membimbing dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Dr. Agung Dhamar Syakti, M.Sc, DEA dan bapak Chandra Joei
Koenawan, S.Pi, M.Si selaku Dekan dan Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji sakaligus penguji
yang telah menguji, memberikan masukan dan saran, serta membantu
penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibuk Fadhliyah Idris sebagai Dosen Penasihat Akademis, yang telah sangat
banyak membantu selama perkuliahan penulis, dan beliau merupakan sosok
seorang dosen yang sangat baik, semoga ibuk selalu dekelilingi oleh orang-
orang yang mencintai ibu dan ALLAH SWT senantiasa membalas semua
kabaikan yang telah ibu berikan, aamiiien.
8. Seluruh Dosen, Staf, dan Pegawai Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan
ilmu selama perkuliahan.
9. Teman-teman yang sudah seperti saudara kandung yang sama-sama berjuang
dari awal perkuliahan sampai menjadi team yang sama-sama berjuang selama
penelitian dan selalu menyebutkan bahwa kami adalah “Team Settu” : Asrar
Yusuf Nisyam Sah, Andi Majidek dan Reno Helensyah Putra. Terima kasih
atas dukungan, kritik dan sarannya. Kerja sama dan semangat kalian semua
pantas diberikan apresiasi yang sebesar-besarnya.
10. Rekan-rekan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH angkatan 2013 yang sama-sama
memeras otak dan keringat, mereka adalah Ricky, Reni, Teri, Azza, Yuni,
Julia, Kurnia, Dian, Dimas, Ichan, serta teman-teman lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan dan semangat dari
awal perkuliahan hingga akhir. Semoga persaudaraan dan keakraban kita
senantiasa terjalin selamanya.
Page 11
11. Team magang DKP Lingga Reyati dan Chintia Mayang Sari yang punya
semangat membara, sehingga api semangat mereka membakar kembali rasa
semangat penulis dalam menjalani pekuliahan dan menyelesaikan tugas akhir.
12. Keluarga Besar Mahasiswa FIKP UMRAH yang telah banyak menuliskan
sejarah semasa perkuliahan dari kakak tingkat sampai adek-adek tingkat
yang bedelau, semoga FIKP kedepannya terus lebih baik lagi dan terkhusus
untuk Jurusan Ilmu Kelautan semoga semakin mantap dan jauh lebih baik
lagi.
13. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu tetapi tidak sempat
disebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala dukungan dan bantuannya,
semoga Allah SWT membalas semua bentuk kebaikan dan ketulusan yang
telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Tanjungpinang, Agustus 2017
Penulis
Suprianto
Page 12
RIWAYAT HIDUP
Suprianto adalah nama penulis skripsi ini, lahir pada tanggal 25 Januari 1995
di Tanjung Bungsu, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari oran tua yang luar biasa yaitu
pasangan suami istri Suharto dan Kamsiah. Penulis menyelesaikan pendidikan
formal di SDN 029 Lingga tahun 2007, SMPN 02 Lingga tahun 2010, SMAN 01
Lingga Utara tahun 2013. Akhirnya tahun 2013 penulis dapat melanjutkan ke
jenjang Perguruan Tinggi yaitu di Universitas Maritim Raja Ali Haji Jurusan Ilmu
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Selama menjadi mahasiswa,
penulis berkesempatan menjadi asisten pada berbagai mata kuliah yakni Dasar
Mikro Biologi Laut, Ekotoksikologi Laut dan Bioteknologi Kelautan. Penulis
aktif pada organisasi Kelompok Minat Bakat Mahasiswa Kewirausahaan (KWU)
dan Forum Organisasi Mahasiswa Islam (FOSMI) serta aktif di organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Penulis
menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Praktik Keterampilan Lapang di Desa
Sungai Ladi Tanjung Pinang kota dan Magang di Kabupaten Lingga bersama
Team COREMAP-CTI di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “PENGARUH SUBSTRAT
TERHADAP KERAPATAN DAN MORFOMETRIK LAMUN (Enhalus
acoroides) SERTA KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK
BAKAU KABUPATEN BINTAN”.
Page 13
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................... 2
1.4. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
2.1. Morfologi Enhalus acoroides .......................................................... 3
2.2. Pertumbuhan Lamun ......................................................................... 4
2.3. Habitat Lamun ................................................................................... 4
2.4. Kandungan Nutrien Dalam Sedimen ................................................ 5
2.5. Substrat .............................................................................................. 6
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 7
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 7
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 8
3.3. Prosedur Kerja ................................................................................... 9
3.3.1. Tahap Persiapan .......................................................................... 9
3.3.2. Penentuan Stasiun Pengamatan ................................................... 9
3.3.3. Pengambilan Sampel Substrat ..................................................... 10
3.3.4. Pengambilan Data ....................................................................... 11
3.4. Analisis Data ..................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 14
4.1. Substrat .............................................................................................. 14 4.2. Vegetasi Lamun ................................................................................ 15
4.2.1. Kerapatan Lamun ........................................................................ 15
4.2.2. Morfometrik Lamun .................................................................... 17
4.3. Kandungan Nutrien Dalam Sedimen ................................................ 21
4.4. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometrik Lamun
Enhalus acoroides Serta Nutrien Terhadap Substrat ........................ 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 25
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 25
5.2. Saran .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26
LAMPIRAN .............................................................................................. 29
Page 14
DAFTAR TABEL
1. Alat ............................................................................................................. 8
2. Bahan.......................................................................................................... 8
Page 15
DAFTAR GAMBAR
1. Enhalus acoroides ...................................................................................... 3
2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................ 7
3. Alur Prosedur Kerja ................................................................................... 9
4. Sketsa Stasiun ............................................................................................ 10
5. Pengambilan Sampel Substrat .................................................................... 10
6. Tahapan analisis data ................................................................................. 13
7. Persentase Rata-Rata Berat Butir Sedimen ................................................ 14
8. Rata-rata Kerapatan E. acoroides .............................................................. 16
9. Rata-rata panjang daun lamun .................................................................... 17
10. Rata-rata lebar daun lamun ........................................................................ 19
11. Rata-Rata Jumlah Akar Lamun .................................................................. 20
12. Rata-Rata Kandungan Nitrat ...................................................................... 21
13. Rata-Rata Kandungan Fosfat ..................................................................... 22
Page 16
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kerapatan Lamun E. acoroides dan Titik koordinat Perplot ..................... 30
2. Panjang Daun ............................................................................................. 31
3. Lebar Daun ................................................................................................. 33
4. Jumlah Akar ............................................................................................... 35
5. Kandungan Nutrien Sedimen ..................................................................... 37
5. Substrat Pasir .............................................................................................. 38
6. Substrat Pasir Berkarang ............................................................................ 40
7. Substrat Pecahan Karang............................................................................ 42
8. Hasil Analisis One Way Anova Substrat Terhadap Kerapatan .................. 44
9. Hasil Analisis One Way Anova Panjang Daun .......................................... 46
10. Hasil Analisis One Way Anova Lebar Daun ............................................. 48
11. Hasil Analisis One Way Anova Jumlah Akar ............................................ 50
12. Hasil Analisis One Way Anova Kandungan Nitrat.................................... 52
14. Hasil Analisis One Way Anova Kandungan Fosfat ................................... 54
15. Foto-foto Kegiatan Penelitian .................................................................... 56
Page 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lamun (seagrass) adalah tanaman berbunga yang dapat tumbuh di daerah
estuari yang mempunyai kadar garam tinggi. Tumbuhan ini hidup dan
berkembang biak di habitat perairan pantai yang dangkal, struktur substrat
mempengaruhi sebaran spesies-spesies lamun dan bentuk pertumbuhannya.
Struktur substrat mempengaruhi zonasi sebaran spesies-spesies lamun dan
bentuk pertumbuhannya. Spesies lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat dan
substrat yang berbeda dengan menunjukkan bentuk pertumbuhan yang berbeda,
dan kelompok-kelompok spesies lamun membentuk zonasi tegakan yang jelas
apakah murni ataupun asosiasi beberapa jenis (Kiswara, Hutomo. 1985). Lamun
dapat tumbuh dihampir semua tipe substrat, mulai dari substrat berlumpur sampai
dengan substrat berpasir. Kehidupan lamun ditentukan oleh media tumbuhnya
agar tidak mudah terbawa arus gelombang. Adanya perbedaan komposisi jenis
substrat dapat mempengaruhi perbedaan komposisi jenis lamun, juga dapat
mempengarui perbedaan kesuburan dan pertumbuhan lamun (Kiswara. 1992).
Produktivitas lamun yang tinggi disebabkan oleh tingginya kandungan nitrat dan
fospat sedimen (Supriadi et al., 2012).
Kerapatan lamun dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh lamun tersebut
diantaranya adalah tipe substrat. Selain itu morfologi atau bentuk lamun juga
berpengaruh terhadap kerapatan lamun (Kiswara. 1992).
Sitorus. (2011), menyatakan salah satu kawasan pulau Bintan yang memilki
jenis substrat yang beragam terdapat di kawasan Teluk Bakau. Lamun jenis E.
acoroides adalah lamun yang paling dominan ditemukan perairan Teluk Bakau.
Oleh karenanya diperlukan penelitian tentang hubungan antara substrat berbeda
terhadap kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides serta kandungan nutrien
pada substrat, di kawasan tersebut.
Page 18
2
1.2. Perumusan Masalah
Berbagai tipe substrat mulai dari substrat yang halus hingga substrat yang kasar
mampu ditumbuhi lamun E.acoroides. Perbedaan nutrisi dan proses dekomposisi
yang mempengaruhi pertumbuhan lamun dan pada akhirnya akan mempengaruhi
kerapatan lamun tersebut tergantung ukuran butir sedimen (Kiswara. 1992). Dari
pernyataan diatas dapat diambil suatu hipotesa yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kandungan
nutrien pada substrat, morfometrik dan kerapatan lamun E. acoroides.
H1 : Ada pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kandungan nutrien
pada substrat, morfometrik dan kerapatan lamun E. acoroides.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides pada substrat
yang berbeda di Kawasan Teluk Bakau Kabupaten Bintan.
2. Mengetahui kandungan nutrien substrat pada jenis substrat yang berbeda
di Kawasan Teluk Bakau Kabupaten Bintan.
3. Menganilisis pengaruh substrat berbeda terhadap kerapatan dan
morfometrik lamun E. acoroides serta kandungan nutrien di Kawasan
Teluk Bakau Kabupaten Bintan.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai
hubungan antara kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides serta kandungan
nutrien substrat dengan jenis substrat dan menjadi informasi yang bermanfaat
dalam pemilihan jenis substrat untuk penanaman lamun jenis E. acoroides
khususnya di kawasan Teluk Bakau Kabupaten Bintan.
Page 19
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Enhalus acoroides
Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal dari kelas Angiospermae. Lamun
merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang mampu hidup terendam dalam
air laut (Rollón et al., 2003). Lamun terdiri dari rhizome, daun dan akar, rhizome
merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-
buku atau dikenal sebagai akar rimpang. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang
pendek yang tegak keatas, berdaun, dan berbunga (Ghufran, Khordi. 2011).
Verheij. (1993), menambahkan E.acoroides merupakan salah satu jenis lamun
mempunyai ukuran morfologi yang besar jika dibandingkan dengan jenis lainnya.
Jenis ini dapat tumbuh menjadi padang yang monospesifik ataupun seringkali
tumbuh bersama dengan jenis lamun Thalasia.
Gambar 1 Jenis lamun E.acoroides (Sumber pribadi)
Klasifikasi lamun E. acoroides menurut Phillips, Meñez. (1998).
Kingdom: Plantae
Divisi: Anthophyta
Kelas: Monocotyledoneae
Ordo: Helobiae
Famili: Hydrocharitaceae
Genus: Enhalus
Spesies: Enhalus acoroides
Page 20
4
Lamun E.acoroides (Gambar 1) hanya terdapat di daerah tropis, lamun ini
memiliki rhizoma dengan tebal diameternya sekitar 1,5 cm dan ditutupi oleh
serabut hitam yang berasal dari sisa pembusukan daun tuanya (bristle) dan
akarnya berbentuk seperti kabel (Lacap et al., 2002). Mempunyai rimpang
berdiameter 13,15-17,20 yang tertutup rapat dengan rambut-rambut yang kaku
dan keras (Kiswara. 1992). Pada rimpang terdapat akar-akar yang banyak
(Maabuat et al., 2012). Daun berbentuk seperti pita dengan panjang daun rata-rata
sekitar 30–150 cm dan lebar daun antara 1.25-1.75 cm (Phillips, Menez. 1998).
Bentuk buah bulat dengan tangkai yang panjang dan buah yang matang ditandai
dengan bulu-bulu buah yang memendek dan terasa padat apabila dipegang (Den
Hartog. 1970).
2.2. Pertumbuhan Lamun
Bertambahnya panjang pada bagian-bagian tertentu seperti daun dan rhizome
lamun menggambarkan pertumbuhannya, pengukuran pertumbuhan rhizome
lamun lebih sulit pada jenis-jenis tertentu karena umumnya berada dibawah
substrat, sedangkan penelitian pertumbuhan daun lamun lebih mudah diamati
karena berada di atas substrat (Azkab. 1994).
Menurut Christon et al., (2012), jenis substrat adalah salah satu faktor yang
membatasi pertumbuhan dan sebaran lamun, nutrien dalam sedimen merupakan
kandungan yang bermanfaat bagi pertumbuhan lamun. Irfania. (2009),
menambahkan tebalnya substrat dan stabilitas sedimen memiliki peranan sebagai
tempat pengolahan dan pemasukan nutrien. Besar kecilnya kandungan nutrien
dalam sedimen tidak akan selalu sama tergantung karakter dan lokasi keberadaan
sedimen tersebut. Laju pertumbuhan lamun berbeda-beda dari lokasi yang satu
dengan yang lainnya, karena kecepatan atau laju pertumbuhan lamun dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain tingkat kesuburan substrat dan kandungan nutrien
dalam perairan.
2.3. Habitat Lamun
Lamun adalah tumbuh-tumbuhan berbunga yang bisa berkembang dengan baik
di peraian laut yang dangkal, mempunyai kadar garam yang tinggi, daerah
Page 21
5
perairan yang terus memiliki genangan air ataupun daerah yang terbuka pada saat
air surut, pada substrat pasir, pasir berlumpur, lumpur lunak dan juga pada karang
(Kiswara, Hutomo. 1985).
Carlo, McKenzie. (2011), menjelaskan lamun paling banyak tumbuh biasanya
di bagian muara sungai, perairan dangkal dan terumbu karang pesisir. Beberapa
lamun hidup di perairan pantai hingga pada kedalaman 60 meter, namun sebagian
besar ditemukan di daerah pantai pada kedalaman tidak lebih dari 25 meter. Di
daerah tropis lamun sering terhubung ke bakau dan terumbu karang habitat dan
memainkan peran penting dalam menjaga semua tiga sistem dan tanaman terkait
dan hewan yang sehat dan fungsional.
2.4. Kandungan Nutrien Dalam Sedimen
Nutrien merupakan zat hara yang penting dalam menunjang proses
pertumbuhan dan perkembangan potensi sumberdaya ekosistem laut (Nybaken.
1992).
Sumber utama fosfat dan nitrat secara alami berasal dari perairan itu sendiri
melalui proses penguraian, pelapukan, dekomposisi tumbuhan, sisa-sisa
organisme mati, buangan limbah daratan yang akan terurai oleh bakteri menjadi
zat hara berupa nutrien yang dimanfaatkan oleh tumbuhan laut seperti lamun
untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya, lamun memperoleh nutrien
melalui dua jaringan tubuhnya yaitu melalui akar dan daun. Penyerapan nutrien
pada kolom air dilakukan oleh daun sedangkan penyerapan nutrien dari sedimen
dilakukan oleh akar namun tidak menutup kemungkinan pengangkutan nutrien
oleh akar juga akan sampai pada bagian daun dari lamun. (Erftemeijer,
Middelburg. 1993). Sedangkan McRoy et al., (1972), menyatakan bahwa sebagian
besar kandungan nutrien yang digunakan untuk pertumbuhan lamun adalah
nutrien yang berada di dalam sedimen.
Di daerah tropis lamun berkembang sangat baik dan dapat tumbuh di berbagai
habitat mulai pada kondisi nutrien rendah sampai nutrien tinggi (Dahuri. 2001).
Page 22
6
2.5. Substrat
Keberadaan substrat sangat penting bagi lamun, sebagai tempat hidup dan
pemasok nutrisi. Berdasarkan Kiswara. (1997), padang lamun di Indonesia
dikelompokkan dalam enam kategori berdasarkan tipe substratnya, yaitu lamun
yang hidup pada substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing
karang, dan batu karang.
Fraksi sedimen mempunyai peranan dalam sistem perakaran lamun. Lamun
yang hidup di substrat rubble dan pasir cenderung memiliki perakaran yang lebih
kuat dibandingkan lamun yang hidup disubstrat lumpur. Hal ini karena porositas
pasir yang besar dan seragam sehingga akar perlu mencengkram kuat substrat
supaya dapat bertahan dari arus dan gelombang. Sedangkan lamun yang tumbuh
pada substrat lumpur memiliki ukuran butiran sedimen yang halus. Sehingga
membutuhkan lebih banyak akar untuk mengikat sedimen (Hasanuddin. 2013).
Page 23
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Gambar 2 Peta lokasi penelitian (Dokumentasi Pribadi)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2017 yang meliputi studi
literatur, survei awal lokasi, pengambilan data lapangan, analisa sampel,
pengolahan data dan analisa data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Kawasan Teluk Bakau Kabupaten Bintan
(Gambar 2), berdasarkan dengan jenis substrat yang ditemukan di lapangan.
Adapun jenis substrat yang terdapat di lokasi pengamatan berdasarkan hasil survei
awal lokasi secara pengamatan visual yakni pasir berlumpur, pasir dan rubble.
Pernyataan ini juga diperkuat dengan hasi penelitian (Sitorus. 2011) yang
mengatakan tipe substrat di perairan Teluk Bakau dikategorikan menjadi pasir,
pasir berlumpur dan rubble. Untuk analisa kualitas air dan analisa tekstur sedimen
dilakukan di Laboratrium FIKP UMRAH Tanjungpinang dan untuk analisa
nutrien sedimen dilakukan di Laboratrium BPBL Batam.
Page 24
8
3.2. Alat dan Bahan
Tabel 1 Alat
No Alat Kegunaan
1 Pipa PVC Substrat
2 GPS Menandai Lokasi Penelitian
3 Kamera Dokumentasi
4 Transekkuadran Sampling lamun
5 Spectrophotometer Pengukur kandungan nutrient substrat
6 Sieve Net Mengeyak sedimen
7 Erlemeyer Wadah titrasi
8 Timbagan digital Mengukur berat sampel
9 Cawan petri Wadah penimbangan sedimen
10 Penggaris Mengukur morfometrik daun
Sumber : Hasanudin. (2013) dengan modifikasi
Tabel 2 Bahan
No Bahan
1 Sampel sedimen
2 Kertas saring whatman
3 Pengekstrak bray
4 Brucine
5 Asam sulfat
Sumber : Hasanudin. (2013) dengan modifikasi
Page 25
9
3.3. Prosedur Kerja
Penelitian ini dilaksanakan terdiri atas beberapa tahap antara lain:
Gambar 3 Alur prosedur kerja (Hasanudin. 2013, dengan modifikasi)
3.3.1. Tahap Persiapan
Tahap ini studi literatur dan pengumpulan informasi mengenai kondisi umum
lokasi penelitian, penentuan metode penelitian, survei awal lapangan,
mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan selama penelitian dan pelaksanaan
penelitian di lapangan dan di laboratorium.
3.3.2. Penentuan Stasiun Pengamatan
Penentuan lokasi stasiun pengamatan dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu pemilihan lokasi berdasarkan tujuan tertentu dimana tahap
pertama adalah pemilihan fraksi sedimen di lapangan dan dilihat secara visual
lokasi yang akan menjadi sampel keterwakilan substrat. Penentuan stasiun
penelitian dilakukan dengan batasan kuadrat berukuran 1 m x 1 m dan
memberikan tanda posisi plot dengan menggunakan GPS agar pengamatan lamun
tetap sama dengan titik plot pengambilan substrat. Transek kuadran ini diletakkan
sebelah kanan garis transek yang ditarik mulai dari awal dijumpai lamun
Page 26
10
E.acoroides hingga batas surut terendah kearah laut dengan jarak antar plot 5
meter.
Gambar 4 Sketsa Stasiun (Hasanudin. 2013, dengan modifikasi)
3.3.3. Pengambilan Sampel Substrat
Pengambilan sampel substrat didalam plot menggunakan pipa paralon sampai
kedalaman 20 cm. setiap jenis sampel substrat yang didapat dimasukkan kedalam
kantong plastik yang berbeda dengan terlebih dahulu diberi label. Skema
pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 5 Pengambilan sampel substrat (Hasanudin. 2013, dengan modifikasi)
Sampel substrat yang telah diambil kemudian dikeringkan dan dilakukan
penimbangan per mesh dan penentuan fraksi sedimen dengan metode pengayakan
kering di Laboratrium Kelautan UMRAH yang selanjutnya data hasil timbangan
akan diolah menggunakan gradistat versi 8 dalam Microsoft excel.
Page 27
11
Setelah hasil substrat diperoleh maka tahap selanjutnya menentukan plot
dengan jumlah sebanyak 9 buah pada satu jenis substrat yang didalamnya terdapat
lamun jenis E. acoroides dengan menggunakan metode random sampling yang
selanjutnya akan diamati kerapatan dan morfometrik lamun serta kandungan
Nutrien sedimen. Metode penentuan stasiun pengamatan ini mengacu pada
KepMen LH No. 200 Tahun 2004.
3.3.4. Pengambilan Sampel dan Data
3.3.4.1. Pengambilan sampel nutrien sedimen (nitrat dan fosfat)
Pengambilan sampel sedimen di setiap substrat plot pengamatan dengan
menggunakan PVC paralon (diameter 5 cm, panjang 20 cm). Sampel sedimen
dimasukkan kedalam kantong sampel, kemudian mengeringkan sampel tersebut
didalam oven dengan tidak melakukan pencucian sampel sebelumnya. Ini
dilakukan agar kandungan nutrien dalam sedimen tidak hilang.
Selanjutnya dianalisis konsentrasi dengan kandungan nitrat dan fosfatnya di
laboratorium dengan tahap analisis yakni mengekstraksi sedimen untuk analisis
nitrat dan fosfat dengan cara menimbang 5 gram sedimen dengan teliti dan
dimasukkan kedalam botol. Kemudian ditambahkan larutan penglarut nutrien
yang telah dimodifikasi (aquades) sebanyak 50 ml, kocok selama 1 menit. Lalu
menyaring dengan kertas saring Whatman. Dan hasil saringan siap untuk
dianalisis nitrat dan fosfat dengan menggunakan prosedur kualitas air sebagai
berikut:
Analisis nitrat
Pada pipet 10 ml air sampel yang telah disaring kedalam tabung ukur,
selanjutnya ditambahkan 1 bungkus reagen kedalam air sampel. Lalu dikocok air
sampel sampai bubuk reagen tercampur rata. Kemudian dibuat larutan blangko
nitrat sebagai pembanding. Dengan kolorimeter, diukur sampel dan larutan
blangko.
Page 28
12
Analisis fosfat
Pada pipet 50 ml air sampel tersaring dan ditambahkan 1tetes indikator pp,jika
larutan berwarna merah muda tambahkan H2SO4 5N,kemudian tambahkan 8 ml
larutan campuran (50 ml H2SO45N+5ml antimotil + 15ml Ammonium
molybdate). Homogenkan dan diamkan 10 menit dan sebelum 12 menit.
Kemudian dibuat larutan standar fosfat yang sebelum pengenceran 100 ml
ditambahkan 20-30 ml aquades sampai tanda tera kemudian diukur air sampel dan
larutan standar dengan Spectrophotometer 0,000 absorbance dengan panjang
gelombang 880 nm.
3.3.4.2. Pengambilan Data Morfometrik Lamun
Untuk kemudahan serta ketepatan pengamatan dan pengambilan lamun sampel
dilakukan dengan menggunakan transek kuadran 1 x 1 meter yang terdiri dari 25
subplot. Pengambilan sampel lamun dilakukan dengan memilih 5 tegakan secara
acak dengan cara melakukan pengundian 5 nomor subplot dari 25 subplot dengan
metode lotre. Sampel daun lamun diambil dengan memotong pangkal daun yang
masih utuh pada helaian ke 2 pada tiap tegakan sebanyak 5 tegakan lamun dalam
transek yang kemudian dilakukan pengukuran panjang dan lebar daun dengan
menggunakan mistar. Untuk pengambilan sampel morfometrik akar dilakukan
pada 5 tegakan yang sama dengan tegakan sampel daun yaitu dengan menggali
lamun sampai pada akarnya kemudian dihitung jumlah akar pada setiap tegakan.
3.3.4.3. Pengukuran Kerapatan Jenis Lamun
Untuk pengamatan kerapatan dilakukan dengan menghitung jumlah tegakan
lamun dalam transek pada setiap titik pengamatan pada setiap stasiun. Kerapatan
lamun dihitung dengan rumus.
ni
Keterangan :
D : Kerapatan jenis (tegakan/m2)
Ni : Jumlah tegakan
A : Luas daerah yang disampling (m2)
Page 29
13
3.4. Analisis Data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk
mengetahui hubungan kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides pada
substrat yang berbeda dianalisis menggunakan analisis varian one way anova
dengan bantuan perangkat lunak SPSS 20.0. Sebelum data dianalisis data lebih
dulu diuji kenormalan data. Jika sifat data normal maka akan dilakukan uji one
way annova dengan tingkat kepercayaan 95 %, apabila adanya perbedaan
signifikan maka dilakukan uji lanjut LSD mana yang hasilnya optimum. Jika sifat
data tidak normal maka analisis data menggunakan Krruskal Wallis.
Rumus model linier dan tabel sidik ragam adalah :
ij i + ij
Keterangan :
I : 1, 2, …, p (Jumlah perlakuan) dan j 1, 2, …,r (Jumlah Ulangan)
Yij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
: Rataan umum
i : Pengaruh perlakuan ke-i
ij : Pengaruh acak atau galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
Adapun tahapan dalam menganalisis data kerapatan dan morfometrik
lamun sebagai berikut :
Gambar 6 Tahapan analisis data
Page 30
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Substrat
Berbagai ukuran material penyusun sedimen yang kemungkinan diendapkan di
sepanjang pantai perlu dilakukan analisis tekstur untuk mengetahui jenis sedimen
sebagai habitat padang lamun, dan kemudian dikaitkan dengan kondisi lamun
karena hal ini sesuai dengan pernyataan Newmaster et al., (2011), menyatakan
bahwa lamun suka hidup pada substrat berlumpur, berpasir, tanah liat, ataupun
substrat dengan patahan karang serta pada celah-celah batu. Hasil sedimen yang
diambil kemudian diolah untuk memperoleh persentase masing-masing jenis
ukuran sedimen, adapun persentase ukuran sedimen setiap stasiun pengamatan
berdasarkan gradistart ialah seperti pada Gambar 7.
Gambar 7 Persentase Rata-Rata Berat Butir Sedimen Setiap Stasiun
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pasir Pasir Berkarang Pecahan Karang
ᴓ ayakan 2360 µm
ᴓ ayakan 2000 µm
ᴓ ayakan 1180 µm
ᴓ ayakan 500 µm
ᴓ ayakan 250 µm
ᴓ ayakan 125 µm
ᴓ ayakan 106 µm
ᴓ ayakan <63 µm
Page 31
15
Setelah diayak diperoleh hasil ukuran partikel sedimen masing-masing
stasiunnya yang kemudian dianalisis berdasarkan gradistart versi 8 maka
diperoleh stasiun pengamatan dengan kategori stasiun pasir, pasir berkarang dan
pecahan karang (Lihat pada lampiran 6,7 dan 8).
Perbedaan morfometrik lamun, pengaruh perbedaan kesuburan dan kerapatan
tumbuhan lamun dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi jenis subtrat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rabuanah. (2013), bahwa adanya perbedaan komposisi
jenis substrat dapat menyebabkan perbedaan komposisi jenis lamun dan juga
dapat mempengaruhi perbedaan kesuburan dan pertumbuhan lamun. Kemudian
diperkuat dengan pernyataan Kiswara. (1992), bahwa perbedaan ukuran sedimen
akan menyebabkan perbedaan kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi
pertumbuhan lamun serta proses dekomposisi dan meneralisasi yang terjadi di
dalam substrat.
4.2. Vegetasi Lamun
4.2.1. Kerapatan Lamun
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kerapatan lamun tertinggi
ditemukan pada substrat pasir dengan rata-rata sebesar 81 ± 9,632 tegakan/m2, dan
kemudian diikuti dengan substrat pasir berkarang dengan rata-rata kerapatan 66,7
± 24,004 tegakan/m2, sedangkan kerapatan terendah ditemukan pada substrat
pecahan karang dengan kerapatan rata-rata sebesar 31,7 ± 9,024 tegakan/m2
(Gambar 8). Dari hasil uji one way anova (p<0.05) dan uji lanjut yang
menunjukkan bahwa kerapatan lamun E. acoroides yang hidup pada substrat pasir
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan yang hidup pada substrat pasir
berkarang, dan kerapatan terendah didapatkan pada substrat pecahan karang,
dimana nilai p nya adalah 0,00 (Lihat Lampiran 9).
Page 32
16
Gambar 8 Rata-rata Kerapatan Enhalus acoroides pada Stasiun Penelitian
Kerapatan lamun E. acoroides tertinggi terdapat pada substrat jenis pasir
karena jenis partikel substrat mempengaruhi pertumbuhan dan kerapatan lamun.
Sesuai dengan pernyataan Feryatun et al., (2012), yang menyatakan semakin
besar partikel sedimen maka akan semakin kecil kerapatan lamun, dan
hubungannya berlawanan arah. Kerapatan lamun paling sedikit terdapat pada
stasiun dengan substrat pecahan karang, karena pada stasiun ini terdapat banyak
pecahan karang yang besar sehigga akar lamun tidak dapat menancapkan akarnya
terlalu dalam dan memungkinkan untuk terlepas dari substrat. Sesuai dengan
pernyataan Frasiandini et al., (2012), bahwa kepadatan jenis lamun E. acoroides
tertinggi adalah pada jenis substrat yang lebih halus dan kepadatan lamun
terendah pada substrat yang kasar, serta kepadatan lamun berhubungan dengan
struktur morfologi dan anatomi lamun khususnya akar yang berfungsi sebagai
jangkar untuk memberi kekuatan, diperkuat dengan pernyataan Handayani et al.,
(2016), yang menyatakan semakin halus tekstur substrat semakin memungkinkan
lamun dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, karena memudahkan lamun
untuk menancapkan akar ke dalam substrat dan memungkinkan lamun untuk
mampu menyerap unsur-unsur hara yang ada di substrat sedimen sebagai sumber
makanan bagi lamun demikian sebaliknya.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pasir Pasir Berkarang Pecahan Karang
Kerapatan lamun Enhalus acoroides
tegakan/m²
81 ± 9,632 66,7 ± 24,004
31,7 ± 9,024
Page 33
17
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa jenis substrat yang lebih halus dapat
mengikat kandungan organik yang dibutuhkan lamun lebih tinggi. Menurut
Maslukah. (2013), Sedimen yang halus memiliki persentase bahan organik lebih
tinggi dibandingkan sedimen yang kasar. Salah satu kandungan yang sangat
menunjang proses pertumbuhan lamun adalah tingginya kandungan bahan organik
didalam substrat. Diperkuat pernyataan Menurut Dahuri et al., (2001), yang
menyatakan komposisi jenis, luas tutupan dan sebaran lamun dapat dipengaruhi
ketersediaan nutrien pada substrat yang tidak merata sehingga lamun hanya
tumbuh pada titik tertentu.
4.2.2. Morfometrik Lamun
4.2.2.1. Panjang Daun
Pada penelitian ini didapatkan panjang daun di masing-masing substrat
bervariasi, dimana lamun pada substrat pasir memiliki rata-rata panjang daun 72,4
± 5,632 cm, dan pada substrat pasir berkarang rata-rata panjang daunnya 66,26 ±
3,578 cm, sedangkan rata-rata panjang daun pada pecahan karang adalah 61,81 ±
5,705 cm (Gambar 9).
Gambar 9 Rata-rata panjang daun lamun pada stasiun penelitian
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pasir Pasir Berkarang Pecahan Karang
Panjang Daun
cm
72,4 ± 5,632
66,26 ± 3,578 61,81 ± 5,705
Page 34
18
Hasil analisis one way anova menunjukan bahwa panjang daun pada ketiga
stasiun antara substrat pasir, pasir berkarang dan pecahan karang berbeda nyata
(p<0,05), dan selanjutnya hasil uji lanjut mempertegas bahwa lamun yang hidup
pada substrat pasir memiliki daun terpanjang dan pada substrat pecahan karang
memiliki daun terpendek, dimana nilai p nya adalah 0,00 (Lihat Lampiran 10).
Hal ini terjadi karena kerapatan lamun dipengaruhi oleh karakteristik substrat
tempat lamun tumbunya Sesuai dengan pernyataan De Silva, Amarasinghe.
(2007), yaitu karakteristik substrat berpengaruh terhadap morfologi dan
pertumbuhan lamun. Serta dimungkinkan hal ini terjadi karena pada substrat pasir
mampunyai kerapatan yang lebih tinggi sehingga panjang daun paling tinggi pada
substrat ini. Semakin besar kerapatan pada suatu daerah maka semakin besar nilai
produksi daun dan biomasaa lamun yang terdapat didalamnya. (Christon et al.,
2012). Diperkuat pernyataan Fortes. (1989) in Alie. (2010), bahwa besarnya
biomassa lamun bukan hanya merupakan fungsi dari ukuran tumbuhan, tetapi juga
merupakan fungsi dari kerapatan.
Pada substrat pasir jumlah kandungan bahan organik yang mengendap lebih
tinggi bila dibandingkan dengan substrat pasir berkarang dan terlebih pada
pecahan karang, karena bahan organik sangat dibutuhkan lamun untuk
pertumbuhan. Sesuai dengan keterangan Handayani et al., (2016), yaitu rata-rata
kandungan organik tertinggi pada jenis substrat yang lebih halus jika
dibandingkan dengan subtrat yang lebih kasar.
4.2.2.2. Lebar Daun
Rata-rata lebar daun yang didapatkan pada penelitian ini juga bervariasi di
masing-masing jenis substrat, dimana lamun pada substrat pasir memiliki rata-rata
lebar daun yaitu 1,493 ± 0,082 cm, pada substrat pasir berkarang yaitu 1,343 ±
0,062 cm, dan pada substrat pecahan karang yaitu 1,321 ± 0,072 cm (Gambar 10).
Page 35
19
Gambar 10 Rata-rata lebar daun lamun pada stasiun penelitian
Berdasarkan hasil analisis one way anova bahwa lebar daun lamun pada
ketiga jenis substrat baik itu substrat pasir, pasir berkarang maupun pecahan
karang berbeda nyata (p<0,05), dan selanjutnya hasil uji lanjut mempertegas
bahwa lamun yang hidup pada substrat pasir memiliki daun terlebar dan pada
substrat pecahan karang meiliki daun terkecil, dimana nilai p nya adalah 0,00
(Lihat Lampiran 11). Hal ini karena lamun pada substrat pasir pertumbuhannya
lebih fokus pada daun dibandingkan pada akar dan sedangkan pada substrat
pecahan karang pertumbuhan lamun lebih fokus pada akarnya. Hal ini sesuai
pernyataan Erftemeijer, Middleburg. (1993), yang mengatakan bahwa lamun
pada substrat yang kasar membutuhkan banyak akar karena lamun mengambil ±
90% nutrien untuk pertumbuhannya melalui sistem akar.
4.2.2.3. Jumlah Akar
Nilai rata-rata jumlah akar lamun Enhalus acoroiders yang didapatkan pada
penelitian ini yaitu pada substrat pasir 13,7 ± 2,773 akar, pada substrat pasir
berkarang yaitu 23,4 ± 2,242 akar, dan pada substrat pecahan karang yaitu 28,7 ±
3,192 akar (Gambar 11).
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
Pasir Pasir Berkarang Pecahan Karang
Lebar Daun
cm
1,321 ± 0,072 1,343 ± 0,062
1,493 ± 0,082
Page 36
20
Gambar 11 Rata-Rata Jumlah Akar Lamun Pada Stasiun Penelitian
Berdasarkan data yang didapatkan substrat pasir memiliki jumlah akar paling
sedikit, kemudian diikuti substrat pasir berkarang, sedangkan jumlah akar yang
paling banyak terdapat pada substrat pecahan karang. Dari hasil analisis one way
anova menunjukan bahwa jumlah akar pada setiap jenis substrat berbeda nyata
(p<0,05), dimana nilai p nya adalah 0,00 (Lihat Lampiran 12).
Hal ini dikarenakan pecahan karang mempunyai partikel substrat lebih kasar
dibandingkan pasir berkarang dan pasir, sehingga akar lamun pada jenis substrat
pecahan karang harus kuat mengikat substrat dan memerlukan banyak akar untuk
mengikat substrat, karena ukuran butir sedimen yang kasar serta tingkat porositas
yang besar dan seragam sehingga lamun E. acoroides memerlukan akar yang
lebih banyak untuk mencengkeram kuat substrat sesusai dengan penelitian
Badaria. (2007), di Teluk Banten, Lamun yang hidup pada substrat yang ukuran
butir sedimen kasar atau besar cenderung memiliki perakaran yang lebih kuat
dibandingkan yang hidup di substrat dengan ukuran butir sedimen lebih halus.
Serta diduga hasil ini bisa terjadi karena proses adaptasi lamun untuk memperoleh
nutrien sesuai kebutuhannya. Dugaan ini sesuai dengan penelitian Steven. (2013),
yang menyebutkan substrat pecahan karang memiliki tekstur yang lebih kasar
sehingga akar lamun sulit untuk menembus substrat dalam memperoleh nutrien.
0
5
10
15
20
25
30
35
Pasir Pasir Berkarang Pecahan Karang
Jumlah akar
Akar
28,7 ± 3,192
23,4 ± 2,224
13,7 ± 2,773
Page 37
21
Untuk tetap memperoleh nutrien yang cukup untuk pertumbuhannya maka salah
satu adaptasi yang dilakukan yaitu memperbanyak akar.
4.3. Kandungan Nutrien Dalam Sedimen
Nutrien dibutuhkan lamun dalam jumlah takaran yang cukup dan seimbang
agar terus tumbuh dan berkembang sesuai daur hidupnya. Hasil pengukuran
nutrien dibagi menjadi 2 yakni :
4.3.1. Nitrat
Gambar 12 Rata-Rata Kandungan Nitrat Pada Stasiun Penelitian
Nitrat adalah salah satu unsur hara yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan
lamun. Berdasarkan penelitian ini rata-rata nitrat pada substrat pasir sebesar 3,72
± 0,84 ppm, pada substrat pasir berkarang sebesar 1,90 ± 1,33 ppm, sedangkan
pada substrat pecahan karang sebesar 1,02 ± 1,55 ppm (Gambar 12). Hasil one
way anova menunjukkan bahwa kandungan nitrat pada substrat pasir, pasir
berkarang dan pecahan karang berbeda nyata (p<0,05) dengan tingkat
kemungkinan p adalah 0,00 dan selanjutnya hasil uji lanjut mempertegas bahwa
kandungan nitrat paling tinggi terdapat pada substrat pasir dan paling rendah
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
pasir pasir berkarang pecahan karang
Rata-rata kandungan nitrat pada substrat
ppm
3,72 ± 0,83
1,90 ± 1,34
1,02 ± 1,54
Page 38
22
terdapat pada substrat pecahan karang dimana menunjukkan perbedaan yang
sangat signifikan (lihat lampiran 13).
Dimana pada penelitian ini pasir merupakan substrat dengan konsentrasi nitrat
tertinggi dan nitrat dengan konsentrasi terendah pada substrat pecahan karang.
Berdasarkan Olsen, Dean. (1957) in Monoarfa. (1992), membagi konsentrasi
nitrat dalam tanah menjadi 3 bagian yaitu <3 ppm = rendah, 3 – 10 ppm =
sedang, dan >10 ppm = tinggi, berdasarkan hasil penelitian ini kisaran nitrat pada
stasiun dengan substrat pasir berada pada konsentrasi sedang namun pada substrat
pasir berkarang dan pecahan karang berada pada konsentrasi rendah. Disini dapat
dilihat sedimen halus lebih tinggi nilainya dibandingkan sedimen yang lebih kasar
seperti pada substrat pasir berkarang dan pecahan karang. Dimana dalam hal
penyerapan nitrat, pasir berkarang maupun pecahan karang kurang baik bila
dibandingkan dengan pasir. Sesuai dengan pendapat Tomascik et al., (1997), yang
mengatakan bahwa sedimen halus mampu menyerap nitrat lebih tinggi
dibandingkan dengan sedimen kasar.
4.3.2. Fosfat
Gambar 13 Rata-Rata Kandungan Fosfat Pada Stasiun Penelitian
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
pasir pasir berkarang pecahan karang
Rata-rata kandungan fosfat pada substrat
ppm
0,32 ± 0,78
0,17 ± 0,43
0,37 ± 0,90
Page 39
23
Fosfat merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh lamun untuk
tumbuh dan sangat berpengaruh terhadap kandungan biomassa dan pertumbuhan
lamun. Berdasarkan penelitian ini nilai rata-rata fosfat pada substrat pasir sebesar
0,32 ± 0,19 ppm, pada substrat pasir berkarang sebesar 0,17 ± 0,10 ppm,
sedangkan pada substrat pecahan karang sebesar 0,37 ± 0,20 ppm. Hasil uji one
way anova menunjukkan bahwa kandungan fosfat pada substrat pasir, pasir
berkarang dan pecahan karang tidak berbeda nyata (p<0.05) dengan tingkat
kemungkinan yang didapat nilai p adalah 0.60 sehingga tidak perlu dilakukan uji
lanjut. Pada penelitian ini didapatkan hasil fosfat pada substrat pecahan karang
dengan konsentrasi tertinggi dan fosfat dengan konsentrasi terendah pada substrat
pasir berkarang. Berdasarkan pernyataan Olsen, Dean. (1957) in Monoarfa.
(1992), membagi konsentrasi fosfat dalam tanah menjadi 4 bagian yaitu, < 3
ppm(sangat rendah), 3 – 7 (rendah) ppm, 7 – 20 (sedang) ppm, dan > 20 (tinggi)
ppm. maka kandungan fosfat sedimen pada tiap jenis substrat tergolong sangat
rendah.
4.4. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan dan Morfometrik Lamun
E. acoroides Serta Nutrien
Hasil penelitian ini mununjukkan bahwa substrat menentukan sejauh mana
lamun tumbuh. Pada umumnya lamun mampu tumbuh pada semua jenis substrat
mulai dari subsrtat pasir sampai substrat pecahan karang. Komposisi jenis substrat
yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan kerapatan dan morfometrik seperti
panjang daun, lebar daun dan jumlah akar lamun E. acoroides yang sangat
signifikan atau memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata (Lihat Lampiran
8,9,10 dan 11). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasanudin. (2013), yang
menyatakan kerapatan dan morfometrik lamun dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain adalah substrat.
Kerapatan dan morfometrik lamun (panjang dan lebar daun) tertinggi
ditemukan pada substrat pasir sedangkan morfometrik (jumlah akar) dengan
jumlah terbanyak ditemukan pada substrat pecahan karang. Hal ini disebabkan
karena pada substrat pasir perairannya relatif tenang sehingga lamun dapat
tumbuh dengan baik pada bagian daun. sesuai dengan pernyataan Riniatsih dan
Page 40
24
Kushartono. (2009), yang mangatakan bahwa perairan yang lemah akan
mengendapkan partikel yang halus, pada perairan tenang pertumbuhan lamun
lebih terpusat pada daun baik itu panjang maupun lebar. Sedangkan pada jenis
substrat yang lebih kasar seperti pecahan karang biasa perairan tersebut lebih
bergelombang. sejalan dengan pernyataan Riniatsih, Kushartono. (2009), yang
mangatakan bahwa perairan yang bergelombang mengendapkan partikel dengan
ukuran besar, sehingga puncak helaian daun seringkali terkikis oleh gelombang,
dan juga menyebabkan pertumbuhan lamun lebih terpusat pada akar daripada
daun karena untuk mempertahankan diri pada perairan yang bergelombang dan
substrat yang kasar.
Pada sedimen yang sebagai habitat hidup lamun banyak terdapat mikro
organisme pengurai, sehingga daun lamun dan serasah-serasah yang jatuh di
sekitar padang lamun dapat dengan cepat terurai oleh bakteri pengurai. Hasil
daripada penguraian daun dan serasah-serasah yang terjadi pada sekirar tempat
tumbuh lamun ini sendiri yang nantinya akan menjadi nutrien-nutrien yang sangat
dibutuhkan oleh organisme-organisme khususnya lamun itu sendiri, dan nutrien
dalam ekosistem lamun memberikan kontribusi yang penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan lamun, sehingga pada ekosistem lamun ini dapat dikatakan
sebagai ekosistem yang mandiri. Sesuai dengan pernyataan wattayakon. (1998) in
Handayani et al., (2016), yang menyatakan sumber utama fosfat dan nitrat pada
ekosistem lamun berasal dari ekosistem itu sendiri melalui proses penguraian,
pelapukan, dekomposisi tumbuhan dan organisme mati serta buangan limbah
daratan yang akan terurai oleh bakteri menjadi zat hara berupa nutrien yang
dimanfaatkan oleh tumbuhan laut seperti lamun untuk proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
Pada hasil penelitian ini tentang pengaruh substrat terhadap kandungan
nutrien menunjukkan variasi, dimana jenis substrat yang berbeda menunjukan
kandungan nitrat dengan nilai yang signifikan atau beda nyata sehingga ada
pengaruh jenis substrat terhadap kandungan nitrat, namun jenis substrat yang
berbeda menunjukan kandungan fosfat dengan nilai yang tidak signifikan atau
tidak beda nyata sehingga tidak ada pengaruh jenis substrat terhadap kandungan
fosfat.
Page 41
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides pada jenis substrat yang
berbeda di perairan Teluk Bakau Kabupaten Bintan mununjukkan hasil uji one
way anova (p<0.05) dengan nilai p nya adalah 0,00 atau dapat dikatakan
berbeda nyata yang berarti jenis substrat mempengaruhi kerapatan dan
morfometrik lamun E. acoroides.
Kandungan nutiren di perairan Teluk Bakau Kabupaten Bintan pada jenis
substrat berbeda yang ditumbuhi oleh lamun E. acoroides memiliki kandungan
nitrat yang berbeda nyata, yang berarti jenis substrat berpengaruh terhadap
kandungan nitrat dalam sedimen, namun kandungan fosfatnya tidak berbeda
nyata, yang berarti jenis substrat tidak berpengaruh terhadap kandungan fosfat
dalam sedimen.
Hasil analisis data secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa H1 diterima
yaitu ada pengaruh jenis substrat yang berbeda terhadap kerapatan dan
morfometrik lamun E. acoroides serta kandungan nutrien pada substrat
walaupun pada kandungan fosfat tidak berbeda nyata terhadap jenis substrat.
5.2. Saran
Adapun saran penelitian ini adalah:
Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang spesifik tentang faktor lingkungan
yang mempengaruhi kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides pada
sepanjang pertumbuhannya.
Perlu diadakan penelitian untuk melengkapi penelitian ini yaitu tentang
pengaruh perbedaan nutrien sedimen dan nutrien perairan terhadap kerapatan
dan morfometrik lamun E. acoroides.
Perlu dilakukan penelitian skala laboratrium tentang pengaruh jenis substrat
terhadap kerapatan dan morfometrik lamun E. acoroides.
Page 42
26
DAFTAR PUSTAKA
Alie, K., 2010. Pertumbuhan dan biomassa lamun Thalassia hemprichii di
Perairan Pulau Bone Batang, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jurnal
Sains MIPA. 16(2): 105-110.
Amri, K., Setiadi, D., Qayim, I., Djokosetianto, D., 2010. Dampak aktivitas
antropogenik terhadap kualitas perairan habitat padang lamun di Kepulauan
Spermonde Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan.
Azkab, M.H., 1994. Transplantasi lamun Thalassia hemprichii (Ehrenb) aschers
di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dalam Teluk Jakarta; biologi,
budidaya, oseanografi, geologi dan kondisi perairan (M.K. Moosa, D. P.
Praseno dan Sukarno, eds). Puslitbang Oseanografi-LIPI. 105-111.
Azkab, M.H., 2000. Struktur dan fungsi pada komunitas lamun. Oseana, 25(3) :
0216-1877.
Badaria, S., 2007. Laju pertumbuhan lamun Enhalus acoroides pada dua substrat
berbeda di Teluk Banten. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Carlo, G.D & McKenzie, L., 2011. Seagrass syllabus a training manual for
resource managers, World Segress Association, Conservation International.
Lacap, C.D.A., Vermaat, J.E., Rollon, R.N., Nacorda, HM., 2002. Propagule
dispersal of the SE Asian seagrasses Enhalus acoroides and Thalassia
hemprichii. Marine Ecology Progress Series. 235: 75–80.
Criston., Djunaidi, O.S., Purba, N.P., 2012. Pengaruh tinggi pasang surut terhadap
pertumbuhan dan biomassa daun lamun Enhalus acoroides di Pulau Pari
Kepulauan Seribu Jakarta, Jurnal Kelautan dan Perikanan, 3(3): 287-294.
Dahuri, R., Jacub, R., Sapta, P.G., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan terpadu. PT Pradnya Paramita, 1(1): 22-27
De Silva, K.H.W.L and Amarasinghe, M.D., 2007. Substrate characteristics and
species diversity of marine angiosperms in a micro-tidal basin estuary on West
Coast Of Sri Lanka. Sri Lanka Journal Aquatic Sciences. 1(2): 103-114.
Den Hartog, C., 1970. TheSea-grasses of the World. Northholland Publishing
Company. 59 (1): 27742.
Erftemeijer, P.L.A., & Middelburg, J., 1993. Sediment-nutrient interaction in
tropical seagrass beds: a comparasion between a terigeneus and a carbonat
sedimentary environmental In South Sulawesi. Marine Progress Series. 102:
187-198.
Page 43
27
Feryatun, F., Hendrarto, B, and Widyorini., 2012. Kerapatan dan distribusi lamun
(seagrass) berdasarkan zona kegiatan yang berbeda di Perairan Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu. Journal Of Management Of Aquatic Resources.
12(1): 1-7
Frasiandini, I., Puspawati, R.P., Indah, N.K., 2012. Struktur morfologi dan
anatomi syringodium isoetifolium di Pantai Kondang Merak Malang. Lentera
Bio (Berkala Ilmiah Biologi). 1(2): 67-74.
Ghufron, M., Kordi, K., 2011. Ekosistem lamun (seagrass). Pustaka Nasional RI,
Jakarta.
Handayani, D.R., Armid., Emiyarti., 2016. Hubungan kandungan nutrien dalam
substrat terhadap kepadatan lamun di Perairan Desa Lalowaru Kecamatan
Moramo Utara. 1(2): 2503-0396
Hassanudin, R., 2013. Hubungan antara kerapatan dan morfometrik lamun
enhalus acoroides dengan substrat dan nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kab.
Pangkep. [Skripsi]. Universitas Hasanudin.
Irfania, R., 2009. Pengukuran nilai acoustic backscattering strength berbagai tipe
substrat dasar Perairan Arafura Dengan Instrumen Simrad Ek60. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor.
KEPMEN LH NO. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu kualitas air laut untuk biota
laut. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup.
Kiswara, W., 1992. Vegetasi lamun di daratan terumbu Pulau Pari, Pulau-pulau
Seribu Jakarta. Oseanologi Indonesia. 25: 31-49.
Kiswara, W., Hutomo, M., 1985. Habitat dan sebaran geografik lamun, Lembaga
pengetahuan Indonesia, Oseanologi Indonesia. 10(1): 21-30.
Kiswara, W., 1997. Struktur komunitas padang lamun Perairan Indonesia.
Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut-Pesisir II, Jakarta. P3O LIPI. 54- 61.
Kiswara, W., 2004. Uptake and allocation of 13c by Enhalus Acoroides at sites
differing in light aviability. Aquabotic Botany, Research Center for
Oceanography, Indonesian Institute of Science 81: 353-366.
Maabuat, P.V., Sampeakalo, J., Simbala, H.E.I., 2012. keanekaragaman lamun di
pesisir pantai Molas, Kecamatan Bunaken Kota Manado. Jurnal bioslogos.
2(1).
Maslukah, L., 2013. Hubungan antara konsentrasi logam berat Pb, Cd, Cu, Zn
dengan bahan organik dan ukuran butir dalam sedimen di Estuari Banjir Kanal
Barat. Buletin Oseanografi Marina 2: 55 – 62.
Page 44
28
McRoy, C,P., Barsdate, R.J., Nebert, M., 1972. Phosphorus cycling in an eelgrass
(Z. marina L.) Ecosystem. Limnology Oceanography. 17: 58–67.
Monoarfa, W.D., 1992. Pemanfaatan limbah pabrik gula blotong dalam produksi
klekap pada tanah tambak berstekstur liat. [Skripsi]. Universitas Hasanudin.
Newmaster, A.F., Berg, K.J., Ragupathy, S., Palanisamy, M., Sambandan. K.,
Newmaster, S.G., 2011. Local knowladge and conservation seagrass in the
tamil nadu state of India. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. 7(1): 37.
Nybakken, J.W., 1988. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Gramedia, Jakarta.
Philips, R.C and Menez, E.G., 1998. Seagrass, Smithsonian institution press,
Washington, D.C.
Riniatsih, I., Kushartono, E.W., 2009. Substrat dasar dan parameter oseanografi
sebagai penentu keberadaan gastropoda dan bivalvia Pantai Sluke Kabupaten
Rembang. 14: 9853-7291.
Rollón, R.N., Steveninck, E.D.R.V., Vierssen, W.V., 2003. Spatio-temporal
variation in sexual reproduction of the tropical seagrass Enhalus acoroides
(l.f.) royle in Cape Bolinao, NW Philippines, UNESCO-IHE Institute for Water
Education. Aquatic Botany. 76: 339–354.
Sitorus, S.A.R.S., 2011. Kajian sumberdaya lamun untuk pengembangan
ekowisata di Desa Teluk Bakau, Kepulauan Riau. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor.
Steven., 2013. Pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan semaian dari
biji lamun Enhalus acoroides. [Skripsi]. Universitas Hasanudin.
Supriadi., Richardus, F., Kaswadji., Dietrich, G., Bengen., Hutomo, M., 2012.
Produtivitas komunitas lamun di Pulau Barranglopo Makasar. Jurnal akuatika.
3(2): 0853-2523.
Tomascik, T., Mah, A.J., Nonji, A., Moosa, M.K., 1997. The Ecologi Of
Indonesian seas part two. Jurnal, The ecologi of Indonesia series. Periplus
Edition. Vol 7.
Verheij, E., 1993. Marine plants on the reefs of the spermonde archipelago, Sw
Sulawesi, Indonesia: Aspects Of Taxonomy, Floristics, And Ecology, Hortus
Botanicus. Rijksherbarium / Hortus Botanicus 245-264.
Wattayakorn, G., Wolanski, E., Kjerfve, B., 1998. Mixing, Trapping and
outwelling in the klong ngao mangrove swamp, Thailand. Estuari. Coastal
Shelf Science. 31: 667-688.
Page 46
Lampiran 1. Kerapatan Lamun Enhalus acoroides dan Titik Koordinat Perplot
Lampiran 2. Panjang Daun
No Kerapatan Koordinat lokasi
Pasir X Y
1 93 104.657471 1.048621
2 94 104.657339 1.048462
3 81 104.657277 1.048338
4 82 104.657356 1.048206
5 70 104.657215 1.048153
6 69 104.657145 1.048021
7 85 104.657047 1.047950
8 80 104.656933 1.047826
9 75 104.656783 1.047738
Jumlah 729
rata-
rata
81
No Kerapatan Koordinat lokasi
Pasir
Berkarang
X Y
1 119 104.656103 1.049574
2 77 104.656006 1.049451
3 71 104.655953 1.049336
4 33 104.655829 1.049345
5 52 104.655728 1.049221
6 60 104.655723 1.049186
7 59 104.655688 1.049071
8 77 104.655573 1.049018
9 53 104.655538 1.048895
Jumlah 601
rata-
rata
66,7
No Kerapatan Koordinat lokasi
Pecahan
Karang
X Y
1 24 104.655026 1.050925
2 22 104.654973 1.050784
3 32 104.654920 1.050696
4 46 104.654814 1.050651
5 23 104.654770 1.050528
6 27 104.654752 1.050395
7 36 104.654646 1.050351
8 45 104.654567 1.050192
9 31 104.654558 1.050033
Jumlah 286
rata-
rata
31,7
Page 47
Lampiran 2. Panjang Daun
Panjang Daun Pada Substrat Pasir
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 74,1 84,1 76 68 70,2 67,3 96,5 71 67,2
2 73,7 71 60 57,9 66,3 58 82 56,9 75,5
3 74 81,6 71,5 77,2 75 69,6 87,5 75,7 62,8
4 74,5 69 69,3 76 81,5 71,8 90,5 66,5 68,5
5 74,7 64,8 73,2 66,9 92,5 75,8 64,5 66,4 61
Jumlah 371 370,5 350 346 385,5 342,5 421 336,5 335
rata-rata 74,2 74,1 70 69,2 77,1 68,5 84,2 67,3 67
Panjang Daun Pada Substrat Pasir Berkarang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 59,5 64 64,4 58,5 76,8 70,5 60,5 65,5 73,4
2 71 73 48,5 60,3 72 65,4 68 63 71
3 65,4 69,5 63 68 65,4 65 56,8 62,5 68,6
4 69,5 59 57,6 70,2 69,9 67 63 70,4 75,5
5 64,1 61,5 73 67 71,4 74,1 63,2 61,6 74
Jumlah 329,5 327 306,5 324 355,5 342 311,5 323 362,5
rata-rata 65,9 65,4 61,3 64,8 71,1 68,4 62,3 64,6 72,5
Page 48
Panjang Daun Pada Substrat Pecahan Karang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 63 51,4 71,4 60,1 59 65 71 51 60
2 71 52 69,3 64,6 70,4 64,5 58,9 54 65,4
3 68,5 47,5 51,6 65 65 66,6 61 56,2 61
4 67,6 49,8 63,5 62,7 65,6 65,2 73,4 53 56,8
5 72,9 53,8 58,7 63,6 58 65,7 66,7 57,3 62,8
Jumlah 343 254,5 314,5 316 318 327 331 271,5 306
rata-rata 68,6 50,9 62,9 63,2 63,6 65,4 66,2 54,3 61,2
Rata-Rata Panjang Daun Enhalus acoroides
Panjang Daun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata
Pasir 74,2 74,1 70 69,2 77,1 68,5 84,2 67,3 67 72,4
Pasir Berkarang
65,9 65,4 61,3 64,8 71,1 68,4 62,3 64,6 72,5 66,25
Pecahan Karang 68,6 50,9 62,9 63,2 63,6 65,4 66,2 54,3 61,2 61,81
Page 49
Lampiran 3. Lebar Daun
Lebar Daun Pada Substrat Pasir
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1.5 1.5 1.71 1.5 1.6 1.5 1.5 1.4 1.5
2 1.5 1.35 1.7 1.4 1.5 1.5 1.5 1.4 1.5
3 1.6 1.4 1.6 1.5 1.55 1.35 1.5 1.4 1.5
4 1.5 1.4 1.65 1.65 1.45 1.4 1.5 1.4 1.5
5 1.4 1.35 1.59 1.7 1.5 1.35 1.5 1.4 1.5
Jumlah 7.5 7 8.25 7.75 7.6 7.1 7.5 7 7.5
rata-rata 1,5 1,4 1,65 1,55 1,52 1,42 1,5 1,4 1,5
Lebar Daun Pada Substrat Pasir Berkarang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1.4 1.3 1.4 1.3 1.3 1.3 1.4 1.3 1.4
2 1.4 1.3 1.4 1.2 1.3 1.4 1.4 1.3 1.4
3 1.4 1.25 1.35 1.25 1.35 1.3 1.4 1.3 1.4
4 1.4 1.3 1.4 1.2 1.4 1.3 1.4 1.3 1.4
5 1.4 1.35 1.5 1.2 1.3 1.3 1.4 1.3 1.4
Jumlah 7 6.5 7.05 6.15 6.65 6.6 7 6.5 7
rata-rata 1,4 1,3 1,41 1,23 1,33 1,32 1,4 1,3 1,4
Page 50
Lebar Daun Pada Substrat Pecahan Karang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1.4 1.2 1.35 1.4 1.4 1.3 1.25 1.25 1.4
2 1.4 1.25 1.35 1.4 1.4 1.3 1.3 1.2 1.35
3 1.4 1.25 1.3 1.35 1.4 1.35 1.25 1.2 1.3
4 1.4 1.2 1.35 1.4 1.4 1.3 1.25 1.2 1.35
5 1.4 1.25 1.4 1.35 1.4 1.3 1.25 1.2 1.35
Jumlah 7 6.15 6.75 6.9 7 6.55 6.3 6.05 6.75
rata-rata 1,4 1,23 1,35 1,38 1,4 1,31 1,26 1,21 1,35
Rata-Rata Lebar Daun Enhalus acoroides
Lebar Daun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata
Pasir 1,5 1,4 1,65 1,55 1,52 1,42 1,5 1,4 1,5 1,493
Pasir Berkarang 1,4 1,3 1,41 1,23 1,33 1,32 1,4 1,3 1,4 1,343
Pecahan Karang 1,4 1,23 1,35 1,38 1,4 1,31 1,26 1,21 1,35 1,321
Page 51
Lampiran 4. Jumlah Akar
Jumlah Akar Pada Substrat Pasir
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 18 22 10 12 20 10 13 16 13
2 14 17 11 11 13 9 12 12 16
3 12 23 15 9 16 11 14 9 12
4 11 15 13 10 17 14 10 15 17
5 15 18 11 13 19 11 11 13 17
Jumlah 70 95 60 55 85 55 60 65 75
rata-rata 14 19 12 11 17 11 12 13 15
Jumlah Akar Pada Substrat Pasir Berkarang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 26 30 26 18 18 28 24 30 25
2 20 20 25 19 20 23 26 25 17
3 23 23 28 20 25 21 21 28 20
4 27 26 30 23 23 18 30 31 22
5 24 21 21 20 29 20 19 21 21
Jumlah 120 120 130 100 115 110 120 135 105
rata-rata 24 24 26 20 23 22 24 27 21
Page 52
Jumlah Akar Pada Substrat Pecahan Karang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 40 30 27 30 25 23 23 35 32
2 39 31 21 21 28 29 34 23 26
3 29 25 31 23 23 35 26 27 37
4 34 42 37 25 37 27 28 26 25
5 38 27 19 31 27 16 29 24 30
Jumlah 180 155 135 130 140 130 140 135 150
rata-rata 36 31 27 26 28 26 28 27 30
Rata-Rata Jumlah Akar Enhalus acoroides
Jumlah Akar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata
Pasir 14 19 12 11 17 11 12 13 15 13,7
Pasir Berkarang 24 24 26 20 23 22 24 27 21 23,4
Pecahan Karang 36 31 27 26 28 26 28 27 30 28,7
Page 53
Lampiran 5. Kandungan Nutrien Sedimen
SUBSTRAT NUTRIEN
nitrat fosfat
PASIR 2.3 0.442
PASIR 4.3 0.245
PASIR 3.6 0.251
PASIR 4.4 0.175
PASIR 3.4 0.325
PASIR 2.5 0.138
PASIR 4.2 0.481
PASIR 4.5 0.129
PASIR 4.3 0.721
jumlah 33.5 2.907
rata-rata 3.72 0.32
SUBSTRAT NUTRIEN
nitrat fosfat
PASIR
BERKARANG
0 0.242
PASIR
BERKARANG
1.6 0.326
PASIR
BERKARANG
1.4 0.245
PASIR
BERKARANG
4.2 0.046
PASIR
BERKARANG
3 0.104
PASIR
BERKARANG
3.4 0.01
PASIR
BERKARANG
1.3 0.19
PASIR
BERKARANG
1.4 0.245
PASIR
BERKARANG
0.8 0.159
jumlah 17.1 1.567
rata-rata 1.90 0.17
SUBSTRAT NUTRIEN
nitrat fosfat
PECAHAN
KARANG
0 0.304
PECAHAN
KARANG
0 0.328
PECAHAN
KARANG
0 0.564
PECAHAN
KARANG
3 0.205
PECAHAN
KARANG
2.7 0.046
PECAHAN
KARANG
3.5 0.23
PECAHAN
KARANG
0 0.623
PECAHAN
KARANG
0 0.417
PECAHAN
KARANG
0 0.58
jumlah 9.2 3.297
rata-rata 1.02 0.37
Page 54
Lampiran 6. Substrat Pasir
LINE 1 AYAKAN TINGKAT KE -
PLOT 1 (2360) 2 (2000) 3 (1180) 4 (500) 5 (250) 6 (125) 7 (106) 8 (63)
1 0 0 10.42 16.55 19.69 32.9 5.57 14.87
2 0 0 9.03 22.39 26.56 29.24 4.77 8.01
3 0 0 11.92 19.73 23.3 27.56 6.34 11.15
4 0 0 14.67 19.41 21.9 30.67 3.6 9.75
5 0 0 5.1 25.98 23.41 35.22 3.45 6.84
6 0 0 12.75 24.04 20.74 31.01 3.97 7.49
7 0 0 10.09 20.39 22.61 30.4 4.21 12.3
8 0 0 7.29 31.35 21.83 25.78 3.15 10.6
9 0 0 10.37 24.19 27.08 26.42 5.35 6.59
jumlah 0 0 91.64 204.03 207.12 269.2 40.41 87.6
rata-rata 0 0 10.182 22.67 23.013 29.911 4.49 9.733
Page 56
Lampiran 7. Substrat Pasir Berkarang
LINE 2 AYAKAN TINGKAT KE -
PLOT 1 (2360) 2 (2000) 3 (1180) 4 (500) 5 (250) 6 (125) 7 (106) 8 (63)
1 16.25 4.94 9.92 31.13 20.57 14.18 1.99 1.02
2 14.56 3.38 8.17 30.45 21.25 19.27 2.13 0.79
3 13.68 3.32 8.7 25.15 23.96 21.74 2.29 1.16
4 14.4 3.22 10.27 28.74 18.77 21.94 1.6 1.06
5 12.16 4.16 12.26 30.75 25.95 12.41 1.75 0.56
6 9.65 3.51 10.18 32.57 26.4 13.83 2.53 1.33
7 13.19 3.51 10.18 24.41 24.02 19.32 3.31 2.06
8 13.52 3.46 14.29 32.45 19.2 14.41 1.25 1.42
9 15.41 3.14 10.01 36.02 15.94 14.54 2.72 2.22
jumlah 122.82 32.64 93.98 271.67 196.06 151.64 19.57 11.62
rata-rata 13.646 3.626 10.442 30.185 21.784 16.848 2.174 1.291
Page 58
Lampiran 8. Substrat Pecahan Karang
LINE 3 AYAKAN TINGKAT KE -
PLOT 1 (2360) 2 (2000) 3 (1180) 4 (500) 5 (250) 6 (125) 7 (106) 8 (63)
1 78.46 4.35 7.89 3.2 2.16 2.39 0.09 1.46
2 84.76 3.17 2.99 2.71 3.19 2.05 0.95 0.18
3 82.45 2.07 4.79 1.69 2.76 3.43 0.89 1.92
4 79.84 5.77 4.64 2.87 1.46 3.89 0.46 1.07
5 77.63 5.12 8.13 3.52 0.89 3.48 0.26 0.97
6 87.16 1.22 3.15 1.87 1.19 2.96 0.67 1.78
7 80.64 2.38 6.05 2.23 2.19 2.69 1.04 2.78
8 81.06 3 7.07 1.02 0.71 4.65 0.76 1.73
9 86.28 2.35 2.32 1.84 2.03 2.18 1.07 1.93
jumlah 738.28 29.43 47.03 20.95 16.58 27.72 6.19 13.82
rata-rata 82.031 3.27 5.225 2.327 1.842 3.08 0.687 1.535
Page 60
Lampiran 9. Hasil Analisis One Way Anova “Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Kerapatan Lamun E. acoroides”
Tests of Normality
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
kerapatan lamun
pasir ,144 9 ,200* ,961 9 ,805
pasir berkarang ,224 9 ,200* ,906 9 ,290
pecahan karang ,157 9 ,200* ,893 9 ,212
Test of Homogeneity of Variances
kerapatan lamun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,902 2 24 ,074
ANOVA
kerapatan lamun
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 11382,296 2 5691,148 22,752 ,000
Within Groups 6003,333 24 250,139
Total 17385,630 26
Page 61
Multiple Comparisons
Dependent Variable: kerapatan lamun
LSD
(I) substrat (J) substrat Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir pasir berkarang 13,77778 7,45563 ,077 -1,6099 29,1654
pecahan karang 48,77778* 7,45563 ,000 33,3901 64,1654
pasir berkarang Pasir -13,77778 7,45563 ,077 -29,1654 1,6099
pecahan karang 35,00000* 7,45563 ,000 19,6123 50,3877
pecahan karang Pasir -48,77778
* 7,45563 ,000 -64,1654 -33,3901
pasir berkarang -35,00000* 7,45563 ,000 -50,3877 -19,6123
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Page 62
Lampiran 10. Hasil Analisis One Way Anova “Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Panjang Daun Lamun E. acoroides”
Tests of Normality
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
panjang daun
pasir ,184 9 ,200* ,899 9 ,247
pasir berkarang ,180 9 ,200* ,966 9 ,859
pecahan karang ,263 9 ,073 ,824 9 ,038
Test of Homogeneity of Variances
panjang daun
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
,382 2 24 ,687
ANOVA
panjang daun
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 1040,667 2 520,333 68,116 ,000
Within Groups 183,333 24 7,639
Total 1224,000 26
Page 63
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Panjang Daun Lamun
LSD
(I) substrat (J) substrat Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir Pasir Berkarang 7,88889
* 2,97526 ,014 1,7482 14,0295
Pecahan Karang 13,36667* 2,97526 ,000 7,2260 19,5073
Pasir Berkarang Pasir -7,88889
* 2,97526 ,014 -14,0295 -1,7482
Pecahan Karang 5,47778 2,97526 ,078 -,6629 11,6184
Pecahan Karang Pasir -13,36667
* 2,97526 ,000 -19,5073 -7,2260
Pasir Berkarang -5,47778 2,97526 ,078 -11,6184 ,6629
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Page 64
Lampiran 11. Hasil Analisis One Way Anova “Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Lebar Daun Lamun E. acoroides”
Tests of Normality
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Lebar Daun Lamun
Pasir ,200 9 ,200* ,905 9 ,280
Pasir Berkarang ,262 9 ,076 ,876 9 ,141
Pecahan Karang ,210 9 ,200* ,899 9 ,248
Test of Homogeneity of Variances
Lebar Daun Lamun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,106 2 24 ,900
ANOVA
Lebar Daun Lamun
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups ,158 2 ,079 15,178 ,000
Within Groups ,125 24 ,005
Total ,283 26
Page 65
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Lebar Daun Lamun
LSD
(I) substrat (J) substrat Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir Pasir Berkarang ,15000
* ,03401 ,000 ,0798 ,2202
Pecahan Karang ,17222* ,03401 ,000 ,1020 ,2424
Pasir Berkarang Pasir -,15000
* ,03401 ,000 -,2202 -,0798
Pecahan Karang ,02222 ,03401 ,520 -,0480 ,0924
Pecahan Karang Pasir -,17222
* ,03401 ,000 -,2424 -,1020
Pasir Berkarang -,02222 ,03401 ,520 -,0924 ,0480
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Page 66
Lampiran 12. Hasil Analisis One Way Anova “Pengaruh Jenis Substrat Terhadap Jumlah Akar Lamun E. acoroides”
Tests of Normality
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Jumlah Akar Lamun
Pasir ,184 9 ,200* ,899 9 ,247
Pasir Berkarang ,180 9 ,200* ,966 9 ,859
Pecahan Karang ,263 9 ,073 ,824 9 ,038
Test of Homogeneity of Variances
Jumlah Akar Lamun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,382 2 24 ,687
ANOVA
Jumlah Akar Lamun
Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1040,667 2 520,333 68,116 ,000
Within Groups 183,333 24 7,639
Total 1224,000 26
Page 67
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Akar Lamun
LSD
(I) substrat (J) substrat Mean Difference (I-
J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir Pasir Berkarang -9,66667
* 1,30289 ,000 -12,3557 -6,9776
Pecahan Karang -15,00000* 1,30289 ,000 -17,6890 -12,3110
Pasir Berkarang Pasir 9,66667
* 1,30289 ,000 6,9776 12,3557
Pecahan Karang -5,33333* 1,30289 ,000 -8,0224 -2,6443
Pecahan Karang Pasir 15,00000
* 1,30289 ,000 12,3110 17,6890
Pasir Berkarang 5,33333* 1,30289 ,000 2,6443 8,0224
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Page 68
Lampiran 13. Hasil Analisis One Way Anova “Kandungan Nitrat Pada Sedimen”
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kandungan Nitrat Pada
Substrat
PASIR ,194 9 ,200* ,930 9 ,486
PASIR BERKARANG ,255 9 ,095 ,928 9 ,466
PECAHAN KARANG ,192 9 ,200* ,849 9 ,072
Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Nitrat Pada Substrat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
14,370 2 24 ,000
ANOVA
Kandungan Nitrat Pada Substrat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 57,267 2 28,634 42,650 ,000
Within Groups 16,113 24 ,671
Total 73,380 26
Page 69
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Nitrat Pada Substrat
LSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR
PASIR BERKARANG 1,84444* ,38625 ,000 1,0473 2,6416
PECAHAN KARANG 3,56667* ,38625 ,000 2,7695 4,3639
PASIR BERKARANG PASIR -1,84444
* ,38625 ,000 -2,6416 -1,0473
PECAHAN KARANG 1,72222* ,38625 ,000 ,9250 2,5194
PECAHAN KARANG
PASIR -3,56667* ,38625 ,000 -4,3639 -2,7695
PASIR BERKARANG -1,72222* ,38625 ,000 -2,5194 -,9250
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Page 70
Lampiran 14. Hasil Analisis One Way Anova “Kandungan Fosfat Pada Sedimen”
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kandungan Fosfat Pada
Substrat
PASIR ,200 9 ,200* ,895 9 ,222
PASIR BERKARANG ,188 9 ,200* ,948 9 ,673
PECAHAN KARANG ,177 9 ,200* ,947 9 ,661
Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Fosfat Pada Substrat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,865 2 24 ,177
ANOVA
Kandungan Fosfat Pada Substrat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,183 2 ,091 3,160 ,060
Within Groups ,695 24 ,029
Total ,878 26
Page 71
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Fosfat Pada Substrat
LSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR PASIR BERKARANG ,148889 ,080208 ,076 -,01665 ,31443
PECAHAN KARANG -,043333 ,080208 ,594 -,20887 ,12221
PASIR BERKARANG PASIR -,148889 ,080208 ,076 -,31443 ,01665
PECAHAN KARANG -,192222* ,080208 ,025 -,35776 -,02668
PECAHAN KARANG PASIR ,043333 ,080208 ,594 -,12221 ,20887
PASIR BERKARANG ,192222* ,080208 ,025 ,02668 ,35776
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Page 72
Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian