Page 1
PENGARUH SISTEM REMUNERASI, SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH (SPIP) DAN SIKAP RASIONALISASI
TERHADAP NIAT MELAKUKAN KECURANGAN (FRAUD)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Dwi Rahmawati
NIM: 11160820000044
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442H / 2021M
Page 2
i
PENGARUH SISTEM REMUNERASI, SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH (SPIP) DAN SIKAP RASIONALISASI
TERHADAP NIAT MELAKUKAN KECURANGAN (FRAUD)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh
Dwi Rahmawati
NIM: 11160820000044
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP
NIP: 19730615200501 1 009
Pembimbing II
Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA., BKP
NIP: 19830326200912 2 005
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
Page 3
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu Tanggal 11 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Dwi Rahmawati
2. NIM : 11160820000044
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Maret 2020
1. Dr. Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA
NIDN. 2009058601
(...........................)
Penguji I
2. Ismawati Hariwibowo, SE., M.,Si
NIP. 198009092014112003
(...........................)
Penguji II
Page 4
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 25 Januari 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Dwi Rahmawati
2. NIM : 11160820000044
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Januari 2021
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si
NIP. 19810731200604 2 003 (...............................)
Ketua
2. Atiqah, SE., M.S.AK
NIP. 19820120200912 2 004 (...............................)
Penguji Ahli
3. Prof. Dr. Amilin. SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP
NIP. 19730615200501 1 009 (...............................)
Pembimbing I
4. Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA., BKP
NIP. 19830326200912 2 005 (...............................)
Pembimbing II
Page 5
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Dwi Rahmawati
NIM :11160820000044
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungjawabkan
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian dan dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar aturan diatas, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 08 Januari 2021
Yang Menyatakan
Dwi Rahmawati
Page 6
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 25 Januari 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
Nama : Dwi Rahmawati
No. Induk Mahasiswa : 11160820000044
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/I
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Januari 2021
Page 7
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
1. Nama : Dwi Rahmawati
2. Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 01 Agustus 1998
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. SD Inpres Pabuaran Barat Rt. 002
Rw. 07, Tangerang Selatan, Banten
5. Telepon : 089629096425
6. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK As-Sakinnah (2003-2004)
2. SD Negeri 07 Kebayoran Lama Utara (2005-2010)
3. SMP Negeri 31 Jakarta Selatan (2010-2013)
4. SMA Kartika X-1 Jakarta Selatan (2013-2016)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2020)
- S1 Akuntansi
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Carmadi
2. Ibu : Winarti
3. Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Page 8
vii
THE EFFECT OF REMUNERATION SYSTEM, GOVERNMENT
INTERN CONTROL SYSTEM, AND RATIONALIZATION
ATTITUDE ON THE INVENTION TO DO FRAUD
ABSTRACT
The purpose of this study is to test and produce empirical evidence regarding the
effect of the remuneration system, the government internal control system (SPIP)
and the rationalization attitude towards the intention to commit fraud (fraud). This
study used a sample of 108 respondents. Respondents in this study were state civil
servants (ASN) throughout Indonesia. Data analysis used multiple linear
regression analysis and with the help of the SPSS 25 program.
The results of this study indicate that there is a significant negative effect of
the remuneration system and government control system (SPIP) on the intention to
commit fraud. Meanwhile, rational attitude has a positive significant effect on the
intention to commit fraud (fraud). Then for the variable remuneration system,
government control system (SPIP) and the attitude of rationalization
simultaneously influence the intention to commit fraud.
Keywords: Remuneration System, Government Intern Control System,
Rationalization Attitude, Intention to commit fraud.
Page 9
viii
PENGARUH SISTEM REMUNERASI, SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH (SPIP) DAN SIKAP RASIONALISASI
TERHADAP NIAT MELAKUKAN KECURANGAN (FRAUD)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis dan menghasilkan
bukti empiris mengenai pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi terhadap niat melakukan kecurangan
(fraud). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 108 responden. Responden
dalam penelitian ini adalah pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) diseluruh
Indonesia. Data analisis menggunakan metode analisis regresi linier berganda dan
dengan bantuan program SPSS 25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
negatif dalam pengaruh Sistem Remunerasi dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud). Sedangkan Sikap
Rasionalisasi berpengaruh signifikan positif terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(fraud). Kemudian untuk variabel Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi berpengaruh secara simultan terhadap
Niat Melakukan Kecurangan (fraud).
Kata kunci: Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP), Sikap Rasionalisasi, Niat Melakukan Kecurangan
(fraud).
Page 10
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan
judul “Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud)”. Tak lupa juga salawat dan salam kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang berderang seperti saat ini dan semoga kita
mendapatkan syafaat nya kelak di hari akhir.
Penyusunan proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas
Metodologi Penelitian dan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyak pihak
yang turut serta membantu dalam proses penyelesaian proposal skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas doa, bantuan, dukungan, dan
bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:
1. Orang tua, yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak perempuanku, Vivin Septiyani dan adik laki-lakiku, Yusuf
Hermawan yang selalu memberikan semangat dan doa untuk penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., MSi., CA., QIA., BKP., CRMP. Selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk selalu
memberikan saran, referensi, motivasi, nasihat, dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Page 11
x
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA., BKP selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk selalu memberikan
saran, motivasi, semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA sebagai salah satu Dosen
yang selalu memberikan referensi, saran, nasihat, hiburan dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Furqon Hanafi dan Ariena Alifia Suseno selaku partner penulis dalam
pembuatan skripsi ini yang telah banyak membantu, meluangkan waktu,
tenaga, pikiran serta selalu memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku sejak SMA (Kiki, Momon, Refli, Sabil dan Syifa) yang
selalu memberikan hiburan, dukungan dan semangat kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku sejak kecil (Riska, Morel dan Ucok) yang selalu
memberikan hiburan, dukungan dan semangat kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuanganku (Indah, Tyas, Savira, Putri, Shasa, Dimas)
yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis.
12. Teman-teman KKN 002 Second Home yang selalu memberikan doa dan
dukungan kepada penulis
13. Kak Farhani Fajria dan Kak Umayah Achmad selaku senior penulis yang
selalu memberikan semangat, dukungan, waktu dan referensi kepada
penulis agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
14. Seluruh teman-teman Akuntansi 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang selalu memberi dukungan, doa, dan saran kepada penulis.
15. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Page 12
xi
Penulis menyadari pembuatan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan masih adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan untuk penulis.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 08 Januari 2021
Dwi Rahmawati
Page 13
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 13
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 14
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 15
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 15
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16
BAB II .............................................................................................................. 17
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 17
A. Landasan Teori ........................................................................................ 17
1. Teori Fraud (Kecurangan) ..................................................................... 17
2. Theory Reasoned Action ........................................................................ 24
3. Theory of Planned Behaviour ................................................................ 27
B. Tinjauan Literatur ................................................................................... 32
1. Sistem Remunerasi ................................................................................ 34
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ...................................... 31
3. Sikap Rasionalisasi ................................................................................ 41
Page 14
xiii
4. Niat Melakukan Kecurangan (Fraud) .................................................... 43
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 46
D. Pengembangan Hipotesis ......................................................................... 51
1. Pengaruh Sistem Remunerasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud) ..................................................................................................... 51
2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)................................................................ 52
3. Pengaruh Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud) ..................................................................................................... 53
4. Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Pemerintah (SPIP) Secara Simultan Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud) ..................................................................................................... 54
E. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 56
BAB III ............................................................................................................. 57
METODE PENELITIAN ................................................................................ 57
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 57
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 57
1. Populasi dan Sampel ............................................................................. 57
2. Metode Pengambilan Sampel ................................................................ 58
3. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 59
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................................... 60
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 62
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................... 62
2. Uji Kualitas Data ................................................................................... 62
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 64
4. Uji Hipotesis ......................................................................................... 67
BAB IV ............................................................................................................. 71
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 71
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 71
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 71
2. Deskripsi Profil Responden ................................................................... 72
B. Analisis Data Penelitian ........................................................................... 79
1. Hasil Statistik Deskriptif ....................................................................... 79
2. Hasil Uji Kualitas Data .......................................................................... 81
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 85
Page 15
xiv
4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 92
5. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis..................................................... 95
C. Pembahasan ............................................................................................. 97
1. Pengaruh Sistem Remunerasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud) ..................................................................................................... 97
2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)................................................................ 99
3. Pengaruh Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud) ................................................................................................... 101
4. Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Sikap Rasionalisasi Secara Simultan Terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud) ................................................................................ 103
BAB V ............................................................................................................. 105
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 105
A. Simpulan ............................................................................................... 105
B. Implikasi Penelitian ............................................................................... 107
C. Keterbatasan.......................................................................................... 110
D. Saran ..................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 112
LAMPIRAN ................................................................................................... 119
Page 16
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 46
Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian ...................................................................... 72
Tabel 4. 2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Instansi ................ 73
Tabel 4. 3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ......................... 74
Tabel 4. 4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 75
Tabel 4. 5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .............................. 76
Tabel 4. 6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ..... 77
Tabel 4. 7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja ......... 78
Tabel 4. 8 Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 79
Tabel 4. 9 Hasil Uji Validitas Sistem Remunerasi .............................................. 81
Tabel 4. 10 Hasil Uji Validitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) .. 82
Tabel 4. 11 Hasil Uji Validitas Sikap Rasionalisasi ............................................ 83
Tabel 4. 12 Hasil Uji Validitas Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)................. 83
Tabel 4. 13 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 84
Tabel 4. 14 Hasil Uji Multikolonieritas .............................................................. 86
Tabel 4. 15 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 88
Tabel 4. 16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 90
Tabel 4. 17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted-R Square) ...................... 92
Tabel 4. 18 Hasil Uji Statistik F ......................................................................... 93
Tabel 4. 19 Hasil Uji Statistik t ......................................................................... 94
Page 17
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Fraud yang paling banyak terjadi di Indonesia ................................. 4
Gambar 1. 2 TPK berdasarkan profesi/jabatan tahun 2018, 2019 dan 2020........... 6
Gambar 1. 3 TPK berdasarkan instansi tahun 2018, 2019, dan 2020. .................... 7
Gambar 1. 4 Kelemahan Pengendalian yang Menyebabkan Fraud ....................... 9
Gambar 2. 1 Fraud Triangle Theory .................................................................. 18
Gambar 2. 2 Fraud Diamond Theory ................................................................. 21
Gambar 2. 3 Crowe's Fraud Pentagon Theory ................................................... 22
Gambar 2. 4 Theory of Reasoned Action ............................................................ 25
Gambar 2. 5 Theory of Planned Behaviour......................................................... 28
Gambar 2. 6 Theory of Planned Behaviour yang dikembangkan......................... 29
Gambar 2. 7 Unsur-unsur SPIP menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 ................... 41
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ................... 89
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ......................... 89
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ............................ 91
Page 18
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I KUESIONER ........................................................................... 120
LAMPIRAN II IDENTITAS DAN JAWABAN RESPONDEN ....................... 133
LAMPIRAN III HASIL UJI............................................................................. 154
Page 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi global saat ini berkembang dengan sangat cepat bersamaan
dengan kompleksitas dalam berbisnis dan semakin terbukanya peluang usaha
serta investasi yang menyebabkan risiko terjadinya kecurangan semakin tinggi.
Kecurangan merupakan salah satu hal yang memprihatinkan saat ini.
Kecurangan terjadi diberbagai lapisan ekonomi, baik sektor pemerintahan
maupun swasta. Kecurangan atau fraud yaitu tindakan manipulasi,
penggelapan, pencurian, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh pihak
tertentu yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau
pemerintah/organisasi.
Menurut Cressy dalam Tuanakotta (2007:105) fraud disebabkan oleh
adanya tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalization) yang tergabung dalam triangle of fraud atau segitiga
kecurangan. Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk pihak yang tidak
memiliki jabatan tinggi sekalipun. Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) mengklasifikasikan tindakan fraud menjadi tiga kategori, yaitu: (1)
kecurangan aset (asset misappropriation), berupa pencurian atau
penyalahgunaan aset; (2) pernyataan palsu atau salah pernyataan (fraudulent
statement), meliputi tindakan yang dilakukan oleh pegawai/eksekutif suatu
instansi untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan
rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangan
Page 20
2
instansi guna mendapat keuntungan; (3) korupsi (corruption), yaitu para pelaku
kecurangan menggunakan pengaruhnya secara tidak sah dalam transaksi bisnis
untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok. Jenis kecurangan ini
banyak terjadi disektor pemerintahan.
Menurut ACFE (2019), korupsi dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu:
pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian
illegal (illegal gratuity) dan pemerasan (economic extortion). Tingkat
kecurangan suatu negara ditunjukkan oleh tingkat korupsi dari negara tersebut.
Karena itulah untuk mengukur tingkat kecurangan yang terjadi di suatu negara
adalah dengan menghitung indeks korupsi nya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Donald Cressey pada tahun 1950-an di USA telah memberikan
pengetahuan yang berharga terhadap suatu pertanyaan mengapa tindak
kecurangan bisa terjadi. Kebanyakan orang di dunia lebih mengenal istilah
“korupsi” (corruption) dibanding dengan “kecurangan” (fraud). Dalam ilmu
akuntansi, korupsi adalah bagian dari kecurangan. Keduanya merupakan
tindakan yang melanggar hukum dan dapat merugikan pihak lain. Hasil
penelitian tersebut menghasilkan apa yang disebut dengan segitiga kecurangan
(triangle of fraud). Tiga hal yang menjadi komponen dalam segitiga kecurangan
sangat berpengaruh terhadap tindak kecurangan (fraud).
Page 21
3
Berdasarkan Survei Fraud Indonesia (SFI) yang dilakukan oleh ACFE
Indonesia, Fraud menjadi permasalahan yang masih sering terjadi secara terus
menerus hingga saat ini. Tidak ada institusi/lembaga instansi yang bersih dan
terbebas dari kemungkinan terjadinya fraud. Para pelaku fraud juga dapat
ditemukan disemua lapisan, baik golongan atas maupun golongan pegawai
bawah. Maka, saat ini diperlukan kepedulian dari berbagai pihak untuk sadar,
waspada dan peduli dengan lingkungan tempat kerja terhadap potensi terjadinya
fraud. Lembaga fraud ACFE melakukan survei tentang Occupational Fraud
and Abuse secara berkala setiap dua tahun sekali. Survei ini menggambarkan
fraud yang terjadi diseluruh dunia. Kemudian menerbitkan hasil survei yang
diberi nama Report to The Nations (RTTN) yang mulai dilakukan pada tahun
1996 hingga saat ini. RTTN ini dapat digunakan untuk membantu dalam
pemecahan masalah fraud baik dalam rangka merancang untuk mencegah,
mendeteksi dan meng investigasi fraud.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh ACFE Indonesia Chapter 239
tahun 2019, fraud yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah sebagai
berikut:
Page 22
4
Sumber: Survei ACFE Indonesia, 2019.
Gambar 1. 1
Fraud yang paling banyak terjadi di Indonesia
Berdasarkan gambar 1.1, Korupsi adalah jenis fraud yang paling banyak
terjadi di Indonesia dengan persentase 64.4%. Jenis fraud selanjutnya yaitu
penyalahgunaan aset/kekayaan negara dan instansi dengan persentase 28.9%,
sedangkan fraud Laporan Keuangan sebesar 6.7%. hasil survei ini berbeda
dengan Report to The Nations (RTTN) pada tahun 2018 yang menemukan
bahwa fraud yang paling banyak terjadi adalah penyalahgunaan aset sebanyak
89% yang diikuti dengan korupsi sebesar 38% dan fraud laporan keuangan
10%.
Perbedaan ini disebabkan oleh frekuensi publikasi skandal korupsi di
Indonesia seperti yang disajikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
rekapitulasi penyelidikan tindak pidana korupsi meningkat dari tahun 2004
sampai tahun 2018 (KPK, 2018). Sebagaimana dengan teori pembingkaian
(framing theory) yang dijelaskan oleh Tversky dan Kahneman (1981) bahwa
terdapat tendensi kognitif individu dalam merespons berbagai situasi yang
Page 23
5
terjadi berdasarkan dengan konteks dan informasi yang tersedia sehingga
menyebabkan potensi terjadinya bias kognitif. Dengan demikian, maka
berkembang lah berbagai macam informasi korupsi di media yang merupakan
salah satu pemicu pembingkai responden yang ada di Indonesia dalam penilaian
mengenai skandal korupsi sebagai kasus fraud yang banyak berkembang di
Indonesia.
Data pada gambar 1.1 mengenai fraud yang paling banyak terjadi di
Indonesia, menunjukkan bahwa saat ini Indonesia masih dihantui dengan
banyaknya kasus korupsi. Seperti halnya kasus korupsi pembangunan
infrastruktur Kementerian PUPR pada tahun 2009 yang melibatkan jajaran
pihak PUPR dicokok KPK. Kasus ini tentunya sangat merugikan negara dan
menghambat proses pembangunan infrastruktur itu sendiri. Menurut KPK kasus
ini telah merugikan negara hingga triliunan rupiah (Hikam, 2018)
Selanjutnya kasus korupsi yang baru terjadi yaitu korupsi ekspor benih
lobster. Diawali oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang
menerbitkan Surat Keputusan Nomor 53/KEP tentang Tim Uji Tuntas Due
Diligence Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster pada tahun 2020.
Jumlah uang kurang lebih sebesar 13 miliar rupiah. Selain Edhy Prabowo, KPK
menetapkan enam tersangka lainnya yaitu, Safri selaku Stafsus Menteri KKP,
Andreau Pribadi Misanta juga Stafsus Menteri KKP, Siswadi Pengurus PT Aero
Citra Kargo (PT ACK). Kemudian, Ainul Faqih Staf istri Menteri KKP, Amiril
Mukminin dan Suharjito Direktur PT Dua Putra Perkasa (PT DPP) selaku
pemberi suap (Dirhantoro, 2020).
Page 24
6
Kasus korupsi lainnya yang terjadi adalah kasus korupsi dana Bantuan
Sosial (Bansos) yang melibatkan Menteri Sosial yaitu Juliari Peter Batubara
(JPB) dan empat orang lainnya. Perkara ini diawali dengan adanya pengadaan
bansos penanganan covid-19 berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI
tahun 2020. Pengadaan tersebut bernilai sekitar Rp 5,9 Triliun, dengan total
272 kontrak dan dilaksanakan dua periode. Ketua KPK Firli Bahuri menuturkan
untuk fee tiap paket bansos disepakati oleh Matheus dan Adi sebesar oleh
Matheus dan Adi sebesar Rp 10 ribu per paket sembako dan nilai Rp 300 ribu
per paket Bansos (CNN Indonesia, 2020).
Berdasarkan rekapitulasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) yang dilakukan
oleh KPK tahun 2018, 2019, dan 2020 berdasarkan profesi/jabatan adalah
sebagai berikut:
Sumber: https://www.kpk.go.id/id/statistik/penindakan/tpk-berdasarkan-profesi-jabatan
Anggota DPR
danDPRD
KepalaLembaga/Kemente
rian
DutaBesar
Komisioner
Gubernur
Walikota/Bupati danWakil
EselonI/II/III
Hakim Jaksa PolisiPengacara
Swasta LainyaKorpor
asi
2020 17 0 0 0 0 4 7 0 0 0 0 12 15 0
2019 10 2 0 0 1 18 26 0 3 0 1 59 33 1
2018 103 1 0 0 2 30 24 5 0 0 4 56 31 4
0
20
40
60
80
100
120
Jum
lah
Kas
us
TPK berdasarkan profesi/jabatan tahun 2018, 2019 dan
2020
Gambar 1. 2
TPK berdasarkan profesi/jabatan tahun 2018, 2019 dan 2020
Page 25
7
Berdasarkan data diatas pada tahun 2018 TPK paling banyak adalah DPR
dan DPRD yaitu sebanyak 103 kasus, swasta 56 kasus, lainnya 31 kasus, wali
kota/bupati dan wakil 30, eselon I/II/III 24 kasus, hakim 5 kasus, pengacara dan
korporasi 4 kasus, gubernur 2 kasus, dan kepala Lembaga/Kementerian 1 kasus
dengan total jumlah kasus 260. Pada 2019 mengalami penurunan dengan total
sebanyak 154 kasus yang tertinggi adalah profesi swasta dengan 59 kasus, lalu
disusul oleh profesi lainnya sebanyak 33 kasus, selanjutnya profesi eselon
I/II/III dengan 26 kasus. Wali kota/bupati dan wakil sebanyak 18 kasus, jaksa 3
kasus, kepala Lembaga/Kementerian 2 kasus, gubernur dan korporasi masing-
masing 1 kasus. Untuk tahun 2020 mengalami penurunan yaitu sebanyak 55
kasus. Dengan peringkat pertama diduduki oleh profesi anggota DPR dan
DPRD sebanyak 17 kasus, lalu profesi lainnya 15 kasus, profesi swasta 12
kasus, eselon I/II/III 7 kasus, wali kota/bupati dan wakil sebanyak 4 kasus.
Sumber: https://www.kpk.go.id/id/statistik/penindakan/tpk-berdasarkan-instansi
DPR danDPRD
Kementerian/Lembaga
BUMN/BUMD
KomisiPemerintah
ProvinsiPemkab/Pe
mkot
2020 0 2 5 0 6 30
2019 7 44 17 0 11 66
2018 4 47 5 0 29 114
0
20
40
60
80
100
120
Jum
lah
Kas
us
TPK Berdasarkan Instansi 2018, 2019 dan 2020
Gambar 1. 3
TPK berdasarkan instansi tahun 2018, 2019, dan 2020.
Page 26
8
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 instansi dengan kasus
terbanyak yang melakukan korupsi adalah pemkab/pemkot dengan 114 kasus,
kementerian/lembaga 47 kasus, pemerintah provinsi 29 kasus, BUMN/BUMD
5 kasus, dan DPR/DPRD 4 kasus dengan total sebanyak 199 kasus. Pada tahun
2019 mengalami kenaikan menjadi 145 kasus dengan pemkab/pemkot 66 kasus,
kementerian/lembaga 44 kasus, BUMN/BUMD 17 kasus, pemerintah provinsi
11 kasus, dan DPR/DPRD 7 kasus. Selanjutnya pada tahun 2020 juga
mengalami penurunan menjadi 43 kasus dengan pemkab/pemkot 30 kasus,
pemerintah provinsi 6 kasus, BUMN/BUMD 5 kasus, dan kementerian/lembaga
2 kasus.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kasus kecurangan termasuk
korupsi masih banyak terjadi. Salah satu penyebab kecurangan banyak terjadi
adalah karena lemahnya pengendalian yang dimiliki oleh instansi di Indonesia.
Walaupun saat ini sistem ataupun metode anti-fraud sudah dibangun oleh
banyak instansi, namun masih terdapat hal-hal yang membuat pelaksanaannya
kurang efektif. Menurut survei yang dilakukan ACFE Indonesia tahun 2019, hal
ini disebabkan karena atasan yang tidak memberikan keteladanan dalam
melaksanakan sistem pengendalian. Atasan yang memiliki kekuasaan sehingga
cenderung mengabaikan sistem yang ada.
Kondisi inilah yang menyebabkan karyawan yang turut meniru perilaku
atasan tersebut. Hal ini semakin di perburuk dengan kurangnya kontrol dalam
instansi yang dapat menyebabkan kesempatan untuk melakukan fraud semakin
terbuka lebar. Hasil ini sejalan dengan hasil di tahun 2016, namun disini
Page 27
9
responden mulai memandang pentingnya peran intern control. Hal ini terlihat
dari kenaikan persentase terkait langkanya pengawasan intern dan
mengesampingkan intern control yang masing-masing menjadi 24.3%; dan
18% seperti yang tersaji pada gambar berikut ini.
Sumber: Survei ACFE Indonesia, 2019.
Gambar 1. 4
Kelemahan Pengendalian yang Menyebabkan Fraud
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tindakan fraud masih banyak terjadi
yang disebabkan oleh banyak hal. Menurut Said, dkk (2017) salah satu hal yang
dapat menyebabkan kecurangan itu terjadi adalah karena besarnya peluang yang
ada. Dengan adanya peluang tersebut seseorang dapat dengan mudah memiliki
niat untuk melakukan tindak kecurangan. Faktor ini biasanya didorong karena
lemahnya pengendalian intern atau penyalahgunaan wewenang dalam suatu
instansi. Pemerintah sebagai elemen penting telah melakukan berbagai cara
untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi salah satunya dengan
Page 28
10
mengeluarkan beberapa kebijakan termasuk kebijakan mengenai Sistem
Remunerasi bagi pegawai pemerintah. Hal ini diharapkan dapat memperkecil
kemungkinan pegawai pemerintah dalam melakukan tindak kecurangan
(Martaningtyas, 2014).
Dalam kebijakan Sistem Remunerasi di Indonesia, kebijakan Sistem
Remunerasi merupakan kebijakan yang dibuat untuk menata kembali sistem
penggajian para Aparatur Sipil Negara (ASN) agar para pegawai dapat memiliki
kinerja yang lebih baik dari sebelumnya dan agar para pegawai memiliki
tanggung jawab lebih sehingga tidak tergiur untuk melakukan tindak
kecurangan. Kebijakan Sistem Remunerasi dibuat berdasarkan peraturan dan
undang-undang tentang reformasi birokrasi, yaitu Undang-Undang No. 17
tahun 2007 mengenai rencana pembangunan nasional jangka panjang 2005-
2025 dan juga Peraturan Menteri Negara PAN, No. PER/15/M.PAN/7/2008
mengenai pedoman umum reformasi birokrasi. Dari kasus-kasus kecurangan
yang terjadi di Indonesia maka dalam hal ini pentingnya peran dan tanggung
jawab para aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan amanah yang
diberikan masyarakat. Diharapkan bahwa para ASN dapat menghindari hal-hal
yang menjurus terhadap kasus kecurangan seperti, korupsi, suap,
penyalahgunaan aset, dan tindakan kecurangan lainnya yang dapat merugikan
negara.
Untuk menunjang agar Sistem Remunerasi dalam suatu instansi dapat
diterapkan dengan baik, maka diperlukan suatu sistem pengendalian intern.
Sistem pengendalian intern yang diterapkan dalam sektor pemerintah adalah
Page 29
11
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
pemerintah menetapkan adanya suatu sistem pengendalian intern yang harus
dilaksanakan, baik pada tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Sistem pengendalian intern yang dimaksudkan adalah suatu proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus baik
oleh pemimpin maupun seluruh pegawai demi memberikan keyakinan yang
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan (Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008). Adanya pengendalian intern yang memadai dapat menciptakan
tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik. Pengendalian intern tersebut
terdiri atas lima komponen yang meliputi: (1) Control environmrnt; (2) Risk
assessment; (3) Control activities; (4) Information and communication; (5)
Monitoring (COSO, 2009; Arens et al; PP No.60/2008).
Selain itu adanya Sikap Rasionalisasi yang dimiliki individu menjadi salah
satu komponen besar yang dapat mempengaruhi terjadinya tindakan fraud.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dahlia, dkk (2013) menunjukkan bahwa
Sikap Rasionalisasi menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam
tindakan fraud terutama korupsi. Sebagian besar koruptor yang melakukan
tindakan korupsi melakukan tindakannya bukan karena adanya tekanan
ekonomi ataupun kesempatan namun karena pada umumnya koruptor
manganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang umum terjadi dan
Page 30
12
tidak melanggar hukum maupun kemanusiaan, sehingga tindakan ini masih
banyak terjadi.
Berdasarkan kesimpulan dari penjelasan diatas, peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini karena sebagian besar penelitian sebelumnya tidak
melakukan kombinasi antara pengaruh eksternal yang menyebabkan terjadinya
kecurangan yaitu Sistem Remunerasi dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dengan pengaruh intern yang dimiliki individu untuk
kecenderungan dalam melakukan kecurangan yaitu Sikap Rasionalisasi yang
merupakan bagian dari triangle of fraud. Saat ini perkembangan ekonomi
berkembang dengan sangat cepat yang mengakibatkan semakin bertambahnya
kebutuhan ataupun gaya hidup seseorang yang harus dipenuhi, hal tersebut
memberikan dampak yang sangat besar terhadap pola pikir setiap individu.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian (Martaningtyas,
2014) dengan perbedaan sistem pengendalian intern lebih difokuskan pada
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan adanya penambahan
variabel yaitu Sikap Rasionalisasi yang merupakan pengembangan dari
penelitian (Pesudo dkk, 2019). Pada penelitian ini objek yang diterapkan adalah
untuk seluruh pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) baik PNS (Pegawai Negeri
Sipil) maupun PPPK (Peserta Rekrutmen Pegawai Pemerintah) di Indonesia.
Peneliti menggunakan variabel Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan kombinasi variabel yaitu Sikap Rasionalisasi sebagai
variabel independen dan niat melakukan kecurangan (fraud) sebagai variabel
dependen.
Page 31
13
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini seluruh ASN (Aparatur Sipil
Negara) sebagai salah satu pemegang amanah dari masyarakat dapat
menjalankan tugas dengan jujur, profesional, dan selalu menaati
regulasi/hukum yang berlaku agar terhindar dari faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan para ASN memiliki niat untuk melakukan tindak kecurangan di
lingkungannya, sehingga penulis memberikan judul skripsi ini sebagai
“Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka identifikasi
masalah yang hendak diteliti pada penelitian ini yaitu terkait permasalahan yang
terjadi pada pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam mengatasi niat untuk
melakukan kecurangan (fraud) seperti korupsi, diantaranya:
1. Adanya pegawai ASN yang melakukan kasus kecurangan.
2. Adanya Sistem Remunerasi yang kurang baik didalam instansi sehingga
menimbulkan potensi pegawai ASN untuk melakukan kecurangan.
3. Adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang kurang efektif
dan efisien didalam instansi yang dapat memicu pegawai ASN melakukan
kecurangan.
4. Adanya Sikap Rasionalisasi yang dimiliki pegawai ASN tersebut sehingga
membuatnya tidak merasa bersalah saat melakukan kecurangan.
Page 32
14
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka pembatasan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah, diantaranya:
1. Menguji Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Sikap Rasionalisasi terhadap niat melakukan kecurangan
(fraud).
Dari sekian banyak masalah yang dihadapi oleh pegawai ASN,
penelitian ini hanya fokus membahas mengenai bagaimana pengaruh
Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan
Sikap Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud). Sistem
Remunerasi itu sendiri merupakan sebuah sistem penggajian atas kinerja
pegawai ASN. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
merupakan sebuah sistem yang dimiliki seluruh instansi pemerintah guna
mencapai tujuan instansi itu sendiri, serta Sikap Rasionalisasi adalah
sebuah sikap yang merupakan tindakan pembenaran atas suatu tindakan
yang salah yaitu tindak kecurangan untuk melindungi dirinya atas tindakan
yang sudah dilakukan tersebut.
2. Responden hanya pada pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Indonesia
Dari sekian banyak profesi yang ada, penelitian ini hanya berfokus
pada pegawai ASN, sebagai salah satu profesi yang rentan terjadinya
tindak kecurangan/korupsi. Penelitian ini hanya berfokus pada pegawai
ASN yang berlokasi di Indonesia, tetapi hanya didominasi oleh pulau Jawa.
Page 33
15
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Sistem Remunerasi berpengaruh terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud)?
2. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berpengaruh
terhadap Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)?
3. Apakah Sikap Rasionalisasi berpengaruh terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud)?
4. Apakah Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP), dan Sikap Rasionalisasi berpengaruh terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh Sistem Remunerasi terhadap niat melakukan kecurangan (fraud).
2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap niat
melakukan kecurangan (fraud).
3. Pengaruh Sikap Rasionalisasi terhadap niat melakukan kecurangan (fraud).
4. Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP), dan Sikap Rasionalisasi terhadap niat melakukan kecurangan
(fraud).
Page 34
16
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian adalah:
1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukkan dalam
mengeluarkan kebijakan terkait dengan tindak kecurangan.
2. Mahasiswa jurusan akuntansi, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi
mahasiswa jurusan akuntansi serta menambah bahan referensi dan bahan
pembanding penelitian yang berhubungan dengan Sistem Remunerasi,
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan Sikap Rasionalisasi
terhadap niat melakukan fraud.
3. Masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi
masyarakat.
4. Penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi
penulis mengenai tindak kecurangan dan diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak yang akan
meneliti selanjutnya mengenai topik yang sejenis.
Page 35
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Fraud (Kecurangan)
a. Fraud Triangle Theory
Teori segitiga kecurangan adalah suatu gagasan mengenai
penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan
oleh Donald R. Cressey (1993) yang dinamakan fraud triangle atau
segitiga kecurangan. Teori ini mengemukakan alasan mengapa
seseorang melakukan fraud. Fraud triangle dapat diibaratkan sebagai
fire triangle, di mana pressure dapat dianggap sebagai sumber panas
yang dapat memicu munculnya api. Akan tetapi, pressure sendiri
tidak akan dapat membuat seseorang melakukan fraud, kecuali
pressure ini didukung dan dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
opportunity atau peluang untuk melakukan fraud yang diibaratkan
sebagai bahan bakar yang membuat api itu tetap menyala dan juga
rationalization atau rasionalisasi dari tindakan kecurangan yang
diibaratkan sebagai oksigen nya (Lister, 2007)
Cressey mengungkapkan bahwa seseorang melakukan fraud
adalah ketika mereka memiliki masalah keuangan yang sulit untuk
diselesaikan bersama. Maka secara diam-diam mereka
menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan jabatan/pekerjaan
yang mereka miliki. Cressey juga mengungkapkan bahwa banyak
Page 36
18
dari mereka yang melakukan kecurangan ini mengetahui dan
menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan merupakan
tindakan illegal, tetapi mereka berusaha memunculkan pemikiran
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang wajar
terjadi. Elemen fraud triangle digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953)
Tekanan (pressure) memiliki berbagai arti, yaitu keadaan di
mana seseorang merasa ditekan/tertekan dan kondisi yang berat saat
seseorang menghadapi suatu kesulitan. Dari pengertian ini
menunjukkan bahwa pressure dapat menjadi motivasi bagi seseorang
dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Menurut Albrecht et al. I
(2011) dan Sihombing (2014) pressure dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
Pressure
Rationalization Opportunity
Gambar 2. 1
Fraud Triangle Theory
Page 37
19
1. Tekanan keuangan (Financial Pressure)
2. Tekanan akan kebiasaan buruk (Vices Pressures)
3. Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan (Work-Related
Pressure)
Peluang (Opportunity) merupakan situasi atau kondisi yang
memungkinkan terjadinya kecurangan. peluang terjadi karena
lemahnya pengendalian intern, ketidakefektifan pengawasan dari
atasan, atau penyalahgunaan posisi/jabatan seseorang. Albrecht dan
Sihombing (2014) ada enam faktor peluang yang menyebabkan
terjadinya fraud, yaitu:
1. Kurangnya kontrol dalam pencegahan atau pendeteksian fraud
2. Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja
3. Kegagalan dalam mendisiplinkan para pelaku fraud
4. Kurangnya pengawasan terhadap akses informasi
5. Ketidakpedulian dan ketidakmampuan untuk mengantisipasi
fraud
6. Kurangnya jejak audit (audit trial)
Rasionalisasi (rationalization) adalah sikap melakukan
pembenaran terhadap perilaku menyimpang merupakan hal yang
wajar dilakukan, dengan adanya sikap pembenaran dari seseorang
yang tidak jujur ini akan mendukung seseorang tersebut bahwa tidak
adanya tindakan kecurangan yang dilakukan.
Page 38
20
Albrecht dan Sihombing (2014) menjelaskan tentang rasionalisasi
yang sering terjadi saat seseorang melakukan fraud, yaitu:
1. Aset itu sebenarnya milik saya (perpetrator’s fraud)
2. Saya hanya menjamin dan akan membayarnya nanti
3. Tidak ada pihak yang dirugikan
4. Hal ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak
5. Kami akan memperbaiki pembukuan setelah masalah keuangan
ini selesai
6. Saya rela mengorbankan repurtasi dan integritas saya asal hal itu
dapat meningkatkan standar hidup
b. Fraud Diamond Theory
Kemajuan bisnis sangat mempengaruhi perkembangan kajian
mengenai teori kecurangan ini. Wolfe dan Hermanson (2004)
melakukan pengembangan teori fraud melalui teori dari Cressey
(1953) yaitu fraud triangle theory yang memiliki tiga elemen,
kemudian dikembangkan menjadi empat elemen dengan menambah
elemen baru yaitu capability (kemampuan) yang dikenal dengan fraud
diamond theory. Teori tersebut digambarkan seperti gambar dibawah
ini:
Page 39
21
Sumber: Fraud Diamond Theory oleh Wolfe dan Hermanson (2004)
Kemampuan (Capability)
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) yang mengatakan:
“When designing detection system, it is important to consider who
within the organization has the Capability to quash a red flag, or to
cause a potential inquiry by intern auditors to be redirected. A key to
mitigating Fraud is to focus particular attention on situations offering,
in addition to incentive and Rasionalization the combination of
Opportunity and Capability”
Pendapat ini menjelaskan bahwa kunci dalam mengatasi fraud
adalah fokus pada situasi yang terjadi dengan menggunakan pressure
dan rationalization serta kombinasi dari opportunity dan capability.
c. Crowe’s Fraud Pentagon Theory
Konsep Crowe’s Fraud Pentagon ini diperkenalkan oleh literatur
profesional pada Crowe Horwath (2012) pada sebuah paper yang
berjudul Playing Offense in a High Risk Environment yang
menyebutkan:
Pressure Opportunity
Capability Rationalization
Gambar 2. 2
Fraud Diamond Theory
Page 40
22
“Cressey’s classic fraud triangle helps to explain many but not all
situations, these differences support the need too expand the fraud
triangle to a five-sides fraud Pentagon where an employee’s
competence or power to perform and arrogance”.
Teori Fraud Triangle yang dikemukakan oleh Cressey (1953) telah
banyak membantu dalam menjelaskan kondisi terjadinya fraud,
namun teori ini belum mencakup semua kondisi yang dapat
digambarkan. Dengan adanya perbedaan ini mendukung kebutuhan
untuk melakukan pengembangan dan penyempurnaan dari teori fraud
yang ada menjadi lima elemen yang dikenal dengan crowe’s fraud
pentagon theory, kemampuan karyawan untuk berani dalam bersikap
yaitu arogansi. Konsep skema dari crowe’s fraud pentagon theory
menurut Crowe Howart (2012) digambarkan seperti berikut ini:
Sumber: Crowe’s Fraud Pentagon Theory menurut Crowe Howart
(2012)
Gambar 2. 3
Crowe's Fraud Pentagon Theory
Page 41
23
Teori ini adalah untuk melanjutkan penyempurnaan teori dari
Crassey (1953) dan Wolfe dan Hermenson (2004). Dalam
pengembangan ini Crowe menambahkan satu elemen. Elemen tersebut
menggambarkan sifat dari pelaku kecurangan yang disebut arrogance
atau kesombongan. Elemen ini menambah elemen yang ada menjadi
lima elemen.
Arogansi (Arrogance)
Penambahan elemen arrogance (arogansi/kesombongan) atau
kurangnya kesadaran dari karyawan adalah faktor penentu kecurangan.
Kesombongan atau kurangnya hati nurani, sikap keunggulan dan hak
atau keserakahan yang dimiliki seseorang yang percaya bahwa
kebijakan perusahaan dan prosedur yang ada pada perusahaan tidak
berlaku bagi dirinya. Kompetensi dan kesombongan memainkan peran
utama dalam menentukan apakah karyawan memiliki hal yang
diperlukan dalam berbuat kecurangan. Elemen tekanan, kesempatan,
rasionalisasi, kompetensi dan kesombongan dapat memicu seorang
individu untuk melakukan kecurangan. Hal ini semakin memperbesar
peluang apabila seorang individu yang mahir melakukan kecurangan
memiliki akses untuk informasi perusahaan, memiliki pola pikir ke
depan sehingga dapat menutupi bukti untuk menghindari risiko dalam
kecurangan.
Page 42
24
Para ahli mengatakan bahwa kesombongan atau kurangnya hati
nurani seseorang merupakan sikap unggulan dan hak keserakahan yang
dapat dipercaya seseorang bahwa pengendalian intern yang ada tidak
berlaku pada dirinya. Menurut Lano (2015) arogan adalah sikap angkuh
dan sombong yang ditunjukkan oleh seseorang yang merasa bahwa
dirinya yang paling hebat, pintar, berkuasa, dan paling berperan
dibanding dengan orang lain. Sikap arogan ini sering menyerang
seseorang yang sedang berada diposisi puncak karirnya.
2. Theory Reasoned Action
Theory Reasoned Action adalah teori yang diusulkan oleh Ajzen dan
Fisibein pada tahun 1980. Teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1967,
selanjutnya teori ini terus di revisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan
Martin Fisibein. Mulai tahun 1980 teori ini digunakan untuk mempelajari
perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi yang lebih baik
lagi. Icek Ajzen adalah seorang profesor psikologi di University of
Massachusetts. Ia bersama Martin Fishbein telah menulis berbagai paper,
jurnal, artikel dan buku mengenai Theory of Reasoned Action dan Theory
of Planned Behaviour termasuk juga buku Understanding Attitude and
Predicting Social Behaviour yang terbit pada tahun 1980 dan telah banyak
dipakai dikalangan akademik.
Page 43
25
Sedangkan Martin Fishbein adalah seorang profesor pada
Departement of Psychology and the Institute of Communication Research
pada University of Illinois di Urbana. Ia merupakan seorang konsultan
pada The International Atomic Energy Agency. The Federal Trade
Commission and Warner Communications, Inc. bersama dengan Ajzen
telah menulis beberapa buku termasuk buku Belief, Attitude Intention and
Behavior, An Introduction to Theory and Research pada tahun 1975. Ia
juga telah banyak menulis berbagai buku, teks dan artikel. Pada tahun
1970-an ia dan Ajzen mengembangkan Theory of Reasoned Action dan
Theory of Planned Behaviour.
Sumber: Fishbein dan Ajzen 1975
Theory of Reasoned Action mengasumsikan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh keinginan individu untuk melakukan atau tidak melakukan
suatu tindakan tertentu ataupun sebaliknya. Keinginan ini ditentukan oleh
dua faktor utama yaitu sikap dan norma subjektif. Ajzen dan Fishibein
(1980) dalam “Theory of Reasoned Action” menyatakan bahwa norma
subjektif merupakan determinan dari keinginan individu dalam melakukan
Beliefs and
Evaluation
Normative Beliefs
and Motivation to
copy
Attitude
toward
Behaviour
Subjective
Norm
Behaviour
Intention
Actual
Behaviour
Gambar 2. 4
Theory of Reasoned Action
Page 44
26
suatu tindakan tertentu. Norma subjektif adalah suatu fungsi dari
keyakinan yang ada dalam diri individu dalam hal menyetujui atau tidak
menyetujui suatu perilaku yang ingin dilakukan. Hal ini didasari oleh suatu
keyakinan yang dinamakan dengan keyakinan normatif. Faktor lingkungan
keluarga merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi tindakan
perilaku seseorang. Individu cenderung melakukan sesuatu berdasarkan
persepsi orang lain terhadap suatu perilaku, bila perilaku tersebut dinilai
sebagai perilaku yang positif, maka seorang individu tidak ragu dalam
melakukan tindakan tersebut.
Teori ini dikembangkan untuk menguji hubungan antara sikap dan
perilaku. Konsep utamanya adalah “prinsip-prinsip kompatibilitas” dan
konsep “intensi perilaku”. Prinsip kompatibilitas digunakan untuk
memprediksi suatu perilaku tertentu diarahkan ke target tertentu dalam
konteks dan waktu tertentu, sikap khusus yang sesuai dengan waktu, target
dan konteks yang harus dinilai. Sedangkan keinginan dalam berperilaku
menunjukkan berapa banyak usaha yang dilakukan oleh individu dan
komitmen yang dilakukan. Keinginan untuk berperilaku ini ditentukan oleh
sikap dan norma yang subjektif (Fishbein dan Ajzen, 1975).
Sikap mengacu pada persepsi individu (baik yang menguntungkan
maupun sebaliknya) terhadap suatu perilaku tertentu. Norma subjektif
mengacu pada penilaian subjektif yang dilakukan oleh individu tentang
presensi lain dan Theory of Planned Behaviour dukungan untuk
berperilaku. Theory of Reasoned Action ini dikritik karena dianggap
Page 45
27
mengabaikan pentingnya faktor-faktor sosial lain yang dalam kehidupan
nyata manusia menjadi penentu individu dalam melakukan tindakan
tertentu, seperti norma individu. Karena adanya kelemahan dalam teori ini
maka dilakukan pengembangan dengan menambahkan faktor lain yang
dapat mempengaruhi perilaku individu. Inilah yang disebut dengan Theory
of Planned Behaviour (Ajzen, 1991).
3. Theory of Planned Behaviour
Theory of Planned Behaviour (TPB) dan Theory of Reasoned Action
(TRA) adalah teori yang saling berhubungan. Theory of Planned
Behaviour merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action
yang dirumuskan pada tahun 1967 dalam upaya memberikan konsistensi
dalam studi hubungan antara perilaku dan sikap. Teori ini merupakan teori
perluasan dari Theory of Reasoned Action. Asumsi utama dalam teori ini
adalah rasional individu dalam mempertimbangkan tindakan masing-
masing individu sebagai implikasi dari tindakan yang dilakukan
(pengambilan keputusan). Rasionalitas pengambilan keputusan
mengibaratkan bahwa keputusan yang diambil seseorang dibuat di bawah
ketidakpastian (Basu 1996; Eppen et al. 1998). Pembuatan keputusan yang
diambil secara rasional diharapkan menjadi keputusan yang optimal karena
seseorang menyadari semua dampak dan konsekuensi yang akan
ditimbulkan.
Page 46
28
Dalam teori ini dijelaskan bahwa niat seseorang dalam melakukan
tindakannya didasari oleh dua faktor utama, yaitu attitude toward to
behavior dan subjective norm (Fishbein dan Ajzen, 1975). Sedangkan
dalam Theory of Planned Behaviour sebagai pengembangan dari TRA
dikembangkan menjadi tiga faktor dengan penambahan satu faktor, yaitu
perceived behavioural control (Ajzen, 1991).
Sumber: Ajzen (1991)
Gambar 2. 5
Theory of Planned Behaviour
Theory of planned behavior digunakan untuk memprediksi apakah
seseorang akan melakukan suatu tindakan atau tidak melakukannya. Teori
ini menggunakan tiga faktor, yaitu sikap individu terhadap suatu perilaku,
norma subjektif dan perasaan individu mengenai kemampuan mengontrol
segala sesuatu yang ditimbulkan sebelum melakukan tindakan tersebut.
Teori ini juga dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Attitude toward Behaviour
Subjective Norm
Perceived Behavioural
Control
Intention Behavioural
Page 47
29
Sumber : Ajzen, I. (1991). Organizational Behaviour and Human Decision
Processes, 50, p 179-211.
Keterangan:
1. Sikap (Attitude)
Ajzen (2005) mengemukakan bahwa sikap individu terhadap
perilaku tertentu ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh atas
konsekuensi dari perilaku (behavior beliefs). Beliefs ini berkaitan
dengan penilaian yang subjektif dari seseorang terhadap lingkungan
sekitarnya. Seorang individu memerlukan pemahaman terhadap diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dalam teori ini Ajzen menyatakan
bahwa belief dapat diimplikasikan dengan cara menghubungkan
suatu tindakan kita ketahui risiko ataupun manfaat yang mungkin
terjadi apabila kita melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan.
Intention
Behavioural
Beliefs
Attitude
Toward the
Behaviour
Normative
Beliefs
Subjective
Norm
Control
Beliefs
Perceived
Behavioural
Control
Behaviour
Actual
Behaviour
Control
Gambar 2. 6
Theory of Planned Behaviour yang dikembangkan
Page 48
30
Keyakinan ini yang dapat memperkuat sikap seorang individu
terhadap perilaku/tindakan yang akan dilakukan.
2. Norma subjektif (Subjective Norm)
Norma subjektif adalah bentuk perasaan seseorang atau dugaan
yang ada dalam diri seseorang yang berbentuk harapan yang
dilontarkan kepada orang-orang yang ada di dalam kehidupan orang
tersebut. Perasaan ini mengharapkan orang lain melakukan atau tidak
melakukan suatu tindakan. Dalam hal ini fokus utama adalah
perasaan seseorang. Perasaan bersifat subjektif maka dimensi ini
disebut dengan norma subjektif (subjective norm). Sikap terhadap
perilaku memiliki hubungan yang erat yang bersifat sangat
menentukan perilaku seseorang. Norma subjektif juga dipengaruhi
oleh keyakinan, bedanya adalah apabila hubungan sikap terhadap
perilaku merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku yang
akan dilakukan seseorang (behavior belief) maka norma subjektif
adalah fungsi dari keyakinan yang dimiliki seseorang yang diperoleh
atas pandangan terhadap orang lain yang ada dalam hidupnya dan
berhubungan dengannya (normative belief).
3. Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioural Control)
Persepsi kontrol perilaku atau bisa disebut juga dengan kontrol
perilaku adalah perasaan yang dimiliki seseorang mengenai mudah
atau sulitnya mewujudkan suatu tindakan tertentu (Ajzen, 2005).
Ajzen menjelaskan beberapa perilaku kontrol dengan cara
Page 49
31
membedakannya menjadi locus of control atau pusat kendali yang
dikemukakan oleh Rotter’s. Pusat kendali ini berkaitan dengan
keyakinan seseorang yang relatif stabil apabila dihadapi dengan
berbagai situasi. Persepsi kontrol perilaku dapat berubah tergantung
dengan situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan seseorang.
Pusat kendali berkaitan dengan keyakinan individu bahwa
keberhasilannya dalam melakukan sesuatu tergantung pada usaha
yang dilakukan seseorang itu sendiri (Rotter’s, 1996). Keyakinan ini
berkaitan dengan pencapaian atas usaha yang dilakukan, misalnya
keyakinan dapat menguasai keterampilan seseorang dalam bidang
tertentu, ini yang disebut dengan kontrol perilaku (perceived
behavioural control).
Konsep lain selain locus of control adalah self efficacy atau
efisiasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (Ajzen, 2005). Efisiasi
diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki individu untuk menguasai
keterampilan yang diinginkan atau dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan tertentu. Konsep persepsi kontrol perilaku yang
dikemukakan oleh Ajzen ini banyak dipengaruhi oleh riset yang
dilakukan Bandura mengenai efisiasi diri. Individu yang mempunyai
persepsi kontrol yang tinggi akan terus melakukan usaha karena
adanya keyakinan yang dimiliki dan percaya bahwa kesulitan yang
akan dihadapinya akan dapat diatasi.
Page 50
32
B. Tinjauan Literatur
1. Sistem Remunerasi
Remunerasi memiliki pengertian yaitu sesuatu yang diterima pegawai
sebagai bentuk imbalan dari kontribusi yang telah diberikannya kepada
organisasi tempat di mana pegawai tersebut bekerja. Remunerasi memiliki
makna yang lebih luas daripada gaji, karena mencakup semua bentuk
imbalan, baik yang berbentuk uang maupun barang, diberikan secara
langsung maupun tidak langsung, dan bersifat rutin maupun tidak rutin.
Imbalan langsung tersebut terdiri dari gaji/upah, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, bonus yang dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan
prestasi kerja dan kinerja organisasi, intensif sebagai penghargaan prestasi,
dan berbagai jenis bantuan yang diberikan secara rutin. Imbalan tidak
langsung yaitu berupa fasilitas, kesehatan, dana pensiun, gaji selama cuti,
santunan musibah dan sebagainya (Nugroho dkk, 2014).
Dessler berpendapat bahwa remunerasi atau kompensasi adalah setiap
bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada pegawai. Ada tiga
komponen remunerasi/kompensasi pegawai yaitu:
a. Direct financial payment seperti gaji, upah, insentif komisi dan
bonus.
b. Indirect financial payment seperti asuransi dan tamasya.
c. Non financial reward seperti promosi dan beasiswa.
Page 51
33
Dalam usaha reformasi birokrasi yang digagas oleh pemerintah,
kebijakan remunerasi juga diterapkan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara yang meliputi
kegiatan:
a. Pembangunan Sistem Remunerasi yang didasarkan pada prestasi
kerja
b. Pembangunan Sistem Remunerasi yang didasarkan pada tingkat
kelayakan hidup, gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya serta harus mampu memacu
produktivitas
c. Penyempurnaan sistem pensiun
(Deputi MenPAN Bidang SDM Aparatur, 2009) Sistem penggajian bagi
PNS telah dituangkan dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian, yang didalam pasal 7 disebutkan bahwa:
a. Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak
sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya
b. Gaji yang diterima Pegawai Negeri harus mampu memacu
produktivitas dan menjamin kesejahteraan nya
c. Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksudkan
dalam ayat 1 ditetapkan dengan PP
Para PNS saat ini selain menerima gaji pokok seperti yang diatur dalam PP
No. 8 tahun 2009 juga mendapat tambahan berupa tunjangan jabatan.
Jabatan PNS secara umum terbagi dua yaitu jabatan struktural dan
Page 52
34
fungsional. Setiap jabatan memiliki tunjangan yang berbeda. Tunjangan
jabatan struktural diatur dalam Perpres No. 26 tahun 2007 Tentang
Tunjangan Jabatan Struktural, sedangkan untuk jabatan fungsional diatur
oleh instansi Pembina jabatan fungsional seperti fungsional peneliti
pembinaan nya adalah LIPI, Widyaiswara pembina nya LAN.
Kelemahan yang dirasakan berkaitan dengan pemberian tunjangan ini
adalah jumlah tunjangan jabatan baik struktural maupun fungsional relatif
lebih besar dibandingkan dengan jumlah besaran gaji pokok yang diterima.
Fenomena ini menunjukkan bahwa penghargaan yang diberikan terhadap
kinerja dan kompetensi pegawai masih kurang. Oleh karena itu tidak heran
bila melihat banyak PNS yang lebih berorientasi mengejar jabatan dari
pada menunjukkan prestasi kerja dan meningkatkan kompetensi. Hal inilah
salah satu yang menyebabkan terjadinya tindak kecurangan (fraud) untuk
mengejar jabatan walaupun dengan cara-cara yang tidak baik.
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Pengendalian intern perlu diterapkan dalam suatu instansi, termasuk
instansi pemerintah, hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak tertentu. Menurut peraturan
pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif
Page 53
35
dan efisien sehingga dapat mendeteksi serta meminimalisir terjadinya
tindakan yang dapat merugikan negara.
Menurut Mulyadi (2002:180) pengendalian intern memiliki tujuan
yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mencapai tiga
golongan tujuan (keandalan informasi keuangan, kepatuhan terhadap
peraturan dan hukum yang berlaku, dan efektivitas serta efisiensi
operasional). Pengendalian intern yang efektif memiliki tujuan antara lain:
a. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi
b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran akuntansi
c. Mendorong efisiensi
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta
pertanggungjawaban kegiatan instansi pemerintah wajib menerapkan
setiap unsur sistem pengendalian intern. Untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian intern tersebut telah dirancang dan di implementasikan
dengan baik dan secara memadai diperbaharui untuk menyesuaikan
keadaan yang terus berubah. Secara khusus sesuai dengan pasal 43 PP No
60 tahun 2008, pimpinan instansi harus melakukan pemantauan antara lain
melalui evaluasi terpisah atas sistem pengendalian intern nya masing-
masing untuk mengetahui kinerja dan efektivitas sistem pengendalian
intern dan cara meningkatkan nya. Pemantauan ini juga berguna untuk
mengidentifikasi dan mengatasi risiko utama seperti penggelapan,
pemborosan, penyalahgunaan, dan salah kelola (missmanagement).
Page 54
36
Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission (COSO) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60
tahun 2008. Sistem pengendalian intern terdiri dari lima unsur yang saling
terkait, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian (Control Environment)
Pimpinan dari instansi pemerintah dan seluruh pegawai harus
menciptakan dapat memelihara lingkungan dalam keseluruhan
organisasi sehingga dapat menimbulkan perilaku yang positif serta
mendukung terhadap pengendalian intern yang sehat, melalui:
1) Penegagakkan integritas dan nilai etika
2) Komitmen terhadap kompetisi
3) Kepemimpinan yang kondusif
4) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia
7) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang
efektif
8) Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait
Penjelasan mengenai masing-masing dari sub unsur lingkungan
pengendalian ini, kemudian dijelaskan dalam PP No. 60 Tahun 2008
Page 55
37
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada pasal 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11 dan 12.
b. Penaksiran risiko Manajemen (Management Risk)
Unsur selanjutnya dari SPIP adalah unsur penilaian risiko.
Penilaian risiko diawali dengan menetapkan maksud dan tujuan dari
instansi pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat
instansi maupun tingkat kegiatan. Lalu selanjutnya instansi
pemerintah melakukan identifikasi risiko intern dan eksternal yang
dapat mempengaruhi keberhasilan dari tujuan yang ingin dicapai.
Kemudian menganalisis risiko yang mungkin akan terjadi serta
bagaimana dampak yang akan ditimbulkan mulai dari yang risiko
yang tinggi hingga risiko yang sangat rendah.
Berdasarkan penilaian risiko tersebut, selanjutnya dilakukan
respon atas risiko yang terjadi dan melakukan pengendalian yang
tepat. Kegiatan pengendalian yang menjadi unsur ketiga dalam
pengendalian intern ini memiliki maksud untuk merespon risiko yang
dimiliki dan memastikan bahwa instansi dapat melakukan respon
yang tepat dan efektif.
c. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Kegiatan pengendalian merupakan unsur ketiga dari SPIP
menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 yang wajib diterapkan di instansi
pemerintah. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi risiko yang terjadi serta penetapan dan pelaksanaan
Page 56
38
kebijakan serta prosedur untuk memastikan bahwa tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi risiko telah dilakukan secara efektif.
Kegiatan pengendalian yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 yaitu:
1) Reviu atas kinerja pemerintah yang bersangkutan
2) Pembinaan sumber daya manusia
3) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
4) Pengendalian fisik atau aset
5) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja
6) Pemisahan fungsi
7) Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting
8) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan
kejadian
9) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatan nya
10) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatan nya
11) Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta
transaksi dan kejadian penting
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Selanjutnya unsur SPIP menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 yaitu
informasi dan komunikasi. Informasi didefinisikan sebagai data yang
telah diolah dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi dari instansi
pemerintah itu sendiri. Sedangkan komunikasi adalah proses
Page 57
39
penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau
lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan umpan balik. Sehubung dengan definisi yang telah
disebutkan, PP Nomor 60 Tahun 2008 mengatur bahwa dalam
menyelenggarakan informasi dan komunikasi yang efektif, pimpinan
dari instansi pemerintah dan seluruh penyelenggara unsur SPIP harus
selalu dilaporkan dan dikomunikasikan.
Dalam unsur informasi dan komunikasi, terdapat hal-hal yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Hal-hal tersebut yaitu:
1) Pimpinan instansi pemerintah sudah menggunakan bentuk dan
sarana komunikasi yang efektif, yang berupa buku pedoman
kebijakan dan prosedur, surat edaran, memorandum, papan
pengumuman, situs internet dan intranet, rekaman, video, e-
mail, dan arahan yang disampaikan secara lisan.
2) Pimpinan telah melakukan komunikasi dalam bentuk tindakan
yang positif saat berhubungan dengan pegawai di dalam
organisasi dan memperhatikan dukungan terhadap pengendalian
intern.
3) Pemantauan (Monitoring)
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelanggaraan sistem
pengendalian intern didalam instansi pemerintah, maka dilakukan
pengawasan intern dan pembinaan dalam penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian
Page 58
40
intern yang memiliki fungsi melakukan penilaian yang bersifat independen
atas pelaksanaan tugas dan fungsi dari instansi pemerintah. Ruang lingkup
atas pelaksanaan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas,
kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan dam
telaahan sejawat. Pembinaan atas pelaksanaan SPIP meliputi penyusunan
pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, dan
pembimbingan dan konsultasi SPIP, seta peningkatan kompetensi auditor
aparat pengawasan intern pemerintah.
Unsur terakhir yang ada pada SPIP ini adalah pemantauan pengendalian
intern di mana PP Nomor 60 Tahun 2008 mendefinisikan bahwa
pemantauan pengendalian intern ini sebagai proses penilaian atas mutu
kinerja dari sistem pengendalian intern dan proses yang dapat memberikan
keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi yang telah dilakukan lainnya
segera ditindaklanjuti. Pemantauan yang dapat dilakukan menurut PP
Nomor 60 Tahun 2008 dapat dilakukan dengan cara, pemantauan yang
berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak lanjut atas rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya.
Unsur-unsur yang telah disebutkan ditas, bukanlah merupakan unsur-
unsur yang berdiri sendiri melainkan unsur-unsur diatas memiliki
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini karena proses
pengendalian yang ada menyatu pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus-menerus oleh seluruh komponen yang ada dalam instansi baik
pimpinan maupun pegawai. Hal yang menjadi pondasi dari pengendalian
Page 59
41
adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada didalam organisasi instansi
pemerintah yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam
mencapai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai instansi. Keterkaitan antara
kelima unsur SPIP ini dapat dilihat melalui gambar berikut ini:
Sumber: http://www.bpkp.go.id/spip/konten/400/sekilas-spip.bpkp
Gambar 2. 7
Unsur-unsur SPIP menurut PP Nomor 60 Tahun 2008
Tercapainya pengendalian intern dalam suatu instansi pemerintah dapat
meminimalisir kerugian atau pemborosan pengelolaan sumber daya instansi
pemerintah. Pengendalian intern juga memberikan informasi tentang
bagaimana menilai kinerja instansi dan manajemen sebagai pedoman dalam
perencanaan selanjutnya. Dan dengan diterapkannya sistem pengendalian
intern yang baik akan mempersempit atau mengurangi peluang dan
kesempatan yang ada untuk melakukan tindak kecurangan (fraud).
Page 60
42
3. Sikap Rasionalisasi
Menurut Donald Cressey (1953) dalam riset nya menyimpulkan bahwa
ada tiga kondisi yang menyebabkan seseorang dapat melakukan tindak
kecurangan (fraud). Kondisi tersebut disebut dengan konsep fraud triangle
(segitiga kecurangan). Tiga kondisi tersebut terdiri dari tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity) dan rasionalisasi (rationalization). Dari ketiga
kondisi diatas, satu kondisi yang paling susah diukur dan menjadi elemen
penting dalam terjadinya tindak kecurangan adalah rasionalisasi
(rationalization).
Sikap Rasionalisasi (rationalization) adalah sikap/karakter yang
memperbolehkan atau membenarkan seseorang untuk melakukan
kecurangan ataupun tindakan seseorang dalam mencari berbagai alasan
untuk merasionalkan tindakan mereka (Edi et al, 2018). Rasionalisasi
membuat seseorang yang awalnya tidak ingin melakukan kecurangan
menjadi ingin melakukan kecurangan. Rasionalisasi merupakan suatu
alasan yang kesannya membenarkan tindakan kecurangan dan merupakan
hal yang sewajarnya (Gamayuni, 2015).
Dalam hal ini pelaku yang melakukan tindak kecurangan berkeyakinan
bahwa tindakan yang telah dilakukan bukanlah sebuah tindak kecurangan
(fraud) melainkan adalah sebuah tindakan yang merupakan hak pelaku yang
harus didapatkan. Keyakinan ini didasari oleh kinerja yang telah diberikan
kepada organisasi yang mengakibatkan tindakan yang dilakukan pelaku
Page 61
43
adalah sesuatu yang benar dan bukan merupakan suatu kesalahan
(Zulkamain, 2013).
4. Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
Secara harfiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun
pengertian ini dikembangkan lebih luas. Menurut Albrecht et.al dalam Tiro
(2014) dalam bukunya fraud examination, yaitu:
“Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which
human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get
an advantage over another by false representations”.
Dari pengertian kecurangan (fraud) diatas, kecurangan adalah istilah umum
yang mencakup banyak arti. Dalam kecurangan, kecerdikan yang dimiliki
manusia dapat menjadi alat yang dipilih untuk mendapatkan keuntungan
dengan representasi yang salah. Secara skematis, Association of Certified
Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan Occupational fraud dalam
bentuk fraud tree (Tuannakotta, 2007:96). Occupational tree ini
mempunyai tiga cabang utama, yaitu Fraudulent Statements, Asset
Misappropriation dan Corruption.
a. Fraudulent statements atau kecurangan pelaporan, sangat dikenal oleh
para auditor yang melakukan general audit. Fraud ini merupakan
bentuk salah saji baik itu overstatement atau understatement.
Fraudulent statement merupakan tindakan yang biasanya dilakukan
oleh pegawai atau eksekutif di suatu instansi atau instansi pemerintah
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
Page 62
44
melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam
penyajian laporan keuangan dengan tujuan memperoleh keuntungan.
b. Asset misappropriation atau penyalahgunaan aset, atau pengambilan
aset secara illegal (Tuannakotta, 2007:100). Namun dalam istilah
hukum, mengambil aset secara illegal (tidak sah atau tidak sesuai
dengan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang
untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut
menggelapkan, istilah pencurian dalam fraud tree disebut juga dengan
larceny.
c. Corruption atau korupsi, dalam ketentuan perundang-undangan di
Indonesia (Tuannakotta, 2007:96). Jenis fraud ini paling dideteksi
karena berhubungan dengan kerja sama yang dilakukan bersama pihak
lain seperti suap dan korupsi. Menempatkan pegawai pada posisi atau
lingkup tugas yang sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing
pegawai sehingga dapat lebih memahami dan bertanggungjawab
dalam melaksanakan tugasnya.
Fraud disektor Pemerintahan
Kecurangan yang sering terjadi disektor pemerintahan adalah
kecurangan yang berbentuk korupsi. Korupsi sendiri yaitu perbuatan yang
dapat merugikan bagi kepentingan umum atau kepentingan publik maupun
masyarakat luas demi kepentingan pribadi seseorang. Tindakan korupsi
tidak hanya dikalangan pemerintahan saja, namun bisa juga terjadi pada
sektor swasta. Korupsi juga berarti suatu perbuatan kebusukan, keburukan,
Page 63
45
kejahatan, perilaku ketidakjujuran, tidak bermoral, serta penyimpangan dari
kesucian (Karyono, 2013:22).
Pristiyanti (2012) menjelaskan bahwa jenis kecurangan yang dilakukan
disektor pemerintahan adalah korupsi. Korupsi berasal dari kata corruption
corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan
atau menyogok. Korupsi biasanya dilakukan oleh para pegawai publik,
politisi atau pegawai negeri yang tidak berlaku adil dan banyak yang tidak
mengerti hukum antara dirinya ataupun dengan orang-orang terdekatnya.
Dengan begitu dapat menyalahgunakan kekuasaan publik yang telah
dipercaya kepada seseorang yang mendapat wewenang.
Jadi korupsi merupakan tindakan yang merajalela diseluruh wilayah.
Dalam sektor pemerintahan sendiri korupsi sering terjadi dan telah terjadi
di mana-mana. Korupsi hampir melekat diseluruh pemerintahan, baik pusat
maupun daerah.
Page 64
46
C. Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian ini, berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang
berkaitan dengan topik yang sedang diteliti:
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh Moralitas Individu,
Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, dan Ketaatan
Aturan Akuntansi Terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Studi Empiris
pada SKPD Kab. Singingi)
Yully Novikasari
(2017)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa moralitas individu,
Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah dan ketaatan aturan
akuntansi mempengaruhi
kecenderungan kecurangan
akuntansi dilingkungan SKPD
Kab. Singingi.
Variabel Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah dan
variabel kecurangan
akuntansi serta
penggunaan metode
multiple linear
regression
Variabel Sistem
Remunerasi, Sikap
Rasionalisasi,
Responden dan Lokasi
Penelitian
2.
Pengaruh Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah dan Peran
Inspektorat Terhadap
Penyalahgunaan Aset
Michel Rendika
(2013)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
dan Peran Inspektorat
berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap variabel
Penyalahgunaan Aset
Variabel Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah dan
penggunaan metode
Multiple Linear
Regression
Variabel Sistem
Remunerasi, Sikap
Rasionalisasi,
Responden dan Lokasi
Penelitian
Bersambung pada halaman selanjutnya
Page 65
47
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
3. An Empirical Study: The
Effect of Performance
Incentive, Intern Control
System, Organizational
Culture, on Fraud of
Indonesia Government
Officer
Dwi Asih
Surjandari dan
Irma
Martaningtyas
(2015)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Intensif Kinerja tidak
berpengaruh terhadap fraud,
Sistem Pengendalian Intern tidak
berpengaruh terhadap fraud
Variabel Sistem
Pengendalian Intern
Variabel Sistem
Remunerasi, Sikap
Rasionalisasi dan
metode pengambilan
sampel serta metode
pengolahan data
5. Determinan Terjadinya
Fraud di Institusi
Pemerintahan
Rangga Nur
Apriadi dan Dra.
Nurul Fachriyah,
MSA, Ak (2014)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kesesuaian kompensasi,
Efektivitas Pengendalian Intern
dan Budaya Organisasi
Berpengaruh Terhadap
Kecurangan pada Instansi
Pemerintah
Penggunaan variabel
fraud dan metode
Multiple Linear
Regression
Responden penelitian,
lokasi penelitian dan
variabel independen
dalam penelitian
6. Pengaruh Tunjangan Kinerja,
Sistem Pengendalian Intern,
Kultur Organisasi Terhadap
Fraud Pegawai Negeri Sipil
Irna
Martaningtyas
(2014)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan
antara sistem pengendalian
intern dengan fraud dan terdapat
hubungan negatif antara kultur
organisasi dengan fraud
Penggunaan variabel
Tunjangan Kinerja dan
variabel fraud
Responden penelitian,
metode penelitian
variabel Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah, dan Sikap
Rasionalisasi
Bersambung pada halaman selanjutnya
Page 66
48
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
7. Pengaruh Tekanan,
Kesempatan dan
Rasionalisasi Terhadap
Tindakan Kecurangan
(Fraud) (Survei pada
Narapidana Tipikor di
Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Kota Pekanbaru)
Ami Zahra
(2017)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tekanan, kesempatan dan
rasionalisasi memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap
fraud. Tetapi secara parsial
hanya kesempatan dan
rasionalisasi saja yang
berpengaruh signifikan positif
terhadap kecurangan
Variabel Sikap
Rasionalisasi dan
variabel Fraud
Responden penelitian,
lokasi penelitian dan
variabel Sistem
Remunerasi dan
Sistem Pengendalian
Intern
8. The New Fraud Triangle
Model
Kassem, R. dan
Higson, A.W.
(2012)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa triangle theory
berpengaruh terhadap tindakan
fraud
Penggunaan variabel
Niat Melakukan
Kecurangan dan
penggunaan fraud
triangle theory
Penggunaan variabel
Sistem Remunerasi,
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah dan
Sikap Rasionalisasi
Bersambung pada halaman selanjutnya
Page 67
49
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
9. Pengaruh Aspek Tekanan,
Penegakan Pendapatan,
Rasionalisasi dan Wewenang
Pegawai Terhadap Fraud
(Studi Empiris pada SKPD
Kabupaten Karangasem)
I Gusti Agung
Ngurah Rahma
Yudistira, Edy
Sujana dan Gede
Adi Yuniarta
(2017)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aspek tekanan
berpengaruh signifikan positif
dan signifikan terhadap fraud,
penegakan peraturan
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap fraud,
rasionalisasi tidak berpengaruh
terhadap fraud dan wewenang
pegawai tidak berpengaruh
terhadap fraud.
Penggunaan variabel
Rasionalisasi, variabel
Fraud, dan metode
regresi linear berganda
Penggunaan variabel
Sistem Remunerasi,
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah,
responden dan lokasi
penelitian
10. Kebijakan Remunerasi
Berbasis Kinerja
Prof. Dr. H.
Budiman Rusli,
MS. (2010)
Hasil positif yang menunjukkan
Kebijakan Remunerasi
memerlukan sistem yang
terpadu. Kinerja, kompetensi
aparatur serta sikap pengabdian
dijadikan titik tolak dengan tetap
konsisten menegakkan prinsip
reward and punishment
Penggunaan variabel
Sistem Remunerasi
Penggunaan variabel
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah,
Sikap Rasionalisasi,
variabel fraud
responden penelitian,
lokasi penelitian dan
metode penelitian
Bersambung pada halaman selanjutnya
Page 68
50
No. Judul Penulis (Tahun) Hasil Persamaan Perbedaan
11. Pengaruh Tekanan,
Kesempatan, Rasionalisasi
dan Kemampuan Terhadap
Kecenderungan Aparatur
Sipil Negara dalam
Melakukan Kecurangan
Akuntansi (Studi Empiris
Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur)
Gerry Antonio
Hormati dan
David
Adechandra
Ashedica Pesudo
(2019)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tekanan secara financial,
kesempatan dan rasionalisasi
berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan aparatur sipil
negara dalam melakukan
kecurangan akuntansi sedangkan
kemampuan berpengaruh positif
terhadap kecenderungan
kecurangan aparatur sipil negara
dalam melakukan kecurangan
akuntansi
Penggunaan variabel
Sikap Rasionalisasi,
variabel kecurangan
dan metode regresi
linear berganda
Penggunaan variabel
Sistem Remunerasi,
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah,
responden penelitian
dan lokasi penelitian
Page 69
51
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Sistem Remunerasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud)
Berdasarkan rekomendasi dari World Bank (1997) tentang strategi
pemberantasan korupsi secara komprehensif salah satunya dengan
membangun birokrasi yang berdasarkan ketentuan hokum dengan struktur
penggajian yang menghargai kejujuran para pegawai negeri. Di Indonesia
sendiri menurut Rusli (2010) menyatakan bahwa dalam meningkatkan
kesejahteraan dan kinerja aparatur, pemerintah menerapkan kebijakan
remunerasi.
Kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan terobosan terhadap
fenomena yang menunjukkan citra yang kurang baik terhadap pemerintah
selama ini. Terlebih dengan marak nya kasus korupsi yang terjadi
dikalangan aparatur negara yang terjadi hampir disetiap institusi
pemerintah baik di pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah yang
telah membentuk citra aparatur negara menjadi kurang baik dimata
masyarakat.
Sayangnya kebijakan pemberian remunerasi yang telah dijalankan sat
ini kurang efektif dan belum menunjukkan hasil yang diinginkan, sebagai
contoh di lingkungan kementerian keuangan Republik Indonesia setelah
beberapa tahun kebijakan remunerasi dijalankan belum mendapat hasil
yang signifikan, bahkan tindakan korupsi semakin merajalela dan banyak
Page 70
52
terjadi. Hal ini berarti bahwa ada sesuatu yang masih kurang dalam
pelaksanaan kebijakan Sistem Remunerasi ini.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herawati, dkk
(2017) dan Sujana, dkk (2017) menunjukkan bahwa kesesuaian
kompensasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
financial fraud. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H1 = Terdapat pengaruh negatif antara Sistem Remunerasi dengan Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)
2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Terhadap
Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
Novikasari (2017) mengatakan bahwa menurut PP No 60 tahun 2008
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
seluruh komponen instansi baik pimpinan maupun pegawai untuk
memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Selain itu perlunya pengawasan yang ketat dan dilakukan secara rutin
menjadi komponen penting untuk terciptanya sistem pengendalian intern
yang baik. Dengan adanya pengendalian intern yang baik diharapkan dapat
Page 71
53
meminimalisir perilaku tidak etis seperti kecurangan dalam instansi atau
lembaga yang dapat merugikan instansi atau lembaga itu sendiri.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rendika (2013),
Wiliyanti dkk (2014) dan Eliza (2015) menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan dan negatif pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah terhadap kecenderungan fraud sebagai variabel terkait.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H2 = Terdapat pengaruh negatif antara Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dengan Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
3. Pengaruh Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud)
Nardisyah et, al (2019) rasionalisasi adalah suatu perilaku yang
mentolerir atau memaklumi individu dalam melakukan kecurangan.
Individu tersebut memiliki asumsi bahwa tindakan kecurangan yang
dilakukannya adalah tindakan yang biasa dan wajar. Rasionalisasi juga
didefinisikan sebagai bentuk sikap dan cara berpikir yang didasari dengan
berbagai pertimbangan moral individu pegawai untuk merasionalisasikan
perilaku kecurangan tersebut dengan menggunakan beragam alasan
sebagai bentuk pembenaran yang dilakukan atas perilakunya.
Pelaku yang melakukan tindak kecurangan ini berkeyakinan bahwa
tindakan yang dilakukan adalah bukan termasuk tindakan kecurangan
melainkan sebuah hak yang wajar untuk didapatkan pelaku. Keyakinan
Page 72
54
yang dimiliki pelaku didasari atas kinerja yang telah dilakukannya selama
ini yang diberikan oleh organisasi kepada dirinya (Zulkarmain, 2013).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zahra (2017)
menjelaskan bahwa Sikap Rasionalisasi memiliki pengaruh yang
disignifikan positif terhadap niat melakukan kecurangan. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3 = Terdapat pengaruh positif antara Sikap Rasionalisasi dengan Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)
4. Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Pemerintah (SPIP) Secara Simultan Terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud)
Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa Sistem
Remunerasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) memiliki
pengaruh yang negatif terhadap niat melakukan kecurangan atau fraud. Hal
ini dikarenakan semakin baik Sistem Remunerasi dan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) yang dimiliki suatu instansi/lembaga/organisasi
maka semakin kecil kemungkinan pegawai maupun pimpinan untuk
melakukan kecurangan (fraud).
Sedangkan Sikap Rasionalisasi memiliki pengaruh yang positif
terhadap niat melakukan kecurangan atau fraud. Dikarenakan semakin
tinggi Sikap Rasionalisasi yang dimiliki individu maka kemungkinan
untuk melakukan kecurangan semakin besar.
Page 73
55
Maka berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H4 = Terdapat pengaruh simultan antara Sistem Remunerasi, Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan Sikap Rasionalisasi
dengan Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
Page 74
56
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Kerangka Pemikiran
Masih marak nya tindakan kecurangan (fraud)
yang terjadi di intansi pemerintah berupa,
penyalahgunaan aset (asset misappropriation),
pemalsuan laporan keuangan (fraudulent
statements) dan korupsi (corruption).
Terwujudnya sistem
pemerintahan yang baik (good
government) yang terbebas dari
tindak kecurangan (fraud).
GAP
Pengaruh Remunerasi, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan
Sikap Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
Basis Teori: Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour
Sistem Remunerasi (X1)
Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP) (X2)
Sikap Rasionalisasi (X3)
Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud) (Y)
Metode Analisis: Multiple Linear Regression
Hasil yang diharapkan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Page 75
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi sebagai variabel independen
terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud) sebagai variabel dependen.
Untuk mendapatkan hasil yang signifikan, maka penelitian ini mengambil ruang
lingkup seluruh pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan adanya ruang lingkup penelitian, peneliti juga
menentukan populasi dan sampel untuk penelitian tersebut. Menurut Polit
dan Hungler (1999:37) populasi mencakup secara keseluruhan objek dan
subjek yang sesuai dengan spesifikasi yang akan diteliti. Maka populasi
mencakup seluruh aspek yang akan dijadikan sebagai penelitian.
Sedangkan, sampel merupakan bagian kecil yang diambil dari populasi
yang memiliki ruang lingkup lebih luas. Sampel bertujuan untuk mewakili
populasi yang ada. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai yang
tergabung dalam ASN (Aparatur Sipil Negara) di Indonesia, dan untuk
sampel nya yaitu seluruh pegawai yang tergabung dalam ASN (Aparatur
Sipil Negara) yang hanya berada di pulau Jawa dan Sumatra.
Page 76
58
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pemilihan sampel pada penelitian ini adalah convenience
sampling. Convenience sampling merupakan sampel yang berjenis non
probabilitas. Menurut Dornyei (2007) adalah suatu pemilihan metode
sampel yang dipilih berdasarkan keadaan yang ada saat itu, seperti
ketersediaan waktu tertentu, kedekatan geografis, akses yang mudah dan
kesediaan secara sukarela saat diperlukan untuk penelitian.
Metode ini juga sangat fleksibel karena responden dari penelitian
berada di sekitar penulis sehingga mudah dijangkau dalam membantu
penelitian penulis. Namun, selain kemudahan yang diberikan ada juga
kelemahan yang terdapat dalam metode pengambilan sampel ini yaitu
sampling ini cenderung bias dikarenakan kemudahan dalam mendapatkan
sampel sehingga keamanan data harus lebih diperhatikan (Mackey and
Gass, 2005).
Metode pengambilan sampel yang dilakukan saat ini memiliki tujuan
untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data dan untuk
mengantisipasi jika ada kemungkinan sulit dalam memperoleh data.
Pemilihan ASN (Aparatur Sipil Negara) digunakan agar mempermudah
kriteria untuk pengolahan data yang akan dilakukan oleh peneliti.
Page 77
59
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
langsung/data primer. Data ini diperoleh dengan dua cara, yaitu penelitian
pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Reaseacrh).
a. Penelitian Pustaka (Library Research)
Penelitian dengan menggunakan cara ini memperoleh data
melalui berbagai buku, jurnal, artikel, berita, skripsi, tesis, internet
dan bahan pustaka lainnya untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan judul pada penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Reaseacrh)
Penelitian yang menggunakan cara ini adalah dengan terjun
langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Data
diperoleh dari pihak pertama, dengan mengirimkan kuesioner baik
dikirim secara langsung maupun dengan melalui pihak perantara
atau pihak lain.
Data primer yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini
mencakup seluruh pertanyaan yang sesuai dengan indikator variabel
dari penelitian dan akan dijawab langsung oleh pihak yang
merupakan responden dalam penelitian. Subyek pada penelitian ini
adalah seluruh pegawai yang tergabung dalam ASN (Aparatur Sipil
Negara).
Page 78
60
Pengumpulan data memiliki tujuan untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan langsung dengan kebutuhan peneliti dalam
melakukan penelitian ini. Hasil yang diperoleh didapatkan melalui
skor yang sudah dibuat dan dikategorikan dalam variabel penelitian
yang akan diisi oleh profesi ASN sebagai responden dari penelitian
ini. Namun dikarenakan pandemic Covid-19 yang terjadi saat ini,
peneliti tidak dapat melakukan penelitian lapangan secara langsung.
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini akan menjelaskan definisi
terkait variabel yang ada dalam penelitian ini serta pengukuran apa saja yang
digunakan pada variabel penelitian
1. Sistem Remunerasi (X1)
Sistem Remunerasi adalah sistem balas jasa yang diberikan kepada
pegawai atas kinerja nya dan diwujudkan dalam bentuk uang (gaji, bonus,
komisi dan lain sebagainya). Dalam penelitian ini Sistem Remunerasi
diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Argarini
(2015) dan diukur dengan menggunakan skala likert dengan tujuh poin
dengan rentan nilai 1 sampai 7, dengan ukuran sebagai berikut: nilai (1)
Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Agak Tidak Setuju, (4) Netral,
(5) Agak Setuju, (6) Setuju, (7) Sangat Setuju.
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (X2)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai suatu
Page 79
61
entitas untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien sehingga dapat
mendeteksi serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat merugikan
negara. Dalam penelitian ini Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh
(Lestari, 2014) dalam menilai sistem pengendalian intern harus meliputi,
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Variabel
ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan tujuh poin dengan
rentan nilai 1 sampai 7, dengan ukuran sebagai berikut: nilai (1) Sangat
Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Agak Tidak Setuju, (4) Netral, (5) Agak
Setuju, (6) Setuju, (7) Sangat Setuju.
3. Sikap Rasionalisasi (X3)
Sikap Rasionalisasi adalah sikap/karakter yang memperbolehkan atau
membenarkan seseorang untuk melakukan kecurangan ataupun tindakan
seseorang dalam mencari berbagai alasan untuk merasionalkan tindakan
mereka. Dalam penelitian ini Sikap Rasionalisasi diukur dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Dellaportas (2012) dan
Irphani (2017) yang dikembangkan dari Chiu et, al (2003) dan diukur
dengan menggunakan skala likert dengan tujuh poin dengan rentan nilai 1
sampai 7, dengan ukuran sebagai berikut: nilai (1) Sangat Tidak Setuju, (2)
Tidak Setuju, (3) Agak Tidak Setuju, (4) Netral, (5) Agak Setuju, (6)
Setuju, (7) Sangat Setuju.
Page 80
62
4. Niat Melakukan Kecurangan (Fraud) (Y)
Niat Melakukan Kecurangan (Fraud) adalah istilah umum yang
mencakup banyak arti. Dalam kecurangan, kecerdikan yang dimiliki
manusia dapat menjadi alat yang dipilih untuk mendapatkan keuntungan
dengan representasi. Dalam penelitian ini Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud) diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh
Asrifah (2018) dengan instrument dan diukur dengan menggunakan skala
likert dengan tujuh poin dengan rentan nilai 1 sampai 7, dengan ukuran
sebagai berikut: nilai (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Agak
Tidak Setuju, (4) Netral, (5) Agak Setuju, (6) Setuju, (7) Sangat Setuju.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji
asumsi klasik, dan uji hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Yakni memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,
2018:19).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
Page 81
63
kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan menghitung korelasi antara nilai yang
diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila pearson correlation
yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh
ialah data yang valid (Ghozali, 2018).
b. Uji Reliabilitas
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2018:47). Pengukuran reabilitas dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang, disini seseorang
akan diberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang
berbeda, kemudian akan dilihat hasilnya apakah jawabannya
tetap konsisten atau tidak.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukuran nya hanya
dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan
menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel
dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach
Alpha>0.70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2018:48).
Page 82
64
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas,
uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Analisis grafik dalam penelitian ini menggunakan Normal Probability
Plot (P-P Plot). Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, yang apabila distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal
nya. (Ghozali, 2018:161).
Selain menggunakan analisis grafik, penelitian ini juga
menggunakan analisis statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji statistik
ini adalah pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi normalitas
melalui pengamatan residual. Pengujian ini memiliki kelebihan, yaitu
sederhana dan tidak menimbulkan persepsi diantara satu pengamat
dengan pengamat lain yang sering kali terjadi pada uji normalitas
dengan menggunakan grafik. Konsep kolmogorov-smirnov ini dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitas nya)
dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data
yang telah di transformasikan dalam bentuk Z-score dan di asumsikan
normal. Uji kolmogorov-smirnov ini merupakan uji beda antara yang
diuji normalitasnya dengan data normal baku.
Page 83
65
Jika signifikansi data dibawah 0,05, maka terdapat perbedaan yang
signifikan, dan jika signifikansi diatas 0,05 maka tidak terjadi
perbedaan yang signifikan. Caranya, dengan menentukan terlebih
dahulu hipotesis pengujian nya yaitu:
H0: Data residual terdistribusi secara normal
Ha: Data residual tidak terdistribusi secara normal
Penerapan uji kolmogorov-smirnov ialah jika signifikansi di bawah
0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan
dengan data normal baku, yang artinya bahwa data tersebut tidak
normal dan H0 ditolak. Sedangkan jika signifikansi diatas 0,05 maka
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang diuji normal
karena tidak berbeda dengan normal baku dan H0 diterima (Ghozali,
2018).
b. Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
dependen. Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan
Variance Inflation Faktor (VIF) (Ghozali, 2013:105). Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance ≥ 1.0 atau sama dengan
nilai Variance Inflantion faktor (VIF) ≤10.
Page 84
66
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas, atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SPRESID).
Jika menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar
kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
titik menyebar diatas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:139).
Selain menggunakan analisis grafik, peneliti juga menggunakan
analisis statistik yaitu dengan uji gletser. Uji ini mengusulkan untuk
meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika
nilai probabilitas signifikansi nya diatas tingkat kepercayaan 5% atau
0,05,maka model regresi tersebut tidak mengandung
heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).
Page 85
67
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis terbagi menjadi dua macam yaitu uji interaksi dan uji
regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan uji regresi linear
berganda, adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Uji Regresi Linear Berganda
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
regresi linear berganda. Regresi berganda dapat didefinisikan sebagai
pengaruh antara lebih variabel independen (bebas) dan satu variabel
dependen (terikat) dan juga digunakan untuk membangun persamaan
dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan
(Kurniawan. 2011:36).
Dalam penelitian ini persamaan regresi yang digunakan ialah:
Y = α + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Di mana:
Y : Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
α : Konstanta
β : Koefisien Regresi
X1: Sistem Remunerasi
X2: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
X3: Sikap Rasionalisasi
e : Error
Page 86
68
Pengujian Hipotesis dilakukan melalui:
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
dependen amat terbatas. Acuan yang menjadi ukuran seberapa
besar penjelasan R2 ialah sebagai berikut:
0,00 - 0,199: Sangat Rendah
0,20 - 0,399: Rendah
0,40 - 0,599: Sedang
0,60 - 0,799: Kuat
0,80 - 1,00: Sangat Kuat
Menurut Insukindro (1998) dalam Ghozali (2013), ia
menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu
dan bukan satu-satunya kriteria memilih model yang baik.
Alasannya bila suatu estimasi regresi linear menghasilkan
koefisien determinasi yang menghasilkan koefisien determinasi
yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonomika yang
dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi klasik,
Maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan
seharusnya tidak dipilih menjadi model empiris. Kelemahan dari
koefisien determinasi ialah bias terhadap jumlah variabel
Page 87
69
independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan
satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat dan tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan dalam model (Ghozali, 2018:97)
4) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018:98).
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0
diterima atau Ha ditolak, yang artinya bahwa variabel
independen (bebas) tidak mempunyai pengaruh signifikan
secara individual terhadap variabel dependen (terikat).
b) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0
ditolak atau Ha diterima, yang artinya bahwa variabel
independen (bebas) mempunyai pengaruh signifikan
secara individual terhadap variabel dependen (terikat).
Page 88
70
5) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersamaan terhadap
variabel dependen/terikat diuji dengan tingkat signifikansi 0,05
(Ghozali, 2013:98). Menurut Santoso (2004:120) dasar
pengambilan keputusan ialah sebagai berikut:
a) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0
diterima atau Ha ditolak, yang artinya bahwa variabel
independen (bebas) tidak mempunyai pengaruh signifikan
secara bersama- sama terhadap variabel dependen
(terikat). Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka
H0 ditolak atau Ha diterima, yang artinya bahwa variabel
independen (bebas) mempunyai pengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat).
Page 89
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN)
di Indonesia. ASN yang menjadi responden kami terdiri dari beberapa
Lembaga, yaitu Lembaga Pendidikan, Lembaga Kesehatan, Lembaga
Kemasyarakatan Dan Lembaga Pemerintahan. Dalam penelitian ini
jabatan yang ada pada ASN menjadi responden penelitian ini, baik jabatan
struktural maupun jabatan fungsional.
Dalam penelitian ini responden lebih banyak berasal dari pegawai
ASN dengan jabatan fungsional. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara tidak langsung dengan
melalui email, dan pengiriman kuesioner dilakukan melalui google form.
Dalam hal ini peneliti tidak melakukan penyebaran kuesioner secara
langsung ke lembaga-lembaga terkait karena adanya pandemi COVID-19
dan di berlakukannya sistem kerja WFH (work from home).
Proses penyebaran kuesioner dilakukan dimulai dari tanggal 8 Juni
2020 sampai dengan 13 Juli 2020 dan berhasil memperoleh 110 buah.
Kuesioner yang tidak dapat diolah sebanyak 2 buah atau 1,82% yang
dikarenakan adanya responden yang tidak sesuai dan tidak objektif dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan.
Page 90
72
Gambaran mengenai data sampel penelitian disajikan dalam tabel
dibawah ini.
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Jumlah kuesioner yang disebar 122 100%
2 Jumlah kuesioner yang tidak kembali 10 8,19%
3 Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 2 1,64%
4 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 110 90,16%
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
2. Deskripsi Profil Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi
absolut dari persentase jenis kelamin, usia, jabatan, pendidikan terakhir
dan lama masa bekerja. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh
pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) yang tersebar di Indonesia.
Kuesioner ini disebar dengan harapan responden dapat memberikan
jawaban yang objektif atas pertanyaan yang telah dibuat peneliti guna
menghasilkan penelitian yang baik.
Tabel 4. 1
Data Sampel Penelitian
Page 91
73
Data mengenai karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut:
a. Deskripsi responden berdasarkan Jenis Instansi
Pada tabel 4.2 akan akan menggambarkan deskripsi
responden berdasarkan jenis instansi.
Sumber: Data Primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa profesi ASN
(Aparatur Sipil Negara) sebagai responden penelitian,
diketahui bahwa jenis instansi dari para pegawai ASN
didominasi oleh Lembaga Pemerintah dengan persentase
40,7% atau sekitar 44 orang, responden selanjutnya berasal dari
Lembaga Pendidikan dengan 38% atau sekitar 41 orang.
Selanjutnya responden berasal dari Lembaga
Kemasyarakatan yaitu sebesar 11,1% atau sekitar 12 orang, dan
sisanya diisi oleh responden yang berasal dari Lembaga
Tabel 4. 2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Instansi
Jenis Instansi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Lembaga Pendidikan 41 38,0 38,0 38,0
Lembaga
Kesehatan 11 10,2 10,2 48,1
Lembaga
Kemasyarakatan 12 11,1 11,1 59,3
Lembaga
Pemerintah 44 40,7 40,7 100,0
Total 108 100,0 100,0
Page 92
74
Kesehatan yaitu sebesar 10,2% atau sekitar 11 orang. Penelitian
ini didominasi oleh ASN yang berasal dari Lembaga
Pemerintah dikarenakan seperti yang kita ketahui bahwa
kecurangan masih banyak terjadi dikalangan pemerintah. Oleh
karena itu, penelitian ini lebih di fokuskan untuk memilih
responden pada Lembaga Pemerintahan, agar sesuai dengan
hasil penelitian yang diinginkan.
b. Deskripsi responden berdasarkan Jabatan
Pada tabel 4.3 akan menggambarkan deskripsi responden
berdasarkan jabatan.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang
menjawab kuesioner atas pertanyaan-pertanyaan yang
disajikan penelitian adalah 25,0% atau dijawab oleh sekitar 27
orang ASN dengan jabatan struktural yang terdiri dari staf ahli
dan kepala bagian. Sedangkan 75,0% atau dijawab oleh sekitar
81 orang ASN yang memiliki jabatan fungsional, terdiri dari
TNI, POLRI, guru, dosen, auditor, apoteker, staf dan perawat.
Tabel 4. 3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Jabatan Struktural
27 25,0 25,0 25,0
Jabatan Fungsional
81 75,0 75,0 100,0
Total 108 100,0 100,0
Page 93
75
Responden dalam penelitian ini didominasi oleh ASN
dengan jabatan fungsional dikarenakan jabatan struktural diisi
oleh pejabat dan petinggi negara sehingga peneliti memiliki
sedikit kesulitan untuk mencapai responden ASN pada jabatan
struktural.
c. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Pada tabel 4.4 akan menggambarkan deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebanyak 68 orang
atau sekitar 63,0% responden berjenis kelamin perempuan dan
untuk responden laki-laki berjumlah 40 orang atau sekitar
37,0%, penelitian ini didominasi oleh responden yang berjenis
kelamin perempuan.
Tabel 4. 4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempuan 68 63,0 63,0 63.0
Laki-Laki 40 37,0 37,0 100,0
Total 108 100,0 100,0
Page 94
76
d. Deskripsi responden berdasarkan usia
Pada tabel 4.5 ini akan menjelaskan deskripsi responden
berdasarkan usia.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sekitar 20 orang
atau 18,5% responden berusia 20-25 tahun, selanjutnya
responden yang menjawab dan memiliki usia 26-30 tahun
adalah 16 orang atau 14,8%, lalu untuk responden dengan usia
31-35 adalah 12 orang dengan persentase 11,1%. Selanjutnya
responden yang berusia 36-40 yaitu sekitar 24 orang atau
22,2%, usia 41-45 dengan 15 orang dengan persentase 13,9%.
Tabel 4. 5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
20-25 tahun 20 18,5 18,5 18,5
26-30 tahun 16 14,8 14,8 33,3
31-35 tahun 12 11,1 11,1 44,4
36-40 tahun 24 22,2 22,2 66,7
41-46 tahun 15 13,9 13,9 80,6
47-50 tahun 10 9,3 9,3 89,8
>50 tahun 11 10,2 10,2 100,0
Total 108 100,0 100,0
Page 95
77
Selanjutnya usia 41-45 10 orang atau 9,3% dan
responden yang memiliki usia lebih dari 50 tahun sekitar 11
orang dengan persentase 10,2%. Penelitian ini didominasi oleh
responden dengan usia 36-40 tahun karena memiliki nilai dan
persentase 20,4% dengan responden sebanyak 24 orang.
e. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Pada tabel 4.6 ini akan menjelaskan deskripsi responden
pendidikan terakhir.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden pada
penelitian ini yang memiliki jenjang pendidikan terakhir
diploma ada 13 orang atau sekitar 12,0%, lalu responden yang
memiliki pendidikan terakhir S1 berjumlah 65 orang atau
sekitar 60,2%. Selanjutnya untuk responden dengan pendidikan
terakhir S2 berjumlah 27 orang atau sekitar 25,0% dan sisanya
yang terakhir responden dengan tingkat pendidikan terakhir S3
adalah sebanyak 3 orang atau 2,8%.
Tabel 4. 6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Diploma 13 12,0 12,0 12,0
S1 65 60,2 60,2 72,2
S2 27 25,0 25,0 97,2
S3 3 2,8 2,8 100,0
Total 108 100,0 100,0
Page 96
78
Pada penelitian ini didominasi oleh responden yang
memiliki pendidikan terakhir tingkat S1 yang mencapai 60,2%.
Hal ini dikarenakan banyak responden pada penelitian ini yang
akan melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya yang lebih
tinggi.
f. Deskripsi responden berdasarkan lama masa kerja
Pada tabel 4.7 ini akan menjelaskan deskripsi responden
lama masa kerja.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa lama masa kerja
dari responden pada penelitian ini mayoritas sudah bekerja
lebih dari 20 tahun, karena terdapat 38 atau 35,2% responden
dengan lama masa kerja ini. Untuk responden yang memiliki
masa kerja 11-15 tahun yaitu sekitar 29 orang atau 29,6%.
Selanjutnya untuk responden dengan masa kerja 6-10 tahun
terdapat 34 orang atau 31,5%. Dan sisanya responden dengan
lama masa kerja 0-5 tahun yaitu sekitar orang atau 6,5%.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja
Lama Masa Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-5 tahun 7 6,5 6,5 6,5
6-10 tahun 34 31,5 31,5 38,0
11-15 tahun 29 26,9 26,9 64,8
>20 tahun 38 35,2 35,2 100,0
Total 108 100,0 100,0
Page 97
79
B. Analisis Data Penelitian
1. Hasil Statistik Deskriptif
Variabel dalam penelitian ini yang menguji tentang pengaruh Sistem
Remunerasi, sistem pengendalian intern (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi
terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud) yang diuji dengan
menggunakan statistik deskriptif, dan mendapatkan hasil seperti pada
tabel 4.8 sebagai berikut.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.8 menjelaskan bahwa variabel Sistem Remunerasi
jawaban terkecil (minimum) responden sebesar 45, jawaban terbesar
(maximum) responden sebesar 63 dengan rata-rata keseluruhan jawaban
responden yaitu 57,44 dan untuk standar deviasi sebesar 4,823. Variabel
sistem pengendalian intern (SPIP) memiliki jawaban terkecil (minimum)
sebesar 92, dan untuk jawaban terbesar nya (maximum) sebesar 119 dari
rata-rata jawaban 106,71 serta untuk standar deviasi dari variabel sistem
pengendalian intern (SPIP) ini sebesar 6,792.
Tabel 4. 8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Min Max Mean Std. Deviation
Sstem Remunerasi 108 45 63 57,44 4,823
SPIP 108 92 119 106,71 6,792
Sikap Rasionalisasi 108 40 56 52,35 3,669
Niat Melakukan Kecurangan
108 79 105 97,45 5,867
Valid N
(listwise) 108
Page 98
80
Variabel Sikap Rasionalisasi dijelaskan pada tabel diatas memiliki
jawaban terkecil sebesar 40, dan untuk jawaban terbesar (maximum)
adalah 56 dari rata-rata jawaban sebesar 52,35 dan 3,669 standar deviasi
nya.
Variabel Sikap Rasionalisasi memiliki nilai terkecil dari seluruh
variabel yang ada. Dan yang terakhir untuk variabel Niat Melakukan
Kecurangan (fraud) memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 79 dan
nilai terbesar (maximum) sebesar 105, dengan rata-rata sebesar 97,45 dan
memiliki standar deviasi sebesar 5,867.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif yang telah dijelaskan diatas,
bahwa semakin besar nilai standar deviasi suatu data maka semakin besar
jarak setiap titik dengan nilai rata-rata (Ghozali, 2018). Maka dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin kecil standar deviasi, maka data yang
dihasilkan semakin baik atau semakin bagus dikarenakan data tersebut
mendekati nilai rata-rata hitung nya.
Apabila nilai standar deviasi lebih besar daripada rata-rata (mean)
maka nilai rata-rata tersebut akan menjelaskan keberadaan data yang
buruk. Sedangkan jika nilai standar deviasi jauh lebih kecil dibandingkan
nilai mean, maka nilai rata-rata (mean) tersebut dapat dipergunakan untuk
mempresentasikan keseluruhan data dari penelitian ini.
Page 99
81
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid/tidaknya
suatu indikator pertanyaan pada kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk menjelaskan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam menentukan
valid atau tidaknya suatu kuesioner dapat dilakukan dengan
menggunakan Pearson Correlation, dan hasil dari uji signifikansi
koefisien korelasi tersebut memiliki nilai taraf signifikansi 0,05 yang
berarti item tersebut dianggap valid (Ghozali, 2018).
Pada tabel berikut akan menggambarkan nilai validitas dari
semua butir pertanyaan yang ada pada variabel Sistem Remunerasi
(SRM), Sistem Pengendalian Intern (SPIP), Sikap Rasionalisasi (SR)
dan Niat Melakukan Kecurangan (NMK) dengan 108 responden pada
penelitian ini.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Tabel 4. 9
Hasil Uji Validitas Sistem Remunerasi
No Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed) Keterangan
SRM1 0,738** 0,000 Valid
SRM2 0,773** 0,000 Valid
SRM3 0,719** 0,000 Valid
SRM4 0,697** 0,000 Valid
SRM5 0,712** 0,000 Valid
SRM6 0,711** 0,000 Valid
SRM7 0,630** 0,000 Valid
SRM8 0,705** 0,000 Valid
SRM9 0,782** 0,000 Valid
Page 100
82
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa indikator pada variabel
Sistem Remunerasi dinyatakan valid untuk semua pertanyaan, karena
memiliki kriteria nilai sig <0,05.
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa indikator variabel
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dinyatakan valid untuk
semua pertanyaan, karena memiliki kriteria nilai sig <0,05.
Tabel 4. 10
Hasil Uji Validitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
No Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed) Keterangan
SPIP 1 0,642** 0,000 Valid
SPIP 2 0,618** 0,000 Valid
SPIP 3 0,701** 0,000 Valid
SPIP 4 0,692** 0,000 Valid
SPIP 5 0,650** 0,000 Valid
SPIP 6 0,617** 0,000 Valid
SPIP 7 0,668** 0,000 Valid
SPIP 8 0,678** 0,000 Valid
SPIP 9 0,689** 0,000 Valid
SPIP 10 0,607** 0,000 Valid
SPIP 11 0,656** 0,000 Valid
SPIP 12 0,609** 0,000 Valid
SPIP 13 0,622** 0,000 Valid
SPIP 14 0,676** 0,000 Valid
SPIP 15 0,646** 0,000 Valid
SPIP 16 0,693** 0,000 Valid
SPIP 17 0,597** 0,000 Valid
Page 101
83
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Pada tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa indikator pada
variabel Sikap Rasionalisasi dinyatakan valid untuk semua
pertanyaan, karena memiliki kriteria nilai sig <0,05
Sumber: Data primer diolah, 2020
No Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed) Keterangan
SR1 0,645** 0,000 Valid
SR2 0,627** 0,000 Valid
SR3 0,630** 0,000 Valid
SR4 0,664** 0,000 Valid
SR5 0,680** 0,000 Valid
SR6 0,630** 0,000 Valid
SR7 0,682** 0,000 Valid
SR8 0,689** 0,000 Valid
Tabel 4. 11
Hasil Uji Validitas Sikap Rasionalisasi
Tabel 4. 12
Hasil Uji Validitas Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
No Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. 2
(Tailed) Keterangan
NMK1 0,484** 0,000 Valid
NMK2 0,580** 0,000 Valid
NMK 3 0,463** 0,000 Valid
NMK 4 0,493** 0,000 Valid
NMK 5 0,441** 0,000 Valid
NMK 6 0,529** 0,000 Valid NMK 7 0,527** 0,000 Valid
NMK 8 0,477** 0,000 Valid
NMK 9 0,456** 0,000 Valid
NMK 10 0,392** 0,000 Valid
NMK 11 0,487** 0,000 Valid
NMK 12 0,439** 0,000 Valid
NMK 13 0,398** 0,000 Valid
NMK 14 0,521** 0,000 Valid
NMK 15 0,452** 0,000 Valid
Page 102
84
Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa indikator pertanyaan pada
variabel Niat Melakukan Kecurangan (Fraud) dinyatakan valid untuk
semua pertanyaan, karena memiliki kriteria nilai sig <0,05.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengukur
apakah kuesioner reliabel atau tidak. Reliabilitas merupakan bentuk
kekonsistenan jawaban responden atas pertanyaan yang diberikan.
Kuesioner dikatakan reliabel jika hasil uji reliabilitas dengan
menggunakan Cronbach Alpha (α) bernilai >0,70 (Ghozali, 2018).
Pada tabel 4.13 dibawah ini merupakan hasil dari uji reliabilitas
terhadap 4 variabel yang digunakan pada penelitian ini, diantaranya
Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),
Sikap Rasionalisasi, dan Niat Melakukan Kecurangan (Fraud).
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Tabel 4. 13
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach's Alpha Keterangan
1 Sistem Remunerasi 0,876 Reliabel
2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
0,910 Reliabel
3 Sikap Rasionalisasi 0,793 Reliabel
4 Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
0,750 Reliabel
Page 103
85
Tabel 4.13 diatas menjelaskan bahwa hasil dari uji reliabilitas
dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha atas variabel Sistem Remunerasi
bernilai 0,876, variabel Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) 0,910, variabel Sikap Rasionalisasi sebesar 0,793, dan
variabel Niat Melakukan Kecurangan (Fraud) sebesar 0,750.
Dari hasil uji reliabilitas terhadap 4 variabel tersebut
menunjukkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini
reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha >0,70. Hasil ini
menunjukkan bahwa setiap pertanyaan dari masing-masing variabel
pada penelitian ini yang diberikan kepada responden memiliki hasil
yang konsisten, hal ini berarti jika responden diberikan pertanyaan
yang sama maka akan memperoleh jawaban yang sama pula.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk
menentukan apakah model yang digunakan dari regresi tersebut
memiliki daya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik adalah model yang tidak memiliki korelasi antara variabel
independen nya.
Page 104
86
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolonieritas dalam
suatu model regresi biasanya dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya, yaitu variance inflation faktor (VIF). Kedua ukuran ini
dapat menunjukkan setiap variabel manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya.
Nilai tolerance itu sendiri digunakan untuk mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai
umum yang biasa digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas yaitu jika nilai Tolerance >0,10 atau sama dengan
nilai VIF <10 (Ghozali, 2018).
Tabel 4. 14
Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SRM 0,922 1,085
SPIP 0,990 1,011
SR 0,917 1,090
a. Dependent Variabel: NMK
Page 105
87
Berdasarkan tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa nilai
tolerance dari masing-masing variabel memiliki nilai lebih dari 0,10
dan begitu juga dengan nilai VIF kurang dari 10. Tabel tersebut
menjelaskan bahwa nilai tolerance atas variabel Sistem Remunerasi
sebesar 0,922, sistem pengendalian intern (SPIP) sebesar 0,990, dan
sistem rasionalisasi sebesar 0,917 dengan nilai VIF atas masing-
masing variabel berturut-turut menunjukkan nilai sebesar 1,085,
1,011, dan 1,090.
Dari penjelasan hasil pengujian multikolonieritas diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa data dalam penelitian ini tidak memiliki
masalah dalam multikolonieritas yang berarti bahwa data dalam
penelitian ini tidak terdapat korelasi di antara variabel independen
nya yang berarti data dalam penelitian ini merupakan data yang baik
dan layak untuk digunakan.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi yang
normal. Secara sederhana uji normalitas ini digunakan untuk menguji
apakah data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara
normal (Ghozali, 2018).
Page 106
88
Tabel 4. 15
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.15, diketahui bahwa nilai uji signifikansi
data sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa angka tersebut lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada
penelitian ini terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 108
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 3,67275471
Most Extreme
Differences
Absolute ,068
Positive ,068
Negatif -,056
Test Statistic ,068
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Monte Carlo
Sig. (2-tailed)
Sig. ,669e
99% Confidence
Interval
Lower
Bound
,656
Upper
Bound
,681
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
e. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
Page 107
89
Gambar 4. 2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Berdasarkan Gambar 4.1 hasil uji normalitas menggunakan grafik
histogram menunjukkan bahwa grafik histogram memberikan pola
distribusi menunjukkan kurva lonceng yang artinya distribusi
menyebar secara normal tak berhingga pada kedua arah positif dan
negatifnya (Ghozali, 2018).
Gambar 4. 1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Page 108
90
Pada gambar 4.2 uji normalitas menggunakan grafik p-plot
diatas telah menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini sudah
terdistribusi dengan normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kurva
tersebut memperlihatkan penyebaran data yang normal karena titik-
titik yang terdapat pada gambar tersebut mendekati garis sumbu nya
(Ghozali, 2018).
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
ketidaksamaan varian residual dalam suatu pengamatan.
Tabel 4. 16 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.198 5.527 -.217 .829
SRM .005 .041 .013 .126 .900
SPIP .049 .028 .169 1.738 .085
SR -.028 .063 -.045 -.449 .654
Sumber: Data Primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.16 diperoleh bahwa nilai signifikansi pada
ketiga variabel independen lebih dari 0,05 yaitu masing-masing
0,900; 0,085; 0,654. Artinya model regresi tidak mengandung gejala
Page 109
91
heteroskedastisitas atau memiliki varians yang homogen.
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak dan merata, yaitu terdapat diatas maupun dibawah angka
0 pada sumbu Y. Kesimpulan pada model regresi dalam penelitian
ini tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi ini layak
untuk digunakan.
Gambar 4. 3
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Page 110
92
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji kebenaran dari
hipotesis yang menyatakan bahwa Sistem Remunerasi, Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi memiliki
pengaruh terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud). Hasil uji
hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda yang berguna
mengetahui pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara
parsial.
a. Hasil Uji Hipotesis
1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted-R Square)
Pengujian ini dilakukan guna mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen. Pada tabel 4.17 akan disajikan hasil uji koefisien
determinasi (Adjusted-R Square) pada penelitian ini.
Tabel 4. 17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted-R Square)
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Tabel 4.17 diatas menjelaskan bahwa variabel Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud) dapat dijelaskan oleh variabel
lainnya didalam penelitian ini, yaitu variabel Sistem
Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,744a ,554 ,541 3,72535
a. Predictors: (Constant), TSR, TSPIP, TSRM
Page 111
93
Sistem Rasionalisasi sebesar 0,554 atau sekitar 55,4%
sedangkan sisanya sebesar 44,6% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti sikap dan
perilaku, norma subjektif, kontrol perilaku, locus of control dan
spiritual quotient.
1) Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan guna menguji apakah model yang
digunakan pada penelitian ini sudah signifikan. Apabila nilai
signifikansi <0,05, maka model pada penelitian ini dapat
dinyatakan signifikan. Tabel 4.18 ini menyajikan hasil uji
statistik F pada penelitian ini.
Tabel 4. 18
Hasil Uji Statistik F
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.18 diatas menunjukkan hasil F hitung
sebesar 43,080 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka model regresi ini dapat
digunakan untuk memprediksi NMK (Niat Melakukan
ANOVAa
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1793.626 3 597.875 43,080 ,000b
Residual 1443.337 104 13.878
Total 3236.963 107
a. Dependent Variabel: NMK
b. Predictors: (Constant), SR, SPIP, SRM
Page 112
94
Kecurangan) atau dapat dikatakan bahwa variabel Sistem
Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan
Sikap Rasionalisasi secara simultan berpengaruh terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud).
2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen/penjelas yang
secara individu dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Apabila nilai signifikansi <0,05 maka dapat dikatakan bahwa
variabel independen secara individual berpengaruh terhadap
variabel dependen nya (Ghozali, 2019). Berikut uji statistik t
yang disajikan pada tabel 4.16.
Tabel 4. 19
Hasil Uji Statistik t
Sumber: Data primer yang diolah, 2020
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
B Std. Error
1 (Constant) 73,159 8,822 8,293 ,000
SRM -,221 ,066 -,228 -3,349 ,001
SPIP -,101 ,045 -,148 -2,249 ,027
SR ,904 ,100 ,617 9,021 ,000
a. Dependent Variabel: NMK
Page 113
95
Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 73,159 - 0,221X1 - 0,101X2 + 0,904X3
Keterangan:
Y = Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
X1 = Sistem Remunerasi
X2 = Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
X3 = Sistem Rasionalisasi
E = Error Term (tingkat kesalahan penduga dalam penelitian)
5. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
a. Pengaruh Sistem Remunerasi Terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud)
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa
variabel Sistem Remunerasi memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,001. Selain itu hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai beta
sebesar -0,221, hal ini menunjukkan arah pengaruh adalah negatif
yaitu semakin tinggi atau semakin baik Sistem Remunerasi yang
dimiliki instansi maka semakin menurunkan niat melakukan
kecurangan (fraud) seseorang.
Hal ini yang berarti bahwa penelitian ini mendukung hipotesis
yang pertama (H1), karena tingkat signifikansi yang dihasilkan
<0,05 dan nilai beta menunjukkan arah yang negatif.
Page 114
96
b. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Terhadap Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa
variabel Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,027. Selain itu hasil pengujian
menunjukkan bahwa nilai beta sebesar -0,101. Hal ini menunjukkan
arah pengaruh adalah negatif yaitu semakin tinggi atau semakin baik
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang dimiliki instansi
maka semakin menurunkan niat melakukan kecurangan (fraud)
seseorang. Hal ini yang berarti bahwa penelitian ini mendukung
hipotesis yang kedua (H2), karena tingkat signifikansi yang
dihasilkan <0,05 dan nilai beta menunjukkan arah yang negatif.
c. Pengaruh Sikap Rasionalisasi Terhadap Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa
variabel Sikap Rasionalisasi memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,000. Selain itu hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai beta
sebesar 0,904. Hal ini menunjukkan arah pengaruh adalah positif
yaitu semakin tinggi Sikap Rasionalisasi yang dimiliki seseorang
maka semakin tinggi juga niat melakukan kecurangan (fraud)
seseorang. Hal ini yang berarti bahwa penelitian ini mendukung
hipotesis yang ketiga (H3), karena tingkat signifikansi yang
Page 115
97
dihasilkan <0,05 dan nilai beta menunjukkan arah yang positif.
d. Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (Fraud)
Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa
variabel Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Sikap Rasionalisasi secara simultan memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Hal ini yang berarti bahwa penelitian ini
mendukung hipotesis keempat (H4). Karena tingkat signifikansi
yang dihasilkan <0,05.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Sistem Remunerasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud)
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Sistem
Remunerasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud). Uji regresi
menunjukkan bahwa Sistem Remunerasi memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,001 yang berarti bahwa nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan
memiliki nilai beta sebesar -0,221. Hal ini menunjukkan ke arah yang
negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung
hipotesis pertama (H1).
Remunerasi memiliki makna sebagai pembayaran atas apa yang
sudah dikerjakan oleh seorang pegawai atau sebagai bentuk balas jasa
atas pelaksanaan tugas seorang pegawai. Sulsitiyo yang dikutip
Page 116
98
Noorsyamsa menjelaskan bahwa remunerasi, kompensasi, gaji dan upah
termasuk intensif yang seringkali digunakan secara bergantian dan
dianggap memiliki makna yang sama yaitu sebagai balas jasa. Dalam
Paul Mackay (1997) juga menekankan bahwa remunerasi merupakan
balas jasa yang diberikan kepada pegawai atas kinerja yang telah
dilakukan dan diwujudkan dalam bentuk gaji, bonus, komisi, dan
sebagainya.
Penelitian ini sejalan dengan rekomendasi yang dilakukan oleh
Word Bank (1997) mengenai strategi untuk pemberantasan korupsi
secara komprehensif salah satunya adalah dengan struktur penggajian
dan juga metode yang diterapkan di Swedia dengan memberikan
tunjangan kinerja yang besar sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat
korupsi yang banyak terjadi. Selanjutnya hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Calvin (2017) yang meneliti
tentang The Impact of Remuneration on Employes’ Performance (A
Study of Abdul Gusau Polytechnic, Talata-Mafara and State Collage of
Education Maru, Zamfara State) yang menyatakan bahwa remunerasi
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja instansi.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Martaningtyas (2014) karena dalam penelitian ini
hipotesis ditolak. Sistem Remunerasi memiliki pengaruh yang positif
terhadap fraud. Dalam hal ini menyatakan bahwa penyebab hipotesis
ditolak adalah karena adanya penghapusan lebih dari separuh indikator
Page 117
99
yang ada.
2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud)
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (fraud). Uji regresi menunjukkan bahwa Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,027 yang berarti bahwa nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan
memiliki nilai beta sebesar -0,101. Dalam hal ini menunjukkan arah yang
negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung
hipotesis kedua (H2).
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) digunakan guna
mewujudkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan yang memadai
bahwa penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan dapat mencapai tujuan (Wilyanti dkk, 2014). Seperti yang
disebutkan dalam PP No.60 tahun 2008 tentang SPIP dan COSO
Framework yang menjelaskan bahwa Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh seluruh komponen instansi baik
pimpinan maupun pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai
atas tercapainya tujuan dari organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Page 118
100
Dengan adanya pengendalian intern yang efektif dan semakin baik
dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi atau menghapuskan
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan dikalangan pemerintah.
Dengan adanya penerapan SPIP yang baik diharapkan celah untuk
terjadinya kecurangan tertutup karena pada setiap kegiatan yang
dilakukan telah terbentuk lingkungan pengawasan yang terkendali dengan
baik. Maka dalam hal ini semakin mengacu pada Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) akan memperkecil adanya tindak kecurangan
yang dilakukan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rendika
(2013), Wiliyanti dkk (2014) dan Eliza (2015) bahwa Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh secara negatif terhadap
intensi melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi. Namun
penelitian ini tidak mendukung penelitian (Martaningtyas, 2017) yang
mengatakan bahwa salah satu strategi pemberantasan korupsi adalah
dengan meningkatkan sistem pengawasan dan pengendalian intern.
Hal ini dibuktikan dengan data responden penelitiannya yaitu 38%
responden menyatakan bahwa kecurangan dilakukan karena adanya
kesempatan contohnya adalah ketika yang bersangkutan menduduki
jabatan tertentu membuat orang tersebut memiliki peluang yang lebih
besar untuk melakukan kecurangan dan sebesar 42% menyatakan bahwa
Page 119
101
pelaksanaan sistem pengendalian intern belum sesuai dengan PP No. 60
tahun 2008. Berdasarkan analisa tersebut maka ditarik kesimpulan bahwa
sistem pengawasan dan pengendalian intern seperti Aparat Pengawas
Intern Pemerintah (APIP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ombudsman belum bekerja secara
efektif yang membuat peluang yang besar akan terjadinya tindak
kecurangan. sehingga keberadaan sistem pengawasan dan pengendalian
intern disini tidak membawa pengaruh terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (fraud).
3. Pengaruh Sikap Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud)
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Sikap
Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud). Uji regresi
menunjukkan bahwa Sikap Rasionalisasi memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan
memiliki nilai beta sebesar 0,904. Hal ini menunjukkan ke arah yang
positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung
hipotesis ketiga(H3).
Sikap Rasionalisasi diartikan sebagai bentuk pembenaran diri
terhadap apa yang telah dilakukan pelaku yang melakukan kecurangan
dan menganggap bahwa tindakan yang dilakukan tidak menyimpang.
Setiap individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai integritas menyadari
bahwa perilaku kecurangan adalah perilaku yang ilegal sehingga mereka
Page 120
102
akan menghindari perbuatan tersebut. Selain itu, bagi individu yang
memiliki tingkat spiritual tinggi artinya taat pada keyakinan akan dapat
menjauhi setiap perbuatan menyimpang dan perbuatan yang tidak sesuai
dengan ajaran dari keyakinannya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nakashima (2017). Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa rationalization
memiliki pengaruh terhadap tindakan fraud. Dan juga penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2015) bahwa
rasionalisasi berpengaruh positif terhadap perilaku kecurangan. Pengaruh
positif tersebut menunjukkan bahwa semakin besar rasionalisasi yang
dilakukan oleh seseorang maka semakin besar juga jumlah kecurangan
yang terjadi. Mengapa demikian, alasan utamanya adalah seseorang
berangga pan bahwa keuntungan yg didapatkan lebih besar dari risiko
terdeteksi.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susandra dan Hartina (2017) karena dalam penelitian ini Sikap
Rasionalisasi tidak mempengaruhi tindak kecurangan. Dalam penelitian
ini menyebutkan bahwa, ketika individu mengedepankan integritas dan
moralitas nya dalam bersikap di suatu instansi, maka setiap tindakan yang
dilakukan adalah bagian dari perilaku etis dan tidak menyimpang. Hal
inilah yang menyebabkan seseorang enggan untuk melakukan kecurangan
dengan mengedepankan Sikap Rasionalisasi (pembenaran diri) sehingga
rasionalisasi tidak dapat memicu terjadinya tindak kecurangan.
Page 121
103
4. Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi Secara Simultan Terhadap
Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Sistem
Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Sikap
Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud). Uji regresi
menunjukkan bahwa Sistem Remunerasi memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung hipotesis pertama
(H4).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zainal,
2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif kesesuaian
kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Ia
menyatakan bahwa secara umum alasan yang digunakan para pelaku
tindak kecurangan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan
adanya pemberian jumlah kompensasi yang tinggi dan sesuai dengan
kebutuhan pokok karyawan maka karyawan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya yang semakin hari semakin mahal.
Selanjutnya penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Nisak, 2013) tentang sistem pengendalian intern dalam pencegahan
fraud pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kabupaten Banglan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komponen sistem pengendalian
intern menurut COSO yang terdiri dari, lingkungan pengendalian,
Page 122
104
penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan
pemantauan berpengaruh terhadap pencegahan fraud baik secara simultan
maupun parsial.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Dellpotras, 2012), yang menyebutkan bahwa sebuah kejahatan yang
dilakukan oleh ras putih adalah kurangnya perasaan atau adanya bentuk
ketidakpedulian yang dilakukan oleh pelaku tindak kejahatan yang
berasal dasri serangkaian alasan atau bentuk rasionalisasi untuk
membebaskan diri dari perasaan bersalah yang timbul dari perilaku
menyimpang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Binde, 2016), (Murdock, 2008), (Greenlee dkk, 2006)
yang membuktikan bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap tindakan
fraud.
Page 123
105
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti yang kuat
mengenai pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan
Kecurangan (fraud). Responden pada penelitian ini berjumlah sebanyak 108
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan pola
data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan
menggunakan aplikasi SPSS versi 25, maka dapat dihasilkan sebuah
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem Remunerasi yang diterapkan pada suatu instansi terutama untuk
instansi pemerintahan berpengaruh negatif terhadap niat untuk
melakukan kecurangan (fraud). Artinya semakin baik Sistem
Remunerasi yang ada pada instansi maka semakin kecil kemungkinan
pegawai dalam instansi tersebut untuk melakukan tindak kecurangan
(fraud). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan
oleh (Paul Mackay, 1997), (World Bank, 1997) dan (Calvin, 2017).
Namun dalam hasil pada penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Martaningtyas, 2014).
Page 124
106
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang terdapat dalam
suatu instansi pemerintah berpengaruh secara negatif terhadap niat
untuk melakukan kecurangan (fraud). Artinya semakin baik Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang diterapkan dalam instansi
maka semakin kecil kemungkinan pegawai instansi untuk melakukan
tindak kecurangan (fraud) Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang telah dilakukan oleh (Rendika, 2013), (Wiliyanti dkk, 2014) dan
(Eliza, 2015). Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh (Martaningtyas, 2017).
3. Sikap Rasionalisasi yang terdapat dalam diri seseorang dan khususnya
pada pegawai yang tergabung dalam Aparatur Sipil Negara (ASN)
berpengaruh secara positif terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(fraud) seseorang. Artinya apabila Sikap Rasionalisasi yang dimiliki
seseorang semakin tinggi maka kemungkinan dalam melakukan tindak
kecurangan semakin besar. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Nakhasima, 2017) dan (Pamungkas,
2017). Namun hasil pada penelitian ini tidak mendukung penelitian dari
(Susandra dan Hartina, 2017).
4. Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan
Sikap Rasionalisasi yang terdapat dalam instansi dan juga dalam diri
pegawai khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN) berpengaruh secara
simultan terhadap Niat Melakukan Kecurangan (fraud). Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Zainal, 2013), (Nisak,
Page 125
107
2013), (Dellaportas, 2012), (Binde, 2016), (Murdock, 2008) dan
(Greenlee, dkk, 2006).
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka implikasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sistem Remunerasi yang ada dalam instansi khususnya instansi
pemerintah dapat mempengaruhi niat untuk melakukan kecurangan
(fraud). Hal tersebut dikarenakan bahwa seseorang cenderung
melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
dengan melakukan hal-hal yang menyimpang. Dengan adanya Sistem
Remunerasi yang diterapkan dengan baik pada suatu instansi yang
sesuai dengan kinerja pegawai, diharapkan hal ini dapat mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan menyebabkan seseorang
enggan untuk melakukan tindak kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini
dapat menjadi bahan evaluasi dilingkungan instansi pemerintah dan
kepada pegawai yang tergabung dalam Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Indonesia untuk lebih mengetahui betapa pentingnya Sistem
Remunerasi yang baik untuk diterapkan pada suatu instansi pemerintah
sehingga dapat mengurangi risiko pegawainya untuk melakukan tindak
kecurangan (fraud) tersebut.
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang ada dalam instansi
harus dapat dilaksanakan dengan baik dan semaksimal mungkin. Hal ini
guna meningkatkan efektivitas dan efisien atas semua kegiatan yang ada
Page 126
108
didalam intansi. Dengan adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) yang efektif dan efisien dapat mempermudah instansi dalam
mencapai suatu tujuan. Hal ini berkaitan juga dengan tindakan para
pegawainya, bila Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
dilaksanakan dengan baik dapat memperkecil celah pegawai yang ingin
melakukan suatu tindak kecurangan. hasil dalam penelitian ini dapat
menjadi bahan evaluasi bagi instansi untuk dapat menerapkan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang baik agar pegawai yang
bekerja dalam suatu instansi tindak memiliki celah sedikit pun untuk
melakukan tindak kecurangan (fraud).
3. Sikap Rasionalisasi yang terdapat dalam diri seseorang khususnya
pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat mempengaruhi niat
seseorang untuk melakukan tindak kecurangan. hal ini dikarenakan
profesi ASN adalah profesi yang paling rentan untuk melakukan tindak
kecurangan, baik kecurangan dalam bentuk penyalahgunaan aset,
pemalsuan laporan keuangan maupun korupsi. Apabila seseorang
memiliki Sikap Rasionalisasi yang tinggi maka apabila seseorang
melakukan tindak kecurangan maka, seseorang tersebut akan
menganggap bahwa tindak kecurangan yang ia lakukan adalah tindakan
yang wajar. Dan orang tersebut akan cenderung merasa percaya diri
bahwa tindakannya ini adalah tindakan yang benar dan tidak
menyimpang. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk
dapat meningkatkan moralitas yang baik dalam diri seseorang terutama
Page 127
109
dalam berperilaku jujur atas tugas dan wewenang yang telah diberikan
dan dipercayakan kepada dirinya.
4. Sistem Remunerasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
menjadi suatu kombinasi yang penting didalam instansi. Apabila kedua
sistem ini diterapkan dengan baik dan maksimal dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan didalam instansi. Dengan
adanya Sistem Remunerasi yang baik dapat mencegah terjadinya tindak
kecurangan yang dikarenakan adanya pemenuhan atas hak bagi pada
pegawai dalam suatu instansi. Sehingga pegawai diharapkan tidak
melakukan tindak kecurangan dalam bentuk apapun karena instansi
telah melakukan Sistem Remunerasi yang baik. Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dapat menjamin, mengantisipasi maupun
mengatasi tindak kecurangan. Apabila SPIP dalam suatu instansi
diterapkan dengan baik maka dapat memperkecil celah pegawainya
dalam melakukan kecurangan. Selain itu pentingnya menghindari Sikap
Rasionalisasi yang ada dalam diri pegawai juga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan. Sikap ini harus dapat
dihindari oleh para pegawai, karena sikap ini membuat seseorang yang
melakukan kecurangan berpikir bahwa tindakannya wajar untuk
dilakukan. Sehingga Sikap Rasionalisasi sangat penting dihindari
sebagai upaya dalam pencegahan terjadinya kecurangan (fraud).
Page 128
110
C. Keterbatasan
Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang
dialami oleh peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah data yang dikumpulkan belum maksimal terutama bagi Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang berdomisili di luar pulau Jawa. Karena
sulitnya mendapatkan responden yang berdomisili di luar pulau Jawa.
2. Data primer yang dilakukan terbatas karena hanya melalui pertanyaan
dalam kuesioner yang dijawab oleh responden tanpa adanya sesi
wawancara langsung untuk mendapatkan tambahan informasi yang
diinginkan.
3. Akibat adanya pandemi covid-19 yang terjadi maka peneliti harus
melakukan segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan penelitian
secara online tanpa adanya tatap muka secara langsung dengan
responden.
4. Variabel yang digunakan masih sangat terbatas, belum dijelaskan secara
jelas faktor-faktor lain yang juga memiliki pengaruh terhadap niat
melakukan fraud seperti attitude, norm subjective dan behaviour.
5. Penggunaan metode pengambilan sampel dengan Covenience sampling
sebaiknya tidak digunakan di penelitian selanjutnya. Karena teknik ini
dapat dilakukan dengan mengambil siapa saja yang dapat ditemui oleh
peneliti, sehingga hasil yang diperoleh dapat memunvulkan bias dalam
pengambilan keputusannya.
Page 129
111
D. Saran
Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis baik
secara teoritis maupun praktisi masih sangat terbatas. Penulis berharap untuk
penelitian di masa mendatang agar dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih baik dan lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperluas wilayah penelitian,
tidak hanya dominan di pulau Jawa namun agar mendapatkan hasil
penelitian yang lebih luas dan general
2. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambahkan data berupa hasil
wawancara dengan responden agar mendapatkan hasil yang lebih
relevan.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lainnya
untuk berkembangnya penelitian.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat menambahkan faktor-
faktor atas variabel yang ada agar menghasilkan penelitian yang lebih
baik dan terperinci.
Page 130
112
DAFTAR PUSTAKA
Agogila, P., Christhoper, Brown, F., Kevin, & Sanchez, H., Maria (2007).
Consideration of Control Environmrnt and Fraud Risk: A Set of Instructional
Exercise. J. of Acc. Ed. 25: 207-221. Diunduh pada 13 Juli 2020, dari DOI:
10.1016/j.jaccedu.2007.08.001.
Ajzen, I. (1985). From intentions to actions: A theory of planned behaviour. In J
Kuhl and J. Beckmann (Eds), Action Control: From cognition to behaviour.
Berlin, Heidelberg, New York: Springer-Verlag. Diunduh pada 22 Juli 2020,
dari https://page-one.springer.com/pdf/preview/10.1007/978-3-642-69746-
3_2.
Ajzen, I. (1987). Attitudes, traits and actions. Dispositional prediction of
behaviour in personality and social psychology. In L. Berkowitz (Ed),
Advances in experimental social psychology. New York: Academic Press,
Vol.20, pp. 1-63. Diunduh pada 22 Juli 2020, dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/074959789190020T.
Ajzen, I. (2002). “Constructing a TPB questionnaire: conceptual and
methodological considerations”. Diunduh pada 20 Juli 2020, dari
wwwunix.oit.umass.edu/,aizenpdf/tpn.measurement.pdf.
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behaviour, Organizational Behaviour
and Human Decision Processes, vol. 50, no.2, pp. 179-211. Diunduh pada 20
Juli 2020, dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/074959789190020T.
Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980). Understanding attitudes and predicting social
behaviour. Englewood Cliffts, NJ: Prentice.Hall. Diunduh pada 20 Juli 2020,
dari https://www.worldcat.org/title/understanding-attitudes-and-predicting-
social-behavior/oclc/5726878.
Ajzen, I., & Fishbein, M. (2005). The influence of attitudes on behaviour. In
Albarracin, D., Johnson, BT., Zanna MP. (Eds), The handbook of attitudes,
Lawrence Erlbaum Associates. Diunduh pada 20 Juli 2020, dari
https://www.researchgate.net/publication/264000974_The_Influence_of_Atti
tudes_on_Behavior.
Argarini, Prasetya, Eka (2015). Pengaruh Kompensasi terhadap Fraud dengan
Kepuasan Kerja sebagai variabel intervening. Jurnal Nominal Vol. IV No. 2.
Diunduh pada 12 Agustus 2020, dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/view/8004.
Page 131
113
Binde, Per (2016). Gambling-related Embezzlement in The Workplace: A
Qualitative Study. International Gambling Studies. Diunduh pada 22 Oktober
2020, dari https://doi.org/10.1080/14459795.2016.1214165.
Calvin, Ojeleye, Yinka (2017). The Impact Of Remuneration On Employees’
Performance (A Study Of Abdul Gusau Polytechnic, Talata-Mafara And State
Collage Of Education Maru, Zamfara State). Arabian Journal of Business and
Management Review (Nigerian Chapter). Vol. 4, No. 2, 2017. Diunduh pada
21 Agustus 2020, dari
https://www.researchgate.net/publication/318014419_The_Impact_of_Remu
neration_on_Employees'_Performance_A_Study_of_Abdul_Gusau_Polytech
nic_Talata-Mafara_and_State_College_of_Education_Maru_Zamfara_State.
Crowe, Howarth (2012) “The Mind Behind The Fraudters Crime: Key
Behavioural and Environmental Element”.
Dahlia, D. (2013). Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Tindak Pidana Korupsi. Procedings of Population And Human Resource
Development 2. Diunduh pada 17 September 2020, dari
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/2587.
Dellaportas, Steven (2012). Conversations with inmate accountants: Motivation,
opportunity, and the fraud triangle. Accounting Forum. Diunduh pada 22 Juli
2020, dari
https://www.researchgate.net/publication/256979345_Conversations_with_in
mate_accountants_Motivation_opportunity_and_the_fraud_triangle.
Diesle & Gary (2006). Human Resource Management An Asian Perspective,
Prentice Hall, Pearson Education South Asia Pte Ltd,Singapore. Diunduh pada
13 Agustus 2020, dari https://library.ui.ac.id/detail?id=136615.
Edi & Victoria, E. (2018). Pembuktian Fraud Triangle Theory Pada Financial.
Jurnal Benefits (380-395). Diunduh pada 19 Oktober 2020, dari
https://www.researchgate.net/publication/328659451_PEMBUKTIAN_FRA
UD_TRIANGLE_THEORY_PADA_FINANCIAL_REPORT_QUALITY.
Eliza, Yuliana (2015). Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pada SKPD
Kota Padang). Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 1. Diunduh pada 10 Juli 2020,
dari https://docplayer.info/30800757-Pengaruh-moralitas-individu-dan-
pengendalian-internal-terhadap-kecenderungan-kecurangan-akuntansi-studi-
empiris-pada-skpd-di-kota-padang.html.
Page 132
114
Fachriyah, N., & Apriadi, N.R. (2014). Determinan Terjadinya Fraud di Institusi
Pemerintahan. Artikel Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang. Diunduh pada 13 Juli 2020, dari
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1490.
Gamayuni, A.P., & R.R. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Prespektif Fraud Diamond (Studi
Empiris pada Instansi LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 20 No. 1 (19-34). Diunduh pada 12 Juni 2020,
dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/accounting/article/view/6077.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25
(9th Ed.).
Greenlee, Janet, dkk (2006). An Investigation of Fraud in Nonprofit
Organization: Occurrences and Deterrent. Working Paper No. 35. Diunduh
pada 23 Juli 2020, dari
https://www.researchgate.net/publication/228162620_The_Causes_and_Cons
equences_of_Internal_Control_Problems_in_Nonprofit_Organizations.
Herawati, Trisna, Nyoman, dkk (2017). Pengaruh Sistem Pengendalian Kas,
Implementasi Good Goverment, Moralitas Aparatur Pemerintah Daerah, dan
Persepsi Kesesuaian Kompensasi Terhadap Financial Fraud. Vol:7 No. 1.
Diunduh pada 22 Agustus 2020, dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/10152.
Karyono, AK.(2013). Forensic Fraud. Yogyakarta: Andi Offset.
Lano, P. F. (2015). Fungsi Kepemimpinan untuk Mengurangi Sikap Arogansi
Pegawai. Universitas Tribhuawana Tunggadewi. Jurnal Ilmu Sosial dan
Politik Vol. 4 No. 1. Diunduh pada 30 September 2020, dari
https://media.neliti.com/media/publications/42398-ID-fungsi-kepemimpinan-
untuk-mengurangi-sikap-arogansi-pegawai.pdf.
Lister, L.M. (2007). A Practical Approach to Fraud Risk: Internal Auditors.
Diunduh pada 30 Juni 2020, dari
https://www.coursehero.com/file/28743396/A-practical-approach-to-Fraud-
Risk-LIster-2007pdf/.
Mackay, Paul (1997). Which Remuneration And Rewards System Will Work
Best For Us, Performance Based Or Skill Based? Management Development
Centre,USA.
Page 133
115
Martaningtyas, Irna (2014). Pengaruh Tunjangan Kinerja, Sistem Pengendalian
Intern, Kultur Organisasi Terhadap Fraud Pegawai Negeri Sipil. Jurnal
TEKUN. Vol No. 01: 110-124. Diunduh pada 9 Juli 2020, dari
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/tekun/article/view/280.
Martaningtyas, I., & Suryandari, A.D. (2015). An Empirical Study: The Effect of
Performance Incentive, Intern Control System, Organizational Culture, on
Fraud of Indonesia Government Officer. Vol 6 No 5 55. Diunduh pada 21 Juni
2020, dari
http://www.richtmann.org/journal/index.php/mjss/article/view/7878.
Michele, J., Hooper, C. M. P. (2010). Financial Reporting Fraud.
MS., Rusli, Budiman.(2010). Kebijakan Remunerasi Berbasis Kinerja. Artikel
Guru Besar FISIP Universitas Padjajaran. Diunduh pada 14 Juni 2020, dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/10/pustaka_unpad_kebijakan_remunerasi_berbasis_kin
erja.pdf.
Mulyadi (2002). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Murdock, Herman (2008). The three dimensions of fraud: auditors should
understand the needs, opportunities, and justifications that lead individuals to
commit fraudulent acts. Internal Auditor. 65.4 p81.
Nakashima, M. (2017). Can Fraud Triangle Predict Accounting Fraud?. Evidence
From Japan. Chiba University Of Commerce, 1-37. Diunduh pada 3 Juli 2020,
dari https://www.rieb.kobe-
u.ac.jp/tjar/conference/8th/CC2_MasumiNAKASHIMA.pdf.
Nisak, Chairun, Prasetyo, Fitri (2013). Sistem Pengendalian Intern Dalam
Pencegahan Fraud Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada
Kabupaten Bangkalan. (Disertasi Tidak Dipublikasikan) Universitas
Trunojoyo Madura, Indonesia
Nugroho, Heru, Yunarso, Widhi, Eko, Prasetyo, Nindito, Hanung (2014).
Implementasi Sistem Remunerasi Berbasis Kinerja di Perguruan Tinggi
Universitas TELKOM D/H Politeknik TELKOM. Program Studi MMT-
ITS. ISBN: 978-602-97491-9-9. Surabaya, Indoensia.
Novikasari, Yully (2017). Pengaruh Moralitas Individu, Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, dan Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris pada SKPD Kab. Singingi). JOM
Fekon. Vol.4 No.1. Diunduh pada 20 Juli 2020, dari
https://www.neliti.com/id/publications/117544/pengaruh-moralitas-individu-
sistem-pengendalian-intern-pemerintah-dan-ketaatan-a.
Page 134
116
Pamungkas & Desiana, Dwi (2015). Pengaruh Faktor-faktor dalam Dimensi
Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Siswa Kelas XI
Akuntansi Negeri 1 Tampel Tahun Ajaran 2014/2015. Universitas Negeri
Yogyakarta. Diunduh pada 01 Agustus 2020, dari
https://eprints.uny.ac.id/25070/.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009, Tentang Perubahan kesebelas atas
Peratura Pemerintah Nomor 7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
Pesudi, A.A.D., & Hormati, A.G. (2019). Pengaruh Tekanan, Kesempatan,
Rasionalisasi dan Kemampuan Terhadap Kecenderungan Aparatur Sipil
Negara dalam Melakukan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur). Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Humanika. Vol. 9 No. 2 ISSN: 2599-2651. Diunduh pada 21
Juni 2020, dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJA/article/view/20583.
Pristiyanti, I., R. (2012). Persepsi pegawai instansi pemerintah mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi fraud disektor pemerintahan. Accounting Analysis
Journal (AAJ)1 (1). ISSN 2252-6765. Diunduh pada 11 September 2020, dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj/article/view/707.
Rendika, Michael (2013). Pengaruh Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah dan Peran Inspektorat Terhadap Penyalahgunaan Aset. Artikel
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Padang. Diunduh pada 20 Juli 2020, dari
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/viewFile/669/426.
Ruky, S., Achmad (2011). Tunjangan dalam Paket Remunerasi (Imbalan)
Pegawai. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. Vol. 5, No. 1. Diunduh pada
19 Juni 2020, dari https://jurnal.bkn.go.id/index.php/asn/issue/view/10.
Susandra, F., & S., Hartina (2017). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Fraud pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota
Bogor. Jurnal Akunida, 3 (2), 35-55. Diunduh pada 09 Agustus 2020, dari
https://www.researchgate.net/publication/324500640_ANALISIS_FAKTOR-
FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_KECENDERUNGAN_FRAUD_P
ADA_SATUAN_KERJA_PERANGKAT_DAERAH_SKPD_DI_KOTA_B
OGOR.
Page 135
117
Tiro, Andi Amrullah Arif, (2014). Pengaruh Pengendalian Intern dan
Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) pada Pemerintah
Kota Palopo, Artikel Universitas Hasanuddin Makassar.
Tuanakotta, T.M. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Santoso, Singgih (2004). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT.
Elex Media Koputindo.
Sihombing, Kennedy, Samuel, & Shiddiq, Nur, Rahardjo (2014). Analisis Fraud
Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2010-2012. Diponegoro Journal of Accounting. Semarang, FEB UNDIP.
Diunduh pada 12 Juni 2020, dari
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/accounting/article/view/6136.
Sujana, Edy, dkk (2017). Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal,
Kesesuaian Kompensasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kecenderungan
Kecurangan (Fraud) Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan
Susut. Vol. 8 No. 2. Diunduh pada 15 Juli 2020, dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/10422.
Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Wolfe, David, T., & Dana, R., Hermanson (2004). “The Fraud Diamond:
Considering the Four Elements of Fraud”. CPA Journal. 74.12 :38-42.
Diunduh pada 11 Juli 2020, dari
https://digitalcommons.kennesaw.edu/facpubs/1537/.
Zahra, Ami (2017). Pengaruh Tekanan, Kesempatan dan Rasionalisasi Terhadap
Tindakan Kecurangan (Fraud) (Survei pada Narapidana Tipikor di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Kota Pekanbaru). Artikel Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Diunduh pada 07 Agustus
2020, dari http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/2587.
Zainal, Rizki (2013). Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern, Asimetri
Informasi, dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan
Kecurangan. Artikel Universitas Negeri Padang. Diunduh pada 30 Juli 2020,
drai http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/668.
Page 137
119
LAMPIRAN I
KUESIONER
Page 138
120
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i
Di Tempat
Dengan hormat,
Perkenalkan saya mahasiswa S1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini
sedang melakukan penelitian ilmiah untuk memenuhi persyaratan dalam
penyelesaian pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan kerendahan hati
saya memohon kesediaan waktu dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden
dalam penelitian saya yang berjudul “Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Sikap Rasionalisasi terhadap
Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)”.
Saya menyusun kuesioner yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan
yang dimaksudkan untuk memperoleh penilaian Bapak/Ibu/Saudara/I, khususnya
berkenaan dengan Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), Sikap Rasionalisasi dan Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud). Saya sangat menyadari bahwa waktu Bapak/Ibu/Saudara/i sangat berharga
dan terbatas. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I sangat berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan serta menentukan arah keberhasilan dari penelitian saya ini. Perlu
saya sampaikan bahwa hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademik dan
akan terjamin kerahasiannya. Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I,
saya ucapkan terimakasih.
Jika ada pertanyaan terkait dengan kuesioner ini, Anda dapat menghubungi peneliti
di +62 89629096425 (email: [email protected] )
Hormat saya,
Dwi Rahmawati
Page 139
121
Pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Sikap Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan
(Fraud)
Tujuan utama dari kuesioner ini adalah untuk mengidentifikasi seberapa
besar pengaruh Sistem Remunerasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Sikap Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
yang dilakukan responden dengan menggunakan skala Hurtt (2010).
Kuesioner ini terdiri dari 2 (dua) bagian. Bagian pertama berisi tentang
identitas responden, sedangkan bagian kedua berisi Item Pertanyaan
Karakteristik Kuesioner Skala Hurtt (2010). Silahkan jawab pernyataan-
pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang ( √ ) pada tempat yang
tersedia ( □ ) untuk jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Anda.
Untuk jawaban bagian 2 silahkan menggunakan skala sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Kurang
Setuju
Netral Agak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Sejauh mana Anda setuju atas pernyataan-pernyataan dibawah ini. Silahkan
menggunakan skala diatas.
Page 140
122
KUESIONER
BAGIAN I: IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk : Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi informasi terkait identitas yang
diperlukan dan memberi tanda centang ( √ ) pada kolom yang sesuai.
1. Nama : ………………………………………………..
2. Nama Entitas/Instansi : ………………………………………………..
3. Jenis Kelamin Pria Wanita
4. Usia……………………………Tahun
5. Pendidikan Terakhir : S3
S2
S1
D3
6. Jabatan : Jabatan Struktural
Jabatan Fungsional
7. Lama Bekerja : < 1 Tahun
1-5 Tahun
6-10 Tahun
> 10 Tahun
Page 141
123
BAGIAN II : ITEM PERNYATAAN
Petunjuk : Berilah penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pernyataan-
pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan persepsi Bapak/Ibu/Saudara/i terkait Sistem
Remunerasi.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Kurang
Setuju
Netral Agak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Sejauh mana Anda setuju atas pernyataan-pernyataan dibawah ini. Silahkan
menggunakan skala diatas.
1 2 3 4 5 6 7
1 Gaji yang saya terima setiap bulannya diberikan
secara tepat waktu
2
Gaji yang saya terima sesuai dengan pekerjaan dan
pendidikan saya
3 Tambahan penghasilan dari project yang saya terima
sesuai dengan hasil kerja saya
4 Jika kerja lembur, saya memperoleh tambahan
penghasilan
5 Jaminan asuransi kesehatan yang diberikan sudah
memadai
Page 142
124
6 Tunjangan jabatan yang saya terima sudah sesuai
dengan beban kerja yang saya kerjakan
7 Tunjangan kinerja yang saya terima sudah sesuai
dengan hasil kerja saya
8 Dalam bekerja saya memperoleh fasilitas yang
menunjang pekerjaan saya
9 Saya memperoleh tunjangan pemeliharaan
kendaraan untuk memperlancar tugas dan pekerjaan
saya
10 Fasilitas-fasilitas (ruang kantor, tempat ibadah,
tempat parkir) yang diberikan sudah memadai
Page 143
125
Petunjuk : Berilah penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pernyataan-
pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan persepsi Bapak/Ibu/Saudara/i terkait Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
1 2 3 4 5 6 7
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Kurang
Setuju
Netral Agak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Sejauh mana Anda setuju atas pernyataan-pernyataan dibawah ini. Silahkan
menggunakan skala diatas.
Lingkungan Pengendalian 1 2 3 4 5 6 7
11 Aturan perilaku diterapkan kepada seluruh tingkatan
pimpinan dan pegawai
12 Pelaksanaan kepemimpinan memiliki sikap positif
dan responsive terhadap pelaksanaan pelaporan
program dan kegiatan
13 Pimpinan secara berkala mengevaluasi struktur
organisasi guna menyesuaikan lingkungan instansi
Penilaian Resiko 1 2 3 4 5 6 7
14 Risiko pelaksanaan program dan kegiatan
diidentifikasi di tiap tingkatan..
15 Risiko yang ditimbulkan atas program dan kegiatan
memiliki pengaruh dan menjadi perhatian pimpinan.
Page 144
126
16 Pimpinan mengantisipasi timbulnya risiko akibat
perubahan ekonomi, peraturan, kegiatan atau kondisi
lainnya yang dapat mempengaruhi pencapaian
sasaran.
17 Pimpinan melakukan analisis resiko secara lengkap
dan menyeluruh tentang dampak pelaksanaan
program dan kegiatan
Kegiatan Pengendalian 1 2 3 4 5 6 7
18 Pimpinan mengidentifikasi kegiatan pengendalian
yang diperlukan untuk menangani resiko
19 Pimpinan instansi terlibat dalam penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan
20 Pencatatan dilaksanakan diseluruh siklus transaksi
mencakup otorisasi, pelaksanaan, pemrosesan, dan
klasifikasi dalam pencatatan ikhtisar
21 Kegiatan pengendalian secara berkala dievaluasi
untuk memastikan kegiatan telah sesuai dengan
tujuan instansi
Informasi dan Komunikasi 1 2 3 4 5 6 7
22 Informasi disediakan tepat waktu, memungkinkan
untuk dilakukan tindakan korektif secara tepat
23 Sistem informasi yang ada didalam instansi selalu
diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi
yang ada.
24
Tugas yang dibebankan pada pegawai
dikomunikasikan dengan jelas dan dimengerti
pengendalian internnya
Page 145
127
Pemantauan Pengendalian Intern 1 2 3 4 5 6 7
25 Pemantauan oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah)/instansi, mencakup identifikasi kegiatan
dan sistem pendukung pencapaian misi
26 Pengawasan bidang akuntansi selain dilakukan oleh
auditor intern juga dilakukan auditor eksternal
27 Pimpinan menindaklanjuti rekomendasi temuan dari
aparat pengawas intern
Page 146
128
Petunjuk : Berilah penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pernyataan-
pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan persepsi Bapak/Ibu/Saudara/i terkait Sikap
Rasionalisasi.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Kurang
Setuju
Netral Agak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Sejauh mana Anda setuju atas pernyataan-pernyataan dibawah ini. Silahkan
menggunakan skala diatas.
1 2 3 4 5 6 7
28 Menurut saya sikap manajemen terhadap nilai etis
rendah
29 Penyelewengan merupakan hal yang lumrah terjadi
30 Hasil penyelewengan digunakan untuk tujuan
kebaikan
31 Saya layak mendapatkan imbalan lebih karena hasil
yang di dapat tidak sesuai
32 Saya merasa instansi ini adalah "milik saya"
33 Saya sudah memberikan andil dan sumbangsih yang
besar di instansi saya
34 Saya pernah meminjam uang kas di instansi saya
dan segera dikembalikan
Page 147
129
35 Saya senang membantu teman-teman saya yang
sedang mengalami kesulitan dengan meminjam uang
kas di instansi
Page 148
130
Petunjuk : Berilah penilaian Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap pernyataan-
pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan persepsi Bapak/Ibu/Saudara/i terkait Niat
Melakukan Kecurangan (Fraud).
1 2 3 4 5 6 7
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Kurang
Setuju
Netral Agak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Sejauh mana Anda setuju atas pernyataan-pernyataan dibawah ini. Silahkan
menggunakan skala diatas.
1 2 3 4 5 6 7
36 Saya sering menerima berbagai pendapatan fiktif
yang ada di instansi
37 Saya melaporkan pengungkapan atas laporan
keuangan sesuai dengan fakta yang ada
38 Saya melakukan penilaian kembali atas aset sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
39 Menurut saya unit kas harus dikelola oleh orang
yang bertanggung jawab dan jujur
40 Sering terjadi pengeluaran yang ilegal atau tidak
sesuai dengan prosedur yang ada
41 Saya menggunakan aset instansi untuk kepentingan
pribadi.
42 Saya membuat perencanaan yang mengutamakan
kepentingan pribadi
Page 149
131
43 Saya menerima suap dalam bentuk apapun
44 Saya memberikan hadiah kepada pihak ketiga
setelah membuat sebuah kontrak kerja tertentu
45 Saya melakukan praktik pemerasan terhadap
pegawai
46 Adanya keterbukaan informasi antara saya dan
atasan dalam penyusunan dan pelaporan keuangan
47 Saya menyusun laporan keuangan sesuai dengan
prosedur dan standar yang berlaku
48 Merupakan sesuatu yang wajar memasukkan
kebutuhan pribadi ke dalam belanja kantor
49 Suatu hal yang wajar apabila pengguna anggaran
menggunakan kwitansi kosong atas pembelian bahan
perlengkapan kantor
50 Bukan suatu masalah bagi saya apabila
perlengkapan kantor yang dibeli tidak sesuai dengan
spesifikasi yang seharusnya dibeli
Page 150
132
LAMPIRAN II
IDENTITAS DAN
JAWABAN RESPONDEN
Page 151
133
IDENTITAS RESPONDEN
No Instansi Jabatan Jenis
Kelamin Usia
Pendidikan
Terakhir
Lama
Bekerja
1 4 2 1 1 2 1
2 4 2 1 4 3 4
3 1 2 1 4 3 4
4 1 2 1 6 2 4
5 1 2 2 6 2 4
6 4 1 1 6 4 4
7 4 2 1 4 2 4
8 2 2 1 2 2 2
9 4 2 1 5 3 4
10 4 2 1 4 2 2
11 1 1 1 2 2 2
12 1 2 1 2 2 2
13 1 1 1 7 2 4
14 2 2 2 2 3 2
15 1 1 1 6 2 4
16 1 1 1 5 3 4
17 1 2 2 4 2 4
18 1 2 1 3 2 2
19 1 2 1 7 2 4
20 1 1 1 5 2 4
21 1 2 1 6 3 4
22 1 2 1 7 2 4
23 2 2 1 2 1 2
24 1 2 2 4 2 4
25 1 2 2 5 3 4
26 1 2 1 2 2 2
27 2 1 1 4 2 2
28 4 2 2 2 2 3
29 2 2 2 2 2 2
30 1 2 2 6 3 4
31 1 1 1 6 4 4
32 1 2 1 7 4 4
33 4 1 1 6 3 4
34 1 2 1 5 2 4
35 1 2 1 6 3 4
36 4 1 1 5 3 4
37 3 1 2 4 3 2
Page 152
134
No Instansi Jabatan Jenis
Kelamin Usia
Pendidikan
Terakhir
Lama
Bekerja
38 3 2 2 1 2 2
39 4 2 2 1 1 2
40 2 2 2 2 1 2
41 1 2 1 6 3 4
42 1 2 2 7 3 4
43 1 1 1 7 2 4
44 1 2 1 7 2 4
45 3 2 2 2 1 2
46 3 2 1 4 3 4
47 3 1 1 1 2 3
48 1 1 1 3 2 2
49 1 1 1 1 2 3
50 1 2 2 4 2 2
51 1 2 1 7 2 2
52 1 2 1 7 2 4
53 3 2 1 1 2 2
54 3 2 2 1 1 2
55 1 2 1 2 2 1
56 1 1 1 3 2 2
57 4 1 1 1 2 2
58 3 2 1 7 3 4
59 1 2 1 2 1 2
60 2 2 1 2 2 2
61 4 1 1 1 1 2
62 3 2 1 3 2 3
63 3 2 2 1 1 1
64 2 2 1 1 2 1
65 2 2 1 1 2 2
66 4 1 2 3 2 3
67 1 2 1 1 2 2
68 4 2 2 5 2 3
69 4 2 2 4 3 3
70 4 1 2 4 3 3
71 4 1 2 3 3 3
72 4 1 2 3 2 3
73 4 1 2 4 2 3
74 4 2 1 4 2 3
75 4 2 2 4 2 3
Page 153
135
No Instansi Jabatan Jenis
Kelamin Usia
Pendidikan
Terakhir
Lama
Bekerja
76 4 2 2 5 2 3
77 4 2 2 4 2 3
78 4 2 1 4 2 3
79 4 2 2 3 2 3
80 4 1 2 4 3 3
81 4 2 1 3 3 3
82 4 2 2 5 2 3
83 4 2 2 4 2 3
84 4 1 2 4 2 3
85 4 2 2 4 2 3
86 4 2 1 4 2 3
87 4 2 1 4 2 3
88 4 1 2 3 2 3
89 4 2 2 3 3 3
90 1 2 1 5 1 4
91 1 2 1 5 1 4
92 4 2 1 3 2 3
93 4 2 2 5 3 4
94 4 2 1 5 3 4
95 4 2 2 4 3 3
96 4 2 2 5 3 4
97 4 2 2 5 3 4
98 1 2 1 7 2 4
99 3 2 2 2 2 2
100 4 2 1 1 2 2
101 4 1 1 1 2 1
102 1 2 1 2 1 2
103 1 2 1 1 2 1
104 3 2 1 1 2 1
105 4 2 1 1 2 2
106 2 2 1 1 1 2
107 2 2 1 2 1 2
108 1 2 1 1 2 2
Page 154
136
Keterangan:
Instansi = (1) Lembaga Pendidikan, (2) Lembaga
Kesehatan, (3) Lembaga Kemasyarakatan,
(4) Kementerian
Jabatan = (1) Jabatan Struktural, (2) Jabatan Fungsional
Jenis Kelamin = (1) Perempuan, (2) Laki-laki
Umur (Tahun) = (1) 20-25, (2) 26-30, (3) 31-35, (4) 36-40, (5)
41-45, (6) 46-50, (7) > 50
Pendidikan Terakhir = (1) Diploma, (2) S1, (3) S2, (4) S3
Lama Bekerja = (1) < 1 Tahun, (2) 2-5 Tahun, (3) 6-10 Tahun,
(4) > 10 Tahun
Page 155
137
JAWABAN RESPONDEN
No SRM1 SRM2 SRM3 SRM4 SRM5 SRM6 SRM7 SRM8 SRM9
1 6 6 6 6 6 6 6 6 6
2 7 7 7 7 7 6 7 7 7
3 5 6 7 6 6 7 6 5 6
4 7 7 7 7 7 7 7 7 7
5 7 7 7 7 7 7 7 7 7
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5
7 5 5 6 5 4 4 5 4 5
8 6 6 6 6 6 6 6 6 6
9 7 7 6 6 7 6 7 6 7
10 7 7 5 6 4 6 6 7 7
11 7 7 6 5 7 6 7 6 6
12 6 6 6 7 7 6 6 7 6
13 6 7 7 7 7 7 6 7 7
14 5 7 6 5 5 6 5 5 7
15 7 7 7 7 7 6 6 6 7
16 7 7 7 7 7 7 7 7 7
17 7 7 7 7 7 7 7 7 7
18 6 6 6 7 7 6 6 6 7
19 7 7 7 7 7 7 7 7 7
20 6 6 6 6 6 6 6 6 6
21 7 7 7 7 5 4 7 6 7
22 7 6 6 7 6 6 7 7 6
23 6 6 6 6 6 6 6 6 6
24 7 7 7 7 7 6 6 6 6
25 7 7 7 7 7 7 7 7 7
26 6 6 6 7 6 5 6 7 6
27 7 7 6 7 5 7 6 7 7
28 6 7 7 7 7 7 7 7 7
29 7 6 6 5 6 6 5 4 5
30 5 6 6 7 7 6 6 6 5
31 4 5 7 6 6 7 6 7 6
32 7 7 7 7 7 7 7 7 7
33 7 6 6 7 7 5 6 7 6
34 7 7 7 5 6 7 6 6 6
Page 156
138
No SRM1 SRM2 SRM3 SRM4 SRM5 SRM6 SRM7 SRM8 SRM9
35 7 6 7 7 6 6 6 7 6
36 7 7 6 7 5 6 6 5 6
37 6 6 7 7 5 6 6 5 6
38 6 6 7 6 6 7 6 6 7
39 7 7 7 6 7 7 5 6 6
40 6 6 7 7 3 6 7 5 4
41 7 7 6 7 5 5 6 6 6
42 7 5 7 7 6 7 7 6 7
43 7 7 7 7 7 7 7 7 7
44 5 5 6 5 4 5 5 6 6
45 6 7 6 4 7 4 7 7 7
46 7 6 7 7 4 3 3 4 4
47 7 7 7 7 7 7 6 7 7
48 6 6 6 6 4 4 5 7 6
49 7 7 6 7 7 6 7 5 7
50 6 7 7 4 6 6 4 6 6
51 6 7 6 7 5 7 6 3 7
52 5 6 5 6 6 6 6 6 5
53 6 6 6 6 6 6 6 6 6
54 7 7 7 7 7 7 7 7 7
55 7 7 6 7 6 6 6 7 7
56 6 6 6 7 6 6 6 7 6
57 7 6 5 6 6 6 5 5 5
58 6 5 6 6 7 7 7 6 7
59 6 7 7 5 6 6 7 7 5
60 4 5 5 6 4 4 6 5 5
61 6 6 6 6 6 6 6 6 6
62 7 7 7 7 7 7 7 7 7
63 6 7 7 6 7 6 2 7 7
64 5 5 5 5 5 5 5 5 5
65 4 4 6 6 6 4 6 4 6
66 6 6 6 6 7 7 6 7 6
67 6 6 6 6 6 6 6 6 6
68 4 5 5 5 5 6 6 4 4
69 7 6 5 7 3 6 6 6 7
70 7 5 7 6 7 6 7 5 7
71 6 6 7 6 3 6 7 6 7
Page 157
139
No SRM1 SRM2 SRM3 SRM4 SRM5 SRM6 SRM7 SRM8 SRM9
72 6 5 6 7 7 7 2 6 6
73 7 6 6 7 5 7 7 7 7
74 7 7 7 7 7 7 7 7 7
75 7 7 7 7 7 7 7 7 7
76 6 6 6 6 6 6 6 6 6
77 6 6 6 6 6 6 6 6 6
78 3 6 7 4 2 7 6 7 7
79 5 7 7 7 7 7 7 7 7
80 7 7 7 7 7 7 7 7 7
81 7 7 7 7 7 7 7 7 7
82 6 6 6 6 6 6 6 6 6
83 7 7 7 6 7 7 7 6 6
84 7 7 7 7 7 7 7 7 7
85 7 7 7 7 7 7 7 7 7
86 6 6 6 5 3 7 7 6 7
87 7 7 7 7 7 7 7 7 7
88 7 7 7 7 7 7 7 7 7
89 6 6 6 6 6 6 6 6 6
90 6 6 6 7 6 6 6 5 7
91 6 6 6 6 6 6 6 6 6
92 7 7 7 7 7 7 7 7 7
93 7 7 7 7 7 7 7 7 7
94 6 6 6 6 6 6 6 6 6
95 7 7 7 7 7 7 7 7 7
96 5 5 5 5 5 5 5 5 5
97 7 7 7 7 7 7 7 7 7
98 6 6 6 6 6 6 6 6 6
99 5 5 4 4 4 5 6 6 4
100 7 7 6 7 7 6 7 7 7
101 7 7 7 7 7 7 7 7 7
102 6 6 5 5 4 7 6 6 6
103 7 6 7 7 7 7 7 5 7
104 5 5 5 5 5 5 5 5 5
105 7 7 7 7 7 7 7 7 7
106 6 6 6 6 6 6 6 6 6
107 5 5 5 5 5 5 5 5 5
108 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Page 158
140
No SPIP1 SPIP2 SPIP3 SPIP4 SPIP5 SPIP6 SPIP7 SPIP8 SPIP9 SPIP10 SPIP11 SPIP12 SPIP13 SPIP14 SPIP15 SPIP16 SPIP17
1 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
2 6 7 6 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 6 7 7
3 7 7 6 7 6 7 6 7 7 7 7 7 7 7 6 6 7
4 6 6 7 7 7 5 6 6 6 6 2 7 7 6 7 7 7
5 7 6 6 7 7 6 7 6 7 6 6 7 7 6 7 7 6
6 7 7 7 7 6 7 6 6 6 6 7 7 6 7 7 7 7
7 5 7 5 5 5 7 6 7 7 5 6 6 5 5 6 6 6
8 6 6 7 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 6 7 6
9 5 7 7 7 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 6
10 7 7 6 6 6 6 6 6 7 7 6 6 6 6 6 6 7
11 7 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 6 7 6 6 6 6
12 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
13 6 7 6 6 7 7 6 6 7 6 6 6 6 7 6 6 7
14 6 6 6 6 5 6 7 6 7 7 6 6 7 7 6 7 6
15 7 7 7 7 7 7 7 6 7 7 7 7 6 7 7 7 7
16 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6
17 5 5 5 5 7 7 6 6 5 5 2 5 5 6 6 6 6
18 7 6 7 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 6 6 7
19 7 7 6 6 7 5 7 7 6 6 7 7 6 6 7 6 6
20 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 5 7 7 6 7
21 6 7 5 6 5 6 5 5 6 6 4 5 6 7 6 6 6
22 6 6 6 6 6 7 5 6 7 6 6 6 6 6 6 7 6
23 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6 7 6 6 5 6 6 4
24 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 6 6 7 6 6 7
25 7 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 6 6 6 7 7 7
26 6 6 5 4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Page 159
141
No SPIP1 SPIP2 SPIP3 SPIP4 SPIP5 SPIP6 SPIP7 SPIP8 SPIP9 SPIP10 SPIP11 SPIP12 SPIP13 SPIP14 SPIP15 SPIP16 SPIP17
27 7 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
28 7 7 7 7 7 7 7 7 6 6 7 7 7 7 7 7 7
29 6 6 5 5 6 5 6 6 7 6 6 5 7 6 6 7 6
30 7 6 6 5 5 5 5 5 7 5 6 6 5 6 7 7 7
31 5 6 7 2 6 5 7 5 5 6 3 7 7 6 5 6 7
32 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
33 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 6 6 6 6 7 6 7
34 7 6 7 7 5 7 5 7 7 7 6 6 6 6 6 7 7
35 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
36 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
37 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6 7 6 5 6 6 6
38 7 7 7 7 6 7 6 7 6 7 7 6 6 7 7 7 6
39 7 6 7 4 5 6 7 6 6 6 6 7 6 5 4 5 5
40 5 7 6 5 6 7 5 4 5 5 2 6 6 6 7 5 7
41 6 6 6 6 6 5 5 6 6 6 3 6 5 2 6 6 6
42 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
43 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 6 7 6
44 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 6 6
45 7 7 7 6 6 4 7 6 7 6 7 7 7 7 7 6 6
46 7 7 6 6 6 5 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
47 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
48 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
49 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
50 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
51 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 6 6 6 6 7 7 7
52 7 7 7 7 7 7 7 6 7 6 6 7 7 7 7 7 7
Page 160
142
No SPIP1 SPIP2 SPIP3 SPIP4 SPIP5 SPIP6 SPIP7 SPIP8 SPIP9 SPIP10 SPIP11 SPIP12 SPIP13 SPIP14 SPIP15 SPIP16 SPIP17
53 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 4 7 7 7 7 6 6
54 7 7 7 6 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
55 6 7 6 6 7 7 7 6 7 6 7 6 7 7 6 6 6
56 7 6 6 5 5 6 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
57 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
58 7 7 6 6 7 7 7 7 6 5 7 5 7 5 7 6 7
59 6 6 6 5 5 6 6 5 6 4 2 5 7 7 7 7 7
60 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
61 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
62 6 7 7 6 5 6 5 6 7 6 6 6 6 6 6 7 7
63 6 7 7 6 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7
64 7 5 7 6 6 5 5 5 7 5 6 6 7 7 7 7 7
65 6 7 6 6 6 6 5 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6
66 7 7 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 6 6
67 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 6 5 6 7 6 7 7
68 6 6 6 6 6 6 5 5 6 5 6 5 7 7 7 6 7
69 7 6 6 5 7 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 6 6
70 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 5 5 7 6
71 7 6 7 7 7 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
72 6 6 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 7 6 6
73 7 7 7 7 5 5 7 5 5 7 3 5 5 7 5 6 6
74 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
75 6 6 6 6 6 6 6 5 7 6 6 6 5 6 6 6 6
76 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
77 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
78 7 6 5 5 6 5 4 5 5 5 5 5 4 6 7 7 7
Page 161
143
No SPIP1 SPIP2 SPIP3 SPIP4 SPIP5 SPIP6 SPIP7 SPIP8 SPIP9 SPIP10 SPIP11 SPIP12 SPIP13 SPIP14 SPIP15 SPIP16 SPIP17
79 6 5 5 6 5 5 6 6 7 6 3 7 6 5 6 6 6
80 6 6 6 6 4 5 5 5 5 7 7 7 7 5 6 6 7
81 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
82 7 7 6 6 6 6 6 6 7 7 7 6 6 6 6 7 7
83 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
84 7 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 7 7 7 7 7
85 7 7 7 5 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7
86 6 6 7 7 7 6 6 6 6 6 5 7 7 7 7 7 7
87 5 5 5 5 4 6 6 6 5 6 6 6 5 5 6 6 7
88 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
89 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
90 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
91 7 7 7 7 7 7 6 7 7 7 6 6 7 7 7 7 7
92 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
93 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
94 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
95 7 7 6 7 6 6 6 2 7 3 6 6 7 6 6 6 6
96 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
97 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
98 7 7 6 5 5 6 7 6 6 3 7 7 7 7 7 7 7
99 6 7 7 6 6 5 6 6 5 5 5 5 6 6 6 6 6
100 5 5 6 6 6 6 6 6 6 7 6 6 6 6 6 6 5
101 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
102 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
103 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
104 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Page 162
144
No SPIP1 SPIP2 SPIP3 SPIP4 SPIP5 SPIP6 SPIP7 SPIP8 SPIP9 SPIP10 SPIP11 SPIP12 SPIP13 SPIP14 SPIP15 SPIP16 SPIP17
105 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
106 5 7 5 5 7 7 7 7 7 7 3 6 6 6 6 6 6
107 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
108 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Page 163
145
No SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8
1 1 1 1 1 1 7 1 1
2 2 2 2 2 2 6 2 2
3 1 2 2 3 2 6 1 1
4 1 1 1 1 1 7 1 1
5 1 1 1 1 1 6 5 2
6 1 1 1 1 2 6 2 3
7 1 1 1 1 1 7 1 1
8 1 1 1 1 1 7 1 1
9 1 1 1 1 1 7 1 1
10 1 1 1 1 1 6 1 2
11 2 1 2 2 1 6 1 1
12 1 1 1 1 1 7 1 1
13 2 2 3 1 1 7 7 5
14 2 2 1 1 1 7 1 1
15 2 3 3 1 1 7 1 1
16 2 2 2 2 2 6 2 2
17 2 1 1 3 1 7 1 2
18 2 1 1 1 1 7 1 1
19 1 2 1 2 1 7 1 1
20 1 1 3 1 1 7 1 1
21 1 1 1 1 1 7 1 1
22 1 1 1 1 1 6 2 2
23 2 2 2 2 2 6 2 2
24 2 2 2 2 2 6 2 2
25 2 2 1 1 1 6 2 1
26 2 2 2 2 2 7 1 1
27 1 1 1 1 1 7 1 1
28 2 2 1 5 1 7 2 2
29 1 1 1 1 1 7 1 1
30 3 1 2 2 1 5 1 2
31 1 1 2 2 2 5 1 1
32 1 3 3 2 2 7 1 2
33 1 1 2 1 1 6 1 2
34 1 1 1 2 3 7 1 1
35 1 2 2 1 1 7 1 1
36 1 1 1 1 1 6 1 1
37 2 2 2 2 2 6 2 2
Page 164
146
No SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8
38 1 1 1 1 1 7 1 1
39 1 1 1 1 1 7 1 1
40 1 1 1 1 1 7 1 1
41 1 2 2 2 1 6 1 1
42 1 1 1 1 1 7 1 1
43 1 1 1 2 2 7 5 6
44 1 1 1 1 1 6 1 1
45 1 1 2 2 1 6 5 2
46 1 1 1 1 1 6 1 1
47 1 1 1 1 1 7 1 1
48 2 2 1 1 1 7 1 1
49 1 1 2 2 1 7 1 6
50 1 1 1 1 1 7 1 1
51 1 1 1 1 1 7 1 1
52 1 1 1 1 1 7 1 1
53 1 1 1 1 1 7 1 2
54 1 1 1 2 1 6 5 2
55 2 2 2 2 2 6 2 2
56 1 1 1 1 3 7 2 2
57 1 1 1 1 1 7 1 1
58 1 3 3 3 1 7 1 1
59 1 1 2 2 2 7 3 1
60 1 1 1 1 1 7 1 1
61 1 1 1 1 1 5 3 2
62 1 2 1 1 1 7 1 2
63 2 2 2 2 1 7 1 2
64 1 1 1 3 1 7 1 1
65 1 2 2 2 2 6 2 1
66 2 2 2 2 2 6 2 2
67 2 2 2 1 1 7 1 1
68 1 1 1 1 1 7 1 1
69 1 1 1 1 1 7 1 1
70 1 1 1 1 1 7 1 1
71 1 2 3 3 1 6 2 3
72 2 2 2 2 2 6 2 2
73 1 1 2 1 1 7 1 1
74 1 1 1 1 1 7 1 1
Page 165
147
No SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8
75 1 1 1 1 1 7 1 1
76 1 1 1 1 1 6 2 1
77 2 2 2 2 2 6 2 2
78 1 1 2 1 1 7 1 1
79 1 1 1 1 1 6 1 1
80 2 2 2 2 2 6 2 2
81 1 1 1 1 1 7 1 1
82 1 2 1 1 1 7 1 1
83 1 1 1 1 1 7 1 1
84 1 1 1 1 1 7 1 1
85 2 2 2 2 2 6 2 2
86 2 2 1 1 1 6 1 1
87 1 1 1 1 1 7 1 1
88 2 2 2 2 2 6 2 2
89 1 2 1 3 1 6 1 1
90 1 1 1 1 1 7 1 1
91 1 1 1 1 1 7 1 1
92 3 3 3 3 3 5 3 2
93 2 2 2 2 2 6 2 2
94 2 1 1 1 1 7 1 1
95 1 1 1 1 1 7 1 1
96 1 1 1 1 1 7 1 1
97 1 1 5 1 1 7 1 1
98 1 3 1 1 2 6 5 2
99 1 1 1 1 1 7 1 1
100 1 1 1 1 1 7 1 1
101 2 2 2 2 2 6 2 2
102 1 1 1 1 1 7 1 1
103 1 4 1 1 1 7 1 1
104 2 2 2 2 2 6 2 2
105 3 3 3 3 3 5 3 3
106 1 1 1 1 1 7 1 1
107 1 1 1 1 1 7 1 1
108 1 1 1 1 1 7 1 1
Page 166
148
No NMK1 NMK2 NMK3 NMK4 NMK5 NMK6 NMK7 NMK8 NMK9 NMK10 NMK11 NMK12 NMK13 NMK14 NMK15
1 2 6 6 6 2 2 1 1 1 1 6 6 2 1 1
2 2 6 7 6 2 2 2 1 2 2 6 6 2 2 1
3 1 7 7 7 2 1 1 4 1 1 7 7 2 1 1
4 1 7 5 7 3 1 1 3 1 1 6 7 1 1 1
5 2 6 6 6 2 1 2 3 3 2 6 7 1 1 1
6 1 7 4 6 1 1 1 1 1 1 4 7 3 1 1
7 1 7 7 7 2 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
8 1 6 6 6 2 2 1 1 1 1 5 7 2 2 2
9 1 5 5 7 1 1 1 2 2 1 6 6 1 1 1
10 1 6 7 7 3 1 1 1 7 1 7 7 1 2 1
11 1 7 6 7 1 2 2 1 1 1 6 6 1 1 1
12 1 6 6 7 1 1 1 1 1 1 6 6 1 2 1
13 1 6 6 7 2 1 1 1 2 1 7 6 2 4 3
14 1 7 7 7 2 1 1 1 1 1 5 6 1 1 1
15 3 6 6 7 2 1 1 1 1 3 6 6 2 2 2
16 1 5 6 7 1 1 7 1 1 1 6 7 1 2 1
17 1 6 6 7 3 1 1 2 2 1 6 6 1 1 2
18 2 6 6 6 2 1 1 1 2 2 7 7 1 1 1
19 1 7 7 7 1 3 1 1 1 2 6 6 3 3 1
20 1 7 6 7 1 1 1 1 1 1 6 5 1 1 1
21 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
22 2 2 6 7 1 2 3 1 1 1 6 7 1 2 2
23 2 7 7 7 1 3 2 2 2 2 7 6 2 1 1
24 2 6 6 6 1 1 3 3 1 1 5 7 1 2 2
25 2 6 6 7 2 1 2 2 2 2 6 7 2 1 2
26 1 4 5 6 2 1 1 1 1 1 5 6 1 1 1
Page 167
149
No NMK1 NMK2 NMK3 NMK4 NMK5 NMK6 NMK7 NMK8 NMK9 NMK10 NMK11 NMK12 NMK13 NMK14 NMK15
27 1 7 7 7 2 1 1 1 1 1 7 7 1 1 3
28 2 6 6 6 2 2 2 1 2 2 6 7 3 2 2
29 1 7 7 7 2 1 2 1 1 1 7 7 1 1 3
30 2 7 7 6 2 2 1 1 1 1 6 6 2 2 1
31 1 5 6 7 1 3 1 1 2 1 6 6 1 1 1
32 3 5 6 6 2 2 2 2 2 1 6 7 1 2 2
33 1 7 7 7 2 3 1 1 2 1 6 6 2 1 2
34 3 6 5 7 2 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
35 1 6 5 7 1 2 1 1 2 2 7 6 1 1 1
36 1 6 6 7 1 1 1 1 1 1 5 7 1 1 1
37 2 6 4 6 2 1 1 1 2 2 6 6 2 2 2
38 2 6 6 6 1 1 1 1 2 2 7 7 1 1 2
39 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
40 1 5 4 7 1 1 1 1 1 1 5 6 1 1 1
41 1 7 5 7 1 1 1 1 1 1 6 7 1 1 1
42 2 7 6 7 2 1 2 1 1 1 6 6 2 2 2
43 3 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 3 2 2
44 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
45 2 5 6 6 1 1 2 1 2 2 6 6 2 1 2
46 1 6 7 7 2 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
47 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 5 7 1 1 1
48 1 6 5 7 1 1 1 1 1 6 7 7 1 1 1
49 2 7 7 7 2 1 1 2 1 1 7 7 2 1 2
50 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 2
51 1 7 6 6 1 1 1 1 1 1 7 5 1 1 1
Page 168
150
No NMK1 NMK2 NMK3 NMK4 NMK5 NMK6 NMK7 NMK8 NMK9 NMK10 NMK11 NMK12 NMK13 NMK14 NMK15
52 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
53 1 5 4 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
54 1 6 6 7 1 2 2 1 2 1 7 7 3 2 2
55 2 6 6 7 1 2 2 2 5 1 6 6 1 2 3
56 2 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 2
57 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
58 2 7 7 7 2 1 2 1 2 2 6 6 2 2 2
59 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
60 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
61 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 2 3
62 2 7 7 6 2 1 2 2 1 1 7 6 1 2 2
63 2 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 2
64 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
65 1 6 7 7 2 2 1 2 2 2 6 7 1 1 1
66 2 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 2
67 1 6 6 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 5 2
68 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
69 1 6 6 7 2 2 1 1 1 1 6 6 1 1 2
70 1 7 7 7 2 2 2 1 2 2 6 7 1 1 1
71 2 6 6 6 3 1 1 1 2 6 5 5 1 3 1
72 2 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 2
73 3 6 4 7 1 1 1 1 1 1 6 2 1 1 1
74 1 7 6 7 1 1 1 1 1 5 7 7 1 1 1
75 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
76 7 6 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
Page 169
151
No NMK1 NMK2 NMK3 NMK4 NMK5 NMK6 NMK7 NMK8 NMK9 NMK10 NMK11 NMK12 NMK13 NMK14 NMK15
77 1 6 7 2 2 1 1 1 1 1 7 7 1 1 2
78 1 7 7 7 4 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
79 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
80 2 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 2
81 1 7 7 7 1 2 1 1 1 1 6 5 1 1 1
82 1 6 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
83 1 6 7 6 1 1 1 1 1 1 6 6 1 1 2
84 1 6 5 7 2 2 2 6 1 5 5 5 1 1 1
85 2 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 2
86 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
87 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
88 2 6 6 6 3 2 2 2 2 3 6 6 2 2 2
89 2 6 6 6 3 2 3 2 2 2 6 6 2 2 2
90 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 3 7 1 1 1
91 1 6 7 6 2 2 2 2 1 1 6 7 1 1 1
92 1 5 7 5 1 3 3 3 2 3 5 7 2 3 3
93 2 6 6 6 2 2 2 2 2 2 6 6 2 2 2
94 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
95 1 7 7 7 1 1 1 1 1 6 7 7 1 1 1
96 1 7 7 7 1 1 1 1 1 3 7 7 1 1 1
97 1 7 6 6 1 3 1 1 1 4 7 7 2 2 1
98 2 6 6 7 1 7 2 1 1 2 4 7 1 3 2
99 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
100 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 4 1
101 3 5 6 5 2 4 2 2 2 2 6 6 2 2 2
Page 170
152
No NMK1 NMK2 NMK3 NMK4 NMK5 NMK6 NMK7 NMK8 NMK9 NMK10 NMK11 NMK12 NMK13 NMK14 NMK15
102 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 4 1 1
103 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 3
104 2 6 6 6 2 2 2 1 2 1 7 5 2 2 2
105 3 6 6 6 2 2 2 2 1 1 7 6 2 3 2
106 1 7 7 7 2 2 1 2 1 2 7 7 1 1 2
107 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 1 1 1
108 1 7 7 7 1 1 1 1 1 1 7 7 3 1 1
Page 171
153
LAMPIRAN III
HASIL UJI
Page 172
154
STATISTIK DESKRIPTIF RESPONDEN
1. Berdasarkan Jenis Intansi
Statistics
Instansi
N Valid 108
Missing 0
Std. Deviation 1.356
Skewness -.065
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -1.822
Std. Error of Kurtosis .461
Minimum 1
Maximum 4
Instansi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 41 38.0 38.0 38.0
2 11 10.2 10.2 48.1
3 12 11.1 11.1 59.3
4 44 40.7 40.7 100.0
Total 108 100.0 100.0
Page 173
155
2. Berdasarkan Jabatan
Statistics
Jabatan
N Valid 108
Missing 0
Std. Deviation .435
Skewness -1.171
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -.641
Std. Error of Kurtosis .461
Minimum 1
Maximum 2
Jabatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 27 25.0 25.0 25.0
2 81 75.0 75.0 100.0
Total 108 100.0 100.0
3. Berdasarkan Jenis Kelamin
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 108
Missing 0
Std. Deviation .485
Skewness .544
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -1.736
Std. Error of Kurtosis .461
Minimum 1
Maximum 2
Page 174
156
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 68 63.0 63.0 63.0
2 40 37.0 37.0 100.0
Total 108 100.0 100.0
4. Berdasarkan Usia
Statistics
Usia
N Valid 108
Missing 0
Std. Deviation 1.929
Skewness .151
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -1.057
Std. Error of Kurtosis .461
Minimum 1
Maximum 7
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 20 18.5 18.5 18.5
2 16 14.8 14.8 33.3
3 12 11.1 11.1 44.4
4 24 22.2 22.2 66.7
5 15 13.9 13.9 80.6
6 10 9.3 9.3 89.8
7 11 10.2 10.2 100.0
Total 108 100.0 100.0
Page 175
157
5. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Statistics
Pendidikan Terakhir
N Valid 108
Missing 0
Std. Deviation .672
Skewness .329
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis .319
Std. Error of Kurtosis .461
Minimum 1
Maximum 4
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 13 12.0 12.0 12.0
2 65 60.2 60.2 72.2
3 27 25.0 25.0 97.2
4 3 2.8 2.8 100.0
Total 108 100.0 100.0
Page 176
158
6. Berdasarkan Lama Bekerja
Statistics
Lama Bekerja
N Valid 108
Missing 0
Std. Deviation .962
Skewness -.261
Std. Error of Skewness .233
Kurtosis -1.128
Std. Error of Kurtosis .461
Minimum 1
Maximum 4
Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 7 6.5 6.5 6.5
2 34 31.5 31.5 38.0
3 29 26.9 26.9 64.8
4 38 35.2 35.2 100.0
Total 108 100.0 100.0
Page 177
159
UJI VALIDITAS
1. Sistem Remunerasi (X1)
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 TOTAL
X1.1 Pearson Correlation 1 .667** .447** .597** .481** .361** .361** .392** .492** .738**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X1.2 Pearson Correlation .667** 1 .570** .433** .451** .471** .389** .535** .589** .773**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X1.3 Pearson Correlation .447** .570** 1 .484** .459** .498** .344** .423** .552** .719**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X1.4 Pearson Correlation .597** .433** .484** 1 .460** .363** .352** .361** .475** .697**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 178
160
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 TOTAL
X1.5 Pearson Correlation .481** .451** .459** .460** 1 .442** .287** .422** .421** .712**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X1.6 Pearson Correlation .361** .471** .498** .363** .442** 1 .428** .462** .570** .711**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X1.7 Pearson Correlation .361** .389** .344** .352** .287** .428** 1 .399** .474** .630**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X1.8 Pearson Correlation .392** .535** .423** .361** .422** .462** .399** 1 .551** .705**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X1.9 Pearson Correlation .492** .589** .552** .475** .421** .570** .474** .551** 1 .782**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 179
161
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 TOTAL
TOTAL Pearson Correlation .738** .773** .719** .697** .712** .711** .630** .705** .782** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 180
162
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X2)
Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 TOTAL
X2.1 Pearson Correlation 1 .496** .549** .477** .299** .214* .327** .309** .450** .642**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .026 .001 .001 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.2 Pearson Correlation .496** 1 .513** .437** .397** .412** .388** .288** .356** .618**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.3 Pearson Correlation .549** .513** 1 .537** .456** .314** .447** .319** .311** .701**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .001 .001 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.4 Pearson Correlation .477** .437** .537** 1 .503** .422** .341** .367** .473** .692**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 181
163
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 TOTAL
X2.5 Pearson Correlation .299** .397** .456** .503** 1 .516** .531** .455** .387** .650**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.6 Pearson Correlation .214* .412** .314** .422** .516** 1 .448** .520** .425** .617**
Sig. (2-tailed) .026 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.7 Pearson Correlation .327** .388** .447** .341** .531** .448** 1 .553** .443** .668**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.8 Pearson Correlation .309** .288** .319** .367** .455** .520** .553** 1 .467** .678**
Sig. (2-tailed) .001 .002 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.9 Pearson Correlation .450** .356** .311** .473** .387** .425** .443** .467** 1 .689**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 182
164
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 TOTAL
TOTAL Pearson Correlation .642** .618** .701** .692** .650** .617** .668** .678** .689** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Page 183
165
X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 X2.15 X2.16 X2.17 TOTAL
X2.10 Pearson Correlation 1 .393** .440** .252** .315** .197* .320** .230* .607**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .008 .001 .041 .001 .017 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.11 Pearson Correlation .393** 1 .396** .336** .348** .308** .353** .190* .656**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .049 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.12 Pearson Correlation .440** .396** 1 .576** .334** .387** .372** .305** .609**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.13 Pearson Correlation .252** .336** .576** 1 .519** .416** .474** .355** .622**
Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.14 Pearson Correlation .315** .348** .334** .519** 1 .514** .499** .486** .676**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 184
166
X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 X2.15 X2.16 X2.17 TOTAL
X2.15 Pearson Correlation .197* .308** .387** .416** .514** 1 .584** .591** .646**
Sig. (2-tailed) .041 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.16 Pearson Correlation .320** .353** .372** .474** .499** .584** 1 .603** .693**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X2.17 Pearson Correlation .230* .190* .305** .355** .486** .591** .603** 1 .597**
Sig. (2-tailed) .017 .049 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
TOTAL Pearson Correlation .607** .656** .609** .622** .676** .646** .693** .597** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Page 185
167
3. Sikap Rasionalisasi (X3)
Correlations
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 TOTAL
X3.1 Pearson Correlation 1 .507** .408** .441** .453** .459** .206* .255** .645**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .033 .008 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X3.2 Pearson Correlation .507** 1 .471** .440** .427** .287** .210* .186 .627**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .003 .029 .054 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X3.3 Pearson Correlation .408** .471** 1 .390** .364** .297** .206* .292** .630**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .002 .032 .002 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X3.4 Pearson Correlation .441** .440** .390** 1 .444** .374** .213* .329** .664**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .027 .001 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 186
168
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 TOTAL
X3.5 Pearson Correlation .453** .427** .364** .444** 1 .461** .326** .340** .680**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X3.6 Pearson Correlation .459** .287** .297** .374** .461** 1 .367** .259** .630**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .002 .000 .000 .000 .007 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X3.7 Pearson Correlation .206* .210* .206* .213* .326** .367** 1 .612** .682**
Sig. (2-tailed) .033 .029 .032 .027 .001 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
X3.8 Pearson Correlation .255** .186 .292** .329** .340** .259** .612** 1 .689**
Sig. (2-tailed) .008 .054 .002 .001 .000 .007 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
TOTAL Pearson Correlation .645** .627** .630** .664** .680** .630** .682** .689** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 187
169
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Page 188
170
4. Niat Melakukan Kecurangan (Fraud) (Y)
Correlations
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 TOTAL
Y.1 Pearson Correlation 1 .283** .168 .220* .198* .170 .202* .123 .484**
Sig. (2-tailed) .003 .083 .022 .040 .079 .036 .205 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Y.2 Pearson Correlation .283** 1 .476** .287** .097 .224* .404** .142 .580**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .003 .320 .020 .000 .142 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Y.3 Pearson Correlation .168 .476** 1 .101 .058 .042 .088 .145 .463**
Sig. (2-tailed) .083 .000 .299 .548 .663 .366 .134 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Y.4 Pearson Correlation .220* .287** .101 1 .276** .191* .201* .170 .493**
Sig. (2-tailed) .022 .003 .299 .004 .047 .037 .078 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 189
171
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 TOTAL
Y.5 Pearson Correlation .198* .097 .058 .276** 1 .062 .100 .312** .441**
Sig. (2-tailed) .040 .320 .548 .004 .522 .302 .001 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Y.6 Pearson Correlation .170 .224* .042 .191* .062 1 .263** .174 .529**
Sig. (2-tailed) .079 .020 .663 .047 .522 .006 .071 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Y.7 Pearson Correlation .202* .404** .088 .201* .100 .263** 1 .295** .527**
Sig. (2-tailed) .036 .000 .366 .037 .302 .006 .002 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Page 190
172
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 TOTAL
Y.8 Pearson Correlation .123 .142 .145 .170 .312** .174 .295** 1 .477**
Sig. (2-tailed) .205 .142 .134 .078 .001 .071 .002 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
TOTAL Pearson Correlation .484** .580** .463** .493** .441** .529** .527** .477** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Page 191
UJI RELIABILITAS
1. Sistem Remunerasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.876 9
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.910 17
3. Sikap Rasionalisasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.793 8
Page 192
4. Niat Melakukan Kecurangan (Fraud)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.750 15
Page 193
UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 73.159 8.822 8.293 .000
X1 -.221 .066 -.228 -3.349 .001 .922 1.085
X2 -.101 .045 -.148 -2.249 .027 .990 1.011
X3 .904 .100 .617 9.021 .000 .917 1.090
a. Dependent Variable: Y
2. Uji Normalitas
Page 194
3. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.198 5.527 -.217 .829
X1 .005 .041 .013 .126 .900
X2 .049 .028 .169 1.738 .085
X3 -.028 .063 -.045 -.449 .654
a. Dependent Variable: Abs_Res
Page 195
UJI HIPOTESIS
1. Regresi Linier Berganda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 TX1, TX2, TX3b
. Enter
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .744a .554 .541 3.72535
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
Page 196
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1793.626 3 597.875 43.080 .000a
Residual 1443.337 104 13.878
Total 3236.963 107
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 73.159 8.822 8.293 .000
X1 -.221 .066 -.228 -3.349 .001
X2 -.101 .045 -.148 -2.249 .027
X3 .904 .100 .617 9.021 .000
a. Dependent Variable: Y